PENDAHULUAN DAN ASUHAN KEPERAWATAN
PADA NY.R DENGAN DIAGNOSA MEDIS ARTHRITIS
REUMATOID DI PANTI SOSIAL TRESNA WERDHA
SINTA RANGKANG KOTA PALANGKA RAYA
Disusun Oleh :
KRISEVI HANDAYANI
(2021.01.14901.027)
Segala puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha
Esa, atas rahmat dan karunia Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan
pendahuluan dan asuhan keperawatan yang berjudul “Laporan Pendahuluan Dan
Asuhan Keperawatan Pada Ny.R Dengan Diagnosa Medis Arthritis Rheumatoid
Di Panti Werdha Sintang Rangkang Kota Palangka Raya”. Laporan pendahuluan
ini merupakan salah satu syarat untuk lulus stase keperawatan gerontik di STIKes
Eka Harap Palangka Raya. Penulis meyadari bahwa tanpa bimbingan dan arahan
dari berbagai pihak kiranya laporan pendahuluan ini tidak akan dapat diselesaikan
dengan baik.
Dalam kesempatan ini, perkenankanlah penulis mengucapkan rasa terima
kasih dan penghargaan terkhususnya kepada:
1. Ibu Maria Adelheid Ensia, S. Pd., M. Kes selaku ketua Sekolah Tinggi Ilmu
Kesehatan Eka Harap Palangka Raya yang telah memberikan kesempatan
dan fasilitas kepada penulis untuk mengikuti Stase Keperawatan Gerontik.
2. Ibu Meilitha Carolina, Ners., M. Kep selaku Ketua Program Studi Ners yang
memberikan dukungan dalam menyelesaikan laporan ini.
3. Siti Santy Sianipar, S.Kep.,M.Kes selaku pembimbing akademik di sekolah
Tinggi Ilmu Kesehatan Eka Harap Palangka Raya yang memberikan
dukungan dalam penyelesaian laporan ini.
Akhir kata, kiranya Tuhan Yang Mahsa Esa menyertai dan membalas
kebaikan mereka terhadap penulis, semoga asuhan keperawatan yang telah dibuat
ini dapat dimanfaatkan sebagaimana mestinya. Atas perhatiannya penulis ucapkan
terima kasih.
Penulis
DAFTAR ISI
COVER i
LEMBAR PENGESAHAN ii
KATA PENGANTAR iii
DAFTAR ISI v
BAB 1 PENDAHULUAN
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
BAB 3 ASUHAN KEPERAWATAN
DAFTRA PUSTAKA
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Meningkatnya usia harapan hidup (UHH) memberikan dampak yang
kompleks terhadap kesejahteraan lansia. Di satu sisi peningkatan UHH
mengindikasikan peningkatan taraf kesehatan warga negara. Namun di sisi lain
menimbulkan masalah masalah karena dengan meningkatnya jumlah penduduk
usia lanjut akan berakibat semakin besarnya beban yang ditanggung oleh
keluarga, masyarakat dan pemerintah, terutama dalam menyediakan pelayanan
dan fasislitas lainnya bagi kesejahteraan lansia. Hal ini karena pada usia lanjut
individu akan mengalami perubahan fisik, mental, sosial ekonomi dan spiritual
yang mempengaruhi kemampuan fungsional dalam aktivitas kehidupan sehari-
hari sehingga menjadikan lansia menjadi lebih rentan menderita gangguan
kesehatan baik fisik maupun mental. Walaupun tidak semua perubahan struktur
dan fisiologis, namun diperkirakan setengah dari populasi penduduk lansia
mengalami keterbatasan dalam aktivitas kehidupan sehari-hari, dan 18%
diantaranya sama sekali tidak mampu beraktivitas. Berkaitan dengan kategori
fisik, diperkirakan 85% dari kelompok umur 65 tahun atau lebih mempunyai
paling tidak satu masalah kesehatan (Healthy People). Dari berbagai masalah
kesehatan itu ternyata gangguan muskuloskeletal menempati urutan kedua 14,5%
setelah penyakit kardiovaskuler dalam pola penyakit masyarakat usia >55 tahun
(Household Survey on Health, Dept. Of Health). Dan berdasarkan survey WHO di
Jawa ditemukan bahwa artritis/reumatisme menempati urutan pertama (49%) dari
pola penyakit lansia (Boedhi Darmojo, 2015). Seiring dengan meningkatnya usia
harapan hidup, jumlah populasi usia lanjut (lansia) juga meningkat. Jumlah
penduduk lansia di Indonesia lebih kurang 16 juta jiwa. Badan Kesehatan Dunia,
WHO, memperkirakan tahun 2025 jumlah lansia di Indonesia 60 juta jiwa,
mungkin salah satu terbesar di dunia. Dibandingkan dengan jantung dan kanker,
rematik boleh jadi tidak terlampau menakutkan. Namun, jumlah penduduk lansia
yang tinggi kemungkinan membuat rematik jadi keluhan favorit. Penyakit otot
dan persendian ini sering menyerang lansia, melebihi hipertensi dan jantung,
gangguan pendengaran dan penglihatan, serta diabetes. Perubahan – perubahan
akan terjadi pada tubuh manusia sejalan dengan makin meningkatnya usia.
