Anda di halaman 1dari 23

MAKALAH

“ DIABETES MEILITUS “

Disusun oleh :

Yossiana Dalimunthe
(22200013)

PROGRAM STUDI S1 ILMU KEPERAWATAN


UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SUMATERA BARAT
2024
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas karunianya
kepada kita semua sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah yang
membahas tentang “Penyakit Diabetes Meilitus“

Sholawat beriringkan salam kami hadiahkan kepada nabi besar junjungan


kita nabi Muhammad Saw. Kami juga mengucapkan banyak terimakasih kepada
dosen mata kuliah dasar kesehatan reproduksi yang telah memberikan kesempatan
waktu untuk menyelesaikan makalah ini, tugas ini berguna untuk memenuhi tugas
individu pada mata kuliah ini.

Kami menyakini bahwa di dalam penulisan makalah ini tentu masih


banyak terdapat kesalahan dan kekurangan dalam penulisan maupun penguasaan
materi dan makalah ini jauh dari kata sempurna, oleh karna itu kami menerima
segala kritikan positif dan saran dari seluruh pembaca yang membangun kemajuan
dalam berfikir untuk menyempurnakan makalah ini.

Akhirnya, hanya kepada Allah SWT penulis minta ampun, semoga dengan
adanya makalah ini dapat memberikan sedikit ilmu pengetahuan yang bermanfaat
dan dapat menambah pengetahuan kita yang sudah ada sebelumnya.

Bukittinggi, 1 April 2024

Penulis
DAFTAR PUSTAKA

KATA PENGANTAR ............................................................................................................. i


DAFTAR ISI ........................................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ............................................................................................................ 1
B. Rumusan masalah ....................................................................................................... 1
C. Tujuan Penulisan ......................................................................................................... 1

BAB II PEMBAHASAN
1. Pengertian Penyakit Diabete Meilitus......................................................................... 2
a) Penyebab Penyakit DM...................................................................................... 3
b) Orang-Orang Yang Berisiko Terkena DM ........................................................... 4
c) Gejala DM ............................................................................................................ 4
d) Bahaya/Akibat DM .............................................................................................. 5
e) Manifestasi Klinis DM.......................................................................................... 6
f) Klasifikasi.......... ................................................................................................. 7
g) Komplikasi ............................................................................................................. 8
h) Fatopisiologi....... .................................................................................................. 9
i) Penatalaksanaan.................................................................................................... 10
j) Askep........ ........................................................................................................... 11

BAB III PENUTUP


A. Kesimpulan ................................................................................................................. 25
B. Saran ........................................................................................................................... 25

DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................................ 26


BAB I
PENDAHULUAN

1. Latar Belakang
Diabetes melitus menurut American Diabetes Association (ADA) tahun
2017 merupakan suatu kelompok penyakit metabolik dengan karakteristik
hiperglikemia yang terjadi karena kelainan sekresi insulin, kerja insulin, atau
keduanya. Beberapa gejala yang sering ditemukan pada penderita diabetes
adalah poliuria, polidipsia, polifagia, penurunan berat badan, dan penglihatan
kabur.
Faktor risiko yang sering memengaruhi timbulnya penyakit diabetes
melitus menurut Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) Kementrian Kesehatan
Republik Indonesia tahun 2013 antara lain: obesitas pada perempuan usia >18
tahun yaitu sebanyak 20,0%, aktivitas fisik yang kurang pada usia >10 tahun
sebanyak 26%, hipertensi pada usia >18 tahun sebanyak 25,8%, dan
dislipidemia (hiperkolesterolemia) pada usia >15 tahun sebanyak 35,9%.
Penderita diabetes melitus di dunia sampai saat ini jumlahnya semakin
bertambah. Menurut World Health Organization (WHO) tahun 2016, jumlah
penderita diabetes telah meningkat dari 108 juta penduduk pada tahun 1980
menjadi 422 juta penduduk pada tahun 2014. Peningkatan jumlah penderita
diabetes melitus juga terjadi di Indonesia. Menurut Kementrian Kesehatan
Republik Indonesia (Kemenkes RI), diperkirakan pada tahun 2030 prevalensi
diabetes melitus di Indonesia mencapai 21,3 juta orang. Hasil Riskesdas
2013, prevalensi diabetes melitus berdasarkan wawancara terjadi peningkatan
dari 1,1% tahun 2007 menjadi 2,1% tahun 2013 dan yang terdiagnosis oleh
dokter sebanyak 1,5%.
Komplikasi berupa ulkus diabetik merupakan komplikasi yang sering
terjadi di sebagian besar penderita DM, bahkan luka kaki pada penderita
diabetes melitus seringkali menjadi alasan seseorang menjalani perawatan di
rumah sakit. Data persentase komplikasi DM di RSCM tahun 2011

