Anda di halaman 1dari 21

KAJIAN PUSTAKA

A. Pengertian
Efusi pleura adalah pengumpulan cairan berlebih didalam rongga
pleura, rongga pleura adalah rongga yang terletak diantara selaput yang
melapisi paru-paru dan rongga dada. Jenis cairan lainnya yang bisa
terkumpul didalam rongga pleura adalah darah, nanah, cairan seperti susu
dan cairan mengandung kolestrol tinggi, hemotoraks (darah di dalam
rongga pleura) biasanya terjadi karena cedera di dada. Dalam keadaan
normal cairan pleura dibentuk dalam jumlah kecil untuk melumasi
permukaan pleura. (Irianto, 2015).
Hal ini merupakan adanya penumpukan cairan di ruang pleura.
Penyakit ini sering terjadi karena proses sekunder dari adanya penyakit
lain, efusi dapat berupa cairan jernih, yang mungkin merupakan transudat,
eksudat, atau dapat berupa darah atau pus. (Ketut & Brigitta, 2019).

B. Etiologi
Efusi pleura diakibatkan oleh kelebihan cairan dapat berupa cairan
rendah protein (transudatif) atau kaya protein (eksudatif). Penyebab paling
umum efusi pleura transudatif (cairan encer) meliputi gagal jantung,
emboli paru, sirosis, dan bedah jantung pascaoperasi. Sementara itu efusi
pleura eksudatif (cairan protein) paling sering disebabkan oleh pneumonia,
kanker, emboli paru, penyakit ginjal, dan penyakit inflamasi.
Selain dua penyebab utama diatas penyebab efusi pleura lain yang
kurang umum antara lain tuberkulosis, penyakit autoimun, perdarahan
(karena trauma dada), chylothorax (karena trauma), infeksi dada dan perut,
efusi pleura abses ( karena paparan asbes), sindrom Meig (karena tumor
ovarium jinak), dan sindrom hiperstimulasi ovarium.
Obat-obatan tertentu, operasi perut, dan terapi radiasi juga dapat
menyebabkan efusi pleura. Efusi pleura dapat terjadi pada beberapa jenis
kanker termasuk kanker paru-paru, kanker payudara, dan limfoma. (Boka,
2017).
C. Manifestasi klinis
Efusi pleura beberapa gejalanya disebabkan oleh penyakit dasar
pneumonia akan menyebabkan demam, mengigil, dan nyeri dada pleuritik.
Efusi maligna dapat mengakibatkan dispneu dan batuk. Ukuran efusi akan
menentukan keparahan gejala.
1. Efusi luas : sesak napas, bunyi pekak atau datar pada saat perkusi di
atas area yang terisi cairan, bunyi napas minimal atau tak terdengar
dan pergeseran trakea menjauhi tempat yang sakit.
2. Efusi ringan sampai sedang : dispneu bisa tidak terjadi. (Ketut &
Brigitta, 2019).

