Anda di halaman 1dari 6

Sunnati dkk.

J Syiah Kuala Penyok Soc, 2019, 4 (2): 26-31

[JDS]
JURNAL SYIAH KUALA
MASYARAKAT GIGI
Halaman Utama Jurnal: http://jurnal.unsyiah.ac.id/JDS/

STATUS PERIODONTAL GAMBARAN PADA PASIEN SINUSITIS (KAJIAN DI POLIKLINIK THT


RUMAH SAKIT UMUMMEURAXA)

Sunnati 1, Sri Rezeki 1, Zulfan M. Alibasyah 1, Dewi Saputri 1, Syifa 2


1 Staf Pengajar Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Syiah Kuala
2 Program Studi Pendidikan Dokter Gigi Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Syiah Kuala

__________________________________________________________________________________
Abstrak

Sinusitis adalah radang hidung dan sinus paranasal. Tanda dan gejala yang ditemukan pada pasien sinusitis adalah gangguan indra penciuman, nyeri
pada wajah, hidung tersumbat, dan keluarnya cairan nasal drip mukopurulen. Obstruksi hidung cenderung menyebabkan pernapasan mulut pasien
kemudian pasien mengalami gejala xerostomia. Pada penderita xerostomia yang disertai dengan penurunan laju aliran saliva maka aksi antimikroba saliva
akan menurun sehingga pembentukan plak akan meningkat. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui status periodontal pasien sinusitis. Penelitian ini
merupakan penelitian deskriptif dengan desain non eksperimental. Metode yang digunakan dalam pemilihan subjek adalah purposive sampling, yaitu
subjek pasien rawat jalan sinusitis di Poliklinik Telinga, Hidung, Tenggorokan RSUD Meuraxa. Penelitian ini dimulai dari bulan Agustus hingga Oktober
2019 di Rumah Sakit Meuraxa, Banda Aceh. Penelitian dilakukan dengan pemeriksaan OHIS, kedalaman poket periodontal, dan kehilangan perlekatan
klinis. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penderita sinusitis akut sebanyak 24% dan sinusitis kronik 76%. Kebersihan rongga mulut pasien sinusitis
menunjukkan skor sedang 72% dan skor buruk 28%. Kedalaman poket periodontal dibawah 4 mm dengan persentase 100%. Kehilangan perlekatan klinis
menunjukkan 88% ringan, 8% sedang, dan 4% berat. Kesimpulan dari penelitian ini adalah tidak ada pasien sinusitis yang memiliki oral hygiene baik,
namun skor tertinggi adalah oral hygiene sedang dengan persentase 72%. Kedalaman poket periodontal di semua subjek kurang dari 4 mm. Kehilangan
perlekatan klinis ringan lebih besar dengan persentase 88%. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penderita sinusitis akut sebanyak 24% dan sinusitis
kronik 76%. Kebersihan rongga mulut pasien sinusitis menunjukkan skor sedang 72% dan skor buruk 28%. Kedalaman poket periodontal dibawah 4 mm
dengan persentase 100%. Kehilangan perlekatan klinis menunjukkan 88% ringan, 8% sedang, dan 4% berat. Kesimpulan dari penelitian ini adalah tidak
ada pasien sinusitis yang memiliki oral hygiene baik, namun skor tertinggi adalah oral hygiene sedang dengan persentase 72%. Kedalaman poket
periodontal di semua subjek kurang dari 4 mm. Kehilangan perlekatan klinis ringan lebih besar dengan persentase 88%. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penderita sinusitis aku

Kata kunci: Sinusitis, kebersihan mulut, poket periodontal, kehilangan perlekatan klinis
__________________________________________________________________________________

