Anda di halaman 1dari 27

DIABETES MELITUS

TUGAS KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH 1

Dosen pengampu:

Dewi Nurviana, S.Kep.Ns.M.Kep.Sp.Kep.MB

DISUSUN OLEH:

KELOMPOK 2

1. Andi Rian Rifai (PO0220221009)


2. Silfani Akuba (PO0220221049)
3. Siti Magfirah Murdan A (PO0220221036)
4. Masni (PO0220221023)
5. Luthfi Alhabsyi Lamuna (PO0220221021)

POLTEKKES KEMENKES PALU


PRODI D-III KEPERAWATAN POSO
TAHUN AKADEMIK 2022/2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur kita panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas karunia-Nya berupa nikmat

iman dan kesehatan ini akhirnya saya bisa menyelesaikan makalah mata kuliah Keperawatan

medikal bedah I.

Makalah berjudul “DIABETES MELITUS ”. Adapun penulisan makalah ini dibuat untuk

memenuhi tugas Keperawatan Medikal Bedah 1. Saya mengucapkan terima kasih kepada pihak

yang telah mendukung serta membantu penyelesaian makalah. Harapannya, semoga makalah ini

dapat memberikan manfaat bagi pembaca.

Dengan kerendahan hati, penyusun memohon maaf apabila ada ketidaksesuaian kalimat dan

kesalahan. Meskipun demikian, penyusun terbuka pada kritik dan saran dari pembaca demi

kesempurnaan makalah.

Poso, 22 juli 2022

Penyusun
DAFTAR ISI
SAMPUL ............................................................................................................
KATA PENGANTAR .......................................................................................
DAFTAR ISI......................................................................................................
BAB I PENDAHULUAN ..................................................................................
A. Latar Belakang ..............................................................................................
B. Tujuan ...........................................................................................................
BAB II PEMBAHASAN ...................................................................................
1. Pengertian .......................................................................................................
2. E tiologi ...........................................................................................................
3. Manifestasi klinis.............................................................................................
4. Patofisiologi.....................................................................................................
5. Pathawy............................................................................................................
6. Penatalaksanaan...............................................................................................
7. Klasifikasi........................................................................................................
8. Gejala Klinis....................................................................................................
9. Komplikasi.......................................................................................................
BAB III ASUHAN KEPERAWATAN.............................................................
A. Pengkajian......................................................................................................
B. Diagnosa Keperawatan..................................................................................
C. Rencana Asuhan Keperawatan......................................................................
BAB IV PENUTUP............................................................................................
A. Kesimpulan....................................................................................................
B. Saran..............................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA.........................................................................................
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang

Tingkat prevalensi dari diabetes mellitus sangat tinggi, diduga terdapat sekitar 10 juta
kasus diabetes di Amerika Serikat dan setiap tahunnya didiagosis 600.000 kasus baru.
Diabetes merupakan penyebab kematian ketiga di Amerika Serikat dan merupakan
penyebab utama kebutaan akibat retinopati diabetik (Sylvia A. Price).
Tujuh puluh lima persen penderita diabetes akhirnya meninggal karena penyakit vaskuler.
Komplikasi yang paling utama adalah serangan jantung, payah jantung, stroke dan
ganggren. Selain itu, kematian neonatal intrauterine pada ibu-ibu yang menderita diabetes
meningkat (Sylvia A. Price).
Pada tahun 1995, tercatat penderita diabetes di Indonesia merupakan urutan ke-7 di dunia
dengan urutan pertama India, yang selanjutnya Cina, Amerika Serikat, Rusia, Jepang, dan
Brazil. Diperkirakan jumlah ini akan terus berkembang pada tahun-tahun berikutnya. Usia
harapan hidup rata-rata pasien diabetes berkurang sembilan tahun bagi laki-laki dan tujuh
tahun bagi perempuan bila dibandingkan dengan yang bukan pasien diabetes.
Pengurangan usia ini paling besar bila awitan penyakit terjadi pada usia muda.
Pasien diabetes sebenarnya relatif dapat hidup normal asalkan mereka mengetahui dengan
baik keadaan dan cara penatalaksanaan penyakit yang dideritanya. Oleh karena itu,
edukasi pasien amatlah perlu. Karena kualitas hidup semua pasien diabetes sangat
terpengaruh oleh banyaknya komplikasi yang menimbulkan bahaya. Terlebih lagi,
perlunya diet ketat dan pengobatan terus-menerus menimbulkan pergulatan emosi yang
terus-menerus pula, bagi banyak pasien. Penyebab kematian pada diabetes (urut
frekuensi) adalah infark miokard, gagal ginjal, stroke infeksi ketoasidosis koma
hiperosmolar hipoglikemia (Brunner & suddart).
B. Tujuan
1. Memahami pengertian diabetes melitus
2. Menjelaskan perbedaan antara diabetes tipe I dan tipe II
3. Menjelaskan asuhan keperawatan penyakit diabetes melitus
BAB II
PEMBAHASAN
1. Pengertian Diabetes Mellitus

Diabetes Mellitus adalah penyakit metabolik yang ditandai dengan hiperglikemia dan
glukosuria disertai dengan atau tidak adanya gejala klinik akut maupun kronik, sebagai
akibat kurangnya insulin di dalam tubuh, gangguan primer terletak pada metabolisme
karbohidrat yang biasanya disertai dengan gangguan metabolisme lemak dan protein
(Aspiani, 2014).

