Di susun Oleh :
KRISEVI HANDAYANI
( 2021-01-14901-037 )
PEMBIMBING PRAKTIK
Dengan memanjatkan puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa , atas
berkat dan anugerah-Nya sehingga penyusun dapat menyelesaikan proposal yang
berjudul ” Laporan Asuhan Keperawatan Pada Ny Y Dengan Diagnosa Medis
Efusi Pleura Di Igd Rsud Dr. Doris Sylvanus Palangka Raya
Proposal ini dibuat sebagai syarat dalam menempuh tugas di stase
keperawatan anak pada Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Eka Harap Palangka
Raya. Penyusun menyadari bahwa dalam pelaksanaan dan penyusunan laporan
tidak lepas dari bantuan dan dorongan dari berbagai pihak, baik secara langsung
maupun tidak langsung. Untuk itu perkenankan penulis mengucapkan terima
kasih kepada:
1. Ibu Maria Adelheid Ensia,S.Pd., M.Kes sebagai Ketua Sekolah Tinggi Ilmu
Kesehatan Eka Harap Palangka Raya.
2. Ibu Suryagustina, Ners., M.Kep selaku pembimbing akademik yang banyak
membantu dalam pembuatan proposal ini.
3. Ibu Christina Indah, S.Kep., Ners selaku pembimbing klinik yang sangat
membantu dalam pembuatan proposal ini.
4. Kedua orang tua kami yang selalu memberi motivasi, doa dan dukungan
moril dan materil kepada penulis.
5. Seluruh peserta penkes yang bersedia meluangkan waktu dan kesediannya
dalam mengikuti pendidikan kesehatan pada anak sekolah dasar tentang
pentingnya merawat kebersihan diri sejak dini stase keperawatan anak
Semoga laporan ini dapat bermanfaat bagi perkembangan ilmu pengetahuan
khususnya ilmu keperawatan. Dalam penyusunan proposal ini penyusun
menyadari belum sempurna. Sehingga penyusun mengharapkan kritik dan saran
untuk perbaikan di masa mendatang.
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
Pleura adalah suatu membrane serosa yang melapisi permukaan dalam dinding
thoraks di bagian kanan dan kiri, melapisi permukaan superior diafragma kanan dan kiri,
melapisi mediastinum kanan dan kiri (semuanya disebut pleura parietalis), kemudian
pada pangkal paru, membrane serosa ini berbalik melapisi paru (pleura viseralis) pleura
viseralis dapat berinvaginasi mengikuti fisura yang terbagi pada setiap lobus paru
(Darmanto, 2016)
2.1.2.1 Pleura viseralis
Pleura viseralis adalah pleura yang berada pada permukaan paru, terdiri dari satu
lapis sel mesothelial yang tipis < 30µm yang terletak di permukaan bagian luarnya.
Terdapat sel-sel limfosit yang berada diantara celah-celahnya. Endopleura yang berisikan
fibrosit dan histiosit berada di bawah sel-sel mesothelial, dan di bawahnya merupakan
lapisan tengah berupa jaringan kolagen dan serat-serat elastis. Sedangkan pada lapisan
paling bawah terdapat jaringan interstitial subpleura, didalamnya banyak mengandung
pembuluh darah kapiler.
2.1.2.2 Pleura Parietalis
Pleura parietalis yaitu pleura yang letaknya berbatasan dengan dinding thorax,
memiliki jaringan yang lebih tebal yang tersusun dari sel-sel mesothelial dan juga
tersusun dari jaringan ikat seperti kolagen dan elastis. Sedangakan jika pada jaringan ikat
tersebut banyak tersusun kapiler dari intercostalis dan mamaria interna,pada pembuluh
limfe banyak terdapat reseptor saraf sensoris yang sangat peka terhadap rangsangan rasa
sakit dan juga perbedaan temperature. Yang keseluruhannya tersusun dari intercostalis
pada dinding dada dan alirannya pun akan sesuai dengan dermatom dada. Sehingga
dapat mempermudah dinding dada yang berada di atasnya menempel dan melepas.
Sehingga berfungsi untuk memproduksi cairan pleura. Kedua lapisan pleura tersebut
saling berkaitan dengan hilus pulmonalis yang berfungsi sebagai penghubung pleura
(ligament pulmonalis). Pada lapisan pleura ini terdapat rongga yang dinamakan cavum
pleura. Cavum pleura memiliki sedikit kandungan cairan pleura yang berfungsi untuk
menghindari adanya gesekan antar pleura saat sedang melakukan proses pernapasan.
