Anda di halaman 1dari 36

CPITN

PAPILLA BLEEDING INDEX


PROBE PERIODONTAL
Annisa Husna Faadhila
J2A017032
Jurnal 1
■ Judul : PERBEDAAN INDEKS KEBUTUHAN PERAWATAN
PERIODONTAL (CPITN) ANAK NORMAL DAN ANAK
TUNARUNGU. (SD N 1 Tegaldowo dan SLB-B YPSLB
Gemolong)

■ Penulis : Nashriatul Mawaddah.,Kusuma Arbianti.,Niluh Ringga W

■ ODONTO Dental Journal. Volume 4. Nomer 1. Juli 2017

■ Korespondensi : nmawaddah@std.unissula.ac.id

■ Keywords : deaf children, periodontal tissue, CPITN index


■ PENDAHULUAN
■ Penyakit periodontal termasuk dalam jenis penyakit inflamasi kronis oleh bakteri
yang menyerang periodonsium, yaitu jaringan penyangga gigi. Penyakit periodontal
yang sering dijumpai adalah gingivitis dan periodontitis. Prevalensi untuk jaringan
periodontal sehat sebesar 4,79% atau 34614 orang sedangkan jaringan tidak sehat
sebesar 95,21% atau 687715 orang.
■ Gangguan pendengaran yang dialami oleh anak tunarungu menimbulkan hambatan
dalam penilaian maupun pemeliharaan kesehatan rongga mulut. Kesehatan rongga
mulut yang meliputi kesehatan gigi dan jaringan penyangga gigi (jaringan
periodontal) merupakan hal penting dalam kesehatan dan kesejahteraan tubuh
secara umum serta memmpengaruhi kualitas kehidupan termasuk didalamnya
fungsi bicara, pengunyahan, dan rasa percaya diri. Berdasarkan uraian diatas maka
peneliti ingin mengetahui perbedaan indeks kebutuhan perawatan periodontal
(CPITN) anak normal di SD N 1 Tegaldowo dan anak tunarungu di SLB-B YPSLB
Gemolong.
Metode Penelitian
■ Oktober 2016
■ Jenis penelitian : obervasional, rancangan penelitian cross sectional
■ Observasi penelitian sekali saja setiap karakter
■ Sampel : 31 anak tuna rungu dan 83 anak normal
■ Pemeriksaan : Menggunakan probe periodontal WHO dengan teknik walking stroke
pada sulkus gingiva gigi indeks, pada 6 sektan yaitu 16,11,26,36,31,46
■ Skor CPITIN
■ Skor 0 ,bila periodontal sehat
■ Skor 1 , bila terjadi perdarahan setelah probing
■ skor 2, bila terlihat kalkulus supragingiva/subgingiva
■ skor 3, untuk kedalaman poket 4- 5 mm
■ skor 4, dan untuk kedalaman poket lebih dari 6 mm
Hasil Penelitian

Tabel 1.
Skor CPITN tertinggi anak normal yaitu perdarahan setelah probing skor 1, sebanyak 46 org
Skor CPITN tertinggi anak tuna rungu yaitu adanya kalkulus supra/subgingiva, sebanyak 21 org
Hasil pemeriksaan indeks CPITN tersebut juga menegaskan bahwa kondisi jaringan periodontal anak
tunarungu lebih parah dibanding anak normal.
Hasil Penelitian

Sekstan 4 skor tertinggi pada region posterior mandibular kiri, Hal ini menunjukkan bahwa daerah
tersebut memiliki kondisi yang buruk dan merupakan indikasi daerah yang sulit dibersihkan oleh anak
tunarungu.
Sekstan 2 skor terendah region anterior mandibular. Daerah tersebut yang mudah dibersihkan dgn
sikat gigi dan jumlah makanan yg tertinggal lbh sedikit

