Anda di halaman 1dari 20

MAKALAH

HIPERTENSI

Disusun Oleh :

REVAIL JEHOSUA
NIM. 20061042

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

FAKULTAS KESEHATAN

UNIVERSITAS SARI PUTRA TOMOHON

2021
KATA PENGANTAR

Dengan memanjatkan puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas
berkat dan rahmat-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini tepat
pada waktunya. Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas dari Pengenalan
Kehidupan Kampus Bagi Mahasiswa Baru . Adapun makalah ini mengenai
Asuhan Keperawatan Hipertensi.

Saya menyadari bahwa penulisan makalah ini masih terdapat banyak


kesalahan dan kekurangan karena faktor kerterbatasan dari penyusun, maka saya
dengan senang hati menerima kritikan serta saran-saran yang bersifat membangun
demi kesempurnaan makalah ini.

Dan harapan saya sebagai penyusun adalah semoga hasil dari penyusunan
makalah ini dapat dimanfaatkan bagi generasi mendatang.

Akhir kata, melalui kesempatan ini saya, penyusun makalah mengucapkan


terima kasih.

Tomohon, 19 Januari 2020

Revail Jehosua
DAFTAR ISI

COVER ...................................................................................................... i
KATA PENGANTAR ............................................................................... ii
DAFTAR ISI .............................................................................................. iii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah .............................................................
1.2 Rumusan masalah .......................................................................
1.3 Tujuan Penulisan .......................................................................
1.4 Manfaat Penulisan .....................................................................
BAB II KONSEP TEORI
2.1 Definisi ......................................................................................
2.2 Tanda dan Gejala ........................................................................
2.3 Etiologi .......................................................................................
2.4 Patofisiologis ..............................................................................
2.5 Pathways ......................................................................................
2.6 Pemeriksaan Penunjang ...............................................................
2.7 Penatalaksanaan ...........................................................................
2.7.1 Medis ................................................................................
2.7.2 Keperawatan .....................................................................
BAB III TINJAUAN KASUS
3.1 Pengkajian ..................................................................................
3.1.1 Analisa Data .....................................................................
3.2 Diagnosa Keperawatan ...............................................................
3.2.1 Prioritas Diagnosa Keperawatan ......................................
3.3 Perencanaan ................................................................................
3.4 Implementasi ..............................................................................
3.5 Evaluasi ......................................................................................
BAB IV PENUTUP
1. Kesimpulan ..................................................................................
2. Saran ............................................................................................
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Dewasa ini masyarakat sudah tidak asing lagi mendengar kata Hipertensi.
Hipertensi merupakan salah satu penyakit yang umum dijumpai di
masyarakat, dan merupakan penyakit yang terkait dengan sistem
kardiovaskuler. Hipertensi memang bukan penyakit menular, namun kita juga
tidak bisa menganggapnya sepele, selayaknya kita harus senantiasa waspada.

Tekanan Darah tinggi atau Hipertesi dan arterosclerosis (pengerasan arteri)


adalah dua kondisi pokok yang mendasari banyak bentuk penyakit
kardiovaskuler. Lebih jauh, tidak jarang tekanan darah tinggi juga
menyebabkan gangguan ginjal. Sampai saat ini, usaha-usaha baik untuk
mencegah maupun mengobati penyakit hipertensi belum berhasil sepenuhnya,
hal ini dikarenakan banyak faktor penghambat yang mempengaruhi seperti
kurang pengetahuan tentang hipertensi (pengertian, klasifikasi, tanda dan
gejala, sebab akibat, komplikasi) dan juga perawatannya. Saat ini, angka
kematian karena hipertensi di Indonesia sangat tinggi. Hipertensi merupakan
penyebab kematian nomor 3 setelah stroke dan tuberkulosis, yakni mencapai
6,7% dari populasi kematian pada semua umur di Indonesia.

