Anda di halaman 1dari 54

ASUHAN KEPERAWATAN PADA LANSIA DENGAN HIPERTENSI

DI WISMA SOKA PANTI WERDA POS 7 SENTANI

Disusun Oleh:

NAMA : Priskilla Irene Sahureka


NIM 2022086026002
KELOMPOK : II (Dua)
STASE : GERONTIK

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI NERS


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS CENDERAWASIH
JAYAPURA
2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Kuasa, karena atas anugerah-Nya tugas asuhan keperawatan

yang berjudul “ASUHAN KEPERAWATAN PADA LANSIA DENGAN HIPERTENSI DI


WISMA SOKA PANTI WERDA POS 7” ini dapat selesai.

Adapun tujuan penyusunan asuhan keperawatan ini adalah untuk memenuhi tugas stase Gerontik
dan syarat untuk dapat mengikuti ujian akhir stase.

Namun kami menyadari bahwa dalam penyusunan laporan pendahuluan ini masih terdapat banyak
kekurangan, karena itu kami sangat mengharapkan berbagai kritik dan saran yang membangun
sebagai evaluasi demi penyempurnaan asuhan keperawatan ini selanjutnya.

Semoga laporan Asuhan Keperawatan ini dapat bermanfaat. Terimakasih

Penulis

Priskilla Irene Sahureka


DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR................................................................................................................9
BAB I.......................................................................................................................................14
PENDAHULUAN....................................................................................................................14
1.1 Latar Belakang...........................................................................................................14
1.2 Tujuan Penulisan.......................................................................................................15
1.3 Manfaat Penulisan.....................................................................................................16
BAB II......................................................................................................................................12
KONSEP DASAR....................................................................................................................12
2.1 Konsep Dasar Penyakit Hipertensi.................................................................................12
2.2 Konsep Perawatan Hipertensi.........................................................................................18
2.3 Konsep Dasar Gerontik..................................................................................................11
BAB III.....................................................................................................................................16
KONSEP KASUS....................................................................................................................16
3.1 Pengkajian.................................................................................................................16
3.2 Analisa data...............................................................................................................19
3.3 Diagnosa keperawatan...............................................................................................19
3.4 Rencana asuhan keperawatan....................................................................................19
3.5 Implementasi keperawatan........................................................................................20
3.6 Evaluasi.....................................................................................................................22
BAB VI....................................................................................................................................28
PENUTUP................................................................................................................................28
4.1 Kesimpulan................................................................................................................28
4.2 Saran..........................................................................................................................28

DAFTAR PUSTAKA..................................................................................................................54
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Kenaikan lanjut umur berlangsung di Indonesia, sebagai akibat
untuk pemerintah ataupun warga negara, lanjut usia hadapi kemunduran
secara raga ataupun mental, salah satu kemunduran yang alami ialah
penyusutan fungsi kognitif, ini hendak jadi permasalahan untuk lanjut
usia yang tidak melaksanakan penghindaran ataupun penatalaksanaan,
adapula salah satu yang dicoba secara mandiri merupakan tarik nafas
dalam (Pranata, Indaryati, and Fari 2020).
Hipertensi pada lanjut usia diakibatkan sebab proses penuaan
dimana berlangsungnya pergantian sistem kardiovaskuler, katup mitral
serta aorta terjadi nya sclerosis serta penebalan, miokard jadi kaku serta
lambat dalam berkontraktilitas. Hipertensi pada lanjut usia membawa
pengaruh kurang baik bila tidak ditangani bisa menyebabkan penyakit
stroke, gagal jantung, gagal ginjal(Richard 2013).

Bersumber pada informasi World Health Organization( World


Health Organization), prevalensi hipertensi tahun 2018 pada orang
berusia berumur 18 tahun keatas 22 %. Penyakit tersebut menimbulkan
40% kematian sebab penyakit kardiovaskuler serta 51% kematian sebab
stroke. Tidak hanya cara menyeluruh, hipertensi jadi suatu penyakit tak
meluas yang sangat banyak derita warga Indonesia( 57, 6%) (Ansar J,
Dwinata I 2019).

Hasil dari Riskesdas 2018 membuktikan bahwa kenaikan


prevalensi hipertensi di Indonesia sejumlah 34, 11%. Pravelensi tekanan
darah tinggi pada wanita sebesar (36,85%) lebih besar di banding pria
(31,34%). Sebaliknya pravelensi kota sedikit lebih besar (34,43%)
dibanding desa (33,72%). Pravelensi terus menjadi bertambah ada
bertambahnya usia ( Riskesdas 2018).

Pada lanjut usia hendak terjalin bermacam kemunduran organ


tubuh, oleh karena itu lanjut usia mudah sekali menghadapi penyakit
hipertensi. Hipertensi yang sering terjadi pada lanjut usia ialah hipertensi
sitolik yang maksudnya namun tekanan sistolik≥140 mmHg serta
tekanan diastolik≥90 mmHg (Annisa and Ifdil 2016).

Bertambahnya prevalensi Hipertensi dari tahun ketahun karena


jumlah penduduk meningkat umur menyebabkan kegiatan aktivitas yang
menurun, pola hidup yang tidak sehat serta penyusutan jumlah konsumsi
makanan yang menimbulkan kalori berlebih serta diganti menjadi lemak
yang bisa menyebabkan lanjut usia menghadapi obese ataupun obesitas.
Tidak hanya itu merupakan pemakaian alcohol serta tembakau (Idaiani
and Wahyuni 2017).

Pola hidup yang tidak sehat pada pengidap hipertensi tindakan


asuhan keperawatan yang bisa dicoba antara lain memantau tanda vital,
menghalangi kegiatan badan, istirahat yang lumayan, serta pola sehat
semacam diet rendah garam, gula dan lemak, serta menghentikan
konsumsi rokok, alcohol dan kurangi stress. Kedudukan perawat bisa
memberikan pendidikan kepada keluarga tentang berartinya memberikan
support kepada lanjut usia yang mengidap penyakit hipertensi supaya
mutu lanjut umur bisa bertambah(Angshera, Rahmawati, and Y 2020).

Menurut hasil observasi catatan di panti werdha sentani pos 7


didapatkan informasi pada bertepatan pada 09 Mei 2023, jumlah
penderita yang periksakan lanjut umur sebanyak 31 Lansia. Dari
informasi tersebut didapatkan penderita yang hipertensi sebanyak 21
Lansia serta 10 Lansia tidak hipertensi. Dengan demikian dibutuhkan
upaya pelayanan kesehatan gerontik dengan hipertensi yang salahsatunya
pada pasien Ny B di wisma Soka.

Bersumber pada latar belakang di atas sehingga penulis mengambil


topik dengan judul “Asuhan Keperawatan Lansia pada Ny B Dengan
Penyakit Hipertensi di wisma soka panti werdha sentani pos 7 ”.

1.2 Tujuan Penulisan


1. Tujuan Umum
Bisa dilakukan asuhan keperawatan secara menyeluruh pada Ny B
dengan penyakit hipertensi di wisma soka panti werdha sentani pos 7.
2. Tujuan Khusus
a. Menjelaskan proses pengkajian data keperawatan pada Ny B masalah
hipertensi
b. Menjelaskan masalah keperawatan yang muncul pada Ny B
c. Menjelaskan intervensi keperawatan yang tepat untuk Ny B
d. Menjelaskan implementasi keperawatan pada Ny B
e. Menjelaskan evaluasi keperawatan pada Ny B
f. Ditemukan kesenjangan yang didapat pada asuhan keperawatan pada Ny
B dengan kendala hipertensi

1.3 Manfaat Penulisan


Karya tulis ilmiah yang disusun oleh penulis di harapkan manfaat
untuk berbagai pihak, antara lain :
1. Bagi Institusi Pendidikan
Mengembangkan ilmu keperawatan untuk perawat yang berkompetensi
dalam melaksanakan asuhan keperawatan yang komprehensif.
2. Bagi Profesi Keperawatan
Memberikan asuhan keperawatan pada gerontik dengan penyakit
hipertensi dan meningkatkan kemampuan perawat dalam keperawatan
gerontik
3. Bagi Lahan Praktik
Sebagai pembelajaran dalam asuhan keperawatan pada gerontik yang
mengalami hipertensi serta untuk meningkatkan mutu pelayanan yang
berkualitas khususnya pada lansia
4. Bagi Masyarakat
Masyarakat dapat memahami tentang pentingnya kesehatan lansia,
mencegah komplikasi hipertensi
BAB II
KONSEP DASAR

2.1 Konsep Dasar Penyakit Hipertensi


1. Pengertian
Hipertensi ataupun tekanan darah tinggi merupakan sesuatu kondisi
pada saat terjadi kenaikan tekanan darah dapat lanjut oleh hambatan
sistem organ, semacam stroke buat otak, penyakit jantung coroner,
kendala pembuluh darah jantung serta kendala otot jantung(Istichomah
2020). Hipertensi ialah sesuatu penyakit ditandai adanya peningkatan
tekanan darah sebab terjadi kelainan jantung dan pembuluh darah.
Hipertensi ialah kenaikan tekanan darah diatas batas normal ialah ≥ 140
mmHg buat sistolik serta ≥ 90 mmHg buat diastolik (Angshera,
Rahmawati, and Y 2020).
Definisi hipertensi ataupun tekanan darah tinggi bersumber pada
definisi diatas dapat dinyatakan bahwa hipertensi ialah peningkatan
tekanan darah diatas batas alami ialah ≥ 140 mmHg untuk sistolik serta ≥
90 mmHg untuk diastolik. Tekanan darah tinggi karena terbentuknya
peningkatan tekanan darah yang bisa berlanjut pada kendala sistem
organ.
2. Etiologi
Bersumber pada pencetus hipertensi dibagi jadi 2 golongan bagi
(Richard 2013) :
A. Hipertensi primer ataupun hipertensi esensial
Hipertensi primer ataupun hipertensi esensial diucap pula hipertensi
idiopatik sebab tak dikenal sebabnya. Aspek yang dipengaruhi ialah
(Richard 2013):
1. Genetik
Orang punya riwayat keluarga hipertensi, beresiko besar atas
penyakit tersebut. Aspek genetik tak bisa dikontrol, Apabila punya
riwayat keluarga yang punya tekanan darah besar.
2. Tipe kelamin dan usia
Pria berumur 35- 50 tahun serta perempuan mati haid
berbahaya besar agar alami hipertensi. Bila usia bertambah tekanan
8

