Anda di halaman 1dari 7

TUGAS EPIDEMILIOGI DENTAL

“Hubungan Antara Pengetahuan Kesehatan Gigi Dan Mulut Dengan Karies


Gigi Di Lingkungan Gading Sari Kec.Gamping”

Dosen Pengampu : FURAIDA KHASANAH, M.Kep

DISUSUN OLEH:

WAHDALENA : P07125319003

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES YOGYAKARTA


PROGRAM STUDI ALIH JENJANG DIPLOMA IV KESEHATAN GIGI
JURUSAN KEPERAWATAN GIGI
2019
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kesehatan gigi dan mulut merupakan hal yang sering diabaikan oleh banyak
orang, padahal gigi dan mulut merupakan “pintu masuk” bagi bakteri dan kuman yang
dapat mengganggu organ tubuh lainnya. Kesehatan gigi dan mulut merupakan bagian
integral yang tidak dapat dipisahkan oleh kesehatan secara umum. Organisasi Kesehatan
Dunia / World Health Organization (WHO) pada tahun 2012 mendefinisikan kesehatan
gigi dan mulut sebagai keadaan bebas dari penyakit mulut dan wajah dan kanker
tenggorokan, infeksi dan luka pada mulut, penyakit gusi dan jaringan periodontal, dan
gangguan yang membatasi kapasitas seorang individu dalam mengunyah, menggigit,
tersenyum, berbicara dan kesejahteraan psiko-sosial. Hal ini menunjukkan pentingnya
kebersihan mulut, bukan hanya untuk mencegah penyakit mulut namun sebagai
pendorong kepercayaan diri seorang individu. Kesehatan gigi dan mulut tidak semata-
mata mengenai gigi, tetapi juga berhubungan dengan gusi dan tulang pendukung dan
jaringan lunak pada mulut, lidah dan bibir. Tiga kelompok utama penyakit gigi dan mulut
adalah karies, penyakit gusi (atau dikenal sebagai penyakit periodontal) dan kanker
mulut. Kebersihan gigi dan mulut yang baik menunjukkan kontribusi yang besar dalam
mencegah penyakit mulut. Menurut WHO, prevalensi karies gigi di seluruh dunia sebesar
60-90% pada anak-anak dan hampir mendekati 100% pada orang dewasa. Kebersihan
gigi dan mulut yang buruk merupakan penyebab munculnya karies gigi dan menyebabkan
kehilangan gigi khususnya pada gigi permanen.

Kesehatan gigi dan mulut merupakan bagian dari kesehatan tubuh yang tidak
dapat dipisahkan satu dan lainnya karena akan mempengaruhi kesehatan tubuh
keseluruhan. Gigi merupakan salah satu bagian tubuh yang berfungsi untuk mengunyah,
berbicara dan mempertahankan bentuk muka, sehingga penting untuk menjaga kesehatan
gigi sedini mungkin agar dapat bertahan lama dalam rongga mulut. Masalah terbesar yang
dihadapi penduduk Indonesia seperti juga di negaranegara berkembang lainnya di bidang
kesehatan gigi dan mulut adalah penyakit jaringan keras gigi (caries dentin). Hal ini
karena prevalensi karies di Indonesia mencapai 80%. Usaha untuk mengatasinya belum
memberikan hasil yang nyata bila diukur dengan indikator kesehatan gigi masyarakat.
Salah satu faktor yang mempengaruhi kesehatan gigi dan mulut adalah tingkat
pengetahuan, sikap dan tindakan. Pengetahuan mengenai kesehatan gigi dan mulut
diperoleh melalui proses kognitif yang kompleks. Penelitian menunjukkan bahwa terdapat
hubungan antara peningkatan pengetahuan mengenai kesehatan mulut dan status
kesehatan mulut yang lebih baik. Sikap merupakan suatu pengetahuan yang disertai
kecenderungan untuk bertindak sesuai dengan pengetahuan itu. Tindakan adalah tingkat
pengetahuan yang berbaur dengan sikap dan dimiliki oleh kontrol pribadi seseorang.
Penelitian yang dilakukan oleh Ghahroudi et al (2016) menyatakan bahwa meningkatnya
pengetahuan dan sikap terhadap kesehatan gigi dan mulut tidak seiring dengan tindakan
1
pasien yang menderita penyakit jantung mengenai kebersihan gigi dan mulut sehingga
dibutuhkan program yang efisien yang dapat mendorong perilaku kesehatan gigi dan
mulut di populasi khusus.

