BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kesehatan merupakan keadaan sempurna baik fisik, mental
maupun sosial yang memungkinkan setiap orang untuk hidup produktif
secara sosial ekonomi dan tidak hanya bebas dari penyakit dan cacat.
Kesehatan merupakan hal yang paling penting dalam hidup yang tercermin
pada pemenuhan kebutuhan dasar pada manusia. Seiring dengan kemajuan
kesehatan di masyarakat yaitu akan pentingnya kesehatan sehingga masih
banyak sekali masalah kesehatan yang harus dihadapi terutama pada usia
produktif atau usia remaja sampai pra lansia (Notoadmodjo, 2012)
Saat ini penyakit noninfeksius seperti halnya Penyakit Tidak
Menular (PTM). Penyakit tidak menular yang sering dijumpai di kalangan
masyarakat salah satunya adalah penyakit diabetes melitus. Diabetes
melitus merupakan salah satu penyebab utama yang menyebabkan
kebutaan, serangan jantung, stroke, lakukan upaya pencegahan sekarang,
diabetes mellitus dapat dicegah atau kejadiannya dapat ditunda (WHO,
2016).
Angka kejadian Diabetes Mellitus di Dunia memperkirakan
sedikitnya terdapat 436 juta jiwa pada usia 20-70 tahun di dunia yang
menderita Diabetes Mellitus atau setara dengan angka prevelensi 9,3%
dari total penduduk pada usia yang sama. Prevelensi diabetes di Indonesia
berdasarkan diagnosis dokter pada umur 15 tahun sebesar 2%. Angka ini
menunjukan peningkatan dibandingkan prevelensi diabetes mellitus pada
penduduk 15 tahun pada tahun 2013. Namun prevelensi diabetes mellitus
pada tahun 2013 sebanyak 6,9% dan pada 2018 yaitu 8,5%. Angka ini
menunjukan bahwa baru sekitar 25 % penderita diabetes baru mengetahui
bahwa dirinya menderita diabetes mellitus (Riskesdas, 2018).
2
E. Sitematika
Sistematika penulisan Karya Tulis Ilmiah dengan judul asuhan
keperawatan pada pasien dengan gangguan system endokrin: Diabetes
Mellitus. Adapun sistematika penulisannya:
1. Bab I Pendahuluan.
Bab ini berisi tentang latar beakang masalah, rumusan masalah,
tujuan penulisan, manfaat penulisan karya tulis ilmiah, sistematika
penulisan Karya Tulis Ilmiah.
2. Bab II Tinjauan Pustaka.
Bab ini berisi tentang definisi, etiologi, klasifikasi, manifestasi
klinis, patofisiologi, pathway, pemeriksaan penunjang, komplikasi,
penatalaksanaan medis, penatalaksanaan keperawatan yang meliputi:
pengkajian, diagnose keperawatan yang muncul, dan intervensi
keperawatan.
5
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Ketika tubuh mengalami kenaikan kadar gula darah maka tubuh akan
mengeluarkan glucose yang tidak dibutuhkan oleh tubuh melalui air seni
dan kondisi ini akan menyebabkan diuresis osmotic meningkat. Pada
kondisi seperti ini tubuh akan merespon dengan mengeluarkan air seni
dengan frekuensi lebih dari 8 kali dalam sehari dan akan menyebabkan
tubuh kehilangan cairan berlebih yang menyebabkan dehidrasi sehingga
timbul masalah resiko syok dan kekurangan vokume cairan
(hipovolemia).
Penderita diabetes melitus biasanya memiliki kadar lemak
tinggi disitu lah insulin tidak dapat bekerja secara maksimal dan akan
terjadi resistensi insulin. Ketika terjadi resistensi insulin tubuh akan
mengalami kekurangan glukosa dan akan terjadi peningkatan
penggunaan protein dan glukosa oleh jaringan, tubuh akan merespon
perubahan tersebut dan terjadi penurunan berat badan. Berat badan akan
semakin turun tubuh makin kurus dan tubuh akan merasa mudah lelah
dan letih sehingga timbul masalah defisit nutrisi dan intoleransi aktifitas
(Price dan Wilson, 2013).
10
Glukotoksitosis, lipotoksitosis,
penumpukan amyloid, efek inrektin, umur
Kadar lemak tinggi
>40 th dan genetic
f. Ketonuria
Ketika glukosa tidak dapat digunakan untuk energi oleh sel
tergantung insulin, asam lemak dipecah menjadi keton dalam darah
dan diekskresikan oleh ginjal. Pada penderita DM tipe 2 insulin
cukup untuk menekan berlebihan penggunaan asam lemak tapi tidak
cukup untuk penggunaan glukosa.
g. Lemah dan letih
Penderita akan mengeluh badannya terasa lemas dan letih
karena penurunan isi pasma kepada postural hpertensi, kehilangan
kalium dan katabolisme protein berkontribusi terhadap kelemahan.
h. Sering asimtomatik
Tubuh penderita akan beradaptasi secara perlahan terhadap
peningkatan kadar glukosa darah yang mengalami peningkatan secara
pelan-pelan sampai tingkat lebih besar dibanding peningkatan secara
cepat.
6. Pemeriksaan Penunjang Diabetes Melitus
Beberapa pemeriksaan penujang menurut (Azwar, 2021)
a. Kadar glukosa darah
b. Tes laboratorium DM
Jenis tes pada pasien Diabetes Melitus dapat berupa tes
saring, tes diagnostik, tes pemantauan terapi dan tes untuk
mendeteksi komplikasi.
c. Tes monitoring terapi
1) GDP : plasma vena, darah kapiler.
2) GD2PP : plasma vena
3) HbA1c : darah vena, darah kapiler
d. Tes mendeteksi komplikasi
1) Mikroalbuminuria : urine
2) Ureum, kreatinin, asam urat.
3) Kolesterol total : plasma vena (puasa)
4) Kolesterol LDL : plasma vena (puasa)
13
2. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan yang mungkin muncul pada penderita
Diabetes Melitus menurut Burner dan Suddart (2015).
a. Resiko ketidakstabilan kadar gula darah berhubungan dengan
resistensi insulin.
b. Deficit nutrisi berhubungan dengan faktor psikologis
c. Resiko syok berhubungan dengan kekurangan volume cairan
d. Hipovolemia berhubungan dengan kekurangan volume cairan
e. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan
3. Intervensi Keperawatan
a. Resiko ketidakstabilan kadar gula darah berhubungan dengan
resistensi insulin.
