Anda di halaman 1dari 112

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Program kesehatan gigi dan mulut telah dilaksanakan sejak Pelita

I sampai dengan Pelita VI. Diharapkan pada tahun 2000, setiap orang

baik di perkotaan maupun di pedesaan memperoleh pemeliharaan

kesehatan yang memadai sehingga mereka dapat hidup produktif secara

sosial dan ekonomi. Masyarakat harus mampu memelihara dan

meningkatkan kemandirian di bidang kesehatan. Hal ini berbeda dengan

keadaan pelayanan kesehatan gigi dan mulut walaupun telah dilakukan

berbagai upaya pelayanan kesehatan gigi dan mulut, angka kesakitan gigi

dan mulut cenderung terus meningkat (Julianti, 2001). Dalam hal ini,

peran Ibu sangat mewujudkan dan mengembangkan kesehatan secara


2

umum dan khususnya dalam hal memelihara kesehatan gigi dalam

keluarga (Maulani, 2005).

Perawatan gigi dan mulut pada masa balita dan anak sangat

menentukan kesehatan gigi dan mulut mereka pada tingkatan usia

selanjutnya. Beberapa penyakit gigi dan mulut bisa mereka alami bila

perawatan tidak dilakukan dengan baik, diantaranya adalah Caries

(lubang pada permukaan gigi), ginggivitis (peradangan gusi), dan

sariawan, sehingga mencegah kerusakan gigi lebih penting dari pada


1

terpaksa berobat ke dokter gigi setelah gigi rusak atau berlubang

(Fitriana, 2006).

Tindakan pencegahan merupakan hal yang terbaik, selain tidak

merasakan sakit, seseorang pun tidak perlu mengeluarkan uang dalam

jumlah banyak untuk mengobati sakit giginya (Fitriana, 2006). Namun

para orang tua ada sekitar 90% yang mempunyai anggapan tidak perlu

merawat gigi anak, karena suatu saat gigi anak akan tanggal dan
3

digantikan oleh gigi tetap. Padahal jumlah balita di Indonesia mencapai

30% dari 250 juta lebih penduduk Indonesia, sehingga di perkirakan

balita yang mengalami kerusakan gigi mencapai 75 juta lebih anak.

Jumlah itu sangat mungkin bertambah terus, karena pada Survei

Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) Nasional pada tahun 1990 hanya

70% tetapi pada tahun 2000-an mencapai 90% (Maulani, 2005).

Berdasarkan studi pendahuluan pada waktu kegiatan posyandu di

Dusun Losari Desa Pekukuhan peneliti mengobservasi bahwa dari 23

balita yang sebagian mengalami karies gigi sebanyak 10 balita.

Prevalensi atau kasus terjadinya karies gigi diantara bayi dan anak-anak

kecil prasekolah telah diteliti oleh banyak ahli dan ternyata paling sedikit

25% karies gigi terdapat pada anak-anak yang berusia 2 tahun dan

hampir sebanyak dua pertiga dari seluruh jumlah anak-anak berusia 3

tahun menderita karies gigi (Koswara, 2006). Di Indonesia banyak anak

yang masih berusia 4 tahun tetapi gigi depannya sudah karies atau
4

sudah habis. Hal ini biasanya dikarenakan kebiasaan membawa dot.

Sedini mungkin lepas minum dengan botol, latih dengan gelas yang

menggunakan lubang (Maulani, 2005). Menurut dr G. Sri Kuswandari

PhD dari bagian kedokteran gizi anak FKG Univ Gajah Mada, sekitar

92% anak usia prasekolah atau taman kanak-kanak mengalami karies

gigi. Karies gigi tersebut disebabkan antara lain kualitas gigi yang kurang

bagus. Mungkin sejak dari kandungan Ibunya nutrisinya kurang, penyebab

lainnya adalah gosok gigi yang tidak menyeluruh (Kuswandari, 2005).

Pada anak balita memerlukan peranan orang tua untuk membantu

proses pembelajaran menggosok gigi secara rutin dan benar, karena

dengan bimbingan dan penanaman kebiasaan menggosok gigi, akan

bermanfaat untuk menjaga kesehatan giginya yang putih bak mutiara.

Dibutuhkan kesadaran orang tua dalam proses pembelajaran ini, kadang

mula-mula anak menutup rapat mulutnya setiap kali giginya mau

dibersihkan. Penolakan ini wajar karena anak mengira dirinya akan


5

disakiti. Langkah inovatif diperlukan ketika mengosok gigi si anak. Ajak si

kecil melihat kakak, ayah atau ibunya mengosok gigi dengan begitu anak

akan melihat langsung contoh atau model bagaimana cara mengosok

gigi. Selain itu sikat gigi juga bisa dilakukan sambil bermain tak perlu

selalu dikamar mandi. Misalnya sambil bercermin, atau sambil menari-

nari dan bernyanyi gembira. Buat acara menggosok gigi menjadi

menyenangkan sehingga mereka menikmatinya dan tidak malas

melakukannya. Jadikan acara sikat gigi sebagai salah satu kebutuhan

yang harus dilakukan minimal dua kali sehari. Selagi membangun

kebiasaan ini, sampaikan pengertian kepada anak mengenai manfaat

menyikat gigi, paling konkret adalah gigi jadi bersih, putih dan sehat

(Fitriana, 2006).

Dari uraian di atas menjelaskan bahwa selain peran orang tua

sangat berpengaruh dalam kesehatan gigi dan mulut anak, peran perawat

dalam hal ini juga sangat diperlukan untuk memberikan penyuluhan


6

kepada orang tua tentang manfaat kesehatan dan kebersihan gigi yang

baik, serta cara memelihara kesehatan dan kebersihan gigi dan mulut

pada balita.

B. Rumusan Masalah

Bagaimana hubungan pengetahuan Ibu tentang perawatan gigi

dan mulut dengan cara ibu menggosok gigi pada balita di Dusun Losari

Desa Pekukuhan Kecamatan Mojosari.

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Mengetahui hubungan pengetahuan Ibu tentang perawatan gigi

dan mulut dengan cara ibu menggosok gigi pada balita di Dusun

Losari Desa Pekukuhan Kecamatan Mojosari.

2. Tujuan Khusus
7

a. Mengidentifikasi gambaran pengetahuan Ibu tentang perawatan

gigi dan mulut pada balita di Dusun Losari Desa Pekukuhan

Kecamatan Mojosari.

b. Mengidentifikasi cara ibu menggosok gigi pada balita di Dusun

Losari Desa Pekukuhan Kecamatan Mojosari.

c. Mengidentifikasi hubungan pengetahuan Ibu tentang perawatan

gigi dan mulut dengan cara ibu menggosok gigi pada balita di

Dusun Losari Desa Pekukuhan Kecamatan Mojosari.

D. Manfaat Penelitian

1. Bagi Peneliti

Menambah wawasan bagi peneliti mengenai gambaran Ibu

dalam melakukan perawatan gigi dan mulut pada balita.


8

2. Bagi Masyarakat

Untuk menambah pengetahuan Ibu tentang perawatan gigi dan

mulut pada balilta.

3. Bagi Instansi Kesehatan

Penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan masukan dalam

memberikan kesehatan (penyuluhan) serta sebagai acuan untuk

memberikan pelayanan kesehatan, khususnya tentang kesehatan gigi

dan mulut.

4. Bagi Perawat/ Tenaga kesehatan.

Menambah pengetahuan tentang gambaran Ibu dalam

melakukan perawatan gigi dan mulut pada balita untuk mencegah

terjadinya karies gigi.


9

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep Pengetahuan

A. Pengertian Pengetahuan

Menurut Notoatmodjo (1997), pengetahuan adalah hasil “tahu”

dan ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu

obyek tertentu. Penginderaan terjadi melalui panca indera, yaitu

indera penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba.

Sebagian besar pengetahuan manusia di peroleh melalui mata dan

telinga.

B. Cara Memperoleh Pengetahuan

Cara memperoleh pengetahuan menurut Notoatmodjo (2002),

dari berbagai macam cara yang telah digunakan untuk memperoleh


10

kebenaran pengetahuan sepanjang sejarah dapat dikelompokkan

menjadi 2 yaitu :

a. Cara tradisional/ non ilmiah

1) Cara coba salah (trial dan error)

Cara ini yang paling tradisional yang pernah digunakan

oleh manusia untuk memperoleh pengetahuan yaitu melalui

coba-coba. Cara ini telah dipakai orang sebelum adanya

kebudayaan dan bahkan sebelum adanya peradaban. Pada

waktu itu seseorang apabila menghadapi masalah dan tidak

6
berhasil di coba, kemungkinan yang sampai masalah

terselesaikan. Sampai sekarang metode ini sering digunakan

seseorang yang tidak tahu cara tertentu dalam memecahkan

masalah yang dihadapi.

2) Cara kekuasaan (otoritas)


11

Sumber pengetahuan tersebut berupa pemimpin-

pemimpin masyarakat baik formal maupun informal, ahli

agama, pemegang pemerintahan dan sebagainya yang diterima

dari generasi ke generasi.

3) Berdasarkan pengalaman pribadi

Pengalaman pribadi dapat digunakan sebagai upaya

untuk memperoleh pengetahuan. Hal ini dilakukan dengan cara

mengulang kembali pengalaman yang diperoleh dalam

pemecahan permasalahan yang dihadapi pada masa yang lalu.

4) Cara modern/cara ilmiah

Cara baru memperoleh pengetahuan pada dewasa ini

lebih sistematis, logis, dan ilmiah yang disebut dengan metode

penelitian ilmiah.

C. Dasar Pengetahuan
12

Pengetahuan merupakan dasar yang sangat penting untuk

terbentuknya tindakan seseorang dan tindakan yang didasari oleh

pengetahuan akan lebih langgeng daripada perilaku yang tidak

didasari dengan pengetahuan. Seseorang melakukan penginderaan

terhadap suatu obyek yang melalui suatu proses penerimaan. Roger

(1974) mengemukakan teori suatu proses yang diterima untuk setiap

individu akan melalui 5 proses berurutan yang dikutip Notoatmodjo

(2003).

a. Awarenes

Yang tahap dimana seseorang sadar adanya suatu pesan

yang disampaikan.

b. Interest

Yaitu proses dimana orang mulai tertarik kepada stimulus.

c. Evaluation
13

Menimbang-nimbang baik dan tidaknya stimulus tersebut

bagi dirinya, proses menunjukkan responden sudah lebih baik.

d. Trial

Pada proses ini mulai mencoba perilaku baru.

e. Adaption

Subyek telah berprilaku baru sesuai dengan pengetahuan,

kesadaran dan sikapnya terhadap stimulus.

D. Tingkatan Pengetahuan

a. Tahu (know)

Tahu diartikan sebagai pengingat suatu materi yang telah

dipelajari sebelumnya, termasuk ke dalam pengetahuan tingkat ini

adalah mengingat kembali (recall) sesuatu yang spesifik dari

seluruh bahan yang dipelajari atau rangsangan yang telah

diterima oleh sebab itu tahu ini adalah merupakan tingkat

pengetahuan yang paling rendah. Kata kerja untuk mengukur


14

bahwa keluarga tahu tentang apa yang dipelajari antara lain,

menyebutkan, menguraikan seperti menyebutkan faktor resiko dari

penyalahgunaan narkoba.

b. Memahami (comprehension)

Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan

menjelaskan secara benar tentang obyek yang diketahui, dan

dapat mengintepretasi materi tersebut dengan benar. Orang telah

paham terhadap obyek atau materi harus dapat menjelaskan,

menyebutkan, contoh, menyimpulkan, menagamalkan, dan

sebagainya terhadap obyek yang dipelajari. Misalnya remaja

dapat menjelaskan mengapa faktor resiko penyalahgunaan

narkoba.

c. Aplikasi (aplication)

Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menguraikan

materi yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi riil


15

(sebenarnya). Aplikasi disini dapat diartikan aplikasi atau

penggunaan hukum-hukum, rumus-rumus, metode, prinsip dan

sebagainya dalam konteks atau situasi lain misalnya dapat

digunakan rumus statistik dalam perhitungan-perhitungan hasil

penelitian dapat menggunakan prinsip-prinsip siklus pemecahan

masalah (problem solving cycle) di dalam pemecahan masalah

kesehatan dari kasus yang diberikan.

d. Analisis (analysis)

Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjalankan

materi/suatu obyek ke dalam komponen-komponen.

e. Sintesis (syntetis)

Sintesis menunjukkan kepada suatu kemampuan untuk

melakukan/menghubungkan bagian-bagian di dalam suatu bentuk


16

keseluruhan baru. Dengan kata lain sintesis itu suatu kemampuan

untuk menyusun formulir baru dari formulir-fomulir.

f. Evaluasi (evaluation)

Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk

melakukan penilaian terhadap suatu obyek.

E. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pengetahuan

Menurut Dyson (1999) faktor-faktor yang mempengaruhi

tingkat pengetahuan sebagai berikut :

a. Pendidikan

Dengan mengikuti suatu jenjang pendidikan tertentu dapat

mempengaruhi tingkat pengetahuan yang bersifat tradisional

maupun kecenderungan daerah modern.

Pendidikan berarti bimbingan yang diberikan oleh

seseorang terhadap perkembangan orang lain menuju ke arah

suatu cita-cita tertentu (Sumarno, 1992). Jadi dapat dikatakan


17

pendidikan itu menuntun manusia untuk berbuat dan mengisi

kehidupannya untuk mencapai keselamatan dan kebahagiaan.

Pendidikan diperlukan untuk mendapatkan informasi misalnya hal-

hal yang menunjang kesehatan sehingga dapat meningkatkan

kualitas hidup.

Faktor pendidikan sangat menentukan kecemasan, klien

dengan pendidikan tinggi akan lebih mampu mengatasi,

menggunakan koping yang efektif dan konstruktif daripada

seseorang dengan pendidikan rendah (Notoatmodjo, 2001).

b. Pengalaman

Merupakan cara untuk memperoleh kebenaran pengetahuan

melalui pemecahan masalah yang ada.

Pengalaman berarti suatu peristiwa yang telah dialami

seseorang Middlebrook (1974) yang telah dikutip oleh Syaifudin

Azwar mengatakan bahwa tidak adanya suatu pengalaman sama


18

sekali dengan suatu obyek psikologis cenderung akan bersifat

negatif terhadap obyek tersebut untuk mendapat menjadi dasar

pembentukan sikap. Pengalaman pribadi haruslah meninggalkan

kesan yang kuat karena itu sikap akan lebih mudah terbentuk

apabila pengalaman melibatkan faktor emosional. Dalam situasi

melibatkan emosi, penglihatan, pengalaman akan lebih mendalam

dan lama membekas (Syaifudin A, 2003).

c. Usia

Kelompok usia muda cenderung lebih cepat mengadopsi

nilai-nilai baru atau bahkan menolak.

Usia adalah individu yang terhitung mulai saat dilahirkan

sampai saat berulang tahun (Nursalam, 2001). Makin tua umur

seseorang makin konstruktif dalam menggunakan koping terhadap

masalah yang dihadapi.


19

B. Konsep Perilaku

1. Pengertian perilaku

Perilaku adalah apa yang dikerjakan organisme baik yang dapat

diamati langsung ataupun tidak langsung (Notoatmodjo, 2002) atau

merupakan respon dari reaksi individu terhadap stimulus yang berasal

dari luar maupun dalam dirinya (Sarwono, 1997) menurut Purwanto

(1998) perilaku manusia berasal dari dorongan yang ada dalam diri

manusia, sedangkan dorongan merupakan usaha untuk memenuhi

kebutuhan yang ada dalam diri manusia.

2. Faktor terbentuknya perilaku di bedakan menjadi 2, yaitu :

a. Faktor Intern :Mendakup pengetahuan, kecerdasan, persepsi,

emosi, motivasi, dan sebagainya yang berfungsi

untuk mengolah rangsangan dari luar.

b. Faktor Ekstren : Mencakup lingkungan sekitar baik fisik maupun

non fisik seperti iklim, social, ekonomi,


20

kebudayaan, dan sebagainya (Notoatmodjo,

2003)

3. Faktor-faktor yang melatar belakangi perilaku

Menurut Lawrence green dalam Notoatmodjo (2003) yang

malatar belakangi perilaku adalah :

a. Faktor predisposisi (Predisposition Faktor) yang terwujud dalam

pengetahuan, sikap, kepercayaan, dan sebagainya.

b. Faktor pendukung (Enabling Faktor) yang terwujud dalam

lingkungan fisik, tersedia atau tidak tersedianya fasilitas-fasilitas

ataupun sarana-sarana kesehatan.

c. Faktor pendorong (Reinforcing Faktor) yang terwujud dalam

perilaku petugas kesehatan maupun keluarga yang merupakan

kelompok referensi dari perilaku masyarakat.

C. Konsep Ibu

1. Pengertian Ibu
21

Ibu adalah sebutan untuk orang perempuan yang telah

melahirkan kita, wanita yang sudah bersuami dan juga panggilan yang

takzim kepada wanita ( Departemen Pendidikan dan Kebudayaan RI,

1988 ).

2. Peran Ibu

Sebagai istri dan ibu bagi anak-anaknya, ibu mempunyai

peranan untuk mengurus rumah tangga, sebagai pengasuh dan

pendidik anak-anaknya, pelindung dan sebagai salah satu kelompok

dari peranan sosialnya, serta sebagai anggota masyarakat dari

lingkungannya, disamping itu juga ibu dapat berperan sebagai pencari

nafkah tambahan dalam keluarganya (Effendy, 1998).

3. Fungsi sebagai ibu dan pendidik bagi anak-anaknya bisa bisa

dipenuhi dengan baik, bila ibu tersebut mampu menciptakan iklim

psikis yang gembira, bahagia, dan bebas. Sehingga suasana rumah

tangga menjadi semarak, dan bisa memberikan rasa aman, bebas,


22

hangat, menyenangkan, serta penuh kasih sayang. Dengan begitu

anak-anak dan suami akan betah tinggal di rumah. Iklim psikologis

penuh kasih sayang, kesabaran, ketenangan dan kehangatan itu

memberikan semacam vitamin psikologis yang merangsang

pertumbuhan anak-anak menuju pada kedewasaan.

D. Konsep Kesehatan Gigi Pada Balita

1. Pengertian Gigi

Gigi merupakan salah satu organ pengunyah yang terdiri dari

gigi-gigi pada rahang atas dan rahang bawah, lidah serta saluran-

saluran penghasil air ludah. Seperti telah diketahui bahwa gigi

manusia dalam perkembangannya mempunyai 2 tahap :

a. Semasa anak-anak yang disebut gigi susu / gigi sulung.

b. Setelah berganti atau dewasa disebut gigi tetap.


23

Kedua tahap tersebut adalah sangat penting sehingga kita

tidak boleh mengabaikan salah satu diantaranya. Gigi susu akan

tanggal dan diganti dengan gigi tetap (Syahlan, J.H, 1993).

2. Periode Gigi Susu

Gigi susu disebut juga gigi sulung. Penamaan gigi susu

diberikan karena gigi ini berwarna putih seperti susu. Gigi ini

berjumlah 20 buah dengan jenis gigi seri, gigi taring, dan gigi

geraham. Jenis ini sama dengan jenis gigi tetap kecuali gigi susu

hanya punya satu jenis geraham. Sedangkan gigi tetap ada 2 jenis

geraham, yakni geraham kecil dan geraham besar. Gigi tetap jika

lengkap, muncul semua berjumlah 32 buah.

Perbedaan gigi susu dibanding dengan gigi tetap adalah

gigi susu berwarna lebih putih seperti susu dibanding gigi tetap.

Gigi susu relatif lebih kecil dan satu gigi dengan gigi lainnya

memiliki letak yang cukup renggang di dalam mulut karena


24

sebagai persiapan bagi tempat gigi tetap yang berukuran lebih

besar muncul kemudian. Nantinya, gigi tetap ini tidak akan

renggang lagi satu dengan lainnya. Sebaliknya, gigi-gigi tetap itu

akan terletak rapat satu sama lain di dalam mulut.

Selebihnya, ada perbedaan detail anatomi gigi yang

diketahui oleh semua dokter gigi yang membedakan gigi susu atau

gigi tetap. Dokter gigi yang telah berpengalaman akan mudah

membedakan antara gigi susu dengan gigi tetap dari bentuk

khusus anatomi giginya.

Jenis gigi susu terdiri dari 8 gigi insisif (gigi seri), 4 gigi

kaninus (gigi taring), dan 8 gigi molar (gigi geraham).

Pembentukan gigi susu dimulai sejak janin masih dalam

kandungan usia 6 – 8 minggu kehamilan ibu dan gigi susu

pertama akan mulai tumbuh pada masa bayi berusia kurang lebih

6 bulan sejak ia lahir. Masa pembentukan gigi perlu diperhatikan


25

karena merupakan masa rentan. Gangguan yang terjadi pada

kehamilan saat pembentukan struktur gigi sedang berlangsung

dapat menyebabkan kelainan pada gigi itu nantinya.

Masa pertumbuhan gigi tidaklah sama pada setiap anak.

Ada yang masa pertumbuhannya cepat sekali, begitu lahir sudah

ada gigi susu yang muncul, ada pula sampai lilin pertamanya

ditiup saat ulang tahun pertama, gigi susunya baru mau tumbuh.

Usia yang disebutkan disini adalah relatif, bisa lebih atau kurang.

Munculnya gigi susu normal pertama kali antara usia 4 – 6 bulan

dan paling lambat antara 20 – 26 bulan. Munculnya gigi susu

sebelum waktunya disebut prematur dan munculnya gigi yang

terlambat disebut retardasi. Gigi akan tumbuh secara lengkap

sejumlah 20 buah, yaitu 10 gigi atas dan 10 gigi bawah. Pada

usia antara 24 bulan sampai dengan 36 bulan. Yang sudah

tumbuh lebih cepat tidak usah khawatir, demikian pula yang


26

tumbuhnya lambat. Selama masih dalam kurun waktu tersebut,

pertumbuhan masih dianggap normal. Gigi susu yang muncul saat

lahir disebut natal reeth, sedangkan gigi yang muncul selama

periode neonatal, artinya mulai dari lahir sampai 30 hari setelah

lahir, disebut neonatal teeth.

Gigi susu yang muncul terlambat (Retardasi) dapat terjadi

pada anak yang ibunya mengalami kekurangan gizi pada saat

hamil. Keterlambatan ini tidak perlu dikhawatirkan. Biasanya gigi

susu akan mulai muncul pertama kali diusia sekitar 12 bulan.

Namun keterlambatan tumbuh lebih dari 6 bulan merupakan

pertanda bagi orang tua untuk mengunjungi dokter gigi. Dokter gigi

nantinya akan mencari sebab mengapa gigi susu anak muncul

terlambat. Waktu munculnya jenis gigi yang lebih dulu di dalam

mulut juga dapat bervariasi antara satu anak dengan anak lainnya.

Hal tersebut normal dan tidak perlu dikhawatirkan.


27

Gejala-gejala yang timbul pada saat pertumbuhan gigi

biasanya adalah gusi yang terasa gatal, sehingga anak menggigit-

gigit suatu benda yang menimbulkan keluarnya air liur.

Ketidaknyamanan bayi seperti demam, kemudian anak menjadi

rewel itu disebabkan pembentukan gigi bertepatan dengan

perubahan saraf dan otot (Neuromuskular) yang terjadi pada

masa perkembangan anak. Pada usia 6 bulan, bayi tidak lagi

memiliki kekebalan tubuh (antibodi) terhadap penyakit yang

dibawa dari ibunya dan penyesuaian kekebalan tubuh ini dapat

mengakibatkan bayi sakit, demam dan tidak nyaman. Pada waktu

yang bersamaan si bayi diperkenalkan dengan berbagai jenis

makanan baru yang masuk ke dalam sistem pencernaan yang

sedang berkembang, sehingga terkadang bisa menyebabkan mual,

muntah dan diare. Untuk mengatasinya cukup diberi obat-obatan

penurun demam atau penghilang rasa sakit.


28

Gigi tumbuh secara berurutan yang dimulai dari gigi seri

pertama bawah, kemudian diikuti oleh gigi seri pertama atas.

