Anda di halaman 1dari 25

PENGETAHUAN MASYARAKAT TENTANG PENCEGAHAN KARIES

GIGI

Karya Tulis Ilmiah

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Dalam Menyelesaikan Jenjang


Pendidikan Diploma III Untuk Memperoleh Gelar Ahli Madya
Keperawatan Gigi Jurusan Keperawaratan Gigi
Politehnik Kesehatan Aceh

Diajukan Oleh:
Nama: ANDI SYAHPUTRA
Nim: PO7125116.001

KEMENTRIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN ACEH DIPLOMA III
JURUSAN KEPERAWATAN GIGI
TAHUN 2019

1
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar belakang

Kesehatan gigi dan mulut merupakan bagian dari kesehatan tubuh yang tidak dapat

dipisahkan satu dengan yang lainnya sebab kesehatan gigi dan mulut akan mempengaruhi

kesehatan tubuh keseluruhan. Gangguan yang berkaitan dengan kesehatan gigi dan mulut

menjadi permasalahan yang dialami oleh sebagian besar Negara-negara didunia. Masalah

terbesar yang dihadapi penduduk indonesia seperti juga dinegara-negara berkembang lainnya

dibidang kesehatan gigi dan mulut adalah penyakit jaringan keries gigi (caries dentis)

disamping penyakit gusi. Karies merupakan suatu penyakit jaringan keras gigi yaitu email,

dentin dan sementum yang disebabkan oleh aktivitas jasad renik dalam suatu karbohidrat.

Akibatnya terjadi invasi bakteri dan kematian pulpa serta penyebaran infeksi periapeks yang

dapat menyebabkan rasa nyeri (Depkes, 2010).

Kesehatan adalah keadaan sehat, secara fisik, mental, sprituak maupun spiritual

maupun sosial yang memungkinkan setiap orang untuk hidup produktif secara sosial dan

ekonomis (depkes, 2009) kesehatan perlu diperhatikan selain kesehatan tubuh secara umum,

juga kesehatan gigi dan mulut merupakan dari kesehatan tubuh secara keseluruhan

(kusumawardani, 2011).

Pengetahuan masyarakat di Indonesia menjadi sangat penting untuk untuk diperbaiki

karena masyarakat pada awalnya sebelum terkena penyakit gigi dan mulut mengabaikan

2
sakit yang ditimbulkan. Padahal ketika sudah menjadi sakit penyakit gigi merupakan jenis

penyakit diurutan pertama yang di keluhkan masyarakat. Tingkat pendidikan tampaknya

memiliki hubungan dengan penyakit gigi ,karena semakin tinggi pendidikan seseorang maka

tinggi pula tingkat kesehatan gigi dan mulut begitu juga sebaliknya (Ghofur, 2012).

Masyarakat Indonesia yang mederita sakit gigi lebih memilih mengobati sendiri sakit

giginya dari pada memilih untuk memeriksa giginya ke dokter gigi untuk diobati, hal itu

merupakan salah satu sikap masyarakat yang tidak mempedulikan atau mengabaikan tentang

kesehatan gigi dan mulutnya. Tindakan masyarakat Indonesia yang lebih memilih mengobati

sendiri dari pada mengobati kedokter merupakan tindakan yang sangat merugikan karna

dengan begitu angka penyakit gigi dan mulut akan semakin bertambah (Gofur, 2012).

Kesadaran seseorang akan pentingnya kesehatan gigi terlihat dari pengetahuan yang ia

miliki. (Fankari 2004) menjelaskan bahwa salah satu penyebab timbulnya masalah kesehatan

gigi dan mulut masyarkat adalah faktor perilaku atau sikap mengabaikan kebersihan gigi dan

mulut. Hal tersebut dilandasi olah kurangnya pengetahuan akan pentingnya pemeliharaan gigi

dan mulut. Ketika seseorang berada pada tingkat pengetahuan yang lebih tinggi, maka

perhatian akan kesehatan gigi samakin tinggi.