Karies gigi adalah penyakit jaringan gigi yang ditandai dengan kerusakan
jaringan, dimulai dari permukaan gigi mulai dari email, dentin, dan  meluas ke arah pulpa.
Karies dikarenakan berbagai sebab, diantaranya adalah karbohidrat, mikroorganisme dan
air ludah, permukaan dan bentuk gigi, serta dua bakteri yang paling umum bertanggung
jawab untuk gigi berlubang adalah Streptococcus mutans dan Lactobacillus. Jika
dibiarkan tidak diobati, penyakit dapat menyebabkan rasa sakit, kehilangan gigi, dan
infeksi. Selain faktor langsung yang ada di dalam mulut, terdapat faktor-faktor tidak
langsung yang disebut faktor risiko luar yang merupakan faktor predisposisi dan faktor
penghambat terjadinya karies. Faktor luar antara lain adalah usia, jenis kelamin, keadaan
penduduk dan lingkungan, pengetahuan, kesadaran dan perilaku yang berhubungan
dengan kesehatan gigi, misalnya pengetahuan mengenai jenis makanan dan minuman
yang menyebabkan karies.

Karies adalah kerusakan yang terbatas pada jaringan gigi mulai dari email gigi
hingga menjalar ke dentin (tulang gigi) (Hermawan, 2010). Prevalensi karies di Indonesia
mencapai 90,05%, hal ini menunjukkan bahwa karies menjadi salah satu bukti tidak
terawatnya kondisi gigi dan mulut (Prasasti, dkk, 2011). Hasil Riset kesehatan Dasar
(RISKESDAS) Tahun 2018 dilaporkan bahwa sebanyak 65 % Propinsi Daerah Istimewa
Yogyakarta bermasalah gigi dan mulut. Kecamatan Gamping memiliki penduduk tidak
kurang dari 69.998 jiwa. Data yang diperoleh dari Dinas Kesehatan Kabupaten Sleman
pada tahun 2018, dilaporkan bahwa 10.654 masyarakat yang ada di Kecamatan Gamping
Kabupaten Sleman, dan sudah dilakukan pemeriksaan gigi berjumlah 343 masyarakat
daerah gading sari. Dari seluruh masyarakat tersebut yang giginya mengalami karies gigi
berjumlah 133 masyarakat (38 %). Hal ini menunjukkan kurangnya kesadaran akan
pentingnya memelihara kesehatan gigi dan mulut. Survei awal yang dilakukan pada tanggal
20 November 2019, dengan memeriksa pada 10 orang masyarakat dilingkungan Gading Sari kec.
Gamping ditemukan keseluruhan DMF-T yaitu 59 dengan rata- rata nilai DMF-T dari
keseluruhan orang tersebut adalah 4,5, ini berarti telah melebihi standar yang ditetapkan
oleh WHO yaitu ≤3. Hasil wawancara secara singkat yang dilakukan pada 12 orang
masyarakat dengan memberikan pertanyaan yang sama kepada keseluruhan orang
masyarakat tersebut, didapatkan 8 orang masyarakat kurang mengetahui cara memelihara
kesehatan gigi dan mulut secara benar, dan 4 orang masyarakat sudah mengetahui cara
memelihara kesehatan gigi.

Berdasarkan uraian diatas, maka penulis tertarik untuk meneliti hubungan antara
pengetahuan kesehatan gigi dan mulut dengan karies gigi di lingkungan Gading Sari
Kec.Gamping.

