Anda di halaman 1dari 48

ASUHAN KEPERAWATAN PALIATIF

PADA PASIEN NY. S DENGAN DIABETES MELITUS

Dosen Pembimbing :

Ns. Ulfah Nuraini Karim, S.Kep, M.Kep

Disusun Oleh

Kelompok 8

1. Arlin Mutiara (012221036)

2. Emirensiana Woa (012221004)

3. Narmi (012221007)

4. Risma Putri Dewanti (012221050)

5. Selianti (012221030)

6. Tri Mustiasasri (012221048)

UNIVERSITAS BINAWAN

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN

2022/2023

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT, karena atas berkat dan rahmat-Nya,
Kelompok dapat menyelesaikan makalah dengan judul “ Asuhan Keperawatan Paliatif Pada Ny
S Dengan Diabetes Melitus”. Penulisan makalah ini merupakan salah satu syarat untuk
menyelesaikan tugas mata kuliah keperawatan Hospice Paliative Care.

Makalah ini tersusun atas bimbingan ,arahan dan bantuan dari berbagai pihak.oleh karena
itu, pada kesempatan ini penulis menyampaikan ucapan terimakasih serta penghargaan sebesar-
besarnya kepada ibu Ns. Ulfah Nuraini Karim, S.Kep, M.Kep dan bapak Dr Ns Aan Sutandi
S.Kep,MN selaku dosen mata ajar Keperawatan Hospice Paliative Care.

Kelompok menyadari bahwa penyusunan makalah ini masih jauh dari sempurna,oleh
karena itu saran dan masukan dari berbagai pihak sangat diharapkan.

Jakarta, 3 Desember 2022

Kelompok
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL……………………………………………

KATA PENGANTAR…………………………………………..

DAFTAR ISI……………………………………………………

BAB I PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG…………………………………..
B. RUANG LINGKUP………………………………………
C. TUJUAN
1 Tujuan Umum……………………………………
2 Tujuan Khusus…………………………………..

BAB II TINJAUAN KASUS

A. Konsep Paliative Care……………………………………..


1 Pengertian Keperawatan Paliative………………….
2 Sejarah Perkembangan palliative Care……………..
3 Langkah – langkah dalam pelayanan Paliative Care…..
4 Tempat – tempat pelayanan Paliative Care…………..
5 Etika dalam pelayanan Paliative………………………

B. Konsep Penyakit Diabetes Melitus


1 Konsep pengertian Diabetes Melitus…………………
2 Epidermiologi Diabetes Melitus……………………..
3 Klasifikasi Diabetes Melitus……………………………
4 Etiologi Diabetes Melitus………………………………
5 Manifestasi klinis Diabetes Melitus……………………..
6 Patofisiologi Diabetes Melitus…………………………..
7 Komplikasi Diabetes Melitus……………………………
8 Penatalaksanaan medis Diabetes Melitus……………….
9 Data penunjang diagnostic Diabetes Melitus………………
10 Kriteria Diagnostic Diabetes Melitus……………………
BAB III ANALISA MASALAH

A. Pengkajian……………………………………………..
B. Diagnosa Keperawatan…………………………………..
C. Intervensi……………………………………………………..
D. Implementasi…………………………………………………
E. Evaluasi………………………………………………………..

BAB IV PENUTUP

A. Kesimpulan………………………………………………….
B. Saran…………………………………………………………

DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN

B Latar Belakang

International Diabetes Federation ( IDF ) (2019)menjelaskan bahwa Diabetes


Melitus merupakan salah satu penyakit kronis paling umum didunia, terjadi ketika
produksi insulin pada pancreas tidak mencukupi atau pada saat insulin tidak dapat
digunakan secara efektif oleh tubuh.

Diabetes merupakan penyakit progesif yang memerlukan penanganan lama dan


biaya dan besar. Pasien dengan penyakit progresif ini tidak hanya mengalami berbagai
masalah fisik seperti nyeri, sesak nafas, penurunan berat badan, gangguan aktifitas,tetapi
juga mengalami gangguan psikososial dan spiritual yang mempengaruhi kualitas hidup
pasien dan keluarganya. kebutuhan pasien yang memiliki penyakit pada stadium lanjut
tidak hanya pada pemenuhan atau pengobatan gejala fisik,tetapi juga membutuhkan
dukungan terhadap kebutuhan psikologis,social, dan spiritual yang dilenal sebagai
perawatan paliatif ( Doyle & Donald,2003 ).

Berdasarkan perolehan data Internasional Diabetes Federation ( IDF ) tingkat


prevalensi global pada tahun 2017 sebesar 425 juta penduduk dunia mengalami diabetes
dan diperkirakan pada tahun 2045 mengalami peningkatan menjadi 48 % ( 629 juta )
diantara usia penderita DM 20 – 79 tahun. Pada tahun 2017 Indonesia berada diperingkat
6 dunia dengan jumlah penderita diabetes sebanyak 10,3 juta, dan diperkirakan jumlah ini
akan meningkat di tahun 2045 sebanyak 16,7 juta penderita. ( International Diabetes
Federation,2017). Data menunjukkan bahwa Diabetes merupakan penyebab kematian
terbesar nomor 2 di Indonesia dengan persentase sebesar 8,5 % setelah stroke ( 10,9% )
( Riskesdas, 2018 ).

Riset kesehatan dasar (Riskesdas) yang dilaksanakan pada tahun 2018 melakukan
pengumpulan data penderita diabetes melitus pada penduduk umur ≥15 tahun. Kriteria
diabetes melitus pada Riskesdas 2018 mengacu pada consensus Perkumpulan
Endokrinologi Indonesia (PERKENI) yang mengadopsi kriteria American Diabetes
Association (ADA) menurut kriteria tersebut, diabetes melitus ditegakkan bila kadar gula
darah puasa ≥126 mg/dl, atau glukosa darah 2 jam pasca pembebanan ≥200 mg/dl atau
glukosa darah sewaktu ≥200 mg/dl dengan gejala sering lapar, sering haus, sering buang
air kecil dan dalam jumlah banyak, dan berat badan turun.

Hampir semua provinsi menunjukkan peningkatan prevalensi pada tahun 2013-2018,

kecuali provinsi nusa tenggara timur. Terdapat 4 provinsi dengan prevalensi tertinggi

pada tahun 2013 dan 2018, yaitu di Yogyakarta, DKI Jakarta, Sulawesi Utara, dan

Kalimantan Timur. Terdapat beberapa provinsi dengan peningkatan prevalensi tertinggi

sebesar 0,9% yaitu Riau, DKI Jakarta, Banten, Gorontalo, dan Papua Barat. Prevalensi

diabetes menurut provinsi pada tahun 2018 juga menunjukkan bahwa provinsi Nusa

Tenggara Timur memiliki prevalensi terendah sebesar 0,9% diikuti Maluku dan Papua

Sebesar 1,1%.

Pada Rikesdas 2018, prevalensi diabetes melitus pada perempuan lebih tinggi
dibanding laki-laki dengan perbandingan 1,78% terhadap 1,21%, dan pada Rikesdas 2013
prevalensi pada perempuan terhadap laki-laki sebesar 1,7% terhadap 1,4%. Pda 5 tahun
terakhir, prevalensi pada perempuan menunjukkan sedikit penigkatan. Sedangkan
prevalensi pada laki-laki menunjukkan penurunan .
Prevalensi diabetes melitus menunjukkan peningkatan seiring dengan bertambahnya
umur penderita yang mencapai puncaknya pada umur 55-64 tahun dan menurun setelah
melewati rentang umur tersebut. Pola peningkatan ini terjadi pada Rikesdas 2013 dan
2018 yang mengindikasikan semakin tinggi umur makan semakin besar resiko untuk
mengalami diabetes. Peningkatan prevalensi dari tahun 2013-2018 terjai pada kelompok
umur 45-54 tahun, 55-64 tahun, 65-74 tahun, dan ≥75 tahun.