Diabetes Mellitus merupakan penyakit gangguan metabolisme kronis yang ditandai


dengan peningkatan glukosa darah (hiperglikemi) disebabkan karena ketidakseimbangan
antar suplai dan kebutuhan insulin. Insulin dalam tubuh dibutuhkan memfasilitasi
masuknya glukosa dalam sel agar dapat digunakan untuk metabolisme dan pertumbuhan
sel. Berkurang atau tidak adanya insulin menjadikan glukosa tertahan di dalam darah dan
menimbulkan peningkatan gula darah, sedangkan sel menjadi kekurangan glukosa yang
sangat dibutuhkan dalam kelangsungan dan fungsi sel (Tarwoto, 2012).

Diabetes Mellitus adalah salah satu penyakit dimana kadar gula di dalam darah
meningkat tinggi karena tubuh tidak dapat melepaskan insulin secara adekuat (Nabyl
R.A, 2012).

Diabetes Mellitus merupakan penyakit yang disebabkan oleh adanya gangguan


metabolisme karbohidrat, lemak, dan protein dalam tubuh. Gangguan tersebut
disebabkan oleh berkurangnya produksi insulin yang diperlukan dalam proses perubahan
gula menjadi tenaga. Kekurangan insulin menyebabkan terjadinya peningkatan kadar gula
dalam darahatau terdapatnya kandungan gula dalam air kencing (Iskandar, 2009).

2. Etiologi Diabetes Mellitus


Menurut Nurarif & Kusuma (2015), etiologi diabetes mellitus adalah :
1) Diabetes Mellitus tipe I
Diabetes yang tergantung insulin ditandai dengan penghancuran sel-sel beta
pankreas yang disebabkan oleh :
a. Faktor genetik
Penderita tidak mewarisi diabetes tipe itu sendiri, tetapi mewarisi suatu
predisposisi atau kecenderungan genetic kearah terjadinya diabetes tipe I.
b. Faktor imunologi
Adanya respon autoimun yang merupakan respon abnormal dimana antibodi
terarah padaaringan normal tubuh dengan cara bereaksi terhadap jaringan
tersebut yang dianggapnya seolah-olah sebagai jaringan asing.
c. Faktor lingkungan
d. Virus atau toksin tertentu dapat memicu proses autonium yang menimbulkan
ekstruksi sel beta.
2) Diabetes Mellitus tipe II
Disebabkan oleh kegagalan relative sel beta dan resistensi insulin. Faktor resiko yang
berhubungan dengan proses terjadinya diabetes mellitus tipe II antara lain :
a. Usia
Resistensi insulin cenderung meningkat pada usia diatas 65 tahun, tetapi pada usia
remaja pun diabetes mellitus dapat terjadi juga pada umur 11 sampai 13 tahun
karena sejak awal pankreas tidak menghasilkan insulin.
b. Obesitas
Karena ketidakseimbangan hormon dalam tubuh akan membuat hormon insulin
tidak dapat bekerja secara maksimal dalam menghantar glukosa yang ada dalam
darah. Pengurangan berat badan sering kali dikaitkan dengan perbaikan dalam
sensitivitas insulin dan pemulihan toleransi glukosa. Obesitas terjadi karena tubuh
kelebihan lemak minimal 20% dari berat badan ideal. Menurut Adriani (2012)
obesitas digolongkan menjadi 3 kelompok.
i. Obesitas ringan : kelebihan berat badan 20-40%
ii. Obesitas sedang : kelebihan berat badan 41-100%
iii. Obesitas berat : kelebihan berat badan >100%
Klasifikasi IMT (Indeks Masa Tubuh) menurut Tjokoprawiro (2015)
pencegahan diabetes ada 2 yaitu:
1) IMT <18,5 : BB kurang
2) IMT 18,5-22,9 : BB normal
3) IMT > 23,0 : BB lebih
4) IMT 23,0-24,9 : dengan
resiko 5) 25,0-29,9 : obesitas I
5) IMT >30 : obesitas II

c. Riwayat dalam keluarga


Pada riwayat keluarga yang salah satunya memiliki riwayat diabetes
mellitus bisa diturunkan sejak remaja pada anaknya. Kaum pria
sebagai penderita sesungguhnya dan perempuan sebagai pihak
pembawa gen atau keturunan. Gen yang mempengaruhi pada diabetes
tipe II adalah gen TC7L2. Gen ini sangat berpengaruh pada
pengeluaran insulin dan produksi glukosa.