Anak tuna rungu


Hasil Penelitian

Sekstan 6 skor tertinggi pada region posterior mandibular kanan, Hal ini menunjukkan bahwa daerah tersebut
memiliki kondisi yang buruk dan merupakan indikasi daerah yang sulit dibersihkan oleh anak tunarungu.
Sekstan 2 skor terendah region anterior maxila. Daerah tersebut yang mudah dibersihkan dgn sikat gigi dan
jumlah makanan yg tertinggal lbh sedikit
Anak normal
Diskusi
■ Penyebab utama penyakit periodontal adalah iritasi jaringan yang disebabkan
bakteri pada akumulasi plak -> kalkulus. Hasil penelitian diperoleh skor CPITN
tertinggi pada kedua sampel adalah pada gigi posteriormerupakan gigi yang berada
dekat dengan kelenjar mayor saliva yaitu glandula submandibularis dan glandula
sublingualis, sehingga gigi-gigi tersebut selalu tergenang oleh saliva.
■ Anak tunarungu mengalami hambatan dalam bahasa dan berbicara sehingga
berpengaruh pada intelegensi dan emosinya yang berbeda dengan anak normal.
Victa dkk (2015) juga menyatakan bahwa anak tunarungu memiliki kesulitan untuk
menjaga kebersihan gigi karena mengalami hambatan dalam merespon informasi
yang diberikan di sekolah dan keluarga untuk diproses menjadi sikap dan tindakan
positif dalam memelihara kesehatan gigi dan mulut.
■ Kebutuhan perawatan anak tunarungu di SLB-B YPSLB Gemolong sebagian besar
adalah penyuluhan dan perawatan scalling yang dilakukan oleh dokter gigi atau
perawat untuk menghilangkan kalkulus supra maupun subgingiva,untuk
meningkatkan minat dan mencegah rasa takut anak terutama pada anak disabilitas
adalah dengan metode demonstrasi(flipchart). Perawatan scaling adalah usaha
menghilangkan deposit yang terdapat pada gigi, kalkulus subgingiva, kalkulus
supragingiva, plak, dan noda dilakukan dengan cara menyeluruh agar mencegah
inflamasi yang lebih lanjut jika dibiarkan menetap pada gigi.
Kesimpulan
■ Skor CPITN anak tuna rungu skor adanya kalkulus supra/subgingiva dengan
kebutuhan perawatan periodontal scaling dan demonstrasi oleh drg,perawat gigi
dan tenaga kesehatan
■ Skor tertinggi anak normal skor 1 yaitu perdarahan gingiva setelah probing,
kebutuhan perawatan penyulluhan dan demonstrasi oleh tenaga kesehatan non
dental seperti guru/ortu murid
Jurnal 2

■ Judul : KEBUTUHAN PERAWATAN PERIODONTAL PADA PASIEN


OBESITAS DI LINGKUNGAN RSGM FKG UNPAD
■ Penulis : Aldilla Miranda, Nunung Rusminah, Prajna Metta
■ Miranda et al /J Syiah Kuala Dent Soc, 2017, 2 (2): 68-72
■ Korespondensi : aldilla.miranda@fkg.unpad.ac.id
■ Keywords : Obesity, Periodontal Disease, CPITN
Pendahuluan
■ Obesitas adalah kondisi abnormal atau kelebihan akumulasi lemak dalam jaringan
adiposa yang akan berdampak terhadap kesehatan tubuh seseorang.
■ Wanita>pria
■ gingivitis adalah suatu reaksi inflamasi yang terjadi pada gusi tanpa kerusakan dari
jaringan pendukung lainnya sedangkan periodontitis melibatkan kerusakan seluruh
jaringan periodontal yaitu jaringan yang mengelilingi dan menunjang untuk tetap
berada dalam soketnya. Periodontitis ini berjalan lambat dan pada remaja ditandai
adanya kehilangan jaringan perlekatan 3 mm atau lebih pada satu atau lebih gigi
geligi.
■ Survey yang dilakukan di Amerika Serikat (the third National Health and Nutrition
Examination Survey/NHANES III), melaporkan bahwa BMI dan rasio pinggang dan
pinggul sangat berkaitan dengan berbagai indeks periodontal seperti kehilangan
perlekatan, kedalaman poket, perdarahan gusi serta indeks kalkulus.
Metode Penelitian
■ Jenis penelitian : survey deskriptif
■ Lokasi : klinik periodonsia FKG Unpad
■ Sampel : 15 orang mengalami obesitas berdasarkan indeks BMI, kooperatif,inform
consent,ada gigi yang mewakili penelitian
■ Alat dan bahan : probe WHO (ujungnya terdapat sebuah bola kecil diameter 0,5mm
dan memiliki tanda garis hitam yang terletak antara 3,5mm dan 5,5mm dari ujung),
masker, sarung tangan, kapas dan alkohol, savlon atau chlorhexidine, cotton pellet,
gelas kumur, ember, tisu, tempat sampah, kantung plastik, formulir inform consent,
kuisioner penilaian CPITN, formulir pemeriksaan keadaan gusi.
■ Pemeriksaan CPITN dengan menggunakan probe WHO. Geligi dalam rongga mulut dibagi
menjadi enam sekstan. Penelusuran poket gusi dilakukan pada enam permukaan pada
setiap gigi yaitu permukaan mesiobukal, bukal, distobukal, mesiolingual, lingual, dan
distolingual.
■ Pemeriksaan CPITN untuk usia ≥20 tahun dilakukan pada sepuluh gigi, yaitu :

■ Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan:


■ 1) Pada setiap sekstan terdapat dua gigi atau lebih dan bukan merupakan indikasi
pencabutan.
■ 2) Jika hanya terdapat satu gigi dalam suatu sekstan, maka gigi tersebut dimasukkan
dalam sekstan sebelahnya.
■ 3) Jika gigi yang diperiksa dalam suatu sekstan tidak ada, maka seluruh gigi yang
terdapat dalam sekstan tersebut diperiksa dan nilai yang dicatat adalah nilai tertinggi.
■ 4) Jika salah satu gigi Molar hilang, gigi tersebut tidak digantikan penilaiannya.
■ 5) Gigi Molar ketiga diabaikan, keculai jika berfungsi sebagai gigi Molar kedua.
Hasil
Pembahasan
■ Penelitian ini bertujuan untuk melihat kebutuhan perawatan pada pasien obese
berdasarkan kriteria kelainan periodontalnya, dimana hasilnya memperlihatkan
bahwa semua penderita obese memiliki kriteria kebersihan mulut yang sedang
dengan kelainan periodontal kriteria 1 dan 2. Kriteria 1 memperlihatkan keadaan
periodontal yang terdapat bleeding dan bleeding yang disertai dengan adanya
deposit kalkulus pada kriteria 2. adanya kelainan periodontal namum tidak sampai
membentuk poket periodontal
■ Kelainan periodontal 1 : OHI/oral hygiene instruction
■ Kelainan periodontal 2 : OHI/oral hygiene instruction dan profilaksis
(skeling,brush,polish)
■ Keterbatasan penelitian yaitu sampel yang sedikit, dan waktu yang kurang panjang
Jurnal 3