1) Tujuan/ SLKI
Setelah dilakukan tindakan asuhan keperawatan selama___x 24
jam maka diharapkan klien menunjukan perubahan masalah
dengan kriteria hasil :
Tabel 2.1 Ketidakstabilan kadar gula darah (L.03022)
No indicator A T
1. Lelah
2. Pusing
3. Gemeter
4. Berkeringat
5. Lelah/lesu
6. Mengantuk
7. Rasa haus
8. Mulut kering
Keterangan :
1 : Meningkat
2: Cukup meningkat
3: Sedang
4: Cukup meningkat
5 : Meningkat
20
No indicator A T
1. Kadar gula dalam darah
2. Kadar glukosa dalam urine
3. Palpitasi
4. Jumlah urine
Keterangan:
1: Memburuk
2: Cukup memburuk
3: Sedang
4: Cukup membaik
5: Membaik
2) Intervensi/ SIKI
Manajemen Hiperglikemia
Observasi
a) Identifikasi kemungkinan penyebab hiperglikemia.
b) Identifikasi situasi yang menyebabkan kebutuhan insulin
meningkat (mis: penyakit kambuhan).
c) Monitor kadar gula darah, jika perlu
d) Monitor tanda dan gejala hiperglikemia (misalnya poliuri,
polidisia, polifagia, kelemahan, sakit kepala).
e) Monitor intake output cairan.
f) Monitor
Terapeutik
a) Berikan asupan cairan oral.
b) Fasilitasi ambulansi jika ada hipotensi.
c) Konsultasi dengan medis jika tanda gejala hiperglikemia
tetap ada atau memburuk.
21
Edukasi
a) Anjurkan untuk monitor kadar gula darah.
b) Anjukan untuk menghindari olahraga saat kadar gula darah
lebih dari 250 Mg/dl.
c) Ajarkan kepatuhan terhadap diet dan olahraga
d) Ajarkan pengelolaan diabetes melitus (mis: penggunaan
insulin, obat oral, monitor asupan cairan dan bantuan
professional kesehatan).
e) Ajarkan indikasi dan pentingnya pengujiann keton urine, jika
perlu.
Kolaborasi
a) Kolaborasi pemberian insulin, jika perlu
b) Kolaborasi cairan IV, jika perlu.
c) Kolaborasi pemberian kalium, jika perlu.
d) Pemberian terapi akupresur.
Keterangan :
1: Memburuk
2: Cukup memburuk
3: Sedang
4: Cukup membaik
5: Membaik
No indicator A T
1. Porsi makanan yang dihabiskan
2. Kekuatan otot mengunyah
3. Kekuatan otot menelan
4. Serum albumin
5. Pengetahuan tentang makanan yang sehat
6. Verbalisasi keinginan untuk meningkatkan nutrisi
Keterangan :
1: Menurun
2: Cukup menurun
3: Sedang
4: Cukup menurun
5: Meningkat
2) Intervensi/ SIKI
Manajemen Nutrisi.
Observasi
a) Identifikasi status nutrisi.
b) Identifikasi makanan yang disukai.
c) Identifikasi alergi dan intoleransi makanan
d) Identifikasi kebutuhan kalori dan jenis nutrient.
e) Identifikasi perlunya penggunaan selang nasogastric.
f) Identifikasi kebutuhan kalori dan jenis nutrient.
g) Monitor asupan makan.
h) Monitor berat badan.
i) Monitor hasil pemeriksaan laboratorium.
23
Terapeutik
a) Lakukan oral hygiene sebelum makan, jika perlu.
b) Fasilitasi menentukan pedoman diet (mis: piramida
makanan).
c) Sajikan makanan secara menarik dan suhu yang sesuai.
d) Berikan makanan yang tinggi serat untuk mencegah
konstipasi.
e) Berikan makana yang tinggi kalori dan tinggi protein.
f) Berikan suplemen makanan.
g) Hentikan pemberian makanan melalui nasogastric.
Edukasi
a) Anjurkan untuk makan sedikit tapi sering.
b) Ajarkan diet yang diprogramkan.
c) Anjurkan posisi duduk saat makan, jika mampu.
Kolabolasi
a) Kolaborasi dengan ahli gizi untuk menentukan jumlah kalori
dan jenis nutrient yang dubutuhkan jika perlu.
b) Kolabvorasi pemberian medikasi sebelum makan (mis:
pereda nyeri, antiemetic), jika perlu.
Keterangan :
1 : Menurun
2: Cukup menurun
3: Sedang
4: Cukup meningkat
5 : Meningkat
No indicator A T
1. Akral dingin
2. Pucat
3. Rasa haus
4. Konfusi
5. Letargi
6. Asidosis metabolik
Keterangan:
1: Meningkat
2: Cukup membaik
3: Sedang
4: Cukup menurun
5: Menurun
2) Intervensi/ SIKI
Pencegahan syok
Observasi
a) Monitor status oksigen (oximetri, nadi, AGD)
b) Monitor status cairan (masukan dan luaran, turgor kulit, CRT)
c) Monitor tanda dan gejala syok
d) Monitor status kardiopulmonal (frekuensi dan kekuatan nadi,
frekuensi napas, TD, MAP)
e) Monitor tingkat kesadaran dan respon pupil
25
Terapeutik
a) Berikan oksigen untuk mempertahankan saturasi oksigen
b) Persiapkan intubasi dan ventilasi mekanis
c) Pasang jalur iv, jika perlu
d) Pasang kateter urine untuk menilai produksi urin, jika perlu
e) Lakukan skin test untuk mencegah reaksi alergi
Edukasi
a) Jelaskan penyebab faktor risiko syok
b) Jelaskan tanda dan gejala awal syok
c) Anjurkan melapor jika menemukan/ merasakan tanda dan geja
awal syok
d) Anjurkan memperbanyak asupan cairan
e) Anjurkan untuk menghindari allergen.
Kolaborasi
a) Kolaborasi pemberian IV
b) Kolaborasi pemberian transfuse darah jika perlu
c) Kolaborasi pemberian antiinflamasi jika perlu.