Perubahan tubuh terjadi sejak awal kehidupan hingga usia lanjut pada semua
organ dan jaringan tubuh.
Keadaan demikian itu tampak pula pada semua sistem muskuloskeletal dan
jaringan lain yang ada kaitannya dengan kemungkinan timbulnya beberapa
golongan reumatik. Salah satu golongan penyakit reumatik yang sering menyertai
usia lanjut yang menimbulkan gangguan muskuloskeletal terutama adalah
osteoartritis. Kejadian penyakit tersebut akan makin meningkat sejalan dengan
meningkatnya usia manusia.
Reumatik dapat mengakibatkan perubahan otot, hingga fungsinya dapat
menurun bila otot pada bagian yang menderita tidak dilatih guna mengaktifkan
fungsi otot. Dengan meningkatnya usia menjadi tua fungsi otot dapat dilatih
dengan baik. Namun usia lanjut tidak selalu mengalami atau menderita reumatik.
Bagaimana timbulnya kejadian reumatik ini, sampai sekarang belum sepenuhnya
dapat dimengerti. Reumatik bukan merupakan suatu penyakit, tapi merupakan
suatu sindrom dan golongan penyakit yang menampilkan perwujudan sindroma
reumatik cukup banyak, namun semuanya menunjukkan adanya persamaan ciri.
Menurut kesepakatan para ahli di bidang rematologi, reumatik dapat terungkap
sebagai keluhan dan/atau tanda. Dari kesepakatan, dinyatakan ada tiga keluhan
utama pada sistem muskuloskeletal yaitu: nyeri, kekakuan (rasa kaku) dan
kelemahan, serta adanya tiga tanda utama yaitu: pembengkakan sendi., kelemahan
otot, dan gangguan gerak.
1) Tipe optimis
2) Tipe konstruktif
3) Tipe dependen
4) Tipe defenvise (bertahan)
5) Tipe militan dan serius
6) Tipe marah/frustasi (kecewa akibat kegagalan dalam melakukan sesuatu)
7) Tipe putus asa (benci pada diri sendiri)
Menurut tingkat kemandiriannya dimana dinilai ari kemampuannya untuk
melaksanakan aktifitas sehari-hari (indeks kemandirian katz), para usia lanjut
dapat digolongkan menjadi tipe :
1) Usia lanjut mandiri sepenuhnya
2) Usia lanjut mandiri dengan bantuan langsung keluarganya
3) Usia lanjut mandiri dengan bantuan secara tidak langsung
4) Usia lanjut dengan bantuan badan sosial
5) Usia las diakui njut di panti Werdha
6) Usia lanjut yang dirawat di rumah sakit
7) Usia lanjut dengan gangguan mental (Maryam dkk 2014)
Keterangan:
Kemandirian berarti tanpa pengawasan, pengarahan, atau bantuan aktif dari
orang lain. Seseorang yang menolak melakukan suatu fungsi dianggap tidak
melakukan fungsi, meskipun sebenarnya mampu.
a) Mandi
Mandiri: bantuan hanya pada satu bagian mandi (seperti punggung atau
ektremitas yang tidak mampu) atau mandi sendiri sepenuhnya.
Bergantung: bantuan mandi lebih dari satu bagian tubuh, bantuan masuk
dan keluar dari bak mandi, serta tidak mandi sendiri.
b) Berpakaian
Mandiri: mengambil baju dari lemari, memakai pakaian, melepaskan
pakaian, mengancing / mengikat pakaian.