Hipertensi merupakan gangguan sistem peredaran darah yang


menyebabkan kenaikan tekanan darah di atas normal, yaitu 140/90 mmHg.
Hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) Balitbangkes tahun 2007
menunjukan prevalensi hipertensi secara nasional mencapai 31,7%
(Kementerian Kesehatan Republik Indonesia). Dari jumlah itu, 60% penderita
hipertensi berakhir pada stroke. Sedangkan sisanya pada jantung, gagal ginjal,
dan kebutaan. Sementara di dunia Barat, hipertensi justru banyak
menimbulkan gagal ginjal, oleh karena perlu diadakan upaya-upaya untuk
menekan angka peyakit hipertensi terlebih bagi penderita hipertensi perlu
diberikan perawatan dan pengobatan yang tepat agar tidak menimbukan
komplikasi yang semakin parah. Selain itu pentingnya pemberian asuhan
keperawatan pada pasien hipertensi juga sangat diperlukan untuk melakukan
implementasi yang benar pada pasien hipertensi. Diharapkan dengan
dibuatnya makalah tentang asuhan keperawatan klien dengan gangguan
hipertensi ini dapat memberi asuhan keperawatan yang tepat dan benar bagi
penderita hipertensi dan dapat mengurangi angka kesakitan serta kematian
karena hipertensi dalam masyarakat.
1.2 Tujuan Penulisan
Tujuan dari penulisan makalah ini adalah sebagai berikut:

1.2.1 Tujuan Umum


Mahasiswa mampu memahami konsep asuhan keperawatan pada pasien
hipertensi

1.2.2 Tujuan Khusus


1) Memaparkan konsep penyakit hipertensi yang meliputi anatomi dan
fisiologi penyakit jantung, definisi, klasifikasi, etiologi, manifestasi
klinis, patofisiologi, pathway, komplikasi, pemeriksaan penunjang,
penatalaksanaan medis, keperawatan dan diet.
2) Memahami asuhan keperawatan pada pasien hipertensi dengan
metodologi asuhan keperawatan yang benar.
BAB II

KONSEP TEORI

1.1 Definisi

Hipertensi adalah peningkatan tekanan darah sistolik dan diastolik dengan


konsisten diatas 140/90 mmHg. Menurut WHO, penyakit hipertensi
merupakan peningkatan tekanan sistolik lebih besar atau sama dengan 160
mmHg dan atau tekanan diastolik sama atau lebih besar 95 mmHg. Hipertensi
dapat didefinisikan sebagai tekanan darah persisten dimana tekanan
sistoliknya diatas 140 mmHg dan tekanan diastoliknya diatas 90 mmHg.(
Smith Tom, 1995 )

Hipertensi dikategorikan ringan apabila tekanan diastoliknya antara 95 –


104 mmHg, hipertensi sedang jika tekanan diastoliknya antara 105 dan 114
mmHg, dan hipertensi berat bila tekanan diastoliknya 115 mmHg atau lebih.
Pembagian ini berdasarkan peningkatan tekanan diastolic karena dianggap
lebih serius dari peningkatan sistolik. (Smith Tom, 1995)

Hipertensi adalah tekanan darah tinggi atau istilah kedokteran menjelaskan


hipertensi adalah suatu keadaan dimana terjadi gangguan pada mekanisme
pengaturan tekanan darah. (Mansjoer,2000 : 144)

Hipertensi adalah keadaan menetap tekanan sistolik melebih dari 140


mmHg atau tekanan diastolic lebih tinggi dari 90 mmHg. Diagnostic ini dapat
dipastikan dengan mengukur rata-rata tekanan darah pada 2 waktu yang
terpisah (FKUI, 2001 : 453)

Patologi utama pada hipertensi adalah peningkatan tekanan vesikalis perifer


arterior (Mansjoer, 2000 : 144)
1.2 Tanda dan Gejala (Manifestasi Klinis)

