Anda di halaman 1dari 104

LAPORAN PRAKTIK KEBIDANAN KOMUNITAS

DI DESA PECORO KECAMATAN RAMBIPUJI


WILAYAH KERJA DINAS KESEHATAN JEMBER
TANGGAL 04-23 DESEMBER 2023

Disusun Oleh:
Vely Yatul Himmah Lazim (2103407141005)
Ilmi Sofi Qoidah (2103407141006)
Maulidatun Naharoh (2103407141014)
Adelia Rahma Putri ( 2103407141015)
Afifatul Mukarromah (2103407141019)
Feny Mareta Cahyani (2103407141021)
Diana Faikatul H. ( 2103407141024)
Afrista chesylia Putri ( 2103407141026)
Uswatun Hasanah ( 2103407141033)
Nurul Aini Zakiyah (2103407141035)

PROGRAM STUDI D-III KEBIDANAN


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS ISLAM JEMBER
2023/2024
LAPORAN PRAKTIK KEBIDANAN KOMUNITAS
DI DESA PECORO KECAMATAN RAMBIPUJI WILAYAH KERJA
DINAS KESEHATAN JEMBER TANGGAL
04-23 DESEMBER 2023

Laporan Praktik Komunitas Yang Berjudul “Asuhan Praktik


Komunitas Di Desa Pecoro Kecamatan Rambipuji Dinas Kerja
Kabupaten Jember
Telah Disakan Pada
Hari/Tanggal : / 2024
Mengetahui

Bidan Desa Dosen Pembimbing

Siti Indasah,A.Md.Keb Dyah Ekowati, S.ST.M.Kes


NIP: 196603061991032007 NIP:

Kepala Puskesmas Bidan Koordinator Puskesmas

dr.Rumi Enggarwati Rahayu Gaduh,AMd.Keb


NIP: 197903262014122001 NIP:

Camat

Djoni Nurtjahjono, S.H.,M.Si


KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan
hidayah — Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan ―Laporan Praktik Kebidanan
Komunitas Desa Pecoro Kecamatan Rambipuji Kabupaten Jember ini disusun untuk
memenuhi tugas Pembangunan Kesehatan Masyarakat Desa (PKMD), di Desa Pecoro
Kecamatan Rambipuji Jember. Laporan ini tidak dapat terselesaikan tanpa bantuan dari
berbagai pihak, oleh karena itu penulis mengucapkan terimakasih kepada:

1. Ibu Dewi Rakhmawati, S.ST.,M.kes selaku dekan Fakultas Ilmu Kesehatan


Universitas Islam Jember

2. Ibu Dyah Ekowati S.ST.,M.Kes selaku dosen pembimbing Praktik Komunitas di


Desa Pecoro Kecamatan Rambipuji.

3. Siti Indasah Amd.Keb Selaku Bidan Pembimbing Praktek sekaligus Bidan desa
Pecoro Kecamatan Rambipuji.

4. Serta teman-teman sejawat DIII kebidanan fakultas ilmu kesehatan Universitas


IslamJember.
Laporan Praktik Kebidanan Komunitas tentang kesehatan ibu dan anak ini sebagai
tambahan referensi, melatih mahasiswa untuk memberikan intervensi serta menambah
pengetahuan bagi masyarakat.
Penulis menyadari bahwa penyusunan makalah ini masih jauh dari kata sempurna, kami
berharap saran dan kritik yang membangun dari pembaca untuk kebaikan makalah ini ke
depan. Semoga makalah ini dapat bermanfaat untuk semua pihak.

Jember, 21 Desember 2023

Penulis

ii
DAFTAR ISI
HALAMAN COVER
LEMBAR PENGESAHAN
KATA PENGANTAR
DAFTAR TABEL
BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang ................................................................................................... 1
1.2. Tujuan .................................................................................................................. 2
1.3. Metode Penulisan ................................................................................................ 2
1.4. Pelaksanaan ......................................................................................................... 3
1.5. Sistematika Penulisan .......................................................................................... 4
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Konsep Dasar Komunitas .................................................................................... 6
2.2. Konsep PKMD .................................................................................................. 10
2.3. Konsep IKS ....................................................................................................... 14
2.4. Konsep KIA ....................................................................................................... 16
2.5. Konsep Stunting ................................................................................................ 17
2.6. Konsep Ibu hamil KEK ..................................................................................... 26
BAB III GAMBARAN UMUM
3.1 Pengkajian Data .................................................................................................. 31
3.2 Pengumpulan Data .................................................................................... 31
BAB IV PEMBAHASAN
4.1. Rumusan Masalah .............................................................................................. 44
4.2. Prioritas Masalah ...................................................................................... 44
4.3. Intervensi .................................................................................................. 45
4.4. Implementasi ............................................................................................ 49
4.5. Evaluasi ............................................................................................................. 52
BAB V PENUTUP
5.1. Kesimpulan .............................................................................................. 55
5.2. Saran.......................................................................................................... 55
DOKUMENTASI
DAFTAR PUSTAKA

iii
DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 Distribusi Penduduk Menurut Jenis Kelamin ..................................................33


Tabel 3.2 Distribusi Penduduk Menurut Umur ...............................................................34
Tabel 3.3 Distribusi Penduduk Menurut Pendidikan ......................................................34
Tabel 3.4 Distribusi Penduduk Menurut pekerjaan .........................................................35
Tabel 3.5 Distribusi Balita Menurut Keadaan Gizi .........................................................35
Tabel 3.6 Prilaku Hidup Bersih Sehat .............................................................................36
Tabel 3.7 Distribusi Pengambilan Keputusan Dalam Keluarga ......................................36
Tabel 3.8 Distribusi Penduduk Menurut Kunjungan ANC .............................................36
Tabel 3.9 Distribusi Penduduk menurut status imunisasi TT pada ibu hamil .................37
Tabel 3.10 Distribusi frekuensi ibu hamil dengan kehamilan resikotinggi .................. 37
Tabel 3.11 Distribusi ibu hamil menurut keadaan gizi ......................................................38
Tabel 3.12 Distribusi ibu hamil menurut rencana persalinan ............................................38
Tabel 3.13 Distribusi penduduk berdasarkan status pemeriksaan neonatus.......................38
Tabel 3.14 Distribusi ibu nifas menurut kunjungan nifas ..................................................39
Tabel 3.15 Distribusi pemberian asi eksklusif ..................................................................39
Tabel 3.16 Distribusi penduduk menurut penggunaan akseptor KB .................................40
Tabel 3.17 Distribusi macam aksektor di desa pecoro ......................................................40
Tabel 3.18 Distribusi status imunisasi balita .....................................................................41
Tabel 3.19 Distribusi frekuensi gizi pada balita ................................................................41
Tabel 3.20 Distribusi KMS balita ..................................................................................... 42
Tabel 3.21 Distribusi berdasarkan kondisi bayi pada saat pendataan ................................ 42
Tabel 3.22 Distribusi kepemilkian rumah di desa pecoro ................................................ 42
Tabel 3.23 Distribusi penggunaan air bersih di desa pecoro ............................................ 43

iv
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Asuhan kebidanan komunitas adalah kebidanan professional yang ditujukan \kepada
masyarakat dengan penekanan pada kelompok resiko tinggi dengan upaya mencapai derajat
kesehatan yang optimal melalui pencegahan penyakit, peningkatan kesehatan menjamin
keterjangkauan pelayanan kesehatan yang dibutuhkan dan melibatkan klien sebagai mitra
dalam perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi pelayanan kebidanan. Pelayanan kebidanan
komunitas adalah upaya yang dilakukan bidan untuk pemecahan terhadap masalah
kesehatan ibu dan balita dalam keluarga di masyarakat. Pelayanan kebidanan komunitas
dilakukan di luar rumah sakit atau institusi. Kebidanan komunitas dapat juga merupakan
bagian atau kelanjutan dari pelayanan yang diberikan di rumah sakit dalam upaya
menyelamatkan ibu dan bayi dalam proses kelahiran. Bidan komunitas mempunyai
pengetahuan yang luas dalam segala aspek dalam kehamilan dan persalinan karena
tugasnya adalah bersama sama perempuan sebagai partner untuk menerima secara positif
pengalaman proses kehamilan dan persalinan, serta mendukung keluarga agar dapat
keputusan atau pilihan secara individual berdasarkan informasi yang telah di berikan.
(Yulizawati, 2017).
Berbagai permasalahan kebidanan komunitas diantaranya yaitu dengan adanya gizi
buruk, Kematian Ibu, Kematian Bayi, Penyakit Menular dan terdapat gangguan
jiwa.(WHO,2020) permasalahan ini juga terjadi di desa pecoro berdasarkan hasil
pengkajian yang di dapat oleh kelompok yaitu permasalahan stunting dan Ibu hamil Salah
satu penyebab permasalahan di atas yaitu kurangnya tingkat kesadaran diri dan rendahnya
pengetahuan pada masyarakat sehingga terjadi dampak kesehatan yang kurang baik
terhadap masyarakat. Upaya yang dapat di lakukan yaitu dengan dilaksanakan penyuluhan
di Desa Pecoro tentang stunting dan Ibu hamil KEK.
Laporan ini disusun untuk mempertanggung jawabkan setiap kegiatan yang
dilaksanakan selama praktik komunitas baik mengenai keberhasilan maupun dalam
menghadapi kendalanya.

1
1.2. TUJUAN PENULISAN

1.2.1. Tujuan Umum


Dengan dituliskannya laporan ini mahasiswa dapat menggambarkan suatu keadaan
terkait masalah kesehatan diwilayah Desa Pecoro Kecamatan Rambipuji Kabupaten Jember

1.2.2. Tujuan Khusus


Laporan ini disusun untuk mempertanggung jawabkan setiap kegiatan yang
dilaksanakan selama komunitas baik mengenai keberhasilan maupun dalam
menghadapi kendala serta pemecahan permasalahan yang dilaksanakan

1. Melaksanakan pengkajian atau pengumpulan data masalah yang ada di


masyarakat tentang masalah KIA yang dilaksanakan pada tanggal 04 Desember
2023 s/d 7 Desember 2023
2. Merumuskan permasalahan bersama dengan masyarakat yang berhubungan
dengan KIA
3. Merencanakan pemecahan masalah dengan masyarakat yang berhubungan
dengan KIA
4. Melakukan implementasi (melakukan rencana yang telah disepakati oleh
masyarakat).
5. Melakukan penyuluhan bersama masyarakat di desa Pecoro yang berhubungan
dengan KIA
6. Evaluasi (hasil dari rencana yang telah di sepakati bersama)
1.3. METODE PENGUMPULAN DATA
Metode yang digunakan dalam penulisan laporan, menggunakan metode
pengumpulan data yaitu:

1. Survei
Survey adalah suatu cara penelitian deskriptif yang dilakukan terhadap
sekumpulan objek yang biasanya cukup banyak dalam jangka waktu tertentu
(Hidayat, 2016). Metode survey ini dilakukan untuk mendapatkan data obyktif dari
hasil pengkajian terhadap permasalahan yang terjadi di masyarakat secara
menyeluruh.

2. Wawancara
Wawancara adalah suatu metode yang digunakan untuk mengumpulkan data, dimana

2
peneliti mendapatkan keterangan dan pendirian secara lisan dari seorang sasaran penelitian
(responden) atau bercakap — cakap berhadapan muka dengan orang tersebut
(Hidayat,2016). Wawancara dilakukan untuk mendapatkan data subyektif dari hasil
pengkajian terhadap permasalahan yang terjadi di masyarakat.
3. Observasi
Observasi adalah suatu hasil penelitian aktif dan penuh perhatian menyadari adanya
rangsangan (Hidayat, 2016). Observasi dilakukan untuk mendapatkan data obyektif dari
hasil pengkajian terhadap permasalahan yang terjadi di masyarakat secara langsung.

1.4. PELAKSANAAN

1 Tgl 05 s/d 7 Desember 2023


pengkajian data yang meliputi; mengkaji masalah kesehatan di desa setempat,yaitu;
(Stunting, Ibu hamil KEK).
2 Tgl 12 Desenber 2023
dilakukan Musyawarah Masyarakat Desa (MMD)yang meliputi;memusyawarahkan
masalah kesehatan yang akan di prioritaskan, yaitu; (Stunting dan Ibu hamil KEK),
menyepakati masalah yang sudah di prioritaskan, mencari solusi atas masalah tersebut,
menyepakati solusi yang ditemukan, yaitu; (melakukan penyuluhan di acara pengajian).
3 Tgl 13 s/d 17 Januari 2023
melakukan kegiatan sesuai dengan solusi yang sudah di sepakati bersama.
4 Tgl 17 s/d 23 Januari 2023
melakukan evaluasi dari hasil penyuluhan yang sudah di berikan kepada Ibu
balita dan Ibu hamil KEK dengan hasil; (Ibu memahami apa penyebab Stunting dan
KEK, Ibu mengetahui cara mencegah Stunting dan KEK).

3
1.5 SISTEMATIKA PENULISAN
Halaman Judul
Lembar Persetujuan
Kata Pengantar
Daftar Isi
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
1.2 Tujuan
1.2.1 Tujuan Umum
1.2.2 Tujuan Khusus
1.3 Metode Pengumpulan Data
1.4 Pelaksasanaan
1.5 Sistematika Penulisan
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Konsep Asuhan Kebidanan Komunitas
2.1.1 Ciri-Ciri Masyarakat
2.1.2 Tipe-Tipe Masyarakat
2.1.3 Ciri Masyarakat Indonesia
2.1.4 Ciri Masyarakat Sehat
2.2 Konsep PKMD
2.2.1 Pengertian
2.2.2 Tujuan
2.2.3 Ciri-Ciri PKMD
2.2.4 Prinsip PKMD
2.2.5 Ruang Lingkup
2.2.6 Mekanisme pembinaan peran serta masyarakat dalam PKMD
2.2.7 Hal- hal yang diperlukan dalam pelaksanaan kegiatan PKMD
2.2.8 Persiapan bagi pelaksanaan
2.2.9 Prinsip-prinsip PKMD
2.2.10 Ruang Lingkup
2.2.11 Hal- hal yang diperlukan dalam pelaksanaan kegiatan PKMD
2.2.12 Persiapan bagi pelaksanaan
2.2.13 Persiapan bagi pelaksanaan

4
2.3 IKS ( Indeks Keluarga Sehat )
2.4 Konsep KIA
2.5 Konsep Stunting
2.6 Konsep Ibu Hamil KEK
BAB III ASUHAN KEBIDANAN KOMUNITAS
3.1 Pengkajian Data
3.2 Pengumpulan Data
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
BAB V PENUTUP
5.1 Kesimpulan
5.2 Saran
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
Lampiran 1. SAP
Lampiran 2. Leaflet
Lampiran 3. Daftar hadir
Lampiran 4. Mapping
Lampiran 5. Dokumentasi Proses Praktik Komunitas

5
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Konsep Dasar Asuhan Kebidanan komunitas

Masyarakat adalah sekumpulan manusia yang saling bergaul atau dengan istilah
lain saling berinteraksi. Kesatuan hidup manusia yang saling hidup berinteraksi
menurut sustu system adat istiadat tertentu bersifat continue dan terikat oleh suatu
identitas bersama (Barata, 2017).
Komunitas adalah menunjuk pada masyarakat yang bertempat tinggal disuatu
wilayah(arti dalam geografi)dalam batas-batas tertentu dimana yang menjadi dasarnya
adalah interaksi yang lebih besar dari anggota-anggotanya dibandingkan dengan
penduduk diluar batas wilayahnya (Ismail dan Zain, 2017).
Masyarakat adalah sekelompok manusia yang mendiami territorial dan sifat-sifat
yang saling tergantung adanya pembagian kerja dan kebudayaan bersama (Maclavel,
2016).
2.1.1. Ciri-ciri masyarakat
Dari berbagai pengertian diatas maka dapat disimpulkan bahwa masyarakat
mempunyaiciri-ciri sebagai berikut:

1. Interaksi social diantara anggota masyarakat yang meliputi kontak social dan
komunikasi
2. Wilayah tertentu
Suatu kelompok masyarakat menempati suatu wilayah tertentu dengan
batas-batas tertentu (geografis).
3. Saling ketergantungan
Anggota masyarakat yang hidup disuatu wilayah tertentu saling tergantung
satu dengan yang lainnya dalam memenuhi kebutuhan hidup
4. Adat istiadat dan kebiasaan
Adat istiadat diciptakan untuk mengatur tatanan masyarakat
5. Identitas
Suatu kelompok masyarakat memiliki identitas yang dapat dikenali oleh
masyarakatyang lainnya (Niken,dkk, 2016)

6
2.1.2. Tipe-tipe masyarakat

Menurut Gilin dan lembaga masyarakat dapat diklasifikasikan sebagai


berikut:

1. Dilihat dari sudut perkembangannya

2. Creative Institution

Lembaga masyarakat yang paling primer, merupakan lembaga yang secara tidak
sengaja tumbuh dan adat istiadat masyarakat.