Karies adalah hasil interaksi bakteri di permukaan gigi, plak atau bioflm, diet

(khususnya komponen karbonhidrat yang dapat di permentasikan oleh bakteri plak menjadi

asam terutama asam laktat dan asetat) sehingga menjadi demineralisasi jaringan karies gigi

dan memerlukan cukup waktu kejadianya. Untuk terjadinya karies, ada tiga faktor yang harus

3
ada secara bersama-sama. Ketiga faktor tersebut adalah: (1) bakteri kariogenik, (2)

permukaan gigi yang rentan dan (3) tersedianya bahan nutrisi untuk mendukung pertumbuhan

bakteri. Karies adalah penyakit infeksi yang disebabkan pembentukan plak kariogenik pada

permukaan gigi menyebabkan demineralisasi pada gigi (Mangananda, 2009).

Karies merupakan penyakit gigi dan mulut yang paling umum terjadi di Indonesia,

Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS) tahun 2018 menyebutkan bahwa prevalensi rata-rata

penduduk Indonesia yang bermasalah dengan gigi dan mulut sebesar 57,6% dengan

persentase tertinggi sebesar 73,5% penyakit gigi dan mulut yang banyak diderita masyarakat

di Indonesia pada umumnya berkaitan dengan kebersihan gigi mulut. Tingginya angka

penyakit gigi dan mulut saat ini dipengaruhi oleh beberapa faktor perilaku yang belum

menyadari pentingnya pemeliharaan kesehatan gigi dan mulut.

Prevalensi karies gigi pada anak usia 5-6 tahun mencapai 93%, anak usia 7-12 tahun

mencapai 65,5%, anak usia 13-15 tahun mencapai 67,4 %, usia 35-44 tahun mencapai 92,2

%, sedangkan 65 tahun mencapai 95%. Data tersebut menunjukkan prevalensi karies gigi

yang terus meningkat (Herijulianti, 2009).

Masalah tingginya angka penyakit gigi dan mulut saat ini dipengaruhi oleh beberapa

faktor salah satunya dari perilaku masyarakat sendiri. Hal ini terlihat dari 22,8% penduduk

Indonesia tidak menyikat gigi dan dari 77,2% yang menyikat gigi hanya 8,1% yang menyikat

gigi tepat waktu. Kesadaran masyarakat untuk datang berobat kefasilitas pelayanan kesehatan

masih rendah (Herijulianti, 2009).

4
Berdasarkan hasil laporan puskesmas Jeuram yang diperoleh dari hasil kunjungan

1854 pasien di poli klinik kesehatan gigi yaitu yang mengalami : penyakit pulpa (23,%),

penyakit gusi dan jaringan (5,2%), persistensi (5,0%), mobility (14,33%), abses (6,8%), ulcus

bicubitus (0,24%), radik (12,4%) keluhan dantel facial (0,37%) dan karies (30,29% ).

Dari uraian di atas, maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian yang berjudul

Gambaran Pengetahuan Masyarakat Tentang Pencegahan Karies Didesa Jeuram Kecamatan

Seunagan Kabupaten Nagan Raya Tahun 2020.

B. Manfaat Penelitian

1. Bagi penulis

Menambah pengetahuan, wawasan, dan pengalaman dalam melaksanaan penilitian

khususnya tentang pencegahan karies.

2. Bagi Akademik

Hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai bacaan dan informasi dasar untuk penelitian

selanjutnya.

Hasil penelitian ini dapat dipergunakan sebagai bahan masukan atau informasi dalam

rangka meningkatkan mutu pelayanan kesehatan gigi masyarakat didesa Jeuram

Kecamatan Seunagan Kabupaten Nagan raya tahun 2020.

C. Tujuan Penelitian

Untuk mengetahui gambaran pengetahuan masyarakat tentang pencegahan karies gigi.

5
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

1. Pengetahuan

Pengetahuan merupakan hasil atau wujud dari penginderaan suatu objek tertentu.

Penginderaan terjadi melalu panca indra, yakni indra penglihatan, penciuman perasa dan

peraba pengetahuan. Merupakan domain yang sangat penting dalam membentuk tindakan

seseorang (over behavior). Pengetahuan seseorang terhadap objek-objek mempunyai

intesitas atau tingkat yang berbeda-beda sacara garis besar di bagi 6 tingkat pengetahuan

yakni : (Notoatmodjo, 2010).

a. Tahu (know) diartikan sebagai recall (memanggil) materi yang sudah ada sebulumnya

setelah menggantikan sesuatu

b. Memahami (comprehensive) di artikan sebagai suatu kemampuan untuk menjeleskan

secara benar dan tentang objek yang diketahui, dan dapat menginterprestasikan materi

tersebut secara benar.

c. Aplikasi (aplikation) diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menggunakan materi

yang telah di pelajari pada situasi yang sebenarnya.

d. Analisis (analisis) diartikan sebagai kemampuan seseorang untuk menjabarkan dan

memisahkan, kemuadian mencari hubungan antara komponen–komponen yang terdapat

dalam masalah atau objek yang diketahui.

