Anda di halaman 1dari 26

ASUHAN KEPERAWATAN DIABETES MELITUS

Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Keperawatan Gerontik 1:

Disusun Oleh Kelompok 4 :

Fadilla Suci Amanda (01701004)

Nurlatifah (01701009)

Dosen Pengampu:

Ns. Rista Nora , M.Kep

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN (STIKes) YPAK PADANG

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN

TAHUN 2021/2022
ASKEP DIABETES MELLITUS

Segala puji dan syukur kami panjatkan kepada Allah SWT, Pencipta danPemelihara alam
semesta ini, atas karunianya kami dapat menyelesaikan Makalah yang berjudul “Diabetes
Mellitus”. Shalawat serta salam semoga terlimpah curahkan bagi nabi Muhammad SAW,
keluarga dan para pengikutnya yang setia hingga akhir zaman termasuk kita semua.

Disadari sepenuhnya masih banyak kekurangan dalam pembahasan makalah ini dari teknis
penulisan sampai dengan pembahasan materi untuk itubesar harapan kami akan saran dan
masukan yang sifatnya mendukung untuk perbaikan ke depannya.

Tidak lupa kami ucapkan banyak terima kasih kepada Dosen pembimbing yang telah memberi
arahan untuk membuat Makalah ini dan tidak lupa untuk rekan rekan mahasiswa kami ucapkan
terima kasih semoga apa yang saya susun bermanfaat.
DAFTAR ISI

Halaman

KATA PENGANTAR ........................................................................ i

DAFTAR ISI ..................................................................................... ii

BAB I..... PENDAHULUAN

A. Latar Belakang..................................................................... 1

B. Rumusan Masalah................................................................. 2

C. Tujuan Penulisan................................................................... 2

BAB II... PEMBAHASAN

A. Konsep Dasar Medis .......................................................... 3

1. Definisi......................................................................... 3

2. Etiologi......................................................................... 4

3. Patofisiologi.................................................................. 6

4. Manifestasi Klinis......................................................... 7

5. Komplikasi ................................................................... 8

6. Pemeriksaan penunjang ............................................................9

7. Penatalaksanaan .......................................................................10

8. Phatwew Diabetes Melitus .........................................................11


B. Konsep Asuhan Keperawatan.............................................. 12

1. Pengkajian.................................................................... 12

2. Diagnosa Keperawatan................................................. 14

3. Intervensi Keperawatan................................................ 14

4. Implementasi Keperawatan ......................................... 21

5. Evaluasi Keperawatan.................................................. 21

BAB III.. PENUTUP

A. Kesimpulan........................................................................... 22

B. Saran..................................................................................... 22

Daftar Pustaka.....................................................................................23
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Diabetes Mellitus adalah penyakit metabolisme yang merupakan suatu kumpulan gejala
yang timbul pada seseorang karena adanya peningkatan kadar glukosa darah di atas nilai
normal. Penyakit ini disebabkan gangguan metabolisme glukosa akibat kekurangan insulin baik
secara absolut maupun relatif. (Kemenkes, 2013).

Data World Health Organization (WHO) telah mencatat Indonesia dengan populasi 230
juta jiwa, menduduki kedudukan keempat di dunia dalam hal jumlah penderita diabetes
terbesar setelah Cina, India, dan Amerika Serikat. Bahkan Kementerian Kesehatan menyebut
prevalensi diabetes mencapai 14,7 persen di perkotaan dan 7,2 persen di pedesaan. Dengan
asumsi penduduk berumur di atas 20 tahun pada 2010 mencapai 148 juta jiwa, diperkirakan
ada 21,8 juta warga kota dan 10,7 juta warga desa menderita diabetes .

Prevalensi diabetes yang terdiagnosis dokter atau gejala, tertinggi terdapat di Sulawesi
Tengah (3,7%), Sulawesi Utara (3,6%), dan Nusa Tenggara Timur 3,3 persen. Prevalensi Diabetes
Mellitus berdasarkan diagnosis dokter dan gejala meningkat sesuai dengan bertambahnya
umur, namun mulai umur ≥ 65 tahun cenderung menurun.