3. Enacted Institution

Lembaga masyarakat yang secara sengaja dibentuk untuk memenuhi tujuantertentu


4. Dari sudut system nilai yang diterima oleh masyarakat
a) Basic Institution
Lembaga masyarakat yang sangat penting untuk memelihara danmempertahankan tata
tertib dalam masyarakat
b) Subsidiary Institution
Lembaga masyarakat yang muncul tapi dianggap kurang penting
5. Dari sudut penerimaan masyarakat

a) Approfet atau social sectional institution

Lembaga yang diterima masyarakat yang didasarkan atas dasar penyebarannya

b) Unsuctioned institution

Lembaga agama yang dianut oleh lembaga tertentu saja

6. Dari sudut penyebaran

a) General Institution

Lembaga masyarakat yang didasarkan atas dasar penyebarannya

b) Restrided Institution

Lembaga agama yang dianut oleh masyarakat tertentu saja

7. Dari sudut fungsi

a) Lembaga masyarakat yang menghimpun pola-pola atau tata cara yang


dilakukanuntuk mencapai tujuan

7
b) Regulatife Institution

Lembaga yang bertujuan mengawasi adat istiadat atau tata


kelakuan yangmenjadi bagian yang mutlak dari lembaga itu (syafrudin
dan Hamida, 2016)

2.1.3 Ciri masyarakat Indonesia

Dilihat dari struktur social dan kebudayaan Indonesia dibagi dalam tiga
kategori(Niken,dkk, 2017):
a) Masyarakat Desa

1) Hubungan keluarga dalam masyarakat sangat kuat

2) Hubungan didasarkan adat istiadat yang kuat sebagai organisasi social

3) Percaya pada kekuatan ghaib

4) Tingkat buta huruf relative tinggi

5) Berlaku hokum tidak tertulis yang intinya diketahui dan dipahami oleh
setiaporang
6) Tidak ada pendidikan khusus disbanding teknologi dan keterampilan
diwariskanoleh orang tua langsung kepada keturunannya
7) System ekonomi sebagian besar untuk memenuhi kebutuhan keluarga

8) Semangat gotong royong dalam bidang social dan ekonomi sangat kuat

b) Masyarakat Madya

a) Hubungankeluarga masih tetap kuat dan hubungan kemasyarakatan mulai


mengendor
b) Adat istiadat masih dihormati dan sikap masyarakat mulai terbuka dari
pengaruhluar
c) Timbul rasionalitas pada cara berpikir

d) Timbul lembaga pendidikan formal dalam masyarakat terutama pendidikan


dasardan menengah
e) Tingkat buta huruf sudah mulai menurun

f) Hukum tertulis mulai mendampingi hukum tidak tertulis


8
g) Ekonomi masyarakat lebih banyakmengarah kepada produksi pasaran

h) Gotong-royong tradisional tinggal untuk keperluan sosial di kalangan


keluargadan tetangga
c) Modern

1. Hubungan antara manusia didasarkan atas kepentingan pribadi

2. Hubungan antar masyarakat dilakukan secara terbuka dalam suasana saling


pengaruh mempengaruhi
3. Kepercayaan masyarakat yang kuat terhadap manfaat ilmu pengetahuan dan
teknologi sebagai sarana untuk meningkatkan kesejahteraan
4. Strata masyarakat digolongkan menurut profesi dan keahlian
5. Tingkat pendidikan formal tinggi dan merata

6. Hukum yang berlaku adalah hukum tertulis yang komplek

7. Ekonomi hampir seluruhnya ekonomi kasar yang didasarkan atas


penggunaanuang dan alat pembayaran lainnya

2.1.4. Ciri Masyarakat Sehat

1. Peningkatan kemampuan masyarakat untuk hihup sehat


2. Mengatasi masalah kesehatan sederhana
melalui upaya peningkatan,pencegahan,penyembuhan penyakit dan penulisan
kesehatan terutama untruk ibu dan anak.
3. Peningkatan upaya kesehatan lingkungan terutama penyediaan sanitasi dasar yang
di kembangkan dan di manfaatkan oleh masyarakat untuk meningkatkan mutu
lingkungan hidup.
4. Peningkatan status gizi masyarakat berkaitan dengan peningkatan status
ekonomi masyarakat.
5. Penurunan angka kesakitan dan kematian dari berbagai sebab dan penyakit
(syafrudin dan Hamida, 2009) .

9
2.2Konsep PKMD
2.2.1 Pengertian
Pembangunan kesehatan masyarakat desa (PKMD) adalah rangkaian
kegiatan masyarakat yang dilaksanakan atas dasar gotong royong dan swadaya
dalam rangka menolong diri sendiri untuk mengenal dan memecahkan masalah
atau kebutuhan yang dirasakan masyarakat, baik dalam bidang kesehatan
maupun bidang lain yang berkaitan dengan kesehatan agar mampu memelihara
kehidupannya yang sehat dalam rangka meningkatkan mutu hidup dan
kesejahteraan masyrakat (RasidinCalunda, 2018).

2.2.2 Tujuan
2.2.2.1 Tujuan Umum
Untuk meningkatkan kemampuan masyarakat menolong diri sendiri di bidang
kesehatan dalam rangka meningkatkan mutu hidup.
2.2.2.2 Tujuan khusus
1. Menumbuhkan kesadaran masyarakat akan potensi yang
dimiliki untuk menolong diri mereka sendiri dalam
meningkatkan mutu hidup mereka.
2. Mengembangkan kemampuan prakasa masyarakat untuk
berperan secara aktif dan berswadaya dalam meningkatkan
kesehatan mereka sendiri
3. Menghasilkan lebih banyak tenaga-tenaga masyarakat setempat
dan mampu trampil serta mau berperan aktif dalam kegiatan
pembangunan desa.
4. Meningkatkan kesehatan masyarakat dalam arti mememnuhi
indikator:
5. Angka kesakitan menurun.
6. Angka kematian menurun,terutam kematian bayi dan anak.
7. Angka kelahiran menurun.
8. Menurunnya angka kekurangan gizi pada anak balita (Rasidin
Calunda,2018).
2.2.3.Ciri-Ciri PKMD
1. Kejadian dilaksanakan atas dasar kesadaran,kemampuan dan prakarsa msyaraka
sendiri,dalam arti bahwa kegiatan dimulai dengan kegiatan untuk mengatasi masalah
10
kesehatan yang memang dirasakan oleh masyarakat sendiri sebagai kebutuhan.
2. Perencanaan kegiatan ditetatpkan oleh masyarakat secara musyawarah dan mufakat.
3. Pelaksananaan kegiatan berlandaskan pada peran serta aktif dan swadaya
masyarakatdalam arti memanfaatkan secara optimal kemampuan dan sumber daya
yang dimiliki.
2. Masukan dari luar hanya bersifat memacu,melengkapi dan menunjang tidak
mengakibatkan ketergantungan.
a. Kegiatan dilakukan oleh tenaga masyarakat setempat
b. Memanfaatkan teknologi tempat guna.
c. Kegiatan yang dilakukan sekurang-kurangnya mencakup salah satu dari
delapanunsur PHC (Rasidin Calunda, 2018).

2.2.4 Prinsip-prinsip PKMD


Kegiatan masyarakat sebaiknya dimulai dengan kegiatan yang memenuhi
kebutuhan msyarakat setempat walaupun kegiatan tersebut bukan merupakan
kegiatan kesehatan secara langsung.ini berarti bahwa kegiatan tidak hanya terbatas
pada aspek kesehatan saja,melaikan juga mencakup aspek-aspek kehidupan lainnya
yang secara tidak langsung menunjang peningkatan taraf kesehatan.dalam membina
kegiatan masyarakat diperlukan kerja sama yang baik.

2.2.5 Ruang lingkup


Tujuan PKMD adalah meningkatkan status kesehatan dalam rangka
meninghkatkan mutu hidup dan kesejahteraan masyarakat.Namun demikian status
kesehatan di pengaruhi oleh berbagai faktor terutama lingkungan dan faktor perilaku
masyarakat oleh karenannya kegiatan PKMD tidak terbatas dalam bidang pelayanan
kesehatan saja,akan tetapi menyangkut juga.
Kegiatan di luar kesehatan yang berkaitan dengan peningkatan status
kesehatan dan perbaikan mutu hidup masyarakat misalnya kegiatan usaha bersama
dalam bentuk koperasi simpen pinjam untuk meningkatkan pendapatan,atau usaha
bersama untuk meningkatkan taraf pendidikan masyarakat dengan bekerja sambil
belajar dan sebagainya,pengembangan PKMD tidak terbatas pada daerah pedesaan
saja,akan tetapi juga meliputi masyarakat daerah perkotaan yang berpenghasilan
rendah.
Kegiatan partisipasi masyarakat dalam melaksanakan pos pelayanan terpadu

11
5 program (KIA,KB,gizi,imunisasi dan penangglangan diare), juga merupakan salah
satu bentuk dari kegiatan PKMD (Rasidin Calunda, 2018).

2.2.6 Mekanisme pembinaan peran serta masyarakat dalam PKMD

a. Untuk mengenal masalah dan kebutuhan mereka sendiri,masyarakat mendapatkan


bimbingan dan motivasi dari puskesmas yang bekerja sama dengan sektor- sektor
yangbersangkutan.
b. Pemuka masyarkat di arahkan untuk membahas masalah dan kebutuhan yang
diasakan oleh mereka dan membimbing untuk memecahkan masalah dan memenuhi
kebutuhan sumber daya setempat yang tersdia.
c. Dalam hal masalah,atau kebutuhan dalam sebagian dapat diatasi sendiri,maka
puskesmas bersama dengan sektor yang bersangkutan memberi bantuan teknis,atau
materi yang dibutuhkan dengan catatan bantuan tersebut tidak menimbulkan
ketergantungan.
d. Dalam hal masalah dan keutuhan masyarakat tidak mungkin diatasi sendiri,maka
pelayanan langsung diberikan oleh puskesmas dan atau sektor yang bersangkutan
(Rasidin Calunda, 2018).
2.2.7 Hal- hal yang diperlukan dalam pelaksanaan kegiatan PKMD

a. Masyarakat perlu dikembangkan pengertiannya yang benar tentang kesehatan


dan tentang program-program yang dilaksanakan pemerintah.
b. Masyarakat perlu dikembangkan kesadarannya,akan potensi yang sumber daya
yang memiliki serta harus dikembangkan dan dibina kemampuan dan
keberaniannya untuk berperan secara aktif dan berswadaya dalam meningkatkan
mutu hidup dan kesejahteraan mereka.
c. Sikap mental pihak penyelenggaraan pelayanan perlu disipkan terlebih dahulu
agar dapat menyadari bahwa dapat menyadari bahwa masyarakat mempunyai hak
dan potensi untuk menolong diri mereka sendiri,dalam meningkatkan mutu hidup,dan
kesehatan mereka.
d. Harus ada kepekaan dari para pembina untuk memahami aspirasi yang tumbuh di
masyarakat dan dapat berperan secara ajar dan tepat.
e. Harus ada keterbukaan dan interaksi yang dinamis dan berkesinambungan baik
antara para pembina maupun antara pembina dengan masyarakat,sehingga
muncularus pemikiran yang mendukung kegiatan PKMD (Rasidin Calunda, 2018).
12
2.2.8 Persiapan bagi pelaksanaan

Persiapan bagi pelaksana dari masyrakat sangat penting artinya persiapan


yangdi maksud dapat dilakukan melalui:

a. Studi perbandingan (Rasidin Calunda, 2018).

2.2.9 Pengadaan fasilitas


Kelestarian PKMD akan lebih terjamin bila fasilitas yang disediakan dari
swadaya masyarakat malalui potensi dan sumber daya yang ada dimasyarakat yang
dapat gali dan dimanfaaatkan bila masyarakat tidak memilikinya barulah para
penyelenggara pembinaan PKMD berusaha untuk memberikan bantuan sesuai
dengan kebutuhan masyarakat dengan ketentuan tidak menimbulkan
ketergantungan bagi masyarakat (Rasidin Calunda, 2018).

13
2.3. IKS ( Indeks Keluarga Sehat )

Indeks Keluarga Sehat ( IKS) adalah perhitungan kedua belas imdikator


keluarga sehat dari setiap keluarga yang besarnya berkisar antara 0 sampai
dengan 1. Keluarga yang tergolong dalam keluarga sehat adalah keluarga dengan
IKS >0,8 ( Kementrian Kesehatan RI, 2016 ). Indikator Keluarga Sehat Menurut
Kemenkes RI.
1. Keluarga mengikuti program Keluarga Berencana (KB)
Tidak semata membatasi jumlah anak dalam keluarga, program KB
juga bertujuan untuk memastikan bahwa setiap anak mendapat ASI yang
cukup dan pola asuh yang optimal sehingga bisa menjadi anak yang sehat dan
cerdas.
2. Selain itu, program KB juga dapat menurunkan risiko kematian ibu dan bayi
serta mencegah kehamilan yang tidak direncanakan, sehingga dapat menjaga
kesejahteraan keluarga.
3. Ibu melakukan persalinan di fasilitas kesehatan
Fasilitas kesehatan yang memadai akan mendukung proses persalinan yang
aman dan minim risiko komplikasi kehamilan. Setelah melahirkan, ibu juga akan
memiliki tempat untuk memeriksa kesehatannya dan bayinya secara berkala.
Denganbegitu, keselamatan serta kesehatan ibu dan anak jadi lebih terjamin.
4. Bayi mendapat imunisasi dasar lengkap
Imunisasi anak sangat penting dilakukan guna mencegah terjadinya penyakit
infeksi yang bisa berakibat fatal baginya, seperti polio, campak, dan difteri. Untuk
mendapatkan imunisasi wajib, Anda bisa membawa anak ke posyandu, puskesmas,
atau rumah sakit.
5. Bayi mendapat air susu ibu (ASI) eksklusif
Keunggulan air susu ibu (ASI) sebagai sumber nutrisi bayi memang
sudah tidak diragukan lagi. ASI dapat melindungi bayi dari beragam penyakit serta
mendukung perkembangan tubuh dan otaknya secara optimal, sehingga ia tumbuh
menjadi anak yang sehat dan cerdas. Itulah sebabnya pemberian ASI eksklusif
sangatberperan besar untuk membentuk keluarga sehat.
6. Balita mendapatkan pemantauan pertumbuhan
Berat badan bayi perlu ditimbang setiap bulannya, sejak lahir sampai usia 5
tahun. Hal ini penting untuk memastikan pertumbuhan dan perkembangan anak
selalu baik, serta mendeteksi secara dini bilamana terdapat gangguan pada

14
pertumbuhannya.
7. Penderita tuberkulosis paru mendapatkan pengobatan sesuai standar
Tuberkulosis (TBC) adalah penyakit menular yang dapat menurunkan
kualitas hidup seseorang dan keluarganya. Tuberkulosis yang tidak ditangani dengan
benar berisiko menyebabkan kerusakan paru-paru yang parah dan penularan ke
orang-orang terdekat.
Maka dari itu, bila terdapat anggota keluarga yang mengalami gejala
tuberkulosis, seperti batuk lebih dari 3 minggu, batuk darah, sesak napas, keringat
dingin, dan penurunan berat badan drastis, segera bawa ke dokter untuk
mendapatkanpengobatan.
8. Penderita hipertensi melakukan pengobatan secara teratur
Hipertensi adalah penyakit kronis yang sering terabaikan karena sering kali
tidak memiliki gejala. Meski begitu, dampak yang terjadi akibat hipertensi bisa fatal,
mulai dari serangan jantung hingga stroke. Hal ini tentu akan memengaruhi keadaan
suatu keluarga, apalagi jika terjadi pada kepala keluarganya.
Oleh karena itu, bila terdapat anggota keluarga yang menderita hipertensi,
ingatkan ia agar selalu menerapkan gaya hidup sehat, meminum obat secara teratur
sesuai rekomendasi dokter, serta melakukan kontrol teratur.
9. Anggota keluarga tidak ada yang merokok
Sudah kita ketahui bersama bahwa asap rokok mengandung banyak zat
beracun bagi tubuh. Meskipun hanya satu orang yang merokok di rumah, asapnya
bisa dihirup anggota keluarga lain dan membuat mereka menjadi perokok pasif.
Perlu Anda pahami bahwa menjadi perokok pasif sama berbahayanya dengan
menjadi perokok aktif. Jadi, jika di keluarga Anda ada yang merokok, jangan putus
asa untuk membujuk dan membantunya agar bisa berhenti. Jika tidak bisa, ingatkan
dia untuk merokok di luar rumah.
10. Keluarga sudah menjadi anggota Jaminan Kesehatan Nasional (JKN)
Dengan menjadi anggota program JKN yang diselenggarakan oleh BPJS
Kesehatan, seluruh anggota keluarga bisa mendapatkan pelayanan kesehatan yang
sesuai kebutuhan, tanpa harus memikirkan biaya. Ini juga bisa menjaga keadaan
finansial keluarga

15
2.4 Konsep KIA
2.4.1 Pengertian
Program kesehatan Ibu dan Anak (KIA) adalah upaya dibidang kesehatan
yang menyangkut pelayanan dan pemeliharaan ibu hamil, ibu bersalin, ibu
menyusui, bayi dan anak balita serta anak pra sekolah (Djoko Wijoyo, 2018).

