DISUSUN OLEH :
Annisa
181030100195
TAHUN 2022
LAPORAN PENDAHULUAN EFUSI PLEURA
A. Definisi Efusi
pleura adalah pengumpulan cairan berlebih didalam rongga pleura, rongga pleura
adalah rongga yang terletak diantara selaput yang melapisi paru-paru dan rongga
dada. Jenis cairan lainnya yang bisa terkumpul didalam rongga pleura adalah darah,
nanah, cairan seperti susu dan cairan mengandung kolestrol tinggi, hemotoraks (darah
di dalam rongga pleura) biasanya terjadi karena cedera di dada. Dalam keadaan
normal cairan pleura dibentuk dalam jumlah kecil untuk melumasi permukaan pleura.
(Irianto, 2015).
Hal ini merupakan adanya penumpukan cairan di ruang pleura. Penyakit ini sering
terjadi karena proses sekunder dari adanya penyakit lain, efusi dapat berupa cairan
jernih, yang mungkin merupakan transudat, eksudat, atau dapat berupa darah atau pus.
(Ketut & Brigitta, 2019).
Penyakit ini merupakan adanya cairan berlebih di dalam rongga pleura, cairannya
dapat berupa darah, cairan jernih dan pus, yang terletak diantara selaput yang melapisi
paru-paru dan rongga dada. Hal ini sering terjadi karena proses sekunder dari adanya
penyakit lain dan cedera di dada, dan penyakit ini bisa membuat terganggunya proses
pernafasan.
B. Etiologi
Efusi pleura diakibatkan oleh kelebihan cairan dapat berupa cairan rendah protein
(transudatif) atau kaya protein (eksudatif). Penyebab paling umum efusi pleura
transudatif (cairan encer) meliputi gagal jantung, emboli paru, sirosis, dan bedah
jantung pascaoperasi. Sementara itu efusi pleura eksudatif (cairan protein) paling
sering disebabkan oleh pneumonia, kanker, emboli paru, penyakit ginjal, dan penyakit
inflamasi.
Selain dua penyebab utama diatas penyebab efusi pleura lain yang kurang umum
antara lain tuberkulosis, penyakit autoimun, perdarahan (karena trauma dada),
chylothorax (karena trauma), infeksi dada dan perut, efusi pleura abses ( karena
paparan asbes), sindrom Meig (karena tumor ovarium jinak), dan sindrom
hiperstimulasi ovarium. Obat-obatan tertentu, operasi perut, dan terapi radiasi juga
dapat menyebabkan efusi pleura. Efusi pleura dapat terjadi pada beberapa jenis kanker
termasuk kanker paru-paru, kanker payudara, dan limfoma. (Boka, 2017).
C. Pathway
c. Nyeri pleuritis
g. Deviasi trachea menjauhi tempat yang sakit dapat terjadi jika terjadi
penumpukan cairan pleural yang signifikan.
E. Patofisiologi
Pleura parietalis dan viseralis letaknya berhadapan satusama lain dan hanya
dipisahkan oleh selaput tipis cairan serosa, lapisan cairan ini memperlihatkan adanya
keseimbangan antara transudasi dari kapiler-kapiler pleura dan reabsorbsi oleh vena
visceral dan parietal, dan saluran getah bening. Karena effusi pleura adalah
penumpukan cairan yang berlebih di dalam rongga pleura yaitu di dalam rongga
pleura viseralis dan parientalis, menyebabkan tekanan pleura meningkat maka
masalah itu akan menyebabkan penurunan ekspansi paru sehingga klien akan
berusaha untuk bernapas dengan cepat (takipnea) agar oksigen yang diperoleh
menjadi maksimal dari penjelasan masalah itu maka dapat disimpulkan bahwa klien
dapat terganggu dalam pola bernapasnya, Ketidakefektifan pola napas adalah suatu
kondisi ketika individu mengalami penurunan ventilasi yang aktual atau potensial
yang disebabkan oleh perubahan pola napas, diagnosa ini memiliki manfaat klinis
yang terbatas yaitu pada situasi ketika perawat secara pasti dapat mengatasi masalah.
Umumnya diagnose ini ditegakkan untuk kasus seperti hiperventilasi.
Ketidakefektifan pola napas ditunjukan dengan tanda-tanda dengan adanya perubahan
kedalam pernafasan, dyspnea, takipnea, sianosis, perubahan pergerakan dinding dada
(Somantri,201).
F. Manifestasi Klinis
Efusi pleura beberapa gejalanya disebabkan oleh penyakit dasar pneumonia akan
menyebabkan demam, mengigil, dan nyeri dada pleuritik. Efusi maligna dapat
mengakibatkan dispneu dan batuk. Ukuran efusi akan menentukan keparahan gejala.
