Anda di halaman 1dari 25

LAPORAN PENELITIAN

ANALISIS KEGIATAN MENINGKATKAN KEMAMPUAN


MOTORIK HALUS ANAK MELALUI KEGIATAN
MENGGUNTING DI TPA IBUNDA DESA LEBO KECAMATAN
GRINGSING
KABUPATEN BATANG
Disusun untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah
Analisis Kegiatan Pengembangan PAUD di Unit Program Belajar Jarak
Jauh (UPBJJ) UT Semarang Pokjar Limpung Tahun 2015

Disusun oleh:
Nama
:
NIM
:
Program Studi :

AROFI
822068772
S1 PG PAUD

PROGRAM S1 PAUD
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN (FKIP)
UNIVERSITAS TERBUKA
UNIT PROGRAM BELAJAR JARAK JAUH (UPBJJ) SEMARANG
POKJAR LIMPUNG BATANG
TAHUN 2015

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pendidikan untuk anak PAUD sangat penting, karena pada usia itu
merupakan usia emas (golden age), dimana usia anak tersebut merupakan
masa yang paling optimal untuk berkembang. Pada masa ini anak mempunyai
rasa ingin tahu yang sangat besar untuk melakukan apapun untuk memenuhi
rasa ingin tahunya.
Dengan

aktivitasnya

tersebut

anak

memenuhi

kebutuhan

perkembangan dan belajarnya. Kegiatan di TPA Ibunda menggunakan


pendekatan sentra bermain dan lingkaran dengan menggunakan 4 pijakan
(scaffolding) antara lain: pijakan lingkaran main, pijakan sebelum main,
pijakan selama main dan pijakan setelah main. Untuk memenuhi pertumbuhan
dan perkembangan, maka disusun suatu rencana yang disesuaikan dengan
indikator yang ada pada kurikulum. Agar anak merasa tidak bosan maka
kegiatan dibuat bervariasi dan selalu menggunakan prinsip belajar sambil
bermain. Dalam pengembangan tersebut khususnya pengembangan fisik
motorik dapat diberikan berbagai kegiatan, contohnya kegiatan menggunting.
Seperti yang ada pada TK Ibunda, anak-anak sangat senang dengan
kegiatan menggunting, anak merasa enjoy dan sangat senang. Namun guru
harus ekstra dalam pengawasan. Karena pada saat anak asyik menggunting
ada anak yang berebut gunting.
Program S1 PAUD Universitas Terbuka menargetkan lulusan menjadi
pendidik yang professional yaitu dapat mengembangkan program Analisis
Kegiatan Pengembangan PAUD. Dalam rangka memenuhi tugas tersebut,
maka saya melakukan penelitian di TPA Ibunda. Penelitian ini bertujuan
untuk mengumpulkan data mengenai kegiatan-kegiatan anak yang dianggap
perlu untuk diteliti dan dianalisis lebih lanjut melalui bidang pengembangan
fisik motorik halus yaitu kegiatan menggunting.

Dengan diadakannya penelitian di TPA Ibunda semoga dapat


memberikan sumbang saran pada dunia pendidikan pada umumnya dan
pendidikan di PAUD pada khususnya.
B. Fokus penelitian
Setelah diadakan observasi di salah satu ruang kelas TPA Ibunda,
maka penelitian ini terfokus pada salah satu kegiatan anak yaitu kegiatan
menggunting bebas (menggunting kertas tidak mengikuti garis, anak bebas
menggunting bentuk apa saja yang mereka inginkan) diawasi oleh pendidik
agar anak-anak berhati-hati menggunakan benda tajam. Guru memberi
pertanyaan pada anak apa yang akan di buat pada hari ini .
C. Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mengumpulkan data mengenai:
1. Alasan pendidik melakukan kegiatan menggunting kertas secara bebas
adalah: agar anak-anak berhati-hati bila menggunakan benda tajam,
melatih anak untuk focus dalam melaksanakan kegiatan, memotivasi anak
untuk berkarya ( apa yang akan mereka buat dengan menggunting bebas )
2. Tujuan kegiatan menggunting kertas secara bebas yaitu :melatih gerakkan
motorik halus anak yaitu koordinasi antar mata dan gerakkan jari-jari
tangan untuk memegang gunting serta jari tangan kiri memegang kertas.
3. Kebijakkan pendidik melakukan kegiatan menggunting bebas yaitu :
sesuai dengan pencapaian perkembangan motorik halus yang berbunyi
Mengkoordinasikan mata dan tangan untuk melakukan gerakkan yang
rumit salah satu indikatornya berbunyi menggunting bebas
4. Membuat analisis kritis (critical analisis) mengenai kegiatan tersebut.
D. Manfaat Penelitian
Penelitian ini bermanfaat untuk
a. Memberikan masukan terhadap kegiatan pengembangan anak di TPA
Ibunda Desa Lebo.
b. Melatih mahasiswa melakukan penelitian kelas.
c. Mengembangkan kemampuan mahasiswa dalam menganalisis suatu
kegiatan anak di lembaga PAUD