2.1.3 Etiologi
Menurut Darmanto (2016), ada beberapa factor yang menjadi penyebab
dari efusi pleura adalah sebagai berikut:
2.1.3.1 Efusi Pleura Transudatif
Efusi pleura transudatif terbentuk dari ultrafiltrasi zmembran yang
mengandung cairan protei rendah. Efusi pleura transudatif dapat dibebakan
berbagai faktor antara lain disebabkan oleh gagal jantung kongestif, emboli pada
paru, sirosis hati atau yang merupakan penyakit pada intraabdominal, dialisis
peritoneal, hipoalbuminemia, sindrom nefrotik, glomerulonefritis akut, retensi
garam maupun setelah pembedahanv jantung.
2.1.3.2 Efusi Pleura Eksudatif
Efusi pleura eksudatif terbentuk dari sekresi aktif atau kebocoran
membran dan mengandung protein yang tingggi. Eksudatif terjadi akibat adanya
peradangan atau proses infiltrasi pada pleura maupun jaringan yang berdekatan
dengan pleura. Selain itu adanya kerusakan pada dinding kapiler juga dapat
mengakibatkan terbentuknya cairan yang mengandung banyak protein keluar dari
pembuluh darah dan berkumpul pada rongga pleura. Penyebab efusi pleura
eksudatif juga bisa di sebabkan oleh adanya bendungan pada pembuluh limfe
penyebab lainnya dari efusi pleura eksudatif yaitu adanya neoplasma, infeksi,
penyakit jaringan ikat, penyakit intraabdominal dan imunologik.
1. Neoplasma
Neoplasma dapat menyebkan efusi pleura dikarenakan karsinoma
bronkogenik karena dalam keadaan tersebut jumlah leukosit
>2.500/mL. yang terdiri dari limfosit, sel maligna, dan sering terjadi
reakumulasi setelah terasentesis, selain itu tumor metatastik yang
berasal dari karsinoma mammae lebih sering bilateral dibandingkan
dengan karsinoma bronkogenik yang diakibatkan adanya
penyumbatan pembuluh limfe atau adanya penyebaran ke daerah
pleura. Penyebab lainnya adalah limfoma, mesotelimoa dan tumor
jinak ovarium atau sindrom meig.
2. Infeksi
Penyebab dari efusi pleura eksudatif adalah infeksi,
mikroorganismenya adalah virus, bekteri, mikoplasma maupun
mikobakterium. Bakteri dari pneumonia akut jarang sekali dapat
menyebabkan efusi pleura eksudatif, efusi pleura yang mengandung
nanah disertai mikroorganisme di sebut dengan empyema. Selain
empyema pneumonia yang disebabkan oleh virus dan mikoplasma
juga dapat menyababkan efusi pleura.
3. Penyakit jaringan ikat
Penyakit jaringan ikat yang dapat menyababkan efusi pleura adalah
seperti lupus eritematosus sistemik dan artritis rheumatoid.
4. Penyakit intraabdominal
Efusi pleura yang disebabkan oleh penyakit intra abdominalis tidak
hanya dapat menyebabkan efusi pleura eksudatif saja tetapi dapat juga
menyebabkan efusi pleura transudatif tergantung pada jenis
penyababnya. Penyakit intraabdominal yang dapat menyebabkan efusi
pleura eksudatif adalah kasus pasca bedah abdomen, perforasi usus,
dan hepatobiliar yang dapat menyababkan abses subdiafragmatika.
Hal yang sering ditemukan sebagai penyabab efusi pleura dari
penyakit intra abdominalis adalah abses hepar karena amoba.
5. Imunologik
Imunologik yang dapat menyababkan efusi pleura adalah seperti efusi
rheumatoid, efusi lupus, efusi sarkoidosis, granulomatosis wagener,
sindrom sjogren, paska cedera jantung, emboli paru, paru uremik dan
sindrom meig.
2.1.3.3 Efusi pleura rheumatoid banyak di jumpai pada pasien laki-laki
dibandingkan pada pasien perempuan. Biasanya pasien rheumatoid
tingkat sedang sampai berat yang mempunyai nodul subkutan dapat
menyabkan efusi pleura rheumatoid. Pada pasien efusi pleura
rheumatoid pasien mengaluhkan nyeri pleuritik dan sesak napas.
