Anda di halaman 1dari 53

ASUHAN KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH PADA PASIEN HEPATITIS

OLEH :

1. SULIKAH
2. ANIS FATIN N
3. DWI FAKHRUDIN
4. DIANITA WAHYU A
5. NUR AISYAH
6. PURBO PUTRA M

PROGRAM B S1 KEPERAWATAN
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
BINA SEHAT PPNI
MOJOKERTO
2021
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah Subhanahu Wa Ta'ala atas
berkat dan rahmatnya yang telah diberikan kepada saya sehingga dapat
menyelesaikan makalah yang berjudul “ASUHAN KEPERAWATAN MEDIKAL
BEDAH PADA PASIEN HEPATITIS” ini dalam rangka memenuhi persyaratan
mata kuliah keperawatan medikah bedah. Dalam penyusunan makalah ini
penyusun banyak mengalami kesulitan dan hambatan, akan tetapi semuanya bisa
dilalui berkat bantuan dari berbagai pihak. Dalam penyusunan makalah ini penulis
telah mendapatkan bantuan, dorongan dan bimbingan dari berbagai pihak baik
materil maupun moril. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis mengucapkan
terima kasih kepada semua rekan kelompok yang telah terlibat

Mojokerto, 30 April 2021

Penyusun
BAB 1

TINJAUAN PUSTAKA

1.1 Konsep Hepatitis

1.1.1 Definisi

Hepatitis dideskripsikan sebagai kerusakan sel hati dengan

gambaran histologis yang spesifik ditandai dengan adanya inflamasi

pada hati, apabila bersifat kronik ditemukan jaringan parut. Hepatitis

akut dan kronik dibedakan atas lamanya penyakit dan pola kerusakan

hati yang ditimbulkan. Penularan hepatitis yang paling utama berasal

dari darah dan cairan tubuh. Virus dapat menular melalui cairan atau

secret tubuh misalnya dari sperma, air liur, keringat, air mata, ASI, dan

cairan efusi patologis. Hepatitis virus diklasifikasikan berdasarkan jenis

virus hepatotropik yang merupakan penyebabnya antara lain hepatitis

tipe A (HAV), B (HBV), C (HCV), D (HDV), dan E (HEV) [ CITATION

Kum15 \l 1033 ].

Hepatitis adalah inflamasi pada hati. Gangguan tersebut

disebabkan oleh virus, meskipun dapat diakibatkan oleh pajanan alcohol,

obat-obatan toksin, atau patogen lain. Hepatitis dapat bersifat akut atau

kronis. Sirosis merupakan kemungkinan konsekuensi dari kerusakan

hepatoseluler berat. Hepatitis kronis meningkatkan juga resiko terjadinya

kanker hati. [ CITATION Pri16 \l 1033 ]


Hepatitis adalah suatu proses peradangan difus pada jaringan yang

dapat disebabkan oleh infeksi virus dan oleh reaksi toksik terhadap obat-

obatan serta bahan-bahan kimia. [ CITATION And131 \l 1033 ]

1.1.2 Etiologi

Hepatitis adalah peradangan dari sel-sel liver yang meluas dan

menyebar. Hepatitis virus merupakan jenis yang paling dominan yang

merupakan hasil infeksi disebabkan oleh salah satu dari lima golongan

besar jenis virus, antara lain ;

1) Virus hepatitis A (HAV)

2) Virus hepatitis B (HBV)

3) Virus hepatitis C (HCV)

4) Virus hepatitis D (HDV)

5) Virus hepatitis E (HEV)

6) Virus hepatitis F dan G mempunyai kesamaan atau identitas

tersendiri, namun jenis ini jarang ada.

7) Hepatitis kemungkinan terjadi sebagai infeksi sekunder selama

perjalanan infeksi dengan virus-virus lainnya, seperti

Cytomegalovirus, Virus Epstein-Barr, Virus Herpes Simplex,

Virus Varicella-Zoster. [ CITATION Rud12 \l 1033 ]

Factor risiko terpaparnya virus hepatitis :

Penyebaran virus hepatitis dapat melalui darah dan cairan tubuh.

Penyebaran melalui cairan tubuh yang dimaksud seperti air liur,

keringat, air mata, air susu ibu, air mani, dan cairan efusi. Penularan
lainnya dapat berasal dari aktivitas seksual, penggunaan narkoba

suntikan. Peningkatan risiko infeksi terbesar dapat terjadi melalui

narkoba suntikan, homoseksual, orang-orang yang memiliki hubungan

heteroseksual, penderita hemophilia, kontak rumah tangga orang dengan

infeksi kronis, pasien hemodialysis, dan petugas kesehatan dengan

tingkat pajanan terhadap darah dan cairan tubuh infeksius. [ CITATION

Afi11 \l 1033 ]

1.1.3 Manifestasi Klinis

Manifestasi klinis hepatitis menurut [ CITATION Ami15 \l 1033 ] terdiri dari

4 tahapan meliputi :

1) Fase Inkubasi

Fase inkubasi terjadi saat waktu antara masuknya virus dan timbulnya

gejala atau icterus. Lamanya fase inkubasi tergantung pada dosis

inokulum yang ditularkan dan jalur penularan. Makin besar dosis

inokulum, makin pendek fase inkubasi.

2) Fase Prodormal (pra ikterik)

Fase pra ikterik terjadi diantara timbulnya keluhan pertama dan

timbulnya gejala icterus. Terjadi secara singkat yang ditandai dengan

malaise umum, myalgia, atralgia, mudah lelah, gejala saluran nafas

atas, anoreksia, mual, muntah diare, demam, serta adanya nyeri

abdomen pada kuadran kanan dibagian atas (epigastrium)

3) Fase Ikterus
Fase ikterus muncul setelah 5-10 hari, namun dapat juga muncul

bersamaan dengan munculnya gejala. Setelah timbul icterus jarang

terjadi perburukan gejala prodromal, tetapi justru akan terjadi

perbaikan klinis yang nyata.

4) Fase Konvaselen (Penyembuhan)

Pada fase penyembuhan dimulai dengan menghilangnya icterus dan

keluhan lain, namun hepatomegaly dan abnormalitas fungsi hati tetap

ada. Nafsu makan kembali normal, keadaan hepatitis akut akan

kembali membaik dalam jangka waktu 2-3 minggu. Pada hepatitis A

perbaikan klinis dan laboratorium lengkap terjadi dalam 9 minggu dan

16 minggu untuk hepatitis B.

1.1.4 Patofisiologi

Inflamasi yang menyebar pada hepar (hepatitis) dapat disebabkan

oleh infeksi virus dan oleh reaksi toksik terhadap obat-obatan dan bahan-

bahan kimia. Unit fungsional dasar dari hepar disebut lobul dan unit ini

unik karena memiliki suplai darah sendiri. Seiring dengan

berkembangnya inflamasi pada hepar, pola normal pada hepar

terganggu. Gangguan terhadap suplai darah normal pada sel-sel hepar ini

menyebabkan nekrosis dan kerusakan sel-sel hepar. Setelah lewat

masanya, sel-sel hepar yang menjadi rusak dibuang dari tubuh oleh

respon sistem imun dan digantikan oleh sel-sel hepar baru yang sehat.

Oleh karena itu, sebagian besar penderita klien yang mengalami hepatitis

sembuh dengan fungsi hepar normal.


Inflamasi pada hepar karena invasi virus akan menyebabkan

peningkatan suhu badan dan peregangan kapsula hati yang memicu

timbulnya perasaan tidak nyaman pada perut kuadran kanan atas. Hal ini

dimanifestasikan dengan adanya rasa mual dan nyeri di ulu hati.

Timbulnya ikterus karena kerusakan sel parenkim hati. Walaupun

jumlah billirubin yang belum mengalami konjugasi masuk ke dalam hati

tetap normal, tetapi karena adanya kerusakan sel hati dan duktuli

empedu intrahepatic, maka terjadi kesukaran pengangkutan billirubin

tersebut di dalam hati. Selain itu juga terjadi kesulitan dalam hal

konjugasi.

Akibatnya billirubin tidak sempurna dikeluarkan melalui duktus

hepatikus, karena terjadi retensi (akibat kerusakan sek ekskresi) dan

regurgitasi pada duktuli, empedu belum mengalami konjugasi (billirubin

indirek), maupun billirubin yang sudah mengalami konjugasi (billirubin

direk). Jadi icterus yang ditimbulkan disini terutama disebabkan karena

kesukaran dalam pengangkutan, konjugasi dan ekskresi billirubin.

Tinja mengandung sedikit sterkobilin oleh karena itu tinja tampak

pucat (abolis). Karena billirubin konjugasi larut dalam air, maka

billirubin dapat diekskresi ke dalam kemih, sehingga menimbulkan

billirubin urine dan kemih berwarna gelap. Peningkatan kadar billirubin

terkonjugasi dapat disertai peningkatan garam-garam empedu dalam

darah yang akan menimbulkan gatal-gatal pada ikterus. [ CITATION

And13 \l 1033 ]
1.1.5 Pathway

Pengaruh alcohol, virus Inflamasi pada hepar


hepatis, toksin

Hipertermi Peregangan kapsula hati

Gangguan suplai
Perasaan tidak nyaman
darah normal pada Hepatomegali
dikuadran kanan atas
sel-sel hepar
C

Nyeri akut Anoreksia

Ketidak nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh

Gangguan metabolism karbohidrat


lemak dan protein
Obstruksi Kerusakan konjugasi

Glikogenesis menurun Gangguan ekskresi Bilirubin tidak sempurna dikeluarkan


empedu melalui duktus hepatikus
Glikoneogenesis menurun

Glikogen dalam hepar Retensi bilirubin


Bilirubin direk meningkat
berkurang
Regurgiratasi pada duktuli
Glikogenosis menurun empedu intra hepatik Ikterus
v

Glukosa dalam darah berkurang Bilirubin direk meningkat


CV
Resiko ketidakstabilan kadar
glukosa darah Peningkatan garam empedu Larut dalam air
dalam darah
Cepat lelah
Pluritus
Intoleransi aktivitas
Ekskresi dalam kemih
Perubahan kenyamanan

Risiko gangguan fungsi hati Bilirubinuria dan kemih


berwarna gelap
Gambar 2.1 Pathway (Amin Huda dalam Nanda Nic-Noc 2013)
1.1.6 Pemeriksaan Laboratorium

Menurut [ CITATION Afi11 \l 1033 ] pemeriksaan laboratorium, didapatkan

sesuai dengan perkembangan penyakit meliputi hal-hal berikut :

a. Fase Akut

Adapun diagnosis pasti hepatitis B pada fase akut dapat

diketahui berdasarkan pemeriksaan laboratorium :

1) Peningkatan kadar aminotransferase (alanine (ALT), aspartate

(AST) ) di berbagai 1000-2000 IU/mL adalah ciri dari penyakit

hepatitis B pada fase akut. Tingkat SGPT biasanya lebih tinggi dari

SGOT.