5. Output cairan
Keterangan :
1 : Memburuk
2: Cukup memburuk
3: Sedang
4: Cukup membaik
5 : Membaik
No indicator A T
1. Ortopnea
2. Dyspnea
3. Edema perifer
4. Kongesti paru
5. Rasa haus
6. Perasaan lemah
7. Kongesti urine
Keterangan :
1 : Meningkat
2: Cukup meningkat
3: Sedang
4: Cukup menurun
5 : Menurun
2) Intervensi
Manajemen Hipovolemia
Observasi
a) Pemeriksaan tanda dan gejala hipovolemia (mis: frekuensi
nadi meningkat, nadi teraba lemah, tekanan darah menurun)
b) Monitor intake dan output
Terapeutik
a) Hitung kebutuhan cairan
27
Edukasi
a) Anjurkan memperbanyak asupan cairan oral
b) Anjurkan menghindari perubahan posisi mendadak
Kolaborasi
a) Kolaborasi pemberian cairan IV isotonis (mis: NaCl, RL)
b) Kolaborasi pemberian cairan IV hipotonis (mis: glukosa
2,5%, NaCl 0,4%).
c) Kolaborasi pemberian cairan koloid (mis:alnumin,
plasmanate).
d) Kolaborasi pemberian produk darah.
Keterangan :
1 : Meningkat
2: Cukup meningkat
3: Sedang
4: Cukup menurun
5 : Menurun
28
No indicator A T
1. Frekuensi nadi
2. Warna kulit
3. Tekanan darah
4. Saturasi oksigen
5. Frekuensi napas
Keterangan :
1 : Memburuk
2: Cukup memburuk
3: Sedang
4: Cukup membaik
5 : Membaik
2) Intervensi
Manajemen energy
Observasi
a) Identifikasi gangguan fungsi tubuh yang mengakibatkan
kelelahan
b) Monitor kelelahan fisik
c) Monitor pola dan jam tidur
d) Monitor lokasi dan ketidaknyamanan selama melakukan
aktivitas
Terapeutik
a) Sediakan lingkungan nyaman dan rendah stimulus
b) Lakukan latihan rentang gerak
c) Berikan aktivitas distraksi yang menenangkan
d) Fasiitasi duduk di sisi tempat tidur, jika tidak dapat berpindah
atau berjalan.
29
Edukasi
a) Ajarkan untuk melakukan ROM aktif secara mandiri.
b) Anjurkan tirah baring
c) Anjurkan menghubungi perawat jika tanda dan gejala
kelemahan menurun
d) Anjurkan strategi kopping untuk mengurangi kelelahan.
e) Anjurkan untuk melakukan aktivitas secara bertahap.
f) Anjurkan untuk melakukan ambulansi secara mandiri.
Kolaborasi
a) Kolaborasi dengan ahli gizi tentang cara meningkatkan
asupan makanan.
b) Kolaborasi dengan ahli terapis, jika perlu
3. Manfaat
Manfaat dari intervensi akupresur ini yaitu untuk menurunkan
kadar gula darah yang dialami penderita diabetes mellitus.
4. Standar Operasional Prosedur (SOP)
a. Fase orientasi
1) Memberi salam
2) Memperkenalkan diri
3) Kontrak waktu
4) Menyampaikan tujuan tindakan
5) Menyampaikan prosedur tindakan
6) Menanyakan kesiapan pasien
b. Fase kerja
1) Jaga privasi klien
2) Atur posisi klien senyaman mungkin
3) Cuci tangan
4) Lakukan pengecekan kadar gula darah terlebih dahulu
5) Penentuan titik utama sesuai dengan kondisi klien
6) Oleskan minyak zaitun pada titik accupoint
7) Lakukan penekanan dengan lembut pada titik accupoint dengan
menggunakan ibu jar, tekan secara bertahap dengan kekuatan
penekanan ditambah sampai terasa sensasinya yang ringan tetapi
tidak sakit. lakukan penekanan di setiap titik dengan waktu
kurang lebih 2 menit.
8) Titik penekanan
a) Titik yang terletak padaa puncak kepala
b) Titik yang terletak di bagian dalam alis mata titik yang
terletak di sudut mata bagian luar
31
BAB III
METODOLOGI PENULISAN KTI
A. Rancangan KTI
Penulisan karya tulis ini, penulis menggunakan pendekatan studi
kasus. karya tulis ilmiah didunia perguruan tinggi dipahami sebagai
dokumen formal karya tulis ilmiah yang disusun secara sistematis dan
metodologi (Syaefullah, 2015). Karya Tulis Ilmiah menggunakan studi
kasus dengan menjelaskan serangkaian pendekatan seperti mengusai hal
seperti teori tentang diabetes mellitus, meliputi berbagai hal maasalah,
pengkajian, diagnose keperawatan, merencanakan intervensi keperawatan,
melakukan impementasi, mengevaluasi tindakan keperawatan dan
didokumentasikan sebagai karya tulis ilmiah.
B. Subjek Studi Kasus
Subjek studi kasus ini adalah Tn. I dengan gangguan system
endokrin : Diabetes Melitus di ruang Arafah 2 di Rumah Sakit Islam
Fatimah Cilacap dalam keterbatasan penelitian dan pendekatan yang
digunakan, maka harus memenuhi beberapa ciri-ciri dan karakteristik
tertentu. Karakteristik pasien dalam pengambilan kasus sesuai dengan
Karya Tulis Ilmiah yang digunakan oleh penulis adalah :
1. Pasien berjenis kelamin laki-laki
2. Pasien yang menderita Diabetes Melitus
3. Pasien dan keluarga pasien bersedia untuk menjadi kelolaan penulis
dalam menyusun laporan kasus.
33
4. Pasien penderita diabetes melitus dengan nilai kadar gula darah 320
Mg/dl
5. Pasien diabetes melitus yang tidak luka ataupun fraktur
4. Pemeriksaan diagnostik
Hasil pemeriksaan diagnostik dan laboratorium dapat
membantu indentifikasi dan memperjelas kelainan atau penemuan
yang didapat pada riwayat keperawatan dan pemeriksaan fisik, perawat
bisa meminta hasil pemeriksaan rutin yang mereka lakukan.
D. Instrumen studi Kasus
1. Format pengkajian keperawatan
Format pengkajian keperawatan digunakan untuk
melakukan pengkajian pada pasien agar mengetahui suatu gangguan
pasien tersebut. Pengkajian dilakukan dengan cara wawancara secara
langsung dengan pasien dan keluarga pasien. Setelah dilakukan
wawancara secara detail maka setelah itu dilakukan pemeriksaan fisik
head to toe untuk mendiagnosa apakah ada kelainan pada pasien
tersebut.
