Anda di halaman 1dari 4

Jurnal Keperawatan, Volume XIV, No.

1, April 2018 ISSN 1907 - 0357

PENELITIAN
KEBUTUHAN PERAWATAN PERIODONTAL PADA ANAK
BERKEBUTUHAN KHUSUS
*Desi Andiyani
*Jurusan Keperawatan Gigi Poltekkes Tanjungkarang

Penyebab utama penyakit periodontal adalah iritasi bakteri plak. Lapisan ini terbentuk dan melekat erat
pada permukaan gigi bila seseorang mengabaikan kebersihan gigi dan mulutnya. Pembentukan plak gigi
dipengaruhi oleh faktor predisposisi yang terdapat secara lokal pada lingkungan rongga mulut atau
standar PH dimana kalkulus yang mempengaruhi kalsifikasi dari plak gigi berhubungan dengan lepasnya
perlekatan periodontal pada individu dengan oral hygiene yang rendah. Penelitian ini bertujuan untuk
mengetahui kebutuhan perawatan Periodontal pada anak berkebutuhan khusus di SLB Dharma Bakti.
Penelitian ini merupakan penelitian observasional dengan jumlah sampel sebanyak 52 anak. Pengambilan
data dilakukan dengan pemeriksaan menggunakan kaca mulut dan probe menggunakan CPITN, kemudian
daata dicatat pada lembaran pemerikasaan CPITN. Hasil penelitian menunjukan kategori status penyakit
periodontal dari 52 anak terdapat kondisi karang gigi 33 anak ( 63,46 % ) dan hasil ini menunjukan
kategori kebutuhan perawatan dimana dengan kotegori tersebut harus dilakukan pembersihan karang gigi
(scalling) dan pemberian pendidikan tentang kesehatan gigi dan mulut berupa penyuluhan.

Kata Kunci: periodontal, anak, berkebutuhan khusus

LATAR BELAKANG merupakan masalah di masyarakat


(Wahyukundari, 2009).
Gingivitis dan periodontitis adalah Penyakit periodontal juga
dua bentuk utama dari penyakit merupakan salah satu penyakit yang
peradangan yang mempengaruhi sangat meluas dalam kehidupan
periodontium. Etiologiutama mereka masyarakat, sehingga mereka menganggap
adalah plakbakteri, yang dapat memulai penyakit ini sebagai sesuatu yang tidak
penghancuran jaringan gingiva dan terhindari. Seperti karies gigi, penyakit
perlekatan periodontal. Gingivitis adalah periodontal juga lambat perkembangannya
peradangan pada gusi yang tidak dan apabila tidak dirawat dapat
mengakibatkan kehilangan perlekatan menyebabkan kehilangan gigi.Namun
klinis. Periodontitis adalah peradangan studi epidemiologi menunjukkan bahwa
gusi yang ditandai dengan hilangnya penyakit ini dapat dicegah dengan
perlekatan jaringan ikat dan tulang pembersihan plak dengan sikat gigi
alveolar. Masing-masing penyakit dapat dengan teratur serta menghilangkan karang
diklasifikasikan berdasarkan etiologi gigi apabila ada. Gingivitis dan
(Haake, Kinder & Newman, 2000). periodontitis merupakan penyebab
Penyakit periodontal banyak diderita terjadinya penyakit periodontal. Gingivitis
oleh manusia hampir di seluruh dunia dan adalah peradangan pada gusi dengan
mencapai 50% dari jumlah populasi tanda-tanda klinis perubahan warna lebih
dewasa. Menurut hasil survai kesehatan merah dari normal, gusi membengkak, dan
gigi di Jatim tahun 1995, penyakit berdarah pada tekanan ringan. Biasanya
periodontal terjadi pada 459 orang diantara tidak menimbulkan rasa sakit hanya
1000 penduduk dan lebih banyak di keluhan gusi berdarah bila sikat gigi.
pedesaan dari pada perkotaan. Di Asia dan Periodontitis biasanya dijumpai pada usia
Afrika.prevalensi dan intensitas penyakit antara 30-40 tahun,perkembangan
periodontal terlihat lebih tinggi daripada di penyakit ini lambat. Pada periodontitis
Eropa,Amerika dan Australia. Di proses peradangan sudah sampai
Indonesia penyakit periodontal menduduki kejaringan yang lebih dalam dan apabila
urutan ke dua utama yang masih tidak dirawat maka pada waktu yang lama
[80]
Jurnal Keperawatan, Volume XIV, No. 1, April 2018 ISSN 1907 - 0357

kemudian dapat menyebabkan kehilangan membuka akses untuk perawatan gigi.