1. Tanda dan gejala


Tanda dan gejala pada hipertensi dibedakan menjadi dua, yaitu:
a. Tidak ada gejala
Tidak ada gejala yang spesifik yang dapat dihubungkan dengan
peningkatan tekanandarah, selain penentuan tekanan arteri oleh dokter
yang memeriksa. Hal ini berartihipertensi arterial tidak akan pernah
terdiagnosa jika tekanan arteri tidak terukur.
b. Gejala yang lazim
Sering dikatakan bahwa gejala terlazim yang menyertai hipertensi
meliputi nyeri kepala dan kelelahan. Dalam kenyataannya ini
merupakan gejala terlazim yang mengenai kebanyakan pasien yang
mencari pertolongan medis.
2. Manifestasi klinis
Menurut Rokhaeni (2001), manifestasi klinis beberapa pasien yang
menderita hipertensi yaitu : Mengeluh sakit kepala, pusing lemas,
kelelahan, sesak nafas, gelisah, mual muntah, epistaksis, kesadaran
menurun.
Individu yang menderita hipertensi kadang tidak menampakkan gejala
sampai bertahun-tahun. Gejala, bila ada biasanya menunjukkan kerusakan
vaskuler, dengan manifestasi yang khas sesuai system organ yang
divaskularisasi oleh pembuluh darah yang bersangkutan. penyakit arteri
koroner dengan angina adalah gejala yang paling menyertai hipertensi.
Hipertrofi ventrikel kiri terjadi sebagai respons peningkatan beban kerja
ventrikel saat dipaksa berkontraksi melawan tekanan sistemik yang
meningkat. Apabila jantung tidak mampu lagi menahan peningkatan beban
kerja maka terjadi gagal jantung kiri. Perubahan patologis pada ginjal
dapat bermanifestasi sebagai nokturia (peningkatan urinasi pada malam
hari) dan azotemia (peningkatan nitrogen urea darah dan kretinin).
Keterlibatan pembuluh darah otak dapat menimbulkan stroke atau
serangan iskemik trasien yang termanifestasi sebagai paralysis sementara
pada satu sisi (hemiplegia) atau gangguan ketajaman penglihatan.
2.3 Etiologi

Hipertensi berdasarkan penyebabnya dapat dibedakan menjadi 2 golongan


besar yaitu :

1. Hipertensi essensial (hipertensi primer) yaitu hipertensi yang tidak


diketahui penyebabnya. Faktor resiko hipertensi esensial yaitu :

a. Faktor keturunan

Dari data statistik terbukti bahwa seseorang akan memiliki


kemungkinan lebih besar untuk mendapatkan hipertensi jika orang
tuanya adalah penderita hipertensi.

b. Ciri perseorangan

Ciri perseorangan yang mempengaruhi timbulnya hipertensi adalah


umur (jika umur bertambah maka TD meningkat), jenis kelamin (laki-
laki lebih tinggi dari perempuan) dan ras (ras kulit hitam lebih
banyak dari kulit putih).

c. Kebiasaan hidup

Kebiasaan hidup yang sering menyebabkan timbulnya hipertensi


adalah konsumsi garam yang tinggi (melebihi dari 30 gr), kegemukan
atau makan berlebihan, stress dan pengaruh lain misalnya merokok,
minum alcohol, minum obat-obatan (ephedrine, prednison, dan
epineprin).

d. Usia

Pada Usia lanjut, penyebab perubahan tekanan darah adalah karena


adanya ateroslerosis, hilangnya elastisitas pembuluh darah,
menurunnya distensi dan daya regang pembuluh darah.
2.4 Patofisiologi

Mekanisme yang mengontrol konstriksi dan relaksasi pembuluh darah


terletak dipusat vasomotor, pada medulla diotak. Dari pusat vasomotor ini
bermula jaras saraf simpatis, yang berlanjut ke bawah ke korda spinalis dan
keluar dari kolumna medulla spinalis ganglia simpatis di toraks dan abdomen.
Rangsangan pusat vasomotor dihantarkan dalam bentuk impuls yang bergerak
ke bawah melalui system saraf simpatis ke ganglia simpatis. Pada titik ini,
neuron preganglion melepaskan asetilkolin, yang akan merangsang serabut
saraf pasca ganglion ke pembuluh darah, dimana dengan dilepaskannya
noreepineprin mengakibatkan konstriksi pembuluh darah. Berbagai factor
seperti kecemasan dan ketakutan dapat mempengaruhi respon pembuluh
darah terhadap rangsang vasokonstriksi. Individu dengan hipertensi sangat
sensitive terhadap norepinefrin, meskipun tidak diketahui dengan jelas
mengapa hal tersebut bisa terjadi.

