Anda di halaman 1dari 23

UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN BAHASA ANAK MELALUI

PENGGUNAAN BONEKA TANGAN PADA KEGIATAN BERCERITA


TEMA KELUARGAKU DI KELAS B TK AL-IRSYAD DESA CILEUNYI
WETAN KEC. CILEUNYI KAB. BANDUNG
Diajukan Sebagai Salah Satu Tugas Mata Kuliah Penelitian Tindakan Kelas
Pada Program Sarjana Studi PIAUD STAI Yapata Al-Jawami
DOSEN PENGAMPU:
Udin Juhrodin, S.Pd.I.,M.M.Pd

Disusun Oleh :
Ida Yulliyanti 2018120045

FAKULTAS TARBIYAH
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN ISLAM ANAK USIA DINI
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM YAPATA AL-JAWAMI
BANDUNG
2021 M / 1442 H
UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN BAHASA ANAK MELALUI
PENGGUNAAN BONEKA TANGAN PADA KEGIATAN BERCERITA
TEMA KELUARGAKU DI KELAS B TK AL-IRSYAD DESA CILEUNYI
WETAN KEC. CILEUNYI KAB. BANDUNG

Penulis: Ida Yulliyanti / NIM 2018120045

A. Latar Belakang Masalah


Pendidikan yang baik hendaknya dimulai sejak masa kanak-kanak.
Masa kanak-kanak merupakan periode emas perumbuhan di mana pada masa
itu otak anak berkembang dengan sangat pesat. Pendidikan anak usia dini
pada dasarnya meliputi seluruh upaya dan tindakan yang dilakukan oleh
pendidik dan orang tua.1 Anak-anak usia dini berada pada masa keemasan
(golden age). Masa ini disebut masa keemasan sebab pada usia dini terjadi
perkembangan yang sangat menakjubkan dan terbaik. Perkebangan yang
menakjubkan tersebut mencakup perkembangan fisik dan psikis. 2
Dalam Undang-undang Nomer 23 tahun 2003 (dalam Peraturan Menteri
Pendidikan Nasional, 2009: 1) tentang Sistem Pendidikan Nasional Pasal 1
Angka 14 dinyatakan bahwa Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) adalah
suatu upaya pembinaan yang ditujukan kepada anak sejak lahir sampai usia
enam tahun. Pendidikan anak usia dini dibagi dalam tiga jalur, yaitu jalur
formal meliputi Taman Kanak-kanak (TK) dan bentuk lain yang sederajjat;
jalur non formal meliputi Taman Penitipan Anak (TPA), Kelompok Bermain
(KB), dan bentuk lain yang sederajat; serta jalur informal yaitu keluarga.
Dalah hal ini penulis menitikberatkan pada jalur formal yaitu Taman Kanak-
kanak.
Dalam Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomer 58 tahun 2009
dijelaskan bahwa Taman Kanak-kanak adalah salah satu bentuk satuan

1
eca gesang Mentari and others, Manajemen Pengembangan Pendidikan Anak Usia Dini
(Yogyakarta: Hijaz Pustaka Mandiri, 2020)
2
Masganti Dr Siti, Psikologi Perkembangan Anak Usia Dini (Jakarta: Prenadamedia Group,
2017).
pendidikan anak usia pada jalur pendidikan formal yang menyelenggarakan
program pendidikan bagi anak usia empat tahun sampai enam tahun dan
berfungsi untuk mengenalkan peraturan dan menanamkan disiplin pada anak,
mengenalkan anak pada dunia sekitar, menumbuhkan sikap dan perilaku yang
baik, mengembangkan kemampuan berkomunikasi dan bersosialisasi,
mengembangkan keterampilan, kreativitas, dan kemampuan yang dimiliki
anak serta menyiapkan anak untuk memasuki pendidikan dasar.
Bahasa adalah sesuatu yang digunakan untuk berkomunikasi, untuk
mengungkapkan keinginan, mengungkapkan emosi, dan untuk mendapatkan
3
informasi. Dengan hal tersebut, program pengembangan bahasa di Taman
Kanak-kanak bertujuan agar anak mampu mengungkapkan pikiran melalui
bahasa yang sederhana secara tepat, mampu berkomunikasi secara efektif dan
membangkitkan minat untuk berbahasa dengan baik dan benar. Aspek dalam
pengembangan bahasa anak usia dini meliputi mendengarkan, berbicara,
membaca dan menulis. Maka untuk mengembangkan keterampilan bahasa
dibutuhkan metode yang menuntut anak untuk terlibat aktif di dalamnya.
Dalam hal ini penulis menggunakan metode bercerita.
Dari observasi yang dilakukan di TK Al-Irsyad pada Kelompok B, saat
anak diminta untuk menceritakan pengalaman atau kejadian yang dilaluinya,
ada 8 dari 12 anak yang tidak mampu menceritakan pengalaman atau kejadian
itu secara urut dan runtut. Selain itu anak juga belum mampu untuk
menjawab dan menceritakan kembali isi verita yang telah disampaikan oleh
guru.
Kemampuan anak untuk menjawab pertanyaan dari guru atau
menceritakan kembali isi cerita yang dibawakan oleh guru sebagian besar
belum mampu menjabarkannya dengan benar. Anak hanya bisa
mengungkapkan satu atau dua kata saja, bukan berupa kalimat. Hal itu
disebabkan karena kurangnya bahan yang akan diceritakannya. Selain itu,
anak sering lupa dengan kalimat apa yang diucapkan guru saat bercerita. Hal