Selanjutnya gigi seri kedua atas dan bawah akan tumbuh pada

usia satu tahun. Bila munculnya gigi seri pertama lambat, bisa

pula terjadi keterlambatan pada munculnya gigi selanjutnya. Pada

usia 18 bulan akan tumbuh gigi geraham pertama atas dan bawah

yang diikuti oleh tumbuhnya gigi taring. Usia 2 tahun tumbuh gigi

geraham kedua atas dan bawah dan mencapai tumbuh sempurna

pada saat anak berusia 3 tahun.

Pada saat gigi susu tumbuh sempurna kurang lebih usia 6

tahun tulang rahang akan berkembang sesuai dengan lebar

lengkung rahang. Pada saat ini akan terlihat mulai terbentuk jarak

atau ruang antar gigi, yang dalam kedokteran gigi disebut

diastema. Dengan adanya diastema ini, gigi anak seolah-olah

mempunyai ukuran yang lebih kecil. Sebenarnya terjadinya


29

diastema ini merupakan hal yang normal, karena dengan

tumbuhnya gigi tetap pengganti ruangan yang diperlukan sudah

cukup tersedia.

Fungsi gigi susu tidak hanya satu. Selain untuk fungsi

pengunyahan, sebagai proses awal pencernaan makanan. Fungsi

bicara dan fungsi keindahan wajah (estetis), gigi susu juga

memiliki fungsi penting sebagai penunjuk jalan bagi gigi tetap

yang ada dibawahnya. Setiap tipe gigi sudah dikapling untuk

digantikan secara estafet oleh gigi berikutnya. Gigi seri susu

nomor satu akan digantikan oleh gigi seri tetap nomor satu pula,

gigi geraham susu akan digantikan oleh gigi geraham kecil tetap.

Sedangkan dibelakang gigi geraham susu yang terakhir sudah

dikapling menjadi milik gigi gerajam besar tetap yang pertama.

Jadi semua itu sudah ada peranannya, ke arah mana gigi tetap

akan bertempat tinggal.


30

Pencabutan gigi susu sebelum waktunya akan

mengacaukan sistem keseimbangan di dalam susunan gigi di

dalam mulut. Pencabutan yang terlalu awal akan menyebabkan

terjadinya pergeseran gigi disebelahnya, sehingga terjadi

penyempitan ruang pada lengkung gigi. Akibatnya, gigi tetap tidak

memperoleh ruang cukup dan akan tumbuh gigi tetap dengan

susunan gigi terjejal.

3. Periode Gigi Tetap

Gigi tetap disebut juga gigi permanen, mulai terbentuk pada

saat janin di dalam kandungan ibu berusia 6 bulan, dan akan

muncul di dalam rongga mulut mulai anak berusia 6 tahun.

Pertumbuhan ini dimulai dengan gigi geraham pertama tetap yang

tumbuh dibelakang gigi geraham kedua susu. Karena tumbuh

pada usia 6 tahun serta merupakan urutan gigi yang ke enam,

gigi geraham yang pertama ini disebut juga gigi enam.


31

Pertumbuhan gigi selanjutnya adalah gigi seri pertama

bawah yang diikuti oleh gigi seri pertama atas pada saat usia

anak kurang lebih 7 tahun.

Pada anak usia 7 setengah tahun tumbuh gigi seri kedua

rahang bawah dan atas. Pertumbuhan ini akan diikuti oleh gigi

taring. Gigi geraham kecil satu dan dua, pada saat anak mencapai

usia kurang lebih 10 sampai 11 tahun. Pada saat anak mencapai

usia 12 tahun, gigi geraham kedua akan tumbuh dan mencapai

tumbuh sempurna pada saat anak berusia 14 tahun.

Pertumbuhan gigi pada periode gigi bercampur akan diikuti

dengan terjadinya penambahan ukuran lebar lengkung rahang,

sehingga gigi tetap yang muncul dapat tumbuh sesuai dengan

lebar lengkung rahang tersebut. Apabila terjadi ketidaksesuaian

antara ukuran gigi dan lebar lengkung rahang, bisa terjadi gigi

yang tumbuh menjadi berjejal.


32

Pada periode ini, sekitar usia 14 tahun, semua gigi susu

telah tanggal dan semua gigi di dalam mulut sudah merupakan

gigi tetap. Seorang anak yang secara fisik tinggi besar bisa saja

mengatakan pada siapapun bahwa usianya sudah dewasa, ingin

menjadi seorang tentara pada saat itu. Namun dengan

pemeriksaan gigi, seorang anak tidak dapat masuk menjadi

tentara apabila di dalam mulutnya masih terdapat gigi susu.

Karena adanya gigi susu di dalam mulut jelas dapat

mengungkapkan usia anak itu secara umum.

Dalam beberapa kasus, masih dapat ditemukan gigi susu

pada anak-anak yang tidak mempunyai salah satu jenis gigi tetap,

misalnya saja yang terjadi pada gigi taring. Apabila tidak berganti

dengan gigi taring tetap, perlu dilakukan rontgen foto gigi untuk

melihat apakah ada benih gigi taring tetap yang belum tumbuh

atau karena memang tidak ada benihnya (agenesis). Ada juga


33

gigi taring yang ternyata tumbuh melintang di dalam rahang atas,

sehingga tidak dapat muncul secara normal di rongga mulut. Pada

kasus seperti ini, gigi susu taring tetap dipertahankan karena kalau

dicabut, tidak ada gigi tetap yang muncul sebagai penggantinya.

Gigi bungsu atau gigi geraham terakhir muncul diluar

periode itu, karena baru muncul pada saat usia kurang lebih 18 –

24 tahun. Gigi bungsu ini sering juga mengalami hambatan

tumbuh. Proses evolusi makanan dimana saat ini manusia

cenderung menyantap makanan yang lembut dan mudah dikunyah

membuat rahang tidak tumbuh secara maksimal. Pada saat usia

14 tahun gigi tetap kebanyakan sudah tumbuh, ruangan di dalam

rongga mulut telah terisi penuh, sehingga pada usia 18 tahun,

saat gigi bungsu akan tumbuh, tidak ada tempat lagi untuk

muncul. Itulah sebabnya kenapa gigi bungsu sering tumbuh miring


34

di sudut mulut yang sempit, terkadang terletak melintang di dalam

tulang, sehingga sama sekali tidak bisa muncul.

Gigi di dalam mulut muncul secara perlahan pada saat

mahkota mulai terlihat di dalam mulut, akar giginya belum terbentuk

dengan sempurna dan saluran akar masih terlihat besar. Karena itu

kecelakaan atau trauma yang terjadi pada masa ini dapat

menghentikan proses pertumbuhan saluran akar untuk dapat

menutup dengan sempurna. Jadi seandainya ada trauma pada gigi

susu ataupun gigi tetap yang baru tumbuh, lekas-lekaslah anak

dibawa ke dokter gigi supaya giginya dapat segera dirawat,

sehingga pertumbuhan akarnya akan dapat terus berlanjut hingga

sempurna.

4. Tanda-tanda Normal Pergantian Gigi Susu Menjadi Gigi Tetap


35

Akar gigi susu yang akan diganti oleh gigi tetap secara

alamiah akan diserap oleh tubuh dan gigi akan kehilangan akarnya

yang berfungsi sebagai penyangga. Sehingga gigi itu akan goyang

sejalan dengan munculnya gigi tetap yang muncul dari bawah. Gigi

tetap yang sudah semakin muncul ke permukaan akan

memperbesar derajat kegoyangan gigi susu dan menandakan gigi

susu sudah perlu untuk dicabut.

Adakalanya gigi tetap muncul sementara gigi susu masih ada

dan tidak goyang sama sekali. Hal itu disebabkan benih gigi tetap

tidak terletak persis di bawah gigi susu yang digantikannya

melainkan terletak di depan atau dibelakang gigi susu, sehingga

bisa timbul variasi seperti ini. Kasus ini dalam kedokteran gigi

disebut sebagai persistensi gigi susu. Yang harus dilakukan orang

tua dalam hal ini adalah membawa anak ke dokter gigi untuk

dilakukan pencabutan gigi susu. (Maulani, 2005)


36

5. Awal Penjagaan Gigi Susu

a. Usia Balita Mulai Dibersihkan Gigi dan Mulutnya

Gigi susu yang sudah mulai tumbuh dibersihkan dengan

sikat gigi bayi. Saat ini telah banyak tersedia sikat gigi latihan

(training tooth brush) untuk bayi atau balita dengan harga

terjangkau. Sikat gigi ini ada tiga bentuk, bentuk pertama

ujungnya terbuat dari karet, bulat memanjang, dengan gerigi

yang tumpul untuk melatih anak supaya terbiasa dengan

pembersihan gigi. Karena terbuat dari karet yang lembut, tidak

apa-apa apabila kemudian sikat itu digigit-gigit atau dihisap oleh

bayi asal orang tua yakin sudah bersih. Tahap dua bentuknya

lebih menyerupai sikat gigi biasa namun masih terbuat dari

karet. Tahap ketiga berupa sikat gigi biasa dengan ukuran yang

kecil dan bulu yang lembut. Apabila gigi bayi sudah terbiasa

dibersihkan, pengenalan sikat gigi biasa ini pada anak saat


37

giginya sudah tumbuh sempurna, tidaklah terlalu sulit lagi. Ada

juga bulu sikat gigi yang tempatnya dapat dimasukkan ke dalam

telunjuk tangan ortu, sehingga tekanan bulu sikat dapat lebih

dirasakan orang tua untuk mendapatkan efek pembersihan

maksimal, namun tidak menimbulkan rasa sakit pada anak.

Lakukan pembersihan setiap hari saat anak segar, tidak

rewel, dan mengantuk dengan teliti namun tidak terlalu lama

supaya bayi tidak menjadi bosan. Untuk batita (anak dibawah

usia tiga tahun) tidak usah memakai ritual kumur atau pasta

gigi. Yang paling mudah bagi mereka adalah minum air putih

sebelum dan sesudah pembersihan gigi. Jadikan hal ini menjadi

kebiasaan rutin, setidaknya dua kali sehari.

Pada usia 3 tahun keatas, anak bisa mulai diajarkan

berkumur tapi tetap dengan air matang. Jangan berpikir untuk


38

memberinya pasta gigi sampai anak sudah bisa membuang air

kumurnya dengan baik dan itu butuh proses serta latihan.

b. Pemilihan Pasta Gigi Yang Baik

Saat ini pasta gigi untuk anak-anak ada dalam

bermacam-macam warna dan rasa dengan bentuk gel bening

maupun pasta. Ada rasa strawbery, melon. orange, anggur,

bahkan cokelat. Anak bisa diajak membeli pasta gigi dengan

rasa yang dipilihnya sendiri dan setelah habis satu tube bisa

diganti dengan rasa lain untuk mencegah anak merasa bosan

dengan rasa yang sama.

Untuk anak yang belum bisa berkumur dan meludah bisa

dipilihkan pasta gigi yang tidak mengandung fluor. Jika sudah

bisa meludah dan bisa membuang kumurnya, boleh diberi pasta

gigi yang mengandung fluor. Pasta gigi untuk anak mengandung

fluor sebanyak 30% dari kandungan fluor pasta gigi dewasa,


39

berarti mengandung 0,03% fluor, dapat menghambat terjadinya

gigi berlubang sebanyak 15 – 30%. Menurut penelitian orang

dewasa menggunakan 0,30 gr pasta gigi sekali pakai.

Sedangkan pada anak-anak sepertiganya. Diperkirakan 25% -

33% anak menelan pasta gigi sewaktu menyikat giginya,

sehingga kemungkinan anak menelan fluor adalah sebanyak 0,5

– 0,6 mgF/hari. Hal ini dapat menimbulkan fluorosis gigi jika

kadar fluor dalam air minum yang dipakai anak dan keluarga

sudah termasuk tinggi.

Oleh karena itu perlu menjadi perhatian orang tua untuk

mengawasi anaknya dalam menyikat gigi karena pasta gigi

dengan harum yang mirip buah-buahan bisa mengasosiasikan

anak pada pasta gigi yang bisa dimakan, padahal tidak

demikian. Terlalu banyak menelan pasta gigi dapat berbahaya.

Jadi pasta gigi dipilih berdasarkan kebutuhan dan usia anak.