Penderita diabetes mellitus menurut tingkat pendidikan menunjukkan bahwa


respondendengan tingkat pendidikan tamat akademi/universitas memiliki proporsi
tertinggi pada Riskesdas tahun 2013 dan Riskesdas tahun 2018, yaitu sebesar 2,5 dan 2,8
sedangkan responden dengan tingkat pendidikan lebih rendah dari universitas/akademi
memiliki prevalensi kurang dari 2%. Hal ini dapat diasumsikan terkait dengan gaya hidup
dan akses terhadap deteksi kasus di pelayanan kesehatan pada kelompokdengan tingkat
pendidikan akademi/universitas.

Pelayanan perawatan paliatif pada pasien dengan diabetes mellitus yang merupakan
penyakit yang sulit atau sudah tidak dapat disembuhkan ini bersifat untuk meningkatkan
kualitas hidup pasien, sehingga perawat dituntut memiliki keterampilan dalam
memberikan dukungan psikososial, emosional, dukungan spiritual karena perawatan
paliatif dan perawatan spiritual yang terintegrasi akan sangat menunjang kondisi hidup
nyaman dengan perawatan yang tepat, baik dirumah, rumah sakit atau tempat lain sesuai
pilihan pasien. Perawatan paliatif dilakukan sejak awal perjalanan penyakit, bersamaan
dengan terapi lain dan menggunakan pendekatan tim multidisiplin untuk mengatasi
kebutuhan pasien dan keluarganya . Perawatan paliatif ini diberikan untuk penderita
penyakit kronis dimulai pada saat didiagnosis sampai dengan akhir hayat pasien.

B Ruang Lingkup

Dalam makalah ini hanya membatasi bagaimana konsep perawatan paliatif pada
pasien dengan Diabetes Melitus sehingga mahasiswa mampu menjelaskannya.
B TUJUAN
1 Tujuan umum
Setelah mengikuti mata kuliah Hospice Palliative Care diharapkan
mahasiswa mampu memahami asuhan kepererawatan paliative pada pasien Ny S
dengan Diabetes Melitus dan mampu melaksanakan Asuhan Keperawatan
Paliative pada pasien Ny .S dengan Diabetes Melitus sehingga pasien mampu
mengatasi dan menjalani penyakit nya secara optimal.

2 Tujuan khusus
a. Mahasiswa mampu menjelaskan pengertian keperawatan paliative
b. Mahasiswa mampu memahami perkembangan paliative care
c. Mahasiswa mampu menjelaskan langkah – langkah dalam pelayanan
paliative.
d. Mahasiswa mampu memahami tempat – tempat pelayanan paliative care
e. Mahasiswa mampu memahami etika dalam pelayanan paliative
f. Mahasiswa mampu menjelaskan konsep pengertian Diabetes Melitus
g. Mahasiswa mampu menjelaskan epidermiologi dari Diabetes Melitus
h. Mahasiswa mampu menjelaskan klasifikasi Diabetes Melitus
i. Mahasiswa mampu menjelaskan etiologi Diabetes Melitus
j. Mahasiswa mampu menjelaskan manifestasi klinis dari Diabetes Melitus
k. Mahasiswa mampu menjelaskan patofisiologi dari Diabetes Melitus
l. Mahasiswa mampu menjelaskan komplikasi dari Diabetes Melitus
m. Mahasiswa mampu menjelaskan penatalaksanaan medis dari Diabetes
Melitus

n. Mahasiswa mampu menjelaskan data penunjang diagnostic dari Diabetes


Melitus
o. Mahasiswa mampu menjelaskan kriteria diagnostic dari Diabetes Melitus
BAB II
TINJAUAN KASUS

A. Konsep Keperawatan Palliative

1. Pengertian Keperawatan Paliative


Perawatan paliatif berasal dari kata palliate (bahasa inggris) berarti meringankan,dan
“Palliare” (bahasa latin yang berarti “menyelubungi”-penj), merupakan jenis pelayanan
kesehatan yang berfokus untuk meringankan gejala klien, bukan berarti kesembuhan.
Perawatan paliatif merupakan pelayanan kesehatan berkelanjutan yang bertujuan untuk
meningkatan kualitas hidup, mengurangi keluhan pasien, memberikan dukungan spiritual
dan psikososial yang diberikan mulai ditegakkan diagnosa hingga akhir hayat. Perawatan
paliatif yang diberikan sejak dini dapat mengurangi penggunaan layanan kesehatan atau
perawatan rumah sakit yang tidak diperlukan (WHO, 2018) Di sini dengan jelas dikatakan
bahwa Perawatan Paliatif diberikan sejak diagnosa ditegakkan sampai akhir hayat. Artinya
tidak memperdulikan pada stadium dini atau lanjut, masih bisa disembuhkan atau tidak,
mutlak Perawatan Paliatif harus diberikan kepada penderita itu. Perawatan Paliatif tidak
berhenti setelah penderita meninggal, tetapi masih diteruskan dengan memberikan
dukungan kepada anggota keluarga yang berduka. Perawatan paliatif tidak hanya sebatas
aspek fisik dari penderita itu yang ditangani, tetapi juga aspek lain seperti psikologis,
social dan spiritual. Lebih lanjut, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menekankan lagi
bahwa pelayanan paliatif berpijak pada pola dasar berikut ini :
a. Meningkatkan kualitas hidup dan menganggap kematian sebagai
proses yang normal.
b. Tidak mempercepat atau menunda kematian.
c. Menghilangkan nyeri dan keluhan lain yang menganggu.
d. Menjaga keseimbangan psikologis, sosial dan spiritual.
e. Berusaha agar penderita tetap aktif sampai akhir hayatnya.
f. Berusaha membantu mengatasi suasana dukacita pada keluarga.
g. Menggunakan pendekatan tim untuk mengatasi kebutuhan pasien dan
Keluarganya .
h. Menghindari tindakan yang sia-sia.
Dari data diatas dapat disimpulkan bahwa tujuan dari perawatan
palliative adalah untuk mengurangi penderitaan pasien,
memperpanjang umurnya, meningkatkan kualitas hidupnya, juga
memberikan support kepada keluarganya. Meski pada akhirnya pasien
meninggal, yang terpenting sebelum meninggal dia sudah siap secara
psikologis dan spiritual, tidak stres menghadapi penyakit yang
dideritanya. Perawatan paliatif dapat dilaksanakan melalui pendekatan
sebagai berikut :
1) Menyediakan bantuan dari rasa sakit dan gejala lain yang
mengganggu pasien.
2) Menegaskan hidup dan menganggap mati sebagai proses yang
normal.
3) Mengintegrasikan aspek-aspek psikologis dan spiritual
perawatan pasien.
4) Tidak bermaksud untuk mempercepat atau memperlambat
kematian.
5) Meredakan nyeri dan gejala fisik lain yang mengganggu.
6) Menawarkan sistem pendukung untuk membantu keluarga
menghadapi penyakit pasien dan kehilangan mereka.

2. Sejarah Perkembangan Palliative Care


Munculnya palliative care didunia dimulai dari sebuah gerakan rumah sakit pada awal
abad ke 19, kaum beragama menciptakan hospice yang memberikan perawatan untuk
orang sakit dan sekarat dilondon dan irlandia. Dalam beberapa tahun terakhir, perawatan
paliatif telah menjadi suatu pergerakan yang besar,yang mempengaruhi banyak penduduk.
Pergerakan ini dimulai sebagai sebuah gerakan yang dipimpin relawan di Negara-negara
Amerika dan telah berkembang menjadi bagian penting dari system perawatan
Di kesehatan.Palliative care dan hospice telah berkembang pesat sejak tahun 1960-an.
Cicely Saunders seorang pekerja yang merintis perawatan ini dimana sangat memiliki
peran penting dalam menarik perhatian pasien pada akhir kehidupannya saat mengidap
penyakit ganas stadium lanjut.Departemen Kesehatan Republik Indonesia menerbitkan
surat Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor: 812/Menkes/SK/VIII/2007 pada tanggal
19 Juli 2007 yang berisi keputusan Menkes tentang kebijakan palliative care. Dengan
terbitnya surat keputusan tersebut diharapkan bisa menjadi pedoman-pedoman
pelaksanaan palliative care di seluruh Indonesia serta mendorong lajunya pengembangan
palliative care secara kualitas maupun kuantitas.
Berkat jasa Cicely saunders, saat ini ada sekitar 220 panti perawatan paliatif (hospis) di
inggris dan lebih dari 8.000 diseluruh dunia.Di Indonesia, perawatan paliatif mulai
berkembang akhir – akhir ini,perawatan paliatif pertama dimulai pada tahun 1992 oleh
RS Dr. Soetomo (Surabaya), yang disusul oleh RS Cipto Mangunkusumo (Jakarta), RS
Kanker Dharmais (Jakarta), RS Wahidin Sudirohusodo (Makassar), RS Dr. Sardjito
(Yogyakarta), dan RS Sanglah (Denpasar)
Prinsip Asuhan Perawatan Paliatif ;
1) Melakukan pengkajian dengan cermat, mendengarkan keluhan dengan
sungguh-sungguh.
2) Menetapkan diagnosa / masalah keperawatan dengan tepat
3) Merencanakan asuhan keperawatan.
4) Melaksanakan tindakan / asuhan keperawatan.
5) Mengevaluasi perkembangan pasien secara cermat.