BAB II
LANDASAN TEORI
A. Pendidikan Anak Usia Dini
Tempat Penitipan Anak adalah salah satu bentuk PAUD ini jalur
pendidikan non-formal yang menyelenggaran program pendidikan sekaligus
pengasuhan dan kesejahteraan anak sejak lahir sampai dengan usia 6 tahun.
Atau dengan perkataan lain, TPA adalah wahana pendidikan dan pembinaan
kesejahteraan anak yang berfungsi sebagai pengganti keluarga untuk jangka
waktu tertentu selama orang tuanya berhalangan atau tidak memiliki waktu
yang cukup dalam mengasuh anaknya karena bekerja atau sebab lain,
(Depdiknas, Program Belajar TPA, Depdiknas, Jakarta 2001).
Undang-undang nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan
Nasional, bahwa pendidikan anak usia dini adalah suatu upaya pembinaan
yang ditujukan kepada anak sejak lahir sampai usia 6 tahun yang dilakukan
melalui

pemberian

rangsangan

untuk

membantu

pertumbuhan

dan

perkembangan jasmani dan rohani agar anak memiliki kesiapan dalam


memasuki pendidikan lebih lanjut.
Berdasarkan Peraturan Pemerintah nomor 27 tahun 1996 tentang
Pendidikan Prasekolah yang mengatur tentang penyelenggaraan, maka
pembinaan TPA dan KB menjadi tanggungjawab bersama antara Menteri
Pendidikan Nasional, Menteri Kesehatan dan Menteri Sosial.
Sedangkan The National Association for the Education of Young
Children (NAEYC), mendefinisikan pendidikan anak usia dini adalah
pendidikan yang melayani anak usia lahir hingga 8 tahun untuk kegiatan
setengah hari maupun penuh baik di rumah ataupun instansi luar (Carol
Seefelt & Nita Barbour, 1998: 13).
Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa Pendidikan
Anak Usia Dini (Early Child Education/PAUD) sangat penting dilaksanakan
sebagai dasar bagi pembentukan kepribadian manusia secara utuh yaitu untuk

pembentukan karakter, budi pekerti luhur, cerdas, ceria, terampil dan bertakwa
kepada Tuhan Yang Maha Esa.
Kartini Kartono dalam Saring Marsudi (2006: 6) mendiskripsikan
karakteristik anak usia dini sebagai berikut:
1. Bersifat egoisantris naff
Anak memandang dunia luar dari pandangannya sendiri, sesuai
dengan pengetahuan dan pemahamannya sendiri, dibatasi oleh perasaan
dan pikirannya yang masih sempit. Maka anak belum mampu memahami
arti sebenarnya dari suatu peristiwa dan belum mampu menempatkan diri
kedalam kehidupan orang lain.
2. Relasi sosial yang primitif
Relasi sosial yang primitif merupakan akibat dari sifat egoisantris
naif. Ciri ini ditandai oleh kehidupan anak yang belum dapat memisahkan
antara dirinya dengan keadaan lingkungan sosialnya. Anak pada masa ini
hanya memiliki minat terhadap benda-benda atau peristiwa yang sesuai
dengan daya fantasinya. Anak mulai membangun dunianya dengan
khayalan dan keinginannya sendiri.
3. Kesehatan jasmani dan rohani yang hampir tidak terpisahkan
Anak belum dapat membedakan antara dunia lahiriah dan
batiniah. Isi lahiriah dan batiniah masih merupakan kesatuan yang utuh.
Penghayatan anak terhadap sesuatu dikeluarkan atau diekspresikan secara
bebas, spontan dan jujur baik dalam mimik, tingkah laku maupun purapura, anak mengekspresikannya secara terbuka karena itu janganlah
mengajari atau membiasakan anak untuk tidak jujur.
4. Sikap hidup yang disiognomis
Anak bersikap fisiognomis terhadap dunianya, artinya secara
langsung anak memberikan atribut atau sifat lahiriah atau sifat konkrit,
nyata terhadap apa yang dihayatinya. Kondisi ini disebabkan karena
pemahaman anak terhadap apa yang dihadapinya masih bersifat menyatu
(totaliter) antara jasmani dan ruhani. Anak belum dapat membedakan
antara benda hidup dan benda mati. Segala sesuatu yang ada disekitarnya

dianggap memiliki jiwa yang merupakan makhluk hidup yang memiliki


jasmani dan rohani sekaligus, seperti dirinya sendiri.
B. Perkembangan Motorik Halus Anak
1. Pengertian Motorik Halus
Motorik halus adalah merupakan kegiatan yang menggunakan
otot-otot halus pada jari dan tangan. Gerakan ini keterampilan bergerak
(Moeslichatoen, 2004). Motorik halus adalah gerakan yang hanya
membutuhkan otot-otot kecil dan tidak memerlukan tenaga yang besar,
seperti menulis, menggunting, melipat, meronce dan sejenisnya (Winda
Gunarti, 2010). Hal ini dapat dimaknai bahwa gerakan motorik halus
adalah bila gerakan hanya melibatkan bagian-bagin tubuh tertentu saja dan
dilakukan oleh otot-otot kecil,seperti keterampilan menggunakan jari
jemari tangan dan gerakan pergelangan tangan yang tepat. Gerakan ini
membutuhkan koordinasi mata dan tangan yang cermat. Gerakan motorik
halus yang terlihat saat usia TK,antara lain adalah anak mulai dapat
menyikat giginya, menyisir, memakai sepatu sendiri, dan sebagainya.
Motorik halus adalah gerakan yang hanya melibatkan bagianbagian tubuh tertentu saja dan dilakukan oleh otot-otot kecil, seperti
keterampilan menggunakan jari jemari tangan dan gerakkan pergelangan
tangan yang tepat. Oleh karena itu, gerakkan ini tidak terlalu
membutuhkan tenaga, namun gerakan ini membutuhkan koordinasi mata
dan tangan yang cermat. Semakin baiknya gerakan motorik halus anak
membuat anak dapat berkreasi, seperti menggunting kertas, menggambar,
mewarnai, serta menganyam. Namun tidak semua anak memiliki
kematangan untuk menguasai kemampuan ini pada tahap yang sama
(Sujiono, 2008).
Perkembangan motorik halus adalah kemampuan anak untuk
mengamati sesuatu dan melakukan gerak yang melibatkan bagian-bagian
tubuh tertentu dan otot-otot kecil, memerlukan koordinasi yang cermat
serta

tidak

memerlukan

Keterampilan

motorik

banyak
halus

tenaga.
adalah

(Nursalam,

2005).