darah meningkat faktor tersebut tidak bisa dikontrol dan tipe kelamin
pria lebih besar dibanding wanita.
3. Diet
Mengkonsumsi diet besar garam cara langsung berkaitan
kembangnya hipertensi. Aspek tersebut dapat mengontrol pengidap
kurangi konsumsi, bila garam yang dikonsumsi melampui batas normal,
ginjal yang bertugas buat mencerna garam hendak tahan cairan lebih
banyak dibanding semestinya didalam tubuh. Banyak cairan menahan
menimbulkan kenaikan volume darah. Memberi beban pembuluh darah
menimbulkan pembuluh darah kerja keras ialah terdapatnya kenaikan
tekanan darah saat dinding pembuluh darah serta menimbulkan tekanan
darah naik.
4. Berat badan
Aspek bisa dikontrol melindungi berat tubuh dalam keadaan
wajar ataupun sempurna. Kegemukan (>25% diatas BB sempurna)
berhubungan dengan berkembang tingkatan tekanan darah ataupun
hipertensi.
5. Gaya hidup
Aspek ini bisa dikontrol oleh penderita dengan pola hidup
sehat menjauhi aspek pemicu hipertensi ialah rokok, jika rokokkaitannya
jumlah rokok dihisap dalam durasi satu hari serta bisa menghabiskan
beberapa batang rokok serta lama merokok mempengaruhi dengan
tekanan darah pasien. Mengkonsumsi alkohol yang sering, ataupun
berlebihan serta terus menerus bisa meningkatkan tekanan darah pasien
hendaknya bila mempunyai tekanan darah tinggi pasien dimohon untuk
menjauhi alkohol supaya tekanan darah pasien dalam batasan normal serta
peliharagaya hidup sehat penting supaya bebas dari komplikasi yang bisa
terjadi.
B. Hipertensi sekunder
Hipertensi sekunder terjadi akibat pemicu yang jelas. Salah satu contoh
hipertensi sekunder merupakan hipertensi vaskular rena, yang terjadi akibat
stenosi arteri renalis. Kelainan ini bisa bersifat kongenital ataupun akibat
aterosklerosis. Stenosis arteri renalis menurunkan aliran darah ke ginjal
sehingga terjadi pengaktifan baroreseptor ginjal, perangsangan pelepasn
renin, serta penyusunan angiostenin II. Angiostenin II secara langsung
tingkatan tekanan darah dan secara tidak langsung tingkatan sintesis
9

andosteron dan reabsorbsi natrium. Apabila dapat dilakukan perbaikan pada


stenosis, ataupun apabila ginjal yang terserang diangkat, tekanan darah akan
kembali ke normal(Richard 2013)

3 Patofisiologi

Mekanisme yang mengontrol konstriksi dan relaksasi

pembuluh darah terletak dipusat vasomotor, pada medulla diotak. Dari pusat

vasomotor ini bermula jaras saraf simpatis, yang berlanjut ke bawah ke korda

spinalis dan keluar dari kolumna medulla spinalis ganglia simpatis di toraks

dan abdomen. Rangsangan pusat vasomotor dihantarkan dalam bentuk impuls

yang bergerak ke bawah melalui system saraf simpatis ke ganglia simpatis.

Pada titik ini, neuron pre-ganglion melepaskan asetilkolin, yang akan

merangsang serabut saraf pasca ganglion ke pembuluh darah, dimana dengan

dilepaskannya norepinefrin mengakibatkan konstriksi pembuluh darah.

Berbagai faktor seperti kecemasan dan ketakutan dapat mempengaruhirespon

pembuluh darah terhadap rangsang vasokonstriktor. Individu dengan

hipertensi sangat sensitive terhadap norepinefrin, meskipun tidak diketahui

dengan jelas mengapa hal tersebut bisa terjadi. Pada saat bersamaan dimana

system saraf simpatis merangsang pembuluh darah sebagai respons rangsang

emosi, kelenjar adrenal juga terangsang, mengakibatkan tambahan aktivitas

vasokonstriksi. Medula adrenal menyekresi epinefrin, yang menyebabkan

vasokonstriksi. Korteks adrenal menyekresi kortisol dan steroid lainnya, yang

dapat memperkuat respons vasokonstriktor pembuluh darah. Vasokonstriksi

yang mengakibatkan penurunan aliran ke ginjal, menyebabkan pelepasan

renin.
10

Renin yang dilepaskan merangsang pembentukan angiotensin I yang

kemudian diubah menjadi angiotensin II, suatu vasokonstriktor kuat, yang pada

gilirannya merangsang sekresi aldosteron oleh korteks adrenal. Hormon ini

menyebabkan retensi natrium dan air oleh tubulus ginjal, menyebabkan

peningkatan volume intravaskuler. Semua faktor ini cenderung mencetuskan

keadaan hipertensi. Untuk pertimbangan gerontologi perubahan struktural dan

fungsional pada system pembuluh perifer bertanggung jawab pada perubahan

tekanan darah yang terjadi pada usia lanjut. Perubahan tersebut meliputi

aterosklerosis, hilangnya elastisitas jaringan ikat dan penurunan dalam relaksasi

otot polos pembuluh darah, yang pada gilirannya menurunkan kemampuan

distensi dan daya regang pembuluh darah. Konsekuensinya, aorta dan arteri

besar berkurang kemampuannya dalam mengakomodasi volume darah yang

dipompa oleh jantung ( volume sekuncup), mengakibatkan penurunan curang

jantung dan peningkatan tahanan perifer ( Brunner & Suddarth, 2002 ).


11

Patway
12

4. Manifestasi klinis
Gejala serta tanda-tanda adanya hipertensi merupakan (Aspiani 2019)
disebut gejala umum yang menimbulkan hipertensi ataupun tekanan
darah besar berbeda oleh tiap masyarakat, mungkin kadang muncul
adanya tanpa tanda gejala. Secara global gejala yang dikeluhkan
penderita hipertensi berbagai macam yaitu:
a. Sakit kepala
b. Merasakan capek serta tak aman di bagian tengkuk
c. Merasakan memutar
d. Menebarkan ataupun berdetak jantung secara cepat
e. Telinga denging membutuhkan pertolongan cepat
Penderita hipertensi alami sakit kepala hingga tengkuk sebab
terjadinya sempit pembuluh darah yang diakibatkan vasokonstriksi
pembuluh darah hendak menimbulkan kenaikan tekanan vasculer
cerebral, kondisi ini hendak menimbulkan nyeri kepala sampe tengkuk
pada penderita hipertensi.
5. Pemeriksaan diagnosis
Pemeriksaan Laboratorium
a. Hb/Ht : kaji adanya sel terhadap volume cairan(viskositas) serta
bisa indikasi faktor pemicu yaitu : hipokoagulabilitas,
kekurangan darah.
b. BUN / kreatinin : menginformasikan data perfusi ataupun fungsi
ginjal.
c. Glucosa : Hiperglikemi (DM merupakan penyebab hipertensi)
bisa berakibat keluar kadar ketokolamin.
d. Urinalisa : darah, protein, glukosa, mengisaratkan disfungsi
ginjal serta terdapat DM.
e. CT Scan : Kaji ada tumor cerebral, encelopati.
f. EKG : Bisa memberitahu pola keregangan, dimana luas,
ketinggian gelombang P merupakan ciri menandakan penyakit
jantung hipertensi.
g. IUP : mengenal penyebab hipertensi semacam : Batu ginjal
perbaikan ginjal.
h. Photo dada : Tunjuk destruksi kalsifikasi di area katup,
pembesaran jantung.
13

6. Komplikasi
Hipertensi bisa dikendalikan jika penangannya dengan baik
semenjaksekarang. Tetapi kebanyakan penderita hipertensi yang baru
sadar ketika menderita hipertensi pada saat mengalami sebuah
penyakit hipertensi. Ada beberapa hal yang bisa menimbulkan sebuah
penyakit hipertensi, contohnya merupakan stres. Ketika seorang
mengalami stres menjadikan tubuh akan produksi hormon yang bisa
tingkatkan tekanan darah, Kenaikan tekanan darah inilah yang jadi
sebuah penyakit hipertensi.Observasi Komite Nasional
Pencegahan, Deteksi, Evaluasi danPenanganan Hipertensi
melaporkan tekanan darah yang bisa tingkatkan serangan jantung,
gagal jantung, stroke serta gagal ginjal (Richard 2013).
Hipertensi ialah pemicu awal terbentuknya
sebuah penyakit kardiovaskular serta ialah permasalahan awal
kesehatan warga yang lagi hadapi masa peralihan sosial ekonomi.
Dibanding manusia yang mempunyai tekanan darah alami, pengidap
hipertensi mempunyai kendala terkena penyakit jantung koroner 2
kali lebih meningkat serta resiko lebih tinggi agar terkena stroke.
Jika tak diatasi, kurang lebih setengah penderita hipertensi buat
meninggal yang diakibat penyakit jantung serta sekitar 33% buat
meninggal sebab stroke 10 sampai 15 % namun meninggal sebab
gagal ginjal. Maka karena pengecekan tekanan darah ialah kondisi
sangat berharga (Junaidi, 2010).
14

2.2 Konsep Perawatan Hipertensi


Pengkajian Keperawatan

Menurut (Handa Gustiawan 2019) yang perlu dikaji ialah :

1. Identitas
Ada beberapa yang merupakan identitas yaitu : Nama, umur, agama,
jenis kelamin, alamat, pekerjaan, status perkawinan, pendidikan terakhir,
tanggal masuk panti, kamar dan identitas keluarga pasien (Handa
Gustiawan 2019)

2. Riwayat Masuk Panti

Menjelaskan mengapa memilih tinggal di panti dan bagaimana proses


sehingga dapat bertempat tinggal di panti(Handa Gustiawan 2019)

3. Riwayat Keluarga

Menggambarkan sebuah hubungan keluarga ( kakek, nenek, orang tua,


saudara kandung, pasangan, dan anak-anak )
4. Riwayat Pekerjaan
Menjelaskan dimana pekerjaan sekarang, pekerjaan sebelumnya, dan
mendapatan uang dan kecukupan terhadap kebutuhan yang tinggi.
7. Riwayat Lingkup Hidup
Memiliki gambaran tempat tinggal, berapa kamar yang diinginkan,
berapa orang yang tinggal di rumah, derajat privasi, alamat, dan nomor
telpon.
8. Riwayat Rekreasi
Meliputi : hoby/peminatan, keanggotaan organisasi, dan liburan.
9. Sumber/Sistem Pendukung
Sumber pendukung adalah anggota atau staf pelayanan kesehatan seperti
dokter, perawat atau klinik
10. Deskripsi Harian Khusus Kebiasaan Ritual Tidur
Menjelaskan kegiatan yang dilakukan sebelum tidur. Pada pasien lansia
dengan hipertensi mengalami susah tidur sehingga dilakukan ritual
ataupun aktivitas sebelum tidur.
11. Status Kesehatan Sekarang
15

