Anda di halaman 1dari 19

MAKALAH

“Peranan Lingkungan Keluarga, Sekolah, Dan Masyarakat Dalam Pengembangan


Kreativitas”
Diajukan Untuk Memenuhi Mata Kuliah Pengembangan Kreativitas Anak
Dosen Pengampu:
Muhaiminah Darajat M.Pd.I

Disusun Oleh :
Septivia aiziziyah rahman: 2020100260476
Khoirur Roziqin : 2020100260477
Zumara Akmala : 2020100260491
Rista Aishah : 2019100260426
Leha : 2020100260472

FAKULTAS TARBIYAH
PRODI PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYAH
INSTITUT AGAMA ISLAM SYARIFUDDIN
WONOREJO-LUMAJANG
2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur alhamdulillah kami panjatkan kehadirat Allah SWT, yang senantiasa
melimpahkan rahmat, taufiq, dan hidayah serta kenikmatan –Nya pada kita semua. Sholawat
serta salam semoga tercurah limpahkan kepada junjungan kita nabi Muhammad SAW.

Penyusunan makalah ini bertujuan untuk mengembangkan ilmu dan pengetahuan


kami tentang mata kuliah “pengembangan kreatifitas anak” yang berjudul “peranan
lingkungan keluarga, sekolah, dan masyarakat dalam pengembangan kreatifitas” dalam
penyusunan makalah ini kami lakukan dengan sungguh-sungguh dan sesuai dengan sumber
yang kami peroleh. Penulis menyadari bahwa dalam pembuatan makalah ini masih jauh dari
kesempurnaan, Untuk itu kami mengharap adanya kritik dan saran yang membangun dari
pembaca guna untuk meningkatkan pengetahuan kami.
Akhir kata semoga makalah ini bermanfaat dan mohon maaf atas kesalahan dan
kekurangan dalam penyusunan makalah ini.

Lumajang, 27 Februari

Penyusun

ii
DAFTAR ISI

COVER
KATA PENGANTAR............................................................................................ . II
DAFTAR ISI .......................................................................................................... . III
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ............................................................................................ . 1
B. Rumusan Masalah ....................................................................................... . 2
C. Tujuan .......................................................................................................... . 2

BAB II PEMBAHASAN
A. Peranan Lingkungan Keluarga dalam Pengembangan Kreativitas Anak ..... 3
B. Peranan Sekolah dalam Mengembangkan Kreativitas Anak ........................ 8
C. Peranan Masyarakat Dalam Pengembangan Kreativitas .............................. 11

BAB III PENUTUP


A. Kesimpulan ................................................................................................. 15
B. Saran............................................................................................................. 15

DAFTAR PUSTAKA

iii
BAB 1

PENDAHULUAN

A. Latar belakang

Negara berkembang Indonesia sangat membutuhkan tenaga-tenaga kreatif


yang mampu memberikan kontribusi bermakna kepada ilmu pengetahuan, teknologi,
dan kesenian, serta kepada kesejahteraan bangsa pada umumnya. Sehubungan dengan
ini, pendidikan anak usia dini hendaknya menggunakan prinsip bermain, agar dapat
seluruh aspek perkembangan anak dapat berkembang secara optimal. Khususnya pada
pengembangan kreativitas peserta didik agar kelak dapat memenuhi kebutuhan
pribadi, masyarakat, dan Negara Kreativitas manusia melahirkan pencipta besar yang
mewarnai sejarah kehidupan umat manusia dengan karya-karya spektakulernya.
Seperti Bill Gate si raja microsof, JK Rolling dengan novel Harry Poternya, Ary
Ginanjar dengan ESQ (Emotional & Spiritual Question) , penulis Pramudia Anatatur
dengan karya-karyanya yang tak lekang oleh waktu, penyanyi Kris Dayanti, Mely
Guslow, Seniman Titik Puspa, dan lain-lain. Apa yang mereka ciptakan adalah karya
orisinil yang luar biasa dan bermakna, sehingga orang terkesan dan memburu
karyanya.
Kreativitas tidak hanya sekedar keberuntungan tetapi merupakan kerja keras
yang disadari. Kegagalan bagi orang yang kreatif hanyalah merupakan variabel
pengganggu untuk keberhasilan. Dia akan mencoba lagi, dan mencoba lagi hingga
berhasil. Orang yang kreatif menggunakan pengetahuan yang kita semua memilikinya
dan membuat lompatan yang memungkinkan, mereka memandang segala sesuatu
dengan cara-cara yang baru. Gordon Dryden (2000: 185) dalam buku Revolusi Cara
Belajar mengatakan bahwa ,” Suatu ide adalah kombinasi baru dari unsur-unsur lama.
Tidak ada elemen baru. Yang ada hanyalah kombinasi-kombinasi baru.”
Mengembangkan kreativitas anak usia dini melalui dapat dijadikan intervensi yang
jika dilaksanakan dengan tepat, baik dilengkapi dengan alat maupun tanpa alat akan
sangat membantu perkembangan kreativitas, dan aspek yang lainnya pada anak usia
dini.