Bergantung: tidak dapat memakai baju sendiri atau hanya sebagian.
c) Ke kamar kecil
Mandiri: masuk dan keluar dari kamar kecil kemudian membersihkan
genitalia sendiri.
Bergantung: menerima bantuan untuk masuk ke kamar kecil dan
menggunakan pispot.
d) Berpindah
Mandiri: berpindah dari tempat tidur untuk duduk, bangkit dari kursi
sendiri.
Bergantung: bantuan dalam naik atau turun dari tempat tidur atau kursi,
tidak melakukan satu atau lebih perpindahan
e) Kontinen
Mandiri: BAB dan BAK seluruhnya dikontrol sendiri.
Tergantung: inkontinesia persial atau total, penggunaan kateter,
pispot, enema, dan pembalut (pampers).
f) Makan
Mandiri: mengambil makanan dari piring dan menyuapinya sendiri.
Bergantung: bantuan dalam hal mengambil makanan dari piring dan
menyuapinya, tidak makan sama sekali, dan makan parenteral (NGT).
B PESIMISME
3 Merasa masa depan adalah sia-sia dan sesuatu tidak dapat membaik
2 Merasa tidak punya apa-apa dan memandang ke masa depan
1 Merasa kecil hati tentang masa depan
0 Tidak begitu pesimis/kecil hati tentang masa depan
C RASA KEGAGALAN
3 Merasa benar-benar gagal sebagai orang tua (suami/ istri)
2 Bila melihat kehidupan kebelakang, semua yang dapat saya lihat
kegagalan
1 Merasa telah gagal melebihi orang pada umumnya
0 Tidak merasa gagal
D KETIDAKPUASAN
3 Tidak puas dengan segalanya
2 Tidak lagi mendapat kepuasan dari apapun
1 Tidak menyukai cara yang saya gunakan
0 Tidak merasa tidak puas
E RASA BERSALAH
3 Merasa seolah sangat buruk/tidak berharga
2 Merasa sangat bersalah
1 Merasa buruk/tidak berharga sebagai bagian dari waktu yang baik
0 Tidak merasa benar-benar bersalah
I KERAGU-RAGUAN
3 Saya tidak dapat membuat keputusan sama sekali
2 Saya mempunyai banyak kesulitan dalam membuat keputusan
1 Saya berusaha mengambil keputusan
0 Saya membuat keputusan yang baik
K KESULITAN KERJA
3 Tidak melakukan pekerjaan sama sekali
2 Telah mendorong diri saya sendiri dengan keras untuk melakukan
sesuatu
1 Memerlukan upaya tambahan untuk memulai melakukan sesuatu
0 Saya dapat bekerja sebaik-baiknya
L KELETIHAN
3 Saya sangat lelah untuk melakukan sesuatu
2 Saya merasa lelah untuk melakukan sesuatu
1 Saya merasa lelah dari yang biasanya
0 Saya tidak merasa lebih lelah biasanya
M ANOREKSIA
3 Saya tidak lagi punya nafsu makan sama sekali
2 Nafsu makan saya sangat buruk sekarang
1 Nafsu makan saya tidak sebaik sebelumnya
0 Nafsu makan saya tidak buruk dari biasanya
Keterangan:
0-4 : depresi tidak ada/ minimal
5-7 : depresi ringan
8-15 : depresi sedang
16+ : depresi berat
2.2.3 Etiologi
Penyebab utama penyakit artritis reumatoid masih belum diketahui secara
pasti. Ada beberapa teori yang dikemukakan sebagai penyebab artritis reumatoid,
yaitu :
2.2.4 Klasifikasi
1) Osteoartritis.
Penyakit merupakan penyakit kerusakan tulang rawan sendi yang
berkembang lambat dan berhubungan dengan usia lanjut. Secara klinis
ditandai dengan nyeri, deformitas, pembesaran sendi, dan hambatan gerak
pada sendi – sendi tangan dan sendi besar yang menanggung beban ini.
2) Artritis Rematoid.
Artritis rematoid adalah suatu penyakit inflamasi sistemik kronik dengan
manifestasi utama poliartritis progresif dan melibatkan seluruh organ tubuh.