3. Manifestasi klinis
Manifestasi klinis diabetes mellitus menurut Tandra (2013) yaitu :
1. Banyak kencing (poliuri)
2. Rasa haus (polidipsi)
3. Berat badan menurun meski sudah banyak makan (polifagi) 4.Rasa seperti flu
dan lemah
4. Pandangan kabur
5. Luka yang sukar sembuh
6. Gusi merah dan bengkak
7. Kesemutan
8. Kulit kering dan gatal
9. Mudah terkena infeksi
10. Gatal pada kemaluan
4. Patofisiologi
Terjadi pada kaki diawali dengan adanya hiperglikemia pada penyandang DM yang
menyebabkan kelainan neuropati dan kelainan pada pembuluh darah. Neuropati, baik
neuropati sensorik maupun motorik dan autonomik akan mengakibatkan berbagai
perubahan pada kulit dan otot yang kemudian menyebabkan terjadinya perubahan
distribusi tekanan pada telapak kaki dan selanjutnya akan mempermudah terjadinya
ulkus. Adanya kerentanan terhadap infeksi menyebabkan infeksi mudah merebak
menjadi infeksi yang luas. Faktor aliran darah yang kurang juga akan lebih lanjut
menambah rumitnya pengelolaan kaki diabetes (Askandar, 2001 dalam Andra Safer,
2013). Ulkus diabetikum terdiri dari kavitas sentral biasanya lebih besar dibanding
pintu masuknya, dikelilingi kalus keras dan tebal. Awalnya pembentukan ulkus
berhubungan dengan hiperglikemia yang berefek terhadap saraf perifer, kolagen,
keratin, dan suplai vaskuler. Dengan adanya tekanan mekanik terbentuk keratin keras
pada daerah kaki yang mengalami beban terbesar. Neuropati sensoris perifer
memungkinkan terjadinya trauma berulang mengakibatkan terjadinya kerusakan
jaringan area kalus. Selanjutnya terbentuk kavitas yang membesar dan akhirnya
ruptur sampai permukaan kulit menimbulkan ulkus. Adanya iskemia dan
penyembuhan luka abnormal menghalangi resolusi. Mikrooranisme yang masuk
mengadakan kolonasi di daerah ini. Drainase yang inadekuat menimbulkan closed
space infection. Akhirnya sebagai konsekuensi sistem imun yang abnormal, bakteria
sulit dibersihkan dan infeksi menyebar ke jaringan sekitarnya.

Menurut Suryadi, (2004) dalam buku Andra (2013) penyakit neuropati dan vaskuler
adalah faktor utama yang mengkontribusi terjadinya luka. Masalah luka yang terjadi
pada pasien diabetik terkait dengan adanya pengaruh pada saraf yang terdapat pada
kaki dan biasanya dikenal sebagai neuropati perifer. Pada pasien dengan diabetik
sering kali mengalami gangguan pada sirkulasi. Gangguan sirkulasi ini adalah yang
berhubungan dengan “pheripheral vascular diseases”. Efek sirkulasi inilah yang
menyebabkan kerusakan pada saraf. Hal ini terkait dengan diabetik neuropati yang
berdampak pada sistem saraf autonom, yang mengontrol fungsi otot-otot halus,
kelenjar dan organ viseral.

Dengan adanya gangguan pada saraf autonom pengaruhnya adalah terjadinya


perubahan tonus otot yang menyebabkan abnormalnya aliran darah. Dengan demikian
kebutuhan akan nutrisi dan oksigen maupun pemberian antibiotik tidak menyukupi
atau tidak dapat mencapai jaringan perifer, juga tidak memenuhi kebutuhan
metabolisme pada lokasi tersebut. Efek pada autonomi neuropati ini akan
menyebabkan kulit menjadi kering, antihidrosis yang memudahkan kulit menjadi
rusak dan mengkontribusi untuk terjadinya ganggren. Dampak lain adalah karena
adanya neuropati perifer yang mempengaruhi kepada saraf sensorik dan motorik yang
menyebabkan sensasi nyeri, tekanan dan perubahan temperature.
5. Pathway Diabetes Mellitus

Skema patofisiologidiabetes mellitus (Nanda, 2013).

Faktor genetik,imunologik, gestasi,faktor lingkungan, infeksi virus


Perubahan fisiologis pankreas
Kerusakan sel beta pankreas
Defisiensi insulin
Metabolisme karbohidrat, lemak&protein terganggu

Karbohidrat Lemak Protein

 Glikolisis menurun Lipolisis meningkat Anabolisme protein


 Glukogenelisismeningkat & menurun
 Glukoneogenesis meningkat Lipogenesis menurun
 Glikogenesis menurun Sintesa protein
Simpanan lemak menurun
Hiperglikemi menurun
leukosit
menurun
Gula tidak dapat Penurunan berat badan
diserap tubuh
Kekebalan tubuh
menurun
Melebihi batas ambang Sel tubuh kekurangan
nutrisi ginjal Resiko infeksi b/d tauma
Nutrisi kurang dari pada jaringan
Glukosuria kebutuhan b/d gangguan
Deuresis osmotik keseimbangan insulin
Gula terbang bersama urin Lemak bebas
Sel kekurangan bahan meningkat
Poliuri untuk metabolisme
Merangsang hipotalamus pembentukan badan
Kekurangan cairan elektrolit Selalu merasa haus dan keton
berlebih lapar
Badan keton
Kekurangan volume meningkat
cairan elektrolit b/d
gejala poliuria dan Ketoasidosis
dehidrasi
Polidipsi &Polifagi diabetikum

Hiperglikemi

Oamolalitas meningkat,
viskositas darah

Penurunan perfusi oksigen,


nutrisi ke jaringan

Makrovaskuler Mikrovaskuler Neuropati

Aliran darah lambat


Jantung Otak Ginjal Mata
Iskemik jaringan
 Infark Suplai O2 Neuropati Retinopati perifer
miokard ke otak
akut menurun Gagal ginjal Nekrosis luka
 Hipertensi
 Glaukoma Ganggren

Ketidakefektifan perfusi Kerusakan integritas kulit


jaringan perifer b/d b/d gangguan sirkulasi,
penurunan sirkulasi darah gangguan status
ke perifer metabolik dan gangguan
sensasi