D. Klasifikasi
1. Efusi transudatif Karakteristik transudat adalah rendahnya konsentrasi
protein dan molekul besar lainnya, terjadi akibat kerusakan/perubahan
faktorfaktor sistemik yang berhubungan dengan pembentukan dan
penyerapan cairan pleura. Penyebab utama biasanya gagal jantung
ventrikel kiri dan sirosis hati, penyebab lainnya diantaranya sindrom
nefrotik, hidronefrosis, dialisis peritoneal, efusi pleura maligna
(atelektasis pada obstruksi bronkial atau limfatik).
2. Efusi eksudatif Karakteristik eksudat kandungan protein lebih tinggi
dibandingkan transudat. Hal ini karena perubahan faktor lokal
sehingga pembentukan dan penyerapan cairan pleura tidak seimbang.
Penyebab utama, yaitu pneumonia bakteri, keganasan ( ca paru,
mamae,limfoma, 27 ovarium), infeksi virus dan emboli paru. Selain itu
juga disebabkan oleh abses intraabdomen, hernia diafragmatika,
sfingter esofagus bawah, trauma, kilotoraks (trauma,tumor
mediastinum), uremia, radiasi, hemotoraks (trauma), tumor, efusi
pleura maligna dan paramaligna. (Aesculapius, 2014).
E. Patofisiologi
Patofisiologi efusi pleura didasari ketidakseimbangan antara
produksi dan absorpsi cairan di cavum pleura, sehingga menyebabkan
akumulasi cairan pleura, baik berupa transudat maupun eksudat. Keduanya
terbentuk melalui mekanisme yang berbeda, meskipun tidak jarang cairan
pleura ditemukan memiliki karakteristik transudat dan eksudat bersamaan.
[2]
1. Cairan pada cavum plurea
Pada dasarnya, cavum pleura sudah mengandung cairan sekitar 0.1
ml/kg sampai 0.3 ml/kg yang berfungsi sebagai pelumas antara
permukaan pleura viseral dan parietal. Cairan pleura ini terus
diproduksi oleh sistem vaskular di permukaan pleura parietal dan
diabsorpsi oleh sistem limfatik di permukaan diafragma dan
mediastinum dari pleura parietal secara kontinu sehingga volumenya
tetap dalam batas normal tersebut. Walau demikian, pada efusi pleura,
terjadi ketidakseimbangan antara produksi dan absorpsi cairan ini
sehingga terjadi akumulasi cairan pleura.[2,3]
2. Cairan Pleura Transudat
Cairan pleura transudat terjadi akibat ketidakseimbangan tekanan
hidrostatik dan onkotik. Tekanan hidrostatik sistem vaskular pleura
parietal akan mendorong cairan interstisial ke kavum pleura sehingga
terjadi akumulasi cairan transudat yang kadar proteinnya lebih rendah
dari serum. Penyakit yang umum menyebabkan cairan pleura
transudat adalah penyakit jantung kongestif, dan sirosis hepatis.[1,2]
3. Cairan Pleura Eksudat

Cairan pleura eksudat terjadi akibat inflamasi pleura. Inflamasi


parenkim/pleura akan meningkatkan permeabilitas sel mesotel dan
kapiler sehingga terjadi akumulasi cairan di cavum pleura. Selain itu,
terganggunya drainase limfatik juga merupakan proses yang dapat
menyebabkan terjadinya cairan pleura eksudat ini.
Akibat peningkatan permeabilitas membran pleura, cairan yang
terakumulasi akan memiliki kadar protein yang lebih tinggi dari
serum. Contoh kondisi yang umum menyebabkan cairan pleura
eksudat adalah infeksi dan malignansi seperti kanker paru.[1,2]

F. Anatomi fisiologi

1. Paru-paru

Paru-paru adalah organ yang berbentuk kerucut mengisi rongga


dada. Paru-paru merupakan alat pernapasan utama, jaringan paru-paru
elastis, berpori, dan seperti spons. Paru-paru berada dalam rongga
torak, yang terkandung dalam susunan tulang-tulang iga dan letaknya
disisi kiri dan kanan mediastinum yaitu struktur blok padat yang
berada dibelakang tulang dada. Paru-paru menutupi jantung, arteri dan
vena besar, esofagus dan trakea. Paru-paru berbentuk seperti spons dan
berisi udara dengan 29 pembagian ruang paru kanan memiliki tiga
lobus dan paru kiri dua lobus, lobus paru terbagi menjadi beberapa
segmen-paru. Paru kanan mempunyai sepuluh segmen-paru sedangkan
paru kiri mempunyai delapan segmen-paru. (Evelyn, 2010).

2. Pleura

Setiap paru-paru dilapisi membran serosa rangkap dua yaitu ;


Pleura viseralis erat melapisi paru-paru, masuk ke dalam fisura, dan
dengan demikian memisahkan lobus satu dari yang lain, membran ini
kemudian dilipat kembali di sebelah tampuk paru-paru dan membentuk
pleura parietalis, dan melapisi bagian dalam dinding dada. Pleura yang
melapisi iga-iga adalah pleura kostalis, bagian yang menutupi
diafragma ialah pleura diafragmatika, dan bagian yang terletak di leher
ialah pleura servikalis. Pleura diperkuat oleh membran yang kuat
bernama membran suprapleuralis dan di atas membran ini terletak
arteri subklavia. Diantara kedua lapisan pleura itu terdapat eksudat
untuk meminyaki permukaannya dan menghindarkan gesekan antara
paru-paru dan dinding dada yang sewaktu bernapas bergerak. Dalam
keadaan sehat kedua lapisan 30 satu dengan yang lain erat bersentuhan.
Ruang atau rongga pleura itu hanyalah ruang yang tidak nyata, tetapi
dalam keadaan tidak normal udara atau cairan memisahkan kedua
pleura itu dan ruang di antaranya menjadi jelas. (Evelyn, 2010).

