Anda di halaman 1dari 66

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Pada dasarnya setiap manusia bersifat dinamis dan memiliki dorongan

ingin tahu tentang segala sesuatu, baik yang berhubungan dengan makhluk hidup

lain, kebendaan, kejadian maupun perbuatan. Sifat dinamis dan rasa ingin tahu

merupakan potensi dasar yang harus dikembangkan secara terarah dan optimal.

Dengan sifat dasar alami setiap manusia, kita bisa melihat dengan nyata

dimana anak-anak begitu sering asyik bermain-main dengan sesuatu benda atau

melakukan sesuatu perbuatan yang dirinya sendiri belum mengetahui manfaat

dan bahayanya. Kondisi ini merupakan indikasi objektif yang membenarkan

bahwa setiap manusia bersifat dinamis dan memiliki rasa ingin tahu, misalnya

tentang benda-benda tajam seperti pisau, silet, cutter, alat mencocok, gunting dan

lain-lain.

Gunting sebagai salah satu dari sekian banyak benda tajam sering anak-

anak temukan, baik di rumah maupun di sekolah. Aktivitas yang dilakukan anak-

anak dengan menggunakan gunting, itu sebenarnya suatu gejala awal yang

positif dapat meningkatkan kemampuan motorik halus anak, semestinya

mendapat respon yang positif dari guru dan orang tua. Gejala tersebut merupakan

modal dasar dan momentum awal yang baik bagi suatu proses belajar, karena

belajar hakikatnya adalah proses aktivitas yang terencana dan sadar tujuan.

Namun demikian kenyataan yang dilakukan pada umumnya oleh guru dan orang

tua justru bersifat kontradiktif dengan dasar-dasar kependidikan. Umumnya guru

TK atau orang tua justru melarang murid dan anak-anak mereka untuk

1
memegang dan menggunakan gunting, tanpa memberi penjelasan kepada

anaknya. Sikap perilaku tersebut semata-mata hanya karena kekhawatiran guru

dan orang tua yang takut anaknya terluka karena tergunting, barang-barangnya

rusak/berantakan atau mungkin merasa jengkel dengan segala aktivitas anaknya

tersebut. Sikap semacam itu bukan hanya tidak bijaksana, tetapi juga sekaligus

dapat mematikan potensi positif dalam diri anak.

Sebenarnya aktivitas anak merupakan kunci pokok dari suatu kegiatan

belajar. Sementara itu interaksi anak dengan sesuatu benda atau suatu perbuatan

yang dilakukan anak merupakan suatu kegiatan yang dapat direkayasa

sedemikian rupa, sehingga menjadi suatu kegiatan belajar. Seperti halnya

kegiatan menggunting. Dengan demikian sifat dinamis dan rasa ingin tahu anak

tentang sesuatu benda atau perbuatan bisa didesain menjadi suatu proses

edukatif. Dalam hal ini anak dapat diarahkan pada perkembangan motorik.

Sujiono (2007: 1.12), Perkembangan motorik adalah proses seorang anak

belajar untuk terapil menggerakan anggota tubuh. Perkembangan motorik pada

anak meliputi motorik kasar dan halus. Motorik kasar adalah gerakan tubuh yang

menggunakan otot-otot besar atau sebagian besar atau seluruh anggota tubuh

yang dipengaruhi oleh kematangan anak itu sendiri. Seperti brrjalan, melompat,

berlari, naik sepeda. Motorik halus adalah gerakan yang menggunakan otot-otot

halus atau sebagian anggota tubuh tertentu, yang dipengaruhi oleh kesempatan

untuk belajar dan berlatih. Misalnya, kemampuan memindahkan benda dari

tangan, mencoret-coret, menyusun balok, menggunting, menulis dan sebagainya.

Kedua kemampuan tersebut jelas sangat diperlukan anak agar mereka dapat

tumbuh dan berkembang secara optimal.

2
Dalam standar kompetensi kurikulum TK tercantum bahwa tujuan

pendidikan di TK adalah membantu mengembangkan berbagai potensi anak baik

psikis dan fisik yang meliputi moral dan nilai-nilai agama, sosial emosional,

kognitif, bahasa, fisik/motorik, kemandirian, dan seni untuk memasuki

pendidikan dasar. Untuk itu anak TK belajar dari guru tentang berbagai hal

termasuk gerakan motorik halus.

Berdasarkan observasi di TK Negeri Mekar Sari anak-anak menunjukkan

keterlambatan dalam keterampilan motorik halusnya, yang ditandai dengan

kurang terampilnya siswa dalam penggunaan media gunting. Ketidakmaksimalan

ini penyebabnya adalah pengelolaan kelas, yaitu penggunaan media dalam

menumbuhkembangkan kreativitas anak dalam meningkatkan keterampilan

motorik halusnya.

Pendidikan di TK dalam pelaksanaan pembelajaran guru harus mempunyai

kemampuan menyesuaikan media sesuai dengan karakteristik tujuan anak yang

diberi pembelajaran.

Untuk pengembangan kemampuan dasar anak dilihat dari kemampuan

motorik halusnya, maka guru-guru TK Negeri Mekar Sari akan membantu

meningkatkan keterampilan motorik halus anak dalam hal memperkenalkan dan

melatih gerakan halus anak, meningkatkan kemampuan mengelola, mengontrol

gerakan tubuh dan koordinasi, serta meningkatkan keterampilan tubuh sehingga

dapat menunjang pertumbuhan jasmani yang kuat, sehat dan terampil.

Dengan demikian, belajar melalui benda konkrit seperti media gunting untuk

meningkatkan motorik halus anak dipandang akan lebih efektif. Oleh karena itu

dalam penelitian ini akan diangkat suatu judul “Penggunaan Media Gunting

3
untuk Meningkatkan Kemampuan Motorik Halus Anak di Tk Negeri

Mekarsari Kecamatan Wonosari Kabupaten Boalemo”

1.2 Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah, maka dapat diidentifikasikan beberapa

permasalahan yang ditunjukan sebagai berikut:

a. Bagaimana Gambaran kemampuan motorik halus anak di TK Negeri

Mekarsari Kecamatan Wonosari Kabupaten Boalemo?

b. Bagaimana Efektivitas penggunaan media gunting dalam pembelajaran 3M

di TK Negeri Mekar sari Kecamatan Wonosari Kabupaten Boalemo ?

c. Bagaimana pengaruh penggunaan media gunting dalam meningkatkan

kemampuan motorik halus anak di TK Negeri Mekar Sari Kecamatan

Wonosari Kabupaten Boalemo?

1.3 Rumusan Masalah

Dari identifikasi masalah maka peneliti merumuskan permasalahan

“Bagaimana penggunaan media gunting dapat meningkatkan kemampuan motorik

halus anak di TK Negeri Mekar Sari”.

1.4 Tujuan Perbaikan

1. Tujuan Secara Umum :

Untuk mengetahui bagaimana penggunaan media gunting dapat

meningkatkan kemampuan motorik halus anak di TK Negeri Mekar Sari

Kecamatan Wonosari Kabupaten Boalemo.

2. Tujuan Secara Khusus :

Adapun tujuan khusus dari penelitian ini adalah :

4
a. Untuk memperoleh Gambaran kemampuan motorik halus anak di TK

Mekar Sari Kecamatan Wonosari Kabupaten Boalemo.

b. Untuk mengetahui efektivitas penggunaan media gunting dalam

pembelajaran 3M di TK Negeri Mekar Sari Kecamatan Wonosari

Kabupaten Boalemo?

c. Untuk mengetahui pengaruh penggunaan media gunting dalam

meningkatkan kemampuan motorik halus anak di TK Negeri Mekar Sari

Kecamatan Wonosari Kabupaten Boalemo?

1.5 Manfaat Perbaikan

1. Manfaat Secara Teoritis :

a. Penelitian ini senantiasa menjadi wahana untuk meningkatkan

pengetahuan dan keterampilan guru dalam penggunaan media

pembelajaran pada jenjang TK.

b. Penelitian ini senantiasa menjadi wahana untuk menerapkan

kemampuan penelitian ilmiah dalam mengkaji permasalahan di bidang

pendidikan pada jenjang TK

2. Manfaat Secara Praktis :

a. Bagi Guru, penelitian ini semoga menjadi masukan untuk

meningkatkan kemampuan dalam pemilihan media pembelajaran yang

efektif bagi pembelajaran di tingkat TK.

b. Bagi Siswa, senantiasa membangkitkan motivasi serta meningkatkan

aktivitas dan hasil belajar siswa di tingkat TK.

5
c. Bagi Lembaga, senantiasa menjadi masukan yang baik dalam

pengambilan kebijakan khususnya dalam kebijakan pengadaan media

pembelajaran di tingkat TK.

6
BAB II

KAJIAN PUSTAKA

2.1 Media Pembelajaran

2.1.1 Pengertian Media

Istilah media berasal dari bahasa latin yang merupakan bentuk jamak dari

“medium”. Secara harfiah berarti perantara atau pengantar. Pengertian umumnya

adalah segala sesuatu yang dapat menyalurkan informasi dari sumber informasi

kepada penerima informasi.

Media menurut AECT adalah segala sesuatu yang digunakan orang untuk

menyalurkan pesan. Sedangkan Gagne mengartikan media sebagai jenis

komponen dalam lingkungan siswa yang dapat merangsang mereka untuk belajar.

Briggs mengartikan media sebagai alat untuk memberikan perangsang bagi siswa

agar terjadi proses belajar

1. Media Pembelajaran

Istilah pembelajaran lebih menggambarkan usaha guru untuk membuat

belajar para siswanya. Kegiatan pembelajaran tidak akan berarti jika tidak

menghasilkan kegiatan belajar pada para siswanya. Kegiatan belajar hanya akan

berhasil jika si belajar secara aktif mengalami sendiri proses belajar. Seorang guru

tidak dapat mewakili belajar siswanya. Seorang siswa belum dapat dikatakan telah

belajar hanya karena ia sedang berada dalam satu ruangan dengan guru yang

sedang mengajar.

Pekerjaan mengajar tidak selalu harus diartikan sebagai kegiatan

menyajikan materi pelajaran. Meskipun penyajian materi pelajaran memang

merupakan bagian dari kegiatan pembelajaran, tetapi bukanlah satu-satunya.

7
Masih banyak cara lain yang dapat dilakukan guru untuk membuat siswa belajar.

Peran yang seharusnya dilakukan guru adalah mengusahakan agar setiap siswa

dapat berinteraksi secara aktif dengan berbagai sumber balajar yang ada.

Media pembelajaran adalah media yang digunakan dalam pembelajaran,

yaitu meliputi alat bantu guru dalam mengajar serta sarana pembawa pesan dari

sumber belajar ke penerima pesan belajar (siswa). Sebagai penyaji dan penyalur

pesan, media belajar dalam hal-hal tertentu bisa mewakili guru menyajiakan

informasi belajar kepada siswa.

Peran media dalam komunikasi pembelajaran di TK sangat penting artinya

mengingat perkembangan anak saat itu berada pada masa konkrit. Oleh karena itu,

salah satu prinsip pembelajaran di TK adalah kekonkritan. Dengan demikian

pembelajaran di TK harus menggunakan sesuatu yang memungkinkan anak dapat

belajar secara konkret. Prinsip kekonkritan tersebut mengisyaratkan perlunya

digunakan media sebagai saluran penyampai pesan dari guru kepada anak agar

pesan tersebut dapat diserap anak dengan baik. Dengan demikian diharapkan

terjadi perubahan-perubahan perilaku berupa kemampuan dalam pengetahuan,

sikap dan keterampilan.

Banyak hasil penelitian menunjukan bahwa proses pembelajaran akan lebih

berhasil bila anak turut aktif dalam proses pembelajaran tersebut. Dengan kata

lain yang menjadi pusat dalam kegiatan pembelajaran bukanlah guru melainkan

anak. Hal ini berarti perlunya beragai fasilitas belajar, termasuk media

pembelajaran.