a. Peran Fungsi Perawat pada Asuhan Keperawatan Paliatif


1) Pelaksana perawat : pemberi asuhan keperawatan, penddikan kesehatan,
koordinator, advokasi, kolaborator, fasilitator, modifikasi lingkungan.
2) Pengelola : manajer kasus, konsultan, koordinasi
3) Pendidik : Di pendidikan / dipelayanan
4) Peneliti.

b. Langkah- langkah dalam Pelayanan Paliatif


1) Menentukan tujuan perawatan dan harapan pasien
2) Membantu pasien dalam membuat advance care planning
3) Pengobatan penyakit penyerta dari aspek sosial yang muncul
4) Tata laksana gejala
5) Dukungan psikologis, kultural dan sosial
6) Respon pada fase terminal : memberikan tindakan sesuai wasiat atau
keputusan keluarga bila wasiat belum dibuat.
7) Pelayanan terhadap pasien dan keluarga termasuk persiapan duka cita.
(KEMENKES, 2013).

c. Tempat-tempat Pelayanan Paliatif Berdasarkan Permenkes Nomor 812/ Menkes/


SK/VII/2007 dijelaskan tempat untuk layanan paliatif meliputi:
1) Rumah Sakit : Untuk pasien yang harus mendapatkan perawatan yang
memerlukan pengawasan ketat, tindakan khusus atau perawalatan kh
2) Puskesmas : Untuk pasien yang memerlukan perawatan rawat jalan
3) Rumah singgah / panti (hospice) : Untuk pasien yang tidak memerlukan
pengawasan ketat, tindakan khusus atau peralatan khsus tetapi belum
dapat dirawat dirumah karena memerlukan pengawasan
4) Rumah pasien : untuk pasien yang tidak memerlukan pengawasan ketat
tindakan khsusus atau peralatan khusus atau keterampilan perawatan
yang tidak mungkin dilakukan oleh keluarga (PERMENKES, 2007).

d. Etika dalam Pelayanan Paliatif, meliputi:


1) Autonomy ( freedom of self determination )
Hak individu dalam membuat keputusan terhadap tindakan yang akan
dilakukan atau tidak dilakukan setelah mendapatkan informasi dari
dokter serta memahami informasi tersebut secara jelas. Pada pasien
anak, autonomy yaitu menentukan pilihan yang dapat mempengaruhi
hidupnya. Jika usia anak belum cukup maka keputusan tersebut
diberikan kepada orangtua atau walinya.
2) Beneficence ( doing good )
Tindakan yang diberikan harus memberikan manfaat bagi pasien dengan
memperhatikan kenyamanan, kemandirian, kesejahteraan pasien dan
keluarga, serta sesuai keyakinan dan kepercayaannya.
3) Non-Malefcence ( dong no harm )
Tindakan yang dilakukan harus bertujuan untuk tidak mencederai atau
memperburuk keadaan kondisi yang ada.
4) Justice ( Fairness )
Memperlakukan semua pasien sama tanpa diskriminasi (tidak
membedakan ras, suku, agama, gender, dan status ekonomi)

B Konsep Penyakit Diabetes Melitus


1. Pengertian Diabetes Melitus ( DM )

Diabetes Melitus (DM) merupakan salah satu penyakit berbahaya yang


Dikenal oleh masyarakat Indonesia dengan nama penyakit kencing manis.DM
adalah penyakit gangguan metabolik yang terjadi secara kronis atau menahun
karena tubuh tidak mempunyai hormon insulin yang cukup akibat gangguan pada
sekresi insulin. hormon insulin yang tidak bekerja sebagaimana mestinya atau
keduanya (Kemenkes RI, 2014). Mufeed Jalil Ewadh (2014) menyebutkan bahwa
DM adalah penyakit gangguan metabolik dengan ciri ditemukan konsentrasi
glukosa yang tinggi di dalam darah (hiperglikemia).
World Health Oragnization atau WHO (2016) menyebutkan bahwaPenyakit
ini ditandai dengan munculnya gejala khas yaitu poliphagia, polidipsia dan
poliuria serta sebagian mengalami kehilangan berat badan. DM merupakan
penyakit kronis yang sangat perlu diperhatikan dengan serius. DM yang tidak
terkontrol dapat menyebabkan beberapa komplikasi seperti kerusakan mata ginjal
pembuluh darah,saraf dan jantung.

2. Epidemiologi Diabetes Mellitus (DM)


Prevalensi penderita DM di seluruh dunia sangat tinggi dan cenderung
meningkat setiap tahun. Jumlah penderita DM di seluruh dunia mencapai 422
juta penderita pada tahun 2014.Jumlah penderita tersebut jauh meningkat dari
tahun 1980 yang hanya 180 juta penderita.Jumlah penderita DM yang tinggi
terdapat di wilayah South-East Asia dan Western Pacific yang jumlahnya
mencapai setengah dari jumlah seluruh penderita DM di seluruh dunia. Satu dari
sebelas penduduk adalah penderita DM dan 3,7 juta kematian disebabkan oleh
DM maupun komplikasi dari DM (WHO, 2016). Penderita DM di Indonesia
berdasarkan data dari IDF pada tahun 2014 berjumlah 9,1 juta atau 5,7 % dari
total penduduk. Jumlah tersebut hanya untuk penderita DM yang telah
terdiagnosis dan masih banyak penderita DM yang belum terdiagnosis. Indonesia
merupakan negara peringkat ke-5 dengan jumlah penderita DM terbanyak pada
tahun 2014.Indonesia pada tahun 2013 berada diperingkat ke7 penderita DM
terbanyak di dunia dengan jumlah penderita 7,6 juta (Perkeni, 2015).

3. Klasifikasi Diabetes Mellitus (DM)


Organisasi profesi yang berhubungan dengan DM seperti American Diabetes
Association (ADA) telah membagi jenis DM berdasarkan penyebabnya.
PERKENI dan IDAI sebagai organisasi yang sama di Indonesia menggunakan
klasifikasi dengan dasar yang sama seperti klasifikasi yang dibuat oleh organisasi
yang lainnya (Perkeni, 2015).
Klasifikasi DM berdasarkan etiologi menurut Perkeni (2015) adalah sebagai
berikut :
a Diabetes melitus (DM) tipe 1 DM yang terjadi karena
kerusakan atau destruksi sel beta di pankreas. kerusakan ini
berakibat pada keadaan defisiensi insulin yang terjadi secara
absolut. Penyebab dari kerusakan sel beta antara lain
autoimun dan idiopatik.
b Diabetes melitus (DM) tipe 2 Penyebab DM tipe 2 seperti
yang diketahui adalah resistensi insulin. Insulin dalam jumlah
yang cukup tetapi tidak dapat bekerja secara optimal
sehingga menyebabkan kadar gula darah tinggi di dalam
tubuh. Defisiensi insulin juga dapat terjadi secara relatif pada
penderita DM tipe 2 dan sangat mungkin untuk menjadi
defisiensi insulin absolut.
c Diabetes melitus (DM ) tipe lain Penyebab DM tipe lain
sangat bervariasi. DM tipe ini dapat disebabkan oleh defek
genetik fungsi sel beta, defek genetik kerja insulin, penyakit
eksokrin pankreas, endokrinopati pankreas, obat, zat kimia,
infeksi, kelainan imunologi dan sindrom genetik lain yang
berkaitan dengan DM.
d Diabetes melitus Gestasional