Pada saat bersamaan dimana system saraf simpatis merangsang


pembuluh darah sebagai respons rangsang emosi, kelenjar adrenal juga
terangsang, mengakibatkan tambahan aktivitas vasokonstriksi. Medulla
adrenal mensekresi epinefrin, yang menyebabkan vasokonstriksi. Korteks
adrenal mensekresi kortisol dan steroid lainnya, yang dapat memperkuat
respons vasokonstriktor pembuluh darah. Vasokonstriksi yang mengakibatkan
penurunan aliran ke ginjal, menyebabkan pelepasan rennin. Rennin
merangsang pembentukan angiotensin I yang kemudian diubah menjadi
angiotensin II, suatu vasokonstriktor kuat, yang pada gilirannya merangsang
sekresi aldosteron oleh korteks adrenal. Hormon ini menyebabkan retensi
natrium dan air oleh tubulus ginjal, menyebabkan peningkatan volume intra
vaskuler. Semua faktor ini cenderung mencetuskan keadaan hipertensi untuk
pertimbangan gerontology.

Perubahan structural dan fungsional pada system pembuluh perifer


bertanggungjawab pada perubahan tekanan darah yang terjadi pada usia
lanjut. Perubahan tersebut meliputi aterosklerosis, hilangnya elastisitas
jaringan ikat dan penurunan dalam relaksasi otot polos pembuluh darah, yang
pada gilirannya menurunkan kemampuan distensi dan daya regang pembuluh
darah. Konsekuensinya, aorta dan arteri besar berkurang kemampuannya
dalam mengakomodasi volume darah yang dipompa oleh jantung ( volume
sekuncup ), mengakibatkan penurunan curang jantung dan peningkatan
tahanan perifer ( Brunner & Suddarth, 2002 ).
2.5 Pathways

2.6 Pemeriksaan Menunjang


1. Riwayat dan pemeriksaan fisik secara menyeluruh
2. Pemeriksaan retina
3. Pemeriksaan laboratorium untuk mengetahui kerusakan organ seperti
ginjal dan jantung
4. EKG untuk mengetahui hipertropi ventrikel kiri
5. Urinalisa untuk mengetahui protein dalam urin, darah, glukosa
6. Pemeriksaan: renogram, pielogram intravena arteriogram renal,
pemeriksaan fungsi ginjal terpisah dan penentuan kadar urine.
7. Foto dada dan CT scan

2.7 Penatalaksanaan
Olah raga lebih banyak dihubungkan dengan pengobatan hipertensi,
karena olah raga isotonik (spt bersepeda, jogging, aerobic) yang teratur dapat
memperlancar peredaran darah sehingga dapat menurunkan tekanan darah.
Olah raga juga dapat digunakan untuk mengurangi/ mencegah obesitas dan
mengurangi asupan garam ke dalam tubuh (tubuh yang berkeringat akan
mengeluarkan garam lewat kulit).
Pengobatan hipertensi secara garis besar dibagi menjadi 2 jenis yaitu:

1. Pengobatan non obat (non farmakologis)


2. Pengobatan dengan obat-obatan (farmakologis)
2.7.1 Medis
Obat-obatan antihipertensi. Terdapat banyak jenis obat
antihipertensi yang beredar saat ini. Untuk pemilihan obat yang tepat
diharapkan menghubungi dokter.

1. Diuretik
Obat-obatan jenis diuretik bekerja dengan cara
mengeluarkan cairan tubuh (lewat kencing) sehingga volume
cairan ditubuh berkurang yang mengakibatkan daya pompa jantung
menjadi lebih ringan. Contoh obatannya adalah Hidroklorotiazid.
2. Penghambat Simpateti
Golongan obat ini bekerja dengan menghambat aktivitas
saraf simpatis (saraf yang bekerja pada saat kita beraktivitas ).
Contoh obatnya adalah : Metildopa, Klonidin dan Reserpin.