■ Judul : FREKUENSI TINGKAT KESEHATAN PERIODONTAL PADA


REMAJA SMP NEGERI 3 BANDA ACEH YANG DIPERIKSA
MELALUI CPITN

■ Penulis : Nuzulul Ismi, Sunnati, Zulfan M. Alibasyah

■ Ismi et al/J Syiah Kuala Dent Soc, 2016, 1 (2): 187-191

■ Korespondensi : nuzululi@yahoo.com

■ Keywords : adolescent, CPITN, periodontal status


Pendahuluan
■ Jaringan periodonsium adalah sistem fungsional dari jaringan di sekitar gigi dan
perlekatannya pada tulang rahang. Jaringan ini meliputi gingiva, ligamen
periodontal, sementum dan tulang alveolar.
■ Secara garis besar penyakit periodontal dapat diklasifikasikan menjadi gingivitis
dan periodontitis. Gingivitis adalah infeksi bakteri di sekitar gingiva yang
mengakibatkan kerusakan jaringan gingiva yang reversible. Sedangkan periodontitis
adalah infeksi bakteri pada seluruh bagian jaringan periodonsium yang meliputi
gingiva, ligamen periodontal, tulang alveolar dan sementum. Infeksi ini
mengakibatkan kerusakan yang irreversible pada jaringan periodonsium.
■ Hasil Riset Kesehatan Dasar (RIKESDAS) Nasional tahun 2007, bahwa kesadaran
masyarakat Aceh dalam menjaga kesehatan gigi dan mulut masih rendah,karena
prevalensi lebih dari 23,5%.
■ Diperkirakan 9-17% anak- anak yang berumur antara 3 dan 11 tahun mengalami
gingivitis, jumlahnya meningkat pada saat remaja dengan 70- 90% remaja
mengalami penyakit periodontal.
Bahan dan Metode
■ Index : Community Periodontal Index Treatment Need (CPITN),berguna untuk
memberikan gambaran tentang kebutuhan perawatan penyakit periodontal
masyarakat, survei epidemiologi, dan promosi kesehatan periodontal.
■ Design penelitian : deskriptif cross sectional
■ Sampel : murid SMP Negeri 3 usia 12-14 tahun Kecamatan Baiturrahman Banda
Aceh. Total subjek 96 orang.
■ wawancara->pemeriksaan CPITN dengan probe periodontal dan bantuan kaca
mulut pada 6 sektan,namun Gigi indeks yang harus diperiksa pada anak usia ≤ 19
tahun adalah gigi 11, 16, 26, 31, 36, 46.
■ Prob periodontal dijalankan/walking stroke sepanjang daerah margin gingiva untuk
melihat adanya perdarahan gingiva, kalkulus serta kedalaman poket dilakukan
pada bagian mesial, distal, labial/bukal dan lingual/palatal
Hasil
Subjek terbanyak
Skor terbanyak
Pembahasan
■ Penyakit periodontal dapat diklasifikasikan menjadi gingivitis dan periodontitis,
Etiologi utama penyakit periodontal adalah plak yang dapat diperberat oleh adanya
faktor resiko seperti kalkulus.
■ Hussein dan Mustafa (2010) melaporkan,murid umur 7-19 tahun, persentase
subjek dengan keadaan jaringan periodonsium sehat menurun dengan adanya
peningkatan umur. Keadaan menurunnya kesehatan jaringan periodonsium diduga
terjadi karena akumulasi plak sebagai etiologi utama dan adanya pengaruh
perubahan hormonal pada masa pubertas terhadap keadaan jaringan
periodonsium.
■ Periodontal sehat memiliki ciri tidak berdarah saat probing, warna gingiva coral
pink, normal sulkus kedalaman 1-3mm
■ Community Periodontal Index of Treatment Needs (CPITN) diperkenalkan oleh
Ainamo dkk (1983) serta dikembangkan oleh World Health Organization (WHO) dan
International Dental Federation (IDF).
■ Perdarahan menandakan adanya inflamasi pd gingiva/gingivitis.
Pembahasan dan Kesimpulan
■ Adanya peningkatan kalkulus pd sektan3,5,dan 1 karena dipengaruhi oleh
lokasinya yang berhadapan dengan muara duktus saliva mayor.
■ KESIMPULAN
■ Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa tingkat
kesehatan periodontal murid SMP Negeri 3 usia 12- 14 tahun Kecamatan
Baiturrahman Banda Aceh secara umum menunjukkan subjek yang terdapat
kalkulus supragingiva maupun subgingiva (skor 2) yaitu sebanyak 68 murid (70,9%)
dan merupakan skor tertinggi. Jadi, menurut indeks CPITN indikasi perawatan untuk
skor 2 adalah skeling untuk pembuangan kalkulus dan perbaikan oral hygiene
Jurnal 4
■ Judul : Gambaran gingivitis pasien Puskesmas Pucang Sewu
Surabaya pada tahun 2015 menggunakan Papillary Bleeding
Index

■ Penulis : Cintya Sara Lumumba, Poernomo Agoes Wibisono , Agung


Krismariono

■ Korespondensi : cintyasaralumumba@yahoo.com

■ Keywords : gingivitis, gingival bleeding, Papillary Bleeding Index.


