Anda di halaman 1dari 9

PENYAKIT SISTEM RESPIRASI DAN PATOMEKANISME

EFUSI PLEURA

Tugas ini disusun untuk memenuhi tugas


Mata Kuliah Patologi KardioPulmonal

Disusun Oleh
Kelompok 5 D3 B Fisioterapi

1. Barorotul Kirom (P27226022141)


2. Harima Nabila (P27226022148)
3. Muhammad Rafli Bramantyo (P27226022155)
4. Nayarendra syaidina andrian (P27226022158)
5.Syaffanah Laili Mumtaz (P27226022167)
6. Syifa Azzahra Muhardani (P27226022168)

Dosen pengampu : Mei Kusumaningtyas, Ftr., M. KM

PROGRAM STUDI DIPLOMA III FISIOTERAPI

JURUSAN FISIOTERAPI

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES SURAKARTA

2023
EFUSI PLEURA

A. Definisi

Efusi pleura adalah suatu keadaan terdapatnya akumulasi cairan dengan


jumlah berlebihan pada rongga pleura, yang normalnya memiliki sejumlah cairan (5-
15ml) yang berfungsi sebagai pelumas pada permukaan pleura agar bergerak tanpa
adanya friksi (Puspita, et al., 2017). Efusi pleura adalah akumulasi cairan di antara
pleura parietal dan visceral, yang disebut rongga pleura. Ini dapat terjadi dengan
sendirinya atau dapat merupakan akibat dari penyakit parenkim di sekitarnya seperti
infeksi, keganasan, atau kondisi peradangan. Efusi pleura merupakan salah satu
penyebab utama mortalitas dan morbiditas paru.
Efusi pleura adalah penumpukan cairan di dalam ruang pleural, proses
penyakit primer jarang terjadi namun biasanya terjadi sekunder akibat penyakit lain.
efusi dapat berupa cairan jernih, yang mungkin merupakan transudate, eksudat, atau
dapat berupa darah atau pus. Efusi pleural adalah pengumpulan cairan dalam ruang
pleura yang terletak diantara permukaan visceral dan parietal, proses penyakit primer
jarang terjadi tetapi biasanya merupakan penyakit sekunder terhadap penyakit lain.
secara normal, ruang pleural mengandung sejumlah kecil cairan (5 sampai 15ml)
berfungsi sebagai pelumas yang memungkinkan permukaan pleural bergerak tanpa
adanya friksi (Utama, 2018:18).

B. Patologi Anatomi

Patologi anatomi merupakan cabang iImu kedokteran yang berkaitan dengan


penegakan diagnosis suatu penyakit melalui pemeriksaan spesimen berupa cairan/ sel
(sitologi) maupun jaringan/organ (histopatologi).Diagnosis efusi pleura ganas adalah
dengan penemuan sel ganas pada cairan pleura atau jaringan pleura (Syahrudin, et. al.,
2009). Efusi cairan pleura ganas dapat dilakukan dengan pemeriksaan patologi
anatomi dengan metode pemeriksaan sitologi dan pemeriksaan histopatologi bloksel.
Pemeriksaan sitologi adalah pemeriksan yang dilakukan untuk mencari dan menilai
setiap struktur sel yang digunakan untuk deteksi kanker serta kelainan genetik dan
hormonal, dilanjutkan dengan pemeriksaan histologi bloksel pada teknik pemeriksaan
ini menggunakan bahan sisa dari pemeriksaan sitologi (Boon& Drijver, 2006).

1. Sitologi
Pemeriksaan sitologi terhadap cairan pleura amat penting untuk diagnostik
penyakit pleura, terutama bila ditemukan sel-sel patologis atau dominasi sel-
sel tertentu.Kriteria morfologi sel menggunakan sitologi cairan pleura tidak
selalu memberikan akurasi diagnostik yang tepat karena gambaran
sitomorfologik antara sel mesotel atipik reaktif dan sel epitel ganas pada
mesotelioma, metastase adenocarcinoma dan limfoma, sulit dibedakan karena
memiliki gambaran sitologik yang hampir sama. Sitologi cairan pleura
kadang-kadang sulit menggambarkan penyebab dari efusi pleura (Antony, et.
al., 2011; Nam, et. al., 2014). Pemeriksaan sitologi sangat penting dalam
menentukan terapi yang akan diberikan, dengan sensitifitas 91-94%,
spesifisitas 93% dan akurasi 87% berperan penting untuk pembantu diagnosa
(Novianto, 2004).

