Anda di halaman 1dari 55

ASUHAN KEPERAWATAN PADA NY.

N DENGAN DIAGNOSA
DIABETES MELITUS DI UPTD PUSKESMAS BUKIT HINDU
PALANGKA RAYA

Disusun oleh:
Mela Wahyuni
2020-01-14201-065

Disusun Oleh:

Safna
2020-01-14201-074

YAYASAN EKA HARAP PALANGKARAYA


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
PRODI SARJANA KEPERAWATAN
TAHUN 2023
LEMBAR PENGESAHAN

Laporan ini disusun oleh :


Nama : Safna
NIM : 2020-01-14201-074
Program Studi : S-1 Keperawatan
Judul : Asuhan keperawatan dengan diagnosa medis Diabetes Melitus di
UPTD Puskesmas Bukit Hindu Palangka Raya.

Telah melakukan asuhan keperawatan sebagai persyaratan untuk menyelesaikan


Praktik Pra Klinik Keperawatan IV Program Studi S-1 Keperawatan Sekolah
Tinggi Ilmu Kesehatan Eka Harap Palangka Raya.

Laporan Keperawatan ini telah disetujui oleh:

Pembimbing Akademik Pembimbing Lahan

Dian Mitra D. Silalahi,Ners.,M.Kep Emila Karyawati.,S.ST,S.Kep.,NS

ii
KATA PENGANTAR

Dengan memanjatkan Puji Syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa,


karena atas berkat dan anugerah-Nya sehingga penyusun dapat menyelesaikan
Laporan Pendahuluan yang berjudul “Laporan Pendahuluan dan Asuhan
Keperawatan pada Ny.N dengan diagnosa medis Diabetes Melitus”. Laporan
pendahuluan ini disusun guna melengkapi tugas (PPK IV).
Laporan Pendahuluan ini tidak lepas dari bantuan berbagai pihak. Oleh
karena itu, saya ingin mengucapkan terimakasih kepada :

1. Ibu Maria Adelheid Ensia, S.Pd., M.Kes selaku Ketua STIKes Eka Harap
Palangka Raya
2. Ibu Meilitha Carolina, Ners., M.Kep selaku Ketua Program Studi Ners
STIKes Eka Harap Palangka Raya.
3. Ibu Dian Mitra D. Silalahi,Ners.,M.Kep selaku pembimbing akademik
yang telah banyak memberikan arahan, masukkan, dan bimbingan dalam
penyelesaian asuhan keperawatan ini,serta selaku sebagai kordinator PPK
IV.
4. Ibu Emila Karyawati.,S.ST,S,Kep.,Ners selaku dan pembimbingdi Lahan
Praktik..
5. Semua pihak yang telah banyak membantu dalam pelaksaan kegiatan
pengabdian kepada masyarakat ini.
Saya menyadari bahwa laporan pendahuluan ini mungkin terdapat
kesalahan dan jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu penyusun mengharapkan
saran dan kritik yang membangun dari pembaca dan mudah-mudahan laporan
pendahuluan ini dapat mencapai sasaran yang diharapkan sehingga dapat
bermanfaat bagi kita semua.

Palangka Raya, 11 Desember 2023

Safna

iii
DAFTAR ISI

LEMBAR PERSETUJUAN
KATA PENGANTARi
DAFTAR ISIii
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang1
1.2 Rumusan Masalah3
1.3 Tujuan3
1.4 Manfaat Penelitian3
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Konsep Dasar Lansia.................................................................................5
2.1.1 Definisi......................................................................................................5
2.1.2 Batasan Lansia...........................................................................................5
2.1.3 Tipe Lansia................................................................................................6
2.1.4 Tugas Perkembangan Lansia.....................................................................7
2.1.5 Teori Proses Menua ..................................................................................7
2.2.1 Definisi Diabetes Melitus11
2.2.2 Etiologi11
2.2.3 Klasifikasi11
2.2.4 Patofisiologi14
2.2.5 Komplikasi15
2.2.6 Penatalaksanaan15
2.2.7 Manajemen Asuhan Keperawatan21
3.2.1 Pengkajian21
3.2.2 Diagnosa Keperawatan21
3.2.3 Intervensi
3.2.4 Implementasi27
3.2.5 Evaluasi27
BAB 3 ASUHAN KEPERAWATAN
BAB 4 PENUTUP
DAFTAR PUSTAKA

4
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1.Latar Belakang

Menurut UU No. 13 Tahun 1998 tentang kesejahteraan lanjut usia pasal 1 ayat 2 yang
berbunyi lanjut usia adalah seseorang yang telah mencapai usia 60 (enam puluh) tahun
keatas”. Lanjut usia merupakan proses mengalami penuaan anatomi, fisiologis dan biokimia
pada jaringan organ yang dapa tmempengaruhi keadaan fungsi dan kemampuan tubuh
secara keseluruhan (Fatmah,2010)

Pada lanjut usia terjadi kemunduran fungsi tubuh dimana salah satunya adalah
kemunduran fungsi kerja pembuluh darah. Penyakit yang sering dijumpai pada golongan
lansia yang disebabkan karena kemunduran fungsi kerja pembuluh darah yaitu salah satunya
hipertensi atau tekanan darah tinggi. Tekanan darah tinggi merupakan salah satu penyakit
degenerative yang mempunyai tingkat morbiditas dan mortalitas tinggi. Tekanan darah
tinggi merupakan suatu penyakit akiba tmeningkatnya tekanan darah arterial sistemik
baik sistolik maupun diastolik (Arlita, 2014).

Data World Health Organization (WHO) 2015 menunjukkan sekitar 1,13 miliar orang
di dunia menderita hipertensi. Artinya, 1 dari 3 orang di dunia terdiagnosis menderita
hipertensi, hanya 36,8% di antaranya yang minum obat. Jumlah penderita hipertensi di
dunia terus meningkat setiap tahunnya,diperkirakan pada 2025 akan ada 1,5miliar
orang yang terkena hipertensi.
Diperkirakan juga setiap tahun ada 9,4 juta orang meninggal akibat hipertensi dan
komplikasi.
Di Indonesia, berdasarkan data Riskesdas 2018, prevalensi hipertensi di Indonesia
sebesar 34,1%. Prevalensi hipertensi di Kalimantan Timur dengan jumlah penduduk
3.742.194 jiwa pasien yang menderita hipertensi sebesar 29,6% (Riskesdas) tahun
2013. Berdasarkan Kemenkes tahun 2017 Kota Samarinda memiliki persentase 28,25%
dengan hipertensi.
Kesehatan lansia bila tidak di tangani dengan baik, akan menyebabkan
penurunan fungsi fisik dan fisiologis sehingga terjadi kerusakan tubuh yang lebih parah,
menimbulkan banyak komplikasi dan mempercepat kematian. Hipertensi pada lansia bila
tidak segera diobati dapat menyebabkan gagal jantung, stroke dan gagal ginjal (Potter dan
Perry, 2005). Faktor yang dapat mempengaruhi hipertensi ada dua yaitu, faktor yang dapat

5
dikendalikan seperti obesitas, medikasi, gayahidup, stress dan faktor yang tidak dapat di
kenali seperti usia, riwayat keluarga, jenis kelamin (Junaedi, E dkk, 2013).
Masalah keperawatan yang dapat terjadi pada lansia pada Panti Sosial Tresna
Werdha Nirwana Puri berdasarkan SDKI masalah keperawatan yang dapat terjadi pada
pasien dengan hipertensi adalah risiko perfusi miokard tidak efektif, risiko perfusi renal tidak
efektif, risiko perfusi serebral tidak efektif.
Menurut studi pendahuluan saat praktik Mahasiswa Politeknik Kesehatan
Kalimantan Timur di Panti Sosial Tresna Werdha Nirwana Puri pada bulan November
tahun 2018 terdapat 86 orang lansia dengan usia lebih dari 60-90 tahun dengan 26 orang
diantaranya mengalami hipertensi. Berdasarkan hasil wawancara diantara 26 lansia
(30,2%) dengan hipertensi terdapat16 lansia mengeluh nyeri pada bagian tengkuk dan bagian
belakang kepala lebih dari 24 jam dalam sebulan terakhir.
1.2.Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas maka rumusan masalah dalam penulisan ini adalah
“Bagaimana Asuhan Keperawatan pada Ny.N dengan Diagnosa Medis Diabetes Melitus di
UPTD Puskesmas Bukit Hindu Palangka Raya?”.
1.3.Tujuan
1.3.1 Tujuan Umum
Tujuan umum dari penulisan Laporan Pendahuluan ini adalah untuk memahami
tentang keperawatan klinis dalam Asuhan Keperawatan pada Ny.N dengan Diagnosa Medis
Diabetes Melitus di UPTD Puskesmas Bukit Hindu Palangka Raya.
1.3.2 Tujuan Khusus
Mendefinisikan asuhan keperawatan pada klien dengan Dengan Diagnosa Medis
Diabetes Melitus di UPTD Puskesmas Bukit Hindu Palangka Raya.

1.4.Manfaat
Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat :
1. Bagi Institusi UPTD Puskesmas Bukit Hindu Sebagai bahan masukan untuk
meningkatkan mutu pelayanan Kesehatan dan asuhan keperawatan bagi pasiennya
serta meningkatkan pengetahuan bagi perawat di UPTD Puskesmas Bukit Hindu
palangkaraya.
2. Bagi institusi kependidikan Sebagai bahan tambahan pengetahuan untuk bisa
membantu penelitian dalam mencapai tujuan penelitian.

6
3. Bagi perawat Sebagai bahan masukan untuk lebih meningkatkan dalam asuhan
keperawatan dalam mengelola ataupun pelayanan bagi pasien.
4. Bagi peneliti Sebagai informasi untuk penelitian lebih lanjut pada umumnya dan
khususnya bagi peneliti memperoleh pengetahuan tentang prilaku pengkajian respon
pasien dia UPTD Puskesmas Bukit Hindu Palangka Raya.

7
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Konsep Lansia
2.1.1 Definisi Lansia
Lanjut usia bukan merupakan suatu penyakit, melainkan suatu tahap lanjut dari
suatu kehidupan dimana lansia berada pada fase akhir yang ditandai dengan
menurunnya kemampuan tubuh dalam melakukan adaptasi dengan lingkungannya
sehingga tidak dapat bertahan terhadap infeksi dan memperbaiki kerusakan yang terjadi
di dalam tubuhnya. Individu dikategorikan ke dalam lansia ketika telah memasuki usia
diatas 60 tahun. Banyak lansia yang mengalami gangguan akibat penurunan fungsi
tubuh seperti gangguan kardiovaskuler, pernafasan, pencernaan, panca indra,
persarafan, endokrin, integument dan muskuloskeletal (Sunaryo et al., 2018).
Lanjut usia merupakan suatu bagian dari proses tumbuh kembang. Manusia tidak
secara tiba-tiba menjadi tua, tetapi melalui proses tahapan atau perkembangan dari bayi,
anak-anak, remaja, dewasa dan akhirnya menjadi tua. Lansia merupakan proses alami
yang diikuti dengan perubahan fisik dan perilaku. Semua individu akan mengalami
proses menjadi tua dan masa tua merupakan masa hidup tahap akhir dari manusia,
dimana mengalami kemunduran fisik, mental dan sosial secara bertahap (Artinawati,
2017).
2.1.2 Batasan Lansia
1) Menurut WHO, lansia dibagi dalam beberapa kelompok yaitu:
a. Usia pertengahan (Middle Age) = Usia 45 – 59 Tahun
b. Usia Lanjut (Elderly) = Usia 60 – 74 Tahun
c. Usia Lanjut Tua (Old) = Usia 75 – 90 Tahun
d. Usia Sangat Tua (Very Old) = Usia > 90 Tahun
2) Menurut Siti Maryam (2009), lansia dikategorikan sebagai berikut:
a. Pralansia (Prasenilis)
b. Lansia
Seseorang yang berusia 60 atau lebih
c. Lansia Resiko Tinggi
Seseorang yang berusia 70 tahun atau lebih atau seseorang yang berusia 60
tahun atau lebih dengan masalah kesehatan.
d. Lansia Potensial

8
Lansia yang masih mampu melakukan pekerjaan dan atau kegiatan yang dapat
menghasilkan barang atau jasa
e. Lansia Tidak Potensial
Lansia yang tidak berdaya mencari nafkah, hinggs bergantung pada orang lain.
3) Menurut Undang – Undang No.13 Tahun 1998
Seseorang dikatakan sebagai lanjut usia setelah sampai umur 60 tahun keatas
4) Menurut Departemen Kesehatan tahun 1994
a. Kelompok lanjut usia dini (55 – 64 tahun), yakni kelompok baru memasuki
lanjut usia
b. Kelompok lanjut usia (65 tahun keatas)
c. Kelompok lanjut usia resiko tinggi, yakni lanjut usia yang berusia lebih dari
70 tahun.
2.1.3 Tipe Lansia
Lansia yang ada pada lansia tergantung oleh karakter, pengalaman hidup,
lingkungan, kondisi fisik, mental, sosial dan ekonominya (Siti Maryam, 2018) :
1) Tipe Arif Bijaksana
Kaya dengan hikmah, pengalaman, menyesuaikan diri dengan perubahan
zaman, mempunyai kesibukan, bersikap ramah, rendah hati, sederhana,
dermawan, memenuhi undangan dan menjadi panutan.
2) Tipe Mandiri
Seseorang yang berusia di antara 45 – 59 Tahun
Mengganti kegiatan yang hilang dengan kegiatan yang baru, selektif dalam
mencari pekerjaan, bergaul dengan teman dan memenuhi undangan.