Melihat latar belakang diatas, maka penulis tertarik menyusun sebuah makalah yang
berjudul Diabetes Mellitus.

B. Rumusan Masalah

Adapun rumusan masalah dalam makalah ini yaitu :


1. Apa definisi dari diabetes melitus?

2. Apa etiologi dari diabetes melitus?

3. Pathofisiologi dari diabetes melitus?

4. Bagaimana tanda dan gejala diabetes melitus?

5. Manisfestasi klinik dari diabetes melitus?

6. Komplikasi dari diabetes melitus?

7. Pemeriksaan penunjang dari diabetes melitus?

8. Penatalaksanaan diabetes melitus?

9. Phatways diabetes melitus?

10. Bagaimanakah Asuhan keperawatan Diabetes Mellitus?

C. Tujuan Penulisan

Adapun tujuannya yaitu :

1. Mengetahui definisi dan penyebab dari diabetes melitus .

2. Mengetahui definisi dan penyebab dari diabetes melitus.

3. Mengetahui patofisiologi diabetes melitus.

4. Mengetahui tanda dan gejala diabetes melitus.

5. Mengetahui manifestasi klinis diabetes melitus.

6. Mengetahui komplikasi diabetes melitus.


7. Mengetahui pemeriksaan penunjang diabetes melitus.

8. Mengetahui penatalaksanaan diabetes melitus.

9. Mengetahui Asuhan keperawatan Diabetes Mellitus.

10. Mengetahui Phatways diabetes melitus.

BAB II
PEMBAHASAN

A. KONSEP DASAR MEDIK

1. Definisi

a. Diabetes Mellitus (kencing manis) adalah suatu penyakit dengan peningkatan glukosa
darah diatas normal. Dimana kadar diatur tingkatannya oleh hormon insulin yang diproduksi
oleh pankreas (Shadine, 2010).

b. Diabetes Mellitus merupakan sekelompok kelainan heterogen yang ditandai oleh


kenaikan kadar glukosa dalam darah atau hiperglikemia (Smeltzer, 2002).

c. Diabetes Mellitus merupakan penyakit sistemis, kronis dan multifaktorial yang dicirikan
dengan dengan hiperglikemia dengan hiper lipidemia (Baradero, 2009).

d. Diabetes Mellitus adalah suatu sindrom defisiensi sekresi insulin atau pengurangan
efektifitas kerja insulin atau keduanya yang menyebabkan hiperglekimia (Marrelli, 2008).

e. Arti Diabetes Mellitus dalam bahasa Indonesia adalah sirkulasi darah madu. Kata ini
digunakan karena pada pasien Diabetes Mellitus, meningginya kadar gula darah termanifestasi
juga dalam air seni. Ginjal tidak dapat menahan kadar gula darah yang tinggi (Tobing, 2008).

f. Penyakit Kencing Manis (Diabetes Mellitus) adalah suatu kumpulan gejala yang timbul
pada seseorang yang disebabkan adanya peningkatan kadar gula (glukosa) darah secara terus-
menerus (kronis) akibat kekurangan insulin baik kuantitatif maupun kualitatif (Tapan, 2005).

g. Diabetes Mellitus Merupakan penurunan kemampuan tubuh untuk berespons terhadap


insulin atau tidak terdapatnya pembentukan

insulin oleh pankreas (Baughman, 2000).


h. Diabetes Mellitus adalah penyakit metabolisme yang merupakan suatu kumpulan gejala
yang timbul pada seseorang karena adanya peningkatan kadar glukosa darah di atas nilai
normal

2. Etiologi

Ada beberapa penyebab Diabetes Mellitus menurut Smeltzer (2002) yakni sebagai berikut :

a. Diabetes Tipe I

Diabetes Tipe I ditandai oleh penghancuran sel-sel beta pankreas. Kombinasi faktor genetik,
imunologi, dan mungkin pula lingkungan diperkirakan turut menimbulkan destruksi sel beta.

1) Faktor Genetik

Penderita Diabetes Mellitus tidak mewarisi Diabetes Tipe I itu

sendiri, tetapi mewarisi suatu predisposisi atau kecenderungan genetik ke arah terjadinya
Diabetes Tipe I. Kecenderungan genetik ini ditemukan pada individu yang memiliki tipe antigen
HLA (Human Leucocyte Antigen) tertentu. HLA merupakan kumpulan gen yang bertanggung
jawab atas antigen transplantasi dan proses imun lainnya.