2. Histopatologi

Sumber : medicinenet.com

Rongga pleura dibentuk oleh membrane serosa yang kuat dan


mesodem. Pleura parietalis terletak diluar dan membungkus rongga dada
bagian dalam sedangkan pleura viseralis membungkus paru. Tebal rongga
pleura 10-20 mikron, berisi cairan 25-50 cc yang berfungsi sebagai pelican
agar dapat bergerak leluasa saat bernapas.Pleura parientalis dan viseralis
terdiri atas mesotel (yang memproduksi cairan), membrane basalis, jaringan
elastic dan kolagen, pembuluh darah dan limfe, membrane pleura bersifat
semipermeabel.Sejumlah cairan terus merembes keluar dari pembuluh darah
yang melalui pleura parietal.Cairan ini yang diserap oleh pembuluh darah
pleura viseralis, dialirkan ke pembuluh limfe dan kembali ke darah.Di Antara
kedua lapisan ini terdapat rongga yang disebut cavum pleura.Cavum ini
terdapat sedikit cairan pleura yang berfungsi agar tidak terjadi gesekan antara
pleura pada saat pernapasan. Keluar masuknya cairan ke pleura harus
seimbang agar nilai cairan pleura dapat dipertahankan( Astowo, 2013).

C. Patofisiologi

Letak dari pleura viseralis dan pleura parietalis saling berhadapan dan hanya
dipisahkan oleh selaput tipis cairan serosa, lapisan cairan ini memperlihatkan adanya
keseimbangan antara transudasi dan kapiler. kapiler pleura dan reabsorbsi oleh vena
visceral dan parietal dan juga saluran getah bening. Karena efusi pleura merupakan
pengumpulan cairan yang berada pada rongga pleura dalam jumlah yang berlebih di
dalam rongga pleura viseralis dan parietalis, sehingga masalah tersebut dapat
menyebabkan ekspansi dari paru dan menyebabkan pasien bernapas dengan cepat
(takipnea) agar oksigen dapat diperoleh secara maksimal. Dari masalah tersebut maka
mengalami gangguan dalam keefektifan pola pernapasannya. Ketidakefektifan pola
napas merupakan suatu kondisi dimana pasien mengalami penurunan dalam ventilasi
yang aktual atau potensial yang disebabkan oleh perubahan pola napas. Umumnya
kasus ini ditegakkan pada diagnosa hiperventilasi. Ketidakefektifan pola nafas
ditandai dengan dyspnea, takipnea, perubahan kedalaman pernapasan, sianosis dan
perubahan pergerakan dinding dada (Somantri, 2012).

Sumber : medcomic.com

Efusi pleura dapat berupa eksudat maupun transudate. Transudat dapat


disebabkan jika adanya peningkatan tekanan vena pulmonalis misalnya pada
penderita payah jantung kongestif. Keseimbangan kekuatan menyebabkan
pengeluaran cairan dari pembuluh Transudasi juga dapat menyebabkan
hipoproteinemia seperti pada penyakit hati dan ginjal. Jika efusi pleura mengandung
nanah maka disebut empyema. Empiema disebabkan oleh perluasan infeksi dari
struktur yang berdekatan dan merupakan komplikasi dari pneumonia abses paru-paru
maupun perforasi karsinoma kedalam rongga pleura. Jika empyema tidak tertangani
dengan drainage maka akan membahayakan dinding thorax. Eksudat akibat
peradangan akan mengalami organisasi dan terjadi perlekatan fibrosa antara pleura
viseralis dan parietalis disebut dengan fibrotoraks. Jika fibrothoraks luas maka dapat
menimbulkan hambatan mekanisme yang berat pada jaringan-jaringan yang terdapat
di bawahnya (Saferi & Mariza, 2013).