3. Otot-otot pernafasan

Otot-otot pernapasan merupakan sumber kekuatan untuk


menghembuskan udara, diafragma ( dibantu oleh otot-otot yang dapat
mengangkat tulang rusuk dan tulang dada) merupakan otot utama yang
ikut berperan meningkatkan volume paru. Pada saat istirahat, otot-otot
pernapasan mengalami relaksasi.

Saat inspirasi otot; sternokleidomastoideus, otot skalenes, otot


pektoralis minor, otot serratus anterior, dan otot interkostalis sebelah
luar, mengalami kontraksi sehingga menekan diafragma ke bawah dan
mengangkat rongga dada untuk membantu udara masuk ke dalam paru.

Pada fase ekspirasi; otot-otot transversal dada, otot interkostalis


sebelah dalam, dan otot abdominal mengalami kontraksi, sehingga
mengangkat diafragma dan menarik rongga dada untuk mengeluarkan
udara dari paru. (Muttaqin, 2014).
G. Pathway

( Nanda,2015).

Peradangan Plurea

Gangguan Penumpukan cairan


pertukaran gas pada rongga plurea

Penekanan pada
Ekspansi paru Drainase
abdomen

Sesak nafas Anoreksia Resiko tinggi


terhadap tindakan
drainase dada

Ketidakseimbangan
nutrisi kurang dari Nyeri resiko infeksi
kebutuhan tubuh

Ketidakefektifan pola
Insufisiensi oksigen
nafas

Gangguan Suplai o2 menurun


metabolisme o2

Energi berkurang Gangguan rasa


nyaman

Defisit perawatan
Intoleran aktivitas Gangguan pola tidur
diri
H. Penatalaksanaan
Tujuan pengobatan adalah untuk menemukan penyebab yang
mendasarinya ; untuk mencegah reakumulasi cairan; dan untuk
meringankan ketidaknyamanan, dispnea, dan penurunan kerja sistem
pernapasan. (Smeltzer, 2010). Pengobatan spesifik, diarahkan pada
penyebab yang mendasarinya :
1. Thoracentesis dilakukan untuk menghilangkan cairan, mengumpulkan
spesimen untuk analisis, dan meredakan dispnea.
2. Pemasangan chest tube dan water-seal drainage mungkin diperlukan
untuk drainase dan re-ekspansi paru-paru.
3. Pleurodesis kimia: Pembentukan adhesi dilakukan saat obat ditanamkan
ke dalam ruang pleura untuk menghilangkan ruang dan mencegah
akumulasi cairan lebih lanjut.
4. Modalitas pengobatan lainnya, termasuk pleurektomi pembedahan
(pemasangan kateter kecil yang menempel pada botol penghisap), atau
implantasi pleuroperitoneal shunt.
5. Tirah Baring Tirah baring bertujuan untuk menurunkan kebutuhan
oksigen karena peningkatan aktifitas akan meningkatkan kebutuhan
oksigen sehingga dispneu akan semakin meningkat pula.
I. Pemeriksaan penunjang
1. Pemeriksaan radiologik ( Rontgen Dada )
2. Ultrasonografi
3. Pungsi pleura (torakosentesis) dan analisis cairan pleura
a. Makroskopik: transudat (jernih,agak kuning), eksudat ( warna lebih
gelap,keruh), emplema (opak,kental), efusi kaya kolestrol
(berkilau),chylous (susu).
b. Mikroskopik: leukosit < 1000 mm3; Leukosit meningkat, limfosit
matur, (Neoplasma, limfoma, TBC); Leukosit PNM yang
mendominasi (Pneumonia, Pankreatitis)
4. Biopsi pleurea Mungkin juga dilakukan (Amin dan hardi, 2015)
J. Konsep asuhan keperawatan
1. Pengkajian
a. Identitas pasien
Pada tahap ini perlu mengetahui tentang nama, usia, jenis
kelamin,alamat rumah, agama atau kepercayaan, suku bangsa, bahasa
yang dipakai, status pendidikan dan pekerjaan pasien.
b. Keluhan utama
Keluhan utama merupakan faktor utama yang mendorong pasien
mencari pertolongan atau berobat ke rumah sakit. biasanya pada
pasien dengan effusi pleura didapatkan keluhan berupa sesak
nafas,rasa berat pada dada, nyeri pleuritik akibat iritasi pleura yang