2) Faktor Imunologi

Pada Diabetes Tipe I terdapat bukti adanya suatu proses autoimun. Respon ini merupakan
respon abnormal dimana antibodi terarah pada jaringan normal tubuh dengan cara bereaksi
terhadap jaringan tersebut yang dianggapnya saolah-olah sebagai jaringan asing. autoantibodi
terhadap sel-sel pulau langerhans dan insulin endogen (interna) terdeteksi pada saat diagnosis
dibuat dan bahkan beberapa tahun sebelum timbulnya tanda-tanda klinis Diabetes Tipe I.

3) Faktor Lingkungan

Infeksi virus misalnya Coxsackie B4, gondongan (mumps),


rubella, sitomegalovirus dan toksin tertentu misalnya golongan nitrosamin yang terdapat pada
daging yang diawetkan dapat memicu proses autoimun yang menimbulkan destruksi sel beta
pankreas.

b. Diabetes Tipe II

Mekanisme yang tepat yang menyebabkan resistensi insulin dan gangguan sekresi insulin pada
Diabetes Tipe II masih belum diketahui. Faktor genetik diperkirakan memegang peranan dalam
proses terjadinya resistensi insulin. Selain itu terdapat pula faktor-faktor risiko tertentu yang
berhubungan dengan proses terjadinya Diabetes Tipe II. Faktor-faktor ini adalah:

a. Usia (resistensi insulin cenderung meningkat pada usia di atas 65 tahun)

b. Obesitas

c. Riwayat keluarga

d. Kelompok etnik (di Amerika Serikat, golongan Hispanik serta penduduk asli Amerika
tertentu memiliki kemungkinan yang lebih besar untuk terjadinya Diabetes Tipe II dibandingkan

dengan golongan Afro-Amerika).

3. Patofisiologi

a. Diabetes Tipe I

Pada Diabetes Melitus Tipe I terdapat kekurangan insulin absolut sehingga pasien
membutuhkan suplai insulin dari luar.keadaan ini disebabkan oleh lesi pada sel beta pankreas
karena mekanisme autoimun yang pada keadaan tertentu dipicu oleh infeksi virus. Pulau
pankreas diinfiltrasi oleh limfosit T dan dapat ditemukan autoantibodi terhadap jaringan pulau
(antibodi sel langerhans) dan insulin. Setelah merusak sel beta, antibodi sel langerhans
menghilang. Namun saat sel beta pankreas telah dirusak maka produksi insulin juga akan
mengalami gangguan. Dimana sel beta pankreas tidak akan dapat memproduksi insulin
sehingga akan terjadi defisiensi insulin. Maka akan terjadi hiperglikemia dimana glukosa akan
meningkat di dalam darah sebab tidak ada yang membawa masuk glukosa ke dalam sel
(Silbernalg, 2007).

b. Tipe II

Pada DM tipe II (DM yang tidak tergantung insulin (NIDDM), sebelumnya disebut dengan DM
tipe dewasa) hingga saat ini merupakan diabetes yang paling sering terjadi. Pada tipe ini,
disposisi genetik juga berperan penting. Pelepasan insulin dapat normal atau bahkan
meningkat, tetapi organ target memiliki sensitifitas yang berkurang terhadap insulin. Sebagian
besar pasien DM tipe II memiliki berat badan berlebih.Obesitas merupakan pemicu yang
penting, namun bukan merupakan penyebab tunggal Diabetes Tipe II.

4. Manifestasi Klinis

Tanda awal yang dapat diketahui bahwa seseorang menderita DM atau kencing manis yaitu
dilihat langsung dari efek peningkatan kadar gula darah, dimana peningkatan kadar gula dalam
darah mencapai nilai 160-180 mg/dL dan air seni (urine) penderita kencing manis yang
mengandung gula (glucose), sehingga urine sering dilebung atau dikerubuti semut.