Ada beberapa status kesehatan umum ketika setahun yang lalu, status
kesehatan umum ketika 5 tahun yang lalu, keluhan yang utama, serta
pendidikan tentang penatalaksanaan masalah kesehatan.
12. Pemeriksaan fisik :
Pemeriksaan fisik ialah suatu proses pemeriksaan tubuh pasien pada
ujung kepala sampai ujung kaki (head to toe) untuk menentukan adanya
gejala dari sebuah penyakit dengan teknik inpeksi, auskultasi, palpasi dan
perkusi.
Pada pemeriksaan kepala dan leher yaitu melihat bentuk kepala, warna
rambut, bentuk wajah, kesimetrisan mata, kelopak mata, kornea
mata,konjungtiva serta sclera, pupil serta iris, ketajaman penglihatan,
tekanan bola mata, cuping hidung, lubang hidung, tulang hidung, dan
menilai ukuran telinga, ketegangan telinga, kebersihan lubang telinga,
ketajaman pendengaran, kondisi gigi, gusi serta bibir, kondisi lidah,
palatum serta osofaring, keberadaan trakea, tiroid, kelenjar limfe, vena
jugularis serta denyut nadi karotis.
Selanjutnya pemeriksaan payudara yakni inspeksi terdapat atau tidak
kelainan berupa (warna kemerahan pada mammae, oedema, papilla
mammae menonjol atau tidak, hiperpigmentasi aerola mammae, apakah
ada pengeluaran cairan pada putting susu), palpasi (menilai apakah ada
benjolan, adanya pembengkakan kelenjar getah bening, lalu disertai
dengan pengkajian nyeri tekan).
Pemeriksaan thoraks yakni inspeksi terdapat atau tidak kelainan berupa
(simetris dada, menggunakan otot bantu pernafasan, pola nafas), palpasi
(nilai vocal premitus), perkusi (menilai bunyi perkusi apakah terdapat
kelainan), dan auskultasi (menilai bunyi nafas dan adanya bunyi nafas
tambahan).
Pemeriksaan jantung yaitu inpeksi serta palpasi (mengamati ada tidaknya
pulsasi serta ictus kordis), perkusi (tentukan batasan jantung untuk
ukuran jantung), auskultasi (mendengar suara jantung, suara jantung
adanya penambahan atau tidak bising/murmur)
Pada pemeriksaan abdomen meliputi inspeksi terdapat atau tidak
kelainan berupa (bentuk abdomen, benjolan/massa, bayangan pembuluh
darah, warna kulit abdomen, lesi pada abdomen), auskultasi (bising usus
16

atau peristalik usus dengan nilai normal 5-35 kali/menit), palpasi (ada
atau tak nyeri tekan, benjolan/massa, besarnya hepar dan lien) dan
perkusi (penilaian suara abdomen serta pemeriksaan asites).
Pemeriksaan kelamin dan sekitarnya meliputi area pubis, meatus
uretra,anus serta perineum terdapat kelainan atau tidak.
Pada pemeriksaan muskuloskletal meliputi pemeriksaan kekuatan dan
kelemahan ekstermitas, kesimetrisan cara berjalan.
Pada pemeriksaan integument meliputi membersihkan, menghangatkan,
warna, turgor kulit, bentuk kulit, kelembaban serta kelainan terhadap
kulit serta terdapat lesi atau tidak(Handa Gustiawan 2019)
a) Pengkajian status fungsional dan pengkajian status kognitif
1. Pengkajian status fungsional
a. Indeks katz .
Pemeriksaan indeks katz memfokuskan aktivitas kehidupan
sehari-hari yaitu kegiatan mandi, memakai pakaian, pindah
tempat, toileting, dan makan. Mandiri merupakan tidak ada
yang mengawasi, mengarahkan, ataupun bantuan orang lain.
Pengkajian ini mendasarkan pada status aktual serta bukan
terhadap kemampuan. Pengkajian ini dapat mengukur
kemampuan fungsional lanjut usia dilingkungan sekitar
rumah. (Susanto 2018)
b. Barthel indeks
Pemeriksaan barthel indeks adalah alat mengukur
kemandirian lanjut usia yang sering digunakan, dengan ukur
mandiri fungsional pada perihal keperawatan diri serta
mobilitas. Barthel indeks tidak mengukur ADL, instrumental,
komunikasi, dan psikososial. Pengukuran pada barthel indeks
bertujuan buat ditunjukkan peningkatan pelayanan yang
dibutuhkan pasien. Barthel indeks dapat mengambil pada
catat medik penderita, pengamatan langsung ataupun catatan
sendiri pada pasien. (Susanto 2018)
2. Pengkajian status kognitif
a. SPMSQ (Short portable mental status questionaire) adalah
beberapa penguji sederhana yang sudah digunakan secara
17

luas buat kaji status mental. Menguji semacam 10 pertanyaan


berkaitan dengan orientasi, riwayat pribadi, ingatan janka
pendek, ingatan jangka panjang dan perhitungan. (Rosita
2012)
b. MMSE/Mini mental state exam ialah bentuk mengkaji
kognitif yang digunakan. Lima fungsi kognitif dalam MMSE
yaitu konsentrasi, bahasa, orientasi, ingatan serta atensi.
MMSE terdiri dari dua bagian, bagian pertama hanya
membutuhkan respon verbal dan mengkaji orientasi, memori
dan atensi. Bagian kedua kaji kemampuan tulis kalimat, nama
objek, ikuti perintah verbal serta tulis, salin suatu desain
poligon kompleks. (Rhosma S, 2014)
A. Diagnosa Keperawatan
Pada hasil pengkajian dan penelitian yang didapatkan dari Standar Diagnosa
Keperawatan Indonesia dengan masalah hiperurisemia (Tim Pokja SDKI
DPP PPNI 2017) adalah sebagai berikut:
1) Nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera fisiologis
2) Gangguan pola tidur berhubungan dengan hambatan lingkungan
3) Defisit pengetahuan berhubungan dengan kurang terpapar informasi
B. Rencana Tindakan Keperawatan
Diagnosa 1 : Nyeri akut b.d agen pencedera fisiologis
Tujuan dan kriteria hasil : Setelah memberikan tindakan keperawatan 3x 24
jam, harapan nyeri berkurang dengan kriteria hasil : keluhan nyeri
berkurang, skala nyeri rendah, kesulitan tidur berkurang.
Rencana tindakan :
1. Manajemen nyeri:
1) Observasi
a) Identifikasi lokasi, karakteristik, durasi, kualitas, intensitas
nyeri Rasional : Buat mengetahui lokasi nyeri
b) Identifikasi skala nyeri.
Rasional : untuk mengetahui tingkat nyeri
c) Identifikasi respons nyeri non verbal
Rasional : buat diketahui respons nyeri non verbal
d) Identifikasi faktor yang memperberat dan memperingan nyeri
18

Rasional : Buat diketahui aspek apa yan berat dan ringan nyeri
e) Identifikasi pengetahuan dan keyakinan tentang nyeri
Rasional : memberikan pengetahuan mengenai penyebab nyeri
kepada pasien
2) Terapeutik
a) Beri tehnik non farmakologis buat kurangi rasa nyeri (meliputi.
terapi relaksasi, kompres panas/hangat)
Rasional : memperingan ataupun kurangi nyeri sampai tingkat yang
dapat diterima pasien.
a) Terapi relaksasi (Tarik Nafas Dalam)
Terapi relaksasi tarik nafas dalam ialah suatu teknik yang
dibutuhkan buat penurunan tingkat stress serta nyeri
kronis. Teknik relaksasi tarik nafas dalam pengidap
mengontrol respons tubuh yang tegang dan cemas. Teknik
relaksasi tarik nafas dalam melakukakan dapat
mengurangi konsumsi oksigen, metabolisme, frekuensi
pernafasan, frekuensi jantung, tegangan otot serta tekanan
darah (Anggraini 2020)
b) Kontrol lingkungan yang beratkan rasa nyeri (misal : Suhu
lingkungan, cahaya)
Rasional : agar terkontrol lingkungan yang memperberat nyeri.
3) Edukasi
a) Jelaskan sebab periode serta pemicu nyeri
Rasional : untuk mengetahui penyebab nyeri
b) Jelaskan teknik meredakan nyeri
Rasional : untuk mengetahui bagaimana teknik mereda nyeri
c) Anjurkan monitor nyeri secara mandiri.
Rasional : agar melakukan monitor nyeri secara mandiri tanpa
bantuan perawat maupun kerabat dekat.
d) Anjurkan mengunakan analgetik secara tepat
Rasional : untuk menggunakan analgetik yang sudah diberikan
e) Ajarkan teknik non farmakologis buat kurangi rasa
nyeri Rasional : buat meredakan atau kurangi rasa nyeri
4) Kolaborasi
19

a) Kolaborasi berikan analgetik jika


perlu Rasional : buat mencegah nyeri
Diagnosa 2 : Gangguan pola tidur b.d hambatan lingkungan
Tujuan dan kriteria hasil : setelah melakukan tindakan keperawatan selama
3x8 jam, harapan pola tidur baik dengan kriteria hasil : keluhan sulit tidur
baik, keluhan tidak puas tidur turun.
Rencana tindakan :
1) Dukungan tidur :
1. Observasi
a. Identifikasi pola aktivitas dan tidur
Rasional : untuk mengetahui pola aktivitas serta tidur
b. Identifikasi faktor pengganggu tidur (fisik ataupun psikologis)
Rasional : untuk mengetahui yang menjadi faktor pengganggu
tidur
c. Identifikasi makanan serta minum yang ganggu tidur (meliputi.
Alkohol serta Kopi)
Rasional : untuk mengetahui makanan dan minuman yang
mengganggu tidur
2. Terapeutik
a. Batasi waktu tidur siang, jika perlu
Rasional : agar membatasi waktu tidur siang
b. Tetapkan jadwal tidur rutin
Rasional : untuk mengatur tidur secara rutin
3. Edukasi
a. Jelaskan pentingnya tidur cukup selama sakit
Rasional : agar memahami penting tidur yang cukup selama
sakit
b. Anjurkan menepati kebiasaan waktu tidur
Rasional : agar dapat menepati kebiasaan waktu tidur secara
teratur
Diagnosa 3 : Defisit pengetahuan b.d kurang terpapar informasi
Tujuan dan kriteria hasil : setelah melakukan tindakan keperawatan selama
3x8 jam harapan klien bisa mengetahui dan memahami penyakit yang
diderita dengan kriteria hasil : klien mampu melaksanakan prosedur
20

