Anda di halaman 1dari 31

MAKALAH

SISTEM ENDOKRIN(PENYAKIT DM)

Dosen Pengajar : dr. Jeles Atiuta, M.Kes


Di Susun Oleh :

Nama : Rus Sriyani


NIM : 1420118070
Prodi : S1 Keperawatan
Kelas : A1 Siang (Ambon)
Semester : IV (Empat)

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN(STIKes)


MALUKU HUSADA
AMBON
2020

1
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ..................................................................................................... i

KATA PENGANTAR.................................................................................................... ii

DAFTAR ISI.................................................................................................................. iii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang..................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah................................................................................ 2
C. tujjuan.................................................................................................. 3
D. Manfaat ............................................................................................... 4
BAB II TINJAUAN TEORI

A. Pengertian............................................................................................ 3
B. Faktor Resiko....................................................................................... 3
C. Penyebab dan Patisiologi..................................................................... 5
D. Klasifikasi............................................................................................ 5
E. Terapi................................................................................................... 5
F. Klasifikasi Insulin ............................................................................... 6
G. Indikasi dan Tujuan Terapi.................................................................. 9
H. Efek Samping....................................................................................... 10
BAB III PENUTUP

A. Penutup................................................................................................ 29
B. Saran....................................................................................................

KATA PENGANTAR

2
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat
dan hidayahnya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul
“SISTEM ENDOKRIN (Penyakit DM)”ini dengan sebaik baiknya. Makalah ini
disusun guna memenuhi tugas matakuliah KMB II. Makalah ini terselesaikan atas
bantuan berbagai pihak, oleh karena itkalah ini masih jauh dari kesempurnaan,
oleh karena itu saran dan kritik yang bersifat membangun sangat kami harapkan.

Ambon,2020

Penulis

BAB I

3
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Diabetes mellitus merupakan penyakit menahun yang ditandai dengan
kadarglukosa darah yang melebihi nilai normal. Apabila dibiarkan tidak
terkendali,diabetus mellitus dapat menimbulkan komplikasi yang berakibat fatal,
misalnyaterjadi penyakit jantung koroner, gagal ginjal, kebutaan dan lain-lain.
Menurutdata stastistik tahun 2010 dari WHO terdapat 220 juta penderita diabetes
mellitusdi seluruh dunia. Tahun 2030 jumlah penderita diabetes mellitus
diperkirakanakan melonjak lagi mencapai dua kali lipat dari jumlah sekarang. Saat ini
penyakitdiabetes mellitus banyak dijumpai penduduk Indonesia. Bahkan
WHOmenyebutkan, jumlah penderita diabetes mellitus di Indonesia menduduki
rankingempat setelah India, China, dan Amerika Serikat. Dokter memiliki peran
yangsangat penting dalam keberhasilan penatalaksanaan diabetes. Membantu
penderitamenyesuaikan pola diet sebagaimana yang disarankan ahli gizi, mencegah
danmengendalikan komplikasi yang mungkin timbul, mencegah dan
mengendalikanefek samping obat, memberikan rekombinasi penyesuaian rejimen dan
dosis obatyang harus dikonsumsi penderita bersama-sama dengan dokter yang
merawatpenderita, yang kemungkinan dapat berubah dari waktu ke waktu sesuai
dengankondisi penderita, merupakan peran yang sangat sesuai dengan kompetensi
dantugas seorang dokter.
Dokter dapat juga memberikan tambahan ilmu pengetahuankepada penderita
tentang segala sesuatu yang berhubungan dengan kondisi danpengelolaan diabetes.
Diabetes mellitus sendiri didefinisikan sebagai suatupenyakit dan gangguan
metabolisme kronis dengan multi etilogi yang ditandaidengan tingginya kadar gula
darah disertai dengan gangguan metabolismekarbohidrat, lipid, dan protein sebagai
akibat insufisiensi fungsi insulin.Insufisiensi fungsi insulin dapat disebabkan oleh
gangguan atau difisiensi produkinsulin oleh sel-sel beta Langerhans kelenjar
pankreas, atau disebabkan olehkurang reponsifnya sel-sel tubuh terhadap insulin.

4
B. Rumusan Masalah
1) Definisi Diabetes Melitus?
2) Faktor Resiko Diabetes mellitus?
3) Penyebab dan Patofisiologi Diabetes Melitus?
4) Klasifikasi Diabetes Melitus?
5) Terapi Diabetes Melitus?

C. Tujuan
1) Mengetahui Definisi Diabetes Melitus
2) Mengetahui Faktor Resiko Diabetes Melitus
3) Mengetahui Penyebab Diabetes Melitus
4) Klasifikasi Diabetes Melitus
5) Terapi Diabetes Melitus

D. Manfaat
Makalah ini diharapkan dapat membantu kita semua dalam memahami apa itu
penyakit Diabetes Melitus

BAB II

5
PEMBAHASAN

A. Definisi
Diabetis melitus adalah gangguan metabolisme yang di tandai dengan
hiperglikemia yang berhubungan dengan abnormalitas metabolisme karbohidrat,
lemak, dan protein yang di sebabkan oleh penurunan sekresi insulin atau penurunan
sensitivitas insulin, atau keduanya dan menyebabkan komplikasi kronis
mikrovaskuler, makrovaskuler dan neuropati.
Diabetes Melllitus adalah suatu kumpulan gejala yang timbul pada seseorang
yang disebabkan oleh karena adanya peningkatan kadar gula (glukosa) darah akibat
kekurangan insulin baik absolut maupun relatif (Arjatmo, 2002 dalam
www.ilmukeperawatan.com).
Diabetes Melitus adalah suatu kumpulan gejala yang timbul pada seseorang yang
disebabkan oleh karena adanya peningkatan kadar glukosa darah akibat kekurangan
insulin baik absolut maupun relatif (Noer, 2003 dalam www.trinoval.web.id).
Diabetes mellitus adalah penyakit dimana penderita tidak bisa mengontrol kadar gula
dalam tubuhnya. Tubuh akan selalu kekurangan ataupun kelebihan gula sehingga
mengganggu system kerja tubuh secara keseluruhan (FKUI, 2001 dalam
www.trinoval.web.id).
Diabetes mellitus adalah sekelompok kelainan yang ditandai oleh peningkatan
kadar glukosa darah (hiperglikemia). Mungkin terdapat penurunan dalam
kemampuan tubuh untuk berespon terhadap insulin dan atau penurunan atau tidak
terdapatnya pembentukan insulin oleh pancreas. Kondisi ini mengarah pada
hiperglikemia, yang dapat menyebabkan terjadinya komplikasi metabolic akut seperti
ketoasidosis diabetic. Hiperglikema jangka panjang dapat menunjang terjadinya
komplikasi mikrovaskular kronis (penyakit ginjal dan mata) serta komplikasi
neuropati. Diabetes juga berkaitan dengan kejadian penyakit makrovaskuler,
termasuk infark miokard, stroke, dan penyakit vaskuler perifer.(brunner and suddarth,
2002 : 109)
Seseorang yang kena diabetes tentunya mempunyai masalah tentang insulinnya.
Insulin merupakan hormone polipeptida yang terdiri dari 51 asam amino yang

6
tersusun dalam 2 rantai; rantai A terdiri dari 21 asam amino da rantai B mempunyai
30 asam amino. Antara rantai A dan B terdapat 2 gugus disulfide yaitu antara A-7
dengan B-7 dan A-20 dengan B-19. Selain itu masih erdapat gugus disulfida antara
asam amino ke-6 dan ke-11 pada rantai A.