Latar belakang
■ Persatuan Dokter Gigi Indonesia (PDGI) menyatakan bahwa prevalensi gingivitis di
seluruh dunia adalah 75-90% dengan kategori sedang mencapai 75%.
■ Gingivitis adalah inflamasi mengenai jaringan lunak di sekitar gigi, yaitu jaringan
gingiva. Terjadi karena efek toksik yang dikeluarkan bakteri menyebabkan gingiva
teriritasi, merah, dan bengkak, dan gingiva akan mudah berdarah. Plak juga
memaksa terjadinya resesi pada gingiva.
■ Gingivitis sering terjadi karena kondisi kebersihan rongga mulut yang tidak adekuat.
Apabila tidak dirawat, gingivitis -> periodontitis karena seiring berjalannya waktu,
plak dapat menyebar dan tumbuh di bawah gum line.
■ Toksin diproduksi bakteri yang ada di dalam plak yang dapat mengiritasi gingiva
dengan cara menstimulasi respon inflamasi kronis, kemudian jaringan serta tulang
penyangga gigi mengalami kerusakan.
■ Index gambaran gingivitis adalah Papillary Bleeding Index (PBI),diperkenalkan oleh
Muhlemann HR pada tahun 1977 sebagai modifikasi dari Sulcus Bleeding Index
(SBI) oleh Muhlemann dan Son. PBI dipilih karena merupakan indikator sensitif dari
keparahan peradangan gingiva.tidak membutuhkan banyak waktu, sangat mudah
juga lebih efisien jika digunakan dalam memeriksa pasien.
Bahan dan Metode
■ Lokasi : Puskesmas Pucang Sewu Surabaya
■ Waktu : September 2015
■ Sampel : simple random sampling - 100 orang
■ Alat : probe WHO, kaca mulut, informed consent
■ Pemeriksaan probing : mesial papilla interdental pada 16 sisi oral, 11 sisi oral, 26
sisi fasial, 36 sisi oral, 31 sisi oral, 46 sisi fasial.tekanan lembut, menunggu 20-30’
untuk melihat intensitas perdarahan
Kriteria pemeriksaan menurut Muhlemann 19778:
■ 0 : Tidak terdapat perdarahan
■ 1 : Perdarahan berupa titik
■ 2 : Perdarahan berupa garis yang jelas atau beberapa titik perdarahan pada bagian
marginal gingiva
■ 3 : Perdarahan di bagian interdental yang kurang lebih ditutupi oleh darah
■ 4 : Perdarahan yang berlebih segera setelah probing, darah mengalir ke daerah
interdental dan menyelubungi bagian dari gigi atau gingival.
■ Setelah pemeriksaan, skor dijumlah lalu dibagi 6. Skor akhir
PBI dibagi menjadi 5 yaitu mulai dari 0 – 0.99, 1 – 1.99, 2
– 2.99, 3 – 3.99, dan skor 4. Data yang terkumpul
kemudian disajikan dalam bentuk prosentase.
Hasil
Pembahasan
■ Gingivitis karena efek toksik yang dikeluarkan oleh bakteri di sekitar gingiva. Toksin
diproduksi oleh bakteri dalam plak dan mampu mengiritasi gingiva dengan cara
menstimulasi respon inflamasi kronis. Gingivitis parah ->periodontitis, periodontitis
adalah radang jaringan penyangga gigi. Sehingga sangat penting untuk menyadari
tanda-tanda gingivitis, salah satunya dapat dilihat dari gambaran gingiva yang
mudah berdarah.
■ Didapatkan skor akhir PBI terendah yaitu antara 0 – 0.99 dengan prosentase 72%
skor akhir PBI tertinggi yaitu antara 1 – 1.99 dengan prosentase 28%,
■ skor akhir 2 – 2.99, 3 – 3.99, hingga 4 tidak ditemui. Hasil akhir ini merupakan
suatu berita baik karena perdarahan yang terjadi pada sebagian besar pasien
berada pada rata-rata skor akhir yang rendah. Hal ini menandakan bahwa gingiva
kebanyakan pasien di puskesmas tersebut berada pada keadaan yang sehat.
■ Skor prosentase tertinggi menurut jenis kelamin adalah perempuan 34.93%.
dibanding laki-laki,karena status periodontal baik,merawat dental baik,perdulikan
estetika,sikat gigi 2x dan lebih dari 2x sehari
Jurnal 5
■ Judul : Comparison of Precision of Three Manual Periodontal
Probes on Periodontal Measurements