Terlibatnya sendi pada pasien artritis rematoid terjadi setelah penyakit ini
berkembang lebih lanjut sesuai dengan sifat progresifitasnya. Pasien dapat
juga menunjukkan gejala berupa kelemahan umum cepat lelah.
3) Polimialgia Reumatik.
Penyakit ini merupakan suatu sindrom yang terdiri dari rasa nyeri dan
kekakuan yang terutama mengenai otot ekstremitas proksimal, leher, bahu
dan panggul. Terutama mengenai usia pertengahan atau usia lanjut sekitar
50 tahun ke atas.
4) Artritis Gout (Pirai).
Artritis gout adalah suatu sindrom klinik yang mempunyai gambaran
khusus, yaitu artritis akut. Artritis gout lebih banyak terdapat pada pria dari
pada wanita. Pada pria sering mengenai usia pertengahan, sedangkan pada
wanita biasanya mendekati masa menopause.
2.2.5 Patofisologi
Dari penelitian mutakhir diketahui bahwa patogenesis artritis reumatoid
terjadi akibat rantai peristiwa imunologis sebagai berikut : Suatu antigen
penyebab artritis reumatoid yang berada pada membran sinovial, akan diproses
oleh antigen presenting cells (APC) yang terdiri dari berbagai jenis sel seperti sel
sinoviosit A, sel dendritik atau makrofag yang semuanya mengekspresi
determinan HLA-DR pada membran selnya. Antigen yang telah diproses akan
dikenali dan diikat oleh sel CD4+ bersama dengan determinan HLA-DR yang
terdapat pada permukaan membran APC tersebut membentuk suatu kompleks
trimolekular. Kompleks trimolekular ini dengan bantuan interleukin-1 (IL-1) yang
dibebaskan oleh monosit atau makrofag selanjutnya akan menyebabkan terjadinya
aktivasi sel CD4+.
Setelah berikatan dengan antigen yang sesuai, antibodi yang dihasilkan akan
membentuk kompleks imun yang akan berdifusi secara bebas ke dalam ruang
sendi. Pengendapan kompleks imun akan mengaktivasi sistem komplemen yang
akan membebaskan komponen-komplemen C5a. Komponen-komplemen C5a
merupakan faktor kemotaktik yang selain meningkatkan permeabilitas vaskular
juga dapat menarik lebih banyak sel polimorfonuklear (PMN) dan monosit ke
arah lokasi tersebut. Pemeriksaan histopatologis membran sinovial menunjukkan
bahwa lesi yang paling dini dijumpai pada artritis reumatoid adalah peningkatan
permeabilitas mikrovaskular membran sinovial, infiltrasi sel PMN dan
pengendapan fibrin pada membran sinovial.
Fagositosis kompleks imun oleh sel radang akan disertai oleh pembentukan
dan pembebasan radikal oksigen bebas, leukotrien, prostaglandin dan protease
neutral (collagenase dan stromelysin) yang akan menyebabkan erosi rawan sendi
dan tulang. Radikal oksigen bebas dapat menyebabkan terjadinya depolimerisasi
hialuronat sehingga mengakibatkan terjadinya penurunan viskositas cairan sendi.
Selain itu radikal oksigen bebas juga merusak kolagen dan proteoglikan rawan
sendi.
ARTRITIS REUMATOID
B1 B2 B3 B4 B5 B6
Inflamasi Lesi inflamasi pada Penekanan pada saraf Proteinuria Iritasi mukosa
miokard dan katub nervus lambung Tenosinovitis
Sinovili Kelainan pd
Nyeri tulang
Nekrosis Papilar
(Tenggorokan Menelan) Nyeri dada Neuropati ginjal Invasi
Erosi mukosa Hiperemia dan
pembengkakan kolagen Erosi tulang
& kerusakan
MK.Risiko Defisit Gangguan faal jantung Kelemahan Gangguan pd tulang
MK.Gangguan Ruptur
Nurisi otot lambung Nekrosis dan kerusakan
Eliminasi rawan
dalam ruang sendi tendon
Urine
secara
MK.Intoleransi persial
Aktivitas Parastesia MK.Risiko Defisit Instabilitas
MK.Nyeri Akut
Nurisi atau lokal dan
deformitas
Iskemia sendi
MK.Nyeri Akut
& Gangguan
MK.Gangguan mobilitas fisik Perubahan
Mobilitas Fisik bentuk
tubuh pada
tulang dan
sendi
MK.Gangguan
Identitas Diri &
Gangguan Citra
Tubuh
2.2.7 Manifestasi Klinis
Jika pasien artritis reumatoid pada lansia tidak diistirahatkan, maka penyakit
ini akan berkembang menjadi empat tahap : (Kowalak, 2011).