1
menunjukkan komplikasi yang paling banyak diderita oleh penyandang DM
adalah neuropati sebesar 54% (Infodatin, 2014). Penelitian lain menunjukkan
prevalensi ulkus kaki pada penderita diabetes melitus yang usianya ≥ 25
tahun sebanyak 2,05 % dari 62.681 pasien (Rubeaan, dkk, 2015).
Maka dari latar belakang tersebut, penulis menyusun laporan Asuhan
keperawatan pada penderita Diabetes Melittus.

2. Tujuan .
a. Untuk mengetahui tentang Tinjauan teori tentang Diabetes Melitus
b. Untuk mengetahui Asuhan keperawatan pada pasien kasus kelolaan
Diabetes Melitus.

2
BAB II
LANDASAN TEORI

KONSEP PENYAKIT

1. Definisi
Diabetes melitus adalah suatu penyakit kronik yang komplek yang
melibatkan kelainan metabolisme karbohidrat, protein dan lemak dan
berkembangnya komplikasi makro vaskuler, mikro vaskuler dan neurologis.
(Purwanto. H, 2016)
Diabetes melitus menurut American Diabetes Association (ADA) adalah
suatu penyakit metabolik dengan karakteristik hiperglikemia yang terjadi
karena kelainan sekresi insulin, kerja insulin atau kedua duanya.
Hiperglikemia kronik pada diabetes berhubungan dengan kerusakan jangka
panjang, disfungsi beberapa organ tubuh terutama mata, ginjal, saraf, jantung
dan pembuluh darah. (Tanto. C, dkk, 2014)
Ulkus adalah luka terbuka pada permukaan kulit atau selaput lender dan
ulkus adalah kematian jaringan yang luas dan disertai infasi kuman saprofit.
Adanya kuman saprofit tersebut menyebabkan ulkus berbau, ulkus diabetikum
juga merupakan salah satu gejala klinik dan perjalanan penyakit DM dengan
neuropati perifer (Andyagreeni, 2010).

2. Etiologi
a. DM tipe 1
Diabetes yang tergantung insulin ditandai dengan penghancuran sel-sel
beta pancreas yang disebabkan oleh :
1) Faktor genetik penderita tidak mewarisi diabetes tipe itu sendiri,
tetapi mewarisi suatu predisposisi atau kecendrungan genetik kearah
terjadinya diabetes tipe 1.
2) Faktor imunologi (autoimun).

3
3) Faktor lingkungan: virus atau toksin tertentu dapat memicu proses
autoimun yang menimbulkan destruksi sel beta.
Destruksi sel beta, pada umumnya menjurus ke defisiensi insulin
absolute yaitu autoimun dan idiopatik

b. DM tipe II
Disebabkan oleh kegagalan relative sel beta dan resistensi insulin. Faktor
resiko yang berhubungan dengan proses terjadinya diabetes tipe II antara
lain: usia, obesitas, riwayat dan keluarga.
Hasil pemeriksaan glukosa darah 2 jam pasca pembedahan di bagi
menjadi 3 yaitu:
1) <140 mg/DL = normal
2) 140 - <200 = toleransi glukosa terganggu
3) >200 mg/DL = diabetes
DM tipe II bervariasi mulai dari yang dominan resistensi insulin disertai
defisiensi insulin relatif sampai efek insulin disertai resistensi insulin.