pengorganisasian

penggunakan sekelompok otot-otot kecil seperti jari jemari


dan tangan yang sering membutuhkan kecermatan dan
koordinasi

mata

dengan

tangan,

keterampilan

yang

mencakup pemanfaatan dengan alat-alat untuk bekerja


dan obyek yang kecil atau pengontrolan terhadap mesin
misalnya

mengetik, menjahit

dan lain-lain (Sumantri,

2005).
Berdasarkan dari pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa
motorik halus merupakan gerakan yang melatih otot-otot kecil untuk
adanya rangsangan serta

kelenturuan gerakan-gerakan pada anak,

sehingga siap melakukan kegiatan pendidikan selanjutnya. Gerakan


motorik halus memerlukan koordinasi tangan dan mata yang dapat
merangsang daya imajinasi.
2. Manfaat Kemampuan Motorik Bagi Perkembangan Anak
Anak yang memiliki kemamapuan motorik yang baik akan
berpengaruh terhadap perkembagan anak tersebut. Diantaranya adalah:
a. Kesehatan yang baik
Kesehatan yang baik sebagian tergantung pada latihan.
Apabila koordinasi motorik sangat jelek maka anak akan memperoleh
kepuasan yang sedikit melalui kegiatan fisik sehingga anak akan
cenderung kurang termotivasi untuk latihan jasmani.
b. Kemandirian.
Semakin sering anak melakukan kegiatan secara mandiri
semakin besar pula kepuasan yang dicapai. Ketergantungan terhadap
orang lain akan menimbulkan kekecewaan dan ketidakmampuan diri.
c. Hiburan diri.
Melalui ketrampilan motorik, anak dapat menghibur dirinya
dan memperoleh perasaan senang meskipun tanpa ditmani teman
sebaya.
d. Sosialisasi.
Perkembangan motorik turut menyumbang bagi penerimaan
anak dan menyediakan kesempatan untuk mempelajari keterampilan
sosial. anak dapat menyesuaikan dirinya dengan lingkungan sekolah.
Pada usia prasekolah atau usia kelas awal-awal sekolah dasar, anak
sudah dapat dilatih menulis, menggambar, melukis (Hurlock, 2000:
150 ).

3. Bahaya dalam Perkembangan Motorik Anak


Perkembangan motorik yang terlambat berarti perkembangan
motorik yang berada di bawah norma umur anak, akibatnya pada usia
tertentu anak tidak dapat menguasai ketrampilan motorik sebagaimana
yang diharapkan oleh kelompok sosialnya. Kebanyakan orang tua mengira
bahwa keterlambatan keterampilan motorik akan meyebabkan kekakuan
pada aspek motorik anak, tetapi lebih dari itu ada bahaya yang di
timbulkan, diantaranya:
a. Keterlambatan Keterampilan Motorik
Perkembangan motorik yang terlambat berarti perkembangan motorik
yang berada dibawah norma usia anak. Akibatnya pada usia tertentu
anak tidak menguasai tugas perkembangan yang diharapkan oleh
kelompok sosialnya.
b. Harapan Keterampilan Yang Tidak Realistis
Harapan yang tidak relistik adalah harapan yang lebih banyak
didasarkan atas harapan dan keinginan dibandingkan dengan atas
potensi anak sendiri. Pada perkembangan keterampilan motorik anak
diharapkan

dapat

mengendalikan

motorik

dan

mempelajari

keterampilan tersebut sebelum mereka matang dan siap melakukannya.


c. Kegagalan Mempelajari Keterampilan Yang Penting Bagi Penyesuaian
Sosial Dan Pribadi Anak
Kegagalan mempelajari keterampilan motorik yang penting bagi anak
atau bagi kelompok sebaya mereka, akan merugikan penyesuaian
sosial dan pribadi anak. Sebagai contoh, karena anak memerlukan
keterampilan bantu diri untuk dapat mandiri, maka anak yang tidak
dapat mempelajari keterampilan tersebut pada pada waktu keinginan
untuk mandiri semakin kuat (https://reanforever.wordpress.com /
2011/10/29/motorik/)
4. Tujuan Pengembangan Motorik Halus Anak

Tujuan dari motorik halus pada perkembangan pada anak antara


lain:
a. Mampu memfungsikan otot-otot kecil seperti gerakan jari tangan.
b. Mampu mengkoordinasikan kecepatan tangan dengan mata.
c. Mampu mengendalikan emosi (Yudha dan Rudiyanto, 2004)
Dari pembahasan diatas dapat disimpulkan bahwa tujuan motorik
halus

