Disusun Oleh:
Vely Yatul Himmah Lazim (2103407141005)
Ilmi Sofi Qoidah (2103407141006)
Maulidatun Naharoh (2103407141014)
Adelia Rahma Putri ( 2103407141015)
Afifatul Mukarromah (2103407141019)
Feny Mareta Cahyani (2103407141021)
Diana Faikatul H. ( 2103407141024)
Afrista chesylia Putri ( 2103407141026)
Uswatun Hasanah ( 2103407141033)
Nurul Aini Zakiyah (2103407141035)
Camat
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan
hidayah — Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan ―Laporan Praktik Kebidanan
Komunitas Desa Pecoro Kecamatan Rambipuji Kabupaten Jember ini disusun untuk
memenuhi tugas Pembangunan Kesehatan Masyarakat Desa (PKMD), di Desa Pecoro
Kecamatan Rambipuji Jember. Laporan ini tidak dapat terselesaikan tanpa bantuan dari
berbagai pihak, oleh karena itu penulis mengucapkan terimakasih kepada:
3. Siti Indasah Amd.Keb Selaku Bidan Pembimbing Praktek sekaligus Bidan desa
Pecoro Kecamatan Rambipuji.
Penulis
ii
DAFTAR ISI
HALAMAN COVER
LEMBAR PENGESAHAN
KATA PENGANTAR
DAFTAR TABEL
BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang ................................................................................................... 1
1.2. Tujuan .................................................................................................................. 2
1.3. Metode Penulisan ................................................................................................ 2
1.4. Pelaksanaan ......................................................................................................... 3
1.5. Sistematika Penulisan .......................................................................................... 4
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Konsep Dasar Komunitas .................................................................................... 6
2.2. Konsep PKMD .................................................................................................. 10
2.3. Konsep IKS ....................................................................................................... 14
2.4. Konsep KIA ....................................................................................................... 16
2.5. Konsep Stunting ................................................................................................ 17
2.6. Konsep Ibu hamil KEK ..................................................................................... 26
BAB III GAMBARAN UMUM
3.1 Pengkajian Data .................................................................................................. 31
3.2 Pengumpulan Data .................................................................................... 31
BAB IV PEMBAHASAN
4.1. Rumusan Masalah .............................................................................................. 44
4.2. Prioritas Masalah ...................................................................................... 44
4.3. Intervensi .................................................................................................. 45
4.4. Implementasi ............................................................................................ 49
4.5. Evaluasi ............................................................................................................. 52
BAB V PENUTUP
5.1. Kesimpulan .............................................................................................. 55
5.2. Saran.......................................................................................................... 55
DOKUMENTASI
DAFTAR PUSTAKA
iii
DAFTAR TABEL
iv
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Asuhan kebidanan komunitas adalah kebidanan professional yang ditujukan \kepada
masyarakat dengan penekanan pada kelompok resiko tinggi dengan upaya mencapai derajat
kesehatan yang optimal melalui pencegahan penyakit, peningkatan kesehatan menjamin
keterjangkauan pelayanan kesehatan yang dibutuhkan dan melibatkan klien sebagai mitra
dalam perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi pelayanan kebidanan. Pelayanan kebidanan
komunitas adalah upaya yang dilakukan bidan untuk pemecahan terhadap masalah
kesehatan ibu dan balita dalam keluarga di masyarakat. Pelayanan kebidanan komunitas
dilakukan di luar rumah sakit atau institusi. Kebidanan komunitas dapat juga merupakan
bagian atau kelanjutan dari pelayanan yang diberikan di rumah sakit dalam upaya
menyelamatkan ibu dan bayi dalam proses kelahiran. Bidan komunitas mempunyai
pengetahuan yang luas dalam segala aspek dalam kehamilan dan persalinan karena
tugasnya adalah bersama sama perempuan sebagai partner untuk menerima secara positif
pengalaman proses kehamilan dan persalinan, serta mendukung keluarga agar dapat
keputusan atau pilihan secara individual berdasarkan informasi yang telah di berikan.
(Yulizawati, 2017).
Berbagai permasalahan kebidanan komunitas diantaranya yaitu dengan adanya gizi
buruk, Kematian Ibu, Kematian Bayi, Penyakit Menular dan terdapat gangguan
jiwa.(WHO,2020) permasalahan ini juga terjadi di desa pecoro berdasarkan hasil
pengkajian yang di dapat oleh kelompok yaitu permasalahan stunting dan Ibu hamil Salah
satu penyebab permasalahan di atas yaitu kurangnya tingkat kesadaran diri dan rendahnya
pengetahuan pada masyarakat sehingga terjadi dampak kesehatan yang kurang baik
terhadap masyarakat. Upaya yang dapat di lakukan yaitu dengan dilaksanakan penyuluhan
di Desa Pecoro tentang stunting dan Ibu hamil KEK.
Laporan ini disusun untuk mempertanggung jawabkan setiap kegiatan yang
dilaksanakan selama praktik komunitas baik mengenai keberhasilan maupun dalam
menghadapi kendalanya.
1
1.2. TUJUAN PENULISAN
1. Survei
Survey adalah suatu cara penelitian deskriptif yang dilakukan terhadap
sekumpulan objek yang biasanya cukup banyak dalam jangka waktu tertentu
(Hidayat, 2016). Metode survey ini dilakukan untuk mendapatkan data obyktif dari
hasil pengkajian terhadap permasalahan yang terjadi di masyarakat secara
menyeluruh.
2. Wawancara
Wawancara adalah suatu metode yang digunakan untuk mengumpulkan data, dimana
2
peneliti mendapatkan keterangan dan pendirian secara lisan dari seorang sasaran penelitian
(responden) atau bercakap — cakap berhadapan muka dengan orang tersebut
(Hidayat,2016). Wawancara dilakukan untuk mendapatkan data subyektif dari hasil
pengkajian terhadap permasalahan yang terjadi di masyarakat.
3. Observasi
Observasi adalah suatu hasil penelitian aktif dan penuh perhatian menyadari adanya
rangsangan (Hidayat, 2016). Observasi dilakukan untuk mendapatkan data obyektif dari
hasil pengkajian terhadap permasalahan yang terjadi di masyarakat secara langsung.
1.4. PELAKSANAAN
3
1.5 SISTEMATIKA PENULISAN
Halaman Judul
Lembar Persetujuan
Kata Pengantar
Daftar Isi
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
1.2 Tujuan
1.2.1 Tujuan Umum
1.2.2 Tujuan Khusus
1.3 Metode Pengumpulan Data
1.4 Pelaksasanaan
1.5 Sistematika Penulisan
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Konsep Asuhan Kebidanan Komunitas
2.1.1 Ciri-Ciri Masyarakat
2.1.2 Tipe-Tipe Masyarakat
2.1.3 Ciri Masyarakat Indonesia
2.1.4 Ciri Masyarakat Sehat
2.2 Konsep PKMD
2.2.1 Pengertian
2.2.2 Tujuan
2.2.3 Ciri-Ciri PKMD
2.2.4 Prinsip PKMD
2.2.5 Ruang Lingkup
2.2.6 Mekanisme pembinaan peran serta masyarakat dalam PKMD
2.2.7 Hal- hal yang diperlukan dalam pelaksanaan kegiatan PKMD
2.2.8 Persiapan bagi pelaksanaan
2.2.9 Prinsip-prinsip PKMD
2.2.10 Ruang Lingkup
2.2.11 Hal- hal yang diperlukan dalam pelaksanaan kegiatan PKMD
2.2.12 Persiapan bagi pelaksanaan
2.2.13 Persiapan bagi pelaksanaan
4
2.3 IKS ( Indeks Keluarga Sehat )
2.4 Konsep KIA
2.5 Konsep Stunting
2.6 Konsep Ibu Hamil KEK
BAB III ASUHAN KEBIDANAN KOMUNITAS
3.1 Pengkajian Data
3.2 Pengumpulan Data
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
BAB V PENUTUP
5.1 Kesimpulan
5.2 Saran
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
Lampiran 1. SAP
Lampiran 2. Leaflet
Lampiran 3. Daftar hadir
Lampiran 4. Mapping
Lampiran 5. Dokumentasi Proses Praktik Komunitas
5
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Masyarakat adalah sekumpulan manusia yang saling bergaul atau dengan istilah
lain saling berinteraksi. Kesatuan hidup manusia yang saling hidup berinteraksi
menurut sustu system adat istiadat tertentu bersifat continue dan terikat oleh suatu
identitas bersama (Barata, 2017).
