Anda di halaman 1dari 76

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Kesehatan merupakan milik yang sangat berharga bagi seseorang,
tanpa kesehatan segala aktivitas seseorang terhambat, oleh karena kondisi
tubuh terganggu. sejalan dengan ilmu pengetahuan dan teknologi, terjadi
pula pergeseran gaya hidup masyarakat dimana pola makan telah bergeser
dari pola makan tradisional yang banyak mengandung karbohidrat dan
serat dari sayuran, kepola makan yang mengandung protein, lemak, gula,
garam dan mengandung sedikit serat. Sehingga resiko untuk menderita
penyakit Diabetes Melitus khususnya lanjut usia semakin besar (Waspadji,
2011). Diabetes Melitus merupakan salah satu penyakit yang paling sering
diderita dan merupakan penyakit kronis yang serius di Indonesia saat ini.
(WHO,1985).
Diabetes Melitus menjadi salah satu kesehatan yang besar. Data
dari studio global menunjukan bahwa jumlah penderita Diabetes Melitus
pada tahun 2011 telah mencapai 366 juta orang, dan diperkirakan akan
meningkat menjadi 552 juta pada tahun 2030. Pada tahun 2006, terdapat
lebih dari 50 juta orang yang menderita Diabetes Melitus di Asia
Tenggara. International Diabetes Federation (IDF). Memperkirakan bahwa
sebanyak 183 juta orang tidak menyadari bahawa sebanyak 183 juta orang
tidak menyadari bahwa mereka mengidap Diabetes Melitus ( WHO,1985).
Sebagian besar penderita Diabetes Melitus berusia antara 40-59
tahun. Sebesar 80% orang dengan Diabetes Melitus tinggal di negara
berpenghasilan rendah dan menengah. (Trisnawati,2013).
Berbagai penelitian epidemiologis di Indonesia menunjukan bahwa
prevalensi nasional Diabetes Melitus tahun 2007 pada penduduk yang
berusia lebih dari lima belas tahun adalah sebesar 5,7%. Melihat pola
perkembangan penduduk saat ini, diperkirakan pada tahun 2030 nanti
sebesar 21,3 juta penduduk di Indonesia menderita Diabetes Melitus.
(WHO,2003).

1
Jumlah penderita Diabetes Melitus di Indonesia mencapai 7,6 juta orang.
Namun hanya 41% yang mengetahui kondisinya dan 39% mendapatkan
pengobatan. Rentang usia pen derita Diabetes Melitus pun bervariasi,
mulai dari 20 tahun sampai 79 tahun. Pada tahun 2013 proporsi penduduk
Indonesia yang berusia ≥15 tahun dengan Diabetes Melitus adalah 6,9%.
Prevalensi Diabetes yang terdiagnosis dokter tertinggi terdapat di Sulawesi
Tengah (3,7%) di Sulawesi Utara (3,6%), Sulawesi selatan (3,4%),
Selawesi Timur (3,3%) (Kemenkes,2013).
Semakin lama seseorang menderita penyakit Diabetes, maka
semakin tinggi pula resikonya mengalami komplikasi akibat problem
glukosa dalam darah ini. Penanganan yang baik bisa mencegah terjadinya
komplikasi-komplikasi ini, atau semakin baik pasien mengontrol level
glukosa tetap normal maka semakin kecil resikonya.

B. Ruang Lingkup
Ruang lingkup penulisan karya tulis ilmiah adalah Asuhan
Keperawatan pada klien Diabetes Melitus. Menggunakan metode
pendekatan proses keperawatan mulai dari pengkajian sampai dengan
evaluasi.

C. Tujuan Penulisan
Adapun tujuan penulisan dari Karya Tulis Ilmiah ini yaitu:
1. Tujuan umum
Diterapkan proses keperawatan secara komprehensif pada klien
dengan Diabetes Melitus dimulai dari pengkajian sampai dengan
evaluasi.
2. Tujuan khusus
a. Dilaksanakan Asuhan Keperawatan pada klien dengan
Diabetes Melitus sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai.
b. Diketahui kesenjangan antara teori dan praktek pada saat
penerapan Asuhan Keperawatan.

2
c. Diidentifikasi faktor penujang dan penghambat dalam
penerapan Asuhan Keperawatan pada Klien dengan
Diabetes Melitus.

D. Manfaat Penulisan
1. Bagi Rumah Sakit
Membantu memberikan informasi pada Rumah Sakit tentang Asuhan
Keperawatan Klien dengan Diabetes Melitus, membantu untuk
mendukung pelaksanaan pelaksanaan meningkatkan pelayanan
perawatan optimal.
2. Bagi klien
Menambah wawasan, pengetahuan, pengalaman dalam penerapan
Asuhan Keperawatan pada Klien dengan Diabetes Melitus
3. Bagi Institusi Pendidikan
Sebagai referensi dalam proses perkuliahan dan dokumentasi
kepustakan yang bermanfaat bagi insitusi pendidikan serta dalam
penulisan laporan kasus ini ada beberapa manfaat antara lain menjadi
bahan bacaan bagi mahasiswa yang sedang mengikuti pendidikan di
Akademi Keperawatan Rumkit Tk III Manado.
4. Bagi Penulis
Dapat memperluas wawasan dan menambah pengetahuan tentang
Asuhan Keperawatan pada Klien dengan Diabetes melitus.

E. Metode Penulisan
Adapun metode penulisan adalah sebagai berikut:
1. Wawancara
Dilakukan dengan mengadakan kontak secara langsung dengan klien,
keluarga klien, dan perawat – perawat yang ada di ruangan, yang dapat
memberikan informasi tentang klien.
2. Observasi
Observasi dilakukan pada klien selama tiga hari mulai dari pengkajian
sampai pada evaluasi.

3
3. Pemeriksaan fisik
Dilakukan dengan cara mengamati secara menyeluruh keadaan pasien
dengan melakukan pemeriksaan head to toe.
4. Kepustakaan
Studi perpustakaan merupakan cara pengambilan data dengan
mengumpulkan data-data yang bersumber dari literatur – literatur atau
buku-buku penunjang.

F. Sistematika Penulisan
BAB I: Pendahuluan yang meliputi latar belakang, ruang lingkup,
tujuan penulisan, manfaat penulisan, metode penulisan, dan
sistematika penulisan.

BAB III: Tinjauan penyakit yang meliputi : pengertian,klasifikasi,


anatomi dan Fisiologi, etiologi, patofisiologi, tanda dan gejala,
penatalakasanaan Serta tinjauan asuhan keperawatan yang meliputi
pengkajian,diagnose Keperawatan,perencanaan.\
BAB III : berisi pengkajian yang meliputi pengumpulan data,
analisa data, diagnosa keperawatan, perencanaan,
implementasi dan evaluasi.
BAB IV : Pembahasan yang meluputi pengkajian, diagnosa
keperawatan, perencanaan,pelaksanaan dan evaluasi.
BAB V : Penutup berisi kesimpulan dan saran.

4
BAB II
TINJAUAN TEORITIS

A. Pengertian
Diabetes Melitus merupakan penyakit gangguan metabolisme karbohidrat,
lemak dan protein yang dihubungkan dengan kekurangan secara absolute atau
relative dari kerja dan atau sekresi insulin yang bersifat kronis dengan ciri khas
hiperglikemia / peningkatan kadar glukosa darah diatas nilai normal (Awad
dkk,2013).
Diabetes Melitus adalah keadaan hiperglikemi kronik yang disertai
berbagai kelainan metabolik akibat gangguan hormonal yang menimbulkan
berbagai komplikasi kronik pada mata, ginjal, saraf, dan pembuluh darah
(Margaret dkk,2012).
Diabetes melitus adalah abnormalitas hormon insulin yang ditandai
dengan tingginya nilai kadar gula darah (Garnadi,2010).
Diabetes melitus adalah sekelompok kelainan hetrogen yang ditandai oleh
kenaikan kadar glukosa dalam darah atau hiperglikemia.(brunner dan suddarth
2002).
Diabetes Melitus (DM) adalah penyakit metaboli yang kebanyakan
herediter, dengan tanda-tanda hiperglikemia dan glukosuria, disertai dengan
atau tidak adanya gejala klinik akut ataupun kronik, sebagai akibat dari
kurangnya insulin efektif di dalam tubuh, gangguan primer terletak pada
metabolisme karbohidrat yang biasanya disertai juga gangguan metabolisme
lemak dan protein (Askandar,2000).
Berdasarkan pengertian dari beberapa ahli dapat penulis simpulkan
Diabetes Melitus (DM) adalah suatu kumpulan gejala yang timbul pada
seseorang yang disebabkan oleh karena adanya peningkatan kadar gula darah
(glukosa) akibat kekurangan insulin.

5
B. Klasifikasi
1. DM tipe I tergantung insulin (DMTI)
2. DM tipe II tidak tergantung isulin (DMTTI)
a. Tidak mengalami obesitas
b. Mengalami obesitas
3. DM Gestasional (GDM) atau diabetes kehamilan
Yaitu terjadi defisiensi insulin atau retensi insulin pada ibu hamil
sehingga mengakibatkan terjadinya intoleransi karbohidrat ringan
maupun berat yang baru diketahui selama mengalami kehamilan.
4. DM tipe lain : Gangguan toleransi glukosa (GTG)
Adalah Diabetes Melitus yang berhubungan dengan keadaan atau
sindrom tertentu hiperglikemik terjadi karena penyakit lain, yaitu:
Penyakit pankreas seperti pancreatitis akan berdampak pada kerusakan
anatomis dan fungsional organ pancreas akibat aktivitas toksik baik karena
bakteri maupun kimia. Kerusakan ini berdampak pada penurunan insulin.
Penyakit hormonal seperti kelebihan hormon glukokortikoid (dari korteks
adrenal) akan berdampak pada peningkatan glukosa dalam darah.
Peningkatan glukosa darah ini akan meningkatkan beban kerja dari insulin
untuk menfasilitasi glukosa masuk dalam sel. Peningkatan beban kerja ini
akan berakibat pada penurunan produksi insulin.
Pemberian obat atau bahan kimia seperti hidrokortison akan
berdampak pada peningkatan glukosa dalam darah karena dampaknya
seperti glikokotikoid.
Endokrinopati (kematian produksi hormone) seperti kelenjar hipofisis
akan berdampak sistemik bagi tubuh. karena semua produksi hormone
akan berdampak sistemik bagi tubuh. Karena semua produksi hormone
akan dialirkan ke seluruh tubuh melalui aliran darah. Kelainan ini
berdampak pada penurunan metabolisme baik karbohidrat, protein maupun
lemak yang dalam perjalanannya akan mempengaruhi produksi insulin.

6
C. Anatomi Fisiologi Pankreas

Gambar 1. 1 Anatomi pankreas


(padila,2012)

Pankreas terletak melintang di bagian atas abdomen di belakang gaster di


retroperitoneal. Di sebelah kiri ekor pankreas mencapai hilus limpa di arah
kraniodorsal. Bagian atas kiri kaput pankreas dihubungkan dengan kaput
pankreas oleh leher pankreas yaitu bagian pankreas yang lebarnya biasa tidak
lebih dari 4 cm.
arteri dan vena masenterika superior berada di dorsal leher pankreas.
Duodenum bagian horizontal dan bagian dari penonjolan posterior bagian kiri
bawah kaput pankreas ini disebut prosesus unsinatus pankreas, melingkari
arteri dan vena tersebut.
Pankreas adalah organ pipih yang terletak di belakang dan sedikit di
bawah lambung dan abdomen. Di dalamnya terdapat kumpulan sel yang
berbentuk seperti pulau pada peta, karena itu disebut pulau-pulau langerhans
yang berisi sel beta yang mengeluarkan hormon insulin,yang sangat berperan
dan mengatur kadar glukosa darah, sel beta mensekresi insulin yang

7
menerunkan kadar glukosa darah, juga sel delta yang mengeluarkan
somatostatin (Sarwono Wapadji, 2003).
Pulau langerhans yang menjadi system endokrinulogis dari pankreas tersebar
di seluruh pankreas dengan berat hanya 1-3 % dari berat total pankreas. Pulau
langerhans berbentuk ovoid dengan besar masing-masing pulau
Berbeda. Jumlah semua pulau langerhans di pankreas diperkirakan antara 1-2
Juta.
Pulau langerhans manusia,mengandung tiga jenis sel utama,yaitu :
1. Sel-sel A (Alpha), jumlahnya sekitar 20-40% ; memproduksi glikagon
yang menjadi faktor hiperglikemik, suatu hormon yang mempunyai
“anti insulin like activity”.
2. Sel-sel B (Betha), jumlahnya sekitar 60-80%, membuat insulin.
3. Sel-sel d (Delta),jumlahnya sekitar 5-15, membuat somatostatin.
Masing- masing sel tersebut,dapat dibedakan berdasarkan struktur dan
sifat pewarnaan. Di bawah bawah mikroskop pulau-pulau langerhans ini
Nampak berwarna pucat dan banyak mengandung pembuluh darah kapiler
(Ismail,2013). Pankreas terdiri dari labulus-labulus.masing-masing terdiri
dari pembuluh kecil yang mengarah pada duktus utama dan berkhir pada
sejumla aveoli. Alveoli dilapisi oleh sel-sel yang mensekrisi enzim yang
disebut tripsinogen, amylase, dan lipase.
Adapun batas-batas dari bagian pankreas adalah sebagai sebagai berikut :
1. Kaput prankreas meluas kekanan sampai pada lengkungan duodenum,
terletak sebelah anterior dan vena cava inferior dan vena renalis kiri.
2. Processus uncinatus yang merupakan bagian dari kaput pankreas
terletak di bawah vena masenterika superior.
3. Kolum pankreas yang merupakan hubungan antara korpus dan kaput
pankreas terletak diatas pembuluh darah masenterika superior dan
vena porta.
4. Korpus pankreas berbentuk segitiga dan meluas hingga ke hilus ginjal
kiri terletak di atas aorta, vena renalis kiri, pembuluh darah limpa dan
pangkal vena masenterika inferior.