Hasil penelitian British Audio-Visual Association menghasilkan temuan

bahwa rata-rata jumlah informasi yang diterima indra adalah :

8
75 % melalui indra penglihatan

13 % melalui indra pendengaran

6 % melalui indra sentuhan dan perabaan

6 % melalui indra penciuman dan lidah.

Dari data tersebut menunjukan bahwa penggunaan media yang dapat dilihat

(visual) dalam pembelajaran di TK lebih menguntungkan dibandingkan dengan

penyampaian secara verbal. Gunting sebagai salah satu media pembelajaran dapat

digunakan guru untuk meningkatkan kemampuan motorik halus anak.

2. Gunting

Dalam Kamus Bahasa Indonesia Untuk Pendidikan Dasar hal 249 dituliskan

“Gunting” kb 1 alat perkakas untuk memotong kain (rambut dan sebagainya) 2

menggunting kk memotong (memangkas dan sebagainya) dengan memakai

gunting.

3. Langkah-langkah Penggunaan Media Gunting

a. Guru menyediakan peralatan gunting sesuai dengan jumlah anak

b. Guru menyediakan lembaran kertas kosong sesuai dengan jumlah anak

c. Guru menjelaskan kepada anak cara memegang gunting yang benar

d. Guru menjelaskan kepada anak cara menggunting kertas yang baik dan

benar

e. Guru memeriksa hasil pekerjaan anak dalam menggunting kertas

f. Guru memperbaiki beberapa anak yang kurang mampu cara menggunting

kertas yang baik dan benar

g. Guru membagikan kertas berpola gambar yang sudah disiapkan

sebelumnya.

9
h. Guru memperagakan cara menggunting kertas berpola gambar yang baik

dan benar.

i. Anak mempraktekan cara menggunting kertas berpola gambar seperti yang

telah diperagakan guru.

j. Guru dan anak melakukan refleksi terhadap proses pembelajaran yang telah

dilaksanakan.

k. Guru memberikan penilaian hasil pekerjaaan anak

2.1.2 Manfaat Media Pembelajaran

Secara umum manfaat media pembelajaran adalah memperlancar

interaksi antara guru dengan siswa sehingga kegiatan pembelajaran lebih afektif

dan efisien. Sedangkan secara lebih khusus manfaat media pembelajaran adalah:

a. Penyampaian materi pembelajaran dapat diseragamkan.

Dengan bantuan media pembelajaran, penafsiran yang berbeda antar

guru dapat dihindari dan dapat mengurangi terjadinya kesenjangan informasi

diantara siswa dimanapun berada.

b. Proses pembelajaran menjadi lebih jelas dan menarik

Media dapat menampilkan informasi melalui suara, gambar, gerakan

dan warna, baik secara alami maupun manipulasi, sehingga membantu guru

untuk menciptakan suasana belajar menjadi lebih hidup, tidak monoton dan

tidak membosankan.

c. Proses pembelajaran menjadi lebih interaktif

Dengan media akan terjadinya komukasi dua arah secara aktif,

sedangkan tanpa media guru cenderung bicara satu arah.

d. Efisiensi dalam waktu dan tenaga

10
Dengan media tujuan belajar akan lebih mudah tercapai secara

maksimal dengan waktu dan tenaga seminimal mungkin. Guru tidak harus

menjelaskan materi ajaran secara berulang-ulang, sebab dengan sekali sajian

menggunakan media, siswa akan lebih mudah memahami pelajaran.

e. Meningkatkan kualitas hasil belajar siswa

Media pembelajaran dapat membantu siswa menyerap materi belajar

lebih mandalam dan utuh. Bila dengan mendengar informasi verbal dari guru

saja, siswa kurang memahami pelajaran, tetapi jika diperkaya dengan kegiatan

melihat, menyentuh, merasakan dan mengalami sendiri melalui media

pemahaman siswa akan lebih baik.

f. Media memungkinkan proses belajar dapat dilakukan di mana saja dan

kapan saja

Media pembelajaran dapat dirangsang sedemikian rupa sehingga

siswa dapat melakukan kegiatan belajar dengan lebih leluasa dimanapun dan

kapanpun tanpa tergantung seorang guru. Perlu kita sadari waktu belajar di

sekolah sangat terbatas dan waktu terbanyak justru di luar lingkungan sekolah.

g. Media dapat menumbuhkan sikap positif siswa terhadap materi dan proses

belajar

Proses pembelajaran menjadi lebih menarik sehingga mendorong

siswa untuk mencintai ilmu pengetahuan dan gemar mencari sendiri sumber-

sumber ilmu pengetahuan.

h. Mengubah peran guru ke arah yang lebih positif dan produktif

Guru dapat berbagi peran dengan media sehingga banyak memiliki

waktu untuk memberi perhatian pada aspek-aspek edukatif lainnya, seperti

11
membantu kesulitan belajar siswa, pembentukan kepribadian, memotivasi

belajar, dan lain-lain.

2.2 Perkembangan Motorik Halus

1. Pengertian Perkembangan Motorik Halus

Menurut Nursalam (2005) perkembangan motorik halus adalah

“kemampuan anak untuk mengamati sesuatu dan melakukan gerak yang

melibatkan bagian-bagian tubuh tertentu dan otot-otot kecil, memerlukan

koordinasi yang cermat serta tidak memerlukan banyak tenaga.”

Sedangkan menurut Moelichatoen (2004) motorik halus adalah

“merupakan kegiatan yang menggunakan otot-otot halus pada jari dan tangan.

Gerakan ini keterampilan bergerak”.

2. Kemampuan Motorik Halus Anak TK

a. Anak Usia 3-4 Tahun

 Menggunting kertas menjadi dua bagian

 Mencuci dan mengelap tangan sendiri

 Mengaduk cairan dengan sendok

 Menuang air dari teko

 Memegang garpu dengan cara menggenggam

 Membawa sesuatu dengan penjepit

 Apabila diberikan gambar kepala badan manusia yang belum lengkap,

ia akan dapat menambahkan paling sedikit dua organ tubuh

 Membuka kancing dan melepas ikat pinggang

 menggambar lingkaran namun bentuknya masih kasar.

b. Anak Usia 4-5 Tahun

12
 mengikat tali sepatu

 memasukan surat ke dalam amplop

 memoleskan selai di atas roti

 membentuk berbagai objek dengan tanah liat

 mencuci dan mengeringkan muka tanpa membasahi baju

 memasukan benang ke dalam lubang jarum (Sujiono, 2007:1.15-1.16)

3. Fungsi Perkembangan Motorik Halus

Menurut Mudjito (2007: ) mencatat beberapa alasan tentang fungsi

perkembangan motorik halus yaitu :

a. Melalui keterampilan motorik, anak dapat menghibur dirinya dan

memperoleh perasaan senang.

b. Melalui keterampilan motorik, anak dapat beranjak dari kondisi

helpessness (tidak berdaya) pada bulan-bulan pertama kehidupannya.

c. Melalui keterampilan motorik, anak dapat menyesuaikan dirinya dengan

lingkungan sekolah.

4. Karakter Perkembangan Motorik Halus Anak

Karakter perkembangan motorik halus menurut Walkay dalam Mudjito

(2007) dapat disimpulkan bahwa keterampilan motorik halus yang paling utama

adalah:

a. Pada saat anak usia 3 tahun, kemampuan gerak halus anak belum berbeda

dari kemampuan gerak halus anak bayi.

b. Pada usia 4 tahun, koordinasi motorik halus anak secara substansial sudah

mengalami kemajuan dan gerakannya sudah lebih cepat, bahkan

cenderung sempurna.

13
c. Pada usia 5 tahun, koordinasi motorik anak sudah lebih sempurna lagi

tangan, lengan, dan tubuh bergerak di bawah koordinasi mata.

d. Pada akhir masa kanak-kanak usia 6 tahun ia belajar bagaimana

menggunakan jemari dan pergelangan tangannya untuk menggunakan

ujung pensil.

5. Faktor – Faktor Perkembangan Motorik Anak

Faktor-faktor yang membantu meningkatkan motorik anak yang dapat

dilakukan oleh guru TK adalah :

a. Menyediakan peralatan atau lingkungan yang memungkinkan anak

melatih keterampilan motoriknya.

b. Setiap anak memiliki jangka waktu sendiri dalam menguasai suatu

keterampilan.

c. Aktivitas fisik anak yang bervariasi, yaitu aktivitas fisik untuk bermain

dan bergembira sambil menggerakkan anggota tubuh.

d. Aktivitas fisik anak dapat mencapai kemampuan yang diharapkan sesuai

dengan perkembangannya.

6. Meningkatkan Kemampuan Motorik Halus Anak TK

Motorik adalah semua gerakan yang mungkin dapat dilakukan oleh

seluruh tubuh, sedangkan gerakan motorik dapat disebut sebagai perkembangan

dari unsur kematangan dan pengendalian gerak tubuh. Perkembangan motorik ini

erat kaitannya dengan pusat motorik di otak. Perkembangan motorik berkembang

sejalan dengan kematangan syaraf dan otak. Oleh sebab itu, setiap gerakan yang

dilakukan anak sesederhana apapun, sebenarnya merupakan hasil pola interaksi

yang kompleks dari berbagai dan sistem dalam tubuh yang dikontrol otak, otaklah

14
yang berfungsi sebagai bagian dari susunan syaraf yang mengatur dan

mengontrol semua aktivitas fisik dan mental seseorang.

Aktivitas anak terjadi di bawah kontrol otak. Secara simultan dan

berkesinambungan, otak terus mengolah informasi yang ia terima. Bersamaan

dengan itu, otak bersama jaringan syaraf yang membentuk sistem syaraf pusat

yang mencakup lima pusat kontrol, akan mendiktekan setiap gerak anak. Dalam

kaitannya dengan perkembangan motorik anak, perkembangan motorik

berhubungan dengan perkembangan kemampuan gerak anak. Gerak merupakan

unsur utama dalam perkembangan motorik anak, oleh sebab itu, perkembangan

kemampuan motorik anak akan dapat terlihat secara jelas melalui berbagai

gerakan dan permainan yang mereka lakukan.

Perkembangan motorik anak terbagi menjadi dua bagian, yaitu gerakan

motorik kasar dan gerakan motorik halus. Gerakan motorik kasar adalah

kemampuan yang membutuhkan koordinasi sebagian besar bagian tubuh anak.

Seperti meloncat, memanjat, berlari, menaiki sepeda, berdiri dengan satu kaki dan

sebagainya. Gerakan motorik halus adalah bila gerakan hanya melibatkan bagian-

bagin tubuh tertentu saja dan dilakukan oleh otot-otot kecil, seperti keterampilan

menggunakan jari jemari tangan dan gerakan pergelangan tangan yang tepat.

Gerakan ini membutuhkan koordinasi mata dan tangan yang cermat.

Gerakan motorik halus yang terlihat saat usia TK, antara lain adalah anak

mulai dapat menyikat giginya, menyisir, memakai sepatu sendiri, menggunting

dan sebagainya.

Semakin baiknya gerakan motorik halus anak membuat anak dapat

berkreasi, seperti menggunting kertas, menyatukan dua lembar kertas,

15
menganyam kertas, tapi tidak semua anak memiliki kematangan untuk menguasai

kemampuan pada tahap yang sama. Dalam melakukan gerakan motorik halus

anak juga memerlukan dukungan keterampilan fisik serta kematangan mental

( Sujiono, 2007: 1.14).

Untuk meningkatkan kemampuan motorik halus anak TK sudah barang

tentu memerlukan bantuan guru. Disini guru dituntut untuk dapat menjalankan

perannya sebagai guru TK sehingga anak benar-benar dapat berkembang secara

optimal.

