Disusun Oleh:
Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Kuasa, karena atas anugerah-Nya tugas asuhan keperawatan
Adapun tujuan penyusunan asuhan keperawatan ini adalah untuk memenuhi tugas stase Gerontik
dan syarat untuk dapat mengikuti ujian akhir stase.
Namun kami menyadari bahwa dalam penyusunan laporan pendahuluan ini masih terdapat banyak
kekurangan, karena itu kami sangat mengharapkan berbagai kritik dan saran yang membangun
sebagai evaluasi demi penyempurnaan asuhan keperawatan ini selanjutnya.
Penulis
KATA PENGANTAR................................................................................................................9
BAB I.......................................................................................................................................14
PENDAHULUAN....................................................................................................................14
1.1 Latar Belakang...........................................................................................................14
1.2 Tujuan Penulisan.......................................................................................................15
1.3 Manfaat Penulisan.....................................................................................................16
BAB II......................................................................................................................................12
KONSEP DASAR....................................................................................................................12
2.1 Konsep Dasar Penyakit Hipertensi.................................................................................12
2.2 Konsep Perawatan Hipertensi.........................................................................................18
2.3 Konsep Dasar Gerontik..................................................................................................11
BAB III.....................................................................................................................................16
KONSEP KASUS....................................................................................................................16
3.1 Pengkajian.................................................................................................................16
3.2 Analisa data...............................................................................................................19
3.3 Diagnosa keperawatan...............................................................................................19
3.4 Rencana asuhan keperawatan....................................................................................19
3.5 Implementasi keperawatan........................................................................................20
3.6 Evaluasi.....................................................................................................................22
BAB VI....................................................................................................................................28
PENUTUP................................................................................................................................28
4.1 Kesimpulan................................................................................................................28
4.2 Saran..........................................................................................................................28
DAFTAR PUSTAKA..................................................................................................................54
BAB I
PENDAHULUAN
darah meningkat faktor tersebut tidak bisa dikontrol dan tipe kelamin
pria lebih besar dibanding wanita.
3. Diet
Mengkonsumsi diet besar garam cara langsung berkaitan
kembangnya hipertensi. Aspek tersebut dapat mengontrol pengidap
kurangi konsumsi, bila garam yang dikonsumsi melampui batas normal,
ginjal yang bertugas buat mencerna garam hendak tahan cairan lebih
banyak dibanding semestinya didalam tubuh. Banyak cairan menahan
menimbulkan kenaikan volume darah. Memberi beban pembuluh darah
menimbulkan pembuluh darah kerja keras ialah terdapatnya kenaikan
tekanan darah saat dinding pembuluh darah serta menimbulkan tekanan
darah naik.
4. Berat badan
Aspek bisa dikontrol melindungi berat tubuh dalam keadaan
wajar ataupun sempurna. Kegemukan (>25% diatas BB sempurna)
berhubungan dengan berkembang tingkatan tekanan darah ataupun
hipertensi.
5. Gaya hidup
Aspek ini bisa dikontrol oleh penderita dengan pola hidup
sehat menjauhi aspek pemicu hipertensi ialah rokok, jika rokokkaitannya
jumlah rokok dihisap dalam durasi satu hari serta bisa menghabiskan
beberapa batang rokok serta lama merokok mempengaruhi dengan
tekanan darah pasien. Mengkonsumsi alkohol yang sering, ataupun
berlebihan serta terus menerus bisa meningkatkan tekanan darah pasien
hendaknya bila mempunyai tekanan darah tinggi pasien dimohon untuk
menjauhi alkohol supaya tekanan darah pasien dalam batasan normal serta
peliharagaya hidup sehat penting supaya bebas dari komplikasi yang bisa
terjadi.