2.4.2 Tujuan
Tujuan program kesehatan ibu dan anak (KIA) adalah tercapainya
kemampuan hidup sehat melalui peningkatan derajat kesehatan yang optimal, bagi
ibu dan keluarganya untuk menuju keluarga kecil bahagia (KKB) serta
meningkatnya derajat kesehatan anak untuk menjamin proses tumbuh kembang
optimal yang merupakan landasan bagi peningkatan kualitas manusia seutuhnya.
Sedangkan tujuan khusus program KIA adalah :

1. Meningkatnya kemampuan ibu (pengetahuan, sikap, dan perilaku), dalam


mengatasi kesehatan diri dan keluarganya dengan menggunakan teknologi tepat
guna dalam upaya pembinaan kesehatan keluarga, paguyupan 10 keluarga,
posyandu dan sebagainya.
2. Meningkatnya upaya pembinaan kesehatan balita dan anak pra sekolah secara
mandiri didalam lingkungan keluarga, paguyupan 10 keluarga, posyandu, dan
karang balita disekolah taman kanak atau TK.
3. Meningkatnya jangkauan pelayanan kesehatan bayi, anak balita, ibu hamil, ibu
bersalin, ibu nifas, dan ibu menyusui.
4. Meningkatnya mutu pelayanan kesehatan ibu hamil, ibu bersalin, nifas, ibu
meneteki,bayi dan anak balita.
5. Meningkatnya kemampuan dan peran serta masyarakat, keluarga dan seluruh
anggotanya untuk mengatasi masalah kesehatan ibu, balita, anak pra sekolah
terutama melalui peningkatan peran serta ibu dan keluarganya Djoko Wijoyo,
2018).
2.4.3 Target Program KIA
Menurut WHO (2018), Target program kesehatan ibu dan anak (KIA)
adalah meningkatnya ketersidaan keterjangkuan pelayanan kesehatan yang
bermutu bagi seluruh masyarakat pada tahun 2018 dalam program gizi dan anak
yaitu:

16
1. hamil mendapat pelayanan Antenatal Care minimal 6x selama kehamilan.

2. Persalinan ditolong oleh tenaga kesehatan terlatih 90%

3. Cakupan peserta KB lama dan baru yang masih aktif sebesar 75%

4. Pelayanan kesehatan bayi sehingga kunjungan neonatal pertama (KNI)sebesar


90%dan KN lengkap (KN1,KN2 dan KN3) sebesar 88%
5. Pelayanan kesehatan anak balita sebesar 85%

6. Balita di timbang berat badannya (jumlah balita di timbang atau balita


seluruhnya(D/S) sebesar 85%)
7. ASI esklusif pada bayi usia 0-6 bln sebesar 80 %

8. Rumah Tangga yang mengkonsumsi garam beryodium sebesar 90%

9. Ibu hamil mendapat 90 tablet tambah darah sebesar 85% dan Balita usuia 6-59
bln mendapat kapsul vit A sebanyak 85%
10. Cakupan imunisasi dasar lengkap kepada bayi 0-11 bln sebesar 90%

11. Penguatan imunisasi yang dilakukan rutin melalui gerakan akselerasi


imunisasi Nasional (GAIN) UCI, sehingga desa dan kelurahan dapat mencapai
Universal Child imunisasi (UCI) sebanyak 100%. Pelakanaan promosi
kesehatan dan pemberdayaan masyarakat dalam mendukung terwujudnya desa
dan kelurahan siaga aktif sebesar 80%.

2.5 Konsep Stunting

2.5.1 Pengertian Stunting

Stunting adalah kondisi gagal tumbuh akibat kekurangan gizi kronis


terutama pada seribu hari pertama kehidupan (HPK). Stunting adalah kondisi
tinggi badan seseorang lebih pendek dibanding tinggi badan orang lain pada
umumnya (yang seusia). Stunted (short stature) atau tinggi/panjang badan
terhadap umur yang rendah digunakan sebagai indicator malnutrisi kronik
yang menggambarkan riwayat kurang gizi dalam jangka waktu lama. Panjang
badan menurut umur atau umur merupakan pengukuran antropometri yang
menggambarkan keadaan pertumbuhan skeletal. Pada keadaan normal,
panjang badan tumbuh seiring dengan pertambahan umur. Pertumbuhan
17
panjang badan tidak seperti berat badan, relatif kurang sensitive terhadap
masalah kekurangan gizi dalam waktu pendek.(Atikah, Rahayu, 2018).

Stunting ditandai dengan panjang atau tinggi badan lebih pendek dari
usianya. Stunting juga lebih rentan terhadap penyakit dan dimasa depan
berisiko menurunkan Produktivitas. Stunting atau perawakan pendek
(shortness). Suatu keadaan tinggi badan (TB) seseorang yang tidak sesuai
dengan umur, yang penentuannya dilakukan dengan menghitung skor Z-
indeks tinggi badan menurut umur (TB/U). Seseorang di katakan stunting bila
skor Z-indeks TB/U-nya di bawah -2 SD (standar deviasi). (Human
Development Worker, 2018).

Stunting adalah masalah utama kesehatan masyarakat yang


berhubungan dengan meningkatnya resiko kesakitan,kematian dan hambatan
pada pertumbuhan baik motorik maupun mental. Kejadian stunting
merupakan suatu proses komulatif yang terjadi sejak kehamilan, masa kanak –
kanak dan sepanjang siklus kehidupan. Stunting disebabkan oleh kekurangan
gizi kronis, infeksi berulang dalam jangka waktu lama dan kurangnya
stimulasi psikososial sejak di dalam kandungan dan setelah dilahirkan. Tidak
hanya faktor spesifik gizi, tetapi juga faktor sensitif gizi yang berinteraksi satu
dengan lainnya. (Tanoto, 2019).

2.5.2 Faktor Penyebab Stunting

Stunting merefleksikan gangguan pertumbuhan sebagai dampak dari


rendahnya status gizi dan kesehatan. UNICEF framework (United Nations
Children Fund ) menjelaskan dua penyebab langsung stunting adalah faktor
penyakit dan asupan zat gizi. Kedua faktor ini berhubungan dengan faktor
pola asuh, akses terhadap makanan, akses terhadap layanan kesehatan dan
sanitasi lingkungan, namun penyebab dasar dari semua ini adalah terdapat
pada level individu dan rumah tangga tersebut, seperti tingkat pendidikan,
pendapatan rumah tangga. Stunting juga disebabkan oleh faktor multi
dimensi, tidak hanya disebabkan oleh faktor asupan gizi yang kurang atau
atau gizi buruk yang dialaami oleh seseorang maupun calon ibu. Faktor
penyebab langasung masalah gizi stunting aadalah asupan konsumsi
makanan/asupan gizi dan infeksi penyakit (Human Development Worker,
18
2018).

Faktor penyebab tidak langsung masalah gizi stunting yaitu meliputi


ketersediaan pangan rumah tangga dan pola konsumsi rumah tangga,
kebersihan dan sanitasi, dan pelayanan kesehatan serta kesehatan lingkungan
(Direktorat Jendral Kesehatan Masyarakat Kementrian Kesehatan, 2018).
Berdasarkan haasil – hasil penelitian baik yang dilakukan penulis maupun
peneliti lain di dalam dan luar negeri, diketahui penyebab stunting sangat
kompleks. Namun, penyebab atau faktor risiko utama dapat dikategorikan
menjadi beberapa menurut kementrian kesehatan 2018 yaitu:

a. Faktor Genetik

Hasil penelitian menyebutkan tinggi badan ibu kurang dari 145 cm


berisiko memiliki anak pendek 2,13 kali dibanding ibu dengan tinggi
badan normal. Tinggi badan ibu 145-150 cm risiko memiliki anak stunting
1,78 kali di banding ibu normal, sedangkan tinggi badan ibu 150-155 cm
berisiko memiliki anak stunting 1,48 kali dibandingan ibu normal.Tinggi
badan orang tua sendiri sebenarnya juga dipengaruhi banyak faktor yaitu
faktor internal seperti faktor genetic dan faktor eksternal seperti faktor
penyakit dan asupan gizi sejak usia dini. Faktor genetic adalah faktor yang
tidak dapat dirubah sedangkan eksternal adalah faktor yang dapat diubah.

b. Status Ekonomi

Pada kelompok status ekonomi kurang maupun sttaus ekonomi


cukup masih banyak dijumpai ibu yang memiliki pengetahuan rendah di
bidang gizi. Berdasarakan hasil penelitian diketahui bahwa orangtua
dengan daya beli rendah jarang memberikan telur, daging , ikan, atau
kacang – kacangan setiap hari. Hal ini berarti kebutuhan protein anak
tidak terpenuhi karena anak tidak mendapatkan asupan protein yang cukup

c. Anemia Pada Ibu

Anemia pada ibu hamil sebagian sebagai besar disebabkan oleh


defisiensi zat gizi mikro terutama zat besi. Akibat defisiensi zat besi pada
ibu hamil akan mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan janin
sehingga janin yang yang dilahirkan sudah malnutrisi. Malnutrisi pada
19
bayi jika tidak segera diatasi akan menetap sehingga menimbulkan
malnutri kronis yang merupakan penyebab stunting.

Pengaruh metabolisme yang tidak optimal juga terjadi pada bayi


karena kekurangan kadar hemoglobin untuk mengikat oksigen, sehingga
kecukupan asupan gizi selama didalam kandungan kurang dan bayi lahir
dengan berat di bawah normal. Beberapa hal di atas juga dapat
mengakibatkan efek fatal, yaitu kematian pada ibu saat proses persalinan
atau kematian neonatal.

d. Defisiensi Zat Gizi

Zat gizi sangat penting bagi pertumbuhan, pertumbuhan adalah


peningkatan ukuran dan massa konstituen tubuh. Asupan zat gizi yang
menjadi faktor risiko terjadinya stunting dapat dikategorikan menjadi 2
yaitu asupan zat gizi makro yang paling mempengaruhi terjadinya stunting
adalah asupan protein, sedangkan asupan zat gizi mikro yang paling
mempengaruhi kejadian stunting adalah asupan kalsium, seng, dan zat
besi.(MKes(Epid), 2020).

e. Status gizi ibu saat hamil

Menurut Yongky, (2012). Status gizi ibu saat hamil dipengaruhi oleh
banyak faktor, faktor tersebut dapat terjadi sebelum kehamilan maupun
selama kehamilan. Beberapa indikator pengukuran seperti kadar
hemoglobin (Hb) yang menunjukkan gambaran kadar Hb dalam darah
untuk menentukan anemia atau tidak, Lingkar Lengan Atas (LILA) yaitu
gambaran pemenuhan gizi masa lalu dari ibu untuk menentukan KEK atau
tidak, hasil pengukuran berat badan untuk menentukan kenaikan berat
badan selama hamil yang dibandingkan dengan IMT ibu sebelum hamil.

f. Pengukuran LILA

Pengukuran LILA dilakukan pada ibu hamil untuk mengetahui


status KEK ibu tersebut. KEK merupakan suatu keadaan yang
menunjukkan kekurangan energi dan protein dalam jangka waktu yang
lama (Kemenkes R.I, 2013)

20
g. Kadar Hemoglobin

Menurut Moegni dan Ocviyanti, (2013) Anemia pada saat kehamilan


merupakan suatu kondisi terjadinya kekurangan sel darah merah atau
hemoglobin (Hb) pada saat kehamilan. Ada banyak faktor predisposisi
dari anemia tersebut yaitu diet rendah zat besi, vitamin B12, dan asam
folat, adanya penyakit gastrointestinal, serta adanya penyakit kronis
ataupun adanya riwayat dari keluarga sendiri. Ibu hamil dengan anemia
sering dijumpai karena pada saat kehamilan keperluan akan zat makanan
bertambah dan terjadi perubahan-perubahan dalam darah dan sumsum
tulang.

Kadar hemoglobin saat ibu hamil berhubungan dengan panjang bayi


yang nantinya akan dilahirkan, semakin tinggi kadar Hb semakin panjang
ukuran bayi yang akan dilahirkan (Ruchayati, 2012). Prematuritas, dan
BBLR juga merupakan faktor risiko kejadian stunting, sehingga secara
tidak langsung anemia pada ibu hamil dapat menyebabkan kejadian
stunting pada balita.

h. Berat badan lahir

Berat badan lahir sangat terkait dengan pertumbuhan dan


perkembangan jangka panjang anak balita, pada penelitian yang dilakukan
oleh Anisa (2012) menyimpulkan bahwa terdapat hubungan yang
bermakna antara berat lahir dengan kejadian stunting pada balita di
Kelurahan Kalibaru. Bayi yang lahir dengan berat badan lahir rendah
(BBLR) yaitu bayi yang lahir dengan berat badan kurang dari 2500 gram,
bayi dengan berat badan lahir rendah akan mengalami hambatan pada
pertumbuhan dan perkembangannya serta kemungkinan terjadi
kemunduran fungsi intelektualnya selain itu bayi lebih rentan terkena
infeksi dan terjadi hipotermi (Direktorat Bina Gizi dan KIA, 2012).

Banyak penelitian yang telah meneliti tentang hubungan antara


BBLR dengan kejadian stunting diantaranya yaitu penelitian di
Klungkung dan di Yogyakarta menyatakan hal yang sama bahwa ada

21
hubungan antara berat badan lahir dengan kejadian stunting (Sartono,
2013).

Selain hal tersebut, faktor penyebab stunting lainnya yaitu kondisi


kesehatan ibu dan gizi ibu sebelum kehamilan, saat kehamilan, dan
sesudah melahirkan, jarak antara kehamilan yang terlalu dekat, ibu yang
terlalu muda ataupun terlalu tua, ibu terlalu sering melahirkan, ibu yang
memiliki postur tubuh pendek, serta asupan nutrisi yang kurang pada saat
kehamilan, tidak terlaksananya inisiasi menyusu dini (IMD), tidak
terlaksananya pemberian ASI Eksklusif dan tidak terlaksananya proses
penyapihan dini, kualitas , kuantitas dan keamanan pangan MPASI yang
diberikan kepada bayi dapat menjadi salah satu faktor terjadinya stunting.

2.5.3 Dampak Stunting

Stunting dapat menimbulkan dampak yang sangat buruk,


baik dalam jangka pendek maupun jangka panjang. Menurut WHO,
Pertumbuhan stunting yang terjadi pada usia dini dapat berlanjut dan
berisiko untk tumbuh pendek pada usia dewasa muda. Stunting dalam
jangka panjang akibat buruk yang dapat timbul adalah menurunnya
kemampuan kognitif dan prestasi belajar, menurunya kekebalan tubuh
sehingga mudah terserang penyakit, dan risiko tinggi untuk munculnya
penyakit diabetes, kegemukan, penyakit jantung dan pembuluh darah,
kanker, stroke, kapasitas belajar dan performa yang kurang optimal
saat berada di masa sekolah dan disabilitas di usia tua. (Atikah,
Rahayu, 2018)

Dampak stunting dalam jangka pendek adalah terganggunya


perkembangan otak, kecerdasan, gangguan pertumbuhan fisik, dan
gangguan metabolism dalam tubuh.(Kementerian Desa Pembangunan
Daerah Tertinggal dan Transmigrasi, 2017). Masalah stunting
khususnya seseorang yang pendek dengan dampak negative yang akan
berlangsung dalam kehidupan selanjutnya, Studi mengatakan bahwa
seseorang yang pendek sangat berhubungan dengan prestasi
pendidikan yang buruk, lama pendidikan yang menurun dan
pendapatan yang rendah sebagai orang dewasa.(Untung et al., 2021)
22
Menurut Hoddinott et al., (2013) stunting memiliki
konsekuensi ekonomi yang penting untuk laki-laki dan perempuan di
tingkat individu, rumah tangga dan masyarakat. Bukti yang
menunjukkan hubungan antara perawakan orang dewasa yang lebih
pendek dan hasil pasar tenaga kerja seperti penghasilan yang lebih
rendah dan produktivitas yang lebih buruk. Hal tersebut sejalan dengan
penelitian yang dilakukan oleh Widanti (2017) bahwa seseorang yang
mengalami stunting memiliki potensi tumbuh kembang yang tidak
sempurna, kemampuan motoric dan produktivtas rendah, serta
memiliki risiko lebih tinggi untuk menderita penyakit yang tidak
menular.

