BEDAH
PADA PASIEN EFUSI PLEURA
OLEH KELOMPOK 3 :
1. DWI FAKHRUDIN
2. DIANITA WAHYU AGUSTIN
3. NUR AISYAH
4. NUR WAHYUDIN
5. ANIS FATIN N
6. SOLIKHATI
7. SULIKAH
8. NI LUH NANTRI
PENGERTIAN
Efusi pleura adalah pengumpulan cairan dalam ruang pleura yang terletak diantara permukaan visceral dan
parietal, proses penyakit primer jarang terjadi tetapi biasanya merupakan penyakit sekunder terhadap penyakit
lain (Nurarif et al, 2015).
Efusi pleura adalah kondisi paru bila terdapat kehadiran dan peningkatan cairan yang luar biasa di antara
ruang pleura. Pleura adalah selaput tipis yang melapisi permukaan paru-paru dan bagian dalam dinding dada di
luar paru-paru. Di pleura, cairan terakumulasi di ruang antara lapisan pleura. Biasanya, jumlah cairan yang
tidak terdeteksi hadir dalam ruang pleura yang memungkinkan paru-paru untuk bergerak dengan lancar dalam
rongga dada selama pernapasan (Philip, 2017).
Efusi pleura adalah pengumpulan cairan dalam ruang pleura yang terletak diantara permukaan viceralis dan
parietalis. Proses penyakit primer jarang terjadi tetapi biasanya merupakan penyakit sekunder terhadap
penyakit lain (Nurarif & Kusuma, 2015). Efusi pleura adalah kondisi dimana udara atau cairan berkumpul
dirongga pleura yang dapat menyebabkan paru kolaps sebagian atau seluruhnya (Nair & Peate, 2015)
ETIOLOGI
Efusi pleura adalah akumulasi cairan pleura akibat peningkatan kecepatan produksi
cairan, penurunan kecepatan pengeluaran cairan atau keduanya, ini disebabkan
oleh satu dari lima mekanisme berikut (Morton 2012) :
1) Peningkatan tekanan pada kapiler sub pleura atau limfatik
2) Peningkatan permeabilitas kapiler
3) Penurunan tekanan osmotic koloid darah
4) Peningkatan tekakanan negative intrapleura
5) Kerusakan drainase limfatik ruang pleura
ETIOLOGI
( LANJUTAN ... )
Berdasarkan jenis cairan yang terbentuk, cairan pleura dibagi lagi menjadi
transudat, eksudat dan hemoragi.
1. Transudat dapat disebabkan oleh kegagalan jantung kongesif (gagal jantung kiri), sindrom nefrotik, asites
(karena sirosishati), sindrom vena kava superior, tumor dan sindrom meigs.
2. Eksudat disebabkan oleh infeksi, TB, pneumonia, tumor, infark paru, radiasi dan penyakit kolagen.
3. Efusi hemoragi dapat disebabkan oleh adanya tumor, trauma, infark paru dan tuberculosis.
ANATOMI PARU-PARU
KLASIFIKASI
Thoraksentesis
Drainase cairan jika efusi pleura menimbulkan gejala subjektif seperti nyeri,dispneu, dan lain lain. Cairan efusi sebanyak 1 -
1,5 liter perlu dikeluarkan untuk mencegah meningkatnya edema paru. Jika jumlah cairan efusi pleura lebih banyak maka
pengeluaran cairan berikutnya baru dapat dikalkukan 1 jam kemudian.
Antibiotic
Pemberian antibiotik dilakukan apabila terbukti terdapat adanya infeksi. Antibiotik diberi sesuai hasil kultur kuman.
Pleurodesis17
Pada efusi karena keganasan dan efusi rekuren lain, diberi obat melalui selang interkostalis untuk melekatkan kedua lapisan
pleura dan mencegah cairan terakumulasi kembali.
Pengkajian terdiri dari dua yaitu pengkajian skrining dan pengkajian mendalam. Pengkajian
skrining dilakukan ketika menentukan apakah keadaan tersebut normal atau abnormal, jika ada
beberapa data yang ditafsirkan abnormal makan akan dilakukan pengkajian mendalam untuk
menentukan diagnosis yang tepat (NANDA, 2018)
Terdapat 14 jenis subkategori data yang dikaji yaitu respirasi, sirkulasi, nutrisi dan cairan,
eleminasi, aktivitas dan istirahat, neurosensory, reproduksi dan seksualitas, nyeri dan kenyamanan,
integritas ego, pertumbuhan dan perkembangan, kebersihan diri, penyuluhan dan pembelajaran,
interaksi sosial, serta keamanan dan proteksi (Tim Pokja SDKI DPP PPNI, 2019).
