Oleh:
Mayvita Muntadiroh
21904101010
Dosen Pembimbing
drg. Fairuza Afada, Sp. KG
1
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat, taufik, dan
hidayah-Nya, sholawat serta salam yang kami junjungkan kepada Nabi Muhammad SAW yang
telah menuntun kita menuju jalan kebenaran sehingga dalam penyelesaian tugas ini kami dapat
memilah antara yang baik dan buruk. Kami mengucapkan terima kasih kepada dosen pembimbing
pada Laboratorium Ilmu Penyakit Gigi dan Mulut yang memberikan bimbingan dalam
menempuh pendidikan ini. Tak lupa pula kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak
sehingga dalam penyusunan referat ini dapat terselesaikan.
Referat ini membahas terkait definisi, etiologi, klasifikasi, patofisiologi, manifestasi klinis,
diagnosis, dan manajemen penatalaksanaan.
Kami menyadari dalam referat ini belum sempurna secara keseluruhan oleh karena itu kami
dengan tangan terbuka menerima masukan-masukan yang membangun sehingga dapat membantu
dalam penyempurnaan dan pengembangan penyelesaian laporan selanjutnya.
Demikian pengantar kami, semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi semua. Amin.
Penyusun
2
DAFTAR ISI
Kata Pengantar.....................................................................................................i
Daftar Isi..............................................................................................................ii
Daftar Gambar......................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG..........................................................................1
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 DIABETES MELITUS.........................................................................2
2.2 KARIES GIGI.......................................................................................8
2.3 HUBUNGAN TIMBAL BALIK DIABETES MELITUS DENGAN
KARIES GIGI.....................................................................................12
BAB IIIPENUTUP
3.1 KESIMPULAN...................................................................................14
3.2 SARAN...............................................................................................14
DAFTAR PUSTAKA
3
DAFTAR GAMBAR
4
BAB I
PENDAHULUAN
5
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
6
Gambar 2.1 Patogenesis Diabetes Melitus Tipe 2
2.1.4 Diagnosis
Diagnosis DM ditegakkan atas dasar pemeriksaan kadar glukosa darah.
Pemeriksaan glukosa darah yang dianjurkan adalah pemeriksaan glukosa secara
enzimatik dengan bahan plasma darah vena. Pemantauan hasil pengobatan dapat
dilakukan dengan menggunakan pemeriksaan glukosa darah kapiler dengan
glukometer. Diagnosis tidak dapat ditegakkan atas dasar adanya glukosuria.
Berbagai keluhan dapat ditemukan pada penyandang DM. Kecurigaan adanya DM
perlu dipikirkan apabila terdapat keluhan seperti¹:
Keluhan klasik DM: poliuria, polidipsia, polifagia dan penurunan berat
badan yang tidak dapat dijelaskan sebabnya.
Keluhan lain: lemah badan, kesemutan, gatal, mata kabur, dan
disfungsi ereksi pada pria, serta pruritus vulva pada wanita
Kriteria diagnosis Diabetes melitus :
7
2.1.5 Penatalaksanaan
Penatalaksanaan DM dimulai dengan menerapkan pola hidup sehat (terapi
nutrisi medis dan aktivitas fisik) bersamaan dengan intervensi farmakologis
dengan obat anti hiperglikemia secara oral dan/atau suntikan. Obat anti
hiperglikemia oral dapat diberikan sebagai terapi tunggal atau kombinasi. Pada
keadaan emergensi dengan dekompensasi metabolik berat, misalnya: ketoasidosis,
stres berat, berat badan yang menurun dengan cepat, atau adanya ketonuria, harus
segera dirujuk ke Pelayanan Kesehatan Sekunder atau Tersier.²
2.1.6 Komplikasi
Komplikasi yang ditemukan pada penderita DM tak terkontrol:
a. Infeksi Saluran Kemih (ISK)
b. Infeksi jamur
c. Tuberkulosis
d. Gingivitis dan Periodonitis
e. Gangren
f. Otitis eksterna maligna
g. Penyakit kandung empedu
h. Pneumonia bakterial
i. Mucormikosis Riniserebral (MR)
j. Peningkatan resiko karies
2.2 KARIES
2.2.1 Definisi
Karies gigi terjadi karena proses demineralisasi struktur gigi oleh asam
yang dihasilkan oleh mikroorganisme dan ditandai dengan terbentuknya kavitas
pada permukaan email, dentin atau sementum.³ Perjalanan karies bersifat kronis,
tidak dapat sembuh sendiri, dan akhirnya dapat menyebabkan kehilangan gigi bila
tidak dilakukan perawatan.
2.2.2 Etiologi
Kebersihan mulut (oral hygiene) seseorang dipengaruhi oleh berbagai
faktor antara lain: jenis makanan/diet, kesadaran dalam menjaga kebersihan gigi
dan mulut, saliva, susunan gigi, keadaan kesehatan umum, tingkat pendidikan
kebiasaan/habit serta penyakit sistemik. Kebersihan mulut yang jelek akan
8
mempermudah timbulnya plak yang merupakan kumpulan dari berbagai macam
bakteri diatas pelikel permukaan gigi yang disebut debris. Jika debris tidak
dibersihkan secara teratur, flora berkembang dan mengalami kalsifikasi
membentuk plak yang sangat berperan dalam terjadinya karies gigi.