Gambar 2.1 Pathway Diabetes Mellitus


i. Hubungan Antar Konsep

Faktor Resiko:

Faktor genetik Usia >45 tahun


Faktor imunologi Jenis Kelamin
Faktor lingkungan Berat Badan
Merokok
Hipertensi
Lamanya Diabetes

Ketidakseimbangan
produksi insulin

Neuropati sensori
perifer
(klien tidak merasakan
sakit)

Nekrosis luka

Ganggren/ ulkus
diabetikum Proses Keperawatan:

Pengkajian

Kerusakan integritas Diagnosa


kulit
Intervensi

Implementasi

Evaluasi

Gambar 2.2 Hubungan Antar Konsep Asuhan Keperawatan pada Pasien Diabtes
Mellitus dengan Kerusakan Integritas Kulit.
6. Penatalaksanaan DM
Penatalaksanaan DM menurut, Setiati (2014) yaitu:
a. Terapi Nutrisi Medis (TNM)
Terapi nutrisi medis merupakan bagian penatalaksanaan diabetes secara
total.Kunci keberhasilan TNM adalah keterlibatan secara menyeluruh dari anggota
tim (dokter, ahli gizi, petugas kesehatan yang lain serta diabetisi dan keluarganya).
TNM ini pada dasarnya adalah melakukan pengaturan pola makan yang disasarkan
pada status gizi, kebiasaan makan dan kondisi yang telah ada atau sedang terjadi.
TNM dapat dipakai sebagai pencegahan timbulnya diabetes bagi penderita yang
mempunyai risiko diabetes, terapi pada penderita yang sudah terdiagnosa diabetes
(diabetisi) serta mencegah laju berkembangnya komplikasi diabetes.
b. Diet
Prinsip pengaturan makan pada penyandang diabetes hampir sama dengan
anjuran makan untuk masyarakat umum yaitu makanan yang seimbang dan sesuai
dengan kebutuhan kalori dan zat gizi masing-masing individu. Pada penyandang
diabetes perlu ditekankan pentingnya keteraturan makan dalam hal jadwal makan,
jenis dan jumlah makanan, terutama pada mereka yang menggunakan obat penurun
glukosa darah atau insulin.
c. Pola Hidup Sehat
Didalam praktek sehari-hari perlu dilakukan penyuluhan bagi para diabetisi agar
bisa melakukan pola hidup sehat yang meliputi pola makan dan pola latihan fisik
dengan mudah. (Askandar Tjokroprawiro, 1995-2010) menyusun sepuluh
petunjuk yaitu GULOH-SISAR = SINDROMA 10 yang akan memudahkan dalam
pola hidup sehat. GULOH-SISAR dilaksanakan dengan pedoman BNI (Batasi,
Nikmati, Imbangi) artinya bahwa bisa menikmati semua jenis makan dan juga
dibatasi yang manis. Meliputi :
1) G (Gula) : Bagi para diabetisi sebaiknya pantang gula kecuali Non-DM
membatasi asupan gula.U (Urat) : Mencegah hiperurisemia maka batasi
konsumsi yaitu, jerohan, alkhohol, sarden, burung dara, ungags, kaldu
kacang-kangan, emping dan tape.
2) L (Lemak) : Batasi telor, keju-kepiting, udang, kerrang-cumi, susu dan
santan.
3) O (Obesitas) Lakukanlah penurunan berat badan bila terjadi obesitas.
4) H (Hipertensi) : Untuk yang mempunyai hipertensi batasi ekstra garam,
ikan asin, kacang asin dan lain-lain.
5) S (Sigaret) : yaitu stop merokok
6) I (Inaktivitas) : melakukan olahraga yang mampu mengeluarkan kalori
kurang lebih 300 kcal/hari.
7) S (Stres) : Usahakan tidur 6-7 jam sehari tanpa gangguan tidur.
8) A (Alkohol) : Stop alkohol.
9) R (Reguler Check Up) : melakukan control secara teratur, konsultasi
kepada ahlinya dan terapi.
d. Latihan Fisik
Selama latihan fisik kebutuhan energi akan meningkat dan ini dipenuhi dari
pemecahan glikogen dan pembongkaran trigliserida, asam lemak bebas dari
jaringan adiposa serta pelepasan glukosa dari hepar. Kadar glukosa dipertahankan
normal untuk memenuhi kebutuhan energi otak selama latihan fisik melalui
mekanisme hormonal.
7. Klasifikasi
Klasifikasi diabetes mellitus menurut Riyadi &Sukarmin (2008) :
1. Insulin Dependent Diabetes Mellitus (IDDM) yaitu defisiensi insulin
karena kerusakan sistem imunitas (kekebalan tubuh) yang kemudian
merusak sel-sel pulau langerhans di pankreas. Kelainan ini berdampak
pada penurunan produksi insulin.
2. Non Insulin Dependent Diabetes Mellitus (NIDDM) yaitu diabetes
resisten sering terjadi pada dewasa, tapi dapat terjadi pada semua umur.
Kebanyakan penderita mengalami kelebihan berat badan, ada
kecenderungan familiar, mungkin perlu insulin pada saat hiperglikemik
selama stres.
3. Diabetes type lain adalah DM yang terjadi karena penyakit lain, penyakit
pankreas, hormonal, obat atau bahan kimia, endokrinopati, kelainan
reseptor insulin, sindroma genetik tertentu.
4. Impaired Glukosa Tolerance (gangguan toleransi glukosa) yaitu kadar
glukosa antara normal dan diabetes, dapat menjadi diabetes atau menjadi
normal atau tetap tidak berubah.
5. Gestasional Diabetes Mellitus (GDM) yaitu intoleransi yang terjadi
selama kehamilan