Pengkajian pada pasien efusi pleura merupakan suatu aspek yang sangat penting dalam proses
keperawatan untuk merencanakan tindakan yang akan diberikan kepada pasien. Data dasar yang
dikumpulkan pada saat pengkajian adalah status terkini pasien terkait dengan kondisi sistem
respiratory sebagai prioritas pengkajian.
PENGKAJIAN
( LANJUTAN ... )
Pengkajan pola napas tidak efektif pada efusi pleura : (Tim Pokja SDKI
DPP PPNI, 2019) .
Pengkajian meliputi :
Data umum
Meliputi nama, jenis kelamin, umur, alamat, agama,nomor register, bahasa yang dipakai, status perkawinan,
pekerjaan, asuransi, golongan darah,pendidikan, tanggal MRS, diagnosa medis (Wahid, 2013).
Pengkajian Psiko-sosio-spirutual :
Pengakjian psikologis klien meliputi beberapa dimensi yang memungkinkan perawat untuk memperoleh
persepsi yang jelas mengenai status emosi, kognitif, dan perilaku klien.Perawat mengumpulkan data hasil
pemeriksaan awal kliwn tentang kapasitas fisik dan intelektual saat ini.data ini penting untuk menentukan
tingkat perlunya pengkajian psiko-sosio-spirituak yang saksama (Muttaqin, 2012 ).
PENGKAJIAN
( LANJUTAN ... ) PEMERIKSAAN FISIK
Keadaan Umum
Kesadaran
Klien dengan effusi pleura biasanya akan mengalami keluhan batuk, sesak napas, nyeri pleuritis, rasa berat pada dada, dan berat badan
menurun (Muttaqin, 2012).
Tanda- tanda Vital
RR cenderung mengikat dank lien biasanya dispneu, suara perkusi redup sampai pekak vocal premitus menurun, bergantung pada jumlah
cairannya, auskultasi suara napas menurut sampai menghilang (Somantri, 2012) .
Mata
I : konjungtiva pucat (karena anemia), konjungtiva sianosis (karena hipoksemia) (Andarmoyo, Sulistyo. 2012).
Pa : Tidak ada pembesaran abnormal, tidak ada nyeri tekan.
Hidung
I : adanya pernafasan cuping hidung (megap-megap, dyspnea), (Andarmoyo, Sulistyo. 2012).
Pa : Tidak ada pembesaran abnormal, tidak ada nyeri tekan.
Mulut dan Bibir
I : Membrane mukosa sianpsis (karena penurunan oksigen), bernapas dengan dengan mengerutkan mulut (dikaitkan dengan penyakit paru
kronik), tidak ada stomatitis (Andarmoyo, Sulistyo. 2012).
Pa : Tidak ada pmbesaran abnormal, tidak ada nyeri tekan.
Telinga
I : Simetris, tidak ada serumen, tidak ada alat bantu pendengaran.
Pa : tidak ada pembesaran abnormal, tidak ada nyeri tekan.
Leher
I : Tidak ada lesi, warna kulit sawo matang, warna kulit merata.
Pa : Tidak ada pembesaran vena jugularis dan tidak ada pembesaran kelenjar tyroid, tidak ada nyeri tekan.
PENGKAJIAN
( LANJUTAN ... ) PEMERIKSAAN FISIK
Paru-paru
I : Peningkatan frekuensi/takipnea, peningkatan kerja napas, penggunaan otot aksesoris pernapasan pada dada, leher, retraksi intercostals, ekspirasi
abdominal akut, gerakan dada tidak sama (paradoksik) bila trauma, penurunan pengembangan thorak (area yang sakit)
Pa : Terjadi ketertinggalan gerak antara area yang sakit dengan area yang sehat. Fremitus menurun (sisi yang terlihat).
Pemeriksaan fremitus dilakukan dengan ucapan :
1) Anjurkan klien mengatakan “Tujuh Puluh Tujuh” atau “Sembilan Puluh Sembilan” secara berulang-ulang dengan intonasi sama kuat
2) Dengan menggunakan dua tangan, pemeriksa menempelkan kedua tangannya kepunggung klien, dan rasakan getaran dari paru kanan dan kiri.