3
Muhammad Usman, Perkembangan Bahasa Dalam Bermain Dan Permainan (Yogyakarta:
Deepublish, 2015).
ini menunjukkan bahwa keterampilan bicara anak Kolompok B di TK Al-
Irsyad belum berkembang secara optimal.
Permasalahan tersebut di atas tidak terlepas dari penggunaan metode
dan media yang kurang tepat dalam mengembangkan keterampilan berbicara.
Mediayang digunakan kurang menarik bagi anak. Dalam pengembangan
keterampilan bahasa, akan lebih efektif jika anak menggunakan media yang
tepat. Selain itu, anak juga membutuhkan media yang merangsang dan
mengingat kembali cerita yang dibawakan oleh guru. Dengan begitu anak
mempunyai banyak bahan untuk diceritakan kembali. Sebenarnya ada banyak
media yang dapat digunakan dalam pembelajaran di Taman Kanak-kanak
diantaranya yaitu denan mediaboneka tangan.
Media boneka tangan merupakkan media yang sangat menarik bagi
anak. Selain itu boneka tangan juga bisa langsung digunakan untuk anak saat
bercerita. Boneka tangan ini dapat digunakan untuk memerankan suatu tokoh
atau cerita. Pada saat anak meceritakan kembali cerita yang dibawakan oleh
guru, boneka tangan ini dapat merangsang dan dapat membantu mengingat
kembali apa yang diceritakan oleh guru sebelumnya. Penggunaan media yang
digunakan di sekolah tentunya karena memiliki fungsi yang dapat menunjang
pembelajaran.4 Maka dari itu penulis mengambil judul “Upaya Meningkatkan
Kemampuan Bahasa Anak Melalui Penggunaan Boneka Tangan pada
Kegiatan Bercerita Tema Keluargaku di Kelas B TK Al-Irsyad Desa Cileunyi
Wetan Kec. Cileunyi Kab. Bandung”

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka dirumuskan tiga pokok
masalah yang dituangkan dalam tiga pertanyaan berikut ini.
1. Bagaimana tingkat kemampuan berbahasa anak di kelas B TK Al-Irsyad
sebelum menggunakan media boneka tangan?

4
Ajeng Rizki Safira, Media Pembelajaran Anak Usia Dini (Gresik: Caremedia
Communication, 2020).
2. Bagaimana penerapan kegiatan bercerita menggunakan media boneka
tangan di kelas B TK Al-Irsyad?
3. Bagaimana tingkat kemampuan berbahasa anak di kelas B TK Al-Irsyad
setelah menggunakan media boneka tangan?

C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan pada rumusan masalah di atas, maka terdapat beberapa tujuan
penelitian yang ingin di capai oleh peneliti. Adapun tujuan penelitian ini yaitu
untuk mengetahui.
1. Kemampuan berbahasa anak di kelas B TK Al-Irsyad sebelum
menggunakan media boneka tangan
2. Penerapan kegiatan bercerita menggunakan media boneka tangan di kelas
B TK Al-Irsyad
3. Kemampuan berbahasa anak di kelas B TK Al-Irsyad setelah
menggunakan media boneka tangan

D. Kegunaan Penelitian
1. Teoritis
Manfaat teoritis: sebagai referensi penelitian di bidang pendidikan anak
usia dini, khususnya mengembangkan kemampuan bahasa anak
menggunakan media pembelajaran boneka tangan.
2. Praktis
a. Untuk Lembaga Tempat Penelitian
1) Memberikan motivasi yang baik untuk pendidik dalam melakukan
kegiatan peningkatan kemampuan berbicara anak
2) Masyarakat lebih percaya serta mendukung sekolah karena mutu
pendidikannya sangat baik.
b. Untuk Tenaga Pendidik
1) Memperkaya teknik dan strategi dalam pembelajaran kemampuan
berbicara untuk anak
2) Menciptakan kegiatan pembelajaran kemampuan berbicara dengan
cara yang tidak membosankan
c. Untuk Siswa
1) Meningkatkan kemampuan berbicara untuk anak
2) Menumbuhkan minat dan kreativitas yang baru dalam
meningkatkan kemampuan berbicara dengan cara yang
menyenangkan
d. Untuk Orangtua
1) Menambah pengetahuan orang tua dalam memotivasi anak dalam
meningkatkan kemampuan berbicara anak
e. Untuk Peneliti Selanjutnya
Diharapkan memberikan jalan bagi peneliti selanjutnya untuk
melakukan penelitian ulang serta menjadi bahan kajian lebih lanjut dalam
meningkatkan kemampuan bahasa anak dengan menggunakan media yang
lebih baik

E. Kerangka Pemikiran
1. Landasan Teosentris Penelitian
Dalam berbahasa dan bertutur kata yang baik, diungkapkan di dalam
(Q.S Ta-Ha: 25 – 28)

َ ‫قَا َل َربِّ ا ْش َرحْ لِ ْي‬


ْ‫ص ْد ِري‬
ْ‫َويَسِّرْ لِ ْْٓي اَ ْم ِري‬
‫َواحْ لُلْ ُع ْق َدةً ِّم ْن لِّ َسانِ ْي‬
ۖ ‫يَ ْفقَهُوْ ا قَوْ لِ ْي‬
“Yaa Rabbku, lapangkanlah untukku dadaku, dan mudahkanlaj untukku
urusanku, dan lepaskanlah kekakuanku dari lidahku, supaya mereka
mengerti perkataanku.”

