Anda di halaman 1dari 12

6

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Pengetahuan

1. Pengertian Pengetahuan

Pengetahuan merupakan hasil dari tahu dan ini terjadi setelah

orang melakukan penginderaan terhadap suatu obyek tertentu.

Penginderaan terjadi melalui panca indra manusia, yakni indra

penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba. Sebagian besar

pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga. Pengetahuan

atau kognitif merupakan domain yang sangat penting dalam membentuk

tindakan seseorang (Notoatmojo, 2007).

Pengetahuan adalah informasi atau maklumat yang diketahui atau

disadari oleh seseorang. Dalam pengertian lain pengetahuan adalah

berbagai gejala yang ditemui dan diperoleh manusia melalui pengamatan

akal (Wikipedia, 2014)

2. Pengukuran Pengetahuan

Menurut Notoatmodjo (2007) pengukuran pengetahuan dapat

dilakukan dengan wawancara atau kuesioner yang menanyakan tentang

isi materi yang ingin diukur dari subjek penelitian atau responden.

Kuesioner adalah sebuah daftar pertanyaan yang harus diisi oleh

orang yang akan diukur (responden). Dengan kuesioner ini orang dapat

mengetahui tentang keadaan/data diri, pengalaman, pengetahuan sikap

atau pendapatnya, dan lain-lain. (Arikunto, 2009)

6
7

3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pengetahuan

Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan seseorang

adalah (Ahyan , 2012) :

a. Pendidikan

Pendidikan adalah suatu usaha untuk mengembangkan

kepribadian dan kemampuan di dalam dan di luar sekolah.

Pengetahuan sangat erat kaitannya dengan pendidikan tinggi, maka

orang tersebut akan semakin luas pula pengetahuannya. Namun perlu

ditekankan bahwa seorang yang perpendidikan rendah tidak berarti

mutlak berpengetahuan rendah pula.

b. Media

Media yang secara khusus di desain untuk mencapai masyarakat

yang sangat luas. Jadi contoh dari media massa ini adalah televisi,

radio, koran, dan majalah.

c. Informasi

Informasi yang diperoleh baik dari pendidikan formal maupun

non formal dapat memberikan pengaruh jangka pendek (immediate

impact) sehingga menghasilkan perubahan atau peningkatan

pengetahuan.

d. Sosial budaya dan ekonomi

Kebiasan tradisi yang dilakukan orang-orang tanpa melalui

penalaran membuat seseorang tidak menyadari apakah yang

dilakukannya baik atau buruk. Status ekonomi seseorang juga akan

menentukan tersedianya suatu fasilitas yang diperlukan untuk kegiatan


8

tertentu, sehingga status sosial ini akan mempengaruhi ekonomi

seseorang.

e. Lingkungan

Lingkungan adalah segala sesuatu yang ada di sekitar individu,

baik lingkungan fisik, biologis, maupun sosial. Lingkungan

berpengaruh terhadap proses masuknya pengetahuan ke dalam

individu yang berada dalam lingkungan tersebut.

f. Pengalaman

Memiliki pengalaman yang banyak berbanding lurus dengan

peningkatan pengetahuan pada seseorang. Pengalaman yang dimaksud

adalah pengalaman yang bisa membuat hidup seseorang bisa menjadi

lebih baik.

g. Usia

Usia mempengaruhi terhadap daya tangkap dan pola pikir

seseorang. Semakin bertambah usia akan semakin berkembang pula

daya tangkap dan pola pikirnya, sehingga pengetahuan yang

diperolehnya semakin membaik.

4. Pengetahuan Orang Tua tentang Cara Memelihara Kebersihan Gigi


Dan Mulut Anak

Pengetahuan orangtua terutama seorang ibu dalam menjaga

kesehatan gigi dan mulut sangat penting dalam mendasari terbentuknya

perilaku yang mendukung kebersihan gigi dan mulut anak, sehingga

kesehatan gigi dan mulut anak dapat baik. Pengetahuan ibu tentang

kesehatan gigi akan sangat menentukan status kesehatan gigi anaknya


9

kelak. Seorang ibu berperan penting dalam keluarga, baik sebagai

seorang istri, maupun sebagai seorang ibu dari anak-anaknya. (Gultom,

2009).

Sebagai orangtua terutama seorang ibu seharusnya memiliki

pengetahuan mengenai menjaga kesehatan gigi yang baik terutama di

dalam pemeliharaan kebersihan gigi dan mulut anak, khususnya pada

anak-anak yang mempunyai kebiasaan meminum susu atau minuman

manis secara berkepanjangan dan diikuti  dengan oral hygiene yang

buruk, kebiasaan tersebut akan mendukung terjadinya karies pada anak.