gigi. Penyakit periodontal merupakan Penderita tunagrahita mengalami kesulitan
penyebab terbesar dari kehilngan gigi pada dalam mendeteksi dan mengenali keadaan
orang dewasa di usia 30 tahun ke atas. rongga mulut mereka, sehingga tidak dapat
Epidemiologi penyakit periodontal dilakukan penanganan bila terjadi
menunjukkan bahwa prevalensi dan gangguan.
keparahan penyakit periodontal Berdasarkan observasi awal yang
dipengaruhi oleh umur, jenis kelamin, peneliti lakukan pada siswa SLB Dharma
faktor lokal rongga mulut, dan faktor Bakti yang berjumlah 10 anak
sistemik (Axelsson, 2000). menunjukkan bahwa 20% dengan skor
Berdasarkan data Sensus Nasional sehat, 30% dengan skor berdarah dan 50%
Biro Statistik (BPS) tahun 2007 jumlah dengan skor karang gigi . Data tersebut
penyandang cacat di Indonesia sebesar menunjukkan bahwa anak tunagrahita dan
0,7% dari jumlah penduduk sebesar tunarungu memiliki kebersihan gigi dan
211.428.572 atau sebanyak 1.480.000 mulut yang buruk, hal tersebut disebabkan
jiwa. Sebagian dari jumlah tersebut karena belum pernah mendapatkan
24,45% atau 361.860 diantaranya adalah pendidikan mengenai kebersihan gigi dan
anak-anak usia 0-18 tahun dan 21,42% mulut dari pihak sekolah dan pelayanan
atau 317.016 anak merupakan anak usia kesehatan setempat untuk memberikan
sekolah (5-18 tahun). Sekitar 66.610 anak pengetahuan tentang kebersian gigi dan
usia sekolah penyandang cacat (14,4% dari mulut.
seluruh anak penyandang cacat) ini
terdaftar di Sekolah Luar Biasa
(Kemenkes, 2010). METODE
Menurut organisasi kesehatan dunia
(WHO), lebih dari 5% dari populasi Penelitian ini bertujuan untuk
dunia, sekitar 360 juta orang mengalami mengetahui status penyakit periodontal
gangguan pendengaran (328 juta orang pada anak berkebutuhan khusus dengan
dewasa dan 32 juta anak-anak). Prevalensi desain penelitian observasional.
anak tunarungu di Indonesia berdasarkan mengetahui kebutuhan perawatan. Sampel
data statistik Depertemen Pendidikan pada penelitian ini adalah seluruh siswa
Nasional Indonesia menunjukkan bahwa SLB Dharma Bakti yang berjumlah 52
jumlah anak-anak tunarungu di Indonesia responden.
cukup tinggi mencapai 0,17% dimana 17 Data penelitian dikumpulkan dengan
dari 10.000 anak pra sekolah sampai umur melakukan pemeriksaan CPITN jaringan
12 tahun mengalami tuli. Hasil penelitian periodontal dan kueisiner tentang
yang dilakukan di SLBN Purbolinggo kebutuhan perawatan periodontal.
didapat nilai kebersihan rata – rata 2,01. Selanjutnya data diolah dan dianalisis
Penelitian yang dilakukan Rukayah dengan bantuan komputer. Analisis data
tahun 2014 pada siswa tunarungu di SLB dilakukan secara univariat pada seluruh
Cicendo Bandung, didapatkan data bahwa data variabel penelitian. Dalam analisis
sebanyak 21 dari 30 responden memiliki univariat data dianalisis dan disajikan
kategori OHI-S buruk yaitu sebesar 70%. secara deskriptif dalam bentuk tabel
Hasil pemeriksaan tersebut dipengaruhi frekuensi dan persentase.
oleh keterbatasan fisik pada anak, yang
menyebabkan fungsi dan kemampuan
mereka dalam memelihara kesehatan gigi
yang terbatas. Penelitian Tagelsir dkk
menyatakan bahwa penderita tunagrahita
kurang memiliki kemampuan dalam
memelihara kesehatan rongga mulut
karena mereka mengalami kesulitan dalam