2. Pengkajian fungsional Gordon
Pengkajian pola fungsional Gordon meliputi pola persepsi
dan pola pemeliharaan kesehatan, pola nutrisi, pola metabolisme, pola
eliminasi, pola aktivitas, pola istirahat dan tidur, pola kognitif dan
persepsi, pola konsep diri, pola peran dan hubungan, pola seksualitas
dan reproduksi, pola kopping dan pola keyakinan.
3. Pedoman observasi
Pedoman observasi yang digunakan oleh peneliti untuk
menilai secara langsung perilaku yang ditunjukan oleh responden yang
digunakan oleh penulis, instrument ini sangat tepat digunakan untuk
mengukur indicator variabel berupa ketrampilan atau perilaku penulis.
4. Pedoman wawancara
Pedoman wawancara berisikan daftar pertanyaan yang dibuat
secara terstruktur berdasarkan tujuan penulis atau variabel yang ingin
diketahui, wawancara yang akan digunakan oleh penulis adalah
wawancara terstruktur yang sudah dipersiapkan, pedoman wawancara
yang digunakan oleh penulis adalah wawancara riwayat kesehatan,
35
5. Alat-alat kesehatan
a. Glucometer
Glukometer adalah perangkat digital yang berfungsu
menghitung kadar glukosa dalam darah, bentuknya yang kecil dan
mudah dibawa kemana saja memungkinkan penggunanya
membawa alat ini kemanapun sehingga pemantauan kadar gula
darah dapat tetap bisa terus dilakukan. Kisaran kadar gula darah
normal ada 3 yaitu kadar gula darah sebelum makan 70-100
Mg/dL, kadar gula darah sebelum tiduratau 2 jam sesudah makan
kurang dari 140 Mg/dL, kadar gula darah sewaktu kurang dari 200
Mg/dL.
E. Proses Studi
1. Identifikasi kasus
Identifikasi kasus merupakan langkah awal untuk
menentukan subjek pada studi kasus, penulis sebelumnya mendatangi
partisipan untuk meminta persetujuan, penulis mengurus perjanjian
sebagi berikut: penulis akan meminta persetujuan dari diklat
keperawatan, setelah mendapat persetujuan dari diklat kemudian
penulis mendatangi ruangan yang akan digunakan untuk mengambil
kasus penelitian dan meminta persetujuan, setelah itu penulis meminta
persetujuan pasien atau wali pasien setelah mendapatkan persetujuan
pasien atau wali pasien maka penulis baru melakukan penelitian dan
penulis akan mengambil kasus dengan judul Asuhan Keperawatan
Medical Bedah dengan gangguan sistem Endokrin: Diabetes Mellitus
di ruang Arafah 2 di Rumah Sakit Islam Fatimah Cilacap.
2. Pemilihan kasus
36
1. Tempat
Tempat studi kasus yang akan dilakukan oleh penulis yaitu bertempat
di ruang Arafah 2 di Rumah Sakit Islam Fatimah Cilacap.
2. Waktu
Penulis akan mengambil kasus kelolaan selama 3 hari.
G. Etika Studi Kasus
1. Beneficence
Keharusan untuk mengusahakan manfaat sebesar-besarnya
dan memperkecil kerugian atau resiko bagi subjek serta memperkecil
kesalahan studi kasus dengan cara penulis melakukan tindakan sesuai
dengan SOP. Penulis bertanggung jawab apabila terjadi kesalahan dan
kerugian.
2. Inform consent
Inform consent merupakan suatu bentuk persetujuan antara
penulis dan responden atau pasien dengan memberikan lembar
persetujuan yang diberikan sebelum pengelolaan kasus dimulai,
sebelum penulis mengambil kasus, penulis memperkenalkan diri ke
pasien dan keluarga untuk memberi penjelasan tentang judul studi
kasus. Deskripsi tentang tujuan pencatatan, menjelaskan hak dan
kewajiban pasien. Setelah diberikan penjelasan dan pasien bersedia
menjadi pasien kelolaan, penulis melakukan persetujuan sesuai dengan
yang sudah ditulis oleh penulis jelaskan ke pasien dan keluarga pasien.
3. Self determination
Penulis menjelaskan tujuan studi kasus, manfaat studi kasus
dan resiko yang mungkin muncul saat pemberihan asuhan
keperawatan, setelah diberikan penjelasan tersebut penulis meminta
persetujuan dengan memberikan lembar persetujuan. Penulis tidak
memaksakan pasien untuk menjadi pasien kelolaan untuk studi kasus
selama 3 hari perawatan tetapi pasien bersedia menjadi pasien
perawatan dengan suka rela.
38
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
mengeluh pusing, sedikit sesak, lemas dan nyeri dada sebelah kiri, di IGD
pasien dipasang infus dan diberikan obat ranitidine, ketorolac, dan
mendapatkan terapi oksigen nasal kanul 3 liter/menit. Setelah keadaan
pasien membaik pasien langsung dipindah ke ruang rawat inap Arafah 2
pada tanggal 23 maret 2022.
Pengkajian selanjutnya adalah riwayat kesehatan Tn.I dimasa lalu.
Riwayat penyakit dahulu pasien mengatakan sudah 1 tahun menderita
penyakit diabetes melitus dan pasien pernah dirawat di rumah sakit
sebelumnya karena penyakit diabetes yang dideritanya. Riwayat penyakit
keluarga ditemukan data pasien mengatakan dikeluarga ada yang
mempunyai penyakit diabetes melitus dan hipertensi di keluarganya.
Dari hasil pengkajian pada tanggal 24 maret 2022 di ruang arafah 2
RSI Fatimah cilacap, di peroleh data dari Tn.I dengan diagnose medis
Diabetes Melitus, diperoleh data pola persepsi diri dan pemeliharaan
kesehatan pasien mengatakan kesehatan itu sangat penting dan mahal oleh
karena itu apabila dikeluarga ada yang sakit maka langsung diobati dengan
membeli obat di apotik ataupun langsung di bawa ke klinik terdekat atau
puskesmas, pasien juga berobat secara rutin selama 6 bulan belakangan ini
tetapi terkadang lupa untuk meminum obat yang diresepkan oleh dokter.