Stunting mengakibatkan kemampuan pertumbuhan yang


rendah pada masa berikutnya, baik fisik maupun kognitif, dan akan
berpengaruh terhadap produktivitas di masa dewasa (Pusat Kajian Gizi
Dan Kesehatan Jurusan Gizi Poltekkes Denpasar, 2017). Bisa
dibayangkan, bagaimana kondisi orang – orang Indonesia yang
menderita stunting, bangsa ini akan tidak mampu bersaing dengan
bangsa lain dalam menghadapi tantangan global.

Pertumbuhan stunting yang terjadi pada usia dini dapat


berlanjut dan berisiko untuk tumbuh pendek pada usia dewsa muda.
Anak yang tumbuh pendek pada usia dini (0-2 tahun) dan tetap pendek
pada usia 4-6 tahun memiliki risiko 27 kali untuk tetap pendek
sebelum memasuki usia pubertas; sebaliknya anak yang tumbuh
normal pada usia dini dapat mengalami growth faltering pada usia 4-6
tahun memiliki risiko 14 kali tumbuh pendek pada usia pra-pubertas.
Oleh karena itu, intervensi untuk mencegah pertumbuhan stunting
masih tetap dibutuhkan bahkan setelah melampaui 1000 HPK
(Aryastami, N.K, 2015).

Efek sisa pertumbuhan anak pada usia dini terbawa hingga


usia prapubertas. Peluang kejar tumbuh melampaui usia dini masih ada
meskipun kecil. Ada hubungan kondisi pertumbuhan (berat badan
lahir, status sosial ekonomi) usia dini terhadap pertumbuhan pada anak

23
usia 9 tahun. Anak yang tumbuh normal dan mampu mengejar
pertumbuhannya setelah usia dini 80% tumbuh normal pada usia pra-
pubertas (McGovern ME, 2012).

2.5.4 Pengukuran Status Stunting

Dengan Antropometri PB/U atau TB/U Menurut Suandi,


(2012). Panjang badan menurut umur atau umur merupakan
pengukuran antropometri untuk status stunting. Panjang badan
merupakan antropometri yang menggambarkan keadaan pertumbuhan
skeletal. Pada keadaan normal, panjang badan tumbuh seiring dengan
pertambahan umur. Pertumbuhan panjang badan tidak seperti berat
badan, relatif kurang sensitif terhadap masalah kekurangan gizi dalam
waktu pendek. Pengaruh defisiensi zat gizi terhadap panjang badan
akan nampak dalam waktu yang relatif lama. Pengukuran tinggi badan
harus disertai pencatatan usia (TB/U).

Tinggi badan diukur dengan menggunakan alat ukur tinggi


stadiometer Holtain/mikrotoice (bagi yang bisa berdiri) atau baby
length board (bagi balita yang belum bisa berdiri). Stadiometer baby
length board terpasang di dinding dengan petunjuk kepala yang dapat
digerakkan dalam posisi horizontal. Alat tersebut juga memiliki jarum
petunjuk tinggi dan ada papan tempat kaki. Alat tersebut cukup mahal,
sehingga dapat diganti dengan meter stick yang digantung di dinding
dengan petunjuk kepala yang dapat digeralkan secara horizontal. Stick
pada petunjuk kepala diisertai dengan skala dalam cm. Standar
digunakan untuk standarisasi pengukuran berdasarkan rekomendasi
National Canter of Health Statistics (NCHS) dan WHO. Standarisasi
pengukuran ini membandingkan pengukuran anak dengan median, dan
standar deviasi atau Z-score adalah unit standar deviasi untuk
mengetahui perbedaan Antara nilai individu dan nilai tengah (median)
populasi referent untuk umur/tinggi yang sama, dibagi dengan standar
deviasi dari nilai populasi rujukan. Beberapa keuntungan penggunaan
Z-score antara lain untuk mengidentifikasi nilai yang tepat dalam
distribusi perbedaan indeks dan peredaan umur, juga memberikan

24
manfaat untuk menarik kesimpulan secara statistik dari pengakuan
antropometri. Indikator antropometrik seperti tinggi badan menurut
umur adalah penting dalam mengevaluasi kesehatan dan status gizi
anak-anak pada wilayah dengan banyak masalah gizi buruk. Dalam
menentukan klasifikasi gizi kurang dengan stunting sesuai dengan (Cut
off point), dengan penilaian Z-score, dan pengukuran pada anak balita
berdasarkan tinggi badan menurut umur (TB/U) standar baku WHO-
NCHS (WHO 2010).

Berikut adalah Klasifikasi status gizi stunting berdasarkan indikator


TB/U:

a. Sangat pendek : Z-score < -3,0

b. Pendek : Z-score < -2,0 s.d Z-score ≥ -3,0

c. Normal : Z-score ≥ -2,0

Gangguan pertumbuhan dapat terjadi dalam kurun waktu


singkat dan dapat terjadi pula dalam waktu yang cukup lama.
Gangguan pertumbuhan dalam waktu singkat sering terjadi pada
perubahan berat badan sebagai akibat menurunnya napsu makan
seperti diare dan infeksi saluran pernapasan atau karena kurang
cukupnya makanan yang dikonsumsi. Gagal tumbuh (Growth
Faltering) merupakan suatu. kejadian yang ditemui pada hampir setiap
anak di Indonesia. Gagal tumbuh pada dasarnya merupakan
ketidakmampuan anak untuk mencapai berat badan atau tinggi badan
sesuai dengan jalur pertumbuhan normal. (Atikah, Rahayu, 2018).

2.5.5 Pengukuran status Stunting dengan IMT (Indeks Massa Tubuh)

Menurut Grummer-Strawn LM et al.,(2012) Indeks massa


tubuh (IMT) merupakan nilai yang diambil dari perhitungan antara
berat badan (BB) dan tinggi badan (TB) seseorang. Indeks massa tubuh
(IMT) dipercayai dapat menjadi indikator atau mengambarkan kadar
adipositas dalam tubuh seseorang. Untuk orang dewasa yang berusia
20 tahun keatas, IMT diinterpretasi menggunakan kategori status berat
badan standar yang sama untuk semua umur bagi pria dan wanita.
25
Untuk anak-anak dan remaja, intrepretasi IMT adalah spesifik
mengikut usia dan jenis kelamin (CDC, 2009).

2.6 Konsep Ibu Hamil Kek

2.6.1 pengertian

Kekurangan Energi Kronis (KEK) adalah salah satu keadaan


malnutrisi. Ibu KEK menderita kekurangan makanan yang berlangsung
menahun (kronik) yang mengakibatkan timbulnya gangguan kesehatan pada
ibu secara relatif atau absolut satu atau lebih zat gizi (Sipahutar, dkk., 2013).
Kekurangan Energi Kronis (KEK) adalah salah satu keadaan malnutrisi atau
keadaan patologis akibat kekurangan secara relatif atau absolut satu atau
lebih zat gizi (Supariasa, 2013). Kekurangan Energi Kronis (KEK) adalah
kekurangan energi yang memiliki dampak buruk terhadap kesehatan ibu dan
pertumbuhan perkembangan janin. Ibu hamil dikategorikan KEK jika
Lingkar Lengan Atas (LILA) < 23,5 cm (Muliarini, 2015)

2.6.2 Tanda dan Gejala Kek

Kekurangan Energi Kronis (KEK) memberikan tanda dan gejala


yang dapat dilihat dan diukur. Tanda dan gejala KEK yaitu Lingkar Lengan
Atas (LILA) kurang dari 23,5 cm (Supariasa, 2013).

2.6.3 Pengukuran Antropometri Lingkar Lengan Atas (LILA)

a. Pengertian LILA

Lingkar Lengan Atas (LILA) adalah pengukuran antropometri yang


dapat menggambarkan keadaan status gizi ibu hamil dan untuk mengetahui
risiko KEK atau gizi kurang. Kategori KEK adalah LILA kurang dari 23,5
cm atau dibagian merah pita LILA (Supariasa, 2013).

b. Tujuan pengukuran LILA

1) Mengetahui risiko KEK Wanita Usia Subur (WUS), baik ibu hamil
maupun calon ibu, untuk menapis wanita yang mempunyai risiko
melahirkan bayi berat lahir rendah.

26
2) Meningkatkan perhatian dan kesadaran masyarakat agar lebih berperan
dalam pencegahan dan penanggulangan KEK.

3) Mengembangkan gagasan baru dikalangan masyarakat dengan tujuan


meningkatakan kesejahteraan ibu dan anak.

4) Mengarahkan pelayanan kesehatan pada kelompok sasaran WUS yang


menderita KEK

5) Meningkatkan peran dalam upaya perbaikan gizi WUS yang menderita


KEK (Supariasa, 2013).

c. Ambang batas

Ambang batas atau cut off point ukuran LILA WUS dengan risiko
KEK di Indonesia adalah 23,5 cm. Apabila ukuran LILA kurang dari 23,5
cm atau dibagian merah pita LILA, artinya wanita tersebut mempunyai
risiko KEK (Supariasa, 2013).

d. Cara mengukur LILA

Pengukuran LILA dilakukan melalui urutan-urutan yang telah ditetapkan,


pengukuran dilakukan dengan pita LILA dan ditandai dengan sentimeter.
Terdapat 7 urutan pengukuran LILA yaitu:

1) Tetapkan posisi bahu dan siku, yang diukur adalah pertengahan lengan atas
sebelah kiri dan lengan dalam keadaan tidak tertutup kain/pakaian.

2) Letakkan pita antara bahu dan siku.

3) Tentukan titik tengah lengan, beri tanda.

4) Lingkarkan pita LILA pada tengah lengan.

5) Pita jangan terlalu kekat atau longgar.

6) Cara pembacaan sesuai dengan skala yang benar.

7) Catat hasil pengukuran LILA (Supariasa, 2013).

2.6.4 Pengaruh KEK terhadap Kehamilan Kekurangan Energi Kronik (KEK) pada saat

kehamilan dapat berakibat pada ibu maupun pada janin yang


dikandungnya.
27
a. Terhadap ibu dapat menyebabkan risiko dan komplikasi antara lain : anemia,
perdarahan, berat badan tidak bertambah secara normal dan terkena penyakit
infeksi.

b. Terhadap persalinan dapat mengakibatkan persalinan sulit dan lama,


persalinan sebelum waktunya (prematur), perdarahan.

c. Terhadap janin dapat mengakibatkan keguguran/abortus, bayi lahir mati,


kematian neonatal, cacat bawaan, anemia pada bayi, bayi dengan Berat Badan
Lahir Rendah (BBLR) (Waryana, 2016)

2.6.5 Faktor-faktor penyebab KEK

a. Umur ibu

Umur ibu yang berisiko melahirkan bayi kecil adalah kurang dari 20 tahun
dan lebih dari 35 tahun. Ibu hamil yang berusia kurang dari 20 tahun dikatakan
memiliki risiko KEK yang lebih tinggi. Usia ibu hamil yang terlalu muda, tidak
hanya meningkatkan risiko KEK namun juga berpengaruh pada banyak masalah
kesehatan ibu lainnya (Stephanie dan Kartikasari, 2016).

Hasil penelitian yang dilakukan oleh Stephanie dan Kartikasari (2016)


menyebutkan bahwa sebagian besar responden yang berada pada kategori umur
20-35 tahun tidak mengalami KEK, dari 37 orang hanya 6 orang (16,2%) yang
mengalami KEK. Ibu dengan kategori umur >35 tahun, dari 7 orang terdapat 1
orang (10%) yang mengalami KEK. Kesimpulan dari penelitian di atas yaitu
umur ibu dapat mempengaruhi status gizi ibu pada saat hamil.

b. Pendidikan

Rendahnya pendidikan seorang ibu dapat mempengaruhi terjadinya risiko


KEK, hal ini disebabkan karena faktor pendidikan dapat menentukan mudah
tidaknya seseorang untuk menyerap dan memahami pengetahuan gizi yang
diperoleh. Latar belakang pendidikan ibu adalah suatu faktor penting yang akan
berpengaruh terhadap status kesehatan dan gizi (Stephanie dan Kartikasari,
2016).

Hasil penelitian yang dilakukan oleh Stephanie dan Kartikasari (2016)


menyebutkan bahwa ibu hamil yang memiliki pendidikan SD ke bawah memiliki

28
risiko KEK yang lebih tinggi dibandingkan ibu yang memiliki latar belakang
pendidikan SMP ke atas. Kesimpulan dari penelitian di atas yaitu pendidikan
dapat mempengaruhi terjadinya risiko KEK pada ibu.

Status ekonomi Faktor yang berperan dalam menentukan status kesehatan


seseorang adalah tingkat keadaan ekonomi, dalam hal ini adalah daya beli
keluarga. Keluarga yang memiliki pendapatan kurang, berpengaruh terhadap
daya beli keluarga tersebut. Kemampuan keluarga untuk membeli bahan
makanan antara lain tergantung pada besar kecilnya pandapatan keluarga, harga
bahan makanan itu sendiri, serta tingkat pengelolaan sumber daya lahan dan
pekarangan (Stephanie dan Kartikasari, 2016).

Hasil penelitian yang dilakukan oleh Stephanie dan Kartikasari (2016)


menyebutkan bahwa sebagian besar responden yang berpendapatan di atas UMR
tidak mengalami KEK, hanya terdapat 2 orang responden (6,9%) yang
berpendapatan di atas UMR mengalami KEK. Responden yang berpendapatan di
bawah UMR terdapat 5 orang (10,6%) yang mengalami KEK. Kesimpulan dari
penelitian di atas yaitu status ekonomi dapat mempengaruhi risiko KEK pada ibu
hamil

d.Status anemia

Status anemia dipengaruhi oleh adanya asupan makanan yang mengandung


zat besi (Fe) yang rendah sehingga mengakibatkan kadar Hb ibu hamil rendah
dan dapat menyebabkan ibu hamil tersebut kekurangan energi kronis. Wanita
hamil beresiko anemia jika kadar Hbnya.

Hasil penelitian yang dilakukan oleh Aminin, dkk. (2014) menyebutkan


bahwa ibu hamil dengan KEK lebih banyak yang anemia dibadingkan ibu hamil
yang tidak KEK. Hasil penelitian diketahui dari 31 ibu hamil yang mengalami
KEK, kejadian anemia lebih besar (88,9%) dibandingkan yang tidak anemia
(11,1%). Kesimpulan dari penelitian di atas yaitu status anemia pada ibu dapat
mempengaruhi status KEK pada ibu hamil

2.6.6 Langkah penanganan KEK

Kekurangan Energi Kronik (KEK) dapat dicegah dan ditangani melalui


berbagai langkah, antara lain :
29
a. Menganjurkan kepada ibu untuk mengkonsumsi makanan yang berpedoman
umum gizi seimbang.

b. Hidup sehat.

c. Tunda kehamilan.

d. Memberikan penyuluhan mengenai gizi seimbang yang diperlukan oleh ibu


hamil (Supariasa, 2013)

30
BAB III
GAMBARAN UMUM

3.1 Pengkajian Data

Pengkajian tanggal: 05 Desember 2023s/d 7 Desember 2023. Data didapatkan dari


pengumpulan data per data Sample (Door To Door).
A. Struktur Organisasi Di Desa Pecoro
1. Pejabat Kepala Desa : Musthofa Shobir

2. Kepala Dusun Bindung : Abdul Wahid

3.2 Pengumpulan Data Desa Pecoro

A. Identitas Desa
1. Nama Desa : Pecoro

2. Kecamatan : Rambipuji

3. Kabupaten : Jember
4. Terdiri dari : 3 dusun ( Krajan,Bindung, Kandangan )
B. Keadaan Geografis

1. Luas wilayah : 345.5


2. Batas wilayah :
Utara : Desa Gugut
Selatan : Dusu Rowotamtu
Barat : Desa Petung
Timur : Desa Rambigundam

31
C. Jarak
1. Jarak ke kecamatan : 2,6 KM

2. Jarak ke kabupaten : 15 KM

3. Waktu Tempuh ke kecamatan : 5 Menit

4. Waktu tempuh ke kabupaten : 30 Menit


D. Jumlah KK : 720
E. Jumlah Penduduk :
1. Laki-laki : 1.250 jiwa
2. Perempuan : 1.449 jiwa
F. Distribusi Penduduk
1. Menurut jenis kelamin
NO Jenis Jumlah Persentase(%)
kelamin
1. Laki-laki 1.250 40
2. Perempuan 1.449 60
Jumlah 2.699 100

2. Menurut umur
NO Golongan Umur Jumlah Persentase (%)
1. Bayi 48 2
2. Balita 9
238
Anak 11
283
3. Remaja 8
212
4. Dewasa 40
1056
5. Lansia 30
798
Jumlah 100
2.417

32
G. Sarana Prasarana
Sarana Prasana yang terdapat di desa Pecoro sebagai berikut :
1. Sarana Prasana Keagamaan Masjid : 6

2. Musholla : 50

3. Sarana Prasarana Pendidikan :


a) SD 3

b) MI -
c) SMP 1

d) MTS -
e) SMK -
f) SMA 1

4. Sarana Prasarana Kesehatan Pustu

1. Poskesdes :-

2. Posyandu :3
H. Sumber Daya Manusia Kesehatan
a) Dokter :-

b) Bidan :2

c) Perawat : 3

Tabel 3.1. Distribusi Penduduk Menurut Jenis Kelamin

NO Jenis Kelamin Jumlah (Jiwa) Persentase (%)


1.250
1. Laki-Laki 46,3
1.449
2. Perempuan 53,7
100
Jumlah 2.699

Interpretasi Data :
Dari data diatas didapatkan bahwa jumlah penduduk perempuan di Desa Pecoro
lebihbanyak dari jumlah laki-laki.