Etiologi karies disebabkan oleh 4 faktor / komponen yang saling berinteraksi
yaitu:
a. Komponen dari gigi dan air ludah (saliva) yang meliputi : komposisi gigi,
morfologi gigi, posisi gigi, pH saliva,kuantitas saliva dan kekentalan
saliva.
b. Komponen mikroorganisme yang ada dalam mulut yang mampu
menghasilkan asam melalui peragian yaitu : streptococcus, Laktobasilus.
c. Komponen makanan : yang sangat berperan adalah makanan, yang
mengandung karbohidrat misalnya sukrosa dan glukosa yang dapat
diragikan oleh bakteri tertentu dan membentuk asam
d. Komponen waktu
9
Gambar 2.3 Karies superficialis
b. Karies media dimana karies sudah mengenai dentin tetapi belum melebihi
setengah dentin
10
2.2.4 Diagnosis
a. Iritasi Pulpa.
Anamnesis : Tidak terdapat keluhan, terdapat bintik putih pada gigi
Pemeriksaan Objektif :
• Ekstra oral tidak ada kelainan
• Intra oral : kavitas (+) baru mengenai email, lesi putih (+)
b. Hiperemia Pulpa.
Anamnesa : - Kadang-kadang terasa ngilu saat makan, minum air dingin.
- Rasa ngilu hilang setelah rangsangan dihilangkan
- Tidak ada rasa sakit spontan
Pemeriksaan objektif :
• Ekstra oral tidak ada kelainan
• Intra oral : kavitas (+) mengenai dentin, tetapi belum melebihi setengah
dentin.
c. Pulpitis.
Anamnesa : - Rasa nyeri terus-menerus walaupun rangsangan
dihilangkan
- Rasa nyeri spontan
Pemeriksaan objektif :
• Ekstra oral tidak ada kelainan
• Intra oral : kavitas (+) mengenai lebih dari setengah dentin dan kadang-
kadang sudah mengenai pulpa
d. Gangren Pulpa
Anamnesa : - Gigi tampak berlubang tetapi tanpa keluhan
- Gigi terlihat berwarna kecoklatan atau keabu-abuan
Pemeriksaan objektif :
• Ekstra oral tidak ada kelainan
• Intra oral : kavitas (+)mengenai pulpa (karies profunda), Pemeriksaan
sonde (-), Pemeriksaan perkusi (-), Pemeriksaan membau (+),
Pemeriksaan termis (-)
2.2.5 Penatalaksanaan
Terapi : Penambalan dan Dental Health Education.
11
Penataksanaan karies gigi ditentukan oleh stadium saat karies terdeteksi:
a. Penambalan (filling) dilakukan untuk mencegah progresi karies lebih
lanjut. Penambalan biasa yang dilakukan pada karies yang ditemukan pada
saat iritasi atau hiperemia pulpa.
b. Perawatan saluran akar (PSA) atau root canal treatment dilakukan bila
sudah terjadi pulpitis atau karies sudah mencapai pulpa. Setelah dilakukan
PSA, dibuat restorasi.
c. Ektraksi gigi merupakan pilihan terakhir dalam penatalaksanaan karies
gigi, gigi yang telah diekstraksi perlu diganti dengan pemasangan gigi
palsu (denture), implant atau jembatan (brigde).
2.3 HUBUBGAN DIBETES MELITUS DENGAN KARIES
Hubungan Penyakit Diabetes Melitus dengan Kerusakan gigi di dalam
rongga mulut yaitu gigi dilindungi oleh sistem imun, yang dihasilkan oleh
kelenjar ludah. Di dalam saliva terdapat imunoglobulin A sekretori dan
komponen- komponen alamiah non spesifik seperti protein kaya prolin (PRP),
laktoferin, laktoperoksidase, lisozim serta faktor-faktor agregasi dan aglutinasi
bakteri yang berperan melindungi gigi dari karies. ²
Pada penderita diabetes melitus tak terkontrol terjadi xerostomia, rasa
kering pada mukosa mulut, karena pada diabetes terjadi kehilangan cairan akibat
diuresis sehingga mengakibatkan terjadinya penurunan sekresi saliva. Produksi
saliva yang menurun mengakibatkan fungsinya sebagai pengontrol pertumbuhan
bakteri terganggu, demikian pula halnya dengan proses pembersihan makanan
yang melekat di gigi. Xerostomia yang terjadi, juga akan menimbulkan kerusakan
gigi menyeluruh dalam waktu singkat karena saliva merupakan pertahanan
pertama terhadap karies.³
Pada penderita DM tidak terkontrol biasanya jarang atau bahkan tidak
pernah ke dokter gigi untuk membersihkan debris atau sisa-sisa makanan yang
menempel pada permukaan giginya. Sisa-sisa makanan yang menempel tersebut
kemudian bercampur dengan bakteri yang ada di rongga mulut terutama
Streptococcus dan menimbulkan plak yang tebal. Debris yang sudah bercampur
dengan bakteri dan menimbulkan plak akan menurunkan pH air ludah.⁴
12
Keadaan gula darah yang tak terkontrol pada penderita DM juga akan
semakin memperparah kerusakan gigi karena terjadi peningkatan kadar glukosa
pada cairan saliva. Glukosa dalam ludah ini akan dimetabolisme oleh bakteri
mulut sehingga menghasilkan asam dan menurunkan pH air ludah. Apabila pH air
ludah menjadi asam, maka terjadi peningkatan jumlah koloni Streptococcus dalam
rongga mulut. Kuman-kuman ini akan menghasilkan zat-zat yang akan
mempercepat proses demineralisasi dan akan menimbulkan kerusakan gigi.⁵˒⁶
13
BAB III
PENUTUP
3.1 KESIMPULAN
3.2 SARAN
Pasien dengan dibetes melitus harus menjaga oral hygine dan perawatan
gigi dengan baik untuk mencegah terjadinya karies gigi dan penyakit lainnya
dalam rongga mulut.
14
DAFTAR PUSTAKA
15