c. DM tipe lain
1) Defek genetik fungsi sel beta
2) Defek genetik kerja insulin: resistensi insulin tipe A,
leprechaunisme, sindrom rabson mendenhall
3) Penyakit eksokrin pancreas: pancreatitis. Trauma / pankreatektomi,
neoplasma, fibrosis kistik
4) Endokrinopati : akromegali, sindrom cushing, feokromositoma
5) Obat atau zat kimia: vacor, pentamidin, asam nikotinat,
glukokortikoid, hormone tiroid, diazoxid, tiazid.
6) Infeksi: rubella congenital
7) Imunologi (jarang) : sindrom stiff-man, anti bodi anti reseptor
insulin
8) Sindrom genetik lain yang berkaitan dengan DM
(ADA, 2014)

4
3. Manifestasi Klinis
d. Poliuria
Kekurangan insulin untuk mengangkut glukosa melalui membrane dalam
sel menyebabkan hiperglikemia sehingga serum plasma meningkat atau
hiperosmolariti menyebabkan cairan intrasel berdifusi kedalam sirkulasi
atau cairan intravaskuler, aliran darah keginjal meningkat sebagai akibat
dari hiperosmolariti dan akibatnya akan terjadi diuresis osmotic
(poliuria).
e. Polidipsia
Akibat meningkatnya difusi cairan dari intrasel kedalam vaskuler
menyebabkan penurunan volume intrasel sehingga efeknya adalah
dehidrasi sel. Akibat dari dehidrasi sel mulut menjadi keringdan sensor
12 haus teraktivasi menyebabkan seseorang haus terus dan ingin selalu
minum (polidipsia).
f. Poliphagia
Karena glukosa tidak dapat masuk ke sel akibat dari menurunnya kadar
insulin maka produksi energi menurun, penurunan energy akan
menstimulasi rasa lapar. Makareaksi yang terjadi adalah seseorang akan
lebih banyak makan (poliphagia).
g. Penurunan berat badan Karena glukosa tidak dapat di transport kedalam
sel maka sel kekurangan cairan dan tidak mampu mengadakan
metabolisme, akibat dari itu maka sel akan menciut, sehingga seluruh
jaringan terutama otot mengalami atrofidan penurunan secara otomatis.
h. Malaise atau kelemahan.
i. Kesemutan pada ekstremitas.
j. Infeksi kulit dan pruritus.
k. Timbul gejala ketoasidosis & samnolen bila berat.
(Purwanto. H, 2016)

5
4. Klasifikasi
Menurut American Diabetes Association (ADA) tahun 2011, klasifikasi
Diabetes Melitus adalah sbb:
1. Diabetes Melitus tipe 1
Karakteristik dari DM tipe 1 adalah insulin yang beredar di
sirkulasi sangat rendah, kadar glukagon plasma yang meningkat, dan sel
beta pankreas gagal berespons terhadap stimulus yang semestinya
meningkatkan sekresi insulin. DM tipe 1 sekarang banyak dianggap
sebagai penyakit autoimun.

2. Diabetes Melitus tipe 2


Diabetes mellitus tipe II disebabkan oleh faktor keturunan dan juga
gaya hidup yang kurang sehat. Hampir seluruh penderita diabetes
menderita tipe kedua ini. Meskipun mengenai dihampir semua
penderita diabetes, gejalanya sangatlah lambat. Sehingga perkembangan
penyakit ini membutuhkan waktu bertahun-tahun.

3. Diabetes Kehamilan/gestasional
Diabetes kehamilan didefinisikan sebagai intoleransi glukosa
dengan onset pada waktu kehamilan. Diabetes jenis ini merupakan
komplikasi pada sekitar 1-14% kehamilan. Biasanya toleransi glukosa
akan kembali normal pada trimester ketiga.