Pola nutrisi dan metabolic didapatkan data pasien sebelum sakit
mengatakan pasien makan 3 kali dalam sehari dengan menu nasi, sayur,
lauk dan terkadang buah, diit makan manis, berat badan sebelum sakit 56
kg dan minum pasien mengatakan hanya minum 8 gelas belimbing air
putih dan 1 gelas kopi + gula di pagi hari. Saat sakit pasien mengatakan
nafsu makan berkurang, makan hanya habis ¼ porsi saja, makan buah 1
potong dan minum pasien mengatakan minum hanya habis 7 gelas
belimbing air putih dan 1 ½ gelas teh tanpa gula.
Pola eliminasi didapatkan data pasien mengatakan sebelum sakit
BAB nya lancer sehari 2 kali denganm konsistensi padat, warnanya kuning
kecoklatan, tidak ada darah, tidak nyeri dan BAK pasien mengatakan BAK
sehari sampai 7 kali dengan urine yang berwarna kuning jernih, bau khas
41
urine, tidak nyeri, tidak ada darah dan saat sakit pasien mengatakan saat
dikaji pasien belum BAB dan BAK pasien mengatakan sudah 2 kali BAK
pada pagi hari ini, biasanya dalam sehari pasien bisa BAK sekitar 6-8 kali,
tidak ada darah, tidak merasa nyeri saat BAK, urine berwarna kuning
jernih.
Pola aktivitas dan latihan didapatkan data pasien mengatakan
sebelum sakit semua kegiatan dan aktivitas klien di lakukan secara mandiri
dan saat sakit pasien mengatakan makan, minum, ambulansi ditempat tidur
dilakukan secara mandiri san aktivitas yang dibantu oleh orang lain yaitu
mandi, toileting, berpakaian.
Pola perseptual didapatkan data pasien mengatakan sebelum sakit
semua panca indra pasien normal tidak ada gangguan, lidah berfungsi
dengan baik, hidung dapat mencium aroma dengan baik, mata bisa untuk
melihat dengan normal, telinga bisa untuk mendengarkan dengan normal.
Saat sakit pasien mengatakan panca indra pasien tidak ada gangguan
kecuali panca indra perasa.
Pola istirahat tidur didapatkan data pasien mengatakan sebelum
sakit pasien tidurnya cukup yaitu sekitar 8 jam dalam sehari dan tidur
siang selama kurang lebih 1 jam. Saat sakit pasien mengatakan tidurnya
agak terganggu yaitu sekitar 5-6 jam dalam sehari dan sering terbangun
karena nyeri dadanya yang datang tiba-tiba dan karena adanya faktor
lingkungan dan pencahayaan.
Pola persepsi diri didapatkan data pasien mengatakan sebelum
sakit tidak merasa cemas dengan keadaannya. Saat sakit pasien
mengatakan merasa cemas dengan kondisinya yang sekarang takut
memburuk dan pasien mengatakan ingin cepat sembuh.
Pola peran dan hubungan didapatkan data pasien mengatakan
perannya sebagai suami dan kepala keluarga dirumah baik/ tidak ada
masalah, hubungan dengan tetangga dan keluarga tidak ada masalah. Saat
sakit pasien mengatakan peran sebagai suami dan kepala keluarga
terganggu karena kondisinya yang sekarang, jarang komunikasi dengan
42
tetangga dan keluarga karena kondisi nya yang sekarang yang tidak
memungkinkan di rumah sakit.
luka, tidak menggunakan alat bantu dengar, serumen dalam batas normal.
Pada leher tidak ada benjolan, tidak ada luka maupun jejas, tidak ada
pembesaran kelenjar tyroid, tidak ada peningkatan JVP. Pemeriksaan
thorax yang pertama pada pemeriksaan paru-paru didapatkan data
inspeksi: bentuk dada normal, tidak ada luka maupun jejas, tidak ada
benjolan, pengembangan dinding dada simetris, palpasi: vocal premitus
normal, terdapat nyeri dada sebelah kiri dengan skala 6, perkusi: sonor,
auskultasi: inspirasi dan ekspirasi normal, tidak ada bunyi napas
tambahan. Pada pemeriksaan jantung inspeksi: ictus cordir tidak terlihat,
tidak ada benjolan, ada jejas akibat benturan benda, tidak ada luka,
palpasi: terdapat nyeri dada skala 6 dibagian dada sebelah kiri, ictus cordis
teraba di intercostal 5, perkusi: didapatkan data pekak jantung, auskultasi:
S1/S2 normal tidak ada bunyi jantung tambahan. Pada abdomen inspeksi:
tidak ada luka maupun jejas, tidak ada edema, bentuk simetris, auskultasi:
bising usus 32 x/menit, palpasi: tidak ada nyeri tekan abdomen, tidak ada
pembesaran uluh hati, perkusi: tidak ada cairan, udara maupun massa.
Pada genetalia pasien berjenis kelamin laki-laki tidak dilakukan
pemeriksaan genetalia dan tidak terpasang kateter urine. Pada pemeriksaan
ekstermitas di dapatkan data pada ekstermitas atas terpasang infus
dibagian tangan kiri 20 tpm, tidak ada edema, luka ataupun jejas, akral
teraba hangat, CRT> 2 detik, kekutan otot 3/3, pada ekstermitas bawah
didapatkan hasil tidak ada luka ataupun jejas, tidak ada edema di
ekstermitas bawah, CRT>2 detik, akral teraba hangat, kekuatan otot 3/3.
Pengkajian ABCD nutrisi didapatkan hasil Antropometri selama
sakit adalah berat badan 52 kg, tinggi badan 170 cm, indeks masa tubuh
(IMT) 17,3 (kurus). Biochemical adalah, hemoglobin: 14.3 g/dL nilai
normal 13-18 g/dL, hematocrit 42 % nilai normal 40-48%. Clinical sign
yaitu klien tampak lemah, rambut hitam, bibir pucat, pasien tampak
bedrest. Dietary histori selama sakit adalah makan dalam satu hari hanya
¼ porsi makan, buah 1 potong dan minum 7 gelas air putih dan 1 ½ gelas
44
teh. Diet dari rumah sakit tinggi serat dan karbohidrat kompleks,
membatasi makanan manis.