Penderita kencing manis umumnya menampakkan tanda dan gejala dibawah ini meskipun tidak
semua dialami oleh penderita :

a. Jumlah urine yang dikeluarkan lebih banyak (Polyuria)

b. Sering atau cepat merasa haus/dahaga (Polydipsia)

c. Lapar yang berlebihan atau makan banyak (Polyphagia)

d. Frekwensi urine meningkat/kencing terus (Glycosuria)

e. Kehilangan berat badan yang tidak jelas sebabnya


f. Kesemutan/mati rasa pada ujung syaraf ditelapak tangan & kaki

g. Cepat lelah dan lemah setiap waktu

h. Mengalami rabun penglihatan secara tiba-tiba

i. Apabila luka/tergores (korengan) lambat penyembuhannya

j. Mudah terkena infeksi terutama pada kulit.

5. Komplikasi

Komplikasi penyakit diabetes mellitus diklasifikasikan menjadi dua, yaitu komplikasi bersifat
akut dan kronis (menahun). Kompliasi akut merupakan kompliasi yang harus ditindak cepat
atau memerlukan pertolongan dengan segera. Kompliasi kronis merupakan kompliasi yang
timbul setelah penderita mengidap diabetes mellitus selama 5-10tahun atau lebih.

Komplikasi akut meliputi Diabetic Ketoacidosis (DKA), koma non-ketosis hiperosmolar (koma
hiperglikemia), hiperglikemia. Sementara komlipkasi kronis meliputi komplikasi mikrovaskuler
(komplikasi dimana pembuluh-pembuluh rambut kaku atau menyempit sehingga organ yang
seharusnya mendapatkan suplai darah dari pembuluh-pembuluh tersebut menjadi kekurangan
suplai) dan dan komplikasi makrovaskuler (komplikasi yang mengenai pembuluh darah arteri
yang lebih besar sehingga terjadi aterosklerosis).

6 . Pemeriksaan Penunjang

1. Glukosa darah sewaktu

2. Kadar glukosa darah puasa

3. Tes toleransi glukosa

Kadar darah sewaktu dan puasa sebagai patokan penyaring diagnosis DM (mg/dl)

Bukan DM Belum pasti DM DM


Kadar glukosa darah sewaktu

– Plasma vena

– Darah kapiler

Kadar glukosa darah puasa

– Plasma vena

– Darah kapiler

< 100

<80

<110

200

>200

>126

>110

Kriteria diagnostik WHO untuk diabetes mellitus pada sedikitnya 2 kali pemeriksaan :

1. Glukosa plasma sewaktu >200 mg/dl (11,1 mmol/L)

2. Glukosa plasma puasa >140 mg/dl (7,8 mmol/L)

3. Glukosa plasma dari sampel yang diambil 2 jam kemudian sesudah mengkonsumsi 75 gr
karbohidrat (2 jam post prandial (pp) > 200 mg/dl

7. Penatalaksanaan
Tujuan utama terapi diabetes mellitus adalah mencoba menormalkan aktivitas insulin dan
kadar glukosa darah dalam upaya untuk mengurangi komplikasi vaskuler serta neuropati.
Tujuan terapeutik pada setiap tipe diabetes adalah mencapai kadar glukosa darah normal.

Ada 5 komponen dalam penatalaksanaan diabetes :

1. Diet

2. Latihan

3. Pemantauan

4. Terapi (jika diperlukan)

5. Pendidikan

8. Patwhays Diabetes Melitus


BAB III
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN

A. Pengkajian

1. Riwayat Kesehatan Keluarga

Adakah keluarga yang menderita penyakit seperti klien ?

2. Riwayat Kesehatan Pasien dan Pengobatan Sebelumnya

Berapa lama klien menderita DM, bagaimana penanganannya, mendapat terapi insulin jenis
apa, bagaimana cara minum obatnya apakah teratur atau tidak, apa saja yang dilakukan klien
untuk menanggulangi penyakitnya.

3. Aktivitas/ Istirahat :

Letih, Lemah, Sulit Bergerak / berjalan, kram otot, tonus otot menurun.