1) Terdapat radang sendi dengan pembengkakan membran sinovial dan
kelebihan produksi cairan sinovial. Tidak ada perubahan yang bersifat
merusak terlihat pada radiografi. Bukti osteoporosis mungkin ada.
2) Secara radiologis, kerusakan tulang pipih atau tulang rawan dapat dilihat.
Pasien mungkin mengalami keterbatasan gerak tetapi tidak ada deformitas
sendi.
3) Jaringan ikat fibrosa yang keras menggantikan pannus, sehingga
mengurangi ruang gerak sendi. Ankilosis fibrosa mengakibatkan penurunan
gerakan sendi, perubahan kesejajaran tubuh, dan deformitas. Secara
radiologis terlihat adanya kerusakan kartilago dan tulang.
4) Ketika jaringan fibrosa mengalami kalsifikasi, ankilosis tulang dapat
mengakibatkan terjadinya imobilisasi sendi secara total. Atrofi otot yang
meluas dan luka pada jaringan lunak seperti medula-nodula mungkin terjadi.
Pada lansia artritis reumatoid dapat digolongkan ke dalam tiga kelompok,
yaitu :
1) Kelompok 1
Artritis reumatoid klasik. Sendi-sendi kecil pada kaki dan tangan sebagian
besar terlibat. Terdapat faktor reumatoid, dan nodula-nodula reumatoid yang
sering terjadi. Penyakit dalam kelompok ini dapat mendorong ke arah
kerusakan sendi yang progresif.
2) Kelompok 2
Termasuk ke dalam klien yang memenuhi syarat dari American
Rheumatologic Association untuk artritis reumatoid karena mereka
mempunyai radang sinovitis yang terus-menerus dan simetris, sering
melibatkan pergelangan tangan dan sendi-sendi jari.
3) Kelompok 3
Sinovitis terutama memengaruhi bagian proksimal sendi, bahu dan panggul.
Awitannya mendadak, sering ditandai dengan kekuatan pada pagi hari.
Pergelangan tangan pasien sering mengalami hal ini, dengan adanya
bengkak, nyeri tekan, penurunan kekuatan genggaman, dan sindrome karpal
tunnel. Kelompok ini mewakili suatu penyakit yang dapat sembuh sendiri
yang dapat dikendalikan secara baik dengan menggunakan prednison dosis
rendah atau agens antiinflamasi dan memiliki prognosis yang baik.
2.2.8 Komplikasi
Kelainan sistem pencernaan yang sering dijumpai adalah gastritis dan ulkus
peptik yang merupakan komplikasi utama penggunaan obat antiinflamasi
nonsteroid (OAINS) atau obat pengubah perjalanan penyakit (disease modifying
antirheumatoid drugs, DMARD) yang menjadi faktor penyebab morbiditas dan
mortalitas utama pada artritis reumatoid.
1. Nyeri akut berhubungan Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1x4 jam Intervensi Utama : Manajemen Nyeri
dengan agen pencedera di harapkan nyeri dapat teratasi dengan kriteria hasil : (SIKI: I.08243 hal. 201)
fisiologis (mis.inflamasi, Luaran Utama : Tingkat nyeri (SLKI:L.08066 O:
1. Identifikasi lokasi karakteristik, durasi, frek
iskemia, neoplasma) Hal hal.145)
uensi, kualitas, intensitas nyeri
172.D.0077 1. Keluhan nyeri cukup menurun dengan skor 4 2. Identifikasi pengetahuan dan keyakinan
2. Meringis cukup menurun dengan skor 4 tentang nyeri
3. Gelisah cukup menurun dengan skor 4 Observasi karakteristik nyeri, skala nyeri,
Luaran Tambahan : Kontrol Nyeri (SLKI:L.08066 sifat nyeri, lokasi nyeri, penyebarannya.
hal.58 T:
1. Keluhan nyeri berkurang dengan skor 4 3. Berikan Teknik nonfarmakologis untuk
mengurangi rasa nyeri.