Pemeriksaan penunjang terdiri dari beberapa pemeriksaan
diantaranya pemeriksaan laboratorium darah pada tanggal 24 maret 2022
didapatkan hasil gula darah sewaktu (GDS): 320 Mg/dL (nilai normal 80-
200 Mg/dl), S.G.O.T: 18U/L (nilai normal 05-40 U/L), S.G.P.T: 28U/L
(nilai normal 05-35 U/L), ureum: 13 Mg/dL (nilai normal 15-45 Mg/dl),
creatinin: 0.73 Mg/dl (nilai normal 0.70-12.0 Mg/dl), hemoglobin: 14.3
g/dL (nilai normal 13-18 g/dl), leukosit 5.510 10˄3/UL (nilai normal
4.000-10.000 10˄3/UL), hematocrit 42 % (nilai normal 40-48%),
trombosit 294.000 10˄3/UL (nilai normal 150.000-400.000 10˄3/UL),
eritrosit 4.8 10˄6/UL (nilai normal 4.5-5.5 10˄6/UL), HJL eosinophil 3%
(nilai normal 1-3%), HJL basophil 0% (nilai normal 0-1%), HJL netrofil
batang 2% (nilai normal 2-5%), HJL netrofil segmen 52% (nilai normal
50-70%), HJL limposit 37% (nilai normal 22-40%), HJL monosit 6%
(nilai normal 4-8%), HbA1c 1.0% (nilai normal <5.7 %).
Hasil pemeriksaan radiologi pada tanggal 24 maret 2022
ditemukan hasil rongten thorax Cor: bentuk, posisi, ukuran normal, Pulmo:
tidak tampak infiltrate pada kedua paru dekstra/ sinistra, corakan
bronkovaskular normal, hilus dekstra/sinistra normal, tidak tampak
klasifikasi/massa, Trachea: normal, sinus costa: tajam, skeleton,: normal,
soft tissue: tidak tampak klasifikasi/ massa, kesan: tidak ada tampak
pneumonia. Hasil pemeriksaan EKG pada tanggal 24 maret 2022
didapatkan hasil interprestasi sinus ritem.
Program terapi obat yang diberikan pada tanggal 24 maret 2022
sampai 26 maret 2022 adalah injeksi novorapid 6 ui x 1, ceftriaxone 1000
mg 2 x 1, amlodipine 10 mg 1x 1, metformin 500 mg 3 x 1, ranitidine 150
mg 2x1, sucalfat 500 mg 3 x 1, spironolaction 25 mg 1 x 1.
45
2. Analisa Data
Analisa data pada Tn.I dengan gangguan system Endokrin: Diabetes
Melitus pada tanggal 24 maret 2022.
Tabel 4.1
Tanggal/ Data focus Etiologi Problem
jam
24/03/ 2022 DS: pasien mengatakan badannya Resistensi Ketidakstabil
07.55 terasa lemas dan lesu, Pasien insulin an kadar gula
mengatakan sering merasa haus, darah
pasien mengatakan sudah menderita
penyakit diabetes melitus selama 1
tahun melakukan kontrol rutin
selama 6 bulan terakhir di
puskesmas tetapi terkadang lupa
untuk meminum obat yang
diberikan dokter.
DO: mukosa bibir kering, sering
merasa haus, GDS: 320 Mg/dL,
pasien tampak lesu, dan lemas,
pasien tampak bedrest di tempat
tidur
24/03/ 2022 DS: pasien mengatakan nyeri dada Agen Nyeri akut
07.55 dibagian kiri, P: saat bergerak, Q: pencedera
seperti tertimpa benda, R: bertitik, fisiologis
S: skala 6, T: hilang timbul.
DO: skala nyeri 6, pasien tampak
meringis kesakitan,pasien tampak
gelisah, pasien tampak memegangi
dada sebelah kiri, pasien tampak
gelisah, pasien tampak focus pada
dirinya sendiri, saturasi 97%,
respirasi: 21 x/ menit, TD: 150/94
MmHg, nadi 105 x/menit.
pucat. D: selama sakit makan dalam satu hari hanya ¼ porsi makan,
buah 1 potong dan minum 4 gelas air putih dan 1 ½ gelas teh. Diet
dari rumah sakit tinggi serat dan karbohidrat kompleks dan membatasi
makanan manis.
d. Gangguan pola tidur berhubungan dengan hambatan lingkungan
ditandai dengan pasien tampak lesu, pasien tampak mengantuk, pasien
tampak lemas, mata pasien tampak sayu.
Diagnosa prioritas Rabu, 24 maret 2022
a. Ketidakstabilan kadar gula darah berhubungan dengan resistensi insulin
b. Nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera fisiologis
c. Defisit nutrisi berhubungan dengan faktor psikologis (keengganan untuk
makan).
d. Gangguan pola tidur berhubungan dengan hambatan lingkungan.
Diagnosa prioritas Jumat, 25 maret 2022
a. Nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera fisiologis
b. Ketidakstabilan kadar gula darah berhubungan dengan resistensi insulin
c. Defisit nutrisi berhubungan dengan faktor psikologi (keengganan untuk
makan)
d. Gangguan pola tidur berhubungan dengan hambatan lingkungan
Diagnosa prioritas Sabtu, 26 maret 2022
a. Nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera fisiologis
b. Ketidakstabilan kadar gula darah berhubungan dengan resistensi insulin
c. Defisit nutrisi berhubungan dengan faktor psikologis (keengganan untuk
makan)
d. Gangguan pola tidur berhubungan dengan hambatan lingkungan.
48
Indicator A T A
Lelah 2 4
Berkeringat 2 4
Mulut kering 2 4
Rasa haus 2 4
Keterangan :
1: Meningkat
2: Cukup meningkat
3: Sedang
4: Cukup menurun
5: Menurun
Indicator A T A
Kadar gula darah 2 4
Jumlah urine 3 4
Keterangan:
1: Memburuk
2: Cukup memburuk
3: Sedang
4: Cukup membaik
5: Membaik
Intervensi
Manajemen hiperglikemia
1) Monitor tanda gejala hiperglikemia (mis. Poliuri, polidipsi,
polifagia, dll)
49
Implementasi
Pada hari Kamis, 24 Maret 2022 implementasi yang
dilakukan oleh penulis antara lain mengidentifikasi penyebab
hiperglikemia, mengecek kadar gula darah, melakukan koraborasi
pemberian injeksi insulin, melakukan inform consert untuk
melakukan penerapan terapi akupresure.
Pada hari Jumat, 25 Maret 2022 implementasi yang
dilakukan penulis antara lain: melakukan pemantauan tanda gejala
hiperglikemia, menganjurkan pasien untuk patuh terhadap diet
yang diberikan oleh rumah sakit, melakukan terapi akupresure.