33
Tabel 3.2. Distribusi Penduduk Menurut Umur

NO Golongan Umur Jumlah (Jiwa) Persentase (%)

1. Bayi 48 2

2. Balita 238 10

3. Anak 283 12

4. Remaja 212 9

5. Dewasa 1056 44

6. Lansia 798 33

Jumlah 2.417 100

Interpretasi Data :
Dari tabel diatas didapatkan bahwa golongan umur di Desa Pecoro terbanyak adalah
golongan Dewasa dan lansia. Hal ini menandakan bahwa Desa Pecoro mempunyai sumber
daya manusia produktif.

Tabel 3.3. Distrubusi Penduduk Menurut Pendidikan

NO Tingkat Pendidikan Jumlah (Jiwa) Persentase (%)

1. Tidak Sekolah 518 22

2. Tamat SD 1219 53

3. Tamat SMP 348 15

4. Tamat SMA 202 9

5. Tamat Diploma 26 1

Jumlah 2.313 100

Interpretasi Data :
Dari tabel diatas didapatkan hasil bahwa banyak penduduk dari Desa Pecoro
mempunyai pendidikan terakhir adalah Tamat SD.

34
Tabel 3.4. Distribusi Penduduk Menurut Pekerjaan

NO Jenis Pekerjaan Jumlah (Jiwa) Persentase (%)

1. Petani 225 9,1

3. Pegawai Negeri Sipil (PNS) 9 0,4

4. Ibu Rumah Tangga (IRT) 416 16,9

5. Karyawan Swasta 126 5,1

6. Pelajar 267 10,8

7. Belum Bekerja 795 32,3

8. Swasta 7 0,3

9. Wiraswasta 617 25,1

Jumlah 2.462 100

Interpretasi Data :
Dari data yang didapat diketahui bahwa sebagian besar penduduk Desa Pecoro belum
mendapat pekerjaan

Tabel 3.5. Distribusi Balita Menurut Status Gizi

No Jenis Penyakit Jumlah Persentase (%)


(Jiwa)

1. Stunting 59 21

2. Tidak Stunting 227 79

Jumlah 286 100


Interpretasi Data :
Dari data diatas dapat disimpulkan bahwa sebagian besar balita dengan tidak
Stunting

35
Tabel 3.6. Perilaku Hidup Bersih Sehat

No Jenis Masalah Jumlah Persentase (%)


(Jiwa)

1. Merokok di
308 54
dalam rumah

2. Tidak merokok
263 46
di dalam rumah

Jumlah 571 100


Interpretasi Data :
Dari data diatas dapat disimpulkan bahwa sebagian besar merokok di dalam rumah

Tabel 3.7. Distribusi Pengambilan Keputusan Dalam Keluarga

NO Pengambilan Keputusan Jumlah Persentase (%)


(Jiwa)

1. Suami 584 70,45

2. Suami Istri 169 20,39

3. Istri 45 5,43

4. Lain-Lain 31 3,74

Jumlah 829 100

Interpretasi Data :
Berdasarkan data tabel diatas dapat disimpulkan bahwa pengambilan keputusan dalam
keluarga di Desa Pecoro paling banyak dilakukan oleh suami

Tabel 3.8. Distribusi Penduduk Menurut Kunjungan ANC

NO ANC Jumlah Persentase (%)


(Jiwa)

1. K TM 1 17 35

2. K TM2 11 22

36
3. K TM3 21 43

Jumlah 49 100

Interpretasi Data:
Dari data diatas didapatkan bahwa ibu hamil di Desa Pecoro lebih banyak yang
melakukan pemeriksaan.

Tabel 3.9 Distribusi Penduduk Menurut Status Imunisasi TT Pada Ibu Hamil

NO Imunisasi Jumlah Persentase (%)


(Jiwa)

1. Imunisasi T5 37 75,5

2. Imunisasi Tidak sampai


12 24,5
T5

Jumlah 49 100

Interpretasi Data :
Berdasarkan tabel diatas didapatkan hasil bahwa status imunisasi TT pada ibu
hamil di DesaCandijati dominan telah imunisasi T5

Tabel 3.10 Distribusi Frekuensi Ibu Hamil Dengan Kehamilan Resiko Tinggi

NO Keadaan Ibu Hamil Jumlah Persentase (%)


(Jiwa)

1. Kehamilan Resiko Rendah 35 71

3. Kehamilan Resiko Tinggi 14 29


Jumlah 49 100

Interpretasi Data :
Dari data diatas didapatkan bahwa keadaan ibu hamil di Desa Pecoro lebih banyak
kehamilan resiko rendah dibandingkan dengan ibu hamil yang resiko tinggi (Resti).

37
Tabel 3.11. Distribusi Ibu hamil Menurut Keadaan Gizi

NO Keadaan Gizi Ibu Hamil Jumlah Persentase (%)


(Jiwa)

1. KEK 7 14,3

2. Tidak KEK 42 85,7

Jumlah 49 100

Interpretasi Data :
Berdasarkan tabel diatas mayoritas ibu hamil di Desa Pecoro dalam keadaan gizi
baik.

Tabel 3.12 Distribusi Ibu Hamil Menurut Rencana Persalinan

NO Rencana Persalinan Jumlah Persentase (%)


(Jiwa)

1. Nakes 49 100

2. Non Nakes 0 0

Jumlah 49 100

Interpretasi Data :
Berdasarkan data tabel diatas semua ibu hamil yang berada di Desa Pecoro
merencanakan persalinannya di tenaga kesehatan.

Tabel 3.13 Distribusi Penduduk Berdasarkan Status Pemeriksaan Neonatus

NO Status Pemeriksaan Jumlah Persentase (%)


(Jiwa)

1. Kontrol 6 100

2. Tidak Kontrol 0 0

38
Jumlah 6 100

Interpretasi Data :
Berdasarkan tabel diatas status pemeriksaan neonataldi desa Pecoro didapatkan
banyak yang kontrol

Tabel 3.14 Distribusi Ibu Nifas Menurut Kunjungan Nifas

NO Kunjungan Jumlah Persentase (%)


(Jiwa)

1. Kontrol 6 100

2. Tidak Kontrol 0 0

Jumlah 6 100
Interpretasi Data :
Berdasarkan tabel diatas dapat disimpulkan bahwa seluruh ibu nifas melakukan
kunjungan nifas

Tabel 3.15 Distribusi Pemberian ASI Eksklusif

NO Pemberian ASI Jumlah Persentase (%)


(Jiwa)

1. ASI Eksklusif 5 83

2. ASI dan sufor 1 17

Jumlah 6 100

Interpretasi Data :
Berdasarkan tabel hasil data diatas dapat disimpulkan bahwa hampir seluruh balita di
Desa Pecoro diberikan ASI Eksklusif selama 6 bulan

39
Tabel 3.16 Distribusi PUS Menurut Pengguna Akseptor KB

NO Akseptor KB Jumlah Persentase (%)


(Jiwa)

1 Ya, Akseptor 595 95

2 Bukan, Akseptor 29 5

Jumlah 624 100

Interpretasi Data :
Dari Data diatas didapatkan bahwa PUS Desa Pecoro menggunakan Akseptor KB
berjumlah 595

Tabel 3.17 Distribusi Macam Akseptor di Desa Pecoro

NO Macam Akseptor Jumlah Persentase (%)


(Jiwa)

1 MOW/MOP 10 2

2 IUD 14 2

3 Pil 214 36

4 Suntik 337 56

5 Kondom 27 4

Jumlah 595 100

Interpretasi Data :

Dari Data yang didapat bahwa PUS didesa Pecoro menggunakan Akseptor KB suntik

40
Tabel 3. 18 Distribusi Status Imunisasi Balita

NO Bayi yang Imunisasi Jumlah Persentase (%)


(Jiwa)

1 Imunisasi Lengkap 266 93

2 Imunisasi Tidak Lengkap 20 7

Jumlah 286 100

Interpretasi Data :
Dari data diatas didapatkan bahwa balita didesa Pecoro lebih banyak yang imunisasi
daripada yang tidak imunisasi.

Tabel 3.19 Distribusi Frekuensi Gizi Pada Balita

NO Gizi Balita Jumlah Persentase (%)


(Jiwa)

1 Baik 198 69

2 Cukup 68 24

3 Kurang 13 5

4 Buruk 7 2

Jumlah 286 100

Interpretasi Data :

Dari data diatas didapat balita yang status gizi cukup dan baik lebih banyak dari status
gizi yang kurang dan buruk.

41
Tabel 3.20 Distribusi KMS Balita

NO Pengisian KMS Balita Jumlah Persentase (%)


(Jiwa)

1. KMS Terisi 266 93

2. KMS Tidak Terisi 20 7

Jumlah 286 100

Interpretasi Data :
Dari data Tabel dapat disimpulkan bahwa hampir seluruh Balita yang memiliki buku KIA
KMSnya terisi yaitu sekitar 93%.

Tabel 3.21 Distribusi Berdasarkan Kondisi Bayi Saat Pendataan

NO Keadaan Balita Jumlah Persentase (%)


(Jiwa)

1. Baik 205 72

2. Cukup 68 24

3. Kurang 13 5

Jumlah 286 100

Interpretasi Data :
Dari data tabel diatas dapat disimpulkan bahwa kondisi seluruh balita saat pendataan
dalamkondisi baik.

Tabel 3.22 Distribusi Kepemilikan Rumah Di Desa Pecoro

NO Kepemilikan Rumah Jumlah Persentase (%)


(Jiwa)

1. Milik Sendiri 707 98

2. Menumpang 13 2

42
Jumlah 720 100

Interpretasi Data :
Dari data tabel diatas didapatkan bahwa mayoritas status kepemilikan rumah
penduduk desa Pecoro adalah milik sendiri didapat dari sampel 720KK.
Tabel 3.23 Distribusi Pemanfaatan Polindes

NO Memanfaatkan Jumlah Persentase (%)

1. Iya 1 100

2. Tidak 0 0

Jumlah 1 100

Interpretasi Data :
Dari data tabel diatas dapat disimpulkan bahwa sebagian besar warga Desa Pecoro
memanfaatkan polindes

43
BAB IV
PEMBAHASAN

4.1 Rumusan Masalah


Salah satu kegiatan pokok dari kebidanan komunitas adalah melaksanakan
asuhan kesehatan komunitas melalui pengenalan masalah kesehatan masyarakat,
perencanaan, kesehatan, pelaksaan dan penilaian kesehatan menggunakan proses
kebidanan sebagai pendekatan ilmiah kebidanan. Pengenalan masalah merupakan
salah satu tahap yang penting dalam kebidanan komunitas. Dengan ditemukan
masalah kesehatan yang ada melalui pengkajian yang komprehensif diharapakan
upaya yang dilakukan untuk mencegah masalah kebidanan tersebut dapat dilakukan
pendekatan masalah (problem solving approach) yang dituangkan dalam proses
kebidanan dengan memanfaatkan pendekatan epidemiologi yang dikatakan dengan
upaya kesehatan dasar (PHC).

NO MASALAH DATA PENUNJANG

Ibu hamil KEK Dari sampel 720 KK didapatkan total ibu hamil
1. sejumlah 49 dan terdapat ibu hamil KEK
sejumlah 7 (14,3 %)
Stunting Dari sampel 720 KK didapatkan total balita
2. sejumlah 286 dan terdapat balita stunting 59
(21%)
3 Merokok dalam rumah Dari sampel 720 KK didapatkan total laki-laki
dewasa sejumlah 571 dan terdapat merokok di
dalam rumah 263 (46 % )

4.2. Prioritas Masalah


Setelah dilakukan pengenalan masalah kesehatan melalui pengkajian bersama-
sama dengan warga masyarakat desa pecoro pada tanggal 4 Desember 2023 — 23
desember 2023 maka ditentukan masalah terkait Kesehatan Ibu dan Anak yang menjadi
prioritas yaitu :

44
1. Stunting
2. Ibu Hamil KEK

4.3. Intervensi

NO MASALAH JENIS SASARAN WAKTU INTERVENSI

PRIORITAS KEGIATAN DAN TEMPAT

Ibu hamil KEK Penyuluhan Ibu-ibu 18.00 WIB1. 1. Bina hubungan yang
1.  Menjelaskan Di Pengajian baik dengan ibu-ibu
kepada ibu muslimat RT 01 pengajian muslimat
pengertian ibu RW 07 2. R/ ada rasa
hamil KEK kepercayaan antara ibu
 Menjelaskan pada dan tenaga kesehatan
ibu tentang 3. 2. Lakukan pre test
penyebab KEK pada sasaran tentang
 Menjelaskan pada materi penyuluhan
ibu tentang bahaya 4. R/menggali
KEK pengetahuan sasaran

 Menjelaskan pada 5. 3. Lakukan penyuluhan

ibu tentang mengenai ibu hamil

pencegahan KEK KEK

Disertai dengan 6. R/informasi

pre test dan post memberikan

test pengetahuan yang


lebih dalam pada ibu-
ibu pengajian muslimat
7. 4. Lakukan post test
pada sasaran tentang
materi penyuluhan
8. R/ mengetahui
pemahaman yang

45
didapat oleh sasaran.
1.

2. Stunting Penyuluhan Ibu-ibu 18.30 WIB 2. 1. Bina hubungan yang


 Menjelaskan Di Pengajian baik dengan ibu-ibu
kepada ibu balita muslimat RT 01 pengajian muslimat
pengertian stunting RW 07 3. R/ ada rasa
 Menjelaskan pada kepercayaan antara ibu
ibu balita tentang dan tenaga kesehatan
penyebab stunting 4. 2. Lakukan pre test

 Menjelaskan pada pada sasaran tentang


ibu balita tentang materi penyuluhan
bahaya stunting 5. R/menggali

 Menjelaskan pada pengetahuan sasaran

ibu balita tentang 6. 3. Lakukan penyuluhan

pencegahan mengenai stunting

stunting 7. R/informasi

Disertai dengan memberikan

pre test dan post pengetahuan yang


test lebih dalam pada ibu-
ibu pengajian muslimat
8. 4. Lakukan post test
pada sasaran tentang
materi penyuluhan
R/ mengetahui
pemahaman yang
didapat oleh sasaran.

46
NO MASALAH JENIS SASARAN WAKTU INTERVENSI

PRIORITAS KEGIATAN DAN TEMPAT

Ibu hamil KEK Penyuluhan Ibu-ibu 18.00 WIB9. 1. Bina hubungan yang
1.  Menjelaskan Di Pengajian baik dengan ibu-ibu
kepada ibu muslimat RT 01 pengajian muslimat
pengertian ibu RW 07 10. R/ ada rasa
hamil KEK kepercayaan antara ibu
 Menjelaskan pada dan tenaga kesehatan
ibu tentang 11. 2. Lakukan pre test
penyebab KEK pada sasaran tentang
 Menjelaskan pada materi penyuluhan
ibu tentang bahaya 12. R/menggali
KEK pengetahuan sasaran

 Menjelaskan pada 13. 3. Lakukan penyuluhan

ibu tentang mengenai ibu hamil

pencegahan KEK KEK

Disertai dengan 14. R/informasi

pre test dan post memberikan

test pengetahuan yang


lebih dalam pada ibu-
ibu pengajian muslimat
15. 4. Lakukan post test
pada sasaran tentang
materi penyuluhan
16. R/ mengetahui
pemahaman yang
didapat oleh sasaran.