bersifat tajam dan terlokasilir terutama pada saat batuk dan bernafas.
c. Riwayat kesehatan sekarang
Pasien dengan effusi pleura biasanya akan diawali dengan adanya
tandatanda seperti batuk, sesak nafas, nyeri pleuritik, rasa berat pada
dada, berat badan menurun dan sebagainya. Perlu juga ditanyakan
mulai kapan keluhan itu muncul. apa tindakan yang telah dilakukan
untuk menurunkan atau menghilangkan keluhan-keluhannya tersebut.
d. Riwayat penyakit dahulu
Tanyakan kepada pasien apakah pasien pernah menderita penyakit
seperti TB paru, pneumonia, gagal jantung, trauma asietas,asma dan
sebagainya. Hal ini diperlukan untuk mengetahui kemungkinan
adanya faktor predisposisi.
e. Riwayat kesehatan keluarga
Perlu ditanyakan apakah ada anggota keluarga yang menderita
penyakitpenyakit yang diketahui sebagai penyebab effusi pleura
seperti TB Paru, liver,jantung,dan lain sebagainya.
f. Kebutuhan dasar
1) Pola makan
2) Pola minum
3) Pola tidur
4) Pola Aktivitas
g. Pemeriksaan Fisik
1) Keadaan Umum klien
2) Tanda-tanda vital
a. Sistem pernapasan
a) Inspeksi : Tingkat kesadaran pasien,ekspresi wajah, perilaku
untuk mengetahui tingkat kecemasan dan ketenagan
pasien.Pergerakan dinding dada tertinggal pada dada yang
sakit,inspeksi adanya sianosis kedalaman pernapasan.
Penggunaan otot aksesoris pernapasan dan ekspansi dada.
b) Palpasi: Pergerakan dinding dada tertinggal pada dada yang
sakit. Cocal fremitus menurun di dada yang sakit, Palpasi suhu
tubuh jika dingin berarti berarti terjadi kegagalan transport
oksigen.
c) Perkusi: Suara perkusi redup sampai pekak tergantung jumlah
cairanya.
d) Auskultasi: Suara napas menurun sampai menghilang pada
dada yang sakit.
b. Sistem kardiovaskuler
c. Sistem gastrointestinal
d. Sistem urinarius
e. Sistem neurologis
h. Data penunjang
 Foto thorax dada, dan lateral
 CT scan/MRI
 Bronchoscope
 Sitologi: TTB,biopsy kelenjar getah bening leher.
(Taqiyyah & Mohamad, 2013).
K. Diagnosa keperawatan
Diagnosa keperawatan adalah menganalisis data subjektif dan objektif
untuk membuat diagnosa keperawatan. Diagnosa keperawatan melibatkan
proses berpikir kompleks tentang data yang dikumpulkan dari klien,
keluarga, rekam medik, dan pemberi pelayanan kesehatan yang lain.
( Taqiyyah & Mohamad, 2013 ).
1. Ketidakefektifan pola nafas yang berhubungan dengan penurunan
ekspansi paru sekunder terhadap penumpukan cairan dalam rongga
pleura.
2. Ketidakefektifan bersihan jalan nafas yang berhubungan dengan
sekresi mukus yang kental, kelemahan, upaya batuk buruk, dan edema
trakhea/faringeal.
3. Gangguan pertukaran gas yang berhubungan dengan penurunan
kemampuan ekspansi paru,kerusakan membran alveolar-kapiler.
4. Gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
yang berhubungan dengan peningkatan metabolisme tubuh, penurunan
nafsu makan akibat sesak nafas sekunder terhadap penekanan struktur
abdomen.
5. Gangguan ADL (Activity Daily Living) yang berhubungan dengan
kelemahan fisik umum dan keletihan sekunder akibat adanya sesak.
6. Cemas yang berhubungan dengan adanya ancaman kematian yang
dibayangkan ( ketidakmampuan untuk bernapas).
7. Gangguan pola tidur dan istrahat yang berhubungan dengan batuk
yang menetap dan sesak napas serta perubahan suasana lingkungan.
8. Kurangnya pengetahuan yang berhubungan dengan informasi yang
tidak adekuat mengenai proses penyakit pengobatan.
L. Intervensi