5. Komplikasi
Menurut Tarwoto (2012) komplikasi diabetes melitus digolongkan
menjadi dua yaitu :
a. Komplikasi Akut
Terjadi sebagai akibat dari ketidakseimbangan jangka pendek dalam
glukosa darah,yaitu :
1) Hipoglikemia : komplikasi insulin dalam menerima jumlah banyak
dari kebutuhan

6
2) Ketoasidosis Diabetik : Gangguan metabolik terjadi akibat defisiensi
insulin dikarakteristikan dengan hiperglikemia eksterm lebih 300
mg/dL
b. Komplikasi Kronis
Umumnya terjadi 10-15 tahun
1) Komplikasi mikrovaskuler berupa retinopati, nefropati, dan
neuropati
2) Neuropati
3) Komplikasi makrovaskuler

6. Patofisiologi dan Pathway


l. Patofisiologi
Diabetes melitus merupakan penyakit kronis yang berkaitan
dengan defisiensi atau resistensi insulin relative atau absolut dan ditandai
dengan gangguan metabolisme karbohidrat, protein, lemak. (Paramita,
2011).

Diabetes mellitus adalah suatu penyakit dimana kadar glukosa di


dalam darah tinggi karena tubuh tidak dapat melepaskan atau
menggunakan insulin secara cukup. Sehingga mengakibatkan
hiperglikemia. Glukosa secara normal bersirkulasi dalam jumlah tertentu
dalam darah. Glukosa dibentuk di hati dari makanan yang dikonsumsi.
Insulin merupakan hormon yang diproduksi pankreas dan mengendalikan
kadar glukosadalam darah dengan mengatur produksi dan
penyimpanannya. Pada diabetes tipe II terdapat dua masalah utama yang
berhubungan dengan insulin, yaitu resistensi insulin dan gangguan sekresi
insulin. Normalnya insulin akan terikat dengan reseptor khusus pada
permukaan sel sehingga terjadi suatu rangkaian reaksi dalam metabolisme
glukosa di dalam sel Adanya resistensi insulin pada diabetestipe II
disertai dengan penurunan reaksi intrasel membuat insulin tidak efektif
dalam menstimulasi pengambilan glukosa oleh jaringan (Kwinahyu,
2011).

7
Berkurangnya protein dalam jaringan tubuh. Pasien – pasien yang
mengalami defisiensi insulin tidak dapat mempertahankan kadar glukosa
plasma puasa yang normal atau toleransi sesudah makan. Pada
hiperglikemia yng parah yang melebihi ambang ginjal normal
(konsentrasi glukosa darah sebesar 160 – 180 mg/100 ml), akan timbul
glikosuria karena tubulus – tubulus renalis tidak dapat menyerap kembali
semua glukosa. Glukosuria ini akan mengakibatkan diuresis osmotik yang
menyebabkan poliuri disertai kehilangan sodium, klorida, potasium, dan
pospat. Adanya poliuri menyebabkan dehidrasi dan timbul polidipsi.
Akibat glukosa yang keluar bersama urine maka pasien akan mengalami
keseimbangan protein negatif dan berat badan menurun serta cenderung
terjadi polifagi. Akibat yang lain adalah astenia atau kekurangan energi
sehingga pasien menjadi cepat telah dan mengantuk yang disebabkan oleh
berkurangnya atau hilangnya protein tubuh dan juga berkurangnya
penggunaan karbohidrat untuk energi. Hiperglikemia yang lama akan
menyebabkan arterosklerosis, penebalan membran basalis dan perubahan
pada saraf perifer. Ini akan memudahkan terjadinya gangren.