1
B. Rumusan masalah
1. Apa Peranan Lingkungan Keluarga dalam Mengembangkan Kreativitas Anak?
2. Apa Peranan Sekolah dalam Mengembangkan Kreativitas Anak Sekolah Dini?
3. Apa Peranan masyarakat dalam Mengembangkan Kreativitas Anak Berbakat?

C. Tujuan masalah
1. Untuk mengetahui Peranan Lingkungan Keluarga dalam Pengembangan
Kreativitas Anak
2. Untuk mengetahui Peranan Sekolah dalam Pengembangan Kreativitas Anak
3. Untuk Mengetahui Peranan masyarakat dalam Pengembangan Kreativitas
Anak

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Peranan Lingkungan Keluarga dalam Pengembangan Kreativitas Anak

Keluarga mempunyai tugas fundamental dalam mempersiapkan anak di masa depan.


Dasar-dasar perilaku, sikap hidup, dan berbagai kebiasaan ditanamkan kepada anak sejak
dalam lingkungan keluarga. Semua dasar yang menjadi landasan bagi pengembangan
pribadinya itu tidak mudah berubah. Oleh sebab itu, penting sekali diciptakan lingkungan
keluarga yang baik, dalam arti menguntungkan bagi kemajuan dan perkembangan pribadi
anak serta mendukung tercapainya tujuan pendidikan yang dicita-citakan. Lingkungan
keluarga yang baik, sekurang-kurangnya mempunyai tiga ciri, yaitu:
1. keluarga memberikan suasana emosional yang baik bagi anak-anaknya, seperti
perasaan senang, aman, disayangi, dan dilindungi.
2. mengetahui dasar-dasar kependidikan, terutama berkenaan dengan kewajiban dan
tanggung jawab orang tua terhadap pendidikan anak serta tujuan dari isi pendidikan
yang diberikan kepadanya.
3. bekerjasama dengan pusat pendidikan tempat orang tua mengamanatkan pendidikan
anaknya.
Salah satu tujuan terpenting dari pembentukan kelurga ialah untuk mewujudkan
ketentraman dan ketenangan psikologis, untuk memenuhi kebutuhan cinta kasih anak-anak.
Keluarga merupakan tempat pendidikan pertama dan utama bagi anak, maka suasana
kehidupan rumah tangga juga harus memperhatikan kebutuhan anak dalam menciptakan
suasana emosional yang baik. Dengan kata lain, orang tua hendaknya menjaga kondusifitas
keluarga. Rasa kasih sayang serta ketentraman yang dirasakan bersama dalam keluarga akan
membuat anak tumbuh dan berkembang dalam suasana bahagia. Kebahagiaan itu pada
gilirannya akan memberikan anak rasa percaya diri, tenteram, cinta serta menjauhkan diri dari
rasa gelisah, dan berbagai penyakit mental yang dapat melemahkan kepribadiannya.
Mengingat pentingnya tugas dan tanggung jawab keluarga dalam pembentukan anak-
anak yang kreatif, maka orang tua harus dapat memenuhi kasih sayang serta menjaga dan
mengembangkan potensi dasar kreativitas anak. Orang tua juga harus dapat memberikan
perhatian yang penuh terhadap hal-hal yang dapat mendukung anak melakukan kegiatan

3
kreatif. Jika ditemukan anak terhenti kreativitasnya maka lebih disebabkan karena
ketidakwaspadaan orang tua terhadap perkembangan psikologi anak.
Pada hakikatnya anak dilahirkan dengan membawa potensi dasar (fitrah), maka
kewajiban orang tua ialah membimbing dan membina fitrah tersebut pada arah yang dapat
menguntungkan bagi perkembangan kecakapan dan motorik anak sehingga benar-benar
menjadi generasi kreatif yang mandiri.1
Mengingat kreativitas amat dibutuhkan manusia, maka sudah selayaknya jika sejak
dini anak-anak diperkenalkan dengan dasar-dasar kreativitas. Dalam hal ini, orang tua dapat
melakukan hal-hal berikut:
1. Menunjang dan mendorong kegiatan yang diminati anak.
Orang tua yang bijak dan peduli akan kreativitas anak akan senatiasa menunjang dan
mendorong setiap kegiatan positif anak. Anak bisa dimintai penjelasannya mengenai minat
dan harapannya ketika menginjak dewasa kelak. Misalnya dengan cara menanyakan, ingin
jadi apa? Setelah diketahui bahwa anak ingin menjadi seorang pilot, misalnya, maka sejak
dini orang tua dapat memperkenalkan berbagai hal yang berkenaan dengan dunia
penerbangan. Anak diajak ke museum dirgantara, kemudian diminta untuk mengapresiasinya,
dan dimintai keterangan apa yang akan dilakukan ketika dewasa nanti menjadi seorang pilot
sungguhan. Paling tidak, orang tua sudah sudah memberikan rangsangan khayal anak
sehingga ia memiliki rencana-rencana tersendiri dengan cita-citanya itu.
2. Menikmati keberadaannya bersama anak.
Bagaimanapun anak membutuhkan ”pengakuan” dari orang tua. Anak dapat merasakan
bahwa keberadaannya di lingkungan keluarga dibutuhkan. Oleh karena itu, menciptakan
suasana emosional yang kondusif amat penting dilakukan. Sebab, hanya dengan merasakan
kenyaman, ketenangan, dan kedamaian, anak dapat meniti tahap-tahap perkembangannya
dengan baik. Menciptakan kegirangan dan canda-tawa yang riang juga dapat membantu
terciptanya keindahan bersama keluarga. Canda-tawa dalam sebuah keluarga bisa dengan
menceritakan anekdot-anekdot segar, dan lain sebagainya.
3. Menjalin hubungan kerjasama yang baik dengan anak.
Kerjasama dalam hal kebaikan, terutama dalam segala hal, amat besar artinya. Karena
hal tersebut dapat memudahkan pada pencapaian suatu keberhasilan. Selain itu, kedua belah
pihak bisa memperoleh keuntungan. Bagi orang tua, jika dapat menjadikan dirinya menjadi