penatalaksanaan yang telah dijelaskan oleh tenaga kesehatan, serta klien


dapat penjelasan tentang yang dijelaskan oleh tenaga kesehatan.
Rencana tindakan :
1. Edukasi kesehatan.
1) Observasi
a) Identifikasi kesiapan dan kemampuan menerima
informasi Rasional : agar mampu memahami informasi
b) Identifikasi faktor-faktor yang dapat peningkatan dan
penurunan motivasi perilaku hidup bersih dan sehat
Rasional : untuk mengetahui faktor meningkat dan
menurunnya motivasi perilaku hidup bersih dan sehat
2) Terapeutik
a) Sediakan materi dan media pendidikan kesehatan
Rasional : untuk memahami materi tentang pengetahuan
kesehatan
b) Jadwalkan pendidikan kesehatan sesuai kesepakatan
Rasional : buat mengatur jadwal agar berjalan dengan
lancar
c) Berikan kesempatan untuk bertanya
Rasional : untuk memberikan kesempatan bertanya jika tidak
mengetahui tentang pendidikan kesehatan
3) Edukasi
a) Jelaskan faktor resiko yang dapat mempengaruhi kesehatan
Rasional : untuk mengetahui faktor yang bisa dipengaruhi
kesehatan
b) Ajarkan perilaku hidup bersih dan sehat
Rasional : agar bisa menerapkan perilaku hidup bersih serta
sehat
c) Ajarkan strategi yang dapat digunakan untuk meningkatkan
perilaku hidup bersih dan sehat
Rasional : untuk mengetahui strategi peningkatan perilaku
hidup bersih dan sehat
(SIKI, 2016)
21

3.2 Konsep Dasar Gerontik


1. Pengertian Lansia
Lanjut umur ialah sesi akhir pertumbuhan pada fase kehidupan
manusia yang ialah sesuatu proses natural yang tidak bisa dihindari
oleh tiap orang(Annisa and Ifdil 2016). Lanjut usia ialah proses natural
yang tidak bisa dihindari. Terus menjadi bertambahnya umur, guna
badan hadapi kemunduran menyebabkan lanjut usia lebih gampang
tersendat kesehatannya, baik kondisi raga ataupun kesehatan
jiwa(Rohadi, Putri, and Karimah 2016).
Berdasarkan definisi diatas dapat dinyatakan bahwa lanjut usia
adalah sesi akhir pada fase kehidupan. Lansia mengalami kemunduran
yang menyebabkan lebih mudah terhambat kesehatannya, baik kondisi
raga ataupun kesehatan jiwa.
2. Aging Process (proses penuaan)
Proses penuaan( aging process) ialah proses yang natural diisyarati
dengan terdapatnya menyusutnya ataupun berubahnya keadaan raga,
psikologis ataupun social pada dikala lansia berhubungan dengan
orang lain. Proses menua bisa merendahkan keahlian kognitif serta
penyusutan kognitif serta energi ingat.(Kuswati, Sumedi, and Hartati
2020)
Lanjut usia terjalin pergantian secara fisiologis, kognitif serta
kesehatan psikologis hendak terdampak berkurangnya keahlian penuhi
kebutuhan fungsional, kecemasan, menarik diri serta ketidakmampuan
buat mengambil keputusan yang berkaitan dengan kebutuhannya.
Pergantian raga meliputi pergantian penampilan, pergantian sistem
organ badan dalam yang berbeda, pergantian terhadap guna psikologis,
pergantian seksualitas serta penampilan, pergantian pada sistem syaraf.
(Pambudi, Dwidiyanti, and Wijayanti 2018)
3. Penurunan fungsi lansia
Lanjut usia diakibatkan terdapatnya pergantian terdapatnya pergantian
fisiologis yang terjalin oleh organ. Semacam pergantian fisiologis
yang terjalin mengakibatkan proses penuaan antara lain:
1) Sistem penginderaan
Lanjut usia hadapi penyusutan persepsi sensori yang menjadi
ketidaknyamanan bersosialisasi sebab terjalin mundurnya dari fungsi-
fungsi sensoris yang dimiliki. Indera yang mempunyai semacam
2
penglihatan, pendengaran, pengecapan, penciuman serta
ialah bagian integrasi dari persepsi sensori
a) Penglihatan
Pertambahan umur, lemak hendak berakumulasi disekitar
kornea serta dibentuk lingkaran berupa putih ataupun kuning di antara
iris serta sclera. Peristiwa tersebut adalah arkus sinilis, umumnya di
temukan pada lanjut umur. Pergantian penglihatan serta fungsi mata
diduga normal pada proses penyusutan yang tercantum pengurangan
keahlian dalam dilaksanakan akomodasi, konstriksi pupil akibat
penyusutan serta pergantian warna dan keruhan lensa mata, yang
katarak.
Perihal ini menyebabkan akibat pada penyusutan keahlian sistem
visual dari indera penglihatan, perannya memberikan informasi ke
lapisan saraf pusat tentang posisi serta letak tubuh terhadap area di
dekat bagian tubuh hingga bisa pertahankan posisi supaya tidak jatuh
serta senantiasa tegak.
b) Pendengaran
Sistem panca indera yang lain merupakan berubahnya sistem
pendengaran. Terjadinya beberapa perubahan seperti presbiakusis
ialah kendala pendengaran sebab hilang kemampuan daya dengar di
telinga dalam, khususnya terhadap bunyi serta nada yang tinggi, pada
bunyi tak jelas, pada kalimat susah dipahami.
2) Sistem persyarafan
Sistem persyarafan mengalami beberapa penurunan meliputi cepatnya
penurunan hubungan persyarafan, berat otak menurun 10-20% (setiap
orang berkurang sel saraf otaknya dalam setiap harinya), Lambat
dalam respoon serta waktu agar bereaksi,khususnya stress. Mengecil
nya saraf panca indera : berkurang penglihatan, hilang pendengaran,
kecilnya saraf penciuman, lebih sensitif terhadap perubahan suhu
dengan rendahnya ketahanan terhadap dingin dan berkurangnya
sensitif terhadap sentuhan.
3) Sistem Kardiovaskuler
Terdapat sebagian pergantian yang terjadi pada sistem kardiovaskuler
ialah pergantian pada pembuluh- pembuluh leher, curah jantung, bunyi
jantung serta murmur. Memanjang serta berkelok- keloknya pembuluh
di leher spesialnya pada aorta serta cabang- cabangnya kadangkala
menimbulkan arteri karotis berkelok- kelok ataupun tertekuk di
pangkal leher, khususnya di sisi kanan. Masa berdenyut yang terjalin
2
pada pengidap hipertensi spesialnya lanjut usia wanita seringkali
berhubungan selaku keadaan aneurisma karotis ataupun dapat disebut
sebagai dilatasi sejati arteri. Aorta yang berkelok- kelok kadangkala
meningkatkan tekanan di vena jugularis sebelah kiri leher dengan
mengganggu drainase vena ini di dalam thoraks.
Pergantian sistem kardiovaskuler dijabarkan oleh( Azizah, 2011: 12)
antara lain tambahnya massa jantung, pada ventrikel kiri akibat
hipertrofi, serta kemampuan peregangan jantung menurun akibat
terbentuknya pergantian pada jaringan ikat serta penumpukan lipofusin
serta klasifikasi SA node dan akibat dari berubahnya jaringan
konduksi jadi jaringan ikat. Pergantian yang yang lain ialah konsumsi
oksigen pada tingkatan optimal menurun yang hendak menyebabkan
kapasitas pada paru menurun. Dalam perihal ini kegiatan fisik ataupun
aktivitas berolahraga sangat dibutuhkan guna tingkatkan Volume O2
( oksigen) maksimum, kurangi tekanan darah serta guna merendahkan
tekanan darah.
Kendala yang terjalin pada sistem kardiovaskuler pada lanjut usia ialah
pada bilik aorta terjalin penyusutan elastisitas, tidak cuma itu kaliber
pada aorta juga hadapi pertumbuhan.
Pergantian secara fisiologis ini bisa terjalin pada katup- katup jantung
di mana inti sel pada sel- sel katup jantung ini menurun dari jaringan
fibrosa stroma jantung, penumpukan lipid, degenerasi kolagen, serta
pula klasifikasi jaringan fibrosa jaringan katup tersebut. Dimensi katup
juga meningkat bersamaan akumulasi umur. Irama inheren pada
jantung menyusut dengan bertambahnya umur. Perihal ini diakibatkan
oleh menyusutnya denyut jantung. Denyut jantung pada lanjut usia
senantiasa rendah apabila dibanding dengan orang berusia, meski pada
lanjut usia yang kerap melaksanakan kegiatan raga. Aritmia berbentuk
ekstrasistol pada lanjut usia, ditemui lebih dari 10% pada lanjut usia
yang periksakan EKG nya secara teratur. Perihal yang tidak berganti
pada lanjut usia merupakan guna sistolik pada jantung.
4) Sistem Pencernaan
Pada sistem pencernaan lanjut usia hadapi anoreksia yang terjalin
akibat pergantian keahlian digesti serta absorpsi pada badan lanjut
usia. Tidak hanya itu lanjut usia hadapi penyusutan sekresi asam serta
enzim. Pergantian yang lain merupakan pergantian pada morfologik
yang terjalin pada mukosa, kelenjar serta otot pencernaan yang hendak
berakibat pada terganggunya guna mengunyah serta menelan, dan
2
terbentuknya pergantian nafsu makan.
5) Sistem Reproduksi
Pada sistem reproduksi pergantian yang terjalin pada lanjut usia
diisyarati oleh kecil ovari serta uterus, terjalin atrofi buah dada.
Terhadap pria testis bisa diproduksi spermatozoa walaupun
terdapatnya penyusutan secara berangsuran, dan dorongan seks masih
terdapat sampai umur 70 tahun.
6) Sistem Endokrin
Sistem endokrin ada sebagian hormon yang dibuat jumlah besar dalam
respon menanggulangi tekanan pikiran. Akibat kemunduran
penciptaan hormon pada lanjut usia, lanjut usia juga hadapi
penyusutan respon dalam mengalami tekanan pikiran.
7) Integumen
Pergantian sistem integumen diisyarati oleh kulit lanjut usia yang
hadapi atrofi, kendur, tidak elastis, kering serta mengkerut. Pergantian
tersebut yaitu pergantian terhadap kulit lanjut usia dimana kulit pada
lanjut usia hendak jadi kering diakibatkan dari minimnya cairan oleh
kulit hingga kulit jadi berbecak serta tipis. Atrofi sebasea serta
glandula sudoritera ialah pemicu dari timbulnya kulit kering. Liver
spot juga jadi ciri dari berubah sistem integumen pada lanjut usia.
Liver spot ini ialah suatu melamin bercorak cokelat yang timbul pada
kulit.
8) Sistem muskulosketal
Penurunan pada jaringan muskuloskeletal meliputi:
a. Otot
Pergantian yang terjalin pada otot lanjut usia meliputi penyusutan
jumlah serta dimensi serabut otot, kenaikan jaringan penghubung serta
jaringan lemak pada otot. Akibat terbentuknya pergantian morfologis
pada otot, lanjut usia hendak hadapi penyusutan kekuatan, penyusutan
fleksibilitas, kenaikan waktu respon serta penyusutan keahlian
fungsional otot.
b. Sendi
Pergantian pada lanjut usia di wilayah sendi meliputi menyusutnya
elastisitas jaringan ikat semacam tendon, ligament serta fasia. Terjalin
degenerasi, erosi dan kalsifikasi pada kartilago serta kapsul sendi.
Terjalin pergantian pula pada sendi yang kehabisan fleksibilitasnya
sehingga luas serta gerak sendi juga jadi menyusut. Dampaknya lanjut
usia hendak hadapi perih sendi, kekakuan sendi, kendala kegiatan,
2