Pada orang dewasa normal yang sehat, rongga pleura memiliki cairan yang
minimal, yang berfungsi sebagai pelumas untuk kedua permukaan pleura. Jumlah
cairan pleura sekitar 0,1 ml/kg hingga 0,3 ml/kg dan terus-menerus dipertukarkan.
Cairan pleura berasal dari pembuluh darah permukaan pleura parietal dan diserap
kembali oleh limfatik di permukaan diafragma dan mediastinum tergantung dari
pleura parietal. Tekanan hidrostatik dari pembuluh darah sistemik yang mensuplai
pleura parietalis diduga mendorong cairan interstitial ke dalam rongga pleura dan
karenanya memiliki kandungan protein yang lebih rendah daripada serum. Akumulasi
kelebihan cairan dapat terjadi jika produksi berlebihan atau penurunan penyerapan,
atau keduanya melebihi mekanisme homeostasis normal. Jika efusi pleura terutama
disebabkan oleh peningkatan tekanan hidrostatik, biasanya bersifat transudat.

D. Tanda dan Gejala

Menurut Saferi & Mariza (2013), tanda dan gejala yang ditimbulkan dari efusi pleura
yang berdasarkan dengan penyebabnya adalah:

1. Sesak napas
2. Rasa berat pada daerah dada
3. Bising jantung yang disebabkan payah jantung
4. Lemas yang progresif
5. Penurunan berat badan yang disebabkan neoplasma
6. Batuk disertai darah pada perokok yang disebabkan Ca bronkus
7. Demam subfebril yang disebabkan oleh TB Paru
8. Demam mengigil yang disebabkan empyema
9. Asites pada penderita serosis hati
10. Asites disertai tumor di daerah pelvis yang disebabkan oleh penderita sindrom
meig.

Pasien efusi pleura secara khas memperlihatkan keluhan dan gejala yang
berkaitan dengan kondisi patologis yang mendasari. Sebagian besar pasien dengan
efusi yang luas, khususnya pasien yang menderita penyakit paru sebagai penyebab
yang mendasari, akan mengeluh sesak napas (dispnea). Keluhan ini pada keadaan
efusi yang berkaitan dengan pleuritis akan disertai keluhan nyeri pleuritik dada.
Gambaran klinis lain bergantung pada penyebab efusi. (Kowalak, 2011:251).
Menurut (Padila, 2012:120), tanda dan gejala dari efusi pleura adalah sebagai
berikut:

1. Adanya timbunan cairan mengakibatkan perasaan sakit karena pergesekan, setelah


cairan cukup banyak rasa sakit hilang. Bila cairan banyak, penderita akan sesak napas.
2. Adanya gejala-gejala penyakit penyebab seperti demam, menggigil, dan nyeri dada
pleuritic (pneumonia), panas tinggi (kokus), subfebril (tuberkulosis), banyak keringat,
batuk, banyak riak.
3. Deviasi trachea menjauhi tempat yang sakit dapat terjadi jika terjadi penumpukan
cairan pleural yang signifikan.
4. Pemeriksaan fisik dalam keadaan berbaring dan duduk akan berlainan, karena cairan
akan berpindah tempat. Bagian yang sakit akan kurang bergerak dalam pernapasan,
fremitus melemah (raba dan vocal), pada perkusi didapati daerah pekak, dalam
keadaan duduk permukaan cairan membentuk garis melengkung (garis Ellis
Damoiseu).
5. Didapati segitiga Garland, yaitu daerah yang pada perkusi redup timpani dibagian atas
garis Ellis Domiseu. Segitiga Grocco-Rochfusz, yaitu daerah pekak karena cairan
mendorong mediastinum kesisi lain, pada auskultasi daerah ini didapati vesikuler
melemah dengan ronki.
6. Pada permulaan dan akhir penyakit terdengar krepitasi pleura.

Pertanyaan dan Jawaban Tentang Efusi Pleura

1. Apa pengertian dari efusi pleura?


Jawaban :

Efusi pleura adalah suatu keadaan terdapatnya akumulasi cairan dengan jumlah berlebihan
pada rongga pleura, yang normalnya memiliki sejumlah cairan (5-15ml) yang berfungsi
sebagai pelumas pada permukaan pleura agar bergerak tanpa adanya friksi (Puspita, et al.,
2017).