1
Campbell, David.1986. Mengembangkan Kreativitas. Yogyakarta: Kanisius.

4
model yang dapat dijadikan tempat sandaran, maka anak akan memberikan timbal-balik
ketika orang tua membutuhkannya sebagai tempat bersandar. Manakala orang tua biasa
memberi teladan cepat dalam memberikan bantuan, maka suatu ketika orang tua
membutuhkan bantuannya, secara naluri ia juga akan cepat memberikan bantuan.
Tentunya bantuan tersebut selagi masih dalam koridor yang sesuai dengan
kemampuan anak. Kerjasama yang dimaksud di sini adalah bentuk saling ketergantungan dan
saling membutuhkan di antara keduanya. Bisa juga berupa kegiatan dalam menyelesaikan
sebuah aktivitas yang hanya akan mudah dilakukan jika ada kerjasama. Misalnya, suatu
ketika sang ayah sedang memotong kayu dengan gergaji, tetapi ia kesulitan dengan kayu
yang selalu bergeser. Kemudian sang ayah meminta anaknya duduk di atas kayu sedang
dipotong itu, sehingga sang ayah dengan mudah memotong kayu.
Dengan demikian, orang tua dan anak telah menjalin kerjasama yang dapat melahirkan
suasana harmonis. Jika keadaan seperti sering dilakukan justru akan membuahkan suasana
emosional keluarga yang baik.
4. Mendorong kemandirian anak dalam bekerja.
Alangkah baiknya jika dalam memberikan bantuan kepada anak tidak serta-merta
segala kebutuhan anak secepatnya dipenuhi. Karena yang demikian itu akan mengakibatkan
anak makin manja dan malas bekerja. Manakala anak meminta bantuan orang tua dalam
mewanai, sang ayah mestinya terlebih dahulu memberikan motivasi, sehingga ia merasa
mampu meyelesaikan kegiatan yang dihadapinya.2
5. Memberikan pujian yang sungguh-sungguh terhadap karya anak.
Pujian dan hadiah adalah alat motivasi yang paling ampuh dalam mendorong
semangat anak untuk terus berkarya. Sebaliknya, dengan memperolok atau sedikit mencela
karya anak justru hanya akan mematikan kreativitas yang terpendam dalam dirinya. Untuk
itu, ada baiknya jika orang tua menghindarkan jauh-jauh kata-kata celaan. Sebab, celaan
hanya akan menambah masalah bagi anak. Efeknya pada aspek Spiritual Quotient (SQ) anak
yang tidak akan tumbuh. Dengan sikap mengahargai dan suka memuji karya anak,
sesungguhnya orang tua sedang megajarinya untuk dapat memuji dan menghargai karya
orang lain. Sehingga seberapapun tingkat kebermaknaan sebuah karya, anak dapat menilai
dari sisi positinya.