Diabetes Digolongkan menjadi 3, yaitu :


1) Insulin Dependent Diabetes Melitus (IDDM)
Merupakan diabetes tipe 1 yang insulin dependen, keadaan ini terjadi karena
defisiensi insulin , yang diakibatkan adanya kerusakan sel Beta pulau Langerhans.
Biasanya terjadi paa umur +- 15 tahun, dengan diikuti gejala hiperglikimia,
gangguan retina, ketoasidosis, gagal ginjal, aterosklerosis. Obat Antidiabetik Oral
(ADO) tidak dapat mengidnduksi sekresi insulin, sehingga pasien pasien harus
disuntik insulin. Penderita DM Tipe 1 biasanya memiliki tubuh yang kurus dan
cenderung berkembang menjadi diabetes ketoasidosis (DKA) karena insulin
sangat kurang disertai peningkatan hormon glukagonSejumlah 20-40% pasein
mengalami DKA setelah beberapa hari mengalami poliuria,polidispia,polifagia,
dan kehilingan bobor badan
2) Non Insulin Dependent Diabetes Melitus (NIDDM)
Disebut tipe 2, NDDM terjadi karena menurunnya produksi insulin yang disertai
menurunnya respons jaringan terhadap insulin dengan gejala terdapat
hiperglikimia sedangkan ketoADOSIS TIDAK ADA. Pengobatan utama adalah
mengatur diet dan olahraga, obat obat hipoliglikimik oral diberikan bila
pengobatan lainnya gagal.Pasein dengan DM tipe 2 sering asimptomatik.
Munculnya komplikasi dapat mengindakasi bahwa pasein telah menderita DM
selama bertahun-tahun, umumnya muncul neuropati.Pada diagnosis umumnya
terdeteksi adanya letargi, poliuria, nokturia, dan polidispia, sedangkan penurunan
bobot badan secara signifikan jarang terjadi.

7
B. Faktor Resiko
1) Riwayat Keluarga
2) Obesitas Atau Kegemukan
3) Usia Yang Semakit Bertambah
4) Kurangnya Aktivitas Fisik
5) Suka Merokok
6) Suka Mengkonsumsi Makanan Berkolesterol Tinggi
7) Penderita Hipertensi Atau Tekenan Darah Tinggi
8) Masa Kehamilan
9) Ras Tertentu
10) Tekanan Stres Dalam Jangka Waktu Yang Lama
11) Sering Mengkonsumsi Obat-Obatan Kimia

C. Penyebab dan Patosiologi


1) Penyebab
Penyebabnya adalah kekurangan hormone insulin, yang berfungsi
memungkinkan glukosa masuk kedalam sel untuk dimetabolisir (dibakar) dan
demikian dimanfaatkan sebagai sumber energi. Akibatnya adalah glukosa
bertumpuk di dalam darah (hiperglikemia) dan akhirnya disekresikan lewat
kemih tanpa digunakan (glycosuria). Karena itu, produksi kemih sangat
meningkat dan penderita sering berkemih, merasa sangat haus, berat badan
menurun dan merasa lelah.

Penyebab lain adalah menurunnya kepekaan reseptor sel bagi insulin (resistensi
insulin) yang diakibatkan oleh makan yang terlalu banyak dan kegemukan
(overweight). Rata-rata 1,5 – 2 % dari seluruh penduduk dunia menderita
diabetes yang bersifat menurun (familial).di Indonesia penderita diabetes
diperkirakan 3 juta orang atau 1,5 % dari 200 juta penduduk, sedangkan dieropa
mencapai 3-5% ! pada lima tahun terakhir jumlah ini meningkat secara eksplosif,
yang disebabkan oleh meningkatnya peristiwa overweight dan obesitas terutama

8
didunia barat. Diperkirakan bahwa ditahun 2030 jumlsah penderita diabetes akan
meningkat sampai 336 juta jiwa, berarti k.l. 2 kali dari sekarang.

Penyakit diabetes bisa disebabkan oleh beberapa faktor pemicu, diantaranya :


a) Pola makan
    Makan secara berlebihan dan melebihi jumlah kadar kalori yang dibutuhkan
oleh tubuh dapat memacu timbulnya diabetes mellitus. konsumsi makan
yang berlebihan dan tidak diimbangi dengan sekresi insulin dalam jumlah
yang memadai dapat menyebabkan kadar gula dalam darah meningkat dan
pastinya akan menyebabkan diabetes melitus.
b) Obesitas (kegemukan)
Orang gemuk dengan berat badan lebih dari 90 kg cenderung memiliki
peluang lebih besar untuk terkena penyakit diabetes militus. Sembilan dari
sepuluh orang gemuk berpotensi untuk terserang diabetes mellitus.
c) Faktor genetis
Diabetes mellitus dapat diwariskan dari orang tua kepada anak. Gen
penyebab diabetes mellitus akan dibawa oleh anak jika orang tuanya
menderita diabetes mellitus. Pewarisan gen ini dapat sampai ke cucunya
bahkan cicit walaupun resikonya sangat kecil.
d) Bahan-bahan kimia dan obat-obatan
Bahan-bahan kimia dapat mengiritasi pankreas yang menyebabkan radang
pankreas, radang pada pankreas akan mengakibatkan fungsi pankreas
menurun sehingga tidak ada sekresi hormon-hormon untuk proses
metabolisme tubuh termasuk insulin. Segala jenis residu obat yang
terakumulasi dalam waktu yang lama dapat mengiritasi pankreas.
e) Penyakit dan infeksi pada pancreas
Infeksi mikroorganisme dan virus pada pankreas juga dapat menyebabkan
radang pankreas yang otomatis akan menyebabkan fungsi pankreas turun
sehingga tidak ada sekresi hormon-hormon untuk proses metabolisme tubuh
termasuk insulin. Penyakit seperti kolesterol tinggi dan dislipidemia dapat
meningkatkan resiko terkema diabetes mellitus.

9
f) Pola hidup
    Pola hidup juga sangat mempengaruhi faktor penyebab diabetes mellitus.
Jika orang malas berolah raga memiliki resiko lebih tinggi untuk terkena
penyakit diabetes mellitus karena olah raga berfungsi untuk membakar kalori
yang berlebihan di dalam tubuh. Kalori yang tertimbun di dalam tubuh
merupakan faktor utama penyebab diabetes mellitus selain disfungsi
pankreas. Badan Kesehatan Dunia (WHO) mengatakan, kasus diabetes di
negara-negara Asia akan naik hingga 90 persen dalam 20 tahun ke depan.
“Dalam 10 tahun belakangan, jumlah penderita diabetes di Hanoi, Vietnam,
berlipat ganda. Sebabnya? Di kota ini, masyarakatnya lebih memilih naik
motor dibanding bersepeda,” kata Dr Gauden Galea, Penasihat WHO untuk
Penyakit Tidak Menular di Kawasan Pasifik Barat. Kesimpulannya, mereka
yang sedikit aktivitas fisik memiliki risiko obesitas lebih tinggi dibanding
mereka yang rajin bersepeda, jalan kaki, atau aktivitas lainnya.
g) Teh manis
Penjelasannya sederhana. Tingginya asupan gula menyebabkan kadar gula
darah melonjak tinggi. Belum risiko kelebihan kalori. Segelas teh manis kira-
kira mengandung 250-300 kalori (tergantung kepekatan). Kebutuhan kalori
wanita dewasa rata-rata adalah 1.900 kalori per hari (tergantung aktivitas).
Dari teh manis saja kita sudah dapat 1.000-1.200 kalori. Belum ditambah tiga
kali makan nasi beserta lauk pauk. Patut diduga kalau setiap hari kita
kelebihan kalori. Ujungnya: obesitas dan diabetes.
h) Gorengan
Karena bentuknya kecil, satu gorengan tidak cukup buat kita. Padahal
gorengan adalah salah satu faktor risiko tinggi pemicu penyakit degeneratif,
seperti kardiovaskular, diabetes melitus, dan stroke. Penyebab utama penyakit
kardiovaskular (PKV) adalah adanya penyumbatan pembuluh darah koroner,
dengan salah satu faktor risiko utamanya adalah dislipidemia. Dislipidemia
adalah kelainan metabolisme lipid yang ditandai dengan peningkatan kadar
kolesterol total, LDL (kolesterol jahat) dan trigliserida, serta penurunan kadar
HDL (kolesterol baik) dalam darah. Meningkatnya proporsi dislipidemia di