8
7. Penatalaksanaan
1. Penatalaksanaan secara medis
a. Obat Hipoglikemik Oral
1) Golongaan Sulfonilurea / sulfonyl ureas
Obat ini paling banyak digunakan dan dapat dikombinasikan
dengan obat golongan lain, yaitu biguanid inhibitor alfa
glukosidase atau insulin. Obat golongan ini mempunyai efek
utama meningkatkan produksi insulin oleh sel- sel beta pankreas,
karena itu menjadi pilihan utama para penderita DM tipe 2
dengan berat badan berlebihan
2) Golongan Biguanad /metformin
Obat ini mempunyai efek utama mengurangi glukosa hati,
memperbaiki pengambilan glukosa dari jaringan (glukosa perifer)
dianjurkan sebagai obat tinggal pada pasien kelebihan berat
badan.
3) Golongan Inhibitor Alfa Glikosidase
Mempunyai efek utama menghambat penyerapan gula di saluran
pencernaan sehingga dapat menurunkan kadar gula sesudah
makan. Bermanfaat untuk pasien dengan kadar gula puasa yang
masih normal.
b. Insulin
1) Indikasi insulin
Pada DM tipe 1 yang tHuman Monocommponent Insulin (40 UI
dan 100 UI/ml injeksi) yang beredar adalah actrapid Injeksi insulin
dapat diberikan kepada penderita DM tipe11 yang kehilangan berat
badan secara drastis. Yang tidak berhasil dengan penggunaan obat-
obatan anti DM dengan dosis maksimal atau mengalami kontra
indikasi dengan obat-obatan tersebut. Bila mengalami ketoasidosis,
hiperosmolar asidosis laktat, stress berat karena infeksi sistemik,

9
pasien operasi berat , wanita hamil dengan gejala DM yang tidak
dapat dikontrol dengan pengendalian diet.

2) Jenis insulin
a) Insulin kerja cepat jenisnya adalah reguler insulin, cristalin
zink, dan semilente
b) Insulin kerja sedang Jenisnya adalah NPH (Netral Protamine
Hagerdon)
c) Insulin kerja lambat Jenisnya adalah PZI (Protamine Zinc
Insulin)
2. Penatalaksanaan Secara Keperawatan
a. Diet
Salah satu pilar utama pengelolaan DM adalah perencanaan makanan
walaupun telah mendapat penyuluhan perencanaan makanan, lebih
dari 50% pasien tidak melaksanakannya. Penderita DM sebaiknya
mempertahankan menu yang seimbang dengan komposisi Idealnya
sekigtar 68% karbohidrat, 20% lemak dan 12% protein. Karena itu
diet yang tepat untuk mengendalikan dan mencugah agar berat badan
ideal dengan cara:
1) Kurangi Kalori
2) Kurangi Lemak
3) Kurangi Karbohidrat komplek
4) Hindari makanan manis
5) Perbanyak konsumsi serat
b. Olahraga
Olahraga selain dapat mengontrol kadar gula darah karena membuat
insulin bekerja lebih efektif. Olahraga juga membantu menurunkan
berat badan, memperkuat jantung dan mengurangi stress .Bagi pasien
DM melakukan olahraga dengan teratur akan lebih baik tetapi jangan
melakukan olahraga terlalu berat.

10
I. ASUHAN KEPERAWATAN

1. Pengkajian
a. Pengkajian Primer
1) Airway
Kaji kepatenan jalan nafas,observasi adanya benda asing amsuk
pada jalan nafas, adanya edema pada mulut, suara stridor,weezing,
gurgling ada masalah pada jalan nafas.
2) Breathing
Kaji keefektifan jalan napas, RR, abnormalitas pernafasan, bunyi
nafas tambahan, dan penggunaan otot bantu pernafasan.
3) Circulation
Kaji Heart rate, tekanan darah, kekuatan nadi, capillary refill, akral,
suhu tubuh, warna kulit, kelembapan kulit.
4) Disability
Berisi pengkajian kesadaran GCS atau VPU , ukuran dan reaksi
pupil
5) Exposure
Berisi pengkajian suhu serta adanya injury atau kelainnan lain