1. Efusi luas
sesak napas, bunyi pekak atau datar pada saat perkusi di atas area yang terisi
cairan, bunyi napas minimal atau tak terdengar dan pergeseran trakea
menjauhi tempat yang sakit.
G. Klasifikasi
1. Efusi transudatif
Karakteristik transudat adalah rendahnya konsentrasi protein dan molekul
besar lainnya, terjadi akibat kerusakan/perubahan faktorfaktor sistemik yang
berhubungan dengan pembentukan dan penyerapan cairan pleura. Penyebab
utama biasanya gagal jantung ventrikel kiri dan sirosis hati, penyebab lainnya
diantaranya sindrom nefrotik, hidronefrosis, dialisis peritoneal, efusi pleura
maligna ( atelektasis pada obstruksi bronkial atau limfatik).
2. Efusi eksudatif
Karakteristik eksudat kandungan protein lebih tinggi dibandingkan transudat.
Hal ini karena perubahan faktor lokal sehingga pembentukan dan penyerapan
cairan pleura tidak seimbang. Penyebab utama, yaitu pneumonia bakteri,
keganasan ( ca paru, mamae,limfoma,ovarium), infeksi virus dan emboli paru.
Selain itu juga disebabkan oleh abses intraabdomen, hernia diafragmatika,
sfingter esofagus bawah, trauma, kilotoraks (trauma,tumor mediastinum),
uremia, radiasi, hemotoraks (trauma), tumor, efusi pleura maligna dan
paramaligna. (Aesculapius, 2014).
H. Penatalaksanaan
Tujuan pengobatan adalah untuk menemukan penyebab yang mendasarinya ; untuk
mencegah reakumulasi cairan; dan untuk meringankan ketidaknyamanan, dispnea,
dan penurunan kerja sistem pernapasan. (Smeltzer, 2010). Pengobatan spesifik,
diarahkan pada penyebab yang mendasarinya :
1. Thoracentesis dilakukan untuk menghilangkan cairan, mengumpulkan
spesimen untuk analisis, dan meredakan dispnea.
2. Pemasangan chest tube dan water-seal drainage mungkin diperlukan untuk
drainase dan re-ekspansi paru-paru.
3. Pleurodesis kimia: Pembentukan adhesi dilakukan saat obat ditanamkan ke
dalam ruang pleura untuk menghilangkan ruang dan mencegah akumulasi
cairan lebih lanjut.
4. Modalitas pengobatan lainnya, termasuk pleurektomi pembedahan
(pemasangan kateter kecil yang menempel pada botol penghisap), atau
implantasi pleuroperitoneal shunt.
5. Tirah Baring, bertujuan untuk menurunkan kebutuhan oksigen karena
peningkatan aktifitas akan meningkatkan kebutuhan oksigen sehingga dispneu
akan semakin meningkat pula
I. Pemeriksaan Penunjang
1. Pemeriksaan radiologik ( Rontgen Dada )
2. Ultrasonografi
3. Pungsi pleura (torakosentesis) dan analisis cairan pleura
Makroskopik: transudat (jernih,agak kuning), eksudat ( warna lebih
gelap,keruh), emplema (opak,kental), efusi kaya kolestrol (berkilau),chylous
(susu).
Mikroskopik: leukosit <1000/mm, leukosit meningkat, lomfosit matur,
(neoplasma, lomfoma, TBC), leukosit PMN yang mendominasi (pneumonia,
pankrearistis)
4. Biopsi pleura mungkin juga dilakukan. (Amin dan Hardhi, 2015)
J. Komplikasi
1. Fibrothotaks
Effusi pleura yang beruba eksudat yang tidak ditangani dengan drainase yang
baik akan terjadi perlekatan fibrosa antara pleura parientalis dan pleura
viseralis akibat effusi pleura tidak ditangani dengan drainase yang baik. Jika
fibrothoraks meluas dapat menimbulkan hambatan yang berat pada jaringan-
jaringan yang berada dibawahnya.Pembedahan pengupasan (dekortikasi) perlu
dilakukan untuk memisahkan membran pleura tersebut.
2. Atelektasis
Pengembangan paru yang tidak sempurna yang tidak sempurna yang
disebabkan oleh penekanan akibat effusi pleura disebut juga atelektasis.
3. Fibrosis
Pada fibrosis paru merupakankeadaan patologis dimana terdapat jaringan ikat
paru dalam jumlah yang berlebihan. Fibrosis timbul akibat cara perbaikan
jaringan sebagai lanjutan suatu proses penyakit paru yang menimbulkan
peradangan. Pada effusi pleura, atalektasis yang berkepanjangan dapat
mengakibatkan penggantian jaringan baru yang terserang dengan jaringan
fibrosis.