halus

adalah

menggerakkan

otot-otot

kecil

yang

dapat

mengkoordinasikan mata, pikiran, yang dapat mengembangkan kreatifitas,


ketelitian, serta kesabaran pada anak.
5. Ciri-ciri Perkembangan Motorik Halus Anak
Ciri perkembangan motorik halus, menurut kelompok usia pada
anak dimulai dari:
a. Usia 2-3 tahun anak dapat menggambar garis lurus, membuka tutup
botol, mengaduk air dengan sendok dan meronce.
b. Usia 3-4 tahun anak dapat melempar bola, mengekpresikan gerakan
tari dengan irama sederhana, menggambar garis lingkaran dan garis
silang, memakai dan membuka pakaian sendiri, membuka sepatu
sendiri dan anak dapat meremas kertas.
c. Usia 4-5 tahun anak dapat melipat kertas, melempar dan menangkap
bola, mengekpresikan gerakan irama bervariasi, menarik garis lurus,
lengkung,dan miring, anak dapat menggambar dengan gerakan naik
turun, bersambung, dan menyusun puzzle (Yudha dan Rudiyanto,
2005:149-151)
6. Fungsi Kemampuan Motorik Halus Anak
Motorik halus berfungsi untuk melakukan gerakangerakan bagian tubuh yang lebih spesifik, seperti menulis,
melipat, merangkai, mengancing baju, menali sepatu dan
menggunting (Suyanto, 2005: 51).
Fungsi pengembangan keterampilan motorik halus
adalah mendukung aspek lainnya seperti kognitif dan

bahasa

serta

sosial

karena

pada

hakekatnya

setiap

pengembangan tidak dapat terpisahkan satu sama lain


(Sumantri, 2005: 146).
Fungsi pengembangan motorik halus adalah sebagai
alat untuk mengembangkan koordinasi kecepatan tangan
dengan gerakan mata, dan sebagai alat untuk melatih
penguasaan emosi (Saputra dan Rudyanto, 2005: 116)
7. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Motorik Halus Anak
Adapun

faktor-faktor

yang

dapat

mempengaruhi

perkembangan gerak motorik terutama motorik halus, antara lain:


a. Perkembangan sistem saraf.
Sistem saraf sangat berpengaruh dalam perkembangan
motorik, karena sistem saraf merupakan sistem pengontrol gerak
motorik pada tubuh manusia.
b. Kemampuan fisik yang memungkinkan untuk bergerak.
Karena perkembangan motorik sangat erat kaitannya dengan
fisik, maka kemampuan fisik seseorang akan sangat berpengaruh
pada perkembangan motorik seseorang. Anak yang normal
perkembangan motoriknya akan lebih baik dibandingkan anak
yang memiliki kekurangan fisik.
c. Keinginan anak yang memotivasinya untuk bergerak.
Ketika anak mampu melakukan suatu gerakan motorik,
maka akan termotivasi untuk bergerak kepada motorik yang lebih
luas lagi. Hal tersebut dikarenakan semakin dilatih kemampuan
motorik anak akan semakin meningkat.
d. Lingkungan yang mendukung.
Perkembangan motorik anak akan lebih teroptimalkan jika
lingkungan tempat tumbuh kembang anak mendukung mereka
untuk bergerak bebas. Kegiatan di luar ruangan bisa menjadi
pilihan yang terbaik karena dapat menstimulasi perkembangan otak.
e. Aspek psikologis anak.
Untuk menghasilkan kemampuan motorik yang baik pada
anak diperlukan kondisi psikologis yang baik pula, agar mereka
dapat mengembangkan gerakan motoriknya.
f. Umur.
Kecepatan pertumbuhan yang pesat adalah pada masa
prenatal, tahun pertama kehidupan dan pada masa remaja.
g. Jenis Kelamin.
Setelah melewati pubertas, pertumbuhan anak laki-laki
akan lebih cepat dibanding anak perempuan.

h. Genetik.
Genetik adalah bawaan anak, yaitu potensial anak yang akan
menjadi ciri khasnya, antara lain bentuk tubuh (cacat fisik) dan
kecerdasan. Kelainan genetik akan mempengaruhi proses tumbuh
kembang anak.
i. Kelainan Kromosom.
Pada umumnya kelainan kromosom akan disertai dengan
kegagalan pertumbuhan (http://www.e-jurnal.com/2014/01/ faktorfaktor-yang-mempengaruhi-motorik.html,
diunduh
tanggal
24
Desember 20.30 WIB)
8. Prinsip dalam Pengembangan Motorik Halus Anak
Untuk mengembangkan motorik halus pada anak usia 4-6 tahun
di Taman kanak-kanak agar berkembang secara optimal, maka perlu
memperhatikan prinsip-prinsip sebagai berikut:
a. Memberikan kebebasan untuk berekspresi pada anak.
b. Melakukan pengaturan waktu, tempat, media (alat dan bahan) agar
dapat merangsang anak untuk berkreatif.
c. Memberikan bimbingan kepada anak untuk menentuksn teknik/cara
yang baik dalam melakukan kegiatan dengan berbagai media.
d. Menumbuhkan keberanian anak dan hindarkan petunjuk yang dapat
merusak keberanian dan perkembangan anak.
e. Membimbing anak sesuai dengan kemampuan dan taraf
perkembangannya.
f. Memberikan rasa gembira dan menciptakn suasana yang
menyenangkan pada anak.
g. Melakukan pengawasan menyeluruh terhadap pelaksanaan kegiatan
(Depdiknas, 2007: 13)
9. Tingkatan Perkembangan Motorik Halus
Bloom menyatakan bahwa rentangan penguasaan psikomotorik
ditunjukkan oleh gerakan yang kaku sampai kepada gerakan yang lancar
dan luwes, kemudian ia mengklasifikasikan domain psikomotorik ke
dalam lima kategori mulai dari tingkatan yang paling rendah sampai pada
tingkatan yang paling tinggi sebagai berikut:
a. Meniru (imitation)

b.

d.

e.

f.