Komunitas adalah menunjuk pada masyarakat yang bertempat tinggal disuatu
wilayah(arti dalam geografi)dalam batas-batas tertentu dimana yang menjadi dasarnya
adalah interaksi yang lebih besar dari anggota-anggotanya dibandingkan dengan
penduduk diluar batas wilayahnya (Ismail dan Zain, 2017).
Masyarakat adalah sekelompok manusia yang mendiami territorial dan sifat-sifat
yang saling tergantung adanya pembagian kerja dan kebudayaan bersama (Maclavel,
2016).
2.1.1. Ciri-ciri masyarakat
Dari berbagai pengertian diatas maka dapat disimpulkan bahwa masyarakat
mempunyaiciri-ciri sebagai berikut:
1. Interaksi social diantara anggota masyarakat yang meliputi kontak social dan
komunikasi
2. Wilayah tertentu
Suatu kelompok masyarakat menempati suatu wilayah tertentu dengan
batas-batas tertentu (geografis).
3. Saling ketergantungan
Anggota masyarakat yang hidup disuatu wilayah tertentu saling tergantung
satu dengan yang lainnya dalam memenuhi kebutuhan hidup
4. Adat istiadat dan kebiasaan
Adat istiadat diciptakan untuk mengatur tatanan masyarakat
5. Identitas
Suatu kelompok masyarakat memiliki identitas yang dapat dikenali oleh
masyarakatyang lainnya (Niken,dkk, 2016)
6
2.1.2. Tipe-tipe masyarakat
2. Creative Institution
Lembaga masyarakat yang paling primer, merupakan lembaga yang secara tidak
sengaja tumbuh dan adat istiadat masyarakat.
3. Enacted Institution
b) Unsuctioned institution
a) General Institution
b) Restrided Institution
7
b) Regulatife Institution
Dilihat dari struktur social dan kebudayaan Indonesia dibagi dalam tiga
kategori(Niken,dkk, 2017):
a) Masyarakat Desa
5) Berlaku hokum tidak tertulis yang intinya diketahui dan dipahami oleh
setiaporang
6) Tidak ada pendidikan khusus disbanding teknologi dan keterampilan
diwariskanoleh orang tua langsung kepada keturunannya
7) System ekonomi sebagian besar untuk memenuhi kebutuhan keluarga
8) Semangat gotong royong dalam bidang social dan ekonomi sangat kuat
b) Masyarakat Madya
9
2.2Konsep PKMD
2.2.1 Pengertian
Pembangunan kesehatan masyarakat desa (PKMD) adalah rangkaian
kegiatan masyarakat yang dilaksanakan atas dasar gotong royong dan swadaya
dalam rangka menolong diri sendiri untuk mengenal dan memecahkan masalah
atau kebutuhan yang dirasakan masyarakat, baik dalam bidang kesehatan
maupun bidang lain yang berkaitan dengan kesehatan agar mampu memelihara
kehidupannya yang sehat dalam rangka meningkatkan mutu hidup dan
kesejahteraan masyrakat (RasidinCalunda, 2018).
2.2.2 Tujuan
2.2.2.1 Tujuan Umum
Untuk meningkatkan kemampuan masyarakat menolong diri sendiri di bidang
kesehatan dalam rangka meningkatkan mutu hidup.
2.2.2.2 Tujuan khusus
1. Menumbuhkan kesadaran masyarakat akan potensi yang
dimiliki untuk menolong diri mereka sendiri dalam
meningkatkan mutu hidup mereka.
2. Mengembangkan kemampuan prakasa masyarakat untuk
berperan secara aktif dan berswadaya dalam meningkatkan
kesehatan mereka sendiri
3. Menghasilkan lebih banyak tenaga-tenaga masyarakat setempat
dan mampu trampil serta mau berperan aktif dalam kegiatan
pembangunan desa.
4. Meningkatkan kesehatan masyarakat dalam arti mememnuhi
indikator:
5. Angka kesakitan menurun.
6. Angka kematian menurun,terutam kematian bayi dan anak.
7. Angka kelahiran menurun.
8. Menurunnya angka kekurangan gizi pada anak balita (Rasidin
Calunda,2018).
2.2.3.Ciri-Ciri PKMD
1. Kejadian dilaksanakan atas dasar kesadaran,kemampuan dan prakarsa msyaraka
sendiri,dalam arti bahwa kegiatan dimulai dengan kegiatan untuk mengatasi masalah
10
kesehatan yang memang dirasakan oleh masyarakat sendiri sebagai kebutuhan.
2. Perencanaan kegiatan ditetatpkan oleh masyarakat secara musyawarah dan mufakat.
3. Pelaksananaan kegiatan berlandaskan pada peran serta aktif dan swadaya
masyarakatdalam arti memanfaatkan secara optimal kemampuan dan sumber daya
yang dimiliki.
2. Masukan dari luar hanya bersifat memacu,melengkapi dan menunjang tidak
mengakibatkan ketergantungan.
a. Kegiatan dilakukan oleh tenaga masyarakat setempat
b. Memanfaatkan teknologi tempat guna.
c. Kegiatan yang dilakukan sekurang-kurangnya mencakup salah satu dari
delapanunsur PHC (Rasidin Calunda, 2018).
11
5 program (KIA,KB,gizi,imunisasi dan penangglangan diare), juga merupakan salah
satu bentuk dari kegiatan PKMD (Rasidin Calunda, 2018).
13
2.3. IKS ( Indeks Keluarga Sehat )
14
pertumbuhannya.
7. Penderita tuberkulosis paru mendapatkan pengobatan sesuai standar
Tuberkulosis (TBC) adalah penyakit menular yang dapat menurunkan
kualitas hidup seseorang dan keluarganya. Tuberkulosis yang tidak ditangani dengan
benar berisiko menyebabkan kerusakan paru-paru yang parah dan penularan ke
orang-orang terdekat.
Maka dari itu, bila terdapat anggota keluarga yang mengalami gejala
tuberkulosis, seperti batuk lebih dari 3 minggu, batuk darah, sesak napas, keringat
dingin, dan penurunan berat badan drastis, segera bawa ke dokter untuk
mendapatkanpengobatan.
8. Penderita hipertensi melakukan pengobatan secara teratur
Hipertensi adalah penyakit kronis yang sering terabaikan karena sering kali
tidak memiliki gejala. Meski begitu, dampak yang terjadi akibat hipertensi bisa fatal,
mulai dari serangan jantung hingga stroke. Hal ini tentu akan memengaruhi keadaan
suatu keluarga, apalagi jika terjadi pada kepala keluarganya.
Oleh karena itu, bila terdapat anggota keluarga yang menderita hipertensi,
ingatkan ia agar selalu menerapkan gaya hidup sehat, meminum obat secara teratur
sesuai rekomendasi dokter, serta melakukan kontrol teratur.
9. Anggota keluarga tidak ada yang merokok
Sudah kita ketahui bersama bahwa asap rokok mengandung banyak zat
beracun bagi tubuh. Meskipun hanya satu orang yang merokok di rumah, asapnya
bisa dihirup anggota keluarga lain dan membuat mereka menjadi perokok pasif.
Perlu Anda pahami bahwa menjadi perokok pasif sama berbahayanya dengan
menjadi perokok aktif. Jadi, jika di keluarga Anda ada yang merokok, jangan putus
asa untuk membujuk dan membantunya agar bisa berhenti. Jika tidak bisa, ingatkan
dia untuk merokok di luar rumah.