3. Betabloker
Mekanisme kerja anti-hipertensi obat ini adalah melalui
penurunan daya pompa jantung. Jenis betabloker tidak dianjurkan
pada penderita yang telah diketahui mengidap gangguan
pernapasan seperti asma bronkial. Contoh obatnya adalah :
Metoprolol, Propranolol dan Atenolol. Pada penderita diabetes
melitus harus hati-hati, karena dapat menutupi gejala hipoglikemia
(kondisi dimana kadar gula dalam darah turun menjadi sangat
rendah yang bisa berakibat bahaya bagi penderitanya). Pada orang
tua terdapat gejala bronkospasme (penyempitan saluran
pernapasan) sehingga pemberian obat harus hati-hati.
4. Vasodilator
Obat golongan ini bekerja langsung pada pembuluh darah
dengan relaksasi otot polos (otot pembuluh darah). Yang termasuk
dalam golongan ini adalah : Prasosin, Hidralasin. Efek samping
yang kemungkinan akan terjadi dari pemberian obat ini adalah :
sakit kepala dan pusing.
5. Penghambat ensim konversi Angiotensin
Cara kerja obat golongan ini adalah menghambat
pembentukan zat Angiotensin II (zat yang dapat menyebabkan
peningkatan tekanan darah). Contoh obat yang termasuk golongan
ini adalah Kaptopril. Efek samping yang mungkin timbul adalah :
batuk kering, pusing, sakit kepala dan lemas.
6. Antagonis kalsium
Golongan obat ini menurunkan daya pompa jantung dengan
cara menghambat kontraksi jantung (kontraktilitas). Yang
termasuk golongan obat ini adalah : Nifedipin, Diltiasem dan
Verapamil. Efek samping yang mungkin timbul adalah : sembelit,
pusing, sakit kepala dan muntah.
7. Penghambat Reseptor Angiotensin II
Cara kerja obat ini adalah dengan menghalangi penempelan
zat Angiotensin II pada reseptornya yang mengakibatkan ringannya
daya pompa jantung. Obat-obatan yang termasuk dalam golongan
ini adalah Valsartan (Diovan). Efek samping yang mungkin timbul
adalah : sakit kepala, pusing, lemas dan mual.

Dengan pengobatan dan kontrol yang teratur, serta menghindari faktor


resiko terjadinya hipertensi, maka angka kematian akibat penyakit ini bisa
ditekan.
2.7.2 Keperawatan
Pengobatan non farmakologis kadang-kadang dapat mengontrol
tekanan darah sehingga pengobatan farmakologis menjadi tidak
diperlukan atau sekurang-kurangnya ditunda. Sedangkan pada keadaan
dimana obat anti hipertensi diperlukan, pengobatan non farmakologis
dapat dipakai sebagai pelengkap untuk mendapatkan efek pengobatan
yang lebih baik.

Pengobatan non farmakologis diantaranya adalah :


1. Diet rendah garam/kolesterol/lemak jenuh
2. Mengurangi asupan garam ke dalam tubuh.
Nasehat pengurangan garam, harus memperhatikan kebiasaan
makan penderita. Pengurangan asupan garam secara drastis akan
sulit dilaksanakan. Cara pengobatan ini hendaknya tidak dipakai
sebagai pengobatan tunggal, tetapi lebih baik digunakan sebagai
pelengkap pada pengobatan farmakologis.
3. Ciptakan keadaan rileks
Berbagai cara relaksasi seperti meditasi, yoga atau hipnosis dapat
mengontrol sistem saraf yang akhirnya dapat menurunkan tekanan
darah.
4. Melakukan olah raga seperti senam aerobik atau jalan cepat selama
30-45 menit sebanyak 3-4 kali seminggu.
5. Berhenti merokok dan mengurangi konsumsi alkohol

9
BAB 3

TINJAUAN KASUS

3.1 Pengkajian
3.1.1 Analisa Data
Nama Perawat : Kholid S.kep,.Ns
Pengkajian : Hipertensi
Ruang : Mawar
Tanggal pengkajian : 31-03-2015

Identitas pasien
1. Nama : Ny.M
2. Umur : 30 tahun
3. Agama : Islam
4. Penddikan : SMA
5. Tanggal & jam masuk rs : 31-03-2015/08.00 WIB
6. Pekerjaan : Wiraswasta
7. Suku : Jawa
8. Bangsa : Indonesia
9. Alamat : Kudaile Slawi
10. Diagnosis medis : Hipertensi