BAB II

2
TINJAUAN TEORI

A.    Telaah Pustaka

1. Pengetahuan

Pengetahuan adalah merupakan hasil penginderaan manusia atau hasil tahu


seseorang terhadap suatu objek melalui yang dimilikinya yakni mata, hidung, telinga
dan sebagainya. Perilaku yang didasari oleh pengetahuan akan lebih langgeng dari
perilaku yang tidak didasari pengetahuan. Pengetahuan merupakan domain penting
untuk terbentuknya suatu tindakan seseorang. Pengetahuan bisa diperoleh secara
alami maupun terencana yaitu melalui proses pendidikan. Pengetahuan merupakan
ranah yang sangat penting untuk terbentuknya tindakan. (Notoatmojo,2018)

Pemahaman masyarakat mengenai pengetahuan dalam konteks kesehatan


sangat beraneka ragam. Menurut (Budiman dan Riyanto, 2013) pengetahuan di bagi
menjadi 2 jenis yaitu: 1) Pengetahuan implisit Pengetahuan Implisit adalah
pengetahuan yang masih tertanam dalam bentuk pengalaman seseorang dengan faktor
yang tidak bersifat nyata, seperti keyakinan pribadi, prinsip, dan perspektif.
Pengetahuan implisif sering berisis kebiasaan dan budaya yang di miliki oleh
seseorang, sebagai contoh: Seseorang mengetahui bahwa menyikat gigi sebelum tidur
malam dapat menghindari karies namun seseorang itu masih belum melaksanakan. 2)
Pengetahuan eksplisit. Pengetahuan eksplisit adalah pengetahuan yang telah di
dokumentasikan dan disimpan dalam wujud nyata yang dapat membentuk perilaku
kesehatan seseorang, sebagai contoh: Seseorang mengetahui bahwa menyikat gigi
sebelum tidur malam dapat menghindari karies maka orang itu sudah menyikat
giginya setiap malam hari.

Menurut Noor (dalam Herijulianti, dkk., (2012), dengan meningkatkan


pengetahuan seseorang dalam bidang kesehatan gigi dan mulut, maka akan diperoleh
kesadaran masyarakat akan pentingnya upaya pemeliharaan kesehatan gigi dan mulut.
Pengetahuan tersebut pula akan mampu memperkenalkan kepada masyarakat tentang
penyakit-penyakit dalam mulut, upaya penanggulangannya, serta yang terpenting
adalah mampu menanamkan perilaku sehat sejak dini. Pengetahuan masyarakat sangat
penting dalam mendasari terbentuknya perilaku yang mendukung atau tidak
mendukung kebersihan gigi dan mulut. Pengetahuan tersebut dapat diperoleh secara
alami maupun secara terencana yaitu melalui proses pendidikan. Masyarakat dengan
pengetahuan rendah mengenai kesehatan gigi dan mulut merupakan faktor
predisposisi dari perilaku yang tidak mendukung kesehatan gigi dan mulut.

2. Pemeliharaan Kesehatan Gigi dan Mulut

Instruksi pemeliharaan kesehatan gigi dan mulut di rumah telah banyak


disusun oleh para ahli. Program tersebut menekankan pada pencegahan terjadinya
karies. Pengenalan dan perawatan kesehatan gigi secara dini adalah sangat penting

3
karena banyak angka karies dimasyarakat yang belum tertangani. Kelainan pada
rongga mulut dapat dideteksi sedini mungkin sehingga dapat dilakukan suatu
perawatan sederhana yang memungkinkan untuk menerima perawatan gigi.
Kebersihan gigi dan mulut merupakan suatu pemeliharaan kebersihan dan hygiene
struktur gigi dan mulut melalui sikat gigi adalah hal yang utama dalam pemeliharaan
kesehatan gigi dan mulut, stimulasi jaringan, pemijatan gigi bukan pengobatan hanya
mempercepat penyembuhan, hidroterapi. (Rijal T, 2016)