K. Anatomi Fisiologi
a. Trakea
Trakea juga dikenal sebagai tenggorokan. Trakea adalah tulang tabung yang
menghubungkan hidung dan mulut ke paru-paru. Ini adalah tabung berotot kaku
terletak di depan kerongkongan yang sekitar 4,5 inci panjang dan lebar 1 inci.
b. Bronkus
Bronkus yang terbentuk dari belahan dua trakea pada ketinggian kira-kira veterbrata
torakalis kelima, mempunyai struktur serupa dengan trakea dan dilapisi oleh jenis sel
yang sama. Trakea bercabang menjadi bronkus utama (primer) kiri dan kanan.
Bronkus kanan lebih pendek lebih lebar dan lebih vertikal dari pada yang kiri, sedikit
lebih tinggi dari arteri pulmonalis dan mengeluarkan sebuah cabang utama lewat di
bawah arteri disebut lobus bawah. Bronkus kiri lebih panjang dan lebih langsing dari
yang kanan, dan berjalan di bawah arteri pulmonalis sebelum dibelah menjadi
beberapa cabang yang berjalan ke lobus atas dan bawah.
c. Bronkioli
Bronkioli membentuk percabangan menjadi bronkioli terminalis yang tidak
mempunyai kelenjar lender dan silia. Bronkioli terminalis ini kemudian menjadi
bronkioli respiratori, yang dianggap menjadi saluran transisional antara udara
konduksi dan jalan udara pertukaran gas. Sampai titik ini, jalan udara konduksi
mengandung sekitar 150 ml udara
dalam percabangan trakeobronkial yang tidak ikut serta dalam pertukaran gas.
d. Pleura Parietal dan Pleura Visceral
Pleura yang bagiannya menempel dengan dinding dalam rongga dada disebut pleura
parietalis dan bagian yang melekat dengan paru-paru disebut pleura visceralis.
Sebetulnya pleura ini merupakan kantung yang dindingnya berisi cairan serosa yang
berguna sebagai pelumas sehingga tidak menimbulkan sakit bila antara dinding
rongga dada dan paru-paru terjadi gesekan pada waktu respirasi.
e. Lobus
Lobus merupakan jalur dari paru-paru yang terdiri dari beberapa bagian yaitu paru kiri
terdiri dari dua lobus (lobus superior dan lobus inferior) dan paru kanan terdiri dari
tiga lobus yaitu (lobus superior, lobus medius dan lobus inferior).
Paru-paru terbagi menjadi dua yaitu paru kanan yang terdiri tiga lobus terdiri
dari bagian atas, tengah dan bawah sedangkan paru-paru kiri terdiri dari 2 lobus yaitu
lobus atas dan bawah. Bagian atas puncak paru disebut apeks yang menjorok ke atas
arah leher pada bagian bawah disebut basal. Paru-paru dilapisi oleh selaput pleura.
Dari segi anatomisnya, permukaan rongga pleura berbatasan dengan paru sehingga
cairan pleura mudah bergerak dari satu rongga ke rongga yang lainnya. Dalam
keadaan normal seharusnya tidak ada rongga kosong diantara kedua pleura, karena
biasanya sekitar 10-20 cc cairan yang merupakan lapisan tipis serosa yang selalu
bergerak secara teratur. Cairan ini berfungsi untuk pelumas antara kedua pleura,
sehingga pleura tersebut mudah bergeser satu sama lain.
Setiap saat, jumlah cairan dalam rongga pleura bisa menjadi lebih dari cukup
untuk memisahkan kedua pleura. Jika terjadi, maka kelebihan tersebut akan dipompa
keluar oleh pembuluh limfatik dari rongga pleura ke mediastinum. Permukaan
superior diafragma dan permukaan lateral pleura parietalis, memerlukan adanya
keseimbangan antara produksi cairan pleura oleh pleura parietalis dan absorbs oleh
cairan viseralis. Oleh karena itu, rongga pleura disebut sebagai ruang potensial,
karena ruang ini normalnya begitu sempit, sehingga bukan merupakan ruang fisik
yang jelas (Muttaqin, 2011).