kendala jalur.
c. Tulang
Pergantian yang terjalin pada tulang yaitu kurang padat tulang.
Kurangnya padatnya tulang ini jadi pemicu osteoporosis pada lanjut
usia. Peristiwa jangka panjang yang hendak terjalin kala lanjut usia
sudah hadapi osteoporosis merupakan perih, deformitas serta fraktur.
Oleh karena itu, kegiatan raga juga jadi upaya preventif yang pas.
d. Jaringan penghubung (kolagen serta elastin)
Kolagen ialah dukungan oleh kulit, tendon, tulang serta jaringan
pengikat jadi suatu batang yang tidak tertib. Pergantian pada kolagen ini
jadi pemicu penurunan fleksibilitas pada lanjut usia hingga mencuat
akibat perih, penyusutan keahlian buat tingkatkan kekuatan otot,
kesusahan duduk serta berdiri, jongkok serta berjalan. Upaya yang
butuh dicoba merupakan upaya fisioterapi.
e. Kartilago
Jaringan kartilago oleh sendi yang lunak dan hadapi granulasi dimana
hendak membagikan akibat pada rata permukaan sendi.
4. Penyakit yang terjadi pada lansia
Perubahan fisiologi yang terjalin oleh lanjut usia. Disebabkan
fungsi semacam organ tubuh mengalami penyusutan. Penurunan fungsi
fisiologis pada sistem endokrin, gaya hidup yang tidak sehat pada lansia
berpotensi menderita penyakit hipertensi kemungkinan yang terjadi
komplikasi yang sangat tinggi, salah satu penyakit yang sering diderita
lanjut umur ialah penyakit kardiovaskuler dan diabetes meilitus
2

BAB III
TINJAUAN KASUS

Format Pengkajian Pada Lansia

A. Identitas/Data Biografis Pasien


a. Nama : Ny. B
b. Umur : 86 Th
c. Pendidikan terakhir : SD
d. Agama : Kristen Protestan
e. Status perkawinan : Janda
f. Alamat : Jayapura
g. Telepon :-
h. Jenis kelamin : Perempuan
i. Orang yang paling dekat dihubungi : Tn. A
j. Hubungan dengan usila : Saudara kandung
k. Alamat : Jayapura
l. Jenis kelamin keluarga : Laiki-laki
B. Riwayat Keluarga
a. Pasangan
1. Nama : Tn. y
2. Umur :-
3. Pekerjaan :-
4. Alamat :-
5. Hidup/mati : Hidup (Cerai)
6. Kesehatan :-
b. Anak
1. Nama : Berjumlah 1 orang
2. Alamat : Jayapura
3. Hidup/mati : Hidup
C. Riwayat pekerjaan
Ny B mengatakan sebelum masuk di panti ia bekerja sebagai petani atau penyewa kebun.
2

D. Riwayat Lingkungan Hidup


Tipe bangunan permanen, yaitu wisma soka berada tepat di belakang kantor ,pada sisi
kanan dari wisma terdapat gedung rusak yang sudah terbengkalai. Terdapat teras, ruang
tamu dan 4 kamar serta 2 kamar mandi.

E. Riwayat Rekreasi
Ny.B mengatakan biasa dari panti mengadakan mandi2 di holtekam. Terkadang ia main ke
rumah saudaranya di jayapura

F. Sumber / Sistem Pendukung Yang Digunakan


Ny.B bergantung pada anaknya, pihak panti dan donatur.

G. Kebiasaan Ritual
Ny. B mengatakan ia aktif ibadah, ia juga biasa bergabung dengan para lansia lainnya
untuk beribadah bersama.

H. Status Kesehatan Saat Ini


a. Obat-obatan : Ny.B sering mengonsumsi amlodipine & allupurinol
b. Status imunisasi :-
c. Alergi :-
d. Penyakit yang diderita : Hipertensi & Asam urat dan Ganguan Pendengaran dan
penglihatan
e. Nutrisi : Ny.B mengonsumsi makanan yang sudah disiapkan

I. Status Kesehatan Masa Lalu


Ny.B mengatakan selama < 3 bulan belakangan ia tidak pernah mengalami sakit. Ny.B
mengatakan sebelum masuk ke panti jompo ia pernah susah untuk berjalan dan hanya bisa
menggunakan tongkat karena asam uratnya dan hipertensi,juga Ny. B mengalami ganguan
pendengaran dan penglihatan.

J. Tinjauan Sistem
a. Keadaan umum : Ny B tampak baik
b. Kesadaran : Komposmentis
c. TTV
Tekanan Darah : 156/80 mmHg
Nadi : 100 x/menit
2

Suhu : 36,6℃
Respirasi : 20 x/menit
Sp02 : 100%
d. Integument :
Inspeksi : Tekstur kulit kurang elastis, kulit lembab, tidak ada luka
e. Kepala :
Inspeksi
Bentuk : Normacepali
Karakteristik Rambut : Warna putih, lurus
Kebersihan : Tampak bersih
Distribusi rambut : Merata
Kerontokan rambut : Ada
Benjolan di kepala : Tidak ada
Palpasi kepala
Tidak ada benjolan/lesi : -
Nyeri tekan : Tidak ada

f. Mata
Inspeksi
Sklera : Tidak ikterik
Conjungtiva : Tidak anemis
Kornea : ada bintik putih
Pupil : Isokhor
Tanda-Tanda Radang : Tidak ada
Edema palpebrae : Tidak adanya edema
Rasa sakit : Tidak ada nyeri
Gerak bola mata : Gerakan bola mata simetris
Alat bantu penglihat : Klien tidak menggunakan kaca mata

g. Telinga
Inspeksi
Daun telinga : Tampak simetris
Liang telinga : Tidak terdapat serumen
Membran tympani : Berfungsi kurang baik
Pendarahan : Tidak ada perdarahan
Palpasi
Nyeri Tekan : Tidak terdapat nyeri tekan
Pembengkakan : Tidak ada edema

h. Hidung
Inspeksi
Simetris/ tidak : Simetris
Membran mukosa : Tidak terdapat sekret
2

Test penciuman : Tidak ada gangguan


penciuman Alergi terhadap sesuatu : Tidak ada alergi
Palpasi : Tidak ada nyeri tekan

i. Mulut
Inspeksi
Gigi : Jumlah gigi berkurang gigi
geraham Mukosa mulut : Mukosa bibir tampak lembab
Lidah : Indra pengecap dan perasa
baik Kesulitan menelan : Tidak ada

j. Leher
Inspeksi
Normal : Tidak ada pembesaran kelenjar, tidak terjadi
kekakuan Kelenjar tyroid : Tidak ada pembengkakan
Palpasi : Teraba arteri carotis dan vena jugularis

k. Payudara
Inspeksi : simetris kiri dan kanan
Palpasi : tidak ada benjolan

l. Dada
Inspeksi
Bentuk thorak : Simetris
Pola nafas : Normal
Nafas cuping hidung : Tidak ada
Palpasi
Nyeri tekan dan edema : Tidak ada
Getaran dada : Sama
Perkusi : Sonor
Auskultasi
Suara nafas : Vesikuler
Suara nafas tambahan : Tidak ada

m. Jantung
Inspeksi :-
Palpasi :-
Perkusi :-
Auskultasi : Tidak terdengar bunyi jantung tambahan

n. Gastrointestinal

Inspeksi : Bentuk abdomen datar


3

Auskultasi : Timpani
Palpasi : Tidak teraba masa, tidak terdapat nyeri tekan
Perkusi : Peristaltic usus 11x/m

o. Perkemihan

a. Warna urin : Kuning jernih

b. Jumlah urin : ± 3-4 kali dalam


sehari
c. Nyeri saat BAK : Tidak ada

d. Hematuria : Tidak ada

e. Rasa terbakar saat BAK : Tidak ada

f. Perasaan tidak lampias : Tidak ada


(anyang-anyangan)
g. Mengompol : Tidak Ada

h. Tidak bisa BAK : BAK lancar

i. Temuan : Tidak ada


keluhan lainnya

p. Genetalia

a. Kebersihan : -
b. Haemoroid : Tidak ada
c. Hernia : Tidak ada
d. Kesan (bau) : Tidak ada
e. Temuan / keluhan : Tidak ada
lainnya
3

q. Muskuluskeletal

Inspeksi
a. Lesi kulit : Tidak ada
b. Tremor : Tidak ada
Palpasi
c. Tonus otot ekstremitas atas : Normal
d. Tonus otot ekstremitas bawah : Normal
e. Kekuatan ekstremitas atas : Baik ( skor 5 )
f. Kekuatan ekstremitas bawah : Menurun ( skor kanan 4, kiri 4 )
g. Rentang gerak : Bebas
H Edema kaki : Tidak ada edema
i. Refleks Bisep : Kanan : ( +) Kiri : (+)
j. Refleks Trisep : Kanan : ( +) Kiri : (+)
k. Refleks patella : Kanan : ( +) Kiri : (+)