2
Craft, Anna. 2000. Membangun Kreativitas Anak. Depok: Inisiasi Press.

5
6. Memberi kesempatan kepada anak untuk berpikir, merenung berkhayal.
Jika anak terlalu dipaksa dengan berbagai kegiatan, misalnya dari mulai bangun
sampai bangun lagi, selalu dipenuhi agenda tugas yang harus dikerjakan. Jangan heran jika
anak nanti akan mudah frustasi, tidak memiliki semangat menggapai masa depan penuh ceria.
Sebab, belum apa-apa saja sudah didikte dengan berbagai kegiatan yang harus
diselesaikannya. Secara naluri kegiatan atau pekerjaan anak sesunggunya adalah bermain.
Oleh karena itu,jangan heran jika apapun bentuk pekerjaan yang diberikan kepadanya akan
dilakukan dengan kegirangan dan hampir bisa dipastikan selalu diselingi permainan-
permainan yang mengasyikan. Elizabeth Hurlock, pernah mencontohkan dengan aktivitas
menyapu. Jika sapu itu dipegang orang dewasa, maka sampah yang berserakan akan bersih
dan dapat memberikan kenyamanan. Tapi, jika sapu itu depegang anak-anak, maka bisa jadi
sapu itu akan manjadi alat permainan yang mengasyikan baginya. Ia akan mengidentifikasi
dirinya sedang ”naik kuda”, sapu yang dipegangnya menjadi seekor kuda, dan lain
sebagainya. Jika anak diperintahkan untuk menyapu oleh orang tua, maka cara menyapunya
pun semaunya ekspresi anak. Dan akibatnya, jika tidak diawasi pekerjaan itu malah tidak
akan selesai. Oleh karena itu, dalam memberikan kegiatan kepada anak, sebaiknya orang tua
mengukur kemampuan yang dimilikinya. Karena bagaimanapun juga anak adalah manusia
yang sedang melalui tahapan perkembangan. Oleh karena itu, sesuaikanlah dengan tahapan
perkembangan yang dimiliki anak.
7. Merangsang daya pikir anak dengan cara mengajak berdiskusi tentang hal yang
mampu dipikirkan anak.
Diskusi merupakan jalan pendalaman mengenai pelbagai hal, dengan cara memeriksa
atau menyelediki sesuatu. Dalam hal ini, orang tua atau guru dapat memancing pendapat anak
dengan seolah-olah tidak tahu mengenai sesuatu yang sedang dibicarakan. Anak yang
terbiasa diajak berdiskusi akan terbentuk menjadi anak percaya diri, mampu mengeluarkan
pendapat, rasional, dan teliti. Oleh karena itu, ada baiknya orang tua atau pendidik
merangsang anak untuk aktif berdiskusi dengan bertanya tentang apa saja yang sesuai dengan
daya pikir anak. Dilakukan bisa sambil bercanda, atau memancing pendapat anak dengan
mempertanyakan kembali jawaban yang telah diberikan anak.

6
8. Memberikan kesempatan kepada anak untuk dapat menentukan atau mengambil
keputusan.
Jangan dianggap anak itu tidak memiliki keinginan. Setiap individu memiliki
keinginan menurut kebutuhan dirinya. Tatkala anak menghendaki sesuatu yang menurutnya
penting maka ada baiknya orang tua atau pendidik menyediakan atau memfasilitasinya.
Terkadang apa yang telah diberikan atau dipilihkan orang tua atau pendidik, anak tidak
menyetujuinya, maka tak heran jika anak kemudian berontak. Oleh karena itu, sebelum
menentukan pilihan, ada baiknya ditanyakan terlebih dahulu, mau pilih yang mana? Jika anak
mengehendaki yang berwarna merah, misalnya, orang tua tinggal menuruti saja, itulah
keputusan yang dipilih anak Ketika anak menentukan pilihan dan memutuskannya, itu berarti
anak memiliki kemampuan untuk mengambil keputusan, meskipun orang tua kurang
menyetujuinya. Untuk itu, hargailah apa yang telah dipilih dan diputuskan anak.
9. Membantu anak yang menemukan kesulitan dengan memberikan penjelasan yang
dapat diterima akal anak.
Terkadang orang tua atau pendidik mendapati anak bertanya yang lumayan filosofis.
Atau anak bertanya dan memerlukan jawaban ilmiah. Orang tua lantas bingung cara
memberikan jawabannya. Misalnya, anak bertanya tentang tuhan, tentang asal mula ada
manusia, dan atau bertanya tentang proses kelahiran dirinya. Walaupun orang tua
kebingungan, tapi tetap saja orang tua harus menjelaskannya yang dapat diterima oleh akal
anak. Pentingnya memberikan penjelasan kepada anak tentang apapun menurut kemampuan
daya pikir anak.
10. Memberikan fasilitas yang cukup bagi anak untuk bereksperimen dan bereksplorasi.
Sikap anak kreatif biasanya ditunjukan oleh minatnya yang tinggi untuk mengetahui
sesuatu. Anak senang melakukan eksperimen atau percobaan-percobaan. Justru melalui
eksperimen inilah anak belajar dan menemukan sesuatu. Tanpa bereksperimen, anak tidak
akan tahu bahwa balon itu biar membesar harus ditiup. Eksperimen yang dilakukan anak pada
dasarnya adalah aktivitas bermain yang tidak disengaja membuahkan pelajaran. Dengan
aktivitas seperti ini, anak tumbuh menjadi manusia yang tidak pantang menyerah, ulet,
mandiri, dan banyak tahu tentang segala. Anak mengetahui sisi kelemahan dan keuntungan
sesuatu, akibat dari sebab, dan masih banyak lagi. Untuk itu, biarkan anak bermain menurut
cara dan kemauannya sendiri. Anggaplah apa yang telah diberikan kepada anak contoh
mainan adalah biaya belajar yang dikeluarkan untuk sekolah. Sebab, bagaimanapun dengan
bermain, sesungguhnya anak sedang belajar. Jangan mengira biaya untuk membeli mainan
7
anak adalah pengorbanan sia-sia yang hanya akan dirusak dan dibuang, seolah-olah
membuang uang Cuma-Cuma. Sesungguhnya, orang tua sedang memberikan kepada anak
kesempatan belajar yang lebih luas dan lebih mendalam.
11. Memberikan contoh dalam membuat karya kreatif.
Jika membelikan mainan saja tidak cukup, atau dengan membelikan mainan malah
membuat anak memiliki ketergantungan barang jadi, maka ada baiknya untuk memberikan
contoh anak-anak untuk membuat mainan sendiri. Bahannya tidak perlu yang mahal. Di
sekeliling kita juga banyak diperoleh bahan-bahan permainan itu. Bisa dari tanah, pasir, batu,
ranting, daun-daunan, biji-bijian, kayu, botol-botol bekas, dan sebagainya. Sebetulnya,
dengan bahan-bahan seperti yang di sebutkan di atas, orang tua atau pendidik dapat
memanfaatkannya menjadi alat-alat permainan yang kreatif dan memiliki nilai edukatif yang
positif. Sebab, dengan begitu dapat mengajari anak untuk tidak menjadi manusia konsumtif,
namun produktif. Di samping itu juga tidak mengarahkan anak menjadi manusia manja dan
cengeng, tetapi mandiri dan percaya diri. Anak pintar pada prinsipnya berbeda dengan anak
kreatif. Anak pintar lebih banyak dipengaruhi intelligence, sedangkan anak kreatif
dipengaruhi emosi. Namun tidak menutup kemungkinan, anak pintar itu juga anak kreatif,
walaupun pada kenyataannya kreativitas anak pintar lebih dipengaruhi oleh kecerdikan.