10. Keluarga sudah menjadi anggota Jaminan Kesehatan Nasional (JKN)
Dengan menjadi anggota program JKN yang diselenggarakan oleh BPJS
Kesehatan, seluruh anggota keluarga bisa mendapatkan pelayanan kesehatan yang
sesuai kebutuhan, tanpa harus memikirkan biaya. Ini juga bisa menjaga keadaan
finansial keluarga
15
2.4 Konsep KIA
2.4.1 Pengertian
Program kesehatan Ibu dan Anak (KIA) adalah upaya dibidang kesehatan
yang menyangkut pelayanan dan pemeliharaan ibu hamil, ibu bersalin, ibu
menyusui, bayi dan anak balita serta anak pra sekolah (Djoko Wijoyo, 2018).
2.4.2 Tujuan
Tujuan program kesehatan ibu dan anak (KIA) adalah tercapainya
kemampuan hidup sehat melalui peningkatan derajat kesehatan yang optimal, bagi
ibu dan keluarganya untuk menuju keluarga kecil bahagia (KKB) serta
meningkatnya derajat kesehatan anak untuk menjamin proses tumbuh kembang
optimal yang merupakan landasan bagi peningkatan kualitas manusia seutuhnya.
Sedangkan tujuan khusus program KIA adalah :
16
1. hamil mendapat pelayanan Antenatal Care minimal 6x selama kehamilan.
3. Cakupan peserta KB lama dan baru yang masih aktif sebesar 75%
9. Ibu hamil mendapat 90 tablet tambah darah sebesar 85% dan Balita usuia 6-59
bln mendapat kapsul vit A sebanyak 85%
10. Cakupan imunisasi dasar lengkap kepada bayi 0-11 bln sebesar 90%
Stunting ditandai dengan panjang atau tinggi badan lebih pendek dari
usianya. Stunting juga lebih rentan terhadap penyakit dan dimasa depan
berisiko menurunkan Produktivitas. Stunting atau perawakan pendek
(shortness). Suatu keadaan tinggi badan (TB) seseorang yang tidak sesuai
dengan umur, yang penentuannya dilakukan dengan menghitung skor Z-
indeks tinggi badan menurut umur (TB/U). Seseorang di katakan stunting bila
skor Z-indeks TB/U-nya di bawah -2 SD (standar deviasi). (Human
Development Worker, 2018).
a. Faktor Genetik
b. Status Ekonomi
Menurut Yongky, (2012). Status gizi ibu saat hamil dipengaruhi oleh
banyak faktor, faktor tersebut dapat terjadi sebelum kehamilan maupun
selama kehamilan. Beberapa indikator pengukuran seperti kadar
hemoglobin (Hb) yang menunjukkan gambaran kadar Hb dalam darah
untuk menentukan anemia atau tidak, Lingkar Lengan Atas (LILA) yaitu
gambaran pemenuhan gizi masa lalu dari ibu untuk menentukan KEK atau
tidak, hasil pengukuran berat badan untuk menentukan kenaikan berat
badan selama hamil yang dibandingkan dengan IMT ibu sebelum hamil.
f. Pengukuran LILA
20
g. Kadar Hemoglobin
21
hubungan antara berat badan lahir dengan kejadian stunting (Sartono,
2013).
23
usia 9 tahun. Anak yang tumbuh normal dan mampu mengejar
pertumbuhannya setelah usia dini 80% tumbuh normal pada usia pra-
pubertas (McGovern ME, 2012).
24
manfaat untuk menarik kesimpulan secara statistik dari pengakuan
antropometri. Indikator antropometrik seperti tinggi badan menurut
umur adalah penting dalam mengevaluasi kesehatan dan status gizi
anak-anak pada wilayah dengan banyak masalah gizi buruk. Dalam
menentukan klasifikasi gizi kurang dengan stunting sesuai dengan (Cut
off point), dengan penilaian Z-score, dan pengukuran pada anak balita
berdasarkan tinggi badan menurut umur (TB/U) standar baku WHO-
NCHS (WHO 2010).
2.6.1 pengertian
a. Pengertian LILA
1) Mengetahui risiko KEK Wanita Usia Subur (WUS), baik ibu hamil
maupun calon ibu, untuk menapis wanita yang mempunyai risiko
melahirkan bayi berat lahir rendah.
26
2) Meningkatkan perhatian dan kesadaran masyarakat agar lebih berperan
dalam pencegahan dan penanggulangan KEK.
c. Ambang batas
Ambang batas atau cut off point ukuran LILA WUS dengan risiko
KEK di Indonesia adalah 23,5 cm. Apabila ukuran LILA kurang dari 23,5
cm atau dibagian merah pita LILA, artinya wanita tersebut mempunyai
risiko KEK (Supariasa, 2013).
1) Tetapkan posisi bahu dan siku, yang diukur adalah pertengahan lengan atas
sebelah kiri dan lengan dalam keadaan tidak tertutup kain/pakaian.
2.6.4 Pengaruh KEK terhadap Kehamilan Kekurangan Energi Kronik (KEK) pada saat
a. Umur ibu
Umur ibu yang berisiko melahirkan bayi kecil adalah kurang dari 20 tahun
dan lebih dari 35 tahun. Ibu hamil yang berusia kurang dari 20 tahun dikatakan
memiliki risiko KEK yang lebih tinggi. Usia ibu hamil yang terlalu muda, tidak
hanya meningkatkan risiko KEK namun juga berpengaruh pada banyak masalah
kesehatan ibu lainnya (Stephanie dan Kartikasari, 2016).
b. Pendidikan
28
risiko KEK yang lebih tinggi dibandingkan ibu yang memiliki latar belakang
pendidikan SMP ke atas. Kesimpulan dari penelitian di atas yaitu pendidikan
dapat mempengaruhi terjadinya risiko KEK pada ibu.
d.Status anemia
b. Hidup sehat.
c. Tunda kehamilan.
30
BAB III
GAMBARAN UMUM
A. Identitas Desa
1. Nama Desa : Pecoro
2. Kecamatan : Rambipuji
3. Kabupaten : Jember
4. Terdiri dari : 3 dusun ( Krajan,Bindung, Kandangan )
B. Keadaan Geografis
31
C. Jarak
1. Jarak ke kecamatan : 2,6 KM
2. Jarak ke kabupaten : 15 KM
2. Menurut umur
NO Golongan Umur Jumlah Persentase (%)
1. Bayi 48 2
2. Balita 9
238
Anak 11
283
3. Remaja 8
212
4. Dewasa 40
1056
5. Lansia 30
798
Jumlah 100
2.417
32
G. Sarana Prasarana
Sarana Prasana yang terdapat di desa Pecoro sebagai berikut :
1. Sarana Prasana Keagamaan Masjid : 6
2. Musholla : 50
b) MI -
c) SMP 1
d) MTS -
e) SMK -
f) SMA 1
1. Poskesdes :-
2. Posyandu :3
H. Sumber Daya Manusia Kesehatan
a) Dokter :-
b) Bidan :2
c) Perawat : 3
Interpretasi Data :
Dari data diatas didapatkan bahwa jumlah penduduk perempuan di Desa Pecoro
lebihbanyak dari jumlah laki-laki.
33
Tabel 3.2. Distribusi Penduduk Menurut Umur
1. Bayi 48 2
2. Balita 238 10
3. Anak 283 12
4. Remaja 212 9
5. Dewasa 1056 44
6. Lansia 798 33
Interpretasi Data :
Dari tabel diatas didapatkan bahwa golongan umur di Desa Pecoro terbanyak adalah
golongan Dewasa dan lansia. Hal ini menandakan bahwa Desa Pecoro mempunyai sumber
daya manusia produktif.
2. Tamat SD 1219 53
5. Tamat Diploma 26 1
Interpretasi Data :
Dari tabel diatas didapatkan hasil bahwa banyak penduduk dari Desa Pecoro
mempunyai pendidikan terakhir adalah Tamat SD.
34
Tabel 3.4. Distribusi Penduduk Menurut Pekerjaan
8. Swasta 7 0,3
Interpretasi Data :
Dari data yang didapat diketahui bahwa sebagian besar penduduk Desa Pecoro belum
mendapat pekerjaan
1. Stunting 59 21
35
Tabel 3.6. Perilaku Hidup Bersih Sehat
1. Merokok di
308 54
dalam rumah
2. Tidak merokok
263 46
di dalam rumah
3. Istri 45 5,43
4. Lain-Lain 31 3,74
Interpretasi Data :
Berdasarkan data tabel diatas dapat disimpulkan bahwa pengambilan keputusan dalam
keluarga di Desa Pecoro paling banyak dilakukan oleh suami
1. K TM 1 17 35
2. K TM2 11 22
36
3. K TM3 21 43
Jumlah 49 100
Interpretasi Data:
Dari data diatas didapatkan bahwa ibu hamil di Desa Pecoro lebih banyak yang
melakukan pemeriksaan.