2.1.3.4 Efusi pleura hemoragis
Efusi pleura hemoragis merupakan efusi pleura yang di sebakan oleh
trauma, tumor, infark paru maupun tuberkolosis.
2.1.3.5 Berdasarkan lokasi cairan yang terbentuk
Penyebab efusi pleura dari lokasi terbentuknya dapat dibagi menjadi
dua bagian yaitu unilateral dan bilateral. Jenis efusi pleura unilateral tidak ada
kaitannya dengan penyebab penyakit tetapi efusi pleura bilateral dapat ditemukan
pada penyakit-penyakit berikut seperti gagal jantung kongestif, sindroma nefrotik,
asites, infark paru, tumer dan tuberkolosis.
2.1.3.6 Analisis cairan pleura
Menurut Dramanto (2016), analisa dari cairan pleura adalah sebagi
berikut. Cairan pleura secara maksroskopik diperiksa warna, turbiditas, dan bau
dari cairannya.
Efusi pleura transudate cairannya biasanya jernih, transparan,
berawarna kuning jerami dan tidak memiliki bau. Sedangakan cairan dari pleura
yang menyerupai susu bisanya mengandung kilus (kilotoraks). Cairan pleura
yang berbau busuk dan mengandung nanah biasanya disebabkan oleh bakteri
anaerob. Cairan yang berwarna kemerahan biasanya mengandung darah,
sedangkan jika berwarna coklat biasanya di sebabkan oleh amebiasis. Sel darah
putih dalam jumlah banyak dan adanya peningkatan dari kolesterol atau
trigliserida akan menyebabkan cairan pleura berubah menjadi keruh (turbid).
Setelah dilakukan proses sentrifugasi, supernatant empiema menjadi jernih dan
berubah menjadi warna kuning, sedangkan jika efusi disebabkan oleh kilotoraks
warnanya tidak akan berubah tetap seperti berawan.
Sedangkan jika dilakukan sentripugasi. Penambahan 1 mL darah pada
sejumlah volume cairan pleura sudah cukup untuk menyababkan perubahan pada
warna cairan menjadi kemerahan yang di sebabkan darah tersebut mengandung
5000-10.000 sel eritrosit. Efusi pleura yang banyak mengandung darah (100.000
eritrosit/mL) Memicu dugaan adanya trauma, keganasan atau emboli dari paru.
Sedangkan cairan pleura yang kental dan terdapat darah biasanya disebabakn
adanya keganasan. Jika hematocrit cairan pleura melebihi 50% dari hematocrit
dari darah perifer, termasuk dalam hemotoraks.
2.1.5 Patofisiologi
Letak dari pleura viseralis dan pleura perietalis saling berhadapan dan
hanya dipisahkan oleh selaput tipis cairan serosa, lapisan cairan ini
memperlihatkan adanya keseimbangan antara transudasi dan kapiler- kapiler
pleura dan rearbsorbsi oleh vena viscelar dan parietal dan juga saluran getah
bening. Karena efusi pleura merupakan pengumpulan cairan yang berada pada
rongga pleura dalam jumlah yang berlebih di dalam rongga pleura viseralis dan
parietalis, sehingga masalah tersebut dapat menyebabkan ekspansi dari paru dan
menyebabkan pasien bernapas dengan cepat (takipnea) agar oksigen dapat
diperoleh secara maksimal. Dari masalah tersebut maka klien mengalami
gangguan dalam keefektifan pola pernapasannya. Ketidakefektifan pola napas
merupakan suatu kondisi dimana pasien mengalami penurunan dalam ventilasi
yang actual atau potensial yang disebabkan oleh perubahan pola napas.
Umumnya kasus ini di tegakkan pada diagnosa hiperventilasi.