8. Gejala Klinis
Menurut Askandar (1998) seseorang dapat dikatakan menderita Diabetes Mellitus
apabila menderita dua dari tiga gejala yaitu :
1.      Keluhan TRIAS: Banyak minum, Banyak kencing dan Penurunan berat badan.
2.      Kadar glukosa darah pada waktu puasa lebih dari 120 mg/dl
3.      Kadar glukosa darah dua jam sesudah makan lebih dari 200 mg/dl
Sedangkan menurut Waspadji (1996) keluhan yang sering terjadi pada penderita
Diabetes Mellitus adalah: Poliuria, Polidipsia, Polifagia, Berat badan menurun,
Lemah, Kesemutan, Gatal, Visus menurun, Bisul/luka, Keputihan.

9. Komplikasi
Menurut Riyadi & Sukarmin (2008), beberapa komplikasi diabetes mellitus
adalah:
1. Komplikasi akut
2. Koma hipoglikemia
3. Koma hipoglikemis terjadi karena pemakaian obat-obatan diabetic
yang melebihi dosis yang dianjurkan singga terjadi penurunan
glukosa dalam darah. Glukosa yang ada sebagian besar difasilitasi
untuk masuk ke dalam sel
a. Ketoasidosis
Minimnya glukosa di dalam sel akan mengakibatkan sel mencari
sumber alternatif untuk dapat memperoleh energi sel. Kalau tidak ada
glukosa maka benda-benda keton akan dipakai sel. Kondisi ini akan
mengakibatkan penumpukan residu pembongkaran benda-benda keton
yang berlebih dapat mengakibatkan asidosis.
b. Koma hipersmolar non ketotik
Koma ini terjadi karena penurunan komposisi cairan intrasel dan
ekstrasel karena banyak diekresi lewat urine.
Komplikasi kronik
c. Makroangiopati
Makroangiopati yang mengenai pembuluh darah besar, pembuluh darah
jantung, pembuluh darah otak. Pembuluh darah pada pembuluh darah
besar dapat mengalami atherosklerosis sering terjadi pada
DMTTI/ NIDDM. Komplikasi magroangiopati adalah penyakit
vaskuler otak, penyakit arteri koronaria dan penyakit vaskuler
parifer.
d. Neuropati diabetika
Akumulasi orbital didalam jaringan dan perubahan metabolik
mengakibatkan fungsi sensorik dan motorik saraf menurun kehilangan
sensori mengakibatkan penurunan persepsi nyeri.
e. Infeksi
Retansi infeksi seperti tuberculusis paru, gingivitis, dan infeksi
saluran kemih.
f. Kaki diabetik
Pembuluh mikroangiopati, makroangiopati dan neuropati
menyebabkan perubahan pada ekstermitas bawah. Komplikasinya dapat
terjadi gangguan sirkulasi, terjadi infeksi, ganggren, penurunan sensasi
dan hilangnya fungsi saraf sensorik dapat menunjang terjadi trauma atau
tidak terkontrolnya infeksi yang mengakibatkan ganggren.
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN
DIABETES MELLITUS
A. Pengkajian

1. Riwayat Kesehatan Keluarga


Adakah keluarga yang menderita penyakit seperti klien ?
2. Riwayat Kesehatan Pasien dan Pengobatan Sebelumnya
Berapa lama klien menderita DM, bagaimana penanganannya, mendapat terapi insulin
jenis apa, bagaimana cara minum obatnya apakah teratur atau tidak, apa saja yang
dilakukan klien untuk menanggulangi penyakitnya.
3. Aktivitas/ Istirahat :
Letih, Lemah, Sulit Bergerak / berjalan, kram otot, tonus otot menurun.
4. Sirkulasi
Adakah riwayat hipertensi,AMI, klaudikasi, kebas, kesemutan pada ekstremitas, ulkus
pada kaki yang penyembuhannya lama, takikardi, perubahan tekanan darah
5. Integritas Ego
Stress, ansietas
6. Eliminasi
Perubahan pola berkemih ( poliuria, nokturia, anuria ), diare
7. Makanan / Cairan
Anoreksia, mual muntah, tidak mengikuti diet, penurunan berat badan, haus,
penggunaan diuretik.
8. Neurosensori
Pusing, sakit kepala, kesemutan, kebas kelemahan pada otot, parestesia,gangguan
penglihatan.
9. Nyeri / Kenyamanan
Abdomen tegang, nyeri (sedang / berat)
10. Pernapasan
Batuk dengan/tanpa sputum purulen (tergangung adanya infeksi / tidak)
11. Keamanan
Kulit kering, gatal, ulkus kulit.
B. Diagnosa Keperawatan

1. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b/d gangguan keseimbangan


insulin, makanan, dan aktivitas jasmani
2. Resiko syok.
3. Resiko infeksi.
4. Kerusakan integritas jaringan
5. Ketidakefektipan perfusi jaringan perifer b/d penurunan sirkulasi darah keperifer,
proses penyakit (DM)
6. Resiko ketidakseimbangan elektrolit b/d gejala poliuri dan dehidrasi

C. Rencana Keperawatan Diabetes mellitus

N Diagnosa Keperawatan Itujuan Dan Kriteria Intervensi


o Hasil

1 Ketidakseimbangan NOC : NIC :


nutrisi kurang dari
kebutuhan tubuh v  Nutritional Status : food Nutrition Management
and Fluid Intake
Definisi : Intake nutrisi §  Kaji adanya alergi makanan
tidak cukup untuk v  Nutritional Status :
nutrient Intake §  Kolaborasi dengan ahli gizi
keperluan metabolisme untuk menentukan jumlah
tubuh. Kriteria Hasil : kalori dan nutrisi yang
Batasan karakteristik : v  Adanya peningkatan dibutuhkan pasien.

