Anda di halaman 1dari 88

PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN MENGGUNAKAN AUDIO

VISUAL TERHADAP PENCEGAHAN HIV/AIDS PADA REMAJA


(STUDI LITERATUR)

SKRIPSI

SINDIWATI ADAM
NIM. C01416091

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH GORONTALO
GORONTALO
2020

i
PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN MENGGUNAKAN AUDIO
VISUAL TERHADAP PENCEGAHAN HIV/AIDS PADA REMAJA
(STUDI LITERATUR)

SKRIPSI

Diajukan sebagai salah satu syarat wajib dalam menyelesaikan jenjang


pendidikan Sarjana

SINDIWATI ADAM
NIM. C01416091

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH GORONTALO
GORONTALO
2020

ii
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ILMIAH

Saya menyatakan bahwa skripsi Studi Literatur Pengaruh Pendidikan


Kesehatan Menggunakan Audio Visual terhadap Pencegahan HIV/AIDS
pada Remaja adalah karya saya dibawah arahan dari komisi pembimbing.
Skripsi ini belum pernah diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan
tinggi manapun dan bebas dari unsur plagiat. Sumber informasi yang
berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan
dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam
Daftar Pustaka dibagian akhir skripsi ini. Apabila dikemudian hari
ditemukan unsur-unsur plagiat maka saya bersedia menerima sanksi
hukum dan akademik sesuai ketentuan yang berlaku.

Gorontalo, September 2020

Ramla Ahmad
NIM. C01416091

iii
PENGESAHAN PEMBIMBING

Nama : Sindiwati Adam


NIM : C01416091
Tahun Masuk : 2016
Program Studi : Ilmu Keperawatan
Fakultas : Ilmu Kesehatan
Judul Penelitian : Studi Literatur Pengaruh Pendidikan Kesehatan
Menggunakan Audio Visual terhadap Pencegahan
HIV/AIDS pada Remaja .

Disetujui Pembimbing

Pembimbing 1 Pembimbing 2

Ns. Andi Nurainah Sudirman, M.Kes, M.Kep Ns. Rona Febriyona, M.Kes, M.Kep
NIDN : 923109101 NIDN : 91602880

Mengetahui

Dekan Ketua Program Studi


Fakultas Ilmu Kesehatan Ilmu Keperawatan

Ns. Abdul Wahab Pakaya, S.Kep, MM, M.Kep Ns. Rona Febriyona, S.Kep, M.Kes
NBM : 1328876 NIDN : 91602880

iv
PENGESAHAN KOMISI PENGUJI

Nama : Sindiwati Adam


NIM : C01416091
Tahun Masuk : 2016
Program Studi : Ilmu Keperawatan
Fakultas : Ilmu Kesehatan
Judul Penelitian : Studi Literatur Pengaruh Pendidikan Kesehatan
Menggunakan Audio Visual terhadap Pencegahan
HIV/AIDS pada Remaja

Telah dinyatakan lulus ujian tanggal : ……………….

KOMISI PENGUJI

1. Ns. Andi Nurainah Sudirman, M.Kes, M.Kep (………………………….)


2. Ns. Rona Febriyona, M.Kes, M.Kep (………………………….)
3. Ns. Rini Asnawati, M.Kes (………………………….)
4. Hartati Inaku, SKM, M.Kes (………………………….)

Mengetahui

Dekan Ketua Program Studi


Fakultas Ilmu Kesehatan Ilmu Keperawatan

Ns. Abdul Wahab Pakaya, S.Kep, MM, M.Kep Ns. Rona Febriyona, S.Kep, M.Kes
NBM : 1328876 NIDN : 91602880

v
MOTTO

“Sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan. Maka apabila kamu telah
selesai (dari suatu urusan), kerjakanlah dengan sungguh-sungguh (urusan) yang
lain”.
(Al-Quran, Surat Al Insyirah: 6-7)

“Dalam setiap keputusan atas pilihan yang kita lakukan pasti ada konsekuensi
baik atau buruk. Jangan pernah menyesali pilihan yang sudah diambil, pasti akan
ada hikmah yang terkandung didalamnya. Akan ada pelangi di ujung hujan….”
(Ramla)

PERSEMBAHAN
Bismillahirrahmanirrahim, Segala Puji bagi Allah SWT yang telah memberikan
kesehatan lahir dan batin untuk penyelesaian Skripsi ini.

Teruntuk Bapakku …….. dan Ibuku ……… yang selalu berusaha, berdoa dan
bekerja keras demi kesuksesanku, kalian adalah sumber inspirasi dan semangat
untuk menyelesaikan studi ini hingga akhir. Kalian selalu ada buatku saat suka
dan duka.. Ku persembahkan Skripsi ini sebagai bentuk dharma bakti, cinta serta
kasih sayangku pada kalian..
Sahabat-sahabatku ……. yang selalu memberikan support, semangat yang tidak
henti-hentinya untuk penyelesaian studi ini. Seluruh Angkatan 2016 Program
Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah
Gorontalo, terima kasih atas kebersamaan selama ini…

Untuk Pembimbing dan Penguji, yang selama ini dengan tulus ikhlas dan
meluangkan waktunya untuk membimbing, menuntun dan mengarahkan dalam
penyusunan skripsi ini. Ku persembahkan kepada Ns. Andi Nurainah Sudirman,
M.Kes, M.Kep dan Ns. Rona Febriyona, M.Kes, M.Kep Beserta kedua pengujiku
Ns. Rini Asnawati, M.Kes dan Hartati Inaku, SKM, M.Kes

ALMAMATER TERCINTA
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH GORONTALO
Tempat Ku menimba ilmu, tempat ku ditempa, tempat ku di didik hingga menjadi
Manusia yang berpendidikan dan berguna bagi Nusa dan Bangsa, Insha
Allah…..

vi
KATA PENGANTAR

Dengan sepenuh hati yang meliputi pengertian syukur dan puji penulis
memanjatkan syukur kepada ALLAH SWT karena berkat rahmat dan hidayah-
Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Skripsi dengan judul “Studi Literatur
Pengaruh Pendidikan Kesehatan Menggunakan Audio Visual terhadap
Pencegahan HIV/AIDS pada Remaja”.
Penulis selama menjalani studi dan menyelesaikan penyusunan skripsi ini
banyak mendapat bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu melalui
kesempatan ini menyampaikan terima kasih kepada:
1. Rektor Universitas Muhammadiyah Gorontalo Dr. dr. H. Muh. Isman Jusuf,
Sp.S
2. Wakil Rektor 1 Universitas Muhammadiyah Gorontalo, Prof. Dr. Hj. Moon
Hidayat Otoluwa, M.Hum
3. Wakil Rektor 2 Universitas Muhammadiyah Gorontalo, Drs. H. Sjamsuddin
N. Tuli, M.Si
4. Wakil Rektor 3 Universitas Muhammadiyah Gorontalo, Dr. Ir. Hasim, M.Si
5. Wakil Rektor 4 Universitas Muhammadiyah Gorontalo, Dr. Munkizul Umam
Kau, S.Fil, M.Phil
6. Dekan Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Gorontalo , Ns.
Abdul Wahab Pakaya, S.Kep, MM. M.Kep
7. Wakil Dekan Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah
Gorontalo, Ns. Pipin Yunus, S.Kep., M.Kep
8. Ketua Program Studi Ners Universitas Muhammadiyah Gorontalo, Ns. Rona
Febriyona, S.Kep., M.Kep sekaligus sebagai pembimbing 2.
9. Dosen pembimbing 1, Ns. Andi Nurainah Sudirman, M.Kes, M.Kep yang
telah memberikan banyak masukan dan menyediakan waktu, pikiran, untuk
membantu dan mengarahkan penyusunan proposal ini.
10. Dosen penguji 1, Ns. Rini Asnawati, M.Kes dan dosen penguji 2, Hartati
Inaku, SKM, M.Kes yang telah memberikan koreksi dan bimbingan
perbaikan demi kesempurnaan proposal ini.
11. Kedua orang tua yang selalu mendoakan dan memberikan dukungan
kepada saya.

vii
12. Seluruh teman-teman Program Studi S1 Keperawatan Fakultas Ilmu
Kesehatan Universitas Muhammadiyah Gorontalo, terima kasih atas
kebersamaan yang indah selama studi.
13. Seluruh pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu.
Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan yang disebabkan oleh
keterbatasan pengetahuan, wawasan dan kemampuan penulis, oleh karena itu
penulis sangat menghargai masukan guna penyempurnaan dalam penulisan
skripsi ini. Semoga tulisan ini bermanfaat bagi pengambilan keputusan.

Gorontalo, September 2020

SINDIWATI ADAM

viii
ABSTRAK

SINDIWATI ADAM. Studi Literatur Pengaruh Pendidikan Kesehatan


Menggunakan Audio Visual terhadap Pencegahan HIV/AIDS pada Remaja.
Bimbingan Ns. Andi Nurainah Sudirman, M.Kes, M.Kep sebagai Ketua dan Ns.
Rona Febriyona, S.Kep., M.Kep sebagai Anggota.

Pendahuluan: Masalah HIV/AIDS sampai dengan saat ini masih menjelma


sebagai suatu penyakit yang menakutkan dan menimbulkan stigma negatif dan
diskriminasi yang masih kental di tengah masyarakat. Perkembangannya kasus
HIV/AIDS mulai mengarah penularannya pada kelompok usia remaja.
Permasalahan HIV/AIDS memerlukan penanggulangan yang komprehensif dan
melibatkan banyak pihak Metode: Jenis penelitian studi literatur, Pencarian
literature menggunakan dua database elektronik (google cendekia dan Indonesia
one search) dengan kata kunci “pendidikan kesehatan”, “audio visual”, dan
“pencegahan HIV/AIDS”. Literatur yang memenuhi kriteria inklusi berupa jangka
waktu 2016-2020, full text, studi kuantitatif disertai analisis bivariate serta
bertemakan pengaruh pendidikan kesehatan menggunakan audio visual
terhadap pencegahan HIV/AIDS, yang kemudian diambil untuk diekstraksi dan
dianalisis sebanyak 11 literatur. Hasil Penelitian: Pada 11 literatur yang dikaji
didapatkan melalui pendidikan kesehatan menggunakan media audio visual,
tingkat pengetahuan tentang penyakit HIV/AIDS itu sendiri, cara penularan serta
pencegahannya mengalami peningkatan, Melalui stimulus pendidikan kesehatan
dengan media audio visua yang meningkatkan pengetahuan tentang HIV/AIDS
tersebut akan respon oleh remaja melalui sikapnya dalam bentuk persetujuan
bahwa HIV/AIDS merupakan penyakit yang berbahaya sehingga harus dilakukan
pencegahan. Sikap tersebut akan berkembang dengan persepsi positif dan akan
membentuk perilaku dari dalam diri remaja itu sendiri, yaitu melakukan tindakan
pencegahan HIV/AIDS dengan tidak melakukan hal-hal yang menyebabkan
tertularnya penyakit HIV AIDS seperti seks bebas dan narkoba. Kesimpulan:
Ada pengaruh pendidikan kesehatan menggunakan media audio visual terhadap
pencegahan HIV/AIDS, yang diwujudkan dengan peningkatkan pengetahuan,
sikap, persepsi dan perilaku.

Kata Kunci: Pendidikan Kesehatan, Audio Visual, Pencegahan HIV/AIDS

ix
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN SAMPUL.................................................................................... i
HALAMAN JUDUL ...................................................................................... ii
PERNYATAAN KEASLIAN PENELITIAN ................................................... iii
PENGESAHAN PEMBIMBING .................................................................... iv
PENGESAHAN KOMISI PENGUJI ............................................................. v
MOTTO DAN PERSEMBAHAN .................................................................. vi
KATA PENGANTAR ................................................................................... vii
ABSTRAK ................................................................................................... ix
DAFTAR ISI ................................................................................................ x
DAFTAR TABEL ......................................................................................... xii
DAFTAR GAMBAR ..................................................................................... xiiI
DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................. xiv
BAB I PENDAHULUAN ................................................................................. 1
1.1 Latar Belakang ........................................................................................ 1
1.2 Identifikasi Masalah ................................................................................. 6
1.3 Rumusan Masalah ................................................................................... 6
1.4 Tujuan Penelitian ..................................................................................... 6
1.4.1 Tujuan Umum ................................................................................. 6
1.4.2 Tujuan Khusus ................................................................................. 6
1.5 Manfaat Penelitian ................................................................................... 6
1.5.1 Manfaat Teoritis ............................................................................... 6
1.5.2 Manfaat Praktis ................................................................................ 7

BAB II TINJAUAN KEPUSTAKAAN ............................................................... 8


2.1 Konsep Teori ........................................................................................... 8
2.1.1 Konsep tentang Remaja................................................................... 11
2.1.2 Konsep tentang HIV/AIDS................................................................ 17
2.1.3 Konsep tentang Pendidikan Kesehatan/Penyuluhan Kesehatan ...... 14
2.1.4 Konsep tentang Media Audio Visual ................................................ 24
2.2 Kerangka Teori ......................................................................................... 28

BAB III METODE PENELITIAN ....................................................................... 29


3.1 Desain Penelitian ..................................................................................... 29
3.2 Waktu Penelitian ...................................................................................... 29
3.3 Sumber Data ............................................................................................ 29
3.4 Variabel Penelitian ................................................................................... 29
3.5 Teknik Pengumpulan Data ....................................................................... 29
3.6 Analisa Data ............................................................................................. 31
3.7 Tahapan Penelitian ................................................................................... 31

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN .......................................... 33


4.1 Hasil Penelitian ........................................................................................ 33
4.2 Pembahasan ........................................................................................... 44

x
4.3 Keterbatasan Penelitian ........................................................................... 49
BAB V PENUTUP ........................................................................................... 54
5.1 Simpulan ................................................................................................. 54
5.2 Saran ........................................................................................................ 54

DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 56


LAMPIRAN

xi
DAFTAR TABEL

Halaman
1. Ekstraksi Hasil Seleksi Literatur yang Relevan Mengenai Pengaruh
Pendidikan Kesehatan Menggunakan Audio Visual Terhadap
Pencegahan HIV/AIDS pada Remaja ..................................................... 36

xii
DAFTAR GAMBAR

Halaman
1. Bagan Kerangka Teori .......................................................................... 28
2. Diagram Alur Proses Seleksi Literatur.................................................... 30
3. Diagram Alur Penelitian ......................................................................... 32
4. Diagram Alur Proses Seleksi Utara ........................................................ 34

xiii
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
1. Riwayat Hidup ............................................................................................ 61
2. Screenshoot Pencarian Literatur ................................................................ 62
3. Literatur Pengaruh Pendidikan Kesehatan Berbasis Media Video
Animasi terhadap Pengetahuan Remaja tentang HIV/AIDS di SMK
Negeri 2 Makassar ...................................................................................... 63
4. Literatur Pengaruh Media Audio Visual (Film) terhadap Persepsi
Remaja tentang HIV/AIDS di SMPN 1 Bangsal Kabupaten Mojokerto ........ 57
5. Literatur Pengaruh Penyuluhan Kesehatan tentang HIV-AIDS
menggunakan Media Vido terhadap Pengetahuan Remaja Siswa dan
Siswi kelas X IPS di SMA Muhammadiyah 3 Kota Yogyakarta.................... 66
6. Literatur Pengaruh Pendidikan Kesehatan terhadap Tingkat Pengetahuan
Tentang Pencegahan HIV/AIDS Di SMA Negeri 1 Parigi Kabupaten
Pangandaran .............................................................................................. 67
7. Literatur Pengaruh Penyuluhan HIV/AIDS terhadap Pengetahuan dan
Sikap Tentang HIV/ AIDS Mahasiswi Akademi Kebidanan Banjarbaru
Tahun 2016................................................................................................. 68
8. Literatur Pengaruh Penyuluhan Kesehatan tentang HIV/AIDS terhadap
Tingkat Pengetahuan dan Sikap Pencegahan HIV/AIDS pada Remaja
di SMAN 1 Gamping ................................................................................... 69
9. Literatur Perbedaan Sikap Siswa Kelas VIII Sebelum dan Sesudah
Diberikan Promosi Kesehatan dengan Media Audiovisual dalam
Pencegahan HIV/AIDS di SMPN 2 Ungaran ............................................... 70
10. Literatur Visual Media Intervention Aku Bangga Aku Tahu (ABAT) towards
Attitude of Street Children in Prevention of HIV & AIDS Transmission in
Makassar City ............................................................................................. 71
11. Literatur Pengaruh Health Education dengan Media Audiovisual (Video)
HIV/AIDS dengan Perilaku Pencegahan Penderita HIV/AIDS di Puskesmas
Ngoro Kabupaten Mojokerto ....................................................................... 72
12. Literatur The Effect of Healt Promotion Using Leaflets and Audio Visual on
Improving Knowledge and Attidute Toward The Danger of HIV/AIDS
Among Adolescents .................................................................................... 73
13. Literatur Pengaruh Media Audio Visual dan Media Leaflet terhadap
Tingkat Pengetrahuan Remaja MAS Darul Ihsan Aceh Besar tentang
HIV/AIDS .................................................................................................... 74

xiv
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Masalah Human Immunodeficiency Virus/Acquired Immune Deficiency
Syndrome (HIV/AIDS) sampai dengan saat ini masih menjelma sebagai suatu
penyakit yang menakutkan dan menimbulkan stigma negatif dan diskriminasi
yang masih kental di tengah masyarakat, yang selalu melihat penyakit ini dari sisi
etika dan sosial (Sulaiman & Efendi, 2019). Perkembangan epidemi HIV/AIDS
telah menjadi masalah global dan bukan hanya merupakan masalah kesehatan,
tetapi juga merupakan masalah perubahan perilaku yang erat kaitannya dengan
masalah ekonomi, agama, sosial dan budaya masyarakat yang pada akhirnya
mencakup seluruh aspek kehidupan manusia (Mardiyah & Pamungkas, 2019).
Berdasarkan Laporan United Nations Programme on HIV and AIDS
(UNAIDS) tahun 2019 tercatat 37,9 juta kasus total dengan 1,7 juta kasus baru
dan menyebabkan 770.000 kematian. Pada anak di bawah 15 tahun mencapai
1,7 juta kasus, dimana kasus baru sebanyak 160.000 kasus dan menyebabkan
hampir 100.000 kasus kematian. Berdasarkan kawasan, kasus terbanyak terjadi
di wilayah Afrika Timur dan selatan yang mencapai 20,6 juta kasus dan terendah
di kawasan Timur Tengah sebanyak 0,24 juta kasus (Abrar, 2019). Pada tahun
2050 di proyeksikan jumlah penderita HIV/AIDS akan menurun hingga 1,5 juta
(5% dari semua orang yang hidup dengan HIV dibandingkan pada tahun 2010
yang berjumlah 3,9 juta orang (12% dari seluruh orang yang hidup dengan HIV)
(Khalifa et al., 2019).
Di Indonesia, kasus HIV/AIDS tergolong sangat tinggi, tahun 2016-2018
tercatat jumlah kasus baru kumulatif sebanyak 136.209 kasus dimana trend
kasus berfluktuatif pada tahun 2016 jumlah kasus 41.250 kasus baru, tahun 2017
sebanyak 48.300 kasus baru dan tahun 2018 sebanyak 46.659 kasus baru
(Kemenkes RI, 2018b). Jumlah ODHA di kalangan populasi kunci lain
diproyeksikan untuk tetap sama atau sedikit menurun pada tahun 2020. Secara
keseluruhan, jumlah populasi kunci yang hidup dengan HIV akan meningkat dari
613.435 pada tahun 2015 menjadi 631.635 pada tahun 2018, dan diproyeksikan
akan memuncak menjadi 632.480 pada tahun 2019 sebelum mulai menurun
(Kemenkes RI, 2017).