10
masyarakat disebabkan kebiasaan mengonsumsi berbagai makanan rendah
serat dan tinggi lemak, termasuk gorengan.
i) Suka ngemil
Kita mengira dengan membatasi makan siang atau malam bisa
menghindarkan diri dari obesitas dan diabetes. Karena belum kenyang, perut
diisi dengan sepotong atau dua potong camilan seperti biskuit dan keripik
kentang. Padahal, biskuit, keripik kentang, dan kue-kue manis lainnya
mengandung hidrat arang tinggi tanpa kandungan serta pangan yang
memadai. Semua makanan itu digolongkan dalam makanan dengan glikemik
indeks tinggi. Sementara itu, gula dan tepung yang terkandung di dalamnya
mempunyai peranan dalam menaikkan kadar gula dalam darah.
j) Kurang tidur
Jika kualitas tidur tidak didapat, metabolisme jadi terganggu. Hasil riset para
ahli dari University of Chicago mengungkapkan, kurang tidur selama 3 hari
mengakibatkan kemampuan tubuh memproses glukosa menurun drastis.
Artinya, risiko diabetes meningkat. Kurang tidur juga dapat merangsang
sejenis hormon dalam darah yang memicu nafsu makan. Didorong rasa lapar,
penderita gangguan tidur terpicu menyantap makanan berkalori tinggi yang
membuat kadar gula darah naik.
k) Sering stress
Stres sama seperti banjir, harus dialirkan agar tidak terjadi banjir besar. Saat
stres datang, tubuh akan meningkatkan produksi hormon epinephrine dan
kortisol supaya gula darah naik dan ada cadangan energi untuk beraktivitas.
Tubuh kita memang dirancang sedemikian rupa untuk maksud yang baik.
Namun, kalau gula darah terus dipicu tinggi karena stres berkepanjangan
tanpa jalan keluar, sama saja dengan bunuh diri pelan-pelan.

11
l) Kecanduan rokok
Sebuah penelitian di Amerika yang melibatkan 4.572 relawan pria dan wanita
menemukan bahwa risiko perokok aktif terhadap diabetes naik sebesar 22
persen. Disebutkan pula bahwa naiknya risiko tidak cuma disebabkan oleh
rokok, tetapi kombinasi berbagai gaya hidup tidak sehat, seperti pola makan
dan olahraga.
m) Menggunakan pil kontrasepsi
Kebanyakan pil kontrasepsi terbuat dari kombinasi hormon estrogen dan
progestin, atau progestin saja. Pil kombinasi sering menyebabkan perubahan
kadar gula darah. Menurut dr Dyah Purnamasari S, Sp PD, dari Divisi
Metabolik Endokrinologi RSCM, kerja hormon pil kontrasepsi berlawanan
dengan kerja insulin. Karena kerja insulin dilawan, pankreas dipaksa bekerja
lebih keras untuk memproduksi insulin. Jika terlalu lama dibiarkan, pankreas
menjadi letih dan tidak berfungsi dengan baik.
n) Keranjingan soda
Dari penelitian yang dilakukan oleh The Nurses’ Health Study II terhadap
51.603 wanita usia 22-44 tahun, ditemukan bahwa peningkatan konsumsi
minuman bersoda membuat berat badan dan risiko diabetes melambung
tinggi. Para peneliti mengatakan, kenaikan risiko itu terjadi karena kandungan
pemanis yang ada dalam minuman bersoda. Selain itu, asupan kalori cair tidak
membuat kita kenyang sehingga terdorong untuk minum lebih banyak.

2) Patofisiologi
Dm tipe 1 insulin dependent diabetes mellitus (IDDM) terjadi pada 10%
dari semua kasus diabetes. Secara umum, DM tipe ini berkembang pada anak-
anak atau pada awal masa dewasa yang di sebabkan oleh kerusakan sel β
pankreas akibat autoimun, sehingga terjadi defisiensi insulin absulot. Reaksi
autoimun umumnya terjadi setelah waktu yang panjang (9-13 tahun) yang di
tandai oleh adanya parameter-parameter system imun ketika terjadi kerusakan
sel β. Hiperglikemia terjadi bila 80%-90% dari sel β rusak. Penyakit DM dapat
menjadi penyakit menahun dengan resiko komplikasi dan kematian. Faktor

12
faktor yang menyebabkan terjadinya autoimun tidak di ketahui, tetapi proses ini
di perantarai oleh makrofag dan limfosit T dengan auto antibody yang
bersikulasi ke berbagai antigen sel β (misalnya antibody sel islet, antibody
insulin.
DM tipe 2 non insulin dependent diabetes mellitus (NIDDM) terjadi
pada 90%dari semua kasus diabetes dan biasanya di tandai dengan resistensi
insulin dan defesiensi insulin relatif. Resistensi insulin di tandai dengan
peningkatan lipolisis dan produksi asam lemak bebas, peningkatan produksi
glukosa hepatik, dan penurunan pengambilan glukosa pada otot skelet. Disfungsi
sel β mengakibatkan gangguan pada pengontrolan glukosa darah. DM tipe 2 ini
di sebabkan karena gaya hidup si penderita diabetes (kelebihan kalori, kurangnya
olahraga, dan ozat besitas) di bandingkan pengaruh genetic.
Diabetes yang disebabkan oleh faktor lain (1-2% dari semua kasus diabetes)
termasuk gangguan endokrin (misalnya akromegali, sindrom cushing), diabetes
melitus gestational (DMG), penyakit pancreas ensokrin (pancreatitis), dan karena
obat (glukokortikoid, pentamidin, niasin, dan α-interveron).
Gangguan glukosa puasa dan gangguan toleransi glukosa terjadi pada
pasien dengan kadar glukosa plasma lebih tinggi dari normal tetapi tidak
termasuk dalam DM. Gangguan ini merupakan faktor resiko untuk berkenbang
menjadi penyakit DM dan kardiovaskuler yang berhubungan dengan sindrom
resistensi insulin.Komplikasi mikrovaskuler berupa retinopati, neuropati, dan
nefropati sedangkan komplikasi makrovaskuler berupa penyakit jantung koroner,
stroke, dan penyakit vaskuler periferal.