2) Kadar alkalin fostatase bisa meningkat, namun biasanya tidak lebih

dari 3 kali batas atas normal.

3) Kadar albumin menurun dan serum kadar zat besi dapat meningkat.

4) Pada periode praikterik didapatkan leukopenia (granulocytopenia)

dan lymphocytosis adalah kelainan hematologic paling umum, yang

disertai dengan kenaikan dari tingkat sedimentasi.

5) Pemeriksaan darah didapatkan hasil anemia, kondisi tersebut

berhubungan dengan masa hidup sel darah merah yang pendek

6) Pasien dengan hepatitis parah mengalami perpanjangan waktu

prothrombin.

7) Penanda virus hepatitis dapat diidentifikasi dalam serum dan hati.

HbsAg (antigen Australia) dan HBeAg (penanda infektivitas)

adalah penanda pertama yang dapat diidentifikasi dalam serum,


selanjutnya adalah hasil dari HBcAb (IgM). Klien dengan HbsAg

terus-menerus selama lebih dari 6 bulan yang akan berkembang

menjadi hepatitis kronis.

8) Pada fase akut juga dilakukan pemeriksaan USG, Ct scan atau MRI.

Pemeriksaan tersebut dilakukan untuk mendeteksi adanya

ekogenitas dari struktur hati dan identifiksdi tumor atau hematoma.

b. Hepatitis B kronis

Tingkat dari aminotransferase ALT dan AST adalah normal dan

penanda infektivitas (HBeAg dan HBV DNA) mungkin negatif.

HbsAg, IgG HBcAb dan HBeAb juga akan hadir dall]am serum.

c. Hepatitis B kronis aktif

1) Elevasi dari aminotransferase (hingga 5 kali atas batas normsl)

akan ditemukan SGPT biasanya lebih tinggi daripada dari SGOT.

2) HbsAg, HBcAb dari jenis IgG atau IgM dalam kasus reaktivai

akan teriidentifikasi dalam serum.

d. Deteksi Gen HBSAg sebagai koinfeksi hepatitis B pada pengidap

HIV

Pemeriksaan hepatitis B baik di RS maupun di Lab. Klinis biasanya

menggunakan imunokromatografi (ELISA). ELISA merupakan

metode yang banyak menunjukkan hasil negative palsu pada

pemeriksaan hepatitis B, khususnya pada gen pre S dan S sehingga

protein HBsAg tidak dapat dikenali oleh antibody pendeteksi yang

digunakan dalam imunokromatografi atau ELISA. Mutasi gen


tersebut menyebabkan perubahan struktur pada protein HbsAq yang

diekspresikan HBV. [ CITATION Pet19 \l 1033 ]

1.1.7 Penatalaksanaan

Jika seseorang telah di diagnosis menderita hepatitis, maka ia perlu

mendapatkan secara maksimal. Pengobatan harus dipercepat agar virus

tidak menyebar. Apabila penanganannya lambat membuat kerusakan

lebih besar pada hati dan menyebabkan kanker.

Setelah diagnose hepatitis B telah ditegakkan, maka ada beberapa

cara pengobatan untuk hepatitis B, yaitu pengobatan oral dan injeksi.

a. Pengobatan oral

1) Lamivudine adalah pengobatan oral dari kelompok

nukleosida analok, yang dikenal dengan nama 3TC. Obat ini

digunakan untuk enderita dewasa maupun anak-anak.

Pemakaian obai ini cenderung mengingkatkan enzim hati

(ALT) sehingga penderita akan mendapat monitor

bersinambungan dari dokter.

2) Adefofir dipivoxil (Hepsera) adalah analgesic oral dengan

pemberian secara oral akan lebih efektif, namun pemberian

dosis yang tinggi akan berpengaruh buruk terhadap fungsi

ginjal.

3) Baraclude (Entecavir), obat ini diberikan pada penderita

hepatitis B kronik, efek samping dari pemakaian obat ini


adalah sakit kepala, pusing, letih, mual, dan terjadi

peningkatan enzim hati.

b. Pengobatan dengan injeksi

Microsphere adalah analgesic yang mengandung partikel

radioaktif pemancar sinar β yang akan menghancurkan sel

kanker hati tanpa merusak jaringan sehat disekitarnya, injeksi

Alfa Interferon (INTRON A, INFERGEN, ROFERON)

diberikan secara subcutan dengan skala pemberian 3 kali dalam

seminggu selama 12-16 minggu ataulebih. Efek samping dari

pemberian obat ini adalah depresi, terutama pada penderita yang

memiliki riwayat depresi sebelumnya. Efek lainnya adalah

terasa sakit pada otot-otot, cepat letih dan sedikit menimbulkan

demam yang hal ini dapat dihilangkan dengan pemberian

antipiretik. [ CITATION Ami15 \l 1033 ]

1.1.8 Komplikasi

Kondisi hepatitis dapat memberikan berbagai komplikasi, meliputi:

fulminant hepatis, hepatocellular carcinoma/HCC (hepatoma),

glomerulonephritis, poliarteritis nodosa, pankreatitis, miokarditis,

atypical pneumonia, anemia aplastic, dan neuropati perifer. [ CITATION

Afi11 \l 1033 ]
BAB 2

TINJAUAN KASUS

2.1 Pengkajian
1. Identitas Klien
Identitas Klien Klien 1
Nama Tn. A

Tgl.lahir 02-03-1974

Umur 45 tahun

Jenis kelamin Laki-laki

Suku/bangsa Jawa/Indonesia

Agama Islam

Pendidikan SD

Pekerjaan Wiraswasta

Alamat Jl. Argopuro V/08 003/001 Magersari Mojokerto

Tgl.MRS 30 April 2021

Diagnosa medis Hepatitis B

No. Rekam Medis W2001311xxx

2. Tanda dan Gejala Mayor Minor


Klien Data Mayor Data Minor
Klien DS: klien mengatakan tubuhnya mengalami DS: klien mengatakan sakit perut kanan atas
penurunan drastic selama ± 1 bulan. disertai tidak nafsu makan.
DO: berat badan klien turun 17% dari berat DO: membran mukosa pucat, sariawan,
badan ideal. peristaltik usus 22 x/menit, hasil
BB ideal 54 kg pemeriksaan lab.albumin rendah dengan
BB awal 52 kg, BB selama sakit 45 kg. nilai 2.9 g/dL (normal 3.4 – 4.8).

3. Riwayat Penyakit
Riwayat penyakit Klien
Keluhan utama Pasien mengatakan mual, sakit perut kanan atas, tidak nafsu makan.

Riwayat penyakit Pasien mengatakan sebelum dirawat di RS Mawaddah Medika melakukan


sekarang pemeriksaan di RS Kamar Medika dengan hasil pemeriksaan HBsAg Positif
disertai keluhan nyeri perut, mual, muntah, serta badan tiba-tiba turun drastis
selama ± 1 bulan. Setelah melakukan pemeriksaan dan cek lab di RS Kamar
Medika di hari yang sama pasien di rujuk ke IGD RS Mawaddah Medika
dengan keluhan yang sama. Pada pukul 14.30 WIB pasien di pindahkan
keruang rawat inap. Saat dikaji pasien terlihat, kurus, lemah,icterus, sclera
kuning dan tidak bertenaga.
Pasien mengatakan tidak pernah dirawat di RS sebelumnya.

Riwayat penyakit Pasien mengatakan dikeluarganya tidak ada penyakit melular maupun menurun.
dahulu Tidak ada penyakit yang sama seperti pada yang di derita pasien saat ini.

Riwayat keluarga

Genogram
Keterangan :
laki-laki
perempuan
X meninggal
Klien
4. Perubahan Pola Kesehatan (Pola Gordon)

Pola Kesehatan Klien


1. Pola persepsi DS: pasien mengatakan terus berikhtiar dan menyerahkan semuanya pada
kesehatan Tuhan, yakin dirinya akan sembuh dan baik-baik saja asal melakukan
pengobatan tanpa henti dan rajin minum obat.
2. Pola aktivitas DS: pasien mengatakan untuk melakukan aktivitas selama sakit pasien harus
dan latihan dibantu keluarga karena badannya yang selalu lemas.
3. Pola istirahat DS: pasien mengatakan dalam sehari tidur ± selama 6-8 jam. Tidak mengalami
dan tidur kesulitan tidur.
DO: pasien tampak kurang segar, tidak terdapat kantung mata, icterus, sclera
berwarna kuning.
4. Pola nutrisi DS: pasien mengatakan tidak ada alergi makanan, nafsu makan menurun. Mual
metabolik dan muntah. Minum ±1500 cc/hari.
DO: satu posi makan hanya habis 4-5 sendok, pasien terlihat lemas, sangat
kurus.
BB ideal 54 kg
BB awal 52 kg, BB selama sakit 45 kg
5. Pola eliminasi
a. BAB DS: pasien mengatakan BAB 1x sehari.
DO: inspeksi perut simetris, palpasi terdapat nyeri tekan abdomen bagian kanan
atas, auskultasi bising usus 22x/menit.