Identitas Penanggung Jawab

1. Nama : Tn. F
2. Usia : 40 Tahun
3. Hub dengan pasien : Suami pasien
4. Alamat : Kudaile
5. No. yang bisa dihubungi :0857999999999

1. Keluhan Utama
Ny. M mengeluh sakit pada daerah kepala hingga leher dengan
skala nyeri 8.

P = pasien mengatakan nyeri saat berdiri

Q = pasien mengatakan nyeri yang dirasakan seperti ditusuk-tusuk


R = pasien mengatakan nyeri terasa dari kepala bagian atas hingga
leher
S = pasien mengatakan skala nyeri 8
T = pasien mengatakan nyeri tekan dan nyeri gerak dirasakan ± 2
jam secara terus - menerus. Nyeri akan semakin hebat jika bergerak.

2. Keluhan Tambahan
Ny. M mengeluh merasa mual, muntah, dan lemas.

3. Riwayat Penyakit Sekarang


Ny. M mengatakan nyeri di kepala bagian atas hingga leher
dari tanggal 17 Maret 2015. Ny. M mengatakan sudah dua hari
tidak makan karena merasa mual dan muntah sehingga Ny. M
terlihat pucat dan lemas. Ny. M mengatakan lemas, lelah, sesak
nafas, dan kepalanya pusing sambil memegang kepala dan
meringis kesakitan. Sebelumnya pasien sudah memeriksakan diri
ke puskesmas, di dekat tempat tinggalnya. Ny. M mengatakan
sebelum sakit BB Ny. M 50 kg dan selama sakit 40 kg. Kemudian
oleh puskesmas di rujuk ke RSUD Bhakti Mandala Husada.

4. Riwayat Penyakit Dahulu


Ny. M mengatakan sebelumnya tidak pernah mengalami
sakit DM dan jantung. Ny. M pernah mengalami tekanan darah
tinggi saat 2 tahun yang lalu, Ny. M jarang minum obat hanya
mengkonsumsi minuman seperti rebusan daun alpokat sehari 3x.

5. Riwayat Penyakit Keluarga


Pasien mengatakan di dalam keluarganya ada riwayat penyakit
hipertensi.

6. Pemeriksaan Fisik
a. Tanda Tanda Vital
Tekanan darah : 200/100 MmHg
0
Suhu : 40 C
Nadi : 110 x/menit
Pernafasan : 28 x/menit
b. Antropometri
TB : Sebelum sakit 160 cm - Selama sakit 160 cm
BB : Sebelum sakit 50kg - Selama sakit 40 kg\Rumus
BB/TBXTB

IMT : Sebelum sakit : 50 / (1.6)² = 19,53

: Selama sakit : 40 / (1.6)² = 15,625


a. Mata
Mata simetris, sclera tidak ikterik, konjungtiva anemis, tidak
menggunakan alat bantu penglihatan.

b. Leher
Tidak terdapat pembesaran kelenjar tiroid, tidak tampak pembesaran
vena jugularis.

c. Jantung
I = tidak tampak sianosis, IC tidak tampak
Pa = IC teraba di intercosta ke 5
Pe = konfigurasi jantung dalam batas normal
Au = tidak terdengar bunyi jantung tambahan

d. Dada dan paru


I = simetris kanan dan kiri
Pa = pengembangan paru simetris kanan dan kiri
Pe = suara redup 1/3 basal paru kanan dan kiri. Normal sonor
vasikuler
Au = vesikuler

e. Abdomen
I = tidak terdapat lesi, warna kulit merata, tidak terdapat
jaringan parut, perut rata (datar)
Au = bising usus 10 x/menit
Pa = tidak terdapat nyeri tekan
Pe = tympani

f. Pola Fungsional Gordon :