-    Berat badan 20 % atau berat badan sesuai §  Anjurkan pasien untuk
lebih di bawah ideal dengan tujuan meningkatkan intake Fe

-    Dilaporkan adanya v  Beratbadan ideal sesuai §  Anjurkan pasien untuk


intake makanan yang dengan tinggi badan meningkatkan protein dan
kurang dari RDA vitamin C
v  Mampumengidentifikasi
(Recomended Daily kebutuhan nutrisi §  Berikan substansi gula
Allowance)
v  Tidk ada tanda tanda §  Yakinkan diet yang dimakan
-    Membran mukosa dan malnutrisi mengandung tinggi serat untuk
konjungtiva pucat mencegah konstipasi
v  Menunjukkan
-    Kelemahan otot yang peningkatan fungsi §  Berikan makanan yang terpilih (
digunakan untuk pengecapan dari sudah dikonsultasikan dengan
menelan/mengunyah menelan ahli gizi)
-    Luka, inflamasi pada §  Ajarkan pasien bagaimana
rongga mulut v  Tidak terjadi penurunan membuat catatan makanan
berat badan yang berarti harian.
-    Mudah merasa kenyang,
sesaat setelah mengunyah §  Monitor jumlah nutrisi dan
makanan kandungan kalori

-    Dilaporkan atau fakta §  Berikan informasi tentang


adanya kekurangan kebutuhan nutrisi
makanan
§  Kaji kemampuan pasien untuk
-    Dilaporkan adanya mendapatkan nutrisi yang
perubahan sensasi rasa dibutuhkan

-    Perasaan Nutrition Monitoring


ketidakmampuan untuk
mengunyah makanan §  BB pasien dalam batas normal

-    Miskonsepsi §  Monitor adanya penurunan


berat badan
-    Kehilangan BB dengan
makanan cukup §  Monitor tipe dan jumlah
aktivitas yang biasa dilakukan
-    Keengganan untuk
makan §  Monitor interaksi anak atau
orangtua selama makan
-    Kram pada abdomen
§  Monitor lingkungan selama
-    Tonus otot jelek makan

-    Nyeri abdominal §  Jadwalkan pengobatan  dan


dengan atau tanpa tindakan tidak selama jam
patologi makan

-    Kurang berminat §  Monitor kulit kering dan


terhadap makanan perubahan pigmentasi

-    Pembuluh darah kapiler §  Monitor turgor kulit


mulai rapuh
§  Monitor kekeringan, rambut
-    Diare dan atau kusam, dan mudah patah
steatorrhea
§  Monitor mual dan muntah
-    Kehilangan rambut
yang cukup banyak §  Monitor kadar albumin, total
(rontok) protein, Hb, dan kadar Ht

-    Suara usus hiperaktif §  Monitor makanan kesukaan

-    Kurangnya informasi, §  Monitor pertumbuhan dan


misinformasi perkembangan

Faktor-faktor yang §  Monitor pucat, kemerahan, dan


berhubungan : kekeringan jaringan
konjungtiva
Ketidakmampuan
pemasukan atau §  Monitor kalori dan intake
mencerna makanan atau nuntrisi
mengabsorpsi zat-zat gizi
berhubungan dengan §  Catat adanya edema, hiperemik,
faktor biologis, hipertonik papila lidah dan
psikologis atau ekonomi. cavitas oral.

§  Catat jika lidah berwarna


magenta, scarlet

2 Resiko Syok NOC : NIC :

Definisi : Beresiko Syok prevention Syok prevention


terhadap ketidakcukupan
aliran darah kejaringan Syok management - Monitor sirkulasi BP,
tubuh, yang dapat warna kulut, suhu, HR,
v dan ritme, nadi perifer.
mengakibatkan disfungsi
seluler yang mengancam Kriteria Hasil : - Monitor tanda
jiwa inadekuat oksigenasi
Nadi dalam batas yang jaringan
Faktor resiko : diharapkan - Monitor suhu dan
pernapasan
-    Hipotensi Irama jantung dalam
- Monitor input dan
batas yang diharapkan
Hipovolemi output
Frekuensi napas dalam - Pantau nilai labor :
Hipoksemia batas yang diharapkan HB,HT, AGD, dan
elektrolit
Hipoksia Irama pernapasan dalam - Monitor hemodinamik
Infeksi batas yang diharapkan invasi yang sesuai
- Monitor tanda dan
SepsisSindrom respons Natrium serum dbn
gejala asites
inflamasi sistemik Kalium serum dbn - Monitor tanda awal
syok
Klorida serum dbn - Tempatkan pasien pd
Kalsium serum dbn posisi supine, akki
elevasi,untuk
Magnesium serum dbn peningkatan preload
dgn tepat
PH darah serum dbn
- Lihat dan pelihara
kepatenan jalan napas
-
Berikan cairan iv dan
oral secara tepat
Hidrasi : - Berikan vasodilator yg
Indikator tepat
- Ajarkan keluarga dan
Mata cekung tidak px ttg tanda dan gejala
ditemukan datangnya syok
- Ajarkan keluarga dan
Demam tidak ditemukan
px ttg langkah untuk
TD dbn mengatasi gejala syok
Syok management :
v
- Monitor fungsi
neurologis
- Monitor fungsi renal
- Monitor tekanan nadi
- Catat gas darah arteri
dan oksigen dijaringan
- Monitor EKG
- Memanfaatkan
pemantauan jalur arteri
untuk meningkatkan
akurasi pembacaan TD
- Memantau trend lm
parameter
hemodinamik
- Memntau faktor
penentu pengiriman
jaringan oksigen
- Memonitor gejala
gagal pernapasan
3 Resiko Infeksi NOC : NIC :