40

c. Waktu Yang Tepat Dalam Pemberian Pasta Gigi

Pasta gigi yang mengandung fluor baru boleh diberikan

pada anak-anak setelah mereka bisa berkumur dan membuang

air kumurnya. Berikan pasta gigi dengan ukuran sebesar kacang

tanah atau sekitar panjang 0,5 cm. Pada usia 3,5 sampai 4

tahun, biasanya anak sudah dapat mulai membuang air

kumurnya sendiri. Namun dalam proses sikat gigi, anak harus

tetap dalam pengawasan orang tua.

d. Pemilihan Sikat Gigi Yang Baik

Pemilihan sikat gigi untuk anak itu sesuaikan dengan

keadaan gigi anak. Apabila gigi dan rahangnya kecil, pilihlah

sikat gigi dengan bulu yang pendek dan sempit. Namun, apabila

gigi dan rahangnya agak besar, pilih sikat gigi dengan bulu yang

lebih lebar dan lebih sesuai. Selalu cari sikat gigi dengan bulu

nilon yang lembut atau ujung bulunya membulat karena bulu


41

sikat gigi dan ujung yang kasar dapat melukai gusi. Sedangkan

anak masih belajar melakukan kontrol terhadap tekanan sikat

giginya.

Jika anak sudah mulai mengerti (sekitar usia 3 tahunan

ke atas), anak bisa diajak memilih sikat giginya sendiri. Ajaklah

dia membandingkan beberapa sikat gigi dan doronglah supaya

dia memilih sikat gigi dengan bulu yang lembut (sikat gigi perlu

dibeli dahulu dan dicoba dirumah karena umumnya bulu tidak

bisa disentuh dengan tangan karena tertutup oleh plastik).

Jangan ragu untuk mengganti sikat gigi tersebut jika ternyata

tidak sesuai dengan harapan, dan ingatlah sikat gigi yang

mempunyai kualitas baik supaya bisa dipilih lagi kemudian. Sikat

gigi anak diganti setidaknya 2 bulan sekali atau segera ganti jika

bulu sikat gigi sudah melebar. Sikat gigi anak lebih cepat rusak

karena mereka masih dalam proses berlatih, sehingga kadang


42

kala tekanan sikat gigi berlebihan membuat bulunya menjadi

cepat rusak dan melebar.

Sikat gigi harus dipakai oleh satu orang, tidak boleh

dipakai bersama-sama atau berganti-ganti. Jadi jika mempunyai

anak lebih dari satu, tentukan warna masing-masing kesukaan

anak dan 2 bulan kemudian diganti bersamaan, bisa dengan

warna yang sama atau berubah warna antara satu anak dan

anak yang lain. Ingatkan anak akan sikat giginya sendiri,

sehingga justru disaat orang tua lupa, anak bisa mengingatkan

sikat giginya sendiri dengan tepat.

Sikat gigi dengan gagang sikat yang transparan atau

tembus cahaya memungkinkan bulu sikat gigi dapat terlihat

sampai pangkalnya. Sehingga pembersihan bulu sikat menjadi

lebih baik. Seandainya anak sudah mulai menyikat giginya

sendiri, periksalah sekali waktu sikat gigi anak, karena sering


43

kali sisa pasta gigi mengendap pada dasar bulu sikat gigi.

Setelah sikat gigi bersih, letakkan sikat dengan bulu diatas,

sehingga memungkinkan air mengalir ke bawah dan bulu sikat

cepat kering.

Dengan mengajak anak memilih dan membeli pasta gigi

dan sikat gigi kesukaannya, motivasi anak akan meningkat dan

ia akan rajin membersihkan gigi setiap hari dengan sikat gigi

kesayangannya tersebut. (Maulani, 2005)

e. Waktu Yang Tepat Untuk Menyikat Gigi

Menyikat gigi segera setelah makan ternyata tidak terbukti

100% tepat menurut Drg. Armasastra Bahar, seorang staf

pengajar di Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia.

Setelah seseorang makan, sisa makanan, khususnya makanan

karbohidrat, akan mengalami fermentasi atau peragian terhadap

gula (gukosa) makanan. Hasilnya berupa senyawa bersifat asam


44

dan membuat lingkungan sekitar gigi bersuasana asam. Dalam

beberapa menit derajat keasaman tadi akan meningkat atau PH-

nya turun. Jika berlanjut, penurunan nilai PH akan sampai ke

nilai PH kritis, yaitu nilai PH yang dapat memicu hilangnya

garam kalsium (dekalsifikasi) pada email gigi sebagai penyebab

gigi berlubang. Namun ada bakteri tertentu bernama keren,

Verllonella Alcalescens, akan merusak kembali senyawa asam

tersebut.

Dengan demikian setelah beberapa waktu, PH plak akan

berangsur naik kembali mencapai PH normal. Demikianlah yang

selalu terjadi setelah makan terutama makan makanan yang

mengandung gula.

Jadi sebenarnya terjadi proses alamiah yang bertujuan

untuk melindungi gigi. Berbagai penelitian memperlihatkan bahwa

PH akan kembali normal setelah 20 – 30 menit setelah makan.


45

Dari kenyataan di atas dapat dikatakan bahwa masa 20 – 30

menit setelah kita menyantap makanan yang mengandung

karbohidrat (mengandung gula) merupakan saat-saat sangat

rentan untuk terjadinya kerusakan permukaan gigi. Jadi, jangan

menyikat gigi segera setelah makan, tunggulah sampai lewat

masa genting sesudah makan yaitu sekitar setengah jam

sesudah makan. Jadi frekuensi menyikat gigi yang baik adalah

dua kali sehari, pagi 30 menit setelah sarapan pagi dan malam

hari sebelum tidur.

Menjaga kesehatan gigi dan mulut merupakan sistem

pencegahan yang paling mudah dan relatif murah. Sikat gigi

secara terus menerus, dengan interval tertentu untuk

memutuskan tali ikatan perkembangan bakteri penyebab karies

dan menyikat gigi secara benar yang meliputi seluruh permukaan

gigi yang terpapar oleh makanan dan minuman, baik di depan,


46

belakang, sela-sela, diantara gigi maupun pada titik dan

cekungan pada permukaan gigi geraham. Berbagai bentuk dan

jenis sikat gigi dipasarkan, baik yang manual maupun elektrik.

Tapi yang menjadi persoalan bukan semata model, bentuk, jenis,

elektrik maupun manual, tapi cara menyikat dari anak maupun

orang tua yang menentukan.

f. Cara Menyikat Gigi Dengan Benar

Untuk anak usia balita, orang tua mereka sendiri yang

melakukan penyikatan gigi pada anak. Apabila anak ingin

melakuakan sikat gigi sendiri, berilah waktu pada anak untuk

mengerjakannya, setelah itu lakukan penyikatan ulang oleh

orang tua. Sebaliknya, apabila orang tua yang memulai, beri

waktu agar anak belajar menyikat gigi sendiri sesudahnya.

Namun semuanya tetap dalam pengawasan orang tua, karena


47

bukan tidak mungkin sikat gigi tersebut kemudian dipakai anak

untuk menyikat dinding dan lantai. Namanya juga anak-anak.

Sebelum memulai, selalu cuci sikat gigi. Untuk balita

lakukan dengan air matang, sediakan segelas air matang.

Mulailah dengan kumur- kumur, lakukan penyikatan langsung

pada balita, sedangkan anak yang sudah bisa berkumur, beri

sedikit pasta gigi dahulu pada sikat giginya. Mulailah penyikatan

dengan meminta anak untuk mengucapkan ”Iiii......”, dan gosok

gigi seri depan dengan gerakan maju mundur pendek-pendek,

bisa dikombinasi dengan gerakan sedikit memutar, dan gerakan

vertikal mengenai gusi dan gigi, lakukan terus menerus sampai

ke bagian gigi yang menghadap pipi di sebelah kiri dan kanan.

Setelah itu katakan ”Aaaa......”, dan gosok permukaan kunyah

kiri dan kanan bawah, setelah itu seluruh bagian gigi yang

menghadap ke lidah , kiri kanan dan depan. Lakukan hal yang


48

sama untuk gigi atas dan juga bagian gigi yang menghadap ke

langit-langit. Lakukan secara teliti, namun untuk balita lakukan

dengan cepat, jangan terlalu lama untuk mencegah anak

menjadi bosan. Mintalah anak untuk belajar berkumur dan

membuang air kumurnya. Jika belum bisa biarkan ia menelannya

(apabila tanpa pasta gigi).

Penyikatan gigi untuk anak diatas usia 3,5 tahun bisa

dilakukan di depan cermin. Jelaskan sebelumnya permukaan gigi

yang harus disikat dengan memakai gambar atau model gigi.

Tujuan utama penyikatan gigi adalah untuk membersihkan sisa

makanan yang menempel pada gigi. Apabila kita membersihkan

gigi secara benar, plak pun akan ikut bersih dari permukaan

gigi, namun plak ini secara alamiah akan terbentuk lagi dari

waktu ke waktu. Plak ini merupakan lapisan tipis transparan,

tidak bisa dilihat oleh mata telanjang dan melekat erat pada
49

permukaan gigi. Plak bisa dilihat apabila diwarnai dengan zat

khusus bernama disclosing agent atau disclosing solution suatu

cairan berwarna merah. Saat gigi diwarnai dengan zat ini, plak

tersebut akan terlihat berwarna merah. Plak ini umumnya banyak

terletak pada leher gigi. Pewarnaan plak ini dapat menjadi

motivasi yang baik bagi anak untuk dapat menyikat gigi dengan

benar. Latihan menyikat gigi dilakukan dengan menyikat seluruh

permukaan gigi atas, bawah, depan, belakang, untuk

menghilangkan plak yang sudah diwarnai, sehingga terlihat oleh

mata. Setelah kumur, periksa lewat cermin, bagian mana yang

masih terdapat merah-merah. Bagian tersebut kembali disikat

dengan lebih teliti. Latihan ini dapat mendorong anak untuk

mengetahui bagian mana yang kurang dibersihkan, sehingga si

anak terdorong untuk membersihkan bagian-bagian itu dengan

lebih teliti lagi. Lama-lama terekam dalam benak anak (meski


50

tanpa disclosing solution lagi) , oo...... barang kali dibagian ini

merah-merahnya belum hilang. Saya harus mengulangi lagi

khusus dibagian ini supaya merah-merahnya bersih.

Gigi disikat setidak-tidaknya selama 2 menit supaya air

ludah juga dapat keluar dan membersihkan kantong gusi yang

terletak diperbatasan gigi dan gusi. Kantong gusi ini mempunyai

kedalaman normal 2 – 4 mm yang perlu juga dibersihkan untuk

mencegah makanan terselip diantaranya. Kemiringan bulu sikat

gigi sebesar 450 pada daerah kantong gusi dapat membantu

bulu sikat gigi masuk ke dalam kantong gusi untuk pembersihan

yang lebih maksimal. Setelah menyikat gigi, sikat pula lidah

karena lidah ini permukaannya tidak rata dan bisa menyimpan

sisa-sisa makanan yang menimbulkan bau. Dapat pula memakai

alat khusus untuk membersihkan lidah, namun, jika tidak bisa

digunakan sikat gigi. Berkumurlah sebanyak sekali saja untuk


51

membantu fluor yang teerdapat pada pasta gigi tetap tertinggal

lebih lama di dalam gigi dan rongga mulut.

Sikat gigi terpantau dengan pasta gigi yang mengandung

fluorida pada anak-anak sekolah dasar yang diteliti WHO di

Sanggau, Kalimantan Barat, terbukti dapat menurunkan kejadian

karies 12% - 40%. (Maulani, 2005)

6. Makanan Sehat Untuk Balita

Makanan empat sehat lima sempurna merupakan makanan

tepat untuk anak. Untuk memperoleh gigi yang baik, makanan

alamiah merupakan pilihan utama. Makanan alamiah yang diolah

sendiri akan lebih mudah diawasi, terutama dalam penambahan

bahan-bahan kimia. Zat-zat kimia ini termasuk di dalamnya zat

pewarna, pengawet, dan zat perasa yang secara umum dapat

merusak fungsi air ludah yang sangat berperan penting dalam

melindungi gigi dan mulut. Apabila menggosok gigi tidak bisa


52

dilakukan dengan sempurna, protein dalam air ludah yang akan

berfungsi untuk melawan bakteri. Air ludah juga dapat menetralkan

asam dengan kemampuan dasarnya. Di dalam air ludah juga terdapat

sumber utama kalsium, fosfat, dan fluor dimana bahan ini dapat

menghentikan proses gigi berlubang. Adanya makanan yang tercium

sedap dan nikmat juga akan merangsang pengeluaran air ludah lebih

banyak dan ini penting untuk pengolahan makanan dalam mulut dan

juga untuk pembersihan sisa makanan sesudahnya, sedangkan enzim

yang terdapat di dalam air ludah akan membantu mengubah makanan

mengandung pati (berkarbohidrat) menjadi gula yang mudah larut,

sehingga memungkinkan pembersihan sisa makanan dalam mulut.