Ketidakefektifan pola napas di tandai dengan dyspnea, takipnea, perubahan
kedalaman pernapasan, sianosis dan perubahan pergerakan dinding dada
(Somantri, 2012).Efusi pleura dapat berupa eksudat maupun transudate. Transudat
dapat disebabkan jika adanya peningkatan tekanan vena pulmonalis misalnya
pada penderita payah jantung kongestif. Keseimbangan kekeuatan menyebabkan
pengeluaran cairan dari pembuluh Transudasi juga dapat menyebab kan
hypoproteinemia sperti pada penyakit hati dan ginjal. Jika efusi pleura
mengandung nanah maka si sebut empyema. Empyema disebabkan oleh perluasan
infeksi dari struktur yang berdekatn dan merupakan komplikasi dari pneumonia
abses paru-paru maupun perporasi karsinoma kedalam rongga pleura. Jika
empyema tida tertangani dengan drainage maka akan membahayakan dinding
thorak. Eksudat akibat peradangan akan mengalami organisasi dan terjadi
perlekatan fibrosa antara pleura viseralis dan parietalis di sebut dengan
fibrothoraks. Jika fibrothoraks luas maka dapat menimbulkan hambatan
mekanisme yang berat pada jaringan-jaringan yang terdapat dibawahnya (Saferi &
Mariza, 2013).
WOC EFUSI PLEURA Etiologi
- Efusi Pleura Transudatif adalah
infeksi mikroorganismenya (virus, Pemeriksaan Penunjang
Efusi pleura merupakan suatu keadaan bekteri, mikoplasma, mikobakterium) - Poto Thoraks
yang ditandai dengan adanya - CT Scan
- Efusi Pleura Eksudatif mengandung
penumpukan cairan pada rongga pleura - Pemeriksaan
nanah disertai mikroorganisme Laboratorium
yang berada di permukaan pleura
visceral dan pleura pariental
Efusi Pleura
2.2.2 Diagnosa
1. Gangguan Pertukaran Gas berhubunfgan dengan ketidak seimbangan
ventilasi perfusi
2. Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan obstruksi jalan
nafas, mucosa sekret berlebihan.
3. Pola nafas tidak efektif
4. Nyeri akut berhubungan dengan agen injury: fisik ditandai dengan
mengkomunikasikan nyeri secara verbal
5. Hipertermi berhubungan dengan proses inflamasi ditandai dengan
peningkatan suhu tubuh diatas rentang normal
6. Intoleransi aktifitas berhubungan dengan ketidakseimbangan antara
suplai oksigen dengan kebutuhan
7. Risiko infeksi berhubungan dengan tidak adekuat pertahanan tubuh
primer (cairan tubuh statis), prosedur invasif
2.2.3 Intervensi Keperawatan
Bersihan jalan napas tidak Bersihan jalan nafas (SLKI,L.01001, Hal18) Manajemen Jalan Nafas Buatan (I.01012 Hal. 187)
efektif (D.0001 Hal. 18) Setelah dilakukan asuhan keperawatan selama 1x7 jam Observasi
diharapkan penurunan produksi sekret, obstruksi jalan Monitor posisi selang endotrakeal (ETT), terutama setelah
nafas untuk mempertahankan kepatenan jalan nafas. mengubah posisi
Dengan kriteria hasil : Monitor tekanan balon ETT setiap 4-8 jam
1. Produksi sputum menurun Monitor area stoma trakeostomi (mis. Kemerahan,
2. Dispnea menurun drainase, perdarahan)
3. Sulit berbicara sedang Terapeutik
4. Sianosis menurun 1. Kurangi tekana balon secara periodik setiap shif
5. Frekuensi nafas membaik 2. Pasang oropharingeal airway (OPA) untuk mencegah ETT
6. Pola nafas membaik tergigit
3. Cegah ETT terlipat (kinking)
4. Berikan pre0oksigenasi 100% selama 30 detik (3-6 kali
ventilasi) sebelum dan setelah pengisapan
5. Berikan volume pre-oksigenasi (bagging atau ventilasi
mekanik) 1,5 kali volume tidal
6. Lakukan pengisapan lendir kurang dari 15 detik jika