1
HIV dan AIDS merupakan suatu penyakit yang terus berkembang dan
menjadi masalah kesehatan global baik di negara maju maupun negara
berkembang. HIV disebabkan oleh Human Papiloma Virus (HPV) yang masuk
kedalam sel darah putih, dimana HPV merusak struktur sel darah putih yang
berfungsi sebagai pertahanan terhadap infeksi, sehingga terjadi penurunan
jumlah sel darah putih yang mengakibatkan sistem kekebalan tubuh menjadi
lemah dan penderita mudah terkena berbagai penyakit (Agusningtyas, 2017).
HIV/AIDS dapat menyerang semua golongan umur (dari bayi sampai dewasa)
dan baik pria maupun wanita. Yang termasuk kelompok berisiko terinfeksi HIV
adalah pekerja seks (PSK), mucikari, homoseksual (laki-laki seks dengan laki-
laki), biseksual, heteroseksual, waria, pengguna narkoba suntik (penasun), bayi
dari orang tua yang terinfeksi, dan penerima transfusi darah termasuk penderita
hemofili (Tyasari, 2018).
Perilaku seksual beresiko merupakan suatu aktivitas seksual berkaitan
dengan hubungan seks vaginal dan anal yang dilakukan individu dengan
pasangan seksnya sehingga rentan tertular penyakit menular seksual seperti
HIV/AIDS Hal yang menjadi factor pendorong dalam pembentukan perilaku
seksual beresiko yang mengarah pada penularan HIV/AIDS seperti melakukan
oral dan anal seks dengan berganti-ganti pasangan tanpa menggunakan kondom
(Pasaribu & Sodik, 2017). Penelitian di Ranah Minang tahun 2018, didapatkan
bahwa terdapat hubungan yang bermakna antara perilaku seksual dengan
kejadian HIV/ AIDS, terbukti dengan nilai P 0,014 (P< 0,05), responden yang
melakukan melakukan perilaku seksual berisiko berpeluang menderita HIV/ AIDS
4 kali dibanding responden yang tidak melakukan perilaku seksual yang berisiko
(Handayani et al., 2018).
Terkait dengan HIV/AIDS yang cukup tinggi di Papua, persoalan terbesar
adalah risiko penularan HIV/AIDS yang potensial melalui hubungan seksual
adalah sering melakukan hubungan seksual dengan kondisi tidak memakai
kondom dengan perempuan yang sering ganti-ganti pasangan yaitu pekerja seks
komersial (PSK). Penularan HIV melalui hubungan seksual bukan karena
orientasi seksual (homoseksual, heteroseksual, biseksual) dan sifat hubungan
seksual (di luar nikah), tapi karena kondisi hubungan seksual, di dalam dan di
luar nikah jika salah satu atau dua-duanya mengidap HIV/AIDS dan laki-laki tidak
pakai kondom (Harahap, 2018).

2
WHO dan UNAIDS sudah memastikan Indonesia sebagai negara yang
menunjukkan kecenderungan baru yang berbahaya sejak Desember 2002. Hal
ini seiring ditemukan peningkatan kasus HIV/AIDS yang tidak hanya ditularkan
melalui hubungan seksual tetapi juga oleh jarum suntik yang semakin marak
digunakan kalangan pecandu narkotika. Selain itu, faktor dari pariwisata
Indonesia juga mempengaruhi peningkatan angka HIV/AIDS di Indonesia
(Saktina & Satriyasa, 2017). Semua hal tersebut dapat terjadi karena terbatasnya
akses informasi yang berdampak pada rendahnya pengetahuan tentang
HIV/AIDS. Salah satu upaya yang dilakukan untuk mencegah terjadinya
penularan HIV/AIDS yaitu dengan memberikan pengetahuan dan pemahaman
yang baik tentang HIV/AIDS (Aspiawati, 2018).
Pemerintah telah melakukan upaya dalam rangka menekan tingginya
prevalensi kasus HIV/AIDS di Indonesia serta penularannya. Salah satu respons
pemerintah Indonesia untuk menanggulangi epidemic HIV adalah
mengembangkan kebijakan dan program pencegahan HIV dan AIDS secara
nasional. Fokus program pencegahan ini adalah perluasan dan peningkatan
intervensi efektif untuk menahan laju penyebaran infeksi HIV yang terjadi, melalui
pertukaran jarum/alat suntik dan hubungan seksual berisiko di antara populasi
kunci. Area program ini berfokus pada cara penularan HIV di kalangan populasi
kunci, yaitu 1) pencegahan melalui transmisi seks (PMTS) di kalangan Wanita
Pekerja Seks (WPS), Lelaki yang berhubungan seks dengan lelaki (LSL) dan
waria; 2) pencegahan penularan melalui alat suntik pada kalangan penasun atau
program pengurangan dampak buruk napza suntik (Harm Reduction); dan 3)
pencegahan penularan dari ibu ke anak (PPIA) (Praptoraharjo et al., 2016).
Namun, pada perkembangannya kasus HIV/AIDS masih terus meningkat,
dengan mulai mengarah penularannya pada kelompok usia remaja.
Permasalahan HIV/AIDS memerlukan penanggulangan yang komprehensif dan
melibatkan banyak pihak. Sampai saat ini, masih banyak remaja yang kurang
memiliki pengetahuan tentang pencegahan HIV/AIDS (Handayani, 2017). Salah
satu upaya yang bisa dilakukan untuk menekan laju penyebaran HIV/ AIDS yaitu
dengan memberikan pendidikan kesehatan HIV/ AIDS sejak dini pada remaja,
yaitu dengan pemberian informasi yang akurat tentang ciri-ciri penyakit,
bagaimana cara penularannya dan bagaimana cara seseorang dapat
mengurangi resiko tertular dengan mengubah perilakunya (Matte, 2018).

3
Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS) tahun 2018 dilakukan survey
pengetahuan tentang HIV/AIDS di 34 provinsi di Indonesia dengan komposit
pertanyaan pengetahuan umum HIV (8 pertanyaan), cara penularan dan cara
pencegahan (10 pertanyaan) serta cara pemeriksaan HIV (6 pertanyaan). Hasil
yang didapatkan hanya 1,0% yang menjawab benar 16-24 pertanyaan, 31,8%
menjawab benar 8-15 pertanyaan, 65,2% menjawab benar 1-7 pertanyaan serta
terdapat 2,0% justru tidak mengetahui sama sekali (Kemenkes RI, 2018a).
Dengan demikian dapat diketahui bahwa tingkat pengetahuan masyarakat
mengenai HIV/AIDS sebagian besar dalam kategori kurang yaitu hanya mampu
menjawab benar 1-7 pertanyaan dari 24 pertanyaan yang diajukan.
Konsep dasar pendidikan kesehatan adalah suatu proses belajar yang
berarti didalam pendidikan itu terjadi proses pertumbuhan, perkembangan atau
perubahan kearah yang lebih dewasa, lebih baik, lebih matang pada diri individu,
kelompok atau masyarakat. Pendidikan kesehatan adalah penambahan
pengetahuan dan kemampuan seseorang melalui teknik praktik belajar atau
instruksi, dengan tujuan untuk mengingat fakta atau kondisi nyata, dengan cara
memberi dorongan terhadap pengarahan diri (self direction), aktif memberikan
informasi-informasi atau ide baru. Pendidikan kesehatan dilakukan untuk
membantu individu mengontrol kesehatannya secara mandiri dengan
mempengaruhi, memungkinkan dan menguatkan keputusan atau tindakan
sesuai dengan nilai dan tujuan yang mereka rencanakan (Siregar, 2020).
Dengan demikian, diharapkan dengan adanya pendidikan kesehatan mengenai
HIV/AIDS, maka akan meningkatkan pengetahuan masyarakat sehingga dapat
memperbaiki perilaku kesehatannya dengan menghindari tindakan atau
perbuatan yang dapat berisiko menyebabkan tertularnya HIV/AIDS.
Pemilihan media atau alat pembelajaran dalam menyampaikan informasi
sangat penting karena menentukan berhasil atau tidaknya proses sharing
information kepada sasaran untuk mencapai tujuan yang telah ditentukan.
Terdapat beberapa metode dan media yang dapat digunakan untuk pendidikan
kesehatan (Astuti, 2018). Metode pendidikan kesehatan yang banyak digunakan
adalah ceramah, seminar, diskusi kelompok, brain storming, bermain peran,
simulasi dan konseling. Sedangkan media pembelajaran yang sering dipakai
antara lain poster, slide, handout, booklet, leaflet, maupun audio visual berupa
pemutaran video (Fujiyanto, 2016).

4
Audio visual merupakan media yang paling banyak digunakan sebagai
media pendidikan. Media ini memiliki kelebihan mengaktifkan mata dan telinga
peserta didik secara bersamaandalam waktu proses belajar mengajar
berlangsung. Media audio visual yaitu jenis media yang selain mengandung
unsur suara juga mengandung unsur gambar yang dapat dilihat, seperti rekaman
video, berbagai ukuran film, slide suara, dan lain sebagainya (Fujiyanto, 2016).
Media audio visual merupakan jenis media yang mempunyai tingkat pengaruh
yang tinggi karena mampu menstimulasi indra pendengaran dan penglihatan
pada waktu proses penyampaian materi pendidikan kesehatan. Kelebihan yang
dimiliki media audio visual yaitu tidak membosankan, pesan mudah dimengerti
dan dipahami, dapat diperlambat dan dipercepat. Kemampuan media ini
dianggap lebih baik dan lebih menarik, sebab mengandung kedua unsur jenis
media yang pertama dan kedua (Astuti, 2018).
Penggunaan audio visual sebagai media penyuluhan kesehatan dalam
rangka meningkatkan pengetahuan HIV/AIDS telah dilakukan dalam beberapa
penelitian sebelumnya. Penelitian yang dilakukan oleh (Aspiawati, 2018) di SMK
Negeri 2 Makassar mendapatkan bahwa setelah dilakukan pendidikan kesehatan
dengan media audio visual, terjadi peningkatan pengetahuan HIV/AIDS dari nilai
rata-rata sebesar 9,73 menjadi sebesar 19,23. Sementara itu, penelitian (Astuti,
2018) di SMPN 1 Bangsal Kabupaten Mojokerto, mendapatkan bahwa setelah
dilakukan pendidikan kesehatan dengan menggunakan metode audio visual
dapat meningkatkan persepsi positif tentang pencegahan HIV/AIDS sebesar
59,4%.
Berdasarkan latar belakang diatas, dapat disimpulkan bahwa diperlukan
pendidikan kesehatan untuk dapat meningkatkan pengetahuan mengenai HIV
AIDS. Dengan adanya pengetahuan yang baik, diharapkan akan terbentuk
pemahaman yang baik dan respon positif yang akhirnya dapat membentuk
perilaku pencegahan HIV/AIDS. Metode pendidikan kesehatan yang banyak
digunakan dan dianggap baik yaitu dengan menggunakan media audio visual
dengan berbagai kelebihannya. Untuk itu, peneliti tertarik untuk melakukan
pengkajian studi literatur mengenai ”Pengaruh Pendidikan Kesehatan
Menggunakan Audio Visual terhadap Pencegahan HIV/AIDS”.

5
1.2 Identifikasi Masalah
Berdasarkan uraian diatas, identifikasi permasalahan pada penelitian ini
yaitu permasalahan HIV/AIDS memerlukan penanggulangan yang komprehensif
dan melibatkan banyak pihak. Sampai saat ini, masih banyak remaja yang
kurang memiliki pengetahuan tentang pencegahan HIV/AIDS. Diperlukan
pendidikan kesehatan untuk meningkatkan pengetahuan mengenai HIV AIDS.
Dengan adanya pengetahuan yang baik, diharapkan akan terbentuk pemahaman
yang baik dan respon positif yang akhirnya dapat membentuk perilaku
pencegahan HIV/AIDS. Metode pendidikan kesehatan yang banyak digunakan
dan dianggap baik yaitu dengan menggunakan media audio visual dengan
berbagai kelebihannya.
1.3 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, maka perumusan masalah dalam
penelitian ini bagaimanakah kajian literatur mengenai pengaruh pendidikan
kesehatan menggunakan audio visual terhadap pencegahan HIV/AIDS pada
remaja?.
1.4 Tujuan Penelitian
1.4.1 Tujuan Umum
Diketahuinya pengaruh pendidikan kesehatan menggunakan audio visual
terhadap pencegahan HIV/AIDS pada remaja.
1.4.2 Tujuan Khusus
1. Teridentifikasinya literatur penelitian mengenai pengaruh pendidikan
kesehatan menggunakan audio visual terhadap pencegahan HIV/AIDS pada
remaja.
2. Terintegrasikannya hasil penelitian literatur mengenai pengaruh pendidikan
kesehatan menggunakan audio visual terhadap pencegahan HIV/AIDS pada
remaja.
1.5 Manfaat Penelitian
1.5.1 Manfaat Teoritis
1. Bagi Peneliti
Sebagai upaya dalam meningkatkan pengetahuan dan pengalaman
peneliti terkait HIV/AIDS serta upaya meningkatkan perilaku pencegahan
HIV/AIDS bagi remaja.

6
2. Bagi Peneliti Selanjutnya
Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai salah satu
referensi dalam melakukan penelitian lebih lanjut mengenai pengaruh
pendidikan kesehatan menggunakan audio visual terhadap pencegahan
HIV/AIDS pada remaja.
1.5.2 Manfaat Praktis
1. Bagi Institusi Kesehatan
Penelitian ini diharapkan bahan kajian dalam menentukan kebijakan
kesehatan mengenai program pencegahan dan penganggulangan penyakit
HIV/AIDS.
2. Bagi Remaja
Penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai sumber informasi
yang dapat menambah pengetahuan mengenai penyakit HIV/AIDS serta
upaya pencegahan agar terhindar dari penyakit HIV/AIDS

7
BAB II
TINJAUAN KEPUSTAKAAN

2.1 Konsep Teori


2.1.1 Konsep tentang Remaja
1. Pengertian
Remaja dalam beberapa istilah lain disebut puberteit, adolescence dan
youth. Dalam bahasa latin, remaja dikenal dengan kata adolescere dan
dalam bahasa inggir adolescence, yang berarti tumbuh menuju kematangan.
Kematangan yang dimaksud bukan hanya kematangan fisik saja namun juga
kematangan social dan psikologi. Remaja merupakan masa dimana individu
mengalami perubahan-perubahan dalam aspek kognitif (pengetahuan),
emosi (perasaan), social (interaksi) dan moral (akhlak). Masa remaja disebut
juga sebagai masa peralihan atau masa penghubung antara masa anak-
anak menuju masa dewasa (Wirenviona & Riris, 2020).
2. Karakteristik Remaja
Remaja awal memiliki ciri-ciri antara lain merakasan cemas pada
perkembangan fisik, hal ini berkaitan dengan perubahan fisik yang terjadi
pada remaja baik laki-laki maupun perempuan, pada remaja laki-laki seperti
tumbuh jakun, tumbuh bulu-bulu di seluruh tubuh termasuk kumis,
mengalami mimpi basah dan perubahan pada suara menjadi “sember” hal ini
berkaitan dengan dominannya hormon testosteron. Sedangkan pada remaja
perempuan mengalami menstruasi dan kadang disertai nyeri dan pusing
pada saat menstruasi, buah dada yang makin menonjol dan membesar,
perubahan ini bisa mempengaruhi psikologinya karena risih dengan dirinya
sendiri, takut diketahui teman dan orang lain.
Karakterisik berikutnya adalah rangsangan nafsu menguat, hal ini
terjadi akibat gejolak hormon yang mengakibatkan remaja merasakan
rangsangan dari nafsu seks. Respon yang biasanya diberikan oleh remaja
dalam menghadapi rangsangan nafsu seks ada dua jenis yaitu menjadi
sangat reaktif atau merasa malu dan menyembunyikannya, respon tersebut
berbeda-beda pada setiap remaja. Selanjutnya adalah mempermasalahkan
penampilan, remaja sangat peduli dengan penampilannya, hal yang
dilakukan remaja seperti berlama-lama di depan cermin, mengunci diri di

8
kamar, rajin ke salon, dan berbelanja baju-baju modis menyesuaikan tren.
Namun tidak semua remaja menonjolkannya ada remaja yang malu-malu
dan memilih diam dan tidak menonjolkan perubahannya dari segi
penampilan.
Karakteristk lainnya adalah mulai mengenal gank, remaja mulai
memilih temannya berdasarkan hobi yang sama termasuk olahraga, selera
musik, fashion dan lain-lain, sehingga mulai mengelompokan dirinya ke
kelompok-kelompok kecil (peer group), hal ini dapat menimbulkan rasa
berkompetisi dan iri hati di antara mereka yang kadang sampai pada
perkelahian dan percecokan. Pada umumnya, hal ini akan mereda pada saat
seorang remaja memasuki usia 17-19 tahun, mereka sudah menemui jati diri
dan kedewasaan dalam menghadapai usia reproduksi. Namun, pada remaja
yang mendapatkan dan mengalami pola asuh yang keliru atau pergaulan
bebas yang menyimpang, akan terus memiliki jiwa yang meletup-letup, nafsu
seks yang tak terkendali walaupun sudah berusia 20-an. Orang tua harus
menanamkan moral yang baik sejak masih kanak-kanak agar remaja tidak
memiliki perilaku yang menyimpang dalam kehidupannya (Paputungan,
2017).
3. Tahapan Tumbuh Kembang Remaja
Tahapan tumbuh kembang remaja terdiri dari beberapa tahap dengan
karakteristik khas di masing-masing tahapannya. Tahap pertama adalah
remaja awal (11-13 tahun)/early adolescence, pada masa ini remaja merasa
lebih dekat dengan teman sebaya dan bersifat egosentris serta ingin bebas.
Remaja yang egosentris akan kesulitan untuk melihat sesuatu hal dari
perspektif atau sudut pandang orang lain sehingga seringkali tidak
menyadari apa yang orang lain pikirkan, rasakan dan lihat. Remaja
egosentris kesulitan untuk menyesuaikan diri bahkan mengoreksi
pandangannya jika dirasa pandangannya tersebut tidak sesuai dengan
kondisi/lingkungan sekitar (Wirenviona & Riris, 2020).
Tahap kedua adalah remaja pertengahan (14-17 tahun)/middle
adolescence. Pada tahap ini bentuk fisik semakin sempurna, dimana hal-hal
yang terjadi yaitu mencari identitas dirim timbul keinginan untuk berkencan
dengan lawan jenis dan berkhayal tentang aktivitas seks. Perkembangan
intelektual semakin baik dengan mengetahui dan mengeksplosr kemampuan