B. Hipertensi sekunder
Hipertensi sekunder terjadi akibat pemicu yang jelas. Salah satu contoh
hipertensi sekunder merupakan hipertensi vaskular rena, yang terjadi akibat
stenosi arteri renalis. Kelainan ini bisa bersifat kongenital ataupun akibat
aterosklerosis. Stenosis arteri renalis menurunkan aliran darah ke ginjal
sehingga terjadi pengaktifan baroreseptor ginjal, perangsangan pelepasn
renin, serta penyusunan angiostenin II. Angiostenin II secara langsung
tingkatan tekanan darah dan secara tidak langsung tingkatan sintesis
9
3 Patofisiologi
pembuluh darah terletak dipusat vasomotor, pada medulla diotak. Dari pusat
vasomotor ini bermula jaras saraf simpatis, yang berlanjut ke bawah ke korda
spinalis dan keluar dari kolumna medulla spinalis ganglia simpatis di toraks
dengan jelas mengapa hal tersebut bisa terjadi. Pada saat bersamaan dimana
renin.
10
kemudian diubah menjadi angiotensin II, suatu vasokonstriktor kuat, yang pada
tekanan darah yang terjadi pada usia lanjut. Perubahan tersebut meliputi
distensi dan daya regang pembuluh darah. Konsekuensinya, aorta dan arteri
Patway
12
4. Manifestasi klinis
Gejala serta tanda-tanda adanya hipertensi merupakan (Aspiani 2019)
disebut gejala umum yang menimbulkan hipertensi ataupun tekanan
darah besar berbeda oleh tiap masyarakat, mungkin kadang muncul
adanya tanpa tanda gejala. Secara global gejala yang dikeluhkan
penderita hipertensi berbagai macam yaitu:
a. Sakit kepala
b. Merasakan capek serta tak aman di bagian tengkuk
c. Merasakan memutar
d. Menebarkan ataupun berdetak jantung secara cepat
e. Telinga denging membutuhkan pertolongan cepat
Penderita hipertensi alami sakit kepala hingga tengkuk sebab
terjadinya sempit pembuluh darah yang diakibatkan vasokonstriksi
pembuluh darah hendak menimbulkan kenaikan tekanan vasculer
cerebral, kondisi ini hendak menimbulkan nyeri kepala sampe tengkuk
pada penderita hipertensi.
5. Pemeriksaan diagnosis
Pemeriksaan Laboratorium
a. Hb/Ht : kaji adanya sel terhadap volume cairan(viskositas) serta
bisa indikasi faktor pemicu yaitu : hipokoagulabilitas,
kekurangan darah.
b. BUN / kreatinin : menginformasikan data perfusi ataupun fungsi
ginjal.
c. Glucosa : Hiperglikemi (DM merupakan penyebab hipertensi)
bisa berakibat keluar kadar ketokolamin.
d. Urinalisa : darah, protein, glukosa, mengisaratkan disfungsi
ginjal serta terdapat DM.
e. CT Scan : Kaji ada tumor cerebral, encelopati.
f. EKG : Bisa memberitahu pola keregangan, dimana luas,
ketinggian gelombang P merupakan ciri menandakan penyakit
jantung hipertensi.
g. IUP : mengenal penyebab hipertensi semacam : Batu ginjal
perbaikan ginjal.
h. Photo dada : Tunjuk destruksi kalsifikasi di area katup,
pembesaran jantung.
13
6. Komplikasi
Hipertensi bisa dikendalikan jika penangannya dengan baik
semenjaksekarang. Tetapi kebanyakan penderita hipertensi yang baru
sadar ketika menderita hipertensi pada saat mengalami sebuah
penyakit hipertensi. Ada beberapa hal yang bisa menimbulkan sebuah
penyakit hipertensi, contohnya merupakan stres. Ketika seorang
mengalami stres menjadikan tubuh akan produksi hormon yang bisa
tingkatkan tekanan darah, Kenaikan tekanan darah inilah yang jadi
sebuah penyakit hipertensi.Observasi Komite Nasional
Pencegahan, Deteksi, Evaluasi danPenanganan Hipertensi
melaporkan tekanan darah yang bisa tingkatkan serangan jantung,
gagal jantung, stroke serta gagal ginjal (Richard 2013).
Hipertensi ialah pemicu awal terbentuknya
sebuah penyakit kardiovaskular serta ialah permasalahan awal
kesehatan warga yang lagi hadapi masa peralihan sosial ekonomi.