Proses menggigit juga mempunyai peranan penting dalam

proses tumbuh kembang gigi dan rahang. Bayi yang telah bertambah

usianya, bertambah pula gigi di dalam mulutnya yang berfungsi untuk

mengunyah. Makanan lunak atau kurang padat yang diberikan setelah


53

gigi geraham muncul, berakibat fungsi pengunyahan tidak optimal,

sehingga rangsangan yang diperlukan oleh jaringan sekitarnya untuk

perkembangan, kurang atau tidak ada. Hal ini akan mengganggu

perkembangan di daerah tersebut terutama perkembangan tinggi

lengkung gigi. Oleh karena itu tahapan perubahan tekstur makanan

perlu diperhatikan dan ditingkatkan kekasarannya pada saat gigi

geraham anak sudah mulai muncul. Setelah bisa mengunyah dengan

baik anak harus diperkenalkan dengan makanan berserat yang tidak

dihaluskan, sehingga giginya berkembang menjadi lebih kuat

dibandingkan dengan gigi yang terus menerus mengunyah makanan

lunak sepanjang hidupnya.

Oleh karena itu pada anak yang tidak mau makan nasi, hanya

makan makanan ringan yang mudah lumat seperti biskuit saja, bisa

terjadi kelainan ukuran rahang (rahang atas dan rahang bawah yang

sangat sempit). Hal ini disebabkan tidak ada atau sedikitnya gerakan
54

mengunyah di dalam mulut, sehingga otot-otot pengunyahan tidak

pernah atau jarang berfungsi. Otot tersebut merupakan salah satu

faktor yang menentukan stabilitas gigitan dan aksi otot berpengaruh

pada perkembangan tulang rahang. Jika otot bekerja berat, otot

menjadi makin kuat. Jika kurang berfungsi, otot menjadi lunak, lemas,

dan tidak berkembang.

Apabila anak menolak makan sayur, usahakan anak untuk

cukup memakan buah-buahan, sehingga serat dan vitaminnya akan

tergantikan. Setelah beberapa minggu cobalah lagi untuk memberi

sayuran kepada anak.

Makanan yang baik lainnya untuk kesehatan gigi adalah keju.

Keju yang merupakan bentukan lain dari susu, banyak mengandung

kalsium dan fosfat dan kasein yang mampu mengurangi kelarutan

email. Keju ini jika dikunyah setelah makan-makanan yang

mengandung karbohidrat, dapat membentuk senyawa yang bersifat


55

basa, sehingga dapat menghentikan terjadinya suasana asam yang

dapat menyebabkan proses penghancuran email sebagai proses awal

karies gigi. Oleh karena itu keju ini disebut mempunyai efek

kariostatik, artinya mampu mengurangi atau menghentikan

berlangsungnya proses karies. Selain karena kandungan keju itu

maupun karena aromanya yang dapat merangsang dan mempercepat

keluarnya air ludah sehingga bersama-sama dengan air ludah,

kandungan dalam keju akan ikut mengurangi kemungkinan terjadinya

karies gigi.

Permen karet bebas gala atau mengandung sorbitol juga dapat

merangsang keluarnya air liur dan mempercepat aliran air liur. Di

samping bahan dasarnya juga dapat membersihkan mulut dari sisa-

sisa makanan, melumat atau mengunyah permen karet setelah

menyantap makanan berkarbohidrat dapat mengurangi risiko karies

gigi.
56

Kecukupan gizi bagi anak sangat penting untuk pertumbuhan

gigi. Penelitian yang dilakukan oleh Drg Herwati Djoharnas, DDPH,

MSc, dkk pada 5014 anak usia 5-14 tahun di Banten memberikan

kesimpulan bahwa kekurangan gizi secara umum akan menimbulkan

kelambatan pertumbuhan gigi seri tetap atas, kaninus rahang atas,

dan rahang bawah, dan Molar satu rahang atas dibanding anak yang

cukup gizi.

7. Makanan Yang Merusak

Makanan yang lengket dan manis merupakan makanan yang

mudah mengenyangkan anak, namun si anak tidak mendapat apa-

apa lagi selain rasa kenyang itu. Akibatnya selera makan anak akan

terganggu. Dalam jangka lama, hal ini akan menimbulkan kerugian

bagi pertumbuhan tubuh anak yang sedang membutuhkan ekstra

protein. Tentu saja anak boleh mendapatkan kue-kue, cokelat,

permen, minuman sirup, dan lain-lain asal jumlahnya dibatasi.


57

Pada umumnya makanan yang mengandung karbohidrat atau

pati dan gula sukar dibersihkan dari gigi-gigi di dalam mulut.

Makanan kecil (snack) bersifat lebih asam dibandingkan makanan

yang hanya mengandung gula. Potensi timbulnya gigi berlubang telah

diuji di laboratorium. Uji ini menunjukkan bahwa makanan karbohidrat

yang berfermentasi baik gula atau pati yang dimasak mempunyai

potensi sebagai penyebab gigi berlubang, sedangkan jumlah

karbohidrat yang dikonsumsi tidak penting.

Sifat fisik yang mempengaruhi keluarnya air ludah dan pem-

bersihan makanan adalah kekasaran, kelarutan tekstur, dan

lengketnya makanan. Makanan yang lengket dan mudah dikunyah

tidak ada hubungannya dengan kecepatan pembersihan makanan di

dalam mulut karena kebalikan dari kepercayaan masyarakat,

penelitian menunjukkan secara umum makanan yang lekat (sticky)

seperti karamel, dibersihkan dari mulut lebih cepat daripada makanan


58

lainnya yang secara umum tidak lekat (non-sticky) seperti biskuit

tawar (cracker), keripik kentang (potato chip), dan roti. Makanan-

makanan ini merupakan karbohidrat yang dimasak dan relatif mudah

dikunyah, sehingga air ludah tidak akan terpacu untuk banyak keluar

seperti jika menggigit sesuatu yang keras, dan sesudahnya makanan

ini akan banyak tertinggal di atas permukaan gigi, sedangkan

makanan seperti karamel, karena teksturnya yang keras, air ludah

akan banyak keluar dan makanan akan mudah ditelan tanpa banyak

tertinggal di permukaan gigi.

Makanan yang tidak alamiah, buatan pabrik, umumnya lunak,

mudah dicerna, dan memakai zat-zat tambahan seperti zat

pengawet, zat pewarna, dan zat perasa. Zat-zat tambahan ini dapat

merusak komposisi air ludah. Padahal air ludah yang sehat sangat

penting fungsinya dalam melindungi gigi dan mulut dari berbagai


59

macam kelainan dan penyakit gigi dan mulut. Oleh karena itu

makanan-makanan seperti ini harus dibatasi dalam konsumsi

makanan anak sehari-hari.

Permen sering menjadi kendala orang tua dalam menjaga gigi

anak-anak. Kesukaan berlebihan anak pada permen bisa diatasi

dengan memberikan 'hari permen'. Jadi buat kesepakatan dengan

anak bahwa satu hari dalam seminggu dia bebas untuk memakan

permen apa saja, namun 6 hari lainnya sama sekali dilarang untuk

makan permen. Saat-saat awal mungkin si anak akan sangat

menunggu 'hari permen' untuk cepat datang, tapi lama kelamaan,

tanpa sadar permen bukan lagi merupakan satu-satunya yang

dinanti-nantikan anak. Apabila konsumsi makanan utama penuh gizi

telah terpenuhi, anak-anak merasa kenyang dan mereka tidak rewel.

8. Pola Makan dan Hubungannya dengan Gigi Susu


60

Aktivitas pemberian ASI pada masa awal kehidupan anak,

membantu perkembangan rahang bawah dan otot rahang yang kuat

dengan adanya gerakan lidah pada saat pemberian ASI. Jaringan

puting payudara ibu yang lunak dan fleksibel bermanfaat dalam

pembentukan langit-langit keras (palatum durum). Karena bayi

menggunakan gerakan refleks menelan (peristaltik) untuk menghisap

susu dari payudara ibu, langit-langit keras akan terbentuk oleh lidah

bayi dan membentuk konfigurasi 'U'. Secara alamiah (fisiologis)

pembentukan langit-langit keras ini mengatur gigi-gigi dan mengurangi

kemungkinan timbulnya gigi berjejal dan penyimpangan gigi

(maloklusi).

Pada tahap awal perkembangan rongga mulut, langit-langit

bayi cenderung lunak, sehingga sewaktu ada obyek yang menekan

tulang lunak langit-langit, tulang ini akan cenderung menyempit dan

menyebabkan bentuk yang tidak alamiah. Hal ini menyebabkan


61

susunan gigi berantakan dan palatum berbentuk huruf 'V' yang

cenderung ditemui pada orang dengan gigi tidak beraturan.

Dot mempunyai banyak bentuk dan ukuran, disesuaikan

dengan usia bayi Dot orthodontik telah didesain secara ilmiah untuk

mendukung bentuk langit-langit dan rahang bagi yang sedang

berkembang. Bentuknya yang rata tidak hanya meniru puting

payudara ibu sewaktu dalam mulut, tetapi juga meningkatkan kegiatan

menghisap untuk membantu perkembangan mulut.

Anak-anak pada tahap awal gerakan mengunyah masih tidak

beraturan dan belum terkoordinasi. Dengan lengkapnya gigi susu,

siklus pengunyahan lebih stabil. Diet yang pertama tama diberikan

pada bayi adalah susu dan aktivitas makan pada bayi dimulai dengan

menghisap atau suckling ketika menyusu. Setelah bayi berusia 4-6

bulan mulai diberi makanan cair atau semi padat dengan sendok

(spoon feeding). Pada saat ini bibir menjadi lebih aktif. Bibir dan pipi
62

kontraksi secara ritmik menggerakkan makanan di dalam mulut dan

aktif ketika menelan.

Fungsi pengunyahan baru dimulai setelah gigi muncul dan

mencapai kontak. Pada saat terjadi perkembangan pola pengunyahan

dan muncul refleks menelan makanan, batita dapat diperkenalkan

pada makanan yang bisa dipegang oleh anak, misalnya buah-buahan.

Dalam rongga mulut, makanan harus dikunyah menjadi bentuk

yang dapat ditelan, dibantu dengan adanya air ludah. Masa

pertumbuhan biologis ini tidak hanya masukan makanan saja yang

penting namun sistem pencernaan juga harus dalam keadaan baik

untuk mencapai penyerapan makanan yang optimal. Dengan

munculnya gigi geraham, sebaiknya anak mulai diberi berbagai variasi

makanan. Hal yang penting yaitu makanan tidak hanya tinggi nilai

gizinya, tetapi juga tidak merugikan kesehatan gigi.


63

Kebiasaan makan yang sehat sejak bayi akan membantu

berlangsungnya kebiasan baik selanjutnya. Memaksa anak untuk

makan dan menghabiskan makanan pada saat anak sudah ingin

berhenti makan, akan membentuk kebiasaan makan berlebihan yang

memicu anak menjadi kegemukan atau obesitas di kemudian hari.

Antara makanan yang baik dan pengunyahan merupakan

hubungan timbal balik. Makanan diperlukan untuk pertumbuhan

bagian-bagian pengunyahan, sedangkan pengunyahan yang baik perlu

untuk penyerapan makanan dengan sempurna. Anak yang menderita

sakit gigi akan menghindari makanan, sehingga masukan makanan

akan berkurang dan anak bisa kekurangan gizi (Maulani, 2005).

9. Air Putih

Air putih merupakan hal yang paling sederhana dan perlu.