Definisi : Peningkatan v  Immune Status Infection Control (Kontrol


resiko masuknya infeksi)
v  Knowledge : Infection
organisme patogen control          Bersihkan lingkungan
Faktor-faktor resiko : v  Risk control setelah dipakai pasien lain

          Prosedur Infasif          Pertahankan teknik isolasi


Kriteria Hasil :
          Ketidakcukupan          Batasi pengunjung bila
v  Klien bebas dari tanda perlu
pengetahuan untuk dan gejala infeksi
menghindari paparan          Instruksikan pada
patogen v  Menunjukkan pengunjung untuk mencuci
          Trauma kemampuan untuk tangan saat berkunjung dan
mencegah timbulnya setelah berkunjung
          Kerusakan jaringan infeksi meninggalkan pasien
dan peningkatan paparan
lingkungan v  Jumlah leukosit dalam         Gunakan sabun
batas normal antimikrobia untuk cuci tangan
          Ruptur membran
amnion v  Menunjukkan perilaku         Cuci tangan setiap sebelum
hidup sehat dan sesudah tindakan
          Agen farmasi kperawtan
(imunosupresan)
         Gunakan baju, sarung
          Malnutrisi tangan sebagai alat pelindung
          Peningkatan paparan          Pertahankan lingkungan
lingkungan patogen aseptik selama pemasangan
          Imonusupresi alat

          Ketidakadekuatan          Ganti letak IV perifer dan


imum buatan line central dan dressing sesuai
dengan petunjuk umum
          Tidak adekuat
pertahanan sekunder          Gunakan kateter intermiten
(penurunan Hb, untuk menurunkan infeksi
Leukopenia, penekanan kandung kencing
respon inflamasi)          Tingktkan intake nutrisi
          Tidak adekuat          Berikan terapi antibiotik
pertahanan tubuh primer bila perlu
(kulit tidak utuh, trauma
jaringan, penurunan kerja Infection Protection
silia, cairan tubuh statis, (proteksi terhadap infeksi)
perubahan sekresi pH,
perubahan peristaltik)          Monitor tanda dan gejala
infeksi sistemik dan lokal
          Penyakit kronik
         Monitor hitung granulosit,
WBC

         Monitor kerentanan


terhadap infeksi

         Batasi pengunjung

         Saring pengunjung terhadap


penyakit menular

         Partahankan teknik aspesis


pada pasien yang beresiko

         Pertahankan teknik isolasi


k/p

         Berikan perawatan kuliat


pada area epidema

         Inspeksi kulit dan membran


mukosa terhadap kemerahan,
panas, drainase

         Ispeksi kondisi luka / insisi


bedah

         Dorong masukkan nutrisi


yang cukup

         Dorong masukan cairan

         Dorong istirahat

         Instruksikan pasien untuk


minum antibiotik sesuai resep

         Ajarkan pasien dan


keluarga tanda dan gejala
infeksi

         Ajarkan cara menghindari


infeksi

         Laporkan kecurigaan


infeksi

         Laporkan kultur positif

4 Kerusakan integritas NOC : NIC :


jaringan
Tissue integrity : skin Pressure ulcer prevention
Definisi : Kerusakan and mucous wound care
jaringan membran
mukosa, kornea, Wound healing : Anjurkan px utk menggunakan
integumen, atau subkutan primary and secondary pakaian yg longgar
intention
Batasan karakteristik : Jaga kulit agar tetap bersih dan
V Kriteria Hasil : kering
-    Krusakan jaringan mis :
membran mukosa, Perfusi jaringan normal Mobilisasi pasien setiap 2 jam
kornea, integumen, atau Tidak ada tanda-tanda sekali
subkutan infeksi
Monitor kulit akan adanya
Faktor yg berhubungan : Ketebalan dan tektur kemerahan
jaringan normal
Gangguan sirkulasi Oleskan lotion atau minyak pd
Menunjukkan daerah yg tertekan
I Iritan zat kimia pemahamn dalam proses
perbaikan kulit dan Monitor aktivitas dan
Defisit cairan mobilisasi px
mencegah terjadinya
Kelebihan cairan cidera berulang Monitor status nutrisi px
Hambatan mobilitas fisik Menunjukkan terjadinya Memandikan px dengan
proses penyembuhan sabun dan air hangat
Kurang pengetahuan
luka
Faktor mekanik (misal : Observasi luka
tekanan sobekan) Ajarkan keluarga ttg luka dan
v perawatan luka
Faktor nutrisi