9
diri. Selain itu, remaja akan merasakan jiwa social yang mulai tinggi seperti
keinginan untuk menolong orang lain dan belajar bertanggung jawab
(Wirenviona & Riris, 2020).
Tahap ketiga yaitu remaja akhir (18-21 tahun)/late adolescence,
dimana pada masa ini disebut dewasa muda karena mulai meninggalkan
dunia kanak-kanak. Transisi dalam nilai-nilai moral pada remaja dimulai
dengan meninggalkan nilai-nilai yang dianutnya dan menuju nilai-nilai yang
dianut orang dewasa. Remaja lebih selektif dalam mencari teman sebaya,
mempunyai citra tubuh (body image) terhadap dirinya sendiri, dapat
mewujudkan rasa cinta dan belajar menyesuaikan diri dengan norma-norma
yang berlaku. Remaja akan mulai merasakan beban atau tanggung jawab
dalam mencari pendidikan yang baik atau pekerjaan yang lebih mapan
(Wirenviona & Riris, 2020).
4. Perkembangan Fisik Remaja
Perkembangan fisik remaja berbeda pada anak laki-laki dan
perempuan. Pada anak perempuan ditandai dengan pertumbuhan tulang-
tulang (badan menjadi tinggi, anggota-anggota badan menjadi panjang),
Pertumbuhan payudara, tumbuh bulu yang halus dan lurus berwarna gelap
di kemaluan, mencapai pertumbuhan ketinggian badan yang maksimal
setiap tahunnya, bulu kemaluan menjadi keriting, mengalami haid dan
tumbuh bulu-bulu ketiak. Sedangkan pada anak laki-laki ditunjukkan dengan
pertumbuhan tulang-tulang, testis membesar, tumbuh bulu kemaluan yang
halus, lurus, dan berwarna gelap, awal perubahan suara, ejakulasi, bulu
kemaluan keriting, pertumbuhan tinggi badan mencapai tingkat maksimal
setiap tahunnya, tumbuh bulu-bulu halus di wajah (kumis, jenggot),
tumbuhnya bulu ketiak, akhir perubahan suara, rambut-rambut di wajah
bertambah gebal dan gelap serta tumbuh bulu di dada(Utomo, 2019).
Selanjutnya dikatakan juga bahwa hormon genadotropic mulai positif
ada dalam air seni. Hormon inilah yang bertanggung jawab sebagian pada
pertumbuhan tanda-tanda seksual dan bertanggung jawab penuh dalam
produksi sel-telur dan spermatozoa. Berdasarkan penjelasan di atas dapat
disimpulkan bahwa pada masa remaja terjadi perkembangan fisik baik laki-
laki dan perempuan, terjadi perubahan pada saat kanak-kanak ke masa

10
remaja, seperti contohnya tumbuh rambut di sekitar kemaluan (Utomo,
2019).
2.1.2 Konsep tentang HIV/AIDS
1. Pengertian HIV/AIDS
Human Immunodeficiency Virus (HIV) merupakan retrovirus yang
menjangkiti sel-sel sistem kekebalan tubuh manusia (terutama CD4 positif T-
sel dan makrofag komponen-komponen utama sistem kekebalan sel), dan
menghancurkan atau mengganggu fungsinya. Infeksi virus ini
mengakibatkan terjadinya penurunan sistem kekebalan yang terus-menerus,
yang akan mengakibatkan defisiensi kekebalan tubuh (Rahman et al., 2019).
AIDS adalah suatu kumpulan gejala penyakit kerusakan system kekebalan
tubuh, penyakit ini bukan pada penyakit bawaan tetapi didapat dari hasil
penularan. Penyakit ini disebabkan oleh immunodeficiency virus (HIV).
Penyakit ini telah menjadi masalah internasional karena dalam waktu yang
relatif singkat terjadi peningkatan jumlah pasien dan semakin melanda
dibanyak Negara (Hestika, 2016).
Acquired immune deficiency syndrome (AIDS) disebabkan oleh infeksi
HIV dan ditandai dengan berbagai gejala klinik, termasuk immunodefisiensi
berat disertai infeksi oportunistik dan kegananasan, dan degenerasi susunan
saraf pusat. Virus HIV menginfeksi berbagai jenis sel sistem imun termasuk
sel T CD4+, makrofag dan sel dendritik. Tingkat HIV dalam tubuh dan
timbulnya berbagai infeksi tertentu merupakan indikator bahwa infeksi HIV
telah berkembang menjadi AIDS. Menurut Depkes RI (2003), AIDS adalah
singkatan dari Acquired Immune Deficiency Syndrome yang merupakan
dampak atau efek dari perkembang biakan virus HIV dalam tubuh makhluk
hidup. Sindrom AIDS timbul akibat melemah atau menghilangnya sistem
kekebalan tubuh karena sel CD4 pada sel darah putih yang banyak
dirusakoleh Virus HIV.21 Pada tahun 1993, CDC memperluas definisi AIDS,
yaitu dengan memasukkan semua orang HIV positif dengan jumlah CD4+ di
bawah 200 per μL darah atau 14% dari seluruh limfosit (Rahman et al.,
2019).

11
2. Kelompok Berisiko HIV/AIDS
Kelompok risiko tertular HIV/AIDS sebagai berikut (Tyasari, 2018):
a. Pengguna napza suntik: menggunakan jarum secara bergantian
b. Pekerja seks dan pelanggan mereka: keterbatasan pendidikan dan
peluang untuk kehidupan yang layak memaksa mereka menjadi pekerja
seks
c. Lelaki yang berhubungan seks dengan lelaki
d. Narapidana
e. Pelaut dan pekerja di sektor transportasi
f. Pekerja boro (migrant worker): melakukan hubungan seksual berisiko
seperti kekerasan seksual, hubungan seksual dengan orang yang
terinfeksi.
AIDS dapat menyerang semua golongan umur, termasuk bayi, pria
maupun wanita. Yang termasuk kelompok resiko tinggi adalah (Tyasari,
2018):
a. Lelaki homoseksual atau biseks
b. Bayi dari ibu/bapak terinfeksi
c. Orang yang ketagihan obat intravena
d. Partner seks dari penderita AIDS
e. Penerima darah atau produk (transfusi)
3. Etiologi HIV/AIDS
Penyebab AIDS adalah sejenis virus yang tergolong retrovirus yang
disebut Human Immunodeficiency Virus (HIV). Dalam bentuknya yang asli
merupakan partikel yang inert, tidak dapat berkembang atau melukai sampai
masuk ke sel target. Sel target virus ini terutama sel limfosit T, karena
mempunyai reseptor untuk virus HIV yang disebut FD-4. Dalam sel lymfosit
T, virus dapat berkembang dan seperti retrovirus yang lain, dapat tetap hidup
lama dalam sel dengan keadaan inaktif. Walaupun demikian, virus dalam
tubuh pengidap HIV selalu dianggap infeksius yang setiap saat dapat aktif
dan dapat ditularkan selama hidup penderita tersebut (Irwan, 2019).
Secara morfologis, HIV terdiri atas 2 baian besar yaitu bagian inti
(core) dan bagian selubung (envelop). Bagian inti berbentuk silindris
tersusun atas dua untaian RNA (Ribonucleic Acid). Enzim reverce
transcriptase dan beberapa jenis prosein. Bagian selubung terdiri atas lipid

12
dan glikoproteim (gp 41 dan gp 120). Gp 120 berhubungan dengan reseptor
lymfosit (T4) yang rentan. Karena bagian luar virus (lemak) tidak tahan
panas, bahan kimia, maka HIV termasuk virus sensitive terhadap pengaruh
lingkungan seperti air mendidih, sinar matahari dan mudah dimatikan
dengan berbagai disinfektan seperti ater, aseton, alcohol, jodium hipoklorit
dan sebatainya, tetapi relative resisten terhadap radiasi dan sinar ultraviolet.
Virus HIV hidup dalam darah, savila, semen, air mata dan mudah mati di luar
tubuh. HIV juga dapat ditemukan dalam sel monosit, makrotag dan sel glia
jaringan otak (Irwan, 2019).
4. Tanda dan Gejala
Gejala penyakit HIV/AIDS tidak akan selalu muncul ketika terinfeksi
AIDS, beberapa orang menderita sakit mirip flu dalam waktu beberapa hari
hingga beberapa minggu setelah terpapar virus. Mereka mengeluh demam,
sakit kepala, kelelahan dan kelenjar getah bening membesar di leher. Gejala
HIV/AIDS bisa jadi salah satu/lebih dari ini semua biasanya hilang dalam
beberapa minggu. Perkembangan penyakit sangat bervariasi setiap
orangnya. Kondisi ini apat berlangsung dari beberapa bulan sampai lebih
dari 10 tahun. Selama periode ini, virus terus berkembang secara aktif
menginfeksi dan membunuh sel-sel kekebalan tubuh. Sistem kekebalan
memungkinkan kita untuk melawan bakteri, virus dan penyebab infeksi
lainnya. Virus HIV menghancurkan sel-sel yang berfungsi sebagai “pejuang”
infeksi primer yang disebut sebagai CD4 + atau sel T4. Setelah system
kekbalan melemah gejala HIV/AIDS akan muncul. Gejala AIDS adalah tahap
yang paling maju dalam infeksi HIV. Orang yang terinfeksi HIV/AIDS memiliki
kurang 200 CD4 + sel per microliter darah. Adapun tanda klinis penderita
AIDS antara lain berat badan menurun >10% dalam 1 bulan, diare kronis
yang berlangsung >1 bulan, demam berkepanjangan >1 bulan, penurunan
kesadaran dan gangguan neurologis dan dimensia/HIV ensefalopati (Irwan,
2019).
5. Gambaran Klinis
Gambaran klinis HIV dapat disebabkan HIV-nya sendiri (sindrom
retroviral akut, dimensia HIV, infeksi opurtunistik, atau kanker yang terkait
AIDS). Suryani, 2011 dalam (Matte, 2018) menyatakan bahwa perjalanan
penyakit HIV dibagi dalam tahap-tahap berdasarkan klinis dan jumlah CD4.

13
Infeksi HIV secara umum dapat dibagi dalam empat stadium yang berbeda.
Stadium 1 yaitu infeksi akut (CD4 = 500-1000/mm), dimana stadium ini
terjadi setelah masa inkubasi 3-6 minggu. Gejala berlangsung selama 1-2
minggu. Pada stadium ini timbul gejala-gejala mirip flu termasuk demam,
artralgia, malaise, dan anoreksia.Timbul juga gejala kulit (bercak-bercak
merah, ultikaria), gejala saraf (sakit kepala, kaku kuduk) dan gangguan
gastrointestinal (nausea, vomitus, diare, nyeri perut). Gejala-gejala ini
bersesuaian dengan pembentukan awal antibody terhadap virus. Gejala
akan hilang setelah respon imun awal menurunkan jumlah partikel virus,
walaupun virus tetap dapat bertahan pada sel-sel lain yang terinfeksi. Fase
ini sangat menular karena terjadi viremia. Selama stadium ini, ada sejumlah
besar HIV pada darah perifer dan sistem imunpun mulai berespon terhadap
virus dengan memproduksi antibody HIV dan limfosit sitotoksik.
Serokonveksi terjadi pada fase ini dan antibody virus mulai dapat dideteksi
3-6 bulan setelah infeksi.
Stadium 2 yaitu stadium Asimtomatik Klinis (CD4=500-750/mm).
Stadium ini dapat berlangsung lebih dari 10 tahun, stadium ini seperti
namanya, bebas dari gejala-gejala mayor, meskipun sebenarnya terjadi
replikasi virus secaraa lambat didalam tubuh. Dapat juga terjadi
Limfadenopati Generalisata Persisten (LPG). Pada fase ini sudah mulai
terjadi pennurunan jumlah CD4 tetapi masih berdapa pada tingkat yang
sangat rendah tetapi orang tetap terinfeksi dan antibodi HIV dapat dideteksi
di dalam darah, sehingga tes antibodi akan menunjukkan hasil positif (Matte,
2018).
Stadium 3 yaitu Infeksi HIV Simtomatik (CD$= 100- 500). Pada
stadium ini terjadi penurunan CD4 yang progresif. Terjadi penyakit-penyakit
infeksi kronis tapi tidak mengancam kehidupan. Seiring dengan berjalannya
waktu sistem imun menjadi sangat rusak oleh HIV. Hal ini disebabkan oleh 3
alasan utama yaitu kelenjar linfe dan jaringan menjadi rusak akibat aktivitas
bertahun-tahun, HIV bermutasi dan menjadi lebih patogen dengan kata lain
kuat dan lebih bervariasi serta tubuh gagal dalam mengganti sel-sel T
penolong yang hilang karena kegagalan sistem imun, gejala-gelajapun
berkembang kebanyakan gejala-gejala tersebut tidak terlalu berat, tetapi
karena sistem imun semakin rusak, gejala-gejalanya pun semakin

14
memburuk. Infeksi HIV asimtomatik terutama disebabkan oleh kanker dan
infeksi oportunistik yang secara normal dicegah oleh sistem imun (Matte,
2018).
Stadium 4 yaitu perkembangan dari HIV ke AIDS. AIDS merupakan
stadium akhir dari infeksi HIV, penderita dinyatakan mengidap AIDS bila
dalam perkembangan infeksi selanjutnya menunjukkan infeks-infeksi dan
kanker oportunistik yang mengancam jiwa penderita dan jumlah CD4
mencapai < 200/mm. Karena sistem imun menjadi semakin rusak, penyakit-
penyakit yang terjadi menjadi semakin menuju kepada diagnosa AIDS
(Matte, 2018).
6. Cara Penularan
Penyebaran virus HIV dapat melalui aktivitas yang melibatkan kontak
dengan cairan tubuh. Cairan tubuh yang potensial menjadi media penularan
HIV adalah darah, cairan mani, cairan vagina, dan di dalam air susu ibu
(ASI). Pada umumnya resiko penularan HIV/AIDS terjadi melalui hubungan
seksual (homoseksualitas maupun heteroseksualitas). Penularan melalui
darah biasanya dengan perantara transfusi darah/produk darah, alat suntik
atau alat medis lain (narkoba, tato), perinatal (ibu hamil ke janin) (Muslimin,
2016).
Virus HIV menular melalui enam cara penularan yaitu yang pertama
melalui hubungan seksual secara vaginal, anal dan oral dengan penderita
Human Immunodeficiency Virus (HIV) tanpa menggunakan perlindungan
bisa menularkan HIV. Selama hubungan seksual berlangsung, air mani,
cairan vagina, dan darah dapat mengenai selaput lendir vagina, penis, dubur
atau mulut sehingga HIV yang terdapat dalam cairan tersebut masuk ke
dalam aliran darah. Selama berhubungan juga dapat menimbulkan lesi mikro
pada dinding vagina, dubur dan mulut yang bisa menjadi jalan HIV untuk
masuk ke aliran darah pasangan seksual (Anggraeni, 2018).
Penularan HIV dari ibu dapat terjadi pada saat kehamilan, berdasarkan
laporan CDC Amerika, prevelensi penularan HIV dari ibu ke bayi adalah
0,01% sampai 0,7%. Bila ibu baru terinfeksi HIV dan belum ada gejala AIDS,
kemungkinan bayi terinfeksi sebanyak 20% sampai 35%, sedangkan gejala
AIDS sudah jelas pada ibu mencapai 50%. Penularan juga terjadi selama
proses persalinan melalui tranfusi fetomaternal atau kontak antara kulit atau

15
membran mukosa bayi dengan darah atau sekresi maternal saat melahirkan.
Semakin lama proses melahirkan, semakin besar risiko terjadinya penularan.
Oleh karena itu, lama persalinan bisa dipersingkat dengan operasi Sectio
Caesaria (SC). Transmisi lain terjadi selama periode post partum melalui Air
Susu Ibu (ASI) (Anggraeni, 2018).
Penularan HIV/AIDS dapat terjadi melalui darah dan produk darah
yang tercemar HIV/AIDS. Penularan HIV/AIDS sangat cepat karena virus
langsung masuk ke dalam pembuluh darah dan menyebar ke seluruh tubuh.
Pemakaian alat kesehatan yang tidak steril, alat pemeriksaan kandungan
seperti spekulum, tenakulum, alat-alat yang menyentuh darah, cairan vagina
atau air mani yang terinfeksi Human Immunodeficiency Virus (HIV), dan
langsung digunakan untuk orang lain yang tidak terinfeksi bisa menularkan
HIV. Penularan juga dapat terjadi melalui alat-alat untuk menoreh kulit, Alat
tajam dan runcing seperti jarum, pisau, silet, menyunat seseorang, membuat
tato, memotong rambut bisa menularkan Human Immunodeficiency Virus
(HIV). Karena alat tersebut di pakai tanpa disterilkan terlebih dahulu.
Penularan juga dapat terjadi melalui penggunan alat jarum suntik secara
bergantian. Jarum suntik yang di gunakan fasilitas kesehatan, maupun yang
digunakan oleh pengguna narkoba Injecting Drug User (IDU) sangat
berpotensi menularkan Human Immunodeficiency Virus (HIV). Selain jarum
suntik, pada para pemakai Injecting Drug User (IDU) secara bersama-sama
juga menggunakan tempat penyampur, pengaduk, dan gelas pengoplos
obat, sehingga berpotensi tinggi untuk menularkan Human
Immunodeficiency Virus (HIV) (Anggraeni, 2018).
7. Tindakan Pencegahan
Tindakan pencegahan yang dilakukan adalah menghindari hubungan
seksual dengan penderita HIV atau penderita AIDS, mencegah hubungan
dengan pasangan yang bergonta-ganti atau dengan orang yang mempunyai
banyak pasangan, menghindari hubungan seksual dengan pecandu
narkotika obat suntik, melarang orang-orang yang termasuk ke dalam
kelompok beresiko tinggi untuk melakukan donor darah, memberikan
transfusi darah hanya untuk pasien yang benar-benar memerlukan, dan
memastikan sterilitas alat suntik.

16
Dengan memberikan pendidikan kesehatan atau informasi kesehatan
pada siswa atau sasaran dipergunakan berbagai media agar informasi yang
disampaikan dapat diterima dan di pahami oleh sasaran sehingga dapat
melakukan perilaku yang diharapkan dari berbagai media dalam pendidikan
kesehatan, media cetak, berupa leaflet dan media elektronik berupa video
merupakan media yang sering digunakan oleh tenaga pendidik atau
educator kesehatan (Wasludin, 2019).
8. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan klinis infeksi HIV/AIDS dikonsentrasikan pada terapi
umum dan terapi khusus serta pencegahan penularan yang meliputi
penderita dianjurkan untuk berisitirahat dan meminimalkan tingkat kelelahan
akibat infeksi kronis, dukungan nutrisi yang adekuat berbasis makronutrien
dan mikronutrien, konseling termasuk pendekatan psikologis dan
psikososial, motivasi dan pengawasan dalam pemberian antiretroviral
therapy (ARV), membiasakan gaya hidup sehat antara lain dengan
berolahraga yang ringan dan teratur, mencegah hubungan seksual dengan
pasangan yang berganti-ganti atau orang yang mempunyai banyak
pasangan (Muslimin, 2016).
2.1.3 Konsep tentang Pendidikan Kesehatan/Penyuluhan Kesehatan
1. Pengertian Pendidikan Kesehatan
Pendidikan kesehatan merupakan proses belajar ada individu,
kelompok atau masyarakat dari tidak tahu menjadi tahu, dan dari tidak
mampu mengatasi masalah kesehatan sendiri menjadi mandiri. Sehingga
pendidikan kesehatan merupakan suatu usaha atau kegiatan untuk
membantu individu, kelompok dan masyarakat dalam meningkatkan
kemampuan baik pengetahuan, sikap maupun ketrampilan agar tercapai
hidup sehat secara optimal (Apilaya, 2016).
Pendidikan kesehatan pada hakekatnya adalah suatu kegiatan atau
usaha menyampaikan pesan kesehatan kepada masyarakat, kelompok, atau
individu. Dengan adanya pesan tersebut maka diharapkan masyarakat,
kelompok, atau individu dapat memperoleh pengetahuan tentang kesehatan
yang lebih baik. Pengetahuan tersebut akhirnya diharapkan dapat
berpengaruh terhadap perilaku. Dengan kata lain, adanya promosi tersebut

17
diharapkan dapat membawa akibat terhadap perubahan perilaku sasaran
(Kusuma & Indarjo, 2017).
2. Sasaran Pendidikan Kesehatan
Menurut (Kemenkes RI, 2011), menyatakan dalam pelaksanaan
pendidikan (promosi) kesehatan dikenal adanya 3 (tiga) jenis sasaran, yaitu
sasaran primer (utama) upaya pendidikan kesehatan sesungguhnya adalah
pasien, individu sehat dan keluarga (rumah tangga) termasuk anak-anak
sebagai komponen dari masyarakat. Akan tetapi disadari bahwa mengubah
perilaku bukanlah sesuatu yang mudah. Selanjutnya adalah sasaran
sekunder yaitu para pemuka masyarakat, baik pemuka informal (misalnya
pemuka adat, pemuka agama dan lain-lain) maupun pemuka formal
(misalnya petugas kesehatan, pejabat pemerintahan dan lain-lain), organisasi
kemasyarakatan dan media massa. Terakhir adalah sasaran tersier yaitu
para pembuat kebijakan publik yang berupa peraturan perundang-undangan
di bidang kesehatan dan bidang-bidang lain yang berkaitan serta mereka
yang dapat memfasilitasi atau menyediakan sumber daya.
3. Tujuan dan Manfaat
Tujuan pendidikan kesehatan/promosi kesehatan adalah meningkatkan
kemampuan baik individu, keluarga, kelompok dan masyarakat agar mampu
hidup sehat dan mengembangkan upaya kesehatan yang bersumber
masyarakat serta terwujutnya lingkungan yang kondusif untuk mendorong
terbentuknya kemampuan tersebut. Berdasarkan misi advokasi, bertujuan
untuk meyakinkan para pemangku kebijakan bahwa program kesehatan akan
yang dijalankan penting dan membutuhkan dukungan kebijakan atau
keputusan dari pejabat. Berdasarkan misi mediasi, bertanggungjawab untuk
memediasi berbagai kepentingnan berbagai sector yang terlibat untuk
meningkatkan status kesehatan masyarakat (Nurmala, 2020).
Berdasarkan misi memampukan, promosi kesehatan berfokus pada
keadilan dan pemerataan sumber daya kesehatan untuk semua lapisan
masyarakat. Hal ini mencakup memastikan setiap orang di masyarakat
memiliki lingkungan yang kondunsif untuk berperilaku sehat, memiliki akses
pada informasi yang dibutuhkan untuk kesehatannya dan memiliki
keterampilan dan membuat keputusan yang dapat meningkatkan status
kesehatan (Nurmala, 2020).