D. Klasifikasi
Klasifikasi dari jenis-jenis diabetes adalah sangat penting untuk antara lain
penentuan pengobatan dan prognosisnya. Untuk klasifikasi tepat dari jenis diabetes
yang paling terjadi pada pasein-pasein dengan hiperglikemia, dapat digunakan
sebagai pedoman BMI dan riwayat keluarganya. Untuk tujuan ini dapat dimanfaatkan
sejenis flow chart sederhana untuk diagnostik, klasifikasi dan terapi.
Diabetes dapat dibagi dalam 3 tipe,yakni tipe-1,tipe-2 dan tipe hamil :

13
1) Tipe 1, Jenis Remaja (IDDM)
Pada tipe ini terdapat dekstruksi dari sel beta pankreas, sehingga tidak
memproduksi insulin lagi dengan akibat akibat sel-sel tidak bisa menyerap glukosa
dari darah. Karena itu kadar glukosa darah meningkat diatas 10mmol/l. Yakni nilai
ambang ginjal, sehingga glokusa berlebihan dikeluarkan lewat urin bersama
banyak air (glycosuria) . Dibawah kadar tersebut glukosa ditahan oleh tubuli
ginjal.
Prevalansi Tipe 1 menghinggapi orang-orang dibawah usia 30 tahun dan paling
sering dimulai pada usia 10-13 tahun . Insidensinya dinegara barat telah berlipat
ganda dalam 20-30 tahun terakhir. Karena penderita senantiasamembutuhkan
insulin , Maka tipe 1 dahulu juga disebut IDDM (Insulin Dependent Diabetes
Mellitus).
Penyebabnya belum begitu jelas, tetapi terdapat indikasi kuat bahwa jenis ini
disebabkan oleh suatu infeksi virus yang menimbulkan reaksi auto-imun
berlebihan untuk menanggulangi virus. Akibatnya sel-sel pertahanan tubuh tidak
hanya membasmi virus. Akibatnya sel-sel pertahanan tubuh tidak hanya
membasmi virus, melainkan juga turut merusak atau memusnahkan sel-sel
Langerhans. Dalam waktu satu tahun sesudah diagnosa ,80-90% penderita tipe 1
memperlihatkan antibodies sel-beta didalam darahnya. Pada tipe ini faktor
keturunan juga memegang peranan. Virus yang dicurigai adalah virus Coxsackie-
B , Epsetein-Barr,morbilli (menles) dan virus parotitis prevensi dan terapi .
Pengobatan satu-satunya terhadap tipe 1 merupakan penyakit auto-imun. Maka
imunosupresivase seperti azatioprin dan sikloporin, dapat menghambat jalannya
penyakit , tetapi hanya untuk sementara. Guna menangani gejala neuropati di
German digunakan obat komplementer asam liponat dengan sukses.

2) Tipe-2 Jenis Dewasa (NDDM)


Lazimnya mulai di atas 40 tahun dengan insidensi lebih besar pada orang
gemuk dan pada usia lebih lanjut. Mereka yag hidupnya makmur, makan
terla,pau banyak dan kurang gerak badan lebih besar lagi risikonya.Prevalansi,
menurut 5-10 % dari orang semakin muda dihinggapi penyakit ini. Pada orang

14
afrika terdapat 2 kali lebih banyajk pasien diabetes tipe 2 daripada orang eropa,
pada orang asia selatan bahkan rata rata 54-5 kali lebih banyak . orang hindu
dieropa ternyata sangat rentan untuk diabetes berhubung pola genetisnya.
Mulainya DM2 sangat berangsur rangsur dengan keluhan ringan yang sering kali
tidak dikenali. Tipe 2 bersifat menyesatkanb karena dalam kebanyakan hal baru
menjadi manifest dengan tampilannya gejala stadium lanjut. Bahkan, bila sudah
terjadi komplikasi, mialnya infrak jantung atau gangguan penglihatan.
Penyebabnya, akibat proses semua, banyak penderita jenis ini mengalami
penyusuhan sel sel beta yang progsesif serta penumpukan amyloid disekitarnya.
Pada 2006 telah ditemukan enzim yang bertanggung jawab untuk perombakan
amyloid ini dan insulin. Sel sel beta yang tersisa pada umumnya masih aktif,
tetapi sekresi insulinnya semakin berkurang. Selain itu, kepekaan reseptornya
juga menurun. Hipofungsi sel beta ini bersama resistensi insulin yang meningkat
mengakibatkan gula gula darah menigkat mungkin juga sebabnya berkaitan
dengan suatu infeksi virus pada masa muda. Deperkirakan bahwa pada penderita
tanpa over weight resistensi insulin tidak memegang peranan.
Tipe 2 pada hakikatnya tidak tergantung dari insulin, maka dahulu juga disebut
NIDDM ( Non insulin dependet ) dan lazimnya dapat diobati dengan
antidiabetrika oral. Akan tetapi sejak 1997 semakin banyak penderita tipe 2 ini
terapi dengan unsulin sehingga menurunkan risiko komplikasi lambat. Oleh
karenanya perbedaan kedua nama tersebut tidak ada artinya lagi dan sudah
ditinggalkan.
Antidiabetika oral pada umumnya tidak menimbulkan kecenderungan
acidosis. Antara 70-80% daari msemua penderita diabetes termasuk jenis ini,
pada mana factor keturunan memegang peranan besar. Bila salah satu orang tua
menderita kencing manis, maka kemungkinan diturunkannya penyakit ini ke
anak-anaknya adalah 1:20.
Diagnosis dini. Tipe-2 umumnya baru didiagnosa pada stadium terlambat
(lihat diatas), padahal diagnosa dini adalah penting sekali untuk menghindarkan
komplikasi lambat. Maka bila terdapat gejala seperti haus yang hebat dengan
sering berkemih dan turunnya berat badan serta rasa letih, maka sebaiknya

15
segera mengkonsultasikan dokter untuk diperiksa terhadap penyakit gula. Karena
lebih dari separuh penderita diabetes juga mengidap hipertensi, maka sebaiknya
tekanan darah dimonitor secara teratur.

3) Diabetes kehamilan (GDM)


Pada wanita hamil dengan penyakit gula regulasi glukosa yang ketat adalah
penting sekali untuk menurunkan resiko akan keguguran spontan, cacat-cacat dan
overweight bayi atau kematian perinatal

E. Terapi
Tujuan utama terapi diabetes adalah mencoba menormalkan aktivitas insulin dan
kadar glukosa darah dalam upaya untuk mengurangi terjadinya komplikasi vaskuler
serta neuropatik. Tujuan teraupetik pada setiap jenis diabetes adalah mencapai kadar
glukosa darah normal tanpa terjadinya hipoglikemia dan gangguan serius pada pola
aktivitas klien.