4. Etiologi Diabetes Mellitus (DM)


Menurut (Nurarif & Hardhi, 2015) etiologi diabetes mellitus, yaitu :
a. Diabetes Melitus tergantung insulin (DMTI) tipe 1
Diabetes yang tergantung pada insulin ditandai dengan penghancuran
sel-sel beta pancreas yang disebabkan oleh :
a) Faktor genetik :
Penderita diabetes tidak mewarisi diabetes tipe I itu sendiri
tetapi mewarisi suatu presdisposisi atau kecenderungan genetic
kearah terjadinya diabetes tipe I. Kecenderungan genetic ini
ditentukan pada individu yang memililiki tipe antigen HLA
(Human Leucocyte Antigen) tertentu. HLA merupakan
kumpulan gen yang bertanggung jawab atas antigen
tranplantasi dan proses imun lainnya.
b) Faktor imunologi :
Pada diabetes tipe I terdapat bukti adanya suatu respon
autoimun.Ini merupakan respon abnormal dimana antibody
terarah pada jaringan normal tubuh dengan cara bereaksi
terhadap jaringan tersebut yang dianggapnya seolah-olah
sebagai jaringan asing.
c) Faktor lingkungan
Faktor eksternal yang dapat memicu destruksi sel β pancreas,
sebagai contoh hasil penyelidikan menyatakan bahwa virus atau

toksin tertentu dapat memicu proses autoimun yang

menimbulkan destuksi sel β pancreas.

b. Diabetes Melitus tak tergantung insulin (DMTTI)

Disebabkan oleh kegagalan telative beta dan resisten insulin. Secara pasti

penyebab dari DM tipe II ini belum diketahui, faktor genetik diperkirakan

memegang peranan dalam proses terjadinya resistensi insulin. Diabetes

Melitus tak tergantung insulin (DMTTI) penyakitnya mempunyai pola

familiar yang kuat. DMTTI ditandai dengan kelainan dalam sekresi

insulin maupun dalam kerja insulin. Pada awalnya tampak terdapat

resistensi dari sel-sel sasaran terhadap kerja insulin. Insulin mula-mula

mengikat dirinya kepada reseptor-reseptor permukaan sel tertentu,

kemudian terjadi reaksi intraselluler yang meningkatkan transport

glukosa menembus membran sel. Pada pasien dengan DMTTI terdapat

kelainan dalam pengikatan insulin dengan reseptor. Hal ini dapat

disebabkan oleh berkurangnya jumlah tempat reseptor yang responsif

insulin pada membran sel. Akibatnya terjadi penggabungan abnormal

antara komplek reseptor insulin dengan system transport glukosa. Kadar

glukosa normal dapat dipertahankan dalam waktu yang cukup lama dan

meningkatkan sekresi insulin, tetapi pada akhirnya sekresi insulin yang

beredar tidak lagi memadai untuk mempertahankan euglikemia. Diabetes

Melitus tipe II disebut juga Diabetes Melitus tidak tergantung insulin

(DMTTI) atau Non Insulin Dependent Diabetes Melitus (NIDDM) yang


merupakan suatu kelompok heterogen bentuk-bentuk Diabetes yang lebih

ringan, terutama dijumpai pada orang dewasa, tetapi terkadang dapat

timbul pada masa kanak-kanak.

Faktor risiko yang berhubungan dengan proses terjadinya DM tipe II,

diantaranya adalah ;

 Usia (resistensi insulin cenderung meningkat pada usia di atas

65 tahun)

 Obesitas

 Riwayat keluarga

 Kelompok etnik

Hasil pemeriksaan glukosa dalam 2 jam pasca pembedahan dibagi

menjadi 3 yaitu :

 < 140 mg/dL → normal

 140-<200 mg/dL → toleransi glukosa terganggu

 > 200 mg/dL → diabetes.

5. Manifestasi Klinis Diabetes Mellitus (DM)

Menurut Sujono & Sukarmin (2008) manifestasi klinis pada penderita DM, yaitu:

a. Gejala awal pada penderita DM adalah

1) Poliuria (peningkatan volume urine)

2) Polidipsia (peningkatan rasa haus ). akibat volume urine

yang sangat besar keluarnya air yang menyebabkan

dehidrasi ekstrasel. Dehisrasi intrasel mengikuti dehidrasi


ekstrasel karena air intrasel akan berdifusi keluar sel

mengikuti penurunan gradien konsentrasi ke plasma

hipertonik (sangat pekat). Dehidrasi intrasel merangsang

pengeluaran ADH (antidiuretic hormone) dan

menimbulkan rasa haus.

3) Polifagia (peningkatan rasa lapar). Sejumlah kalori hilang

kedalam air kemih, penderita mengalami penurunan berat

badan. Untuk mengkompensasi hal ini penderita seringkali

merasa lapar yang luar biasa.

4) Rasa lelah dan kelemahan otot akibat gangguan aliran

darah pada pasien diabetes lama, katabolisme protein diotot

dan ketidakmampuan sebagian besar sel untuk

menggunakan glukosa sebagai energi

b. Gejala lain yang muncul

1) Peningkatan angka infeksi akibat penurunan protein sebagai

bahan pembentukan antibody, peningkatan konsentrasi glukosa

disekresi mukus, gangguan fungsi imun dan penurunan aliran

darah pada penderita diabetes kronik.

2) Kelainan kulit gatal-gatal, bisul. Gatal biasanya terjadi di daerah

ginjal, lipatan kulit seperti di ketiak dan dibawah payudara,

biasanya akibat tumbuhnya jamur.

3) Kelainan ginekologis, keputihan dengan penyebab tersering yaitu

jamur terutama candida.


4) Kesemutan rasa baal akibat neuropati. Regenerasi sel mengalami

gangguan akibat kekurangan bahan dasar utama yang berasal dari

unsur protein. Akibatnya banyak sel saraf rusak terutama bagian

perifer.

5) Kelemahan tubuh

6) Penurunan energi metabolik/penurunan BB yang dilakukan oleh

sel melalui proses glikolisis tidak dapat berlangsung secara

optimal.

7) Luka yang lama sembuh, proses penyembuhan luka membutuhkan

bahan dasar utama dari protein dan unsur makanan yang lain.

Bahan protein banyak diformulasikan untuk kebutuhan energi sel

sehingga bahan yang diperlukan untuk penggantian jaringan yang

rusak mengalami gangguan.

8) Laki-laki dapat terjadi impotensi, ejakulasi dan dorongan

seksualitas menurun karena kerusakan hormon testosteron.

9) Mata kabur karena katarak atau gangguan refraksi akibat

perubahan pada lensa oleh hiperglikemia.