8
5. Kauda pankreas terletak pada ligamnetum lienorenal dan berakhir pada
hilus limpa.
Enzim-enzim pankreas terdiri dari:
a. Tripsinogen diubah menjadi tripsin aktif oleh enterokinase, enzim
yang disekresi usus halus. Dalam bentuk aktifnya,tripsin mengubah
pepton dan protein menjadi asam amino.
b. Amilase mengubah zat pati,baik yang masak dan tidak masak, menjadi
maltose (gula malt)
c. Lipase mengubah lemak menjadi asam lemak dan gliserol setelah
empedu mengemulsi lemak yang meningkatkan area permukaan.
Ada lima hormon yang meningkatkan kadar glukosa darah:
1. Insulin merupakan hormon yang menurunkan kadar glukosa dalam
darah dibentuk oleh sel-sel beta pulau langerhans pankreas.
2. Glukosa yang disekresi oleh sel-sel alfa pulau langerhans berfungsi
sebagai meningkatkan kadar glukosa dalam darah.
3. Epinefrin yang disekresi oleh medulla adrenal dan jaringan kromafin
lain, berfungsi meningkatkan kadar glukosa dalam darah.
4. Glukokortikoid yang disekresi oleh korteks adrenal.
5. Growt hormon yang disekresi oleh kelenjarhipofisis anterior.
Glucagon, epinefrin, glukokortikoid dan growth hormon, membentuk
satu
pelawanan mekanisme regulator yang mencegah timbulnya hipoglikemia
akibat insulin. (price,2006)
pankreas merupakan kelenjar ganda yang tediri dari eksokrin dan
endokrin, 99%dari kelenjar merupakan eksokrin yang terdiri atas sel – sel
asinus pankreas dan duktus pankreas dan 1% lainnya merupakan endokrin
oleh sel islet langerhans.

9
D. Etiologi
1. DM tipe 1 tergantung insulin (DMTI)
a. Faktor genetik/herediter
Penderita diabetes tidak mewarisi diabetes militus tipe 1 itu sendiri
tetapi mewarisi suatu predisposisi atau kecenderungan genetic kearah
terjdainya diabetes militus tipe 1. Kecenderungan genetik ini
ditentukan pada individu yang memiliki antigen HLA (human
leucocyte) tertentu. HLA merupakan kumpulan gen yang bertanggung
jawab atas antigen transplantasi dan proses imun lainnya.
b. Faktor infeksi virus
Infeksi virus coxakie pada individu yang peka secara genetic
c. Faktor imunologi
Jika respon autoimun abnormal maka antibody menyerang jaringan
normal yang dianggap jaringan asing.
d. Faktor lingkungan
Dapat memicu destruksi sel beta pankreas
2. DM tipe II tidak tergantung insulin (DMTTI)
a. Obesitas
Obesitas dapat menurunkan jumlah reseptor insulin dari sel target
diseluruh tubuh kemudian insulin yang tersedia menjadi kurang efektif
dalam meningkatkan efek metabolic.
b. Usia
Usia cenderung meningkat diatas 65 tahun
c. Riwayat keluarga
d. Kelompok etnik
3. DM gestasional (GDM)
a. Pola makan
Mengkonsumsi makanan yang berlebihan berarti jumlah karoli yang
dibutuhkan tubuh berlebihan. Apabila konsumsi makanan yang
berlebihan tidak diimbangi oleh sekresi insulin dalam jumlah yang
cukup akan menyebabkan kadar gula dalam darah meningkat.
b. Faktor keturunan/genetic

10
c. Stress dan merokok
Ketika dalam keadaan stress, hormon-hormon stress ditubuh akan
meningkat. Hal ini juga akan memicu naiknya kadar gula di dalam
darah. Sedangkan merokok dapat memperberat gangguan sirkulasi
darah di daerah ujung-ujung tubuh misalnya dari kaki, sehingga
dengan merokok dapat mempercepat proses pembentukan gangrene.
d. Kegemukan atau obesitas biasanya terjadi pada usia 40 tahun
Obesitas menyebabkan sel beta pankreas penghasil insulin hipertropi
yang pada gilirannya akan kelelahan dan jebol sehingga insulin
menjadi berkurang produksinya. Sebagai akibat penggunaan insulin
sebagai terapi Diabetes Melitus berlebihan menyebabkan penimbunan
lemak subkutan yang berlebihan menyebabkan penimnunan lemak
subkutan yang berlebihan pula.
e. Bahan kimia dan obat-obatan
Bahan kimia tertentu dapat mengiritasi pankreas sehingga
menyebabkan radang pankreas. Peradangan pada pankreas
menyebabkan pankreas tidak berfungsi secara optimal dalam
mensekresi hormon yang diperlukan untuk metabolisme tubuh,
termasuk hormon insulin.
f. Menkonsumsi karbohidrat berlebihan
Tingginya konsumsi karbohidrat menyebabkan konsentrasi glukosa
dalam darah meningkat. Jika jumlah insulin yang diproduksi tidak
disekresikan oleh sel-sel beta ( yang menghasilkan insulin dalam
darah) pankreas akibat beberapa gangguan dalam tubuh, glukosa darah
tidak diubah menjadi energi dan tidak dapat diubah menjadi glikogen.
Hal ini menyebabkan kadar glukosa dalam darah tinggi, (melewati
batas kesanggupan ginjal untuk menyaring klokosa karena
kosentrasinya terlalu tinggi), glukosa akan dikeluarkan melalui urin
sehingga terjadi glukosaria (glukosa dalam urine atau kencing manis).
g. Kerusakan pada sel pankreas
Infeksi mikroorganisme dan virus pada pankreas juga dapat
menyebabkan radang pankreas yang otomatis akan menyebabkan

11
fungsi pankreas turun sehingga tidak ada sekresi hormon-hormon
untuk diproses metabolism tubuh termasuk insulin.
4. DM tipe lain
Dapat disebabkan oleh penyakit pankreas, penyakit hormonal dan obat-
obatan ( Rendy,2012).

E. Patofisiologi
Pada keadaan normal kurang lebih 50% glukosa yang dimakan
mengalami metabolisme sempurna menjadi CO2 dan air, 10% menjadi
glikogen dan 20%-40% diubah menjadi lemak. Pada diabetes melitus semua
proses tersebut terganggu karena terdapat definisi insulin. Penyebaran glukosa
kedalam sel macet dan metabolismenya terganggu keadaan ini menyebabkan
sebagian besar glukosa tetap berada dalam sirkulasi darah sehingga terjadi
hiperglikemia.
Penyakit Diaabetes Melitus disebabkan oleh karena gagalnya hormon
insulin. Akibat kekurangan insulin maka glukosa tidak dapat diubah menjadi
glikogen sehingga kadar gula darah meningkat dan terjadi hiperglikemi. Ginjal
tidak dapat menahan hiperglikemi ini, karena ambang batas untuk gula darah
adalah 180 mg% sehingga apabila terjadi maka ginjal tidak bisa menyaring
dan mengabsorbsi sejumlah glukosa dalam darah. Sehubungan dengan sifat
gula yang menyerap air maka semua kelebihan dikeluarkan bersama urine
yang disebut glukosaria. Bersamaan keadaan glukusuria maka sejumlah air
hilang dalam urine yang disebut poliura. Poliura mengakibatkan dehidrasi
intra seluler,hal ini dapat merangsang pusat haus sehingga pasien akan
merasakan haus teus menerus sehingga pasien akan merasakan haus terus
menerus sehingga pasien akan minum terus yang disebut polidipsi.
Produksi insulin yang kurang akan menyebabkan menurunnya transport
glukosa ke sel-sel sehingga sel-sel kekurangan makanan dan simpanan
karbohidrat, lemak protein menjadi menipis. Karena digunakan untuk
melakukan pembakaran dalam tubuh,maka klien akan merasa lapar sehingga
menyebabkan banyak makan yang disebut poliphagia.

12
Terlalu banyak lemak yang dibakar akan akan terjadi penempukan asesat
dalam darah yang akan menyebabkan keasamaan darah meningkat atau
asidosis. Zat ini akan meracuni tubuh bila terlalu banyak sehingga tubuh
berusaha mengeluarkan melalui urine dan pernapasan, akibatnya bau urine dan
nafas penderita berbau aseton atau bau buah-buahan. Keadaan asidosis ini
apabila tidak segera diobati akan terjadi koma yang disebut koma diabetic.
Rendy. M. C & TH. M, (2012).

13
Gambar 2. Penyimpangan KDM

Produksi insulin menurun secara absolute/relatif

Proses secara normal tidak berjalan

Glikogenesi dan Penggunaan glukosa oleh sel-sel Defisiensi Insulin


Lipogenesis tidak berjalan tubuh meningkat

Hiperglikemia Transpor glikosa ke reseptor sel berkurang

Diuresis osmotik Glukosa dalam darah meningkat Metabolisme


karbohidrat
menurun
Perubahan Cairan Penarikan Osmolaritas Pembongkaran Gliko gen Penurunan
Kimia endogen dalam cairan ke meningkat menurun fungsi leukoisit ATP tidak
Tubuh vaskuler pemecahan terbentuk
Ketidak seimbangan berkurang Tubulus tidak Lemak dan Gangguan
Glukosa, insulin Dehidrasi mengabsorbsi Protein hati Sirkulasi perifer Energi
elektrolit Kekurangan intrasel hasil filtrasi kerusakan sel berkurang
volume cairan Glomerulus Rangsangan Penurunan
perubahan status Rangsangan Pusat lapar berat badan Ulkus Kelemahan
Kesehatan pusat haus di Osmotik di hipotalamus memudahkan
kesalahan hipotalamus diuresis Penurunan masa otot port dentri
Interprestasi informasi polidipsi poliuria polifagia kuman
Intake nutrisi
Kurangya Perubahan sensori tidak adekuat resiko tinggi
Pengetahuan perseptual nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh infeksi terhadap sepsis

14
F. Manifestasi klinis
1. Kadar glukosa darah pada waktu puasa 120 mg/ dl
2. Kadar glukosa darah dua jam sesudah makan lebih dari 200 mg/ dl
3. Banyak kencing (poliuria)
4. Banyak minum (polodipsia)
5. Banyak makan (polifagia)
6. Penurunan berat badan
7. Rasa lemah
8. Kesemutan
9. Gatal-gatal
10. Visus menurun
11. Bisul atau luka
12. Keputihan (pada wanita)

G. Pemeriksaan penunjang/Diagnostik
1. Kadar glukosa
a. Gula darah puasa/ nuchter >140 mg/dl
1) Vena : <110,110-125 (belum pasti DM),>126(DM)
2) Kapiler : <90,90-199(belum pasti DM),>110(DM)

b. Gula darah sewaktu/random > atau <200 mg/ dl


1) Vena : <110,110-199(belum pasti DM),>200(DM)
2) Kapiler : <90,90-199(belum pasti DM),>200(DM)

c. Gula darah 2 jam pp (post prandial)>200 mg/dl


2. Aseton plasma dengan hasil postif (+) mencolok
3. As lemak bebas yaitu peningkatan lipid dan kolesterol
4. Osmolaritas serum (>330 0sm/1)
5. Urinalisis ( proteinuria ketonuria,glukosaria)

15
H. Komplikasi
1. Akut
a. Hipoglikemia
Hipoglikemia terjadi karena pemakaian obat-obat diabetic yang
melebihi dosis yang dianjurkan sehingaa terjadi penurunan glukosa
dalam darah. Glukosa yang ada sebagian besar difasilitasi untuk
masuk kedalam sel.
b. Ketoasidosis diabetic
Komplikasi diabetes yang terjadi ketika gula darah tidak cukup
terkontrol dan menimbulkan poliuria dan dehidrasi,mual muntah
yang memperparah dehidrasi sel, kadar kalium total tubuh turun,
dan bau buah pada nafas. Jika tidak diobati, kondisi ini akan
menyebabkan kematian.
c. Hiperglikemik hiperosmolar non ketik (HHNK)
Komplikasi ini terjadi karena penurunan komposisi cairan intra sel
dan ekstra sel karena banyak di ekresi lewat urine.
2. Kronis
a. Mikrovaskular kronis (penyakit ginjal dan mata)
Terjadi penebalan membran basal pada pembuluh-pembuluh darah
kecil yang berkaitan dengan tingginya kadar glukosa darah,
sehingga mengakibatkan penyakit ginjal atau nefropati diabetika
dan retinopati diabetika atau kerusakan pada mata.
Nefropati terjadi karena perubahan mikrovaskular pada struktur
dan fungsi ginjal yang menyebabkan komplikasi pada pelvis ginjal.
Tubulus dan glomerulus penyakit ginjal dapat berkembang dari
proteinuria ke ginjal.
Retinopati terjadi adanya perubahan dalam retina karena penurunan
protein dalam retina. Penurunan ini dapat berakibat gangguan
dalam penglihatan.
b. Makrovaskular (MCI,Strok,penyakit vascular perifer).
Komplikasi yang mengenai pembuluh darah arteri yang lebih
besar,sehingga menyebabkan aterosklerosis.

16
c. Neuropati
Perubahan metabolic mengakibatkan fungsi sensorik dan motorik
saraf menurun. Kehilangan sensori mengakibatkan penurunan
persepsi nyeri.