b. Pengkajian Sekunder
1) Full set of vital sign
Mengkaji tanda tanda vital dan keadaan/kesadaran pasien
2) Five Intervention
Mengkaji dengan observasi pemasangan EKG, NGT, Folley Chateter, dan
Pulse oximetry.
3) Give Comfort
Berisi pengkajian PQRST
4) History (SAMPLE)
Berisi keluhan pasien, riwayat alergi, medikasi, riwayat penyakit sebelumnya,
makanan terakhir dan kejadian sakitnya.
5) Head to toe

11
Pemeriksaan fisik dari kepala sampai ekstremitas
6) Riwayat Kesehatan Keluarga
Kaji adanya riwayat keluarga yang terkena diabetes mellitus, hal
ini berhubungan dengan proses genetik dimana orang tua dengan
diabetes mellitus berpeluang untuk menurunkan penyakit tersebut
kepada anaknya.

2. Diagnosa Keperawatan
a. Defisien volume cairan (00027)
b. Resiko infeksi (00004)
c. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh (00002)
d. Kerusakan integritas kulit (00046)
e. Gangguan persepsi dan sensori

12
3. Perencanaan Keperawatan
N
O DIAGNOSA TUJUAN INTERVENSI
.
1 Defisiensi Keseimbangan Cairan : Manajemen Cairan
volume cairan Setelah dilakukan asuhan 1. Kaji status cairan ;
keperawatan selama … timbang berat
jam, diharapkan akan badan,keseimbangan
meminimalkan masukan dan haluaran,
komplikasi dan turgor kulit dan adanya
mencegah terjadinya edema
defisien volume cairan 2. Batasi masukan cairan
dengan kriteria hasil : 3. Identifikasi sumber
potensial cairan
- Terbebas dari edema,
4. Jelaskan pada pasien
- Bunyi nafas
dan keluarga rasional
bersih,tidak adanya
pembatasan cairan
dipsnea
5. Kolaborasi pemberian
- Tekanan darah dalam
cairan sesuai terapi.
stabil
- Kelembapan mukosa

2 Resiko Infeksi Setelah dilakukan asuhan


keperawatan selama … x
1. Membersihkan
jam, diharapkan akan
lingkungan tepat
meminimalkan
setelah setiap
komplikasi dan
digunakan oleh pasien.
mencegah terjadinya
2. Mencuci tangan
penyebaran infeksi
sebelum dan sesudah
dengan kriteria hasil :
setiap melakukan
Kontrol Risiko : Proses kegiatan perawatan
Infeksi pasien.
1. Mengenali tanda dan 3. Mengajarkan pasien
gejala yang dan keluarga tentang
mengindikasikan tanda dan gejala infeksi
risiko dalam dan kapan harus
penyebaran infeksi melaporkannya ke
(skala 5) penyedia layanan

13
2. Mengetahui cara kesehatan
mengurangi penularan 4. Mengajarkan pasien
infeksi (skala 5) dan keluarga
3. Mengetahui aktivitas bagaimana
yang dapat menghindari infeksi.
meningkatkan infeksi
(skala 4)

3 Ketidakseimban Setelah dilakukan asuhan 1. Tentukan status nutrisi


gan Nutrisi keperawatan selama … x pasien
Kurang dari jam, diharapkan akan 2. Identifikasi alergi
Kebutuhan meminimalkan makanan atau
Tubuh ketidakseimbangan intoleransi
nutrisi dapat teratasi 3. Beritahu pasien tentang
dengan kriteria hasil : kebutuhan nutrisi
(diskusi panduan diet
Status Nutrisi : Asupan
danpiramidamakanan)
Makanan dan Cairan
4. Sesuaikan diet
1. Asupan makanan (sediakan makanan
secara oral tinggi protein,
2. Asupan cairan secara mengurangi atau
oral menambah kalori,
3. Asupan cairan mengurangi atau
intravena menambah vitamin,
mineral, dan suplemen)