diperlukan (bukan secara berkala/rutin)
7. Gantik fikasi ETT setiap 24 jam
8. Ubah posisi ETT secara bergantian (kiri dan kanan) setiap
24 Jam
9. Lakukan perawatan mulut(mis, dengan sikat
gigi,kasa,pelembab bibir)
10. Lakukan perawatan trakeostomi
Edukasi
1) Jelaskan pasien dan/atau keluarga tujuan dan prosedur
pemasangan jalan nafas buatan
2) Kolaborasi intubasi ulang jika terbentuk mocus plug yang
tidak dapat di lakukan pengisapan
Pola napas tidak efektif Pola nafas SLKI (L.08066 hal 145 ) Menajemen jalan nafas (I.01011 hal: 186)
(D.0005 Hal.26) Setelah di lakukan tindakan selama 1x7 jam di Observasi
harapkan inspirasi/ekspirasi tidak memberikan 1. Monitor pola nafas (frekuensi, kedalaman, usaha
ventilasi adekuat dengan kriteria hasil : nafas)
1. Dispnea menurun skor 5 2. Monitor bunyi nafas (mis. Gurgling, mengi, wheezing,
2. Penggunaan alat bantu otot nafas menurun skor 5 ronki kering)
3. Ortopnea menurun skor 5 3. Monitor sputum (jumlah, warna, aroma)
4. Pernafasan pursed lip menurun skor 5 Terapeutik
5. Pernafasan cuping hidung menurun skor 5 1. Pertahankan kepatenan jalan nafas dengan head lift
6. Frekuensi nafas membaik skor 5 dan chin lift (jaw-thrust jika dicurigai trauma sevikal)
7. Kedalaman nafas membaik skor 5 2. Posisikan semi-fowler atau fowler
3. Berikan minuman hangat
4. Lakukan fisioterapi dada, jika perlu
5. Lakukan pengisapan lendir kurang dari 15 detik
6. Lakukan hiper oksigenasi sebelum pengisapan
endotrakeal
7. Keluarkan sumbatan benda padat dengan forsep Mcgil
8. Berikan oksigenasi, jika perlu
Edukasi
1. Anjurkan asupan cairan 200ml/hari, jika tidak
kontraindikasi
2. Ajarkan teknik batuk efektif
3. Kolaborasi pemberian bronkodilator,ekspektoran,
mukolitik,
Nyeri Akut berhubungan Setelah di lakukan asuhan keperawatan selam kurang 1. Identifikasi lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi,
dengan lebih 1x 24 Jam, diharap klien tidak mengeluhkan kualitas, intensitas nyeri
tentang ketidaknyamanan lagi dengan kriteria hasil : 2. Identifikasi faktor yang memperberat dan
- keluhan nyeri : 4 memperingan nyeri
- meringis : 4 3. Cegah aktivitas pemicu agresi
- kesulitan tidur menurun : 4 4. ajarkan tentang teknik non farmakologi seperti
- frekuensi nadi membaik : 4 rileksasi, tarik nafas dalam
- pola nafas : 4 5. anjurkan klien untuk menghindari aktivitas yang berat
- Tekanan darah : 4 dan menggunakan tehnik relaksasi jika masih terasa
nyeri
6. kolaborasi dengan dokter dalam pemberian analgetik
untuk mengurangi nyeri
Hipertermi berhubungan Termoregulasi SLKI (L.14134 Hal.129) Manajemen hipertermia (SDKI, I.15516, hal. 181)
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1 x7 Observasi
dengan infeksi (D.0130 Hal.
jam diharapkan dengan kriteria hasil: 1. Identifikasi penyebab hipertermia (mis. Dehidrasi,
284) 1. Kulit merah menurun terpapar lingkungan panas, penggunaan inkubator)
2. Kejang menurun 2. Monitor suhu tubuh
3. Akrosianosis menurun 3. Monitor kadar elektrolit
4. Konsumsi oksigen sedang 4. Monitor haluaran urine
5. Piloereksi menurun 5. Monitor komplikasi akibat hipertermia
6. Vasokontriksi perifer menurun Terapeutik
7. Kutis memorata menurun 1. Sediakan lingkungan yang dingin
8. Pucat menurun 2. Longgarkan atau lepaskan pakaian
9. Takikardi menurun 3. Basahi dan kipasi permukaan tubuh