FORMAT PENGKAJIAN
A. PENGKAJIAN
Jam :
Pengkajian tgl : 01 April 2019 NO. RM : 1451994
Tanggal MRS : 25 Maret 2019 Dx. Masuk : Efusi Pleura dextra
Ruang/Kelas : 522 Dokter :
Nama : Tn.R Jenis Kelamin : Laki-Laki
Umur : 60 Tahun Status Perkawinan : Menikah
Agama : Islam Penanggung Biaya : BPJS
Identitas
Penglihatan (mata)
Pupil : Isokor Anisokor Lain-lain:
Sclera/Konjungtiva : Anemis Ikterus Lain-lain:
Lain-lain :
Pendengaran/Telinga :
Penginderaan
Masalah:
Konstipasi
Kemampuan pergerakan sendi: Bebas Terbatas
Kekuatan otot: 5 5
5 5
Muskuloskeletal/ Integumen
Kulit
Warna kulit: Ikterus Sianotik Kemerahan Pucat Hiperpigmentasi
Turgor: Baik Sedang Jelek
Odema: Ada Tidak ada Lokasi
Luka Ada Tidak ada Lokasi
Tanda infeksi luka Ada Tidak ada Yang ditemukan :
kalor/dolor/tumor/Nyeri/Fungsiolesa
Lain-lain :
Masalah:
Terapi Obat
- NAC 3X1g
- Fujimin 3x500mg
- Levofloxasin 1x500 mg
- Lasix 1x10 mg/ml
ELEKTROLIT
DARAH
Natrium (Darah) ISE 131 mmol/L 135 – 147
Kalium (Darah) ISE 3.38 mmol/L 3.10 – 5.10
Klorida (Darah) ISE 114 mmol/L 95 – 108
Tanggal 25 Maret 2019 Pukul 13:34:59
PEMERIKSAAN METODE HASIL SATUAN NILAI
RUJUKAN
HEMATOLOGI
Hemoglobin Automatic 14.4 g/dL 13.2 – 17.3
Hematocrit Automatic 4.7 % 33 – 45
Lekosit Automatic 4.2 Ribu/ul 5.0 10.0
Trombosit Automatic 213 Ribu/ul 150 – 440
Eritrosit Automatic 4.92 Juta.uL 4.40 – 5.90
VER/HER/KHER/RDW
VER Automatic 96.2 Fl 80.0 – 100.0
HER Automatic 29.2 Pg 26.0 – 34.0
KHER Automatic 30.4 g/dl 32.0 – 36.0
RDW Automatic 16.7 % 11.5 – 14.5
HITUNG JENIS
Basophil Automatic 0 % 0–1
Eosinophil Automatic 3 % 1–3
Netrofil Automatic 65 % 50 – 70
Limfosit Automatic 23 % 20 – 40
Monosit Automatic 7 % 2–8
Luc Automatic 1 % <5
KIMIA KLINIK
FUNGSI HATI
SGOT IFCC, 37℃ 47 U/l 0 – 34
SGPT IFCC, 37℃ 9 U/l 0 – 40
Albumin BCG 3.00 g/dl 3.40 – 4.80
FUNGSI GINJAL
Ureum Darah Urease 34 mg/dl 20 – 40
Keratin Darah Jaffe No 0.8 mg/dl 0.6 – 1.5
Deprot
DIABETES
Glukosa Darah Sewaktu Hexokinase
Glukosa Darah Sewaktu 141 mg/dl 70 - 140
MIKROSKOPI 60 /ul
Jumlah sel 30 %
PMN 70 %
MN
2. DS : konstipasi
- Pasien mengatakan tidak bisa BAB Penurunan Motilitas
Gastrointestinal
DO :
-
3. DS : Penurunan kapasitas
kandung kemih
- Pasien mengatakan tidak bisa BAK Gangguan eliminasi urin
DO :
-
4. DS : Resiko defisit nutrisi Ketidakmampuan
- Pasien mengatakan mual mencerna makanan
- Pasien mengatakan badan terasa lemas
DO :
- Pasien tampak tidak nyaman
- Pasien tampak gelisah
B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Pola napas tidak efektif b/d hambatan upaya napas
2. Konstipasi b/d Penurunan motilitas gastrointestinal
3. Gangguan eliminasi urin b/d penurunan kapasitas kandung kemih
4. Resiko defisit nutrisi b/d ketidakmampuan mencerna makanan
Kolaborasi :
- Kolaborasi pemberian
obat supositoria uretra
Edukasi :
- Anjurkan posisi duduk
Kolaborasi :
- Kolaborasi pemberian
obat sebelum makan
D. CATATAN PERKEMBANGAN
Nama Klien : TN. R
Diagnosis Medis : EFUSI PLEURA
Ruang Rawat : 522
11.40 dilanjjutkan
11.50
DAFTAR PUSTAKA
PPNI (2018). Standar Luaran Keperawatan Indonesia: Definisi dan Kriteria Hasil
Keperawatan, Edisi 1. Jakarta: DPP PPNI
Arif Muttaqin. (2008). Buku Ajar Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan
kedoktteran EGC
Haugen, N & Galura, S.J. (2012).Ulrich & Canale's Nursing Care Planning Guides