7. Patofisiologi Diabetes Mellitus (DM)

Diabetes melitus yang merupakan penyakit dengan gangguan pada


metabolisme karbohidrat, protein dan lemak karena insulin tidak dapat bekerja
secara optimal, jumlah insulin yang tidak memenuhi kebutuhan atau keduanya.
Gangguan metabolisme tersebut dapat terjadi karena 3 hal yaitu pertama karena
kerusakan pada sel-sel beta pankreas karena pengaruh dari luar seperti zat kimia,
virus dan bakteri. Penyebab yang kedua adalah penurunan reseptor glukosa pada
kelenjar pankreas dan yang ketiga karena kerusakan reseptor insulin di jaringan
perifer (Fatimah, 2015).Insulin yang disekresi oleh sel beta pankreas berfungsi
untuk mengatur kadar glukosa darah dalam tubuh. Kadar glukosa darah yang
tinggi akan menstimulasi sel beta pankreas untuk mengsekresi insulin (Hanum,
2013). Sel beta pankreas yang tidak berfungsi secara optimal sehingga berakibat
pada kurangnya sekresi insulin menjadi penyebab kadar glukosa darah tinggi.
Penyebab dari kerusakan sel beta pankreas sangat banyak seperti contoh penyakit
autoimun dan idiopatik (NIDDK, 2014). Gangguan respons metabolik terhadap
kerja insulin disebut dengan resisten insulin. Keadaan ini dapat disebabkan oleh
gangguan reseptor, pre reseptor dan post reseptor sehingga dibutuhkan insulin
yang lebih banyak dari biasanya untuk mempertahankan kadar glukosa darah agar
tetap normal. Sensitivitas insulin untuk menurunkan glukosa darah dengan cara
menstimulasi pemakaian glukosa di jaringan otot dan lemak serta menekan
produksi glukosa oleh hati menurun Penurunan sensitivitas tersebut juga
menyebabkan resistensi insulin sehingga kadar glukosa dalam darah tinggi
(Prabawati, 2012).Kadar glukosa darah yang tinggi selanjutnya berakibat pada
proses filtrasi yang melebihi transpor maksimum. Keadaan ini mengakibatkan
glukosa dalam darah masuk ke dalam urin (glukosuria) sehingga terjadi diuresis
osmotik yang ditandai dengan pengeluaran urin yang berlebihan (poliuria).
Banyaknya cairan yang keluar menimbulkan sensasi rasa haus (polidipsia).
Glukosa yang hilang melalui urin dan resistensi insulin menyebabkan kurangnya
glukosa yang akan diubah menjadi energi sehingga menimbulkan rasa lapar yang
menin (polifagia) sebagai kompensasi terhadap kebutuhan energi. Penderita akan
merasa mudah lelah dan mengantuk jika tidak ada kompensasi terhadap kebutuhan
energi tersebut (Hanum, 2013).

8. Komplikasi Diabetes Mellitus (DM)


Komplikasi dari diabetes mellitus menurut Smeltzer et al, (2013) dan Tanto et
al, (2014) diklasifikasikan menjadi komplikasi akut dan komplikasi kronik.
Komplikasi akut terjadi karena intoleransi glukosa yang berlangsung dalam
jangka waktu pendek yang mencakup:
a. Hipoglikemia
Hipoglikemia adalah keadaan dimana glukosa dalam darah mengalami
penurunan dibawah 50 sampai 60 mg/dL disertai dengan gejala
pusing,gemetar, lemas, pandangan kabur, keringat dingin, serta
penurunan kesadaran.
b. Ketoasidosis Diabetes (KAD)
KAD adalah suatu keadaan yang ditandai dengan asidosis metabolic
akibat pembentukan keton yang berlebih.
c. Sindrom nonketotik hiperosmolar hiperglikemik (SNHH)
Suatu keadaan koma dimana terjadi ganagguan metabolisme yang
menyebabkan kadar glukosa dalam darah sangat tinggi, menyebabkan
dehidrasi hipertonik tanpa disertai ketosis serum.
Komplikasi kronik menurut Smeltzer et al, (2013) biasanya terjadi pada

pasien yang menderita diabetes mellitus lebih dari 10 – 15 tahun.

Komplikasinya mencakup:
1) Penyakit makrovaskular (Pembuluh darah besar): biasanya
penyakit ini memengaruhi sirkulasi koroner, pembuluh
darah perifer, dan pembuluh darah otak.
2) Penyakit mikrovaskular (Pembuluh darah kecil): biasanya
penyakit ini memengaruhi mata (retinopati) dan ginjal
(nefropati); kontrol kadar gula darah untuk menunda atau
mencegah komplikasi mikrovaskular maupun
makrovaskular.
3) Penyakit neuropatik: memengaruhi saraf sensori motorik
dan otonom yang mengakibatkan beberapa masalah,
seperti impotensi dan ulkus kaki.

9. Penatalaksanaan Medis Diabetes Mellitus (DM)


Menurut (Mansjoer, A dkk. 2008) penataaksanaan medis yaitu tujuan
utama terapi DM adalah mencoba menormalkan aktivitas insulin dan kadar
glukosa darah dalam upaya mengurangi terjadinya komplikasi vaskuler
serta neuropatik. Tujuan terapeutik pada setiap tipe DM adalah mencapai
kadar glukosa darah normal tanpa terjadi hipoglikemia dan gangguan
serius pada pola aktivitas pasien. Ada lima komponen dalam
penatalaksanaan DM, yaitu :
a. Diet
Syarat diet DM hendaknya dapat :
1) Memperbaiki kesehatan umum penderita
2) Mengarahkan pada berat badan normal
3) Menekan dan menunda timbulnya penyakit angiopati
diabetik
4) Memberikan modifikasi diit sesuai dengan keadaan
penderita
5) Menarik dan mudah diberikan
b. Latihan/ Olahraga.
Latihan jasmani teratur 3-4 kali tiap minggu selama + ½
jam. Adanya kontraksi otot akan merangsang peningkatan aliran
darah dan penarikan glukosa ke dalam sel. Penderita diabetes
dengan kadar glukosa darah >250mg/dl dan menunjukkan adanya
keton dalam urine tidak boleh melakukan latihan sebelum
pemeriksaan keton urin menunjukkan hasil negatif dan kadar
glukosa darah mendekati normal. Latihan dengan kadar glukosa
tinggi akan meningkatkan sekresi glukagon, growth hormon dan
katekolamin. Peningkatan hormon ini membuat hati melepas lebih
banyak glukosa sehingga terjadi kenaikan kadar glukosa
darah.Untuk pasien yang menggunakan insulin setelah latihan
dianjurkan makan camilan untuk mencegah hipoglikemia dan
mengurangi dosis insulinnya yang akan memuncak pada saat
latihan.
c. Penyuluhan
Penyuluhan merupakan salah satu bentuk penyuluhan kesehatan
kepada penderita DM, melalui bermacam-macam cara atau media
misalnya: leaflet, poster, TV, kaset video, diskusi kelompok, dan
sebagainya.
d. Obat-Obatan
Tablet OAD (Oral Antidiabetes)/ Obat Hipoglikemik Oral (OHO).

10. Data Penunjang Diagnostik


Penentuan diagnosa D.M adalah dengan pemeriksaan gula Darah
menurut Sujono & Sukarmin (2008) antara lain:
a) Gula darah puasa (GDO) 70-110 mg/dl. Kriteria diagnostik untuk
DM > 140 mg/dl paling sedikit dalam 2 kali pemeriksaan. Atau >
140 mg/dl disertai gejala klasik hiperglikemia atau IGT 115-140
mg/dl.
b) Gula darah 2 jam post prondial <140 mg/dl digunakan untuk
skrining atau evaluasi pengobatan bukan diagnostik
c) Gula darah sewaktu < 140 mg/dl digunakan untuk skrining bukan
diagnostik.
d) Tes toleransi glukosa oral (TTGO). GD < 115 mg/dl ½ jam, 1 jam,
1 ½ jam < 200 mg/dl, 2 jam < 140 mg/dl.
e) Tes toleransi glukosa intravena (TTGI) dilakukan jika TTGO
merupakan kontraindikasi atau terdapat kelainan gastrointestinal
yang mempengaruhi absorbsi glukosa.
f) Tes toleransi kortison glukosa, digunakan jika TTGO tidak
bermakna. Kortison menyebabkan peningkatan kadar glukosa
abnormal dan menurunkan penggunaan gula darah perifer pada
orang yang berpredisposisi menjadi DM kadar glukosa darah 140
mg/dl pada akhir 2 jam dianggap sebagai hasil positif.
g) Glycosetat hemoglobin, memantau glukosa darah selama lebih dari
3 bulan.
h) C-Pepticle 1-2 mg/dl (puasa) 5-6 kali meningkat setelah pemberian
glukosa.
i) Insulin serum puasa: 2-20 mu/ml post glukosa sampai 120 mu/ml,
dapat digunakan dalam diagnosa banding hipoglikemia atau dalam
penelitian diabetes.