DS: pasien mengatakan BAK melalui selang kateter dan tidak ada nyeri ketika
BAK.
b. BAK DO: pasien terpasang kateter, jumlah output urin perhari sebanyak 1400 cc.
berwarna kuning pekat.
6. Pola kognitif DO: klien mengatakan masih mampu untuk merasakan sensasi seperti
perceptual pendengaran, penglihatan, pengecapan. Tidak ada gangguan sensasi apapun
7. Pola konsep DO: klien mengatakan ingin cepat sembuh dan melakukan aktifitas seperti biasa.
diri
8. Pola koping DO: klien mengatakan pasrah terhadap penyakitnya dan berusaha selalu
berusaha sabar di setiap masalah.
9. Pola seksual DO: klien mengatakan selama sakit tidak memiliki gairah seksual
reproduksi
10. Pola peran dan DS: Pasien mengatakan sudah menikah dengan satu istri, menikah selama 20
hubungan tahun dikaruniai sebanyak 2 anak, satu anak laki-laki dan satu anak perempuan.
Berhubungan baik dengan keluarga dan masyarakat.
11. Pola nilai dan DO: klien mengatakan beragama islam, selama sakit ia melakukan ibadah
kepercayaan dengan diatas tempat tidur, sholat 5 waktu ditempat tidur.

5. Observasi dan Pemeriksaan Fisik


Observasi dan Klien
pemeriksaan fisik
Keadaan umum Lemah
Kesadaran Composmentis
Tanda-tanda vital
TD 100/70 mmHg
N 82 x/menit
RR 21 x/menit
S 36,5 oC
BB sebelumnya 52 kg
BB saat ini 45 kg
TB 160 cm
IMT 17,5
B1 (Breathing) Inspeksi bentuk dada simetris. Pasien tidak terpasang O2, tidak ada retraksi
intercoste. Frekuensi pernapasan 21 x/menit. Irama nafas regular. Suara napas
vesikuler, tidak terdapat suara napas tambahan seperti wheezing, ronkhi.
B2 (Blood) Inspeksi bentuk dada simetris. Tekanan darah 100/70 mmHg, nadi 82 x/menit,
CRT ≤ 2 detik, suara jantung normal S1 S2 tunggal, bunyi jantung redup. Tidak
terdapat nyeri dada, tidak ditemukan oedema, tidak sianosis, tidak teraba ictus
cordis.
B3 (Brain) GCS E: 4 V: 5 M: 6 kesadaran composmentis. Sclera berwarna kuning,
konjungtiva merah muda, pupil isokor, palpasi leher tidak ditemukan pembesaran
kelenjar tiroid limfe.
B4 (Bladder) Pasien terpasang kateter, jumlah output urin perhari sebanyak 1400 cc. berwarna
kuning pekat. Tidak ada nyeri saat BAK.
B5 (Bowel) Abdomen datar, tidak ada stomatitis, terdapat nyeri abdomen bagian kanan atas,
bunyi abdomen tympani, frekuensi BAB 1x/hari, peristaltik usus 22 x/menit.
B6 (Bone) Kemampuan gerak sendi bebas, tidak ada kelainan pada ekstermitas atas dan
bawah, terpasang infus ekstermitas atas bagian dekstra.
Kekuatan otot :
5 5
5 5

6. Pemeriksaan Darah
Pemeriksaan Darah Parameter Hasil Unit Nilai normal
Klien SGPT (ALT) 61 U/L 15 – 40
SGOT (AST) 53 U/L 10 – 40
HBSAg Positif Negatif
Albumin 2,9 g/dL 3,4 – 4,8

7. Terapi Obat
Terapi Infus Injeksi Oral
Klien NaCL 0,9% Ceftazidime 3 x 1 gr ceftazidime Curcuma 3 x 20 mg
14 tpm Ranitidine 2 x 50 mg ranitidine HCI xanthorrhiza rhizome
(hydrochloride)
Furosemid 1 x 20 mg furosemida
Drip LOLA 2 x 20 mg L-ornithine L-asparte

2.1.1 Analisa Data


Klien Data Etiologi Masalah
Klien 1 DS: pasien mengatakan nafsu makan Pengaruh alkohol, virus hepatis, toksin Defisit
menurun, nyeri perut bagian kanan Nutrisi
atas, mual dan muntah. Inflamasi pada hepar (D.0019)
DO:
1. Satu porsi makan hanya habis Peregangan kapsula hati
4 – 5 sendok.
2. Pasien terlihat lemas Hepatomegali
3. Pasien terlihat sangat kurus
4. BB sebelum sakit 52 kg Anoreksia, mual, muntah
BB selama sakit 45 kg
TB 160 cm Defisit nutrisi
IMT 17,5
Klien 2 DS: pasien mengatakan mual tiap Pengaruh alkohol, virus hepatis, toksin Defisit
kali makan, muntah, nafsu makan Nutrisi
menurun, dan nyeri perut kanan atas Inflamasi pada hepar (D.0019)
DO:
1. Makan hanya habis 3 – 4 Peregangan kapsula hati
sendok makan satu porsi/hari.
2. Pasien terlihat lemas Hepatomegali
3. BB sebelumnya 57 kg
BB selama sakit 50 kg Anoreksia, mual, muntah
TB 170 cm
IMT 17,3 Defisit nutrisi

2.1.2 Diagnosa Keperawatan


Data Problem Masalah Etiologi dan Symptom
Klien Defisit Nutrisi Ketidakadekuatan input nutrisi untuk memenuhi kebutuhan metabolik
(D.0019) tubuh ditandai dengan :
1. Pasien hanya menghabiskan makanannya sebanyak 4 – 5 sendok
makan/hari.
2. Pasien terlihat lemas
3. Pasien terlihat sangat kurus
4. BB sebelumnya 52 kg
BB selama sakit 45 kg
TB : 160 cm

2.1.3 Intervensi Keperawatan


Diagnosa Keperawatan Intervensi Rasional
(Tujuan dan Kriteria Hasil)
Klien
Defisit Nutrisi (D.0019) Manajemen Nutrisi (I.03119)
b.d Ketidakadekuatan input Observasi : Observasi :
nutrisi untuk memenuhi 1. Identifiksi status nutrisi 1. Memberikan pemantauan yang
kebutuhan metabolik 2. Identifikasi alergi dan progresif akan status nutrisi yang
tubuh. intoleransi makanan membaik.
Tujuan: 3. Identifikasi makanan yang 2. Ketidaktahuan alergi makanan
Setelah diberi asuhan disukai yang dikonsumsi dapat
keperawatan Manajemen 4. Monitor asupan makanan memperburuk keadaan klien.
Nutrisi (L.03030) selama 6 5. Monitor berat badan (IMT) 3. Dorong klien untuk makan
x 24 jam diharapkan 6. Monitor hasil pemeriksaan dengan mendukung kesukaan
kebutuhan nutrisi klien laboratorium makanan berguna untuk
dapat membaik dengan menambah nafsu najan klien.
kriteria hasil : 4. Untuk mengetahui intake
1. Porsi makanan yang makanan yang dikonsumsi.
dihabiskan meningkat 5. Pemantauan IMT salah satu
2. Verbalisasi keinginan metode untuk menentukan status
untuk meningkatkan gizi seseorang.
nutrisi meningkat 6. Memberikan pemantauan yang
3. Nyeri abdomen progresif akan status
menurun perkembangan kesehatan.
4. Berat badan membaik Terapeutik : Terapeutik :
5. Nafsu makan membaik 1. Berikan makanan dan buah 1. Konstipasi dapat memperburuk
6. IMT membaik tinggi serat untuk mencegah perkembangan konsidi pasien.
konstipasi, seperti apel, 2. Glukosa dalam karbohidrat cukup
pisang, brokoli, kacang- efektif untuk pemenuhan energi.
kacangan dsb.
2. Berikan makanan tinggi
kalori dan tinggi protein,
misalnya nasi ±100 gr/hari,
sayur dan buah, serta
makanan dengan rendah
garam.
Edukasi : Edukasi :
1. Ajarkan diet yang di 1. Edukasi Perencanaan diet nutrisi
programkan. yang sukses dilakukan dengan
2. Edukasi keluarga untuk pendekatan multidisiplin melalui
mengantisipasi penularan kelangsungan perawatan.
penyakit: pemberian vaksin 2. Pencegahan hepatitis dapat
untukanggota keluarga yang diantisipasi dengan beberapa cara,
tidak terunfeksi, jelaskan agar menurunkan penularan dan
pentingnya selalu cuci meminimalisir angka kejadian
tangan, selalu menggunakan hepatitis.
benda-benda pribadi
dirumah anjurkan untuk
jangan memakai barang
secara bergantian, anjurkan
keluarga dank lien untuk
selalu makan dan minum
dengan kualitas baik dan
bersih.
Kolaborasi : Kolaborasi :
1. Kolaborasi dengan ahli gizi 1. Berguna dalam membuat program
untuk menentukan jumlah diet untuk memenuhi kebutuhan
kalori dan jenis nutrient individu. Metabolisme lemak
yang dibutuhkan. bervariasi tergantung pada
produksi dan pengeluaran empedu
dan perlunya pembatasan masukan
lemak bila terjadi diare. Bila
toleransi normal atau lebih protein
akan membantu regenerasi hati.
Pembatasan protein diindikasikan
pada penyakit berat (hepatis
kronis) karena akumulasi produk
akhir metabolism protein dapat
mencetuskan hepatic enselofati.
2. Kolaborasi dengan tim 2. Ranitidine berfungsi untuk
medis untuk pemberian mengurangi produksi asam
1. Ceftazidime 3x1 gr lambung.
ceftazidime Santagesik berfungsi untuk
2. Ranitidine 2x50mg mengatasi nyeri.
ranitidine HCI Granisentron berfungsi sebagai
(hydrochloride) obat untuk mencegah mual dan
3. Furosemide 1x20 mg muntah.
furosemide Curcuma berfungsi utuk
4. Drip LOLA 2x20 mg menambah atau meningkatkan
L-ornithine L-asparte nafsu makan.
5. Curcuma 3x20 mg
xanthorrhiza rhizome

