Disusun oleh:
Nama
:
NIM
:
Program Studi :
AROFI
822068772
S1 PG PAUD
PROGRAM S1 PAUD
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN (FKIP)
UNIVERSITAS TERBUKA
UNIT PROGRAM BELAJAR JARAK JAUH (UPBJJ) SEMARANG
POKJAR LIMPUNG BATANG
TAHUN 2015
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pendidikan untuk anak PAUD sangat penting, karena pada usia itu
merupakan usia emas (golden age), dimana usia anak tersebut merupakan
masa yang paling optimal untuk berkembang. Pada masa ini anak mempunyai
rasa ingin tahu yang sangat besar untuk melakukan apapun untuk memenuhi
rasa ingin tahunya.
Dengan
aktivitasnya
tersebut
anak
memenuhi
kebutuhan
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Pendidikan Anak Usia Dini
Tempat Penitipan Anak adalah salah satu bentuk PAUD ini jalur
pendidikan non-formal yang menyelenggaran program pendidikan sekaligus
pengasuhan dan kesejahteraan anak sejak lahir sampai dengan usia 6 tahun.
Atau dengan perkataan lain, TPA adalah wahana pendidikan dan pembinaan
kesejahteraan anak yang berfungsi sebagai pengganti keluarga untuk jangka
waktu tertentu selama orang tuanya berhalangan atau tidak memiliki waktu
yang cukup dalam mengasuh anaknya karena bekerja atau sebab lain,
(Depdiknas, Program Belajar TPA, Depdiknas, Jakarta 2001).
Undang-undang nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan
Nasional, bahwa pendidikan anak usia dini adalah suatu upaya pembinaan
yang ditujukan kepada anak sejak lahir sampai usia 6 tahun yang dilakukan
melalui
pemberian
rangsangan
untuk
membantu
pertumbuhan
dan
pembentukan karakter, budi pekerti luhur, cerdas, ceria, terampil dan bertakwa
kepada Tuhan Yang Maha Esa.
Kartini Kartono dalam Saring Marsudi (2006: 6) mendiskripsikan
karakteristik anak usia dini sebagai berikut:
1. Bersifat egoisantris naff
Anak memandang dunia luar dari pandangannya sendiri, sesuai
dengan pengetahuan dan pemahamannya sendiri, dibatasi oleh perasaan
dan pikirannya yang masih sempit. Maka anak belum mampu memahami
arti sebenarnya dari suatu peristiwa dan belum mampu menempatkan diri
kedalam kehidupan orang lain.
2. Relasi sosial yang primitif
Relasi sosial yang primitif merupakan akibat dari sifat egoisantris
naif. Ciri ini ditandai oleh kehidupan anak yang belum dapat memisahkan
antara dirinya dengan keadaan lingkungan sosialnya. Anak pada masa ini
hanya memiliki minat terhadap benda-benda atau peristiwa yang sesuai
dengan daya fantasinya. Anak mulai membangun dunianya dengan
khayalan dan keinginannya sendiri.
3. Kesehatan jasmani dan rohani yang hampir tidak terpisahkan
Anak belum dapat membedakan antara dunia lahiriah dan
batiniah. Isi lahiriah dan batiniah masih merupakan kesatuan yang utuh.
Penghayatan anak terhadap sesuatu dikeluarkan atau diekspresikan secara
bebas, spontan dan jujur baik dalam mimik, tingkah laku maupun purapura, anak mengekspresikannya secara terbuka karena itu janganlah
mengajari atau membiasakan anak untuk tidak jujur.
4. Sikap hidup yang disiognomis
Anak bersikap fisiognomis terhadap dunianya, artinya secara
langsung anak memberikan atribut atau sifat lahiriah atau sifat konkrit,
nyata terhadap apa yang dihayatinya. Kondisi ini disebabkan karena
pemahaman anak terhadap apa yang dihadapinya masih bersifat menyatu
(totaliter) antara jasmani dan ruhani. Anak belum dapat membedakan
antara benda hidup dan benda mati. Segala sesuatu yang ada disekitarnya
tidak
memerlukan
Keterampilan
motorik
banyak
halus
tenaga.
adalah
(Nursalam,
2005).
pengorganisasian
mata
dengan
tangan,
keterampilan
yang
mengetik, menjahit
2005).