Dibanding manusia yang mempunyai tekanan darah alami, pengidap
hipertensi mempunyai kendala terkena penyakit jantung koroner 2
kali lebih meningkat serta resiko lebih tinggi agar terkena stroke.
Jika tak diatasi, kurang lebih setengah penderita hipertensi buat
meninggal yang diakibat penyakit jantung serta sekitar 33% buat
meninggal sebab stroke 10 sampai 15 % namun meninggal sebab
gagal ginjal. Maka karena pengecekan tekanan darah ialah kondisi
sangat berharga (Junaidi, 2010).
14
1. Identitas
Ada beberapa yang merupakan identitas yaitu : Nama, umur, agama,
jenis kelamin, alamat, pekerjaan, status perkawinan, pendidikan terakhir,
tanggal masuk panti, kamar dan identitas keluarga pasien (Handa
Gustiawan 2019)
3. Riwayat Keluarga
Ada beberapa status kesehatan umum ketika setahun yang lalu, status
kesehatan umum ketika 5 tahun yang lalu, keluhan yang utama, serta
pendidikan tentang penatalaksanaan masalah kesehatan.
12. Pemeriksaan fisik :
Pemeriksaan fisik ialah suatu proses pemeriksaan tubuh pasien pada
ujung kepala sampai ujung kaki (head to toe) untuk menentukan adanya
gejala dari sebuah penyakit dengan teknik inpeksi, auskultasi, palpasi dan
perkusi.
Pada pemeriksaan kepala dan leher yaitu melihat bentuk kepala, warna
rambut, bentuk wajah, kesimetrisan mata, kelopak mata, kornea
mata,konjungtiva serta sclera, pupil serta iris, ketajaman penglihatan,
tekanan bola mata, cuping hidung, lubang hidung, tulang hidung, dan
menilai ukuran telinga, ketegangan telinga, kebersihan lubang telinga,
ketajaman pendengaran, kondisi gigi, gusi serta bibir, kondisi lidah,
palatum serta osofaring, keberadaan trakea, tiroid, kelenjar limfe, vena
jugularis serta denyut nadi karotis.
Selanjutnya pemeriksaan payudara yakni inspeksi terdapat atau tidak
kelainan berupa (warna kemerahan pada mammae, oedema, papilla
mammae menonjol atau tidak, hiperpigmentasi aerola mammae, apakah
ada pengeluaran cairan pada putting susu), palpasi (menilai apakah ada
benjolan, adanya pembengkakan kelenjar getah bening, lalu disertai
dengan pengkajian nyeri tekan).
Pemeriksaan thoraks yakni inspeksi terdapat atau tidak kelainan berupa
(simetris dada, menggunakan otot bantu pernafasan, pola nafas), palpasi
(nilai vocal premitus), perkusi (menilai bunyi perkusi apakah terdapat
kelainan), dan auskultasi (menilai bunyi nafas dan adanya bunyi nafas
tambahan).
Pemeriksaan jantung yaitu inpeksi serta palpasi (mengamati ada tidaknya
pulsasi serta ictus kordis), perkusi (tentukan batasan jantung untuk
ukuran jantung), auskultasi (mendengar suara jantung, suara jantung
adanya penambahan atau tidak bising/murmur)
Pada pemeriksaan abdomen meliputi inspeksi terdapat atau tidak
kelainan berupa (bentuk abdomen, benjolan/massa, bayangan pembuluh
darah, warna kulit abdomen, lesi pada abdomen), auskultasi (bising usus
16
atau peristalik usus dengan nilai normal 5-35 kali/menit), palpasi (ada
atau tak nyeri tekan, benjolan/massa, besarnya hepar dan lien) dan
perkusi (penilaian suara abdomen serta pemeriksaan asites).
Pemeriksaan kelamin dan sekitarnya meliputi area pubis, meatus
uretra,anus serta perineum terdapat kelainan atau tidak.
Pada pemeriksaan muskuloskletal meliputi pemeriksaan kekuatan dan
kelemahan ekstermitas, kesimetrisan cara berjalan.