Pada hari Sabtu, 26 Maret 2022 implementasi yang
dilakukan penulis antara lain: melakukan pemantauan tanda gejala
hiperglikemia, melakukan penerapan terapi akupresure,
melakukan pengecekan GDS.
Evaluasi
Evaluasi yang penulis lakukan pada hari Sabtu, 26 Maret
2022 pukul 16.20 didapatkan data sebagai berikut :
S: pasien mengatakan badannya sudah terasa bugar, tidak merasa
lemas dan lesu lagi
O: pasien tampak lagi duduk, pasien tampak fresh, tidak lesu,
mukosa bibir lembab, GDS:206 Mg/dL.
A: Masalah ketidakstabilan kadar gula darah teratasi
Indicator A T A
Lelah 2 4 4
Berkeringat 2 4 4
Mulut kering 2 4 4
50
Rasa haus 2 4 4
Keterangan : 1: Meningkat, 2: Cukup meningkat, 3: Sedang
4: Cukup menurun, 5: Menurun
Indicator A T A
Kadar gula darah 2 4 4
Jumlah urine 3 4 4
Keterangan: 1: Memburuk, 2: Cukup memburuk, 3: Sedang
4: Cukup membaik, 5: Membaik
P: hentikan intervensi
Indicator A T A
Keluhan nyeri 2 4
Meringis 2 4
Gelisah 2 4
Focus pada diri sendiri 2 4
Keterangan:
1: Meningkat
2: Cukup meningkat
3: Sedang
4: Cukup menurun
5: Menurun
Indicator A T A
Frekuensi nadi 2 4
Pola napas 3 4
Tekanan darah 2 4
Keterangan:
1: Memburuk
2: Cukup memburuk
51
3: Sedang
4: Cukup membaik
5: Membaik
Intervensi
Manajemen nyeri
1) Identifikasi lokasi, durasi, frekuensi, kualitas, intensitas nyeri.
2) Identifikasi skala nyeri
3) Berikan teknik norfarmakologi untuk mengurangi rasa nyeri.
4) Berikan kompres air hangat untuk mengurangi nyeri.
5) Fasilitasi istirahat tidur
6) Ajarkan teknik nonfarmakologi untuk mengurangi rasa nyeri.
7) Kolaborasi pemberian analgesic
Implementasi
Pada hari Kamis, 24 marret 2022 implementasi yang
dilakukan oleh penulis antara lain: mengidentifikasi lokasi, durasi,
frekuensi kulitas dan intensitas nyeri, mengidentifikasi skala nyeri,
mengajarkan untuk terapi relaksasi napas dalam, melakukan kolaborasi
injeksi ketorolac.
Pada hari Jumat, 25 Maret 2022 implementasi yang
dilakukan penulis antara lain: memonitor skala nyeri, menganjurkan
pasien untuk teknik relaksasi napas dalam saat merasa nyeri,
Menganjurkan pasien untuk memonitor nyeri secara mandiri,
melakukan kolaborasi pemberian injeksi ketorolac.
Pada hari Sabtu, 26 maret 2022 implementasi yang
dilakukan oleh penulis antara lain: memonitor skala nyeri,
menganjurkan pasien untuk mengompres dengan air hangat diarea
nyerinya, melakukan kolaborasi injeksi ketorolac.
52
Evaluasi
Evaluasi yang penulis lakukan pada hari Sabtu, 26 Maret
2022 pukul 16.20 didapatkan data sebagai berikut:
S: pasien mengatakan sudah tidak merasa nyeri dada lagi
O: pasien tampak rileks, pasien tampak tidak gelisah dan tidak
mengeluh nyeri lagi, nyeri skala 2, Nadi : 97 x/menit, TD: 128/78
MmHg, RR: 20 x/menit.
TD: 128/78MmHg, RR: 20 x/menit
A: masalah nyeri akut teratasi
Indicator A T A
Keluhan nyeri 2 4 4
Meringis 2 4 4
Gelisah 2 4 4
Focus pada diri sendiri 2 4 4
Keterangan: 1: Meningkat , 2: Cukup meningkat, 3: Sedang
4: Cukup menurun , 5: Menurun
Indicator A T A
Frekuensi nadi 2 4 4
Pola napas 3 4 4
Tekanan darah 2 4 4
Keterangan: 1: Memburuk, 2: Cukup memburuk, 3: Sedang
4: Cukup membaik, 5: Membaik
P: Hentikan intervensi
53
Indicator A T A
Nafsu makan 4 2
Bising usus 2 4
Keterangan:
1: Meningkat
2: Cukup meningkat
3: Sedang
4: Cukup menurun
5: Menurun
Intervensi
Manajemen nutrisi
1) Identifikasi status nutrisi
2) Monitor asupan makanan
3) Lakukan oral hiegyn
4) Anjurkan posisi duduk saat makan
5) Anjurkan makan sedikit tapi sering
6) Kolaborasi dengan ahli gizi
Implementasi
54
Evaluasi
Evaluasi yang penulis lakukan pada hari Sabtu, 26 Maret
2022 pukul 16.20 didapatkan data sebagai berikut:
S: pasien mengatakn sudah nafsu makan habis 1 porsi yang diberikan
oleh rumah sakit
O: bising usus 15 x/menit, mukosa bibir lembab, TD: 128/78 MmHg,
berat badan 53 kg, tinggi badan 170 cm.
A: masalah defisit nutrisi teratasi
Indicator A T A
Nafsu makan 4 2 2
Bising usus 2 4 4
Keterangan: 1: Meningkat , 2: Cukup meningkat, 3: Sedang
55
P: Hentikan intervensi
Indicator A T A
Keluhan sulit tidur 2 4
Keluhan sering terjaga 2 4
Keluhan pola tidur berubah 2 4
Keterangan:
1: Meningkat
2: Cukup meningkat
3: Sedang
4: Cukup menurun
5: Menurun
Intervensi
Dukungan tidur
1) Identifikasi pola aktivitas dan tidur
2) Identifikasi faktor pengganggu tidur
3) Modifikasi lingkungan
4) Tetapkan jadwal tidur rutin
5) Jelaskan pentingnya tidur yang cukup
6) Anjurkan menepati kebiasaan tidur
56
Implementasi
Pada hari Kamis 24 Maret 2022 implementasi yang
dilakukan penulis antara lain: mengidentifikasi aktivitas dan tidur,
Menjelaskan kepada pasien tentang pentingnya tidur yang cukup,
membuatkan jdwal tidur, memfasilitasi istirahat tidur.