Diagnosa Tujuan dan Intervensi Rasional


kriteria hasil
Ketidakefe Tujuan : 1. Identifikasi faktor 1. Dengan
ktifan pola Dalam waktu 3 penyebab mengidentifikasi

nafas yang x 24 jam 2. Kaji kualitas, penyebab, kita dapat


frekuensi, dan menentukan jenis
berhubung setelah
kedalaman efusi pleura sehingga
an dengan diberikan
pernapasan, serta dapat mengambil
penurunan intervensi
melaporkan setiap tindakan yang tepat
ekspansi klien mampu
perubahan yang 2. Dengan mengkaji
paru mempertahank terjadi kualitas, frekuensi,
sekunder an fungsi paru 3. Baringkan klien kedalaman
terhadap secara normal dalam posisi yang pernapasan, kita dapat
penumpuk dengan nyaman, dalam mengetahui sejauh
an cairan Kriteria posisi duduk, dengan mana perubahan
dalam evaluasi : kepala tempat tidur kondisi klien

rongga Klien mampu ditinggikan 60-90o 3. Penurunan diafragma


atau miringkan ke dapat memperluas
pleura melakukan
arah sisi yang sakit. daerah dada sehingga
batuk efektif -
4. Observasi tanda- ekspansi paru bisa
Irama,frekuens
tandavital (nadi dan maksimal,miring
i dan
pernapasan) kearah sisi yang sakit
kedalaman 5. Lakukan asukultasi dapat menghindari
pernapasan suara napas tiap2-4 efek penekanan
berada dalam jam gravitasi cairan
batas normal, 6. Bantu dan ajarkan sehingga ekspansi
pada klien untuk batuk dapat maksimal

pemeriksaan dan napas dalam 4. Peningkatan frekuensi

rontgen yang efektif napas dan takikardi


7. Kolaborasi dengan merupakan indikasi
thoraks tidak
tim medis lain untuk adanya penurunan
ditemukan
pemberian O2 dan fungsi paru
adanya
obatobatan serta foto 5. Auskultasi dapat
akumulasi
thoraks. menentukan kelainan
cairan, dan 8. Kolaborasi untuk suara napas pada
bunyi napas tindakan bagian paru

terdengar jelas thorakosentesis 6. Menekan daerah yang


nyeri ketika batuk atau
napas dalam.
Penekanan otot-otot
dada serta abdomen
membuat batuk
7. Pemberian O2 dapat
menurunkan beban
pernapasan mencegah
terjadinya sianosis
akibat hipoksia.
Dengan foto thoraks,
dapat dimonito
kemajuan dari
berkurangnya cairan
dan kembalinya daya
kembang paru.
8. Tindakan
thorakosentesis atau
pungsi pleura
bertujuan untuk
menghilangkan sesak
napas yang
disebabkan oleh
akumulasi cairan
dalam rongga pleura.
Ketidakefe Tujuan : 1. Kaji fungsi 1. Penurunan bunyi
ktifan Dalam pernapasan ( bunyi napas menunjukkan

bersihan waktu ... x 24 napas, kecepatan, akumulasi sekret dan

jalan nafas jam setalah irama, kedalaman, ketidakefektifan


dan pengguanaan pengeluaran sekresi
yang diberikan
otot bantu napas) yang selanjutnya dapat
berhubung intervensi,
2. Kaji kemampuan menimbulkan
an dengan bersihan jalan
sekresi napas kembali mengeluarkan penggunnaan otot
mukus efekti dengan sekresi, catat bantu napas dan

yang Kriteria karakter dan volume peningkatan kerja


sputum. pernapasan
kental, evaluasi : -
3. Berikan posisi semi 2. Pengeluaranakan sulit
kelemahan Klien mampu
fowler/fowler tinggi bila sekret sangat
, upaya melakukan
dan bantu klien kental (efek infeksi
batuk batuk efektif -
latihan napas dalam dan hidrasi yang tidak
buruk, dan Pernapasan
dan batuk efektif adekuat)
edema klien noram 4. Penurunan bunyi 3. Posisi fowler
trakhea/far (16-20 napas menunjukkan memkasimalkan
ingeal x/menit) tanpa akumulasi sekret dan ekspansi paru dan
ada ketidakefektifan menurunkan upara
penggunaan pengeluaran sekresi bernapas. Ventilasi