18
4. Metode Pendidikan Kesehatan
Berdasarkan sasarannya, metode dan teknik pendidikan kesehatan
dibagi menjadi 3 yaitu (Maulida, 2019):
a. Metode pendidikan kesehatan individual yang digunakan apabila antara
promoter kesehatan dan sasaran atau kliennya dapat berkomunikasi
langsung, baik bertatap muka (face to face) maupun melalui sarana
komunikasi lainnya, misal telepon.
b. Metode pendidikan kesehatan kelompok yang digunakan untuk sasaran
kelompok. Sasaran kelompok dibedakan menjadi 2 yaitu kelompok kecil
kalau kelompok sasaran terdiri antara 6-15 orang, Misalnya; diskusi
kelompok, metode curahan pendapat (brain storming), bola salju (snow
ball), bermain peran (role play) dan metode permainan simulasi
(simulation game). Kelompok besar, jika sasaran tersebut diatas 15
sampai dengan 50 orang Misalnya; ceramah, seminar dan loka karya.
c. Metode pendidikan kesehatan massa. Metode dan teknik pendidikan
kesehatan untuk massa yang sering digunakan adalah ceramah umum,
misalnya dilapangan terbuka dan tempat-tempat umum, penggunaan
media massa elektronik, seperti radio dan televisi yang dirancang dengan
berbagai bentuk, misalnya talk show, dialog interaktif, simulasi, dan
sebagainya, penggunaan media cetak, seperti koran, majalah, buku,
leaflet, selebaran poster, dan sebagainya dalam bentuk antara lain artikel
tanya jawab, komik, dan sebagainya serta penggunaan media di luar
ruang, misalnya billboard, spanduk, umbul-umbul dan sebagainya.
Sementara itu, beberapa metode dalam memberikan pendidikan
kesehatan, yaitu (Sugiarto, 2016):
a. Metode ceramah (penyuluhan), yaitu pidato yang disampaikan oleh
seseorang pembicara didepan sekelompok pengunjung. Ada beberapa
keunggulan metode ceramah yaitu dapat digunakan pada orang dewasa,
penggunaan waktu yang efisien, dapat dipakai pada kelompok yang
besar, tidak terlalu banyak melibatkan alat bantu pengajaran serta dapat
dipakai untuk memberi pengantar pada pelajaran atau suatu kegiatan.
b. Diskusi kelompok yaitu percakapan yang direncanakan atau dipersiapkan
di antara tiga orang atau lebih tentang topik tertentu dengan seseorang
pemimpin. Ada beberapa keunggulan metode kelompok diantaranya

19
emberi kemungkinan untuk saling mengemukakan pendapat, merupakan
pendekatan yang demokratis, mendorong rasa kesatuan, dapat
memperluas pandangan atau wawasan serta problem kesehatan yang
dihadapi akan lebih menarik untuk dibahas karena proses diskusi
melibatkan semua anggota termasuk orang-orang yang tidak suka
berbicara.
c. Metode panel yaitu pembicaraan yang sudah direncanakan di depan
pengunjung tentang sebuah topik dan diperlukan tiga panelis atau lebih
serta diperlukan seorang pemimpin. Beberapa keunggulan metode panel
yaitu dapat membangkitkan pemikiran, dapat mengemukakan pandangan
yang berbeda-beda, mendorong para anggota untuk melakukan analisis
serta memberdayakan orang yang berpotensi.
d. Metode forum panel merupakan panel yang didalamnya individu ikut
berpartisipasi dalam diskusi. Keunggulan metode forum panel yaitu
memungkinkan setiap anggota berpartisipasi, memungkinkan peserta
menyatakan reaksinya terhadap materi yang sedang didiskusikan,
membuat peserta mendengar dengan penuh perhatian, memungkinkan
tanggapan terhadap pendapat panelis.
e. Metode permainan peran yaitu pemeran sebuah situasi dalam kehidupan
manusia dengan tanpa diadakan latihan, dilakukan oleh dua orang atau
lebih untuk dipakai sebagai bahan analisa oleh kelompok. Keunggulan
dari metode permainan peran antara lain dapat dipakai pada kelompok
besar dan kecil, membantu anggota untuk menganalisa situasi/masalah,
menambah rasa percaya diri peserta, membantu anggota mendapat
pengalaman yang ada pada pikiran orang lain serta membangkitkan
semangat untuk pemecahan masalah.
f. Metode symposium adalah serangkaian pidato pendek di depan
pengunjung dengan seorang pemimpin. Pidato-pidato tersebut
mengemukakan aspek-aspek yang berbeda dari topik tertentu.
Keunggulan metode ini yaitu dapat dipakai pada kelompok besar maupun
kecil, dapat mengemukakan banyak informasi dalam waktu singkat serta
pergantian pembicara menambah variasi dan menjadikan lebih menarik.
g. Metode demonstrasi, yaitu metode pembelajaran yang menyajikan suara
prosedur atau tugas, cara menggunakan alat, dan cara berinteraksi.

20
Keunggulan metode demonstrasi adalah, dapat membuat proses
pembelajaran menjadi lebih jelas dan lebih konkret, lebih mudah
memahami sesuatu karena proses pembelajaran menggunakan prosedur
atau tugas dengan dibantu dengan alat peraga, peserta didik dirangsang
untuk mengamati serta menyesuaikan teori dengan kenyataan dan dapat
melakukan sendiri.
a. Media atau Sarana Pembelajaran dalam Pendidikan Kesehatan
Media pendidikan kesehatan pada hakikatnya adalah alat bantu yang
dipergunakan dalam pendidikan kesehatan. Disebut media pendidikan
karena alat-alat tersebut merupakan alat saluran (chanel) yang digunakan
untuk mempermudah penerimaan pesanpesan kesehatan bagi masyarakat
atau klien. Dengan bantuan media pendidikan kesehatan ini diharapkan
tujuan dari pemberian materi kesehatan dapat dengan mudah dipahami oleh
klien (Novitasari, 2019).
Media dalam pendidikan kesehatan secara umum dibagi menjadi 3
macam yaitu (Jatmika et al., 2019):
a. Media cetak seperti booklet, leaflet, rubik dan poster,
b. Media elektronik merupakan suatu media bergerak yang dinamis, dapat
dilihat dan didengar dalam menyampaikan pesan-pesan kesehatan
seperti TV, radio, film, vidio film, cassete, CD, dan VCD.
c. Media luar ruangan yaitu media yang menyampaikan pesannya diluar
ruangan secara umum melalui media cetak dan elektronika secara statis,
misalnya papan reklame, spanduk, pameran, banner dan TV layar lebar.
Macam-macam media atau alat bantu pembelajaran antara lain:
1. Media auditif, yaitu media yang hanya dapat didengar saja atau media
yang hanya memiliki unsur suara, seperti radio dan rekaman suara
(Firmadani, 2020).
2. Media visual, yaitu media yang hanya dilihat saja, tidak mengandung
unsur suara, seperti film, slide, foto, transparasi, lukisan, gambar, dan
berbagai bentuk bahan yang dicetak seperti media grafis (Firmadani,
2020).
3. Media audio visual, yaitu jenis media yang selain mengandung unsur
suara juga mengandung unsur gambar yang bisa dilihat. Kemampuan

21
media ini dianggap lebih baik dan lebih menarik. Jenis media audio visual
antara lain:
a. Sound slide, media ini merupakan perpaduan antara media pandang
berupa slide dan media dengar berupa rekaman. Prinsip kerjanya
berupa pemroyeksikan slide yang telah diurutkan sehingga
menggambarkan urutan kejadian. Pemunculannya dilakukan disertai
narasi hasil pemutaran pita rekaman (Sari, 2020).
b. Film suara, pada dasarnya media ini sama dengan film bisu yang
disertai dengan karakteristik suara. Suara tidak berasal dari pita
rekaman seperti padaslide suara, melainkan sudah menjadi satu
dengan pita “celluloid” yang menjadi bahan pembuatan film tersebut.
Suara tersebut berupa komentar, dialog, monolog, suara musik,
maupun suara alam (Sari, 2020).
c. Televisi, media ini mempunyai karakteristik yang sama dengan film
maupun radio. Saluran informasi yang dipakai sama dengan film,
yakni lambang verbal, visual gerak, tetapi presentasinya sama
dengan radio, yaitu dengan cara mempresentasikan lewat pesawat
pemancar yang kemudian diterima oleh si penerima informasi (Sari,
2020).
d. VTR (Video Tape Recorder), dimana program media ini berupa
lambang rekaman verbal, visual dan gerak serta akan diputar kembali
pada saat diperlukan. Materi yang dapat direkam misalnya, cerita
untuk keperluan menyimak, mengarang, atau berbicara (Sari, 2020).
e. Media komputer yaitu mesin yang dirancang khusus untuk
memanipulasi informasi yang diberi kode, mesin elektronik yang
otomatis melakukan pekerjaan yang diperhitungkan sederhana dan
rumit. Komputer memiliki kemampuan untuk menggabungkan dan
mengendalikan berbagai peralatan lainnya, seperti crystal display
(CD) player, video tape, dan audio tape. Disamping itu, komputer
dapat merekan, menganalisis dan memberi reaksi kepada respon
yang diinput (Sari, 2020).
f. Liquid Crystal Display (LCD) Proyektor yaitu perangkat yang
mengintegrasikan sumber cahaya, sistem optik, elektronik dan display
dengan tujuan untuk memproyeksikan gambar atau video ke dinding

22
atau layar. Alat ini dapat membuat tampilan yang sangat besar dan
dapat dibawa dengan mudah serta fleksibilitas yang tinggi (Sari,
2020).
Alat bantu atau peraga atau media pendidikan adalah alat-alat yang
digunakan oleh pendidik dalam menyampaikan bahan pendidikan atau
pengajarannya. Keuntungan penggunaan media adalah sebagai berikut
(Kusuma & Indarjo, 2017):
a. Menimbulkan minat sasaran pendidikan;
b. Mencapai sasaran yang lebih banyak;
c. Membantu dalam mengatasi banyak hambatan dalam pemahaman;
d. Merangsang sasaran pendidikan untuk meneruskan pesan-pesan yang
diterima kepada orang lain;
e. Mempermudah penyampaian bahan pendidikan atau informasi oleh
pendidik;
f. Mempermudah penerimaan informasi oleh sasaran pendidikan;
g. Mendorong keinginan orang untuk mengetahui, kemudian lebih
mendalami dan akhirnya mendapatkan pengertian yang lebih baik;
h. Membantu menegakkan pengertian yang diperoleh
b. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Proses dan Hasil Pendidikan Kesehatan
Faktor-faktor yang mempengaruhi proses dan keberhasilan pendidikan
kesehatan yaitu (Rosymida, 2018):
1. Faktor materi atau hal yang dipelajari yang meliputi kurangnya
persiapan, kurangnya penguasaan materi yang akan dijelaskan oleh
pemberi materi, penampilan yang kurang meyakinkan sasaran, bahasa
yang digunakan kurang dapat dimengerti oleh sasaran, suara pemberi
materi yang terlalu kecil, dan penampilan materi yang monoton sehingga
membosankan.
2. Faktor lingkungan, dikelompokkan menjadi dua yaitu lingkungan fisik
yang terdiri atas suhu, kelembaban udara, dan kondisi tempat belajar
serta Lingkungan sosial yaitu manusia dengan segala interaksinya serta
representasinya seperti keramaian atau kegaduhan, lalulintas, pasar
dan sebagainya.
3. Faktor instrument yang terdiri atas perangkat keras (hardware) seperti
perlengkapan belajar alat - alat peraga dan perangkat lunak (software)

23
seperti kurikulum (dalam pendidikan formal), pengajar atau fasilitator
belajar, serta metode belajar mengajar.
4. Faktor kondisi individu subjek belajar, yang meliputi kondisi fisiologis
seperti kondisi panca indra (terutama pendengaran dan penglihatan)
dan kondisi psikologis, misalnya intelegensi, pengamatan,daya tangkap,
ingatan, motivasi, dan sebaginya.
2.1.4 Konsep tentang Media Audio Visual
1. Pengertian media audio visual
Media audio visuam merupakan jenis media yang selain mengandung
unsur suara juga mengandung unsur gambar yang bisa dilihat misalnya
rekaman video, berbagai ukuran film, slide suara dan lain sebagainya.
Kemampuan media ini dianggap lebih baik dan lebih menarik. Audio visual
terdiri dari 2 klasifikasi yaitu, audio visual diam yaitu media bersuara yang
menampilkan gambar diam seperti sund slide, film rangkai suara, serta audio
dengan visual bergerak yaitu media bersuara yang menampilkan gambar
bergerak seperti film suara dan video kaset (Ahmadi dan Hamidulloh, 2018).
Media audio visual adalah media yang mempunyai unsur suara dan
unsur gambar. Jenis ini mempunyai kemampuan yang lebih baik, karena
meliputi kedua jenis media auditif (mendengar) dan visual (melihat). Media
Audiovisual merupakan sebuah alat bantu audiovisual yang berarti bahan
atau alat yang dipergunakan dalam situasi belajar untuk membantu tulisan
dan kata yang diucapkan dalam menularkan pengetahuan, sikap, dan ide
(Budiman S, 2017).
Pemakaian media pembelajaran dalam proses belajar mengajar dapat
membangkitkan keinginan dan minat yang baru, membangkitkan motivasi
dan rangsangan kegiatan belajar, dan bahkan membawa pengaruh-
pengaruh psikologis terhadap siswa. Penggunaan media audio visual dapat
mempertinggi perhatian anak dengan tampilan yang menarik dan
menampilkan realitas materi dapat memberikan pengalaman nyata pada
siswa saat mempelajarinya sehingga mendorong adanya aktivitas diri
(Fujiyanto, 2016).
2. Macam-macam media audio visual
Media audio visual dibagi menjadi dua yaitu media audio visual gerak
yaitu media intruksional modern yang sesuai dengan perkembangan zaman

24
karena meliputi penglihatan, pendengaran, dan gerakan, serta menampilkan
unsure gambar yang bergerak. Jenis media yang termasuk dalam kelompok
ini adalah film, video, dan televisi. Selanjutnya adalah media audio visual
diam yaitu media yang menampilkan suara dan gambar diam seperti film
bingkai suara (sound slides), film rangkai suara, cetak suara (Ahmadi dan
Hamidulloh, 2018).
3. Kelebihan dan kekurangan penggunaan media audio visual
Media literasi audio visual mempunyai kemampuan yang lebih karena
media ini mengandalkan dua indera sekaligus yaitu indera pendengaran dan
indra penglihatan. Dengan media tersebut diharapkan bisa membangkitkan
motivasi dalam belajar dan memperjelas materi yang disampaikan. Media
audio visual mempunyai kelebihan dan kekurangan sendiri-sendiri. Ada dua
media audio visual disini yaitu audio visual gerak dan audio visual diam
(Ahmadi dan Hamidulloh, 2018).
Kelebihan film sebagai media audio visual gerak yaitu film dapat
menggambarkan suatu proses, dapat menimbulkan kesan ruang dan waktu,
penggambarannya bersifat 3 (tiga) dimensional, suara yang dihasilkan dapat
menimbulkan realita pada gambar dalam bentuk ekspresi murni, dapat
menyampaikan suara seorang ahli sekaligus melihat penampilannya, film
dan video berwarna dapat menambah realita objek yang diperagakan dan
menggambarkan teori sain dan animasi. Kekurangan film sebagai media
audio visual gerak antara lain tidak dapat diselingi dengan keterangan-
keterangan yang diucapkan sewaktu film diputar karena penghentian
pemutaran dapat menganggu konsentrasi, audien tidak akan dapat
mengikuti dengan baik kalau film diputar terlalu cepat, apa yang telah lewat
sulit untuk diulang kecuali memutar kembali secara keseluruhan serta biaya
pembuatan dan peralatan cukup tinggi dan mahal (Ahmadi dan Hamidulloh,
2018).
Sementara itu, kelebihan video sebagai media audio visual gerak yaitu
dapat menarik perhatian untuk periode yang singkat dari rangsangan
lainnya, dengan alat perekam pita video sejumlah besar penonton dapat
memperoleh informasi dari ahli/spesialis, demonstrasi yang sulit bisa
dipersiapkan dan direkam sebelumnya sehingga dalam waktu mengajar guru
dapat memusatkan perhatian dan penyajiannya, menghemat waktu dan

25
rekaman dapat diputar berulang-ulang, keras lemah suara dapat diatur dan
disesuaikan bila akan disisipi komentar yang akan di dengar. Guru dapat
mengatur dimana akan menghentikan gerakan gambar, ruangan tidak perlu
digelapkan waktu penyajian. Kekurangan video yaitu perhatian penonton
sulit dikuasai partisipasinya jarang dipraktekkan, sifat komunikasi yang satu
arah harus diimbangi dengan pencarian bentuk umpan balik yang lain,
kurang mampu menampilkan detail dari objek yang disajikan secara
sempurna (Ahmadi dan Hamidulloh, 2018).
Kelebihan televise yaitu bersifat langsung dan nyata serta dapat
menyajikan peristiwa yang sebenarnya, memperluas tinjauan kelas,
menciptakan kembali peristiwa masa lampau, mempertunjukkan banyak hal
dan banyak segi yang beraneka ragam, mempergunakan sumber-sumber
masyarakat, menarik minat, melatih guru baik dalam pre service maupun
intervice training, masyarakat diajak berpartisipasi dalam rangka
meningkatkan perhatian terhadap sekolah. Kekurangan televise antara lain
hanya mampu menyajikan komunikasi satu arah, pada saat disiarkan akan
berjalan terus dan tidak ada kesempatan untuk memahami pesan-pesan
sesuai dengan kemampuan individual siswa, guru tidak memiliki kesempatan
untuk merevisi tayangan sebelum disiarkan, layar TV tidak mampu
menjangkau kelas besar sehingga sulit bagi semua siswa untuk melihat
secara rinci gambar yang disiarkan, kekhawatiran muncul bahjwa siswa tidak
memiliki hubungan pribadi dengan guru dan siswa bisa jadi bersifat pasif
(Ahmadi dan Hamidulloh, 2018).
Sebagai media audio visual diam, film bingkai memiliki kelebihan
materi pelajaran yang sama dapat disebarkan ke seluruh siswa secara
serentak, perhatian anak-anak dapat dipusatkan pada satu butir tertentu,
fungsi berpikir penonton dirangsang dan dikembangkan secara bebas, film
bingkai berda di bawah control guru, dapat dilakukan secara klasikal maupun
individu, penyimpanan mudah, dapat mengawasi sebuah keterbatasan ruang
waktu dan indera, mudah direvisi/diperbaiki baik visual maupun audionya,
relative sederhana, murah dibandingkan dengan media tv atau film serta
program dibuat dalam waktu singkat. Sementara itu, kelemahan film bingkai
adalah program film bingkai yang terdiri dari gambar-gambar lepas mudah
hilang atau tertukar bila penyimpanan kurang baik, hanya mampu

26
menyajikan objek-objek secara diam, penggunaan program slide suara
memerlukan ruang yang gelap, biaya jauh lebih mahal (Ahmadi dan
Hamidulloh, 2018).
Kelebihan film rangkai yaitu kecepatan penyajian film rangkai bisa
diatur, mempersatukan berbagai media pendidikan yang berbeda dalam satu
rangkai, ukurang gambar sudah pasti, penyimpanan mudah, reproduksi
dalam jumlah besar relative lebih mudah, dapat untuk belajar kelompok
mauipun individual. Kelemaham pokok film rangkai sulit diedit atau direvisi
karena sudah merupakan satu rangkaian, sukar dibuat sendiri secara local
juga memerlukan peralatan laboratorium yang dapat merubah film bingkai ke
film rangkai (Ahmadi dan Hamidulloh, 2018).
4. Fungsi Media Audio Visual
Media audio visual mempunyai berbagai macam fungsi antara lain
mampu memberikan rangsangan yang bervariasi pada otak, sehingga otak
dapat berfungsi secara optimal, mengatasi keterbatasan pengalaman yang
dimiliki oleh para siswa, dapat melampaui batas ruang kelas, menghasilkan
keseragaman pengamatan, membangkitkan keinginan dan minta baru dan
membangkitkan motivasi dan merangsang untuk belajar (Ulum, 2018).