Ayat-ayat ini memuat keterangan tentang Nabi Musa a.s. yang


memohon, berdoa, kepada Allah agar dia diberi kekuatan dalam
berdakwah. Di antara doanya itu “…dan lepaskanlah kekuatanmu dari
lidahku” (Alquran surah 20: 27) yang menyiratkan makna ‘berilah hamba-
Mu ini kemampuan berbicara’ agar mereka mengerti perkataanku” 4
(Alquran surah 20: 28) yang mengandung makna ‘agar komunikasiku
dengan mereka berjalan lancar.’ Ayat ini menerangkan bahwa peran
berbicara secara jelas sangat diperlukan dalam mengkomunikasikan
sesuatu kepada orang lain. Secara implisit dalam ayat ini menyatakan
bahwa salah satu ranah berbahasa, yaitu kemampuan berbiacara sangat
besar perannya dalam berkomunikasi.
2. Konsep Tentang kecerdasan bahasa
Suhartono menyatakan bahwa perkembangan bahasa anak adalah
pemahaman dan komunikasi dan komunikasi melalui kata, ujuran dan
tulisan. Pemahaman kata-kata yang dikomunikasikan melalui ujaran
aktivitasnya berwujud mendengarkan dan berbicara, sedangkan
mengkomunikasikan kata-kata melalui tulisan aktivitasnya berbentuk
membaca dan menulis. Maka, berbicara dapat berkembang sejak anak
usia dini dan terus berkembang
Ada dua kriteria untuk memutuskan apakah anak berbicara dalam
arti yang sebenarnya ataukah masih belum mampu. Pertama, anak harus
mengetahui arti kata yang digunakannya dan mengaitkannya dengan
objek yang diwakilkannya. Kedua, anak harus melafalkan kata-katanya
sehingga orang lain memahaminya dengan mudah.5
Perkembangan anak yang baik dapat mengembangkan kemampuan
bahasanya. Perkembangan bahasa pada seorang anak memiliki beberapa
tahap diantaranya reflexive vocalization, babbling, lalling, echolalia
sampai truespeech. Tahap-tahap perkembangan bahasa tersebut terjadi
pada seorang anak dengan usianya yang bervariasi.
Di dalam perkembangan bahasanya dipengaruhi juga oleh
beberapa faktor mulai dari faktor biologis, kognitif dan lingkungan.
Menurut para ahli, nbahasapesan dengan menggunakan simbol-simbol
yang dirangkai merupakan media komunikasi yang digunakan untuk
menyampaikan simbol-simbol yang dirangkai berdasarkan urutan bentuk

5
Usman.
kalimat yang bermakna dan mengikuti aturan atau tata bahasa yang
berlaku dalam suatu komunitas atau masyarakat.
3. Konsep Tentang Metode Bercerita
Metode bercerita adalah salah satu pemberian pengalaman belajar
bagi anak TK dengan membawakan cerita kepada anak secara lisan. Oleh
sebab itu, guru harus menguasai penuh cerita yang akan disampaikan. 6
Kegiatan bercerita adalah menuturkan sesuatu yang mengisahkan
tentang perbuatan atau suatu kejadian dan disampaikan secara lisan
dengan tujuan membagikan pengalama kepada orang lain. Dengan
demikian bercerita dalam konteks komunikasi dapat dikatakan sebagai
upaya mempengaruhi orang lain melalui ucapan dan penuturan tentang
suatu ide. Sementara dalam konteks pembelajaran anak usia dini bercerita
dapat dikatakan sebagai upaya untuk mengembangkan potensi
kemampuan berbahasa anak melalui pendengaran dan kemudian
menuturkannya kembali dengan tujuan melatih anak dalam bercakap-
cakap untuk menyampikan ide dalam bentuk lisan. Kegiatan bercerita
memberikan sumbangan besar pada perkembangan anak secara
keseluruhan sebagai implikasi dari perkembangan bahasanya, sehingga
anak akan memiliki kemampuan untuk mengembangkan aspek
perkembangan yang lain dengan modal kemampuan berbahasa yang
sudah baik. 7
Adapun teknik-teknik bercerita yang dapat dilakukan diantaranya:
a. Membaca langsung dari buku cerita. Teknik bercerita dengan
membaca langsung dari buku sangat bagus, apalagi jika guru
memiliki puisi dan prosa yang baik untuk dibacakan kepada anak.
b. Bercerita dengan menggunakan ilstrasi gambar. Bila cerita yang
disampaikan kepada anak terlalu panjang dan terinci dengan