Menyikat gigi merupakan tindakan yang paling mudah dilakukan setiap

harinya dengan tujuan untuk menjaga kebersihan gigi dan mulut, dan

untuk mendapatkan hasil yang optimal harus diperhatikan frekuensi

menyikat gigi. Peranan orangtua hendaknya ditingkatkan dalam

membiasakan anak untuk menyikat gigi secara teratur guna menghindari

kerusakan gigi dan penyakit mulut pada anak. (Gultom, 2009)

Pendidikan kesehatan gigi harus diperkenalkan sedini mungkin

kepada anak agar mereka dapat mengetahui cara memelihara kesehatan

gigi dan mulut secara baik dan benar. Dalam hal ini, peran orang tua

terutama ibu, sangan berpengaruh dalam pemeliharaan kesehatan dan

kebersihan gigi dan mulut anak karena anak masih bergantung pada

orang tua. (Natamiharja, 2010)

B. Karies Rampan

1. Pengertian

Karies rampan yaitu karies yang terjadi sangat cepat mengenai

beberapa gigi serta sering menimbulkan rasa sakit sehingga anak rewel.
10

Karies ini sering ditemukan pada anak usia di bawah 5 tahun, dengan

penyebaran yang tertinggi pada anak usia 3 tahun. (Sutadi, 2002).

Karies rampan merupakan karies yang akut dan penyebarannya cepat

pada gigi secara menyeluruh juga pada gigi yang biasanya tahan terhadap

karies (Suharsono, 1991)

Karies rampan adalah istilah yang digunakan untuk menggambarkan

terjadinya kerusakan yang sangat cepat pada beberapa gigi yang sering

melibatkan permukaan gigi yang biasanya relatif bebas karies. Karies

rampan terutama terdapat pada gigi-geligi susu anak yang terus-menerus

menghisap botol yang berisikan gula atau dicelupkan dahulu ke dalam

larutan gula (Kidd, 2002).

Karies botol merupakan bentuk spesifik dari karies rampan yang

menyerang gigi geligi sulung pada anak-anak dengan usia yang masih

sangat muda. (Kusuma, 2002)

Karies rampan adalah karies yang disebabkan oleh bakteri

Streptococcus Mutans yang terdapat di dalam mulut, melekat pada gigi

akibat makan atau minum (manis, gula, karbohidrat). Karies rampan

menyebabkan kerusakan gigi karena bakteri–bakteri penyebab asam yang

terdapat pada plak gigi. Asam tersebut merusak permukaan enamel gigi

(demineralisasi) lalu terbentuk white spot yang kemudian menjadi karies

(Noerdin, 2011)

2. Gambaran Klinis

Gambaran klinis dari karies rampan mempunyai pola dan tipe yang

khusus . Tanda awal karies rampan berupa bintik putih di daerah gingiva
11

pada sepertiga gigi depan rahang atas. Bintik ini akan melebar menjadi

bentuk pita putih sepanjang tepi gingiva gigi incisivus atas. Jika

dibiarkan, ke empat gigi depan ini akan segera hancur. Pada tahapan akhir

gigi molar dan kaninus, baik yang tertanam pada maksila maupun

mandibula juga akan terlibat. (Arisman. 2008).

Dekalsifikasi email pada gigi susu atau gigi tetap. Jaringan keras gigi

yang terkena karies menjadi sangat lunak, berwarna kuning muda atau

merah muda (pink) bila dibandingkan dengan warna karies kronis yang

coklat tua. Kavitas gigi terlihat coklat atau hitam. Lesi dapat bekembang

di mana saja, sering pada permukaan yang biasanya bebas dari karies.

(Santoso, 2014)

Gambar 2.1
Karies rampan pada gigi susu

http://2.bp.blogspot.com/-tqFjl6jnYPc.jpg

Umumya gigi yang terkena kerusakan akibat karies rampan adalah

gigi pada rahang atas bagian depan. Pada saat tidur gigi rahang bawah

akan tertutup oleh lidah sehingga genangan air susu akan lebih menyerang

rahang atas. (Sadono, 2011)

3. Faktor Penyebab
12

Terjadinya karies rampan dapat disebabkan oleh berbagai faktor,

diantaranya kebersihan gigi dan mulut yang kurang, hal ini disebabkan

anak sulit untuk menyikat giginya sendiri atau menyikat gigi dengan tidak

benar. Faktor yang paling sering ditemukan dan sangat erat kaitannya

dengan karies rampan yaitu adanya kebiasaan mengisap susu botol

terutama menjelang tidur malam, serta penggunaan botol susu dalam

waktu yang berkepanjangan. Susu akan berada di dalam mulut dalam

jangka waktu yang lama, sehingga menyebabkan gigi akan mudah terkena

infeksi (Sutadi, 2002).