Apakah bergetar sama atau tidak.
Pe : Bunyi pekak diantara area yang terisi cairan.
A: Bunyi nafas menghilang atau tidak terdengar diatas bagian yang terkena
Gejala : kesulitan bernapas, batuk, riwayat bedah / trauma
Tanda : Takipnea, penggunaan otot aksesori pernapasan pada dada, retraksi interkostal, bunyi napas menurun dan fremitus menurun (pada sisi terlibat)
(Padila,2012)
Abdomen
I : Tidak ada lesi, warna kulit merata.
A : Terdengar bising usus 12x/menit.
Pa : Tidak ada pembesaran abnormal, tidak ada nyeri tekan.
Pe : tympani
Genetalia
I : Tidak ada lesi, rambut pubis merata, tidak ada jaringan parut.
P : Tidak ada nyeri tekan, tidak ada pembesaran abnormal.
Kulit
I : pucat, sianosis, berkeringat, krepitasi subkutan (Padila, 2012).
PENGKAJIAN
( LANJUTAN ... ) PEMERIKSAAN FISIK
A (antropometri) meliputi pengukuran berat badan, tinggi badan, lingkar kepala, lingkar lengan atas, IMT (Indeks
Massa Tubuh). Indeks masa tubuh (IMT) mengukur berat badan yang sesuai dengan tinggi badan dan memberikan
alternatif hubungan antara tinggi badan dan berat badan klien.Hitung IMT dengan rumus :
Klien dikatakan memiliki berat badan yang berlebihan jika skor IMT berada antara 25-30.
C (Chemical) meliputi tanda-tanda klinis, turgor kulit, mukosa bibir, konjungtiva anemis/tidak.
D (Diet) meliputi :
Nafsu makan
Jenis makanan yang dikonsumsi
Frekuensi makanan yang diberikan selama di rumah sakit.
PENGKAJIAN
( LANJUTAN ... ) PEMERIKSAAN FISIK
Tanda dan gejala menurut SDKI
a) Gelaja dan Tanda Mayor
Subjektif
1. Dispnea
Objektif
1. Penggunaan otot bantu napas
2. Fase ekspirasi memanjang
3. Pola napas abnormal (misalnya takipnea, bradipnea, hiperventilasi, kussmaul,
cheyne-stoke)
b) Gejala dan Tanda Minor
Subjektif
1. Ortopnea
Objektif
1. Pernapasan pursed-lip
2. Pernapasan cuping hidung
3. Diameter thoraks anterior-posterior meningkat
4. Ventilasi semenit menurun
5. Kapasitas vital menurun
6. Tekanan ekspirasi menurun
7. Tekanan inspirasi menurun
8. Ekskursi dada berubah
DIAGNOSA KEPERAWATAN
Diagnosis keperawatan yang ditegakkan adalah pola napas tidak efektif berhubungan dengan depresi pusat pernapasan,
hambatan upaya napas (misalnya nyeri saat bernapas, kelemahan otot pernapasan), deformitas dinding dada, deformitas
tulang dada, gangguan neuromuskular, gangguan neurologis (misalnya elektroensefalogram [EEG] positif, cedera kepala,
gangguan kejang), imaturitas neurologis, penurunan energi, obesitas, posisi tubuh yang menghambat ekspansi paru, sindrom
hipoventilasi, kerusakan inervasi diafragma (kerusakan saraf C5 ke atas), cedera medulla spinalis, efek agen farmakologis,
dan kecemasan ditandai dengan 13 batasan karakteristik yang dibagi pada tanda gejala mayor dan minor. Dimana pada tanda
gejala mayor terdapat dyspnea, penggunaan otot bantu pernapasan, fase ekspirasi memanjang, dan pola napas abnormal
(misalnya Takipnea, bradipnea, hiperventilasi, kussmaul, cheyne-stokes). Sedangkan tanda gejala minor terdapat pernapasan
pursed-lip, pernapasan cuping idung, diameter thoraks anterior-posterior meningkat, ventilasi semenit meneurun, kapasitas
vital menurun, tekana ekspirasi menurun, tekanan inspirasi menurun, ekskursi dada berubah. (Tim Pokja SDKI DPP PPNI,
2019).