2.1.4 Implementasi Keperawatan

Diagnosa Keperawatan Waktu Implementasi


Klien
Defisit Nutrisi 20 April 2021 Mengobservasi BB dan IMT secara bertahap.
(D.0019) b.d 07.30 WIB Hasil:
Ketidakadekuatan input BB / TB:45 kg / 160 cm
nutrisi untuk memenuhi IMT: 17,5
kebutuhan metabolik 08.15 WIB Kolaborasi dengan tim medis untuk pemberian
tubuh d.d pasien injeksi.
anoreksia, mual dan Hasil :infus NaCL 0,9% iv 14 tpm
muntah, muntah, 1. Ceftazidime 3x1 gr ceftazidime
mengalami penurunan 2. Ranitidine 2x50mg ranitidine HCI
berat badan secara (hydrochloride)
drastic. 3. Furosemide 1x20 mg furosemide
4. Drip LOLA 2x20 mg L-ornithine L-asparte
08.30 WIB 5. Curcuma 3x20 mg xanthorrhiza rhizome
Memberikan informasi kepada klien dan keluarga
tentang pentingnya kebutuhan nutrisi.
Hasil: klien dan keluarga dapat memahami informasi
09.50 WIB yang diberikan
Mengontrol makanan yang diberikan oleh ahli gizi.
Hasil: makanan yang diberikan telah sesuai dengan
10.15 WIB diet yang diprogramkan
Memberikan makanan sedikit dalam frekuensi sering
dan memberi porsi sarapan lebih banyak.
10.30 WIB Hasil: klien mau makan, tetapi hanya habis 4 sendok.
Menganjurkan klien makan pada posisi duduk tegak.
12.15 WIB Hasil: klien selalu duduk saat makan
Mengobservasi TTV
Hasil:
TD : 110/70 mmHg
N : 68 x/menit
RR : 19 x/menit
S : 36,5oC
21 April 2021 Mengobservasi BB dan IMT secara bertahap.
08.10 WIB Hasil:
BB / TB : BB / TB : 45 kg / 160 cm
IMT : 17,5
08.45 WIB Kolaborasi dengan tim medis untuk pemberian
injeksi.
Hasil: infus NaCL 0,9% iv 14 tpm,
1. Ceftazidime 3x1 gr ceftazidime
2. Ranitidine 2x50mg ranitidine HCI
(hydrochloride)
3. Furosemide 1x20 mg furosemide
4. Drip LOLA 2x20 mg L-ornithine L-asparte
09.30 WIB 5. Curcuma 3x20 mg xanthorrhiza rhizome
Memberikan informasi kepada klien dan keluarga
tentang pentingnya kebutuhan nutrisi.
Hasil: klien dan keluarga dapat memahami informasi
10.00 WIB yang diberikan
Mengontrol makanan yang diberikan oleh ahli gizi.
Hasil: makanan yang diberikan telah sesuai dengan
10.45 WIB diet yang diprogramkan
Memberikan makanan sedikit dalam frekuensi sering
dan memberi porsi sarapan lebih banyak.
11.00 WIB Hasil: klien mau makan, tetapi hanya habis 4-5 sdm
Menganjurkan klien makan pada posisi duduk tegak.
12.00 WIB Hasil: klien selalu duduk saat makan
Mengobservasi TTV
Hasil:
TD : 110/80 mmHg
N : 80 x/menit
RR : 20 x/menit
S : 36,2oC
22 April 2021 Mengobservasi BB dan IMT secara bertahap.
08.00 WIB Hasil:
BB / TB : 45 kg / 160 cm
IMT: 17, 5
08.30 WIB Kolaborasi dengan tim medis untuk pemberian
injeksi.
Hasil : infus NaCL 0,9% iv 14 tpm
1. Ceftazidime 3x1 gr ceftazidime
2. Ranitidine 2x50mg ranitidine HCI (hydrochloride)
3. Furosemide 1x20 mg furosemide
4. Drip LOLA 2x20 mg L-ornithine L-asparte
09.00 WIB 5. Curcuma 3x20 mg xanthorrhiza rhizome
Memberikan informasi kepada klien dan keluarga
tentang pentingnya kebutuhan nutrisi.
Hasil: klien dan keluarga dapat memahami informasi
09.45 WIB yang diberikan
Mengontrol makanan yang diberikan oleh ahli gizi.
Hasil: makanan yang diberikan telah sesuai dengan
10.30 WIB diet yang diprogramkan
Memberikan makanan sedikit dalam frekuensi sering
dan memberi porsi sarapan lebih banyak.
11.35 WIB Hasil: klien mau makan, tetapi hanya habis 5 sendok.
Menganjurkan klien makan pada posisi duduk tegak.
12.00 WIB Hasil: klien selalu duduk saat makan
Mengobservasi TTV
Hasil:
TD : 100/70 mmHg
N : 76 x/menit
RR : 20 x/menit
S : 36,9oC
23 April 2021 Mengobservasi BB dan IMT secara bertahap.
08.15 WIB Hasil:
BB / TB : 46 kg / 160 cm
IMT: 17,9
08.45 WIB Kolaborasi dengan tim medis untuk pemberian
injeksi.
Hasil : infus NaCL 0,9% iv 14 tpm
1. Ceftazidime 3x1 gr ceftazidime
2. Ranitidine 2x50mg ranitidine HCI
(hydrochloride)
3. Furosemide 1x20 mg furosemide
4. Drip LOLA 2x20 mg L-ornithine L-asparte
09.00 WIB 5. Curcuma 3x20 mg xanthorrhiza rhizome
Memberikan informasi kepada klien dan keluarga
tentang pentingnya kebutuhan nutrisi.
Hasil: klien dan keluarga dapat memahami informasi
10.10 WIB yang diberikan
Mengontrol makanan yang diberikan oleh ahli gizi.
Hasil: makanan yang diberikan telah sesuai dengan
10.30 WIB diet yang diprogramkan
Memberikan makanan sedikit dalam frekuensi sering
dan memberi porsi sarapan lebih banyak.
11.20 WIB Hasil: klien mau makan, tetapi hanya habis 5 sendok.
Menganjurkan klien makan pada posisi duduk tegak.
Hasil: klien selalu duduk saat makan
Edukasi keluarga untuk mengantisipasi penularan
penyakit: pemberian vaksin untukanggota keluarga
yang tidak terunfeksi, jelaskan pentingnya selalu cuci
tangan, selalu menggunakan benda-benda pribadi
dirumah anjurkan untuk jangan memakai barang
secara bergantian, anjurkan keluarga dank lien untuk
selalu makan dan minum dengan kualitas baik dan
12.15 WIB bersih.
Mengobservasi TTV
Hasil:
TD : 100/60 mmHg
N : 90 x/menit
RR : 20 x/menit
S : 35,5oC
24 April 2021 Mengobservasi BB dan IMT secara bertahap.
08.15 WIB Hasil:
BB / TB : 46,5 kg / 160 cm
IMT:18,1
08.00 WIB Kolaborasi dengan tim medis untuk pemberian
injeksi.
Hasil : infus NaCL 0,9% iv 14 tpm
1. Ceftazidime 3x1 gr ceftazidime
2. Ranitidine 2x50mg ranitidine HCI
(hydrochloride)
3. Furosemide 1x20 mg furosemide
4. Drip LOLA 2x20 mg L-ornithine L-asparte
08.45 WIB 5. Curcuma 3x20 mg xanthorrhiza rhizome
Memberikan informasi kepada klien dan keluarga
tentang pentingnya kebutuhan nutrisi.
Hasil: klien dan keluarga dapat memahami informasi
09.00 WIB yang diberikan
Mengontrol makanan yang diberikan oleh ahli gizi.
Hasil: makanan yang diberikan telah sesuai dengan
10.00 WIB diet yang diprogramkan
Memberikan makanan sedikit dalam frekuensi sering
dan memberi porsi sarapan lebih banyak.
11.10 WIB Hasil: klien mau makan, tetapi hanya habis ½ sdm
Menganjurkan klien makan pada posisi duduk tegak.
12.00 WIB Hasil: klien selalu duduk saat makan
Mengobservasi TTV
Hasil:
TD : 110/70 mmHg
N : 81 x/menit
RR : 20 x/menit
S : 36,0 oC
25 April 2021 Mengobservasi BB dan IMT secara bertahap.
08.00 WIB Hasil:
BB / TB : 47 kg / 160 cm
IMT: 18, 3
08.30 WIB Kolaborasi dengan tim medis untuk pemberian
injeksi.
Hasil : infus NaCL 0,9% iv 14 tpm
1. Ceftazidime 3x1 gr ceftazidime
2. Ranitidine 2x50mg ranitidine HCI
(hydrochloride)
3. Furosemide 1x20 mg furosemide
4. Drip LOLA 2x20 mg L-ornithine L-asparte
09.00 WIB 5. Curcuma 3x20 mg xanthorrhiza rhizome
Memberikan informasi kepada klien dan keluarga
tentang pentingnya kebutuhan nutrisi.
Hasil: klien dan keluarga dapat memahami informasi
09.45 WIB yang diberikan
Mengontrol makanan yang diberikan oleh ahli gizi.
Hasil: makanan yang diberikan telah sesuai dengan
10.30 WIB diet yang diprogramkan
Memberikan makanan sedikit dalam frekuensi sering
dan memberi porsi sarapan lebih banyak.
11.35 WIB Hasil: klien mau makan, tetapi hanya habis 1 porsi.
Menganjurkan klien makan pada posisi duduk tegak.
Hasil: klien selalu duduk saat makan
Mengedukasi keluarga untuk mengantisipasi
penularan penyakit: pemberian vaksin untukanggota
keluarga yang tidak terunfeksi, jelaskan pentingnya
selalu cuci tangan, selalu menggunakan benda-benda
pribadi dirumah anjurkan untuk jangan memakai
barang secara bergantian, anjurkan keluarga dank lien
untuk selalu makan dan minum dengan kualitas baik
11.50 WIB dan bersih.
Mengobservasi TTV
Hasil:
TD : 110/80 mmHg
N : 88 x/menit
RR : 20 x/menit
S : 36,4 oC