l. Refleks Achilles : Kanan : ( +) Kiri : (+)


m. Deformitas sendi : Tidak ada
n. Nyeri ekstremitas : Tidak ada
o. Temuan / keluhan lainnya : Tidak ada

r. Syaraf pusat

a. Olfaktorius : Fungsi penciuman baik. Klien masih dapat


membedakan bau
b. Optikus : Fungsi penglihatan menurun. Klien tidak mampu
lagi melihat jarak jauh dengan jelas, klien tidak
menggunakan alat bantu kaca mata untuk
membaca
c. : Gerakan bola mata simetris
Okulomotorius
d. Throklear : Klien mampu menggerakan bola mata ke atas dan
ke bawah
e. Trigeminus : Klien mampu mengunyah
f. Abdusen : Baik
g. Facialis : Bentuk bibir simetris
h. Auditori : Fungsi pendengaran menurun
i. : Klien mampu merasakan sensasi rasa pada lidah
Glosofaringeal
3

j. Vagus : Klien mampu menelan makanan


k. Aksesorius : Klien mampu melihat atau menoleh ke kiri dan
ke kanan, klien mampu mengangkat kedua bahu
dengan simetris
l. Hipoglosus : Pengucapan kata masih jelas, tidak ada pelo

s. Sistem endokrin :

a Pembesaran tiroid :: Tidak ada pembesaran tiroid


.
b Riwayat penyakit :
. metabolic
c Temuan / keluhan :
. lainnya

t. Sistem imun : Baik


u. Sistem pengecapan : Baik tidak ada masalah
v. Sistem penciuman : Baik
K. Pengkajian Psikososial dan Spiritual
1. Psikososial
Ny. B mampu berinteraksi dengan orang lain dengan baik dan jelas, Ny.B menunjukan
sikap sopan saat berinteraksi dengan orang lain, Ny. B senang saat ada yang mengajak
Ny.B untuk bercerita, namun jika diajak bercerita harus berbicara dengan keras agar Ny.
B dapat mendegar dengan baik.

2. Identifikasi masalah emosional


Pertanyan tahap 1
a. Apakah klien mengalami susah tidur? Tidak
b. Apakah klien sering merasa gelisah? Tidak
c. Apakah klien sering murung atau menangis sendiri? Tidak
d. Apakah klien sering was-was atau khawatir? Tidak
Lanjutkan ke pertanyaan tahap 2 jika lebih dari atau sama dengan satu jawaban “ya”

Pertanyaan tahap 2
a. Keluhan lebih dari 3 bulan atau lebih dari 1 kali dalam 1 bulan? Tidak
b. Ada masalah atau banyak pikiran? Tidak
c. Ada gangguan atau masalah dengan keluarga lain? Tidak
d. Menggunakan obat tidur/penenang atas anjuran dokter? Tidak
3

e. Cenderung mengurung diri? Tidak


Bila lebih dari 1 sama dengan 1 jawaban
“ya” Masalah emosional positif (+)
 Spiritual
Ny B mengatakan ia menganut agama Kristen , klien mengatakan percaya pada
Tuhan Yesus , klien selalu melakukan doa pagi dan doa malam sebelum tidur, selalu
mengikuti kegiatan ibadah yang dilakukan oleh panti. Ny B juga selalu berinteraksi
dengan para lansia lainya yang berada di panti.

L. Pengkajian Fungsional Klien


1. KATZ Indeks
a. Mandiri dalam makan, kontinensia (BAB, BAK) menggunakan pakaian, pergi
ketoilet, berpindah dan mandi
b. Mandiri semuanya kecuali salah satu saja dari fungsi di atas
c. Mandiri, kecuali mandi dan satu lagi fungsi yang lain
d. Mandiri, kecuali mandi, berpakaian, dan satu fungsi yang lain
e. Mandiri, kecuali mandi, berpakaian, ke toilet dan satu fungsi yang lain
f. Mandiri, kecuali mandi, berpakaian, ke toilet, berpindah, dan satu fungsi yang lain
g. Ketergantungan untuk semua fungsi diatas
h. Lain-lain (minimal ada 2 ketergantungan yang tidak sesuai dengan kategori
diatas)
Interpretasi :
Ny B mandiri dalam makan, kontinensia (BAB/BAK) menggunakan pakaian, pergi ke
toilet, berpindah dan mandi.

2. Barthel Indeks

No Kriteria Dengan Mandiri Skor Keterangan


bantuan
1. Makan 5 10 10 Frekuensi : 3 x sehari
Jumlah : satu porsi
Jenis : Karbohidrat dan
protein
2. Minum 5 10 10 Frekuensi : 6 gelas
perhari
Jumlah : ± 1,5 Liter
Jenis : air putih, dan teh
3. Berpindah dari 5-10 15 15 Ny. B dapat bepindah
kursi ketempat tempat secara mandiri.
tidur, sebaliknya
3

4. Personal toilet 0 5 5 Frekuensi : 1-2 kali


(cuci muka, dalam 1 hari
menyiram
rambut, gosok
gigi)
5. Keluar masuk 5 10 10 Ny.B dapat keluar
toilet (membuka masuk toilet ,membuka
pakaian, pakaian, menyiapkan air
menyeka tubuh, hangat untuk mandi,
menyiram) menyeka tubuh dan
meyiram secara mandiri.
6. Mandi 5 10 10 Frekuensi : 1-2 kali
dalam 1hari
7. Jalan 0 5 5 Ny. B dapat berjalan di
dipermukaan permukaan datar namun
datar sesekali menahan
tembok sebagai
tumpuan.
8. Naik turun 0 10 5 Ny.B.butuh orang lain
tangga untuk membantu dan
menahan Ny.B.M saat
menaiki dan menuruni
tangga
9. Mengenakan 5 10 10 Ny. B menyiapkan
pakian pakaian dan mengenakan
pakaian secara mandiri.
10. Kontrol bowel 5 10 10 Frekuensi : 1 kali dalam
(BAB) 1 hari
Konsistensi : Lunak
11. Kontrol bladder 5 10 10 Frekuensi : 5-7 kali
(BAK) dalam 1 hari
Warna : Jernih agak
kekuningan
12. Olah 5 10 5 Frekuensi : 1 kali dalam
raga/Latihan semimggu
Jenis : jalan santai
13. Rekreasi/peman 5 10 5 Jenis : Berkunjung ke
faatan waktu kampung bersama anak
luang dan cucu
Frekuensi : 1 bulan
sekali atau 2 bulan sekali
3

M. Pengkajian Status Mental Gerontik


Benar Salah No Pertanyaan Jawaban
√ 01 Tanggal berapa hari Tanggal 03
ini? bulang 05 tahun
2023
 02 Hari apa sekarang ini ? Rabu
 03 Apa nama tempat ini ? Panti jompo
 04 Dimana alamat anda ? Kampung yahim
 05 Berapa umur anda ? 68 tahun
 06 Kapan anda lahir ? Tahun 1956
(minimal tahun lahir)
 07 Siapa presiden Jokowi
Indonesia sekarang?
 08 Siapa presiden Tidak tau
Indonesia sebelumnya ?
 09 Siapa nama ibu anda ? Ny. Y
 10 Kurangi 3 dari 10 dan 7 suster
tetap pengurangan 3
dari setiap angka baru,
semua secara menurun
?
Ʃ=9 Ʃ=1
Interpretasi hasil :
a. Salah 0-3 : fungsi intelektual utuh
b. Salah 4-5 : fungsi intelektual ringan
c. Salah 6-8 : fungsi intelektual sedang
d. Salah 9-10 : fungsi intelektual berat

Keterangan : Fungsi intelektual Ny B utuh

1. Identifikasi aspek kognitif dari fungsi mental menggunakan MMSE (Mini Mental
Status Exam):
Nilai Nilai
No Aspek kognitif Kriteria
maks klien
1. Orientasi 5 4 Menyebutkan dengan benar
Tahun
Musim
Tanggal
Hari
Bulan
3

Nilai Nilai
No Aspek kognitif Kriteria
maks klien
Orientasi 5 5 Dimana kita sekarang
 Negara Indonesia
 Provinsi Papua
 Kabupaten Jayapura
 Panti
 Wisma

2. Registrasi 3 3 Sebutkan 3 obyek (oleh pemeriksa)


1detik untuk mengatakan
Masing-masing obyek. Kemudian
tanyakan kepada klien ketiga
obyek tadi (untuk disebutkan)
 Obyek 1: Kain pintu
 Obyek 2 : Bantal
 Obyek 3 : Piring
3. Perhatian dan 5 1 Minta klien untuk memulai dari
kalkulasi angka 100 kemudian dikurangi 7
sampai 5 kali
 93
 86
 79
 72
 65
4. Mengingat 3 3 Minta klien untuk mengulangi
ketiga obyek pada no 2 tadi, bila
benar 1 point untuk masing-
masing obyek
 Obyek 1 : Kain pintu
 Obyek 2 : Bantal
 Obyek 3 : Piring
5. Bahasa 9 7 Tunjukkan pada klien suatu benda
dan tanyakan namanya pada klien
 Bolpen
 Foto

Minta pada klien untuk mengulang


kata berikut “tak ada jika, dan,
3

Nilai Nilai
No Aspek kognitif Kriteria
maks klien
atau, tetapi”. Bila benar, nilai 1
poin.
 Pernyatan benar 3 buah
yaitu dan, atau, tetapi

Minta klien untuk mengikuti


perintah berikut yang terdiri dari 3
langkah : “Ambil kertas di tangan
anda. Lipat dua dan taruh di lantai”
 Ambil kertas
 Lipat dua
 Taruh di lantai
Perintahkan pada klien untuk hal
berikut (bila aktivitas sesuai
perintah, nilai 1 point)
 Tutup mata anda
Perintahkan pada klien untuk
menulis satu kalimat dan menyalin
gambar
Tulis satu kalimat
Menyalin gambar

Total nilai : 23

Interpretasi hasil :
>23 : Aspek kognitif dari fungsi mental baik
18-22 : Kerusakan aspek fungsi mental ringan
< 17 : Terdapat kerusakan aspek fungsi mental berat