3. Karies Gigi

Menurut Brauer, (dalam Tarigan, 2013) karies gigi adalah penyakit jaringan
gigi yang ditandai dengan kerusakan jaringan, dimulai 17 dari permukaan gigi (ceruk,
fisur, dan daerah interproksimal) meluas ke arah pulpa. Karies gigi adalah proses
kerusakan jaringan keras gigi akibat asam yang dihasilkan oleh fermentasi bakteri
yang berawal dari permukaan gigi hingga ke pulpa (Selwitz dkk, 2007). Menurut
Shafers dkk (2012), karies gigi merupakan penyakit mikroba ireversibel dari
kalsifikasi jaringan gigi yang ditandai oleh adanya demineralisasi bahan organik gigi
yang dapat menyebabkan terbentuknya kavitas. Menurut Cameron & Widmer (2003),
karies gigi merupakan penyakit multifaktorial yang perkembangannya dipengaruhi
oleh empat faktor yaitu mikroorganisme, substrat, host, dan waktu.

Karies gigi adalah sebuah penyakit infeksi yang merusak struktur gigi
penyakit ini menyebabkan gigi berlubang jika tidak ditangani. Penyakit ini
menyebakan nyeri, penanggalan gigi, infeksi, berbagai kasus berbahaya dan bahkan
kematian gigi (Newbrum, 2010).

Terjadinya karies berdasarkan oleh beberapa para penelitian berdasarkan


konsep teori Herijulianti (2014), merupakan suatu mata rantai yang paling
berinteraksi secara simultan antara ketiga faktor utama. Ketiga faktor utama tersebut
adalah host, agen dan lingkungan, dimana host adalah gigi serta manusia, sedangkan
agen adalah bakteri mulut dan diluar mulut, misalnya kebiasaan menyikat gigi,
membersihkan mulut dan kebiasaan memeriksa gigi sebagai faktor tambahan yaitu
waktu juga mempengaruhi dalam proses terjadi karies.

B. Kerangka Konsep

Pengetahuan Masyarakat
Mengenai Kesehatan Gigi Angka Karies
dan Mulut
C. Hipotesis
Dalam landasan teori diambil hipotesis sebagai berikut “ Ada hubungan antara
pengetahuan kesehatan gigi dan mulut dengan karies gigi di lingkungan Gading Sari
Kec.Gamping”

BAB III

4
METODE PENELITIAN

A. Metode Penelitian

Metode Penelitian ini menggunakan metode survei analitik, dengan


pendekatan cross sectional study. Waktu penelitian ini dilaksanakan pada bulan
November 2019. Tempat penelitian di lingkungan Gading Sari Kec. Gamping.
Variabel bebas yaitu pengetahuan kesehatan gigi dan mulut, Variabel terikat yaitu
Karies Gigi.

1. Pengetahuan adalah segala sesuatu yang diketahui oleh masyarakat tentang cara
memelihara kesehatan gigi dan mulut yang didasari dengan 6 aspek yaitu tahu,
memahami, aplikasi, analisis, sintesis dan evaluasi. Pengetahuan diukur dengan
menggunakan kuesioner yang terdiri dari 13 pertanyaan dengan jawaban ya dan
tidak. Menjawab benar diberi skor 2 sedangkan yang menjawab salah diberi skor 1.
Nilai tertinggi adalah 26 dan nilai terendah 13. Kategori pengetahuan baik jika
bobot nilainya 20 - 26 dan kategori pengetahuan tidak baik jika bobot nilainya 13 -
19. Skala ukur yaitu menggunakan skala nominal.

2. Karies Gigi adalah kerusakan jaringan gigi yang dimulai dari permukaan email,
dentin sampai meluas kejaringan pulpa yang disebabkan karena kurangnya
kesadaran untuk memelihara kesehatan gigi dan mulut. Data karies gigi tetap
didapat dengan cara pengukuran menggunakan index DMF- T (Decay Missing
Filling - Teeth). Alat ukurnya yaitu format pemeriksaan DMF-T, diagnosa set
(kaca mulut, sonde, pincet, excavator). Hasil ukurnya adalah baik jika DMF-T ≤ 3
diberi nilai 2, dan tidak baik jika DMF-T > 3 diberi nilai 1. Skala ukurnya yaitu
Nominal. Populasi Adalah masyarakat dilingkungan Gading Sari Kec. Gamping
berjumlah 30 orang. Instrumen dari penelitian ini adalah : kuesioner untuk
mengumpulkan data pengetahuan tentang cara memelihara kesehatan gigi dan
mulut. Diagnosa set (kaca mulut, sonde, pinset dan excavator), untuk melakukan
pemeriksaan gigi guna mengumpulkan data DMF-T masyarakat gading sari.
Lembar pemeriksaan DMF-T untuk mencatat hasil pemeriksaan gigi. Analisis data
menggunakan uji statistic Chi-square.