10. Takipnea menurun 4. Berikan cairan oral
11. Bradikardi menurun 5. Ganti linen setiap hari atau lebih sering jika
12. Dasar kuku sianotik menurun mengalami hiperhidrosis (keringat berlebih)
13. Hipoksia menurun 6. Lakukan pendinginan eksternal (mis. Selimut
hipotermia atau kompres dingin pada dahi, leher dada,
abdomen, aksila)
7. Hindari pemberian antipiretik atau aspirin
8. Berikan oksigen, jika perlu
Edukasi
1. Anjurkan tirah baring
Kolaborasi
Kolaborasi pemberian cairan dan elektrolit intravena, jika
perlu
Intoleransi aktifitas Setelah di lakukan asuhan keperawatan selam kurang 1. Identifkasi gangguan fungsi tubuh yang
lebih 1 x 24 Jam, diharap klien dapat beraktifitas
berhubungan dengan mengakibatkan kelelahan
seperti biasa kriteria hasil :
kelemahan fisik - Frekuensi nadi 4 2. Monitor kelelahan fisik dan emosional
- Saturasi oksigen :4 3. Monitor pola dan jam tidur
- Tekanan darah : 4 4. Sediakan lingkungan nyaman dan rendah stimulus
- Frekuensi napas : 4 (mis. cahaya, suara, kunjungan)
- Ekg iskemia :4 5. Lakukan rentang gerak pasif dan/atau aktif
6. Anjurkan tirah baring
7. Anjurkan melakukan aktivitas secara bertahap
Kolaborasi dengan ahli gizi tentang cara meningkatkan
asupan makanan
Risiko Infeksi Setelah di lakukan asuhan keperawatan selam kurang 1. Monitor tanda dan gejala infeksi local dan sistrmik
lebih 1x 24 Jam, diharap klien tidak mengalami 2. Berikan perawatan kulit pada area edema
risiko feksi lagi dengan kriteria hasil : 3. Cuci tangan sebelum dan sesudah kontak dengan pasien
- Kebersihan tangan 5 dan lingkungan pasien
- Kebersihan badan 5 4. Pertahankan Teknik aseptic pada pasien berisiko tinggi
- Kemerahan 5 5. Jelaskan tanda dan gejala infeksi
- Nyeri menurun 5 6. Kolaborasi pemeberian imunisasi, jika perlu
- Cairan berbau busuk menurun 5
( SLKI L.14137 Hal 139)
Gangguan Pertukaran Gas Setelah di lakukan tindakan selama 1x4 jam di 1. Monitor frekuensi, irama, kedalaman dan uaya napas
harapkan inspirasi /ekspirasi tidak memberikan 2. Monitor pola napas
ventilasi adekuat dengan kriteria hasil : 3. Monitor kemamuan batuk efektif
- Bunyi nafas tambahan menurun 4. Monitor ada produksi sputum
- PCO2 Meningkat 5. Monitor adanya sumbatan jalan napas
- PO2 meningkat 6. Monitor saturasi oksigen
Pola nafas membaik 7. Monitor nilai AGD
8. Dokumentasi hasil pemantauan
7. Jelaskan tujuan dan prosedur pemantauan
2.2.4 Implementasi
Implementasi adalah suatu perencanaan dimasukkan dalam tindakan,
selama fase implementasi ini merupakan fase kerja aktual dari proses
keperawatan. Rangkaian rencana yang telah disusun harus diwujudkan dalam
pelaksanaan asuhan keperawatan. Pelaksanaan dapat dilakukan oleh perawat yang
bertugas merawat klien tersebut atau perawat lain dengan cara didelegasikan pada
saat pelaksanaan kegiatan maka perawat harus menyesuaikan rencana yang telah
dibuat sesuai dengan kondisi klien maka validasi kembali tentang keadaan klien
perlu dilakukan sebelumnya.
2.2.5 Evaluasi
Evaluasi merupakan tahap akhir dari proses perawatan untuk mengukur
keberhasilan dari rencana perawatan dalam memenuhi kebutuhan klien Bila
masalah tidak dipecahkan atau timbul masalah baru, maka perawat harus berusaha
untuk mengurangi atau mengatasi beban masalah dengan meninjau kembali
rencana perawatan dengan menyesuaikan kembali terhadap keadaan masalah yang
ada.