3) Tipe Tidak Puas


Konflik lahir batin menentang proses penuaan sehingga menjadi pemarah, tidak
sabar, mudah tersinggung, sulit dilayani, pengkritik dan banyak menuntut.
4) Tipe Pasrah
Menerima dan menunggu nasip baik, mengikuti kegiatan agama, dan melakukan
pekerjaan apa saja.
5) Tipe Bingung
Kaget, kehilangan kepribadian, mengasingkan diri, minder, menyesal, pasif dan
acuh tak acuh.
2.1.4 Tugas Perkembangan Lansia

9
Menurut Siti Maryam (2009), tugas perkembangan pada lansia yaitu :
a. Mempersiapkan diri untuk kondisi yang menurun
b. Mempersiapkan diri untuk pasien
c. Membentuk hubungan yang baik dengan orang seusiannya
d. Mempersiapkan kehidupan baru
e. Melakukan penyesuaian terhadap kehidupan sosial atau masyarakat secara santai
f. Mempersiapkan diri untuk kematian dan kematian pasangan
Tugas perkembangan pada usia lanjut menurut Tamher (2009) yaitu :
a. Penyesuaian terhadap penurunan kekuatan dan kesehatan fisik
b. Penyesuaian terhadap pensiun dan penurunan penghasilan
c. Penyesuaian terhadap kematian pasangan atau orang terdekat, membangun suatu
perkumpulan dengan sekelompok seusia, mengambil prakarsa dan beradaptasi
terhadap peran sosial dengan cara yang fleksibel, serta membuat pengaturan hidup
atau kegiatan fisik yang menyayangkan.
2.1.5 Teori Proses Menua
a. Teori Biologi
Teori biologi tentang proses penuaan terdiri dari :
1) Teori Radikal Bebas
Radikal bebas mempu merusak membran sel, lisosom, mitokondria, dan inti
membran melalui reaksi kimia yang disebut peroksidasi lemak. Teori radikal
bebas pada penuaan ditujukkan oleh hormon yang ditandai dengan munculnya
efek patologis. Radikal bebas dapat menyebabkan terjadinya pigmen dan
kolagen pada proses penuaan. Meningkatnya radikal bebas dapat dihambat
dengan pengaturan diet (jumlah kalori) serta konsumsi obat atau makanan
yang mengandung banyak anti oksidan seperti makanan yang mengandung
Vitamin E, Vitamin C, selenium, glutation peroksidae dan superokside
dismutase.
2) Teori Autoimun
Menurut teori autoimun, penuaan diakibatkan oleh antibodi yang bereaksi
terhadap sel normal dan merusakknya. Reaksi tersebut terjadi karena tubuh
gagal mengenal sel normal dan memproduksi antibodi yang salah.
Akibatnnya, antibodi tersebut akan bereaksi terhadap sel normal, disamping
sel abnormal yang menstimulasi pembentukannya. Teori ini didukung dengan
kenyataan bahwa jumlah antibodi meningkat pada lansia dan terdapat

10
persamaan antara penyakit inum (seperti artritis reumatoid, diabetes, tiroidtis
dan amiloidosis) dengan fenomena menua di masyarakat.
3) Teori Telomer
Dalam pembelahan sel, DNA membelah dengan proses mekanisme satu arah.
Setiap pembelahan akan menyebabkan panjang ujung telomer (ujung lengan
pendek kromosom) berkurang panjangnnya (65 rantai dasar asam amino) saat
terjadi pemutusan duplikat kromosom. Semakin sering sel membelah, semakin
cepat ujung telomer memendek dan akhirnya tidak mampu untuk membelah
lagi
4) Teori Hormonal
Pusat terjadinya proses penuaan terletak pada otak. Hal ini didasarkan pada
studi tentang hipotiroidisme yang dapat menjadi fatal apabila tidak diobati
dengan tiriksin. Manifestasi dari penuaan akan tampak jika penyakit tersebut
tidak segera ditangani seperti penurunan sistem kekebalan, kulit yang mulai
keriput, munculnya uban dan penuruanan proses metabolisme secara perlahan.
5) Teori Mutasi Somatik (error catastrophe)
Menurut teori ini terjadi penuaan karen adanya mutasi somatik yang
diakibatakan oleh pengaruh lingkungan yang buruk. Mutasi somatik bisa
terjadi karena adanya kesalahan dalam proses transkripsi DNA-aRNA dan
proses translasi RNA-a protein atau enzim, dan belangsung terus-menerus,
hingga terjadi penurunan fungsi organ atau sel -sel menjadi kanker atau
penyakit.
6) Teori Stres
Teori ini didasarkan pada fakta bahwa menua sebai akibat dari hilangnnya sel
– sel yang biasa digunakan tubuh. Regenerasi jaringan tidak dapat
mempertahankan kestabilan lingkungan internal, kelebihan usaha dan stress
yang menyebabkan sel – sel lelkah terpakai kembali.
b. Teori Sosiopsikologis
1) Teori Aktivitas atau Kegiatan
Teori ini menyatakan bahwa lansia harus tetap aktif mengikuti kegiatan di
masyarakat untuk mencapai kesejahteraan pada usiannya. Aktivitas sosial
dibutuhkan oleh lansia untuk mempertahankan kepuasan hiup dan konsep diri
yang positif. Lansia yang masih aktif diharapkan tetap bersemangat dan tidak
merasa terasingkan oleh masyarakat karena faktor usia. Teori ini didasarkan

11
pada tiga asumsi bahwa lebih baik aktif daripada pasif, lebih baik bahagia
daripada murung dan lansia sejahtera adalah lansia yang bisa selalu aktif dan
bahagia
2) Teori Pembebasan
Dalam teori ini dijelaskan bahwa bertambahnnya usia, seseorang perlahan –
lahan mulai melepaskan diri dari kehidupan sosialnnya atau menarik diri dari
pergaulan sekitarnya. Keadaan ini mengakibatkan interaksi sosial pada lansia
menurun, baik secara kualitas maupun kuantitas sehingga sering terjadi
kehilangan ganda yaitu kehilangan peran, hambatan kontak sosial dan
berkurangnya komitmen.
3) Teori Kepribadian Lanjut
Teori kepribadian lanjut menyangkal teori aktivitas dan teori pembebasan.
Perubahan yang terjadi pada seseorang yang usiannya telah lanjut sangat
dipengaruhi oleh tipe personaliti yang dimilikinnya.
4) Teori Lingkungan
a) Exposure Theory
Teori ini menyatakan bahwa paparan sinar matahari dapat mengakibatkan
percepatan proses penuaan
b) Radiation Theory
Adanya paparan radiasi sinar gamma, sinar X dan ultraviolet dari alat –
alat medis memudahkan sel mengalami denaturasi protein dan mutasi
DNA
c) Polution Theory
Polusi udara, air, dan tanah mengandung substansi kimia yang
mempengaruhi kondisi epigenetik dan menimbulkan penuaan dini
d) Stress Theory
Stres fisik maupun psikis yang terjadi dapat meningkatkan kadar kortisol
dalam darah. Jika kondisi stres berlangsung terus – menerus, maka proses
penuaan akan terjadi lebih cepat.

12
2.2.Konsep Diabetes Melitus
2.2.1 Definisi Diabetes Melitus
Diabetes Melitus merupakan penyakit gangguan metabolisme karbohidrat lemak dan
protein yang berkaitan dengan defisiensi atau resistensi insulin secara absolute maupun relatif
yang bersifat kronis, ditandai dengan ciri khas peningkatan kadar Glukosa darah atau
Hiperglikemia diatas nilai normal, Hiperglikemia terjadi karena adanya gangguan kerja
insulin atau sekresi insulin didalam tubuh (Miharja, 2013, Awad dkk, 2013). Glukosa darah
dikatakan normal jika tidak melebihi 70-<100 mg/dl pada gula darah puasa, jika melebihi
gula darah puasa antara 100-125 pdikatakan pre Diabetes, sedangkan seseorang dikatakan
terkena Diabetes Melitus jika kadar Glukosa darah >126 mg/dl (Subekti, 2012).
Berdasarkan pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa Diabetes mellitus adalah
penyakit gangguan metabolisme yang disertai dengan penurunan insulin dalam tubuh yang
bersifat kronis, sehingga berakibat meningkatnya kadar gula didalam darah.
2.2.2 Anatomi Fisiologi

2.2.2.1 Anatomi pancreas


Pankreas terletak melintang dibagian atas abdomen dibelakang gaster didalam ruang
retroperitoneal. Disebelah kiri ekor pankreas mencapai hilus limpa diarah kronio – dorsal dan
bagian atas kiri kaput pankreas dihubungkan dengan corpus pankreas oleh leher pankreas
yaitu bagian pankreas yang lebarnya biasanya tidak lebih dari 4 cm, arteri dan vena
mesentrika superior berada dileher pankreas bagian kiri bawah kaput pankreas ini disebut
processus unsinatis pankreas.

13
Pankreas terdiri dari dua jaringan utama yaitu :
1) Asinus, yang mengekskresikan pencernaan ke dalam duodenum.
2) Pulau Langerhans, yang tidak mempunyai alat untuk mengeluarkan getahnya
namun sebaliknya mensekresi insulin dan glukagon langsung kedalam darah.
Pankreas manusia mempunyai 1 – 2 juta pulau langerhans, setiap pulau langerhans
hanya berdiameter 0,3 mm dan tersusun mengelilingi pembuluh darah kapiler.
Pulau langerhans mengandung tiga jenis sel utama, yakni sel- alfa, beta dan
delta. Sel beta yang mencakup kira-kira 60 % dari semua sel terletak terutama
ditengah setiap pulau dan mensekresikan insulin. Granula sel B merupakan
bungkusan insulin dalam sitoplasma sel. Tiap bungkusan bervariasi antara spesies
satu dengan yang lain. Dalam sel B , molekul insulin membentuk polimer yang juga
kompleks dengan seng. Perbedaan dalam bentuk bungkusan ini mungkin karena
perbedaan dalam ukuran polimer atau agregat seng dari insulin. Insulin disintesis di
dalam retikulum endoplasma sel B, kemudian diangkut ke aparatus golgi, tempat ia
dibungkus didalam granula yang diikat membran. Granula ini bergerak ke dinding sel
oleh suatu proses yang tampaknya sel ini yang mengeluarkan insulin ke daerah luar
dengan eksositosis. Kemudian insulin melintasi membran basalis sel B serta kapiler
berdekatan dan endotel fenestrata kapiler untuk mencapai aliran darah. Sel alfa yang
mencakup kira-kira 25 % dari seluruh sel mensekresikan glukagon. Sel delta yang
merupakan 10 % dari seluruh sel mensekresikan somatostatin.
Pankreas dibagi menurut bentuknya :
1) Kepala (kaput) yang paling lebar terletak di kanan rongga abdomen, masuk
lekukan sebelah kiri duodenum yang praktis melingkarinya.
2) Badan (korpus) menjadi bagian utama terletak dibelakang lambung dan di depan
vertebra lumbalis pertama.
3) Ekor (kauda) adalah bagian runcing di sebelah kiri sampai menyentuh pada
limpa (lien).
2.2.2.2 Fisiologi Pankreas
Pankreas disebut sebagai organ rangkap, mempunyai dua fungsi yaitu sebagai
kelenjar eksokrin dan kelenjar endokrin. Kelenjar eksokrin menghasilkan sekret yang
mengandung enzim yang dapat menghidrolisis protein, lemak, dan karbohidrat; sedangkan
endokrin menghasilkan hormone insulin dan glukagon yang memegang peranan penting pada
metabolism karbohidrat. Kelenjar pankreas dalam mengatur metabolisme glukosa dalam