PENDAHULUAN Sinusitis terjadi dalam bentuk yang akut dan


Struktur wajah dari beberapa anatomi yang berlangsung kurang dari 4 minggu dan kronik
terletak pada jalan yang menghubungkan rongga mulut, berlangsung lebih dari 12 minggu. 3
hidung, sinus paranasal, dan tulang rahang, sehingga ada Sinusitis suatu gangguan kesehatan yang meluas
gangguan pada satu komponen akan mudah mempengaruhi di seluruh dunia ( cit.
komponen lainnya. 1 Salah satu gangguan yang umum terjadi Fokkens W, dkk, 2007). 4 Menurut penelitian Zhang (2017)
adalah sinusitis, dimana sinusitis merupakan inflamasi pada prevalensi sinusitis kronik di Asia terutama China pada tahun
hidung dan sinus paranasal. 2 2016 adalah 2,1% dari
36.577 individu dan di Eropa pada tahun 2011 adalah
10,9% dari 57.128 individu yang berusia 15-75 tahun. 5 Menurut
• Penulis yang sesuai
Prevalensi sinusitis
Alamat email: sunnatidrgperio@gmail.com
Penilaian Teknologi Kesehatan ( HTA) 2012 belum
diketahui secara pasti namun diperkirakan

26
Sunnati dkk. J Syiah Kuala Penyok Soc, 2019, 4 (2): 26-31

cukup tinggi seiring dengan tingginya angka infeksi saluran deskriptif non eksperimental dengan desain penelitian penampang
pernafasan yang dapat menjadi penyebab sinusitis. 6 Pasien lintang. Metode pengambilan sampel dilakukan dengan cara total
sinusitis yang terdata di Rumah Sakit Umum Daerah sampling yang melibatkan 25 pasien sinusitis rawat jalan di
Meuraxa Banda Aceh pada periode April 2018 hingga April Poliklinik THT RSUDMeuraxa.
2019 mencapai 472 orang.
Subjek ditentukan dengan melihat kriteria inklusi yang
Tanda dan gejala klinis yang ditemukan pada pasien berupa; pasien sinusitis rawat jalan Poliklinik THT
sinusitis termasuk masalah indera penciuman, nyeri wajah, RSUDMeuraxa; bersedia menjadi subjek penelitian dengan
penyumbatan nasal, dan keluarnya cairan nasal pengisian Penjelasan dan persetujuan; usia minimal 14 tahun.
mukopurulen. 2 Sinusitis menyebabkan penyumbatan pada Seleksi subjek dilakukan dengan menggunakan kuisioner yang
nasal yang terjadi diisi oleh subjek.
secara sepihak dan bilateral. 7
Penyumbatan nasal dapat menyebabkan pasien bernafas Pemeriksaan lisan kebersihan dengan
melalui mulut kemudian muncul gejala serostomia ( cit. Ng menggunakan Indeks Kebersihan Mulut-Sederhana
DK, dkk, 2005). 8 Pada pasien serostomia yang mengalami (OHI-S) dari Greene dan Vermillion. OHI-S terdiri dari dua
penurunan aliran saliva, aktivitas antimikrobial saliva akan komponen yaitu Debris Index ( DI) dan Indeks Kalkulus ( CI).
menurun sehingga terjadi peningkatan plak ( cit. Albuquerque
DF, 2010). 9 Gigi yang menggunakan istilah 16, 26 (bukal), 11, 31
(labial), dan 36, 46 (lingual). Setelah itu skor dijumlahkan
Akumulasi plak dan biofilm merupakan penyebab dan dibagi dengan JUMLAH

adanya inflamasi serta kerusakan periodontal. 10 Ciri utama permukaan gigi yang tepat. Skor akhir yang didapatkan
yang ditemukan adalah hilangnya perlekatan periodontal adalah: 0-1,2 (baik), 1,3-3,0 (sedang), dan 3,1-6,0 (buruk). 13