1. Pola Persepsi Kesehatan
Ny. M mengatakan sebelumnya tidak mementingkan
kesehatannya. Selama sakit Ny.M hanya memeriksakan ke
puskesmas dan sekarang merasa cemas dengan kesehatannya
sehingga Ny.M mau di rawat di Rumah Sakit.
11
2. Pola Nutrisi atau Metabolik
Ny. M mengatakan sebelum sakit makan teratur 3x sehari dan
minum air mineral sehari 2000 ml. Tapi selama sakit sudah dua
hari tidak nafsu makan di karenakan mual dan muntah. Ny.M
hanya makan 2 sendok bubur, minum air mineral 600 ml per hari.
Kulit kering, sakit pada abdomen, dan mukosa bibir pucat serta
kering.
3. Pola Eliminasi
Ny. M mengatakan sebelum sakit BAB sekali sehari dengan
konsistensi lunak tidak keras, tidak ada darah, dan warna feses
kuning kecoklatan. Sebelum sakit pasien BAK spontan 4x sehari.
Ny. M mengatakan selama sakit BAB 3x sehari dengan
konsistensi encer dan tidak ada darah, BAK spontan 2x sehari.
4. Pola Aktivitas atau Latihan
Ny. M mengatakan 3x seminggu selalu makan daging kambing.
Ny. M mengatakan suka memakan makanan dengan kadar garam
tinggi dan tidak menyukai sayuran. Ny.M mengatakan sebelum
sakit dapat mandi sendiri 3x sehari dan selama sakit mandi hanya
di lap air hangat sehari sekali dengan bantuan suaminya.
5. Pola Tidur atau Istirahat
Ny. M mengatakan pola tidur sebelum sakit normal 8 jam sehari
dan selama sakit 5 jam sehari karena sering terbangun pada
malam hari.
6. Pola Kognitif atau Perseptual
Ny. M mengatakan sebelum dan sesudah sakit dapat mendengar
dengan jelas tanpa menggunakan alat bantu pendengaran.
7. Pola Persepsi Diri atau Konsep Diri
a. Persepsi diri: pasien mengatakan dia tidak suka badannya
yang terlalu kurus.
b. Harga diri: pasien mengatakan tidak merasa malu dengan
keadaannya.
c. Ideal diri: pasien berharap segera sembuh dan dapat
beraktivitas kembali.
d. Peran diri: pasien mengatakan dia seorang ibu rumah
tangga dengan 2 orang anak.
e. Identitas diri: pasien mengatakan dia bernama ny.M
berumur 30 tahun.
8. Pola Peran atau Hubungan
Ny. M mengatakan seorang Ibu rumah tangga dengan 2 orang
anak, hubungan anak dengan Ibu sangat dekat setiap hari selalu
bertemu dan hubungan dengan suami harmonis tidak ada masalah
ekonomi.
9. Pola Seksualitas atau Reproduksi
Ny. M mengatakan haid teratur sebulan sekali dan kelahiran anak
pertama dan kedua selisih 4 tahun.
10. Pola koping atau Toleransi Stress
Ny. M mengatakan belum pernah masuk rumah sakit dan baru
pertama kali masuk rumah sakit selama mengalami hipertensi
sehingga Ny. M merasa cemas tapi Ny.M percaya dengan
pengobatan medis dapat menyembuhkan sakitnya.
11. Pola Kepercayaan dan Agama
Ny.M mengatakan beragama islam, sebelum sakit beribadah
dengan normal, sholat lima waktu dan selama sakit semakin rajin
beribadah.
Daftar Pustaka

Firmansyah, R, S, Lukman, M & Mambangsari, C, W 2017, ‘Faktor-Faktor yang


berhubungan dengan dukungan keluarga dalam pencegahan primer hipertensi’, JKP, vol.
5, no. 2, hh. 197-213.
Pradono, J, Suparmi & Sihombing, N 2013, ‘Prevalensi dan determinan hipertensi
kelompok umur 15-60 tahun di kota bogor, prov. Jawa barat’, Jurnal Ekologi Kesehatan,
vol. 12, no. 3, hh. 171-179.
Tarigan, A, R, Lubis, Z & Syarifah 2018, ‘Pengaruh pengetahuan, sikap dan dukungan
keluarga terhadap diet hipertensi di desa hulu kecamatan pancur batu tahun 2016’, Jurnal
Kesehatan, vol. 11, no. 1, hh. 9-17.

Anda mungkin juga menyukai