I. Penatalaksanaan
Tujuan utama terapi Diabetes Melitus adalah mencoba menormalkan aktivitas
insulin dan kadar glukosa darah dalam upaya mengurangi terjadinya komplikasi.
Tujuan terapeutik pada setiap tipe diabaetes melitus adalah mencapai kadar
glukosa normal (euglikemia).
Sudah lama diketahui bahwa makanan memegang peranan penting dalam
upaya pencegahan dan penyembuhan penyakit. Oleh sebab itu baik dalam keadaan
sehat maupun sakit, susunan makanan perlu diatur dengan baik. Di rumah sakit,
pengaturan diet ini memerlukan kerjasama erat antara berbagai profesi terkait
seperti dokter,dietisien perawat, dan profesi kesehatan lain.
Sunita Almatsier, (2015)
Ada 6 komponen dalam penatalaksanaan diabetes melitus, yaitu:
1. Diet
Perhimpunan diabetes Amerika dan persatuan Diabetik Amerika
merekomendasikan 50-60% kalori yang berasal dari:
a. Karbohidrat = 60-70%
b. Protein =12-20%
c. Lemak = 20-30%
Berikut diet Diabetes Melitus yang sesuai dengan paket-paket yang telah
disesuaikan dengan kandungan kalorinya.
a. Diet DM I : 1100 kalori
b. Diet DM II : 1300 kalori
c. Diet DM III : 1500 kalori
d. Diet DM IV : 1700 kalori
e. Diet DM V : 1900 kalori
f. Diet DM VI : 2100 kalori
g. Diet DM VII : 2300 kalori

17
h. Diet DM VIII : 2500 kalori
Diet I s/d III : diberikan kepada penderita yang terlalu gemuk
Diet IV s/d V : diberikan kepada penderita dengan berat badan normal
Diet VI s/d VIII : diberikan pada penderita kurus.
Penenentuan jumlah kalori diet Diabetes Melitus harus disesuaikan oleh status
gizi penderita. Penetuan gizi dilaksanakan dengan menghitung percentage of
relative body weight (IMT= indeks masa tubuh) dengan rumus:

BB (kg)
IMT= TB (m)2

2. Obat
a. Sulfonilurea : obat golongan sulfonylurea bekerja dengan cara :
1) Menstimulasi penglepasan insulin yang tersimpan
2) Menurunkan ambang sekresi insulin
3) Meningkatkan sekresi insulin sebagai akibat rangsangan glukosa
b. Biguanid : menerunkan kadar glukosa darah tapi tidak sampai di
bawah normal.
c. Inhibitor aglukosidase : menghambat kerja enzim a glukosidase di
dalam saluran cerna; sehingga menurunkan penyerapan glukosa dan
menurunkan hiperglikemia pasca prandial.
d. Insulin sensiting agent : thoazahdine diones meningkat sensivitas
insulin,sehingga bisa mengatasi masalah resistensi insulin tanpa
menyebabkan hipoglikemia tetapi obat ini belum beredar di Indonesia.
3. Latihan/olahraga
Dianjurkan latihan jasmani teratur 3-4 kali tiap minggu selama
kurang lebih ½ jam untuk memberikan kontraksi otot yang teratur dan
akan merangsang peningkatan aliran darah dan penarikan glukosa kedalam
sel. Latihan dengan melawan tahanan dapat menambah laju metabolism
istirahat dapat menurunkan berat badan, stres dan menyegarkan tubuh.
Hal yang perlu diingat dalam latihan jasmani adalah jangan memulai
olahraga sebelum makan,karena akan berisiko terjadinya stravasi sel
dengan cepat dan akan berdampak pada nekrosi sel.

18
Latihan menghindari kemungkinan trauma pada ekstremitas
bawah,gunakan alas kaki yang dan periksa kaki setiap hari sesudah
melakukan latihan.
Olahraga lebih dianjurkan pada pagi hari (sebelum jam 06.00)
karena selain udara yang masih bersih juga suasana yang belum ramai
sehingga membantu penderita lebih nyaman dan tidak mengalami stress
yang tinggi.
4. Pemantauan
Pemantauan kadar glukosa darah secara mandiri
5. Penyuluhan/pendidikan kesehatan
Pendidikan kesehatan merupakan cara yang tepat untuk meningkatkan
pengetahuan pasien, mengatur pola hidup pasien dan meningkatkan
kualitas hidup.

J. Pengkajian
Pengkajian adalah tahap awal dari proses keperawatan dan merupakan
suatu proses yang sistematis dalam pengumpulan data dari berbagai sumber
data untuk mengevaluasi dan mengidentifikasi status kesehatan klien (Sujono
R, 2008).
Tahap pengkajian meliputi :
1. Usia
Umumnya manusia mengalami perubahan fisiologi secara drastis
menurun dengan cepat setelah usia 40 tahun. Diabetes sering muncul
setelah memasuki usia tersebut terutama setelah seseorang memasuki
usia 45 tahun terlebih pada orang dengan overweight.
2. Pendidikan dan kesehatan
Pada orang dengan pendapatan tinggi cenderung untuk mempunyai
pola hidup dan pola makan yang banyak mengandung gula dan lemak
yang berlebihan, serta tingginya komsumsi makanan yang berat serta
aktivitas fisik yang sedikit. Pada orang yang pendidikannya rendah
atau yang hidup dipedesaan juga sangat cenderung dengan penyakit

19
Diabetes. Kurangnya pengetahuan tentang kesehatan serta pola hidup
yang tidak sehat dapat mengakibatkan penyakit Diabetes.
3. Keluhan utama
Penderita biasanya datang dengan keluhan menonjol badan terasa
sangat lemas sekali disertai penglihatan yang kabur(Retinopati).
Meskipun muncul keluhan banyak kencing (poliura) kadang penderita
belum tahu kalau itu salah satu tanda penyakit Diabetes Melitus.
4. Riwayat penyakit
Riwayat penyakit ini biasanya yang dominan adalah munculnya sering
buang air kecil (poliuria), sering lapar dan haus (polidipsi dan
polifagia), sebelumnya penderita mempunyai berat badan yang
berlebih. Biasanya penderita belum menyadari kalau itu merupakan
perjalanan penyakit Diabetes Militus. Penderita baru tahu kalau sudah
memeriksakan diri di pelayanan kesehatan.
5. Riwayat kesehatan dahulu
Riwayat dapat terjadi saat kehamilan, yang terjadi saat hamil saja dan
biasanya tidak dialami setelah melahirkan namun perlu diwaspadai
akan kemungkinan mengalami Diabetes Melitus yang sesungguhnya di
kemudian hari. Diabetes sekunder umumnya digambarkan sebagai
kondisi penderita yang pernah mengalami suatu penyakit. Penyakit
yang dapat menjadi pemicu timbulnya Diabetes Melitus dan perlu
dilakukan pengkajian dianataranya:
a. Penyakit pankreas
b. Gangguan penerimaan insulin
c. Gangguan hormonal
d. Pemberian obat-obatan seperti:
1) Glukokortioid ( sebagai obat radang)
2) Furosemid (sebagai diuretik)
3) Thiazid (sebagai obat radang)
4) Beta bloker (untuk mengobati gangguan jantung)
5) Produk yang mengandung estrogen (kontrasepsi oral dan
terapi sulih hormon)

20
6. Riwayat kesehatan keluarga
Diabetes Melitus dapat menurun menurut silsilah keluarga yang
mengidap Diabetes Melitus, karena kelainan gen yang mengakibatkan
tubuhnya tak dapat menghasilkan insulin dengan baik.
Pengkajian pola kebutuhuan menggunakan model menurut Virginia
Handerson meliputi:
1. Kebutuhan nafas
Pada pasien dengan Diabetes Melitus dapat dijumpai peningkatan
pernapasan sebagai kompensasi penurunan metabolisme sel yang
melibatkan oksigen (respirasi aerob ) dengan irama dalam dan cepat
karena banyak benda keton yang dibongkar.
2. Kebutuhan nutrisi
Penderita Diabetes Melitus mengeluh ingin selalu makan tapi berat
badan justru menurun karena glukosa tidak dapat ditarik kedalam sel
dan terjadi penurunan massa sel. Pada pengkajian intake cairan pasien
akan terkaji banyak minum (sehari mungkin 2500-4000 cc).
Makanan dan diet juga sangat penting bagi penderita Diabetes Melitus.
Penuntun diet, selain memuat macam makanan, jenis bahan makanan
dan berat atau volumenya, juga memuat keterangan tentang bahan
makanan penukar yang setara, dan sebagainya.
Crayonpedia.
3. Kebutuhan eliminasi
Eliminasi buang air besar (BAB) pada pasien Diabetes Melitus tidak
ada perubahan yang mencolok. Frekuensi seperti biasa 1-2x/hari,
dengan warna kuningan, Sedangkan pada eliminasi buang air kecil
(BAK) akan dijumpai jumlah urine yang banyak baik secara frekuensi
maupun volumenya (pada frekuensi biasanya > 10x/hari, sedangkan
volume mungkin mencapai 2500-3000 cc/hari). Untuk warna mungkin
tidak ada perubahan sedangkan bau barangkali ada aroma unsur gula.
4. Kebutuhan gerak dan keseimbangan/ aktivitas
Penderita dengan Diabetes Melitus akan mengalami penurunan gerak
karena kelemahan fisik, kram otot sampai penurunan tonus otot. Yang

21
didapatkan pada pengkajian terjadi penurunan skor kekuatan otot pada
ekstremitas atas kanan dan kiri serta eksternitas bawah kanan dan kiri
(penilaian memakai skor 5,4,3,2,1 dan 0).Range of motion (ROM) dari
rentang persendian juga mengalami penurunan derajat sudutnya.
Misalnya pada rentang sudut siku tangan yang dapat mnecapai 180°
bisa turun menjadi 160° atau dibawahnya. Penderita juga dapat mudah
jatuh karena penurunan glukosa pada otak akan berakibat penurunan
kerja pusat keseimbangan (di serebelum/ otak kecil).
Keterangan:
Cara memeriksanya: pasien diminta untuk mengangkat tangan sejajar
dengan bahu, kemudian pemeriksa memberi gaya perlawanan dengan
menarik ke bawah.
Skor pada ekstremitas atas yaitu :
Skor 5 : Mampu menahan dengan kuat gaya tarikan dari pemeriksa
searah dengan gaya gravitasi.
Skor 4 : Mampu menahan gaya tarikan penuh dari pemeriksa
sebentar terus terjatuh.
Skor 3 : Mampu mengangkat tangan sejajar bahu tetapi diberi gaya
perlawanan searah dengan gravitasi sedikit lalu terjatuh.
Skor 2 : Mampu mengangkat tangan separuh dari jarak dengan bahu
lalu terjatuh.
Skor 1 : mampu mengangkat tangan sedikit lalu terjatuh.
Skor 0 : Tidak mampu sama sekali untuk mengangkat.
5. Kebutuhan istirahat dan tidur
Sering muncul perasaan tidak enak efek dari gangguan yang bersifat
sistemik yang berdampak pada gangguan tidur (insomnia). Penderita
juga sering terbangun karena frekuensi kencing yang meningkat pada
malam hari. Rata – rata tidur penderita pada malam hari 4-5 jam. Pada
pengkajian ini juga dapat dilihat penampilan penderita dengan wajah
sayuh mata merah dengan verbalisasi keluhan rasa ngantuk.

22
6. Kebutuhan berpakaian
Kebutuhan berpakaian mungkin tidak terganggu kecuali pada priode
kelemahan fisik yang menganggu ( skor kekuatan otot 2-0) atau terjadi
penerunan kesadaran (apatis sampai koma).
7. Mempertahankan temperatur atau sirkulasi
Sering muncul keluhan klien berupa kesemutan pada ekstremitas (atas
maupun bawah) yang berarti terjadi penurunan sirkulasi karena terjadi
peningkatan viskositas darah oleh glukosa tetapi sulit masuk sel. Akral
juga teraba dingin akibat penurunan sirkulasi. Suhu tubuh biasanya
masih berkisar normal kecuali sudah ada infeksi (terjadi kenaikan suhu
tubuh diatas 37°C).
8. Kebutuhan personal hygiene
Pasien Diabetes Melitus dengan kadar glukosa yang terkontrol (tidak
naik dratis ) masih dapat melakukan kegiatan ganti pakaian sendiri
tanpa bantuan.
9. Kebutuhan rasa aman dan nyaman
Pasien dengan Diabetes Melitus mengalami gangguan rasa nyeri panas
pada punggung kaki tapi dengan skala yang ringan dan dapat di
toleransi sehingga tidak terlalu menganggu aktivitas seperti berjalan.
Sedangkan kebutuhan aman pasien mengalami resiko terjadi perlukaan
pada ekstermitas terutama bawah.
10. Berkomunikasi dengan orang lain dan mengespresikan emosi
Pada perjalanan yang cukup lama (lebih satu bulan) pasien mengalami
penurunan optismisme dan cenderung emosi labil, mudah tersinggung
dan marah. Sedangkan pada periode awal emosi pasien masih stabil
dan mampu mengekspresikan emosi dengan baik.
11. Kebutuhan spiritual
Setelah mengalami gejala yang tak kunjung sembuh, pasien Diabetes
Melitus mulai berusaha mencari sumber kekuatan yang luar biasa yaitu
dari Tuhan. Kegiatan ibadah semakin terlihat meningkat sebagai
bentuk kompensasi kejiwaan untuk mencari kesembuhan dari Tuhan