14
tubuh berupa hormon-hormon yang disekresikan oleh sel – sel dipulau langerhans. Hormon-
hormon ini dapat diklasifikasikan sebagai hormon yang merendahkan kadar glukosa darah
yaitu insulin dan hormon yang dapat meningkatkan glukosa darah yaitu glukagon. Fisiologi
Insulin :
Hubungan yang erat antara berbagai jenis sel dipulau langerhans menyebabkan
timbulnya pengaturan secara langsung sekresi beberapa jenis hormone lainnya, contohnya
insulin menghambat sekresi glukagon, somatostatin menghambat sekresi glukagon dan
insulin.
Pankreas menghasilkan :
1) Garam NaHCO3 : membuat suasana basa.
2) Karbohidrase : amilase ubah amilum → maltosa.
3) Dikarbohidrase : a.maltase ubah maltosa → 2 glukosa.
4) Sukrase ubah sukrosa → 1 glukosa + 1 fruktosa.
5) Laktase ubah laktosa → 1 glukosa + 1 galaktosa.
6) lipase mengubah lipid → asam lemak + gliserol.
7) enzim entrokinase mengubah tripsinogen → tripsin dan ubah pepton → asam
amino.
Kepulauan Langerhans Membentuk organ endokrin yang menyekresikan insulin, yaitu
sebuah homron antidiabetika, yang diberikan dalam pengobatan diabetes. Insulin ialah sebuah
protein yang dapat turut dicernakan oleh enzim-enzim pencerna protein dan karena itu tidak
diberikan melalui mulut melainkan dengan suntikan subkutan. Insulin mengendalikan kadar
glukosa dan bila digunakan sebagia pengobatan dalam hal kekurangan seperti pada diabetes,
ia memperbaiki kemampuan sel tubuh untuk mengasorpsi dan menggunakan glukosa dan
lemak.
Pada pankreas paling sedikit terdapat empat peptida dengan aktivitas hormonal yang
disekresikan oleh pulau-pulau (islets) Langerhans. Dua dari hormon-hormon tersebut, insulin
dan glukagon memiliki fungsi penting dalam pengaturan metabolism karbohidrat, protein,
dan lemak. Hormon ketiga, somatostatin berperan dalam pengaturan sekresi sel pulau, dan
yang keempat polipeptida pankreas berperan pada fungsi saluran cerna.
Hormon Insulin : Insulin merupakan protein kecil, terdiri dari dua rantai asam amino
yang satu sama lainnya dihubungkan oleh ikatan disulfida. Bila kedua rantai asam amino
dipisahkan, maka aktivitas fungsional dari insulin akan hilang. Translasi RNA insulin oleh
ribosom yang melekat pada reticulum endoplasma membentuk preprohormon insulin --
melekat erat pada reticulum endoplasma—membentuk proinsulin -- melekat erat pada alat

15
golgi -- membentuk insulin--terbungkus granula sekretorik dan sekitar seperenam lainnya
tetap menjadi proinsulin yang tidak mempunyai aktivitas insulin.
Insulin dalam darah beredar dalam bentuk yang tidak terikat dan memilki waktu paruh
6 menit. Dalam waktu 10 sampai 15 menit akan dibersihkan dari sirkulasi. Kecuali sebagian
insulin yang berikatan dengan reseptor yang ada pada sel target, sisa insulin didegradasi oleh
enzim insulinase dalam hati, ginjal, otot, dan dalam jaringan yang lain.
Reseptor insulin merupakan kombinasi dari empat subunit yang saling berikatan
bersama oleh ikatan disulfide, 2 subunit alfa (terletak seluruhnya di luar membrane sel) dan 2
subunit beta (menembus membrane, menonjol ke dalam sitoplasma). Insulin berikatan
dengan subunit alfa -- subunit beta mengalami autofosforilasi – protein kinase -- fosforilasi
dari banyak enzim intraselular lainnya.
Insulin bersifat anabolik, meningkatkan simpanan glukosa, asam-asam lemak, dan asam-asam
amino. Glukagon bersifat katabolik, memobilisasi glukosa, asam-asam lemak, dan asam-
asam amino dari penyimpanan ke dalam aliran darah. Kedua hormone ini bersifat berlawanan
dalam efek keseluruhannya dan pada sebagian besar keadaan disekresikan secara timbale
balik. Insulin yang berlebihan menyebabkan hipoglikemia, yang menimbulkan kejang dan
koma.
Defisiensi insulin baik absolut maupun relatif, menyebabkan diabetes melitus, suatu
penyakit kompleks yang bila tidak diobati dapat mematikan. Defisiensi glukagon dapat
menimbulkan hipoglikemia, dan kelebihan glukagon menyebabkan diabetes memburuk.
Produksi somatostatin yang berlebihan oleh pancreas menyebabkan hiperglikemia dan
manifestasi diabetes lainnya.
2.2.3 Etiologi Diabetes Melitus
Penyebab Diabetes Melitus pada umumnya disebebkan oleh rusaknya sebagian besar
atau kecil sel betha pankreas yang berfungsi sebagai penghasil insulin didalam tubuh, karena
ada kerusakan sel betha maka berakibat tubuh akan kekurangan insulin (Riyadi, 2012). Selain
itu terdapat juga faktor-faktor resiko yang mempengaruhi terjadinya Diabetes Melitus faktor
tersebut ada yang bisa diubah dan tidak dapat diubah.
Faktor resiko yang tidak dapat diubah yaitu:
2.2.3.1 Faktor Genetik
Penyakit Diabetes Melitus dapat diturunkan oleh orang tua kepada anak. Penyebabnya
yaitu Gen orang tua akan dibawa oleh anak pada saat anak masih didalam kandungan,
pewarisan ini dapat berlanjut sampai sampai kecucunya bahkan bisa sampai cicit walaupun
resikonya sangat kecil (Kekenusa, 2013).

16
2.2.3.2 Usia
Menurut Hardianah (2012), Diabetes Melitus mengalami peningkatan pada usia muda
dikarenakan meningkatnya kejadian obesitas pada usia muda.
2.2.3.3 Gender
Meskipun sampai saat ini belum ditemukan prevalensi Diabetes Melitus pada wanita dan
pria, namun berbagai study menyatakan bahwa ada perbedaan prevelensi antara jenis kelamin
tersebut, study yang dilakukan pencegahan dan pengendalian penyakit 2012, menunjukan
peningkatan kejadian Diabetes Melitus pada wanita sebasar 4,8%, dan 3,2% pada pria
(Hotma,2014).
2.2.3.4 Diabetes Melitus Gestasional
Adalah suatu kondisi intoleransi terhadap glukosa yang ditemukan pada ibu hamil dengan
gangguan toleransi glukosa. Berkembangnya GDM pada masa kehamilan menjadi faktor
resiko penyebab Diabetes Melitus (Damayanti, 2015). Faktor resiko yang dapat diubah antara
lain:
1. Obesitas
Pola makan yang tidak sehat yang banyak mengandung gula dan lemak akan
menumpuk didalam tubuh sehingga menyebabkan kelenjar pankreas bekerja lebih
keras untuk menghasilkan insulin untuk mengelola gula yang masuk kedalam tubuh
(American Diabetes Association, 2017).
2. Pola hidup
Penyebab Diabetes melitus juga disebabkan oleh pola hidup, kurangnya olahraga dan
aktifitas fisik dapat beresiko tinggi terkena Diabetes Melitus karena fungsi olahraga
yaitu untuk membakar kalori yang berlebihan didalam tubuh, kalori yang terlalu
banyak didalam tubuh merupakan faktor utama penyebab Diabetes Melitus (Tarwoto,
2012).

2.2.4 Klasifikasi
Diabetes Melitus dibagi menjadi 2 tipe yaitu:
a. Diabetes Melitus tipe 1 (Diabetes tergantung pada insulin)
Diabetes Melitus tipe 1 terjadi akibat kerusakan dari sel beta pankreas sehingga tubuh
mengalami kekurangan insulin, sehingga penderita Diabetes tipe 1 akan
ketergantungan insuli seumur hidup, Diabetes Melitus tipe 1 disebabkan oleh faktor
genetik (keturunan) faktor imunologik dan faktor lingkungan (Hardianah, 2013).
b. Diabetes Melitus tipe tipe 2 (Diabetes Melitus tidak tergantung pada insulin)

17
Diabetes Melitus tipe 2 ini disebabkan insulin yang berada didalam tubuh tidak
bekerja dengan baik, bisa meningkat bahkan menurun , Diabetes tipe ini umum terjadi
dikarenakan oleh faktor resikonya yaitu malas olahraga dan obesitas, factor yang
mempengaruhi Diabetes yaitu riwayat keluarga obesitas, gaya hidup dan usia yang
lebih 65 tahun memiliki resiko tinggi (Muhlisin, 2015).
2.2.5 Fatofisiologi
Kombinasi antara faktor genetic faktor lingkungan resistensi insulin dan
gangguan sekresi insulin merupakan penyebab DM. faktor lingkungan yang
mempengaruhi seperti obesitas, kurangnya aktifitas fisik, stress dan pertambahan
umur (Kaku, 2013).
Gejala awalnya berhubungan dengan efek langsung dari gula darah yang
tinggi. Jika kadar gula darah melebihi 160-180 mg/dl maka glukosa akan dikeluarkan
melalui air kemih dengan jumlah yang banyak (poliuri). Sehingga penderita
akansering haus dan akan banyak minum (polidipsi). Sejumlah kalori akan hilang ikut
terbuang didalam air kemih sehingga penderita akan mengalami penurunan berat
badan. Untuk mengkompensasi hal ini seringkali penderita akan merasakan lapar
yang luar biasa sehingga penderita akan banyak makan dalam jumlah yang banyak
(polifagi). Gejala lainya adalah pandangan kabur, pusing, mual, dan
berkurangnyaketahanan tubuh selama beraktifitas atau olahraga.
Penderita Diabetes Melitus dengan kadar gula kurang terkontrol lebih peka terhadap
infeksi (Muttaqin, 2010). Pada penderita Diabetes Melitus tipe 1 akan menimbulkan
keadaan yang disebut ketoasidosis diabetikum, Meskipun kadar glukosa tinggi tetapi
sebagian besar sel tidak dapat menggunakan gula tanpa insulin, sehingga kebutuhan
energi sel diambil dari sumber lain, sumber lain biasanya diambi dari lemak tubuh.
Sel lemak dipecah dan akan menghasilkan keton, yang merupakan senyawa kimia
beracun yang mengakibatkan darah menjadi asam (ketoasidosis). Gejala awal dari
ketoadosis diabetikum adalah rasa haus dan berkemih dengan jumlah yang banyak,
mual, muntah, lelah dan nyeri perut. nafas menjadi dalam dan cepat karena tubuh
berusaha memperbaiki keasaman darah, bau nafas penderita akan berbau seperti
aseton, jika tanpa pengobatan ketoadosis diabetikum bisa berkembang menjadi koma,
biasanya hanya dalam waktu beberapa jam. Bahkan setelah rutin terapi insulin,
penderita Diabetes Melitus tipe I bisa mengalami ketoasidosis jika penderita lupa atau
melewatkan penyuntikan insulin atau penderita mengalami stres akibat infeksi,
kecelakaan atau penyakit yang serius (Soegondo, 2010).