B. Peranan Sekolah dalam Mengembangkan Kreativitas Anak

kreativitas yang ada dalam diri anak sebenarnya akan terus berkembang jika keadaan
sekitarnya terus memberikan stimulus-stimulus yang bisa memunculkan ataupun
menampakkan kreativitas anak tersebut . dalam hal ini, banyak sekali peran-peran yang harus
dilakukan baik di lingkungan keluarga, sekolah maupun masyarakat sehingga kreativitas
dalam anak bisa berkembang sebagai mana mestinya dan akan terus berkembang dengan
baik.

berikut sedikit rangkuman dari penjelasan Prof. Dr. Utami Munandar dalam bukunya
Pengembangan Kreativitas Anak Berbakat tentang peranan sekolah dalam mengembangkan
kreativitas anak.3

3
Munandar, Utami. 2004. Pengembangan Kreativitas Anak Berbakat. Jakarta: rineka cita

8
a. Karakteristik Guru Anak Berbakat

Karakteristik guru anak berbakat dapat digolongkan menjadi karakteristik filosofis,


professional dan pribadi. Karakteristik filosofis penting karena pandangan guru mengenai
pendidikan ikut menentukan pendekatan mereka terhadap siswa di kelas. Guru anak berbakat
perlu mencerminkan sikap kooperatif dan demokratis, serta mempunyai kompetensi dan
minat terhadap proses pembelajaran. Karakteristik professional meliputi strategi untuk
mengoptimalkan belajar siswa berbakat, keterampilan bimbingan dan penyuluhan,
pengetahuan dan pemahaman psikologi siswa berbakat. Karakteristik pribadi meliputi empati,
toleransi terhadap ketaksaan (ambiguity), kesejatian, aktualisasi diri, dan antusiasme
(semangat).

b. Persiapan Guru Anak Berbakat

Persiapan guru anak berbakat dapat melalui program bergelar atau program pelatihan
dalam jabatan. Pelatihan dalam jabatan adalah pelatihan jangka pendek. Saran Gallagher dan
Renzulli berguna untuk merencanakan pelatihan efektif bagi guru.

c. Siapa Saja yang Dapat Menjadi Guru Anak Berbakat

Kita perlu membedakan peranan mentor pribadi yang dipilih anak dengan mentor
narasumber yang dipilih oleh sekolah. Orangtua dapat membantu penyelenggaraan program
anak berbakat di sekolah, misalnya ikut merancang berbagai kegiatan belajar, mencari
narasumber, merencanakan karyawisata, dan sebagainya. Peranan dari psikolog dan konselor
dibahas dengan penekanan pada kebutuhan akan interaksi yang terus-menerus dan dialogis
untuk member nasihat, dukungan dan bantuan dalam membantu pengembangan sepenuhnya
dari anak berbakat.