Peniruan merupakan suatu keterampilan untuk menirukan


sesuatu gerakan yang telah dilihat, didengar atau dialaminya. Jadi
kemampuan ini terjadi ketika anak mengamati suatu gerakan, dimana
ia mulai memberi respons serupa dengan apa yang diamatinya.
Gerakan meniru ini akan mengurangi koordinasi dan kontrol otot-otot
saraf, karena peniruan gerakan umumnya dilakukan dalam bentuk
global dan tidak sempurna. Contoh gerakan ini adalah menirukan
gerakan binatang, menirukan gambar jadi tentang suatu gerakan dan
menirukan langkah tari.
Penggunaan Konsep (Manipulation)
Penggunaan konsep merupakan suatu keterampilan untuk
memanipulasi dalam melakukan kegiatan (gerakan). Keterampilan
manipulasi ini menekankan pada perkembangan kemampuan
mengikuti pengarahan, penampilan gerakan-gerakan pilihan dan
menetapkan suatu penampilan melalui latihan. Jadi penampilan
gerakan anak menurut petunjuk-petunjuk dan tidak hanya meniru
tingkah laku saja. Contohnya adalah menjalankan mesin, menggergaji,
melakukan gerakan senam kesegaran jasmani yang didemontrasikan.
Ketelitian (Presition)
Ketelitian merupakan suatu keterampilan yang berhubungan
dengan kegiatan melakukan gerakan secara teliti dan benar.
Keterampilan ini sebenarnya hampir sama dengan gerakan manipulasi
tetapi dilakukan dengan kontrol yang lebih baik dan kesalahan yang
lebih sedikit. Keterampilan ini selain membutuhkan kecermatan juga
proporsi dan kepastian yang lebih tinggi dalam penampilannya.
Respons-respons lebih terkoreksi dan kesalahan dibatasi sampai pada
tingkat minimum. Contoh gerakan ini adalah gerakan
mengendarai/menyetir mobil dengan terampil, berjalan di atas papan
titian.
Perangkaian (Articulation)
Perangkaian adalah suatu keterampilan untuk merangkaikan
bermacam-macam gerakan secara berkesinambungan. Gerakan
artikulasi ini menekankan pada koordinasi suatu rangkaian gerakan
dengan membuat urutan tepat dan mencapai yang diharapkan atau
konsistensi internal antara gerakan-gerakan yang berbeda. Contoh
keterampilan gerakan ini adalah mengetik dengan ketepatan dan
kecepatan tertentu, menulis, menjahit.
Kewajaran/ Pengalamiahan (Naturalization)
Kewajaran adalah suatu keterampilan untuk melakukan
gerakan secara wajar. Menurut tingkah laku yang ditampilkan, gerakan
ini paling sedikit mengeluarkan energi baik fisik maupun psikis.
Gerakan ini biasanya dilakukan secara rutin sehingga telah
menunjukkan keluwesannya. Misalnya memainkan bola dengan mahir,
menampilkan gaya yang benar dalam berenang, mendemonstrasikan
suatu gerakan pantomim dan sebagainya (Direktorat Pembinaan Taman
Kanak- Kanak Dan Sekolah Dasar, 2007).

B. Kegiatan Menggunting
1. Pengertian Menggunting
Menggunting adalah kegiatan menggunakan peralatan dengan
menggunakan proses dengan pengendalian tangan dan koordinasi tangan ,
maka kegiatan ini akan dapat memberikan rasa percaya diri pada anak .
Menggunting merupakan kegiatan yang mempunyai kaitan dengan
kemampuan-kemampuan menggunakan alat serta melatih motorik halus
anak ( Hajar , dkk. 2010 : 7.3 ).
Menggunting adalah kegiatan memotong dengan menggunakan
alat berupa gunting. Kegiatan menggunting sudah diperkenalkan sejak
anak usia dini, yaitu sekitar 4 tahun. (www.slideshare.net/SriSaparahayu/
metode-pengembangan-motorik-halus, diunduh tanggal 23 Desember 2014
pukul 17.30 WIB)
Menggunting adalah salah satu aktivitas atau kegiatan memotong
yang melibatkan dan membutuhkan koordinasi antara mata, tangan dan
konsentrasi (Depdiknas, 2010).
Menggunting mempunyai tujuan motorik yaitu melatih otot
tangan dan keterampilan menggunting pola maupun gambar. Kegiatan
menggunting berguna untuk melatih keterampilan memotong obyek
gambar , disamping untuk memotong kertas dapat juga dipergunakan
untuk menoreh untuk membantu mempermudah lipatan kertas .
Berdasarkan pengertian diatas dapat disimpulkan menggunting
adalah salah satu kegiatan yang dilakukan anak sebagai upaya untuk
mengembangkan

keterampilan

motorik

halus.

Selain

untuk

mengembangkan keterampilan motorik halus menggunting juga dijadikan


media pendidikan yang dapat membantu anak meningkatkan konsentrasi,
melatih koordinasi mata, dan meningkatkan kemampuan gerakan tangan,
pergelangan tangan dan jari. Selain itu, menggunting juga dapat melatih
anak untuk sabar, berpikir kreatif, dan memupuk semangat untuk terus
berjuang.