2. Klien mampu memahami penyebab, periode dan
E:
pemicu dari nyeri tersebut dengan skor 4 4. Jelaskan penyebab, periode dan pemicu
3. Klien mampu melakukan Teknin non farmalogis yang nyeri
telah dilakukan dengan skor 4 K:
5. Kolaborasi pemberian analgetik
Diagnosa Keperawatan Tujuan (Kriteria hasil) Intervensi
Genogram
Ket :
: Pasien
: Perempuan
: Laki-laki
Obat-obatan
No Nama Obat Dosis Keterangan
1. Recolfar 0,5 mg oral
2. meloxicam 7,5 mg oral
3. methylprednisolone 8 mg oral
NILAI
KLIEN PERTANYAAN
Maks
ORIENTASI
5 4 (Tahun, musim, Tgl, Hari, Bulan, apa sekarang?
5 5 Dimana kita : (Negara, bagian, Wilayah, Kota).
REGISTRASI
3 3 Nama 3 objek (1 detik untuk mengatakan masing-masing)
tanyakan klien ke 3 obyek setelah anda telah mengatakan. Beri 1
point untuk tiap jawaban yang benar, kemudian ulangi sampai ia
mempelajari ke 3 nya jumlahkan percobaan dan catat.
PERHATIAN & KALKULASI
5 5 Seri 7’s (1 point tiap benar, berhenti setelah 5 jawaban, berganti
eja kata belakang) (7 kata dipilih eja dari belakang).
MENGINGAT
3 3 Minta untuk mengulangi ke 3 obyek diatas, beri 1 point untuk
kebenaran.
BAHASA
9 9 Nama pensil & melihat (2 point)
Mengulang hal berikut tak ada jika (dan atau tetapi) 1 point.
30 Nilai total 29
URAIAN
A KESEDIHAN
3 Saya sangat sedih/tidak bahagia, dimana saya tidak dapat
menghadapinya
2 Saya galau/sedih sepanjang waktu dan tidak dapat keluar
darinya
1 Saya merasa sedih/galau
0 Saya tidak merasa sedih
B PESIMISME
3 Merasa masa depan adalah sia-sia dan sesuatu tidak
dapat membaik
2 Merasa tidak punya apa-apa dan memandang ke masa
depan
1 Merasa kecil hati tentang masa depan
0 Tidak begitu pesimis/kecil hati tentang masa depan
C RASA KEGAGALAN
3 Merasa benar-benar gagal sebagai orang tua (suami/
istri)
2 Bila melihat kehidupan kebelakang, semua yang dapat
saya lihat kegagalan
1 Merasa telah gagal melebihi orang pada umumnya
0 Tidak merasa gagal
D KETIDAKPUASAN
3 Tidak puas dengan segalanya
2 Tidak lagi mendapat kepuasan dari apapun
1 Tidak menyukai cara yang saya gunakan
0 Tidak merasa tidak puas
E RASA BERSALAH
3 Merasa seolah sangat buruk/tidak berharga
2 Merasa sangat bersalah
1 Merasa buruk/tidak berharga sebagai bagian dari waktu
yang baik
0 Tidak merasa benar-benar bersalah
I KERAGU-RAGUAN
3 Saya tidak dapat membuat keputusan sama sekali
2 Saya mempunyai banyak kesulitan dalam membuat
keputusan
1 Saya berusaha mengambil keputusan
0 Saya membuat keputusan yang baik
K KESULITAN KERJA
3 Tidak melakukan pekerjaan sama sekali
2 Telah mendorong diri saya sendiri dengan keras untuk
melakukan sesuatu
1 Memerlukan upaya tambahan untuk memulai melakukan
sesuatu
0 Saya dapat bekerja sebaik-baiknya
L KELETIHAN
3 Saya sangat lelah untuk melakukan sesuatu
2 Saya merasa lelah untuk melakukan sesuatu
1 Saya merasa lelah dari yang biasanya
0 Saya tidak merasa lebih lelah biasanya
M ANOREKSIA
3 Saya tidak lagi punya nafsu makan sama sekali
2 Nafsu makan saya sangat buruk sekarang
1 Nafsu makan saya tidak sebaik sebelumnya
0 Nafsu makan saya tidak buruk dari biasanya
Keterangan:
0-4 : depresi tidak ada/ minimal
5-7 : depresi ringan
8-15 : depresi sedang