4. Sirkulasi

Adakah riwayat hipertensi,AMI, klaudikasi, kebas, kesemutan pada ekstremitas, ulkus pada kaki
yang penyembuhannya lama, takikardi, perubahan tekanan darah

a. Integritas Ego

Stress, ansietas

b. Eliminasi

Perubahan pola berkemih ( poliuria, nokturia, anuria ), diare

c. Makanan / Cairan

Anoreksia, mual muntah, tidak mengikuti diet, penurunan berat badan, haus, penggunaan
diuretik.

d. Neurosensori
Pusing, sakit kepala, kesemutan, kebas kelemahan pada otot, parestesia,gangguan penglihatan.

e. Nyeri / Kenyamanan

Abdomen tegang, nyeri (sedang / berat)

f. Pernapasan

Batuk dengan/tanpa sputum purulen (tergangung adanya infeksi / tidak)

g. Keamanan

Kulit kering, gatal, ulkus kulit.

B. Diagnosa keperawatan

1. Kekurangan volume cairan b.d osmotik dioresis ditandai dengan turgor kulit menurun dan
membran mukosa kering

2. Gangguan intekritas kukit b. d perubahan status metabolik d. d gangren pada extermitas

3. Gangguan nutrisi : kurang dari kebutuhan tubuh b. d peningkatan metabolisme, protein, dan
lema

C. Intervensi Keperawatan

Diagnosa Tujuan/kriteria hasil Intervensi

NOC NIC

1. Kekurangan volume Setelah dilakukan tindakan Menajemen cairan / monitor


cairan b.d osmotik dioresis keperawatan diharapkan cairan.
ditandai dengan turgor kulit volume cairan klien terpenuhi
Aktivitas-aktivitasnya:
menurun dan membran .
mukosa kering  Timbang berat badan
Keseimbangan cairan
setiap hari dan monitor
Kriteria hasil : status pasien
 Hitung atau timbang
 Tekanan darah
popok dengan baik
 Denyut nadi radial
 Jaga intake atau asupan
 Tekanan vena sentral
yg akurat dan catat
 Denyut perifer
ouput pasien
 Berat badan stabil
 Masukkan kateter urin
 Turgor kulit
 Monitor status hidrasi
 Hematokrit
(misal membran mukosa
 Berat jenis urin
lembab, denyut nadi
 Asites
adekuat, dan tekanan
 Edema perifer
darah ortostatostil)
 Bola mata cekung dan
 Monitor tanda"vital
lembek
pasien
 Kehausan
 Monitor indikasi
 Kram otot
kelebihan cairan/retensi
 Suara nafas ortostatik
 Berikan cairan dg tepat
 Keseimbangan intake
 Kaji lokasi dan luasnya
dan output dlam 24
edema jika ada
jam
 Berikan deuretik yg
 Kelembapan mukosa
diresepkan.
 Serum elektrolit
2.Gangguan intekritas kulit Definisi: berisiko mengalami Aktivitas -aktivitas nya:
b. d perubahan status perubahan pada epidermis
Pengecekan kulit:
metabolik d. d gangren
pada extermitas dan dermis.  Periksa kulit dan selaput
lendir terkait dengan
Outcome: integritas
adanya kemerahan,
jaringan :kulit & membran
kehangatan, edema, dan
mukosa
drainase.
Dengan Kriteria hasil :  Amati warna,
kehangatan, bengkak,
a. Suhu kulit
pulsasi, tekstur, edema
b. Sensasi  Gunakan alat pengkajian

c. Elastisitas utk mengidentifikasi


pasien yg berisiko
d. Keringat
mengalami kerusan kulit

e. Tekstur  Monitor warna dan suhu


kulit
f. Ketebalan
 Monitor kulit dan selaput
g. Perfusi jaringan lendir terhadap area
perubahan warna,
h. Integritas kulit
memar, dan pecah,
i. Tumbuhnya rambut pada  Monitor kulit untuk
kulit adanya kekeringan yg
berlebihan dan
j. Pigmentasi abnormal
kelembapan
k. Lesi pada kulit  Monitor infeksi terutama