Pada pemeriksaan integument meliputi membersihkan, menghangatkan,
warna, turgor kulit, bentuk kulit, kelembaban serta kelainan terhadap
kulit serta terdapat lesi atau tidak(Handa Gustiawan 2019)
a) Pengkajian status fungsional dan pengkajian status kognitif
1. Pengkajian status fungsional
a. Indeks katz .
Pemeriksaan indeks katz memfokuskan aktivitas kehidupan
sehari-hari yaitu kegiatan mandi, memakai pakaian, pindah
tempat, toileting, dan makan. Mandiri merupakan tidak ada
yang mengawasi, mengarahkan, ataupun bantuan orang lain.
Pengkajian ini mendasarkan pada status aktual serta bukan
terhadap kemampuan. Pengkajian ini dapat mengukur
kemampuan fungsional lanjut usia dilingkungan sekitar
rumah. (Susanto 2018)
b. Barthel indeks
Pemeriksaan barthel indeks adalah alat mengukur
kemandirian lanjut usia yang sering digunakan, dengan ukur
mandiri fungsional pada perihal keperawatan diri serta
mobilitas. Barthel indeks tidak mengukur ADL, instrumental,
komunikasi, dan psikososial. Pengukuran pada barthel indeks
bertujuan buat ditunjukkan peningkatan pelayanan yang
dibutuhkan pasien. Barthel indeks dapat mengambil pada
catat medik penderita, pengamatan langsung ataupun catatan
sendiri pada pasien. (Susanto 2018)
2. Pengkajian status kognitif
a. SPMSQ (Short portable mental status questionaire) adalah
beberapa penguji sederhana yang sudah digunakan secara
17
Rasional : Buat diketahui aspek apa yan berat dan ringan nyeri
e) Identifikasi pengetahuan dan keyakinan tentang nyeri
Rasional : memberikan pengetahuan mengenai penyebab nyeri
kepada pasien
2) Terapeutik
a) Beri tehnik non farmakologis buat kurangi rasa nyeri (meliputi.
terapi relaksasi, kompres panas/hangat)
Rasional : memperingan ataupun kurangi nyeri sampai tingkat yang
dapat diterima pasien.
a) Terapi relaksasi (Tarik Nafas Dalam)
Terapi relaksasi tarik nafas dalam ialah suatu teknik yang
dibutuhkan buat penurunan tingkat stress serta nyeri
kronis. Teknik relaksasi tarik nafas dalam pengidap
mengontrol respons tubuh yang tegang dan cemas. Teknik
relaksasi tarik nafas dalam melakukakan dapat
mengurangi konsumsi oksigen, metabolisme, frekuensi
pernafasan, frekuensi jantung, tegangan otot serta tekanan
darah (Anggraini 2020)
b) Kontrol lingkungan yang beratkan rasa nyeri (misal : Suhu
lingkungan, cahaya)
Rasional : agar terkontrol lingkungan yang memperberat nyeri.
3) Edukasi
a) Jelaskan sebab periode serta pemicu nyeri
Rasional : untuk mengetahui penyebab nyeri
b) Jelaskan teknik meredakan nyeri
Rasional : untuk mengetahui bagaimana teknik mereda nyeri
c) Anjurkan monitor nyeri secara mandiri.
Rasional : agar melakukan monitor nyeri secara mandiri tanpa
bantuan perawat maupun kerabat dekat.
d) Anjurkan mengunakan analgetik secara tepat
Rasional : untuk menggunakan analgetik yang sudah diberikan
e) Ajarkan teknik non farmakologis buat kurangi rasa
nyeri Rasional : buat meredakan atau kurangi rasa nyeri
4) Kolaborasi
19
kendala jalur.
c. Tulang
Pergantian yang terjalin pada tulang yaitu kurang padat tulang.
Kurangnya padatnya tulang ini jadi pemicu osteoporosis pada lanjut
usia. Peristiwa jangka panjang yang hendak terjalin kala lanjut usia
sudah hadapi osteoporosis merupakan perih, deformitas serta fraktur.