6
e. Esintesis (synthesis) diartiakan sebagai kemampuan sebagai seseorang untuk

merangkup atau meletakkan dalam suatu hubungan yang logis dan komponen

pengetahuan yang dimiliki.

f. Evaluasi (evaluation), diartikan sebagai kemampuan seseorang untuk meletakan

justifikasi atau penilian terhadap suatu materi objek (Notoatmodjo, 2007).

1. Menerima (Receiving), diartikan sebagai bahwa subjek mau dan memperhatikan

stimulus yang diberikan.

2. Merespon (Responding), memberikan jawaban apabila ditanya, mengerjakan

dan melaksanakan tugas yang diberikan merupakan suatu masalah.

3. Menghargai  (Valuing), mengajak orang lain untuk mengerjakan suatu masalah.

4. Bertanggung jawab (Responsible), bertanggung jawab atas segala sesuatu yang

telah dipilihnya dengan segala resiko merupakan sikap yang paling tinggi.

A. Pengertian masyarakat

Menurut Ralp Linton (2008), masyarakat adalah sekelompok manusia yang telah cukup

Menurut Ralp Linton, pengertian masyarakat adalah sekelompok manusia yang hidup dan

bekerja sama cukup lama sehingga mereka dapat mengatur diri mereka dan menganggap diri

mereka sebaga suatu kesatuan sosial dengan batas-batas yang dirumuskan secara jelas.

7
Pengertian karies

Karies adalah kerusakan yang terbatas pada jaringan gigi mulai dari email gigi hingga

menjalar ke dentin atau tulang gigi (Gofur, 2012).

Karies adalah hasil interaksi bakteri dipermukaan gigi, plak atau biofilm, diet

(khususnya komponen karbohidrat yang dapat difermentasikan oleh bakteri plak menjadi

asam terutama asam latat dan asetat) sehingga terjadi demineralisasi jaringan keras gigi dan

memerlukan cukup waktu kejadiannya. Penyakit untuk kejadiannya karies, ada 3 faktor yang

harus ada secara bersama – sama. Ketiga faktor tersebut adalah: (1) bakteri kariogenik, (2)

permukaan gigi yang rentan dan (3) tersedianya bahan nutrisi untuk mendukung pertumbuhan

bakteri. Karies adalah penyakit infeksi yang disebabkan pembentukan plak kariorganik pada

permukaan gigi menyebabkan demineralisasi pada gigi (Megananda, 2009).

1. Tanda - tanda Terjadinya Karies

Tanda awal dari lesi karies adalah bercak putih pada permukaan gigi, ini

menunjukkan area demineralisasi enamel, dan dapat berubah menjadi cokelat tapi

akhirnya akan berubah menjadi sebuah kavitasi (rongga). Sebuah lesi yang muncul cokelat

dan mengkilat menunjukkan karies gigi pernah hadir tapi proses demineralisasi telah

berhenti, meninggalkan noda.

Sebuah bercak cokelat yang kusam dalam penampilan mungkin tanda karies

aktif. Setelah pembusukan melewati email, dentin, yang memiliki bagian-bagian ke saraf

8
gigi, dapat menyebabkan sakit gigi serta linu pada gigi yang berlubang apabila gigi

tersebut terkena ransangan dingin, panas, makanan asin dan manis. Rasa sakit dan linu

akan menghilang sekitar 1 sampai 2 detik setelah ransangan dihilangkan. Gigi karies juga

dapat menyebabkan bau mulut. (Hongini, 2012).

2. Tahap – tahap Terjadinya Karies Gigi

Gigi berlubang (karies) terjadi berdasarkan fase sebagai berikut :

a. White spot: berupa titik putih yang merupakan cikal bakal lubang gigi.

b. Karies superfisialis: lubang gigi yang terbatas pada bagian email gigi. Bisa terasa

dengan lidah, apabila pada bagian permukaan gigi geraham terasa ada bagian yang

tajam.