Berdasarkan dari pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa
motorik halus merupakan gerakan yang melatih otot-otot kecil untuk
adanya rangsangan serta
dapat
mengendalikan
motorik
dan
mempelajari
halus
adalah
menggerakkan
otot-otot
kecil
yang
dapat
bahasa
serta
sosial
karena
pada
hakekatnya
setiap
faktor-faktor
yang
dapat
mempengaruhi
h. Genetik.
Genetik adalah bawaan anak, yaitu potensial anak yang akan
menjadi ciri khasnya, antara lain bentuk tubuh (cacat fisik) dan
kecerdasan. Kelainan genetik akan mempengaruhi proses tumbuh
kembang anak.
i. Kelainan Kromosom.
Pada umumnya kelainan kromosom akan disertai dengan
kegagalan pertumbuhan (http://www.e-jurnal.com/2014/01/ faktorfaktor-yang-mempengaruhi-motorik.html,
diunduh
tanggal
24
Desember 20.30 WIB)
8. Prinsip dalam Pengembangan Motorik Halus Anak
Untuk mengembangkan motorik halus pada anak usia 4-6 tahun
di Taman kanak-kanak agar berkembang secara optimal, maka perlu
memperhatikan prinsip-prinsip sebagai berikut:
a. Memberikan kebebasan untuk berekspresi pada anak.
b. Melakukan pengaturan waktu, tempat, media (alat dan bahan) agar
dapat merangsang anak untuk berkreatif.
c. Memberikan bimbingan kepada anak untuk menentuksn teknik/cara
yang baik dalam melakukan kegiatan dengan berbagai media.
d. Menumbuhkan keberanian anak dan hindarkan petunjuk yang dapat
merusak keberanian dan perkembangan anak.
e. Membimbing anak sesuai dengan kemampuan dan taraf
perkembangannya.
f. Memberikan rasa gembira dan menciptakn suasana yang
menyenangkan pada anak.
g. Melakukan pengawasan menyeluruh terhadap pelaksanaan kegiatan
(Depdiknas, 2007: 13)
9. Tingkatan Perkembangan Motorik Halus
Bloom menyatakan bahwa rentangan penguasaan psikomotorik
ditunjukkan oleh gerakan yang kaku sampai kepada gerakan yang lancar
dan luwes, kemudian ia mengklasifikasikan domain psikomotorik ke
dalam lima kategori mulai dari tingkatan yang paling rendah sampai pada
tingkatan yang paling tinggi sebagai berikut:
a. Meniru (imitation)
b.
d.
e.
f.
B. Kegiatan Menggunting
1. Pengertian Menggunting
Menggunting adalah kegiatan menggunakan peralatan dengan
menggunakan proses dengan pengendalian tangan dan koordinasi tangan ,
maka kegiatan ini akan dapat memberikan rasa percaya diri pada anak .
Menggunting merupakan kegiatan yang mempunyai kaitan dengan
kemampuan-kemampuan menggunakan alat serta melatih motorik halus
anak ( Hajar , dkk. 2010 : 7.3 ).
Menggunting adalah kegiatan memotong dengan menggunakan
alat berupa gunting. Kegiatan menggunting sudah diperkenalkan sejak
anak usia dini, yaitu sekitar 4 tahun. (www.slideshare.net/SriSaparahayu/
metode-pengembangan-motorik-halus, diunduh tanggal 23 Desember 2014
pukul 17.30 WIB)
Menggunting adalah salah satu aktivitas atau kegiatan memotong
yang melibatkan dan membutuhkan koordinasi antara mata, tangan dan
konsentrasi (Depdiknas, 2010).
Menggunting mempunyai tujuan motorik yaitu melatih otot
tangan dan keterampilan menggunting pola maupun gambar. Kegiatan
menggunting berguna untuk melatih keterampilan memotong obyek
gambar , disamping untuk memotong kertas dapat juga dipergunakan
untuk menoreh untuk membantu mempermudah lipatan kertas .
Berdasarkan pengertian diatas dapat disimpulkan menggunting
adalah salah satu kegiatan yang dilakukan anak sebagai upaya untuk
mengembangkan
keterampilan
motorik
halus.