BAB 3
ASUHAN KEPERAWATAN
3.1 Pengkajian Keperawatan
RS dr.Doris Sylvanus Palangkaraya RM........ /ASKEP...... /2022
Tanggal : 28 /03/2022 Pukul : 13.30 WIB
A. Data Umum
Nama : Ny Ranttyah
DOKUMEN ASUHAN KEPERAWATAN
Tgl.Lahir : 09/09/1964 (P)
GAWAT DARURAT TERINTEGRASI
No. RM : 39.68.24
Penderita/ Rujukan
( ) Datang sendiri, diantar oleh : keluarga
( ) Dikirim dari puskesmas/ RB/RS…………………………………………… Dengan pengantar dari paramedis / bidan/ perawat/ dokter
( ) Dikirim oleh polisi :………………………………………………………… Dengan/
B. Kesehatan Umum Riwayat Alergi : Riwayat
Keluhan saat MRS / mekanisme kejadian : Alergi: ( ) tidak
Pasien datang ke IGD RSUD Dr. Doris Sylvanus 28 Maret 2022 dibawa oleh keluarga pasien mengatakan mengeluh sesak ( ) Ya: jenis alergi:
napas, di IGD dilakukan pemeriksaan didapatkan TD. 121/80 mmHg, N. 131x/menit, RR. 30x/menit, S.36.6°C, akral hangat, ______________________
( ) Obat, jelaskan
nafas terlihat cepat, pasien di rawat di triase kuning dan diberikan tindakan pemasangan O2 nasal kanul 4 lpm, inf. WIDA KN
_______________________
2 500 ml/12jam, inj. Ceftriaxone 1x2 gr IV, inj. Resfar 1x5gr inj. Lansoprazole 1x1, Nebulizer combivent 4x/hari ( ) Makanan, jelaskan
____________________
( ) lain-lain, jelaskan
_____________________
Riwayat Penyakit / Pengobatan : Riwayat ca mamae dan nsclc , dan pasien tidak memiliki riwayat DM dan jantung
C. Data Khusus
Prioritas Triage: Biru Merah Kuning Hijau Putih Hitam
(Prioritas 1) (Prioritas 2) (Prioritas 3) (Prioritas 4) (Prioritas 5) (Prioritas 0)
JALAN NAPAS PERNAPASAN SIRKULAS KETIDAKMAMPUAN KETERPAPARAN
(AIRWAY) (BREATHING) (DISABILITY) (EXPOSURE)
.; I
Terbatas □ Spontan Nadi : □ Kuat Respon : Jejas :
Ronchi □ SpO2: 99.% Sadar □ Nyeri □ Ya:
CRT : < 2’ □ > 2’
Pupil : Isokor Lokasi:
Warna kulit: Pucat Reflek : +/+
GCS : E4V5M6
Perdarahan : Tidak ada
Turgor kulit : Baik
D. PRIMARY
SURVEY
Akral hangat
- Leher :
Tidak ada trauma/jejas di area leher, tidak tampak pembesaran JVP
- Extremitas : Kekuatan otot ekstremitas atas 5/5, kekuatan otot ekstremitas bawah 5/5 Hasil CT scan :
Hasil EKG :
Konsultasi Spesialis :
Dr. Spesialis Paru
NRS
DIAGNOSA MEDIS : Efusi Plura WBS
WSD CITO
KONDISI PSIKOLOGI
Masalah perkawinan : tidak ada □ ada : Cerai / istri baru / simpanan / lain-lain : ........................................................................
Mengalami kekerasan fisik : tidak ada □ ada Mencederai diri / orang lain : □ pernah tidak pernah
Trauma dalam kehidupan : tidak ada □ ada Jelaskan : .......................................................................................................................
Gangguan tidur : tidak ada □ ada
Konsultasi dengan
: tidak ada □ ada
psikologi/psikiater
Pekerjaan Tidak
Bekerja
Pembiayaan kesehatan Asuransi
Kebiasaan □ Merokok □ Alkohol □ Lainnya : ............. Jenis dan jumlah per hari : ...................................