18
Pada Diabetes Melitus tipe II terdapat dua masalah yang berhubungan dengan
insulin, yaitu resistensi insulin dan gangguan sekresi insulin. Pada normalnya insulin
akan terikat reseptor kusus pada permukaan sel. Akibat terikatnya reseptor dengan
insulin maka terjadi suatu rangkaian reaksi dalam metabolisme glukosa didalam sel.
Resistensi insulin pada Diabetes Melitus tipe II disertai dengan penurunan reaksi
intrasel. Dengan demikian insulin tidak efektif untuk menstimulus dalam pengambilan
glukosa oleh jaringan. Akibat intoleransi glukosa yang lambat maka Diabetes Melitus
tipe II dapat berjalan tanpa terdeteksi. Jika pasien mengalami gejala tersebut bersifat
ringan dan mencakup kelelahan, iritabilitas, poliuri, polidipsia, luka yang lama proses
penyembuhanya, infeksi vagina atau pandangan kabur (jika kadar glukosa sangat
tinggi) (Andra Saferi, 2013).
Diabetes Melitus dapat membuat gangguan/komplikasi melalui kerusakan
pada pembuluh darah diseluruh tubuh yang disebut juga dengan angiopati diabetik.
Penyakit ini bisa menjadi kronis dan dibagi menjadi gangguan pembuluh darah besar
(makrovaskuler) disebut dengan makroangiopati. dan pada pembuluh darah kecil
(mikrovaskuler) disebut dengan mikroangiopati. yang berefek terhadap saraf perifer
dan suplay faskuler gangguan pada pembuluh darah kecil dapat mengakibatkan
neuropati, dan terhambatnya suplai oksigen dan sari-sari makanan kejaringan,
sehingga bisa mengakibatkan timbulnya ulkus diabetikum, neuropati sensori perifer
memungkinkan terjadinya trauma sehingga mengakibatkan terjadinya Gangguan
integritas jaringan dibawah area kalus. (Subekti, 2012).

19
WOC
DM tipe 1 DM tipe 2
Reaksi autoimun Genetik,pola
makan,pola,hidup,stress

Sel B pancreas hancur Definisi Insulin Jumlah sel pancreas


menurun
Diabetes mellitus (DM)

B1 Breath B2 Blood B3 Brain B4 Bladder B5 Bowel B6 Bone

Kegagalan relative sel beta dan


Kegagalan relatif sel beta Destruksi sel beta Oksidasi glukosa Konsentrasi glukosa Destruksi sel beta resitensi insulin
dan resistensi insulin akibat proses terganggu dalam darah akibat proses autoimun
pada jaringan lemak autoimun
Mengganggu kerja enzim Sistem otot
Vasikularisasi aliran
Perubahan metabolism Perubahan fungsi Ginjal tidak dapat terganggu
darah di pankreas
lemak selebral menyerap glukosa
Transport asam amino
Pembentukan dan Pembuluh darah Menurunya Mengganggu proses terganggu
Glukosa di urine + dan
akumulasi benda-benda menyempit kesadaran dan arbsorbsi makanan
disertai pengeluaran Cadangan glikogen dalam
keton
cairan otot
Keseimbangan asam vasokontriksi MK : Penyimpanan dan
basa terganggu metabolism gizi Gangguan urat saraf
Resiko cidera Peningkatan dalam
berkemih
Ketidakseimbangan
Hiperventilasi MK : zat gizi
Peningkatan dalam Kesemutan,kelelahan,dan
Resiko tinggi penurunan berkemih kram
Transport O2 MK :
curah jantung
MK : Resiko nutrisi kurang dari MK :
Mk : kebutuhan/resiko nutrisi lebih
20 Kekurangan volume cairan Gangguan mobilitas fisik
Gangguan pertukaran gas gangguan eliminasi urine dari kebutuhan
perubahan perfusi jaringan
2.2.6 Manifestasi Klinis
Manifestasi Klinis utama DM berupa:
1. Kadar gula darah meningkat
Dikarenakan kerusakan sel betha pankreas yang mengakibatkan insulin tidak
dapat diproduksi dengan demikian gula darah tidak dapat masuk dalam sel
sehingga terjadi penumpukan gula darah atau disebut juga dengan Hiperglikemia
(Semiardji, 2012).
2. Poliuria
Disebut juga dengan kencing yang berlebihan disebabkan karena kadar gula
darah tidat dapat masuk dalam sel dan terjadi penumpukan gula dalam darah
(Hiperglikemia) maka ginjal akan bekerja untuk menskresi glukosa kedalam urin
yang mengakibatkan dieresis osmotik yang memicu gangguan sering berkemih
(Laniwati, 2012).
3. Polifagia (Makan yang berlebihan)
Pada Saat berkemih kalori yang berada dipembuluh darah akan ikut hilang
terbawa air kemih, penderita mengalami penurunan berat badan, untuk
mengkompensasi hal ini penderita sering merasa lapar yang luar biasa (Perkeni,
2015).
4. Polidipsia (peningkatan rasa haus)
Disebabkan jumlah urin yang sangat besar dan keluarnya air yang menyebabkan
dehidrasi extrasel. intrasel mengikuti dehidrasi extrasel karena air intrasel akan
berdifusi keluar sel mengikuti penurunan gradient konsentrasi keplasma yang
hipertonik (sangat pekat). Dehidrasi intrasel merangsang pengeluaran ADH
(antidiuretic hormon) dan menimbulkan rasa haus (Hotma, 2014).
Menurut Hasdianah (2012) Manifestasi lain yang berlangsung berlahan
dari beberapa hari hingga beberapa minggu yaitu:
1. Rasa tebal dikulit
2. Kesemutan
3. Gatal
4. Mata kabur
5. Mudah mengantuk
6. Kulit terasa panas atau seperti di tusuk-tusuk jarum

21
2.2.7 Komplikasi
1. Komplikasi Akut :
a. Hipoglikemia
Adalah penurunan kadar gula darah lebih rendah dari 60 mg/dl dan akan
menimbukan gejala yaitu takhicardi, mual, muntah, lapar, dan bisa
mengakibatkan penurunan kesadaran (Tjokroprawiro, 2012).
b. Diabetes Ketoasidosis
Merupakan gejala yang paling buruk dari Diabetes yang timbul secara tibatiba
karena adanya stres fisik seperti kehamilan atau mengalami penyakit akut dan
trauma (Lemone, 2016).
c. Hiperglikemia
Adalah sebuah perburukan dari Diabetes Melitus dapat memperburuk suatu
penyakit tetapi tidak rentan mengalami ketosis, tetapi akan mengalami
hiperglikemia berat dengan kadar glukosa darah lebih dari 300mg/100 ml bagi
penderita yang mengalaminya (Boedisantoso, 2011).
2. Komplikasi kronik
a. Komplikasi makrovaskuler
Sebuah komplikasi yang menyerang pembuluh darah besar akibat
aterosklerotik (Hotma, 2014).
b. Komplikasi mikrovaskuler
1. Retinopati Diabetikum
Penyebabnya adalah perubahan dalam pembuluh darah kecil yang berda
diretina mata yang banyak mengandung pembuluh darah kecil sehingga
dapat memicu kebutaan jika tidak segera di tangani.
2. Nefropati diabetikum
Adalah penyakit ginjal yang ditandai adanya albumin didalam urine,
hipertensi, edema, dan insufiensi ginjal progresif. (Tjokroprawiro, 2012).
3. Neuropati Diabetikum
Disebabkan karena hiperglikemia yang mengakibatkan darah menjadi
kental sehingga aliran darah kepembuluh darah perifer tidak lancar.
Terdapat 2 tipe neuropati diabetikum yang sering dijumpai yaitu
polineuropati sensori dan neuropati otonom (Hotma, 2014).

22
2.2.8 Penatalaksaan
Terapi Diabetes Melitus merupakan terapi yang bertujuan untuk menormalkan
aktivitas insulin dan kadar gula darah dalam upaya mengurangi komplikasi
vaskuler dan neuropatik, Dengan tujuan kadar gula dalam darah menjadi normal
tanpa adanya gangguan yang serius pada pola aktivitas klien (Perkeni, 2015).
Terdapat lima komponen penatalaksanaan Diabetes Melitus yaitu:
1. Penyuluhan atau edukasi
Edukasi kepada penderita Diabetes Melitus dengan tujuan untuk memberikan
penjelasan tentang cara memperbaiki gaya hidup yang lebih sehat kususnya dalam
pola makan dan olahraga. Penyuluhan bisa mengguanakan media lain seperti leaflet,
poster, video dan diskusi kelompok agar lebih jelas dan mudah difahami (Suyono,
2010).
2. Latihan Fisik
Manfaat latihan fisik bagi penderita Diabetes Melitus
a. Dapat meningkatkan kepekaan insulin, apabila dilakukan 1 jam setelah
makan.
b. Memperbaiki pembuluh darah perifer dan memperlancar suplai oksigen.
c. Dapat merangsang glikogen baru, karena kadar glukosa otot dan hati
berkurang.
d. Pembakaran asam lemak lebih baik karena kolestrol dan trigliserida menurun
(Suyono, 2010).
3. Terapi gizi
Menurut Brunner & Suddarth tahun 2012, Prinsip pengaturan gizi pada Diabetes
Melitus adalah pada gizi seimbang serta pengaturan jumlah kalori, jenis makanan
yang dianjurkan seperti :
a. Karbohidrat
Tujuan diet ini adalah meningkatkan konsumsi karbohidrat kompleks
(khususnya yang berserat tinggi) seperti roti, gandum utuh, nasi
berastumbuk, sereal dan pasta/mie yang berasal dari gandum yang masih
mengandung bekatul. Karbohidrat sederhana tetap harus dikonsumsi dalam
jumlah yang tidak berlebihan dan lebih baik jika dicampur ke dalam sayuran
atau makanan lain daripada dikonsumsi secara terpisah.
b. Lemak
Asupan lemak yang dianjurkan sekitar 20-25% dari total kebutuhan Kalori.
Lemak jenuh<7% dari kebutuhan Kalori.

23
c. Protein
Makanan sumber protein nabati misal : kacang-kacangan dan biji-bijian yang
utuh dapat membantu mengurangi asupan kolesterol serta lemak jenuh.
d. Serat
Dianjurkan makan makanan dengan serat yang tinggi dalam 1000kkl/hari
serat mencapai 25g.
4. Farmakoterapi
Digunakan jika dalam upaya-upaya lain tidak dapat menyeimbangkan kadar gula
darah penderita dapat mengguanakan obat-obatan golongan hipoglikemik dalam
mengatur keseimbangan glukosa.
5. Mengontrol gula darah
Dilakukan secara rutin untuk memantau kondisi kesehatan saat menjalankan diit dan
tidak menjalanjan diit. (Tjokroprawiro, 2012).
2.2.9 Pemeriksaan Penunjang
1. Pemeriksaan Laboratorium
Hasil pemeriksaan didapatkan adanya glukosa urine/pemeriksaan dilakukan dengan
cara benedict(reduksi).
2. Kadar glukosa darah
Pemeriksaan darah meliputi : pemeriksaan gula darah sewaktu (GDS) nilai
normal 100-126 mg/dl, gula darah puasa 70-<100 mg/dl. Dan gula darah 2 jam
post pradial <180 mg/dl (Subekti, 2012).
3. Pemeriksaan fungsi teroid
Pemeriksaan aktifitas hormon tiroid meningkatkan glukosa darah dan
kebutuhan insulin (Srihartini, 2014).