Diagnosis keperawatan yang difokuskan pada tugas makalah kelompok adalah pola napas tidak efektif berhubungan dengan
(b.d) deformitas dinding dada dibuktikan dengan (d.d) dyspnea, penggunaan otot bantu pernapasan, fase ekspirasi
memanjang, dan pola napas abnormal (misalnya Takipnea, bradipnea, hiperventilasi, kussmaul, cheyne-stokes), pernapasan
pursed-lip, pernapasan cuping idung, diameter thoraks anterior-posterior meningkat, ventilasi semenit meneurun, kapasitas
vital menurun, tekana ekspirasi menurun, tekanan inspirasi menurun, ekskursi dada berubah.kami mengambil beberapa
contoh diagnosis prioritas yang akan dilakukan intervensi keperawatan.
INTERVENSI KEPERAWATAN
Pola nafas tidak efektif (D.0005)
Tujuan dan kriteria hasil:
Setelah dilakukan intervensi keperawatan selama (…) maka pola nafas membaik dengan kriteria hasil :
Ventilasi semenit meningkat
Kapasitas vital meningkat
Diameter thoraks anterio-posterior meningkat
Tekanan ekspirasi meningkat
Tekanan inspirasi meningkat
Dispnea menurun
Penggunaan otot bantu napas menurun
Pemanjangann fase ekspirasi menurun
Orthopnea menurun
Pernapasan pursed-lip menurun
Pernapasan cuping hidung menurun
Frekuensi napas membaik
Kedalaman napas membaik
Ekskursi dada membaik
INTERVENSI KEPERAWATAN
( LANJUTAN ... )
Rencana tindakan keperawatan
Menurut PPNI (2019) rencana tindakan keperawatan yang diberikan kepada pasien efusi pleura dengan pola napas tidak
efektif mengacu pada Standar
Intervensi Kesehatan Indonesia (SIKI) yaitu:
1. Manajemen jalan napas
Definisi manajemen jalan napas, yakni mengidentifikasi dan mengelola kepatenan jalan napas
Tindakan
a) Observasi
Monitor pola napas (frekuensi, kedalaman, usaha napas)
Monitor bunyi napas tambahan (misalnya Gurgling, mengi, wheezing, ronchi
kering)
Monitor sputum (jumlah, warna, aroma)
b) Terapeutik
Pertahankan kepatenan jalan napas dengan head-tilt dan chin lift (jaw thrust jika curiga trauma servikal)
Posisikan semi fowler atau fowler
Berikan minum hangat
Lakukan fisioterapi dada, jika perlu
Lakukan penghisapan lendir kurang dari 15 detik
Lakukan hiperoksigenasi sebelum penghisapan endotrakeal
Keluarkan sumbatan benda padat dengan forcep McGiil
Berikan oksigen, jika perlu
INTERVENSI KEPERAWATAN
( LANJUTAN ... )
c) Edukasi
Anjurkan asupan cairan 2000 ml/ hari, jika tidak terkontraindikasi
Ajarkan teknik batuk efektif
d) Kolaborasi
Pemberian Bronchodilator, ekspektoran, mukolitik, jika perlu
Pemantuan Respirasi, yakni mengumpulkan dan menganalisis data memastikan kepatenan jalan napas
dan keefektifan pertukaran gas.