Tabel 3.9 Distribusi Penduduk Menurut Status Imunisasi TT Pada Ibu Hamil
1. Imunisasi T5 37 75,5
Jumlah 49 100
Interpretasi Data :
Berdasarkan tabel diatas didapatkan hasil bahwa status imunisasi TT pada ibu
hamil di DesaCandijati dominan telah imunisasi T5
Tabel 3.10 Distribusi Frekuensi Ibu Hamil Dengan Kehamilan Resiko Tinggi
Interpretasi Data :
Dari data diatas didapatkan bahwa keadaan ibu hamil di Desa Pecoro lebih banyak
kehamilan resiko rendah dibandingkan dengan ibu hamil yang resiko tinggi (Resti).
37
Tabel 3.11. Distribusi Ibu hamil Menurut Keadaan Gizi
1. KEK 7 14,3
Jumlah 49 100
Interpretasi Data :
Berdasarkan tabel diatas mayoritas ibu hamil di Desa Pecoro dalam keadaan gizi
baik.
1. Nakes 49 100
2. Non Nakes 0 0
Jumlah 49 100
Interpretasi Data :
Berdasarkan data tabel diatas semua ibu hamil yang berada di Desa Pecoro
merencanakan persalinannya di tenaga kesehatan.
1. Kontrol 6 100
2. Tidak Kontrol 0 0
38
Jumlah 6 100
Interpretasi Data :
Berdasarkan tabel diatas status pemeriksaan neonataldi desa Pecoro didapatkan
banyak yang kontrol
1. Kontrol 6 100
2. Tidak Kontrol 0 0
Jumlah 6 100
Interpretasi Data :
Berdasarkan tabel diatas dapat disimpulkan bahwa seluruh ibu nifas melakukan
kunjungan nifas
1. ASI Eksklusif 5 83
Jumlah 6 100
Interpretasi Data :
Berdasarkan tabel hasil data diatas dapat disimpulkan bahwa hampir seluruh balita di
Desa Pecoro diberikan ASI Eksklusif selama 6 bulan
39
Tabel 3.16 Distribusi PUS Menurut Pengguna Akseptor KB
2 Bukan, Akseptor 29 5
Interpretasi Data :
Dari Data diatas didapatkan bahwa PUS Desa Pecoro menggunakan Akseptor KB
berjumlah 595
1 MOW/MOP 10 2
2 IUD 14 2
3 Pil 214 36
4 Suntik 337 56
5 Kondom 27 4
Interpretasi Data :
Dari Data yang didapat bahwa PUS didesa Pecoro menggunakan Akseptor KB suntik
40
Tabel 3. 18 Distribusi Status Imunisasi Balita
Interpretasi Data :
Dari data diatas didapatkan bahwa balita didesa Pecoro lebih banyak yang imunisasi
daripada yang tidak imunisasi.
1 Baik 198 69
2 Cukup 68 24
3 Kurang 13 5
4 Buruk 7 2
Interpretasi Data :
Dari data diatas didapat balita yang status gizi cukup dan baik lebih banyak dari status
gizi yang kurang dan buruk.
41
Tabel 3.20 Distribusi KMS Balita
Interpretasi Data :
Dari data Tabel dapat disimpulkan bahwa hampir seluruh Balita yang memiliki buku KIA
KMSnya terisi yaitu sekitar 93%.
1. Baik 205 72
2. Cukup 68 24
3. Kurang 13 5
Interpretasi Data :
Dari data tabel diatas dapat disimpulkan bahwa kondisi seluruh balita saat pendataan
dalamkondisi baik.
2. Menumpang 13 2
42
Jumlah 720 100
Interpretasi Data :
Dari data tabel diatas didapatkan bahwa mayoritas status kepemilikan rumah
penduduk desa Pecoro adalah milik sendiri didapat dari sampel 720KK.
Tabel 3.23 Distribusi Pemanfaatan Polindes
1. Iya 1 100
2. Tidak 0 0
Jumlah 1 100
Interpretasi Data :
Dari data tabel diatas dapat disimpulkan bahwa sebagian besar warga Desa Pecoro
memanfaatkan polindes
43
BAB IV
PEMBAHASAN
Ibu hamil KEK Dari sampel 720 KK didapatkan total ibu hamil
1. sejumlah 49 dan terdapat ibu hamil KEK
sejumlah 7 (14,3 %)
Stunting Dari sampel 720 KK didapatkan total balita
2. sejumlah 286 dan terdapat balita stunting 59
(21%)
3 Merokok dalam rumah Dari sampel 720 KK didapatkan total laki-laki
dewasa sejumlah 571 dan terdapat merokok di
dalam rumah 263 (46 % )
44
1. Stunting
2. Ibu Hamil KEK
4.3. Intervensi
Ibu hamil KEK Penyuluhan Ibu-ibu 18.00 WIB1. 1. Bina hubungan yang
1. Menjelaskan Di Pengajian baik dengan ibu-ibu
kepada ibu muslimat RT 01 pengajian muslimat
pengertian ibu RW 07 2. R/ ada rasa
hamil KEK kepercayaan antara ibu
Menjelaskan pada dan tenaga kesehatan
ibu tentang 3. 2. Lakukan pre test
penyebab KEK pada sasaran tentang
Menjelaskan pada materi penyuluhan
ibu tentang bahaya 4. R/menggali
KEK pengetahuan sasaran
45
didapat oleh sasaran.
1.
stunting 7. R/informasi
46
NO MASALAH JENIS SASARAN WAKTU INTERVENSI
Ibu hamil KEK Penyuluhan Ibu-ibu 18.00 WIB9. 1. Bina hubungan yang
1. Menjelaskan Di Pengajian baik dengan ibu-ibu
kepada ibu muslimat RT 01 pengajian muslimat
pengertian ibu RW 07 10. R/ ada rasa
hamil KEK kepercayaan antara ibu
Menjelaskan pada dan tenaga kesehatan
ibu tentang 11. 2. Lakukan pre test
penyebab KEK pada sasaran tentang
Menjelaskan pada materi penyuluhan
ibu tentang bahaya 12. R/menggali
KEK pengetahuan sasaran
47
2. Stunting Penyuluhan Ibu-ibu 18.30 WIB 17. 1. Bina hubungan yang
Menjelaskan Di Pengajian baik dengan ibu-ibu
kepada ibu balita muslimat RT 01 pengajian muslimat
pengertian stunting RW 07 18. R/ ada rasa
Menjelaskan pada kepercayaan antara ibu
ibu balita tentang dan tenaga kesehatan
penyebab stunting 19. 2. Lakukan pre test
48
Menjelaskan pada pada sasaran tentang
ibu balita tentang materi penyuluhan
bahaya stunting 20. R/menggali
Menjelaskan pada pengetahuan sasaran
ibu balita tentang 21. 3. Lakukan penyuluhan
pencegahan mengenai stunting
stunting 22. R/informasi
Disertai dengan memberikan
pre test dan post pengetahuan yang
test lebih dalam pada ibu-
ibu pengajian muslimat
23. 4. Lakukan post test
pada sasaran tentang
materi penyuluhan
R/ mengetahui
pemahaman yang
didapat oleh sasaran.
4.4 Implementasi
Penyuluhan Pertama
Ibu hamil KEK
49
pentingnya 3.Melakukan
gizi pada penyuluhan mengenai
ibu hamil ibu hamil KEK
4.Lakukan post tes
pada sasaran tentang
materi penyuluhan
.