2.1.5 Catatan Perkembangan


Catatan Perkembangan Klien
Diagnosa Keperawatan Tanggal/Waktu Catatan Perkembangan Paraf
Defisit Nutrisi 20 April 2021 S: klien mengatakan masih mual, muntah, nyeri
(D.0019) b.d 13.00 WIB perut kanan atas dan tidak nafsu makan.
Ketidakadekuatan input O: sclera kuning, klien tampak lemas, peristaltic
nutrisi untuk memenuhi usus 22 x/menit, klien mampu menghabiskan satu
kebutuhan metabolik porsi makanan sebanyak 4 sendok. BB 45 kg.
tubuh d.d pasien A: deficit nutrisi belum teratasi
anoreksia, mual dan P: intervensi dilanjutkan pemberian terapi medis,
muntah, muntah, memberikan makanan dan buah tinggi serat,
mengalami penurunan tinggi kalori serta tinggi protein
berat badan secara
drastic. 21 April 2021 S: klien mengatakan masih sama seperti kemarin,
13.00 WIB tidak nafsu makan, nyeri perut kanan atas, sclera
kuning, muntah tadi pagi sebanyak 2 kali, istri
klien sempat takut tentang keadaan klien, tidak
ada asupan namun sudah muntah sejak pagi.
O: klien tampak lemas, pucat, kurus, sclera
kuning, peristaltik usus 36 x/menit, pasien hanya
mampu menghabiskan sarapannya sebanyak 4-5
sdm. BB: 45 kg
A: deficit nutrisi belum teratasi
P: intervensi dilanjutkan edukasi nutrisi, terapi
medis.
22 April 2021 S: klien mengatakan kemarin malam sempat
13.30 WIB demam suhu tubuh mencapai 38,0oC. pusing.
Semalam dan tadi pagi tidak muntah, masih nyeri
perut kanan atas, selalu mual ketika makan. Klien
mengeluh semalaman tidak bisa tidur karena
nyeri perut yang dirasa makin parah.
O: klien tampak lemas, tidak bertenaga, pucat,
sclera kuning, terdapat mata panda, peristaltik
usus 36 x/menit, pasien hanya mampu
menghabiskan makanannya sebanyak 5 sendok
makan. BB: 45 kg
A: deficit nutrisi belum teratasi
P: intervensi terapi medis sesuai resep obat
dilanjutkan, diberi edukasi kompres hangat bila
demam.
23 April 2021 S: klien mengatakan nyeri perut kanan atas
13.15 WIB sedikit berkurang setelah mencoba manajemen
nyeri yang telah diajarkan, semalam sempat
muntah satu kali, muntah berupa cairan karena
sebelumnya tidak ada makanan yang masuk
diperut, tidak bisa tidur, baru bisa tidur saat pukul
02.00 dan bangun saat subuh, bangun klien
merasa pusing, masih mual ketika makan.
O: klien tampak lemas, tidak bertenaga, terdapat
kantung mata, sclera kuning, peristaltic usus 20
x/menit, pasien hanya makan 5 sendok, warna
kencing coklat pekat BB: 46 kg
A: deficit nutrisi belum teratasi
P: intervensi dilanjutkan, manajemen nyeri,
edukasi nutrisi, dan pemberian terapi yang telah
diresepkan.

24 April 2021 S: klien mengatakan semalam sampai pagi ini


13.00 WIB tidak muntah, mual berkurang, semalah tidur
nyenyak, sudah tidak nyeri perut kanan atas.
Klien mengatakan merasa lebih baik dari
kemarin, nafsu makannya mulai membaik karena
sudah tidak merasa mual, dan klien pagi ini
bersemangat untuk sarapan karena disediakan
makanan kesukaannya.
O: klien tampak cerah, klien sangat bersemangat
ketika dokter memperbolehkan untuk pulang
besok jika hasil laboratorium menunjukan
perkembangan baik, tidak ada kantung mata,
peristaltik usus 21 x/menit, pasien makan ½ porsi
makanan. BB: 46,5 kg
A: deficit nutrisi teratasi sebagian
P: intervensi dilanjutkan, rencana cek
laboratorium ulang, terapi lanjut sesuai resep
pemberian obat.

S: klien mengatakan jauh lebih baik dari kemarin,


tidak mual dan muntah, tidak ada nyeri perut
25 April 2021 kanan atas, semalam tidur nyenyak.
13.45 WIB O: klien tampak lebih segar, tidak ada kantung
mata, peristaltic usus 23 x/menit, klien makan
habis satu porsi. BB: 47 kg
A: deficit nutrisi teratasi
P: intervensi dihentikan, pasien pulang dan
diberikan edukasi
Edukasi : dirumah jika terasa mual dan muntah
lagi sebaiknya diatasi dengan menghindari
pemicu mual dan muntah seperti bebauan yang
tajam, panas, kondisi lembab, ruangan pengap
keributan, lampu yang berkelap kelip, cahaya
silau. Selain itu pasien juga perlu diedukasi untuk
memodifikasi diet.
Modifikasi diet : makan dalam jumlah sedikit
dengan frekuensi sering, hindari makanan pedas,
berlemak dan makanan yang berbau tajam.
Hindari makanan kering dan tawar. Dianjurkan
berupa makanan atau minuman yang
mengandung jahe dan peppermint, kaldu, serta
biscuit.

2.1.6 Evaluasi
Evaluasi klien
Tanggal/waktu Evaluasi Paraf
25 April 2021 S: klien mengatakan jauh lebih baik dari kemarin, tidak mual dan muntah,
14.00 WIB tidak ada nyeri perut kanan atas, semalam tidur nyenyak.
O: klien tampak lebih segar, tidak ada kantung mata, klien makan habis
satu porsi. Peristaltic usus 23 x/menit. BB: 48 kg
A: deficit nutrisi teratasi
P: intervensi dihentikan, pasien rencana pulang. Klien dan keluarga di
edukasi tentang nutrisi, makan dengan posisi duduk, sebelum dan sesudah
makan lakukan oral hygine.
Edukasi : dirumah jika terasa mual dan muntah lagi sebaiknya diatasi
dengan menghindari pemicu mual dan muntah seperti bebauan yang tajam,
panas, kondisi lembab, ruangan pengap keributan, lampu yang berkelap
kelip, cahaya silau. Selain itu pasien juga perlu diedukasi untuk
memodifikasi diet.
Modifikasi diet : makan dalam jumlah sedikit dengan frekuensi sering,
hindari makanan pedas, berlemak dan makanan yang berbau tajam. Hindari
makanan kering dan tawar. Dianjurkan berupa makanan atau minuman
yang mengandung jahe dan peppermint, kaldu, serta biscuit.

BAB 2

TINJAUAN KASUS
2.1 Pengkajian
1. Identitas Klien
Identitas Klien Klien 1
Nama Tn. A

Tgl.lahir 02-03-1974

Umur 45 tahun

Jenis kelamin Laki-laki

Suku/bangsa Jawa/Indonesia

Agama Islam

Pendidikan SD

Pekerjaan Wiraswasta

Alamat Jl. Argopuro V/08 003/001 Magersari Mojokerto

Tgl.MRS 30 April 2021

Diagnosa medis Hepatitis B

No. Rekam Medis W2001311xxx

2. Tanda dan Gejala Mayor Minor


Klien Data Mayor Data Minor
Klien DS: klien mengatakan tubuhnya mengalami DS: klien mengatakan sakit perut kanan atas
penurunan drastic selama ± 1 bulan. disertai tidak nafsu makan.
DO: berat badan klien turun 17% dari berat DO: membran mukosa pucat, sariawan,
badan ideal. peristaltik usus 22 x/menit, hasil
BB ideal 54 kg pemeriksaan lab.albumin rendah dengan
BB awal 52 kg, BB selama sakit 45 kg. nilai 2.9 g/dL (normal 3.4 – 4.8).

3. Riwayat Penyakit
Riwayat penyakit Klien
Keluhan utama Pasien mengatakan mual, sakit perut kanan atas, tidak nafsu makan.

Riwayat penyakit Pasien mengatakan sebelum dirawat di RS Mawaddah Medika melakukan


sekarang pemeriksaan di RS Kamar Medika dengan hasil pemeriksaan HBsAg Positif
disertai keluhan nyeri perut, mual, muntah, serta badan tiba-tiba turun drastis
selama ± 1 bulan. Setelah melakukan pemeriksaan dan cek lab di RS Kamar
Medika di hari yang sama pasien di rujuk ke IGD RS Mawaddah Medika
dengan keluhan yang sama. Pada pukul 14.30 WIB pasien di pindahkan
keruang rawat inap. Saat dikaji pasien terlihat, kurus, lemah,icterus, sclera
kuning dan tidak bertenaga.
Pasien mengatakan tidak pernah dirawat di RS sebelumnya.

Riwayat penyakit Pasien mengatakan dikeluarganya tidak ada penyakit melular maupun menurun.
dahulu Tidak ada penyakit yang sama seperti pada yang di derita pasien saat ini.

Riwayat keluarga

Genogram
Keterangan :
laki-laki
perempuan
X meninggal
Klien
4. Perubahan Pola Kesehatan (Pola Gordon)

Pola Kesehatan Klien


1. Pola persepsi DS: pasien mengatakan terus berikhtiar dan menyerahkan semuanya pada
kesehatan Tuhan, yakin dirinya akan sembuh dan baik-baik saja asal melakukan
pengobatan tanpa henti dan rajin minum obat.
2. Pola aktivitas DS: pasien mengatakan untuk melakukan aktivitas selama sakit pasien harus
dan latihan dibantu keluarga karena badannya yang selalu lemas.
3. Pola istirahat DS: pasien mengatakan dalam sehari tidur ± selama 6-8 jam. Tidak mengalami
dan tidur kesulitan tidur.
DO: pasien tampak kurang segar, tidak terdapat kantung mata, icterus, sclera
berwarna kuning.
4. Pola nutrisi DS: pasien mengatakan tidak ada alergi makanan, nafsu makan menurun. Mual
metabolik dan muntah. Minum ±1500 cc/hari.
DO: satu posi makan hanya habis 4-5 sendok, pasien terlihat lemas, sangat
kurus.
BB ideal 54 kg
BB awal 52 kg, BB selama sakit 45 kg
5. Pola eliminasi
a. BAB DS: pasien mengatakan BAB 1x sehari.
DO: inspeksi perut simetris, palpasi terdapat nyeri tekan abdomen bagian kanan
atas, auskultasi bising usus 22x/menit.