otot bantu yang selanjutnya maksimal membuka

napas. Bunyi dapat menimbulkan area atelektasis dan


penggunnaan otot meningkatkan gerakan
napas normal.
bantu napas dan sekret kedalam jalan
Rh -/- dan
peningkatan kerja napas besar untuk
pergerakan
pernapasan dikeluarkan
pernapasan
5. Pengeluaranakan 4. Hidrasi yang adekuat
normal
sulit bila sekret membantu
sangat kental (efek mengencerkan sekret
infeksi dan hidrasi dan mengefektifkan
yang tidak adekuat) pembersihan jalan
6. Posisi fowler napas
memkasimalkan 5. Mencegah obstruksi
ekspansi paru dan dan aspirasi.
menurunkan upara Pengisapan diperlukan
bernapas. Ventilasi bila klien tidak
maksimal mampu mengeluarkan
7. Pertahankan intake sekret. Eliminasi
cairan sedikitnya lendir dengan suction
2500mo/hari kecuali sebaiknya dilakukan
tindak diindikasikan. dalam jangka waktu
8. Bersihkan sekret dari kurang dari 10
mulut dan trakhea, menit,dengan
bila perlu lakukan pengawasan efek
pengisapan (suction) samping suction
9. Kolaborasi 6. Pengobatan antibiotik
pemberian obat yang ideal adalah
sesuai indikasi : dengan adanya dasar
Obat antibiotik - dari tes uji resistensi
Agen mukolitik - kuman terhadap jenis
Bronkodilator : jenis antibiotik sehingga
aminofilin via lebih mudah
intavena mengobati
7. Agen mukolitik
menurunkan
kekentalan dan
perlengketan sekret
paru untuk
memudahkan
pembersihan
8. Bronkodilator
meningkatkan
diameter lumen
percabangan
trakheobronkial
sehingga menurunkan
tahanan terhadap
aliran udara
9. Kortikosteroid
berguna pada
hipoksemia dengan
keterlibatan luas dan
bila reaksi infalmasi
mengancam
kehidupan
Gangguan Tujuan : Dalam 1. Kaji keefektifan 1. Bronkhospasme
pertukara 1 x 24 jam jalan napas dideteksi ketika
n gas yang setelah 2. Kolaborasi untuk terdengar suara mengi
berhubung diberikan pemberian saat diauskultasi
an dengan intervensi bronkodilator dengan stetoskop.
penurunan pertukaran gas secara aerosol. Peningkatan
kemampua membaik 3. Lakukan fisioterapi pembentukan mukus
n ekspansi dengan Kriteria dada sejalan dengan
paru,kerus evaluas : - 4. Kolaborasi untuk penurunan aksi
akan Frekuensi napas pementaan analisi mukosiliaris
membran 16- 20x/menit - gas arteri menunjang penurunan
alveolarka frekuensi nadi 5. Kolaborasi lebih lanjut diameter
piler. 70-90 x/menit, pemberian oksigen bronkhi dan
dan - warna via nasal mengakibatkan
kulit normal, - penurunan aliran
tidak ada udara serta penurunan
dispnea dan - lebih lanjut diameter
GDA dalam bronkhi dan
batas normal mengakibatkab
penurunan aliran
udara serta penurunan
pertukaran gas, yang
diperburuk oleh
kehilangan daya
elastisitas paru.
2. Terapi aerosol
membantu
mengencerkan sekresi
sehingga dapat
dibuang.
Bronkodilator yang
dihirup sering
ditambahkan ke dalam
nebulizer untuk
memberikan aksi
bronkodilator
3. Setelah inhalasi
bronkodilator
nebuliser, klien
disarankan untuk
meminum air putih
untuk lebih
mengecerkan sekresi.
Kemudian
membatukkan dengan
eksplusif atau postural
drainase akan
membantu dalam
pengeluaran sekresi,
Klien dibantu untuk
melakukan hal ini
dengan cara yang
tidak membuatnya
keletihan
4. Sebagai bahan
evaluasi setelah
melakukan intervensi
5. Oksigen diberikan
ketika terjadi
hipoksemia. Perawat
harus memantau
kemanjuran terapi
oksigen dan
memastikan bahwa
klien patuh dalam
menggunakan alat
pemberi oksigen.
Klien diinstruksikan
tentang penggunaan
oksigen yang tepat
Gangguan Tujuan : Dalam 1. Pantau presentase 1. Mengidentifikasi
pemenuha waktu ... x 24 jumlah makanan kemajuan atau
n jam setelah yang dikonsumsi penyimpangan dari
kebutuhan diberikan setiap kali makan, sasaran yang