6
Sri Katoningsih, Keterampilan Bercerita (Surakarta: Muhammadiyah Uniersity Press, 2021).
7
Hasmawati, ‘Upaya Peningkatan Kemampuan Berbicara Dengan Metode Bercerita Bebas
Non Teks Dalam Pelajaran Bahasa Indonesia Siswa Kelas VI Di SDN 153 Pekanbaru’, Open
Journal System Indagiri, 1.2, 10.
menambahkan ilustrasi pada gambar dari buku yang dapat menarik
perhatian anak.
c. Menggunakan papan flanel.
d. Bercerita dengan media boneka. Boneka yang dibuat itu masing-
masing mennjukkan perwatakan pemegang peran tertentu. Misalnya
ayah yang penyabar, ibu yang kadang-kadang cerewet, anak
perempuan yang manja, anak laki-laki yang jujur, dsb.
e. Menggunakan media audio visual
f. Anak bermain peran atau sosiodrama 8
4. Konsep Tentang Media Boneka Tangan
Media pembelajaran memiliki fungsi sebagai alat bantu mengajar
yang turut mempengaruhi iklim, kondisi dan lingkungan belajar yang
ditata dan diciptakan oleh guru. Berikut adalah manfaat praktis media
pembelajaran adalah:
a. Media pembelajaran dapat memperjelas penyajian pesan dan
informasi sehingga dapat memperlancar dan meningkatkan proses
dan hasil belajar
b. Media pembelajaran dapat meningkatkan dan mengarahkan
perhatian anak sehingga dapat menimbulkan motivasi belajar,
interaksi yang lebih langsung antara anak dan lingkungannya, serta
kemampuan anak yang bermain sendiri sesuai dengan kemampuan
dan minatnya.
c. Media pembelajaran dapat mengatasi keterbatasan indera, ruang dan
waktu.
d. Media pembelajaran dapat memberikan kesamaan pengalaman
kepada siswa tentang peristiwa-peristiwa di lingkungan mereka. 9
Boneka tangan adalah tiruan untuk permainan yang dimainkan oleh
jari-jari tangan. Anak usia 4-6 tahun berada dalam masa praoperasional.
Pada masa ini anak mampu mengadakan repsentatif dunia pada tingkatan
8
Guslinda and Rita Kurnia, Media Pembelaaran Anak Usia Dini (Media Sumber Belajar Dan
APE) (Surabaya: CV. Jakad Publishing, 2018).
9
Guslinda and Kurnia.
yang kongkret. Boneka menjadi alat peraga yang dianggap mendekati
naturalitas bercerita.
5. Skema Kerangka Pemikiran

Kontrasi
Kondisi Awal
Awal Identifikasi Tindakan
1. Pembelajaran bercerita hanya 1. Perkembangan bahasa anak 1. Penggunaan benda tangan.
menggunakan buku. Kurang. 2 Anak melakukan praktek
2 Anak – anak hanya 2 Karena hanya mendengarkan cerita.
mendengarkan cerita. Anak menjadi kurang 3. Dilakukan dalam dua
berkomunikasi. siklus.

Hasil
Kemampuan bahasa Evaluasi
anak meningkat

F. Penelitian Terdahulu
1. Penelitian dilakukan oleh Rukmini (2014) Universitas Muhammadiyah
Surakarta, yang berjudul “Meningkatkan Kemampuan Berbahasa Anak
Melalui Bermain Peran pada Anak Kelompok A TK Aisyiyah II
Kecamatan Sragen Kabupaten Sragen”. Penelitian Tindakan Kelas ini
bertujuan untuk meningkatkan kemampuan berbahasa anak usia dini
dengan bermain peran di TK Aisyiyah II Sragen tahun ajaran 2013/2014.
Subyek pelaksanaan tindakan ini adalah anak kelompok A di TK Aisyiyah
II yang berjumlah 18 anak. Objek penelitian ini adalah guru dan anak TK
Aisyiyah II Kecamatan Sragen, Kabupaten Sragen Tahun 2013/2014. Jenis
penelitian yang dilakukan adalah penelitian tindakan kelas yang
dilaksanakan dalam dua siklus. Prosedur penelitian ini terdiri dari empat
tahap yaitu, perencanaan tindakan, pelaksanaan tindakan, observasi, dan
refleksi. Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini
adalah metode observasi, wawancara, catatan lapangan, dan dokumentasi.
Teknik analisis data menggunakan analisis deskriptif komparatif yaitu
membandingkan hasil persentase pencapaian setiap anak dengan
persentase keberhasilan yang telah ditentukan peneliti pada setiap
siklusnya, analisa data pembelajaran bermain peran dilakukan dengan
analisis interaktif. Hasil penelitian ini adalah terjadi peningkatan
kemampuan berbahasa anak melalui bermain peran. Kemampuan
berbahasa anak pada pra siklus mencapai 11,11%, siklus pertama 61,11%,
dan siklus kedua menjadi 83,33%. Selain itu, dapat disimpulkan bahwa
variasi dalam pembelajaran mempunyai peranan yang sangat penting
dalam peningkatan kemampuan berbahasa melalui bermain peran karena
pembelajaran dilakukan di luar kelas. Dengan demikian, dapat terbukti
bahwa penerapan bermain peran dapat meningkatkan kemampuan
berbahasa anak kelompok A di TK Aisyiyah II Sragen tahun ajaran
2013/2014. 10
2. Penelitian dilakukan oleh Ariyani (2013) Universitas Muhammadiyah
Surakarta, yang berjudul “Pengembangan Kemampuan Berbahasa Melalui
Metode Bercerita dengan Sandiwara Boneka pada Anak Kelompok A di
TK Aisyiyah Kismoyoso Ngemplak Boyolali Tahun Ajaran 2012/2014”.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengembangan kemampuan
berbahasa melalui metode bercerita dengan sandiwara boneka pada anak
kelompok A TK Aisyiyah Kismoyoso Ngemplak Boyolali Tahun ajaran
2012/2013. Jenis penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas. Subjek
penelitian tindakan ini adalah anak kelompok A TK Aisyiyah Kismoyoso
yang berjumlah 26 anak. Penelitian ini bersifat kolaboratif antara peneliti,
guru kelas dan kepala sekolah. Data dikumpulkan melalui observasi,
wawancara dan dokumentasi. Keabsahan data diperiksa dengan
trianggulasi. Data dianalisis dengan tehnik koparasi/perbandingan, yaitu
membandingkan hasil yang dicapai oleh anak dengan indikator kinerja.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa kemampuan berbahasa anak
mengalami perkembangan pada setiap siklusnya. Kemampuan berbahasa
anak berkembang dari prasiklus 50% menjadi 51% pada siklus I. Pada
siklus II kemampuannya meningkat menjadi 60% dan pada siklus III
meningkat hingga mencapai 80%. Kesimpulan dari penelitian ini adalah
10
Rukmini, ‘Meningkatkan Kemampuan Berbahasa Anak Melalui Bermain Peran Pada Anak
Kelompok a Tk Aisyiyah Ii Kecamatan Sragen Kabupaten Sragen Tahun Ajaran 2013/2014’,
2014.
melalui penggunaan metode bercerita dengan sandiwara boneka dapat
mengembangkan kemampuan berbahasa anak. Adapun langkah-langkah
yang membuat metode bercerita dengan sandiwara boneka dapat
mengembangkan kemampuan berbahasa pada anak adalah sebagai berikut:
1. Guru menyiapkan alat yang diperlukan, yang diantaranya adalah
beberapa boneka, panggung boneka, dan alat peraga lain yang di gunakan
dalam bercerita. 2. Guru mengatur tempat duduk anak-anak, yaitu guru
mengajak anak-anak membuat lingkaran sambil menyanyi, supaya anak
merasa senang dan gembira. 3. Guru memberi rangsangan agar anak mau
mendengarkan dan bercakapcakap dengan boneka. Dalam hal ini peneliti
memberikan apersepsi dahulu dengan memperkenalkan tokoh-tokoh dalam
cerita. 4. Peneliti melaksanakan percakapan antar boneka. Peneliti mulai
bercerita. 5. Setelah peneliti selaesai bercerita, peneliti memberi
kesempatan kepada anakanak untuk menceritakan kembali cerita tersebut.
6. Bagi anak-anak yang mampu bercerita kembali, peneliti memberikan
riword kepada anak tersebut dalam bentuk. 11