2.3 Asuhan Keperawatan Teori


2.3.1 Pengkajian
Komponen pengkajian keluarga menurut Friedman, dkk (2017) dalam (Widagdo &
Kholifah, 2018), berpendapat bahwa komponen pengkajian keluarga terdiri atas
kategori pertanyaan, yaitu data pengenalan keluarga, riwayat dan tahap
perkembangan keluarga, data lingkungan, struktur keluarga (struktur peran, nilai,
komunikasi, kekuatan), fungsi keluarga (fungsi afektif, sosialisasi, pelayanan
kesehatan, ekonomi, reproduksi), dan koping keluarga.
a. Data pengenalan keluarga
Data yang perlu dikumpulkan adalah nama kepala keluarga, alamat lengkap,
komposisi keluarga, tipe keluarga, latar belakang budaya, identitas agama,

24
status kelas sosial, dan rekreasi keluarga. Data ini merupakan data dasar
untuk mengkaji data selanjutnya.
b. Data perkembangan dan sejarah keluarga
Pengkajian kedua yang dapat Anda lakukan adalah mengkaji tahap
perkembangan dan sejarah keluarga. Data yang perlu dikaji pada komponen
pengkajian ini, yaitu tahap perkembangan keluarga saat ini, diisi berdasarkan
umur anak pertama dan tahap perkembangan yang belum terpenuhi, riwayat
keluarga inti (data yang dimaksud adalah data kesehatan seluruh anggota
keluarga inti yang terdiri atas ayah, ibu, dan anak), riwayat keluarga
sebelumnya dari kedua orang tua termasuk riwayat kesehatan.
c. Data lingkungan
Data yang perlu dikaji adalah karakteristik rumah, karakteristik tetangga dan
komunitas. Data Komunitas terdiri atas tipe penduduk, apakah termasuk
penduduk pedesaan atau perkotaan, tipe hunian rumah, apakah sebagian
besar tetangga, sanitasi jalan, dan pengangkutan sampah. Karakteristik
demografi tetangga dan komunitas meliputi kelas sosial, etnis, pekerjaan, dan
bahasa sehari-hari.
Data selanjutnya pada komponen ini, adalah mobilitas geografis keluarga.
Data yang perlu dikaji adalah berapa lama keluarga tinggal di tempat
tersebut, adakah riwayat pindah rumah, dari mana pindahnya. Kemudian
ditanyakan juga perkumpulan keluarga dan interaksi dengan masyarakat,
penggunaan pelayanan di komunitas, dan keikutsertaan keluarga di
komunitas. Data berikutnya adalah sistem pendukung keluarga. Data yang
perlu dikaji adalah siapa yang memberikan bantuan, dukungan, dan
konseling di keluarga, apakah teman, tetangga, kelompok sosial, pegawai,
atau majikan, apakah ada hubungan keluarga dengan pelayanan kesehatan
dan agensi?
d. Data struktur keluarga
Data yang keempat yang perlu dikaji adalah data struktur keluarga, antara
lain pola komunikasi, meliputi penggunaan komunikasi antaranggota
keluarga, bagaimana anggota keluarga menjadi pendengar, jelas dalam
menyampaikan pendapat, dan perasaannya selama berkomunikasi dan
berinteraksi.
Data berikutnya yang dikaji adalah struktur kekuatan keluarga, yang terdiri
atas data siapa yang membuat keputusan dalam keluarga, seberapa penting
keputusan yang diambil. Selanjutnya, adalah data struktur peran, meliputi

25
data peran formal dan peran informal dalam keluarga yang meliputi peran
dan posisi setiap anggota keluarga,tidak ada konflik dalam peran, bagaimana
perasaan dalam menjalankan perannya, apakah peran dapat berlaku fleksibel.
Data selanjutnya adalah nilai-nilai keluarga, yaitu nilai kebudayaan yang
dianut keluarga, nilai inti keluarga seperti siapa yang berperan dalam
mencari nafkah, kemajuan dan penguasaan lingkungan, orientasi masa
depan, kegemaran keluarga, keluarga sebagai pelindung dan kesehatan bagi
keluarga, apakah ada kesesuaian antara nilai-nilai keluarga dan nilai
subsistem keluarga, bagaimana pentingnya nilai-nilai keluarga secara sadar
atau tidak, apakah ada konflik nilai yang menonjol dalam keluarga itu
sendiri, bagaimana nilainilai memengaruhi kesehatan keluarga.
e. Data fungsi keluarga
Komponen data kelima yang dikumpulkan adalah fungsi keluarga. Ada lima
fungsi keluarga yang perlu Anda pahami antara lain berikut ini.
1. Fungsi afektif
Pada fungsi ini dilakukan pengkajian pada pola kebutuhan keluarga dan
responnya. Apakah anggota keluarga merasakan kebutuhan individu lain
dalam keluarga, apakah anggota keluarga memberikan perhatian satu sama
lain, bagaimana mereka saling mendukung satu sama lainnya.
2. Fungsi sosialisasi
Data yang dikumpulkan adalah bagaimana keluarga menanamkan disiplin,
penghargaan dan hukuman bagi anggota keluarga, bagaimana keluarga
melatih otonomi danketergantungan, memberi dan menerima cinta, serta
latihan perilaku yang sesuai usia.
3. Fungsi perawatan kesehatan
Data yang dikaji terdiri atas keyakinan dan nilai perilaku keluarga untuk
kesehatan, Bagaimana keluarga menanamkan nilai kesehatan terhadap
anggota keluarga, konsistensi keluarga dalam melaksanakan nilai kesehatan
keluarga. Pengkajian data pada fungsi perawatan kesehatan difokuskan pada
data tugas keluarga di bidang kesehatan. Tugas kesehatan keluarga
menurut Friedman (1988) dalam (Widagdo & Kholifah, 2016) ada 5
(Lima), yaitu:
a. Kemampuan keluarga mengenal masalah kesehatan.
Data yang dikaji adalah apakah keluarga mengetahui masalah
kesehatan yang sedang diderita anggota keluarga, apakah keluarga
mengerti tentang arti dari tanda dan gejala penyakit yang diderita

26
anggota keluarga. Bagaimana persepsi keluarga terhadap masalah
kesehatan anggota keluarga, bagaimana persepsi keluarga terhadap
upaya yang dilakukan untuk menjaga kesehatan.
b. Kemampuan keluarga mengambil keputusan yang tepat.
Data yang dikaji adalah bagaimana kemampuan keluarga mengambil
keputusan apabila ada anggota keluarga yang sakit, apakah diberikan
tindakan sendiri di rumah atau dibawa ke fasilitas pelayanan
kesehatan. Siapa yangmengambil keputusan untuk melakukan suatu
tindakan apabila anggota keluarga sakit, bagaimana proses
pengambilan keputusan dalam keluarga apabila ada anggota keluarga
yang mengalami masalah kesehatan.
c. Kemampuan keluarga merawat anggota keluarga yang sakit.
Data yang dikaji adalah bagaimana keluarga mampu melakukan
perawatan untuk anggota keluarganya yang mengalami masalah
kesehatan. Apakah yang dilakukan keluarga untuk memperbaiki status
kesehatannya, apa yang dilakukan keluarga untuk mencegah
terjadinya suatu penyakit, apa yang dilakukan keluarga dalam
merawat anggota keluarga yang sakit, apakah ada keyakinan, sikap
dan nilai-nilai dari keluarga dalam hubungannya dengan perawatan di
rumah.
d. Kemampuan keluarga memodifikasi lingkungan yang sehat.
Data yang dikaji adalah bagaimana keluarga mengatur dan
memelihara lingkungan fisik dan psikologis bagi anggota keluarganya.
Lingkungan fisik, bagaimana keluarga mengatur perabot rumah
tangga, menjaga kebersihannya, mengatur ventilasi dan pencahayaan
rumah. Lingkungan psikologis, bagaimana keluarga menjaga
keharmonisan hubungan antaranggota keluarga, bagaimana keluarga
memenuhi privasi masing-masing anggota keluarga.
e. Kemampuan keluarga memanfaatkan fasilitas pelayanan
kesehatan.
Data yang dikaji adalah apakah keluarga sudah memanfaatkan fasilitas
pelayanan kesehatan yang mudah dijangkau dari tempat tinggalnya,
misalnya Posyandu, Puskesmas Pembantu, Puskesmas, dan Rumah
Sakit terdekat dengan rumahnya. Sumber pembiayaan yang digunakan
oleh keluarga, bagaimana keluarga membayar pelayanan yang
diterima, apakah keluarga masuk asuransi kesehatan, apakah keluarga

27
mendapat pelayanan kesehatan gratis. Alat transportasi apa yang
digunakan untuk mencapai pelayanan kesehatan, masalah apa saja
yang ditemukan jika keluarga menggunakan fasilitas pelayanan
kesehatan umum.
4. Fungsi ekonomi merupakan fungsi keempat yang perlu dikaji.
Data yang diperlukan meliputi bagaimana keluarga berfungsi untuk memenuhi
kebutuhan keluarga secara ekonomi yang terdiri atas data jenis pekerjaan, jumlah
penghasilan keluarga, jumlah pengeluaran, bagaimana keluarga mampu mencukupi
semua kebutuhan anggota keluarga, bagaimana pengaturan keuangan dalam
keluarga.
5. Fungsi keluarga terakhir yang dikaji adalah fungsi reproduksi
data yang dikumpulkan adalah berapa jumlah anak, apakahmengikuti program
keluarga berencana atau tidak, apakah mempunyai masalah pada fungsi reproduksi.
f. Data Koping Keluarga
Data yang perlu dilakukan pengkajian adalah stresor keluarga, meliputi data tentang
stresor yang dialami keluarga berkaitan dengan ekonomi dan sosialnya, apakah
keluarga dapat memastikan lama dan kekuatan stresor yang dialami, apakah keluarga
dapat mengatasi stresor dan ketegangan sehari-hari. Apakah keluarga mampu
bertindak berdasarkan penilaian yang objektif dan realistis terhadap situasi yang
menyebabkan stres. Bagaimana keluarga bereaksi. Situasi yang penuh dengan stres,
strategi koping bagaimana yang diambil oleh keluarga, apakah anggota keluarga
mempunyai koping yang berbeda-beda. Koping internal dan eksternal yang diajarkan,
apakah anggota keluarga berbeda dalam cara-cara koping, strategi koping internal
keluarga, kelompok kepercayaan keluarga, penggunaan humor, self evaluasi,
penggunaan ungkapan, pengontrolan masalah pada keluarga, pemecahan masalah
secara bersama, fleksibilitas peran dalam keluarga. Strategi koping eksternal: mencari
informasi, memelihara hubungan dengan masyarakat, dan mencari dukungan sosial.
Setelah data terkumpul, kemudian dilanjutkan analisis data. Analisis data merupakan
pengelompokan data berdasarkan masalahkeperawatan yang terjadi. Analisis data
membutuhkan kemampuan kognitif dalam pengembangan daya berpikir dan
penalaran yang dipengaruhi oleh latar belakang ilmu dan pengetahuan, pengalaman,
dan pengertian keperawatan.

28
2.3.2 Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan keluarga dirumuskan berdasarkan data yang didapatkan pada
pengkajian, komponen diagnosa keperawatan meliputi :
a. Problem atau masalah
b. Etiologi atau penyebab masalah
c. Tanda Sign dan Gejala (symptom)
Secara umum faktor-faktor penyebab / etiologi yaitu : ketidaktahuan,
ketidakmampuan. Ketidakmampuan yang mengacu pada 5 tugas keluarga, antara
lain :
a. Ketidakmampuan keluarga dalam mengenal masalah kesehatan
b. Ketidakmampuan keluarga membuat keputusan tindakan kesehatan yang tepat
c. Ketidakmampuan keluarga memberi perawatan pada anggota keluarga yang
sakit
d. Ketidakmampuan keluarga memodifikasi lingkungan atau menciptakan
suasana rumah yang sehat
e. Ketidakmampuan keluarga merujuk pada pemanfaatan fasilitas kesehatan
Setelah data dianalisa dan ditetapkan masalah keperawatan keluarga,
selanjutnya masalah kesehatan keluarga yang ada perlu diprioritaskan
bersama keluarga dengan memperhatikan sumber daya dan sumber dana yang
dimiliki keluarga. Prioritas masalah asuhan keperawatan keluarga dibuat
dengan menggunakan proses skoring.
Berdasarkan pengkajian asuhan keperawatan keluarga di atas maka diagnosa
keperawatan yang mungkin muncul pada penderita Hipertensi adalah:
1. Defisit Pengetahuan berhubungan dengan ketidakmampuan keluarga mengenal
masalah kesehatan
2. Perilaku Kesehatan Cenderung Berisiko berhubungan dengan ketidakmampuan
keluarga memodifikasi lingkungan.
2.3.3 Intervensi Keperawatan
Dalam menentukan tahap perencanaan bagi perawat diperlukan berbagai
pengetahuan dan keterampilan, di antaranya pengetahuan tentang kekuatan dan
kelemahan klien, nilai dan kepercayaan klien, batasan praktik keperawatan, peran
dari tenaga kesehatan lainnya, kemampuan dalam memecahkan masalah, mengambil
keputusan, menulis tujuan, serta memilih dan membuat strategi keperawatan yang
aman dalam memenuhi tujuan. Menurut (Widagdo & Kholifah, 2018) faktor-faktor
yang perlu dipertimbangkan dalam menyusun perencanaan keperawatan keluarga
adalah berikut ini.