16+ : depresi berat
APGAR KELUARGA DENGAN LANSIA
Alat Skrining Singkat Yang Dapat Digunakan Untuk Mengkaji
Fungsi Social Lansia
DO :
- Pasien tampak meringis
- Pasien tampak memegang lutut
bagian kanan dan kiri
TTV
- TD :140/80 mmHg
- N : 86x/menit
- R : 21x/menit
- S :36,5◦C
PRIORITAS MASALAH
1. Nyeri akut berhubungan Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1x4 jam Intervensi Utama : Manajemen Nyeri
dengan agen pencedera di harapkan nyeri dapat teratasi dengan kriteria hasil : (SIKI: I.08243 hal. 201)
fisiologis (mis.inflamasi, Luaran Utama : Tingkat nyeri (SLKI:L.08066 O:
1. Identifikasi lokasi karakteristik, durasi, frek
iskemia, neoplasma) Hal hal.145)
uensi, kualitas, intensitas nyeri
172.D.0077 1. Keluhan nyeri cukup menurun dengan skor 4 2. Identifikasi pengetahuan dan keyakinan
2. Meringis cukup menurun dengan skor 4 tentang nyeri
3. Gelisah cukup menurun dengan skor 4 Observasi karakteristik nyeri, skala nyeri,
Luaran Tambahan : Kontrol Nyeri (SLKI:L.08066 sifat nyeri, lokasi nyeri, penyebarannya.
hal.58 T:
1. Keluhan nyeri berkurang dengan skor 4 3. Berikan Teknik nonfarmakologis untuk
mengurangi rasa nyeri.
2. Klien mampu memahami penyebab, periode dan
E:
pemicu dari nyeri tersebut dengan skor 4 4. Jelaskan penyebab, periode dan pemicu
3. Klien mampu melakukan Teknin non farmalogis yang nyeri
telah dilakukan dengan skor 4 K:
5. Kolaborasi pemberian analgetik
Diagnosa Keperawatan Tujuan (Kriteria hasil) Intervensi
1. Nyeri akut berhubungan 1. Mengidentifikasi lokasi karakteristik, durasi, S : Klien mengatakan nyeri pada persendian pada
dengan agen pencedera frekuensi, kualitas, intensitas nyeri lutut, nyeri dirasa saat klien duduk diam, namun
fisiologis (mis.inflamasi, 2. Mengidentifikasi pengetahuan dan rasa nyeri hilang saat klien beraktifitas, rasa nyeri
keyakinan tentang nyeri seperti kaku pada daerah persendian dengan skala
iskemia, neoplasma) Hal
3. Mengobservasi karakteristik nyeri, skala nyeri (4) sedang dan dirasa hilang timbul tidak
172.D.0077 nyeri, sifat nyeri, lokasi nyeri, penyebarannya. pasti.
4. Memberikan Teknik nonfarmakologis untuk
mengurangi rasa nyeri. O:
Krisevi Handayani
5. Menjelaskan penyebab, periode dan pemicu
nyeri - Lutut kanan pasien masih bengka
6. Berkolaborasi pemberian analgetik - Pasien tampak masih meringis
Recolfar 0,5 mg, meloxicam 7,5 mg,
A : Masalah nyeri akut belum teratasi
methylprednisolone 8 mg
P : Lanjutkan intervensi 1,2,3,4,5,6
2. Defisit pengetahuan 1. Mengidentifikasi kesiapan dan kemampuan S : Klien mengatakan sudah paham tentang
berhubungan dengan menerima informasi penyakit yang dideritanya
kurang terpapar 2. Mengidentifikasi factor-faktor yang Krisevi Handayani
meningkatkan dan menurunkan motivasi O :
informasi. Hal 246.
perilaku hidup bersih sehat
D.0111 3. Menyediakan materi dan media Pendidikan
- Klien tampak tidak bingung lagi
Kesehatan - Klien sudah bisa menjawab ketika ditanya
4. Menjadwalkan pendidikan Kesehatan sesuai tentang penyakitnya
kesepakatan
5. Mengajarkan perilku hidup bersih dan sehat A : Masalah defisit pengetahuan teratasi sebagian
DAFTAR PUSTAKA