1) Non Farmakologi
Ada lima komponen dalam penatalaksanaan diabetes:
a) Diet
Diet dengan mengurangi makanan makanan yang mengandung gula yang
banyak.

b) Latihan/Olahraga
Dengan banyak berolahraga tentunya akan membantu organ organ dalam
tubuh kita tetap sehat.
c) Pemantauan
Pemantauan sangat penting, karena tanpa pemantauan kita tidak mungkin tahu
apakah kita terkena diabetes mellitus atau tidak
d) Terapi
Melakukan terapi dengan cara medis tentunya sangat bermanfaat bagi para
penderita diabetes melitus

16
e) Pendidikan
2) Farmakologi
Untuk Terapi farmakologi Diabetes Melitus ini terdapat 2 cara yaitu dengan
Menggunakan Insulin dan menggunakan Antidiabetika Oral.
1. Insulin
a. Sintesis dan Kimia
Insulin merupakan hormone polipeptida yang terdiri dari 51 asam amino
yang tersusun dalam 2 rantai; rantai A terdiri dari 21 asam amino da rantai B
mempunyai 30 asam amino. Antara rantai A dan B terdapat 2 gugus disulfide
yaitu antara A-7 dengan B-7 dan A-20 dengan B-19. Selain itu masih erdapat
gugus disulfida antara asam amino ke-6 dan ke-11 pada rantai A.
Preparat insulin didapat dari ektraksi pancreas babi atau sapi, beupa
Kristal putih berbau. Struktur insulin berbagai spesies berbeda dari susunan
asam aminonya. Perbedaan tersebut tidak menyebabkan perbedaan bioteknik
tetapi menyebabkan perbedaan imunologik.Insulin disintesis oleh sel B pulau
Langerhans dari proinsullin. Proinsulin merupakan polipeptida rantai tunggal
dengan 86 asam amino . Proinsulin berubah menjadi insulin dengan
kehilangan 4 asam amino (31,32,64,65) dan lepasnya rantai asam amino dari
33 sampai 63 yang menjadi peptide penghubung (C-peptide=Connecting
peptide=peptide-C.) Rantai A mempunyai residu amino terminal glosin
sedang rantai B fenilalanin(gambar31-1).
Karena procine insulin paling mirip insulin manusia dengn bahan insulin
dibuat insulinsemisintetik. Di samping itu juga dapat disintesis insulin dengan
tekhnik rekombinan DNA yang merupakan analog insulib manusia.

b. Sekresi,Distribusi Dan Metabolisme


Proinsulin disintesis dalam elemen poliribosom reticulum endoplasmatik sel B
pancreas. Proinsulin menjadi insulin tersebt ditransfer ke kompleks Golgi, di
tempat inilah mulai terjadi perubahan proinsulin menjadi insulin dan ke
granula. Bila sel B. dari granula ini akan keluar sejumlah ekuimolar insulin

17
dari peptide-C kesirkulasi. Peptida –C meski tidak mempunyai efek biologic
tetapi dapat digunakan sebagai marker adanya sekresi insulin.
Secara umum, setiap keadaan yang mengaktivitasi saraf adrenergic (seperti
hipoksia, hipotermia, operasi, luka bakar berat) menekan sekresi insulin
melalui perangsangan reseptor a2 adrenergik. Glukosa oral merupakan
stimulan paling kuat untuk sekresi insulin karna juga menyebabkan sekresi
hiormon saluran cerna dan stimulasi aktivitas vagal saat terjadi pencernaan
glukosa atau makanan. Beberapa hormone saluran cerna merangsang sekresi
insulin, yang paling kuat a.l. gastroinstestinal inhibitory peptide dan glucagon-
like peptide-1. Kecuali itu gastrin, sekretin kolestosistokinin, Vasoaktive
intestinal peptide, gastrin-releseasing, peptide dan entero glucagon juga
merangsang sekresi insulin. Bila dirangsang oleh glukosa terjadi sekresi
insulin yang bifasik, fase 1 mencapai puncak; fase 2 mula kerja lambat tapi
masa kerja lama.
Mekanisme bagaimana glukosa oral dapat merangsang sekresi insulin dapat
dilihat pada gambar 31-2. Masuknya glukosa ke sel-b melalui glucose
transporter 2 (GLUT2), suatu transporter yang spesifik. Kemudian glukosa ini
mengalami fosforilisasi oleh glukokinase. Enzi mini terutama terdapat di
organ tempat terjadinya regulasi metabolisme glukosa seperti hepar atau sel b
pankreas.

Sekresi insulim sangat tergantung pada kadar Ca intrasel. Metabolisme


glukosa yang di induksi oleh ADP, dan hal ini menyebabkan menutupnya
kanal ion K yang sensitive ATP (ATP sensitive K channel) dan terjadi
depolirisasi sel b. Sebagai kompensasi terjadinya kanal aktivitasi Ca dan ion
ini akan masuk ke sel b. Selanjutnya Ca intrasel ini merangsang sekresi
insulin dari granulanya (gambar 31-PENGATURAN SEKRESI INSULIN.
Sekresi insulin diatur dengan ketat untuk mendapatkan kadar glukosa darah
yang stabil baik sesudah makan atau sebelum makan atau waktu puasa. Hal
ini dapat dicapai Karen a adanya koordinasi peran sebagai nutrient, hormone
saluran cerna,hormone pancreas dan neurotransmitter otonom. Glukosa,asam

18
amno,asam lemak dan benda keton akan merangsang sekresi insulin. Sel-sel
Langerhans dipersarafi saraf adrenergic dan kolinergik. Stimulasi reseptor a2
adrenergik menghambat sekresi insulin, sedang b2 adrenergik agonis dan
stimulasi saraf vagus akan merangsang sekresi.

c. Mekanisme Kerja
Mekanisme Kerja Insuli Di Sel
Target organ utama insulin adalah untuk mengatur kadar glukosa adalah
hepar, otot dan adipose.Peran utamanya a.l.,uptake,utilisasi, dan penyimpanan
nutrient di sel. Efek anabotik insulin meliputi stimulasi, utilisasi dan
penyimpanan glukosa,asam amino, asam lemak intrasel,sedangkan proses
katabolisme (pemecahan glikogen,lemak,dan protein ) dihambat. Semua efek
ini dilakukan stimulasi transport substrat dan ion ke dalam sel,menginduksi
translokasi protein,mengaktifan dan menonaktifkan enzim spesifik, merubah
jumlah protein dengan mempengaruhi kecepatan transkripsi gen dan transtasi
mRNA spesifik.
Regulasi Transport Glukosa
Stimulasi transport glukosa ke otot dan jaringan adipose hal yang krusial dan
respon fisiologik terhadap insulin.Glukosa masuk sel melalui salah satu jenis
glucose-transporter (GLUT), dan 5 dari GLUT ini (GLUT1 sampai GLUT5),
dan 5 dari difusi glukosa kedalam sel yang bersifat Na independent insulin
merangang transport glukosa dengan menginduksi energy untuk
mentranslokasi GLUT4 dan GLUT1 dari vesikel intrasel ke membrane
plasma. (gambar31-3). Efek ini bersifat reversible, GLUT kembali ke pool
intrasel sat insulin tidak bekerja lagi. Gangguan proses regulasi ini dapat
menjadi salah satu sebab DM tipe 2.
Insulin mempercepat masuknya glukosa ke sel otot rangka dan adipose.
Insulin masuk ke reseptor a di luar sel kemudian ke reseptor b di dalam sel.
Selanjutnya merangsang fosforilase intrasel yang kompleks, berakhir dengan
pembentukan transporter glukosa (GLUT4). Kemudian GLUT4 di translokasi
kan ke dinding sel, glukosa plasma masuk e sel melalui GLUT4. Dalam sel,