[81]
Jurnal Keperawatan, Volume XIV, No. 1, April 2018 ISSN 1907 - 0357

HASIL PEMBAHASAN

Tabel 1: Distribusi Status Kondisi Jaringan Kondisi Jaringan Periodontal pada


Periodontal pada Anak Anak Berkebutuhan Khusus
Berkebutuhan Khusus Hasil penelitan menggambarkan
bahwa dari 52 anak berkebutuhan khusus
Skor kondisi jaringan di SLB Dharma Bakti ada karang gigi 33
f %
periodontal (63,46%). Hal ini mungkin disebabkan
Sehat 18 34,61 karena anak tunagrahita dan tunarungu
Perdarahan 1 1,92 masih memiliki kesadaran yang kurang
Karang gigi 33 63,46 untuk memelihara kebersihan dan
Poket dangkal 4-5 mm 0 0 kesehatan mulutnya sehingga
Poket dalam 6 mm 0 0 memungkinkan bakteri untuk berkembang
Jumlah 52 100 secara progresif menjadi plak atau
kalkulus yang sangat besar.
Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa Berdasarkan penelitian Tagelsir, dkk
dari 52 anak di SLB Dharma Bakti ada 18 menyatakan bahwa penderita tunagrahita
(34,61%) kondisi sehat, 1 anak (1,92%) dan tunarungu kurang memiliki
kondisi perdarahan,kondisi karang gigi 33 kemampuan dalam memelihara kesehatan
(63,46%) dan untuk kondisi poket dangkal rongga mulut karena mereka mengalami
dan dalam 0%. kesulitan dalam membuka akses dan
mendengar untuk perawatan gigi.
Tabel 2: Distribusi Kebutuhan Perawatan Penderita tunagrahita dan tunarungu
Periodontal pada Anak mengalami kesulitan dalam mendeteksi
Berkebutuhan Khusus dan mengenali keadaan rongga mulut
mereka, sehingga tidak dapat dilakukan
Kebutuhan perawatan penanganan bila terjadi gangguan.selain
f % itu juga dikarenakan keterbatasan dalam
periodontal
Tidak membutuhkan 18 34,61 berpikir dan kecerdasan dibawah rata –
EIKM 1 1,92 rata seharusnya mereka selalu diberikan
pengetahuan dan bimbingan dalam
EIKM + SK 33 63,46
menjaga kesehatan gigi dan mulutnya.
EIKM + RP 0 0
Berdasarkan informasi yang di dapat
EIKM + SK + RP 0 0
dari Kepala Sekolah SLB Dharma Bakti,
Jumlah 52 100
di sekolah tersebut tidak memiliki UKGS
(Usaha Kesehatan Gigi Sekolah), di
Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa Sekolah tersebut tidak pernah dilakukan
dari 52 anak di SLB Dharma Bakti ada 18 Sikat Gigi Massal (SGM) secara rutin
(34,61%) sehat dan tidak membutuhkan kepada para siswa dan tidak pernah
perawatan periodontal, 1 anak (1,92%) mendapatkan penyuluhan mengenai
memerlukan edukasi instruksi kesehatan kesehatan gigi dan mulut. Hal tersebut
mulut (EIKM), 33 anak (63,46%) juga merupakan salah satu faktor yang
memerlukan ddukasi instruksi kesehatan mempengaruhi kebersihan gigi dan mulut
mulut (EIKM) dan instruksi skalling (SK), siswa (Putri., dkk., 2010).
untuk kondisi poket dangkal dan dalam Faktor lain yang juga mempengaruhi
0% tidak memerlukan memerlukan kebersihan karang gigi pada anak
edukasi instruksi kesehatan mulut (EIKM), tunagrahita dan tunarungu adalah faktor
instruksi skalling (SK), root planing (RP). keluarga walau anak tunagrahita dan
tunarungu tinggal bersama orangtua
.biasanya mereka diperlakukan secara
berlebihan, segala kebutuhannya dibantu
sehingga mereka tidak mandiri khususnya