47
2. Stunting Penyuluhan Ibu-ibu 18.30 WIB 17. 1. Bina hubungan yang
 Menjelaskan Di Pengajian baik dengan ibu-ibu
kepada ibu balita muslimat RT 01 pengajian muslimat
pengertian stunting RW 07 18. R/ ada rasa
 Menjelaskan pada kepercayaan antara ibu
ibu balita tentang dan tenaga kesehatan
penyebab stunting 19. 2. Lakukan pre test

48
 Menjelaskan pada pada sasaran tentang
ibu balita tentang materi penyuluhan
bahaya stunting 20. R/menggali
 Menjelaskan pada pengetahuan sasaran
ibu balita tentang 21. 3. Lakukan penyuluhan
pencegahan mengenai stunting
stunting 22. R/informasi
Disertai dengan memberikan
pre test dan post pengetahuan yang
test lebih dalam pada ibu-
ibu pengajian muslimat
23. 4. Lakukan post test
pada sasaran tentang
materi penyuluhan
R/ mengetahui
pemahaman yang
didapat oleh sasaran.

4.4 Implementasi
Penyuluhan Pertama
Ibu hamil KEK

Tanggal/waktu Sasaran Kegiatan Tempat Implementasi

15 Desember Ibu-ibu Melakukan Pengajian 1.Membina hubungan


2023 pengajian penyuluhan RT 01 RW yang baik dengan
muslimat pada ibu 07 ibu-ibu pengajian
Pengajian
ibu muslimat
(18.00 WIB)
pengajian 2.Melakukan pre test
muslimat pada sasaran tentang
mengenai materi penyuluhan

49
pentingnya 3.Melakukan
gizi pada penyuluhan mengenai
ibu hamil ibu hamil KEK
4.Lakukan post tes
pada sasaran tentang
materi penyuluhan
.

Balita Stunting

Tanggal/Waktu sasaran Kegiatan Tempat Implementasi

15 Desember Ibu-ibu Melakukan Di pengajian 1.Membina


2023 pengajian penyuluhan RT 01 RW 07 hubungan
18.00 WIB muslimat pada ibu-ibu yang baik
pengajian dengan ibu -
mulimat ibu pengajian
mengenai muslimat
pentingnya 2.Melakukan
pencegahan penyuluhan
pada balita mengenai
stunting balita stunting
4.Lakukan
post tes pada
sasaran
tentang materi
penyuluhan

Penyuluhan kedua

Ibu hamil KEK

50
Tanggal/waktu Sasaran Kegiatan Tempat Implementasi

20 Desember Ibu-ibu Melakukan Pengajian 1.Membina hubungan


2023 pengajian penyuluhan RT 01 RW yang baik dengan ibu
muslimat pada ibu- 07 –ibu pengajian
Pengajian
ibu muslimat
(18.00 WIB)
pengajian 3.Melakukan
muslimat penyuluhan mengenai
mengenai ibu hamil KEK
pentingnya
gizi pada
ibu hamil

Stunting

Tanggal/Waktu sasaran Kegiatan Tempat Implementasi

15 Desember Ibu-ibu Melakukan Di pengajian 1.Membina


2023 pengajian penyuluhan RT 01 RW 07 hubungan
18.00 WIB muslimat pada ibu-ibu yang baik
pengajian dengan ibu -
mulimat ibu pengajian
mengenai muslimat
pentingnya 2.Melakukan
pencegahan penyuluhan

51
pada balita mengenai
stunting balita stunting
4.Lakukan
post tes pada
sasaran
tentang materi
penyuluhan

4.5 Evaluasi

1. Ibu hamil KEK

Tanggal/Waktu Sasaran Kegiatan Tempat Evaluasi

21 Desember Ibu-ibu Pengajian Pengajian RT 1. Setelah


Desember 2023 pengajian muslimat 01 RW 07 dilakukan post
muslimat test pada ibu-
09.00 WIB
ibu pengajian
muslimat,
didapatkan
bahwa ibu-ibu
pengajian
muslimat
telah mengerti
apa itu KEK

2. Ibu-ibu
pengajian
muslimat
sudah
mengetahui
macam-
macam nutrisi

52
untuk
memenuhi
kebutuhan ibu
hamil

Stunting

Tanggal/Waktu Sasaran Kegiatan Tempat Evaluasi

18 Desember Ibu-ibu Pengajian Pengajian RT 1.setelah


2023-21 pengajian muslimat 01 RW 07 dilakukan post
Desember 2023 muslimat test pada ibu
balita
09.00 WIB
didapatkan
bahwa ibu
balita telah
mengerti dan
memahami
masalah
stunting pada
balita.

2. Ibu balita
sudah
memahami
bagaimana
pencegahan
stunting pada
balita

53
Dari hasil pendataan dan MMD yang dilakukan di wilayah Desa Pecoro
Kecamatan Rambipuji Kabupaten Jember. Masalah kesehatan yang dialami oleh
masyarakat Desa Pecoro adalah Balita dengan Stunting dan Ibu hamil dengan KEK.
Masalah-masalah yang ada di Desa Pecoro ini selain dikarenakan mayoritas
penduduk Pecoro berpendidikan SD, juga dikarenakan masih kurangnya kesadaran
masyarakat untuk pola hidup sehat.
Berdasarkan teori yang ada bahwa penanganan kasus masyarakat untuk
meningkatkan kesadaran masyarakat tidaklah mudah, dan dapat bisa dilakukan secara
bertahap. Dengan waktu yang ada kurang lebih satu minggu, dapat dilakukan
penyuluhan. Dalam hal ini, diadakan penyuluhan tentang Pencegahan balita Stunting.
memberitahu cara memperbaiki nutrisi pada Ibu hamil , macam-macam kebutuhan
nutrisi pada Ibu hamil. Kerjasama dengan Nakes dan tokoh masyarakat, sangatlah
perlu sehingga rencana yang ada dapat berkelanjutan.
Untuk masyarakat Desa Pecoro sudah mendapatkan penjelasan-penjelasan
tentang masalah kesehatan yang berhubungan dengan masalah yang ada diwilayah
tersebut dari tenaga kesehatan, antara lain;

1. Balita dengan Stunting


2. Ibu hamil KEK.
Setelah dilakukan penyuluhan, masyarakat dapat mengerti dan
melaksanakan anjuran yang telah diberikan oleh Nakes.

54
BAB V
PENUTUP

5.1 Kesimpulan
1. Kelompok telah melaksanakan pengkajian atau pengumpulan data di desa
Pecoro pada sampel sebanyak 720 KK.
2. Kelompok telah mengumpulkan data tentang masalah KIA dan PHBS
IKS pada sampel sebanyak 720 KK
3. Kelompok telah merumuskan masalah bersama dengan masyarakat
melalui kegiatan MMD di Desa Pecoro Kecamatan Rambipuji Kabupaten
Jember yang berhubungan dengan KIA, KB, dan Kespro. dan didapatkan
masalah kesehatan antara lain tingginya, balita Stunting , tingginya Ibu
Hamil KEK , tingginya Masyarakat merokok.
4. Kelompok telah merencanakan pemecahan masalah bersama masyarakat
di desa Pecoro dengan melakukan MMD yang berhubungan dengan KIA,
KB, dan Kespro. yaitu dengan di laksanakan penyuluhan di pengajian
sebanyak 2 kali di tempat pengajian muslimat.
5. Kelompok telah melakukan kegiatan implementasi di pengajian sebanyak
2 kali dan melakukan kegiatan implentasi di tempat pengajian muslimat
posyandu sebanyak 2 kali dengan berupa penyuluhan tentang balita
Stunting dan ibu hamil KEK.
6. Kelompok telah melakukan evaluasi didapatkan bahwa ibu- ibu telah
mengerti dan memahami masalah Stunting pada balita dan memahami
bagaimana pencegahan pada balita Stunting . Dan untuk Ibu hamil KEK
didapatkan bahwa ibu – ibu pengajian telah mengerti apa itu KEK dan
sudah mengetahui macam-macam nutrisi untuk memenuhi kebutuhan ibu
hamil serta Ibu hamil yang bekerja sudah bersedia untuk membawa bekal
dari rumah masing-masing.

5.2 Saran
Diharapkan bagi masyarakat desa Pecoro agar lebih memperhatikan dan
mempelajari hal-hal mengenai kesehatan, dan diharapkan bagi masyarakat agar

55
lebih meningkatkan kesadaran diri dalam menjaga pola hidup sehat yaitu pada
orang tua untuk mengurangi merokok di dalam rumah atau disekitar anak,
mengurangi mengkonsumsi makanan yang siap saji,dan meperhatikan gizi anak
(khususnya pada balita Stunting ).

Untuk lebih meningkatkan kesadaran diri pada masyarakat yang


mengikuti kegiatan posyandu untuk rutin mengikuti kegiatan posyandu, dan bagi
masyarakat desa agar memeriksakan diri supaya mendapatkan penanganan dan
pelayanan yang lebih baik, banyak makan-makanan yang bergizi seimbang
Khususnya pada ibu hamil dengan KEK.

56
DAFTAR PUSTAKA

Atika Proverasi, Eni Rahmawati. 2013. Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS).
Yogyakarta: Nuha Meduka
Efendi nasrul 2014. Ilmu Kesehatan Masyrakat. Jakarta:EGC
Entjang Indah 2014. Ilmu Kesehatan Masyarakat. Bandung : Citra Aditya Bakti
Meilani Niken dkk 2013. Kebidanan Komunitas. Yogyakarta : Fitramaya
Syafrudin dan Hamida .2013. Kebidanan Komunitas. Jakarta : EGC
Sugiono 2011. Hubungan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS). Bandung :
Alfabeta Al-Assaf.2010. Mutu Pelayanan Kesehatan . Jakarta : EGC
Wijoyo, Djoko. 2012. Manajemen Kesehatan Ibu dan Anak. Suarabaya: Duta Prima
Airlangga

57
SATUAN ACARA PENYULUHAN

KEKURANGAN ENERGI KRONIK PADA IBU HAMIL

Oleh:

1. Vely Yatul Himmah Lazim (2103407141005)


2. Ilmi Sofi Qoidah (2103407141006)
3. Maulidatunnaharoh (2103407141014)
4. Adelia Rahma Putri (2103407141015)
5. Siti Afifatul Mukaromah (2103407141019)
6. Fenny Mareta Cahyani (2103407141021)
7. Diana Faikatul Hikmah (2103407141024)
8. Afrista Chesylia Putri (2103407141026)
9. Uswatun Hasanah (2103407141033)
10.Nurul Aini Zakiyah (2103407141035)

PROGRAM STUDI DIII KEIDANAN

FAKULTAS ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS ISLAM JEMBER

2023

58
LEMBAR PENGESAHAN

Satuan Acara Penyuluhan (SAP)

Ibu Kekurangan Energi Kronik (KEK)

Telah disahkan pada :

Hari :

Tanggal :

Pembimbing Praktik Pembimbing Akademik

59
SATUAN ACARA PENYULUHAN

Pokok Bahasan : Kekurangan Energi Kronik pada Ibu Hamil

Hari/Tanggal : Juma’at/ 15 Desember 2023

Jam : 18.00 WIB

Sasaran : Ibu-ibu pengajian muslimat

Penyuluh : Mahasiswa Praktik Komunitas Di Desa Pecoro

Tempat : Rumah Bu Nyai Abu

1. Tujuan
a. Tujuan Umum
Setelah dilakukan penyuluhan kesehatan tentang kekurangan energi kronik pada
ibu hamil selama 30 menit, sasaran diharapkan mampu memahami tentang
kekurangan energi kronik pada ibu hamil
b. Tujuan Khusus
1. Diharapkan peserta penyuluhan dapat mengetahui tentang pengertian
kekurangan energi kronik pada kehamilan
2. Diharapkan peserta dapat mengetahui tanda dan gejala kekurangan energi
kronik pada kehamilan serta penyebabnya
3. Diharapkan peserta dapat mengetahui dampak yang ditimbulkan dari
kekurangan energi kronik pada kehamilan
4. Diharapkan peserta dapat mengetahui cara pencegahan kekurangan energi
kronik pada kehamilan
5. Diharapkan peserta dapat megetahui cara penanganan kekurangan energi
kronik pada kehamilan

60
2. Metode
a. Ceramah
b. Tanya Jawab
3. Media dan alat bantu
a. Leaflet

4. Kegiatan Penyuluhan
Tahap
Kegiatan Kegiatan Peserta Media
Kegiatan
Pembukaan 1. Salam Pembuka 1. Menjawab salam Ceramah
(5 Menit) 2. Memperkenalkan diri 2. Mendengarkan
3. Menjelaskan maksud dan keterangan
tujuan penyaji

Penyajian Menjelaskan materi tentang 1. Memperhatikan 1. Ceramah


(20 Menit) kekurangan energi kronik dan dan
pada ibu hamil: mendengarkan leaflet
a. Pengertian KEK keterangan 2. Tanya
b. Tanda dan gejala penyaji jawab
KEK
c. Dampak KEK
d. Cara pencegahan
KEK
e. Cara Penanganan
KEK
Penutup (5 1. Mengevaluasi atau 1. Peserta Tanya jawab
Menit) menanyakan kembali menjawab
materi yang telah pertanyaan,
disampaikan kepada memperhatikan
peserta dan menjawab

61
2. Menyimpulkan materi salam
yang telah disampaikan

5. Evaluasi
a. Dilakukan pretest dan post test
1. Apa yang dimaksud dengan Kekurangan Energi Kronis (KEK) pada ibu hamil?
a. Kondisi berlebihan energi selama kehamilan.
b. Kekurangan vitamin pada ibu hamil.
c. Kekurangan asupan energi yang berkelanjutan selama kehamilan.
d. Kelebihan aktivitas fisik pada ibu hamil.

2. Apa dampak KEK pada kesehatan ibu hamil dan perkembangan janin?
a. Tidak ada dampak.
b. Risiko peningkatan berat badan ibu.
c. Risiko komplikasi kehamilan dan pertumbuhan janin terhambat.
d. Peningkatan energi ibu hamil.

3. Bagaimana gejala KEK dapat dikenali pada ibu hamil?


a. Penurunan berat badan yang normal.
b. Peningkatan nafsu makan.
c. Kelelahan, penurunan berat badan, dan penurunan daya tahan
tubuh.
d. Tidur yang nyaman.

4. Sebutkan faktor-faktor penyebab KEK pada ibu hamil!


a. Asupan gizi yang cukup.
b. Aktivitas fisik yang berlebihan.
c. Perhatian terhadap pola makan seimbang.
d. Pemeriksaan antenatal teratur.

62
5. Apa peran nutrisi dan pola makan seimbang dalam mencegah KEK pada ibu
hamil?
a. Tidak ada pengaruh.
b. Menjaga berat badan tetap rendah.
c. Memastikan asupan gizi yang cukup untuk mendukung kehamilan.
d. Mengonsumsi hanya satu jenis makanan.

6. Mengapa asupan gizi yang cukup penting selama kehamilan untuk mencegah
KEK?
a. Hanya untuk meningkatkan berat badan ibu.
b. Memberikan nutrisi yang optimal untuk pertumbuhan dan
perkembangan janin.
c. Untuk mengurangi nafsu makan ibu.
d. Hanya penting pada trimester pertama kehamilan.

7. Apa langkah-langkah praktis yang dapat diambil oleh ibu hamil untuk
menghindari KEK?
a. Mengurangi kunjungan ke dokter.
b. Mengonsumsi hanya satu jenis makanan.
c. Meningkatkan aktivitas fisik secara drastis.
d. Memastikan konsumsi makanan seimbang dan berkualitas.

8. Bagaimana peran penting pemeriksaan antenatal dalam deteksi dini KEK pada
ibu hamil?
a. Tidak memiliki peran penting.
b. Membantu memantau perkembangan bayi secara visual.
c. Mendeteksi potensi masalah kesehatan dan memberikan intervensi
dini.
d. Hanya dilakukan pada trimester terakhir kehamilan.

63
9. Sebutkan makanan yang kaya nutrisi yang disarankan untuk ibu hamil agar
terhindar dari KEK.
a. Makanan cepat saji.
b. Sayuran hijau, buah-buahan, dan sumber protein seimbang.
c. Makanan tinggi lemak.
d. Hanya mengonsumsi makanan ringan.

10. Apa peran dukungan keluarga dan masyarakat dalam mencegah KEK pada ibu
hamil?
a. Tidak memiliki peran.
b. Memberikan dukungan emosional dan membantu menciptakan
lingkungan yang mendukung pola makan seimbang.
c. Hanya memberikan nasihat tanpa memberikan dukungan nyata.
d. Mengkritik pilihan makanan ibu hamil.

6. Setting Tempat

PENYULUH
MODERATOR

PESERTA

64
MATERI PENYULUHAN

1. PENGERTIAN

Kekurangan Energi Kronis adalah keadaan dimana ibu penderitakekurangan


makanan yang berlangsung manahun (kronis) kesehatan pada ibu. Ibu hamil
diketahui menderita KEK dilihat dari pengukuranLILA, adapun batas LILA ibu
hamil dengan resiko KEK di Indonesiaadalah kurang dari 23,5 cm (Depkes RI,
2020)Kekurangan energi kronik (KEK) yaitu keadaan ibu hamil yangmenderita
kekurangan makanan yang berlangsung lama (kronik) dengan berbagai timbulnya
gangguan kesehatan pada ibu hamil (Sayogo,2017).