16
BAB III

RENCANA PERBAIKAN

3.1 Subjek Penelitian

3.1.1 Informasi Subjek Penelitian

Perbaikan kemampuan motorik halus anak di kelompok B TK Negri

Mekarsari Kecamatan Wonosari Kabupaten Boalemo Tahun Pelajaran 2020/2021

dengan media gunting. Seberapa besar kontribusi yang diberikan dengan media

ini, sehingga akan tercapai kegiatan belajar yang menyenangkan dan menarik bagi

anak.

Nama Lokasi : Taman Kanak-kanak Negeri Mekar Sari

Kelompok :B

Tema / Sub Tema : Siklus I Makanan/Macam-macam makanan

Siklus II Pakaian/macam-macam pakaian

Waktu : Siklus I Tanggal 3 - 7 September 2020

Siklus II Tanggal 11 – 15 September 2020

Jumlah seluruh siswa kelompok B adalah 13 orang, terdiri dari 7 orang anak

laki-laki dan 6 orang anak perempuan. Kemampuan masing-masing anak di TK

Negeri Mekarsari berbeda satu sama lainnya. Hal ini dianggap wajar karena

memang mereka datang dari latar belakang yang berbeda seperti latar belakang

keluarga dan tempat tinggal.

Tapi secara umumnya tumbuh kembang semua anak di sekolah terlihat baik,

karena guru memberikan pembelajaran sesuai dengan kebutuhan dan karakteristik

perkembangan anak TK.

17
3.2 Deskripsi per Siklus

Kegiatan pengembangan ini dilaksanakan dalam dua siklus yang masing-

masing siklus terdiri dari lima hari pembelajaran, 5 RKH, 5 skenario perbaikan

dan 5 lembar observasi.

Dalam melaksanakan kegiatan perbaikan perkembangan, disusun secara

rinci yang dimulai dengan membuat perencanaan, pelaksanaan pembelajaran,

lembar observasi dan lembar refleksi, yang digunakan untuk mengetahui sejauh

mana kelebihan dan kelemahan pelaksanaan pembelajaran sehingga dapat

diperbaiki pada kegiatan yang akan dilaksanakan berikutnya.

1. Siklus I

a. Perencanaan

Perencanaan pada siklus 1 diawali dengan membuat perencanaan

pembelajaran atau RKH .

RKH 1

1. Pembukaan

Diawali dengan mengucapkan salam, berdo’a, bercakap-cakap

tentang macam-macam makanan kesukaan dan bernyanyi “aku anak

sehat”.

2. Inti

Di kegiatan ini anak menggunting gambar buah apel,

menghubungkan tulisan dengan gambar dan mengelompokkan gambar

macam-macam makanan.

3. Istirahat

18
Anak-anak sebelum makan cuci tangan dan berdo’a dulu,

kemudian bermain bersama.

4. Penutup

Di kegiatan akhir anak bermain evaluasi, berdo’a, mengucapkan

salam dan pulang.

RKH 2

1. Pembukaan

Diawali dengan mengucapkan salam, berdo’a, bercakap-cakap

tentang makanan kesukaan.

2. Inti

Di kegiatan ini anak menggunting gambar es krim, mengurutkan

gambar dengan huruf dan menghitung jumlah makanan.

3. Istirahat

Anak-anak sebelum makan cuci tangan dan berdo’a dulu,

kemudian bermain bersama.

4. Penutup

Di kegiatan akhir anak bernyanyi “buah-buahan (Bahasa Inggris)”,

evaluasi, berdo’a, mengucapkan salam dan pulang.

RKH 3

1. Pembukaan

Diawali dengan mengucapkan salam, berdo’a, bercakap-cakap

tentang makanan binatang dan bernyanyi individual.

2. Inti

19
Di kegiatan ini anak menggunting gambar ikan, menghubungkan

makanan binatang dengan tulisannya dan mengelompokkan makanan

binatang.

3. Istirahat

Anak-anak sebelum makan cuci tangan dan berdo’a dulu,

kemudian bermain bersama.

4. Penutup

Di kegiatan akhir anak bermain evaluasi, berdo’a, mengucapkan

salam dan pulang.

RKH 4

1. Pembukaan

Diawali dengan mengucapkan salam, berdo’a, bercakap-cakap

tentang macam-macam minuman dan bernyanyi “pok ame-ame”.

2. Inti

Di kegiatan ini anak menggunting gambar gelas, menebalkan

tulisan macam-macam minuman dan menghubungkan gambar dengan

bilangan.

3. Istirahat

Anak-anak sebelum makan cuci tangan dan berdo’a dulu,

kemudian bermain bersama.

4. Penutup

Di kegiatan akhir anak mendengarkan sajak sederhana “aku sehat”,

evaluasi, berdo’a, mengucapkan salam dan pulang.

RKH 5

20
1. Pembukaan

Diawali dengan mengucapkan salam, berdo’a, bercakap-cakap

tentang minuman kesukaan dan menebak judul lagu .

2. Inti

Di kegiatan ini anak menggunting gambar minuman kesukaan dari

koran atau majalah, menghubungkan gambar dengan tulisannya dan

mengelompokkan gambar minuman.

3. Istirahat

Anak-anak sebelum makan cuci tangan dan berdo’a dulu,

kemudian bermain bersama.

4. Penutup

Di kegiatan akhir anak bernyanyi “kalau kau senang hati”,

evaluasi, berdo’a, mengucapkan salam dan pulang.

b. Langkah-langkah perbaikan

1. Skenario perbaikan RKH 1

Guru memberikan penjelasan tentang manfaat gunting dengan

menggunakan bahasa yang jelas dan sederhana, menggunakan alat

peraga, memberikan penjelasan tentang bahaya gunting, cara

memegang gunting, memberikan contoh cara menggunting, memberi

kesempatan anak untuk bertanya, meminta anak untuk berhati-hati

menggunakan gunting, meminta anak untuk memegang gunting,

menyuruh anak untuk menggunting gambar, melihat proses

menggunting, membantu anak yang belum bisa menggunting,

21
memberikan penilaian, mengajak anak untuk menceritakan proses

menggunting dan menyimpan kembali gunting ke tempat semula.

2. Skenario perbaikan RKH 2

Guru memberikan penjelasan tentang manfaat gunting dengan

menggunakan bahasa yang jelas dan sederhana, menggunakan alat

peraga, memberikan penjelasan tentang bahaya gunting, cara

memegang gunting, memberikan contoh cara menggunting, memberi

kesempatan anak untuk bertanya, meminta anak untuk berhati-hati

menggunakan gunting, meminta anak untuk memegang gunting,

menyuruh anak untuk menggunting gambar, melihat proses

menggunting, membantu anak yang belum bisa menggunting,

memberikan penilaian, mengajak anak untuk menceritakan proses

menggunting dan menyimpan kembali gunting ke tempat semula.

3. Skenario perbaikan RKH 3

Guru memberikan penjelasan tentang manfaat gunting dengan

menggunakan bahasa yang jelas dan sederhana, menggunakan alat

peraga, memberikan penjelasan tentang bahaya gunting, cara

memegang gunting, memberikan contoh cara menggunting, memberi

kesempatan anak untuk bertanya, meminta anak untuk berhati-hati

menggunakan gunting, meminta anak untuk memegang gunting,

menyuruh anak untuk menggunting gambar, melihat proses

menggunting, membantu anak yang belum bisa menggunting,

memberikan penilaian, mengajak anak untuk menceritakan proses

menggunting dan menyimpan kembali gunting ke tempat semula.

22
4. Skenario perbaikan RKH 4

Guru memberikan penjelasan tentang manfaat gunting dengan

menggunakan bahasa yang jelas dan sederhana, menggunakan alat

peraga, memberikan penjelasan tentang bahaya gunting, cara

memegang gunting, memberikan contoh cara menggunting, memberi

kesempatan anak untuk bertanya, meminta anak untuk berhati-hati

menggunakan gunting, meminta anak untuk memegang gunting,

menyuruh anak untuk menggunting gambar, melihat proses

menggunting, membantu anak yang belum bisa menggunting,

memberikan penilaian, mengajak anak untuk menceritakan proses

menggunting dan menyimpan kembali gunting ke tempat semula.

5. Skenario perbaikan RKH 5

Guru memberikan penjelasan tentang manfaat gunting dengan

menggunakan bahasa yang jelas dan sederhana, menggunakan alat

peraga, memberikan penjelasan tentang bahaya gunting, cara

memegang gunting, memberikan contoh cara menggunting, memberi

kesempatan anak untuk bertanya, meminta anak untuk berhati-hati

menggunakan gunting, meminta anak untuk memegang gunting,

menyuruh anak untuk menggunting gambar, melihat proses

menggunting, membantu anak yang belum bisa menggunting,

memberikan penilaian, mengajak anak untuk menceritakan proses

menggunting dan menyimpan kembali gunting ke tempat semula.

c. Pelaksanaan

1. Menentukan Penilai 1 dan 2

23
Penilai 1 adalah Niwayan Karmiati, S.Pd, dan penilai 2 adalah

Ibu Erni Amu, S.Pd. Aud , dengan menggunakan surat pernyataan

kesediaan berperan menjadi penilai dan ditandatangani oleh kepala

sekolah TK Mekar Sari yang beralamat di Desa Bongo 2 Kecamatan

Wonosari Kabupaten Boalemo.

2. Tugas Penilai 1 dan 2

Tugas penilai 1 adalah mempelajari buku panduan PKP,

mempelajari APKG 1 dan 2, menilai RKH, menilai skenario

perbaikan, mengisi lembar observasi dan menyerahkan APKG 1 dan 2

kepada Praktikan.

Tugas penilai 2 adalah mempelajari buku panduan PKP,

mempelajari APKG 1 dan 2, menilai SKH, menilai skenario perbaikan,

mengisi lembar observasi, menyerahkan APKG 1 dan 2, dan menilai

PKP bersama Supervisor.

3. Tugas Supervisor

Memberikan orientasi PKP, membimbing dan memberikan

supevisi, menilai rancangan satu siklus dalam tiap siklus, mereview

SKH, skenario perbaikan, lembar observasi, refleksi dan mereview

hasil APKG 1 dan 2, menilai simulasi, membimbing dan memberi

masukan terhadap laporan PKP, menilai laporan, merekapitulasi nilai

praktek dan menyerahkan rekapitulasi nilai praktek dan laporan PKP

ke UPBJJ UT.

d. Prosedur Kegiatan Pengembangan

24
Prosedur kegiatan pengembangan yang utama adalah memberikan

penjelasan tentang gunting, mengenal bentuk, cara memegang, dan

menyuruh anak menggunting gambar yang telah disediakan guru juga

yang di ambil dari koran dan majalah dengan mengutamakan proses

pelaksanaan pembelajaran dari pada melihat hasil akhir.

e. Pengamatan/Pengumpulan data/instrumen

Dalam melaksanakan perbaikan pengembangan pembelajaran pada

siklus 1 dan 2 menggunakan pengumpulan data melalui hasil karya atau

penugasan kepada anak, menetapkan instrumen penilaian dan data

observasi

f. Refleksi

Setelah melaksanakan perbaikan dalam kegiatan pengembangan

penelitian meninjau kembali apa saja kelemahan dan kekuatan dari

pembelajaran yang telah dilaksanakan dan apa saja hal-hal yang perlu

diperbaiki selanjutnya. Hasil refleksi dari skenario perbaikan 1-5 kekuatan

dan kelemahan tindakan perbaikan setelah melaksanakan :

 Skenario perbaikan 1

Kekuatan : dengan memberikan penjelasan tentang manfaat, bentuk, cara

menggunakan dan bahaya gunting, sehingga anak menjadi tahu bahwa

gunting selain berguna juga berbahaya.

Kelemahan : masih ada anak yang belum bisa memegang gunting dengan

benar.