l. Lesi membran mukosa dari daerah edema


 dokumentasi perubahan
m. Jaringan parut
membran mukosa

o. Wajah pucat

p. Eritema
q. Pengelupasan kulit

3. Gangguan nutrisi : kurang Setelah dilakukan tindakan Menajemen nutrisi


dari kebutuhan tubuh b. d keperawatan diharapkan bisa
Aktivitas-aktivitasnya:
peningkatan metabolisme, memenuhi kebutuhan nutrisi
protein, dan lemak klien.  Tentukan status Gigi
patient Dan kemampuan
A. Status nutrisi:Asupan
patient it's memenuhi
nutrisi
kebutuhan tubuh
Kriteria hasil :  Identifikasi Ada yang
allergic stay intoleransi
 Asupan kalori
Malayan Yb dimiliki
 Asupan protein
pasien
 Asupan lemak
 Tentukan Apa bg
 Asupan karbohidrat
menhaden preferensi
 Asupan serat
Malayan bag pasien
 Asupan vitamin
 Tentukan Jinnah Kalie
 Asupan mineral
Dan Jenis nutrisi Yb
 Asupan zat besi
dibutuhkan utk
 Asupan kalsium
memenuhi persyaratan
Asupan nnatrium
gizi.
B. Asupan Nutrisi  Anjurkan klien memgenai
modifikasi Diet yg
Kriteria hasil :
diperlukan misal,NPO
 asupan gizi cairan bening, cairan
 Asupan makanan penuh, lembut, atau Diet
 Asian cairan sesuai toleransi,
 Energi  monitor kalori dan
 Reiko berat badan / asupan makanan.
tinggi badan
 Hidrasi

BAB IV

A. Terapi Medis

1. Terapi non farmakologi

1) Pengaturan diet

Diet merupakan langkah penting dalam penanganan DM pada pasien lansia. Diet yang baik
merupakan kunci keberhasilan penatalaksanaan DM. Penurunan berat badan terbukti dapat
mengurangi resistensi insulin dan memperbaiki respon sel-sel β terhadap glukosa (Muhcid dkk.,
2005). Penurunan berat badan dapat mengurangi morbiditas pada pasien obesitas dengan
penyakit DM tipe 2 .
2) Olah raga

Olahraga pada lansia secara langsung dapat meningkatkan fungsi fisiologis tubuh dengan
mengurangi kadar glukosa darah, meningkatkan sirkulasi darah, menurunkan berat badan .

3) Berhenti merokok

Kandungan nikotin dalam rokok dapat mengurangi penyerapan glukosa oleh se. Dari penelitian
yang dilakukan terhadap subyek uji pasien lansia bahwa merokok 2 batang dalam sehari dapat
menyebabkan resiko nefropati dan menghambat absorbsi insulin.

2. Terapi farmakologi

1. Terapi farmakologi

Terapi famakologi diberikan apabila terapi non farmakologi tidak bisa mengendalikan kontrol
glukosa darah. Tetapi pada pemberian terapi farmakologi tetap diseimbangi dengan terapi non
farmakologi. Lansia dengan DM tipe 2 tetap memiliki kemampuan memproduksi insulin,
sehingga penatalaksanaan DM dengan diet dapat mengendalikan kontrol glukosa darah.
Namun, apabila penderita tidak melakukan pembatasan makan dengan ketat atau apabila
penyakit tidak terdeteksi dari awal maka terapi farmakologi dapat diberikan .

1) Obat Hipoglikemik Oral (OHO)

(a)Pemicu sekresi insulin


Golongan Sulfoniluria ,Golongan sulfonilurea sering disebut insulin secretagogue. Mekanisme
kerja golongan sulfonilurea merangsang sekresi insulin dari granul sel-sel β Langerhans
pankreas.

(b)Penambah sensitifitas insulin

Tiazolidindion merupakan agonis Peroxsisome Proliferator Activated Receptor Gamma (PPAR-)


yang sangat selektif dan poten. Peningkatan sensitifitas insulin dapat merangsang transport
glukosa ke sel dan meningkatkan oksidasi asam lemak(Suherman, 2008).Pemberian
tiazolidindion untuk lansia dapat meningkatkan HDL dan menurunkan trigliserid
(Subramaniamdan Gold, 2005). Hasil penelitian terhadap pasien dengan usia ≥ 60 tahun,
tiazolidindion dikontraindikasikan untuk pasien dengan gagal jantung kelas 1-4(Lee, 2009).