Dalam hal ini, konselor juga memiliki peranan yang cukup banyak. Anak berbakat
biasanya jarang mendapat layanan bimbingan dan konseling karena dua alas an (Van Tassel-
Baska, 1983)4, yaitu,

4
Van Tassel-Baska. 1983. “The Teacher as Counsellor for the Gifted.” Teaching ExceptionalChildren, Spring,
145-150
9
a. banyak pendidik yang berpendapat bahwa konseling terutama adalah untuk siswa yang
bermasalah dan

b. kurangnya personalia yang terlatih untuk dapat melayani kebutuhan konseling anak
berbakat.

Konselor dapat membantu siswa berbakat untuk lebih memahami diri sendiri dan
untuk mengambil keputusan yang bijak, baik dalam menentukan mata ajaran pilihan maupun
dalam bidang pilihan karir. Guru siswa berbakat perlu menyadari bahwa kurikulum anak
berbakat harus berdiferensiasi, mengingat keragaman bakat, minat, dan kemampuan anak
berbakat. Pendekatan secara menyeluruh ini memberikan lebih banyak kesempatan untuk
semua siswa, termasuk yang berbakat, untuk mencapai keunggulan.

d. Membangkitkan Kreativitas di sekolah

Sikap guru dalam pembelajaran yang meningkatkan motivasi internal dan presatsi
belajar siswa, ialah jika memberi instruksi tanpa mengawasi tetapi mengarahkan,
dibandingkan dengan pemberian instruksi tanpa pengarahan atau pemberian instruksi yang
mengawasi dan mengarahkan, yang terakhir sangat membatasi otonomi anak.

e. Pengaturan Ruang Kelas

Pengaturan ruang kelas terbuka dengan struktur yang tidak kaku dan memberikan
perhatian individual, lebih memupuk perkembangan kreativitasnya dibanding kelas
tradisional. Ruang kelas memberi banyak rangsangan visual yang menarik. Adanya pusat
sains, pusat membaca, atau pusat aktivitas lain memungkinkan anak bereksperimen dan
menjajagi berbagai bidang.

f. Strategi Mengajar

Strategi mengajar yang dapat meningkatkan kreativitas dengan memperhatikan :

1. pemberian penilaian tidak hanya oleh guru tetapi juga melibatkan siswa

2. pemberian hadiah sebaiknya yang intangible, dan yang berkaitan dengan kegiatan yang
sedang dilakukan, serta

10
3. memberikan kesempatan kepada anak untuk memilih topik atau kegiatan belajar sampai
batas tertentu (setelah yang minimal dpersyaratkan tercapai)

C. Peranan Masyarakat Dalam Pengembangan Kreativitas

Dalam suatu daerah tentunya sudah ada wadah yang menampung dan membina bakat
dalam bidang seni dan visual dan pertunjukan. Ada sekolah music, sekolah tari, sanggar
melukis, dan lain sebagainya.
Demikian pula untuk bakat dalam bidang psikomotor, seperti olahraga, juga cukup tampak
lembaga pendidikan atau perkumpulan yang menangani berbagai bidang olahraga, seperti
berenang, bulu tangkis, sepak bola, atletik, dan lain-lainnya yang diprakarsai oleh
masyarakat. Bahkan akhir-akhir ini tampak diadakan kursus-kursus untuk berbagai macam
ketrampilan seperti menjahit, memasak, tekhnik computer, dan sebagainya. Tetapi lembaga
yang khusus bertujuan untuk mengembangkan kemampuan berpikir kreatif melalui berbagai
media masih sangat sedikit.
Yang masih perlu digalakkan di Negara ini adalah peran serta masyarakat dalam pengadaan
program pendidikan anak berbakat yang merupakan kerja sama antar sekolah dan keluarga.
Yang perlu dilakukan ialah menemukan penerapan spesifik dari sumber-sumber social
cultural yang memupuk perkembangan kreatif dalam lingkungan pendidikan. Agar melalui
magic synthesis anak berbakat kita dapat menjadi pribadi yang unggul serta kreatif.
Pendapat dan gagasan beberapa pakar Indonesia mengenai kaitan dan peranan faktor-fakor
social-budaya dengan pengembangan kreatifitas anggota masyarakat menunjukkan kesamaan
dengan temuan pakar dan peneliti diluar negeri sehubungan dengan kondisi social-budaya
yang menunjang atau menghambat kreativitas bangsa. Faktor penentu yang dimaksud melalui
antara lain, adanya interaksi antara dua gerak psikologis, yaitu pengendalian konservatif dan
tantangan menghadapi pembaruan, perkembangan teknologi tingkat tinggi yang digunakan
secara efektif, keterbukaan terhadap rangsangan budaya baru yang memungjan pembuahan
saling system antar budaya, adanya kebebasan untuk ungkapan kretif dan komunikasi, dan
keterpaduan kebudayaan Indonesia yang baru dengan kebudayaan dunia yang sedang
tumbuh.
Peran serta masyarakat dalm penyalenggaraan pelayanan pendidikan anak berbakat
dapat terwujud melalui barbagai bentuk kerja sama. Anak berbakat dapat mengunjungi
beberapa tempat kerja bisnis dan organisasi, dan memperoleh latihan disana. Pemimpin
ataupun tokoh-tokoh masyarakat yang memiliki keahliam atau ketrampilan dalam bidang
11
tertentu dapat memberi pengetahuan terhadap anak-anak, sehingga dengan demikian melatih
ketrampilan penelitian dan mendekatkan siswa terhadap masalah nyata dalam kehidupan.
Program luar sekolah dapat membantu memenuhi kebutuhan kognitif (mengembangkan
ketrampilan berpikir), afektif (berkomunikasi dengan teman sebaya atau orang dewasa yang
kreatif), dan generatif (menemukan cara-cara baru untuk memecahkan masalah).
Akhir-akhir ini telah tampak peran serta masyarakat untuk memupuk bakat dan talenta siswa
berbakat dalam berbagai bidang dengan menyelenggarakan kursus, pelatihan, sanggar, dan
sebagainya. Namun masih perlu digalakkan adalah kerja sama tiga lingkungan pendidikan
(sekolah, keluarga, dan masyarakat) dalam pengadaan berbagai alternative program
pendidikan anak berbakat.