1
c. Karies media: lubang gigi sudah sampai ke bagian dentin. Ngilu adalah gejala yang
2

paling sering dirasakan. Gigi menjadi sensitive terhadap makanan atau minuman yang

dingin.

d. Karies propunda: lubang gigi sudah mencapai gigi bagian dentin atau sudah mencapai

daerah pulpa. Biasanya disertai dengan rasa sakit (Tarakan, 2006).

3. Proses terjadinya Karies

Pengerusakan akibat karies sebenarnya sangat sederhana walaupun proses

terjadinya memang lebih rumit. Plak bakteri sangat berperan tapi pengaruh makanan yang

paling berperan (diet) sebagai faktor penyebab karies. Perubahan diet merupakan faktor

utama berkembangnya peningkatan prevalensi karies pada masyarakat, komponen diet

9
yang sangat kariorganik adalah gula terolah atau sukrosa yang dimetabolisme oleh bakteri

dalam sehingga melarutkan email ( Erwana Ferry Agam.2013)

Proses kerusakan gigi umumnya berlangsung cukup lama dan sering tidak

disadari. Proses karies bisa terjadi dalam 1-2 tahun sebelum terdeteksi oleh saraf sehingga

sakit gigi baru terasa. Untuk mendeteksi adanya plak biasanya digunakan suatu cairan

khusus yang disapukan pada permukaan gigi.

Gigi yang mengandung plak akan bewarna merah dan harus segera dibersihkan

sebelum menjadi karies (Darmawan, 2004).

Menurut Pratiwi (2007) penyebab karies adanya bakteri Streptococcus mutans

dan lactobacili. Bakteri spesifik inilah yang mengubah glukosa dan karbohidrat pada

makanan menjadi asam melalui proses fermentasi. Asam terus diproduksi oleh bakteri dan

akhirnya merusak struktur gigi sedikit demi sedikit, kemudian plak dan bakteri mulai

bekerja 20 menit setelah makan.

Asam yang diproduksi dalam plak akan terus merusak lapisan email gigi. Kemudian

bakteri akan mengikuti jalan yang sudah dibuat oleh asam dan menginfeksi lapisan

berikutnya, yaitu dentin. Jika tidak dirawat, proses ini akan terus berjalan sehingga lubang

akan semakin dalam.

Karies gigi biasanya belum menimbulkan keluhan salut kecuali telah mencapai

bagian dentin dan pulpa gigi. Karena pulpa penuh sel saraf dan pembuluh darah akibat

terinfeksi, maka akan timbul rasa sakit terus menerus. Komplikasi kemudian terjadi

10
dengan matinya sel saraf sehingga rasa sakit juga berhenti. Pada tahap ini, biasanya orang

sering mengabaikan. Padahal ketika sel saraf mati, proses kerusakan didalam gigi terus

berjalan sampai ketulang pendukung. Akibatnya cairan akan terkumpul dan terjadi abses

atau pembengkakan. Abses mulai dari dalam sampai tampak kepermukaan gusi. Selain itu,

kerusakan tulang pendukung juga menyebabkan gigi mulai goyang. Jika tidak segera

dirawat, berakibat pada pencabutan gigi (Pratiwi, 2007).

Beberapa hal yang saling berkaitan yakni bakteri atau kuman, sisa makanan dan

waktu. Apabila sisa makanan menempel di gigi dan tidak dibersihkan dengan sikat,

sementara didalam mulut sudah terdapat bakteri yang terdiri dari bakteri flora normal dan

bakteri patogen. Sejalan dengan proses itu maka bakteri akan berkembang biak. Walaupun

struktur gigi sangat keras jika dibiarkan pada kondisi asam dengan sendirinya akan rusak.

Sebab hasil metabolit bakteri yang bersifat asam tersebut akan melarutkan mineral–

mineral struktur yang pada akhirnya gigi akan berlubang. Pencegahan gigi berlubang

adalah cara yang lebih baik dari pada penanggulangan atau pengobatan. Kesadaran ini

yang perlu ditekankan pada masyarakat sebab secara umum masyarakat belum sadar

sepenuhnya bahwa pencegahan jauh lebih baik efektif dari pada pengobatan (Tarakan,

2006).