11. Kriteria Diagnostik


Kriteria diagnostik WHO dalam (Mansjoer, A dkk. 2008) untuk Diabetes
Melitus pada orang dewasa yang tidak hamil, Pada sedikitnya 2 kali
pemeriksaan:
a. Glukosa plasma sewaktu/random > 200 mg/dl (11,1 mmol/L).
b. Glukosa plasma puasa/nuchter > 140 mg/dl (7,8 mmol/L).
c. Glukosa plasma dari sampel yang diambil 2 jam kemudian sesudah
mengkonsumsi 75 gram karbohidrat (2 jam post
prandial)>200mg/dl(11,1mmol/L).
BAB III
ANALISA MASALAH

A. PENGKAJIAN AWAL
1 Identitas Klien
a. Nama Pasien : Ny. S
b. Tempat tanggal lahir : 1 April 1971
c. Jenis Kelamin : Perempuan
d. Agama : Islam
e. Pendidikan : SD
f. Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
g. Status Perkawinan : Kawin
h. Suku/Bangsa : Sunda/Indonesia
i. Alamat : Jl. Jati Padang Rt 001/Rw005 Paras minggu
Jakarta selatan
j. Diagnosa Medis : Diabetes Mellitus
k. No.RM : 22091104710004
l. Tanggal Masuk RS : 28 September 2022

2 Penanggung Jawab/ Keluarga


a. Nama : Tn.A
b. Umur : 55 Tahun
c. Pendidikan : SD
d. Pekerjaan : Buruh
e. Alamat : Jl. Jati Padang Rt 001/Rw005 Paras Minggu
Jakarta selatan
f. Hubungan dengan pasien: Suami
g. Status perkawinan : Kawin
3 Riwayat Kesehatan
a Data diperoleh dari : klien dan keluarga
b Keluhan utama : Ny S mengatakan nyeri pada luka dibagian kaki kiri
dengan skala nyeri 7- 8, pasien merasa khawatir dengan kondisi yang
di hadapi saat ini, pasien mengeluh pusing, badan terasa panas, dan sulit
tidur .
4 Riwayat kesehatan sekarang :

Pasien mengatakan 2 minggu sebelum masuk rumah sakit ,pasien nyeri pada
luka kaki kiri , terdapat bula atau melepuh di telapak kaki kiri , kemudian bula
tersebut pecah 2 hari sebelum masuk rumah sakit, dan jari kelingking kaki kiri
sudah di amputasi di klinik DM , kemarin jari manis kaki kiri mulai warna
kehitaman, pasien merasa khawatir dengan akibat dari kondisi yang di hadapi
saat ini, pasien mengeluh pusing, badan terasa panas,dan sulit tidur. Nyeri yang
dirasakan pada kaki kiri dengan skala 7-8, pasien merasa tidak berdaya dan
tidak ada harapan. Pasien diketauhi sakit Diabetes Melitus sejak tahun 2012,
keluarga pasien sudah berusaha untuk mengobati pasien dengan membawanya
ke Rumah Sakit, dengan penyakit yang sama sebanyak dua kali. Kemudian pada
hari Rabu , tanggal 28 September 2022 pasien masuk rawat inap dengan
keluhan yang sama. Saat pengkajian, di dapatkan hasil GDS 242 gr/dL dan
tampak terdapat luka pada kaki kiri klien. Klien mengatakan bahwa luka
tersebut sudah ada sejak kurang lebih 3 tahun yang lalu.

5 Riwayat kesehatan dahulu :


Pasien sudah mengetauhi sakit DM sejak tahun 2012
6 Riwayat kesehatan keluarga :
Dalam keluarga klien tidak ada yang menderita penyakit yang sama seperti
klien.
Riwayat Kesehatan Keluarga

Genogram

Gambar 3. Genogram

Ket:
laki-laki
perempuan
sudah meninggal
tinggal dalam satu rumah

garis perkawinan
pasien
7 Pemeriksaan Fisik
a Keadaan umum : Sadar
b Kesadaran : Composmentis
c Tanda-tanda Vital
1) TD : 109/70 mmHg
2) Nadi : 107x/menit
3) Suhu : 36,0 Celcius
4) RR : 22 x/menit
8 Pola Nutrisi
a. Berat badan : 60 kg
b. Tinggi badan : 156 cm
c. Keluhan : Diet Dm rendah protein
d. Kuantitas konsumsi makan : makan 3x sehari
e. Kuantitas minum perhari : air putih 1200 ml/hari
f. Alergi makanan : klien tidak mempunyai alergi makanan
9 Rambut dan kepala
a. Inspeksi : Bentuk kepala mesocepal, rambut sudah mulai beruban, bersih
, kepala tidak terdapat luka
b. Palpasi : Kepala tidak ada benjolan
10 Mata dan penglihatan :
Conjungtiva tidak anemis, simetris, bersih, pupil isokor, sclera tidak ikterik
11 Hidung dan sinus
a. Inspeksi : Tidak ada polip , tidak ada sekret
b. Palpasi : Tidak ada benjolan
12 Telinga dan pendengaran :
Simetris, tidak ada luka, terdapat serumen
13 Mulut dan tenggorokan :
Bibir terlihat lembab, tidak tampak sianosis, ada reflek telan.
14 Sistem endokrin :
Tidak ada pembesaran kelenjar tiroid, tidak ada hiperpigmentasi pada kulit
15 Thorax dan pernapasan
a. Inspeksi : Dada simetris, pergerakkan paru simetris
b. Palpasi : Taktil fremitus kanan sama dengan kiri
c. Perkusi : Sonor
d. Auskultasi : Vesikuler, tidak ada suara tambahan
16 Abdomen
a. Inspeksi : Perut terlihat datar
b. Auskultasi : Bising usus normal, 11 kali/menit
c. Perkusi : Tymphani
d. Palpasi : Hepardan lien tidak teraba
17 Genetalia dan anus
a. Inspeksi : -
b. Palpasi :-
18 Ektremitas
a. Ekstremitas atas
1) Inspeksi : Pergerakan bebas, tidak ada lesi, tidak ada oedema,
2) Palpasi : Turgor kulit kembali kurang dari 2 detik, CRT > 3 detik
b. Ekstremitas bawah kiri
1) Inspeksi : Terdapat luka gangren di kaki kiri , warna luka hitam
dan pucat,
2) Palpasi : Turgor kulit kembali kurang dari 2 detik , Inspeksi :
Pergerakan bebas
19 Status neurologi
a Inspeksi : Reflek membuka mata 4 Respon verbal 5 Respon motorik 6
b Palpasi : Reflek patela baik
20 Sistem eliminasi
a BAB
1) Konsistensi : Lunak dan berwarna kuning kecoklatan.
2) Frekuensi : 1 kali sehari.
3) Keluhan : Tidak ada keluhan.
b BAK
1) Warna : Kuning
2) Frekuensi : 8-9 kali sehari
3) Keluhan : Tidak ada keluhan.
21 Data Penunjang

Pemeriksaan Hasil Satuan


Tanggal : 28 September 2022
Hemoglobin 9.6 g/dL
Hematokrit 30 %
Leukosit 20.1 10^3/uL
Trombosit 539 10^3/uL
Eritrosit 3.68 10^6/uL
MCV 82 fl
MCH 26 pg
MCHC 32 g/dL
RDW 14.9 %
LED 25 Mm
NLR 10.14 %
Eosinofil 0 %
Basofil 0 %
Neutrofil Segmen 83 %
Neutrofil Batang 3 %
Limfosit 8 %
Monosit 6 %
Neutrofil Absolut 17.13 10^3/uL
Limfosit Absolut 1.69 10^3uL
Glukosa Sewaktu 242 Mg/dL
Ureum 87 Mg/dL
Kreatinin 2.5 Mg/dL
HbA1C 13 %

22 Terapi Saat Ini


a Oral : Bicnat 3x500 mg, Caco3 3x1 caps, As. folat 1 x 2 mg, Zegavit
1x1tab, Metoklopramild 3x1 tab ,Simvastatin 1x 20 mg
b Injeksi: Novorapid 3x14 UI, ezelin 1x22UI, Omeprazole 1x40 mg,
Paracetamol 3x 1 grm, Heparin 1x5000 ui sc, ampicilin
silbactam 2 x 1,5 gr.