Oleh karena itu, kegiatan raga juga jadi upaya preventif yang pas.
d. Jaringan penghubung (kolagen serta elastin)
Kolagen ialah dukungan oleh kulit, tendon, tulang serta jaringan
pengikat jadi suatu batang yang tidak tertib. Pergantian pada kolagen ini
jadi pemicu penurunan fleksibilitas pada lanjut usia hingga mencuat
akibat perih, penyusutan keahlian buat tingkatkan kekuatan otot,
kesusahan duduk serta berdiri, jongkok serta berjalan. Upaya yang
butuh dicoba merupakan upaya fisioterapi.
e. Kartilago
Jaringan kartilago oleh sendi yang lunak dan hadapi granulasi dimana
hendak membagikan akibat pada rata permukaan sendi.
4. Penyakit yang terjadi pada lansia
Perubahan fisiologi yang terjalin oleh lanjut usia. Disebabkan
fungsi semacam organ tubuh mengalami penyusutan. Penurunan fungsi
fisiologis pada sistem endokrin, gaya hidup yang tidak sehat pada lansia
berpotensi menderita penyakit hipertensi kemungkinan yang terjadi
komplikasi yang sangat tinggi, salah satu penyakit yang sering diderita
lanjut umur ialah penyakit kardiovaskuler dan diabetes meilitus
2
BAB III
TINJAUAN KASUS
E. Riwayat Rekreasi
Ny.B mengatakan biasa dari panti mengadakan mandi2 di holtekam. Terkadang ia main ke
rumah saudaranya di jayapura
G. Kebiasaan Ritual
Ny. B mengatakan ia aktif ibadah, ia juga biasa bergabung dengan para lansia lainnya
untuk beribadah bersama.
J. Tinjauan Sistem
a. Keadaan umum : Ny B tampak baik
b. Kesadaran : Komposmentis
c. TTV
Tekanan Darah : 156/80 mmHg
Nadi : 100 x/menit
2
Suhu : 36,6℃
Respirasi : 20 x/menit
Sp02 : 100%
d. Integument :
Inspeksi : Tekstur kulit kurang elastis, kulit lembab, tidak ada luka
e. Kepala :
Inspeksi
Bentuk : Normacepali
Karakteristik Rambut : Warna putih, lurus
Kebersihan : Tampak bersih
Distribusi rambut : Merata
Kerontokan rambut : Ada
Benjolan di kepala : Tidak ada
Palpasi kepala
Tidak ada benjolan/lesi : -
Nyeri tekan : Tidak ada
f. Mata
Inspeksi
Sklera : Tidak ikterik
Conjungtiva : Tidak anemis
Kornea : ada bintik putih
Pupil : Isokhor
Tanda-Tanda Radang : Tidak ada
Edema palpebrae : Tidak adanya edema
Rasa sakit : Tidak ada nyeri
Gerak bola mata : Gerakan bola mata simetris
Alat bantu penglihat : Klien tidak menggunakan kaca mata
g. Telinga
Inspeksi
Daun telinga : Tampak simetris
Liang telinga : Tidak terdapat serumen
Membran tympani : Berfungsi kurang baik
Pendarahan : Tidak ada perdarahan
Palpasi
Nyeri Tekan : Tidak terdapat nyeri tekan
Pembengkakan : Tidak ada edema
h. Hidung
Inspeksi
Simetris/ tidak : Simetris
Membran mukosa : Tidak terdapat sekret
2
i. Mulut
Inspeksi
Gigi : Jumlah gigi berkurang gigi
geraham Mukosa mulut : Mukosa bibir tampak lembab
Lidah : Indra pengecap dan perasa
baik Kesulitan menelan : Tidak ada
j. Leher
Inspeksi
Normal : Tidak ada pembesaran kelenjar, tidak terjadi
kekakuan Kelenjar tyroid : Tidak ada pembengkakan
Palpasi : Teraba arteri carotis dan vena jugularis