 Skenario perbaikan 2

25
Kekuatan : dengan memberikan penjelasan tentang manfaat, bentuk, cara

menggunakan dan bahayanya gunting, sehingga anak menjadi tahu bahwa

gunting selain berguna juga berbahaya.

Kelemahan: masih ada anak yang belum bisa menggunakan gunting

dengan benar.

 Skenario perbaikan 3

Kekuatan : dengan memberikan penjelasan tentang cara menggunakan,

memegang dan melaksanakan kegiatan menggunting sehingga anak menjadi

tahu menggunting bentuk.

Kelemahan: masih ada anak yang belum bisa menggunting gambar dengan

benar.

 Skenario perbaikan 4

Kekuatan : dengan memberikan penjelasan tentang manfaat, bentuk, cara

menggunakan dan bahayanya gunting, sehingga anak menjadi tahu bahwa

gunting selain berguna juga berbahaya.

Kelemahan : masih ada anak yang belum rapi dalam menggunting gambar

pola.

 Skenario perbaikan 5

Kekuatan : dengan memberikan penjelasan tentang manfaat, bentuk, cara

menggunakan dan bahayanya gunting, sehingga anak menjadi tahu bahwa

gunting selain berguna juga berbahaya.

Kelemahan : masih ada anak yang belum rapi dalam menggunting gambar

dari majalah atau koran.

Siklus II

26
a. Perencanaan

Perencanaan pada siklus II diawali dengan membuat perencanaan

pembelajaran atau RKH (Rencana Kegiatan Harian).

RKH 6

1. Pembukaan

Diawali dengan mengucapkan salam, berdo’a, bercakap-cakap tentang

macam-macam jenis pakaian dan bermain.

2. Inti

Di kegiatan ini anak menggunting gambar baju, menghubungkan

gambar macam-macam pakaian dengan tulisannya dan mengelompokkan

gambar macam-macam pakaian.

3. Istirahat

Anak-anak sebelum makan cuci tangan dan berdo’a dulu, kemudian

bermain bersama.

4. Penutup

Di kegiatan akhir anak bernyanyi berdo’a, mengucapkan salam

dan pulang.

RKH 7

1. Pembukaan

Diawali dengan mengucapkan salam, berdo’a, bercakap-cakap tentang

pakaian untuk bekerja dan bertepuk “tepuk dokter”.

2. Inti

Di kegiatan ini anak menggunting gambar jenis-jenis pakaian untuk

bekerja, menebalkan tulisan dan menghitung gambar pakaian.

27
3. Istirahat

Anak-anak sebelum makan cuci tangan dan berdo’a dulu, kemudian

bermain bersama.

4. Penutup

Di kegiatan akhir anak bernyanyi berdo’a, mengucapkan salam dan

pulang.

RKH 8

1. Pembukaan

Diawali dengan mengucapkan salam, berdo’a, bercakap-cakap tentang

pakaian daerah.

2. Inti

Di kegiatan ini anak menggunting gambar pakaian adat,menulis huruf

depan gambar dan menyebutkan urutan bilangan dengan gambar.

3. Istirahat

Anak-anak sebelum makan cuci tangan dan berdo’a dulu, kemudian

bermain bersama.

4. Penutup

Di kegiatan akhir anak bermain berdo’a, mengucapkan salam dan

pulang.

RKH 9

1. Pembukaan

Diawali dengan mengucapkan salam, berdo’a, bercakap-cakap tentang

baju boneka dan bernyanyi.

2. Inti

28
Di kegiatan ini anak menggunting gambar boneka, menebalkan tulisan

minuman dan mengelompokkan gambar dengan bilangan.

3. Istirahat

Anak-anak sebelum makan cuci tangan dan berdo’a dulu,

kemudian bermain bersama.

4. Penutup

Di kegiatan akhir anak bermain tepuk “tepuk badut”, evaluasi,

berdo’a, mengucapkan salam dan pulang.

RKH 10

1. Pembukaan

Diawali dengan mengucapkan salam, berdo’a, bercakap-cakap tentang

asal mula pakaian dan bernyanyi kelompok.

2. Inti

Di kegiatan ini anak menggunting kain, menghubungkan gambar

dengan tulisannya dan mengurutkan gambar dengan angka.

3. Istirahat

Anak-anak sebelum makan cuci tangan dan berdo’a dulu, kemudian

bermain bersama.

4. Penutup

Di kegiatan akhir anak bermain tepuk “tepuk kupu-kupu”, evaluasi,

berdo’a, mengucapkan salam dan pulang.

b. Langkah-langkah perbaikan

 Skenario perbaikan RKH 6

29
Guru memberikan penjelasan tentang manfaat gunting dengan

menggunakan bahasa yang jelas dan sederhana, menggunakan alat peraga,

memberikan penjelasan tentang bahaya gunting, cara memegang gunting,

memberikan contoh cara menggunting, memberi kesempatan anak untuk

bertanya, meminta anak untuk berhati-hati menggunakan gunting,

meminta anak untuk memegang gunting, menyuruh anak untuk

menggunting gambar, melihat proses menggunting, membantu anak yang

belum bisa menggunting, memberikan penilaian, mengajak anak untuk

menceritakan proses menggunting dan menyimpan kembali gunting ke

tempat semula.

 Skenario perbaikan RKH 7

Guru memberikan penjelasan tentang manfaat gunting dengan

menggunakan bahasa yang jelas dan sederhana, menggunakan alat peraga,

memberikan penjelasan tentang bahaya gunting, cara memegang gunting,

memberikan contoh cara menggunting, memberi kesempatan anak untuk

bertanya, meminta anak untuk berhati-hati menggunakan gunting,

meminta anak untuk memegang gunting, menyuruh anak untuk

menggunting gambar, melihat proses menggunting, membantu anak yang

belum bisa menggunting, memberikan penilaian, mengajak anak untuk

menceritakan proses menggunting dan menyimpan kembali gunting ke

tempat semula.

 Skenario perbaikan RKH 8

Guru memberikan penjelasan tentang manfaat gunting dengan

menggunakan bahasa yang jelas dan sederhana, menggunakan alat peraga,

30
memberikan penjelasan tentang bahaya gunting, cara memegang gunting,

memberikan contoh cara menggunting, memberi kesempatan anak untuk

bertanya, meminta anak untuk berhati-hati menggunakan gunting,

meminta anak untuk memegang gunting, menyuruh anak untuk

menggunting gambar, melihat proses menggunting, membantu anak yang

belum bisa menggunting, memberikan penilaian, mengajak anak untuk

menceritakan proses menggunting dan menyimpan kembali gunting ke

tempat semula.

 Skenario perbaikan RKH 9

Guru memberikan penjelasan tentang manfaat gunting dengan

menggunakan bahasa yang jelas dan sederhana, menggunakan alat peraga,

memberikan penjelasan tentang bahaya gunting, cara memegang gunting,

memberikan contoh cara menggunting, memberi kesempatan anak untuk

bertanya, meminta anak untuk berhati-hati menggunakan gunting,

meminta anak untuk memegang gunting, menyuruh anak untuk

menggunting gambar, melihat proses menggunting, membantu anak yang

belum bisa menggunting, memberikan penilaian, mengajak anak untuk

menceritakan proses menggunting dan menyimpan kembali gunting ke

tempat semula.

 Skenario perbaikan RKH 10

Guru memberikan penjelasan tentang manfaat gunting dengan

menggunakan bahasa yang jelas dan sederhana, menggunakan alat peraga,

memberikan penjelasan tentang bahaya gunting, cara memegang gunting,

memberikan contoh cara menggunting, memberi kesempatan anak untuk

31
bertanya, meminta anak untuk berhati-hati menggunakan gunting,

meminta anak untuk memegang gunting, menyuruh anak untuk

menggunting gambar, melihat proses menggunting, membantu anak yang

belum bisa menggunting, memberikan penilaian, mengajak anak untuk

menceritakan proses menggunting dan menyimpan kembali gunting ke

tempat semula.

c. Pelaksanaan

1. Menentukan Penilai 1 dan 2

Penilai 1 Niwayan Karmiati,S.Pd, dan penilai 2 adala Ibu Erni Amu, S.Pd.

Aud, dengan menggunakan surat pernyataan kesediaan berperan menjadi penilai

dan ditandatangani oleh kepala sekolah TK Mekar Sari yang beralamat di Desa

Bongo 2 Kecamatan Wonosari Kabupaten Boalemo.

2. Tugas Penilai 1 dan 2

Tugas penilai 1 adalah mempelajari buku panduan PKP, mempelajari

APKG 1 dan 2, menilai SKH, menilai skenario perbaikan, mengisi lembar

observasi dan menyerahkan APKG 1 dan 2 kepada Praktikan.

Tugas penilai 2 adalah mempelajari buku panduan PKP, mempelajari

APKG 1 dan 2, menilai SKH, menilai skenario perbaikan, mengisi lembar

observasi, menyerahkan APKG 1 dan 2, dan menilai PKP bersama Supervisor.

3. Tugas Supervisor

Memberikan orientasi PKP, membimbing dan memberikan supevisi, menilai

rancangan satu siklus dalam tiap siklus, mereview SKH, skenario perbaikan,

lembar observasi, refleksi dan mereview hasil APKG 1 dan 2, menilai simulasi,

membimbing dan memberi masukan terhadap laporan PKP, menilai laporan,

32
merekapitulasi nilai praktek dan menyerahkan rekapitulasi nilai praktek dan

laporan PKP ke UPBJJ UT.

d. Prosedur Kegiatan Pengembangan

Prosedur kegiatan pengembangan yang utama adalah memberikan pejelasan

tentang gunting, mengenal bentuk, cara memegang, dan menyuruh anak

menggunting gambar yang telah disediakan guru juga yang di ambil dari koran

dan majalah dengan mengutamakan proses dari pada hasil akhir.

e. Pengamatan/Pengumpulan data/instrumen

Dalam melaksanakan perbaikan pengembangan pada siklus 1 dan 2

menggunakan pengumpulan data melalui hasil karya atau penugasan kepada anak,

menetapkan instrumen penilaian dan data observasi.

f. Refleksi

Setelah melaksanakan perbaikan dalam kegiatan pembelajaran dan

pengembangan, peneliti melakukan refleksi diri apakah selama melaksanakan

perbaikan pengembangan memiliki kelebihan atau kekurangan untuk diperbaiki

selanjutnya.

 Skenario perbaikan 6

Kekuatan : dengan memberikan penjelasan tentang manfaat, bentuk,

cara menggunakan dan bahayanya gunting, sehingga anak menjadi tahu bahwa

gunting selain berguna juga berbahaya.

Kelemahan : gunting masih ada anak yang belum bisa memegang

dengan benar.

 Skenario perbaikan 7

33
Kekuatan : dengan memberikan penjelasan tentang manfaat, bentuk,

cara menggunakan dan bahayanya gunting, sehingga anak menjadi tahu bahwa

gunting selain berguna juga berbahaya.

Kelemahan:masih ada anak yang belum bisa menggunakan gunting

dengan benar.

 Skenario perbaikan 8

Kekuatan : dengan memberikan penjelasan tentang cara menggunakan,

memegang dan melaksanakan kegiatan menggunting sehingga anak menjadi tahu

menggunting bentuk.

Kelemahan:masih ada anak yang belum bisa menggunting gambar

dengan benar.

 Skenario perbaikan 9

Kekuatan : dengan memberikan penjelasan tentang manfaat, bentuk,

cara menggunakan dan bahayanya gunting, sehingga anak menjadi tahu bahwa

gunting selain berguna juga berbahaya.

Kelemahan : masih ada anak yang belum rapi dalam menggunting

gambar pola.

 Skenario perbaikan 10

Kekuatan : dengan memberikan penjelasan tentang manfaat, bentuk,

cara menggunakan dan bahayanya gunting, sehingga anak menjadi tahu bahwa

gunting selain berguna juga berbahaya.