27
2.2 Kerangka Teori
HIV/AIDS

KELOMPOK
RESIKO (Remaja)

1. Menghindari hubungan
Pendidikan PERILAKU seksual dengan penderita
Kesehatan PENCEGAHAN HIV atau penderita AIDS,
2. Mencegah hubungan dengan
pasangan yang bergonta-
Metode : ganti atau dengan orang yang
1. Metode Ceramah mempunyai banyak
(Penyuluhan) pasangan,
3. Menghindari hubungan
2. Metode Diskusi Kelompok
seksual dengan pecandu
3. Metode panel narkotika obat suntik,
4. Metode Forum Panel 4. Melarang orang-orang yang
5. Metode permainan Peran termasuk ke dalam kelompok
6. Metode symposium beresiko tinggi untuk
melakukan donor darah,
5. Memberikan transfusi darah
Media : hanya untuk pasien yang
benar-benar memerlukan,
1 Media auditif
6. Memastikan sterilitas alat
2 Media visual suntik
3 Media audio visual

Sumber : (Firmadani, 2020), (Kusuma & Indarjo, 2017)


Gambar 1 Bagan Kerangka Teori

28
BAB III
METODE PENELITIAN

3.1 Desain Penelitian


Desain yang digunakan adalah desain naratif deskriptif dengan pendekatan
literature review (studi literatur). Studi literature merupakan metode pengumpulan
data dengan cara mencari dan membaca sumber-sumber tertulis yang ada
seperti buku atau literature yang menjelaskan tentang landasan teori. Literatur
review dibuat dengan bersumber pada buku, jurnal serta publikasi lainnya terkait
dengan topik yang diteliti (Rusmawan, 2019).
Pada Penelitian ini, peneliti melakukan kajian dan analisis hasil literatur
penelitian sebelumnya yang relevan mengenai pengaruh pendidikan kesehatan
menggunakan audio visual terhadap pencegahan HIV/AIDS pada remaja.
3.2 Waktu Penelitian
Penelitian studi literatur direncanakan dilaksanakan pada bulan Juli-
September 2020.
3.3 Sumber Data
Sumber data pada studi literatur yang digunakan dalam penelitian ini
berasal dari jurnal, artikel ilmiah, skripsi, karya tulis yang relevan mengenai
pengaruh pendidikan kesehatan menggunakan audio visual terhadap
pencegahan HIV/AIDS pada remaja. Literatur tersebut didapatkan dari situs
google cendekia dan Indonesia One Search.
3.4 Variabel Penelitian
Variabel bebas pada penelitian ini adalah pendidikan kesehatan melalui
audio visual. Sementara itu, variabel bebas adalah pencegahan HIV/AIDS.
3.5 Teknik Pengumpulan Data
Strategi dalam pengumpulan jurnal berbagai literatur dengan
menggunakan situs jurnal yang sudah terakreditasi google cendekia dan
Indonesia One Search. Cara penulisan yang efektif untuk setting jurnal dengan
memasukkan kata kunci sesuai judul penulisan dan melakukan penelusuran
berdasarkan
Literatur penelitian yang sesuai dengan kriteria inklusi kemudian diambil
untuk selanjutnya dianalisis. Kriteria inklusi yang digunakan dalam studi literatur
ini:

29
1. Judul literatur mempunyai relevansi dengan tujuan penelitian yaitu pengaruh
pendidikan kesehatan menggunakan audio visual terhadap pencegahan
HIV/AIDS.
2. Literatur penelitian full text (bukan hanya abstrak)
3. Tidak memerlukan login repository berupa user name dan password.
4. Literaratur merupakan terbitan 5 tahun terakhir (2016-2020).
5. Metode penelitian dalam literature merupakan studi kuantitatif yang disertai
analisis bivariat.
6. Jenis literatur bukan literatur review, ulasan atau opini dengan tema
pengaruh pendidikan kesehatan menggunakan audio visual terhadap
pencegahan HIV/AIDS.
Alur seleksi literatur yang dilakukan sebagai berikut:

Literatur diidentifikasi Literatur diidentifikasi


IDENTIFIKASI
melalui:Google melalui Indonesia
cendekia One Seach

Literatur diindentifikasi

Literatur discreening Literatur dikeluarkan (Ekslusi)


melalui judul, akses dan 1. Judul
full text, tahun terbitan 5 2. Hanya abstrak (tidak full
SCREENING tahun terakhir text)
3. Gagal Akses (tidak bisa
didownload/berbayar)
4. Memerlukan username
dan password untuk login
repository

Literatur dikaji kelayakan Literatur dikeluarkan:


KELAYAKAN 1. Literatur merupakan
ulasan, opini
2. Literatur review

Literatur yang memenuhi Kriteria inklusi :


INKLUSI kriteria inklusi 1. Full text
2. Literatur studi kuantitiatif
disertai analisis bivariat
3. Hasil menunjukkan tujuan
dari penelitian

Gambar 2 Diagram Alur Proses Seleksi Literatur

30
3.6 Analisa Data
Pada penelitian ini menggunakan analisis isi (content analysis), yang dapat
diartikan sebagai menganalisis dokumen atau transkip yang telah ditulis dengan
rekaman komunikasi verbal seperti surat kabar, bukum bab dalam buku, tajuk
surat kabar, esai, hasil interview, artikel dan dokumen yang bersifat historis dan
sejenisnya (Yusuf, 2014).
Studi literatur disintesis menggunakan metode naratif dengan
mengelompokkan data-data hasil ekstraksi yang sejenis sesuai dengan hasil
yang diukur untuk menjawab tujuan. Literatur penelitian yang sesuai dengan
kriteria inklusi kemudian dikumpulkan dan dibuat ringkasan literatur meliputi
nama peneliti, tahun terbit literatur, tempat penelitian, judul penelitian, metode
dan ringkasan hasil atau temuan. Ringkasan literatur penelitian tersebut
dimasukan ke dalam tabel sesuai dengan format tersebut di atas.
3.7 Tahapan Penelitian
1. Tahap pelaksanaan penelitian dimulai dari tahap ujian untuk kelayakan
penelitian (Ujian Proposal Penelitian).
2. Melakukan pengumpulan literatur-literatur yang sesuai mengenai pengaruh
pendidikan kesehatan menggunakan audio visual terhadap pencegahan
HIV/AIDS pada remaja.
3. Melakukan identifikasi, screening, kelayakan dan pemenuhan kriteria inklusi
serta ekslusi pada literatur yang dikumpulkan.
4. Melakukan analisa hasil-hasil penelitian sebelumnya mengenai pengaruh
pendidikan kesehatan menggunakan audio visual terhadap pencegahan
HIV/AIDS pada remaja.
5. Melakukan penyusunan hasil penelitian dan pembahasan serta kesimpulan
atas kajian literatur mengenai pengaruh pendidikan kesehatan menggunakan
audio visual terhadap pencegahan HIV/AIDS pada remaja.
6. Melakukan Seminar hasil penelitian dan skripsi.

31
Tahapan penelitian dapat dilihat pada diagram alur penelitian sebagai
berikut:

Studi Literatur

Pengumpulan Data

Konsep yang Diteliti

Konseptualisasi

Analisa

Kesimpulan dan saran

Gambar 3 Diagram Alur Penelitian

32
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Penelitian


Berdasarkan hasil pencarian literatur dari mesin pencarian google
cendekia/google scholar, indonesia one search (IOS) dengan kata kunci
“pendidikan kesehatan”, “audio visual”, dan “pencegahan HIV/AIDS”,
menghasilkan literatur sebanyak 888 literatur. Literatur-literatur tersebut
kemudian dilakukan screening, dengan memperhatikan kesesuaian sumber,
kesesuaian isi, melalui pembacaan secara sekilas pada abstrak, heading, sub
heading, serta dokumen statement atau kalimat-kalimat penting yang terdapat
pada abstrak dan pendahuluan jurnal, ditambah dengan memperhatikan kondisi
literatur, seperti: ketidaksesuian judul, hanya berupa abstrak, tidak full text, tidak
bisa diakses (literatur berbayar), mengharuskan login repository yang
memerlukan username dan password, serta terbitan 5 tahun terakhir. Sehingga
melalui skrinning tersebut dikeluarkan 669 literatur dan menyisakan 219 literatur.
Pada 219 literatur tersebut dilakukan uji kelayakan dengan membaca
secara utuh dan menyeluruh. Jurnal yang bersifat artikel ulasan atau opini,
literatur review dengan judul yang sama, analisis yang digunakan hanya analisis
univariat serta jurnal yang tidak sesuai dengan tujuan, kemudian dieliminasi.
Untuk mempercepat proses eliminasi jurnal dilakukan evaluasi isi yang objektif
pada jurnal yang bersifat mendukung maupun melemahkan, menggunakan
Skimming (meluncur) dengan maksud pembacaan fokus kepada inti literatur,
dengan membaca cepat, serta menangkap inti sari jurnal. Bila penggunaan
skimming masih belum dapat menangkap maksud penulis jurnal, maka
dilakukanlah pembacaan secara berulang, mendalam, dan berfokus pada
metode dan hasil penelitian, didapatkan literatur yang dianggap sesuai sejumlah
23 literatur. Kemudian dikeluarkan lagi 12 literatur yang berupa ulasan atau opini
dan penelitian dengan desain literatur review sehingga menyisakan 11 literatur
yang kemudian dilakukan analisis dan diintegrasikan.
Proses pencarian literature yang direview dpat dilihat pada gambar
dibawah ini:

33
Literatur diidentifikasi Literatur diidentifikasi
IDENTIFIKASI
melalui:Google melalui Indonesia
cendekia (n=867) One Seach (n=21)

Literatur diindentifikasi (n=888)

Literatur discreening Literatur dikeluarkan


melalui judul, akses dan (Ekslusi): (n=669)
full text, tahun terbitan 5 1. Judul
SCREENING tahun terakhir 2. Hanya abstrak (tidak full
(n=219) text)
3. Gagal Akses (tidak bisa
didownload/berbayar)
4. Memerlukan username
dan password untuk login
repository

Literatur dikaji kelayakan Literatur dikeluarkan:


KELAYAKAN (n=23) (n=12)
1. Literatur merupakan
ulasan, opini
2. Literatur review

Literatur yang memenuhi Kriteria inklusi :


INKLUSI kriteria inklusi 1. Full text
(n=11) 2. Literatur studi kuantitiatif
disertai analisis bivariat
3. Hasil menunjukkan tujuan
dari penelitian

Gambar 4. Diagram Alur Proses Seleksi Literatur


Literatur penelitian yang ditemukan dan dibahas pada penelitian ini yaitu:
1. Pengaruh Pendidikan Kesehatan Berbasis Media Video Animasi terhadap
Pengetahuan Remaja tentang HIV/AIDS di SMK Negeri 2 Makassar (Aspiati,
2018).
2. Pengaruh Media Audio Visual (Film) terhadap Persepsi Remaja tentang
HIV/AIDS di SMPN 1 Bangsal Kabupaten Mojokerto (Astuti, 2018).
3. Pengaruh Penyuluhan Kesehatan tentang HIV-AIDS menggunakan Media
Vido terhadap Pengetahuan Remaja Siswa dan Siswi kelas X IPS di SMA
Muhammadiyah 3 Kota Yogyakarta (Budiman, 2018).
4. Pengaruh Pendidikan Kesehatan terhadap Tingkat Pengetahuan Tentang
Pencegahan HIV/AIDS Di SMA Negeri 1 Parigi Kabupaten Pangandaran
(Handayani, 2017).

34
5. Pengaruh Penyuluhan HIV/AIDS terhadap Pengetahuan dan Sikap Tentang
HIV/ AIDS Mahasiswi Akademi Kebidanan Banjarbaru Tahun 2016 (Husaini
et al., 2017).
6. Pengaruh Penyuluhan Kesehatan tentang HIV/AIDS terhadap Tingkat
Pengetahuan dan Sikap Pencegahan HIV/AIDS pada Remaja di SMAN 1
Gamping (Islamiah, 2018).
7. Perbedaan Sikap Siswa Kelas VIII Sebelum dan Sesudah Diberikan Promosi
Kesehatan dengan Media Audiovisual dalam Pencegahan HIV/AIDS di
SMPN 2 Ungaran (Kholifah, 2019).
8. Effectiveness of Audio Visual Media Intervention Aku Bangga Aku Tahu
(ABAT) towards Attitude of Street Children in Prevention of HIV & AIDS
Transmission in Makassar City (Nahdiyah et al., 2019)
9. Pengaruh Health Education dengan Media Audiovisual (Video) HIV/AIDS
dengan Perilaku Pencegahan Penderita HIV/AIDS di Puskesmas Ngoro
Kabupaten Mojokerto (Seran, 2018).
10. The Effect of Healt Promotion Using Leaflets and Audio Visual on Improving
Knowledge and Attidute Toward The Danger of HIV/AIDS Among
Adolescents (Siregar, 2020).
11. Pengaruh Media Audio Visual dan Media Leaflet terhadap Tingkat
Pengetrahuan Remaja MAS Darul Ihsan Aceh Besar tentang HIV/AIDS
(Yuniwati et al., 2017).
Peneliti kemudian melakukan pengelompokan dan pemetaan data dalam
tabel berikut:

35
Tabel 1 : Ekstraksi Hasil Seleksi Literatur yang Relevan Mengenai Pengaruh Pendidikan Kesehatan Menggunakan Audio
Visual Terhadap Pencegahan HIV/AIDS pada Remaja
No Judul Penelitian Peneliti Tahun Desain Sampel Metode Hasil Kesimpulan Persamaan Perbedaan
Penelitian Pengumpulan
Data
1. Pengaruh Aspiawati 2018 Quasi 95 orang, Kuesioner Frekuensi Pendidikan kesehatan a. Seluruh literature a. Penelitian Astuti
Pendidikan experimental teknik pengetahuan remaja media video animasi menggunakan (2018), Budiman
Kesehatan design pre-test purposive sebelum diberikan berpengaruh dalam audio visual (2018), Husaini dkk
Berbasis Media and post-test sampling pendidikan kesehatan meningkatkan sebagai media (2017), Islamiah
Video Animasi with control berbasi media video pengetahuan remaja pendidikan (2018), Kholifah
terhadap group animasi tentang tentang HIV/AIDS di kesehatan (2019), Seran
Pengetahuan HIV/AIDS di SMK SMK Negeri 2 b. Seluruh literature (2018)
Remaja tentang Negeri 2 Makassar Makassar bertema yang menggunakan
HIV/AIDS di SMK memiliki nilai rata-rata sama yaitu rancangan pre
Negeri 2 Makassar sebesar 9.73, dan nilai pencegahan HIV eksperimen
Min-Max yaitu 0-20 AIDS rancangan pre test
dengan standar deviasi c. Seluruh literature dan post test one
yaitu 5,324. Adapun mengguanakan group design
nilai rata-rata setelah instrument b. Penelitian Aspiati
diberikan pendidikan kuesioner untuk (2018), Handayani
kesehatan berbasis mengukur pretest (2017), Nadhiyah,
media video animasi dan posttest dkk (2019), Siregar
terhadap pengetahuan (2019), Yuniawati
remaja tentang dkk (2018)
HIV/AIDS yaitu nilai menggunakan
mean 19.23, nilai Min- rancangan Quasi
Max yaitu 14-21 experimental
dengan standar deviasi rancangan pre-test
yaitu 2,385. dan uji and post-test with
statistik dengan control group
menggunakan uji c. Penelitian Aspiati
Wilcoxon didapatkan (2018), Nadhiyah
nilai p value sebesar (2019) dan Yuniwati
0,000 artinya p lebih dkk (2018)
kecil dari 0,05 menggunakan teknik
(0,000<0,05) sampel purposive
2. Pengaruh Media Astuti 2018 Pra Eksperimen 160 orang, Kuesioner Sebelum dilakukan Media audio-visual sampling
Audio Visual (Film) One Group teknik perlakuan sebagian (film) mampu d. Penelitan Astuti
terhadap Persepsi Pretest-Posttets cluster besar responden meningkatkan (2018), Handayani
Remaja tentang Design random memiliki persepsi persepsi remaja (017) menggunakan
HIV/AIDS di SMPN sampling negatif tentang tentang HIV/AIDS teknik cluster
1 Bangsal HIV/AIDS yaitu karena mampu ramdom sampling