4 Kerusakan Integritas jaringan : :Manajemen Tekanan


integritas kulit Kulit dan membrane
1. Anjurkan pasien untuk
mukosa
menggunakan pakaina
Setelah dilakukan yang longgar
tindakan keperawatan 2. Hindari kerutan pada
selama……jam tempat tidur
kerusakan integritas kulit 3. Jaga kebersihan kulit
pasien teratasi dengan agar tetap bersih dan
kering

14
kriteria hasil : 4. Mobilisasi pasien
(ubah posisi pasien)
1. Integritas kulit yang
tiap dua jam sekali.
kulit bisa
5. Monitor kulit akan
dipertahankan
adanya kemerahan.
(sensasi, elastisitas,
6. Montor aktivitas dan
temperature, hidrasi,
mobilisasi pasien.
pigmentasi).
7. Monitor status nutrisi
2. Tidak ada luka/ lesi
pasien.
pada kulit
8. Observasi luka : lokasi,
3. Perfusi jaringan baik
dimensi, kedalaman
4. Menunjukkan
luka, warna cairan,
pemahaman dalam
granulasi jaringan
proses perbaikan kulit
nekrotik, tanda – tanda
dan mencegah
infeksi lokal, formasi
terjadinya cedera
traktus.
berulang.
9. Ajarkan pada keluarga
5. Mampu melindungi
tentang luka dan
kulit dan kelembaban
perawatan luka
kulit dan perawatan
10. Kolaborasi ahli gizi
alami.
pemberian diit TKTP
6. Menunjukan proses
penyembuhan luka.

5 Gangguan Setelah dilakukan Catat reaksi pasien


persepsi sensori tindakan keperawatan terhadap rusaknya
selama…..jam masalah penglihatan (misal,
pasien teratasi dengan depresi, menarik diri,
kriteria hasil : dan menolak
kenyataan)
Indikator :
1. Andalkan penglihatan
1. Ketajaman pasien yang tersisa
penglihatan pusat sebagaimana mestinya
(kiri) 2. Sediakan kaca
2. Ketajaman pembesar atau
penglihatan pusat kacamata prisma
(kanan) sewajarnya untuk
3. Ketajaman membaca
penglihatan sekitar 3. Sediakan bahan bacaan

15
(kiri) Braille, sebagaimana
4. Ketajaman perlunya
penglihatan sekitar 4. Bacakan surat, koran,
(kanan) dan informasi lainnya
5. Respon untuk pada pasien
rangsangan
penglihatan

4. Evaluasi
Evaluasi merupakan tahap terakhir dari proses keperawatan. Kegiatan
evaluasi ini adalah membandingkan hasil yang telah dicapai setelah
implementasi keperawatan dengan tujuan yang diharapkan dalam
perencanan. Perawat mempunyai tiga alternatif dalam menentukan sejauh
mana tujuan tercapai :
a) Berhasil : prilaku pasien sesuai pernyataan tujuan dalam waktu atau
tanggal yang ditetapkan di tujuan
b) Tercapai sebagian : pasien menunjukan prilaku baik tetapi tidak sebaik
yang ditentukan dalam pernyataan tujuan.
Belum tercapai : pasien tidak mampu sama sekali menunjukan perilaku
yang diharapkan sesuai dengan pernyataan tujuan.

16
PENUTUP

A. Kesimpulan
Diabetes melitus menurut American Diabetes Association (ADA) tahun
2017 merupakan suatu kelompok penyakit metabolik dengan karakteristik
hiperglikemia yang terjadi karena kelainan sekresi insulin, kerja insulin, atau
keduanya. Beberapa gejala yang sering ditemukan pada penderita diabetes
adalah poliuria, polidipsia, polifagia, penurunan berat badan, dan penglihatan
kabur.
Faktor risiko yang sering memengaruhi timbulnya penyakit diabetes
melitus menurut Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) Kementrian Kesehatan
Republik Indonesia tahun 2013 antara lain: obesitas pada perempuan usia >18
tahun yaitu sebanyak 20,0%, aktivitas fisik yang kurang pada usia >10 tahun
sebanyak 26%, hipertensi pada usia >18 tahun sebanyak 25,8%, dan
dislipidemia (hiperkolesterolemia) pada usia >15 tahun sebanyak 35,9%.