Agama □ Islam
1. Bersihan jalan nafas tidak efektif beruhubungan dengan peningkatan □ Kaji tanda-tanda vital pasien
sekresiditandai dengan Pasien tampak sesak, Pasien tampak gelisah, □ Kaji frekuensi, irama, kedalaman dan upaya nafas
Pasien dengan posisi semi fowler, Pasien terpasang nasal kanul 4 l/menit,
Batuk disertai dahak (+), Jalan Napas : terbatas, suara nafas wheezing, □ Kaji kemampuan batuk efektif
SpO2: 99% CRT : □ < 2’, Respon : Sadar, TD 121/80 mmHg, N □ Kaji adanya produksi sputum
131x/menit, S 36 ºC, Rr 30 x/menit □ Kaji adanya sumbatan jalan nafas
□ Ajarkan teknik relaksasi nafas dalam
Berikan oksigen sesuai dengan kebutuhan pasien
□ Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian bronkodilator
NAMA
TENAGA KESEHATAN
TERANG/
TANGGAL PUKUL H. IMPLEMENTASI TENAGA KESEHATAN (PERAWAT, DOKTER,
TANDA
AHLI GIZI DLL)
TANGAN
28/03/2022 17.25 Mengkaji tanda-tanda vital pasien Perawat Krisevi
WIB H
28/03/2022 Mengkaji frekuensi, irama, kedalaman dan Perawat Krisevi
upaya nafas H
28/03/2022 Mengkaji kemampuan batuk efektif Perawat Krisevi
H
28/03/2022 Mengkaji adanya produksi sputum Perawat Krisevi
H
28/03/2022 Mengkaji adanya sumbatan jalan nafas Perawat Krisevi
H
28/03/2022 Mengajarkan teknik relaksasi nafas dalam Perawat Krisevi
H
28/03/2022 Memberikan oksigen sesuai dengan Perawat Krisevi
kebutuhan pasien H
28/03/2022 Berkolaborasi dengan dokter dalam Perawat Krisevi
pemberian bronkodilator H
28/03/2022 Mengidentifikasi penyebab hipertermi (mis. Perawat Krisevi
Dehidrasi, terpapar lingkungan panas) H
28/03/2022 Melonggarkan atau melepaskan pakaian Perawat Krisevi
H
28/03/2022 Memberikan cairan oral Perawat Krisevi
H
28/03/2022 Berkolaborasi pemberian cairan dan elektrolit Perawat Krisevi
intravena H
I.
( Krisevi Handayani)
ANALISA DATA
DATA SUBJEKTIF DAN DATA KEMUNGKINA DIAGNOSA
OBJEKTIF N PENYEBAB
S : Pasien mengeluhkan sesak napas Gangguan Gangguan Pertukaran
O: Metabolisme Gas
- Pasien tampak gelisah ↓
- Pola napas abnormal (cepat) Kelelahan Otot
- Warna kulit pasien pucat Pernafasan
- PO2 Menurun : 23 ↓
- PCO2 menurun : 62 Gangguan
- pH arteri meningkat : 7,45 pertukaran Gas
- Bunyi nafas tambahan : roncki
- TD 121/80 mmHg
- N 131 x/menit
- S 38,6 ºC
- Rr 30 x/menit
S : Pasien mengatakan mengeluh sesak Hipersekresi jalan Bersihan jalan nafas
nafas, batuk nafas tidak efektif
↓
O: Sekresi yang
- Pasien tampak sesak tertahan
- Pasien tampak gelisah ↓
- Pasien dengan posisi semi fowler Proses infeksi
- Pasien terpasang nasal kanul 4 l/menit ↓
- Batuk disertai dahak (+) Bersihan jalan
- Jalan Napas : terbatas nafas tidak efektif
- Nafas cepat
- Suara nafas wheezing
- SpO2: 99% CRT : □ < 2’
- Respon : Sadar
- TD 121/80 mmHg
- N 131 x/menit
- S 38,6 ºC
- Rr 30 x/menit
PRIORITAS MASALAH
A:
- Bersihan jalan nafas tidak efektif
P:
- Mengkaji tanda-tanda vital pasien
- Mengkaji frekuensi, irama, kedalaman dan
upaya nafas
- Mengkaji kemampuan batuk efektif
- Mengkaji adanya produksi sputum
- Mengkaji adanya sumbatan jalan nafas
- Mengajarkan teknik relaksasi nafas dalam
DAFTAR PUSTAKA
Potter, Patricia A., and Perry, Anne Griffin. 2006. Fundamental Keperawatan.
Volume 2. Jakarta: EGC
Guyton & Hall.2008.Buku ajar fisiologi kedokteran. Jakarta: Penerbit Buku
kedokteran EGC
Smeltzer, Suzanne (2002). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah (Brunner &
Suddart). Jakarta: Penerbit Buku kedokteran EGC
ansjoer, Arif, dkk. 2001. Kapita Selekta Kedokteran, Jilid I. Media Aesculapius.
Jakarta
NANDA International. 2011. Diagnosis Keperawatan : Definisi dan Klasifikasi
2009-2011. Jakarta : EGC.
Dochterman, Joanne M. & Bulecheck, Gloria N. 2004. Nursing Interventions
Classification : Fourth Edition. United States of America : Mosby.
Moorhead, Sue et al. 2008. Nursing Outcomes Classification : Fourth Edition.
United States of America : Mosby