nutrisi intervensi timbang BB tiap diharapkan
kurang Kriteria evaluasi hari, hasil 2. Bau yang tidak
dari : - Klien pemeriksaan protein menyenangkan dapat
kebutuhan medemontrasika total, albumin dan memengaruhi nafsu
tubuh n intake osmolalitas makan
yang makanan yang 2. Berikan perawatan 3. Ahli diet ialah
berhubung adekuat untuk mulut tiap 4 jam jika spesialis dalam ilmu
an dengan memenuhi sputum berbau gizi yang dapat
peningkata kebutuhan busuk. Pertahankan membantu klien
n dalam kesegaran ruangan memilih mkanan yang
metabolis metabolisme 3. Rujuk kepada ahli memenuhi kebutuhan
me tubuh, tubuh - Intake diet untuk membantu kalori dan kebutuhan
penurunan makanan memilih makanan gizi sesuai dengan
nafsu meningkat, tidak yang dapat keadaan sakitnya,
makan ada penuruanan memenuhi usia, tinggi dan berat
akibat BB lebih lanjut, kebutuhan gizi badannya.
sesak nafas menyatakan selama sakit panas 4. Peningkatan suhu
sekunder perasaan 4. Dukung klien untuk tubuh meningkatkan
terhadap sejahtera mengonsumsi metabolisme, intake
penekanan makanan tinggi protein, vitamin,
struktur kalori tinggi protein mineral, dan kalori
abdomen 5. Berikan makanan yang adekuat penting
dengan porsi sedikit untuk aktivitas
tapi sering dan anabolik dan sintesis
mudah dikunyah jika antibodi
ada sesak napas bera 5. Makanan porsi sedikit
tapi sering
memerlukan lebih
sedikit energi
Gangguan Tujuan : Dalam 1. Monitor frekuensi 1. Mengidentifikasi
ADL waktu ... x 24 nadi dan napas kemajuan atau
(Activity jam setelah sebelum dan sesudah penyimpangan dari
Daily intervensi aktivitas. sasaran yang
Living) dilakukan 2. Tunda aktivitas jika diharapkan Gejala-
yang dengan Kriteria frekuensi nadi dan gejala tersebut
berhubung evaluasi : - napas meningkat merupaan tanda
an dengan Klien secara cepat dan adanya intoleransi
kelemahan mendemontrasik klien mengeluh aktivitas.
fisik an peningkat sesak napas dan 2. Konsumsi oksigen
umum dan toleransi kelelahan, meningkat jika
keletihan terhadap tingkatkan aktivitas aktivitas meningkat
sekunder aktivitas - Klien secara bertahap dan daya tahan tubuh
akibat dapat untuk meningkatkan klien dapat bertahan
adanya melakukan toleransi lebih lama jika ada
sesak aktivitas dapat 3. Bantu klien dalam waktu istirahat
berjalan lebih melasanakan sesuai diantara aktivitas
jauh tanpa dengan 3. Membantu
mengalami kebutuhannya. Beri menurunkan
napas tersengal- klien waktu kebutuhan oksigen
sengal, sesak beristirahat tanpa yang meningkat akibat
napas, dan diganggu berbagai peningakatan aktivitas
kelelahan aktivitas 4. Aktivitas fisik
4. Pertahankan oksigen meningkatkan
selama aktivitas dan kebutuhan oksigen
laukan tindakan dan sistem tubuh akan
pencegahan terhadap berusaha
komplikasi akibat menyesuaikannya
imobilisasi jika klien keseluruhan sistem
dianjurkan tirah berlangsung dalam
baring lama tempo yang lebih
5. Konsultasikan lambat saat tidak ada
dengan dokter jika aktivitas fisik (tirah
sesak napas tetap ada baring).Tindakan
atau bertambah berat keperawatann yang
saat istirahat spesifik dapat
meminimalkan
komplikasi
imbobilisasi
5. Hal tersebut dapat
merupakan tanda awal
dari komplikasi
khususnya gagal napas
Cemas Dalam waktu 3 1. Bantu dalam 1. Pemanfaatan sumber
yang x 24 jam klien mengidentifikasi koping yang ada
berhubung mampu sumber koping yang secara konstruktif
an dengan memahami dan ada sangat bermanfaat
adanya menerima 2. Ajarkan teknik dalam mengatasi
ancaman keadaannya relaksasi stres
kematian sehingga tidak 3. Pertahankan 2. Mengurangi saling
yang terjadi hubungan saling percaya membantu