4. Faktor Faktor Terjadi Karies Gigi

Berikut adalah faktor yang langsung berhubungan dengan karies dan

perannya masing-masing :

11
a. Gigi dan saliva

1. Gigi

Komposisi gigi terdiri dari email dan dentin, dentin adalah lapisan dibawah email

struktur email sangat menentukan dalam proses terjadinya karies permukaan email

terluar lebih tahan terhadap karies dibandingkan lapisan dibawahnya karna lebih

keras dan padat (Hongini, Aditiawarman, 2012). Gigi dengan fissure yang dalam

mengakibatkan sisa-sisa makanan mudah melekat dan bertahan, sehingga produksi

asam oleh bakteri akan berlangsung dengan cepat dan menimbulkan karies.

2. Saliva

Saliva memegang peranan penting dalam proses pencernaan dalam mulut yaitu

proses terbentuknya plak gigi, saliva juga merupakan media yang baik untuk

kehidupan mikroorganisme terntentu yang berhubungan dengan karies gigi

(Hongini, Aditiawarman, 2012).

Keadaan saliva antara lain berhubungan dengan jenis kelamin dan usia, volume

aliran saliva anak-anak lebih banyak dibandingkan orang dewasa, dan PH anak-

anak lebih tinggi dibandingkan orang dewasa (Hongini, Aditiawarman, 2012).

Faktor Agent (mikroorganisme dan plak

1. Mikroorganisme

12
Banyak yang telah membuktikan bahwa mikroorganisme didalam mulut

yang berhubungan dalam karies antara lain bermacam strain steptococus,

aktobacilus, actymycus dan lain-lain (Hongini, Aditiawarman, 2012).

2. Plak

Menurut Jamaluddin Maryam (2014) plak adalah suatu endepan lunak dan

basah yang terdiri dari kuman, plak akan tumbuh dan melekat erat pada permukaan

gigi bila kebersihan gigi dan mulut terabaikan, plak bila dibiarkan lama akan

pengempuran sehingga menjadi keras disebut karang gigi.

a. Substrat

Substrat adalah campuran makanan halus dan minuman yang dimakan sehari-hari

yang menempel di permukaan gigi substrat ini berpengaruh terhadap karies gigi

secara lokal didalam mulut, yang lebih jelas hubungan dengan karies adalah

faktor makanan lokal didalam mulut (Hongini, Aditiawarman, 2012).

b. Waktu

Karies gigi merupakan penyakit kronis kerusakan berjalan dengan periode bulan

atau tahun, kecepatan terbentuknya karies serta lamanya frekuensi substrat

disebabkan kebiasan anak menahan makanan dalam mulut dimana makanan tidak

cepat-cepat ditelan (Hongini, Aditiawarman, 2012).

Selain yang merupakan faktor yang berlangsung didalam mulut yang

berhubungan dengan karies, terdapat juga faktor tidak langgsung, disebut faktor

13
resiko luar, faktor luar antara lain usia, jenis kelamin, tingkat pendidikan, tingkat

ekonomi, lingkungan, sikap dan perilaku yang berhubungan dengan kesehatan

gigi (Hongini, Aditiawarman, 2012).

c. Umur

Sejalan bertambahnya usia seseorang jumlah karies pun akan bertambah hal ini jelas karena

faktor resiko terjadinya karies akan lebih lama berpengaruh terhadap karies.

5. Indeks Karies Gigi

Indikator karies gigi berupa prevalensi karies gigi dan indeks gigi. Indeks karies

yaitu angka yang menunjukkan jumlah gigi yang terkena karies, indeks gigi tetap

disebut DMF-T dan untuk gigi sulung disebut def-t. Indeks karies gigi (DMF-T dan def-

t) adalah jumlah karies gigi yang masih dapat ditambal (D untuk gigi tetap dan d untuk

gigi susu), ditambah dengan jumlah gigi karies yang tidak dapat ditambal atau dicabut

(M untuk gigi tetap dan e untuk gigi susu) dan jumlah karies yang sudah ditambal (F

untuk gigi tetap dan f untuk gigi susu) dan memiliki kategori tinggi rendahnya prevalensi

karies (Hongini, Aditiawarman, 2012).

B. Pencegahan karies gigi

konsep pencegahan karies gigi lebih mudah diterima masyarakat apabila ada perubahan

sikap terhadap kesehatan gigi dan mulut. Tujuan pencegahan karies gigi pada hakikatnya

adalah mempertahan kan gigi geligi seumur hidup agar kesehatan gigi dengan fungsi optimal

14
dapat dinikmat.pencabutan gigi menunjukan kegagalan dalam mempertahankan gigi geligi.