Setelah makan, setelah minum susu, atau bahkan setelah minum

manis dan makan-makanan yang merusak gigi, air putih adalah salah
64

satu solusi termudah untuk membantu menetralkan keadaan asam di

dalam mulut akibat fermentasi makanan di dalam gigi dan mulut oleh

kuman. Kebiasaan minum air putih sejak anak-anak akan membantu

gigi selalu bersih setelah makan atau minum manis, susu, atau jus.

Kebutuhan anak dengan berat badan 10 kg adalah kurang lebih 1 liter

air perharinya (sebagai perbandingan untuk orang dewasa dengan

berat badan 60 kg membutuhkan air sekitar 2 liter per hari). Pola

makan yang baik sejak kecil akan membantu menjaga gigi secara

terus menerus dari masa kanak-kanak sampai usia remaja dan

dewasa (Maulani, 2005).

10. Beberapa kerusakan gigi pada balita

a. Karies Gigi

Karies gigi merupakan hancurnya email dan dentin yang

mengakibatkan lubang pada gigi

b. Midline Shifting
65

Karies gigi yang terjadi di bagian tepi gigi (disebut sebagai

bagian proksimal) dapat menyebabkan gigi sebelahnya berpindah

menempati tempat yang kosong.

c. Baby Bottle Syndrome

Baby bottle syndrom atau sindroma pemakaian botol susu

yang terjadi pada anak-anak adalah rampan karies. Suatu karies

yang menyebar dengan cepat dan tidak terkontrol. Cepatnya

proses karies ini terjadi karena paparan terus menerus antara gigi

dengan susu pada anak yang minum susu menggunakan botol.

Ph yang sudah turun sulit untuk menjadi netral dan karies

berkembang dengan cepat.

d. Pulpitis Gigi

Pulpitis adalah radang yang terjadi pada jaringan pulpa gigi

e. Abses Gigi
66

Abses gigi adalah gigi susu yang sudah mati (nekrosis)

yang cukup lama, dan terjadi lubang besar pada gigi

f. Ginggivitis

Ginggivitis adalah peradangan pada gusi.

g. Periodontitis

Periodontitis adalah akibat lebih lanjut dan ginggivitis yang

tidak tertangani adalah radang jaringan penyangga gigi.

h. Candidiasis

Candidiasis adalah penyakit yang mengenai selaput rongga

mulut dan lidah, karena jamur bernama Candida Albicans.


67

42

E. KERANGKA KONSEP

Ibu
dengan balita

Menggosok gigi
Faktor-faktor yang Perilaku menggosok
pada balita
mempengaruhi prilaku : gigi balita
dengan tepat atau
a. Fator predisposisi
- Pengalaman
- Pendidikan
1. Pengetahuan tentang
- Pengetahuan perawatan gigi dan
mulut pada balita :
Pertumbuhan gigi
b. Faktor pendukung - Usia balita mulai
balita yang sehat
- Peralatan dibersihkan gigi dan
menggosok gigi mulutnya.
z balita - Waktu yang tepat
- Makanan dan untuk menyikat gigi.
- Contoh penyakit
kerusakan gigi.
- Pemilihan pasta gigi
dan sikat gigi yang
baik pada balita.
68

Keterangan :

: Tidak diteliti
: Diteliti

Gambar 2.1 Kerangka Konsep Hubungan Pengetahuan Ibu Tentang


Perawatan Gigi Dan Mulut Dengan Cara Ibu Menggosok Gigi
Pada Balita Di Dusun Losari Desa Pekukuhan Kecamatan
Mojosari.

F. HIPOTESA PENELITIAN
69

H0 : Tidak ada hubungan antara pengetahuan ibu tentang perawatan

gigi dan mulut dengan cara ibu menggosok gigi pada balita.

H1 : Ada hubungan antara pengetahuan ibu tentang perawatan gigi dan

mulut dengan cara ibu menggosok gigi pada balita.


70

BAB 3

METODE PENELITIAN

Metode penelitian adalah cara memecahkan masalah secara ilmiah.

Dalam bab ini akan diuraikan mengenai Desain Penelitian, Kerangka Kerja,

Identitas Variabel, Definisi Operasional, Sampling Desain, Pengukuran dan

Analisa Data

A. Jenis dan Rancang Bangun Penelitian

Penelitian ini menggunakan metode penelitian analitik adalah

survey atau penelitian yang mencoba menggali bagaimana dan mengapa

fenomena kesehatan itu terjadi. Kemudian melakukan analisis dinamika

korelasi antara fenomena, baik antara faktor resiko dengan faktor efek,

antar faktor resiko, maupun antar faktor efek. Yang dimakud faktor efek

adalah suatu akibat dari adanya faktor resiko, sedangkan faktor resiko
71

adalah suatu fenomena yang mengakibatkan terjadinya efek (pengaruh)

(Notoatmodjo, 2005).

Populasi : Semua ibu yang mempunyai anak balita di Dusun Losari Desa Pekukuhan Kecamatan Mojosari Mojo

44
B. FRAME WORK Sampel 43 ibu yang
mempunyai anak balita

Variabel independen Variabel dependen


Pengetahuan ibu tentang perawatan gigi dan mulut Cara ibu menggosok gigi pada balita
Perawatan gigi pada balita
Usia belita mulai di bersihkan gigi dan mulutnya.
Pemilihan pasta gigi dan sikat gigi yang baik untuk balita.
Waktu yang tepat untuk menyikat gigi.
Makanan dan minuman yang merusak gigi.
Contoh penyakit kerusakan gigi.
Langkah inovatif yang dilakukan ibu ketika menggosok gigi balita.
Pemilihan makanan dan minuman yang sehat untuk balita
72

Error: Reference source not found


73

Gambar 3.1 Frame Work Hubungan Pengetahuan Ibu Tentang Perawatan


Gigi Dan Mulut Dengan Cara Ibu Menggosok Gigi Pada Balita Di
Dusun Losari Desa Pekukuhan Kecamatan Mojosari

C. Identifikasi Variabel

Variabel adalah sesuatu yang digunakan sebagai ciri, sifat atau

ukuran yang dimiliki atau didapatkan oleh satuan penelitian tentang

sesuatu konsep pengertian tertentu, misalnya umur, pendidikan,

pengalaman dan sebagainya.

(Notoatmodjo, 2005).

1. Variabel independent adalah suatu stimulus aktifitas yang dimanipulasi

oleh penelitian untuk menciptakan suatu dampak pada variabel

independent (Nursalam dan Siti Pariani, 2005). Variabel independent


74

yang digunakan dalam penelitian ini adalah pengetahuan ibu tentang

perawatan gigi dan mulut pada balita.

2. Variabel dependent adalah variabel yang nilainya yang ditentukan

oleh variabel lain, variabel respon akan muncul sebagai akibat dan

manipulasi variabel-variabel lain (Nursalam 2003). Variabel

dependent yang digunakan dalam penelitian ini adalah cara ibu

menggosok gigi pada balita.

D. Definisi Operasional

Definisi operasional adalah proses perumusan / pemberian arti

atau makna pada masing-masing variabel untuk kepentingan akrasi,

komunikasi dan replikasi agar memberikan pemahaman yang sama pada

setiap orang mengenai variabel-variabel yang diangkat pada suatu

penelitian (Nursalam, 2001).


75

Tabel 3.1 Definisi Operasional Hubungan Pengetahuan Ibu Tentang Perawatan Gigi Dan
Mulut Dengan Cara Ibu Menggosok Gigi Pada Balita.

Definisi
Variabel Parameter Alat Ukur Kriteria Skoring Skala
operasional
Variabel Perawatan - Definisi Kuesioner Pengetahuan Ibu Ordinal

Independen gigi dan perawatan dalam perawatan

Pengetahuan mulut atau gigi dan gigi dan mulut

Ibu dalam oral higiene mulut pada pada balita

perawatan adalah balita - Baik : 76-

gigi dan suatu cara - Pemilihan 100%

mulut pada untuk pasta gigi - Cukup : 56-

balita membersih dan sikat gigi 75%

kan mulut yang baik - Kurang : <

dari sisa untuk balita 55%

makanan - Waktu yang

agar tepat

fermentasi menyikat gigi

sisa - Langkah

makanan inovatif yang

tidak dilakukan ibu

berlangsung ketika

terlalu lama menggosok

gigi

- Contoh

penyakit

kerusakan

gigi

- Makanan dan
76

minuman

yang

merusak gigi

Variabel Cara Cek list - Dilakukan Nominal

Dependen Menggosok menggosok gigi =1

Cara Ibu gigi adalah yang benar - Tidak

mengosok suatu cara Cara menggosok dilakukan

gigi pada untuk gigi pada balita. =0

balita membersih Kriteria

kan sisa - > 55 % =

makanan Tepat

yang - £ 55 % = Tidak
menempel tepat

pada gigi

E. Populasi

Populasi merupakan seluruh subyek atau obyek dengan

karakteristik tertentu yang akan diteliti (Alimul, 2003).

Populasi dalam penelitian ini adalah semua ibu yang mempunyai

anak balita di Dusun Losari Desa Pekukuhan Kecamatan Mojosari,

dengan jumlah ibu yang mempunyai anak balita adalah 43 responden.


77

F. Sampel

Sampel adalah bagian dari populasi dengan dipilih tertentu untuk

mewakili populasi (Nursalam, 2003). Sampel dalam penelitian ini adalah

menggunakan total sampling yang dengan jumlah responden 43 ibu yang

mempunyai anak balita.

G. Sampling

Pada penelitian ini menggunakan teknik non probability (total

sampling) dan teknik survey rumah tangga (house hold survey)

Teknik total sampling adalah teknik penentuan sampel dimana

seluruh anggota populasi digunakan sebagai sampel (Notoatmodjo,

1999). Hari ini berarti sampel dalam penelitian ini adalah semua ibu yang

mempunyai anak balita didusun Losari Desa Pekukuhan Kecamatan

Mojosari.
78

Teknik house hold survey adalah suatu survey deskriptif yang

ditujukan kepada rumah tangga. Biasanya pengumpulan data dilakukan

dengan wawancara kepada kepala keluarga. Informasi yang diperoleh

dari kepala keluarga ini bukan saja informasi mengenai diri kepala

keluarga tersebut, tetapi juga informasi tentang diri atau keadaan-

keadaan anggota keluarga yang lain dan bahkan informasi tentang rumah

dan lingkungannya.

H. Lokasi dan Waktu Penelitian

Tempat adalah lokasi atau daerah kegiatan dilaksanakan.

Penelitian ini dilakukan di Dusun Losari Desa Pekukuhan Kecamatan

Mojosari.

Waktu adalah kapan suatu kegiatan dilakukan. Waktu

dilakukannya penelitian ini pada tanggal 9-16 Agustus 2007.

I. Teknik dan Instrumen dalam Pengumpulan Data


79

a. Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian merupakan alat untuk mengumpulkan data

(Notoatmodjo, 2002). Pada instrumen penelitian, peneliti

menggunakan kuesioner dan ceklist (observasi)

b. Pengumpulan Data

Dalam pengumpulan data pertama kali langkah yang dilakukan

peneliti adalah dengan melakukan kunjungan rumah ke rumah pada

ibu yang mempunyai anak balita. Untuk mengetahui kemampuan ibu

dalam melakukan perawatan gigi dan mulut pada balita peneliti

meminta ibu untuk menggosok gigi pada balita dengan menggunakan

alat ukur ceklist dan untuk mengetahui pengetahuannya ibu peneliti

meminta ibu untuk mengisi kuesioner.

c. Analisa Data
80

Analisa data pada penelitian ini adalah pemberian skor dan

setiap pertanyaan yang benar di beri skor 1 (satu) dan jika salah

diberi skor 0 (nol). Hasil jawaban responden yang telah diberikan

pembobotan dijumlah dibagi dengan skor maksimal kemudian

dikalikan 100 % (Arikunto, 1994).