Keterangan : Ny B memiliki aspek kognitif dan fungsi mental yang baik


3

1. Pengkajian Keseimbangan
1) Perubahan posisi atau gerakan
NO Tes Kordinasi Nilai
a. ubahan posisi atau gerakan keseimbangan
1.  Bangun dari tempat duduk dengan mata
terbuka
 Tidak bangun dengan sekali gerakan, akan
tetapi usila mendorong tubuhnya keatas
dengan tangan atau bergerak ke bagian depan
kursi terlebih dahulu, tidak stabil pada saat
berdiri pertama kali.
2.  Duduk ke kursi dengan mata terbuka
 Duduk dengan cara menjatuhkan diri ke kursi,
tidak duduk ditengah kursi.
3.  Bangun dari tempat duduk mata tertutup
 Tidak bangun dengan sekali gerakan, akan
tetapi usila mendorong tubuhnya ke atas
dengan tangan atau bergerak ke bagian depan
kursi terlebih dahulu, tidak stabil saat berdiri
pertama kali.
4.  Duduk ke kursi dengan mata tertutup
 Menjatuhkan diri ke kursi, tidak duduk
ditengah kursi.
Ket: kursi harus yang keras tanpa pegangan.
5.  Menahan dorongan pada sternum (pemeriksa
mendorong sternum sebanyak 3x dengan hati-
hati) dengan mata terbuka
 Klien menggerakan kaki, memegang objek
untuk dukungan, kaki tidak menyentuh sisi-
sisinya.
3

6.  Menahan dorongan pada sternum (pemeriksa


mendorong sternum sebanyak 3x dengan hati-
hati) dengan mata tertutup
 Klien menggerakan kaki, memegang objek
untuk dukungan, kaki tidak menyentuh sisi-
sisinya.
7.  Perputaran leher (klien sambil berdiri)
 Menggerakan kaki, menggenggam objek untuk
dukungan kaki: keluhan vertigo, pusing atau
keadaan tidak stabil.
8.  Gerakan menggapai sesuatu
 Tidak mampu untuk menggapai sesuatu dengan
bahu, fleksi sementara berdiri pada ujung jari-
jari kaki, tidak stabil memegang sesuatu untuk
dukungan
9.  Membungkuk
 Tidak mampu membungkuk untuk mengambil
objek-objek kecil (misalnya bolpoin) dan
lantai, memegang objek untuk bias berdiri lagi
dan memerlukan usaha yang keras untuk
bangun.
b. Komponen gaya berjalan atau pergerakan
10.  Minta klien untuk berjalan ditempat yang
ditentukan
 Ragu-ragu, tersandung, memegang objek untuk
dukungan.
11.  Ketinggian langkah kaki (mengangkat kaki saat
melangkah).
12.  Kaki tidak naik dari lantai secara konsisten
(menggeser atau menyeret kaki), mengangkat
4

kaki terlalu tingg (lebih dari 5 cm).


13.  Kontinuitas langkah kaki (lebih baik di
observasi dari samping klien)
 Setelah langkah-langkah awal menjadi
konsisten, memulai mengangkat satu kaki
sementara kaki yang lain menyentuh lantai.
14.  Penyimpanan jalur pada saat berjalan
 Tidak berjalan dalam garis lurus, tidak
bergelombang dari sisi ke sisi.
15.  Berbalik
 Berhenti sebelum mulai berbalik, jalan
sempoyongan, bergoyang, memegang objek
untuk dukungan.
Jumlah 9

Interpretasi Hasil:
Jumlahkan semua nilai dari klien kemudian interpretasikan sebagai
berikut: 0-5 : Resiko jatuh sedang
6-10 : Resiko jatuh sedang
11-15 : Resiko jatuh tinggi

Hasil : Ny B mengalami resiko jatuh sedang

2. Pengkajian Status Psikologis

No m yang di nilai Ya Tidak


1. Apakah pada dasarnya Anda puas dengan kehidupan Ya
Anda?
2. Sudahkah Anda mengeluarkan aktifitas dan minat Anda? Ya
3. Apakah Anda merasa bahwa hidup Anda kosong Tidak
4. Apakah Anda sering bosan? Tidak
5. Apakah Anda mempunyai semangat yang baik setiap Ya
waktu?
6. Apakah Anda takut sesuatu akan terjadi pada Anda? Tidak
7. Apakah Anda merasa bahagia di setiap waktu? Ya
8. Apakah Anda lebih suka tinggal di rumah pada malam Ya
hari, daripada pergi dan melakukan sesuatu yang baru?
9. Apakah Anda merasa bahwa Anda mempunyai lebih Tidak
4

banyak masalah dengan ingatan Anda daripada yang


lainnya?
10. Apakah Anda berfikir sangat menyenangkan hidup Ya
sekaranga ini?
11. Apakah Anda merasa saya sangat tidak berguna dengan Tidak
keadaan Anda sekarang?
12. akah Anda merasa penuh berenergi? Tidak
13. akah Anda berfikir bahwa situasi Anda tak ada harapan? Tidak
14. apakah Anda berfikir bahwa banyak orang yang lebih baik Ya
daripada Anda?
jumlah skor : 7

Keterangan
>5 : Individu depresi
Score 5 -9 : Kemungkinan depresi ringan
Score 10 atau lebih : Depresi berat

Interpretasi/kesimpulan:
Jumlah skor dari Ny B adalah 7 yang mana klien mengalami gejala depresi, klien
mengatakan merasa tenang dan nyaman saat berada di panti jompo, klien mengatakan
dapat dengan tenang beristirahat ataupun melakukan aktivitas sehari-hari yang disukai
oleh klien.

3. Pengkajian Status Sosial


APGAR KELUARGA Skore
No. Fungsi Uraian 0 1 2
1. Adaptasi Saya puas bahwa saya dapat kembali 
Pada keluraga (teman-teman) saya
untuk membantu pada waktu sesuatu
menyusahkan saya
2. Hubungan Saya puas bahwa saya dapat kembali 
pada keluraga (teman-teman) saya
membicarakan sesuatu dengan saya dan
mengungkapkan masalah dengan saya
3. Pertumbuhan Saya puas bahwa saya dapat kembali 
pada keluraga (teman-teman) saya
menerima dan mendukung keingingan
saya untuk melakukan aktivitas atau
arah baru
4. Afeksi Saya puas bahwa saya dapat kembali 
pada keluarga (teman-teman) saya
mengekspresikan afek dan berespon
terhadap emosi-emosi saya, seperti
marah, sedih, atau mencintai
5. Pemecahan Saya puas dengan teman-teman saya 
4

dan saya menyediakan waktu bersama-


sama
Jumlah 6

Keterangan:
0= tidak pernah > 3: Disfungsi keluarga sangat
tinggi 1= sebagian 4-6: Disfungsi keluarga sedang
2= selalu 7-6: tidak ada masalah

Hasil : Ny B tidak mengalami disfungsi keluarga sedang


4

Analisa Data
No. Data Etiologi Masalah
1. Data subjektif : Peningkatan tekanan Nyeri akut
Klien mengatakan darah vaskuler cerebral
kepalanya sering sakit,
saat kepala sakit klien
hanya mengoleskan
minyak pada dahi.
Klien juga mengatakan
sering diberikan obata
darah tinggi oleh
petugas ( Amplodine)
P : nyeri pada kepala
Q : seperti ditusuk-tusuk
R : kepala
S:5
T : nyeri hilang timbul
±1-2menit
Data objektif :
TD :156/80mmHg
RR:20x/menit
HR: 100x/menit
SB: 36.6°c
Wajah tampak :
meringis
2. Data subjektif : Nyeri kepala Gangguan pola tidur
Klien mengatakan sulit
tidur saat sakit kepala
timbul, dan saat
terbangun ditengah
tidur.
Data objektif :
Klien tampak
memegang kepala saat
timbul rasa sakit,
tampak meringis,
terbangun dan kesulitan
tidur karena nyeri/sakit
kepala.
TD : 156/80mmHg
RR:20x/menit
HR: 100x/menit
SB: 36.6°c
3. Data subjektif : Penurunan eksremitas Resiko jatuh
Klien mengatakan tidak bawah
dapat melihat dengan
4

jelas (kabur) Data objektif :


Usia 86tahun, kurangnya pengawasan , penurunan kekuatan eksremitas bawah, hambatan mobilita
Kekuatan otot : 5 5
4 4

Diagnosis keperawatan
1. Nyeri akut berhubungan dengan peningkatan tekanan darah vaskuler cerebral
2. Gangguan pola tidur berhubungan dengan nyeri kepala
3. Resiko jatuh berhubungan dengan penurunan eksremitas bawah
4

Intervensi
Data Diagnosa NOC NIC
No Keperawatan
Kode Diagnosi Hasil Intervensi
s Kod Kod
e e
1. DS: Nyeri 1. Kontrol nyeri 1410 Manajemen
Klien 00132 kronis 1605 Nyeri : Akut
Kriteria Hasil:
mengatakan 1. Lakukan
1. Mengetahui
kepalanya
pengkajian
sering sakit, factor
saat kepala komprehensi
penyebab
sakit klien
f yang
hanya nyeri
mengoleskan meliputi:
2. Melaporkan
minyak pada
lokasi,
dahi. 2102 nyeri yang
P : nyeri pada karakteristik,
terkontrol
saat kurang
onset/durasi,
istirahat 3. Mengenali
Q : seperti frekuensi dan
apa yang
ditusuk-tusuk
kualitas.
R : kepala terkait
S:5 2. Observasi
dengan gejala
T : nyeri
ketidaknyam
hilang timbul nyeri
±1-2menit 2. Tingkat nyeri an non
Kriteria Hasil: verbal.
DO:
a. Nyeri yang
TD 3. Ajarkan
:156/80mmH dilaporkan
teknik
g
berkurang/
RR:20x/menit nonfarmakol
HR: hilang
ogi missal:
100x/menit
b. Panjangnya
SB: 36.6°c relaksasi,
Wajah episode nyeri
terapi music,
tampak :
berkurang
meringis aromaterapi.
c. Ekspresi
4. Kontrol
nyeri wajah
lingkungan
berkurang
yang
d. Tidak bisa
memperberat
beristirahat
4

berkurang rasa nyeri


e. Tekanan darah
(suhu,
pada kisaran normal
lingkungan,
cahaya).
5. Kolaborasi
pemberian
analgetik
sesuai
indikasi.
2. DS : 00198 Ganggu 1. Tingkat nyeri 1850 Peningkatan
Klien an pola Kriteria Hasil: tidur.
mengatakan tidur a. Nyeri yang 1. Tentukan pola
sulit tidur saat dilaporkan tidur/aktivitas
sakit kepala berkurang/ hilang pasien
timbul, dan b. Panjangnya 2. Monitor pola
saat episode nyeri tidur pasien dan
terbangun berkurang jumlah jam tidur
ditengah c. Ekspresi nyeri 3. Monitor pola
tidur. wajah berkurang tidur pasien, dan
DO : d. Tidak bisa catat kondisi
Klien tampak beristirahat fisik
memegang e. Berkurang 4. Anjurkan
kepala saat tekanan darah pada untuk tidur
timbul rasa kisaran normal siang , jika
sakit, tampak diindikasikan
meringis, untuk
terbangun dan memenuhi
kesulitan kebutuhan tidur
tidur karena 5.Bantu
nyeri/sakit meningkatkan
kepala. jumlah tidur,
TD : jika diperlukan
156/80mmHg
RR:20x/menit
HR:
100x/menit
SB: 36.6°c
4