Melihat kondisi ini timbul pertanyaan mengapa angka kehilangan gigi yang tinggi dapat di

terima atau seakan-akan tidak menjadi masalah baik oleh masyarakat maupun propesi

kedokteran gigi (Situmorang, 2005).

Pencegahan karies gigi adalah:

1. Sikat gigi dengan pasta gigi berfluoride minimal dua kali sehari, pada pagi hari

setelah sarapan dan malam hari sebelum tidur, Menggosok gigi setelah makan

akan memastikan bahwa tak ada sisa makanan yang menempel dan

membersihkan gigi dari kuman yang tak diinginkan. Namun ingat, jangan

langsung menggosok gigi setelah makan makanan asam, karena justru bisa

membuat gigi mudah keropos. Setelah makan makanan asam, tunggu setengah

jam sebelum menggosok gigi.

2. Lakukan flossing(membersihkan dengan benang gigi) sekali dalam sehari untuk

mengangkat plak dan sisa makanan yang tersangkut di antara celah gigi-geligi.

3. Hindari makanan yang terlalu manis dan lengket, juga kurangi minum minuman

yang manis seperti soda. Semua makanan yang banyak mengandung karbohidrat,

gula dapat menyebabkan gigi menjadi membusuk. Jika gula yang melekat dengan

plak gigi, maka dalam waktu 20 menit bakteri Streptococcus mutans di dalam

plak akan menghasilkan asam dan dapat menyebabkan karies gigi

15
4. Kunjungi dokter gigi dua kali setahun. Dengan memeriksakan gigi ke dokter gigi,

agar dapat memeriksa kebersihan gigi dan mendeteksi setiap kerusakan gigi pada

tahap awal, sebelum menjadi masalah besar.

5. Perhatikan diet pada ibu hamil dan pastikan kelengkapan asupan nutrisi, karena

pembentukan benih gigi dimulai pada awal trimester kedua.

6. Penggunaan fluoride baik secara lokal maupun sistemik. Flour dapat membuat

gigi, terutama email tahan terhadap asam yang menyebabkan terbentuknya karies

pada gigi. Mengosumsi flour sangan efektif pada saat gigi sedang tumbuh dan

mengeras, yaitu sampai umur 11 tahun, jika air yang diminum mengandung

sedikit flour, bisa di berikan obat tetes atau tablet natrium florid. Flour juga dapat

di oleskab langsung oleh Dokter gigi.

Menurut Rethman, (2007) pencegahan karies terbagi menjadi 3 tahap yaitu :

a. Pencegahan Primer Pelayanan yang diarahkan pada tahap pre-patogenesis merupakan

pelayanan pencegahan primer atau pelayanan untuk mencegah timbulnya penyakit. Hal ini

ditandai dengan upaya meningkatkan kesehatan (health promotion) dan memberikan

perlindungan khusus (spesific protection). Upaya promosi kesehatan meliputi pemberian

informasi mengenai cara menyingkirkan plak yang efektif atau cara menyikat gigi dan

menggunakan benang gigi (flossing). Upaya perlindungan khusus termasuk pelayanan yang

diberikan untuk melindungi host dari serangan penyakit dengan membangun penghalang

untuk melawan mikroorganisme (Rethman, 2007).

16
b. Pencegahan Sekunder Pelayanan yang ditujukan pada tahap awal patogenesis merupakan

pelayanan pencegahan sekunder, untuk menghambat atau mencegah penyakit agar tidak

berkembang atau kambuh lagi. Kegiatannya ditujukan pada diagnosa dini dan pengobatan

yang tepat. Sebagai contoh, melakukan penambalan pada lesi karies yang kecil dapat

mencegah kehilangan struktur gigi yang luas (Rethman, 2000).

c. Pencegahan Tersier Pelayanan ditujukan terhadap akhir dari patogenesis penyakit yang

dikenal sebagai pencegahan tersier bertujuan untuk mencegah kehilangan fungsi dari gigi.

Kegiatannya meliputi pemberian pelayanan untuk membatasi ketidakmampuan (cacat) dan

rehabilitasi. Gigi tiruan dan implan termasuk dalam kategori ini (Rethman, 2007).