19
digunakan untuk metabolisme atau disimpan sebagai glikogen sebagai
glikogen atau trigiliserida.
Regulasi Metabolisme Glukosa
Konversi glukosa menjadi gluksa 6-fosfat (G6P) terjadi dengan bantuan
enzim heksoninase. Keempat heksoninase (I sampai IV), seperti juga GLUT,
terdistribusi di berbagai jaringan dan 2 diantaranya diregulasi insulin.
Heksokinase IV yang lebih dikenal sebagai glukonisase, tetapi ditemukan
berhubungan dengan GLUT2 di hepar dan sel b pankreas. Terdapat 1 gen
glukokinase, tetapi dengan ekson pertama dan promoter yang berbeda yang
digunakan pada 2 jenis jaringan tersebut. Gen glukkinase hepar diatur oleh
insulin. Heksokina sel II berada dimana terdapat GLUT4, yakni di otot skelet
dan jantung dan jaringan adipose. Seperti halnya GLUT4, heksokinase II
diregulasi pada proses trnskripsi oleh insulin.
d. Diabetes Melitus Dan Insulin
Diabetis Miletus
Diabetis miletus(DM) adalah suatu sindroma klinik yang ditandai oleh
poliuri,polidipsi, dan polifagi, disertai peningkatan kadar glukosa darah atau
hiperglikemia (glukosa puasa > 126 mg/dL atau postprandial > 200mg/dL).
Bila DM tidak segera di atasi akan terjadi gangguan metabolisme lemak dan
protein, dan resiko timbulnya gangguan mikrovaskular atau makrovaskular
meningkat.
Melihat dengan etiologinya DM dapat dibedakan menjadi: DM tipe 1,
addanya gangguan produksi insulin akibat penyakit autoimun dan idiopatik.
Tipe ini sering disebut Insulin Independent diabetis mellitus atau IDDM
karena pasien mutlak membutuhkan insulin. DM tipe 2, akibat resistensi
insulin atau gangguan sekresi insulin. Pada tipe 2 ini tidak selalu dibutuhkan
insulin, kadang-kadang cukup dengan diet dan antidiabetik oral. Karena tipe
ini juga disebut noninsulin dependent diabetis miletus atau NIDDM. Jenis
lain lagi misal: gestational diabetis miletus, DM pada kehamilan,; DM akibat
penyakit endokrin atau pankreas atau akibat penggunaan obat.

20
e. Terapi Insulin
Insulin masih merupakan obat utama untuk DM tipe 1 dan beberapa jenis DM
tipe 2, tetapi memang banyak pasien DM yang enggan disuntik, kecuali
dalam keadaan terpaksa. Karena terapi edukasi pasien DM sangat penting,
agar pasien sadar akan perlunya terapi insulin meski diberikan secara
suntikan. Suntikan insulin dapat dilakukan dengan berbagai cara, al.
intravena, intramuskuler, dan umumnya pada penggunaan jangga panjang
lebih lebih disukai pemberian subkutan (SK). Cara pemberian ini berbeda
dengan keadaan sekresi insulin secara fisiologik, al. setelah asupan makanan
kinetiknya tidak menunjukkan peningkatan dan penurunan sekresi insulin
yang cepat; pada pemberian subkutan insulin akan berdifusi kesirkulasi
perifer yang seharusnya langsung masuk ke sirkulasi portal, karenanya efek
langsung hormone ini pada hepar menjadi kurang. Meski demikian kalau cara
pemberian ini dilakukan dengan cermat, tujuan terapi akan tercapai.
Preparat insulin dapat dibedakan berdasarkan lama kerja (kerja cepat, edang,
dan panjang), seperti terlihat pada Tabel 31-1 atau dibedakan berdasarkan
asal spesiesnya (human dan porcine). Human insulin yang merupakan hasil
teknologi rekombinan DNA, dalam larutan yang cair lebih larut dari porcine
insulin, karena adanya treonin (ditempat ) dan mempunyai esktra gugus
hidroksil.

Satuan Dosis
Dosis dan konsentrasi insulin dinyatakan dengan unit (U). Satu unit insulin
kira-kira sama dengan insulin yang dibutuhkan untuk menurunkan glukosa
puasa 45 mg/dL (2,5 mM) pada kelinci. Standar internasional yang berlaku
sekarang, kombinasi bovine dan porcine insulin yang homogen mengandung
25 dan 30 U/mg. Hampir semua preparat komersial insulin dipasarkan dalam
Bentuk Solusio Atau Suspense Dengan Kadar 100 U/Ml, Atau Sekitar 3.6mg
Insulin Per Milliliter (0,6mm)

21
f. Klasifikasi Insulin
Preparat dengan mula kerja cepat dan lama kerja singkat al. solusio regular
atau crystalline zincinsulin dalam bufer dengan pH netral. Jenis ini mula
kerjanya paling cepat dan lama kerjanya juga paling singkat (Tabel 31-1).
Umumnya disuntikan (IV atau IM) 30-45 menit sebelum makan. Setelah
pemberian IV glukosa darah akan cepat menurun mencapai nadir dalam
waktu 20-30 menit. Bila tidak ada infus insulin, hormon ini akan segera
menghilang, dan counter-regulatory hormones (glucagon, epinefrin, kortisol
dan hormone pertumbuhan) akan mengembalikan kadar glukosa keadaan
basal dalam waktu 2-3 jam. Tetapi pada pasien yang tidak mempunyai
mekanisme respon counter-regulatory ini (DM dengan neuropati otonomik),
glukosa plasma akan tetap rendah untuk beberapa jam setelah pemberian
bolus 0,15 U/kg, karena kerja insulin pada tingkat sel menjadi lebih lama dari
klirens plasmanya. Pemberian infus insulin IV bermanfaat pada ketoasidosis
atau pada keadaan dimana kebutuhan insulin dapat berubah dengan cepat
(missal: sebelum operasi,selama proses partus, atau pada situasi gawat
darurat). Padakeadaan stabil, umumnya dapat diberikan insulin regular
bersama preparat yang kerjanya panjang atau sedang, secara subkutan.
Pemberian subkutaneos infusion pumps hanya dapat dilakukan untuk insulin
dengan masa kerja singkat.

g. Indikasi Dan Tujuan Terapi


Insulin subkutan terutama diberikan pada DM tipe 1, DM tipe 2 yang
tidak dapat diatasi hanya dengan diet dan atau antidiabetik oral, pasien DM
pascapankreatektomi atau DM dengan kehamilan, DM dengan ketoasidosis,
koma nonketosis, atau komplikasi lain, sebelum tindakan operasi (DM tipe 1
dan 2). Tujuan pemberian insulin pada semua keadaan tersebut bukan saja
untukmenormalkan glukosa darah tetapi juga memperbaiki semua aspek
metabolism, dan yang terakhir inilah umumnya yang sukar dicapai. Hasil

22
terapi yang optimal membutuhkan pendekatan dokter pada pasien dan
keluarganya, agar ada koordinasi antara diet, latihan fisik, dan pemberian
insulin.Keadaan mendekati normoglisemia dicapai pada DM dengan multipel
dosis harian insulin atau dengan infusion pump therapy, yang tujuannya
mencapai glukosa darah puasa antara 90-120 mg/dL (5-6,7 mM), glukosa 2
jam posprandial kurang dari 150 mg/dL (8,3 mM), HbA1c kurang dari 7%
(atau 6,5%). Pada pasien yang kurang disiplin atau kurang patuh terhadap
terapi, mungkin perlu dicapai nilai glukosa darah puasayang lebih tinggi(140
mg/dL atau 7,8 mM) dan postprandial 200 sampai 250 mg/dL atau 11,1
sampai 13,9 mM.