36
Kabupaten sebanyak 109 meberikan informasi e. Penelitian Budiman
Mojokerto responden (68,1%), atau pesan yang (2018), Kholifah
dan setelah diberikan mengandalkan indera (2019), Siregar
perlakuan didapatkan pendengaran dan (2019)
sebagian besar penglihatan secara menggunakan teknik
responden memiliki bersamaan sehingga sampel simple
persepsi positif yaitu mampu merubah random sampling
sebanyak 95responden pandangan siswa. f. Penelitian Husaini,
(59,4%). Uji Wilcoxon dkk (2017),
signed ranks test, Islamiah (2018)
mendapatkan p value menggunakan teknik
sebesar 0,000 < α 0,05 quota sampling
3. Pengaruh Budiman 2018 Pra Eksperimen 81 orang, Kuesioner Pengetahuan Ada pengaruh g. Penelitian Seran
Penyuluhan One Group teknik responden sebelum penyuluhan tentang (2018)
Kesehatan tentang Pretest-Posttets simple dilakukan penyuluhan HIV/AIDS menggunakan teknik
HIV-AIDS Design random sebagian besar dalam menggunakan media total sampling
menggunakan sampling kategori cukup sebesar video terhadap h. Penelitian dari
Media Vido 46 orang (56,8%). pengetahuan remaja Aspiawati (2018),
terhadap Setelah dilakukan siswa kelas X IPS di Budiman (2018),
Pengetahuan poenyuluhan seluruh SMA Muhammadiyah Handayani, L.
Remaja Siswa dan responden dalam 3 Kota Yogyakarta. (2017), Husaini et al.
Siswi kelas X IPS kategori baik. Hasil (2017), Islamiah
di SMA analisis Wilcoxon (2018), Siregar
Muhammadiyah 3 matced pairs test (2020) dan Yuniwati
Kota Yogyakarta mendapatkan nilai sign et al. (2017).
= 0,000 < 0,05 Mendapatkan
4. Pengaruh Handayani 2017 Quasi 76 orang, Kuesioner Perbedaan antara nilai Pendidikan kesehatan bahwa pendidikan
Pendidikan experimental teknik pretest dan postest dengan media video kesehatan
Kesehatan design pre-test cluster dengan nilai (Z) yaitu berpengaruh dalam menggunakan audio
terhadap Tingkat and post-test random 7.374b. Hasil analisis meningkatkan visual dapat
Pengetahuan with control sampling data uji statistic pengetahuan remaja meningkatkan
Tentang group Wilcoxon pengetahuan tentang HIV/AIDS di pengetahuan
Pencegahan remaja didapatkan nilai SMA 1 Parigi. mengenai
HIV/AIDS Di SMA signifikasi (p) sebesar pencegahan
Negeri 1 Parigi 0,000 artinya lebih HIV/AIDS pada
Kabupaten kecil dari pada 0.05 remaja.
Pangandaran (0,000<0,05), i. Penelitian Husaini et
al. (2017), Islamiah
5. Pengaruh Husaini, 2017 Metode 40 orang, Kuesioner a. Sebelum diberikan Pemberian (2018), Kholifah
Penyuluhan dkk kuantitatif teknik Quota penyuluhan tentang penyuluhan tentang (2019), Nahdiyah et
HIV/AIDS terhadap dengan desain sampling HIV/AIDS, jumlah HIV/ AIDS dapat al., (2019) dan
Pengetahuan dan penelitian pre- responden yang mempengaruhi Siregar (2020)

37
Sikap Tentang HIV/ eksperimental memiliki pengetahuan dan mendapatkan hasil
AIDS Mahasiswi pengetahuan baik sikap sebesar 4,206 bahwa pendidikan
Akademi berjumlah 14 orang kali lebih besar kesehatan
Kebidanan (35%) dan mahasiswi Akademi menggunakan audio
Banjarbaru Tahun meningkat menjadi Kebidanan visual dapat
2016 28 orang (70%) Banjarbaru meningkatkan sikap
setelah diberikan mengenai
penyuluhan tentang pencegahan
HIV/AIDS. Jumlah HIV/AIDS pada
responden yang remaja
memiliki j. Penelitian Astuti
pengetahuan cukup (2018) mendapatkan
berjumlah 20 orang hasil pendidikan
(50%) pada saat kesehatan
sebelum diberikan menggunakan audio
penyuluhan tentang visual dapat
HIV/ AIDS, dan meningkatkan
menurun menjadi 12 persepsi mengenai
orang (30%) setelah pencegahan
diberikan HIV/AIDS pada
penyuluhan tentang remaja
HIV/AIDS. k. Penelitian Siregar
Sedangkan jumlah dkk. (2019)
responden yang mendapatkan hasil
memiliki pendidikan
pengetahuan kurang kesehatna
berjumlah 6 orang menggunakan audio
(15%) pada saat visual dapat
sebelum diberikan meningkatkan
penyuluhan tentang perilaku
HIV/AIDS, dan pencegahan
menurun menjadi 0 HIV/AIDS pada
orang (0%) setelah remaja.
diberikan
penyuluhan tentang
HIV/AIDS.
b. Sebelum diberikan
penyuluhan tentang
HIV/AIDS, jumlah
responden yang
memiliki sikap yang
baik berjumlah 35
orang (87,5%) dan

38
meningkat menjadi
40 orang (100%)
setelah diberikan
penyuluhan tentang
HIV/AIDS.
Sedangkan jumlah
responden yang
memiliki sikap
kurang yang kurang
baik terhadap
kejadian HIV/AIDS
berjumlah 5 orang
(12,5%) pada saat
sebelum diberikan
penyuluhan tentang
HIV/ AIDS, dan
menurun menjadi 0
orang (0%) setelah
diberikan
penyuluhan tentang
HIV/AIDS.
c. Hasil analisis
Wilcoxon pada
pengetahuan nilai
p=0,004 dan sikap
p=0,000

6. Pengaruh Islamiah 2018 Pre-Eksperimen 35 orang, Kuesioner a. Tingkat a. Pendidikan


Penyuluhan dengan desain teknik Quota pengetahuan kesehatan melalui
Kesehatan tentang one group sampling tentang pencegahan penyuluhan
HIV/AIDS terhadap pretest posttest. HIV/AIDS pada berpengaruh dapat
Tingkat responden saat meningkatkan
Pengetahuan dan pretest didapatkan pengetahuan
Sikap Pencegahan jumlah terbanyak remaja dalam
HIV/AIDS pada dalam kategori baik pencegahan
Remaja di SMAN 1 berjumlah 29 penularan
Gamping responden (83%), HIV/AIDS di SMAN
kategori kurang baik 1 Gamping
berjumlah 6 b. Pendidikan
responden (17%). kesehatan melalui
Sedangkan tingkat penyuluhan
pengetahuan berpengaruh dalam

39
tentang pencegahan meningkatkan
HIV/AIDS pada sikap pencegahan
responden saat remaja tentang
posttest didapatkan HIV/AIDS di SMAN
jumlah terbanyak 1 Gamping.
dalam kategori baik
sebanyak 34
responden (97%%)
dan kategori kurang
baik berjumlah 1
responden (3%).
Nilai p 0,011<0,05
b. Pretest sikap
pencegahan
HIV/AIDS yang
dikategorikan dalam
kategori sikap
negatif yaitu
sebanyak 30
responden (86%)
sedangkan kategori
sikap positif adalah
5 responden (14%).
Sebelum diberikan
penyuluhan
mayoritas sikap
yang diberikan
responden terhadap
pencegahan
HIV/AIDS adalah
sikap negatif.
Sedangkan hasil
posttest setalah
diberikan
penyuluhan sikap
pencegahan
HIV/AIDS terjadi
kenaikan menjadi 12
responden (34.3%)
dan sikap negatif
sebanyak 23
reponden (65.7%).
Nilai p 0.000< 0,05

40
7 Perbedaan Sikap Kholifah 2019 Pre experiment 21 orang, Kuesioner Nilai rata-rata dari 21 Ada perbedaan sikap
Siswa Kelas VIII design dengan teknik responden sebelum siswa Kelas VIII
Sebelum dan pendekatan one simple diberikan promosi sebelum dan sesudah
Sesudah Diberikan group preetest random kesehatan dengan diberikan promosi
Promosi Kesehatan posttest design sampling media audiovisual kesehatan dengan
dengan Media adalah 74,43 dengan media audiovisual
Audiovisual dalam nilai Minimal Skor 61 dalam pencegahan
Pencegahan dan Maksimal Skor 82. HIV/AIDS di SMPN 2
HIV/AIDS di SMPN Nilai rata-rata dari 21 Ungaran.
2 Ungaran responden sesudah
diberikan promosi
kesehatan dengan
media audiovisual
adalah 78,71 dengan
nilai Minimal Skor 68
dan Maksimal Skor 89.
Nilai T hitung -2,578
dan p value 0,018
8 Effectiveness of Nadhiyah, 2019 Experimental 48 orang Kuesioner Skor sikap sebelum Intervensi audio
Audio Visual Media dkk quasy with the intervensi dan sesudah intervensi visual aku bangga
Intervention Aku Nonequivalent dan 47 didapatkan nilai rata- aku tahu (ABAT)
Bangga Aku Tahu Control Group orang rata ± SD 36.81 ± efektif dalam
(ABAT) towards Design control, 4.489 menjadi 42.27 ± meningkatkan sikap
Attitude of Street teknik 3.174 dengan p value anak jalanan dalam
Children in purposive (p = 0.000) <0.05 pada pencegahan
Prevention of HIV sampling kelompok intervensi, HIV/AIDS.
& AIDS dan pada kelompok
Transmission in control nilai rata-rata ±
Makassar City SD adalah 38.06 ±
4.570 menjadi 44.77 ±
2.830 dengan p value
(p = 0.000) <0.05).
Hasil uji mann withney
mendapatkkan
intervensi audio visual
sebanyak 3 kali lebih
efektif dibandingkan
intervensi yang hanya
1 kali yang ditunjukkan
nilai p 0,000 dan 0,007
(<0,05)

41
9 Pengaruh Health Seran 2018 Pre- 17 orang Kuesioner Jumlah responden Ada peningkatan
Education dengan Eksperimental teknik total yang mempunyai perilaku postitif
Media Audiovisual Type One- sampling perilaku positif ada 8 setelah diberikan
(Video) HIV/AIDS Group Pre- responden (47,1%) Health Education
dengan Perilaku Post-Test. sebelum diberikan dengan Media
Pencegahan Health Education Audiovisual (video)
Penderita dengan Media HIV/AIDS terhadap
HIV/AIDS di Audiovisual (video) perilaku pencegahan
Puskesmas Ngoro HIV/AIDS dan sesudah penderita HIV/AIDS di
Kabupaten diberikan Health Puskesmas Ngoro
Mojokerto Education dengan Kabupaten Mojokerto
Media Audiovisual
(video) HIV/AIDS
meningkat menjadi 14
responden (82,4%), 3
responden tetap
berperilaku positif dan
2 responden negatif.
10. The Effect of Healt Siregar, 2019 Quasi 53 orang, Kuesioner a. Nilai rata-rata Terdapat efek positif
Promotion Using dkk. experimental teknik pengetahuan dari promosi
Leaflets and Audio design pre-test random sebelum intervensi kesehatan
Visual on and post-test sampling adalah 12,58 ± SD menggunakan leaflet
Improving with control 3,450, sesudah dan audio visual
Knowledge and group intervensi meningkat untuk meningkatkan
Attidute Toward menjadi 17,74 ± SD pengetahuan dan
The Danger of 2,588. Perbedaan sikap mengenai
HIV/AIDS Among mean rank sebelum bahaya HIV/AIDS
Adolescents 0,00 menjadi 11,00 pada remaja.
dan nilai p=0,001
b. Nilai rata-rata sikap
sebelum intervensi
adalah 17,56 ± SD
3,271, sesudah
intervensi meningkat
menjadi 18,13± SD
4,792. Perbedaan
mean rank sebelum
0,00 menjadi 7,00
dan nilai p=0,001

42
11. Pengaruh Media Yuniwati, 2018 Quasi 186 orang Kuesioner a. Nilai rata-rata a. Ada perbedaan
Audio Visual dan dkk experiment yang terbagi pengetahuan rata-rata tingkat
Media Leaflet menggunakan 93 orang sebelum intervensi pengetahuan pada
terhadap Tingkat rancangan kelompok pada kelompok kelompok
Pengetrahuan pretest-posttest media audio audio visual adalah audiovisual
Remaja MAS Darul group design visual 69,80 dan kelompok sebelum intervensi
Ihsan Aceh Besar leaflet adalah 65,20. dengan tingkat
tentang HIV/AIDS b. Nilai rata-rata pengetahuan
pengetahuan sesudah intervensi
sesudah intervensi b. Ada perbedaan
pada kelompok rata-rata tingkat
audio visual adalah pengetahuan pada
88,76 dan kelompok kelompok leaflet
leaflet adalah 80,10. sebelum
c. Hasil uji Wilcoxon intervensidengan
didapatkan pada tingkat
kelompok audio pengetahuan
visual nilai p = 0,000 sesudah intervensi
dan kelompok liflet c. Tidak ada
nilai p = 0, 000. perbedaan antara
d. Hasil uji beda mann rata-rata tingkat
withney didapatkan pengetahuan
nilai p= 0,137 kelompok
AudioVisual
dengan kelompok
Leaflet.

43
4.2 Pembahasan
Pada 11 literatur yang didapatkan pada penelurusan terkait pengaruh
pendidikan kesehatan menggunakan audio visual terhadap pencegahan
HIV/AIDS pada remaja. Literatur pertama merupakan penelitian yang dilakukan
di SMK Negeri 2 Makassar. Penelitian tersebut menggunakan quasi eksperimen
dengan rancangan pre test dan post testone group design dengan jumlah sampel
sebanyak 95 orang. Tehnik pengambilan sampel menggunakan Purposive
Sampling. Analisis yang dilakukan dengan menggunakan uji wilcoxon dengan
tingkat signifikan p<0,005. Hasil penelitian nilai p value0,000 < 0,05 berarti ada
pengaruh yang signifikan antara media video animasi terhadap pengetahuan
remaja tentang HIV/AIDS di SMK Negeri 2 Makassar (Aspiawati, 2018).
Literatur kedua adalah penelitian yang dilakukan di SMPN 1 Bangsal
Kabupaten Mojokerto. Desain penelitian ini Pra Eksperimen One Group Pretest-
Posttets Design. Populasi adalah semua siswa kelas VIII di SMPN 1 Bangsal
Kabupaten mojokerto pada tahun 2018 sebanyak 256 siswa. Penarikan sampel
menggunakan Probability Sampling dengan tehnik Cluster Random Sampling,
pada siswa kelas VIII di SMPN 1 Bangsal Mojokerto sebanyak 160 siswa.
Instrumen yang digunakan adalah kuesioner yang terdiri dari 10 pertanyaan
menggunakan skala likert. Analisis data yang digunakan adalah uji Wilcoxon
Signed Rank Test dengan menggunakan aplikasi software program SPSS
versi16.0 dengan derajat kemaknaan (α) = 0.05. Hasil analisa Uji Wilcoxon
Signed Rank Test diketahui bahwa p value (0.000) < α (0.05), sehingga terdapat
pengaruh signifikan media audio-visual (film) terhadap persepsi remaja tentang
HIV/AIDS (Astuti, 2018).
Literatur ketiga merupakan penelitian pada remaja siswa dan siswi kelas X
IPS di SMA Muhammadiyah 3 Kota Yogyakarta. Metode penelitian yang
digunakan adalah pre eksperimental dengan one group pretest-posttest.
Pengambilan sampel menggunakan teknik simple random sampling diperoleh 81
responden. Instrumen penelitian menggunakan kuesioner. Analisis data
menggunakan uji Wilcoxon matched pairs test. Hasil penelitian mendapatkan p
value (0.000) < α (0.05), sehingga disimpulkan bahwa ada pengaruh penyuluhan
tentang HIV/AIDS menggunakan media video terhadap pengetahuan remaja
siswa kelas X IPS di SMA Muhammadiyah 3 Kota Yogyakarta (Budiman, 2018).

44
Literatur keempat dilakukan di SMA Negeri 1 Parigi Kabupaten
Pangandaran, metode Quasi Eksperimen dengan rancangan penelitian One
Group Pre Test – Post. Sampel yang diambil 76 responden dengan tekhnik
pengambilan sampel Cluster Random Sampling kemudian dilakukan uji
menggunakan Wilxocon test. Hasil analisis data uji statistic Wilcoxon
pengetahuan remaja didapatkan nilai signifikasi (p) sebesar 0,000 artinya lebih
kecil dari pada 0.05 (0,000<0,05). Pendidikan kesehatan dengan media video
berpengaruh dalam meningkatkan pengetahuan remaja tentang HIV/AIDS di
SMA 1 Parigi (Handayani, 2017).
Literatur kelima dilakukan oleh Desain penelitian ini adalah
quasieksperimental dengan menggunakan rancangan penelitian one group pre-
post test. Sampel yang digunakan adalah quota sampling sebanyak (n-1) 40
responden. Pengambilan data dilakukan menggunakan kuesioner oleh
responden dilakukan sebelum dan sesudah pemberian penyuluhan. Analisis data
dilakukan secara univariat, bivariat dan multivariat. Hasil analisis Wilcoxon pada
pengetahuan didapatkan nilai p=0,004 dan sikap p=0,000, pemberian
penyuluhan tentang HIV/ AIDS dapat mempengaruhi pengetahuan dan sikap
sebesar 4,206 kali lebih besar mahasiswi Akademi Kebidanan Banjarbaru
(Husaini et al., 2017),
Literatur ke enam dilakukan pada remaja di SMAN 1 Gamping,
menggunakan Pre-Eksperimen dengan desain one group pretest posttest.
Populasi yang diambil penelitian ini siswa kelas XI MAN 2 Yogyakarta yang
berjumlah 129 siswa. Sampel berjumlah 35 siswa yang diambil dengan teknik
quota sampling. Analisa data menggunakan uji statistik Wilcoxon Match Pairs
Test. Ada pengaruh penyuluhan kesehatan tentang HIV/AIDS terhadap tingkat
pengetahuan dalam pencegahan HIV/AIDS pada remaja kelas XI di SMAN 1
Gamping Tahun 2018 dengan nilai p value = 0,011<0,05. Dan Ada pengaruh
penyuluhan kesehatan tentang HIV/AIDS terhadap sikap pencegahan HIV/AIDS
pada remaja kelas XI di SMAN 1 Gamping Tahun 2018 dengan nilai p value =
0,000<0,05 (Islamiah, 2018).
Literatur ketujuh dilakukan pada siswa kelas VIII di SMPN 2 Ungaran,
dengan desain digunakan Pre experiment design dengan pendekatan one group
preetest posttest design. Metode pengambilan sampel Simpel Random Sampling
dengan jumlah sampel sebanyak 21 responden. Alat ukur dalam penelitian ini

45
menggunakan kuesioner sebanyak 26 pertanyaan. Penelitian ini menggunakan
uji Paired T test. Hasil penelitian didapatkan nilai t hitung > t tabel pada uji paired
t test yaitu 2,578 > 2,086 yang artinya terdapat perbedaan sikap sebelum dan
sesudah diberikan promosi kesehatan dengan media audiovisual (Kholifah,
2019).
Literatur kedelapan merupakan penelitian pada remaja jalanan di Kota
Makassar, dengan Experimental quasy with the Nonequivalent Control Group
Design. Sampel sebanyak 48 orang kelompok intervensi dan 47 orang kelompok
control, menggunakan teknik purposive sampling. Instrumen yang digunakan
adalah kuesioner. Hasil penelitian menunjukkan skor sikap sebelum dan sesudah
intervensi didapatkan nilai rata-rata ± SD 36.81 ± 4.489 menjadi 42.27 ± 3.174
dengan p value (p = 0.000) <0.05 pada kelompok intervensi, dan pada kelompok
control nilai rata-rata ± SD adalah 38.06 ± 4.570 menjadi 44.77 ± 2.830 dengan p
value (p = 0.000) <0.05). Hasil uji mann withney mendapatkkan intervensi audio
visual sebanyak 3 kali lebih efektif dibandingkan intervensi yang hanya 1 kali
yang ditunjukkan nilai p 0,000 dan 0,007 (<0,05). Dengan demikian disimpulkan
bahwa Intervensi audio visual aku bangga aku tahu (ABAT) efektif dalam
meningkatkan sikap remaja jalanan dalam pencegahan HIV/AIDS (Nahdiyah et
al., 2019).
Literatur kesembilan merupakan penelitian yang dilakukan di Puskesmas
Ngoro Kabupaten Mojokerto, desain dalam penelitian ini adalah penelitian Pre-
Eksperimental Type One-Group Pre Post Test. Sampel diambil dengan teknik
total sampling sebanyak 17 responden. Data dikumpulkan dengan instrumen
kuisionerpre-test dan post-test, kemudian diuji dengan analisis deskriptif. Hasil
penelitian menunjukkan jumlah responden yang mempunyai perilaku positif ada
8 responden (47,1%) sebelum diberikan Health Education dengan Media
Audiovisual (video) HIV/AIDS dan sesudah diberikan Health Education dengan
Media Audiovisual (video) HIV/AIDS meningkat menjadi 14 responden (82,4%), 3
responden tetap berperilaku positif dan 22 responden negatif. Ada peningkatan
perilaku postitif setelah diberikan Health Education dengan Media Audiovisual
(video) HIV/AIDS terhadap perilaku pencegahan HIV/AIDS di Puskesmas Ngoro
Kabupaten Mojokerto (Seran, 2018).
Literatur kesepuluh adalah penelitian yang dilakukan pada remaja di SMK
Imelda Medan menggunakan jenis Quasi experimental design one group pre-test