secara klinis, kehilangan tulang alveolar, poket periodontal,


dan perdarahan pada . gingiva. 11 Bakteri Gram Pemeriksaan poket periodontal dilakukan dengan
menggunakan prob periodontal dan kaca mulut pada
. negatif .. penyebab infeksi .. periodontaldapat permukaan gigi 16, 21, 24, 36,
menghasilkan Senyawa Belerang Mudah Menguap ( VSC), 41, dan 44.
yaitu hidrogen sulfida ( H. 2 S), metil merkaptan, dimetil Cara pemeriksaan dilakukan dengan
sulfida. Senyawa VSC tersebut dapat memasukkan prob periodontal pada sulkus gingiva untuk
menyebabkan halitosis ( cit. Delanghe G, dkk, mengukur kedalaman poket. Hasil pemeriksaan setiap
1997). 12 subjek penelitian pada formulir hasil pemeriksaan dan
Berdasarkan penjelasan tentang sinusitis yang selanjutnya pengolahan data. 14

berhubungan dengan akumulasi plak dan dapat mengganggu


kebersihan mulut, maka penulis ingin Cara pengukuran kehilangan perlekatan periodontal
meneliti tentang gambaran status dilakukan dengan mengukur jarak antara dasar poket ke persimpangan
periodontal pada pasien sinusitis. Penelitian akan cementoenamel
dilakukan di Poliklinik THT Rumah Sakit Umum Daerah (CEJ). Jika margin gingiva terletak pada mahkota anatomis,
(RSUD) Meuraxa. RSUD Meuraxa merupakan rumah maka tingkat perlekatan ditentukan dengan mengurangi
sakit kelas B yang dipilih karena lokasinya yang dekat kedalaman poket periodontal dengan jarak antara margin
dengan dua kota yaitu Banda Aceh dan Aceh Besar gingiva ke CEJ. Jika gagal sama, maka Kehilangan
perlekatan periodontal nol. 14

.
METODE PENELITIAN Jika margin gingiva setara dengan CEJ, maka
Penelitian ini dilakukan dari Agustus hingga Kehilangan perlekatan periodontal sama dengan
Oktober 2019 di Poliklinik THT RSUD. Jenis penelitian kedalaman poket periodontal. Ketika terjadi resesi,
ini merupakan penelitian Kehilangan perlekatan periodontal

27
Sunnati dkk. J Syiah Kuala Penyok Soc, 2019, 4 (2): 26-31

lebih besar dari kedalaman poket periodontal. Cara Meuraxa paling banyak dengan kronik sinusitis
pengukuran Kehilangan perlekatan sebanyak 19 orang (76%).
periodontal pada keadaan tersebut dengan
menambahkan jarak antara CEJ dan margin Tabel 3. Distribusi Frekuensi Kebersihan mulut pada gingiva ke kedalaman
poket periodontal. 14
Pasien Sinusitis
Kebersihan mulut Jumlah Persentase
HASIL PENELITIAN (N) (%)
Penelitian ini dilakukan pada pasien sinusitis di Baik 0 0
Poliklinik THT Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Sedang 18 72
Meuraxa. Jumlah subjek penelitian yang memenuhi Buruk 7 28
kriteria inklusi sebanyak 25 orang. Penelitian dilakukan Jumlah 25 100
dengan melakukan pemeriksaan OHIS, kedalaman poket
periodontal, dan kehilangan perlekatan klinis. Hasil Berdasarkan data pada Tabel 3. tingkat Kebersihan
penelitian menggunakan data deskriptif. mulut pasien sinusitis di Poliklinik THT RSUD Meuraxa
menunjukkan skor sedang sebagai skor yang paling banyak
yaitu dengan jumlah 18 orang (72%).
Tabel 1. Distribusi Frekuensi Subjek Penelitian Berdasarkan
Jenis Kelamin dan Usia
Jumlah Presentase Tabel 4. Distribusi Frekuensi Kedalaman Poket Periodontal
Subjek Pada Pasien Sinusitis
Jenis Kelamin Kedalaman Jumlah Presentase
Laki-Laki 8 32 Poket (N) (%)
Perempuan 17 68 Periodontal
Usia ˂4 mm 25 100
11-20 6 24 4-6 mm 0 0
21-30 8 32 ≥6 mm 0 0
31-40 3 12 Jumlah 25 100
41-50 2 8
51-60 3 12 Tabel 4. menunjukkan distribusi frekuensi
≥60 3 12 kedalaman poket periodontal pada pasien sinusitis di RSUD
Tabel 1. menunjukkan jumlah subjek di Poliklinik Meuraxa, dapat menunjukkan bahwa seluruh subjek
THT RSUDMeuraxa berdasarkan jenis kelamin dan usia. penelitian memiliki kedalaman
Subjek perempuan lebih banyak dibandingkan laki-laki, yaitu poket periodontal ˂ 4 mm.
sebanyak 17 orang (68%).
Berdasarkan usia, penelitian ini didominasi Tabel 5. Distribusi Frekuensi Kehilangan Perlekatan
oleh subjek berusia 21-30 tahun. Tabel 2. Distribusi Klinis Pada Pasien Sinusitis
Frekuensi Sinusitis Akut Kronik dan Kehilangan Jumlah Persentase
Perlekatan (N) (%)
Jumlah
Radang dlm selaput lendir (N) Presentase Periodontal
(%) Klinis
Akut 6 24 Ringan 22 88
Kronik 19 76 Sedang 2 8
Jumlah 25 100 Parah 1 4
Tabel 2. menunjukkan distribusi frekuensi sinusitis Jumlah 25 100
akut dan kronik, dapat menunjukkan bahwa subjek
penelitian di Poliklinik THT RSUD