Kelemahan : masih ada anak yang belum rapi dalam menggunting gambar

dari majalah atau koran.

34
Dalam merancang dan melaksanakan kegiatan pembelajaran terdapat

kekuatan dan kelemahan diri. Hal ini dikarenakan masih kurangnya kegiatan

pembelajaran yang menggunakan media gunting, sehingga setelah melaksanakan

tindakan perbaikan pengembangan dalam rancangan satu siklus, dapat

disimpulkan :

Kekuatan diri : sebelum membuat perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi,

terlebih dahulu melihat kemampuan dan karakteristik anak, sehingga dalam

pelaksanaan kegiatan perbaikan pengembangan pembelajaran dapat terlaksana

dengan hasil yang sesuai, dan merupakan tantangan baru bagi peneliti untuk

menggunakan strategi pembelajaran dan anak merasa senang dengan kegiatan

yang dilaksanakan.

Kelemahan diri : selain memberikan penjelasan peneliti juga harus

dapat memberikan kegiatan yang tidak membosankan bagi anak, melaksanakan

kegiatan pengembangan pembelajaran dengan menggunakan media gunting sering

dilakukan.

3.3 Teknik Analisis Data

Secara bertahap dan berkesinambungan peneliti melakukan analisis data

pada akhir siklus pembelajaran dengan memperhatikan data yang diperoleh dari

pelaksanaan siklus penelitian.

Data yang dianalisis adalah hasil observasi kegiatan guru dalam

meningkatkan kreativitas melalui media Menggunting. Data kegiatan hasil

observasi anak dan hasil belajar pada akhir siklus perbaikan tindakan

pembelajaran adalah:

35
- Jika sebagian besar anak mampu berkreativitas dengan Media Gunting, maka

kreativitas anak melalui metode Mengunting Gambar sangat baik

- Jika hanya setengah dari jumlah anak mampu berkreativitas dengan Gunting maka

kreativitas anak melalui Media Menggunting masih perlu perbaikan

- Jika sebagian besar anak tidak mampu atau tidak ada perkembangan

dalam hal berkreativitas dengan Gunting maka kreativitas anak melalui

bermain tidak mengalami peningkatan dan proses pembelajaran belum

berhasil.

36
BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Deskripsi Per Siklus

Berdasarkan temuan-temuan dari kegiatan perbaikan yang dilakukan selama

2 siklus yang terdiri dari 10 kali tampilan di Ruangan, baik yang berkaitan dengan

perolehan hasil belajar anak maupun peneliti serta temuan-temuan pengamatan

teman sejawat yang berkaitan dengan pelaksanaan perbaikan pengembangan

diperoleh data sebagai berikut :

1. Siklus I

a. Hasil Belajar Anak

Siklus I saya laksanakan dari tanggal 3 – 7 November 2020. Dari

siklus I diperoleh data hasil belajar siswa dengan menggunakan media

gunting sebagai berikut :

Tabel : 1
Tabel Data Hasil Belajar Anak Siklus I Tampilan ke-1
Siklus I
Nilai Prosentase Keterangan
Frekuensi
(%)
• 2 15,38 Baik
√ 3 23,08 Sedang
O 8 61,54 Kurang
Jumlah 13 100
Sumber : Data Hasil Observasi

Dari tabel di atas terlihat bahwa anak yang berhasil menggunting

dengan kategori baik yaitu berjumlah 2 orang anak, jumlah anak yang

berhasil menggunting dengan kategori sedang 3 orang anak dan sisanya anak

37
yang kurang berjumlah 8 orang anak. Sehingga dari tabel di atas dapat

disimpulkan bahwa anak dalam hal ini jumlah anak dalam pencapaian hasil

belajar belum sesuai dengan yang diharapkan guru.

Dilihat dari jumlah prosentase anak yang berhasil menggunting

dengan kategori baik baru 15,38 %. Hal ini menunjukan bahwa pembelajaran

belum berhasil.

Tabel : 2
Tabel Data Hasil Belajar Anak Siklus I Tampilan ke-2
Siklus I
Nilai Prosentase Keterangan
Frekuensi
(%)
• 3 23,08 Baik
√ 4 30,77 Sedang
O 6 46,15 Kurang
Jumlah 13 100
Sumber : Data Hasil Observasi

Dari tabel di atas terlihat bahwa anak yang berhasil menggunting

dengan kategori baik yaitu berjumlah 3 orang anak, jumlah anak yang

berhasil menggunting dengan kategori sedang 4 orang anak dan sisanya anak

yang kurang berjumlah 6 orang anak. Sehingga dari tabel di atas dapat

disimpulkan bahwa anak dalam hal ini jumlah anak dalam pencapaian hasil

belajar belum sesuai dengan yang diharapkan guru.

Dilihat dari jumlah prosentase anak yang berhasil menggunting

dengan kategori baik baru 23,08 %. Hal ini menunjukan bahwa pembelajaran

belum berhasil.

38
Tabel : 3
Tabel Data Hasil Belajar Anak Siklus I Tampilan ke-3
Siklus I
Nilai Prosentase Keterangan
Frekuensi
(%)
• 4 30,77 Baik
√ 4 30,77 Sedang
O 5 38,46 Kurang
Jumlah 13 100
Sumber : Data Hasil Observasi

Dari tabel di atas terlihat bahwa anak yang berhasil menggunting

dengan kategori baik yaitu berjumlah 4 orang anak, jumlah anak yang

berhasil menggunting dengan kategori sedang 4 orang anak dan sisanya anak

yang kurang berjumlah 5 orang anak. Sehingga dari tabel di atas dapat

disimpulkan bahwa anak dalam hal ini jumlah anak dalam pencapaian hasil

belajar belum sesuai dengan yang diharapkan guru.

Dilihat dari jumlah prosentase anak yang berhasil menggunting

dengan kategori baik baru 30,77 %. Hal ini menunjukan bahwa pembelajaran

belum berhasil.

Tabel : 4
Tabel Data Hasil Belajar Anak Siklus I Tampilan ke-4
Siklus I
Nilai Prosentase Keterangan
Frekuensi
(%)
• 5 38,46 Baik
√ 3 23,08 Sedang
O 5 38,46 Kurang
Jumlah 13 100
Sumber : Data Hasil Observasi

39
Dari tabel di atas terlihat bahwa anak yang berhasil menggunting

dengan kategori baik yaitu berjumlah 5 orang anak, jumlah anak yang

berhasil menggunting dengan kategori sedang 3 orang anak dan sisanya anak

yang kurang berjumlah 5 orang anak. Sehingga dari tabel di atas dapat

disimpulkan bahwa anak dalam hal ini jumlah anak dalam pencapaian hasil

belajar belum sesuai dengan yang diharapkan guru.

Dilihat dari jumlah prosentase anak yang berhasil menggunting

dengan kategori baik baru 38,46 %. Hal ini menunjukan bahwa pembelajaran

belum berhasil.

Tabel : 5
Tabel Data Hasil Belajar Anak Siklus I Tampilan ke-5
Sikulus I
Nilai Prosentase Keterangan
Frekuensi
(%)
• 6 46,15 Baik
√ 3 23,08 Sedang
O 4 30,77 Kurang
Jumlah 13 100
Sumber : Data Hasil Observasi

Dari tabel di atas terlihat bahwa anak yang berhasil menggunting

dengan kategori baik yaitu berjumlah 6 orang anak, jumlah anak yang

berhasil menggunting dengan kategori sedang 3 orang anak dan sisanya anak

yang kurang berjumlah 4 orang anak. Sehingga dari tabel di atas dapat

disimpulkan bahwa anak dalam hal ini jumlah anak dalam pencapaian hasil

belajar belum sesuai dengan yang diharapkan guru.

40
Dilihat dari jumlah prosentase anak yang berhasil menggunting

dengan kategori baik baru 46,15 %. Hal ini menunjukan bahwa pembelajaran

belum berhasil.

b. Tampilan Guru Dalam Pembelajaran

Data hasil observasi Siklus I yang dilakukan observer terhadap

penampilan guru dalam pembelajaran dengan mengunakan gunting untuk

meningkatkan kemampuan motorik halus anak dapat dilihat dalam tabel berikut :

Tabel : 6
Data Hasil Observasi Tentang Penampilan Guru Siklus I Tampilan 1
Aspek yang Diamati
Kemunculan Prosentase Komentar
Frekuensi
(%)
ya 13 87
tidak 2 13
Jumlah 15 100
Sumber : Data Hasil Observasi

Dari Tabel di atas diketahui bahwa penampilan guru dari 15 aspek yang

diamati oleh observer dalam lembar observasi 13 aspek menunjukan kemunculan

ya dan 2 aspek sisanya menunjukan kemunculan tidak . Ini artinya bahwa

penampilan guru masih belum sesuai dengan perencanaan yang dibuat.

Dilihat dari jumlah prosentase aspek kemunculan ya sebesar 87 %. Hal ini

menunjukan bahwa langkah-langkah pembelajaran yang dilakukan guru sudah

baik.

41
Tabel : 7
Data Hasil Observasi Tentang Penampilan Guru Siklus I Tampilan 2
Aspek yang Diamati
Kemunculan Prosentase Komentar
Frekuensi
(%)
Ya 14 93
Tidak 1 7
Jumlah 15 100
Sumber : Data Hasil Observasi

Dari Tabel di atas diketahui bahwa penampilan guru dari 15 aspek yang

diamati oleh observer dalam lembar observasi 14 aspek menunjukan kemunculan

ya dan 1 aspek sisanya menunjukan kemunculan tidak . Ini artinya bahwa

penampilan guru masih belum sesuai dengan perencanaan yang dibuat.

Dilihat dari jumlah prosentase aspek kemunculan ya sebesar 93 %. Hal

ini menunjukan bahwa langkah-langkah pembelajaran yang dilakukan guru sudah

baik.

Tabel : 8
Data Hasil Observasi Tentang Peanampilan Guru Siklus I Tampilan 3
Aspek yang Diamati
Tampilan Prosentase Komentar
Frekuensi
(%)
ya 15 100 2
tidak 0 0
Jumlah 15 100
Sumber : Data Hasil Observasi

Dari Tabel di atas diketahui bahwa penampilan guru dari 15 aspek yang

diamati oleh observer dalam lembar observasi 15 aspek menunjukan kemunculan

ya dan 0 aspek sisanya atau tidak ada aspek yang menunjukan kemunculan tidak .

Ini artinya bahwa penampilan guru sudah sesuai dengan perencanaan yang dibuat.

42
Namun demikian masih ada 2 komentar yang merupan kekurangan yang

ditunjukan oleh guru dalam pembelajaran.

Dilihat dari jumlah prosentase aspek kemunculan ya sebesar 100 %. Hal

ini menunjukan bahwa langkah-langkah pembelajaran yang dilakukan guru sudah

baik.

Tabel : 9
Data Hasil Observasi Tentang Penampilan Guru Siklus I Tampilan 4
Aspek yang Diamati
Tampilan Prosentase Komentar
Frekuensi
(%)
Ya 15 100 1
Tidak 0 0
Jumlah 15 100
Sumber : Data Hasil Observasi

Dari Tabel di atas diketahui bahwa penampilan guru dari 15 aspek yang

diamati oleh observer dalam lembar observasi semua aspek menunjukan

kemunculan ya. Ini artinya bahwa penampilan guru sudah sesuai dengan

perencanaan yang dibuat. Namun demikian masih ada 1 komentar yang merupan

kekurangan yang ditunjukan oleh guru dalam pembelajaran.

Dilihat dari jumlah prosentase aspek kemunculan ya sebesar 100 %. Hal

ini menunjukan bahwa langkah-langkah pembelajaran yang dilakukan guru sudah

baik.