Balita Stunting
Penyuluhan kedua
50
Tanggal/waktu Sasaran Kegiatan Tempat Implementasi
Stunting
51
pada balita mengenai
stunting balita stunting
4.Lakukan
post tes pada
sasaran
tentang materi
penyuluhan
4.5 Evaluasi
2. Ibu-ibu
pengajian
muslimat
sudah
mengetahui
macam-
macam nutrisi
52
untuk
memenuhi
kebutuhan ibu
hamil
Stunting
2. Ibu balita
sudah
memahami
bagaimana
pencegahan
stunting pada
balita
53
Dari hasil pendataan dan MMD yang dilakukan di wilayah Desa Pecoro
Kecamatan Rambipuji Kabupaten Jember. Masalah kesehatan yang dialami oleh
masyarakat Desa Pecoro adalah Balita dengan Stunting dan Ibu hamil dengan KEK.
Masalah-masalah yang ada di Desa Pecoro ini selain dikarenakan mayoritas
penduduk Pecoro berpendidikan SD, juga dikarenakan masih kurangnya kesadaran
masyarakat untuk pola hidup sehat.
Berdasarkan teori yang ada bahwa penanganan kasus masyarakat untuk
meningkatkan kesadaran masyarakat tidaklah mudah, dan dapat bisa dilakukan secara
bertahap. Dengan waktu yang ada kurang lebih satu minggu, dapat dilakukan
penyuluhan. Dalam hal ini, diadakan penyuluhan tentang Pencegahan balita Stunting.
memberitahu cara memperbaiki nutrisi pada Ibu hamil , macam-macam kebutuhan
nutrisi pada Ibu hamil. Kerjasama dengan Nakes dan tokoh masyarakat, sangatlah
perlu sehingga rencana yang ada dapat berkelanjutan.
Untuk masyarakat Desa Pecoro sudah mendapatkan penjelasan-penjelasan
tentang masalah kesehatan yang berhubungan dengan masalah yang ada diwilayah
tersebut dari tenaga kesehatan, antara lain;
54
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
1. Kelompok telah melaksanakan pengkajian atau pengumpulan data di desa
Pecoro pada sampel sebanyak 720 KK.
2. Kelompok telah mengumpulkan data tentang masalah KIA dan PHBS
IKS pada sampel sebanyak 720 KK
3. Kelompok telah merumuskan masalah bersama dengan masyarakat
melalui kegiatan MMD di Desa Pecoro Kecamatan Rambipuji Kabupaten
Jember yang berhubungan dengan KIA, KB, dan Kespro. dan didapatkan
masalah kesehatan antara lain tingginya, balita Stunting , tingginya Ibu
Hamil KEK , tingginya Masyarakat merokok.
4. Kelompok telah merencanakan pemecahan masalah bersama masyarakat
di desa Pecoro dengan melakukan MMD yang berhubungan dengan KIA,
KB, dan Kespro. yaitu dengan di laksanakan penyuluhan di pengajian
sebanyak 2 kali di tempat pengajian muslimat.
5. Kelompok telah melakukan kegiatan implementasi di pengajian sebanyak
2 kali dan melakukan kegiatan implentasi di tempat pengajian muslimat
posyandu sebanyak 2 kali dengan berupa penyuluhan tentang balita
Stunting dan ibu hamil KEK.
6. Kelompok telah melakukan evaluasi didapatkan bahwa ibu- ibu telah
mengerti dan memahami masalah Stunting pada balita dan memahami
bagaimana pencegahan pada balita Stunting . Dan untuk Ibu hamil KEK
didapatkan bahwa ibu – ibu pengajian telah mengerti apa itu KEK dan
sudah mengetahui macam-macam nutrisi untuk memenuhi kebutuhan ibu
hamil serta Ibu hamil yang bekerja sudah bersedia untuk membawa bekal
dari rumah masing-masing.
5.2 Saran
Diharapkan bagi masyarakat desa Pecoro agar lebih memperhatikan dan
mempelajari hal-hal mengenai kesehatan, dan diharapkan bagi masyarakat agar
55
lebih meningkatkan kesadaran diri dalam menjaga pola hidup sehat yaitu pada
orang tua untuk mengurangi merokok di dalam rumah atau disekitar anak,
mengurangi mengkonsumsi makanan yang siap saji,dan meperhatikan gizi anak
(khususnya pada balita Stunting ).
56
DAFTAR PUSTAKA
Atika Proverasi, Eni Rahmawati. 2013. Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS).
Yogyakarta: Nuha Meduka
Efendi nasrul 2014. Ilmu Kesehatan Masyrakat. Jakarta:EGC
Entjang Indah 2014. Ilmu Kesehatan Masyarakat. Bandung : Citra Aditya Bakti
Meilani Niken dkk 2013. Kebidanan Komunitas. Yogyakarta : Fitramaya
Syafrudin dan Hamida .2013. Kebidanan Komunitas. Jakarta : EGC
Sugiono 2011. Hubungan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS). Bandung :
Alfabeta Al-Assaf.2010. Mutu Pelayanan Kesehatan . Jakarta : EGC
Wijoyo, Djoko. 2012. Manajemen Kesehatan Ibu dan Anak. Suarabaya: Duta Prima
Airlangga
57
SATUAN ACARA PENYULUHAN
Oleh:
2023
58
LEMBAR PENGESAHAN
Hari :
Tanggal :
59
SATUAN ACARA PENYULUHAN
1. Tujuan
a. Tujuan Umum
Setelah dilakukan penyuluhan kesehatan tentang kekurangan energi kronik pada
ibu hamil selama 30 menit, sasaran diharapkan mampu memahami tentang
kekurangan energi kronik pada ibu hamil
b. Tujuan Khusus
1. Diharapkan peserta penyuluhan dapat mengetahui tentang pengertian
kekurangan energi kronik pada kehamilan
2. Diharapkan peserta dapat mengetahui tanda dan gejala kekurangan energi
kronik pada kehamilan serta penyebabnya
3. Diharapkan peserta dapat mengetahui dampak yang ditimbulkan dari
kekurangan energi kronik pada kehamilan
4. Diharapkan peserta dapat mengetahui cara pencegahan kekurangan energi
kronik pada kehamilan
5. Diharapkan peserta dapat megetahui cara penanganan kekurangan energi
kronik pada kehamilan
60
2. Metode
a. Ceramah
b. Tanya Jawab
3. Media dan alat bantu
a. Leaflet
4. Kegiatan Penyuluhan
Tahap
Kegiatan Kegiatan Peserta Media
Kegiatan
Pembukaan 1. Salam Pembuka 1. Menjawab salam Ceramah
(5 Menit) 2. Memperkenalkan diri 2. Mendengarkan
3. Menjelaskan maksud dan keterangan
tujuan penyaji
61
2. Menyimpulkan materi salam
yang telah disampaikan
5. Evaluasi
a. Dilakukan pretest dan post test
1. Apa yang dimaksud dengan Kekurangan Energi Kronis (KEK) pada ibu hamil?
a. Kondisi berlebihan energi selama kehamilan.
b. Kekurangan vitamin pada ibu hamil.
c. Kekurangan asupan energi yang berkelanjutan selama kehamilan.
d. Kelebihan aktivitas fisik pada ibu hamil.
2. Apa dampak KEK pada kesehatan ibu hamil dan perkembangan janin?
a. Tidak ada dampak.
b. Risiko peningkatan berat badan ibu.
c. Risiko komplikasi kehamilan dan pertumbuhan janin terhambat.
d. Peningkatan energi ibu hamil.
62
5. Apa peran nutrisi dan pola makan seimbang dalam mencegah KEK pada ibu
hamil?
a. Tidak ada pengaruh.
b. Menjaga berat badan tetap rendah.
c. Memastikan asupan gizi yang cukup untuk mendukung kehamilan.
d. Mengonsumsi hanya satu jenis makanan.
6. Mengapa asupan gizi yang cukup penting selama kehamilan untuk mencegah
KEK?
a. Hanya untuk meningkatkan berat badan ibu.
b. Memberikan nutrisi yang optimal untuk pertumbuhan dan
perkembangan janin.
c. Untuk mengurangi nafsu makan ibu.
d. Hanya penting pada trimester pertama kehamilan.
7. Apa langkah-langkah praktis yang dapat diambil oleh ibu hamil untuk
menghindari KEK?
a. Mengurangi kunjungan ke dokter.
b. Mengonsumsi hanya satu jenis makanan.
c. Meningkatkan aktivitas fisik secara drastis.
d. Memastikan konsumsi makanan seimbang dan berkualitas.