Evaluasi
Hari Sabtu, 26 Maret 2022.
S: pasien mengatakan sudah bisa tidur dengan nyaman, sekarang pola
tidurnya sudah teratur, pasien mengatakan sudah tidak terjaga lagi
dimalam hari.
O: pasien tampak fresh, pasien tampak aktif, mata pasien tampak tidak
sayu lagi.
57
Indicator A T A
Keluhan sulit tidur 2 4 4
Keluhan sering terjaga 2 4 4
Keluhan pola tidur berubah 2 4 4
Keterangan: 1: Meningkat, 2: Cukup meningkat, 3: Sedang
4: Cukup menurun , 5: Menurun
P: hentikan intervensi
B. Pembahasan
Penulis akan membahas asuhan keperawatan pada Tn. I mulai dari
pengkajian sampai evaluasi, dalam pembahasan penulis mencoba mengaitkan
antara sumber-sumber tentang pasien dengan gangguan system endokrin:
diabetes melitus di ruang arafah 2 RSI Fatimah Cilacap yang sudah dikelola
selama 3 hari perawatan dari tanggal 24 maret-26 maret 2022 penulis
menemukan beberapa kesamaan dan perbedaan dari kenyataan dari teori yang
ada. Hal ini terjadi karena setiap manusia memiliki ketahanan dan memiliki
kebutuhan tubuh yang berbeda-beda, maka dari itu penulis akan mencoba
membahas hal tersebut dari mulai dengan menggunakan proses keperawatan
yaitu pengkajian, diagnose keperawatan, perencanaan, implementasi dan
evaluasi.
1. Analisa studi kasus
a. Pengkajian
Pengkajian adalah suatu pengumpulan data klien yang
dilakukan secara sistematis untuk menentukan atau mendiagnosa
masalah yang mungkin muncul, serta kebutuhan keperawatan klien,
metode yang di gunakan penuis dalam pengumpulan data yaitu dengan
cara wawancara terhadap klien atau keluarga, pemeriksaan fisik dan
studi dokumentasi atau catatan medis (Doenges, 2015)
Pengkajian dilakukan pada tanggal 24 maret 2022 jam
07.40 WIB diruang Arafah 2. Pada saat pengkajian atau wawancara
58
b. Diagnosa Keperawatan
Standar Diagnose Keperawatan Indonesia (SDKI)
menyatakan bahwa diagnosis keperawatan adalah keputusan klinik
mengenai respons individu (klien dan masyarakat) tentang masalah
keadaan actual atau potensial sebagai dasar seleksi intervensi
keperawatan untuk mencapai tujuan asuhan keperawatan sesuai
wewenang perawat. Penegakan diagnose keperawatan harus melalui
62
peningkatan pola tidur yang terjadwal dan rasa kepuasan setelah bangun tidur
dan mempercepat pemanfaatan glukosa, sehingga menurunkan kadar gula
darah (Maryam, 2019).
Hasil penerapan intervensi ini sejalan dengan penelitian Maryam
(2019) menunjukan bahwa terlihat adanya perubahan yang signifikan setelah
dilakukan pemberian terapi akupresur. Hasil analisis menunjukan bahwa
terdapat perubahan rata-rata kadar gula darah sewaktu sesudah dilakukan
akupresur pada kelompok control dan kelompok intervensi. Tarapi akupresur
dianggap sebagai terapi alternative yang paling efektif untuk mengontrol
diabetes melitus dibandingkan dengan terapi lainnya yakni 67,8%. Penelitian
lain yang mendukung penerapan intervensi pemberian terapi akupresure
dilakukan oleh Jumari (2019) hasil penelitian Jumari menunjukan bahwa ada
perubahan setelah dilakukannya terapi akupresur. Terapi akupresur ini
terbukti mampu menurunkan kadar gula darah dan sangat membantu untuk
mengurangi komplikasi akibat diabetes. Hasil penelitian yang diperoleh
dengan nilai p=0,001. Hal ini menunjukan adanya penurunana kadar gula
darah dari sebelum dilakukan tindakan terapi dan sesudah dilakukan terapi.
Hal ini juga bermakna bahwa terapi akupresure efektif untuk menurunkan
kadar gula darah pada pasien Diabetes Melitus.
Berdasarkan hasil tindakan intervensi yang penulis lakukan diatas
dan hasil dari beberapa penelitian serta literature review, penulis
menyimpulkan bahwa penerapan terapi akupresure dapat menurunkan kadar
gula darah pada pasien Diabetes Melitus. Penulis dalam melakukan penerapan
intervensi terapi akupresure menemukan beberapa kendala salah satunya
terkait dengan kondisi pasien yang lebih banyak tertidur pada siang hari. Akan
tetapi kendala tersebut tidak berpengaruh terhadap hasil penerapan intervensi.
Pada penerapan terapi akupresur data sebelum dilakukan pemberian
akupresure nilai kadar gula darah 320 Mg.dl dan setelah dilakukan terapi
akupresure nilai kadar gula darah turun menjadi 206 Mg/ dl. Dari hasil
penelitian yang dilakukan penulis dapat disimpulkan bahwa penerapan
intervensi terapi akupresure terbukti efektif dapat menurunkan kadar gula
83
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Setelah penulis melakukan pengkajian pada hari kamis 24 maret
2022 penulis memperoleh gambaran dan pengalaman nyata dalam melakukan
asuhan keperawatn pada pasien dengan gangguan system endokrin: Diabetes
Melitus selama 3 hari di ruang Arafah 2 RSI Fatimah Cilacap.
Penulis dapat menarik kesimpulan dari asuhan keperawatan yang
dilakukan pada pasien bahwa pasien mengeluh lemas, nyeri dada bagian kiri,
nafsu makan menurun, rasa haus dan gangguan pola tidur, tekanan darah
150/94 MmHg, Nadi 105 x/menit, saturasi oksigen 97%, respirasi 20 x/menit,
pemeriksaan hemoglobin 14.3 g/dL.
Penulis dapat menegakan diagnose keperawatan dan
merumuskannya, diagnose keperawatan yang penulis tegakan yaitu:
ketidakstabilan kadar gula darah berhubungan dengan retensi insulin, nyeri
akut berhubungan dengan agen pencedera fisiologis, defisit nutrisi
berhubungan dengan faktor psikologis, gangguan pola tidur berhubungan
dengan hambatan lingkungan. penrencanaan yang penulis telah susun untuk
84