SP
P= x 100 %
SM

Keterangan :

P : Pengetahuan responden

SP : Skor yang diperoleh responden

SM : Total skor maksimal

a. Pengetahuan Ibu tentang perawatan gigi dan mulut pada balita

Kriteria :

Baik : 76 % - 100 %

Cukup : 56 % - 75 %
81

Kurang : < 55 % (Arikunto, 1998)

b. Cara menggosok gigi pada balita

Dilakukan = 1

Tidak dilakukan = 0

Kriteria :

- > 55 % = Tepat

- £ 55 % = Tidak Tepat

c. Untuk mengetahui hubungan antara pengetahuan ibu tentang

perawatan gigi dan mulut dengan cara ibu menggosok gigi pada

balita dilakukan uji statistik Chi Square dengan tingkat kemaknaan

P = <0.05 yang artinya Ho ditolak bila P < 0,05 dan H1 diterima

bila P = > 0,05 dengan menggunakan soft ware komputer

progam SPSS.

J. Etika Penelitian
82

Penelitian yang menggunakan manusia sebagai subyek, tidak

boleh bertentangan dengan etika. Tujuan penelitian ini harus etis dalam

arti hak responden dilindungi (Nursalam, 2001).

1. Lembar Persetujuan (Informed Consent)

Sebelum dilaksanakan penelitian ini, peneliti telah mengajukan

permohonan kepada institusi terkait. Pada saat pelaksanaan, peneliti

memberikan lembar persetujuan kepada responden yang bersedia,

maka responden diminta menandatangani lembar persetujuan

tersebut.

2. Tanpa Nama (Anonimity)

Untuk menjaga kerahasiaan identifikasi subyek, peneliti tidak

akan menentukan nama subyek pada lembar pengumpulan data

(kuesioner) yang diisi oleh subyek lembar tersebut hanya diberi kode

tertentu.

3. Kerahasiaan (Confidentiality)
83

Kerahasiaan informasi yang diberikan subyek dijamin

keamanannya oleh peneliti.

BAB 4

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian

Dalam bab ini akan menyampaikan hasil penelitian yang meliputi

data umum yaitu meliputi usia, pendidikan dan pekerjaan, sedangkan


84

data khusus meliputi pengetahuan ibu tentang perawatan gigi dan mulut

pada balita dan cara ibu menggosok gigi pada balita. Menyampaikan

tentang hubungan antara pengetahuan ibu tentang perawatan gigi dan

mulut dengan cara ibu menggosok gigi pada balita.

1. Gambaran Lokasi Penelitian

Dusun Losari terletak di desa pekukuhan yang merupakan salah

satu desa dari 19 desa di wilayah Kecamatan Mojosari Kabupaten

Mojokerto.

Dalam dusun losari ini terdapat 2 RW yaitu RW 07 dan RW 08

serta ada 5 RT yaitu 17, 18, 19, 20, dan 21. dusun losari jumlah

penduduknya ada ± 690 jiwa dan jumlah KK 204 KK. Sedangkan

jumlah ibu yang mempunyai anak balita sebanyak 43 ibu.

Batas wilayah desa pekukuhan dusun losari adalah sebagai

berikut :

- Sebelah Utara : Desa Modopuro


85

- Sebelah Selatan : Desa Sumbertanggul

- Sebelah Barat : Desa Mojo

- Sebelah Timur : Desa Menanggal

52

2. Data Umum

Data yang disampaikan meliputi usia, pendidikan dan pekerjaan

ibu yang mempunyai anak balita di Dusun Losari Desa Pekukuhan

Kecamatan Mojosari.

a. Gambaran Karakteristik Responden Berdasarkan Usia.

Disrtubusi frekuensi responden berdasarkan usia di Dusun Losari

Desa Pekukuhan Kecamatan Mojosari dapat dilihat pada tabel

dibawah ini.

Tabel 4.1 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Usia Di


Dusun Losari Desa Pekukuhan Kecamatan Mojosari
Pada Tangal 9-16 Agustus 2007.

No Usia Frekuensi Prosentase (%)


86

1. < 20 Tahun 0 0
2. 21 - 25 Tahun 14 32,55
3. 26-30 Tahun 12 28
4. > 30 Tahun 17 39,53
Total 43 100

Berdasarkan tabel 4.1 diatas dapat diketahui bahwa usia

responden yang sebagian besar berusia lebih dari 30 tahun

sebanyak 17 responden (39,53 %) dan yang sebagian kecil ibu

yang berusia 26-30 tahun sebanyak 12 responden (28 %).

b. Gambaran Karakteristik Responden Berdasarkan Pendidikan.

Distribusi frekuensi responden berdasarkan pendidikan di

Dusun Losari Desa Pekukuhan Kecamatan Mojosari dapat dilihat

pada tabel dibawah ini.

Tabel 4.2 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan


Pendidikan Di Dusun Losari Desa Pekukuhan
Kecamatan Mojosari Pada Tangal 9-16 Agustus 2007.
87

No Pendidikan Frekuensi Prosentase (%)


1. SD 11 25,58
2. SMP 16 37,2
3. SMA 14 32,55
4. Perguruan tinggi 2 4,7
Total 43 100

Berdasarkan tabel 4.2 diatas dapat diketahui bahwa

sebagian besar responden yang berpendidikan SMP sebanyak 16

responden (37,2 %) dan sebagian kecil responden yang

berpendidikan perguruan tinggi sebanyak 2 responden (4,7 %).

c. Gambaran Karakteristik Responden Berdasarkan Pekerjaan.

Disrtibusi frekuensi responden berdasarkan pekerjaan di Dusun

Losari Desa Pekukuhan Kecamatan Mojosari dapat dilihat pada

tabel dibawah ini.

Tabel 4.3 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Pekerjaan


Di Dusun Losari Desa Pekukuhan Kecamatan Mojosari
Pada Tangal 9-16 Agustus 2007.

NO Pekerjaan Frekuensi Prosentase (%)


88

1. Swasta 9 21
2. Wiraswasta 6 14
3. Buruh Tani / Tani 1 2
4. Ibu Rumah Tangga 27 63
Total 43 100

Berdasarkan tabel 4.3 diatas dapat diketahui bahwa

responden sebagian besar pekerjaannya sebagai ibu rumah

tangga sebanyak 27 responden (63 %) dan sebagian kecil yang

pekerjaannya sebagai buruh tani/ tani sebanyak 1 responden (2

%).

3 Data Khusus

Data yang disampaikan meliputi pengetahuan ibu tentang

perawatan gigi dan mulut pada balita dan cara ibu menggosok gigi

pada balita di Dusun Losari Desa Pekukuhan Kecamatan Mojosari.

a. Gambaran Pengetahuan Tentang Perawatan Gigi Dan Mulut Pada

Balita.
89

Distribusi frekuensi responden berdasarkan pengetahuan ibu

tentang perawatan gigi dan mulut pada balita dapat dilihat pada

tabel dibawah ini.

Tabel 4.4 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan


Pengetahuan Tentang Perawatan Gigi Dan Mulut Pada
Balita. Di Dusun Losari Desa Pekukuhan Kecamatan
Mojosari Pada Tangal 9-16 Agustus 2007.

NO Pengetahuan Frekuensi Prosentase (%)


1. Baik 19 44,19
2. Cukup 19 44,19
3. Kurang 5 11,6
Total 43 100

Berdasarkan tabel 4.4 diatas dapat diketahui bahwa

sebagian besar responden ibu mempunyai pengetahuan baik dan

cukup sebanyak 19 responden (44,19 %) dan sebagian kecil

reponden yang mempunyai pengetahuan kurang sebanyak 5

responden (11,6 %).

b. Gambaran Cara Menggosok Gigi Pada Balita.


90

Disrtibusi frekuensi responden berdasarkan cara menggosok

gigi pada balita dapat dilihat pada tabel dibawah ini.

Tabel 4.5 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan


Cara Menggosok Gigi Pada Balita Di Dusun Losari
Desa Pekukuhan Kecamatan Mojosari Pada Tangal 9-
16 Agustus 2007.

NO Cara Ibu
Menggosok Gigi Frekuensi Prosentase (%)
Pada Balita
1. Tepat 22 51,16
2.
Tidak Tepat 21 48,9

Total 43 100

Berdasarkan tabel 4.5 diatas dapat diketahui bahwa caranya

responden hampir sama antara cara menggosok gigi balitanya

dengan tepat sebanyak 22 responden (51,16 %) dan cara

menggosok gigi balitanya tidak tepat sebanyak 21 responden

(48,9 %).
91

4. Hubungan Antara Pengetahuan Ibu Tentang Perawatan Gigi dan

Mulut Dengan Cara Ibu Menggosok Gigi Pada Balita.

Tabulasi silang hubungan antara pengetahuan ibu tentang

perawatan gigi dan mulut dengan cara ibu menggosok gigi pada

balita dapat dilihat pada tabel dibawah ini.

Tabel 4.6 Tabulasi Silang Hubungan Antara Pengetahuan Ibu


Tentang Perawatan Gigi dan Mulut Dengan Cara Ibu
Mengosok Gigi Pada Balita Di Dusun Losari Desa
Pekukuhan Kecamatan Mojosari Pada Tanggal 9-16
Agustus 2007.

Kriteria
Pengetahuan

Prose
Kurang
Cukup
Baik

Cara ibu Total


%

ntase
menggosok
(%)
gigi pada balita
Tepat 14 32,5 7 16,2 1 2,32 22 51,16
5 7
Tidak tepat 5 11,62 12 28 4 9,3 21 48,9
Total 19 44,1 19 44,1 5 11,6 43 100
9 9
P = 0,025
Berdasarkan tabel 4.6 diatas dapat diketahui bahwa
92

responden yang sebagian besar mempunyai pengetahuan baik

dan cara menggosok gigi balitanya tepat sebanyak 14 responden

(32,55 %) dan sebagian kecil responden yang mempunyai

pengetahuan kurang dan cara menggosok gigi balitanya tepat

sebanyak 1 responden (2,32 %).

Setelah data dari masing-masing variabel terkumpul dan

dilakukan uji statistik untuk mengetahui hubungan antara

pengetahuan ibu tentang perawatan gigi dan mulut dengan cara

ibu menggosok gigi balita didapatkan dengan perhitungan uji

statistik Chi Square taraf signifikasi 0.05 dengan jumlah

responden 43 didapatkan hasil P = 0.025 hal ini berarti Ho

ditolak yang artinya H1 diterima yaitu ada hubungan antara

pengetahuan ibu tentang perawatan gigi dan mulut dengan cara

ibu menggosok gigi pada balita.

B. Pembahasan
93

1. Pembahasan tentang pengetahuan ibu tentang perawatan gigi dan

mulut

Dari hasil penelitian untuk pengetahuan ibu tentang perawatan

gigi dan mulut menunjukkan bahwa sebagian besar pengetahuan

responden pada kategori pengetahuan baik dan cukup sebanyak 19

responden (44,19%) dan sebagian kecil responden pada kategori

pengetahuan kurang sebanyak 5 responden (11,6%). Menurut

Notoatmodjo (2003) ilmu pengetahuan merupakan suatu wahana

untuk mendasari seseorang berfikir, tingkatannya tergantung dari ilmu

pengetehuan/dasar pendidikan orang tersebut dimana dipengaruhi

oleh beberapa faktor antara lain usia, sosial ekonomi, sosial budaya.

Pengetahuan yang baik sendiri dapat dipengaruhi oleh beberapa

factor antara lain usia, pendidikan dan pengalaman, sedangkan dari

hasil penelitian tersebut didapatkan bahwa dari 43 responden yang

berusia lebih dari 30 tahun sebanyak 17 responden (39,53 %). Di


94

sini usia juga dapat berhubungan karena dengan usia yang lebih

dewasa dan matang para ibu dapat membimbing anaknya khususnya

dalam hal menjaga kesehatan gigi dan mulut. Seperti yang

disampaikan oleh Nursalam (2001) bahwa semakin cukup

kematangan seseorang akan lebih matang dalam berfikir dan bekerja.

Dari analisa data selain usia, pendidikan juga dapat

berhubungan dalam mendapatkan pengetahuan yang baik. Dari hasil

penelitian didapatkan bahwa pendidikan responden dari 43 responden

mempunyai pendidikan SMP sebanyak 16 responden (37,2 %).

Meskipun pendidikan responden SMP tetapi pengetahuan responden

baik, dalam hal ini responden mempunyai pengalaman tentang

perawatan gigi dan mulut pada anak sebelumnya karena dengan

pengalaman kita dapat belajar lebih baik lagi dari sebelumya, seperti

yang dikemukakan oleh Syaifuddin Azwar (2003) bahwa pengalaman

pribadi haruslah meninggalkan kesan yang kuat karena itu sikap akan
95

mudah terbentuk apabila pengalaman melibatkan faktor emosional.