8. Bagaimana peran penting pemeriksaan antenatal dalam deteksi dini KEK pada
ibu hamil?
a. Tidak memiliki peran penting.
b. Membantu memantau perkembangan bayi secara visual.
c. Mendeteksi potensi masalah kesehatan dan memberikan intervensi
dini.
d. Hanya dilakukan pada trimester terakhir kehamilan.
63
9. Sebutkan makanan yang kaya nutrisi yang disarankan untuk ibu hamil agar
terhindar dari KEK.
a. Makanan cepat saji.
b. Sayuran hijau, buah-buahan, dan sumber protein seimbang.
c. Makanan tinggi lemak.
d. Hanya mengonsumsi makanan ringan.
10. Apa peran dukungan keluarga dan masyarakat dalam mencegah KEK pada ibu
hamil?
a. Tidak memiliki peran.
b. Memberikan dukungan emosional dan membantu menciptakan
lingkungan yang mendukung pola makan seimbang.
c. Hanya memberikan nasihat tanpa memberikan dukungan nyata.
d. Mengkritik pilihan makanan ibu hamil.
6. Setting Tempat
PENYULUH
MODERATOR
PESERTA
64
MATERI PENYULUHAN
1. PENGERTIAN
2. PENYEBAB KEK
Menurut (Djamaliah, 2018) penyebab dari KEK pada ibu hamil yaitu :
a. Ekonomi
b. Pengetahuan
Produksi pangan yang tidak mencukupi kebutuhan Pola konsumsi juga dapat
mempengaruhi status kesehatan ibuhamil, dimana pola konsumsi yang kurang
baik dapat menimbulkansuatu gangguan kesehatan atau penyakit pada ibu hamil
Melahirkan anak pada usia ibu yang muda atau terlalu tuamengakibatkan
kualitas janin/anak yang rendah dan juga akanmerugikan kesehatan ibu karena
pada ibu yang terlalu muda (kurangdari 20 tahun) dapat terjadi kompetisi
65
makanan antara janin danibunya sendiri yang masih dalam masa pertumbuhan dan
adanya perubahan hormonal yang terjadi selama kehamilan. Sehingga usiayang
paling baik adalah lebih dari 20 tahun dan kurang dari 35tahun, sehingga
diharapkan status gizi ibu hamil akan lebih baik
d. Jarak Kehamilan
Ibu dikatakan terlalu sering melahirkan bila jaraknya kurang dari2 tahun.
Penelitian menunjukkan bahwa apabila keluarga dapatmengatur jarak antara
kelahiran anaknya lebih dari 2 tahun makaanak akan memiliki probabilitas hidup
lebih tinggi dan kondisianaknya lebih sehat dibanding anak dengan jarak
kelahiran dibawah2 tahun. Jarak melahirkan yang terlalu dekat akan menyebabkan
kualitas janin/anak yang rendah dan juga akan merugikan kesehatan ibu. Ibutidak
memperoleh kesempatan untuk memperbaiki tubuhnya sendiri(ibu memerlukan
energi yang cukup untuk memulihkan keadaansetelah melahirkan anaknya).
Dengan mengandung kembali makaakan menimbulkan masalah gizi ibu dan
janin/bayi berikut yangdikandung.
Berat badan yang lebih ataupun kurang dari pada berat badanrata-rata untuk
umur tertentu merupakan faktor untuk menentukan jumlah zat makanan yang
harus diberikan agar kehamilannya berjalan dengan lancar. Di Negara maju
pertambahan berat badanselama hamil sekitar 12-14 kg. Jika ibu kekurangan gizi
pertambahannya hanya 7-8 kg dengan akibat akan melahirkan bayidengan berat
lahir rendah. Pertambahan berat badan selama hamil sekitar 10 - 12 kg,dimana
pada trimester I pertambahan kurang dari 1 kg, trimester IIsekitar 3 kg, dan
trimester III sekitar 6 kg. Pertambahan berat badanini juga sekaligus bertujuan
memantau pertumbuhan janin.
66
a. Lingkar lengan atas (LILA) kurang dari 23,5 cm
c. Rambut kusam
g. Jika hamil cenderung akan melahirkan anak secara prematur atau jika lahir secara
normal bayi yang dilahirkan biasanya berat badanlahirnya rendah atau kurang
dari 2.500 gram
4. DAMPAK KEK
a. Bagi Ibu
Bagi ibu hamil yang menderita KEK dapat melemahkan fisiknyayang pada
akhirnya menyebabkan perdarahan, partus lama, abortusdan infeksi (Susilowati,
2018).
b. Persalinan
5. PENCEGAHAN KEK
Makan makanan yang banyak mengandung zat besi dari bahanmakanan hewani
(daging, ikan, ayam, hati, telur) dan bahanmakanan nabati (sayuran berwarna
hijau tua, kacang-kacangan,tempe).
67
Makan sayur-sayuran dan buah-buahan yang banyakmengandung vitamin C
(daun katuk, daun singkong, bayam, jambu, tomat, jeruk, dan nanas) sangat
bermanfaat untukmeningkatkan penyerapan zat besi dalam usus.
b. Menambah pemasukan zat besi kedalam tubuh dengan minum tablet penambah
darah.
6. PENANGANAN KEK
Makanan pada ibu hamil sangat penting, karena makananmerupakan sumber gizi
yang dibutuhkan ibu hamil untuk perkembangan janin dan tubuhnya sendiri.
Keadaan gizi padawaktu konsepsi harus dalam keadaan baik, dan selama hamil
harusmendapat tambahan protein, mineral, dan energi.
68
c) Minum tablet zat besi atau tambah darah: Ibu hamil setiap hariharus minum
satu tablet tambah darah (60 mg) selama 90 harimulai minggu ke 20
69
DAFTAR PUSTAKA
Depkes RI. 2018. Asuhan persalinan normal. Jakarta: JHPIEGO
Djamaliah. 2016. Faktor-faktor yang berhubungan dengan kekurangan energi
kronispada ibu hamil. (http://www.journal.unhas.ac.id) diakses tanggal 12 Desember 2023
Ginarti. 2020. Askeb KEK di BPS Ariyanti Sragen. Karya Tulis Ilmiah. Surakarta:
STIKESHusada
Susilowati. 2018. Pengukuran Status gizi dengan antropometri gizi. Jakarta :
CV. TransInfo Media
70
SATUAN ACARA PENYULUHAN
Oleh:
2023
71
LEMBAR PENGESAHAN
Hari :
Tanggal :
72
SATUAN ACARA PENYULUHAN
7. Tujuan
c. Tujuan Umum
Setelah dilakukan penyuluhan diharapkan orangtua anak dapat mengetahui dan
memahami tentang stunting pada balita.
d. Tujuan Khusus
1. Diharapkan peserta penyuluhan dapat mengetahui tentang pengertian Stunting
2. Diharapkan peserta dapat mengetahui penyebab stunting
3. Diharapkan peserta dapat mengetahui dampak stunting
4. Diharapkan peserta dapat mengetahui cara pencegahan stunting
8. Metode
c. Ceramah
d. Tanya Jawab
9. Media dan alat bantu
b. Leaflet
73
Tahap Kegiatan Kegiatan Klien Media
Kegiatan
Pembukaan 4. Salam Pembuka 3. Menjawab salam Ceramah
(5 Menit) 5. Memperkenalkan 4. Mendengarkan
diri keterangan penyaji
6. Menjelaskan
maksud dan
tujuan
7. Melakukan
pre test
untuk
mengetahuai
sejauh mana
penegrtahua
n peserta
penyuluhan
tentang
stunting
Penyajian 1. Menjelaskan 2. Memperhatikan dan 3. Ceramah
(20 Menit) tentang stunting mendengarkan dan leaflet
pada balita: keterangan penyaji 4. Tanya
a. Pengertian jawab
stunting
b. Penyebab
stunting
c. Dampak
Stunting
d. Cara
mencegah
stunting
2. Membuka sesi 3. Mengajukan
tanya jawab pertanyaan
74
Penutup 3. Mengevaluasi 2. Peserta menjawab Tanya
(5 Menit) atau pertanyaan, jawab
menanyakan memperhatikan dan
kembali materi menjawab salam
yang telah
disampaikan
kepada peserta
dalam bentuk
post tes
4. Menyimpulkan
materi yang telah
disampaikan
11. Evaluasi
1. Dilakukan pre test dan post test sebelum memulai penyuluhan
1. Apa yang dimaksud dengan stunting?
a. Kondisi pertumbuhan optimal pada anak.
b. Kondisi pertumbuhan terhambat akibat kekurangan gizi.
c. Penyakit menular yang menyerang anak-anak.
d. Gangguan psikologis pada anak.