Tabel : 10
Data Hasil Observasi Tentang Penampilan Guru Siklus I Tampilan 5
Aspek yang Diamati
Tampilan Prosentase Komentar
Frekuensi
(%)
Ya 15 100
Tidak 0 0

43
Jumlah 15 100
Sumber : Data Hasil Observasi

Dari Tabel di atas diketahui bahwa peanampilan guru dari 15 aspek yang

diamati oleh observer dalam lembar observasi semua aspek menunjukan

kemunculan ya dan dalam kolom komentar menunjukan tidak ada komentar. Ini

artinya bahwa penampilan guru benar-benar sudah sesuai dengan perencanaan

yang dibuat.

Dilihat dari jumlah prosentase aspek kemunculan ya sebesar 100 %. Hal

ini menunjukan bahwa langkah-langkah pembelajaran yang dilakukan guru sudah

baik.

c. Refleksi

Data temuan penelitian bersama teman sejawat yang dapat dihimpun adalah

sebagai berikut :

1. Refleksi komponen pembelajaran.

Kegiatan yang telah dilaksanakan suadah sesuai dengan indikator yang

ditentukan, materi yang disajikan juga sesuai dengan tingkat perkembangan anak,

media pembelajaran telah sesuai dengan indikator yang telah ditentukan, reaksi

anak terhadap metode pembelajaran yang digunakan dapat diterima sebagai

pengalaman yang beragam. Alat penilaian yang digunakan sesuai dengan tingkat

perkembangan anak.

2. Refleksi proses kegiatan

Pelaksanaan kegiatan yang dilakukan sudah sesuai dengan SKH yang telah

disusun, namun masih ada kelemahan dalam hal penataan kegiatan, pengelolaan

kelas, juga pemanfaatan waktu yang belum maksimal. Penyebabnya karena

44
mungkin guru baru pertama dan belum beradaptasi dengan lingkungan serta

belum optimalnya penataan kegiatan. Dalam memperbaiki kelemahan tersebut

guru melakukannya dengan cara menyesuaikan keadaan dan kegiatan yang

biasa/rutin dilaksanakan. Kekuatan guru dalam merancang kegiatan sudah

disesuaikan dengan tema dan perkembangan anak. Penyebab kekuatan dalam

merancang kegiatan disesuaikan dengan atan dengan memberi kesempatan kepada

anak agar dapat berperan aktif dalam kegiatan pembelajaran. Hal-hal unik positif

yang terjadi dalam kegiatan pembelajaran adalah sebagian besar anak dapat

menerima dan melaksanakan kegiatan tersebut. Alasan guru yang dapat

dipertangungjawabkan dalam mengambil keputusan dan tindakan mengajar

adalah menerapkan prinsip belajar sambil bermain dan bermain seraya belajar.

Reaksi anak terhadap pengelolaan kelas belum sepenuhnya dapat menerima

pembelajaran yang dilaksanakan guru karena masih ada anak yang asyik dengan

kegiatannya sendiri. Sebagaian anak dapat menangkap penjelasan yang diberikan

guru. Dalam penilaian reaksi anak sangat antusias karena anak senang dengan

pujian dan tanda bintang. Anak telah mencapai indikator kemampuan yang

ditetapkan guru. Guru juga telah dapat mengatur dan memanfaatkan waktu

kegiatan sebaik mungkin. Untuk kegiatan penutup telah dapat meningkatkan

penguasaan anak terhadap materi yang disampaikan.

45
SIKLUS I
Lembar Observasi Aktivitas Siswa
Nama Media Menggunting Ket
No
Subjek 1 2 3
1. ABDUL MUTHALIB PURWANTO √ Kurang
2. ABDUL SULEMAN √ Baik
3. ABID FADHIL ABYAN BAKARI √ Baik
4. AZKA ALWAHIDJI HULILUNGO √ Kurang
5. DELBIWATI KAHARU √ Baik
6. FATMA JUSUF √ Cukup
7. FRAGIA KATILI √ Baik
8. ISMAIL FARZAN ASUNA √ Baik
9. MAULANA M. PUTRA PAKAYA √ Kurang
10. MOHAMAD AGIL MUSLIM √ Baik
11. MOHAMMAT FAJAR SUROTO √ Cukup
12. MUHAMAD PUTRA AKASE √ Cukup
13. MUHAMAD SYUAIB N SALEH √ Baik
Jumlah anak yang mendapat kriteria baik (%) 53,85%
Jumlah anak yang mendapat kriteria Sedang (%) 15,38%
Jumlah anak yang mendapat kriteria kurang (%) 30,77%

2. Siklus II

a. Hasil Belajar Anak

Siklus kedua saya laksanakan berdasarkan hasil yang belum maksimal dari

siklus I maka diadakan pendekatan bagi siswa yang masih jauh dari yang

diharapkan tentang pelaksanaan kegiatan pembelajarannya. Penulis memberikan

dorongan kepada siswa untuk lebih berani mencoba menggunakan gunting dan

pemberian motivasi melalui pejelasan tentang penggunaan gunting.

Siklus II dilaksanakan tanggal 11 – 15 November 2020, dari kegiatan siklus

II ini diperoleh data sebagai berikut :

Tabel : 11
Tabel Data Hasil Belajar Anak Siklus II Tampilan ke-1

46
Siklus I
Nilai Prosentase Keterangan
Frekuensi
(%)
• 7 53,85 Baik
√ 2 15,38 Sedang
O 4 30,77 Kurang
Jumlah 13 100
Sumber : Data Hasil Observasi

Dari tabel di atas terlihat bahwa anak yang berhasil menggunting dengan

kategori baik yaitu berjumlah 7 orang anak, jumlah anak yang berhasil

menggunting dengan kategori sedang 2 orang anak dan sisanya anak yang kurang

berjumlah 4 orang anak. Sehingga dari tabel di atas dapat disimpulkan bahwa

anak dalam hal ini jumlah anak dalam pencapaian hasil belajar belum sesuai

dengan yang diharapkan guru.

Dilihat dari jumlah prosentase anak yang berhasil menggunting dengan

kategori baik baru 53,85 %. Hal ini menunjukan bahwa pembelajaran belum

berhasil.

Tabel : 12
Tabel Data Hasil Belajar Anak Siklus II Tampilan ke-2
Siklus I
Nilai Prosentase Keterangan
Frekuensi
(%)
• 8 61,54 Baik
√ 3 23,08 Sedang
O 2 15,38 Kurang
Jumlah 13 100
Sumber : Data Hasil Observasi
Dari tabel di atas terlihat bahwa anak yang berhasil menggunting dengan

kategori baik yaitu berjumlah 8 orang anak, jumlah anak yang berhasil

47
menggunting dengan kategori sedang 3 orang anak dan sisanya anak yang kurang

berjumlah 2 orang anak. Sehingga dari tabel di atas dapat disimpulkan bahwa

anak dalam hal ini jumlah anak dalam pencapaian hasil belajar sudah sesuai

dengan yang diharapkan guru.

Dilihat dari jumlah prosentase anak yang berhasil menggunting dengan

kategori baik baru 61,54%. Hal ini menunjukan bahwa pembelajaran belum

berhasil.

Tabel : 13
Tabel Data Hasil Belajar Anak Siklus II Tampilan ke-3
Sikulus I
Nilai Prosentase Keterangan
Frekuensi
(%)
• 9 69,23 Baik
√ 2 15,38 Sedang
O 2 15,38 Kurang
Jumlah 13 100
Sumber : Data Hasil Observasi

Dari tabel di atas terlihat bahwa anak yang berhasil menggunting dengan

kategori baik yaitu berjumlah 9 orang anak, jumlah anak yang berhasil

menggunting dengan kategori sedang 2 orang anak dan sisanya anak yang kurang

berjumlah 2 orang anak. Sehingga dari tabel di atas dapat disimpulkan bahwa

anak dalam hal ini jumlah anak dalam pencapaian hasil belajar sudah sesuai

dengan yang diharapkan guru.

Dilihat dari jumlah prosentase anak yang berhasil menggunting dengan

kategori baik baru 69,23 %. Hal ini menunjukan bahwa pembelajaran sudah

berhasil.

Tabel : 14

48
Tabel Data Hasil Belajar Anak Siklus II Tampilan ke-4
Siklus I
Nilai Prosentase Keterangan
Frekuensi
(%)
• 10 76,92 Baik
√ 3 23,08 Sedang
O 0 0,00 Kurang
Jumlah 13 100
Sumber : Data Hasil Observasi

Dari tabel di atas terlihat bahwa anak yang berhasil menggunting dengan

kategori baik yaitu berjumlah 10 orang anak, jumlah anak yang berhasil

menggunting dengan kategori sedang 3 orang anak dan sisanya anak yang kurang

berjumlah 0 orang anak. Sehingga dari tabel di atas dapat disimpulkan bahwa

anak dalam hal ini jumlah anak dalam pencapaian hasil belajar sudah sesuai

dengan yang diharapkan guru.

Dilihat dari jumlah prosentase anak yang berhasil menggunting dengan

kategori baik mencapai 76,92 %. Hal ini menunjukan bahwa pembelajaran sudah

berhasil.

Tabel : 15
Tabel Data Hasil Belajar Anak Siklus II Tampilan ke-5
Siklus I
Nilai Prosentase Keterangan
Frekuensi
(%)
• 12 92,31 Baik
√ 1 7,69 Sedang
O 0 0,00 Kurang
Jumlah 13 100
Sumber : Data Hasil Observasi

Dari tabel di atas terlihat bahwa anak yang berhasil menggunting dengan

kategori baik yaitu berjumlah 12 orang anak, jumlah anak yang berhasil

49
menggunting dengan kategori sedang 1 orang anak dan sisanya anak yang kurang

berjumlah 0 orang anak. Sehingga dari tabel di atas dapat disimpulkan bahwa

anak dalam hal ini jumlah anak dalam pencapaian hasil belajar sudah sesuai

dengan yang diharapkan guru.

Dilihat dari jumlah prosentase anak yang berhasil menggunting dengan

kategori baik baru mencapai 92,31 %. Hal ini menunjukan bahwa pembelajaran

sangat berhasil.

Secara keseluruhan dari tabel data hasil belajar anak dengan menggunakan

media gunting siklus I dan II di atas dapat kita lihat untuk kategori Baik (B)

adalah sebagai berikut Tampilan 1 sebanyak 2 orang anak atau = 15,38 %,

Tampilan 2 bertambah menjadi 3 orang anak atau = 23,08 %, Tampilan 3

bertambah menjadi 4 orang anak atau = 30,77 %, Tampilan 4 bertambah menjadi

5 orang anak atau 38,46 %, Tampilan 5 bertambah menjadi 6 orang anak atau =

46,15 %, Tampilan 1 Siklus II bertambah 7 orang anak atau = 53,85 %, Tampilan

2 bertambah menjadi 8 orang anak atau = 61,54%, Tampilan 3 bertambah

menjaadi 9 orang anak atau 69,23, Tampilan 4 bertambah menjadi 10 orang anak

atau = 76,92 % dan Tampilan 5 bertambah menjadi 12 orang anak atau = 92,31 %.

Hasil belajar anak dalam pembelajaran dengan menggunakan media gunting

untuk kategori Sedang (S) siklus I adalah sebagai berikut : Tampilan 1 sebanyak 3

siswa atau = 23,08 %, Tampilan 2 bertambah menjadi 4 siswa atau = 30,77 %,

Tampilan 3 tetap 4 siswa atau = 30,77 %, Tampilan 4 tetap 3 siswa atau 23,08 %,

Tampilan 5 tetap 3 orang anak atau = 23,08 %, Siklus II Tampilan 1 berkurang

lagi menjadi 2 orang anak atau = 15,38 %, Tampilan 2 bertambah menjadi 3 orang

anak atau = 23,08%, Tampilan 3 berkurang menjadi 2 orang anak atau 15,38,

50
Tampilan 4 bertambah menjadi 3 orang anak atau = 23,08 % dan Tampilan 5

berkurang menjadi 1 orang anak atau =7,69 %. Hasil belajar anak dalam

pembelajaran dengan menggunakan media gunting untuk kategori Kurang (K)

siklus I adalah sebagai berikut : Tampilan 1 sebanyak 8 orang anak atau = 61,54

%, Tampilan 2 berkurang menjadi 6 orang anak atau = 46,15 %, Tampilan 3

bertambah menjadi 5 orang anak atau = 38,46 %, Tampilan 4 tetap 5 orang anak

atau 38,46 %, Tampilan 5 berkurang menjadi 4 orang anak atau = 30,77 %, siklus

II Tampilan 1 berkurang menjadi 4 orang anak atau = 30,77 %, Tampilan 2

berkurang menjadi 2 oranag anak atau = 15,38%, Tampilan 3 tetap 2 orang anak

atau = 15,38 %, Tampilan 4 dan Tampilan 5 berkurang menjadi 0 siswa atau =

0,00 %.