(c)Golongan penghambat glukosidase α (Acarbose)

Obat golongan ini dapat memperlambatabsorbsi polisakarida dan disakarida di usus halus
(Suherman, 2008).Penghambatan enzim α-glikosidase dapat mengurangi pencernaan
karbohidrat dan absorbsinya, sehingga mengurangi

peningkatan kadar glukosa post prandial pada penderita DM (Muhcid dkk., 2005).Untuk
mendapat efek maksimal, acarbose diberikan pada suapan pertama.Efek samping yang paling
sering yaitu flatulen (Soegondo, 2007).

(d)Golongan penghambat glukoneogenesis

Metformin digunakan sebagai obat pilihan pertama pada penderita DM tipe 2 dan DM obesitas,
karena keamananterhadap kardiovaskuler. Metformin menurunkan kadar glukosa darah
melalui penurunan produksi glukosa hepar dan meningkatkan absorbsi glukosa di otot
rangka(Hardiman, 2012).Metformin dikontraindikasikan untuk pasien dengan gangguan fungsi
ginjal dan hati, alkoholisme, gagal jantung, infeksi (Subramaniam& Gold, 2005).

2) Insulin

Insulin merupakan hormon polipeptida yang di sekresi oleh sel βpankreas.Insulin dapat dirusak
oleh enzim pencernaan sehingga diberikan melalui injeksi (Suherman, 2008). Insulin yang
dikeluarkan oleh sel-sel βpankreas langsung ditransfusi ke dalam hati melalui vena porta,
kemudian didistribusikan ke seluruh tubuh melalui peredaran darah. Insulin di dalam tubuh
membantu transpor glukosa dari darah ke dalam sel (Muhcid dkk., 2005).Terapi insulin pada
pasian lansia diberikan apabila kontrol glukosa darah tidak dapat dikendalikan dengan OHO.
Insulin yang digunakan yaitu insulin NPH dan reguler (Sclater, 2003).

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Dari makalah yang saya buat, dapat ditarik kesimpulan bahwa penyakit Diabetes Militus
(DM) ini sangat brrbahaya dan menakutkan. Banyak sekali faktor yang menyebabkan seseorang
menderita penyakit Diabetes Militus. Seperti conohnya, Obesitas(berat badan berlebih),faktor
genetis, pola hidup yang tidak sehat (jarang berolah raga), kurang tidur, dan masih banyak yang
lainnya.

B. Saran
Adapun saran bagi pembaca dari makalah ini adalah sebagai berikut.

1. Selalu berhati-hatilah dalam menjaga pola hidup. Sering berolah raga dan istirahat yang
cukup.

2. Jaga pola makan anda. Jangan terlalu sering mengkonsumsi makanan atau minuman
yang terlalu manis. Karena itu dapat menyebabkan kadar gula melonjak tinggi.

DAFTAR PUSTAKA

Baradero, 2009. Klien Gangguan Endokrin. Jakarta: EGC.

Baughman, 2000. Keperawatan Medikal Bedah. Jakrta : EGC.

Christmastuti Nur, 2008. Sarana Deteksi Penyakit Diabetes Dengan Sampel Saliva (Studi Kasus
Di Bandung Indah Plaza) http://digilib.itb.ac.id (Online) Diakses 22 Februari 2017.

Dinkes Sulsel, 2012. Profil Kesehatan Provinsi Sulawesi Selatan Tahun 2012.

Doenges, 2000. Rencana Asuhan Keperawatan. Jakarta : EGC

Kemenkes, 2013. Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS) 2013. Badan Penelitian dan Pembangunan
Kesehatan : Jakarta.

Rekam Medik BLUD RS Tenriawaru Kabupaten Bone


Smeltzer, & Bare, 2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal. Bedah Brunner dan Suddarth.
Jakarta : EGC

Tapan, 2005. Penyakit Degeneratif. Jakarta : Elex Media Komputindo.

Tobing, 2008. Care Yourself, Diabetes Mellitus. Jakarta: Penebar Plus.

Yayan Ajuz, 2012. Anatomi Pankreas. http://yayanajuz.com (Online) Diakses 22 Februari 2017

Anda mungkin juga menyukai