46
and post-test, dengan jumlah sampel 53 orang, teknik random sampling serta
instrument penelitian menggunakan kuesioner yang kemudian dianalisis dengan
Wilcoxon test tested. Hasil penelitian mendapatkan nilai rata-rata pengetahuan
sebelum intervensi adalah 12,58 ± SD 3,450, sesudah intervensi meningkat
menjadi 17,74 ± SD 2,588. Perbedaan mean rank sebelum 0,00 menjadi 11,00
dan nilai p=0,001. Sementara itu, Nilai rata-rata sikap sebelum intervensi adalah
17,56 ± SD 3,271, sesudah intervensi meningkat menjadi 18,13± SD 4,792.
Perbedaan mean rank sebelum 0,00 menjadi 7,00 dan nilai p=0,001. Terdapat
efek positif dari promosi kesehatan menggunakan leaflet dan audio visual untuk
meningkatkan pengetahuan dan sikap mengenai bahaya HIV/AIDS pada remaja
(Siregar, 2020).
Literatur kesebelas adalah penelitian yang dilakukan pada Remaja MAS
Darul Ihsan Aceh Besar. Penelitian ini bersifat analitik dengan jenis penelitian
quasi experiment menggunakan rancangan pretest-posttest group design.
Sampel dalam penelitian ini adalah remaja MAS Darul Ihsan sebanyak 186
orang, dimana 93 orang kelompok Media Audio Visual dan 93 orang kelompok
Media Leaflet. Pemberian perlakuan dilakukan selama 1 kali. Sebelum diberikan
perlakuan, responden diberikan soal pretest dan setelah diberikan perlakuan
responden diberikan kembali soal post test yang berjumlah 20 soal. Analisis data
menggunakan uji T-test Dependent dan uji T-test Independent. Hasil penelitian
menunjukkan Ada perbedaan rata-rata tingkat pengetahuan pada kelompok
audiovisual sebelum intervensi dengan tingkat pengetahuan sesudah intervensi
(Yuniwati et al., 2017).
Pengaruh Pendidikan Kesehatan Menggunakan Audio Visual Terhadap
Pencegahan HIV/AIDS pada Remaja.
Studi literature mendapatkan 7 literatur yang menyatakan bahwa
pendidikan kesehatan menggunakan audio visual dapat meningkatkan
pengetahuan mengenai pencegahan HIV/AIDS pada remaja. Literatur tersebut
merupakan penelitian dari Aspiawati (2018), Budiman (2018), Handayani L.
(2017), Husaini et al. (2017), Islamiah (2018), Siregar (2018) dan Yuniwati et al.
(2017).
Pengaruh tersebut ditunjukkkan dengan meningkatnya skor pengetahuan
mengenai HIV/AIDS meliputi tanda-tanda penyakit sampai dengan pencegahan
serta penataklaksanaan penyakit. Sebagaimana dijelaskan oleh Handayani L

47
(2017) bahwa tiga domain yang dapat diubah oleh seseorang melalui pendidikan
kesehatan yaitu pengetahuan, keterampilan dan sikap. Pendidikan kesehatan
menciptakan peluang bagi individu untuk senantiasa memperbaiki kesadaran
(Literacy), serta meningkatkan pengetahuan dan keterampilan (life skill) demi
tercapainya kesehatan yang optimal.
Sementara itu, Aspiawati (2018) menjelaskan bahwa faktor yang
menyebabkan remaja sangat rentang terkena penularan HIV/AIDS dikarenakan
remaja selalu ingin mengetahai hal-hal yang baru dalam rangka pencarian jati
diri. Hal tersebut merupakan ciri-ciri remaja pada umumnya, mereka ingin
mengetahui banyak hal yang hanya dapat dipuaskan dan diwujudkan melalui
pengalaman mereka sendiri. Remaja ingin mencoba hal yang baru diketahuinya
seperti, menggunakan narkoba melakukan seks bebas diluar nikah, berganti-
ganti pasangan, dan ditambah lagi mudahnya mendapatkan barang-barang yang
berbau pornografi. Maka tidak heran jika remaja mempunyai kecendrungan untuk
mengadopsi informasi yang diterima dari teman-temannya, tanpa mengetahui
pasti informasi yang didaptkan dari temannya tersebut, dalam hal ini dapt
berhubungan dengan seks bebas dan narkoba, yang menimbulkan rasa
penasaran dan pertanyaan mulai bermunculan dalam diri remaja. Untuk
menjawab pertanyan-pertanyaan tersebut maka mereka cenderung melakukan
hubungan seks bebas dan narkoba.
Salah satu upaya yang bisa dilakukan untuk menekan laju penyebaran
HIV/ AIDS yaitu dengan memberikan pendidikan kesehatan HIV/ AIDS sejak dini
pada remaja. Pendidikan kesehatan bertujuan untuk peningkatan kemampuan
individu atau kelompok untuk memelihara derajat kesehatan baik fisik, mental,
spiritual, dan sosial. Khusus pada remaja, salah satu upaya untuk mencegah
semakin meluasnya penularan HIV/AIDS adalah dengan memberikan
pengetahuan tentang HIV/AIDS meliputi cara penularan dan pencegahannya
(Handayani L, 2017).
Sejalan dengan hal tersebut, Budiman (2018) menjelaskan bahwa adanya
pendidikan kesehatan menyebarkan pesan, menanamkan keyakinan, sehingga
masyarakat tidak saja sadar, tahu dan mengerti, tetapi juga mau dan bisa
melakukan suatu anjuran yang ada hubungannya dengan kesehatan. Melalui
pendidikan kesehatan dengan metode audio visual, terjadi peningkatan
pengetahuan remaja mengenai pencegahan HIV/AIDS disebabkan karena media

48
ini memberikan stimulus dua indra. Media disusun berdasarkan prinsip bahwa
pengetahuan yang ada pada setiap manusia itu diterima atau ditangkap melaui
panca indra, semakin banyak indra yang digunakan untuk menerima sesuatu
maka semakin banyak dan semakin jelas pengertian atau pengetahuan yang
diperoleh. Media video mengandalkan pendengaran dan penglihatan dari
sasaran, dimana penggunaan audiovisual melibatkan semua alat indera,
sehingga semakin banyak alat indera yang terlibat untuk menerima dan
mengolah informasi, semakin besar kemungkinan isi informasi tersebut dapat
dimengerti dan dipertahankan dalam ingatan, dan dengan efek gambar yang
bergerak dan efek suara dapat memudahkan audiens memahami isi berita
sehingga dapat menambah pengetahuan.
Husaini el al., (2017) berpendapat yang sama, dimana pemberian
penyuluhan kesehatan mempengaruhi secara menguntungkan terhadap
pengetahuan terkait dengan kesehatan individu. Penyuluhan kesehatan dapat
berpengaruh terhadap pengetahuan remaja tentang seks pra nikah. Selain itu,
penggunaan media audio visual dalam penyuluhan juga bisa memberikan
efektivitas peningkatan penyuluhan. Siregar (2020) mendukung pendapat
tersebut dimana perubahan pengetahuan disebabkan metode pendidikan yang
diberikan dapat membantu individu lebih mudah memahami tentang sesuatu.
Penggunaan media sebagai perantara informasi dari pemberi informasi ke
penerima akan lebih mudah diberikan dengan metore yang benar dan tepat.
Studi literature mendapatkan terdapat 5 literatur yang menyatakan bahwa
bahwa pendidikan kesehatan menggunakan audio visual dapat meningkatkan
sikap mengenai pencegahan HIV/AIDS pada remaja. Literatur tersebut
merupakan penelitian dari Husaini et al (2017), Islamiah (2018), Kholifah (2019),
Nahdiyah et al (2019) dan Siregar (2020).
Husaini et al., (2017), menjelaskan bahwa individu yang mendapatkan
penyuluhan tentang HIV/AIDS memiliki sikap 2,208 kali lebih baik daripada
individu yang tidak mendapatkan penyuluhan. Penyuluhan dapat mempengaruhi
sikap seseorang dalam berperilaku sehat. Hal serupa dijelaskan oleh Islamiah,
(2018), dengan adanya intervensi berupa penyuluhan ternyata dapat
mempengaruhi peningkatan sikap seseorang terhadap suatu hal. Sikap siswa
mengenai pencegahan penularan HIV/AIDS dipengaruhi oleh pengetahuan
responden terhadap hal yang sama, serta ada kemungkinan juga sikap yang

49
sudah ada terbentuk karena faktor pengalaman pribadi, media masa dan
pengaruh lembaga agama. Perilaku seseorang tertentu salah satunya
disebabkan karena adanya pemikiran dan perasan dalam diri seseorang yang
terbentuk dalam pengetahuan, persepsi, sikap, kepercayaan- kepercayaan dan
penilaian seseorang terhadap obyek tersebut, dimana seseorang dapat
mendapatkan pengetahuan baik dari pengalaman pribadi.
Sejalan dengan hal tersebut, Nahdiyah et al., (2019), mengemukakan
bahwa pengetahuan, sikap dan praktik adalah tahapan perubahan perilaku atau
pembentukan perilaku. Sebelum seseorang menganut tingkah laku, harus
mengetahui terlebih dahulu apa manfaatnya bagi dirinya. Untuk mewujudkan
pengetahuan tersebut, individu dirangsang oleh pendidikan kesehatan. Setelah
seseorang mengetahui stimulus tersebut, proses selanjutnya dia akan menilai /
bersikap terhadap stimulus tersebut. Oleh karena itu indikator sikap kesehatan
juga sejalan dengan pengetahuan kesehatan
Sementara itu, Kholifah, (2019), menyatakan bahwa penggunaan media
audiovisual sebagai media pengajaran dan media pendidik yang mengaktifkan
mata dan telinga pada peserta didik dalam waktu proses belajar mengajar
langsung. Kemampuan media ini dianggap lebih baik dan lebih menarik sehingga
dapat meningkatkan sikap siswa sesudah diberikan penyuluhan dengan media
audiovisual. Sikap diperlukan sebagai dukungan dalam menimbulkan percaya
diri. Sehingga dapat dikatakan bahwa sikap merupakan domain dalam
terbentuknya tindakan seseorang baik dalam pencegahan HIV/AIDS secara dini.
Studi literatur juga mendapatkan bahwa 2 literatur pendidikan kesehatan
audio visual berpengaruh pada persepsi dan perilaku mengenai pencegahan
HIV/AIDS. Pendidikan kesehatan merupakan salah satu metode untuk
mencegah terjadinya HIV/AIDS dikalangan remaja yang mempunyai peranan
memberikan informasi kepada remaja tentang HIV/AIDS. Persepsi merupakan
hasil akhir dari pengamatan yang diawali oleh proses pengindraan, yaitu proses
diterimanya stimulus oleh alat indra, kemudian individu ada perhatian, lalu
diteruskan ke otak, dan baru kemudian individu menyadari bahwa itu yang
dinamakan persepsi. Untuk menambah pemahaman, dapat diberikan pendidikan
HIV/AIDS melalui media audio-visual yang mempunyai tingkat pengaruh yang
tinggi karena mampu menstimulasi indra pendengaran dan penglihatan. Indra
yang paling banyak menyalurkan pengetahuan kepada otak adalah indra

50
penglihatan, dengan menonton suatu tayangan atau video maka pemahaman
(persepsi) dapat tersimpan dalam ingatan (Astuti, 2018)
Sementara itu, Seran (2018) menjelaskan bahwa kurangnya informasi akan
menimbulkan perilaku berisiko HIV/AIDS, sehingga akan berdampak menularkan
infeksi menular seksual (IMS), HIV/AIDS, Gonore, Sifilis, dan infeksi Klamidia.
Untuk mencegah penularan HIV/AIDS dapat dilakukan dengan cara
menghilangkan atau mengurangi perilaku beresiko dengan pencegahan primer
melalui program pendidikan kesehatan (Health Education) yang efektif kepada
penderita HIV/AIDS. Pendidikan Kesehatan (Health Education) merupakan suatu
proses belajar yang berarti dalam pendidikan itu terjadi proses pertumbuhan,
perkembangan atau perubahan kearah yang lebih dewasa, lebih baik dan lebih
matang pada diri individu, kelompok atau masyarakat. Pemberian Health
Education dengan Media Audiovisual (video) HIV/AIDS dilakukan untuk
meningkatkan pengetahuan yang ada pada setiap responden dengan prinsip
membaca dan menerima atau menangkap melalui panca indra. Semakin banyak
indra yang digunakan untuk menerima sesuatu materi yang diberikan maka
semakin banyak dan semakin jelas pula pengertian/pengetahuan yang diperoleh
dengan perkataan lain pemberian Health Education dengan Media Audiovisual
(video) HIV/AIDS ini dimaksudkan untuk mengarahkan indra sebanyak mungkin
kepada suatu objek sehingga mempermudah pemahaman responden kearah
yang baik. Dengan adanya pesan tersebut maka penderita diharapkan dapat
memperoleh banyak pengetahuan tentang kesehatan yang lebih baik dari
sebelumnya dan pengetahuan tersebut berpengaruh dan mengubah perilakunya
yang dari negatif ke positif.
Berdasarkan uraian tersebut diatas, peneliti berpendapat pendidikan
kesehatan dengan media audio visual berpengaruh terhadap pencegahan
HIV/AIDS pada remaja yang diwujudkan dengan peningkatkan pengetahuan,
sikap, persepsi dan perilaku. Remaja sebagai individu yang naluri
keingintahuannya cukup besar selalu mencoba hal-hal baru, namun mereka tidak
mempertimbangkan dampak dan efek yang ditimbulkan dari tindakan yang
dilakukkannya. Hal tersebut disebabkan kurangnya pengetahuan yang dimiliki
oleh remaja tersebut. Dalam hal ini, remaja yang tidak tahu tentang HIV/AIDS
akan lebih berperilaku negatif sehingga rentan mengalami HIV. Pengetahuan
responden dipengaruhi oleh proses belajar dimana media yang digunakan dalam

51
pembelajaran memberikan efek yang berbeda bagi responden sesuai dengan
pengalaman, sehingga mereka lebih mudah memahaminya. Melalui pendidikan
kesehatan menggunakan media audio visual, tingkat pengetahuan tentang
penyakit HIV/AIDS itu sendiri, cara penularan serta pencegahannya mengalami
peningkatan, Melalui stimulus pendidikan kesehatan dengan media audio visua
yang meningkatkan pengetahuan tentang HIV/AIDS tersebut akan respon oleh
remaja melalui sikapnya dalam bentuk persetujuan bahwa HIV/AIDS merupakan
penyakit yang berbahaya sehingga harus dilakukan pencegahan. Sikap tersebut
akan berkembang dengan persepsi positif dan akan membentuk perilaku dari
dalam diri remaja itu sendiri, yaitu melakukan tindakan pencegahan HIV/AIDS
dengan tidak melakukan hal-hal yang menyebabkan tertularnya penyakit HIV
AIDS seperti seks bebas dan narkoba.
Pendapat peneliti tersebut sejalan dengan teori yang menyatakan bahwa
tujuan pendidikan kesehatan/promosi kesehatan adalah meningkatkan
kemampuan baik individu, keluarga, kelompok dan masyarakat agar mampu
hidup sehat dan mengembangkan upaya kesehatan yang bersumber masyarakat
serta terwujutnya lingkungan yang kondusif untuk mendorong terbentuknya
kemampuan tersebut. Berdasarkan misi advokasi, bertujuan untuk meyakinkan
para pemangku kebijakan bahwa program kesehatan akan yang dijalankan
penting dan membutuhkan dukungan kebijakan atau keputusan dari pejabat.
Berdasarkan misi mediasi, bertanggungjawab untuk memediasi berbagai
kepentingnan berbagai sector yang terlibat untuk meningkatkan status kesehatan
masyarakat (Nurmala, 2020).
Astuti (2018) menyatakan bahwa pemilihan media atau alat pembelajaran
dalam menyampaikan informasi sangat penting karena menentukan berhasil atau
tidaknya proses sharing information kepada sasaran untuk mencapai tujuan yang
telah ditentukan. Terdapat beberapa metode dan media yang dapat digunakan
untuk pendidikan kesehatan diantaranya adalah media audio visual. Media audio
visual merupakan jenis media yang mempunyai tingkat pengaruh yang tinggi
karena mampu menstimulasi indra pendengaran dan penglihatan pada waktu
proses penyampaian materi pendidikan kesehatan. Kelebihan yang dimiliki media
audio visual yaitu tidak membosankan, pesan mudah dimengerti dan dipahami,
dapat diperlambat dan dipercepat. Kemampuan media ini dianggap lebih baik
dan lebih menarik, sebab mengandung kedua unsur jenis media.

52
Ahmadi dan Hamidulloh (2018) juga menyatakan hal yang sama, dimana
media literasi audio visual mempunyai kemampuan yang lebih karena media ini
mengandalkan dua indera sekaligus yaitu indera pendengaran dan indra
penglihatan. Dengan media tersebut diharapkan bisa membangkitkan motivasi
dalam belajar dan memperjelas materi yang disampaikan. Demikian halnya Ulum
(2018) menyatakan bahwa media audio visual mempunyai berbagai macam
fungsi antara lain mampu memberikan rangsangan yang bervariasi pada otak,
sehingga otak dapat berfungsi secara optimal, mengatasi keterbatasan
pengalaman yang dimiliki oleh para siswa, dapat melampaui batas ruang kelas,
menghasilkan keseragaman pengamatan, membangkitkan keinginan dan minta
baru dan membangkitkan motivasi dan merangsang untuk belajar.
Pencegahan HIV/AIDS merupakan suatu bentuk perilaku kesehatan.
Perilaku merupakan hasil dari pada segala macam pengalaman serta interaksi
manusia dengan lingkungannya yang terwujud dalam bentuk pengetahuan, sikap
dan tindakan (Irwan, 2018). Dengan kata lain, perilaku merupakan respon/reaksi
seorang individu terhadap stimulus yang berasal dari luar maupun dari dalam
dirinya. Respon ini dapat bersifat pasif (tanpa tindakan : berpikir, berpendapat,
bersikap) maupun aktif (melakukan tindakan). Sesuai dengan batasan ini,
perilaku kesehatan dapat dirumuskan sebagai bentuk pengalaman dan interaksi
individu dengan lingkungannya, khususnya yang menyangkut pengetahuan dan
sikap tentang kesehatan. Perilaku aktif dapat dilihat, sedangkan perilaku pasif
tidak tampak, seperti pengetahuan, persepsi, atau motivasi (Alhamda, 2015).
4.3 Keterbatasan Penelitian
Dalam studi literature ini, peneliti menyadari bahwa terdapat keterbatasan
dimana penyusunan literature review belum dapat memberikan gambaran yang
jelas mengenai pengaruh pendidikan kesehatan terhadap pencegahan HIV/AIDS
pada remaja. Peneliti mengalami keterbatasan dalam mengakses search engine
internasional yang memerlukan aktivasi akun dan berbayar.