29
a. Rencana keperawatan harus didasarkan atas analisis data secara menyeluruh
tentang masalah atau situasi keluarga.
b. Rencana keperawatan harus realistik.
c. Rencana keperawatan harus sesuai dengan tujuan dan falsafah instansi kesehatan.
d. Rencana keperawatan dibuat bersama keluarga.
1. Defisit Pengetahuan berhubungan dengan ketidakmampuan keluarga mengenal
masalah
Sasaran :
Setelah tindakan keperawatan keluarga dapat mengenal dan mengerti tentang
Diabetes Melitus
Tujuan :
Keluarga dapat mengenal dan memahami tentang pengertian tanda gejala dan
pengobatan Diabetes Melitus setelah 3x kunjungan rumah
Kriteria :
Keluarga dapat menjelaskan pengertian, penyebab, tanda dan gejala penyakit
Diabetes Melitus serta pencegahan dan pengobatan penyakit Diabetes Melitus secara
lisan
Standar :
Keluarga dapat menjelaskan pengertian, penyebab, tanda dan gejala penyakit
Diabetes Melitus serta pencegahan dan pengobatan penyakit Diabetes Melitus secara
lisan
Intervensi:

1. Jelaskan pengertian penyakit Diabetes Melitus


2. Jelaskan tanda dan gejala penyakit Diabetes Melitus
3. Jelaskan pencegahan dan pengobatan penyakit Diabetes Melitus
4. Tanyakan kembali apa yang telah di diskusikan
2. Perilaku Kesehatan Cenderung Berisiko berhubungan dengan ketidakmampuan
keluarga memodifikasi lingkungan
Sasaran:
Setelah tindakan keperawatan keluarga memahami tentang pengaruh lingkungan
terhadap penyakit Diabetes Melitus
Tujuan:
Keluarga dapat memodifikasi lingkungan yang dapat menunjang penyembuhan dan
pencegahan setelah 3x kunjungan
Kriteria:

30
Keluarga dapat menjelaskan secara lisan tentang pengaruh lingkungan terhadap
penyakit Diabetes Melitus
Standar:
Keluarga dapat memodifikasi lingkungan yang dapat mempengaruhi penyakit
Diabetes Melitus
Intervensi:
Ajarkan cara memodifikasi lingkungan untuk mencegah dan mengatasi penyakit
Diabetes Melitus misalnya: olahraga secara teratur, menerapkan pola makan
sehat,melakukan pengecekan gula darah secara berkala,mengelola tres,rajin minum
air putih dan menghentikan kebiasaan merokok.
Motivasi keluarga untuk melakukan apa yang telah dijelaskan.
2.3.4 Implementasi Keperawatan
Tindakan perawat adalah upaya perawat untuk membantu kepentingan klien,
keluarga, dan komunitas dengan tujuan untuk meningkatkan kondisi fisik,
emosional, psikososial, serta budaya dan lingkungan, tempat mereka mencari
bantuan. Tindakan keperawatan adalah implementasi/pelaksanaan dari rencana
tindakan untuk mencapai tujuan yang spesifik. Tahap pelaksanaan dimulai setelah
rencana tindakan disusun dan ditujukan pada nursing order untuk membantu klien
mencapai tujuan yang diharapkan.
Tujuan dari pelaksanaan adalah membantu klien dalam mencapai tujuan
yang telah ditetapkan, yang mencakup peningkatan kesehatan, pencegahan penyakit,
pemulihan kesehatan, dan memfasilitasi koping. Dalam tahap ini, perawat harus
mengetahui berbagai hal di antaranya bahaya-bahaya fisik dan perlindungan pada
klien, teknik komunikasi, kemampuan dalam prosedur tindakan, pemahaman tentang
hak-hak dari pasien, serta pemahaman tingkat perkembangan pasien. Pelaksanaan
tindakan keperawatan yang telah direncanakan adalah dengan menerapkan teknik
komunikasi terapeutik. Dalam melaksanakan tindakan perlu melibatkan seluruh
anggota keluarga dan selama tindakan, perawat perlu memantau respon verbal dan
nonverbal pihak keluarga.Tindakan keperawatan keluarga mencakup hal-hal sebagai
berikut.
a. Menstimulasi kesadaran atau penerimaan keluarga mengenai masalah dan
kebutuhan kesehatan dengan cara:
1. Memberikan informasi;
2. Memberikan kebutuhan dan harapan tentang kesehatan.
b. Menstimulasi keluarga untuk memutuskan cara perawatan yang tepat, dengan
cara:

31
1. Mengidentifikasi konsekuensi tidak melakukan tindakan;
2. Mengidentifikasi sumber-sumber yang dimiliki keluarga;
3. Mengidentifikasi tentang konsekuensi tipe tindakan.
c. Memberikan kepercayaan diri dalam merawat anggota keluarga yang sakit,
dengan cara:
1. Mendemonstrasikan cara perawatan;
2. Menggunakan alat dan fasilitas yang ada dirumah;
3. Mengawasi keluarga melakukan perawatan.
d. Membantu keluarga untuk menemukan cara bagaimana membuat lingkungan
menjadi sehat, yaitu dengan cara:
1. Menemukan sumber-sumber yang dapat digunakan keluarga;
2. Melakukan perubahan lingkungan keluarga seoptimal mungkin.
e. Memotivasi keluarga untuk memanfaatkan fasilitas kesehatan yang ada dengan
cara:
1. Mengenalkan fasilitas kesehatan yang ada di lingkungan keluarga;
2. Membantu keluarga menggunakan fasilitas kesehatan yang ada.
Selama melakukan tindakan, Anda diharapkan tetap mengumpulkan data baru,
seperti respon klien terhadap tindakan atau situasi yang berganti, dan perubahan-perubahan
situasi. Yang harus menjadi perhatian adalah pada keadaan ini, perawat harus fleksibel
dalam menerapkan tindakan. Beberapa kendala yang sering terjadi dalam implementasi
adalah ide yang tidak mungkin, pandangan negatif terhadap keluarga, kurang perhatian
terhadap kekuatan dan sumber-sumber yang dimiliki keluarga, serta penyalahgunaan
budaya atau gender.
2.3.5 Evaluasi Keperawatan
Evaluasi merupakan bagian integral pada setiap tahap proses keperawatan.
Pengumpulan data perlu direvisi untuk menentukan apakah informasi yang telah
dikumpulkan sudah mencukupi dan apakah perilaku yang diobservasi sudah
sesuai. Diagnosa keperawatan juga perlu dievaluasi dalam hal keakuratan dan
kelengkapannya.
Tujuan keperawatan harus dievaluasi adalah untuk menentukan apakah
tujuan tersebut, dapat dicapai secara efektif. Evaluasi didasarkan pada bagaimana
efektifnya intervensi atau tindakan yang dilakukan oleh keluarga, perawat dan
yang lainnya. Keefektifan ditentukan dengan melihat respon keluarga dan hasil,
bukan intervensi-intervensi yang diimplementasikan. Meskipun evaluasi dengan
pendekatan terpusat pada klien paling relevan, sering kali membuat frustrasi

32
karena adanya kesulitan-kesulitan dalam membuat kriteria objektif untuk hasil
yang dikehendaki. Rencana perawatan mengandung kerangka kerja evaluasi.
Evaluasi merupakan proses berkesinambungan yang terjadi setiap kali
seorang perawat memperbarui rencana asuhan keperawatan. Sebelum perencanaan
dikembangkan lebih lanjut, perawat bersama keluarga perlu melihat tindakan-
tindakan perawatan tertentu apakah tindakan tersebut benar-benar membantu.
Proses evaluasi mengukur pencapaian tujuan klien
a. Kognitif (pengetahuan) Untuk mengukur pemahaman klien dan keluarga setelah
diajarkan teknik-teknik perawatan tertentu. Metode evaluasi yang dilakukan,
misalnya dengan melakukan wawancara pada klien dan keluarga
b. Afektif (status emosional) Cenderung kepenilaian subjektif yang sangat sulit
diukur. Metode yang dapat dilakukan adalah observasi respon verbal dan
nonverbal dari klien dan keluarga, serta mendapatkan masukan dari anggota
keluarga lain.
c. Psikomotor (tindakan yang dilakukan) Mengukur kemampuan klien dan keluarga
dalam melakukan suatu tindakan atau terjadinya perubahan perilaku pada klien
dan keluarga. Contoh, setelah perawat mengajarkan batuk efektif, klien diminta
kembali untuk mempraktikkan batuk efektif sesuai dengan yang telah
dicontohkan.
d. Metode dan sumber data evaluasi:
e. Observasi melakukan pengamatan terhadap perubahan perilaku dari anggota
keluarga yang mempunyai masalah kesehatan.
f. Memeriksa laporan atau dokumentasi keperawatan. Perawat perlu memeriksa
kembali laporan atau catatan keperawatan yang telah ditulis oleh tim keperawatan
setelah melaksanakan intervensi keperawatan.

33
YAYASAN EKA HARAP PALANGKA RAYA
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
Jl. Beliang No. 110 Telp / Fax (0536) 3227707

FORMAT ASUHAN KEPERAWATAN GERONTIK

Tanggal Pengkajian:06 November 2023

A. DATA BIOGRAFI
Nama : Ny.N L/P
Tempat & Tanggal Lahir : Tumbang Talaken,06 Juni 1958 Gol.Darah : O /A / B / AB
Pendidikan Terakhir : TidakSekolah/SD/SLTP/SLTA/DI/DIII/DIV/S1/S2
Agama : Islam/Protestan Katolik/Hindu/Budha/Konghucu
Status Perkawinan : Kawin/Belum/Janda/Duda (cerai : Hidup/Mati)
TB/BB : 155 Cm / 64 Kg
Penampilan : Bersih Ciri-ciri Tubuh : Gemuk
Alamat : Jl.Rajawali Km.8 No.02
Orang Yang Dekat Di hubungi : Anak Telp./
Hubungan dengan Lansia : Orang Tua
Alamat :Palangka Raya
Telp./

B. RIWAYAT KELUARGA
Susunan Anggota Keluarga
Jenis Hubungan
No Nama Pendidikan Pekerjaan
Kelamin Keluarga

1. Tn.S L Suami SMA Swasta

2. Ny.N P Istri SMA IRT

3 Ny.M P Anak S1 Tidak bekerja

4 Tn.T L Anak D3 Tidak bekerja

34
Genogram

Keterangan:
:Perempuan
:Laki-Laki
:Meninggal
:Klien
:Hubungan Keluarga
:Tinggal Serumah
:Menikah
C. RIWAYAT PEKERJAAN
Pekerjaan saat ini : Tidak ada

Alamat pekerjaan : Tidak ada

Berapa jarak dari rumah : Tidak ada

Alat transportasi : Tidak ada

Pekerjaan sebelumnya : Tidak ada

Sumber pendapatan & Kecukupan : Tidak ada

35
D. RIWAYAT LINGKUNGAN HIDUP (DENAH)
Tipe tempat tinggal :Permanen/Semen

Jumlah Kamar :4 Kamar

Jumalah Tongkat di kamar :Tidak dikaji

Kondisi tempat tinggal :Baik Dan Layak

Jumlah orang yang tinggal :laki-laki 2 Orang/ Perempuan 2 orang

Derajat Privasi :Kamar Tertutup/ada Pintu Kamar

Tetangga terdekat :3 Meter


Alamat / Telepon :Jl.Kini Balu Gg.Hamer

E. RIWAYAT REKREASI
Hobby / Minat :Menjahit dan Berkebun

Keanggotaan Organisasi :Ibadah khusus Perempuan

Liburan Perjalanan :Liburan Bersama Keluarga Ke Banjarmasin

F. SISTEM PENDUKUNG
Perawat/Bidan/Dokter/Fisioterapi :Ada Perawat disekitar rumah

Jarak dari rumah :50 Meter

Rumah Sakit :5 Km

Klinik :150 Meter

Pelayanan Kesehatan dirumah :Tidak ada

Makanan yang dihantarkan :Tidak ada

Perawatan sehari-hari yang dilakukan :Pasien Mandiri

36
G. DISKRIPSI KEKHUSUSAN
Kebiasaan Ritual :Ibadah Minggu Pelayanan Kunjungan Rumah

H. STATUS KESEHATAN
Status kesehatan umum selama setahun yang lalu :
Pasien mengtakan mengalami Gula darah tinggi 1 tahun yang lalu dan harus kontrol
rutin
Status kesehatan umum selama 5 tahun yang lalu lalu :
Pasien mengatakan tidak ada Riwayat penyakit lalu.
Keluhan Utama :
Pasien mengeluh nyeri dibagian kaki kanan akibat luka post dog bite.
Pemahaman & Penatalaksanaan Masalah Kesehatan :
Pasien mengatakan ada riwayat Hipertensi
Obat-Obatan
No Nama Obat Dosis Keterangan

1 Ibubrofen 2x1 untuk untuk meredakan nyeri dan


menurunkan deman. Obat ini juga
memiliki efek antiradang.