Seperti yang telah dipaparkan sebelumnya bahwa pada anak yang

minum susu atau cairan manis lainnya melalui botol pada waktu tidur

maka cairan dari botol atau susu yang diminum anak akan tergenang di

dalam mulut dalam waktu yang lama. Kecepatan kerusakan gigi akan

jelas terlihat dengan timbulnya karies menyeluruh dalam waktu singkat

(terjadi karies rampan). Selain itu keadaan lain yang dapat menyebabkan

karies rampan adalah makanan atau minuman lama berada dalam mulut,

kebiasaan anak menahan makanan di dalam mulut di mana makanan

tersebut tidak cepat ditelan. Dapat disimpulkan bahwa anak minum susu

formula melalui botol dengan frekuensi sering dan berlangsung lama

maka anak menderita karies rampan. (Suharsono. 1992)

Dari sekitar 300 macam spesies bakteri di rongga mulut, hanya

sebagian diantaranya yang dikenal dengan Streptococcus Mutans (SM).

Streptocooccus mutans adalah penyebab utama karies pada mahkota

karena sifatnya yang menempel pada email, menghasilkan dan dapat


13

hidup di lingkungan asam dan dapat berkembang pesat di lingkungan

yang kaya sukrosa (Hiranya, 2008)

Faktor lain yang dapat menyebabkan  karies rampan yaitu :

(Kemenkes RI. 2012)

a. Minum susu botol/ASI sambil tidur sepanjang malam

b. Minum susu yang manis terutama sebelum tidur tanpa

dibersihkan

c. Kebiasaan anak yang suka makan-makanan yang manis seperti

cokelat, permen, ice cream, juga kebiasaan jajan lainnya

d. Kurang perhatian orang tua akan kesehatan gigi anaknya.

4. Akibat

Karies rampan sering menimbulkan masalah dan yang paling sering

dialami oleh anak yaitu adanya rasa sakit. Adanya rasa sakit

mengakibatkan anak sering menangis atau rewel yang tidak tentu

waktunya. Apabila terjadi hal demikian perlu segera melakukan

pemeriksaan gigi dan mulutnya. Dari hasil pemeriksaan dapat diketahui

apakah memang rasa sakit yang ditimbulkan akibat adanya sensitifitas

dentin atau sudah terjadi iritasi pulpa. (Sutadi, 2002)

Akibat lainnya adanya gangguan fungsi pengunyahan terutama gigi

belakang, sehingga pada saat anak hendak mengunyah makanan timbul

rasa sakit, karena adanya iritasi atau tekanan makanan tersebut pada

syaraf. Adanya rasa sakit menyebabkan anak enggan untuk makan yang

akhirnya masukan nutrisi anak tersebut dapat terhambat. Akibat karies

rampan yang lain yaitu mulut menjadi bau tidak enak. Adanya plak dan
14

debris yang ditumbuhi bakteri dapat menimbulkan terbentuknya gas yang

menimbulkan bau. Selain menimbulkan infeksi dan bau mulut karies

rampan mempengaruhi estetika. Karies rampan yang pada umumnya

mengenai gigi depan tentu saja hal demikian dapat menimbulkan kesan

kotor serta kebersihan yang kurang baik, juga menyebabkan anak kurang

percaya diri sehingga pergaulan menjadi terganggu. (Sutadi, 2002)

5. Pencegahan

Tindakan pencegahan terhadap karies rampan harus dilakukan, karena

semakin parah karies maka semakin kompleks pula perawatan yang harus

dilakukan. Ada beberapa cara untuk mencegah terjadinya karies rampan,

meliputi : (Kemenkes RI. 2012)

a. Menyikat gigi paling sedikit 2x sehari. Tujuannya untuk

membersihkan gigi dan gusi anak setelah makan atau minum yang

mengandung gula atau karbohidrat. Ini akan membantu

menghilangkan plak bakteri dan gula yang tumbuh dalam gigi dan

gusi. Cara untuk anak dibawah usia 2 tahun yang belum bisa menyikat

adalah mula-mula ibu harus mencuci tangannya sampai bersih,

kemudian jari telunjuk dibungkus dengan kapas yang bersih atau kain

yang lembut masukkan ke dalam air matang. Bersihkan daerah

gingiva, ini biasanya dilakukan pada anak-anak kurang dari 1 tahun.