53
BAB V
PENUTUP

5.1 Simpulan
Berdasarkan literature review yang dilakukan peneliti, maka dapat
disimpulkan sebagai berikut:
1. 11 literature yang dilakukan pengkajian mendapatkan bahwa ada pengaruh
pendidikan kesehatan menggunakan media audio visual terhadap
pencegahan HIV/AIDS, yang diwujudkan dengan peningkatkan
pengetahuan, sikap, persepsi dan perilaku.
2. Melalui pendidikan kesehatan menggunakan media audio visual, tingkat
pengetahuan tentang penyakit HIV/AIDS itu sendiri, cara penularan serta
pencegahannya mengalami peningkatan, Melalui stimulus pendidikan
kesehatan dengan media audio visua yang meningkatkan pengetahuan
tentang HIV/AIDS tersebut akan respon oleh remaja melalui sikapnya dalam
bentuk persetujuan bahwa HIV/AIDS merupakan penyakit yang berbahaya
sehingga harus dilakukan pencegahan. Sikap tersebut akan berkembang
dengan persepsi positif dan akan membentuk perilaku dari dalam diri remaja
itu sendiri, yaitu melakukan tindakan pencegahan HIV/AIDS dengan tidak
melakukan hal-hal yang menyebabkan tertularnya penyakit HIV AIDS seperti
seks bebas dan narkoba.
5.2 Saran
1. Bagi Peneliti Selanjutnya
Melakukan penelitian lapangan dengan memberikan intervensi
pendidikan kesehatan menggunakan media audio visual terhadap
pencegahan HIV/AIDS pada remaja. Hasil penelitian ini dapat dijadikan
sebagai salah satu referensi dalam melakukan penelitian lebih lanjut
mengenai pengaruh pendidikan kesehatan menggunakan audio visual
terhadap pencegahan HIV/AIDS pada remaja.
2. Bagi Institusi Kesehatan
Meningkatkan promosi kesehatan utamanya pada remaja mengenai
program pencegahan dan penganggulangan penyakit HIV/AIDS.
Peningkatan kerjasama edukasi kesehatan dengan institusi sekolah, karang
taruna serta kelompok-kelompok remaja diperlukan sehingga remaja dapat

54
lebih mengetahui tentang penyakit HIV/AIDS, dengan demikian remaja dapat
melakukan upaya-upaya pencegahan guna menghindari HIV/AIDS.
3. Bagi Remaja
Aktif dalam kegiatan-kegiatan keagamaan dan eksrakurikuler yang
dapat mengarahkan remaja dalam perilaku positif dan menghindarkan diri
dari perilaku yang mengarah pada penyakit HIV/AIDS seperti tidak
melakukan perilaku seks bebas, penggunaan jarum suntik dari narkoba
ataupun tato.

55
DAFTAR PUSTAKA
Abrar, R.Y. 2019. 3,9 Juta Orang Sedunia Hidup dengan HIV. harnas.com.
Tersedia di http://harnas.co/2019/11/29/39-juta-orang-sedunia-hidup-
dengan-hiv [Accessed 18 Juli 2020].

Agusningtyas, N.H. 2017. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Perilaku Pasangan


Usia Subur (PUS) dalam Upaya Pencegahan HIV/AIDS pada pelayanan
PITC di Wilayah Kerja Puskesmas Kretek Yogyakarta. Universitas ’Aisiyah
Yogyakarta.

Ahmadi dan Hamidulloh 2018. Media Literasi Sekolah. Semarang: Pilar


Nusantara.

Alhamda, S. 2015. Buku Ajar Sosiologi Kesehatan. Yogyakarta: Deepublish.

Anggraeni, M.Y.R. 2018. Hubungan Tingkat Pengetahuan, Sikap Masyarakat


terhadap Praktik Pencegahan HIV/AIDS Pasca Desiminasi Kader Desa
Waru. Universitas Muhammadiyah Semarang.

Apilaya, A.R. 2016. Pengaruh Pendidikan Kesehatan Sanitasi Rumah Terhadap


Perilaku Orang Tua Dalam Pencegahan Penyakit Infeksi Saluran
Pernafasan Akut (ISPA) pada Anak Balita Diwilayah Puskesmas 1
Mandiraja Kabupaten Banjarnegara. Universitas Muhammadiyah
Purwokerto. Tersedia di http://repository.ump.ac.id/677/.

Aspiati 2018. Pengaruh Pendidikan Kesehatan Berbasis Media Video Animasi


terhadap Pengetahuan Remaja tentang HIV/AIDS di SMK Negeri 2
Makassar. Universitas Islam Negeri Alauddin Makassar.

Aspiawati 2018. Pengaruh Pendidikan Kesehatan Berbasis Media Video Animasi


terhadap Pengetahuan Remaja tentang HIV/AIDS di SMK Negeri 2
Makassar. Universitas Islam Negeri Alauddin Makassar.

Astuti, D.T.S.P. 2018. Pengaruh Media Audio-Visual (Film) Terhadap Persepsi


Remaja Tentang HIV/AIDS Di SMPN 1 Bangsal Kabupaten Mojokerto.
Manuscript STIKES Bina Sehat PPNI Mojokerto, 1(1).

Budiman, M.A. 2018. Pengaruh Penyuluhan Kesehatan tentang HIV/AIDS


Menggudan Siswi Kelas X Ips Di Sma Muhammadiyah 3 Kota Yogyakarta.
Universitas ’Aisyiyah Yogyakarta.

Budiman S, M. 2017. Keefektifan Bimbingan Klasikal Berbantuan Media Audio


Visual Dalam Upaya Mencegah Terjadinya Pernikahan Usia Dini. Jurnal
Penelitian Pendidikan Indonesia, 2(2): 1–5.

Firmadani, F. 2020. Media Pembelajaran Berbasis Teknologi Sebagai Inovasi


Pembelajaran Era Revolusi Industri 4.0. Strategi dan Implementasi
Pendidikan Karakter pada Era Revolusi Industri 4.0. Universitas Tidar.

56
Fujiyanto, A. 2016. Penggunaan Media Audio Visual Untuk Meningkatkan Hasil
Belajar Siswa Pada Materi Hubungan Antarmahluk Hidup. Jurnal Pena
Ilmiah, 1(1): 841–850. Tersedia di
https://ejournal.upi.edu/index.php/penailmiah/article/view/3576/pdf.

Handayani, L. 2017. Pengaruh Pendidikan Kesehatan terhadap Tingkat


Pengetahuan Tentang Pencegahan HIV/AIDS Di SMA Negeri 1 Parigi
Kabupaten Pangandaran. Universitas ’Aisyiyah.

Handayani, S., Arman, E. & Angelia, I. 2018. Hubungan Perilaku seksual,


pengkonsumsian Narkoba dan Penggunaan Tato dengan Kejadian
HIV/AIDS di Ranah Minang Tahun 2018. Jurnal Sehat Mandiri, 14(2).

Harahap, S.W. 2018. Bukan Seks Menyimpang, Ini Penyebab Tingginya


HIV/AIDS di Papua. Kompasiana. Tersedia di
https://www.kompasiana.com/infokespro/5b061ee7caf7db215c66c892/aids-
di-papua-hari-gini-masih-saja-berkutat-pada-mitos?page=1 [Accessed 6
September 2020].

Hestika, N. 2016. Karakteristik Perempuan Penderita HIV/AIDS (Studi Kasus di


BKPM Wilayah Semarang Tahun 2016. Universitas Negeri Semarang.

Husaini, H., Panghiyangani, R. & Saputra, M. 2017. Pengaruh Penyuluhan


HIV/AIDS terhadap Pengetahuan dan Sikap Tentang HIV/ AIDS Mahasiswi
Akademi Kebidanan Banjarbaru Tahun 2016. Buletin Penelitian Kesehatan,
45(1): 11–16.

Irwan 2018. Etika dan Perilaku Kesehatan. Yogyakarta: CV. Absolute Media.

Irwan 2019. Epidemiologi Penyakit Menular. Cetakan II ed. Yogyakarta: CV.


Absolute Media.

Islamiah, B.F. 2018. Pengaruh Penyuluhan Kesehatan tentang HIV/AIDS


terhadap Tingkat Pengetahuan dan Sikap Pencegahan HIV/AIDS pada
Remaja di SMAN 1 Gamping. Universitas ’Aisyiyah Yogyakarta.

Jatmika, S.E.D., Maulana, M., Kuntoro & Martini, S. 2019. Buku Ajar
Pengembangan Media Promosi Kesehatan. Yogyakarta: K-Media.

Kemenkes RI 2011. Promosi kesehatan di daerah bermasalah kesehatan;


panduan bagi petugas kesehatan di Puskesmas. Jakarta: Pusat Promosi
Kesehatan Kemenkes Republik Indonesia.

Kemenkes RI 2017. Estimasi dan Proyeksi HIV/AIDS di Indonesia Tahun 2015-


2020. Jakarta: Kementerian Kesehatan Republik Indonesia.

Kemenkes RI 2018a. Hasil Utama Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS) 2018,.


Jakarta: Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Kementerian
Kesehatan Republik Indonesia.

Kemenkes RI 2018b. Profil Kesehatan Indonesia. Jakarta: Kementerian


Kesehatan Republik Indonesia.

57
Khalifa, A., Stover, J., Mahy, M., Idele, P., Porth, T. & Lwamba, C. 2019.
Demographic change and HIV epidemic projections to 2050 for adolescents
and young people aged 15-24. Global Health Action, 12(1, 1662685).

Kholifah, Y.I. 2019. Perbedaan Sikap Siswa Kelas VIII Sebelum dan Sesudah
Diberikan Promosi Kesehatan dengan Media Audiovisual dalam
Pencegahan HIV/AIDS di SMPN 2 Ungaran. Universitas Ngudi Waluyo.

Kusuma, F.R. & Indarjo, S. 2017. Film Mancur (Manten Kencur) Sebagai
Peningkat Pengetahuan dan Sikap tentang Pernikahan Dini. Jurnal of
Health Education, 2(1): 66–72.

Mardiyah, Si.W.D. & Pamungkas, C.E. 2019. Pencegahan Penyebaran HIV/AIDS


di Kawasan Senggigi. Jurnal Ulul Albab LPPM UMMat, 23(1).

Matte, R. 2018. Efektivitas Pendidikan Kesehatanmelalui Media Flip Chart dan


Media Video Terhadap Pengetahuan Remaja Tentang HIV/AIDS Di SMA
Negeri 10 Gowa. UIN Alauddin Makassar.

Maulida, M. 2019. Penggunaan Pop-Up Book sebagai Media Penyuluhan dalam


Meningkatan Perilaku Cuci Tangan Pakai Sabun pada SIswa SD Negeri
Balong Timbulharjo Bantul Yogyakarta. Politeknik Kesehatan Kementerian
Kesehatan Yogyakarta.

Muslimin, A. 2016. Gambaran Perilaku Seksual Pada Kelompok


Homoseksualitas Yang Beresiko Menularkan HIV/AIDS Di Yogyakarta.
Universitas Muhammadiyah Yogyakarta. Tersedia di
http://repository.umy.ac.id/bitstream/handle/123456789/2695/Naskah
Publikasi.pdf?sequence=12&isAllowed=y.

Nahdiyah, N., Leida Maria, I. & Thamrin, Y. 2019. Effectiveness of Audio Visual
Media Intervention Aku Bangga Aku Tahu (ABAT) towards Attitude of Street
Children in Prevention of HIV & AIDS Transmission in Makassar City.
International Journal of Multicultural and Multireligious Understanding, 6(5):
705.

Novitasari, Y. 2019. Pengaruh Penyuluhan dengan Media Video terhadap


Pengetahuan Remaja tentang Pernikahan Dini di SMP PGRI Kasihan
Bantul. Universitas ’Aisyiyah Yogyakarta.

Nurmala, I. 2020. Promosi Kesehatan. Surabaya: Airlangga University Press.

Paputungan, L.B. 2017. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Perilaku Orang tua


dalam Memberikan Pengetahuan Kesehatan Reproduksi Pada Remaja.
Universitas Muhammadiyah Yogyakarta.

Pasaribu, H.S. & Sodik, M.A. 2017. Pengaruh Perilaku Seksual Berisiko terhadap
Kejadian HIV/AIDS. Jakarta.

Praptoraharjo, I., Pudjiati, S.R., Perwira, I., Sempulur, S., Suharni, M.,
Hersumpana & Dewi, E.H. 2016. Kebijakan & Program HIV/AIDS dalam
Sistem Kesehatan di Indonesia. Yogyakarta: Insist Press.

58
Rahman, A., Kalesaran, A.F.C. & Siampa, J.P. 2019. Kajian Penggunaan
Makanan (Obat ASli Minahasa) Sebagai Suportive Treatment pada ODHA
(Orang dengan HIV/AIDS) di Kota Manado. Jurnal Kesmas, 8(7).

Rosymida, I. 2018. Gambaran Pendidikan Kesehatan yang Dilakukan Perawat Di


Poliklinik RSUP Dr. Kariadi Semarang. Universitas Muhammadiyah
Semarang.

Rusmawan, U. 2019. Teknik Penulisan Tugas Akhir dan Skripsi Pemrograman.


Jakarta: PT. Alex Media Komputindo.

Saktina, P.U. & Satriyasa, B.K. 2017. Karakteristik Penderita AIDS dan Infeksi
Oportunistik di Rumah Sakit Umum Pusat Sanglah Denpasar. E-Jurnal
Medika, 6(3): 1–6.

Sari 2020. Pengaruh Media Audio Visual terhadap Motivasi dan Hasil Belajar
Bahasa Arab bagi Siswa di SDIT Al-Asror Ringinpitu Kedungwaru
Tulungagung. Institut Agama Islam Negeri Tulungagung.

Seran, A.F. 2018. Pengaruh Health Education dengan Media Audiovisual (Video)
HIV/AIDS dengan Perilaku Pencegahan Penderita HIV/AIDS di Puskesmas
Ngoro Kabupaten Mojokerto. Manuscript STIKES Bina Sehat PPNI
Mojokerto, 1(1): 1689–1699.

Siregar, P.A. 2020. Buku Ajar Promosi Kesehatan. Medan: Universitas Islam
Negeri Sumatera Utara.

Sugiarto 2016. Pengembangan Video Promotif HIV dan AIDS untuk Siswa
Sekolah Menengah Pertama (SMP) Nusantara Plus Ciputat Tahun 2016.
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

Sulaiman, M.R. & Efendi, D.A. 2019. Hari AIDS Sedunia, Wajah Gelap
Penanggulangan HIV di Indonesia. Tersedia di
https://www.suara.com/health/2019/12/01/070500/kekosongan-obat-dan-
diskriminasi-masalah-utama-penanganan-hiv-di-indonesia?page=all
[Accessed 20 Juli 2020].

Tyasari, I. 2018. Persepsi Masyarakat terhadap Kelompok Risiko HIV/AIDS di


Desa Tlogomulyo Kecamatan Gubug Kabupaten Grobogan. Universitas
Muhammadiyah Semarang.

Ulum, M.B. 2018. Pengaruh Penggunaan Media Audio Visual (Slide Show
Animation) terhadap Minat Belajar dan Pemahaman Materi dalam Mata
Pelajaran Fiqih di MAN 3 Blitar. Institut Agama Islam Negeri Tulungagung.

Utomo, B. 2019. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Terjadinya Perilaku Seks


Pranikah pada Remaja Madya di Gresik. Universitas Muhammadiyah
Gresik.

Wasludin 2019. Efektifitas Media Elektronik Dan Media Cetak Terhadap


Pengetahuan Hiv/Aids Pada Siswa Smp Negeri 4 Kota Tangerang. Jurnal
Medikes (Media Informasi Kesehatan), 6(1): 11–18.

59
Wirenviona, R.A.A. & Riris, I.D.C.R. 2020. Edukasi Kesehatan Reproduksi
Remaja. Surabaya: Airlangga University Press.

Yuniwati, C., Yusnaini & Khatimah, K. 2017. Pengaruh Media Audio Visual dan
Media Leaflet terhadap Tingkat Pengetrahuan Remaja MAS Darul Ihsan
Aceh Besar tentang HIV/AIDS. Jurnal Ilmiah PANNMED, 13(2): 116–120.
Tersedia di js.poltekkes-medan.ac.id/pannmed/article/view/389/300.

Yusuf, M. 2014. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif & Penelitian Gabungan.


Jakarta: Kencana Prenada Media Group.

60
Lampiran 1
RIWAYAT HIDUP

SINDIWATI ADAM, dilahirkan di …. pada tanggal …..,


Pas Photo
anak pertama dari Bapak …. dan Ibu ….Peneliti mulai duduk
3x4 di bangku sekolah TK ……. pada tahun ……. dan lulus pada
tahun ……., SDN …… pada tahun .. dan lulus pada tahun
…, SMP ……. pada tahun ….dan lulus tahun …., SMA …….
pada tahun ….dan lulus pada tahun …..
Setelah lulus SMA, peneliti melanjutkan pendidikan
pada tahun …. di Universitas Muhammadiyah Gorontalo,
Fakultas Ilmu Kesehatan Program Studi Ilmu Keperawatan.
Kegiatan dan organisasi yang pernah diikuti oleh peneliti yaitu sebagai peserta
Program Pendidikan, Pelatihan Karakter dan Kepemimpinan (P2KK) di
Universitas Muhammadiyah Gorontalo pada tahun 2014/2015, Sertifikat sebagai
peserta soft skill di Universitas Muhammadiyagh Gorontalo, Sertifikat
Internasional Asosiasi Institusi Pendidikan Ners Muhammadiyah ‘Aisyiyah
Seindonesia, Sertifikat “Interprofesional and Nursing Asessment in Nursing
Education” AIPNEMA in Colaboration with Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas
Muhammadiyah Gorontalo, Sertifikat telah melaksanakan Kuliah Kerja Dakwah
(KKD) di Universitas Muhammadiyah gorontalo, Sertifikat Nasional “Menuju
Profesi Penerjemah yang Inovatif dan Mendunia” oleh Pusat Bahasa Universitas
Muhammadiyah Gorontalo, Sertifikat oleh BKKBN RI sebagai peserta di
Universitas Muhammadiyah Gorontalo, Sertikat Nasinal Keperawatan
“Perawatan Luka Modern” di Grand Palace Convention Center dilaksanaan oleh
PPNI Hikumepi Care (Belle lo Pali), Sertifikat Nasional Keperawatan
“Mewujudkan Generasi Perawat Profesional dalam Menghadapi Masyarakat
Ekonomi ASEAN Tahun 2015” oleh PPNI, Sertifikat “Bedah Undang-Undang
Keperawatan No. 38 Tahun 2014” bersama Dewan Pengurus Pusat PPNI
(SESUAIKAN DENGAN PUNYAMU).

61
Lampiran 2
Screenshoot Pencarian Literatur

Pencarian Literatur Google Cendekia

Pencarian Literatur Indonesia Onesearch

62
Lampiran 3

63
64
Lampiran 4

65
Lampiran 5

66
Lampiran 6

67
Lampiran 7

68
Lampiran 8

69
Lampiran 9

70
Lampiran 10

71
Lampiran 11

72
Lampiran 12

73
Lampiran 13

74

Anda mungkin juga menyukai