G. Hipotesis Tindakan
Berdasarkan kerangka pemikiran, maka dapat diajukan rumusan hipotesis
tindakan adalah “Penggunaan media boneka tangan pada anak diduga dapat
mengembangkan kemampuan berbicara di Kelas B TK Al-Irsyad Cikandang
Cileunnyi Kabupaten Bandung.”

H. Langkah-langkah Penelitian
1. Pendekatan/Metode atau Jenis Penelitian
Jenis penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK) atau
Classroom Action Research (CAR). Teknik pengumpulan data dalam
penelitian ini adalah dilakukan dengan metode observasi, dan catatan
lapangan.

11
Ariani, ‘Pengembangan Kemampuan Berbahasa Melalui Metode Bercerita Dengan
Sandiwara Boneka Pada Anak Kelompok a Tk Aisyiyah Kismoyoso Ngemplak Boyolali’, 2013.
Metode Observasi adalah suatu teknik mengumpulkan data yang di
lakukan dengan cara mengadakan pengamatan secara teliti serta pencatatan
secara sistematis. Metode Catatan lapangan adalah catatan tertulis tentang
apa yang didengar, dilihat, diamali dan dipikirkan dalam rangka
pengumpulan data dan refleksi terhadap data dalam penelitian kualitatif.
Teknik analisis data dalam penelitian ini adalah dilakukan dengan
teknik analisis kompratif dan teknis analisis interaktif. Data kemampuan
berbahasa dianalisis menggunakan analisis komparatif, sedangkan data
penggunaan metode bercerita menggunakan boneka menggunakan analisis
interaktif.
2. Tempat dan Lokasi Penelitian
Penelitian tindakan kelas ini dilakukan di Kelas B TK Al-Irsyad yang
terletak di Kampung Cikandang Rt 01 / Rw 22 Desa Cileunyi Wetan
Kecamatan Cileunyi Kabupaten Bandung. Penelitian ini dilaksanakan pada
semester ganjil Tahun Pelajaran 2021/2022
3. Subjek dan Objek Penelitian
a. Subjek Penelitian
Subjek dalam penelitian ini adalah anak kelas B TK Al-Irsyad
Kampung Cikandang RT 01 RW 22 Desa Cileunyi Wetan Kecamatan
Cileunyi Kabupaten Bandung. Dengan jumlah siswa kelompok B
sebanyak 13 Orang terdiri dari 9 laki-laki dan 4 perempuan.
b. Objek Penelitian
Objek dalam penelitian ini yaitu untuk mengetahui kemampuan
bahasa anak usia dini sebelum menggunakan kegiatan bermain boneka
tangan dan setelah menggunakan kegiatan bermain boneka tangan pada
setiap siklus di kelas A TK Al-Irsyad Kp. Cikandang RT 01 RW 22
Desa Cileunyi Wetan Kecamatan Cileunyi Kabupaten Bandung
4. Jenis dan Sumber Data
a. Jenis Data Penelitian
Penelitian ini terdapat dua jenis data yang dapat diteliti yaitu data
kuantitatif dan kualitiatif. penelitian kuantitatif lebih sistematis,
terencana, terstruktur dan jelas dari awal hingga akhir penelitian.
Definisi lain menyebutkan bahwa penelitian kuantitatif adalah
penelitian yang menuntut penggunaan angka, mulai dari pengumpulan
data, penafsiran dari data tersebut dan penampilan dari hasilnya.
Sementara itu metode kualitatif sering disebut metode penelitian
naturalistik karena penelitiannya dilakukan secara alamiah. Metode
kualitatif juga memiliki prosedur penelitian yang bersifat deskriptif
berupa kata-kata atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang dapat
diamati. 12
b. Sumber Data Penelitian
Sumber data penelitian sangat penting karena segala sesuatu yang
dibutuhkan pada data, informasinya ada pada sumber data penelitian.
Berdasarkan sumbernya, data dibedakan menjadi dua, yaitu data primer
dan data sekunder. Untuk itu, sumber data yang akan digunakan oleh
penelitian ini yaitu sumber data Primer, yaitu sumber data yang
dilakukan langsung oleh peneliti.
5. Instrumen Penelitian/Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data adalah cara-cara yang dapat digunakan
oleh peneliti untuk mengumpulkan data (suharsimi arkunto 2005). Teknik
pengumpulan data penelitian tindakan kelas adalah catatan lapangan
(observasi) dan dokumentasi.
a. Observasi
Observasi merupakan pengambilan data untuk menilai sejauh mana
efek tindakan mencapai sasaran. Kegiatan observasi dilakukan untuk
mengamati semua yang terjadi dalam kelas saat terjadi tindakan dengan
mencatat hal-hal yang terjadi secara detail mulai dari hal yang terkecil.
Mengobservasi juga dapat dilakukan melalui pengelihatan, penciuman,
pendengaran, perabaan, dan pengecap (suharsimi arkunto 2005)..
Dalam teknik obserasi ini, peneliti juga menggunakan instrumen berupa