B. ANALISA HASIL SURVEY

1. Distribusi Responden Menurut Jenis kelamin menunjukan bahwa paling banyak


responden berjenis kelamin laki – laki yaitu 12 (40 %), dengan karies gigi yang
kategorinya tidak baik berjumlah 8 orang (67 %) dan karies gigi kategori baik
berjumlah 4 orang (33%). sedangkan jenis kelamin perempuan berjumlah 18 orang
(60 %), dengan karies gigi kategori tidak baik berjumlah 12 orang (67 %) dan
karies gigi kategori baik yaitu 6 orang (33 %).

5
2. Distribusi Responden menurut umur menunjukan bahwa paling banyak responden
pada umur 33 tahun yaitu 15 orang (50%) dengan karies gigi kategori tidak baik
berjumlah 8 orang (53 %) dan karies gigi kategori baik berjumlah 7 orang. (47 %).

3. Distribusi Kategori Pengetahuan Responden tentang Cara Memelihara Kesehatan


Gigi dan Mulut.

Pengetahuan Jumlah Persentasi ( % )


Tidak Baik 18 60 %
Baik 12 40 %
Total 30 100,0 %
Berdasarkan tabel diatas pengetahuan menunjukan bahwa paling banyak
responden mempunyai pengetahuan tentang kesehatan gigi dan mulut yang
kategori baik yaitu sebanyak 12 orang (40 %), sedangkan pengetahuan yang
kategori tidak baik berjumlah 18 orang (60 %).

4. Distribusi Responden Berdasarkan Karies Gigi Karies Gigi

Karies Gigi Jumlah Persentasi


Tidak Baik 20 66,6%
Baik 10 33,3%
Total 30 100,0%
Berdasarkan tabel terlihat bahwa sebagian responden yaitu 20 orang (66,6
%) dengan kategori karies gigi tidak baik dan 10 orang (33,3%) dengan kategori
karies gigi baik.

5. Hubungan pengetahuan cara memelihara kesehatan gigi dan mulut dengan karies
gigi. Pengetahuan dan karies gigi kategori tidak baik berjumlah 7 0rang (23,3%).
Untuk pengetahuan kategori baik dan karies gigi kategori tidak baik sebanyak 10
siswa (33,3%). Pengetahuan dan karies gigi kategori baik sebanyak 12 orang (40
%), sedangkan responden yang memiliki pengetahuan kategori tidak baik dan
karies gigi kategori baik hanya 1 orang (3,3%).

6. Hasil Uji Statistik Chi – Square. Berdasarkan hasil uji statistik chi-square antara
variabel pengetahuan kesehatan gigi dan mulut dengan karies gigi dapat dilihat
pada tabel dibawah ini

Tabel 3. Uji statistik Chi-square

Variabel X 2 hitung X 2 tabel α p


Pengetahuan masyarakat 8,148 3,84 0,05 0,004
Karies gigi
Dari tabel diatas didapatkan X 2 hitung = 8,148 > X2 tabel = 3,84 dan
didukung dengan nilai p 0,004 < α 0,05 , yaitu berarti H 0 ditolak H1 diterima. Dengan
demikian dari hasil analisa statistik uji chi-square dapat diambil kesimpulan yaitu
terdapat hubungan antara pengetahuan kesehatan gigi dan mulut dengan karies gigi di
lingkungan Gading Sari Kec.Gamping.

Anda mungkin juga menyukai