Dalam situasi melibatkan emosi, penglihatan, pengalaman akan lebih

mendalam dan lama membekas.

2. Pembahasan tentang cara ibu menggosok gigi pada balita

Menjaga kesehatan gigi dan mulut merupakan sistem

pencegahan yang paling mudah dan relatif murah. Sikat gigi secara

terus menerus, dengan interval tertentu untuk memutuskan tali ikatan

perkembangan bakteri penyebab karies dan menyikat gigi secara

benar yang meliputi seluruh permukaan gigi yang terpapar oleh

makanan dan minuman, baik di depan dan belakang, sela-sela

diantara gigi manapun pada titik dan cekungan pada permukaan gigi

geraham. (Armasastra Bahar 2005).

Dari hasil penelitian didapatkan sebanyak 22 responden

(51,16%) yang caranya tepat dalam menggosok gigi balita dan 21

responden (48,9%) yang caranya tidak tepat dalam menggosok gigi


96

balita. Menurut Armasastra Bahar (2005) mengatakan bahwa

berbagai bentuk dan jenis sikat gigi dipasarkan, baik yang manual

maupun elektrik. Tapi yang menjadi persoalan bukan semata model,

bentuk, jenis elektrik maupun manual, tetapi cara menyikat dari anak

maupun orang tua, yang menentukan.

Sedangkan cara menyikat gigi yang tepat sendiri adalah

sebelum memulai selalu mencuci sikat gigi, untuk batita sediakan air

matang, lalu mulailah dengan kumur, kemudian mulailah penyikatan

dengan meminta anak untuk mengucapkan ”Iiii...” dan gosok gigi seri

depan dengan gerakan maju mundur pendek-pendek, bisa

dikombinasi dengan gerakan sedikit memutar dan gerakan vertikal,

mengenai gusi dan gigi, lakukan terus menerus sampai ke bagian gigi

yang menghadap pipi sebelah kiri dan kanan. Setelah itu katakan

pada anak untuk mengucapkan “Aaa....” dan gosok permukaan

kunyah kiri dan kanan bawah, setelah itu seluruh bagian gigi yang
97

menghadap ke lidah, kiri kanan, dan depan. Lakukan hal yang sama

untuk gigi atas dan juga bagian gigi yang menghadap ke langit-langit.

Dalam keadaan di masyarakat masih ada para ibu yang kurang

memperhatikan kesehatan gigi dan mulut pada anak balitanya

meskipun peralatan menggosok gigi sudah tersedia dirumah dan para

ibu juga cuma sekedar menyuruh anaknya untuk menggosok gigi

tanpa mendampinginya. Sebaiknya para ibu tersebut harus

mempunyai langkah inovatif dalam menjaga kesehatan gigi dan mulut

pada anaknya. Seperti yang disampaikan oleh Ririn Fitriana (2006)

pada anak balita memerlukan peranan orang tua untuk membantu

proses pembelajaran menggosok gigi secara rutin dan benar, karena

dengan bimbingan dan penanaman kebiasaan menggosok gigi, akan

bermanfaat untuk menjaga kesehatan giginya yang putih bak mutiara.

3. Pembahasan tentang hubungan antara pengetahuan ibu tentang

perawatan gigi dan mulut dengan cara ibu menggosok gigi pada balita
98

Dari hasil penelitian didapatkan sebanyak 14 responden

(32,55%) yang mempunyai pengetahuan baik dan cara ibu

menggosok gigi balita dengan tepat dan responden yang mampunyai

pengetahuan kurang dan cara ibu menggosok gigi balita dengan tepat

sebanyak 1 responden (2,32%).

Adapun secara perhitungan uji statistik dengan menggunakan uji

chi square taraf signifikasi 0,05 dengan jumlah responden 43

didapatkan 0,025 ini berarti ada hubungan antara pengetahuan ibu

tentang perawatan gigi dan mulut pada balita dengan cara ibu

menggosok gigi pada balita.

Dari hasil penelitian diatas yang dapat diketahui bahwa cara ibu

menggosok gigi yang tepat pada balita dapat dipengaruhi oleh tingkat

pengetahuan ibu yang baik. Ibu yang berpengetahuan baik cenderung

mengerti bagaimana cara menggosok gigi yang tepat pada balita.


99

Menurut Notoatmodjo (2002), pada umumnya semakin tinggi

tingkat pendidikan maka semakin baik pula tingkat pengetahuannya.

Pengetahuan itu sendiri merupakan kemampuan seseorang untuk

mengingat fakta, simbol, prosedur teknik dan teori.

Dari kenyataan diatas bahwa pengetahuan secara langsung

akan mempengaruhi seseorang dalam perilaku cara menggosok gigi

yang tepat pada balita. Disini jelas bahwa faktor yang mempengaruhi

cara ibu menggosok gigi yang tepat pada balita bukan pengetahuan

saja, akan tetapi masih banyak faktor lain dan itu memerlukan

penelitian lebih lanjut.


100

BAB 5

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Dari hasil penelitian dapat disimpulkan :

1. Dari 43 responden ibu yang mempunyai anak balita di Dusun Losari

Desa Pekukuhan Kecamatan Mojosari, sebagian besar 19 responden

﴾44,19 %﴿ ibu mempunyai pengetahuan yang baik tentang perawatan

gigi dan mulut pada balita.

2. Dari 43 responden ibu yang mempunyai anak balita di dusun Losari

Desa Pekukuhan Kecamatan Mojosari sebagian besar 22 responden

(51,16 %) ibu cara menggosok gigi balitanya sudah tepat.

3. Dari hasil penelitian diketahui bahwa ada hubungan antara

pengetahuan ibu tentang perawatan gigi dan mulut dengan cara ibu

menggosok gigi pada balita. Berdasarkan uji statistic Chi Square


101

dengan nilai signifikasi 0,05 dengan jumlah responden 43 didapatkan

P = 0,025.

B. SARAN 62

Berdasarkan hasil dari kesimpulan diatas, maka yang perlu

disampaikan adalah :

1. Bagi Tenaga Kesehatan

Upaya untuk meningkatkan promosi kesehatan kepada

masyarakat khususnya cara menggosok gigi pada balita yang tepat di


102

berbagai tempat pelayanan kesehatan seperti Rumah Sakit,

Puskesmas, BPS.

2. Bagi Penulis

Menambah pengetahuan yang sebanyak-banyaknya sebagai

modal pembekalan diri untuk menghadapi masalah kesehatan dalam

masyarakat untuk tercapainya kesehatan masyarakat yang optimal

khususnya kesehatan gigi dan mulut pada balita.

3. Bagi Ibu.

Diharapkan masyarakat memperhatikan tentang cara menggosok

gigi pada balita dengan tepat dan menanamkan kebiasaan

menggosok gigi pada balita sejak dini untuk mencegah terjadinya

karies gigi.

4. Bagi Perawat/ Tenaga Kesehatan.

Diharapkan perawat dapat mempertahankan cara menggosok

gigi pada balita dengan tepat dengan cara memberikan penyuluhan


103

kepada masyarakat dan juga dapat berkolaborasi dengan kader

masyarakat dan puskesmas terdekat.


104

C. PERTANYAAN

1. Menurut Ibu pengertian dari perawatan gigi dan mulut adalah …

a. Suatu cara untuk membersihkan gigi dan mulut dari sisa makanan

agar fermentasi sisa makanan tidak berlangsung terlalu lama

b. Suatu cara untuk dapat terlindungi dari penyakit gigi

c. Suatu cara untuk membuat gigi dan mulut menjadi indah

2. Menurut Ibu umur berapakah anak mulai dibersihkan gigi dan mulutnya

a. Umur 5 tahun

b. Umur 4 tahun

c. Umur 3 tahun

3. Bagaimanakah pemilihan pasta gigi yang baik bagi balita …

a. Pada balita yang tidak bisa berkumur dipilihkan pasta gigi yang tidak

mengandung flour

b. Dipilihkan pasta gigi yang mempunyai rasa buah-buahan


105

c. Dipilihkan pasta gigi yang mahal

4. Sikat gigi yang baik untuk balita itu mempunyai bentuk seperti …

a. Bulu sikat gigi dan ujung yang kasar

b. Bulu sikat gigi yang merenggang

c. Bulu nilon yang lembut atau ujung bulunya membulat

5. Bagaimanakah waktu yang tepat untuk menyikat gigi …

a. Pada malam hari saja

b. Pada pagi hari 30 menit setelah sarapan pagi dan malam hari

sebelum tidur

c. Pada pagi hari setelah sarapan pagi

6. Apa yang dilakukan Ibu sebelum menyikat gigi pada anaknya …

a. Ibu menyuruh anaknya berkumur

b. Ibu mencuci sikat gigi dahulu

c. Ibu langsung memberi pasta gigi pada sikat giginya


106

7. Di bawah ini manakah contoh yang benar tentang cara menggosok gigi

pada balita…

a. Meminta anak untuk mengatakan “Iiii…”dan gosok gigi seri depan

dengan gerakan memutar pendek-pendek.

b. Meminta anak untuk mengatakan ”Iiii…” dan gosok gigi seri depan

dengan gerakan maju mundur pendek-pendek, bisa dikombinasi

gerakan sedikit memutar, dan gerakan vertikal, mengenai gusi dan

gigi.

c. Meminta anak untuk mengatakan “Aaaa…” dan gosok gigi depan

8. Langkah inovatif apa yang ibu lakukan ketika menggosok gigi…

a. Mengajak si kecil melihat langsung kakak, ayah dan ibunya

menggosok gigi

b. Memberikan anak peralatan menggosok gigi tanpa mendampinginya

c. Memberikan imbalan atau hadiah kepada anak setelah anak mau

menggosok gigi
107

9. Dibawah ini manakah yang merupakan penyakit kerusakan gigi pada

balita…..

a. Karies gigi

b. Gondok

c. Amandel

10. Manakah yang termasuk makanan yang sehat untuk balita …

a. Buah-buahan

b. Permen, coklat

c. Es cream
108
109

LEMBAR KUESIONER

A. Petunjuk Pengisian

1. Pilihlah jawaban yang paling sesuai menurut anda dengan memberi

tanda silang

2. Mohon di isi sendiri dan tidak boleh diwakilkan.

B. Identitas Responden

1. Umur

a. ≤ 20 Tahun

b. 21 – 25 Tahun

c. 26 – 30 Tahun

d. > 30 Tahun

2. Pendidikan

a. SD

b. SMP

c. SMA

d. Perguruan Tinggi

3. Pekerjaan
110

a. Swasta

b. Wiraswasta

c. Buruh tani / Tani

d. Ibu rumah tangga

CEK LIST CARA IBU MENGGOSOK GIGI PADA BALITA DENGAN BENAR

No Peralatan Menggosok Gigi Ada Tidak ada

1. Sikat gigi balita

2. Pasta gigi yang sesuai

dengan umur balita

3. Untuk batita menggunakan

air matang
111

No Cara Menggosok Gigi Dilakukan Tidak Dilakukan


Skor 1 Skor 0
1. Mencuci sikat gigi sebelum digunakan

2. Menyediakan segelas air matang.

3. Menyuruh anak berkumur sebelum

menggosok gigi.

4. Apabila anak dapat berkumur, maka

memberi pasta gigi dahulu pada sikat

5. giginya.

6. Meminta anak untuk mengucapkan “liiiiii…”

Menggosok gigi seri depan dengan gerakan

maju mundur pendek-pendek, bisa

dikombinasikan dengan gerakan sedikit

memutar, dan gerakan vertikal mengenai

7. gusi dan gigi.

Melakukan gerakan tersebut terus-menerus

sampai kebagian gigi yang menghadap pipi

8. di sebelah kiri dan kanan.

Meminta anak mengatakan “Aaaa…” dan

menggosok permukaan kunyah kiri dan

kanan bawah setelah itu seluruh bagian gigi

9. yang mengahadap ke lidah, kiri kanan dan


112

depan.

Melakukan hal yang sama untuk gigi atas

dan juga bagian gigi yang mengahadap ke

langit-langit.

TOTAL 9 0

Anda mungkin juga menyukai