2. Faktor apa yang tidak termasuk sebagai risiko penyebab stunting pada anak?
a. Kurangnya asupan gizi.
b. Infeksi berulang.
c. Sanitasi buruk.
d. Kelebihan asupan gizi.
75
4. Peran gizi dalam mencegah stunting pada balita melibatkan:
a. Memberikan makanan cepat saji.
b. Memberikan nutrisi yang cukup selama 1.000 hari pertama.
c. Menghindari asupan protein.
d. Menjaga anak agar tidak terlalu aktif
6. Mengapa masa 1.000 hari pertama kehidupan anak penting untuk pencegahan
stunting?
a. Karena masa itu adalah waktu liburan bagi anak.
b. Karena pertumbuhan dan perkembangan otak sangat cepat.
c. Karena anak tidak membutuhkan gizi selama masa itu.
d. Karena anak belum sensitif terhadap gizi.
76
9. Apa yang dapat dilakukan pemerintah untuk meningkatkan kesadaran tentang
stunting?
a. Menyembunyikan informasi.
b. Melarang penyuluhan gizi.
c. Menggelar kampanye penyuluhan.
d. Menurunkan anggaran kesehatan.
PENYULUH
MODERATOR
PESERTA
77
MATERI PENYULUHAN
A. Defenisi Stunting
Stunting merupakan istilah untuk penyebutan anak yang tumbuh tidak sesuai
dengan ukuran yang semestinya (bayi pendek). Stunting (tubuh pendek) adalah
keadaan tubuh yang sangat pendek hingga melampaui defisit 2 SD dibawah median
panjang atau tinggi badan populasi yang menjadi referensi internasional. Stunting
adalah keadaan dimana tinggi badan berdasarkan umur rendah, atau keadaan dimana
tubuh anak lebih pendek dibandingkan dengan anak anak lain seusianya (MCN,
2019). Stunted adalah tinggi badan yang kurang menurut umur (<-2SD), ditandai
dengan terlambatnya pertumbuhan anak yang mengakibatkan kegagalan dalam
mencapai tinggi badan yang normal dan sehat sesuai usia anak. Stunted merupakan
kekurangan gizi kronis atau kegagalan pertumbuhan dimasa lalu dan digunakan
sebagai indikator jangka panjang untuk gizi kurang pada anak.
Stunting dapat didiagnosis melalui indeks antropometrik tinggi badan menurut
umur yang mencerminkan pertumbuhan linier yang dicapai pada pra dan pasca
persalinan dengan indikasi kekurangan gizi jangka panjang, akibat dari gizi yang
tidak memadai dan atau kesehatan. Stunting merupakan pertumbuhan linier yang
gagal untuk mencapai potensi genetic sebagai akibat dari pola makan yang buruk dan
penyakit (ACC/SCN, 2020).
Stunting didefinisikan sebagai indikator status gizi TB/U sama dengan atau
kurang dari minus dua standar deviasi (-2 SD) dibawah rata-rata standar atau
keadaan dimana tubuh anak lebih pendek dibandingkan dengan anak anak lain
seusianya (MCN, 2019) (WHO, 2016). Ini adalah indikator kesehatan anak yang
kekurangan gizi kronis yang memberikan gambaran gizi pada masa lalu dan yang
dipengaruhi lingkungan dan keadaan sosial ekonomi.
B. Penyebab Stunting
Menurut beberapa penelitian, kejadian stunted pada anak merupakan suatu
proses kumulatif yang terjadi sejak kehamilan, masa kanak-kanak dan sepanjang
siklus kehidupan. Pada masa ini merupakan proses terjadinya stunted pada anak dan
peluang peningkatan stunted terjadi dalam 2 tahun pertama kehidupan.
78
Faktor gizi ibu sebelum dan selama kehamilan merupakan penyebab tidak
langsung yang memberikan kontribusi terhadap pertumbuhan dan perkembangan
janin. Ibu hamil dengan gizi kurang akan menyebabkan janin mengalami intrauterine
growth retardation (IUGR), sehingga bayi akan lahir dengan kurang gizi, dan
mengalami gangguan pertumbuhan dan perkembangan.
Anak-anak yang mengalami hambatan dalam pertumbuhan disebabkan
kurangnya asupan makanan yang memadai dan penyakit infeksi yang berulang, dan
meningkatnya kebutuhan metabolic serta mengurangi nafsu makan, sehingga
meningkatnya kekurangan gizi pada anak. Keadaan ini semakin mempersulit untuk
mengatasi gangguan pertumbuhan yang akhirnya berpeluang terjadinya stunted
(Allen and Gillespie, 2017).
Gizi buruk kronis (stunting) tidak hanya disebabkan oleh satu faktor saja seperti
yang telah dijelaskan diatas, tetapi disebabkan oleh banyak faktor, dimana faktor-
faktor tersebut saling berhubungan satu sama lainnnya. Terdapat tiga faktor utama
penyebab stunting yaitu asupan makanan tidak seimbang (berkaitan dengan
kandungan zat gizi dalam makanan yaitu karbohidrat, protein, lemak, mineral,
vitamin, dan air).
79
gizi kronis juga menyebabkan disability, yang meningkatkan risiko kematian.
Faktor-faktor kemiskinan, sosial budaya dan politik, meningkatnya
infeksi penyakit, ketahanan pangan dan tidak optimalnya cakupan dan kualitas
pelayanan merupakan merupakan faktor yang secara bersama-sama maupun
secara sendiri-sendiri berpengaruh pada keadaan gizi ibu hamil, kekurangan gizi
mikro, asupan energy yang rendah dan tidak optimalnya pemberian Air Susu
Ibu.
2. Dampak Stunting
Stunting dapat mengakibatkan penurunan intelegensia (IQ), sehingga
prestasi belajar menjadi rendah dan tidak dapat melanjutkan sekolah. Bila
mencari pekerjaan, peluang gagal tes wawancara pekerjaan menjadi besar dan
tidak mendapat pekerjaan yang baik, yang berakibat penghasilan rendah
(economic productivity hypothesis) dan tidak dapat mencukupi kebutuhan
pangan. Karena itu anak yang menderita stunting berdampak tidak hanya pada
fisik yang lebih pendek saja, tetapi juga pada kecerdasan, produktivitas dan
prestasinya kelak setelah dewasa, sehingga akan menjadi beban negara. Selain
itu dari aspek estetika, seseorang yang tumbuh proporsional akan kelihatan lebih
menarik dari yang tubuhnya pendek.
Stunting yang terjadi pada masa anak merupakan faktor risiko
meningkatnya angka kematian, kemampuan kognitif, dan perkembangan
motorik yang rendah serta fungsi-fungsi tubuh yang tidak seimbang (Allen &
Gillespie, 2017). Gagal tumbuh yang terjadi akibat kurang gizi pada masa-masa
emas ini akan berakibat buruk pada kehidupan berikutnya dan sulit diperbaiki.
Masalah stunting menunjukkan ketidakcukupan gizi dalam jangka waktu
panjang, yaitu kurang energi dan protein, juga beberapa zat gizi mikro.
80
2014 tercapai yang berdampak pada turunnya prevalensi gizi kurang pada balita
kita.