12
Veterson; dkk Tegor; Susanto, Alpino; Togatorop, Penelitian Kualitatif & Kuantitatif
(Klaten: Lakeisha, 2020).
lembar observasi. Pada tabel 1 disajikan kisi-kisi instrumen lembar
observasi keterampilan berbicara.
Tabel 1. Kisi-kisi instrumen Lembar Observasi Keterampilan Berbicara
Penilaian
Aspek Indikator
No
Perkembangan Perkembangan
1 2
Mengerti
Anak belum bisa Anak sudah bisa
beberapa
mengerti perintah mengerti perintah
perintah secara
secara bersamaan secara bersamaan
bersamaan
Memahami Anak belum dapat Anak sudah dapat
aturan selama memahami aturan memahami aturan
permainan selama permainan selama permainan
Anak belum dapat Anak sudah dapat
Memahami
memahami cerita memahami cerita
cerita saat
saat permainan saat permainan
permainan
boneka tangan boneka tangan
Kemampuan berlangsung
1. berlangsung berlangsung
bahasa
Dapat Anak belum dapat Anak sudah dapat
mengulangi mengulangi mengulangi
kalimat yang kalimat yang kalimat yang
dipelajari saat dipelajari saat dipelajari saat
permainan permainan permainan
Anak sudah dapat
Memiliki lebih Anak belum dapat
mengungkapkan
banyak kata- mengungkapkan
kata-kata baru
kata untuk kata-kata baru saat
saat
mendeskripsikan mendeskripsikan
mendeskripsikan
cerita cerita
cerita

b. Dokumentasi
Dokumentasi merupakan catatan peristiwa yang sudah berlalu
(sugiyono 2011). Dokumentasi bisa berbentuk tulisan, gambar, atau
karya-karya dari seseorang. Dokumen yang berbentuk tulisan yaitu bisa
berupa catatan harian, sejarah kehidupan, atau biografi. Dokumen yang
berbentuk gambar yaitu bisa berupa foto, gambar hidup atau sketsa.
Dokumen yang berbentuk karya yaitu bisa berupa karya seni yang dapat
berbentuk gambar, patung atau film. Dalam penelitian ini dokumen
yang digunakan berupa foto saat guru dan anak melakukan kegiatan
pembelajaran meningkatkan keterampilan bahasa anak menggunakan
metode bercerita dengan media boneka tangan itu berlangsung didalam
kelas.
c. Unjuk Kerja
Penilaian yang dilakukan untuk mengamati suatu tindakan yang
dilakukan peserta didik. Kriteria keberhasilan yang digunakan untuk
mengukur keterampilan berbicara adalah adanya peningkatan
keterampilan berbicara pada anak melalui media gambar berseri.
Keberhasilan pembelajaran dalam meningkatkan keterampilan
dinyatakan telah mencapai tujuan pembelajaran dengan nilai rata-rata
51-75. Setelah diperoleh nilai dari setiap anak, kemudian interpretsikan
pada skala kualifikasi pada tabel 2:
Tabel 2. Kriteria Keberhasilan
No Kriteria Bobot/Skala Nilai
1. BSB 4 76-100
2. BSH 3 51-75
3. MB 2 26-50
4. BB 1 0-25

Kriteria penilaian yaitu sebagai berikut:


1) Belum Berkembang (BB), yaitu bila anak tidak mengeluarkan suara
atau tidak berbicara sama sekali
2) Mulai Berkembang (MB), yaitu bila anak sudah mengeluarkan kata
meskipun tidak jelas
3) Berkembang Sesuai Harapan (BSH), yaitu bila anak mampu berbicara
dengan kalimat yang panjang meskipun masih terbata-bata
4) Berkembang Sangat Baaik (BSB), yaitu bila anak sudah mampu
berbicara dengan kalimat yang panjang tanpa bantuan dari guru
6. Model Penelitian dan Desain Tindakan
a. Model Penelitian
Desain PTK yang digunakan Kemmis dan Mc Taggart yang
merupakan pengembangan dari model PTK Kurt Lewin. Pada model
PTK yang dikembangkan Kemmis dan Mc Taggart, kegiatan tindakan
(acting) dengan pengamatan (observing) disatukan dengan alasan kedua
kegiatan itu tidak dapat dipisahkan satu sama lain karena kedua
kegiatan tersebut harus dilakukan secara simultan. Begitu berlangsung
kegiatan pelaksanaan tindakan, maka kegiatan observasi juga harus
dilakukan sesegera mungkin. 13
Model penelitianKemmis dan Mc Taggart terdapat empat langkah
dalam satu siklus, keemapat langkah itu meliputi perencanaan,
pelaksanaan, pengamatan dan refleksi. Sedangkan modifikasinya
terletak pada Pratindakan. Pratindakan merupakan kegiatan yang
dilakukan sebelum Siklus I. Dalam kegiatan ini peneliti mengadakan
observasi tentang kondisi yang ada dikelas. Berikut adalah penjelasan
dari empat rangkaian kegiatan dalam penelitian tidakan kelas:
1) Perencanaan yaitu menyusun rancangan tindakan yang menjelaskan
tentang bagaimana tindakan itu dilakukan. Dalam tahap
perencanaan awal, peneliti mengadakan observasi mengenai
keadaan sekolah, dan kegiatan pembelajaran. Hasil yang diperoleh
dari observasi digunakan sebagai dasar dalam penyusunan dalam
menentukan tindakan yang akan dilakukan. Dalam penelitian ini
tahap perencanaan meliputi menyusun rencana kegiatan berupa
upaya meningkatkan kemampuan bahasa anak di kelompok B TK
Al-Irsyad, termasuk di dalamnya menyiapkan RKH dan media
yang digunakan.
2) Tindakan yaitu rancangan dan skenario penerapan pembelajaran
akan diterapkan. Guru melaksanakan kegiatan yang ada dalam
rencana kegiatan harian.
3) Pengamatan yaitu peneliti akan melakukan pengamatan dan juga
mencatat semua hal yang diperlukan dan terjadi selama
pelaksanaan tindakan saat pembelajaran berlangsung. Tahap
tindakan dan pengamatan dalam hal ini dilakukan dalam waktu

13
Rustiyarso Wijaya, Tri, Panduan Dan Aplikasi Penelitian Tindakan Kelas (Depok: Noktah,
2020)
yang sama. Jadi peneliti melaksanakan kegiatan pembelajaran yang
sudah dirancang sekaligus pengamatan.
4) Refleksi yaitu mengkaji secara menyeluruh tindakan yang telah
dilakukan berdasarkan data yang sudah terkumpull kemudian
dilakukan evaluasi guna menyempurnakan tindakan yang akan
dilanjutkan berikutnya.
Dari penjelasan tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa model
penelitian Kemmis dan Mc Taggart terdapat empat langkah dalam satu
siklus, setelah langkah keempat lalu kembali lagi ke langkah pertama
dan seterusnya meskipun sifatnya berbeda namun langkah kedua dan
ketiga dilakukan secara bersama-sama.
Perencanaan

Tindakan Pengamatan

Refleksi

7. Analisis Data Penelitian


Analisis data adalah proses mengatur urutan data, mengorganisasikan
ke dalam suatu pola, kategori dan satuan uraian dasar. Analisis data juga
merupakan rangkaian kegiatan penelaahan, pengelompokkan,
sistematisasi, penfsiran dan verifikasi data agar sebuah fenomena memiliki
nilai sosial, akademis dan ilmiah.
Teknik analisis data adalah proses pengumpulan data secara sistematis
untuk mempermudah peneliti dalam memperoleh kesimpulan. Menurut
Miles & Huberman (1992: 16) analisis terdiri dari tiga alur kegiatan yang
terjadi secara bersamaan yaitu: reduksi data, penyajian data, penarikan
kesimpulan/verifikasi.
Berdasarkan dengan bentuk dan sifatnya, data penelitian dapat
dibedakan menjadi dua jenis yaitu data kuantitatif yang berbentuk kata-
kata dan data kualitatif yang berbentuk angka.
Penelitian kuantitatif lebih sistematis, terencana, terstruktur dan jelas
dari awal hingga akhir penelitian. Definisi lain menyebutkan bahwa
penelitian kuantitatif adalah penelitian yang menuntut penggunaan angka,
mulai dari pengumpulan data, penafsiran dari data tersebut dan penampilan
dari hasilnya. Sementara itu metode kualitatif sering disebut metode
penelitian naturalistik karena penelitiannya dilakukan secara alamiah.
Metode kualitatif juga memiliki prosedur penelitian yang bersifat
deskriptif berupa kata-kata atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang
dapat diamati. 14
Penilaian yang dilakukan untuk mengamati suatu tindakan yang
dilakukan peserta didik saat kegiatan bercerita dengan menggunakan
media boneka tangan. Untuk menentukan hasil unjuk kerja, maka dapat
ditemtukan dengan rumus:
𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑆𝑘𝑜𝑟 𝑆𝑖𝑠𝑤𝑎
x 100
𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑆𝑘𝑜𝑟 𝑀𝑎𝑘𝑠𝑖𝑛𝑎𝑙