■ Penulis : Garima Singh, Hirak S Bhattacharya, Sidharth Shankar,


Kausar Parwez Khan, Smriti Saxena

■ JDSOR Journal of Dental Sciences and Oral Rehabilitation, October-December


2014;5(4):177-180

■ Korespondensi : garimasngh5@ gmail.com

■ Keywords : Periodontal probe, Angulation, Probing pocket depth, Clinical


attachment level.
Introduction
■ Pemeriksaan periodontal adalah parameter diagnostik yang paling berguna untuk
menentukan keberadaan dan tingkat keparahan lesi periodontal, dan dalam
penilaian perawatan periodontal.
■ Probe memungkinkan klinisi untuk menentukan kedalaman poket dan level
perlekatan, adanya inflamasi (perdarahan saat probing dan supurasi), adanya plak
dan kalkulus, dan penyimpangan dalam konfigurasi akar. Mendapatkan pengukuran
yang dapat diandalkan kedalaman poket dan tingkat pemasangan jelas penting
untuk studi klinis longitudinal dan penilaian klinis rutin terapi periodontal.
■ Hingga saat ini, probe periodontal yang dikembangkan oleh William CHM telah
menjadi salah satu instrumen paling populer untuk pemeriksaan pocket.
1,2,3,4,5,6,7,8,9 mm dan diameter ujung 1 mm
■ University of North Carolina probe (PCPUNC 15,
■ WHO merekomendasikan probe WHO rancangan J Ainamo and G Beagrie, utk
mengukur index CPITN. Ujung bola diameter 0,5mm. ujung probe klinis memiliki
tanda 3,5, 5,5, 8,5, dan 11,5 mm.
Cara manual untuk mengukur kedalaman poket masih sering dipakai
dokter.
Dengan demikian, saat ini dirancang untuk membandingkan akurasi
relatif dan reproduktifitas dari tiga probe periodontal manual yang paling
umum digunakan.
Materials n Methods
■ Subjects : 10 pasien, kriteria periodontitis mild-moderate, 20-55th,min 20 gigi perm
■ Pengukuran pemeriksaan dilakukan pada tiga indeks gigi per kuadran, yaitu
1 molar, 1 premolar, 1 gigi seri di 6 situs per gigi (mis. Mesiobuccal, midbuccal,
distobuccal, distolingual, midlingual, dan mesiolingual).
Tidak ada subjek severe periodontitis dan perokok.
METODE PROBING
2 penentu penyakit periodontal yaitu perlekatan dan kedalaman
Pengukuran dilakukan berulang kali dgn 3 probe,oleh dental profesional
Pengukuran Probing diukur dengan ujung probe sejajar dengan sumbu panjang gigi.
ANALISIS STATISTIK
Dengan software pd computer. Rata2 kurang lebih standar deviasi
Nilai p kurang dari 0,05 dianggap signifikan secara statistik.
Hasil
■ Probing depth (mm)

Rerata kedalaman probing pada gigi anterior


adalah masing-masing 3,33 ± 3,70, 3,23 ± 2,0 dan
4,78 ± 2,17 mm dengan probe William, UNC15 dan
CPITN. Perbedaan antara probe William dan UNC15
secara statistik tidak signifikan (Tabel 1). Dengan
demikian, presisi dan reproduktifitas diperoleh
lebih banyak dengan UNC15
Hasil

■ Clinical Attachment (mm) yang diukur dari


persimpangan cementoenamel (CEJ) ke
dasar saku pada gigi indeks anterior adalah
3,33 ± 2,58, 3,23 ± 2,62, dan 4,80 ± 3,33
mm dengan probe William, UNC15 dan
CPITN. Perbedaan dalam hasil antara
penyelidikan William dan UNC15 secara
statistik tidak signifikan (Tabel 4).
Membandingkan perbedaan hasil antara
William dan UNC15 dengan probe CPITN
secara statistik signifikan (Tabel 5 dan 6).
KESIMPULAN
■ Probe CPITN/WHO kurang presisi
■ Probe William 2x lebih akurat dari probe WHO
■ Probe UNC-15 dan William dpt digunakan karena akurasi baik, namun tidak pada
probe WHO yang akurasi nya kurang
THANKS A LOT

Anda mungkin juga menyukai