DS: pasien mengatakan BAK melalui selang kateter dan tidak ada nyeri ketika
BAK.
b. BAK DO: pasien terpasang kateter, jumlah output urin perhari sebanyak 1400 cc.
berwarna kuning pekat.
6. Pola kognitif DO: klien mengatakan masih mampu untuk merasakan sensasi seperti
perceptual pendengaran, penglihatan, pengecapan. Tidak ada gangguan sensasi apapun
7. Pola konsep DO: klien mengatakan ingin cepat sembuh dan melakukan aktifitas seperti biasa.
diri
8. Pola koping DO: klien mengatakan pasrah terhadap penyakitnya dan berusaha selalu
berusaha sabar di setiap masalah.
9. Pola seksual DO: klien mengatakan selama sakit tidak memiliki gairah seksual
reproduksi
10. Pola peran dan DS: Pasien mengatakan sudah menikah dengan satu istri, menikah selama 20
hubungan tahun dikaruniai sebanyak 2 anak, satu anak laki-laki dan satu anak perempuan.
Berhubungan baik dengan keluarga dan masyarakat.
11. Pola nilai dan DO: klien mengatakan beragama islam, selama sakit ia melakukan ibadah
kepercayaan dengan diatas tempat tidur, sholat 5 waktu ditempat tidur.

5. Observasi dan Pemeriksaan Fisik


Observasi dan Klien
pemeriksaan fisik
Keadaan umum Lemah
Kesadaran Composmentis
Tanda-tanda vital
TD 100/70 mmHg
N 82 x/menit
RR 21 x/menit
S 36,5 oC
BB sebelumnya 52 kg
BB saat ini 45 kg
TB 160 cm
IMT 17,5
B1 (Breathing) Inspeksi bentuk dada simetris. Pasien tidak terpasang O2, tidak ada retraksi
intercoste. Frekuensi pernapasan 21 x/menit. Irama nafas regular. Suara napas
vesikuler, tidak terdapat suara napas tambahan seperti wheezing, ronkhi.
B2 (Blood) Inspeksi bentuk dada simetris. Tekanan darah 100/70 mmHg, nadi 82 x/menit,
CRT ≤ 2 detik, suara jantung normal S1 S2 tunggal, bunyi jantung redup. Tidak
terdapat nyeri dada, tidak ditemukan oedema, tidak sianosis, tidak teraba ictus
cordis.
B3 (Brain) GCS E: 4 V: 5 M: 6 kesadaran composmentis. Sclera berwarna kuning,
konjungtiva merah muda, pupil isokor, palpasi leher tidak ditemukan pembesaran
kelenjar tiroid limfe.
B4 (Bladder) Pasien terpasang kateter, jumlah output urin perhari sebanyak 1400 cc. berwarna
kuning pekat. Tidak ada nyeri saat BAK.
B5 (Bowel) Abdomen datar, tidak ada stomatitis, terdapat nyeri abdomen bagian kanan atas,
bunyi abdomen tympani, frekuensi BAB 1x/hari, peristaltik usus 22 x/menit.
B6 (Bone) Kemampuan gerak sendi bebas, tidak ada kelainan pada ekstermitas atas dan
bawah, terpasang infus ekstermitas atas bagian dekstra.
Kekuatan otot :
5 5
5 5

6. Pemeriksaan Darah
Pemeriksaan Darah Parameter Hasil Unit Nilai normal
Klien SGPT (ALT) 61 U/L 15 – 40
SGOT (AST) 53 U/L 10 – 40
HBSAg Positif Negatif
Albumin 2,9 g/dL 3,4 – 4,8

7. Terapi Obat
Terapi Infus Injeksi Oral
Klien NaCL 0,9% Ceftazidime 3 x 1 gr ceftazidime Curcuma 3 x 20 mg
14 tpm Ranitidine 2 x 50 mg ranitidine HCI xanthorrhiza rhizome
(hydrochloride)
Furosemid 1 x 20 mg furosemida
Drip LOLA 2 x 20 mg L-ornithine L-asparte

2.1.1 Analisa Data


Klien Data Etiologi Masalah
Klien 1 DS: pasien mengatakan nafsu makan Pengaruh alkohol, virus hepatis, toksin Defisit
menurun, nyeri perut bagian kanan Nutrisi
atas, mual dan muntah. Inflamasi pada hepar (D.0019)
DO:
1. Satu porsi makan hanya habis Peregangan kapsula hati
4 – 5 sendok.
2. Pasien terlihat lemas Hepatomegali
3. Pasien terlihat sangat kurus
4. BB sebelum sakit 52 kg Anoreksia, mual, muntah
BB selama sakit 45 kg
TB 160 cm Defisit nutrisi
IMT 17,5
Klien 2 DS: pasien mengatakan mual tiap Pengaruh alkohol, virus hepatis, toksin Defisit
kali makan, muntah, nafsu makan Nutrisi
menurun, dan nyeri perut kanan atas Inflamasi pada hepar (D.0019)
DO:
1. Makan hanya habis 3 – 4 Peregangan kapsula hati
sendok makan satu porsi/hari.
2. Pasien terlihat lemas Hepatomegali
3. BB sebelumnya 57 kg
BB selama sakit 50 kg Anoreksia, mual, muntah
TB 170 cm
IMT 17,3 Defisit nutrisi

2.1.2 Diagnosa Keperawatan


Data Problem Masalah Etiologi dan Symptom
Klien Defisit Nutrisi Ketidakadekuatan input nutrisi untuk memenuhi kebutuhan metabolik
(D.0019) tubuh ditandai dengan :
1. Pasien hanya menghabiskan makanannya sebanyak 4 – 5 sendok
makan/hari.
2. Pasien terlihat lemas
3. Pasien terlihat sangat kurus
4. BB sebelumnya 52 kg
BB selama sakit 45 kg
TB : 160 cm
2.1.3 Intervensi Keperawatan
Diagnosa Keperawatan Intervensi Rasional
(Tujuan dan Kriteria Hasil)
Klien
Defisit Nutrisi (D.0019) Manajemen Nutrisi (I.03119)
b.d Ketidakadekuatan input Observasi : Observasi :
nutrisi untuk memenuhi 1. Identifiksi status nutrisi 1. Memberikan pemantauan yang
kebutuhan metabolik 2. Identifikasi alergi dan progresif akan status nutrisi yang
tubuh. intoleransi makanan membaik.
Tujuan: 3. Identifikasi makanan yang 2. Ketidaktahuan alergi makanan
Setelah diberi asuhan disukai yang dikonsumsi dapat
keperawatan Manajemen 4. Monitor asupan makanan memperburuk keadaan klien.
Nutrisi (L.03030) selama 6 5. Monitor berat badan (IMT) 3. Dorong klien untuk makan
x 24 jam diharapkan 6. Monitor hasil pemeriksaan dengan mendukung kesukaan
kebutuhan nutrisi klien laboratorium makanan berguna untuk
dapat membaik dengan menambah nafsu najan klien.
kriteria hasil : 4. Untuk mengetahui intake
1. Porsi makanan yang makanan yang dikonsumsi.
dihabiskan meningkat 5. Pemantauan IMT salah satu
2. Verbalisasi keinginan metode untuk menentukan status
untuk meningkatkan gizi seseorang.
nutrisi meningkat 6. Memberikan pemantauan yang
3. Nyeri abdomen progresif akan status
menurun perkembangan kesehatan.
4. Berat badan membaik Terapeutik : Terapeutik :
5. Nafsu makan membaik 1. Berikan makanan dan buah 1. Konstipasi dapat memperburuk
6. IMT membaik tinggi serat untuk mencegah perkembangan konsidi pasien.
konstipasi, seperti apel, 2. Glukosa dalam karbohidrat cukup
pisang, brokoli, kacang- efektif untuk pemenuhan energi.
kacangan dsb.
2. Berikan makanan tinggi
kalori dan tinggi protein,
misalnya nasi ±100 gr/hari,
sayur dan buah, serta
makanan dengan rendah
garam.
Edukasi : Edukasi :
1. Ajarkan diet yang di 1. Edukasi Perencanaan diet nutrisi
programkan. yang sukses dilakukan dengan
2. Edukasi keluarga untuk pendekatan multidisiplin melalui
mengantisipasi penularan kelangsungan perawatan.
penyakit: pemberian vaksin 2. Pencegahan hepatitis dapat
untukanggota keluarga yang diantisipasi dengan beberapa cara,
tidak terunfeksi, jelaskan agar menurunkan penularan dan
pentingnya selalu cuci meminimalisir angka kejadian
tangan, selalu menggunakan hepatitis.
benda-benda pribadi
dirumah anjurkan untuk
jangan memakai barang
secara bergantian, anjurkan
keluarga dank lien untuk
selalu makan dan minum
dengan kualitas baik dan
bersih.
Kolaborasi : Kolaborasi :
1. Kolaborasi dengan ahli gizi 1. Berguna dalam membuat program
untuk menentukan jumlah diet untuk memenuhi kebutuhan
kalori dan jenis nutrient individu. Metabolisme lemak
yang dibutuhkan. bervariasi tergantung pada
produksi dan pengeluaran empedu
dan perlunya pembatasan masukan
lemak bila terjadi diare. Bila
toleransi normal atau lebih protein
akan membantu regenerasi hati.
Pembatasan protein diindikasikan
pada penyakit berat (hepatis
kronis) karena akumulasi produk
akhir metabolism protein dapat
mencetuskan hepatic enselofati.
2. Kolaborasi dengan tim 2. Ranitidine berfungsi untuk
medis untuk pemberian mengurangi produksi asam
1. Ceftazidime 3x1 gr lambung.
ceftazidime Santagesik berfungsi untuk
2. Ranitidine 2x50mg mengatasi nyeri.
ranitidine HCI Granisentron berfungsi sebagai
(hydrochloride) obat untuk mencegah mual dan
3. Furosemide 1x20 mg muntah.
furosemide Curcuma berfungsi utuk
4. Drip LOLA 2x20 mg menambah atau meningkatkan
L-ornithine L-asparte nafsu makan.
5. Curcuma 3x20 mg
xanthorrhiza rhizome