Menurut Health Education Authority tahun 1989 dalam Pratiwi (2007) ada tiga

poin penting sebagai pesan kesehatan gigi, yaitu :

a. Hindari makanan manis, lengket, dan cemilan.

b. Sikat gigi minimal satu kali sehari dengan pasta gigi yang mengandung flour.

c. Kunjungi dokter gigi untuk pemeriksaan rutin minimal 6 bulan sekali.

Menurut Ramadhan (2010) pencegahan karies dapat dilakukan dengan beberapa

cara antara lain yaitu :

1) Mengurangi konsumsi makanan manis dan mudah melekat pada gigi seperti permen dan

coklat

2) Menjaga kebersihan gigi dan mulut

17
Dalam mencegah karies gigi kita dapat menghilangkan penyebab utamanya yaitu plak,

setelah dibersihkan plak akan muncul kembali karena bakteri didalam tidak hilang 100%.

Selain itu kebersihan gigi dan mulut juga bisa dilakukan dengan menggunakan obat kumur

shlorhexidine yang biasa mengurangi jumlah bakteri dalam mulut.

a) Flouride

Flouride dapat menguatkan gigi dengan cara memasuki struktur gigi dan

mengganti mineral gigi yang hilang akibat pengaruh asam, untuk mencegah karies gigi,

menyikat gigi dengan pasta gigi yang mengandung flouride harus dilakukan setiap hari.

Menurut Suwelo (1992) kategori tinggi rendahnya prevalensi karies yaitu:

Kategori Skor
Sangat rendah 0,0 - 1,1
Rendah 1,2 - 2,6
Sedang 2,7 - 4,4
Tinggi 4,5 - 6,5
Sangat tinggi 6,6 ke atas

BAB III

metode penelitian

A. Jenis penelitian

18
Jenis Penelitian ini termasuk jenis penelitian studi literatur dengan mencari referensi

teori yang relevan dengan kasus atau permasalahan yang ditemukan. Referensi teori yang

diperoleh dengan jalan penelitian studi literature dijadikan sebagai fondasi dasar dan alat

utama bagi praktek penelitian ditengah lapangan.

B. Teknik pengumpulan data

Untuk mendukung tercapainya data penelitian ini pilihan akan akurasi literatur

sangat mendukung untuk memperoleh validitas dan kualitas data. Oleh karena itu data yang

menjadi objek penelitian ini adalah sumber data sekunder yang diperoleh dari jurnal, buku,

internet, dan pustaka.

C. Pengolahan data

Data yang diperoleh dari penggalian terhadap sumber-sumber data akan di olah

melalui tahapan-tahapan sebagai berikut:

1. Melakukan proses editing, pada tahap ini penyeleksian dan pemilihan terhadap data

yang terkait dengan objek penelitian dilakukan secara akurat.

2. Melakukan proses organizing, pada tahap ini mengatur dan mengolah data-data yang

diperoleh dengan kerangka yang di perlukan terkait dengan objek penelitian sehingga

menghasilkan bahan untuk dijadikan rumusan deksripsi.

19
3. Penemuan hasil penelitian melakukan analisis lanjutan dengan menggunakan kaidah-

kaidah, teori dan metode yang telah ditentukan sehingga diperoleh kesimpulan hasil

dari rumusan masalah.

D. Analisis data

Data-data yang sudah diperoleh kemudian dianalisis dengan metode analisis

deskriptif. Metode analisis deskriptif dilakukan dengan cara mendeskriptifkan dengan

fakta- fakta yang kemudian disusul dengan analisis tidak semata-mata menguraikan,

melainkan juga pemahaman dan penjelasan secukupnya.

20
21

DAFTAR PUSTAKA

Budihardjo, prof, Dr, Drg. 2010. Ilmu perilaku kesehatan dan pendidikan
kesehatan gigi, EGC. Jakarta

Depkes RI. 2000. Sambutan Menteri Kesehatan pada Lokalnya. http:


www.Depkes.go.id.

Depkes (2018) Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS) Tahun 2018 Jakarta:


Departemen Kesehatan

Fankari. 2004. Pengaruh Penyuluhan Dengan Metode Stimulasi dan Demonstrasi


Terhadap Perubahan Perilaku Menjaga Kesehatan Gigi Dan Mulut
Anak Sekolah Dasar. Karya Tulis Ilmiah DIV. Perawat Pendidik UGM

Fitriani, Sinta, 2011, Promosi Kesehatan, Graha Ilmu,Yogjakarta

Ghofur Abdul. 2012. Buku Pintar Kesehatan Gigi dan Mulut. Yogyakarta. Mitra
Buku

Hongini Yundali Siti, & Aditiawarman,S.H., Hum. (2012). Kesehatan Gigi dan
Mulut; Buku Lanjutan Dental Terminology. Bandung: Pustaka Reka
Cipta.