B. Saran
Proses keperawatan merupakan metode yang sistemik yng digunakan perawat
dalam memberikan asuhan keperawatan pada pasien untuk diharapkan pada
pihak pihak yang berkompeten dalam bidang keperawatan lainnya yakni:
1. Bagi rumah sakit
Sebagai bahan pertimbangan khususnya bagi kepala bidang pelayanan
keperawatan dalam pemberian asuhan keperawatan yang akan
disampaikan kepada seluruh perawat .
2. Bagi institusi pendidikan
Dari pihak institusi diharapkan untuk meningkatkan kemampan
mahasiswa dalam memberikan asuhan keperawatan DM melalui
penerapan teori dan penelitian dilapangan terlebih khusus di Rumah
sakit.

17
3. Bagi mahasiswa

Sebagai bahan pembelajaran untuk meningkatan dalam memberikan asuhan


keperawatan dan melakukan tindakan keperawatan khususnya dalam asuhan
keperawatan pada pasien DM.

18
DAFTAR PUSTAKA

American Diabetes Association,2014. Diagnosis and Classification of Diabetic Melitus.


Diabetes Care, 34 (1) s62 - s69
Andyagreeni, 2010. Tanda Klinis Penyakit Diabetes Melitus. Jakarta : CV Trans Info
Media
Bulecheck, G., dkk. 2013. Nursing interventions Classification (NIC) (6 th ed). St.
Louis,MO : Mosby
Brunner & Suddarth. 2010. Keperawatan Medikal Bedah vol 2. Jakarta: EGC
Herdman,T.H & Kamitsuru,S (Eds). 2014. NANDA International Nursing Diagnoses :
Definitions&Classification, 2015-2017. Oxford: Wiley Blackwell
Infodatin, 2014. Situasi dan Analisis Diabetes Melitus. Pusat Data dan Informasi
Kemenkes RI.
Johnson,Marion, dkk. (2016). Nursing Outcome Classifications (NOC). St. Louis :Mosby
Year-Book
Kartono, (2009) Patologi Soaial 3 Gangguan – Gangguan Kejiawaan. Jakarta: CV.
Rajawali
Mansjoer, Arif. 2010. Kapita Selekta Kedokteran Jilid 2. Jakarta: Media Aesculapius
Moorhead,S., Johnson, M., dkk. (Eds). 2013. Nursing Outcomes Classification (NOC)
(5ed). St. Louis: Elsevier Mosby
Price Sylvia, A (2012), Patofisiologi: Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit. Jilid 2 .
Edisi 4. Jakarta. EGC
Sjamsulhidayat, R. dan Wim de Jong. 2010. Buku Ajar Ilmu Bedah, Edisi revisi. EGC :
Jakarta.
Smeltzer, Suzanne C. and Brenda G. Bare. 2013. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah
: Brunner Suddarth, Vol. 2. EGC : Jakarta.
Tanto, C. (2014). Kapita Selekta Kedokteran Essensial of Medicine. Jakarta: Media
Aesculapius
Tarwoto,dkk, (2012). Keperawatan Medikal Bedah Gangguan Sistem Endokrin. Jakarta :
Trans Info Medikal
WHO, 2016. Global Report On Diabetes. France : World Health Organization; 2016
Wijaya, A.S Dan Putri, Y.M. 2013. Keperawatan Medical Bedah 2, Keperawatan
Dewasa Teori Dan Contoh Askep. Yogyakarta: Nuha Medika.

Anda mungkin juga menyukai