2 Antasida 3x1 untuk mengurangi gejala yang


berhubungan dengan kelebihan asam
lambung, gastritis, tukak lambung,
tukak duodeni, yang tidak dapat
diatasi dengan antasida

3. Omeprazole 1x1 untuk mengatasi asam lambung


berlebih dan keluhan yang
mengikutinya. Obat ini umumnya
digunakan untuk mengatasi
gastroesophageal reflux disease
(GERD), sakit maag (gastritis), atau
tukak lambung.

37
STATUS IMMUNISASI : (Catat tanggal
terbaru)

Tetanus, Difteri :Tidak ada

Influensa :Tidak ada

Pneumothoraks :Tidak ada

Al er gi : (Catatan agen dan reaksi


spesifik)

Obat-obatan :Tidak ada

Makanan :Tidak ada

Faktor Lingkungan :Tidak ada

Pen yakit yan g dider ita :


 Diabetes Melitus
Rheumatoid
Asthma
Dimensia
Lain-lain
I. AKTIFITAS SEHARI-HARI
Indeks Katz :Dibantu

Oksigenasi :Tidak Ada

Cairan & Elektrolit :Minum air putih dan teh

Nutrisi Eliminasi Aktivitas :Normal

Istirahat & Tidur :Teratur/tidak begadang

Personal Hygiene :Bersih

Seksual :Tidak dikaji

Rekreasi :Tidak dikaji

38
Psikologis

 Persepsi Klien :Merasa Bahagia tidak ada tekanan


 Konsep Diri :Masih beretika
 Emosi :Mood kadang berubah
 Adaptasi :Pasien dapat menyesuaikan diri dengan lingkungan
 Mekanisme Pertahanan Diri :Curhat Kesuami

Keadaan Umum :Normal

Tingkat Kesadaran : Composmenthis Apatis Somnolens

Suporus Coma

Skala Koma Glasgow : Eye: 4 Verbal : 5 Psikomotor : 6

Tanda-Tanda Vital : Puls = 93 x/menit Temp =36 0C

RR = 20 x/menit Tensi =.160/72 mmHg

Sistem Kardiovaskuler : Tidak ada dikaji

Sistem Pernafasan : Normal dengan RR :20 x/menit

Sistem Integumen : Ada bintik hitam disekitar tangan

Sistem Perkemihan : Tidak ada masalah keperaatan

Sistem Muskulo Skeletal : Kemampuan pergerkan sendi normal

kekuatan otot,5,5,5,5

Sistem Endokrin : Tidak ada masalah keperaatan

Sistem Gastrointestinal : Tidak ada masalah keperaatan

Sistem Reproduksi : Tidak ada masalah keperaatan

Sistem Persarafan : Tidak ada masalah keperaatan

Sistem Penglihatan : Normal,Tidak ada masalah

Sistem Pendengaran : Normal,Tidak ada masalah

Sistem Pengecapan : Normal,Masih bisa merasakan rasa asin,manis

pahit,dan asam

39
Sistem Penciuman : Normal,masih bisa merasakan bau

Tactil Respon : Pasien masih merasakan sakit ketika dicubit

J. STATUS KOGNITIF/AFEKTIF/SOSIAL
1. Short Porteble mental Status Questionnaire (SPMSQ):

Kesalahan 0-2 fungsi intelektual utuh

Mini Mental State Exam (MMSE): Nilai 30

Inventaris Depresi Beck : 0-4 : depresi tidak ada/ minimal


APGAR Keluarga :
Penilaian:
Pertanyaan-pertanyaan yang di jawab:
 Selalu: skore 2
 Kadang-kadang: skore 1
 Hampir tidak pernah: skore 0

K. DATA PENUNJANG
Laboratorium :
Radiologi :

40
INDEKS KATZ
Indeks Kemandirian Pada Aktivitas kehidupan Sehari-hari

Nama Klien : Ny.N Tanggal :11 Desember 2023


Jenis Kelamin : L/P Umur:65 Tahun TB/BB :155 cm / 60 Kg
Agama : .Kristen Gol darah:A
Pendidikan : TD/SD/SMP/SMA/PT
Alamat : Jl.Rajawali Km.8 No.02

Skore Kriteria
A Kemandirian dalam hal makan, kontinen, berpindah, ke kamar kecil,
berpakaian dan mandi.
B Kemandirian dalam semua aktivitas hidup sehari-hari, kecuali satu dari
fungsi tersebut
C Kemandirian dalam semua aktivitas hidup sehari-hari, kecuali mandi, dan
satu fungsi tambahan
D Kemandirian dalam semua aktivitas hidup sehari-hari, kecuali mandi,
berpakaian dan satu fungsi tambahan
E Kemandirian dalam semua aktivitas hidup sehari-hari, kecuali mandi,
berpakaian, kekamar kecil dan satu fungsi tambahan
F Kemandirian dalam smeua aktivitas hidup sehari-hari, kecuali mandi,
berpakaian, kekamar kecil, berpindah dan satu fungsi tambahan
G Ketergantungan pada ke enam fungsi tersebut
Lain- Tergantung pada sedikitnya dua fungsi, tetapi tidak dapat di klasifikasikan
lain sebagai C, D, E Atau F

41
SHORT PORTABLE MENTAL STATUS QUESTIONNAIRE (SPMSQ)
Penilaian ini untuk mengetahui fungsi intelektual lansia
Nama Klien : Ny.N Tanggal :11 Desember 2023
Jenis Kelamin : L/P Umur:65 Tahun TB/BB :155 cm / 60 Kg
Agama : Kristen Gol darah:A
Pendidikan : TD/SD/SMP/SMA//PT
Alamat : Jl.Rajawali Km.8 No.02
SKORE
NO PERTANYAAN JAWABAN
+ -
+ 1 Tanggal berapa hari ini? Benar
+ 2 Hari apa sekarang ini? Benar
+ 3 Apa nama tempat ini? Benar
+ 4 Berapa nomor telepon anda? Benar
+ 5 Berapa umur anda? Benar
+ 6 Kapan anda lahir? Benar
+ 7 Siapa presiden Indonesia sekarang? Benar
- 8 Siapa presiden sebelumnya? Salah
+ 9 Siapa nama kecil ibu anda? Benar
+ 10 Kurangi 3 dari 20 dan tetap penggurangan 3 Benar
dari setiap angka baru, semua secara
menurun?
Jumlah kesalahan total 9 Benar 1 Salah
Keterangan:
2. Kesalahan 0-2 fungsi intelektual utuh
3. Kesalahan 3-4 kerusakan intelektual ringan
4. Kesalahan 5-7 kerusakan intelektual sedang
5. Kesalahan 8-10 kerusakan intelektual berat
 Bisa dimaklumi bila lebih dari 1 (satu) kesalahan bila subyek hanya
berpendidikan SD
 Bisa dimaklumi bila kurang dari 1 (satu) kesalahan bila subyek
mempunyai pendidikan lebih dari SD
 Bisa dimaklumi bila lebih dari 1 (satu) kesalahan untuk subyek kulit
hitam, dengan menggunakan kriteria pendidikan yang lama

42
MINI MENTAL STATE EXAMINATION (MMSE)
Menguji Aspek – Kognitif Dari Fungsi Mental

NILAI
KLIEN PERTANYAAN
Maks
ORIENTASI
5 (Tahun, musim, Tgl, Hari, Bulan, apa sekarang? Dimana kita :
5 (Negara, bagian, Wilayah, Kota).
REGISTRASI
5 Nama 3 objek (1 detik untuk mengatakan masing-masing) tanyakan
klien ke 3 obyek setelah anda telah mengatakan. Beri 1 point untuk
tiap jawaban yang benar, kemudian ulangi sampai ia mempelajari
ke 3 nya jumlahkan percobaan dan catat.
PERHATIAN & KALKULASI
5 Seri 7’s (1 point tiap benar, berhenti setelah 5 jawaban, berganti eja
kata belakang) (7 kata dipilih eja dari belakang).
MENGINGAT
3 Minta untuk mengulangi ke 3 obyek diatas, beri 1 point untuk
kebenaran.
BAHASA
9 Nama pensil & melihat (2 point)
Mengulang hal berikut tak ada jika (dan atau tetapi) 1 point.
30 Nilai total = 30

KETERANGAN:
Mengkaji tingkat kesadaran klien sepanjang kontinum:
Composmenthis Apatis Somnolens Suporus
Coma

Nilai Maksimun 30 (Nilai 21/Kurang indikasi ada kerusakan kognitif Perlu


penyelidikan lanjut)

43
INVENTARIS DEPRESI BECK
(PENILAIAN TINGKAT DEPRESI LANSIA DARI BECK DAN DECLE, 1972)

Nama Klien :Ny.N Tanggal :11 Desember 2023


Jenis Kelamin : L/P Umur:65 Tahun TB/BB :155 cm / 60 Kg
Agama : Kristen Gol darah:A
Pendidikan : TD/SD/SMP/SMA/PT
Alamat : Jl.Rajawali Km.8 No.02
Nama Pewawancara :Safna

URAIAN
A KESEDIHAN
3 Saya sangat sedih/tidak bahagia, dimana saya tidak dapat menghadapinya
2 Saya galau/sedih sepanjang waktu dan tidak dapat keluar darinya
1 Saya merasa sedih/galau
0 Saya tidak merasa sedih

B PESIMISME
3 Merasa masa depan adalah sia-sia dan sesuatu tidak dapat membaik
2 Merasa tidak punya apa-apa dan memandang ke masa depan
1 Merasa kecil hati tentang masa depan
0 Tidak begitu pesimis/kecil hati tentang masa depan

C RASA KEGAGALAN
3 Merasa benar-benar gagal sebagai orang tua (suami/ istri)
2 Bila melihat kehidupan kebelakang, semua yang dapat saya lihat kegagalan
1 Merasa telah gagal melebihi orang pada umumnya
0 Tidak merasa gagal

D KETIDAKPUASAN
3 Tidak puas dengan segalanya
2 Tidak lagi mendapat kepuasan dari apapun
1 Tidak menyukai cara yang saya gunakan
0 Tidak merasa tidak puas

E RASA BERSALAH
3 Merasa seolah sangat buruk/tidak berharga
2 Merasa sangat bersalah

44
1 Merasa buruk/tidak berharga sebagai bagian dari waktu yang baik
0 Tidak merasa benar-benar bersalah

F TIDAK MENYUKAI DIRI SENDIRI


3 Saya benci diri saya sendiri
2 Saya muak dengan diri saya sendiri
1 Saya tidak suka dengan diri saya sendiri
0 Saya tidak merasa kecewa dengan diri sendiri

G MEMBAHAYAKAN DIRI SENDIRI


3 Saya akan bunuh diri jika saya punya kesempatan
2 Saya punya rencana pasti tentang tujuan bunuh diri
1 Saya merasa lebih baik mati
0 Saya tidak punya pikiran tentang membahayakan diri sendiri