2. Fungsi Menggunting
a. Menguatkan otot-otot telapak tangan anak karena melakukan gerakan
membuka dan menutup tangan.
b. Meningkatkan kordinasi mata dengan tangan karena saat menggunting
pandanganharus selalu mengikuti gerakan tangan yang memegang
gunting.
c. Mendorong anak untuk menggunakan kordinasi bilateral pada waktu
yangbersamaan. Misalnya pada saat anak menggunting lingkaran maka
satu tangan akanmemegang kertas sementara yang tangan satunya membuka
dan menutup gunting danmulai memotong.
3. Manfaat Kegiatan Menggunting
Menurut Sandra Talogo, Psi. MSc. (2003), dari Spectrum
Treatment and Education Centre, Bintaro, Banten, ada banyak manfaat
yang akan didapat si kecil dari kegiatan menggunting dan menempel.
Inilah beberapa di antaranya:
a. Melatih motorik halus
Menggerak-gerakkan gunting, mengikuti alur guntingan
kertas merupakan kegiatan yang efektif untuk mengasah kemampuan
motorik halus anak. Begitu juga dengan kegiatan menempel. Membuka
perekat lalu menempelkan ditempat yang sudah ditentukan membuat
jari jemari anak jadi lebih terlatih.
b. Melatih koordinasi tangan-mata, dan konsentrasi
Semua ini bermanfaat untuk merangsang pertumbuhan otak
yang lebih maksimal mengingat di usia ini merupakan masa
pertumbuhan otak yang sangat pesat.
c. Meningkatkan kepercayaan diri

Ketika anak berhasil menggunting dan menempel, dia akan


melihat hasilnya. Hal ini merupakan suatu reward positif yang akan
meningkatkan kepercaya dirinya untuk melakukan kegiatan itu
kembali.
d. Lancar menulis
Gerakan-gerakan

halus

yang

dilakukan

saat

latihan

menggunting dan menempel kelak akan membantu anak lebih mudah


belajar menulis. Anak-anak SD yang sangat kaku memegang pensil
dan yang tulisannya tidak beraturan, bisa jadi akibat kemampuan
motorik halusnya tidak dilatih dengan baik sewaktu kecil.
e. Ungkapan ekspresi
Menggunting dan menempel dapat menjadi sarana untuk
mengungkapkan ekspresi dan kreativitas anak.
f. Mengasah kognitif
Koordinasi mata dan tangan pada kegiatan menggunting dan
menempel akan menstimulus kerja otak sehingga kemampuan kognitif
anak pun akan makin terasah (http://pembelajaran-anak.blogspot.com /
2008/11/kreatif-lewat-menggunting-menempel.html, diakses tanggal
10 Oktober pukul 19.30 WIB).
4. Langkah-langkah Kegiatan Menggunting
Adapun langkah-langkah kegiatan menggunting pada anak usia
dini sebagai berikut:

a.

Guru

mengenalkan

dalam

menggunting dan menjelaskan kegiatan yang akan dilaksanakan anak


b.

Guru

menunjukkan

alat

peraga gambar jeruk dan gambar baju, gambar tersebut dijelaskan


kepada anak satu persatu, misal gambar jeruk guru menjelaskan dan
menanyakan nama buah tersebut, warna, bentuk, dan rasa dari buah
jeruk tersebut.
c.

Setelah

guru

menjelaskan

secara rinci dari gambar tersebut, guru memberi penjelasan kegiatan


selanjutnya guru menerangkan kegiatan menggunting dan cara
memegang gunting dengan benar.
d.

Guru membagikan gambar


dan anak diajak cara menggunting bersama-sama. Jika ada anak yang
kurang paham atau kurang mampu memegang gunting, guru
membantu sambil menggunting.

BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Subyek Penelitian
Subyek penelitian ini adalah anak-anak, pendidik dan pimpinan kelompok
bermain Ibunda Desa Lebo Kecamatan Gringsing, Kabupaten Batang..
B. Metode Penelitian
Penelitian ini menggunakan metode interpretative yaitu menginterpretasikan
data mengenai fenomena / gejala yang diteliti di lapangan.
C. Instrumen Penelitian
Instrumen penelitian yang digunakan dalam penelitian ini, sebagai
berikut:
1. Observasi
Observasi merupakan teknik pengumpulan data, dimana peneliti
melakukan pengamatan secara langsung ke objek penelitian untuk melihat
dari dekat kegiatan yang dilakukan (Riduwan, 2004 : 104). Adapun kriteria
yang hendak diperhatikan oleh observeser antara lain:
1) Memliki pengetahuan yang cukup terhadap obyek yang hendak diteliti.
2) Pemahaman tujuan umum dan tujuan khusus penelitian yang
dilaksanakannya.
3) Penentuan cara dan alat yang dipergunakan dalam mencatat data.
4) Penentuan kategori pendapatan gejala yang diamati.
5) Pengamatan dan pencatatan harus dilaksanakan secara cermat dan
kritis.

6) Pencatatan setiap gejala harus dilaksanakan secara terpisah agar tidak


saling mempengaruhi.
7) Pemilikan pengetahuan dan keterampilan terhadap alat dan cara
mencatat hasil observasi.
Pengamatan dan pencatatan yang dilakukan terhadap objek
ditempat

terjadi

atau

berlangsungnya

peristiwa

sehingga

observer/pengamat berada bersama objek yang diselidiki disebut observasi


langsung. Sedangkan observasi tidak langsung adalah pengamatan dan
pencatatan yang dilakukan tidak pada saat peristiwa tersebut berlangsung.
Teknik observasi dibagi menjadi 2 macam yaitu teknik observasi terbuka
dan teknik observasi tertutup.
1) Observasi Terbuka
Observasi terbuka adalah bentuk observasi yang ideal dan paling
dapat dipertanggungjawabkan. Pada teknik ini, peneliti melakukan
observasi secara terang-terangan dan dengan mengungkapkan identitas
pribadi maupun institusi yang diwakilinya secara jelas. Selain itu, orang
yang akan diobservasi tidak merasa dikecoh/ditipu hal ini merupakan
keunggulan observasi terbuka.
2) Observasi Tertutup
Observasi tertutup dilakukan secara diam-diam dan peneliti tidak
mengungkapkan

identitas

pribadi

maupun

institusinya

bahkan

dirahasiakan.
2. Wawancara
Menurut Nasution (2007:113), interview atau wawancara yaitu
suatu bentuk komunikasi verbal semacam percakapan yang bertujuan
memperoleh informasi.
Hal yang perlu dilakukan ketika wawancara, yaitu sebagai
berikut:
1) Pewawancara menyiapkan kebutuhan seperti (1) nama-nama yang
harus diwawancarai, (2) lembar pertanyaan, (3) alat perekam, (4)
tempat yang tepat untuk mewawancarai.