Radiasi Kolaborasi ahli gizi dlm


pemberian diet TKTP
Suhu ekstrim

5 Ketidakefektipan perfusi NOC : NIC :


jaringan perifer Circulation status Peripheral sensation
management
Definisi : Penurunan Tissue perfusion :
sirkulasi darah ke perifer cerebral - Monitor adanya daerah
yg dapat mengganggu tertentu yg hanya peka
kesehatan trhdap
Kriteria Hasil : panas,dingin,tajam,tumpul
Batasan Karakteristik :
- Instruksikan keluarga
Tidak ada nadi Mendemontrasikan untuk mengobservasi kulit
status sirkulasi yg jika ada isi atau laserasi
Perubahan fungsi motorik ditandai dgn : - Gunakan sarung tangan
utk proteksi
Perubahankarakteristik Tekanan systole dan
- Batasi gerakan pd kepala,
kulit diastole dalam rentang
leher dan punggung
yg diharapkan
Perubahan tekanan darah - Monitor kemampuan BAB
diekstrermitas Tidak ada hipertensi - Kolaborasi pemberian
analgetik
Warna tidak kembali Tidak ada tanda-tanda - Monitor adanya
ketungkai saat tungkai peningkatan intra tromboplebitis
diturunkan kranial - Diskusikan mengenai
penyebab perubahan
Kelambatan sensasi
penyembuhan luka
perifer Mendemontrasikan
kemampuan kognitif
Penurunan nadi yg ditandai dgn :

Edema Berkomunikasi dgn


jelas dan sesuai dgn
Nyeri ekstremitas kemampuan
Warna kulit pucat saat Menunjukkan
elevasi perhatian , konsentrasi,
dan orientasi

Faktor yg berhubungan ; Memproses informasi

Kurang pengetahuan Membuat keputusan dgn


tentang faktor pemberat benar

Kurang pengetahuan
ttgprses penyakit

Diabetes melitus T
Hipertensi

Gaya hidup monoton

merokok

6 Resiko NOC : NIC :


ketidakseimbangan
elektrolit Fluid balance Fluid management

Definisi : Beresiko Hydration Pertahankan intake dan output


mengalami perubahan yg akurat
Nutritional status : food
kadar elektrolit serum yg and fluid intake Monitor status hidrasi
dapat menggangu
kesehatan. Monitor vital sign

Faktor resiko : Kriteria Hasil : Monitor masukan makan /


cairan dan hitung intake kalori
Defisiensi volume cairan Mempertahan kan urine harian
output sesuai dgn usia
Diare dan BB, BJ, urine Kolaborasi pemeberian cairan
Disfungsi endokrin normal, HT normal iv

Kelebuhan volume cairan TD, nadi, suhu tubuh Monitor status nutrisi
Gangguan mekanisme dalam batas normal Dorong masukan oral
regulasi
Tidak ada tand-tanda Kolaborasi dokter jika tanda
Disfungsi ginjal dehidrasi, elastisitas cairan berlebih muncul
turgor kulit baik, memburuk
Efek samping obat membran mukosa
lembab, tidak ada rasa Monitor tingkat Hb dan Ht
muntah
haus yg berlebihan Monitor adanya tanda gejala
gagal ginjal
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Diabetes Melitus ( DM ) adalah penyakit metabolik yang kebanyakan herediter, dengan
tanda – tanda hiperglikemia dan glukosuria, disertai dengan atau tidak adanya gejala klinik
akut ataupun kronik, sebagai akibat dari kuranganya insulin efektif di dalam tubuh,
gangguan primer terletak pada metabolisme karbohidrat yang biasanya disertai juga
gangguan metabolisme lemak dan protein.

Klasifikasi diabetes ada 2 yaitu :


1. Klasifikasi klinis
2. Klasifikasi risiko statistik

Diagnoa keperawatan diabetes, yaitu :


1) Nyeri akut b/d agen injuri fisik
2) PK : Infeksi
3) Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
ketidakmampuan tubuh mengabsorbsi zat-zat gizi berhubungan dengan faktor
biologis.
4) PK: Hipo / Hiperglikemi
5) Kerusakan integritas jaringan berhubungan dengan faktor mekanik: perubahan
sirkulasi, imobilitas dan penurunan sensabilitas (neuropati)
6) Kerusakan mobilitas fisik berhubungan dengan tidak nyaman nyeri, intoleransi
aktifitas, penurunan kekuatan otot
7) Kurang pengetahuan berhubungan dengan tidak mengenal (Familiar) dengan sumber
informasi.
8) Kelelahan berhubungan dengan status penyakit
9) Sindrom deficit self care b/d kelemahan, penyakitnya.
B. Saran
Berdasarkan uraian di atas di harapkan kita dapat lebih memahami makna
kesehatan,semoga informasi ini bisa membantu kita menghindari penyakit diabetes
yang sekarang bukan lagi hanya disebabkan oleh genetis. bila gejala-gejala tersebut
pernah anda/orang terdekat anda tangani, segerakan memeriksa kadar gula dalam
darah.
DAFTAR PUSTAKA
https://id.scribd.com/document/539967391/295428654-Makalah-Diabetes-Melitus

http://eprints.ums.ac.id/14984/2/BAB_I.pdf

Anda mungkin juga menyukai