23 Kondisi Psikologis, Sosial, Dan Spriritual


Pasien mengatakan dirinya merasa cemas khawatir dengan apa yang ia alami,
pasien mengatakan takut dengan penyakitnya. namun pasien tetap bersyukur
terhadap apa yang dialami saat ini karena keluarga selalu memberikan
dukungan dan saat waktunya kontrol ke dokter, pasti anaknya selalu mau untuk
mengantarkannya ke rumah sakit. Ny S sudah pasrah menerima keadaannya
yang menderita DM sejak tahun 2012. Kemudian untuk saat ini yang bisa
dilakukan oleh Ny.S hanyalah berdoa karena, Ny.S sudah merasa pasrah.
Hubungan Ny. S dengan tetangga sekitar baik, tetangga selalu mensupport
supaya Ny. S segera membaik.

B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1 Ansietas berhubungan dengan ancaman kematian,ancaman terhadap konsep diri
2 Berduka berhubungan dengan kehilangan ( bagian tubuh )
3 Keputusaasaan berhubungan dengan stress jangka panjang , penurunan kondisi
4 fisiologis, pembatasan aktifitas jangka panjang.
5 Keletihan berhubungan dengan keaadaan fisiologis ( mis : penyakit kronis,
penyakit terminal,dan malnutrisi ) program perawatan,atau pengobatan jangka
panjang dan stress berlebihan.
6 Distress spiritual berhubungan dengan kondisi penyakit kronis ,menjelang ajal,
peningkatan ketergantungan kepada orang lain, kejadian hidup yang diharapkan.
7 Harga diri rendah situasional berhubungan dengan perubahan peran social.
8 Gangguan citra tubuh berhubungan dengan perubahan struktur tubuh.
9 Kesiapan peningkatan koping keluarga dibuktikan dengan pasien
mengekspresikan keinginan untuk meningkatkan konsep diri,mengekspresikan
kepuasan dengan diri,harga diri,penampilan peran,citra tubuh dan identitas
pribadi.
C. INTERVENSI

NO Tanggal/jam ANALISA DATA Diagnosa Keperawatan TTD


1 28 / 9/ 2022 DS : Ansietas berhubungan dengan KLM
Jam 07:00 - Klien mengatakan kaki kiri ancaman kematian, ancaman 8
nyeri skala 7- 8 terhadap konsep diri
- Klien mengatakan cemas
khawatir dengan akibat dari
kondisi yang di hadapi saat
ini.
- klien mengeluh pusing, badan
berasa panas, sulit tidur
DO :
- Klien tampak cemas,
tegang, sulit tidur,
frekuensi nafas dan nadi
meningkat.
- Muka tampak pucat dan
suara bergetar.
- Pengkajian (PQRST)
- Nyeri pada kaki kiri,
nyeri berlangsung terus
menerus,terasa seperti
terbakar dan perih,
- Skala nyeri 7 – 8 dan
nyeri dapat berkurang
setelah minum obat
anlgetic.
2 28/9/2022 DS : Berduka berhubungan dengan KLM
Jam 07:00 - Pasien mengatakan bahwa kehilangan ( bagian tubuh) 8
luka dikaki kiri tersebut
sudah ada sejak kurang lebih
3 tahun yang lalu dan kaki
tampak kehitaman dan
pucat, telapak kaki terdapat
bula/melepuh sejak 1
minggu sebelum masuk
rumah sakit
- Pasien mengatakan kaki kiri
nyeri skala nyeri 7- 8
- Klien mengetahui mengidap
Diabetes Melitus sejak tahun
2012.
- Klien sudah pernah opname
dengan penyakit yang sama
sebanyak dua kali.
- Klien mengatakan merasa
tidak berdaya dan merasa
tidak ada harapan hidup.
DO :
- Terdapat luka gangren dan
post amputasi kaki kiri
- Warna kulit pada kaki kiri
tampak hitam dan pucat,
akral teraba dingin
- Klien tampak menangis
,berduka , klien tampak
cemas dan terdapat luka
amputasi di kaki kanan
pasien.
3 28 / 9/ 2022 DS : Keputusaasaan berhubungan KLM
Jam 07:00 - pasien mengatakan mengetahui dengan stress jangka panjang 8
penurun kondisi fisiologis,
sakit diabetes Melitus sejak
pembatasan aktifitas jangka
tahun 2012 panjang.
- Pasien mengatakan bahwa luka
dikaki kiri tersebut sudah ada
sejak kurang lebih 3 tahun
yang lalu dan kaki tampak
kehitaman dan pucat, telapak
kaki terdapat bula/ melepuh
sejak 1 minggu sebelum masuk
rumah sakit
- pasien mengatakan cemas
khawatir dengan akibat dari
kondisi yang di hadapi saat ini
- Pasien mengatakan sulit tidur,
klien mengatakan sulit
melakukan aktivitas sehari –
hari.
- Pasien mengatakan merasa
tidak berdaya / merasa tidak
ada harapan hidup.

DO :
- Warna kulit pada kaki kiri
tampak hitam dan pucat
- Capilarry Refill Time lebih
dari 3 detik
- Akral teraba dingin
-Pasien tampak malas berbicara
-Pasien tampak kurang terlibat
dalam aktifitad melakukan
perawatan luka
28/9/2022 DS :
4 Distress spiritual berhubungan KLM
Jam07.00 - Pasien merasa tidak berdaya dengan kondisi penyakit 8
dan tidak ada harapan hidup. kronis, menjelang ajal,
peningkatan ketergantungan
- Pasien mengatakan sakit
kepada orang lain dan kejadian
DM sejak tahun 2012 hidup yang diharapkan.
- Selama ini pasien rutin
kontrol rawat jalan, dan
pasien sering masuk rumah
sakit dengan keluhan yang
sama
- -Pasien tidak mampu
melakukan aktifitas sehari-
hari,pasien selalu dibanti
oleh keluarganya.
DO :
- Tampak kaki kanan post
amputasi dan kaki kiri
kehitaman dan pucat,telapak
kaki terdapat bula/ melepuh.
- Aktifitas sehari – hari
tergantung keluarga.
- Hasil laboratorium GDS 242
mg/dl Hba1c 13 ( <6,4 )
D. Implementasi

NO Tanggal Diagnosa Tujuan dan Hasil Intervensi TTD


yang diharapkan
1 28/9/2022 Ansietas Setelah dilakukan 1. 0bservasi Kel 8
Jam berhubungan asuhan keperawatan 2. Identifikasi tingkat
07:00 dengan ancaman selama 3x24 jam, kecemasan (anxietas)
kematian,ancaman diharapkan Perfusi 3. Bantu klien
terhadap konsep perifer tidak efektif mengenal situasi yang
diri berhubungan dengan menimbulkan
proses penyakit kecemasan
diabetes mellitus 4. Ajarkan klien
dapat teratasi dengan menggunakan teknik
kriteria hasil: relaksasi
1. Ansietas 5. Ciptakan suasana
berkurang teraupetik untuk
2. Pasien tidak menumbuhkan
merasa gelisah kepercayaan.
3. Pasien tidak 6. Gunakan pendekatan
merasa terapeutik
ketakutan 7. Anjurkan keluarga
4. Pasien tampak untuk menemani klien
tenang dalam mengurangi
ansietas
8. Berikan dukungan
kepada klien agar
tetap menjalankan
kehidupannya dengan
baik
9. Motivasi klien untuk
mengungkapkan
pikiran atau masalah
dan dapat menerima
ekspresi kesedihan
dan kecemasannya
10. Kolaborasi pemberian
obat anti anxietas,jika
perlu.