23
Yang Maha Esa. Kegiatan itu dapat berupa peningkatan sholat, berdoa
atau pergi ke tempat ibadah.
12. Kebutuhan bekerja
Kebutuhan bekerja pada pasien Diabetes Melitus telah mengalami
penurunan karena penderita mudah mengalami kelelahan tetapi saat
dirawat barangkali tidak menjadi gangguan yang perioritas. Mungkin
yang ada kendali justru kondisi psikologi karena sudah tidak bekerja
atau mengalami penurunan kerja. Kondisi psikologi yang sering
muncul penurunan harga diri,menarik diri,mungkin sampai kondisi
frustasi.
13. Kebutuhan bermain dan rekresi
Kebutuhan bermain dan rekreasi pada pasien Diabetes Melitus perlu
dikaji bagaimana selera, kondisi klien untuk bermain, kaji keadaan
penyakit klien apakah berpengaruh pada keinginan untuk bermain, kaji
bagaimana klien memenuhi kebutuhan bermainnya. Untuk kebutuhan
yang ini masing-masing pasien berbeda.
14. Kebutuhan belajar
Kebutuhan belajar yang meningkat adalah bagaimana cara
menurunkan kadar glukosa darah, bagaimana cara mengkonsumsi
makanan yang aman dan bagaiman cara menghindari komplikasi
seperti tekanan darah tinggi.
Pengkajian pola kebutuhan menurut Virginia Handerson).
1. Kebutuhan fisiologi (seperti oksigenasi,makan minum,
eliminasi,suhu tubuh,sirkulasi dan lainnya sudah dijelaskan paada
pola diatas).
2. Kebutuhan rasa aman dan nyaman
3. Kebutuhan dicintai dan mencintai
Pasien dengan Diabetes Melitus ada yang dikucilkan istri karena
komplikasi dari organ reproduksi yang berupa impontensi untuk
laki-laki dan penurunan gairah seksual untuk wanita. Kondisi ini
akan mempengaruhi rasa cinta terhadap pasangan. Sedangkan bagi
anak-anaknya mungkin karena terjadi penurunan aktivitas atau

24
pendapatan ada yang menganggap orang tuanya tidak berguna lagi.
Untuk penderita kadang merasa tidak berguna sendiri sehingga
kurang serpek terhadap anggota keluarga.
4. Kebutuhan harga diri
Sering mengalami penurunan harga diri karena perubahan
penampilan,perubahan identitas diri akibat tidak bekerja,
perubahan gambaran diri karena mengalami amputasi karena
ganggren, perubahan peran karena tidak mampu menjelaskan tugas
dengan baik sebagai orang tua.
5. Aktualisasi diri
Kebutuhan ini sebagai puncak pada hirarki kebutuhan menurut
Maslow,kalau pasien sudah mengalami penurunan harga diri maka
psien sulit untuk melakukan aktualisasi diri contoh melakukan
aktivitas di rumah enggan mandiri sampai mungkin menghasilkan
karya seni atau karya imu yang lain ketika dirumah sakit. Pasien
tampak tidak berairah,bingung bahkan kadang terlihat sering
menyendiri.
Pemeriksaan fisik menurut Barbara Bates 1997,antara lain:
1. Status penampilan kesehatan: yang sering muncul adalah
kelemahan fisik.
2. Tingkat kesadaran: normal, latergi,stupor,koma (tergantung kadar
gula yang memilikidan kondisi fisiologi untuk melakukan
kompensasi kelebihan gula darah).
3. Tanda-tanda vital
Frekuensi nadi dan tekanan darah : takikardi ( terjadi kekurangan
energy sel sehingga jantung melakukan kompensasi untuk
meningkatkan pengiriman),hipertensi (karena peningkatan
viskositas darah oleh glukosa sehingga terjadi peningkatan
tekanan pada dinding pembuluh darah dan resiko terbentuknya
plak pada pembuluh. Kondisi ini terjadi pada fase Diabetes
Melitus yang sudah lama atau penderita yang memang mempunyai
bakat hipertensi).

25
Frekuensi pernapasan: takhipnee (pada kondisi ketoasidosis).
Suhu tubuh: demam (pada penderita dengan komplikasi infeksi
pada luka atau pada jaringan lain), hiportermia (pada penderita
yang tidak mengalami infeksi atau penurunan metabolik akibat
menurunnya masukan nutrisi secara drastic.
4. Berat badan melalui penampilan atau pengukuran: kurus ramping
(pada Diabetes Melitus fase lanjutan dan lama tidak mengalami
terapi). Gemuk padat, gendut (pada fase awal penyakit atau
penderita lanjutan dengan pengobatan yang rutin dan pola makan
yang masih tidak terkontrokl).
5. Kulit
a. Kulit
Warna : perubahan-perubahan pada melanin,
kretenemia (pada penderita yang mengalami
peningkatan trauma mekanik yang berakibat
luka sehingga menimbulkan ganggren.
Tampak warna kehitam-hitaman disekitar
luka. Daerah yang sering terkena adalah
ekstremitas bawah).
Kelembaban : lembab (pada penderita yang tidak
mengalami dieresis osmosis dan tidak
mengalami dehidrasi), kering (pada pasien
yang mengalami dieresis osmosis dan
dehidrasi).
Suhu : dingin (pada penderita yang tidak
mengalami infeksi dan menurunnya
masukan nutrisi), hangat (mengalami infeksi
atau kondisi intake nutrisi normal sesuai
aturan diet).
Tekstur : halus (cadangan lemak dan glikogen
belum banyak di bongkar), kasar (terjadi

26
pembongkaran lemak,protein,glikogen otot
untuk produksi energi).
Turgor : menurun pada dehidrasi.
b. Kuku
Warna : Pucat, sianosis (penurunan perfusi pada
Ketoasidosis atau komplikasi infeksi saluran
Pernafasan).
c. Rambut
Kuantitas : Tipis (banyak yang rontok kekurangan
nutrisi dan buruknya sirkulasi),lebat.
Penyebaran : Jarang atau alopesia total.
Tekstur : Halus atau kasar.
6. Kepala dan mata
a. Kepala
Rambut : Termasuk kuantitas,penyebaran dan tekstur
antara lain : kasar dan halus.

Kulit kepala : Termasuk benjolan atau lesi,antara lain:


kista pilar Dan psoriasis (yang rentan terjadi
pada penderita Diabetes Melitus karena
penurunan antibody).

Tulang tengkorak : Termasuk ukuran dan kontur


Wajah : Termasuk simetris dan ekspresi wajah,
antara lain : Paralisis wajah (pada penderita dengan
komplikasi stroke dan emosi).
b. Mata
Yang perlu dikaji yaitu lapang pandang dan uji ketajaman
pandang masing-masing mata (ketajaman menghilang).
Inspeksi
Posisi dan kesejajaran mata:mungkin muncul eksoftalmus,
strabismus

27
Alis mata : dermatitis, seborea (penderita sangat
berisiko tumbuhnya mikroorganisme dan
jamur pada kulit).
Kelopak mata
Apparatus akrimalis : mungkin ada pembengkakan
sakus lakrimalis.
Sklera dan konjungtiva : sclera mungkin ikerik,konjungtiva
pada penderita yang sulit tidur
karena banyak kencing pada malam
hari kornea.
Iris dan lensa : opaksitas atau katarak (penderita
Diabetes Melitus sangat beresiko
pada kekuruhan lensa mata).
Pupil : miosis,midriosis atau anisokor.
7. Telinga
a. Daun telinga dilakukan inspeksi : masih simetris antara kiri
dan kanan.
b. Lubang dan gendang telinga
Lubang telinga : produksi serumen tidak sampai
menganggu diameter lubang.
Gendang telinga : kalau tidak tertutup serumen
berwarna putih keabuan, dan masih
dapat bervibrasi dengan baik apabila
tidak mengalami infeksi sekunder.
Pendengaran
Pengkajian ketajaman pendengaran terhadap bisikan atau tes
garputala dapat mengalami penurunan.
8. Hidung
Jarang terjadi pembesaran polip dan sumbatan hidung kecuali ada
infeksi sekunder seperti influenza.
9. Mulut dan faring
Inspeksi

28
Bibir : sianosis pucat (apabila mengalami
asidiosis atau Penurunan perfungsi jaringan
pada stadium lanjud).
Mukosa oral : kering (dalam kondisi dehidrasi
akibat dieresis Osmosis).
Gusi : perlu diamati kalu ada gingvitasi
karena penderita Memang rentan terhadap
pertumbuhan Microorganisme.
Langit-langit mulut : mungkin terdapat bercak keputihan karena
pasien mengalami penurunan kemampuan
personal hygiene Akibat kelemahan fisik.
Lidah : mungkin berwarna keputihan dan
berbau akibat Penurunan oral hygiene.
Faring : mungkin terlihat kemerahan akibat
proses Peadangan (faringitis).
10. Leher
Pada inspeksi jarang tampak distensi vena jugularis, pembesaran
kelenjar limfe leher dapat muncul apabila ada infeksi sistemik.
11. Toraks dan paru-paru
Frekuensi : irama, kesalaman dan upaya bernafas
antara lain, Takipnea, hiepnea, dan
pernafasan chyne stoke (pada kondisi
ketoasidosis).
Bentuk dada : normal atau bentuk dada tong Dengarkan
Pernapasan pasien : stridor pada obstruksi jalan nafas, mengi
(apabila penderita sekaligus mempunyai
riwayat ama atau Bronchitis kronik).
12. Dada
a. Dada posterior
Inspeksi : deformitas, atau asimetris dan
retruksi inspirasi Abdomen.
Palpasi : adanya nyeri tekan atau tidak.

29
Perkusi : pekak terjadi bila cairan atau
jaringan padat Menggantikan bagian paru
yang normalnya terisi udara (terjadi pada
penderita dengan penyakit lain seperti Efusi
pleura,tumor atau pasca penyembuhan
TBC).
Auskultasi : bunyi nafas veskuler, bronku vesiku
(dalam Kondisi normal).
b. Dada anterior
Inspeksi : deformitas atau asimetris.
Palpasi : adanya nyeri tekan, ekspansi
pernafasan.
Perkusi : penderita normal area paru
terdengar sonor.

Auskultasi : bunyi nafas vasikuler, bronko


vesikuler (dalam Kondisi tanpa penyerta
penyakit lain)

13. Aksila
Inspeksi : kemerahan,infeksi dan pigmentasi
Palpasi : apakah ada limfodenopati pada
kelenjar aksi Sentralis.
14. Sistem kardiovaskuler
Adanya riwayat hipertensi, infark miokard akut, takikardi, tekanan
darah yang cenderung meningkat, nadi yang menurun, rasa
kesemutan dan kebas pada ekstremitas merupakan tanda dan
gejala dari penderita Diabetes Melitus.
15. Abdomen
Inspeksi : apakah ada strie pada kulit dan simetris
adanya Pembesaran organ (pada penderita
dengan penyerta Penyakit sirosis hepatic
atau

30
hepatomegali dan Splenomegali).
Auskultasi : apakah ada bising usus.
Perkusi : perkusi abdomen terhadap proporsi dan
pola Tympani serta kepekaan.

Palpasi : untuk mengetahui adanya nyeri


tekan/massa.
16. Ginjal
Palpasi ginjal apakah ada nyeri tekan sudut kosta verbal.
17. Genetalia
Penis : pada inspeksi apakah ada stimosis pada
prepusium Dan apakah ada hipospadia pada
meatus uretra, Apakah ada kemerahan pada
kulit stroktum.
18. Sistem musculoskeletal
Inspeksi persendian dan jaringan sekitar saat memeiksa berbagai
kondisi tubuh. Amati kemudahan dan rentang gesekan kondisi
jaringan sekitar, setiap deformitas mukuloketal, termasukl
kurvatura abnormal dari tulang belakang.sering mengalami
penurunan kekuatan musculoskeletal dibuktikan dengan skor
kekuatan otot yang menurun dari angka 5.
19. System neurosensori
Penderita Diabetes Melitus biasanya merasakan gejala seperti:
a. Pusing.
b. Sakit kepala
c. Kesemutan, kebas lelemahan otot,parestesia.
d. Gangguan penglihatan.

31
K. Diagnosa Keperawatan
Diagnose keperawatan adalah suatu pernyataan yang jelas tentang masalah
kesehatan pasien yang dapat diatasi dengan tindakan keperawatan.
Diagnose keperawatan secara teoritis pada klien dengan Diabetes Melitus
adalah:
1. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan dieresis osmotic, mual
muntah.
2. Perubahan nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
ketidakadekuatan insulin , penurunanmasukan oral.
3. Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan kadar glukosa tinggi,
penurunan fungsi leukosit/perubahan sirkulasi.
4. Kelemahan berhubungan dengan transport glukosa ke reseptor sel
berkurang.
5. Kurangnya pengetahuan tentang proses penyakit,diet,perawatan,dan
pengobatan berhubungan dengan kurangnya informasi (Rendy, 2012).

L. Intervensi
Perencanaan adalah petunjuk teknis yang menggambarkan secara tepat
mengenai rencana tindakan yang dilakukan terhadap pasien sesuai dengan
kebutuhan berdasarkan diagnose keperawatan.
1. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan diuresis osmotic,
mual muntah
Tujuan : kebutuhan cairan atau hidrasi pasien terpenuhi.
Hasil yang diharapkan :
Tanda vital stabil (TD: 120/80 mmhg, Nadi: 82x/menit, respirasi:
24x/menit, suhu badan: 36,6°c), turgor kulit baik,haluaran urin
normal,kadar elektrolit dalam batas normal.

32
Table 1. Intervensi dan Rasional Diagnosa I

Rasional
Intervensi

Mandiri 1.Hipovolemia dapat ditandai


dengan hipotensi dan takkikardi.
1. Pantau tanda vital.
2. Kaji suhu,warna kulit dan 2.Demam,kulit kemerahan,kering
kelembaban. sebagai cerminan dari dehidrasi.
3. Pantau masukan dan
pengeluaran. 3.Memberikan perkiraan kebutuhan
4. Ukur berat badan setiap hari. akan cairan pengganti.
5. Pertahankan cairan ± 2500
cc/hari jika masukan secara 4.Memberikan hasil pengkajian
oral sudah dapat diberikan. yang terbaik dan status cairan yang
6. Tingkatkan lingkungan yang sedang berlangsung dan selanjutnya
nyaman selimuti dengan dalam memberikan cairan
selimut tipis. pengganti.
7. Catat hal-hal yang dilaporkan
seperti mual,nyeri 5.Mempertahankanan
abdomen,muntah,distensi dehidrasi/volume sirkulasi
lambung.
6.Menghindari pemanasan yang
8. Pantau tanda-tanda dehidrasi,
berlebihan pada pasien yang akan
seperti sering haus.
menimbulkan kehilangan cairan.
Kolaborasi
7.Kekurangan cairan dan elektrolit
9. Berikan terapi cairan sesuai mengubah mobilitas lambung,yang
indikasi. sering menimbulkan muntah
sehingga terjadi kekurangan cairan
dan elektrolit.