k. Payudara
Inspeksi : simetris kiri dan kanan
Palpasi : tidak ada benjolan
l. Dada
Inspeksi
Bentuk thorak : Simetris
Pola nafas : Normal
Nafas cuping hidung : Tidak ada
Palpasi
Nyeri tekan dan edema : Tidak ada
Getaran dada : Sama
Perkusi : Sonor
Auskultasi
Suara nafas : Vesikuler
Suara nafas tambahan : Tidak ada
m. Jantung
Inspeksi :-
Palpasi :-
Perkusi :-
Auskultasi : Tidak terdengar bunyi jantung tambahan
n. Gastrointestinal
Auskultasi : Timpani
Palpasi : Tidak teraba masa, tidak terdapat nyeri tekan
Perkusi : Peristaltic usus 11x/m
o. Perkemihan
p. Genetalia
a. Kebersihan : -
b. Haemoroid : Tidak ada
c. Hernia : Tidak ada
d. Kesan (bau) : Tidak ada
e. Temuan / keluhan : Tidak ada
lainnya
3
q. Muskuluskeletal
Inspeksi
a. Lesi kulit : Tidak ada
b. Tremor : Tidak ada
Palpasi
c. Tonus otot ekstremitas atas : Normal
d. Tonus otot ekstremitas bawah : Normal
e. Kekuatan ekstremitas atas : Baik ( skor 5 )
f. Kekuatan ekstremitas bawah : Menurun ( skor kanan 4, kiri 4 )
g. Rentang gerak : Bebas
H Edema kaki : Tidak ada edema
i. Refleks Bisep : Kanan : ( +) Kiri : (+)
j. Refleks Trisep : Kanan : ( +) Kiri : (+)
k. Refleks patella : Kanan : ( +) Kiri : (+)
r. Syaraf pusat
s. Sistem endokrin :
Pertanyaan tahap 2
a. Keluhan lebih dari 3 bulan atau lebih dari 1 kali dalam 1 bulan? Tidak
b. Ada masalah atau banyak pikiran? Tidak
c. Ada gangguan atau masalah dengan keluarga lain? Tidak
d. Menggunakan obat tidur/penenang atas anjuran dokter? Tidak
3
2. Barthel Indeks
1. Identifikasi aspek kognitif dari fungsi mental menggunakan MMSE (Mini Mental
Status Exam):
Nilai Nilai
No Aspek kognitif Kriteria
maks klien
1. Orientasi 5 4 Menyebutkan dengan benar
Tahun
Musim
Tanggal
Hari
Bulan
3
Nilai Nilai
No Aspek kognitif Kriteria
maks klien
Orientasi 5 5 Dimana kita sekarang
Negara Indonesia
Provinsi Papua
Kabupaten Jayapura
Panti
Wisma
Nilai Nilai
No Aspek kognitif Kriteria
maks klien
atau, tetapi”. Bila benar, nilai 1
poin.
Pernyatan benar 3 buah
yaitu dan, atau, tetapi
Total nilai : 23
Interpretasi hasil :
>23 : Aspek kognitif dari fungsi mental baik
18-22 : Kerusakan aspek fungsi mental ringan
< 17 : Terdapat kerusakan aspek fungsi mental berat
1. Pengkajian Keseimbangan
1) Perubahan posisi atau gerakan
NO Tes Kordinasi Nilai
a. ubahan posisi atau gerakan keseimbangan
1. Bangun dari tempat duduk dengan mata
terbuka
Tidak bangun dengan sekali gerakan, akan
tetapi usila mendorong tubuhnya keatas
dengan tangan atau bergerak ke bagian depan
kursi terlebih dahulu, tidak stabil pada saat
berdiri pertama kali.
2. Duduk ke kursi dengan mata terbuka
Duduk dengan cara menjatuhkan diri ke kursi,
tidak duduk ditengah kursi.
3. Bangun dari tempat duduk mata tertutup
Tidak bangun dengan sekali gerakan, akan
tetapi usila mendorong tubuhnya ke atas
dengan tangan atau bergerak ke bagian depan
kursi terlebih dahulu, tidak stabil saat berdiri
pertama kali.