dibayangk kecemasan percaya antara memperlancar proses
an dengan Kriteria perawat dan klien terapeutik
( ketidakm evaluasi : - 4. Kaji faktor yang 3. Tindakan yang tepat
ampuan Klien terlihat menyebabkan diperlukan dalam
untuk mampu timbulnya rasa mengatasi masalah
bernapas). bernapas secara cemas - Bantu klien yang dihadapi klien
normaldan mengenali dan dan membangun
mampu mengakui rasa kepercayaan dalam
beradaptasi cemasnya mengurangi
dengan kecemasan
keadaannya. 4. Rasa cemas
Respons merupakan efek
nonverbal klien emosi sehingga
tampak lebih apabila sudah
rileks dan santai teridentifikasi
dengan baik, maka
perasaan yang
menganggu dapat
diketahui
Gangguan Tujuan : Dalam 1. Ciptakan lingkungan 1. Lingkungan yang
pola tidur waktu ... x 24 yang nyaman dan nyaman dapat
dan jam setelah tenang membantu
istrahat diberikan 2. Kaji tentang meningkatkan
yang intervensi kebiasaan tidur tidur/istirahat
berhubung Gangguan pola pasien dirumah - 2. Mengetahui
an dengan tidur klien akan Kaji adanya faktor perubahan dari halhal
batuk yang teratasi dengan penyebab gangguan yang merupakan
menetap Kriteria pola tidur yang lain kebiasaan pasien
dan sesak Evaluasi : - seperti cemas,efek ketika tidur akan
napas Jumlah jam obatobatan dan mempengaruhi pola
serta tidur dalm batas suasana ramai tidur pasien
perubahan normal 6- 8 3. Anjurkan pasien 3. Mengetahui faktor
suasana jam/hari - Pola untuk menggunakan penyebab gangguan
lingkunga tidur, kualitas pegantar tidur dan pola tidur yang lain
n. dalam batas teknik relaksas dialami dan dirasakan
normal - 4. Kaji tanda-tanda pasien.
Perasaan segar kurangnya 4. Pengantar tidur akan
sesudah tidur pemenuhan memudahkan pasien
atau istrahat - kebutuhan tidur jatuh dalam tidur,
Mampu pasien teknik relaksasi akan
mengidentifikasi 5. Kolaborasi bersama mengurangi
hal-hal yang dokter untuk ketegangan dan sesak
meningkatkan pemberian obat tidur serta rasa nyeri
tidur 5. Untuk mengetahui
terpenuhi atau
tidaknya kebutuhan
tidur pasien akibat
gangguan pola tidur
sehingga dapat
diambil tindakan yang
tepat. - Mengurangi
masalah tidur
Kurangny Tujuan : Dalam 1. Kaji kemampua 1. Keberhasilan proses
a waktu ...x 24 klien untuk pembelajaran
pengetahu jam setelah mengikuti dipengaruhi oleh
an yang diberikan pembelajaran kesiapan fisik,
berhubung intervensi klien ( tingkat kecemasan, emosional, dan
an dengan mampu kelelahan umum, lingkungan yang
informasi melaksanakan pengetahuan klien kondusif
yang tidak apa yang di sebelumnya, dan 2. Meningkatkan
adekuat informasikan suasan yang tepat) partisipasi klien dalam
mengenai dengan Kriteria 2. Jelaskan tentang program pengobatan
proses evaluasi : - dosis obat, frekuensi dan mencegah putus
penyakit Klien terlihat pemberian, kerja obat karena
pengobata mengalami yang diharapkan dan membaiknya kondisi
n penurunan alasan mengapa fisik klien sebelum
potens pengobatan Efusi jadwal terapi selesai
menularkan pleura berlangsung 3. Dapat menunjukkan
penyakit yang dalam waktu yang pengaktifan ulang
ditunjukkan oleh lama proses penyakit dan
kegagalan 3. Ajarkan dan nilai efek obat yang
kontak klien kemampuan klien memerlukan evaluasi
untuk lanjut
mengidentifikaasi 4. Diet TKTP dan cairan
gejala/tanda yang adekuat
reaktivitasi penyakit memenuhi
4. Tekankanpentingnya peningkatan
mempertahankan kebutuhan metabolik
intake nutrisi yang tubuh. Pendidikan
mengandung protein kesehatan tentang hal
dan kalori yang itu akan meningkatkan
tinggi serta intake kemandirian klien
cairan yang dalam perawatan
cukupsetiap hari penyakitknya

Anda mungkin juga menyukai