8.Tipe dan jumlah cairan tergantung


pada derajat kekurangan cairan
respon pasien secara individual.

9.Mendekompresi lambung dan


dapat menghilangkan muntah.

Sumber: doenges,2001

2. Perubahan nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan


ketidak adekuatan insulin,penurunan masukan oral
Tujuan : kebutuhan nutrisi pasien terpenuhi.
Hasil yang diharapkan :

33
Mencerna jumlah nutrient yang tepat, menunjukan tingkat energy
biasanya, berat badan stabil atau meningkat.

Tabel 2. Intervensi dan Rasional Diagnosa II

Rasional
Intervensi

Mandiri 1.Mengkaji pemasukan makanan


1. Timbang berat badan setiap yang adekuat (termasuk absorpsi).
hari.
2. Tentukan program diet dan pola 2.Mengedintifikasi kekurangan
makan pasien dan bandingkan dan penyimpangan dari kebutuhan.
dengan makanan yang
dihabiskan pasien.\ 3.Hiperglikemi dapat menurunkan
3. Auskultasi bising usus,catat mitilitas,fungsi lambung (distensi
adanya atau ileus paralitik yang akan
nyeri,abdomen,mual,muntah. mempengaruhi pilihan intervensi).
4. Identifikasi makanan yang
disukai. 4.Jika makanan yang disukai dapat
dimasukan dalam pencernaan
makanan,kerjasama ini dapat
diupayakan setelah pulang.
5. Libatkan keluarga dalam
perencanaan makan sesuai 5.Memberikan informasi pada
indikasi. keluarga untuk memahami
kebutuhan nutrisi pasien.
Kolaborasi
6.Sangat bermanfaat dalam
Kolaborasi dengan ahli gizi dalam perhitungan dan penyesuaian diet
pemberian makanan terutama diet. untuk memenuhi kebutuhan
pasien.

7.Menghindari makan yang


banyak mengandung gula dan
lemak dalam mengontrol kadar
gula dalam darah.

8.Sebaiknya makan makanan yang


berserat agar dapat membantu
menurunkan kadar glukosa dalam
darah.

Sumber : Doenges, 2001

34
3. Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan kadar glukosa tinggi,
penurunan fungsi leukosit/perubahan sirkulasi.
Tujuan : mencega terjadinya resiko infeksi.
Hasil yang diharapkan :
Tanda-tanda infeksi tidak ada
Infeksi tidak terjadi

Tabel 3. Intervensi dan Rasional Diagnosa III

Intervensi Rasional

Mandiri

1. Observasi tanda-tanda infeksi 1.Pasien mungkin masuk dengan


dan peradangan. infeksi yang biasanya telah
2. Tingkatkan upaya pencegahan mencetuskan keadaan ketuasidosis
dengan mencuci tangan bagi atau infeksi nosokomial.
semua orang yang
berhubungan dengan pasien, 2.mencegah timbulnya infeksi
meskipun pasien itu sendiri. nosokomial.

3. Pertahankan teknik aseptic 3..kadarglukosa tinggi akan menjadi


prosedur invasif. media terbaik bagi pertumbuhan
kuman.

4. Berikan perawatan kulit 4..sirkulasi perifer bisa terganggu


dengan teratur dan sungguh- yang menempatkan pasien pada
sungguh, massage daerah peningkatan resiko terjadinya infeksi
yang tertekan.jaga kulit tetap kulit dan infeksi.
kering,linen tetap kering dan
5.menurunkan resiko terjadinya
kencang.
penyakit mulut.
5. Bantu pasien melakukan oral
higine. 6.menurunkan kemungkinan
6. Anjurkan untuk makan dan terjadinya infeksi.
minum adekuat.
7. Kolaborasi 7. penanganan awal dapat membantu
Kolaborasi tentang peberian mencegah timbulnya sepsis.
antibiotik yang sesuai.

Sumber:Doenges,2001

35
4. Kelemahan berhubungan dengan transport glukosa ke reseptor sel
berkurang.
Tujuan : kadar glukosa darah normal
Hasil yang diharapkan:
1. Klien tampak ceria
2. Kekuatan otot normal
3. Klien dapat melakukan aktivitas sendiri

Tabel 4. 1. Intervensi dan Rasional Diagnosa V

Rasional
Intervensi

Mandiri
1. Observasi tanda-tanda vital 1.Mengetahui keadaan umum klien.
2. Kaji kemampuanklien dalam
melakukan aktivitas. 2.Mengetahui tingkat aktivitas yang
3. Diskusikan dengan klien dapat ditoleransi secara fisiologis.
kebutuhan akan aktivitas.
4. Bantu klien dalam memenuhi 3.Pendidikan dapat memotivasi
kebutuhan makan dan minum. untuk meningkatkan aktivitas
meskipun klien lemah.

4.Kebutuhan nutrisi klien dapat


terpenuhi.

Sumber : Doenges,2001

5. kurangnya pengetahuan tentang proses penyakit,diet,perawatan,dan


pengobatan berhubungan dengan kurangnya onformasi
Tujuan : pasien mengerti tentang proses keperawatan.
Hasil yang diharapkan :
Pasien mengetahui tentang proses penyakit,diet,perawatan dan
pengobatannya dan dapat menjelaskan kembali bila ditanya.

36
Tabel 5. 1. Intervensi dan Rasional Diagnosa VI

Rasional
Intervensi

Mandiri
1. Kaji tingkat pengetahuan 1.Untuk memberikan informasi pada
pasien/keluarga tentang pasien/keluarga,perawat perlu
penyakit DM dan gangrene mengetahui sejauh mana informasi
2. Kaji latar belakang pendidikan atau pengetahuan yang diketahui
pasien pasien/keluarga.
3. Jelaskan tentang proses
penyakit,diet,perawatan dan 2.Agar prawat dapat memberikan
pengobatan pada apsien dengan penjelasan dengan menggunakan
bahasa dan kata-kata yang kata-kata dan kalimat yang dapat
mudah dimengerti. dimengerti pasien sesuai tingkat
4. Jelaskan prosedur yang akan pendidikan pasien.
dilakukan,manfaatnya bagi
pasien dan libatkan pasien 3.Agar informasi dapat ditrima
didalamnya. dengan mudah dan tepat sehingga
5. gunakan gambar-gambar dalam tidak menimbulkan kesalahpahaman.
meberikan penjelasan (jika
ada/memungkinkan) 4.dengan penjelasan yang ada dan
ikut secara langsung dalam tindakan
yang dilakukan,pasien akan lebih
kooperatif dan cemasnya berkurang.

5.Gambar-gambar dapat membantu


mengingat penjelasan yang telah
diberikan

Sumber : Doenges,2001

M. Implementasi
Pelaksanaan dari rencana tindakan adalah untuk mencapai tujuan yang
lebih spesifik. Tahap pelaksaan dimulai setelah rencana tindakan disusun dan
ditunjukan kepada perawat untuk membantu klien mencapai tujuan yang telah
ditetapkan meliputi peningkatan kesehatan atau penyakit,pemulihan kesehatan
dari fasilitas yang dimiliki.
Perencanaan tindakan keperawatan akan dapat dilaksaanakan dengan baik
jika klien mempunyai keinginan untuk berpartisipasi dalam pelaksanaan tindakan
keperawatan. Selama perawatan atau pelaksanan perawat melakukan
pengumpulan data dan memilih tindakan keperawatan yang paling sesuai dengan

37
kebutuhan klien dan memprioritaskannya. Semua tindakan keperawatan dicatat
kedalam format yang telah ditetapakan institusi. (Miharja,2009)

N. Evaluasi
Evaluasi merupakan langkah terakhir proses keperawatan untuk
melengkapi proses keperawatan, rencana tindakan dan pelaksanaan telah berhasil
dicapai, melalui evaluasi mungkinkan perawatan untuk memonitor apa yang
terjadi selama tahap pengkajian, analisa perencanaan dan pelaksaan tindakan.
Meskipun tahap evaluasi merupakan bagian integral pada setiap tahap proses
keperawatan.(Mihaja,2009)
Yang perlu dievaluasi pada pasien dengan Diabetes Melitus adalah :
1. Volume cairan : Tanda – tanda vital stabil.
2. Nutrisi : jumlah nutrient, tingkat energy dan berat badan.
3. Infeksi : tanda - tanda infeksi.
4. Keseimbangan glukosa dan elektrolit : satatus mental,kekuatan
otot,kerusakan sensori dan tingkat aktifitas.

38
BAB III
TINJAUAN KASUS
A. Pengkajian
1. Identitas klien
Nama : Ny. A.O.
Umur : 51 tahun
Jenis kelamin : Perempuan
Agama : Kristen Protestan
Alamat : Rayonapo
Status : menikah
Pekerjaan : IRT
Pendidikan : SLTA
Tanggal/jam MRS : 23 juni 2015 jam 11.45 Wita
Tanggal/jam pengkajian : 24 jini 2015 jam 11.00 Wita
No.Med.Rec : 00.44.63.68
Diagnosa : Diabetes Mellitus

2. Genogram
Gambar 3. 1 Genogram

Keterangan :

= laki-laki = Klien

= Perempuan = Hubungan keluarga

= Meninggal = Tinggal Serumah

39
3. Riwayat kesehatan
a. Keluhan utama MRS
Tubuh klien terasa lemah
b. Riwayat keluhan utama
Awalnya klien merasa lemah sejak 1 hari sebelum masuk rumah
sakit. Berat badan menurun 20 kg dalam 1 tahun terakhir dan nafsu
makan menurun.
c. Riwayat kesehatan sekarang/saat dikaji
Saat dikaji pada tanggal 24 juni 2015 jam 11.00 wita,klien
terbaring di tempat tidur, kesadaran compos mentis. Klien juga
mengatakan badan masih terasa lemah, sulit menelan dan belum
ada nafsu makan. Aktivitas klien dibantu oleh perawat dan
keluarga.pada extremitas atas sebelah kiri terpasang IVFD Ns 0,9%
20 gtt/menit.
Tanda-tanda vital :
Tekanan darah : 110/80 Mmhg
Respirasi : 24x/menit
Nadi : 88 x/menit
Suhu Badan : 36,6°C
d. Riwayat kesehatan dahulu
klien mengatakan pada tahun yang lalu klien pernah mengalami
penyakit seperti ini tapi tidak rajin control dan terakhir minum obat
gliquidon 30 mg.
e. Riwayat kesehatan keluarga
Dalam keluarga klien tidak ada yang mengalami penyakit seperti
yang diderita oleh klien.
f. Riwayat psikososial spiritual
Selama dirawat dirumah sakit klien selalu bertanya-tanya tentang
keadaannya kepada perawat dan dokter karena klien merasa cemas
akan penyakitnya. Hubungan klien dengan orang lain terjalin
dengan baik dan klien selalu bersosialisasi/bergaul dengan orang-
orang sekitarnya. Klien sangat senang dengan adanya keluarga

40
yang selalu menjaga serta member motivasi dan doa untuk
kesembuhanny. Klienberagama Kristen advent dan selalu taat
beribadah pada saat buka sabat dan tutup sabat di gerja.
g. Riwayat kesehatan lingkungan
Klien mengatakan klien tinggal serumah dengan anak pertamanya
yang belum menikah. Klien dan anaknya tinggal dirumah
permanen dengan lingkungan yang bersih, ventilasi dan
pencahayaan baik, penerangan menggunakan listrik, mempunyai
kamar mandi, wc serta tempat pembuangan sampah.

4. Nutrisi-Metabolik
a. Nutrisi
Sebelum masuk rumah sakit :
Nafsu makan baik, frekuensi tiga kali sehari dengan menu makan
bervariasi yaitu nasi,ikan, sayur dan kadang-kadang mengkonsumsi
daging serta buah. Klien hanya makan sebanyak 10-12 sendok,
minum air putih ± 8 gelas/hari.
Saat dikaji :
selera makan klien berkurang frekuensi makan tiga kali sehari
dengan jenis makan bubur. Klien makan hanya 4-5 sendok,
sedangkan minum ± 7 gelas/hari dengan jenis air putih.
b. Eliminasi
Sebelum masuk rumah sakit :
Klien BAK dengan frekuensi 7-8 kali sehari, warna kuning jernih,
bau khas urine klien mengalami poliuria karena sering minum.
Kesulitan BAK tidak ada. Klien BAB 1-2 sehari dengan konsistensi
lembek, bau khas feces, berwarna kuning dan tidak mengalami
kesulitan saat BAB.
Saat dikaji :
Klien BAK dengan frekuensi 6-7 kali sehari, warna kuning jernih,
bau khas urine,klien sering dibantu oleh perawat dan keluarga
untuk BAK. Saat dikaji klien mengatakan belum BAB sejak 4 hari
lalu.

41
c. Istirahat dan tidur
Sebelum masuk rumah sakit :
Klien biasa tidur siang dari jam 14.00-16.00 wita dan tidur malam
hari dari jam 21.00-05.00 wita, klien sering terbangun pada malam
hari karena haus dan BAK.
Saat dikaji :
klien tidur siang mulai jam 14.00-16.00 wita dan jam tidur malam
hari tidak menentu karena klien mengalami insomnia atau susah
tidur. Lama jam tidur malam sekitar 3-4 jam itupun sering
terbangun karena haus dan BAK. Klien juga selalu berdoa sebelum
tidur.
d. Aktivitas
Sebelum masuk rumah sakit:
Klien bisa melakukan aktivitas sebagai ibu rumah tangga dan
dibantu oleh anaknya.
Saat dikaji :
aktivitas klien terbatas dimana klien tidak bisa melakukan aktivitas
sehari-hari tanpa bantuan dan pengawasan orang lain, aktivitas
berada pada skala 2, karena badan terasa lemah dan mudah lelah.
Klien sering dibantu perawat dan anak klien.
0 : Dilakukan secara mandiri
1 : Menggunakan alat
2 : menggunakan bantuan,pengawasan dan pengawasan orang lain
3 : menggunakan bantuan,pengawasan dan alat bantu.
e. Personal hygiene
Sebelum sakit :
Klien biasanya mandi dua kali sehari dengan menggunakan sabun
mandi dan shampoo. Sikat gigi dengan menggunakan pasta gigi.
Saat dikaji :
Perawat dan keluarga membantu memandikan klien dengan cara
wash lap.