4. Duduk ke kursi dengan mata tertutup
Menjatuhkan diri ke kursi, tidak duduk
ditengah kursi.
Ket: kursi harus yang keras tanpa pegangan.
5. Menahan dorongan pada sternum (pemeriksa
mendorong sternum sebanyak 3x dengan hati-
hati) dengan mata terbuka
Klien menggerakan kaki, memegang objek
untuk dukungan, kaki tidak menyentuh sisi-
sisinya.
3
Interpretasi Hasil:
Jumlahkan semua nilai dari klien kemudian interpretasikan sebagai
berikut: 0-5 : Resiko jatuh sedang
6-10 : Resiko jatuh sedang
11-15 : Resiko jatuh tinggi
Keterangan
>5 : Individu depresi
Score 5 -9 : Kemungkinan depresi ringan
Score 10 atau lebih : Depresi berat
Interpretasi/kesimpulan:
Jumlah skor dari Ny B adalah 7 yang mana klien mengalami gejala depresi, klien
mengatakan merasa tenang dan nyaman saat berada di panti jompo, klien mengatakan
dapat dengan tenang beristirahat ataupun melakukan aktivitas sehari-hari yang disukai
oleh klien.
Keterangan:
0= tidak pernah > 3: Disfungsi keluarga sangat
tinggi 1= sebagian 4-6: Disfungsi keluarga sedang
2= selalu 7-6: tidak ada masalah
Analisa Data
No. Data Etiologi Masalah
1. Data subjektif : Peningkatan tekanan Nyeri akut
Klien mengatakan darah vaskuler cerebral
kepalanya sering sakit,
saat kepala sakit klien
hanya mengoleskan
minyak pada dahi.
Klien juga mengatakan
sering diberikan obata
darah tinggi oleh
petugas ( Amplodine)
P : nyeri pada kepala
Q : seperti ditusuk-tusuk
R : kepala
S:5
T : nyeri hilang timbul
±1-2menit
Data objektif :
TD :156/80mmHg
RR:20x/menit
HR: 100x/menit
SB: 36.6°c
Wajah tampak :
meringis
2. Data subjektif : Nyeri kepala Gangguan pola tidur
Klien mengatakan sulit
tidur saat sakit kepala
timbul, dan saat
terbangun ditengah
tidur.
Data objektif :
Klien tampak
memegang kepala saat
timbul rasa sakit,
tampak meringis,
terbangun dan kesulitan
tidur karena nyeri/sakit
kepala.
TD : 156/80mmHg
RR:20x/menit
HR: 100x/menit
SB: 36.6°c
3. Data subjektif : Penurunan eksremitas Resiko jatuh
Klien mengatakan tidak bawah
dapat melihat dengan
4
Diagnosis keperawatan
1. Nyeri akut berhubungan dengan peningkatan tekanan darah vaskuler cerebral
2. Gangguan pola tidur berhubungan dengan nyeri kepala
3. Resiko jatuh berhubungan dengan penurunan eksremitas bawah
4
Intervensi
Data Diagnosa NOC NIC
No Keperawatan
Kode Diagnosi Hasil Intervensi
s Kod Kod
e e
1. DS: Nyeri 1. Kontrol nyeri 1410 Manajemen
Klien 00132 kronis 1605 Nyeri : Akut
Kriteria Hasil:
mengatakan 1. Lakukan
1. Mengetahui
kepalanya
pengkajian
sering sakit, factor
saat kepala komprehensi
penyebab
sakit klien
f yang
hanya nyeri
mengoleskan meliputi:
2. Melaporkan
minyak pada
lokasi,
dahi. 2102 nyeri yang
P : nyeri pada karakteristik,
terkontrol
saat kurang
onset/durasi,
istirahat 3. Mengenali
Q : seperti frekuensi dan
apa yang
ditusuk-tusuk
kualitas.
R : kepala terkait
S:5 2. Observasi
dengan gejala
T : nyeri
ketidaknyam
hilang timbul nyeri
±1-2menit 2. Tingkat nyeri an non
Kriteria Hasil: verbal.