2.1.4 Implementasi Keperawatan

Diagnosa Keperawatan Waktu Implementasi


Klien
Defisit Nutrisi 20 April 2021 Mengobservasi BB dan IMT secara bertahap.
(D.0019) b.d 07.30 WIB Hasil:
Ketidakadekuatan input BB / TB:45 kg / 160 cm
nutrisi untuk memenuhi IMT: 17,5
kebutuhan metabolik 08.15 WIB Kolaborasi dengan tim medis untuk pemberian
tubuh d.d pasien injeksi.
anoreksia, mual dan Hasil :infus NaCL 0,9% iv 14 tpm
muntah, muntah, 1. Ceftazidime 3x1 gr ceftazidime
mengalami penurunan 2. Ranitidine 2x50mg ranitidine HCI
berat badan secara (hydrochloride)
drastic. 3. Furosemide 1x20 mg furosemide
4. Drip LOLA 2x20 mg L-ornithine L-asparte
08.30 WIB 5. Curcuma 3x20 mg xanthorrhiza rhizome
Memberikan informasi kepada klien dan keluarga
tentang pentingnya kebutuhan nutrisi.
Hasil: klien dan keluarga dapat memahami informasi
09.50 WIB yang diberikan
Mengontrol makanan yang diberikan oleh ahli gizi.
Hasil: makanan yang diberikan telah sesuai dengan
10.15 WIB diet yang diprogramkan
Memberikan makanan sedikit dalam frekuensi sering
dan memberi porsi sarapan lebih banyak.
10.30 WIB Hasil: klien mau makan, tetapi hanya habis 4 sendok.
Menganjurkan klien makan pada posisi duduk tegak.
12.15 WIB Hasil: klien selalu duduk saat makan
Mengobservasi TTV
Hasil:
TD : 110/70 mmHg
N : 68 x/menit
RR : 19 x/menit
S : 36,5oC
21 April 2021 Mengobservasi BB dan IMT secara bertahap.
08.10 WIB Hasil:
BB / TB : BB / TB : 45 kg / 160 cm
IMT : 17,5
08.45 WIB Kolaborasi dengan tim medis untuk pemberian
injeksi.
Hasil: infus NaCL 0,9% iv 14 tpm,
1. Ceftazidime 3x1 gr ceftazidime
2. Ranitidine 2x50mg ranitidine HCI
(hydrochloride)
3. Furosemide 1x20 mg furosemide
4. Drip LOLA 2x20 mg L-ornithine L-asparte
09.30 WIB 5. Curcuma 3x20 mg xanthorrhiza rhizome
Memberikan informasi kepada klien dan keluarga
tentang pentingnya kebutuhan nutrisi.
Hasil: klien dan keluarga dapat memahami informasi
10.00 WIB yang diberikan
Mengontrol makanan yang diberikan oleh ahli gizi.
Hasil: makanan yang diberikan telah sesuai dengan
10.45 WIB diet yang diprogramkan
Memberikan makanan sedikit dalam frekuensi sering
dan memberi porsi sarapan lebih banyak.
11.00 WIB Hasil: klien mau makan, tetapi hanya habis 4-5 sdm
Menganjurkan klien makan pada posisi duduk tegak.
12.00 WIB Hasil: klien selalu duduk saat makan
Mengobservasi TTV
Hasil:
TD : 110/80 mmHg
N : 80 x/menit
RR : 20 x/menit
S : 36,2oC
22 April 2021 Mengobservasi BB dan IMT secara bertahap.
08.00 WIB Hasil:
BB / TB : 45 kg / 160 cm
IMT: 17, 5
08.30 WIB Kolaborasi dengan tim medis untuk pemberian
injeksi.
Hasil : infus NaCL 0,9% iv 14 tpm
1. Ceftazidime 3x1 gr ceftazidime
2. Ranitidine 2x50mg ranitidine HCI (hydrochloride)
3. Furosemide 1x20 mg furosemide
4. Drip LOLA 2x20 mg L-ornithine L-asparte
09.00 WIB 5. Curcuma 3x20 mg xanthorrhiza rhizome
Memberikan informasi kepada klien dan keluarga
tentang pentingnya kebutuhan nutrisi.
Hasil: klien dan keluarga dapat memahami informasi
09.45 WIB yang diberikan
Mengontrol makanan yang diberikan oleh ahli gizi.
Hasil: makanan yang diberikan telah sesuai dengan
10.30 WIB diet yang diprogramkan
Memberikan makanan sedikit dalam frekuensi sering
dan memberi porsi sarapan lebih banyak.
11.35 WIB Hasil: klien mau makan, tetapi hanya habis 5 sendok.
Menganjurkan klien makan pada posisi duduk tegak.
12.00 WIB Hasil: klien selalu duduk saat makan
Mengobservasi TTV
Hasil:
TD : 100/70 mmHg
N : 76 x/menit
RR : 20 x/menit
S : 36,9oC
23 April 2021 Mengobservasi BB dan IMT secara bertahap.
08.15 WIB Hasil:
BB / TB : 46 kg / 160 cm
IMT: 17,9
08.45 WIB Kolaborasi dengan tim medis untuk pemberian
injeksi.
Hasil : infus NaCL 0,9% iv 14 tpm
1. Ceftazidime 3x1 gr ceftazidime
2. Ranitidine 2x50mg ranitidine HCI
(hydrochloride)
3. Furosemide 1x20 mg furosemide
4. Drip LOLA 2x20 mg L-ornithine L-asparte
09.00 WIB 5. Curcuma 3x20 mg xanthorrhiza rhizome
Memberikan informasi kepada klien dan keluarga
tentang pentingnya kebutuhan nutrisi.
Hasil: klien dan keluarga dapat memahami informasi
10.10 WIB yang diberikan
Mengontrol makanan yang diberikan oleh ahli gizi.
Hasil: makanan yang diberikan telah sesuai dengan
10.30 WIB diet yang diprogramkan
Memberikan makanan sedikit dalam frekuensi sering
dan memberi porsi sarapan lebih banyak.
11.20 WIB Hasil: klien mau makan, tetapi hanya habis 5 sendok.
Menganjurkan klien makan pada posisi duduk tegak.
Hasil: klien selalu duduk saat makan
Edukasi keluarga untuk mengantisipasi penularan
penyakit: pemberian vaksin untukanggota keluarga
yang tidak terunfeksi, jelaskan pentingnya selalu cuci
tangan, selalu menggunakan benda-benda pribadi
dirumah anjurkan untuk jangan memakai barang
secara bergantian, anjurkan keluarga dank lien untuk
selalu makan dan minum dengan kualitas baik dan
12.15 WIB bersih.
Mengobservasi TTV
Hasil:
TD : 100/60 mmHg
N : 90 x/menit
RR : 20 x/menit
S : 35,5oC
24 April 2021 Mengobservasi BB dan IMT secara bertahap.
08.15 WIB Hasil:
BB / TB : 46,5 kg / 160 cm
IMT:18,1
08.00 WIB Kolaborasi dengan tim medis untuk pemberian
injeksi.
Hasil : infus NaCL 0,9% iv 14 tpm
1. Ceftazidime 3x1 gr ceftazidime
2. Ranitidine 2x50mg ranitidine HCI
(hydrochloride)
3. Furosemide 1x20 mg furosemide
4. Drip LOLA 2x20 mg L-ornithine L-asparte
08.45 WIB 5. Curcuma 3x20 mg xanthorrhiza rhizome
Memberikan informasi kepada klien dan keluarga
tentang pentingnya kebutuhan nutrisi.
Hasil: klien dan keluarga dapat memahami informasi
09.00 WIB yang diberikan
Mengontrol makanan yang diberikan oleh ahli gizi.
Hasil: makanan yang diberikan telah sesuai dengan
10.00 WIB diet yang diprogramkan
Memberikan makanan sedikit dalam frekuensi sering
dan memberi porsi sarapan lebih banyak.
11.10 WIB Hasil: klien mau makan, tetapi hanya habis ½ sdm
Menganjurkan klien makan pada posisi duduk tegak.
12.00 WIB Hasil: klien selalu duduk saat makan
Mengobservasi TTV
Hasil:
TD : 110/70 mmHg
N : 81 x/menit
RR : 20 x/menit
S : 36,0 oC
25 April 2021 Mengobservasi BB dan IMT secara bertahap.
08.00 WIB Hasil:
BB / TB : 47 kg / 160 cm
IMT: 18, 3
08.30 WIB Kolaborasi dengan tim medis untuk pemberian
injeksi.
Hasil : infus NaCL 0,9% iv 14 tpm
1. Ceftazidime 3x1 gr ceftazidime
2. Ranitidine 2x50mg ranitidine HCI
(hydrochloride)
3. Furosemide 1x20 mg furosemide
4. Drip LOLA 2x20 mg L-ornithine L-asparte
09.00 WIB 5. Curcuma 3x20 mg xanthorrhiza rhizome
Memberikan informasi kepada klien dan keluarga
tentang pentingnya kebutuhan nutrisi.
Hasil: klien dan keluarga dapat memahami informasi
09.45 WIB yang diberikan
Mengontrol makanan yang diberikan oleh ahli gizi.
Hasil: makanan yang diberikan telah sesuai dengan
10.30 WIB diet yang diprogramkan
Memberikan makanan sedikit dalam frekuensi sering
dan memberi porsi sarapan lebih banyak.
11.35 WIB Hasil: klien mau makan, tetapi hanya habis 1 porsi.
Menganjurkan klien makan pada posisi duduk tegak.
Hasil: klien selalu duduk saat makan
Mengedukasi keluarga untuk mengantisipasi
penularan penyakit: pemberian vaksin untukanggota
keluarga yang tidak terunfeksi, jelaskan pentingnya
selalu cuci tangan, selalu menggunakan benda-benda
pribadi dirumah anjurkan untuk jangan memakai
barang secara bergantian, anjurkan keluarga dank lien
untuk selalu makan dan minum dengan kualitas baik
11.50 WIB dan bersih.
Mengobservasi TTV
Hasil:
TD : 110/80 mmHg
N : 88 x/menit
RR : 20 x/menit
S : 36,4 oC