28
Sunnati dkk. J Syiah Kuala Penyok Soc, 2019, 4 (2): 26-31

Tabel 5. menunjukkan bahwa proporsi subjek hasil penelitian lebih rendah


Penelitian paling banyak mengalami kehilangan dibandingkan dengan penelitian ini.
perlekatan periodontal klinis ringan sebanyak 22 orang Penelitian pada pasien sinusitis di Poliklinik THT
(88%), sedangkan subjek yang mengalami kehilangan RSUD Meuraxa ini menunjukkan bahwa subjek perempuan
perlekatan periodontal sebanyak 2 orang (8%) dan lebih banyak memilih laki-laki, yaitu dengan proporsi 68%
parah sebanyak 1 orang (4%). (Tabel 5.1.). Hal ini sesuai dengan Survei Wawancara
Kesehatan Nasional
Amerika Serikat 2010 yang melaporkan sinusitis lebih
Tabel 6. Distribusi Frekuensi Tingkat Lisan dominan pada wanita sebanyak 63% ( cit.
Kebersihan dengan Kedalaman Poket Periodontal dan Schiller JS, dkk, 2012). 16 Menurut Fokken (2012) perempuan
Kehilangan Perlekatan Periodontal Klinis lebih dominan mengalami sinusitis karena faktor hormonal.
Kedalaman Kebersihan mulut Patogenesis dari penyakit ini belum diketahui dengan pasti,
Poket namun beberapa teori menyatakan bahwa terdapat efek dari
Baik Sedang Buruk
Periodontal estrogen, progesteron, dan hormon pertumbuhan plasenta pada
˂4 mm 0 17 8 mukosa nasal serta ada hubungan dengan perubahan
4-6 mm 0 0 0 vaskular ( cit. Sobol SE, dkk,
≥6 mm 0 0 0
Kehilangan 2001). 17
Perlekatan Subjek pada penelitian ini lebih banyak berusia
Periodontal antara 21-30 tahun, yaitu sebanyak 32% (Tabel 5.1.). Hal
Klinis ini sama dengan penelitian Shahad dkk ( 2017) yang
Ringan 0 16 6 menunjukkan subjek paling banyak dengan rentang usia
Sedang 0 0 2 21-30 tahun, yaitu dengan proporsi 55,6%. 18 Sinusitis akan
Parah 0 1 0 meningkat pada usia ≥12 tahun seiring dengan
bertambahnya usia, namun pada usia 60 akan menurun ( cit.