Selain
untuk
2. Fungsi Menggunting
a. Menguatkan otot-otot telapak tangan anak karena melakukan gerakan
membuka dan menutup tangan.
b. Meningkatkan kordinasi mata dengan tangan karena saat menggunting
pandanganharus selalu mengikuti gerakan tangan yang memegang
gunting.
c. Mendorong anak untuk menggunakan kordinasi bilateral pada waktu
yangbersamaan. Misalnya pada saat anak menggunting lingkaran maka
satu tangan akanmemegang kertas sementara yang tangan satunya membuka
dan menutup gunting danmulai memotong.
3. Manfaat Kegiatan Menggunting
Menurut Sandra Talogo, Psi. MSc. (2003), dari Spectrum
Treatment and Education Centre, Bintaro, Banten, ada banyak manfaat
yang akan didapat si kecil dari kegiatan menggunting dan menempel.
Inilah beberapa di antaranya:
a. Melatih motorik halus
Menggerak-gerakkan gunting, mengikuti alur guntingan
kertas merupakan kegiatan yang efektif untuk mengasah kemampuan
motorik halus anak. Begitu juga dengan kegiatan menempel. Membuka
perekat lalu menempelkan ditempat yang sudah ditentukan membuat
jari jemari anak jadi lebih terlatih.
b. Melatih koordinasi tangan-mata, dan konsentrasi
Semua ini bermanfaat untuk merangsang pertumbuhan otak
yang lebih maksimal mengingat di usia ini merupakan masa
pertumbuhan otak yang sangat pesat.
c. Meningkatkan kepercayaan diri
halus
yang
dilakukan
saat
latihan
a.
Guru
mengenalkan
dalam
Guru
menunjukkan
alat
Setelah
guru
menjelaskan
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Subyek Penelitian
Subyek penelitian ini adalah anak-anak, pendidik dan pimpinan kelompok
bermain Ibunda Desa Lebo Kecamatan Gringsing, Kabupaten Batang..
B. Metode Penelitian
Penelitian ini menggunakan metode interpretative yaitu menginterpretasikan
data mengenai fenomena / gejala yang diteliti di lapangan.
C. Instrumen Penelitian
Instrumen penelitian yang digunakan dalam penelitian ini, sebagai
berikut:
1. Observasi
Observasi merupakan teknik pengumpulan data, dimana peneliti
melakukan pengamatan secara langsung ke objek penelitian untuk melihat
dari dekat kegiatan yang dilakukan (Riduwan, 2004 : 104). Adapun kriteria
yang hendak diperhatikan oleh observeser antara lain:
1) Memliki pengetahuan yang cukup terhadap obyek yang hendak diteliti.
2) Pemahaman tujuan umum dan tujuan khusus penelitian yang
dilaksanakannya.
3) Penentuan cara dan alat yang dipergunakan dalam mencatat data.
4) Penentuan kategori pendapatan gejala yang diamati.
5) Pengamatan dan pencatatan harus dilaksanakan secara cermat dan
kritis.
terjadi
atau
berlangsungnya
peristiwa
sehingga
identitas
pribadi
maupun
institusinya
bahkan
dirahasiakan.
2. Wawancara
Menurut Nasution (2007:113), interview atau wawancara yaitu
suatu bentuk komunikasi verbal semacam percakapan yang bertujuan
memperoleh informasi.
Hal yang perlu dilakukan ketika wawancara, yaitu sebagai
berikut:
1) Pewawancara menyiapkan kebutuhan seperti (1) nama-nama yang
harus diwawancarai, (2) lembar pertanyaan, (3) alat perekam, (4)
tempat yang tepat untuk mewawancarai.
mewawancarai
secara
bertahap
menggunakan
Dokumen
merupakan
Berguna
sebagai
bukti
untuk pengujian.