2. PENYEBAB KEK

Menurut (Djamaliah, 2018) penyebab dari KEK pada ibu hamil yaitu :

a. Ekonomi

Ekonomi seseorang mempengaruhi dalam pemberian makananyang akan


dikonsumsi sehari-harinya. Seorang dengan ekonomiyang rendah maka
kemungkinan besar gizi yang dibutuhkan tidaktercukupi.

b. Pengetahuan

Pengetahuan yang dimiliki oleh seorang ibu akan mempengaruhi pengambilan


keputusan dan juga akan berpengaruh pada perilakunya. Ibu hamil dengan
pengetahuan gizi yang rendah,kemungkinan akan memberikan gizi yang kurang
bagi bayinya.

Produksi pangan yang tidak mencukupi kebutuhan Pola konsumsi juga dapat
mempengaruhi status kesehatan ibuhamil, dimana pola konsumsi yang kurang
baik dapat menimbulkansuatu gangguan kesehatan atau penyakit pada ibu hamil

c. Usia Ibu Hamil

Melahirkan anak pada usia ibu yang muda atau terlalu tuamengakibatkan
kualitas janin/anak yang rendah dan juga akanmerugikan kesehatan ibu karena
pada ibu yang terlalu muda (kurangdari 20 tahun) dapat terjadi kompetisi

65
makanan antara janin danibunya sendiri yang masih dalam masa pertumbuhan dan
adanya perubahan hormonal yang terjadi selama kehamilan. Sehingga usiayang
paling baik adalah lebih dari 20 tahun dan kurang dari 35tahun, sehingga
diharapkan status gizi ibu hamil akan lebih baik

d. Jarak Kehamilan

Ibu dikatakan terlalu sering melahirkan bila jaraknya kurang dari2 tahun.
Penelitian menunjukkan bahwa apabila keluarga dapatmengatur jarak antara
kelahiran anaknya lebih dari 2 tahun makaanak akan memiliki probabilitas hidup
lebih tinggi dan kondisianaknya lebih sehat dibanding anak dengan jarak
kelahiran dibawah2 tahun. Jarak melahirkan yang terlalu dekat akan menyebabkan
kualitas janin/anak yang rendah dan juga akan merugikan kesehatan ibu. Ibutidak
memperoleh kesempatan untuk memperbaiki tubuhnya sendiri(ibu memerlukan
energi yang cukup untuk memulihkan keadaansetelah melahirkan anaknya).
Dengan mengandung kembali makaakan menimbulkan masalah gizi ibu dan
janin/bayi berikut yangdikandung.

e. Berat Badan Selama Hamil

Berat badan yang lebih ataupun kurang dari pada berat badanrata-rata untuk
umur tertentu merupakan faktor untuk menentukan jumlah zat makanan yang
harus diberikan agar kehamilannya berjalan dengan lancar. Di Negara maju
pertambahan berat badanselama hamil sekitar 12-14 kg. Jika ibu kekurangan gizi
pertambahannya hanya 7-8 kg dengan akibat akan melahirkan bayidengan berat
lahir rendah. Pertambahan berat badan selama hamil sekitar 10 - 12 kg,dimana
pada trimester I pertambahan kurang dari 1 kg, trimester IIsekitar 3 kg, dan
trimester III sekitar 6 kg. Pertambahan berat badanini juga sekaligus bertujuan
memantau pertumbuhan janin.

f. Pendapatan yang rendah

Pendapatan keluarga yang memadai akan menunjang gizi,karena tidak dapat


menyediakan kebutuhan gizi yang seimbang

3. TANDA DAN GEJALA KEK

66
a. Lingkar lengan atas (LILA) kurang dari 23,5 cm

b. Badan Kurus (BB tidak sesuai dengan tinggi badan)

c. Rambut kusam

d. Turgor kulit keringet.

e. Hb kurang dari normal (<11gr%)

f. Nafsu makan kurang

g. Jika hamil cenderung akan melahirkan anak secara prematur atau jika lahir secara
normal bayi yang dilahirkan biasanya berat badanlahirnya rendah atau kurang
dari 2.500 gram

4. DAMPAK KEK

a. Bagi Ibu

Bagi ibu hamil yang menderita KEK dapat melemahkan fisiknyayang pada
akhirnya menyebabkan perdarahan, partus lama, abortusdan infeksi (Susilowati,
2018).

b. Persalinan

Pengaruh gizi kurang terhadap proses persalinan dapatmengakibatkan persalinan


sulit dan lama, persalinan prematur /sebelum waktunya, perdarahan post partum,
serta persalinan dengantindakan operasi cesar cenderung meningkat (Susilowati,
2018).

5. PENCEGAHAN KEK

Menurut Chinue (2019), cara pencegahan KEK adalah :

a. Meningkatkan konsumsi makanan bergizi yaitu:

Makan makanan yang banyak mengandung zat besi dari bahanmakanan hewani
(daging, ikan, ayam, hati, telur) dan bahanmakanan nabati (sayuran berwarna
hijau tua, kacang-kacangan,tempe).

67
Makan sayur-sayuran dan buah-buahan yang banyakmengandung vitamin C
(daun katuk, daun singkong, bayam, jambu, tomat, jeruk, dan nanas) sangat
bermanfaat untukmeningkatkan penyerapan zat besi dalam usus.

b. Menambah pemasukan zat besi kedalam tubuh dengan minum tablet penambah
darah.

6. PENANGANAN KEK

a. Menganjurkan ibu untuk makanan bergizi

Makanan pada ibu hamil sangat penting, karena makananmerupakan sumber gizi
yang dibutuhkan ibu hamil untuk perkembangan janin dan tubuhnya sendiri.
Keadaan gizi padawaktu konsepsi harus dalam keadaan baik, dan selama hamil
harusmendapat tambahan protein, mineral, dan energi.

b. Istirahat lebih banyak

Ibu hamil sebaiknya menghemat tenaga dengan caramengurangi kegiatan yang


melelahkan. Siang ± 4jam/hari, malam ±8 jam/haric.

c. Pemberian makanan tambahan (PMT)

PMT yaitu pemberian tambahan makanan disampingmakanan yang dimakan


sehari-hari untuk mencegah kekuranganenergi kronis Pemberian PMT harus
memenuhi kalori dan protein,serta variasi menu dalam bentuk makanan.
Pemenuhan kalori yangharus diberikan dalam program PMT untuk Ibu Hamil
denganKekurangan Energi Kronis sebesar 600-700 kalori dan protein 15-20 mg
(Ginarti, 2012). Contoh makanan tambahan antara lain : susu untuk ibu
hamil,Makanan yang berprotein (hewani dan nabati), susu, roti, dan biji- bijian,
buah dan sayuran yang kaya vitamin C, sayuran berwarnahijau tua, buah dan
sayuran lainApabila terjadi atau timbul masalah medis maka hal yang perlu
dilakukan yaitu :

a) Rujuk untuk konsultasi

b) Perencanaan sesuai kondisi ibu hamil

68
c) Minum tablet zat besi atau tambah darah: Ibu hamil setiap hariharus minum
satu tablet tambah darah (60 mg) selama 90 harimulai minggu ke 20

d) Periksa kehamilan secara teratur: Setiap wanita hamilmenghadapi resiko


komplikasi yang bisa mengancam jiwanya.

69
DAFTAR PUSTAKA
Depkes RI. 2018. Asuhan persalinan normal. Jakarta: JHPIEGO
Djamaliah. 2016. Faktor-faktor yang berhubungan dengan kekurangan energi
kronispada ibu hamil. (http://www.journal.unhas.ac.id) diakses tanggal 12 Desember 2023
Ginarti. 2020. Askeb KEK di BPS Ariyanti Sragen. Karya Tulis Ilmiah. Surakarta:
STIKESHusada
Susilowati. 2018. Pengukuran Status gizi dengan antropometri gizi. Jakarta :
CV. TransInfo Media

70
SATUAN ACARA PENYULUHAN

STUNTING PADA BALITA

Oleh:

11.Vely Yatul Himmah Lazim (2103407141005)


12.Ilmi Sofi Qoidah (2103407141006)
13.Maulidatunnaharoh (2103407141014)
14.Adelia Rahma Putri (2103407141015)
15.Siti Afifatul Mukaromah (2103407141019)
16.Fenny Mareta Cahyani (2103407141021)
17.Diana Faikatul Hikmah (2103407141024)
18.Afrista Chesylia Putri (2103407141026)
19.Uswatun Hasanah (2103407141033)
20.Nurul Aini Zakiyah (2103407141035)

PROGRAM STUDI DIII KEIDANAN

FAKULTAS ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS ISLAM JEMBER

2023

71
LEMBAR PENGESAHAN

Satuan Acara Penyuluhan (SAP)

Stunting Pada Balita

Telah disahkan pada :

Hari :

Tanggal :

Pembimbing Praktik Pembimbing Akademik

72
SATUAN ACARA PENYULUHAN

Pokok Bahasan : Stunting Pada Balita

Hari/Tanggal : Juma’at/ 15 Desember 2023

Jam : 18.00 WIB

Sasaran : Ibu-ibu pengajian muslimat

Penyuluh : Mahasiswa Praktik Komunitas Di Desa Pecoro

Tempat : Rumah Bu Nyai Abu

7. Tujuan
c. Tujuan Umum
Setelah dilakukan penyuluhan diharapkan orangtua anak dapat mengetahui dan
memahami tentang stunting pada balita.
d. Tujuan Khusus
1. Diharapkan peserta penyuluhan dapat mengetahui tentang pengertian Stunting
2. Diharapkan peserta dapat mengetahui penyebab stunting
3. Diharapkan peserta dapat mengetahui dampak stunting
4. Diharapkan peserta dapat mengetahui cara pencegahan stunting

8. Metode
c. Ceramah
d. Tanya Jawab
9. Media dan alat bantu
b. Leaflet

10. Kegiatan Penyuluhan

73
Tahap Kegiatan Kegiatan Klien Media
Kegiatan
Pembukaan 4. Salam Pembuka 3. Menjawab salam Ceramah
(5 Menit) 5. Memperkenalkan 4. Mendengarkan
diri keterangan penyaji
6. Menjelaskan
maksud dan
tujuan
7. Melakukan
pre test
untuk
mengetahuai
sejauh mana
penegrtahua
n peserta
penyuluhan
tentang
stunting
Penyajian 1. Menjelaskan 2. Memperhatikan dan 3. Ceramah
(20 Menit) tentang stunting mendengarkan dan leaflet
pada balita: keterangan penyaji 4. Tanya
a. Pengertian jawab
stunting
b. Penyebab
stunting
c. Dampak
Stunting
d. Cara
mencegah
stunting
2. Membuka sesi 3. Mengajukan
tanya jawab pertanyaan

74
Penutup 3. Mengevaluasi 2. Peserta menjawab Tanya
(5 Menit) atau pertanyaan, jawab
menanyakan memperhatikan dan
kembali materi menjawab salam
yang telah
disampaikan
kepada peserta
dalam bentuk
post tes
4. Menyimpulkan
materi yang telah
disampaikan

11. Evaluasi
1. Dilakukan pre test dan post test sebelum memulai penyuluhan
1. Apa yang dimaksud dengan stunting?
a. Kondisi pertumbuhan optimal pada anak.
b. Kondisi pertumbuhan terhambat akibat kekurangan gizi.
c. Penyakit menular yang menyerang anak-anak.
d. Gangguan psikologis pada anak.

2. Faktor apa yang tidak termasuk sebagai risiko penyebab stunting pada anak?
a. Kurangnya asupan gizi.
b. Infeksi berulang.
c. Sanitasi buruk.
d. Kelebihan asupan gizi.

3. Apa dampak utama stunting pada perkembangan anak?


a. Pertumbuhan fisik yang optimal.
b. Perkembangan kognitif yang meningkat.
c. Keterlambatan pertumbuhan fisik dan perkembangan kognitif.
d. Kesehatan yang baik sepanjang hidup.

75
4. Peran gizi dalam mencegah stunting pada balita melibatkan:
a. Memberikan makanan cepat saji.
b. Memberikan nutrisi yang cukup selama 1.000 hari pertama.
c. Menghindari asupan protein.
d. Menjaga anak agar tidak terlalu aktif

5. Langkah praktis untuk mendeteksi stunting melibatkan:


a. Sediakan lebih banyak mainan.
b. Memantau tumbuh kembang anak.
c. Meminimalkan interaksi sosial anak.
d. Menyembunyikan makanan dari anak.

6. Mengapa masa 1.000 hari pertama kehidupan anak penting untuk pencegahan
stunting?
a. Karena masa itu adalah waktu liburan bagi anak.
b. Karena pertumbuhan dan perkembangan otak sangat cepat.
c. Karena anak tidak membutuhkan gizi selama masa itu.
d. Karena anak belum sensitif terhadap gizi.

7. Peran utama orang tua dalam mencegah stunting adalah:


a. Memberikan anak makanan cepat saji.
b. Menyediakan perawatan kesehatan yang mahal.
c. Menyadarkan anak tentang pentingnya gizi.
d. Mengabaikan kebersihan anak.

8. Tindakan konkret untuk mengurangi stunting di masyarakat melibatkan:


a. Menurunkan kualitas sanitasi.
b. Meningkatkan akses terhadap gizi berkualitas.
c. Mengabaikan penyuluhan gizi.
d. Berikan makanan berkalori tinggi.

76
9. Apa yang dapat dilakukan pemerintah untuk meningkatkan kesadaran tentang
stunting?
a. Menyembunyikan informasi.
b. Melarang penyuluhan gizi.
c. Menggelar kampanye penyuluhan.
d. Menurunkan anggaran kesehatan.

10. Pentingnya pendekatan lintas sektor dalam pencegahan stunting melibatkan:


a. Hanya fokus pada sektor kesehatan.
b. Kerjasama antara sektor kesehatan, pendidikan, dan lingkungan.
c. Mengabaikan sektor pendidikan.
d. Hanya mengandalkan sektor lingkungan.

12. Setting Tempat

PENYULUH
MODERATOR

PESERTA

77
MATERI PENYULUHAN

A. Defenisi Stunting
Stunting merupakan istilah untuk penyebutan anak yang tumbuh tidak sesuai
dengan ukuran yang semestinya (bayi pendek). Stunting (tubuh pendek) adalah
keadaan tubuh yang sangat pendek hingga melampaui defisit 2 SD dibawah median
panjang atau tinggi badan populasi yang menjadi referensi internasional. Stunting
adalah keadaan dimana tinggi badan berdasarkan umur rendah, atau keadaan dimana
tubuh anak lebih pendek dibandingkan dengan anak anak lain seusianya (MCN,
2019). Stunted adalah tinggi badan yang kurang menurut umur (<-2SD), ditandai
dengan terlambatnya pertumbuhan anak yang mengakibatkan kegagalan dalam
mencapai tinggi badan yang normal dan sehat sesuai usia anak. Stunted merupakan
kekurangan gizi kronis atau kegagalan pertumbuhan dimasa lalu dan digunakan
sebagai indikator jangka panjang untuk gizi kurang pada anak.
Stunting dapat didiagnosis melalui indeks antropometrik tinggi badan menurut
umur yang mencerminkan pertumbuhan linier yang dicapai pada pra dan pasca
persalinan dengan indikasi kekurangan gizi jangka panjang, akibat dari gizi yang
tidak memadai dan atau kesehatan. Stunting merupakan pertumbuhan linier yang
gagal untuk mencapai potensi genetic sebagai akibat dari pola makan yang buruk dan
penyakit (ACC/SCN, 2020).
Stunting didefinisikan sebagai indikator status gizi TB/U sama dengan atau
kurang dari minus dua standar deviasi (-2 SD) dibawah rata-rata standar atau
keadaan dimana tubuh anak lebih pendek dibandingkan dengan anak anak lain
seusianya (MCN, 2019) (WHO, 2016). Ini adalah indikator kesehatan anak yang
kekurangan gizi kronis yang memberikan gambaran gizi pada masa lalu dan yang
dipengaruhi lingkungan dan keadaan sosial ekonomi.

B. Penyebab Stunting
Menurut beberapa penelitian, kejadian stunted pada anak merupakan suatu
proses kumulatif yang terjadi sejak kehamilan, masa kanak-kanak dan sepanjang
siklus kehidupan. Pada masa ini merupakan proses terjadinya stunted pada anak dan
peluang peningkatan stunted terjadi dalam 2 tahun pertama kehidupan.