2 28/9/2022 Berduka Setelah dilakukan 1. Indentifikasi Kel 8


Jam 07:00 berhubungan asuhan keperawatan kehilangan yang
dengan
selama 3x24 jam, dihadapi.
kehilangan
(bagian tubuh) diharapkan Perfusi 2. Identifikasi proses
perifer tidak efektif berduka yang dialami.
berhubungan dengan 3. Identifikasi reaksi
proses penyakit awal terhadap
diabetes mellitus kehilangan teraupetik.
dapat teratasi dengan 4. Memberi motifasi
kriteria hasil: kepada pasien
1. Pasien 5. Kaji secara verbal
mengerti (respon pasien
dengan terhadap dirinya) dan
perubahan non-verbal (mimic
tubuh yang wajah pasien apakah
dialami. sedih atau senang).
2. Pasien dapat 6. Jelaskan tentang
pengobatan serta
menerima keadaan
pentingnya perawatan
tubuhnya. luka post post
amputasi kaki kiri
3. Pasien dapat
selanjutnya.
berinteraksi dengan
7. Support dari suami
teman sekamarnya.
dan
keluarga.
3 28/9/2022 Keputusaasaan Setelah dilakukan 1. Memberi motifasi kepada
berhubungan
Jam 07:00 asuhan keperawatan pasien
dengan stres
jangka panjang selama 3x24 jam, 2. memberi dukungan dari
diharapkan Perfusi keluarga
perifer tidak efektif 3.Observasi reaksi non verbal
berhubungan dengan dan ketidaknyamanan
proses penyakit 4.Gunakan tehnik
diabetes mellitus komunikasi terapetik untuk
dapat teratasi dengan mengetauhi pengalaman
kriteria hasil: nyeri pasien
1. Pasien mampu 5. Anjurkan klien untuk
mengekspresikan terlibat dalam melakukan
harapan positif aktivitas luka.
tentang masa depan
2 Pasien merasa
nyaman
3. Pasien kooperative
dalam perawatan

4. 28/9/2022 Distress spiritual Setelah dilakukan a. Identifikasi perasaan


Jam 07.00 berhubungan
asuhan keperawatan, khawatir, kesepian dan
dengan kondisi
penyakit diharapkan tidak ketidakberdayaan
kronis,menjelang
terjadi distress b. Identifikasi pandangan
ajal,peningkatan
ketergantungan spiritual dengan tentang hubungan antara
kepada oranglain
kriteria hasil: spiritual dan kesehatan.
dan kejadian
hidup yang 1. Pasien mampu c. Identifikasi harapan dan
diharapkan
beristirahat dengan kekuatan pasien
tenang d. Identifikasi ketaatan
2. Menyatakan dalam beragama
penerimaan Terapeutik
moral/etika a. Berikan kesempatan
3.Mengekspresikan mengekspresikan
rasa damai perasaan tentang
berhubungan penyakit dan kematian
dengan Tuhan b. Berikan kesempatan
4. Menunjukkan mengekspresikan dan
hubungan yang meredakan marah secara
hangat dan terbuka tepat
5. Menunjukkan c. Yakinkah bahwa
sikap efektif tanpa perawat bersedia
rasa marah, rasa mendukung selama masa
bersalah dan ketidakberdayaan
ansietas d. Sediakan privasi dan
6. Menunjukkan waktu tenang untuk
perilaku lebih aktivitas
positif e. Diskusikan keyakinan
7. Mengekspresikan 51
arti postitif Gejala dan Tanda
terhadap situasi Mayor
dan keberadaannya Subjektif
1. Mempertahankan
makna/tujuan
hidupnya
2. Menyatakan
hidupnya terasa
tidak/kurang
bermakna
3. Merasa
menderita/tidak
berdaya
Objektif
11. Tidak mampu
beribadah
12. Marah pada tuhan
Gejala dan Tanda
Minor
Subjektif
1. Menyatakan
hidupnya terasa
tidak/kurang
tenang
2. Mengeluh tidak
dapat menerima
(kurang pasrah)
3. Merasa bersalah
4. Merasa terasing
5. Menyatakan telah
diabaikan
Objektif
1. Menolak
berinteraksi
dengan orang
terdekat/pemimpin
spiritual
2. Tidak mampu
berkreativitas (mis.
Menyanyi,
menulis,
mendengarkan
music)
3. Koping tidak
efektif
4. Tidak berminat
pada alam/literatur
tentang makna dan
tujuan hidup, jika perlu
f. Fasilitasi melakukan
kegiatan ibadah
Edukasi
a. Anjurkan berinteraksi
dengan keluarga, teman,
dan/atau orang lain
b. Anjurkan berpartisipasi
dalam kelompok
pendukung
c. Ajarkan metode
relaksasi, meditasi, dan
imajinasi terbimbing
Kolaborasi
a. Atur kunjungan dengan
rohaniawan
E. EVALUASI

NO Tanggal/Jam Diagnosa Keperawatan Catatan Perkembangan TTD

1 28/9/2022 Ansietas berhubungan S : Klien mengatakan sudah Kel. 8


Jam 08:00 dengan ancaman mulai bersemangat karena
kematian anak-anaknya sudah
berusaha semaksimal
mungkin untuk
pengobatannya.
O : Pasien masih sedikit
cemas, keluarga klien
selalu mendukung klien
dalam pengobatan
A : Masalah teratasi sebagian
P : Lanjutkan intervensi

2 28/9/2022 Berduka berhubungan S : Pasien mengatakan sudah Kel. 8


Jam 08:00 dengan kehilangan bisa menerima kehilangan
(bagian tubuh) Pasca amputasi.
O : Perasaan pasien masih sedih

Sedih tetapi pasien sudah

Bisa menerima keadaan

A : Masalah teratasi sebagian

P : Lanjutkan intervensi
3 28/9/2022 Keputusasaan S : Pasien mengatakan mampu Kel. 8
Jam 08:00 berhubungan dengan stres betpartisipasi dalam
jangka panjang, perawatan
penurunan kondisi O; Pasien tampak lebih
fisiologi, pembatasan kooperatif dalam perawatan
aktivitas jangka panjang. A : Masalah teratasi sebagian
P : Lanjutkan intervensi sesuai

care plan

4 28/9/2022 Distress spiritual S : Pasien mengatakan mampu Kel 8


Jam 08:00 berhubungan dengan beristirahat dengan tenang
kondisi penyakit kronis, O: Sikap pasien lebih tenang
menjelang ajal, tanpa rasa marah dan rasa
peningkatan bersalah.
ketergantungan kepada A : Masalah belum teratasi
orang lain dan kejadian
P : Lanjutkan intervensi sesuai
hidup yang diharapkan
care plan
BAB IV
PENUTUP

A. KESIMPULAN

Diabetes Melitus merupakan suatu penyakit yang disebabkan oleh jumlah hormone
insulin yang tidak mencukupi atau tidak dapat bekerja secara normal, padahalhormon ini
memiliki peran utama dalam mengatur kadar glukosa dalam darah.
Perawatan palliative adalah perawatan yang bisa didapatkan para pasien yang menderita
penyakit kronis dan terminal yang bertujuan untuk meningkatkan kualitas hidup pasien.
Peningkatan hidup dilakukan dengan cara pendekatan dari sisi psikologis,social ,mental
serta spiritual pasien, sehingga membuat pasienlebih tenang ,bahagia serta nyaman ketika
menjalani pengobatan.

B. SARAN

Penulisan makalah ini diharapkan dapat menambah pengetahuan dalam melakukan

asuhan keperawatan palliative pada pasien dengan Diabetes Melitus , dan memberikan

dukungan psikologis bagi para penderita Diabetes Melitus .


DAFTAR PUSTAKA

Brunner dan suddart, (2015 ). Keperawatan Medikal Bedah Jakarta : EGC

PPNI ( 2018 ) Standar Luaran Keperawatan Indonesia : Definisi dan kreteria hasil Edisi 1

Jakarta : DPP PPNI

PERKENI (2015 ) Konsensus Pengelolaan dan Pencegahan Diabetes Melitus Tipe 2 Di


Indonesia,Jakarta : PB Perkeni

Adi Teruna Effendi & Sarwono Waspadji : Aspek Biomolekular Diabetes Melitus II penerbit
Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia,2011

Sari,Indah,( 2016 ).Kepuasan pasien Diabetes Melitus terhadap perawatan palliative

Jurnal keperawatan Indonesia Volume 19 nomor 2, (100 – 106 ).

Anda mungkin juga menyukai