42
5. Pemeriksaan Fisik
Keadaaan umum : Lemah
Kesadaran : Compos mentis
Tanda-tanda vital : TD : 110/80 mmhg,N : 88 x/m,
R : 24 x/m,SB : 36,6%C
Tinggi badan : 154 cm
Berat badan sebelum sakit : 66 kg
Berat badan saat sakit : 43 kg
a. Kepala dan wajah
Warna rambut : Hitam beruban
Penyebaran : Merata
Bentuk kepala : Bulat
Kesimetrisan : Simetris kiri dan kanan
Nyeri tekan : Tidak ada nyeri tekan
Benjolan pada kepala : Tidak ada benjolan
b. Mata
Bentuk mata : Simetris kiri dan kanan
Sklera : Tidak ikterus
Konjungtiva : anemis
Pipil dan reflex : Simetris kiri dan kanan, reflex pupil
Mengecil saat sinar masuk
Gangguan penglihatan : Tidak ada gangguan penglihatan
Tekanan bola mata : Tidak ada nyeri tekan
c. Hidung dan sinus
Nasal septum : Tegak lurus
Membran mukosa : kemerahan
Obstruksi : Tidak ada obstruksi
Sekret : tidak ada secret
Sinus maksilaris : Tidak ada nyeri tekan
Sinus frontalis : Tidak ada nyeri tekan
d. Telinga
Bentuk : simetris kiri dan kanan
Peradangan : Tidak ada peradangan
Serum : Ada serumen
Fungsi pendengaran : Baik
e. Mulut
Bentuk : Simetris
Bibir : Lembab
Gusi : Warna merah muda
Pendarahan pada gusi : Tidak ada
Beslag : Tidak ada
Caries : Tidak ada

43
f. Leher
Warna kulit : SAwo matang
Pembengkakan : Tidak ada
Tyroid : tidak ada pembesaran
g. Dada dan thorax
Inspeksi :
Bentuk dada : Normal chest
Kesimetrisan : Simetris kiri dan kanan
Frekuensi nafas : 24 x/m
Irama nafas : teratur
Palpasi :
Massa : Tidak teraba adanya massa
Nyeri tekan : Tidak ada nyeri tekan
Perkusi :
Suara : Sonor
Auskultasi :
Bunyi nafas : vesikuler
h. Abdomen
Inspeksi
Bentuk : Datar
Warna kulit : sawo matang
Letak umblikus : Memusat
Palpasi
Nyesi tekan : Tidak ada nyeri tekan
Turgor kulit : Kembali cepat
Perkusi
Bunyi : tympani
Auskultasi
Bising usus : Normal
i. Genetalia dan anus
Tidak ada kelainan,hemoroid tidak ada
j. Ekstremitas
9) Ekstremitas atas
Pergerakan terbatas karena terpasang IVFD Ns,0,9%20 gtt/m.
10) Ekstermitas bawah
Dapat bergerak bebas, tapi terdapat kelemahan, edema tidak ada,
mudah lelah.

44
6. Pemeriksaan Penunjang
Tabel 7 .1 pemeriksaan Laboratorium

Tanggal Jenis Hasil Normal


Pemeriksaan

24-06-2015 GDS 124 mg/dL <200


GDP 222 mg/dL 70-125
Creatinin 0,9 mg/dL 0,6-1,1
Ureum 30 mg/dL 20-40
SGOT 19 U/L 0-33
SGPT 12 U/L 0-43
Total cholesterol 111 mg/dL 133-
HDL cholesterol 21 mg/dL 200
LDL cholesterol 72 mg/dL >40
Trigliderida 88 mg/dL 60-130
Natrium 120 mmol/L 30-90
Kalium 1.52 mmol/L 135-
Chloride 86.1 mmol/L 153
25-06-2015 GPD 151 mg/Dl 3-5
GDS 98-109
CH 23,9 pg <70-
CHC 31,1 g/Dl 125
CV 76,8 f1
Leukosit a. / uL 27-35
Eritrosit 2,72 106 /pL 30-40
Hemoglobin 6,5 g/Dl 80-100
Hematokrit 20,9 % 4.000-
Trombosit 341 10³ /Pl 10.000
26-06-2015
GDP 135 mg/ dL 4,20-
5,40
12-16
37-47
150-
450
70-125

45
7. Terapi pengobatan
a.IVFD Ns 0,9 % 20 gtt/menit
b. Novorapid 3x4 iu SC
c. Levemir 1x6 iu SC
d. GDS 4 Porsi
e. Natbic 3x1

8. Klasifikasi Data
Tabel 8. 1. Klasifikasi Data

DATA
DS :
a. Klien mengatakan badanya terasa lemah
b. Klien mengatakan sulit untuk menelan
c. Klien mengatakan tidak ada napsu makan
d. Klien mengatakan susah untuk tidur
e. Klien mengatakan lama jam tidur hanya 3-4 jam dan itupun sering
terbangun karena haus dan BAK

DO :
a. Porsi makan tidak dihabiskan
b. Klien akan hanya 4-5 sendok
c. Berat badan sebelum sakit 66 kg saat dikaji 43 kg
d. KU : Lemah
e. Klien hanya terbaring ditempat tidur
f. Aktivitas klien dibantu oleh perawat dan keluarga skala : 2
g. Wajah klien tampak pucat
h. Palpebra hitam
i. Kunjungtiva anemis
j. HB : 6,5 g/dl
k. IVFD Ns 0,9% gtt/menit

1. Tanda-tanda vital
Tekanan Darah : 110/80
Nadi : 88x/menit
Respirasi : 24x/menit
Suhu Badan : 36,6°C

46
9. Analisa Data
Tabel 9. 1Analisa Data

No Data Etiologi Masalah


1. DS : Glukosa darah dalam Nutrisi kurang dari
Klien mengatakan kurang Darah meningkat kebutuhan tubuh
Napsu makan ↓
DO : Pembongkoran
a. Porsi makan tidak dihabiskan. glikogen suplai glukosa
b. BB sebelum sakit 66 kg. ke jaringan berkurang
Saat dikaji 43 kg. ↓
Penurunan massa otot


Penurunan berat badan

Intake nutrisi tidak
adekuat

Nutrisi kurang dari
kebutuhan tubuh

2. DS :
Klien mengatakan tubuhnya Transport glukosa ke Hambatan
terasa lemah reseptor sel menurun Mobilitas fisik
DO : ↓
a. KU : lemah Metabolism sel
b. Klien terbaring ditempat menurun karena
tidur glukosa intrasel
c. Aktivitas klien dibantu oleh menurun
perawat dan keluarga ↓
Skala : 2 Dibantu oleh perawat ATP tidak terbentuk.
dan keluarga klien ↓
Energi berkurang

Kelemahan

Hambatan mobilitas
fisik

47
No Data Etiologi Masalah
3. DS : Diuresis polisipsi Gangguan pola
klien mengatakan ia sering dan poliuria Tidur
terbangun pada malam hari dan ↓
mengalami insomnia Sering minum dan
BAK

Kurang istirahat
tidur
DO :
a. Klien tampak pucat
b. Lama tidur 3-4 jam Gangguan pola tidur
c. Palpebra hitam
d. Konjungtiva pucat
d. Hb : 6,5 g/dl

48
B.Care plan
ASUHAN KEPERAWATAN
Nama : Ny. A.O No.Med.Rec : 00.44.63.68
Umur : 51 tahun Diagnosa Medik : Diabetes Mellitus
Jenis kelamin : Perempuan
Tabel 10. 1 Proses Keperawatan

Perencanaan
No. Diagnosa Implementasi Evaluasi
Keperawatan
Tujuan Intervensi Rasional
1. Perubahan nutrisi : Nutrisi klien dapat Tanggal 24 juni 2015 Tanggal 24 juni
kurang dari terpenuhi setelah Jam : 11.00 Wita 2015
kebutuhan tubuh
diberikan tindakan 1. Kaji tanda- 1. Untuk 1. Mengkaji tanda- Jam : 13.00
berhubungan dengan
ketidak adekuatan keperawatan tanda vital. mengetahui tanda vital : S:
insulin, penurunan selama 3 hari keadaan TD : 120/90 a. Klien
masukan oral yang
dengan kriteria umum klien mmhg mengata
ditandai dengan :
hasil : Nadi : kan
84x/menit belum
Respirasi : ada
24x/menit napsu
Suhu badan : makan.
36,6˚

49
Perencanaan
No. Diagnosa Implementasi Evaluasi
Tujuan Intervensi Rasional
Keperawatan
DS : Jam : 11.30 Wita
a. Klien 4. Klien
a. Klien 2. Timbang 2. Mengkaji 2. menimbang
mengataka mengataka
mengatakan berat badan pemasukan berat badan n masih
tidak ada n naspsu
sulit untuk
makan setiap hari makanan yang klien
napsu makan. menelan.
adekuat hasil : 41 kg
b. Klien b. KU:
Jam : 11.40 wita
mengatakan lemah
3. Identifikasi 3. Jika makan 3. Klien
sulit untuk
O : klien makan
menelan. makan yang yang disukai menyukai
c. Porsi hanya
disukai/dikeh klien dapat makan seperti
makan
5-6sendok.
dihabiskan endaki dimasukan sayur dan ikan
DO : A : Masalah
(1 piring termasuk dalam laut.
a. Porsi makan
atau ± 300 belum
tidak kebutuhan perencanaan
gr) Teatasi.
dihabiskan. etnik/kultural makan,
b. BB sebelum P : Lanjutkan
d. GDP . kerjasama ini
sakit 63 kg.
dalam intervensi
c. BB saat dapat
batas keperawatan
dikaji 40 kg. diupayakan
normal
1,2,3 dan 4.
70-

50
Perencanaan
No. Diagnosa Implementasi Evaluasi
Tujuan Intervensi Rasional
Keperawatan
Setelah
pulang. Jam 11.50 Wita
4. Lakukan 4. Gula darah akan 4. Memeriksa gula
pemeriksaan menurun perlahan darah puasa 222
gula darah dengan terapi mg/dl.
dengan insulin terkontrol.
menggunakan
“finger stick”. Jam 11.55 wita
5. Tentukan 5. Mengidentifikasi 5. Klien diet hanya
program diet kekurangan dan makan nasi,
dan pola penyimpangan ikan sayur dan
makan pasien dari kebutuhan buah.
dan terapeutik
bandingkan
dengan makan
yang dapat
dihabiskan
klien.

51
Perencanaan
No. Diagnosa Implementasi Evaluasi
Tujuan Intervensi Rasional
Keperawatan
Jam 12.00 Wita
6. Kolaborasi 6. insulin regular 6. Memberikan
novorapid 4 iu
dengan dokter memiliki awitan
secara subkutan
untuk cepat dan karenanya sebelum makan.
pemberian dengan cepat pula
terapi insulin 4 membantu
unit. memindahlan
glukosa kedalam sel
2. Hambatan mobilitas Kebutuhan Tanggal 24-06-2015 Tanggal 24-06-
fisik berhubungan aktivitas Jam : 11.22 Wita 2015
sehari-hari 1. Mengobservasi
dengan kelemahan 1. Mengetahui Jam : 13.10
dapat 1. Observasi dan mencatat
tubuh yang ditandai terpenuhi keadaan umum TTV Wita
tanda-tanda
dengan : setelah diberi klien. TD : 120/90 S: Klien
tindakan vital. mmhg
DS : klien mengatakan
keperawatan N : 84x/m
mengatakan badan selama tiga R : 24x/m badan
terasa lemah. hari dengan SB : 36,6˚ c terasa
kriteria hasil :
lemah.

52
Perencanaan
No. Diagnosa Implementasi Evaluasi
Keperawatan Tujuan Intervensi Rasional
DO : a. Klien Jam 11.55 Wita O:
a. KU : lemah mengata 2. Kaji 2. mengetahui 2.mengkaji a. KU:lema
b. Klien kan kemampuan h
kemampuan tingkat aktivitas
terbaring di adanya klien, dengan b. Aktivitas
klien dalam yang dapat
peningka hasil klien klien
tempat tidur.
tan melakukan ditoleransi secara tampak lemah, masih
c. Aktivitas tingkat aktivitas ringan dibantu
aktivitas. fisiologis.
klien dibantu energi klien masih oleh
dan dibantu oleh perawat
keluarga.
dapat perawat dan dan
Skala: 2 keluarga
memasu keluarga
d. Hb: 6,5 g/dl. ki Jam 12.05 Wita A : Masalah
kebutuha 3.mendiskusika belum
3. Diskusikan 3. Pendididkan teratasi.
n n
dasarnya dengan dapat memotivasi klien tentang P : Lanjutkan
secara klien untuk kebutuhan akan intervensi
mandiri. aktivitas, klien keperawatan
kebutuhan meningkatkan 1,2,3,4
b. KU: mengatakan
baik. akan aktivitas akan dan 5
aktivitas. meskipun klien melaksanakan
anjurkan
lemah.
perawat.

53
Perencanaan
No. Diagnosa Implementasi Evaluasi
Tujuan Intervensi Rasional
Keperawatan
Jam 12.15 Wita
4. Bantu klien 4. kebutuhan nutrisi
4. Membantu klien
dalam klien dapat
dalam
memenuhi terpenuhi.
memenuhi
kebutuhan
kebutuhan
makan dan
makan dan
minum.
minum.