Kebutuhan Insulin Harian


Produksi insulin pada orang normal, sehat yang kurus, antara 18-40 U
per hari atau 0,2-0,5 U/kg berat badan per hari, dan hamper 50% disekresi
pada keadaan basal, 50% yang lain karena adanya asupan makanan. Sekresi
basal insulin sekitar 0,5-1 U /jam; setelah asupan glukosa oral dalam jumlah
besar, sekresi meningkat menjadi 6 U/jam. Pada orang non diabetic dengan
obesitas dan resisten insulin, sekresi meningkat 4 x lipat atau lebih tinggi.
Pada berbagai populasi pasien DM tipe 1, rata-rata dosis insulin yang
dibutuhkan berkisar antara 0,6-0,7 U/kg berat badan per hari, sedangkan
pasien obesitas membutuhkan dosis lebih tinggi (2 U/kg berat badan per hari)
karena adanya resistensi jaringan perifer terhadap insulin.

h. Efek Samping
Hipoglikemia
Hipogikemiamerupakan efek samping yang paling sering terjadi dan
terjadi akibat dosis insulin yang terlalu besar, tidak tepatnya waktu makan
dengan waktu tercapainya kadar puncak insulin, atau karena adanya faktor
yang dapat meningkatkan sesitivitas terhadap insulin, misal insufisiensi
adrenal atau pitutari, ataupun akibat kerja fisik yang berlebihan.
Reaksi Alergi Dan Resistensi

23
Penggunaan insulin rekombinan dan insulin yang lebih murni, telah
dapat menurunkan insiden reaksi alergi dan resistensi. Meski demikian
kadang-kadang reaksi tersebut masih dapat terjadi akibat adanya bekuan atau
terjadinya denaturasi preparat insulin, atau kontaminan, atau akibat pasien
sensitif terhadap senyawa yang yditambahkan pada proses formulasi preparat
insulin (misal: Zn²⁺, protamine, fenol, dll). Reaksi alergi lokal pada kulit yang
sering terjadi akibat IgE atau resisten akibat timbulnya antibody IgG.
Sebaliknya bila ini terjadi dilakukan pemeriksaan kadar antibody insulin-
specific IgG dan IgE, untuk mengetahui penyebab reaksi yang terjadi. Test
kulit juga dapat dilakukan, meski banyak pasien yang menunjukkan test
insulin intradermal positif tetapi tidak menunjukkan reaksi efek samping dari
insulin.

Efek amping lain yaitu edema, rasa kembung di abdomen dan gangguan
virus, timbul pada banyak pasien DM dengan hiperglikimia hebat atau
ketoasidosis yang sedang diterapi dengan insulin dan ini berhubungan dengan
peningkatan berat badan sekitat 0,5 sampai 2,5 kg. Umumnya edema akan
menghilang dalam beberapa hari atau minggu kecuali bilaada gangguang
fungsi jantung atau ginjal .edema ini terjadi akibat retensi Na+ atau
peningkatan permiabilitas kapiler akibat control metabolic yang tidak
adekuat.

i. Interaksi
Beberapa hormone bersifat antagonis terhadap efek hepoglikemik insulin,
al. hormone pertumbuhan, kortikotropin, glukokortikoid, tiroid, estrogen,
progestin dan glukagon. Adrenalin menghambat sekresi insulin dan
merangsang glikogenolisis. Peningkatan kadar hormon ini perlu
diperhitungkan dalam terapi insulin. Salisilat meningkatkan sekresi insulin,
mungkin menyebabkan hipoglikemia. Hipoglikema cenderung terjadi pada
pasien dengan penghambat adrenoseptor β akibat penghambatan efek
katekolamin pada gluconeogenesis dan glikogenolisis, obat ini juga

24
mengaburkan takikardia akibat hipoglikemia. Potensiasi efek hipoglikemik
insulin terjadi dengan penghambat MAO, streroid anabolic dan fenfluramin.

a) Antidibetik Oral
1. Sulfunilurea
Obat Golongan Sulfonylurea terdapat dalam 2 generasi
Generasi I = Tolbutamid, Asetoheksamid, Tolazamid, Klorpropamid.
Generasi II = Gliburid, glipizid, 200X lebih kuat dari generasi I,
Glibenklamid/Glimipirid, merupakan sulfonylurea pertama yang dapat
dikombinasi dengan insulin.Obat Golongan ini digunakan Untuk
menurunkan glukosa darah, obat ini merangsang sel beta dari pankreas
untuk memproduksi lebih banyak  insulin. Jadi syarat pemakaian obat
ini adalah apabila pankreas masih baik untuk membentuk insulin,
sehingga  obat ini hanya bisa dipakai pada diabetes tipe
Mekanisme Kerja : Golongan obat ini sering disebut sebagai insulin
secretagogues, kerjanya merangsang sekresi insulin dari granul sel sel
B Langerhans pancreas. Rangsangannya melalui interaksi dengan ATP
sensitive K channel pada membrane sel B yang menimbulkan
depolarisasi membrane dan keadaan ini akan membuka kanal Ca.
Dengan terbukanya kanal Cam aka ion Ca++ akan termasuk ke sel B,
merangsang granula yang berisi insulin dan kana terjadi sekresi insulin
dengan peptide C, kecuali itu sulfonylurea dapat mengurangi klirens
insulin di hepar.Farmakokinetik :Berbagai sulfonilurea mempunyai
sifat kinetik berbeda, tetapi absorbsi melalui saluran cerna cukup
efektif. Makanan dan keadaan hiperglikemia dapat mengurangi
absorbsi. Untuk mencapai kadar optimal di plasma, sulfonylurea
dengan masa paruh pendek akan lebih efektif bila di minum 30 menit
sebelum makan. Dalam plasma sekitar 90%- 99% terikat protein

25
plasma terutama albumin ; ikatan ini paling kecil untuk klorpropamid
dan paling besar untuk gliburid.
Masa paruh dan metabolism sulfonilurea generasi I sangat bervariasi.
Masa paruh asetoheksamid pendek tetapi metabolit aktifnya, 1-
hidroksi-heksamid masa paruhnya lebih panjang, sekitar 4-5 jam, sama
dengan tolbutamid dan tolazamid. Sebaiknya sediaan ini diberikan
dengan dosis terbagi. Sekitar 10% dari metabolitnya diekskresi melalui
empedu dan keluar bersama tinja.Klorpropamid dalam darah terikat
albumin, masa paruhnya panjang, 24-48 jam, efeknya masih terlihat
beberapa hari setelah obat dihentikan. Metabolismenya di hepar tidak
lengkap, 20% diekskresi utuh di urin.Mulai kerja tolbutamid cepat,
masa paruhnya sekitar 4-7 jam. Dalam darah 91%-96% tolbutamid
terikat protein plasma, dan dihepar diubah menjadi
karboksitolbutamid. Ekskresinya melalui ginjal.
Tolazamid, absorpsinya lebih lambat dari yang lain; efeknya pada
glukosa darah belum nyata untuk beberapa jam setelah obat diberikan.
Masa paruh sekitar 7 jam, dihepar diubah menjadi p-
karboksitolazamid, 4-hidroksimetiltolazamid dan senyawa lain, yang
diantaranya memiliki sifat hipoglikemik cukup kuat. Sulfonilurean
generasi II, umumnya potensi hipoglikemiknya hampir 100x lebih
besar.
Dari generasi I. meski masa-paruhnya pendek, hanya sekitar 3-5 jam,
efek hipoglikemiknya berlangsung 12-24 jam, sering cukup diberikan
satu kali sehari. Alasan mengapa masa – paruh yang pendek ini,
memeberikan efek hipoglikemik panjang, belum diketahui.Glipizid,
absorbsinya lengkap, masa-paruhnya 3-4 jam. Dalam darah 98%
terikat protein plasma, potensinya 100x lebih kuat dari tolbutamid,
tetapi efek hipoglikemik maksimalnya mirip dengan sulfonylurea lain.
Metabolismenya di hepar, menjadi metabolit yang tidak aktif, sekitar
10% diekskresi melalui ginjal dalam keadaan utuh.