SIKLUS II
Lembar Observasi Aktivitas Siswa
Nama Media Menggunting Ket
No
Subjek 1 2 3
1. ABDUL MUTHALIB PURWANTO √ Baik
2. ABDUL SULEMAN √ Baik
3. ABID FADHIL ABYAN BAKARI √ Baik
4. AZKA ALWAHIDJI HULILUNGO √ Sedang
5. DELBIWATI KAHARU √ Sedang
6. FATMA JUSUF √ Baik
7. FRAGIA KATILI √ Baik
8. ISMAIL FARZAN ASUNA √ Baik
9. MAULANA M. PUTRA PAKAYA √ Baik
10. MOHAMAD AGIL MUSLIM √ Baik
11. MOHAMMAT FAJAR SUROTO √ Baik
12. MUHAMAD PUTRA AKASE √ Baik
13. MUHAMAD SYUAIB N SALEH √ Baik
Jumlah anak yang mendapat kriteria baik (%) 92,31%
Jumlah anak yang mendapat kriteria Sedang (%) 7,69%
Jumlah anak yang mendapat kriteria kurang (%) 00,00%

Dari siklus I dan II dengan 10 kali tampilan hasil belajar siswa dengan

menggunakan media gunting menunjukan peningkatan yang signifikan. Hal ini

51
berarti juga bahwa kemampuan motorik halus anak dalam pembelajaran dengan

menggunakan media gunting meningkat secara signifikan. Lebih lanjut dapat

dilihat pada grafik dibawah ini :

Grafik : 1

Grafik Jumlah Anak Dalam Pencapaian Hasil Belajar Siswa

70%
60%
50%
40%
30%
Mampu
20%
Tdk Mampu
10%
0%
1 2 3
uan uan uan
p p p
em em em
m m m
Ke Ke Ke
 

Sumber : Olah Data Hasil Observasi

Dari grafik 1 di atas dapat dilihat jumlah anak dalam pencapaian hasil

belajar untuk kategori baik menunjukan adanya peningkatan dari 2 orang anak

pada tampilan satu siklus I bertambah menjadi 6 orang anak pada tampilan 5 akhir

siklus I, dan 7 orang anak pada tampilan 1 siklus II meningkat menjadi 12 orang

anak pada tampilan 5 siklus II. Untuk kategori sedang terjadi perubahan secara

dinamis dari 3 orang anak pada tampilan 1 siklus I menjadi 1 orang anak pada

tampilan 5 akhir siklus II. Untuk kategori kurang terjadi penurunan dari 8 orang

anak pada tampilan 1 siklus I berkurang menjadi 0 orang anak pada tampilan 5

akhir siklus II

Grafik : 2

52
Grafik Prosentase Pencapaian Hasil Belajar Siswa Per Tampilan

60%
50%
40%
30%
20%
Mampu
10%
Tdk Mampu
0%
1 2 3
an an an
pu pu pu
am am am
em em em
K K K

Sumber : Olah Data Hasil Observasi

Dari grafik 2 terlihat bahwa prosentase anak yang hasil belajarnya Kurang

(K) dari 61,54 % pada tampilan ke-1 siklus I berkurang terus sampai tidak ada

atau 0 % anak pada tampilan ke-5. Anak yang Sedang (S) dari 23,08 % pada

tampilan ke-1 mengalami perubahan secara dinamis sehingga pada tampilan ke-5

tinggal 7,69 %, sedangkan untuk anak Baik (B) dari 15,38 % pada tampilan ke-1

bertambah terus menjadi 92,31 % diakhir tampilan siklus II. Jadi dapat

disimpulkan bahwa penggunaan media gunting dapat meningkatkan kemampuan

motorik halus anak TK. Dalam penelitian ini penulis melaksanankannya dalam 2

siklus dan masing-masing siklus sebanyak 5 kali tampilan. Dan tiap tampilan

sekitar 30 menit.

Secara keseluruhan perkembangan hasil belajar anak dengan

menggunakan media gunting dengan kategori Baik dapat kita lihat pada grafik

berikut :

Grafik : 3
Grafik Pencapaian Hasil Belajar Siswa Berkriteria Baik

53
100%
90%
80%
70%
60%
50%
40% Mampu
30%
20% Tdk Mampu
10%
0%
1 2 3
an an an
pu pu pu
am am am
em em em
K K K

Sumber : Olah Data Hasil Observasi

Dari grafik 3 di atas diketahui andanya peningkatan jumlah siswa dalam

belajar yang mencapai hasil belajar kategori baik pada setiap tampilan. Secara

keseluruhan hasil belajar siswa akhir siklus I Baik (B) 6 orang naik menjadi 12

orang pada siklus ke-II.

Dengan demikian dapat ditarik kesimpulan bahwa dengan menggunakan

media gunting ada kecenderungan dapat meningkatkan kemampuan motorik halus

anak di TK Negeri Mekar Sari Kecamatan Wonosari Kabupaten Bandung Barat.

Peningkatan tersebut harus dibarengi dengan tersedianya kesempatan waktu

belajar yang lebih panjang dan fleksibel. Artinya waktu belajar diperpanjang

durasinya dan waktu kegiatannya dapat dilaksanakan sebelum masuk, waktu

istirahat maupun waktu siswa hendak pulang.

b. Tampilan Guru Dalam Pembelajaran `

Data hasil observasi Siklus I yang dilakukan observer terhadap penampilan

guru dalam pembelajaran dengan menngunakan gunting untuk meningkatkan

kemampuan motorik halus anak dapat dilihat dalam tabel berikut :

Tabel : 16
Data Hasil Observasi Tentang Penampilan Guru Siklus II Tampilan 1

54
Aspek yang Diamati
Tampilan Prosentase Komentar
Frekuensi
(%)
Ya 15 100
Tidak 0 0
Jumlah 15 100
Sumber : Olah Hasil Observasi

Dari Tabel di atas diketahui bahwa peanampilan guru dari 15 aspek yang

diamati oleh observer dalam lembar observasi semua aspek menunjukan

kemunculan ya. Ini artinya bahwa penampilan guru sudah sesuai dengan

perencanaan yang dibuat. Dalam kolom komentar tidak ada komentar.

Dilihat dari jumlah prosentase aspek kemunculan ya sebesar 100 %. Hal

ini menunjukan bahwa langkah-langkah pembelajaran yang dilakukan guru sudah

baik.

Tabel : 17
Data Hasil Observasi Tentang Penampilan Guru Siklus II Tampilan 2
Aspek yang Diamati
Tampilan Prosentase Komentar
Frekuensi
(%)
Ya 15 100
Tidak 0 0
Jumlah 15 100
Sumber : Olah Hasil Observasi

Dari Tabel di atas diketahui bahwa peanampilan guru dari 15 aspek yang

diamati oleh observer dalam lembar observasi semua aspek menunjukan

kemunculan ya. Ini artinya bahwa penampilan guru sudah sesuai dengan

perencanaan yang dibuat.

55
Dilihat dari jumlah prosentase aspek kemunculan ya sebesar 100 %. Hal

ini menunjukan bahwa langkah-langkah pembelajaran yang dilakukan guru sudah

baik.

Tabel : 18
Data Hasil Observasi Tentang Penampilan Guru Siklus II Tampilan 3
Aspek yang Diamati
Tampilan Prosentase Komentar
Frekuensi
(%)
Ya 15 100
Tidak 0 0
Jumlah 15 100
Sumber : Data Hasil Observasi

Dari Tabel di atas diketahui bahwa peanampilan guru dari 15 aspek yang

diamati oleh observer dalam lembar observasi semua aspek menunjukan

kemunculan ya. Ini artinya bahwa penampilan guru sudah sesuai dengan

perencanaan yang dibuat.

Dilihat dari jumlah prosentase aspek kemunculan ya sebesar 100 %. Hal

ini menunjukan bahwa langkah-langkah pembelajaran yang dilakukan guru sudah

baik.

Tabel : 19
Data Hasil Observasi Tentang Penampilan Guru Siklus II Tampilan 4
Aspek yang Diamati
Tampilan Prosentase Komentar
Frekuensi
(%)
Ya 15 100
Tidak 0 0
Jumlah 15 100
Sumber : Data Hasil Observasi

Dari Tabel di atas diketahui bahwa peanampilan guru dari 15 aspek yang

diamati oleh observer dalam lembar observasi semua aspek menunjukan

56
kemunculan ya. Ini artinya bahwa penampilan guru sudah sesuai dengan

perencanaan yang dibuat.

Dilihat dari jumlah prosentase aspek kemunculan ya sebesar 100 %. Hal

ini menunjukan bahwa langkah-langkah pembelajaran yang dilakukan guru sudah

baik.

Tabel : 20
Data Hasil Observasi Tentang Penampilan Guru Siklus II Tampilan 5
Aspek yang Diamati
Tampilan Prosentase Komentar
Frekuensi
(%)
Ya 15 100
Tidak 0 0
Jumlah 15 100
Sumber : Data Hasil Observasi

Dari Tabel di atas diketahui bahwa peanampilan guru dari 15 aspek yang

diamati oleh observer dalam lembar observasi semua aspek menunjukan

kemunculan ya. Ini artinya bahwa penampilan guru sudah sesuai dengan

perencanaan yang dibuat.

Dilihat dari jumlah prosentase aspek kemunculan ya sebesar 100 %. Hal

ini menunjukan bahwa langkah-langkah pembelajaran yang dilakukan guru sudah

baik.

Jika dirata-ratakan aspek penampilan guru pada tiap siklus dapat dilihat

pada tabel berikut :

Tabel : 21
Penampilan guru pada siklus I
Aspek yang Diamati
Kemunculan Rata-rata Prosentase Komentar
Frekuensi (%)
Ya 14,4 96 4

57
Tidak 0,6 4
Jumlah 15 100
Sumber : Data Hasil Observasi

Dari Tabel 21 di atas rata-rata aspek kemunculan ya penampilan guru

mencapai 96 % dengan 4 komentar dari observer. Ini artinya penampilan guru

sudah dikatakan baik, walaupun masih ada beberapa kekurangan yang perlu

diperbaiki.

Tabel : 22
Penampilan guru pada siklus II
Aspek yang Diamati
Kemunculan Rata-rata Prosentase Komentar
Frekuensi (%)
Ya 15 100
Tidak 0 0
Jumlah 15 100
Sumber : Data Hasil Observasi

Dari Tabel 22 di atas rata-rata aspek kemunculan ya penampilan guru

mencapai 100 % dengan tidak ada komentar dari observer. Ini artinya penampilan

guru sudah baik dan sesuai dengan rencana yang dibuat sebelumnya.

c. Refleksi

Data temuan penelitian bersama teman sejawat yang dapat dihimpun adalah

sebagai berikut :

1)        Refleksi komponen pembelajaran.