[82]
Jurnal Keperawatan, Volume XIV, No. 1, April 2018 ISSN 1907 - 0357

dalam menjaga kebersihan dan kesehatan KESIMPULAN


gigi dan mulutnya.
Berdasarkan hasil penelitian maka
Kebutuhan Perawatan periodontal pada dapat disimpulkan bahwa kondisi jaringan
Anak Berkebutuhan Khusus periodontal persentase tertinggi terdapat
Hasil penelitian menggambarkan pada kategori karang gigi 33 (63,46%) dan
bahwa dari 52 anak berkebutuhan khusus 33 anak 63,46%) membutuhkan perawatan
di SLB Dharma Bakti ada 18 (34,61%) periodontal berupa edukasi instruksi
sehat, 1 anak (1,92%) memerlukan kesehatan mulut (EIKM) dan instruksi
edukasi instruksi kesehatan mulut (EIKM), skalling (SK).
33 anak (63,46%) memerlukan edukasi Kesimpulan tersebut membuat
instruksi kesehatan mulut (EIKM) dan penulis menyarankan agar pelayanan
instruksi skalling (SK), untuk kondisi kesehatan untuk anak berkebutuhan
poket dangkal dan dalam 0% tidak khusus perlu dilaksanakan melalui sistem
memerlukan memerlukan Edukasi pelayanan kesehatan yang ada seperti
instruksi kesehatan mulut (EIKM), UKGS (Unit Kesehatan Gigi Sekolah),
instruksi skalling (SK), root planing (RP). puskesmas, dan pelayanan kesehatan
Penyebab utama penyakit lainnya. Pemeriksaan rutin kesehatan
periodontal adalah iritasi bakteri plak. Plak disekolah dilakukan sesuai dengan
merupakan suatu deposit lunak yang keterbatasan yang anak miliki sehingga
terdiri atas kumpulan bakteri yang dapat diperoleh hasil yang efektif.
berkembang biak di dalam lapisan suatu Perlu juga diberikan penyuluhan
matrik intraseluler. Lapisan ini akan tentang kesehatan gigi dan mulut serta cara
mengeras dan melekat erat pada pemeliharaan kebersihan gigi dan mulut
permukaan dan akar gigi bila seseorang kepada anak berkebutuhan khusus, guru,
mengabaikan kebersihan gigi dan serta orangtua. Pada saat guru, maupun
mulutnya. Pembentukan karang gigi dokter dari pihak sekolah memberikan
dipengaruhi oleh faktor predisposisi yang penyuluhan akan lebih baik jika disertai
terdapat secara lokal pada lingkungan praktik langsung oleh masing-masing anak
rongga mulut atau standar PH dimana dan dilakukan secara berulang-ulang,
kalkulus yang mempengaruhi kalsifikasi sehingga anak akan lebih mengingat dan
dari karang gigi berhubungan dengan dapat melakukannya sendiri.
lepasnya perlekatan periodontal pada
individu dengan oral hygiene yang rendah
(Manson dan Eley,1995). Karang gigi DAFTAR PUSTAKA
tidak bisa hilang hanya dengan menyikat
gigi saja tetapi harus dibersihkan oleh Haake, Kinder, S., Newman, MG. (2000).
ahlinya baik oleh perawat gigi maupun Carranza’s Clinical Periodontology.
dokter gigi. Selain dilakukan pembersihan 9th ed. Philapelphia: W.B. Sauders
karang gigi juga perlu secara rutin Company.
melakukan penyuluhan tentang kesehatan Manson, J.D., Eley, B.M. (1993). Buku
dan kebersihan gigi dan mulut. Ajar Periodonti . Alih bahasa:
Anastasia. EGC Penerbit Buku
Kedokteran, Jakarta.
WHO Oral Health Country/Area Profil
Programme. Community Periodontal
Index

[83]

Anda mungkin juga menyukai