78
Faktor gizi ibu sebelum dan selama kehamilan merupakan penyebab tidak
langsung yang memberikan kontribusi terhadap pertumbuhan dan perkembangan
janin. Ibu hamil dengan gizi kurang akan menyebabkan janin mengalami intrauterine
growth retardation (IUGR), sehingga bayi akan lahir dengan kurang gizi, dan
mengalami gangguan pertumbuhan dan perkembangan.
Anak-anak yang mengalami hambatan dalam pertumbuhan disebabkan
kurangnya asupan makanan yang memadai dan penyakit infeksi yang berulang, dan
meningkatnya kebutuhan metabolic serta mengurangi nafsu makan, sehingga
meningkatnya kekurangan gizi pada anak. Keadaan ini semakin mempersulit untuk
mengatasi gangguan pertumbuhan yang akhirnya berpeluang terjadinya stunted
(Allen and Gillespie, 2017).
Gizi buruk kronis (stunting) tidak hanya disebabkan oleh satu faktor saja seperti
yang telah dijelaskan diatas, tetapi disebabkan oleh banyak faktor, dimana faktor-
faktor tersebut saling berhubungan satu sama lainnnya. Terdapat tiga faktor utama
penyebab stunting yaitu asupan makanan tidak seimbang (berkaitan dengan
kandungan zat gizi dalam makanan yaitu karbohidrat, protein, lemak, mineral,
vitamin, dan air).

C. Riwayat berat badan lahir rendah (BBLR)


1. Riwayat penyakit
Lancet "Maternal and Child Nutrition" Series tahun 2017 memuat satu
konsep model faktor-faktor yang menyebabkan kekurangan gizi, kecacatan atau
disability dan kematian.
Dalam diagram tersebut terlihat bahwa kekurangan gizi kronis atau
pendek lebih dipengaruhi oleh faktor gangguan pertumbuhan pada masa janin,
kekurangan asupan zat gizi mikro dan kekurangan asupan energy dan protein.
Sementara itu gizi kurang akut yang sering disebut gizi kurang atau
kurus lebih banyak dipengaruhi oleh faktor tidak cukupnya asupan gizi terutama
kalori dan protein dan infeksi penyakit.
Tidak optimalnya pemberian Air Susu Ibu merupakan salah satu
penyebabnya tingginya infeksi pada bayi yang mengakibatkan kekurangan gizi
akut dan kematian. Kekurangan gizi mikro disamping menyebabkan kekurangan

79
gizi kronis juga menyebabkan disability, yang meningkatkan risiko kematian.
Faktor-faktor kemiskinan, sosial budaya dan politik, meningkatnya
infeksi penyakit, ketahanan pangan dan tidak optimalnya cakupan dan kualitas
pelayanan merupakan merupakan faktor yang secara bersama-sama maupun
secara sendiri-sendiri berpengaruh pada keadaan gizi ibu hamil, kekurangan gizi
mikro, asupan energy yang rendah dan tidak optimalnya pemberian Air Susu
Ibu.

2. Dampak Stunting
Stunting dapat mengakibatkan penurunan intelegensia (IQ), sehingga
prestasi belajar menjadi rendah dan tidak dapat melanjutkan sekolah. Bila
mencari pekerjaan, peluang gagal tes wawancara pekerjaan menjadi besar dan
tidak mendapat pekerjaan yang baik, yang berakibat penghasilan rendah
(economic productivity hypothesis) dan tidak dapat mencukupi kebutuhan
pangan. Karena itu anak yang menderita stunting berdampak tidak hanya pada
fisik yang lebih pendek saja, tetapi juga pada kecerdasan, produktivitas dan
prestasinya kelak setelah dewasa, sehingga akan menjadi beban negara. Selain
itu dari aspek estetika, seseorang yang tumbuh proporsional akan kelihatan lebih
menarik dari yang tubuhnya pendek.
Stunting yang terjadi pada masa anak merupakan faktor risiko
meningkatnya angka kematian, kemampuan kognitif, dan perkembangan
motorik yang rendah serta fungsi-fungsi tubuh yang tidak seimbang (Allen &
Gillespie, 2017). Gagal tumbuh yang terjadi akibat kurang gizi pada masa-masa
emas ini akan berakibat buruk pada kehidupan berikutnya dan sulit diperbaiki.
Masalah stunting menunjukkan ketidakcukupan gizi dalam jangka waktu
panjang, yaitu kurang energi dan protein, juga beberapa zat gizi mikro.

D. Cara Mencegah Stunting


1. Mencegah Stunting pada Balita
Berbagai upaya telah kita lakukan dalam mencegah dan menangani gizi
di masyarakat. Memang ada hasilnya, tetapi kita masih harus bekerja keras
untuk menurunkan prevalensi balita pendek sebesar 2,9% agar target MD's tahun

80
2014 tercapai yang berdampak pada turunnya prevalensi gizi kurang pada balita
kita.
Dalam keadaan normal, tinggi badan tumbuh bersamaan dengan
bertambahnya umur, namun pertambahan tinggi badan relatif kurang sensitif
terhadap kurang gizi dalam waktu singkat. Jika terjadi gangguan pertumbuhan
tinggi badan pada balita, maka untuk mengejar pertumbuhan tinggi badan
optimalnya masih bisa diupayakan, sedangkan anak usia sekolah sampai remaja
relatif kecil kemungkinannya. Maka peluang besar untuk mencegah stunting
dilakukan sedini mungkin. dengan mencegah faktor resiko gizi kurang baik pada
remaja putri, wanita usia subur (WUS), ibu hamil maupun pada balita. Selain itu,
menangani balita yang dengan tinggi dan berat badan rendah yang beresiko
terjadi stunting, serta terhadap balita yang telah stunting agar tidak semakin
berat.
Kejadian balita stunting dapat diputus mata rantainya sejak janin dalam
kandungan dengan cara melakukan pemenuhan kebutuhan zat gizi bagi ibu
hamil, artinya setiap ibu hamil harus mendapatkan makanan yang cukup gizi,
mendapatkan suplementasi zat gizi (tablet Fe), dan terpantau kesehatannya.
Selain itu setiap bayi baru lahir hanya mendapat ASI saja sampai umur 6 bulan
(eksklusif) dan setelah umur 6 bulan diberi makanan pendamping ASI (MPASI)
yang cukup jumlah dan kualitasnya. Ibu nifas selain mendapat makanan cukup
gizi, juga diberi suplementasi zat gizi berupa kapsul vitamin A. Kejadian
stunting pada balita yang bersifat kronis seharusnya dapat dipantau dan dicegah
apabila pemantauan pertumbuhan balita dilaksanakan secara rutin dan benar.
Memantau pertumbuhan balita di posyandu merupakan upaya yang sangat
strategis untuk mendeteksi dini terjadinya gangguan pertumbuhan, sehingga
dapat dilakukan pencegahan terjadinya balita stunting.
Bersama dengan sektor lain meningkatkan kualitas sanitasi lingkungan
dan penyediaan sarana prasarana dan akses keluarga terhadap sumber air
terlindung, serta pemukiman yang layak. Juga meningkatkan akses keluarga
terhadap daya beli pangan dan biaya berobat bila sakit melalui penyediaan
lapangan kerja dan peningkatan pendapatan.
Peningkatan pendidikan ayah dan ibu yang berdampak pada pengetahuan

81
dan kemampuan dalam penerapan kesehatan dan gizi keluarganya, sehingga
anak berada dalam keadaan status gizi yang baik. Mempermudah akses keluarga.
terhadap informasi dan penyediaan informasi tentang kesehatan dan gizi anak
yang mudah dimengerti dan dilaksanakan oleh setiap keluarga juga merupakan
cara yang efektif dalam mencegah terjadinya balita stunting.
2. Penanggulangan dan pencegahan Stunting

Memperbaiki gizi dan kesehatan Ibu hamil merupakan cara terbaik


dalam mengatasi stunting. Ibu hamil perlu mendapat makanan yang baik,
sehingga apabila ibu hamil dalam keadaan sangat kurus atau telah mengalami
Kurang Energi Kronis (KEK), maka perlu diberikan makanan tambahan kepada
ibu hamil tersebut. Setiap ibu hamil perlu mendapat tablet tambah darah,
minimal 90 tablet selama kehamilan. Kesehatan ibu harus tetap dijaga agar ibu
tidak mengalami sakit.

1. Pada saat bayi lahir

Persalinan ditolong oleh bidan atau dokter terlatih dan begitu bayi lahir
melakukan Inisiasi Menyusu Dini (IMD). Bayi sampai dengan usia 6 bulan
diberi Air Susu Ibu (ASI) saja (ASI Eksklusif).

2. Bayi berusia 6 bulan sampai dengan 2 tahun

Mulai usia 6 bulan, selain ASI bayi diberi Makanan Pendamping ASI
(MP-ASI). Pemberian ASI terus dilakukan sampai bayi berumur 2 tahun atau
lebih. Bayi dan anak memperoleh kapsul vitamin A, taburia, imunisasi dasar
lengkap. Perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) harus diupayakan oleh
setiap rumah tangga.

3. Pencegahan stunting pada pertumbuhan bayi

1. Kebutuhan gizi masa hamil

Pada Seorang wanita dewasa yang sedang hamil, kebutuhan


gizinya dipergunakan untuk kegiatan rutin dalam proses metabolisme
tubuh, aktivitas fisik, serta menjaga keseimbangan segala proses dalam
tubuh. Di samping proses yang rutin juga diperlukan energi dan gizi

82
tambahan untuk pembentukan jaringan baru, yaitu janin, plasenta, uterus
serta kelenjar mamae. Ibu hamil dianjurkan makan secukupnya saja,
bervariasi sehingga kebutuhan akan aneka macam zat gizi bisa terpenuhi.
Makanan yang diperlukan untuk pertumbuhan adalah makanan yang
mengandung zat pertumbuhan atau pembangun yaitu protein, selama itu
juga perlu tambahan vitamin dan mineral untuk membantu proses
pertumbuhan itu.

2. Kebutuhan Gizi Ibu saat Menyusui

Jumlah makanan untuk ibu yang sedang menyusui lebih besar


dibanding dengan ibu hamil, akan tetapi kualitasnya tetap sama. Pada ibu
menyusui diharapkan mengkonsumsi makanan yang bergizi dan
berenergi tinggi, seperti diisarankan untuk minum susu sapi, yang
bermanfaat untuk mencegah kerusakan gigi serta tulang. Susu untuk
memenuhi kebutuhan kalsium dan flour dalam ASI. Jika kekurangan
unsur ini maka terjadi pembongkaran dari jaringan (deposit) dalam tubuh
tadi, akibatnya ibu akan mengalami kerusakan gigi. Kadar air dalam ASI
sekitr 88 gr %. Maka ibu yang sedang menyusui dianjurkan untuk
minum sebanyak 2-2,5 liter (8-10 gelas) air sehari, di samping bisa juga
ditambah dengan minum air buah.

3. Kebutuhan Gizi Bayi 0-12 bulan

Pada usia 0-6 bulan sebaiknya bayi cukup diberi Air Susu Ibu (ASI). ASI
adalah makanan terbaik bagi bayi mulai dari lahir sampai kurang lebih
umur 6 bulan. Menyusui sebaiknya dilakukan sesegara mungkin setelah
melahirkan. Pada usia ini sebaiknya bayi disusui selama minimal 20 menit
pada masing-masing payudara hingga payudara benar-benar kosong.
Apabila hal ini dilakukan tanpa membatasi waktu dan frekuensi menyusui,
maka payudara akan memproduksi ASI sebanyak 800 ml bahkan hingga
1,5-2 liter perhari.

4. Kebutuhan Gizi Anak 1-2 tahun

83
`Ketika memasuki usia 1 tahun, laju pertumbuhan mulai melambat
tetapi perkembangan motorik meningkat, anak mulai mengeksplorasi
lingkungan sekitar dengan cara berjalan kesana kemari, lompat, lari dan
sebagainya. Namun pada usia ini anak juga mulai sering mengalami
gangguan kesehatan dan rentan terhadap penyakit infeks seperti ISPA
dan diare sehingga anak butuh zat gizi tinggi dan gizi seimbang agar
tumbuh kembangnya optimal. Pada usia ini ASI tetap diberikan. Pada
masa ini berikan juga makanan keluarga secara bertahap sesuai
kemampuan anak. Variasi makanan harus diperhatikan. Makanan yang
diberikan tidak menggunakan penyedap, bumbu yang tajam, zat
pengawet dan pewarna. dari asi karena saat ini hanya asi yang terbaik
untuk buah hati anda tanpa efek samping.

E. Zat Gizi Mikro yang Berperan untuk Menghindari Stunting

1. Kalsium

Kalsium berfungsi dalam pembentukan tulang serta gigi, pembekuan


darah dan kontraksi otot. Bahan makanan sumber kalsium antara lain: ikan teri
kering, belut, susu, keju, kacang-kacangan.

2. Yodium

Yodium sangat berguna bagi hormon tiroid dimana hormon tiroid


mengatur metabolisme, pertumbuhan dan perkembangan tubuh. Yodium juga
penting untuk mencegah gondok dan kekerdilan. Bahan makanan sumber
yodium: ikan laut, udang, dan kerang.

3. Zink

Zink berfungsi dalam metabolisme tulang, penyembuhan luka, fungsi


kekebalan dan pengembangan fungsi reproduksi laki-laki. Bahan makanan
sumber zink: hati, kerang, telur dan kacang-kacangan.

4. Zat Besi

84
Zat besi berfungsi dalam sistem kekebalan tubuh, pertumbuhan otak, dan
metabolisme energi. Sumber zat besi antara lain: hati, telur, ikan, kacang-
kacangan, sayuran hijau dan buah-buahan.
5. Asam Folat
Asam folat terutama berfungsi pada periode pembelahan dan
pertumbuhan sel, memproduksi sel darah merah dan mencegah anemia. Sumber
asam folat antara lain bayam, lobak, kacang-kacangan, serealia dan sayur-
sayuran.

85
DAFTAR PUSTAKA
Adinda. 2017.
Masalah Gizi penyebab Stunting
(http://adindascabiosa.blogspot.co.id/2014/04/-masalah-gizi-penyebab
stunting.html). Diakses pada tanggal 12 Desember 2023.
Laporan Tahuna Unicef Indonesia. 2012. Ringkasan Kajian Kesehatan Unicef
Indonesia.Oktober 2019.
Laporan Tahunan Indonesia. 2020. Penyajian Pokok-Pokok Hasil Riset
Kesehatan Dasar 2020.
Rizma. 2016. 8,8 Juta Anak Indonesia Bertubuh Kerdil.
(http://nasional.republika.co.id/berita/nasional/umum/16/01/26/o1k24o385-88-
juta-anak-indonesia-bertubuh-kerdil-part1). Diakses pada tanggal 12
Desember 2023.

86
Leaflet Penyuluhan KEK

87
Leaflet Penyuluhan Stunting

88
DAFTAR HADIR ACARA MMD

89
DAFTAR HADIR IMPLEMENTASI PENYULUHAN

90
DAFTAR HADIR EVALUASI PENYULUHAN

91
MAPPING
MAPPING

• Pemberitahuan kepada Kepala desa pecoro, Bidan


04/12 wilayah, pamong" masyarakat dusun Dukusia-Pecoro-
rambipuji
2023

• Melakukan pendataan di balai desa dan puskesmas Kec.


05/12 Rambipuji
2023

• Melakukan pendataan dan pengkajian 160 KK di dusun


06-07/12 Bindumg-Pecoro-Rambipuji
2023

08/12 2023
Melakukan pengumpulan hasil
pengkajian data 17/12 2023
15/12 2023
09/12 2023 Melakukan Penyuluhan
Mengerjakan laporan komunitas - kekurangan energi kronik (KEK)
-balita dengan stunting

15/12 2023
Melakukan (MMD) Musyawarah
Masyarakat Desa
21/12 2023
# Rumusan masalah Hasil MMD
Melakukan evaluasi terhadap
1. Masalah ibu hamil dgn KEK implementasi yang dilakukan.
2. Masalah balita dengan stunting

92
DOKUMENTASI
PROSES PRAKTEK KEBIDANAN KOMUNITAS
DUSUN BINDUNG-PECORO-RAMBIPUJI

Gambar 1 (serah terima penerimaan mahasiswa)

Gambar 2 (pengkajian pada masyrakat)

93
Gambar 3 ( pelaksanaan MMD musywarah masyrakat desa )

94
Gambar 4 ( Pelaksanaan Implementasi penyuluhan ibu hamil KEK dan Stunting)

95
96
Gambar 5. ( pembagian susu ibu hamil untuk ibu KEK )

97
Gambar 6. (Evaluasi ibu hamil KEK dan Stunting )

Gambar 7. ( Penutupan komunitas )

98
99

Anda mungkin juga menyukai