2.1.5 Catatan Perkembangan


Catatan Perkembangan Klien
Diagnosa Keperawatan Tanggal/Waktu Catatan Perkembangan Paraf
Defisit Nutrisi 20 April 2021 S: klien mengatakan masih mual, muntah, nyeri
(D.0019) b.d 13.00 WIB perut kanan atas dan tidak nafsu makan.
Ketidakadekuatan input O: sclera kuning, klien tampak lemas, peristaltic
nutrisi untuk memenuhi usus 22 x/menit, klien mampu menghabiskan satu
kebutuhan metabolik porsi makanan sebanyak 4 sendok. BB 45 kg.
tubuh d.d pasien A: deficit nutrisi belum teratasi
anoreksia, mual dan P: intervensi dilanjutkan pemberian terapi medis,
muntah, muntah, memberikan makanan dan buah tinggi serat,
mengalami penurunan tinggi kalori serta tinggi protein
berat badan secara
drastic. 21 April 2021 S: klien mengatakan masih sama seperti kemarin,
13.00 WIB tidak nafsu makan, nyeri perut kanan atas, sclera
kuning, muntah tadi pagi sebanyak 2 kali, istri
klien sempat takut tentang keadaan klien, tidak
ada asupan namun sudah muntah sejak pagi.
O: klien tampak lemas, pucat, kurus, sclera
kuning, peristaltik usus 36 x/menit, pasien hanya
mampu menghabiskan sarapannya sebanyak 4-5
sdm. BB: 45 kg
A: deficit nutrisi belum teratasi
P: intervensi dilanjutkan edukasi nutrisi, terapi
medis.

22 April 2021 S: klien mengatakan kemarin malam sempat


13.30 WIB demam suhu tubuh mencapai 38,0oC. pusing.
Semalam dan tadi pagi tidak muntah, masih nyeri
perut kanan atas, selalu mual ketika makan. Klien
mengeluh semalaman tidak bisa tidur karena
nyeri perut yang dirasa makin parah.
O: klien tampak lemas, tidak bertenaga, pucat,
sclera kuning, terdapat mata panda, peristaltik
usus 36 x/menit, pasien hanya mampu
menghabiskan makanannya sebanyak 5 sendok
makan. BB: 45 kg
A: deficit nutrisi belum teratasi
P: intervensi terapi medis sesuai resep obat
dilanjutkan, diberi edukasi kompres hangat bila
demam.
23 April 2021 S: klien mengatakan nyeri perut kanan atas
13.15 WIB sedikit berkurang setelah mencoba manajemen
nyeri yang telah diajarkan, semalam sempat
muntah satu kali, muntah berupa cairan karena
sebelumnya tidak ada makanan yang masuk
diperut, tidak bisa tidur, baru bisa tidur saat pukul
02.00 dan bangun saat subuh, bangun klien
merasa pusing, masih mual ketika makan.
O: klien tampak lemas, tidak bertenaga, terdapat
kantung mata, sclera kuning, peristaltic usus 20
x/menit, pasien hanya makan 5 sendok, warna
kencing coklat pekat BB: 46 kg
A: deficit nutrisi belum teratasi
P: intervensi dilanjutkan, manajemen nyeri,
edukasi nutrisi, dan pemberian terapi yang telah
diresepkan.

24 April 2021 S: klien mengatakan semalam sampai pagi ini


13.00 WIB tidak muntah, mual berkurang, semalah tidur
nyenyak, sudah tidak nyeri perut kanan atas.
Klien mengatakan merasa lebih baik dari
kemarin, nafsu makannya mulai membaik karena
sudah tidak merasa mual, dan klien pagi ini
bersemangat untuk sarapan karena disediakan
makanan kesukaannya.
O: klien tampak cerah, klien sangat bersemangat
ketika dokter memperbolehkan untuk pulang
besok jika hasil laboratorium menunjukan
perkembangan baik, tidak ada kantung mata,
peristaltik usus 21 x/menit, pasien makan ½ porsi
makanan. BB: 46,5 kg
A: deficit nutrisi teratasi sebagian
P: intervensi dilanjutkan, rencana cek
laboratorium ulang, terapi lanjut sesuai resep
pemberian obat.

S: klien mengatakan jauh lebih baik dari kemarin,


tidak mual dan muntah, tidak ada nyeri perut
25 April 2021 kanan atas, semalam tidur nyenyak.
13.45 WIB O: klien tampak lebih segar, tidak ada kantung
mata, peristaltic usus 23 x/menit, klien makan
habis satu porsi. BB: 47 kg
A: deficit nutrisi teratasi
P: intervensi dihentikan, pasien pulang dan
diberikan edukasi
Edukasi : dirumah jika terasa mual dan muntah
lagi sebaiknya diatasi dengan menghindari
pemicu mual dan muntah seperti bebauan yang
tajam, panas, kondisi lembab, ruangan pengap
keributan, lampu yang berkelap kelip, cahaya
silau. Selain itu pasien juga perlu diedukasi untuk
memodifikasi diet.
Modifikasi diet : makan dalam jumlah sedikit
dengan frekuensi sering, hindari makanan pedas,
berlemak dan makanan yang berbau tajam.
Hindari makanan kering dan tawar. Dianjurkan
berupa makanan atau minuman yang
mengandung jahe dan peppermint, kaldu, serta
biscuit.

2.1.6 Evaluasi
Evaluasi klien
Tanggal/waktu Evaluasi Paraf
25 April 2021 S: klien mengatakan jauh lebih baik dari kemarin, tidak mual dan muntah,
14.00 WIB tidak ada nyeri perut kanan atas, semalam tidur nyenyak.
O: klien tampak lebih segar, tidak ada kantung mata, klien makan habis
satu porsi. Peristaltic usus 23 x/menit. BB: 48 kg
A: deficit nutrisi teratasi
P: intervensi dihentikan, pasien rencana pulang. Klien dan keluarga di
edukasi tentang nutrisi, makan dengan posisi duduk, sebelum dan sesudah
makan lakukan oral hygine.
Edukasi : dirumah jika terasa mual dan muntah lagi sebaiknya diatasi
dengan menghindari pemicu mual dan muntah seperti bebauan yang tajam,
panas, kondisi lembab, ruangan pengap keributan, lampu yang berkelap
kelip, cahaya silau. Selain itu pasien juga perlu diedukasi untuk
memodifikasi diet.
Modifikasi diet : makan dalam jumlah sedikit dengan frekuensi sering,
hindari makanan pedas, berlemak dan makanan yang berbau tajam. Hindari
makanan kering dan tawar. Dianjurkan berupa makanan atau minuman
yang mengandung jahe dan peppermint, kaldu, serta biscuit.

DAFTAR PUSTAKA

Andra Saferi Wijaya, Y. M. (2013). KMB Keperawatan Medikal Bedah


( Keperawatan Dewasa ). Yogyakarta: Nuha Medika.
Aster, K. A. (2015). Buku Ajar Patologi Robbins (Edisi 9 ed.). Singapore:
Elsevier Sauders.
Bauldoff, P. L. (2016). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah (Ed.5 Vol.2 ed.).
Jakarta: EGC.
editor, T. H., alih bahasa, B. A., & editor penyelaras, M. E. (2018). NANDA-I
diagnosis keperawatan : definisi dan klasifikasi 2018-2020 (11 ed.).
Jakarta: EGC.
Haryono, R. (2012). KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH SISTEM
PENCERNAAN. Yogyakarta : Gosyen Publishing.
Kalbe, F. (2013, July). Package Insert Aminofusin Hepar. Artikel umum.
Kusuma, A. H. (2015). Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa
Medis dan Nanda Nic-Noc (Edisi Revisi Jilid 2 ed.). Jogjakarta:
MediAction.
Mulyati, D. d. (2013). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah: Sistem
Pencernaan (Dilengkapi Contoh Studi Kasus dengan Aplikasi NNN
(NANDA NIC NOC)) (Ed.1 ed.). Jakarta: Kharisma Putra Utama.
Muralitharan nair, I. P. (2015). Dasar-Dasar Patofisiologi Terapan: Panduan
Penting untuk Mahasiswa Keperawatan dan Kesehatan (Ed.2, Cet.1 ed.).
Jakarta: Bumi Medika.
Naga, S. S. (2013). Buku Panduan Lengkap Ilmu Penyakit Dalam. Jogjakarta:
DIVA Press (Anggota IKAPI).
Patrician A. Potter, A. G. (2010). Fundamentals of Nursing Fundamental
Keperawatan (Edisi 7 Buku 3 ed.). Singapore: Elsevier.
Petricia Gita Naully, S. R. (2019). Deteksi Gen HBsAg sebagai koinfeksi hepatitis
B pada pengidap HIV. Jurnal kesehatan, Vol.10 No.2 Agustus 2019.
PPNI. (2017). Standar Diagnosis keperawatan Indonesia : Definisi dan Indikator
Diagnostik. Jakarta: Dewan Pengurus Pusat.
PPNI, T. P. (2016). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (ed. 1 ed.).
Jakarta: Dewan Pengurus Pusat Persatuan Perawat Indonesia .
Putri, A. s.-Y. (2013). KMB 1 Keperawatan Dewasa Teori dan Contoh Askep.
Yogyakarta: Nuha Medika.
Tjokroprawiro.dkk, A. (2015). Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam (Edisi 2 ed.).
Surabaya: Airlangga University Press.

Anda mungkin juga menyukai