INTERVENSI KEPERAWATAN
( LANJUTAN ... )
2. Pemantauan respirasi
Definisi pemantauan respirasi, yakni mengumpulkan dan menganalisa data utnuk memastikan kepatenan jalan napas
dan keefektifan pertukaran gas
Tindakan
a) Observasi
Monitor frekuensi, irama, kedalaman dan upaya napas
Monitor pola napas (seperti bradipnea, takipnea, hiperventilasi, Kussmaul, Cheyne-Stokes, biot, ataksik)
Monitor kemampuan batuk efektif
Monitor adanya produksi sputum
Monitor adanya sumbatan jalan napas
palpasi kesimetrisan ekspansi paru
Auskultasi bunyi napas
Monitor saturasi oksigen
Monitor nilai AGD
Monitor hasil x-ray toraks
b) Terapeutik
Atur interval pemantuan respirasi sesuai kondisi pasien
Dokumentasikan hasil pemantuan
c) Edukasi
Jelaskan tujuan dan prosedur pemantauan, jika perlu
INTERVENSI KEPERAWATAN
( LANJUTAN ... )
Gangguan pertukaran gas (D.0003)
Tujuan dan kriteria hasil: Setelah dilakukan intervensi keperawatan selama (…) maka pertukaran gas
meningkat dengan kriteria hasil :
Tingkat kesadaran meningkat
Dispenea menurun
Bunyi napas tambahan menjurun
Pusing menurun
Penglihatan kabur menurun
Diaforesisi menurun
Gelisah menurun
Napas cuping hidung menurun
PCO2 membaik
Po2 membaik
Takikardi membaik
pH arteri membaik
Sianosis membaik
Pola napas membaik
Warna kulit membaik
INTERVENSI KEPERAWATAN
( LANJUTAN ... )
Implementasi keperawatan merupakan sebuah fase dimana perawat melaksanakan rencana atau
perencanaan yang sudah dilaksanakan sebelumnya (Koizer, et al., 2011). Tindakan keperawatan adalah
perilaku atau aktivitas spesifik yang dikerjakan oleh perawat untuk mengimplementasikan
19perencanaan keperawatan. Tindakan-tindakan pada perencanaan keperawatan terdiri atas observasi,
terapeutik, edukasi dan kolaborasi (Tim Pokja SIKI DPP PPNI, 2019). Implementasi keperawatan
membutuhkan fleksibilitas dan kreativitas perawat. Sebelum melakukan tindakan, perawat harus
mengetahui alasan mengapa tindakan tersebut dilakukan. Implementasi keperawatan berlangsung dalam
tiga tahap. Fase pertama merupakan fase persiapan yang mencakup pengetahuan tentang validasi
rencana, implementasi rencana, persiapan pasien dan keluarga. Fase kedua merupakan puncak
implementasi keperawatan yang berorientasi pada tujuan. Fase ketiga merupakan transmisi perawat dan
pasien setelah implementasi keperawatan selesai dilakukan (Asmadi, 2008)
EVALUASI KEPERAWATAN
Evaluasi keperawatan merupakan fase akhir dalam proses keperawatan (Koizer et al., 2011). Evaluasi
dapat berupa evaluai struktur, proses dan hasil. Evaluasi terdiri dari evaluasi formatif yaitu
menghasilkan umpan balik selama program berlangsung. Sedangkan evaluasi sumatif dilakukan setelah
program selesai dan mendapatkan informasi efektivitas pengambilan keputusan (Deswani, 2011).
Evaluasi asuhan keperawatan didokumentasikan dalam bentuk SOAP (subjektif, objektif, assesment,
planing) (Achjar, 2012). Adapun komponen SOAP yaitu S (Subjektif) dimana perawat menemui
keluhan pasien yang masih dirasakan setelah diakukan tindakan keperawatan, O (Objektif) adalah data
yang berdasarkan hasil pengukuran atau observasi perawat secara langsung pada pasien dan yang
dirasakan pasien setelah tindakan keperawatan, A (Assesment) adalah interprestsi dari data subjektif dan
objektif, P (Planing) adalah perencanaan keperawatan yang 20akan dilanjutkan, dihentikan,
dimodifikasi, atau ditambah dari rencana tindakan keperawatan yang telah ditentukan sebelumnya.
Evaluasi yang diharapkan sesuai dengan masalah yang pasien hadapi yang telah di buat pada
perencanaan tujuan dan kriteria hasil.
EVALUASI KEPERAWATAN
( LANJUTAN ... )
Evaluasi dilakukan terhadap pasien efusi pleura dengan pola napas tidak efektif berdasarkan tujuan dan
kriteria hasil mengacu pada Standar Luaran
Keperawatan Indonesia ( SLKI ) (Tim Pokja SLKI DPP PPNI, 2019) :
Ventilasi semenit meningkat
Kapasitas vital meningkat
Diameter thoraks anterio-posterior meningkat
Tekanan ekspirasi meningkat
Tekanan inspirasi meningkat
Dispnea menurun
Penggunaan otot bantu napas menurun
Pemanjangann fase ekspirasi menurun
Orthopnea menurun
Pernapasan pursed-lip menurun
Pernapasan cuping hidung menurun
Frekuensi napas membaik
Kedalaman napas membaik
ekskursi dada membaik
TERIMA KASIH
DARI KELOMPOK 3