a. Kebudayaan yang “Creativogenic”


Bronowski menemukan dua puncak kejayaan kreativitas dalam sejarah
Barat;kebudayaan Yunani antara 600 dan 300 SM dan zaman Reinnassance.Agaknya dalam
kebudayaan-kebudayaan tertentu kreativitas lebih dihargai sehingga lebih berkembang
daripada dalam kebudayaan-kebudayaan lainnya.Silvano Arieti menamnakn kebudayaan itu
seperti kebudayaan”creativogenic”,yaitu kebudayaan yang menunjang ,memupuk dan
memungkinkan perkembangna kreativitas.
Arieti mengemukakan sembilan faktor sosiokultural yang “creativogenic”
1. Tersedianya sarana kebudayaan
2. Keterbukaan terhadap rangsangan kebudayaan
3. Penekanan pada “becoming” tidak hanya”being”
4. Memberikan kesempatan bebas terrhadap media kebudayaan bagi semua warga negara
tanpa diskriminasi
5. Timbulnya kebebasan atau paling tidak hanya ada diskriminasi yang ringan setelah
pengalaman tekanan dan tindasan yang keras ,merupakan insentif atau tantangan terhadap
pertumbuhan kreativitas.
6. Keterbukaan terrhadap rangsangan kebudayaan yang berbeda
7. Toleransi dan minat terhadap pandangan yang divergen
8. Adanya interaksi antara pribadi-pribadi yang berarti
9. Adanya insentif ,penghargaan atau hadiah

12
b. Kebudayaan ,Kreativitas dan Keunggulan
Simonton memusatkan perhatian pada kondisi kebudayaan yang menunjang atau
menghambat munculnya tokoh-tokoh unggul kreatif.Simonton membuat perbedaan kritis
antara dua tahap dalam kehidupan pencipta yaitu:
1. Kejadian sosiokultural yang dapat mempunyai pengaruh terhadap masa produktivitas
pencipta
2. Kejadian sosiokultural yang dapat berpengaruh terhadap perrkembangan pencipta.
Simonton mengemukakan tujuh perrubah yang mempengaruhi perkembangan kratif
seseorang yaitu:
1. Pendidikan Formal
2. Adanya pencipta ulang yang menjadi model peran
3. Zeitgeist yaitu adanya pengaruh dari iklim mental pada kala waktu tertentu dalam sejarah
4. Fragmentasi Politis
5. Keadaan perang
6. Gangguan sipil
7. Ketidakstabilan politis
Kesimpulannya, budaya dapat berpengaruh dalam memudahkan atau menghambat
pengembangan kreatiivtas selama tahun-tahun formatif dari anak-anak dan pertumbuhan
bakat.
Arieti menunjukkan bahwa ada beberapa pandangan yang berbeda. Di satu pihak ,ada
yang berpandangan bahwa genius dibentuk oleh kebudayaan. Di lain pihak, ada yang
berpandangan bahwa kebudayaan baru dibentuk atau dicipta oleh genius.
c. Kebudayaan Indonesia dan Pengembangan Kreativitas
Menurut Toeti Noerhadi sejarah manusia dapat dikembalikan pada interaksi antar dua
gerak psikologi ,yaitu yang bersifat pengemdalian konservatif dan suatu daya kreatif yang
mempertanyakan pengalaman masa lalu dan menghadapi pembaruan.5
Selo Semardjan menekankan bahwa ornag yang benar-benar kreatif memilki sistem nilai dan
sistem apresiasi hidup sendiri yang mungkin tidak sama dengan nilai-nilai yang dianut
masyarakat ramai.