Setelah diperoleh nilai dari semua anak, kemudian di interprestasi pada


skala kualifikasi pada tabel 3:
Tabel 3. interprestasi skala kualifikasi
No Kriteria Bobot/Skala Nilai
1. BSB 4 76-100
2. BSH 3 51-75
3. MB 2 26-50
4. BB 1 0-25

14
Tegor; Susanto, Alpino; Togatorop.
8. Keabsahan Data Penelitian
Keabsahan data yang dilakukan untuk membuktikan apakah data
penelitian yang dilakukan benar-benar merupakan penelitian ilmiah
sekaligus untuk menguji data yang diperoleh saat penelitian.
Untuk menentukan keabsahan (Trustworthness) data, diperlukan
tekhnik pemeriksaan. Pelaksanaan tekhnik pemeriksaan didasarkan atas
sejumlah kriteria tertentu. Ada empat kriteria yang digunakan yaitu derajat
kepercayaan (Credibility), keteralihan (Transferability), kebergantungan
(Dependability), dan kepastian (Confirmability). Data juga dinyatakan valid
apabila tidak ada perbedaan antara yang dilaporkan oleh peneliti dengan
apa yang sesungguhnya terjadi pada objek yang diteliti.15
9. Standar Ketuntasan Penelitian
Penelitian ini dianggap tuntas apabila rata-rata siswa mencapai 80%
dari seluruh siswa selama dalam waktu maksimal 3 siklus pembelajaran
yang berlangsung.

15
Djunaidi Ghony and Fauzan Almanshur, Metodologi Penelitian Kualitatif. In Metodologi
Penelitian Kualitatif, Rake Sarasin (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2010)
DAFTAR PUSTAKA

Ariani, ‘Pengembangan Kemampuan Berbahasa Melalui Metode Bercerita Dengan


Sandiwara Boneka Pada Anak Kelompok a Tk Aisyiyah Kismoyoso Ngemplak
Boyolali’, 2013
Ghony, Djunaidi, and Fauzan Almanshur, Metodologi Penelitian Kualitatif. In
Metodologi Penelitian Kualitatif, Rake Sarasin (Bandung: PT Remaja Rosdakarya,
2010)
Guslinda, and Rita Kurnia, Media Pembelaaran Anak Usia Dini (Media Sumber Belajar
Dan APE) (Surabaya: CV. Jakad Publishing, 2018)
Hasmawati, ‘Upaya Peningkatan Kemampuan Berbicara Dengan Metode Bercerita Bebas
Non Teks Dalam Pelajaran Bahasa Indonesia Siswa Kelas VI Di SDN 153
Pekanbaru’, Open Journal System Indagiri, 1, 10
Katoningsih, Sri, Keterampilan Bercerita (Surakarta: Muhammadiyah Uniersity Press,
2021)
Mentari, eca gesang, Mutiara Rahayu, mhd habibu Rahman, Putri Lestrai, Aulia Rahman,
Wahyu Purwasih, and others, Manajemen Pengembangan Pendidikan Anak Usia
Dini (Yogyakarta: Hijaz Pustaka Mandiri, 2020)
Rukmini, ‘Meningkatkan Kemampuan Berbahasa Anak Melalui Bermain Peran Pada
Anak Kelompok a Tk Aisyiyah Ii Kecamatan Sragen Kabupaten Sragen Tahun
Ajaran 2013/2014’, 2014
Safira, Ajeng Rizki, Media Pembelajaran Anak Usia Dini (Gresik: Caremedia
Communication, 2020)
Siti, Masganti Dr, Psikologi Perkembangan Anak Usia Dini (Jakarta: Prenadamedia
Group, 2017)
Tegor; Susanto, Alpino; Togatorop, Veterson; dkk, Penelitian Kualitatif & Kuantitatif
(Klaten: Lakeisha, 2020)
Usman, Muhammad, Perkembangan Bahasa Dalam Bermain Dan Permainan
(Yogyakarta: Deepublish, 2015)
Wijaya, Tri, Rustiyarso, Panduan Dan Aplikasi Penelitian Tindakan Kelas (Depok:
Noktah, 2020)
LAMPIRAN
Tabel 4. Lembar Penilaian Siswa
Penilaian
Aspek
No Indikator Perkembangan
Perkembangan
1 2
Mengerti beberapa perintah
secara bersamaan
Memahami aturan selama
permainan
Memahami cerita saat
Kemampuan permainan berlangsung
1.
bahasa Dapat mengulangi kalimat
yang dipelajari saat
permainan
Memiliki lebih banyak kata-
kata untuk mendeskripsikan
cerita
Tabel 5. Lembar Observasi Mengajar Guru
Penilaian
No Guru
1 2
Menyampaikan tujuan dan tema kegiatan
1.
bermain pada anak
Menjelaskan kepada anak tentang kegiatan
2.
yang akan dilakukan
Guru melakukan kegiatan yang menarik
3. perhatian dan minat anak untuk mengikuti
pelajaran yang akan dilakukan
Guru melakukan kegiatan yang membuat
4. anak menikuti kegiatan dengan
menyenangkan
Guru menilai hasil kerja anak lalu menarik
5. kesimpulan apakah kegiatan berhasil atau
tidak

Anda mungkin juga menyukai