Kegiatan yang telah dilaksanakan suadah sesuai dengan indikator yang

ditentukan, materi yang disajikan juga sesuai dengan tingkat perkembangan anak,

media pembelajaran telah sesuai dengan indikator yang telah ditentukan, reaksi

anak terhadap metode pembelajaran yang digunakan dapat diterima sebagai

58
pengalaman yang beragam. Alat penilaian yang digunakan sesuai dengan tingkat

perkembangan anak.

2)      Refleksi proses kegiatan

Pelaksanaan kegiatan yang dilakukan sudah sesuai dengan SKH yang telah

disusun, namun masih ada kelemahan dalam hal penataan kegiatan, pengelolaan

kelas, juga pemanfaatan waktu yang belum maksimal. Penyebabnya karena

mungkin guru baru pertama dan belum beradaptasi dengan lingkungan serta

belum optimalnya penataan kegiatan. Dalam memperbaiki kelemahan tersebut

guru melakukannya dengan cara menyesuaikan keadaan dan kegiatan yang

biasa/rutin dilaksanakan. Kekuatan guru dalam merancang kegiatan sudah

disesuaikan dengan tema dan perkembangan anak. Penyebab kekuatan dalam

merancang kegiatan disesuaikan dengan atan dengan memberi kesempatan kepada

anak agar dapat berperan aktif dalam kegiatan pembelajaran. Hal-hal unik positif

yang terjadi dalam kegiatan pembelajaran adalah sebagian besar anak dapat

menerima dan melaksanakan kegiatan tersebut. Alasan guru yang dapat

dipertangungjawabkan dalam mengambil keputusan dan tindakan mengajar

adalah menerapkan prinsip belajar sambil bermain dan bermain seraya belajar.

Reaksi anak terhadap pengelolaan kelas belum sepenuhnya dapat menerima

pembelajaran yang dilaksanakan guru karena masih ada anak yang asyik dengan

kegiatannya sendiri. Sebagaian anak dapat menangkap penjelasan yang diberikan

guru. Dalam penilaian reaksi anak sangat antusias karena anak senang dengan

pujian dan tanda bintang. Anak telah mencapai indikator kemampuan yang

ditetapkan guru. Guru juga telah dapat mengatur dan memanfaatkan waktu

59
kegiatan sebaik mungkin. Untuk kegiatan penutup telah dapat meningkatkan

penguasaan anak terhadap materi yang disampaikan.

4.2 Pembahasan

Motorik adalah semua gerakan yang mungkin dapat dilakukan oleh

seluruh tubuh, sedangkan gerakan motorik dapat disebut sebagai perkembangan

dari unsur kematangan dan pengendalian gerak tubuh. Perkembangan motorik ini

erat kaitannya dengan pusat motorik di otak. Perkembangan motorik berkembang

sejalan dengan kematangan syaraf dan otak. Oleh sebab itu, setiap gerakan yang

dilakukan anak sesederhana apapun, sebenarnya merupakan hasil pola interaksi

yang kompleks dari berbagai dan sistem dalam tubuh yang dikontrol otak, otaklah

yang berfungsi sebagai bagian dari susunan syaraf yang mengatur dan

mengontrol semua aktivitas fisik dan mental seseorang.

Aktivitas anak terjadi di bawah kontrol otak. Secara simultan dan

berkesinambungan, otak terus mengolah informasi yang ia terima. Bersamaan

dengan itu, otak bersama jaringan syaraf yang membentuk sistem syaraf pusat

yang mencakup lima pusat kontrol, akan mendiktekan setiap gerak anak. Dalam

kaitannya dengan perkembangan motorik anak, perkembangan motorik

berhubungan dengan perkembangan kemampuan gerak anak. Gerak merupakan

unsur utama dalam perkembangan motorik anak, oleh sebab itu, perkembangan

kemampuan motorik anak akan dapat terlihat secara jelas melalui berbagai

gerakan dan permainan yang mereka lakukan.

Gerakan motorik halus adalah bila gerakan hanya melibatkan bagian-bagin

tubuh tertentu saja dan dilakukan oleh otot-otot kecil, seperti keterampilan

60
menggunakan jari jemari tangan dan gerakan pergelangan tangan yang tepat.

Gerakan ini membutuhkan koordinasi mata dan tangan yang cermat.

Gerakan motorik halus yang terlihat saat usia TK, antara lain adalah anak

mulai dapat menyikat giginya, menyisir, memakai sepatu sendiri, menggunting

dan sebagainya.

Pengembangan motorik pada anak TK adalah merupakan proses

memperoleh keterampilan dan pola gerakan yang dapat dilakukan anak. Dalam

mempelajari kemampuan motorik halus anak belajar ketepatan koordinasi tangan

dan mata. Anak juga belajar menggerakan pergelangan tangan agar lentur dan

anak belajar berkreasi dan berimajinasi.

Semakin baiknya gerakan motorik halus anak membuat anak dapat

berkreasi, seperti menggunting kertas, menyatukan dua lembar kertas,

menganyam kertas, tapi tidak semua anak memiliki kematangan untuk menguasai

kemampuan pada tahap yang sama. Dalam melakukan gerakan motorik halus

anak juga memerlukan dukungan keterampilan fisik serta kematangan mental

( Sujiono, 2007: 1.14).

Secara umum menurut pengamatan penulis kemampuan motorik halus anak

TK Negeri Mekar sari sebelum dilakukan perbaikan sangat lemah, kemampuan

motorik halusnya baru mencapai di bawah 15 % dari jumlah siswa kelompok B

yang berjumlah 13 orang anak. Lemahnya kemampuan motorik halus anak terlihat

ketika guru menyuruh anak untuk melakukan menggunting kertas, menyatukan

dua lembar kertas, dan menganyam kertas, Pada umumnya mereka masih kurang

terampil dalam menggerakan otot halusnya. Perhatian mereka masih tidak focus

dalam pembelajaran dan anak kurang berani dalam melakukan tindakan atau

61
melakukan gerakan-gerakan yang menuntut otot halusnya. Hal ini dapat

dimengerti karena memang banyak foktor yang mempengaruhinya. Selain factor

kematangan anak itu sendiri juga cara mengajar guru.

Dari temuan-temuan dan hasil diskusi dengan teman sejawat tentang

penggunaan gunting dalam pembelajaran untuk meingkatkan kemampuan motorik

halus anak perlu direncanakan dengan sebaik-baiknya dan pelaksanaannya harus

disesuaikan dengan tujuan pembelajaran yang telah dibuat sebelumnya. Di

samping pemberian kesempatan waktu belajar yang lebih panjang dan fleksibel.

Artinya waktu belajar diperpanjang durasinya dan waktu kegiatannya dapat

dilaksanakan sebelum masuk, waktu istirahat maupun waktu siswa hendak

pulang.

Untuk meningkatkan kemampuan motorik halus anak TK sudah barang

tentu memerlukan bantuan guru. Disini guru dituntut untuk dapat menjalankan

perannya sebagai guru TK sehingga anak benar-benar dapat berkembang secara

optimal.

Berdasarkan data-data penelitian di atas yang diperoleh dari temuan-

temuan selama melakukan perbaikan pembelajaran dapat dilihat bahwa

penggunaan gunting dapat meningkatkan kemampuan motorik halus pada anak

TK Negeri Mekarsari Kecamatan Wonosari Kabupaten Boalemo Tahun

2020/2021. Peningkatan dapat kita lihat dari hasil belajar anak yang berkategori

baik terus meningkat dari setiap tampilan sementara itu anak yang berkategori

sedang dan kurang mengalami penurunan hampir di setiap tampilan. Bahkan

untuk anak dengan kategori kurang mereka sudah tidak ada lagi pada akhir

tampilan siklus ke II. Hal berbalik dengan data sebelum dilakukan perbaikan

62
keberhasilan anak menurut pengamatan penulis sebelum dilakukan perbaikan

menunjukan hanya kurang lebih 15 % anak yang berhasil dalam belajar. Berikut

grafik prosentase peningkatan hasil belajar anak dalam meningkatkan motorik

halus dengan menggunakan gunting.

63
BAB V

           PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan temuan-temuan selama perbaikan pembelajaran dengan

menggunakan gunting sebagaimana telah dipaparkan di atas, maka dapat

disimpulkan bahwa : sebelum dilakukan perbaikan kemampuan motorik halus

anak TK Negeri Mekarsari secara umum sangat lemah. Lemahnya kemampuan

motorik halus anak terlihat ketika guru menyuruh anak untuk melakukan

menggunting kertas, menyatukan dua lembar kertas, dan menganyam kertas, Pada

umumnya mereka masih belum terampil dalam menggerakan otot halusnya.

Perhatian mereka masih tidak fokus dalam pembelajaran dan anak kurang berani

dalam melakukan tindakan atau melakukan gerakan-gerakan yang menuntut otot

halusnya. Hal ini dapat dimengerti karena memang banyak foktor yang

mempengaruhinya. Selain faktor kematangan anak itu sendiri juga cara mengajar

guru.

Pada umumnya kemampuan motorik halus anak TK Negeri Mekarsari

setelah dilakukan perbaikan menunjukan peningkatan yang sangat memuaskan.

Hal ini terlihat dari keterlibatan anak secara langsung dalam berbagai kegiatan

baik pendahuluan, inti dan kegiatan akhir sehingga menambah motivasi anak

untuk lebih aktif mengikuti proses pembelajaran penggunaan media dan alat

pembelajaran yang sesuai dengan perencanaan mejadikan pembelajaran menjadi

lebih efektif. Dari pembelajaran yang efektif ini menghantarkan hasil belajar

yang optimal. Penggunaan media gunting efektif untuk meningktakan

kemampuan motorik halus pada anak kelompok B di TK Negeri Mekarsari

64
Kecamatan Wonosari Kabupaten Boalemo Tahun Pelajaran 2020/2021. Setelah

diadakan perbaikan hasil belajar anak meningkat dari 46,15 % pada siklus I

menjadi 92,31% pada siklus II.

5.2 Saran

Berdasarkan temuan hasil penelitian tindakan perbaikan tentang penggunaan

media gunting untuk meningkatkan kemampuan motorik halus anak TK Negeri

Mekarsari Kecamatan Wonosari Kabupaten Boalemo disarankan sebagai berikut:

1. Upaya peningkatan kemampuan motorik halus anak di TK Negeri mekar sari

selain selain dengan upaya-upaya di atas juga harus dibarengi dengan tersedianya

kesempatan waktu belajar yang lebih panjang dan fleksibel. Artinya waktu belajar

diperpanjang durasinya dan waktu kegiatannya dapat dilaksanakan sebelum

masuk, waktu istirahat maupun waktu siswa hendak pulang.

2. Agar hasil belajar lebih baik disarankan kesiapan belajar siswa ditingkatkan lagi.

3. Media gunting dapat diterapkan lebih lanjut pada bidang pengembangan

kemampuan motorik halus sejenis atau yang lain dengan mengambil tema yang

berbeda.

4. Pemilihan gambar-gambar berpola agar lebih bervariatif dan menarik supaya

kemampuan motorik halus anak betul-betul terlatih.

65
DAFTAR PUSTAKA

Ali Nugraha, 2008. “Kurikulum dan Bahan Belajar TK” Universitas Terbuka,
Jakarta.
Bambang Sujiono, dkk, 2007, “Metode Pengembangan Fisik”, Universitas
Terbuka, Jakarta
IGAK Wardhani, dkk, 2008,”Penelitian Tindakan Kelas”, Universitas Terbuka,
Jakarta
Tim PKP PG-PAUD, 2009, “Panduan Mata Kuliah Pemantapan Kemampuan
Mengajar (PKM) Program D-II PGTK”, Universitas Terbuka, Jakarta
Tim PKP PG-PAUD, 2010, “Panduan Pemantapan Kemampuan Profesional”,
Universitas Terbuka, Jakarta
Tim TAP FKIP UT, 2011, “Panduan Tugas Akhir Program Sarjana FKIP”,
Universitas Terbuka, Jakarta

66

Anda mungkin juga menyukai