3. Data subjektif 00155 Resiko Kontrol Risiko : Pencegahan


: jatuh Jatuh Jatuh
Klien Indikator: Aktivitas-
mengatakan - Mengidentifikasi aktivitas:
tidak dapat factor risiko - Identifikasi
melihat jatuh kekurangan
dengan jelas - Memonitor baik kognitif
(kabur) lingkungan atau fisik
Data objektif untuk risiko dari pasien
: jatuh yang
Usia 87tahun, - Menggunakan mungkin
kurangnya alat bantu untuk meningkatka
pengawasan , menurunkan n potensi
penurunan risiko jatuh jatuh pada
kekuatan - Menggunakan lingkungan
eksremitas tertentu
alat bantu yang
bawah, - Identifikasi
hambatan diperlukan untuk perilaku dan
mobilitas. factor yang
menurunkan
Kekuatan otot mempengaru
resiko jatuh hi risiko
5 5 jatuh
- Kaji ulang
4 4 riwayat jatuh
bersama
dengan
pasien dan
keluarga
- Identifikasi
karakteristik
dari
lingkungan
yang
mungkin
meingkatkan
potensi jatuh
(misalnya
lantai licin
dan tangga
terbuka)
- Bantu
ambulasi
individu
yang
memiliki
ketidakseim
4

bangan
- Letakkan
benda-benda
dalam
jangkauan
yang mudah
bagi pasien
- Monitor
kemampuan
untuk
berpindah
dari tempat
tidur ke
kursi dan
sebaliknya
- Sediakan
kursi dengan
ketinggian
yang tepat,
dengan
sandaran
tangan dan
punggung
yang mudah
dipindahkan
- Hindari
meletakkan
sesuatu
secara tidak
teratur
dipermukaan
lantai
- Sediakan
pencahayaan
yang cukup
dalam
rangka
meningkatka
n pandangan
4

Implementasi dan Evaluasi


N Tanggal Wakt Diagnosa Implementasi Evaluasi
O u Keperawatan
1. 04/05/202 08.00- Hambatan 1. Melakukan S : Klien mengatakan
3 09 .00 mobilitas fisik pengkajian setelah beristirahat
WIT komprehensif nyeri berkurang.
yang meliputi: P : Nyeri timbul
lokasi, karena klien
karakteristik, mengonsumsi daging
onset/durasi, Q : Seperti tertusuk-
frekuensi dan tusuk
kualitas. R : Pada kepala
2. Mengobservasi S : Skala nyeri 4
ketidaknyaman T : ±1menit
non verbal. O:
3. Mengajarkan 1. Klien mampu
teknik mengetahui
nonfarmakologi factor
missal: penyebab nyeri
relaksasi, terapi 2. Klien mampu
music, melaporkan
aromaterapi. nyeri yang
terkontrol
3. Klien dapat
melaporkan
Nyeri
berkurang/
hilang
4. Klien dapat
melaporkan
panjangnya
episode nyeri
berkurang
5. Ekspresi nyeri
wajah
berkurang
6. Tidak bisa
beristirahat
berkurang
7. Tekanan darah
belum pada
kisaran normal
A : Nyeri kronis
belum teratasi
P : Intervensi di
lanjutkan
5

04/05/202 09.00- Gangguan pola 1. Memoniotr pola S : Klien mengatakan


3 10.00 tidur tidur pasien dan jumlah pada siang hari hanya
WIT jam tidur tidur 1 jam atau hanya
2. Memonitor pola berbaring saja
tidur pasien, dan
mencatat kondisi O:
fisik 1. Nyeri yang
3. Menganjurkan untuk dilaporkan klien
tidur siang , jika berkurang/ hilang
diindikasikan untuk 2. Panjangnya
memenuhi kebutuhan episode nyeri yang
tidur dilaporkan klien
4.Membantu berkurang
meningkatkan jumlah 3. Ekspresi nyeri
tidur, dengan wajah berkurang
menyediakan tempat 4. Tidak bisa
yang nyaman beristirahat
berkurang
5. Berkurang
tekanan darah klien
pada kisaran normal
A : Gangguan pola
tidur belum teratasi
P : Intervensi di
lanjutkan
04/05/202 12.00- Resiko Jatuh 1. Mengidentifikas S : Klien mengatakan
3 13.00 i kekurangan saat berjalan klien
WIT baik kognitif selalu hati-hati dan
atau fisik dari saat dikamar klien
pasien yang menyalakan lampu
mungkin agar mudah melihat
meningkatkan seisi ruangan
potensi jatuh
pada lingkungan O :
tertentu A : resiko jatuh belum
2. Mengidentifikas teratasi
i perilaku dan P : Intervensi di
factor yang lanjutkan
mempengaruhi
risiko jatuh
3. Mengidentifikas
i karakteristik
dari lingkungan
yang mungkin
meingkatkan
potensi jatuh
(misalnya lantai
5

licin dan tangga


terbuka)
4. Menemani
ambulasi
individu yang
memiliki
ketidakseimban
gan
5. Meletakkan
benda-benda
seperti piring,
air minum
dalam
jangkauan yang
mudah bagi
pasien
6. Memonitor
kemampuan
klien untuk
berpindah dari
tempat tidur ke
kursi dan
sebaliknya
7. Menghindari
meletakkan
sesuatu secara
tidak teratur
dipermukaan
lantai
8. Menyediakan
pencahayaan
yang cukup
dalam rangka
meningkatkan
pandangan
5

DAFTAR PUSTAKA

Anggraini, Yanti. 2020. “Efektifitas Teknik Relaksasi Nafas Dalam Terhadap


Tekanan Darah PadaPasien Hipertensi Di Jakarta.” 5(1): 41–47.

Angshera, Rike, Fuji Rahmawati, and Eka Yulia Fitri Y. 2020. “Dukungan Keluarga
Pra Lansia YangMenderita Hipertensi Di Kelurahan Indralaya Mulya.” Seminar
Nasional Keperawatan
“Pemenuhan Kebutuhan Dasar dalam Perawatan Paliatif pada Era Normal Baru”:
14– 19.

Annisa, Dona Fitri, and Ifdil Ifdil. 2016. “Konsep Kecemasan (Anxiety) Pada Lanjut Usia
(Lansia).”
Konselor 5(2): 93.

Ansar J, Dwinata I, M. APRIANI. 2019. “Determinan Kejadian Hipertensi Pada


Pengunjung PosbinduDi Wilayah Kerja Puskesmas Ballaparang Kota Makassar.”
Jurnal Nasional Ilmu Kesehatan 1: 28–35.

Aspiani. 2019. “Efektifitas Terapi Relaksasi Benson Terhadap Tekanan Darah Pada Penderita
Hipertensi.” Interest : Jurnal Ilmu Kesehatan 8(1): 51–60.

Handa Gustiawan. 2019. “No TitleΕΛΕΝΗ.” Αγαη 8(5): 55.

Idaiani, Sri, and Herlina Sri Wahyuni. 2017. “Hubungan Gangguan Mental
Emosional Dengan Hipertensi Pada Penduduk Indonesia.” Media Penelitian
dan Pengembangan Kesehatan26(3): 137–44.

Istichomah, Istichomah. 2020. “Penyuluhan Kesehatan Tentang Hipertensi Pada


Lansia Di DukuhTuri, Bambanglipuro, Bantul.” Jurnal Pengabdian Harapan Ibu
(JPHI) 2(1): 24.

Kuswati, Ani, Taat Sumedi, and Hartati. 2020. “Pengaruh Reminiscence Therapy
Terhadap FungsiKognitif Pada Lansia.” Jurnal keperawatan mersi 8(2019): 1–6.
http://ejournal.poltekkes- smg.ac.id/ojs/index.php/jkm/article/view/5853/1704.

Ludyaningrum, Rezkha Mala. 2016. “PERILAKU BERKENDARA DAN JARAK


TEMPUH DENGAN KEJADIAN ISPA PADA MAHASISWA
UNIVERSITAS
AIRLANGGA SURABAYA Driving Behavior
and Mileage with the Incidence of URI on Students at Universitas Airlangga
Surabaya.” JurnalBerkala Epidemiologi 4(3): 384–95.

Pambudi, Hubertus Agung, Meidiana Dwidiyanti, and Diyan Yuli Wijayanti. 2018.
“PandanganLansia Tentang Seksualitas Pada Lanjut Usia.” Jurnal Kesehatan
9(1): 154.
5

Pranata, Lilik, Sri Indaryati, and Aniska Indah Fari. 2020. “Pendampingan Lansia Dalam
Meningkatkan Fungsi Kognitif Dengan Metode Senam Otak.” Jurnal madaniyah 1(4): 172–
76.

Richard, Selvia David. 2013. “Jurnal STIKES Volume 6, No. 1, Juli 2013.” 6(1): 63–73.

Rohadi, Slamet, Suci Tuty Putri, and Aniq Dini Karimah. 2016. “Tingkat Kemandirian Lansia
Dalam
Activities Daily.” Pendidikan Keperawatan Indonesia 2(1): 17.

Rosita, Marlina Dwi. 2012. “Hubungan Antara Fungsi Kognitif Dengan Kemampuan
Interaksi SosialPada Lansia Di Kelurahan Mandan Wilayah Kerja Puskesmas
Sukoharjo.” : 1–17.

Susanto, Hari. 2018. “Asuhan Keperawatan Pasien Gout Arthitis Pada Tn. M Dan Ny. S
Dengan
Masalah Keperawatan Nyeri Akut Di UPT PTWS Jember.”

Tim Pokja SDKI DPP PPNI. 2017. Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia.
5

Lampiran

Dokumentasi Pemeriksaan TTV dan Posyandu

Anda mungkin juga menyukai