DO:
a. Nyeri yang
TD 3. Ajarkan
:156/80mmH dilaporkan
teknik
g
berkurang/
RR:20x/menit nonfarmakol
HR: hilang
ogi missal:
100x/menit
b. Panjangnya
SB: 36.6°c relaksasi,
Wajah episode nyeri
terapi music,
tampak :
berkurang
meringis aromaterapi.
c. Ekspresi
4. Kontrol
nyeri wajah
lingkungan
berkurang
yang
d. Tidak bisa
memperberat
beristirahat
4
bangan
- Letakkan
benda-benda
dalam
jangkauan
yang mudah
bagi pasien
- Monitor
kemampuan
untuk
berpindah
dari tempat
tidur ke
kursi dan
sebaliknya
- Sediakan
kursi dengan
ketinggian
yang tepat,
dengan
sandaran
tangan dan
punggung
yang mudah
dipindahkan
- Hindari
meletakkan
sesuatu
secara tidak
teratur
dipermukaan
lantai
- Sediakan
pencahayaan
yang cukup
dalam
rangka
meningkatka
n pandangan
4
DAFTAR PUSTAKA
Angshera, Rike, Fuji Rahmawati, and Eka Yulia Fitri Y. 2020. “Dukungan Keluarga
Pra Lansia YangMenderita Hipertensi Di Kelurahan Indralaya Mulya.” Seminar
Nasional Keperawatan
“Pemenuhan Kebutuhan Dasar dalam Perawatan Paliatif pada Era Normal Baru”:
14– 19.
Annisa, Dona Fitri, and Ifdil Ifdil. 2016. “Konsep Kecemasan (Anxiety) Pada Lanjut Usia
(Lansia).”
Konselor 5(2): 93.
Aspiani. 2019. “Efektifitas Terapi Relaksasi Benson Terhadap Tekanan Darah Pada Penderita
Hipertensi.” Interest : Jurnal Ilmu Kesehatan 8(1): 51–60.
Idaiani, Sri, and Herlina Sri Wahyuni. 2017. “Hubungan Gangguan Mental
Emosional Dengan Hipertensi Pada Penduduk Indonesia.” Media Penelitian
dan Pengembangan Kesehatan26(3): 137–44.
Kuswati, Ani, Taat Sumedi, and Hartati. 2020. “Pengaruh Reminiscence Therapy
Terhadap FungsiKognitif Pada Lansia.” Jurnal keperawatan mersi 8(2019): 1–6.
http://ejournal.poltekkes- smg.ac.id/ojs/index.php/jkm/article/view/5853/1704.
Pambudi, Hubertus Agung, Meidiana Dwidiyanti, and Diyan Yuli Wijayanti. 2018.
“PandanganLansia Tentang Seksualitas Pada Lanjut Usia.” Jurnal Kesehatan
9(1): 154.
5
Pranata, Lilik, Sri Indaryati, and Aniska Indah Fari. 2020. “Pendampingan Lansia Dalam
Meningkatkan Fungsi Kognitif Dengan Metode Senam Otak.” Jurnal madaniyah 1(4): 172–
76.
Richard, Selvia David. 2013. “Jurnal STIKES Volume 6, No. 1, Juli 2013.” 6(1): 63–73.
Rohadi, Slamet, Suci Tuty Putri, and Aniq Dini Karimah. 2016. “Tingkat Kemandirian Lansia
Dalam
Activities Daily.” Pendidikan Keperawatan Indonesia 2(1): 17.
Rosita, Marlina Dwi. 2012. “Hubungan Antara Fungsi Kognitif Dengan Kemampuan
Interaksi SosialPada Lansia Di Kelurahan Mandan Wilayah Kerja Puskesmas
Sukoharjo.” : 1–17.
Susanto, Hari. 2018. “Asuhan Keperawatan Pasien Gout Arthitis Pada Tn. M Dan Ny. S
Dengan
Masalah Keperawatan Nyeri Akut Di UPT PTWS Jember.”
Tim Pokja SDKI DPP PPNI. 2017. Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia.
5
Lampiran