5. Ajarkan pasien 5. untuk mencegah


untuk terjadinya pusing Jam 12.20
5. mengajarkan
bergerak/ dan mata
pasien untuk
beraktivitas berkunang- beraktivitas
atau mengubah kunang. secara perlahan-
lahan. Hasil :
posisi dengan
klien mulai
sering secara duduk dengan
perlahan- bantuan
lahan. keluarga dan
perawat

54
Perencanaan
No. Diagnosa Implementasi Evaluasi
Tujuan Intervensi Rasional
Keperawatan
3. Gangguan pola tidur Klien bisa Tanggal 24 juni 2015 Tanggal 24 juni
berhubungan dengan istirahat tanpa 2015
Jam 11.15 Wita
perubahan pola gangguan Jam 13.00 Wita
1. Kaji 1. Mengetahui 1. Mengkaji tanda- S:
aktivitas yang setelah
a. Klien
ditandai dengan : diberikan tanda- keadaan umum tanda vital.
mengata
DS: tindakan tanda klien. TD : 110/70 kan
a. klien keperawatan masih
vital. mmhg
mengatakan selama 3 hari mengala
susah tidur dengan kriteria N :84x/menit mi susah
pada malam hasil : tidur
R : 24x/menit
pada
hari. a. Klien
SB : 36,6˚c malam
b. Klien melapork hari.
mengatakan an 2. Menurunkan Jam 11.45 Wita
b. Klien
lama jam istirahat kebutuhan akan 2. Menganjurkan mengata
tidur hanya yang kan lama
2. Menganju bangun untuk pergi klien untuk
3-4 jam dan cukup jam tidur
rkan klien kekamar menurunkan 3-4 jam
itu pun sering b. Mampu untuk dan
terbangun mencipta mandi/berkemih. jumlah minum
menurunk masih
karena haus kan pola an jumlah pada sore hari. sering
dan BAK. tidur minum terbangu
yang pada sore n karena
adekuat. haus dan
hari.
BAK.

55
Perencanaan
No. Diagnosa Implementasi Evaluasi
Tujuan Intervensi Rasional
Keperawatan
DO: Jam 11.55 Wita O:
a. Wajah klien 3. Putarkan 3. Menghambat 3. memutarkan a. Wajah
tampak pucat musik yang suara lain dari musik yang klien
b. Palpebra lembut atau lingkungan lembut atau tampak
hitam suara yang sekitar yang akan suara yang pucat.
c. Kojungtiva jernih. menghambat tidur jernih. b. Palpebra
anemis nyenyak. hitam.
4. Berikan 4. Karena aktivitas c. Konjungt
kesempatan fisik dan mental Jam 12.20 Wita iva
klien untuk yang lama dapat 4. memberikan anemis
beristirahat. mengakibatkan kesempatan
kelelahan. klien A: Masalah
5. Anjurkan
5. Meminimalkan beristirahat. belum teratasi
untuk
kebutuhan akan Jam 12.20 P: Lanjutkan
melakukan 5. menganjurkan
berkemih. intervensi
berkemih melakukan
1,2,3,4 dan 5
berkemih
sebelum tidur.
sebelum tidur.

56
C.Catatan perkembangan

Tabel 11. 1 Catatan perkembangan

No. Tanggal / DX Implementasi Evaluasi


Jam

1. 25-06-2015 1 25-06-2015
07.00 1. Memeriksa gula darah puasa Jam 13.10 Wita
(GDP) dengan hasil 151 mg/dl.
S:
08.00 2. Menimbang berat badan klien a. Klien mengatakan
dengan hasil 40 kg. belum ada napsu
makan.

3. Memberikan suntikan b. Klien mengatakan


11.30
Novorapid 4 Iu secara sulit menelan.
subkutan.
12.00 O: Klien makan hanya 5
4. Mengobserbvasi klien makan
sendok.
dan minum dibantu oleh anak
klien.
A: Masalah belum
Klien makan hanya 5 sendok.
teratasi .
5. Memberi tahu klien agar dapat
12.30 P: Lanjutkan intervensi
melaksanakan diet dengan
keperawatan 1,2,3 dan
benar yaitu jumlah kalori yang
4.
diberikan harus habis, jadwal
makan harus sesuai habis,
jadwal makan harus sesuai
dengan interval, dan jenis
makanan manis harus
dihindari.

57
No. Tanggal / DX Implementasi Evaluasi
Jam

2. 25-06-2015 2 25-06-2015
13.30 Wita
1. Mengobservasi tanda-tanda S: klien mengatakan
08.00
vital: badannya masih
TD : 110/80 mmhg lemah.
N : 84x/ menit
R : 24x/menit O:
SB : 36,6˚c a. KU : Lemah
b. Klien sudah dapat
2. Mengkaji kemampuan klien, melakukan
09.20 klien mengatakan badan masi h aktivitas ringan
terasa lemah. seperti makan dan
minum diawasi
11.25 3. Mengobservasi kegiatan klien. oleh perawat dan
keluarga.
Klien sedang istirahat siang.
A: masalah belum
4. Klien makan dan minum teratasi
11.35
dibantu oleh perawat dan
keluarga. P:Lanjutkan intervensi
1,2,3 dan4.
5. Mengajarkan klien untuk
12.00 bergerak/beraktivitas atau
mengubah posisi dengan sering
secara perlahan-lahan.

58
No. Tanggal / DX Implementasi Evaluasi
Jam

25-06-2015 3 25-06-2015
1. Mengkaji tanda-tanda vital. Jam 14.00 Wita
07.30
TD : 110/70 mmhg S:
N : 86x/menit a. Klien mengatakan
R : 24x/menit masih mengalami
SB : 36,7˚c susah tidur pada
malam hari.
2. Menganjurkan klien untuk
09.00
menurunkan jumlah minum b. Klien mengatakan
pada sore hari. lama jam tidur 5-
6 jam dan
3. Memberikan kesempatan klien frekuensi bangun
13.00 beristirahat. karena haus dan
BAK berurang.

13.30 4. Menganjurkan klien untuk O:


berkemih sebelum tidur. a. Wajah klien
tampak pucat.

b. Palpebra hitam.

c. Konjungtiva
anemis.

A: masalah belum
teratasi

P: Lanjutkan intervensi
1,2,3,4 dan 5.

59
No. Tanggal / DX Implementasi Evaluasi
Jam

1. 26-06-2015 1 26-06-205
08.30 1. Memeriksa gula darah puasa Jam 13.30 Wita
(GDP) dengan hasil 135 mg/dl S: klien mengatakan
tidak ada nafsu makan.
08.45 2. Menimbang berat badan klien
dengan hasil 40 kg. O: klien hanya makan 6
sendok.
11.30 3. Memberikan suntikan
novorapid 4 Iu secara A: Masalah belum
subkutan. teratasi

P: Lanjutkan intervensi
12.00
4. Memantau klien makan dan keperawatan 1,2,3 dan 4.
minum dibantu oleh keluarga,
klien makan sebanyak 6
sendok.

5. Memantau klien makan dan


12.30
minum dibantu oleh keluarga,
klien makan sebanyak 6
sendok.

60
No. Tanggal / DX Implementasi Evaluasi
Jam

2. 26-06-2015 2 26-06-2015
08.30 Jam 14.10
1. Mengobservasi kegiatan klien.
S: klien mengatakan
08.30 Klien BAK dibantu oleh
sudah bisa duduk dan
keluarga ke WC.
turun dari tempat tidur
dengan bantuan keluarga
09.10 2. Mengkaji kemampuan klien,
tapi badannya masih
klien mengatakan sudah dapat
terasa melah.
duduk dan bangun dari tempat
tidur dengan bantuan keluarga.
O: klien masih terlihat
lemah.
11.00 3. Memberikan motivasi kepada
klien untuk tetap optimis
A: masalah belum
dalam menghadapi proses
teratasi.
perawatan dan pengobatan.
P: lanjutkan intervensi
13.00 4. Klien makan masih dibantu
keperawatan 1,2,3 dan 4.
oleh keluarga dan perawat.

26-06-2-15
3.
26-052015 1. Mengkaji tanda-tanda vital.
Jam 14.00
TD : 110/70 mmhg
07.30
N : 86x/menit S:
R : 24x/menit
a. Klien mengatakan
SB : 36,7˚c
sudah bisa tidur
nyenyak .
2. Menganjurkan klien untuk
menurunkan jumlah minum b. Klien mengatakan
pada sore hari. lama jam tidur 7-
8 jam dan
3. Memberikan kesempatan klien frekuensi bangun
untuk beristirahat. karena haus dan
BAK berkurang.
4. Menganjurkan klien untuk
berkemih sebelum tidur. O:
a. Palperbra normal.

b. Konjungtiva tidak
anemis

A: Masalah teratasi

P: -

61
BAB IV
PEMBAHASAN

Berdasarkan hasil kasus asuhan keperawatan yang dilakukan pada klien Ny.
A.O dengan Diabetes Mellitus di ruangan C3 RSUP.Prof.Dr.R.D kandou Manado
mulai tanggal 5-7 juni 2014,maka pada bab ini akan dibahas antara teori dengan
pelaksanaan yang diperoleh Pada kasus ini.

A. Pengkajian
Berdasarkan hal diatas,penulis melakukan pengkajian pada klien
Ny. A.O dengan Diabetes Melitus di ruangan C3 RSUP Prof.Dr.R.D.kandou
manado. Melihat dari keluhan utama yang dirasakan klien yaitu : tubuh klien
terasa lemah dan berat badan klien menurun 20 kg dalam satu tahun terakhir.
Maka pada tanggal 24 juni 2015 dilaksanakan pemeriksaan GDP dengan hasil
222 mg/dl. Pada tanggal 26 juni 2015 GDP 151 mg/dl. Dan pada tanggal 27 juni
2015 dilaksanakan pemeriksaan GDP dengan hasil 135 mg/dl, klien dinyatakan
positif menderita Diabetes Melitus. selain data-data di atas, penulis juga
mendapatkan data: klien tidak ada nafsu makan dank lien terpasang infuse Ns
0,9% 20 gtt/m di tangan kiri.
Tanda dan gejala secara umum klienb dengan Diabetes Melitus adalah
poliuria,polidipsi,dan polifagia. Sedangkan gejala lain yang sering timbul rasa
gatal di kemaluan pada bekas kencing.
Dengan demikian berdasarkan pengkajian yang dilakukan pada klien Ny. A.O
dengan Diabetes Melitus,keluhan utama klien hanya sebagian yang sesuai
dengan teori, maka disimpulkan bawah teori-teori yang dipelajari hanya
sebagian yang sesuai dengan apa yang didapatkan pada lahan praktek karena
respon tiap individu berbeda dan ketidaksesuaian tergantung pada berat
ringannya kasus klien.

62
B. Diagnose
tinggi, penurunan fungsi leukosit/perubahan sirkulasi. Keempat perubahan
sensori-perseptual berhubungan dengan ketidak seimbangan glukosa dan
elektrolit. Kelima kelemahan berhubungan dengan transport glukosa ke reseptor
sel berkurang, dan keenam kurangnya pengetahuan tentang proses penyakit Pada
teoritis diagnose keperawatan menurut Doenges 2001 terdapat enam
Diagnose keperawatan ,yaitu:pertamakekurangan volume cairan berhubungan
dengan diuresis osmotik, mual’muntah. Kedua perubahan nutrisi: kurang dari
kebutuhan tubuh berhubungan dengan ketidak adekuatan insulin,penurunan
masukan oral. Ketika resiko tinggi infeksi berhubungan dengan kadar
glukosa,diet,perawatan, dan pengobatan berhubungan dengan kurangnya
informasi.
Dari tinjauan kasus ada tiga diagnose keperawatan yang muncul pada klien
Ny. A.O dengan Diabetes Melitus,yaitu perubahan nutrisi: kurang dari
kebutuhan tubuh berhubungan ketidak adeukuatan insulin,penurunan masukan
oral.sedangkan untuk diagnose kedua dan ketiga yaitu hambatan monilitas fisik
berhubungan dengan kelemahan tubuh dan gangguan pola tidur berhubungan
dengan perubahan pola aktivitas tidak berdasarkan teori yang didapat tetapi data
yang didapat dari pengkajian sesuai dengan masalaj yang ditemukan dan sesuai
dengan respon klien.

C. Perencanaan
Untuk mengatasi masalah yang dihadapi oleh klien Ny.A.O dengan Diabetes
Melitus, penulis menyusun rencana yang disesuaikan dengan masing-masing
masalah atau diagnose keperawatan yang ditemui. Penulis juga mengambil
beberapa intervensi pada diagnose keperawatan teori Diabetes Melitus menurut
Doenges,2001 yang dianggap sesuai dengan perencanaan untuk mengatasi
masalah yang ditemukan pada klien. Perencanaan diagnose keperawatan
inidiarahkan pada pencegahan komplikasi dan menangani masalah yang sedang
dialami klien, yaitu dengan menggunakan metode observasi keadaan klien,
tindakan mandiri perawat, penyuluhan kesehatan, dan tindakan kolaborasi.

63
D. Pelaksanaan
Pada pelaksanaan semua sesuai dengan intervensi dan dapat dilakukan
sebagian menurut teori dan sebagian tidak sesuai teori namun disesuaikan
dengan kebutuhan dan respon klien. Dimana faktor penunjang dalam
pelaksanaan di RSUP.Prof.Dr.R.D. Kandou Manado adalah adanya kerjasama
yang baik antara klien, keluarga, dan tim kesehatan lainnya dan tersedianya
literature atau landasan teori dengan masalah sehingga dapat membantu penulis
dalam proses Asuhan keperawatan dan peralatan yang digunakan tersedia di
ruangan maupun pada keluarga serta penyediaan obat yang tidak pernah
terlambat dan tepat.