3)
4)
5)
Tidak reaktif
sehingga
Wawancara dengan
Wawancara dengan
Guru
Pimpinan KB
Dokumentasi
-Anak-anak dengan
-Kegiatan
Dengan kegiatan
menggunting
melatih motorik
focus melaksanakan
diberikan setelah
anak menumbuhkan
anak-anak dapat
kegiatan
anak-anak dapat
menggunting bebas
senang mengikuti
-Dengan kegiatan
mampu mengerjakan
menggunting bebas
hal-hal rumit,
menyerah walau
mau mengikuti
menggunting,
kegiatan
terliahat anak-anak
berhati-hati dengan
anak.
menggunting
tetap berusaha
-Menumbuhkan
bebas.
menggunting
mempunyai rasa
menggunakan kedua
tangannya.
kegiatan yang
-Anak dapat
mereka lakukan.
mengungkapkan apa
yang mereka buat
dengan gunting &
kertas
B. Analisis Kritis
Dari data tersebut dapat disimpulkan bahwa kegiatan anak
menggunting bebas diawasi oleh guru dan dimotivasi dengan pertanyaan
pertanyaan yang memotivasi anak berkreasi, menumbuhkan ide dibenak anak
apa yang akan saya buat dengan selembar kertas dan gunting ini. Kegiatan
pengembangan keterampilan motorik penting dilaksanakan di TPA Ibunda
Desa Lebo karena kegiatan menggunting bebas merupakan kegiatan
perkembangan motorik halus anak yang melibatkan koordinasi tangan dan
mata. Proses koordinasi tangan dengan mata ini melibatkan banyak aspek
,seperti memfokuskan, memandang, memegang, menggerakkan jari-jari
tangannya dan menyita banyak waktu.
Kegiatan motorik halus anak ini awalnya dilaksanakan dengan
kegiatan yang dapat memperkuat koordinasi tangan dan genggaman (antara
lain dengan menjepit) yang dapat dimulai sejak bayi.Misalnya latihan
memungut benda kecil dengan penjepit, bermain jari agar jari-jari (ibu jari,
telunjuk dan jari tengah) luwes untuk menulis , latihan meremas, merobek
dengan sepenuh tangan atau menggunting. Latihan-latihan tersebut perlu
dilaksanakan setiap hari dan terus dilanjutkan selama usia dini.
Tahapan perkembangan menggunting yang biasanya dilakukan anak
usia dini sebagai berikut(Depdiknas, 2004).
1. Menggunting sekitar pinggiran kertas., biasanya hanya menggunakan
ujung gunting yang terbuka sedikit.
2. Menggunting dengan sepenuh bukaan gunting, artinya menggunting
dengan membuka gunting tersebut seluruhnya sampai belakang.
3. Membuka dan menggunting terus menerus sepanjang kertas.
Anak sudah dapat membuka tutup gunting dengan penuh dan menggerak
gerakkanya ke depan untuk menggunting, namun masih tersendat sendat
dan hasil guntingan tampak tidak rata.
4. Menggunting diantara 2 garis lurus pada kertas.
Pada tahap ini, anak dapat menggunting bekas lipatan kertas yang di lipat
menjadi 2, namun belum mampu membentuk garis lurus.
5. Menggunting bentuk tetapi tidak tepat mengikuti garis.
Anak
mulai
mencoba
menggunting
suatu
bentuk,
tidak
hanya
prasekolah
(kemampuannya
untuk
memgang
pensil
dengan
tepat
dan
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Dari tabulasi data dan analisis data dapat disimpulkan beberapa hal,
yaitu sebagai berikut.
1. KB Khalifah mempunyai program kegiatan pengembangan motorik halus
sejak dini
2. Tidak lupa bahwa kemajuan anak dengan koordinasi tangan dan mata
tergantung pada interaksi antara stimulasi dan dorongan yang diterima
setiap hari, perkembangan fisik dan saraf, serta motivasinya. Tiga dimensi
yang berbeda ini perlu diseimbangkan dengan hati hati sebelum anak
dapat bergerak dari satu tahap ke tahap berikutnya.
3. Hal ini di siapkan sedemikian rupa. Sehingga tidak ada secara kusus anak
diajarkan mampu menulis seperti anak usia 5 tahun ketika ia baru berumur
3 tahun, karena kematangan otot dan sarafnya memang belum memadai
untuk melakukan gerakkan tangan demikian halus.
B. Saran saran
1. Sebelum
kegiatan
mengembangkan
kemampuan
motorik
halus