H MENARIK DIRI DARI SOSIAL


3 Saya telah kehilangan semua minat saya pada orang lain dan tidak peduli pada
mereka semuanya
2 Saya telah kehilangan semua minat saya pada orang lain dan mempunyai sedikit
perasaan pada mereka
1 Saya kurang berminat pada orang lain dari pada sebelumnya
0 Saya tidak kehilangan minat pada orang lain

I KERAGU-RAGUAN
3 Saya tidak dapat membuat keputusan sama sekali
2 Saya mempunyai banyak kesulitan dalam membuat keputusan
1 Saya berusaha mengambil keputusan
0 Saya membuat keputusan yang baik

J PERUBAHAN GAMBARAN DIRI


3 Merasa bahwa saya jelek/tampak menjijikan
2 Merasa bahwa ada perubahan yang permanen dalam penampilan
1 Saya khawatir saya tampak tua/tidak menarik dan ini membuat saya tidak
menarik
0 Tidak merasa bahwa saya tampak lebih buruk daripada sebelumnya

K KESULITAN KERJA
3 Tidak melakukan pekerjaan sama sekali
2 Telah mendorong diri saya sendiri dengan keras untuk melakukan sesuatu
1 Memerlukan upaya tambahan untuk memulai melakukan sesuatu
0 Saya dapat bekerja sebaik-baiknya

45
L KELETIHAN
3 Saya sangat lelah untuk melakukan sesuatu
2 Saya merasa lelah untuk melakukan sesuatu
1 Saya merasa lelah dari yang biasanya
0 Saya tidak merasa lebih lelah biasanya

M ANOREKSIA
3 Saya tidak lagi punya nafsu makan sama sekali
2 Nafsu makan saya sangat buruk sekarang
1 Nafsu makan saya tidak sebaik sebelumnya
0 Nafsu makan saya tidak buruk dari biasanya

Keterangan:
0-4 : depresi tidak ada/ minimal
5-7 : depresi ringan
8-15 : depresi sedang
16+ : depresi berat

APGAR KELUARGA DENGAN LANSIA

46
Alat Skrining Singkat Yang Dapat Digunakan Untuk Mengkaji Fungsi Sosial
Lansia

Nama Klien : Ny.N Tanggal :11 Desember 2023


Jenis Kelamin : L/P Umur:65 Tahun TB/BB :155 cm /60 Kg
Agama :Kristen Gol darah:A
Pendidikan : TD/SD/SMP/SMA/PT
Alamat : Jl.Rajawali Km.8 No.02

No Uraian Fungsi Skore


1 Saya puas bahwa saya dapat kembali pada ADAPTATION 1
keluarga (teman-teman) saya untuk
membantu pada waktu sesuatu
menyusahkan saya
2 Saya puas dengan cara keluarga (teman- PARTNERSHIP 2
teman) saya mebicarakan sesuatu dengan
saya dan mengungkapkan masalah
dengan saya
3 Saya puas dengan cara keluarga (teman- GROWTH 1
teman) saya menerima dan mendukung
keinginan saya untuk melakukan
aktivitas/ arah baru
4 Saya puas dengan cara keluarga (teman- AFFECTION 0
teman) saya mengekspresikan afek dan
berespons terhadap emosi-emosi saya
seperti marah, sedih/ mencintai.
5 Saya puas dengan cara teman-teman saya RESOLVE 2
dan saya menyediakan waktu bersama-
sama.
Penilaian:
Pertanyaan-pertanyaan yang di jawab:
 Selalu: skore 2
 Kadang-kadang: skore 1
 Hampir tidak pernah: skore 0

DATA SUBJEKTIF DAN ANALISIS DATA MASALAH

47
DATA OBJEKTIF KEMUNGKINAN
PENYEBAB
DS Pasien DM Nyeri Akut
Klien mengatakan
nyeri pada bagian kaki ↓

kanan bekas post dog


Luka akibat gigitan
bite
P: nyeri saat luka hewan

dibersihkan Q: seperti

di tusuk-tusuk R: sakit
bagian kaki kanan Luka bagian kaki kanan
S: skala nyeri 4
T: nyeri hilang datang ↓

Luka tidak sembuh-


DO
- Klien tampak sembuh
menunjukkan nyeri

pada bagian kaki kanan
TTV TD: 160/ 72
Nyeri akut
mmgH
S: 36 C
RR: 20 x/mnt
Diagnosa Medis:
Diabetes Melitus
Terapi:
Ibuprofen
DS: Anemia Usia lebih dari 46
- Ny. N mengatakan ↓ tahun,perubahan
glukosa gula darah dan
terkadang Kekuatan otot menurun gangguan pengelihatan
pandangannya kabur ↓
DO: Gangguan keseimbangan
- Pencahayaan Tidak ↓

48
cukup baik, terdapat Gangguan penglihatan
pohon-pohon rindang ↓
yang meneduhkan Perubahan kadar
rumah oleh sebab itu
glukosa darah
kurangnya pantulan
cahaya yang masuk ke
rumah
- Kondisi Lantai
keramik dan terasa
licin.
- TD 160/72 mmHg
RR : 20 x/menit
S : 36
Diagnosa Medis:
Diabetes Melitus
Terapi:
Ibuprofen

PRIORITAS MASALAH

1.Nyeri Akut b.d pencedera fisik (pisah abses, amputasi angkat kayu, terbakar,
terpotong, mengangkat berat, prosedur operasi, trauma, Latihan fisik
berlebihan.) dibuktikan dengan Klien mengatakan nyeri pada bagian kaki
kanan bekas post dog bite, P: nyeri saat luka dibersihkan Q: seperti di tusuk-

49
tusuk R: sakit bagian kaki kanan, S: skala nyeri 4, T: nyeri hilang dating,
Klien tampak menunjukkan nyeri pada bagian kaki kanan, TTV TD: 160/
72mmgH, S: 36 C, RR: 20 x/mnt, Diagnosa Medis:Diabetes Melitus, Terapi:
Ibuprofen.
2. Usia lebih dari 46 tahun,perubahan glukosa gula darah dan gangguan
pengelihatan, Ny. N mengatakan terkadang pandangannya kabur,
Pencahayaan Tidak cukup baik, terdapat pohon-pohon rindang yang
meneduhkan rumah oleh sebab itu kurangnya pantulan cahaya yang masuk ke
rumah, Kondisi Lantai keramik dan terasa licin, TD 160/72 mmHg, RR : 20
x/menit, S : 36, Diagnosa Medis: Diabetes Melitus, Terapi: Ibuprofen.

50
RENCANA

No Dx Tujuan/Kriteria Hasil Intervensi Rasional

1 Nyeri akut b.d agen Setelah dilakukan tindakan keperawatan O: 1.untuk mengetahui
pencedera fisik
3x kunjungan rumah di harapkan nyeri - Identfikasi karakteristik nyeri (mis. Pereda, tingkatan nyeri agar
klien berkurang dengan kriteria hasil : kualitas, lokasi, intensitas, frekuensi, durasi)
mempermudah tindakan yang
1. Keluhan nyeri cukup menurun (4) - Identifikasi riwayat alergi obat - Identfikasi
akan diberikan
2. Meringis cukup menurun (4) kesesuaian jenis analgesik (mis. Non-

3. Gelisah cukup menurun (4 narkotik, NSAID) dengan tingkat keparahan 2.membatasi aktivitas pasien
nyeri
3.pasien bisa mengatasi nyeri
- Monitor tandatanda vital sebelum dan
secara mandiri
sesudah pemberian analgesic
T: 4.menyiapkan lingkungan
- Tetapkan target efektifitas analgesik yang nyaman ke pada pasien
untuk mengoptimalkan respons pasien
5.meredakan nyeri
E:
- Jelaskan efek terapi dan efek samping
obat
K:
- Kolaborasi pemberian dosis dan jenis
analgesik, sesuai indikasi

51
2 Usia lebih dari 46 Setelah dilakukan tindakan keperawatan Obsrvasi 1. Identifikasi kesiapan
tahun,perubahan 1. Identifikasi kesiapan dan dan kemampuan menerima
3x kunjungan rumah di harapkan nyeri
glukosa gula darah kemampuan menerima informasi informasi
klien berkurang dengan kriteria hasil : Terapeutik 2. Sediakan materi dan
dan gangguan
1. Sediakan materi dan media media pendidikan
pengelihatan 1. pengetahuan bertambah
pendidikan kesehatan kesehatan
2. Berikan kesempatan bertanya 3. Berikan kesempatan
Edukasi bertanya
1. Jelaskan factor dan penyebab 4. Jelaskan factor dan
penyakit penyebab penyakit
2. Jelaskan tanda dan gejala yang 5. Jelaskan tanda dan
ditimbulkan penyakit gejala yang ditimbulkan
3. Jelaskan kemungkinan terjadinya penyakit
komplikasi 6. Jelaskan kemungkinan
Informasikan kondisi klien saat ini terjadinya komplikasi
Informasikan kondisi klien
saat ini

52
IMPLEMENTASI

Hari/Tanggal Dx Kep Implementasi Evaluasi (SOAP) TTD/Nama

Senin, 11 Nyeri akut b.d Obervasi: S:


Agen pecendera 1. MengiIdentifikasi lokasi, karakteristik Klien mengatakan masih nyeri pada bagian
Desember
fisik durasi,frekuensi, kualitas, intensitas nyeri kaki kanan
2023
2. Mengidentifikasi faktor yang O:
memperberat dan memperingan nyeri -Klien tampak menunjukan nyeri dibagian
Edukasi: kaki kanan
Memberikan pendidikan kesehatan pada pasien - Skala nyeri 4
Safna
dan keluarga tentang manajemen nyeri. -Klien mampu memahami dan menjelaskan
ulang pendkes
TTV TD: 160/ 72 mmgH
S: 36 C
RR: 20 x/mnt
A : Masalah belum teratasi
P : Lanjutkan Intervensi

53
BAB 4
PENUTUP

4.1.Kesimpulan

Seiring bertambahnya usia banyak fungsi tubuh yang mengalami penurunan


terutamapasa sistem kardiovaskuler salah satu penyakit yang sering ditemui adalah
hipertensiberbagai macam komplikasi seperti pada ginjal,otak,dan matahal ini bisa terjadi
karena berbagai faktor resiko diantaranya merokok,obesitas,makanan tinggi garam,stres dan
lain-lain.Cara pencegahannya ialah dengan menerapkan perilaku hidup bersih dan sehat serta
rutin berolahraga.

4.2.Saran
1. Bagi Institusi UPTD Puskesmas Bukit Hindu Sebagai bahan masukan untuk
meningkatkan mutu pelayanan Kesehatan dan asuhan keperawatan bagi pasiennya
serta meningkatkan pengetahuan bagi perawat di UPTD Puskesmas Bukit Hindu
palangkaraya.
2. Bagi institusi kependidikan Sebagai bahan tambahan pengetahuan untuk bisa
membantu penelitian dalam mencapai tujuan penelitian.
3. Bagi perawat Sebagai bahan masukan untuk lebih meningkatkan dalam asuhan
keperawatan dalam mengelola ataupun pelayanan bagi pasien.
4. Bagi peneliti Sebagai informasi untuk penelitian lebih lanjut pada umumnya dan
khususnya bagi peneliti memperoleh pengetahuan tentang prilaku pengkajian respon
pasien di UPTD Puskesmas Bukit Hindu Palangka Raya.

54
DAFTAR PUSTAKA

Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI). 2017.Standar Diagnosis Keperawatan


Indonesia (SDKI).Jakarta Selatan: Dewan Pengurus Pusat PPNI.
Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI). 2018.Standar Luaran Keperawatan Indonesia
(SLKI). Jakarta Selatan: Dewan Pengurus Pusat PPNI.

Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI). 2018.Standar Intervensi Keperawatan


Indonesia (SIKI). Jakarta Selatan: Dewan Pengurus Pusat

Mansjoer Arif dkk. Kapita Selekta Kedokteran. Media Aesculapius. FKUI. 2000.
Smeltzer, S.C & Bare, B.G., (2002). Buku Ajar Medikal Bedah Edisi 8 Volume 2, Alih

55

Anda mungkin juga menyukai