E. Evaluasi
Dari semua masalah yang ditemukan, ada dua masalah yang tidak teratasi.
Pada diagnose pertama dan diagnose kedua yaitu perubahan nutrisi kurang dari
kebutuhan tubuh berhubungan dengan kurangnya suplai glukosa ke jaringan dan
hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan kelemahan tubuh. Diagnosa
tersebut belum teratasi karena keterbatasan waktu dimana penulis hanya
diberikan waktu selam 3 hari, sehingga untuk masalah perubahan nutrisi kurang
dari kebutuhan nutrisi berhubungan dengan kurangnya suplai glukosa ke
jaringan dan hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan kelemahan tubuh,
masih memerlukan perawatan lanjutan. Untuk diagnose ketika masalah telah
teratasi yaitu gangguan pola tidur berhubungan dengan perubahan pola aktivitas.

64
BAB V
PENUTUP

Setelah penulis menguraikan tentang asuhan keperawatan pada klien Ny.A.O


dengan Diabetes Mellitus Tipe du ruangan C3 bagian interna RSUP . Prof.
Dr.R.D.kandou manado dari tanggal 24-26 juni 2015 penulis dapat
mengumukakan :

A. Kesimpulan
1. Dalam pelaksanaan Asuhan Keperawatan pada klien Ny. A.O dengan
Diabetes Melitus telah dilakukan pendekatan mulai dari pengkajian
sampai evalusai. Dalam pengkajian dilakukan wawancara dengan
keluarga klien, klien, tim kesehatan dan observasi selama 3 hari berturut-
turut dengan menggunakan catatan medik, catatan keperawatan, dan
berbagai litratur sebagai acuan.
2. Adanya kesenjangan antara teori dan pelakasanaan selama di lahan
praktek. Dimana, dari keenam diagnose pada teori Doenges, 2001 yang
ditemukan dilahan yaitu sebanyak satu diagnose yang sesuai teori dan dua
diagnose keperawatan yang sesuai dengan respon klien.
3. Faktor penunjang dalam pelaksanaan di RSUP. Prof.Dr.R.D> kandou
manado adalah adanya kejasama yang baik antara klien dengan tim
kesehatan lainnya dan tersedianya literature atau landasan teori dengan
masalah sehingga dapat membantu penulis dalam proses asuhan
keperawatan. Faktor penghambat tidak ditemukan dalam penerapan
asuhan keperawatan pada klien Diabetes Melitus karena adanya
kerjasama yang terjalin antara penulis, perawat ruangan.dan klien.

B. Saran
1. Bagi Rumah Sakit
Bagi perawat-perawat pelaksana,sebaiknya tindakan keperawatan yang
diberikan harus sesuai dengan teori dan konsep yang telah didapat.
Perawat diharapkan dapat mempertahankan dan lebih meningkatkan
hubungan kerjasama yang baik dengan tim medis, petugas kesehatan dan
keluarga klien dalam memantau kesehatan klien tanpa mengesampingkan
kebutuhan dari klien.

65
2. Bagi Insitusi Pendidikan
Diharapkan bagi insitusi pendidikan agar lebih memperbanyak literature
atau referensi yang berhubungan dengan penyakit Diabetes Melitus agar
dapat membantu sekaligus mempermudah mahasiswa dalam
mendapatkan literature dalam penyelesaian tugas akhir pendidikan.
3. Bagi klien
Diharapkan pada klien agar dapat menjaga pola atau gaya hidup serta
dilingkungan sekitar klien guna menghindari penyakit Diabetes Melitus.
4. Bagi Mahasiswa Keperawatan
Dalam melaksanakan asuhan keperawatan pada klien dengan Diabetes
Melitus jangan hanya berdasarkan pada teori saja tetapi harus melihat
kebutuhan dan respon klin.

66
DAFTAR PUSTAKA

Anonimous.,2010. (online) http://forum.ciremai.com/konsep-diabetes-melitus :


Keperawatan-medikal-bedah.html, diakses bulan juli

Brunner dan Suddarth, 2002. Buku ajar keperawatan medical bedah, Edisi 8
Jakarta:EEC

Trisnawat. (2013).
Buku ajar Keperawatan Medikal Bedah.

Miharja 2009: Awad dkk, (2013). “Askep pada klien Dengan Diabetes Mellitus”
Jakarta : EGC

Doenges, marilyn E,(2000). Penerapan proses keperawatan dan diagnosa


Keperawatan. Jakarta : EGC

Doenges, 2001. Rencana asuhan keperawatan edisi 3 hal 726-237 : penerbit buku
kedokteran

Rendy Clevo. M, TH Margaret, 2012. Asuhan keperawatan Medikal Bedah Dan


Penyakit dalam. Yogyakarta : Nuha Medika.

Nugroho Taufan. 2011. Asuhan Keperawatan Maternitas, Anak, Bedah, Penyakit


dalam. Yogyakarta : Nuha Medika.

Padila.2012. Keperawatan Medikal Bedah. Yogyakarta: Nuha Medika.

Riyardi, Sujono; Sukarmin, 2008. Asuhan Keperawatan pada pasien dengan


Gangguan Eksokrin dan Endokrin pada Pankreas. Yogyakarta: Graha Ilmu
.
WijayaS. Andra dkk,(2013). Asuhan Keperawatan Medikal Bedah 2: Keperawatan
dewasa Teori Dan Contoh Askep. Bengkulu: Nuha Medika.

Waspadji, Sarwono ; Soeparman. 2003. Ilmu Penyakit Dalam. Edisi III. Jilid 2.
FKUI : Jakarta.

67
LAMPIRAN

Lampiran 1

Format Pengkajian

A. Pengkajian
1. Identitas klien
Nama
Umur
Jenis kelamin
Agama
Alamat
Pendidikan
Status
Pekerjaan
Tanggal masuk/jam
Tanggal pengkajian/jam
No.Rec. Medik
Diagnosa medis
2. Genogram
3. Riwayat kesehatan
4. Keluhan utama
Riwayat kesehatan sekarang/ saat dikaji
Riwayat kesehatan dahulu
5. Riwayat kesehatan keluarga
6. Riwayat psikososial
a. Riwayat spiritual
b. Aktivitas sehari-hari
c. Nutrisi
7. Cairan
Sebelum sakit
Saat dikaji
8. Eliminasi
Sebelum sakit
Saat dikaji
9. Istirahat tidur
Sebelum sakit
Saat dikaji
10. Personal hygiene
Sebelum sakit
Saat dikaji

68
11. Aktifitas mobilitas fisik
Sebelum sakit
Saat dikaji

B. Pemeriksaan fisik
1. Keadaan
a. Keadaan sakit
b. Tanda-tanda vital
Tekanan darah
Nadi
Respirasi
Suhu badan
c. Tinggi badan
d. Berat badan
Sebelum sakit
Saat dikaji
2. Kepala dan wajah
a. Kepala
Inspeksi:
Warna rambut
Bentuk kepala
Rambut berketombe
Penyebaran
Alopesia
Berbau
Palpasi:
Nyeri tekan
Benjolan di kepala
b. Wajah
Inspeksi:
Ekspresi wajah
Pigmentasi
Acne
Tremor
Palpasi:
Nyeri tekan
Pembengkakan
3. Mata
Inspeksi:
Kelopak mata
Sklera
Konjungtiva
Visus

69
4. Hidung dan sinsus
Inspeksi:
Nasal septum
Membran mukosa
Obstruksi
Palpasi:
Sinus frontalis
Sinus maksilaris
5. Telinga
Inspeksi:
Bentuk
Warna daun telinga
Lesi
Serumen
Otore
Pendengaran
6. Mulut
Inspeksi:
Bentuk bibir
Kondisi bibir
Warna bibir
Warna mukosa
7. Leher
Inspeksi:
Warna kulit
Pembengkakan
Pembesaran kelenjar tiroid
Letak trachea
Kelenjar limfe
8. Thoraks dan paru
Inspeksi:
Jenis pernafasan
Irama pernafasan
Palpasi:
Massa
Nyeri tekan
Vikal premitus
Auskultasi:
Bunyi suara nafas
9. Abdomen
Inspeksi:
Warna kulit
Karakteristik permukaan
Jaringan perut

70
Letak umbilikus
Palpasi:
Nyeri tekan
Turgor kulit
10. Genetalian dan anus
Inspeksi:
Merah radang
Terpasang kateter
11. Ekstremitas
a. Ekstremitas atas
Inspeksi:
Simetris kiri dan kanan
Oedema
Lesi
Tremor
b. Ekstremitas bawah
Inspeksi:
Simetris kiri dan kanan
Oedema
Lesi
Tremor
c. Kulit
Inspeksi:
Warna kulit
Turgor kulit
Tekstur
Lesi
Suhu
d. Kuku
Inspeksi:
Bentuk
Warna kuku

71
C. Pemeriksaan penunjang

1. Pemeriksaan laboratorium
Jenis
pemeriksaan Hasil Normal Satuan

2. Pemeriksaan GDS dan GDP

D. Therapi pengobatan

72
Lampiran 2

Glosarium
Hiperglikemi : Tingginya kadar glukosa dalam darah

Hipoglikemia : Rendahnya kadar glukosa dalam darah

Glukosaria : Peradangan pada pankreas

Poliuria : Sering kencing

Polidipsi : Sering minum

Polafagia : Sering makan

Ketoasidosis diabetik : Komplikasi diabetes yang terjadi ketika gula darah


tidak cukup terkontrol yang di tandai dengan nafas
berbau keton.

Hipersomolar Non Ketotik : keadaan koma akibat dari komplikasi diabetes melitus
dimana terjadi gangguan metabolisme yang ditandai
dengan kadar gula darah meningkat.

Mikrovaskular : komplikasi diabetes melitus yang mengenai


pembuluh darah arteri yang besar.

Neuropati : komplikasi diabetes melitus yang menyerang sistem


saraf.

Atherosklerosis : Radang pada pembuluh darah manusia yang


disebabkan penumpukan plak ateromatus.

Stupor (supor koma) : Keadaan seperti tertidur lelap, tetapi ada respon
terhadap nyeri.

Latargi : Mudah tertidur dan terbangun apabila diberi


rangsangan suara.

Alopesia : Kebotakan

Takipnea : pernafasan cepat dan dangkal.

Chyne stoke : siklus pernafasan yang ampliudonya mula-mula


dangkal, makin naik makin menurun dan berhenti.

Stidor : suara abnormal bernada tinggi.

Mengi (wheezing) : Bunyi nafas seperti beriul

Vasikuler : Suara nafas normal atau bernada rendah terdengar


lebih panjang pada fase inspirasi dari pada ekspresi dan
kedua fase bersambung.
73
Bronko vesikuler : Kombinasi suara tinggi dengan inspirasi dan ekspirasi
yang jelas dan tidak aa silent gaps.

Efusi pleura : Penimbunan cairan di dalam rongga pleura.

Karotenemia : Peningkatan kadar karoten di dalam darah sehingga


warna kulit menjadi kuning.

Dehidrasi : kehilangan cairan dalam tubuh secara berlebihan.

Sianosis : Kebiruan pada kulit.

Eksoftalmus : Penonjolan abnormal pada salah satu atau kedua bola


mata.

Strabismus (mata juling) : Gangguan visual dimana mata tidak sinkron dan titik
fokus menuju kearah yang berbeda.

Dermatitis : Peradangan pada kulit

Seborea : Peradangan pada kulit bagian atas atau menimbulkan


sisik.

Aparatus Lakrimalis : Bagian mata yang memproduksi air mata.

Opaktasis atau katarak : kekeruhan pada lensa mata yang mengakibatkan


penglihatan kabur.

Miosis : Pupil yang berkontraksi

Midriosis : pupil yang membesar

Anisokor : pupil yang tidak sama pada kedua mata.

Inspeksi : metode pemeriksaan fisik melalui pengamatan atau


menggunakan indra penglihatan

Palpasi : Metode pemeriksaan fisik dengan menggunakan indra


perabaan dan penekanan bagian tubuh dengan

Perkusi : menggunakan jari atau tangan

Auskultasi : Metode pemeriksaan fisik dengan cara mengetuk

Auskultasi : metode pemeriksaan fisik dengan cara mendengarkan


suara yang dihasilkan oleh tubuh.

Ikterus : menguningnya warna sclera mata

Isokor : Keadaan dimana kedua pupil bentuknya sama besar

Gingivitis : peradangan pada gusi

74
Faringitis : penyakit peradangan yang menyerang tenggorokan

Limfodenopati : pembesaran kelenjar limfe

Takikardia : denyut jantung yang cepat

Distrimi : Tidak teraturnya irama jantung

Strie : Garis-garis pada kulit

Sirosis hepatis : Kelainan bentuk dan fungsi hati

Hepatomegali : pembesaran hati melebihi ukuran yang normal

Splenomegali : pembesaran limpa

Timosis : penyempitan atau perlengketan kulup penis sehingga


kepala penis tidak bisa terbuka sepenuhnya.

Hiposfadia : suatu kondisi dimana pembukaan uretra berada pada


posisi abnormal dipenis.

75
CURICULUM VITAE

1. Identitas Pribadi
Nama : Irahana Sualang
Nim : 11 01 796
Tempat, Tanggal Lahir : Pangu,13 agustus 1993
Suku Bangsa : Minahasa/Indonesia
Agama : Kristen Protestan
Alamat : Pangu 1, Kecamatan Ratahan

2. Riwayat Pendidikan
a. Sekolah dasar Impres Pangu, Tamat tahun
b. Sekolah Menengah Pertama Negri 1 ratahan,Tamat tahun
c. Sekolah Menengah Atas Negri 1 Tondano, Tamat tahun
d. Masuk Pendidikan Akademi Keperawatan Rumkit Tk.III Manado
Tahun 2012

76

Anda mungkin juga menyukai