Dalam keadaan normal, tinggi badan tumbuh bersamaan dengan
bertambahnya umur, namun pertambahan tinggi badan relatif kurang sensitif
terhadap kurang gizi dalam waktu singkat. Jika terjadi gangguan pertumbuhan
tinggi badan pada balita, maka untuk mengejar pertumbuhan tinggi badan
optimalnya masih bisa diupayakan, sedangkan anak usia sekolah sampai remaja
relatif kecil kemungkinannya. Maka peluang besar untuk mencegah stunting
dilakukan sedini mungkin. dengan mencegah faktor resiko gizi kurang baik pada
remaja putri, wanita usia subur (WUS), ibu hamil maupun pada balita. Selain itu,
menangani balita yang dengan tinggi dan berat badan rendah yang beresiko
terjadi stunting, serta terhadap balita yang telah stunting agar tidak semakin
berat.
Kejadian balita stunting dapat diputus mata rantainya sejak janin dalam
kandungan dengan cara melakukan pemenuhan kebutuhan zat gizi bagi ibu
hamil, artinya setiap ibu hamil harus mendapatkan makanan yang cukup gizi,
mendapatkan suplementasi zat gizi (tablet Fe), dan terpantau kesehatannya.
Selain itu setiap bayi baru lahir hanya mendapat ASI saja sampai umur 6 bulan
(eksklusif) dan setelah umur 6 bulan diberi makanan pendamping ASI (MPASI)
yang cukup jumlah dan kualitasnya. Ibu nifas selain mendapat makanan cukup
gizi, juga diberi suplementasi zat gizi berupa kapsul vitamin A. Kejadian
stunting pada balita yang bersifat kronis seharusnya dapat dipantau dan dicegah
apabila pemantauan pertumbuhan balita dilaksanakan secara rutin dan benar.
Memantau pertumbuhan balita di posyandu merupakan upaya yang sangat
strategis untuk mendeteksi dini terjadinya gangguan pertumbuhan, sehingga
dapat dilakukan pencegahan terjadinya balita stunting.
Bersama dengan sektor lain meningkatkan kualitas sanitasi lingkungan
dan penyediaan sarana prasarana dan akses keluarga terhadap sumber air
terlindung, serta pemukiman yang layak. Juga meningkatkan akses keluarga
terhadap daya beli pangan dan biaya berobat bila sakit melalui penyediaan
lapangan kerja dan peningkatan pendapatan.
Peningkatan pendidikan ayah dan ibu yang berdampak pada pengetahuan
81
dan kemampuan dalam penerapan kesehatan dan gizi keluarganya, sehingga
anak berada dalam keadaan status gizi yang baik. Mempermudah akses keluarga.
terhadap informasi dan penyediaan informasi tentang kesehatan dan gizi anak
yang mudah dimengerti dan dilaksanakan oleh setiap keluarga juga merupakan
cara yang efektif dalam mencegah terjadinya balita stunting.
2. Penanggulangan dan pencegahan Stunting
Persalinan ditolong oleh bidan atau dokter terlatih dan begitu bayi lahir
melakukan Inisiasi Menyusu Dini (IMD). Bayi sampai dengan usia 6 bulan
diberi Air Susu Ibu (ASI) saja (ASI Eksklusif).
Mulai usia 6 bulan, selain ASI bayi diberi Makanan Pendamping ASI
(MP-ASI). Pemberian ASI terus dilakukan sampai bayi berumur 2 tahun atau
lebih. Bayi dan anak memperoleh kapsul vitamin A, taburia, imunisasi dasar
lengkap. Perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) harus diupayakan oleh
setiap rumah tangga.
82
tambahan untuk pembentukan jaringan baru, yaitu janin, plasenta, uterus
serta kelenjar mamae. Ibu hamil dianjurkan makan secukupnya saja,
bervariasi sehingga kebutuhan akan aneka macam zat gizi bisa terpenuhi.
Makanan yang diperlukan untuk pertumbuhan adalah makanan yang
mengandung zat pertumbuhan atau pembangun yaitu protein, selama itu
juga perlu tambahan vitamin dan mineral untuk membantu proses
pertumbuhan itu.
Pada usia 0-6 bulan sebaiknya bayi cukup diberi Air Susu Ibu (ASI). ASI
adalah makanan terbaik bagi bayi mulai dari lahir sampai kurang lebih
umur 6 bulan. Menyusui sebaiknya dilakukan sesegara mungkin setelah
melahirkan. Pada usia ini sebaiknya bayi disusui selama minimal 20 menit
pada masing-masing payudara hingga payudara benar-benar kosong.
Apabila hal ini dilakukan tanpa membatasi waktu dan frekuensi menyusui,
maka payudara akan memproduksi ASI sebanyak 800 ml bahkan hingga
1,5-2 liter perhari.
83
`Ketika memasuki usia 1 tahun, laju pertumbuhan mulai melambat
tetapi perkembangan motorik meningkat, anak mulai mengeksplorasi
lingkungan sekitar dengan cara berjalan kesana kemari, lompat, lari dan
sebagainya. Namun pada usia ini anak juga mulai sering mengalami
gangguan kesehatan dan rentan terhadap penyakit infeks seperti ISPA
dan diare sehingga anak butuh zat gizi tinggi dan gizi seimbang agar
tumbuh kembangnya optimal. Pada usia ini ASI tetap diberikan. Pada
masa ini berikan juga makanan keluarga secara bertahap sesuai
kemampuan anak. Variasi makanan harus diperhatikan. Makanan yang
diberikan tidak menggunakan penyedap, bumbu yang tajam, zat
pengawet dan pewarna. dari asi karena saat ini hanya asi yang terbaik
untuk buah hati anda tanpa efek samping.
1. Kalsium
2. Yodium
3. Zink
4. Zat Besi
84
Zat besi berfungsi dalam sistem kekebalan tubuh, pertumbuhan otak, dan
metabolisme energi. Sumber zat besi antara lain: hati, telur, ikan, kacang-
kacangan, sayuran hijau dan buah-buahan.
5. Asam Folat
Asam folat terutama berfungsi pada periode pembelahan dan
pertumbuhan sel, memproduksi sel darah merah dan mencegah anemia. Sumber
asam folat antara lain bayam, lobak, kacang-kacangan, serealia dan sayur-
sayuran.
85
DAFTAR PUSTAKA
Adinda. 2017.
Masalah Gizi penyebab Stunting
(http://adindascabiosa.blogspot.co.id/2014/04/-masalah-gizi-penyebab
stunting.html). Diakses pada tanggal 12 Desember 2023.
Laporan Tahuna Unicef Indonesia. 2012. Ringkasan Kajian Kesehatan Unicef
Indonesia.Oktober 2019.
Laporan Tahunan Indonesia. 2020. Penyajian Pokok-Pokok Hasil Riset
Kesehatan Dasar 2020.
Rizma. 2016. 8,8 Juta Anak Indonesia Bertubuh Kerdil.
(http://nasional.republika.co.id/berita/nasional/umum/16/01/26/o1k24o385-88-
juta-anak-indonesia-bertubuh-kerdil-part1). Diakses pada tanggal 12
Desember 2023.
86
Leaflet Penyuluhan KEK
87
Leaflet Penyuluhan Stunting
88
DAFTAR HADIR ACARA MMD
89
DAFTAR HADIR IMPLEMENTASI PENYULUHAN
90
DAFTAR HADIR EVALUASI PENYULUHAN
91
MAPPING
MAPPING
08/12 2023
Melakukan pengumpulan hasil
pengkajian data 17/12 2023
15/12 2023
09/12 2023 Melakukan Penyuluhan
Mengerjakan laporan komunitas - kekurangan energi kronik (KEK)
-balita dengan stunting
15/12 2023
Melakukan (MMD) Musyawarah
Masyarakat Desa
21/12 2023
# Rumusan masalah Hasil MMD
Melakukan evaluasi terhadap
1. Masalah ibu hamil dgn KEK implementasi yang dilakukan.
2. Masalah balita dengan stunting
92
DOKUMENTASI
PROSES PRAKTEK KEBIDANAN KOMUNITAS
DUSUN BINDUNG-PECORO-RAMBIPUJI
93
Gambar 3 ( pelaksanaan MMD musywarah masyrakat desa )
94
Gambar 4 ( Pelaksanaan Implementasi penyuluhan ibu hamil KEK dan Stunting)
95
96
Gambar 5. ( pembagian susu ibu hamil untuk ibu KEK )
97
Gambar 6. (Evaluasi ibu hamil KEK dan Stunting )
98
99