Tabel 6. menunjukkan subjek dengan Kebersihan Desrosiers, 2011). 19 Penurunan

mulut sedang dan buruk paling banyak memiliki


kedalaman poket periodontal ˂ ˂ 4 mm, dimana kondisi ini sinusitis pada usia 60 tahun ke atas hubungan berhubungan
dengan penurunan protein kationik eosinofil. 20
dalam batasan normal. Dapat dilihat pula subjek penelitian
paling lama mengalami kehilangan perlekatan periodontal
klinis ringan. Berdasarkan penelitian ini distribusi sinusitis
kronik lebih banyak pelayanan sinusitis akut, yaitu
dengan proporsi 76% (Tabel 5.2.). Soetjipto
PEMBAHASAN (2006) dalam penelitiannya

Sinusitis merupakan suatu inflamasi yang terjadi Hasil yang sesuai dengan penelitian ini, menunjukkan
pada sinus paranasal, dikarakteristikkan dengan beberapa terdapat 69% subjek menderita sinusitis kronik. 19 Kebanyakan
gejala diantaranya adalah penyumbatan nasal. 2 Pada kasus sinusitis
penelitian ini sebanyak 96% subjek menyatakan bahwa kronik merupakan kelanjutan dari sinusitis akut yang tidak

mereka mengalami penyumbatan pada hidung. Hal ini diobati. Saat terjadi sinusitis akut, pasien tidak menyadari

sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Arivalagan gejala yang muncul dan menganggap bahwa gejala gejala
seperti demam dan nyeri wajah merupakan infeksi akut yang
(2011) yang melihat distribusi keluhan utama pada 190
terjadi pada umum, sehingga sinusitis akut ini sering
pasien sinusitis, dimana keluhan utama yang paling sering
diabaikan oleh pasien. 21
terjadi adalah hidung tersumbat (56,8%). 15 Jumlah subjek
pada penelitian Arivalagan tersebut lebih banyak, namun
Tingkat Kebersihan mulut paling banyak dalam
penelitian ini adalah skor sedang

29
Sunnati dkk. J Syiah Kuala Penyok Soc, 2019, 4 (2): 26-31

proporsi 72% (Tabel 5.3.). Hasil kuisioner menunjukkan SIMPULAN


hanya 16% subjek yang melakukan kunjungan rutin ke Pada pasien sinusitis tidak ada yang memiliki skor
dokter gigi 6 bulan sekali dan hanya 8% subjek yang Kebersihan mulut baik, namun paling tinggi pada skor
melakukan pernyataan plak dan kalkulus. Berdasarkan sedang dengan proporsi 72%. Kedalaman poket
kuisioner tersebut dapat menunjukkan bahwa kesadaran periodontal pada seluruh subjek di bawah 4 mm.
subjek untuk melakukan perawatan gigi masih rendah. Kehilangan perlekatan periodontal klinis ringan paling
banyak dengan proporsi 88%.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa seluruh


subjek memiliki kedalaman poket periodontal ˂4 mm DAFTAR PUSTAKA
(Tabel 5.4.). Subjek kehilangan perlekatan periodontal 1. Ogle OE, Weinstock RJ, Friedman E. Anatomi
klinis ringan sebanyak 22 orang (88%) dan parah Bedah Rongga Hidung dan Sinus Paranasal. Maksilofasial
sebanyak 1 orang (4%), kehilangan perlekatan periodontal Lisan
secara klinis parah karena adanya resesi ≥ 5 mm pada Operasi Klinis Utara Amerika
subjek tersebut (Tabel 5.5.). Penelitian Sohair dkk ( 2018) 2012; 24 (2): 155–66.
tentang status kesehatan periodontal pasien sinusitis 2. Fokkens WJ, Lund VJ, Mullol J, Harvey R, Hellings
maksila kronik menunjukkan hasil yang sesuai dengan P, Hopkins C, dkk. POSISI KERTAS EPOS 2012:
penelitian ini. Subjek penderita sinusitis dalam penelitian Makalah posisi Eropa tentang rinosinusitis dan
tersebut paling banyak mengalami gingivitis yaitu polip hidung 2012
sebanyak 48% dan hanya 3,3% yang mengalami . SEBUAH ringkasan untuk