Hutabarat natalina, 2009. Peran Petugas Kesehatan Guru, dan Orang Tua Dalam
Pelaksanaan UKGS Dengan Tindakan Pemeliharaan Kesehatan Gigi
dan Mulut Murid Sekolah Dasar Di Kota Medan Tahun 2009 , Tesis,
Universitas Sumut.

Kusuma Wardani,E,2010,buruknya kesehatan gigi dan mulut siklus : Yogyakarta.

Megananda, dkk. 2009. Ilmu Pencegahan Penyakit Jaringan Keras dan Jaringan
pendukung Gigi. Poltekkes Depkes Bandung:JKG

Notoadmojo, S, 2003, Ilmu Kesehatan Masyarakat, Rineka Cipta, Jakarta

2007, Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku. Rineka Cipta,


Jakarta.

21
22

2010, Promosi Kesehatan dan teori dan aplikasi. Rineka Cipta,


Jakarta

Pratiwi, D, 2007. Karies Gigi. Kampus, Jakarta.

2007. Gigi Sehat Merawat Gigi Sehari-hari, PT.Kompas Media


Nusantara, Jakarta.

Suwelo I.S, 1992. Kesehatan Gigi Pada Anak Dengan Berbagai Faktor Etiologi.
Kajian Pada Anak Prasekolah, EGC, Jakarta.

Tarakan, 2006. Penyebab Gigi Berlubang, Online. Opini Publik.

22
23

KUESIONER
GAMBARAN PENGETAHUAN MASYARAKAT TANTANG PENCEGAHAN
KARIES GIGI DI DESA JEURAM KECAMATAN SEUNAGAN KABUPATEN
NAGAN RAYA TAHUN 2020

Nama :
Umur :
Jenis Kelamin :

1. Agar tidak mudah berlubang, sebaiknya menggunakan pasta gigi yang


mengandung apa?
a. Mineral
b. Fluor
c. Kalsium

2. Makanan apa yang baik untuk pencegahan lubang gigi ?


a. Makanan yang berair dan berserat
b. Makanan yang manis dan lengket
c. Makanan yang panas dan dingin

3. Bagaimanakah cara mencegah terjadinya lubang gigi


a. Rajin menyikat gigi secara teratur 2 kali sehari
b. Makkan makanan yang manis
c. Menyikat gigi 1 kali sehari

4. Berapa kali dalam setahun sebaiknya memeriksa gigi ke puskesmas atau


dokter gigi agar kesehatan mulut tetep terjaga ?
a. 2 kali dalam setahun

23
24

b. 1 kali dalam setahun


c. 1 bulan sekali

5. Kapan waktu yang tepat untuk menyikat gigi yang tepat agar kesehatan
gigi tetap terjaga?
a. Setelah sarapan pagi, setelah makan siang dan sebelum tidur
b. Setiap waktu mandi
c. Sebelum makan pagi dan sebelum tidur

6. Makanan apa yang menyebabkan mudah terjadinya lubang gigi ?


a. Makanan yang mengandung vitamin
b. Makanan yang berair dan berserat
c. Makanan yang manis dan lengket

7. Mengapa harus menggosok gigi teratur ?


a. Agar gigi tidak mudah berlubang dan gigi tetap sehat
b. Agar tidak bau
c. Agar lebih percaya diri

8. Bagaimana cara menyikat bagian depan ?


a. Naik turun
b. Memutar
c. Maju mundur

9. Bagaimanakh tanda-tanda awal lubang gigi ?


a. Gusi yang mudah berdarah
b. Terlihat bercak hitam atau cokelat pada permukaa gigi
c. Terlihat ada kerak gigi

10. Bila kebersihan gigi dan mulut tidak dijaga, penyakit yang pertama akan
timbul adalah ?

24
25

a. Gusi mudah berdarah dan berkarang gigi


b. Gigi terasa ngilu
c. Gigi akan goyang

25

Anda mungkin juga menyukai