5
Noerhadi, Toeti Heraty. 1983. “Kreativitas, suatu tinjauan filsafat.” Dalam takdir alisjahbana. Kreativitas.
Jakarta : Dian Rakyat.
13
Harsya Bachtiar seperti juga Rogers memaparkan kebutuhan sosial akan kreativitas
yang menghendaki suatu bentuk,struktur ,pola atau sistem yang baru karena apa yang telah
ada dianggap tidak lagi memadai atau tidak bisa memenuh kebutuhan .Menurutnya,faktor
lain yang tidak kurang penting adalah pembuahan silang antar sistem budaya.

d. Bentuk Kerja sama dengan Masyarakat


Kelompok peminat didalam masyarakat merupakan unsur yang kuat dalam pengadaan
program untuk siswa berbakat,terutama di negara-negara yang sistem sekolahnya belum
melayani kebutuhan pendidikan anak berbakat.Banyak negara lainnya melaporkan bahwa
masyarakat merupakan sumber penunjang utama atau paling tidak salah satu sumber utama.
Program anak berbakat cukup banyak pula yang merupakan kerrja sama antara bisnis ddan
industri dengan sekolah .Hal ini dapat berupa kunjungan ke tempat kerja,dengan sebelumnya
ada pembelajaran persiapan.
Kemungkinan lain adalah bahwa para ahli atau spesialis dalam bidang tertentu datang
ke sekolah untuk memberi ceramah,memberi demonstrasi dari pekerjaan mereka dengan
mebagikan peralatan dan sebagainya.
Sebagaimana dinyatakan oleh Frank “teh community becomes the classroom”.Siswa dapat
“magang” bekerja di beberapa perusahaan atau pabrik .Hubungan mentor dengan orang-
orang bisnis atau ilmuan industri dapat memupuk perrkembangan keterampilan ,sikap ,nilai
dan citra diri.

e. Memanfaatkan Sumber dalam Masyarakat


Koordinator program sebagai pengelola dapat melakukan atau merrencanakan
kegiatan sebagai berikut:
1. Menyediakan bus yang dapat menjadi laboratorium mobil yang dapat membawa
siswa ke lapangan.
2. Menghubungi perhimpunan orang-orang yang sudah pensiun atau lanjut usia
3. Menghubungi orangtua yang dapat mengajar dalam bidang minat mereka
4. Memanfaatkan fasilitas perusahaan yang letaknya dekat sekola yang memberikan
kesempatan belajar
5. Menggunakan tape recorder yang memungkinkan siswa menjajaki daerah tertentu
untuk melakukan survei atau mengkaji topik tertentu
6. Mengunjungi perusahaan telepon
7. Mengunjungi stasiun televisi
14
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan

Salah satu tujuan terpenting dari pembentukan kelurga ialah untuk mewujudkan
ketentraman dan ketenangan psikologis, untuk memenuhi kebutuhan cinta kasih anak-anak.
Keluarga merupakan tempat pendidikan pertama dan utama bagi anak, maka suasana
kehidupan rumah tangga juga harus memperhatikan kebutuhan anak dalam menciptakan
suasana emosional yang baik. Dengan kata lain, orang tua hendaknya menjaga kondusifitas
keluarga. Rasa kasih sayang serta ketentraman yang dirasakan bersama dalam keluarga akan
membuat anak tumbuh dan berkembang dalam suasana bahagia. Kebahagiaan itu pada
gilirannya akan memberikan anak rasa percaya diri, tenteram, cinta serta menjauhkan diri dari
rasa gelisah, dan berbagai penyakit mental yang dapat melemahkan kepribadiannya.
kreativitas yang ada dalam diri anak sebenarnya akan terus berkembang jika keadaan
sekitarnya terus memberikan stimulus-stimulus yang bisa memunculkan ataupun
menampakkan kreativitas anak tersebut . dalam hal ini, banyak sekali peran-peran yang harus
dilakukan baik di lingkungan keluarga, sekolah maupun masyarakat sehingga kreativitas
dalam anak bisa berkembang sebagai mana mestinya dan akan terus berkembang dengan
baik.

B. Saran
Mungkin dari makalah kami ini masih banyak kekurangan oleh karena itu kami butuh
saran dan kritik dari pembaca sekalian karena dengan kekurangan dari hasil saran dan kritik
dari pembaca bisa menjadi acuan kami dalam menyusun dan menyelesaikan isi dari makalah
kami serta menambah wawasan buat kami semua.

15
DAFTAR PUSTAKA

Campbell, David.1986. Mengembangkan Kreativitas. Yogyakarta: Kanisius.


Craft, Anna. 2000. Membangun Kreativitas Anak. Depok: Inisiasi Press.
Munandar, Utami. 2004. Pengembangan Kreativitas Anak Berbakat. Jakarta: rineka cita
Van Tassel-Baska. 1983. “The Teacher as Counsellor for the Gifted.” Teaching
ExceptionalChildren, Spring, 145-150
Noerhadi, Toeti Heraty. 1983. “Kreativitas, suatu tinjauan filsafat.” Dalam takdir alisjahbana.
Kreativitas. Jakarta : Dian Rakyat..

16

Anda mungkin juga menyukai