2) Jika itu semua sudah disiapkan lalu pewawancara mulai dapat


mewawancarai responden.
3) Diawali dengan menyapa yang akan diwawancarai lalu menyebutkan
nama dan keperluan wawancara, maksud mengapa pewawancara
mewawancarai responden serta jangan lupa menyebutkan instansi yang
mengirimkan pewawancara.
4) Beritahukan berapa lama waktu yang kira-kira diperlukan untuk
mewawancarai responden.
5) Mulai mewawancarai.
6) Pewawancara

mewawancarai

secara

bertahap

menggunakan

pertanyaan-pertanyaan yang telah disusun atau dibuat.


7) Setelah semua pertanyaan dijawab pewawancara dapat menyudahi atau
menyelesaikan wawancara tersebut.
3. Dokumentasi
Dokumen merupakan catatan peristiwa yang sudah berlalu, bisa
berbentuk tulisan, gambar, atau karya-karya monumental dari seseorang
(Sugiyono, 2010:329). Seorang peneliti menggunakan alasan-alasan
dokumentasi agar dapat dipertanggungjawabkan dalam penelitiannya
adalah sebagai berikut:
1)

Dokumen

merupakan

sumber yang stabil.


2)

Berguna

sebagai

bukti

untuk pengujian.
3)

Sesuai untuk penelitian


kualitatif karena sifatnya yang alami.

4)
5)

Tidak reaktif

sehingga

tidak sukar ditemukan dengan teknik kajian isi.


Hasil pengkajian isi akan
membuka kesempatan untuk lebih memperluas tumbuh pengetahuan
terhadap suatu yang diselidiki.
Secara garis besar, evaluasi kegiatan non tes dokumentasi hal ini

dapat dilakukan dengan langkah-langkah sebagai berikut:

1) Menentukan aspek perkembangan/kegiatan apa yang akan dinilai.


2) Mengumpulkan data asli dan dokumen yang berhubungan langsung
dengan masalah penelitian.
3) Menyusun data-data yang sudah terkumpul sesuai kebutuhan
evaluuasi.
4) Menganalisis dengan mengamati dan meneliti setiap data yang sudah
terkumpul untuk mencari hubungan antara data yang satu dengan data
yang lain berkenaan dengan masalah yang akan dievaluasi.
5) Membuat kesimpulan atas hasil analisis terhadap keseluruhan data.
BAB IV
ANALISIS DATA
A. Tabulasi Data
Untuk memudahkan analisis data, maka data hasil penelitian dibuat
tabulasi sebagai berikut.
Obsevasi

Wawancara dengan

Wawancara dengan

Guru

Pimpinan KB

Dokumentasi

-Anak-anak dengan

-Kegiatan

Dengan kegiatan

-Dari hasil yang

senang hati dan

menggunting

melatih motorik

dapat kami lihat

focus melaksanakan

diberikan setelah

anak menumbuhkan

anak-anak dapat

kegiatan

anak-anak dapat

rasa percaya diri

dengan tertib dan

menggunting bebas

tertip dan mandiri.

anak bahwa meraka

senang mengikuti

tanpa merasa putus

-Dengan kegiatan

mampu mengerjakan

kegiatan hari ini.

asa tidak mudah

menggunting bebas

hal-hal rumit,

-Ada dua orang

menyerah walau

anak dapat berkreasi, sehingga tumbuh

anak yang tidak

mereka belum pantai membedakan benda

rasa percaya diri

mau mengikuti

menggunting,

tajam dan tumpul,

yang kuat dalam diri

kegiatan

terliahat anak-anak

berhati-hati dengan

anak.

menggunting

tetap berusaha

benda tajam.- Anak

-Menumbuhkan

bebas.

menggunting

mempunyai rasa

bakat dan kreativitas

menggunakan kedua

tanggung jawab pada anak sejak dini.

tangannya.

kegiatan yang

-Anak dapat

mereka lakukan.

mengungkapkan apa
yang mereka buat
dengan gunting &
kertas

B. Analisis Kritis
Dari data tersebut dapat disimpulkan bahwa kegiatan anak
menggunting bebas diawasi oleh guru dan dimotivasi dengan pertanyaan
pertanyaan yang memotivasi anak berkreasi, menumbuhkan ide dibenak anak
apa yang akan saya buat dengan selembar kertas dan gunting ini. Kegiatan
pengembangan keterampilan motorik penting dilaksanakan di TPA Ibunda
Desa Lebo karena kegiatan menggunting bebas merupakan kegiatan
perkembangan motorik halus anak yang melibatkan koordinasi tangan dan