periodontitis parah. 22 Sejauh ini, belum ada penelitian yang ahli otorhinolaringologi 2012; 23: 1–12.
meneliti hubungan langsung antara sinusitis dengan 3. Rosenfeld RM, Piccirillo JF,
periodontitis. Chandrasekhar SS, Brook I, Ashok Kumar
K, Kramper M, dkk. Ringkasan Eksekutif
Sinusitis Dewasa. Otolaringologi
Penemuan epidemiologi menunjukkan hubungan antara Bedah Kepala dan Leher 2015; 152 (4): 598–
kalkulus dan penyakit periodontal tidak berkaitan dengan 609.
kandungan mineral pada kalkulus tetapi berkaitan 4. Homood MA, Alkhayrat SM, Kulaybi KM. Faktor
dengan massa mikrobial pada permukaannya. 23 Teori Prevalensi dan Risiko Sinusitis Kronis pada
lama yaitu hipotesis yang tidak spesifik menyatakan Orang di KSA Wilayah Jazan. Jurnal Mesir
bahwa semua bakteri pada plak berkontribusi pada
virulensi mikroflora dan memiliki peran dalam kerusakan Pengobatan Rumah Sakit 2018; 69 (5): 2463–8.

jaringan periodontal. Teori terbaru, suatu kejadian, suatu 5. Zhang Y, Gevaert E, Lou H, Wang X, Zhang L,
spesifik, bahwa hanya suatu alasan tertentu yang Bachert C, dkk. Rinosinusitis kronis di Asia. Jurnal
bersifat patogen ( cit. Socransky, 1977). 24 Bakteri yang Alergi dan
diidentifikasi terdapat pada subgingiva dan memiliki Klinis Imunologi
peran dalam patogenesis Kehilangan jaringan 2017; 140 (5): 1230–9.
6. Harahap NIK, Siregar SM, Nasution MES. Profil
Kuman Pada Sekret Hidung Penderita
jaringan periodontal yang parah yaitu Rinosinusitis Kronis Di Rumah Sakit Haji Medan. Ibnusina
Actinobacillus actinomycetemcomitans, Biomedika
Porphyromonas gingivalis, dan Tanarella 2018; 2 (1): 57–64.

forsythensis, 25 sehingga tidak semua pasien dengan Kebersihan 7. Bhattacharyya N, Gilani S. Prevalensi Potensi
mulut sedang dan buruk mengalami periodontitis. Gejala Rinosinusitis Kronis Dewasa
di itu Serikat Serikat.