Untuk anak-yang masih kecil cara menyikat gigi dengan gerakan

mendatar sudah cukup efektif membersihkan seluruh permukaan gigi

sulung. (Moestopo, 1982)


15

b. Berkumur-kumur setelah minum susu, bila belum bisa kumur-kumur

berilah air putih matang.

c. Mengurangi makanan yang merusak gigi.

d. Apabila ingin memberikan jus buah sebaiknya tidak diberikan

sebelum bayi berusia 6 bulan. Jika waktunya telah tiba dan bayi

memang perlu dikenalkan dengan jus buah, suapkan dengan sendok.

Jus ini selayaknya dijadikan bagian dari makanan yang akan disantap

sebagai cemilan, sarapan, makan siang atau makan malam. Anak kecil

jangan sekali-kali dibiarkan menghisap jus buah sepanjang hari.

Disamping menyebabkan karies, jus buah terbukti punya kontribusi

diare dan malnutrisi. Upaya pencegahan berupa pendidikan terhadap

para orang tua sebelum erupsi terjadi. Pendidikan di klinik gigi bisa

juga dimulai ketika ibu hamil memeriksakan gigi. (Arisman. 2008)

6. Perawatan

Sering dijumpai, anak-anak yang giginya sudah mengalami

kerusakan. Apakah ini dibiarkan begitu saja? Bukankah gigi yang tanggal

nanti akan diganti gigi yang baru? Justru perawatan gigi dan mulut pada

masa balita, anak ikut menentukan kesehatan gigi dan mulut mereka,

anak harus dibiasakan merawat gigi sejak dini (Hermawan, 2010).

Tetapi apabila telah terjadi karies rampan pada anak, orang tua harus

segera melakukan perawatan pada anak. Perawatan karies rampan yang

utama adalah :

a. Relief of  pain (menghilangkan rasa sakit) karena dapat mengganggu

aktitas sehari-hari anak tersebut. Tindakan yang dilakukan adalah


16

trepanasi apabila dijumpai ganggren pulpa atau abses, kemudian

berikan obat-obatan melalui oral (antibiotic, analgetik).

b. Menghentikan proses karies. Tiap kavitas meskipun kecil mempunyai

jaringan nekrotik, setelah rasa sakit hilang kavitas dipreparasi untuk

membuang semua jaringan yang nekrotik sehingga proses karies

terhenti. Setelah dipreparasi dilakukan penambalan.

c. Anjuran untuk melakukan diet kontrol dan jelaskan mengenai oral

hygiene.

d. Lakukan topical aplikasi dengan larutan fluor pada gigi sebagai

tindakan pencegahan karies. Apabila tidak ada karies cukup dengan

pemakaian pasta gigi yang mengandung fluor. Pencegahan dengan

pemberian fluor melalui air minum, pemberian fluor dalam bentuk

tablet, bisa melalui garam, susu ataupun vitamin. Selain itu fluor

terdapat pada sayur-sayuran, buah-buahan, minuman, ikan, daging

(Hermawan, 2010)

e. Memeriksakan gigi ke dokter gigi secara teratur diperlukan sebagai

salah satu upaya preventif, karena merekalah ahlinya dan terkadang

kita sendiri sering kali luput mengamati perubahan pada gigi dan gusi

yang masih kecil. Untuk yang memang tidak mempunyai masalah

mulut maupun gigi sebaiknya dilakukan kontrol 6 bulan sekali, namun

apabila mempunyai masalah seperti penyakit jaringan mulut dan gigi,

sebaiknya dilakukan kontrol 3 bulan sekali. (Soebroto, 2009)

7. Penelitian yang Relevan


17

Akbar Antonie melakukan penelitian tentang pengetahuan ibu

tentang karies rampan pada balita di TK Cut Meutia  Kecamatan

Baiturrahman Banda Aceh tahun 2011 hasil yang didapat yaitu dari 53

balita, 42 orang (79%)  yang mengalami karies rampan dan 11 balita

(21%) yang tidak mengalami karies rampan. Pengetahuan ibu dengan

kategori kurang baik berjumlah 36 orang (68%) sedangkan yang kategori

baik hanya 17 orang (32%).

Weny setyowati melakukan penelitian tentang pengetahuan ibu dan

kesehatan gigi anak balitanya di PAUD Ananda Asrama Polri Ciledug

Ciledug Tangerang Banten tahun 2012 hasil yang didapat yaitu dari 40

balita, 28 orang (70%) yang mengalami karies dan 12 balita (30%) bebas

karies. Pengetahuan ibu terlihat dari 40 ibu, 13 ibu (32,5%) memiliki

pengetahuan yang baik dan 27 ibu (67,5%) diantaranya memiliki

pengetahuan yang kurang.

Anda mungkin juga menyukai