mata. Proses koordinasi tangan dengan mata ini melibatkan banyak aspek
,seperti memfokuskan, memandang, memegang, menggerakkan jari-jari
tangannya dan menyita banyak waktu.
Kegiatan motorik halus anak ini awalnya dilaksanakan dengan
kegiatan yang dapat memperkuat koordinasi tangan dan genggaman (antara
lain dengan menjepit) yang dapat dimulai sejak bayi.Misalnya latihan
memungut benda kecil dengan penjepit, bermain jari agar jari-jari (ibu jari,
telunjuk dan jari tengah) luwes untuk menulis , latihan meremas, merobek
dengan sepenuh tangan atau menggunting. Latihan-latihan tersebut perlu
dilaksanakan setiap hari dan terus dilanjutkan selama usia dini.
Tahapan perkembangan menggunting yang biasanya dilakukan anak
usia dini sebagai berikut(Depdiknas, 2004).
1. Menggunting sekitar pinggiran kertas., biasanya hanya menggunakan
ujung gunting yang terbuka sedikit.
2. Menggunting dengan sepenuh bukaan gunting, artinya menggunting
dengan membuka gunting tersebut seluruhnya sampai belakang.
3. Membuka dan menggunting terus menerus sepanjang kertas.
Anak sudah dapat membuka tutup gunting dengan penuh dan menggerak
gerakkanya ke depan untuk menggunting, namun masih tersendat sendat
dan hasil guntingan tampak tidak rata.
4. Menggunting diantara 2 garis lurus pada kertas.
Pada tahap ini, anak dapat menggunting bekas lipatan kertas yang di lipat
menjadi 2, namun belum mampu membentuk garis lurus.
5. Menggunting bentuk tetapi tidak tepat mengikuti garis.
Anak

mulai

mencoba

menggunting

suatu

bentuk,

tidak

hanya

menggunting lurus, tetapi sudah mulai berusaha melengkung mengikuti


suatu bentuk (misalnya kotak atau lingkaran) tetapi belum dapat mengikuti
garis pada bentuk tersebut.
6. Menggunting pada garis tebal dengan rapi dan terkendali.
Anak sudah dapat menggunting pada garis lurus yang tebal dengan baik.
Tidak berbelok-belok tidak keluar garis.

7. Menggunting berbagai bentuk.


Anak sudah dapat menggunting berbagai macam bentuk dengan konsisten
mengikuti garis pada bentuk tersebut.
Apa yang dilakukan di TPA Ibunda yaitu baru melaksanakan tahapan
menggunting yang yang ke 3 membuka dan menggunting sepanjang kertas.
Ketika anak yang sedang tumbuh melewati tahun-tahun

prasekolah

pengendalian tangan semakin penting, bukan hanya kendali itu membantunya


lebih mandiri. Tetapi juga ada kaitannya dengan pemecahan masalah dan
belajar

(kemampuannya

untuk

memgang

pensil

dengan

tepat

dan

menggambar) secara perlahan- lahan mengubahnya menjadi ketrampilan


menulis dasar.
Pilihan anak untuk menggunakan tangan kiri atau kanannya sudah
terbentuk sepenuhnya pada waktu anak mulai sekolah (walaupun kira-kira 10
persen anak-anak balita masih berganti-ganti antara tangan kiri dan tangan
kanannya. Ahli psikologi tidak mengetahui dengan pasti apakah kidal dan
tidak merupakan sifat bawaan atau di pelajari, namun ada beberapa bukti yang
dihubungkan dengan kedua belah otak. Misalnya pada anak-anak yang kidal,
otak sebelah kiri mempunyai hubungan yang lebih kuat dengan seluruh sisi
kanan badan. Akan tetapi, apapun penjelasannya yang sebenarnya, kita akan
sudah mempunyai pilihan menggunakan tangan kanan kiri mulai umur 2
tahun. Tolak dorongnya yang mungkin kita rasakan untuk mengubah anak
yang kidal menjadi tidak kidal. Itu merupakan tindakkan yang keliru.
Perbaikan koordinasi tangan dan mata biasanya terjadi dengan
mantap secara berangsur-angsur antara umur 3 5 tahun. Namun, kemajuan
tersebut sulit dideteksi. Anak mungkin memerlukan petunjuk bahwa dia
sekarang jauh lebih pandai memotong makanan menggunakan pisau daripada
beberapa bulan yang lalu. Anak memerlukan orang dewasa untuk
mengarahkan perhatiannya pada langkah-langkah kecil ini.

BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Dari tabulasi data dan analisis data dapat disimpulkan beberapa hal,
yaitu sebagai berikut.
1. KB Khalifah mempunyai program kegiatan pengembangan motorik halus
sejak dini

yaitu meletakkan dasar dasar ketrampilan anak untuk

berkreativitas agar cepat berkembang sehingga anak tidak canggung lagi.

2. Tidak lupa bahwa kemajuan anak dengan koordinasi tangan dan mata
tergantung pada interaksi antara stimulasi dan dorongan yang diterima
setiap hari, perkembangan fisik dan saraf, serta motivasinya. Tiga dimensi
yang berbeda ini perlu diseimbangkan dengan hati hati sebelum anak
dapat bergerak dari satu tahap ke tahap berikutnya.
3. Hal ini di siapkan sedemikian rupa. Sehingga tidak ada secara kusus anak
diajarkan mampu menulis seperti anak usia 5 tahun ketika ia baru berumur
3 tahun, karena kematangan otot dan sarafnya memang belum memadai
untuk melakukan gerakkan tangan demikian halus.
B. Saran saran
1. Sebelum

kegiatan

mengembangkan

kemampuan

motorik

halus

menggunting bebas di laksanakkan, sebelumnya anak terlebih dahulu


dilatih/diberi kegiatan meremas plastisin, adonan tepung (playdog), kertas
koran. Mengenalkan nama nama jari tangan.
2. Sebelum kegiatan menggunting bebas dilakasanakan harus dipastikan
dahulu kegiatan ini aman untuk dilaksanakan.

Anda mungkin juga menyukai