2. Bagaimana mendiagnosis efusi pleura ganas?

Jawaban:

Dengan menemukan sel ganas pada cairan pleura atau jaringan pleura (Syahrudin, et. al.,
2009). Efusi cairan pleura ganas dapat dilakukan dengan pemeriksaan patologi anatomi
dengan metode pemeriksaan sitologi dan pemeriksaan histopatologi bloksel.

3. Bagaimana letak dari pleura viseralis dan pleura paritealis?

Jawaban :

Letak dari pleura viseralis dan pleura parietalis saling berhadapan dan hanya dipisahkan oleh
selaput tipis cairan serosa.

4. Apa itu ketidakefektifan pola nafas?

Jawaban :

Ketidakefektifan pola napas merupakan suatu kondisi dimana pasien mengalami penurunan
dalam ventilasi yang aktual atau potensial yang disebabkan oleh perubahan pola napas.
Umumnya kasus ini ditegakkan pada diagnosa hiperventilasi. Ketidakefektifan pola nafas
ditandai dengan dyspnea, takipnea, perubahan kedalaman pernapasan, sianosis dan perubahan
pergerakan dinding dada (Somantri, 2012).

5. Selaput pembungkus paru paru/pleura ada dua lapis dan diantara keduanya terisi oleh
cairan apakah fungsi cairan tersebut?

Jawaban :

Sebagai pelumas pada permukaan pleura agar bergerak tanpa adanya friksi.

6. Sebutkan 3 tanda efusi pleura yang kamu ketahui!

Jawab:

1.Lemas yang progresif


2.Sesak nafas
3.Demam menggigil

7. Apa penyebab Efusi Pleura Transudative dan eksudatif?


Jawaban:
Transudat dapat disebabkan jika adanya peningkatan tekanan vena pulmonalis
misalnya pada penderita payah jantung kongestif. Keseimbangan kekuatan menyebabkan
pengeluaran cairan dari pembuluh Transudasi juga dapat menyebabkan hipoproteinemia
seperti pada penyakit hati dan ginjal.
Eksudat akibat peradangan akan mengalami organisasi dan terjadi perlekatan fibrosa
antara pleura viseralis dan parietalis disebut dengan fibrotoraks. Jika fibrothoraks luas maka
dapat menimbulkan hambatan mekanisme yang berat pada jaringan-jaringan yang terdapat di
bawahnya (Saferi & Mariza, 2013).

8. Apa pemeriksaan penunjang yang dilakukan pada efusi pleura?


Adalah:
1) Rontgen dada
2) CT scan dada
3) Torakosentesis

Sumber :
Andra Saferi Wijaya & Yessie Mariza Putri. (2013). KMB 2 Keperawatan Medikal Bedah
Keperawatan Dewasa. Yogyakarta: Nuha Medika

Arnold DT, De Fonseka D, Perry S, Morley A, Harvey JE, Medford A, Brett M, Maskell NA.
Menyelidiki efusi pleura unilateral: peran sitologi. 2018 Nov; 52 (5)

Guinde J, Georges S, Bourinet V, Laroumagne S, Dutau H, Astoul P. Perkembangan terbaru


dalam pleurodesis untuk penyakit pleura ganas. 2018 Okt; 12 (10):2463-2468.

Karki A, Riley L, Mehta HJ, Ataya A. Perut etiologi efusi pleura. April 2019; 65 (4):95-103

Kowalak JP, Welsh W, Mayer B. 2011. Buku Ajar Patofisiologi. Alihbahasa oleh Andry
Hartono. Jakarta: EGC.

Puspita, I., Soleha, T. U., & Berta, G. (2017). Penyebab Efusi Pleura di Kota Metro pada
tahun 2015. Jurnal Agromedicine, 4(1), 25–32. Diakses dari
http://juke.kedokteran.unila.ac.id/index.php/agro/article/view/1545/pdf

Riley L, Karki A, Mehta HJ, Ataya A. Penyebab kebidanan dan ginekologi dari efusi pleura.
April 2019; 65 (4):109-114.

Somantri, I. (2012). Asuhan Keperawatan pada Klien dengan Gangguan Sistem Pernapasan.
Jakarta: Salemba Medika.

Utama, Saktya Yudha Ardi. (2018). Buku ajar keperawatan medikal bedah sistem respirasi.
Yogyakarta: Depublish.

Anda mungkin juga menyukai