26
Gliburid (glibenklamid), potensinya 200x lebih kuat dari tolbutamid,
masa – paruhnya sekita 4 jam. Metabolismenya dihepar, pada
pemberian dosis tunggal hanya 25% metabolitnya di ekskresi melalui
urin, sisanya melalui empedu. Pada penggunaan dapat terjadi
kegagalan primer dan sekunder, dengan seluruh kegagalan kira-kira

1
21% selama 1 tahun. Karena semua sulfonylurea dimetabolisme
2
dihepar dan di ekskresi melalui ginjal, sediaan ini tidak boleh
diberikan pada pasien gangguan fungsi hepar atau ginjal yang berat.
Efek Samping : Sulfonylurea bisa menyebabkan hipoglikemia,
terutama bila dipakai dalam 3 – 4 bulan pertama pengobatan akibat
perubahan diet dan pasien mulai sadar berolahraga serta minum obat.
Apabila ada gangguan fungsi ginjal atau hati, dosis perlu diperhatikan
karena lebih mudah timbul hipoglikemia. Namun secara umum obat
ini baik untuk menurunkan glukosa darah.
a. Biguanidid
Sebenarnya dikenal 3 jenis ADO dari golongan biguanid yaitu
Fenformin, Buformin dan Metformin. Tetapi yang pertama telah
ditarik dri peredaran karena sering menyebabkan asidosis laktat.
Sekarang yang banyak digunakan adalah Metformin. Obat
biguanides memperbaiki kerja insulin dalam tubuh, dengan cara
mengurangi resistensi insulin. Pada diabetes tipe 2, terjadi
pembentukan glukosa oleh hati yang melebihi normal. Biguanides
menghambat proses ini, sehingga kebutuhan insulin untuk
mengangkut glukosa dari darah masuk ke sel berkurang, dan
glukosa darah menjadi turun.Mekanisme Kerja : Mekkanisme
kerjanya lain dengan sulfunilurea, Biguanid tidak bekerja melalui
perangsangan insuin, tetapi langsung pada target organ. Obat ini
tidak menurunkan glukosa pada orang normal, tetapi berpotensiasi
dengan insulin. Pada penderita diabetes gemuk penggunaan
biguanid menurunkan berat badan tetapi tidak pada orang normal.

27
Penderita yang gagal diberikan Sulfonilurea masih bisa diberikan
Biguanid. Efek Samping: Metformin biasanya jarang memberikan
efek samping. Tetapi pada beberapa orang bisa timbul keluhan
terutama pada saluran cerna, misalnya :
Gangguan pengecapan
Nafsu makan menurun
Mual, muntah

b. Penghambat Enzim a-Glikosidase


Mekanisme Kerja :Obat golongan ini penghambat enzim @-
glikosidase ini dapat memperlambat absorbs polisakarida(Starch),
Dekstrin dan disakaridadi intestine. Dengan menghambat kerja
enzim a-glikosidase di brush border intestine, dapat mencegah
peningkatan glokusa plasma pada orang normal dan pasien DM.
karena terjadinya tidak mempengaruhi sekresi insuin maka tidak
akan menyebabkan efek samping hipoglikomia . Akarbose dapat
digunakan sebagai monoterapi dan pada DM usia lanjut atau DM
yang glokusa postprandialnya sangat tinggi. Diklinik sering sering
digunakan bersama antidiabetik oral lain dan atau insulin.
Obat golongan ini diberikan pada waktu mulai makan dan
absorbis sangat lambat. Obat golongan ini bekerja di usus,
menghambat enzim di saluran cerna, sehingga pemecahan
karbohidrat menjadi glukosa atau pencernaan karbohidrat di usus
menjadi berkurang. Hasil akhir dari pemakaian obat ini adalah
penyerapan glukosa ke darah menjadi lambat, dan  glukosa darah
sesudah makan tidak cepat naik.

Efek Samping
Obat ini umumnya aman dan efektif, namun ada efek samping yang
kadang mengganggu, yaitu perut kembung, terasa banyak gas,

28
banyak kentut, bahkan diare.  Keluhan ini biasanya timbul pada
awal pemakaian obat, yang kemudian berangsur bisa berkurang

c. Meglitinides
Repaglinid dan nateglinid merupakan golongan meglitinid,
mekanisme kerjanya sama dengan sulfonylurea tetapi struktur
kimianya sangat berbeda. Golonga AOD ini merangsang insulin
dengan menutup kanal K yang ATP-independet di Sel B
pancreas.Pada pemberian oral aborbsinya cepat dan kadar
puncaknya dicapai dalam waktu 1 jam. Masa paruhnya 1 jam
karenanya harus diberikan beberapa kali sehari, sebelum makan.
Metabolisme utamanyta diheppar dan metabolitnya tidak aktif
sekitar 10% DIMETABOLISME DIGINJAL. Pada pasien dengan
gangguan fungsi hepar atau ginjal harusnyya diberikan hati hati.

Golongan Obat ini menyebabkan pelepasan insulin dari pankreas


secara cepat dan dalam waktu singkat.Termasuk golongan obat ini
adalah Repaglinide (Novonorm) dan Nateglinide (Starlix). Efek
Samping Meskipun sama seperti sulfonylurea, efek samping
hipoglikemia boleh dikatakan jarang terjadi, hal ini disebabkan oleh
efek rangsangan pelepasan insulin hanya terjadi pada saat glukosa
darah tinggi.

d. Thiazolidinediones
Obat ini baik bagi penderita diabetes tipe 2 dengan resistensi
insulin, karena bekerja dengan merangsang jaringan tubuh menjadi
lebih sensitif terhadap insulin,  sehingga insulin bisa bekerja dengan
lebih baik, glukosa darahpun akan lebih banyak diangkut masuk ke
dalam sel, dan kadar glukosa darah akan turun. Selain itu, obat
thiazolidinediones juga menjaga hati agar tidak banyak

29
memproduksi glukosa. Efek menguntungkan lainnya adalah obat ini
biasa menurunkan trigliserida darah.
Efek Samping
Beberapa efek merugikan yang mungkin timbul adalah bengkak,
berat badan naik, dan rasa capai. Efek serius yang jarang terjadi
adalah gangguan hati.

BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Diabetes melitus adalah gangguan metabolisme yang di tandai dengan
hiperglikemia yang berhubungan dengan abnormalitas metabolisme karbohidrat,
lemak, dan protein yang di sebabkan oleh penurunan sekresi insulin atau penurunan
sensitivitas insulin, atau keduanya dan menyebabkan komplikasi kronis
mikrovaskuler, makrovaskuler dan neuropati.

Untuk Terapi Pengobatan Diabetes Melitus dilakukan 2 cara yaitu dengan Non
Farmakologi dan Farmakologi. Untuk Farmakologi dibagi kembali menjadi 2 cara
yaitu Dengan Insulin dan Pemberian AntiDiabetik Oral.

30
DAFTAR PUSTAKA

Arif, Azalia Dkk. 2014. Cara Mudah Belajar Farmakologi. Fakultas Kedokteran
Universitas Indonesia: Jakarta.

Mahar Mardjono. 2005. Farmakologi dan Terapi. Departemen Farmakologi dan


Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia : 2007.

Elin Yunlinah Dkk. 2008. Iso Farmakologi. Isfi: Jakarta

31

Anda mungkin juga menyukai