Otolaringologi - Bedah Kepala dan Leher

30
Sunnati dkk. J Syiah Kuala Penyok Soc, 2019, 4 (2): 26-31

2018; 159 (3): 522–5. 17. Fokkens WJ, Lund VJ, Mullol J. Rhinology:
8. Ferguson M. Rhinosinusitis dalam Pengobatan Mulut Makalah Posisi Eropa tentang Rhinosinusitis
dan Kedokteran Gigi. Jurnal Gigi Australia 2014; 59 (3): dan Sengau Polip.
289–95. Masyarakat Rhinology Internasional 2012; 1–
9. Bollen CML, Beikler T. Halitosis: pendekatan 298.
multidisiplin. Internasional 18. Abualnasr DSA, Alattas DAM, Aljeraisi. Prevalensi
Jurnal Ilmu Lisan 2012; 4 (2): 55–63. Dommisch Sinusitis Badak Kronis Dan Berulang Setelah
10. H, Kebschull M. Periodontitis Kronis. Dalam: Perawatan Dibandingkan Dengan Kekambuhannya
Periodontologi Klinis Carranza. (Carranza FA, Setelah Operasi Di Arab Saudi. Jurnal Internasional
Takei HH, Newman MG, Klokkevold PR). Edisi Penelitian Lanjutan 2016; 5 (1): 2310–8.
ke-12. Missouri: Elsevier; 2015. hal. 309–17.
19. Sitinjak N, Sorimuda, Hiswani.
11. Kao RT, Dietrich T, Garcia R, Herrera D, DH Halus, Karakter Penderita Rinosinusitis
TF Flemmig, dkk. Periodontitis: Laporan konsensus Kronik Di Rumah Sakit Santa Elisabeth Medan
kelompok kerja 2 tahun 2017 Tahun 2011-2015. 2015; 1–11. Beule A.
Dunia Bengkel di itu 20. Epidemiologi Rinosinusitis Kronis, Faktor Risiko
Klasifikasi Periodontal dan PeriImplant. Jurnal Terpilih, Komorbiditas, Dan Beban Ekonomi.
Periodontologi
2018; 89: 173–82. Bedah Kepala dan Leher 2015; 14: 1-31. Almutairi
12. Kapoor U, Sharma G, Juneja M, Nagpal 21. AFN, Shafi RW, Albalawi SA, Basyuni MA, Alzahrnai
A. Halitosis: Konsep terkini tentang etiologi, AA, Alhaifi AA, dkk. Penyebab dan Penatalaksanaan
diagnosis dan manajemen. Sinusitis Akut dan Kronis. Jurnal Kedokteran Rumah
Orang eropa Jurnal dari Kedokteran gigi Sakit Mesir 2017; 68 (3): 1513–9.
2016; 10 (2): 292–300.
13. Lansia P, Desa DI, Jember D. Profil Kebersihan 22. Zaki SM, AhmedMA, ScM, Hameed HM, Ch
dan Perilaku Menjaga MBB, Ph D. Status kesehatan periodontal pasien
Kesehatan gigi Dan Mulut Pada Lansia Di desa dengan Rinosinusitis Kronis Maksilaris (Bagian 1:
Darsono Kabupaten Jember. Jurnal IKESMA 2016; 12 Studi klinis).
(2): 77–83. Bedah Mulut dan Maksilofasial Dan Periodontik 2018;
14. Takei H, Carranza F, Jonathan H. Diagnosis Klinis. 30 (2): 59–65.
Masuk: Carranza Klinis 23. Organisasi Kesehatan Dunia (WHO). Epidemiologi,
Periodontologi (Carranza FA, Takei HH, Newman Etiologi, Dan Pencegahan Penyakit Atau
MG, Klokkevold PR). Edisi ke-12. Missouri: Periodontal. 1978. 2014; 4: 1–
Elsevier; 2015. hal. 366–90.15. Arivalagan P, 11.
15. Rambe A. Gambaran Rinosinusitis 24. Rosier BT, Jager M De, Zaura E, Bastiaan
Kronis Gambaran P, Tribble GD. Historis dan
Rinosinusitis Kronis Di RSUP Haji Adam Malik kontemporer hipotesis di itu
pada Tahun 2011. E-Jurnal FK USU 2011; 1 (1): perkembangan penyakit mulut: apakah kita sudah sampai?

1-11 Sel Infeksi Mikrobiologi


16. Ference EH, Tan BK, Hulse KE, Ph D, Chandra 2014; 4: 1–11.
RK, Smith SB, dkk. Komentar tentang 25. Albandar JM. Epidemiologi dan Faktor Risiko
Perbedaan Gender dalam Prevalensi, Penyakit Periodontal. Klinik Gigi Amerika Utara 2005;
Perawatan, dan Kualitas Hidup 49: 517–32.
dari Pasien Dengan Kronis
Rinosinusitis. Alergi Rhinologi
2016; 6 (2): 82–8.

31

Anda mungkin juga menyukai