Disusun oleh:
Anindya Citra Prameswari 030.17.010
Dea Desmonda 030.17.029
Tifani Amalia Isma 030.17.116
Pembimbing:
dr. Gita Handayani Tarigan, M.PH., M.M.
dr. Wendy Damar Aprilano
Disusun Oleh:
Anindya Citra Prameswari 030.14.029
Dea Desmonda 030.17.029
Tifani Amalia Isma 030.17.116
ii
Pembimbing Fakultas, Pembimbing Puskesmas,
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa
karena atas rahmat-Nya, kami dapat menyelesaikan penyusunan Diagnosis
Komunitas “Perilaku Pemberian Asi Eksklusif Dalam Upaya Peningkatan
Cakupan ASI Eksklusif dan Status Gizi Pada Bayi Usia 0 Sampai 59 Bulan di
Wilayah Kerja Puskesmas Kelurahan Ulujami”.
Diagnosis Komunitas ini dibuat guna memenuhi syarat tugas kepaniteraan
klinik di bagian Ilmu Kesehatan Masyarakat di Puskesmas Kecamatan
Pesanggrahan dalam periode 27 Februari – 06 Mei 2023. Dalam usaha
penyelesaian diagnosis komunitas ini, kami banyak memperoleh bimbingan dan
dorongan dari berbagai pihak. Untuk itu, kami menyampaikan terimakasih
kepada:
1. dr. Gita Handayani Tarigan, M.PH, selaku pembimbing kami dan telah
meluangkan waktunya untuk memberi bimbingan, masukan, arahan dan
motivasi kepada kami,
2. drg. Etrina Eriawati, M.Epid, selaku Kepala Puskesmas Kecamatan
Pesanggrahan,
3. dr. Wendy Damar Aprilano selaku pembimbing kami di Puskesmas
Kecamatan Pesanggrahan,
4. Agita Eka Kusumastuti selaku pemegang program Pelayanan Kesehatan
Gizi di Puskesmas Kecamatan Pesanggrahan.
Kami menyadari bahwa di dalam penulisan ini masih banyak kekurangan
dalam penulisan Diagnosis Komunitas, oleh karena itu dengan segala kerendahan
iii
hati kami menerima semua saran dan kritikan yang membangun guna
penyempurnaan tugas ini.
Tim Penyusun
DAFTAR ISI
LEMBAR PENGESAHAN.....................................................................................ii
KATA PENGANTAR............................................................................................iii
DAFTAR TABEL....................................................................................................v
DAFTAR GAMBAR.............................................................................................vii
BAB I PENDAHULUAN........................................................................................1
1.1 Latar Belakang...............................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah..........................................................................................8
1.3 Tujuan Diagnosis Komunitas.........................................................................8
1.3.1 Tujuan Umum..........................................................................................8
1.3.2 Tujuan Khusus.........................................................................................8
1.4 Manfaat Diagnosis Komunitas.......................................................................9
1.4.1 Manfaat Bagi Dokter Muda.....................................................................9
1.4.2 Manfaat Bagi Puskesmas.........................................................................9
1.4.3 Manfaat Bagi Komunitas.........................................................................9
BAB II METODE DIAGNOSIS KOMUNITAS...................................................10
2.1 Desain Diagnosis Komunitas.......................................................................10
2.2 Populasi dan Sampel Diagnosis Komunitas.................................................10
2.2.1 Populasi..................................................................................................10
2.2.2 Sampel Gizi..........................................................................................10
2.2.3 Sampel PHBS.......................................................................................11
2.2.4 Alur Kegiatan Diagnosis Komunitas.....................................................13
2.3 Pengumpulan Data Diagnosis Komunitas...................................................14
iv
2.3.1 Data Primer...........................................................................................14
2.3.2 Data Sekunder........................................................................................14
2.4 Identifikasi Masalah.....................................................................................14
2.5 Penentuan Prioritas Masalah........................................................................14
2.6 Identifikasi Penyebab Masalah.....................................................................15
2.7 Alternatif Aksi Pemecahan Masalah............................................................17
DAFTAR TABEL
v
Tabel 17. Rekapitulasi Nilai Pretest Posttest Kader Lama Kelurahan Bintaro..... 33
Tabel 18. Hasil Uji T Dependent …………………………………..……………33
Tabel 19. Perbandingan Nilai Pretest Kader Baru dan Lama ……………..…….34
Tabel 20. Perbandingan Nilai Posttest Kader Baru dan Lama ………………….34
Tabel 21. Perbandingan Capaian Skrining Lansia Sebelum Sesudah Intervensi...36
Tabel 22. Karakteristik Sosio-demografi lansia yg dilakukan skrining ……..…..37
Tabel 23. Hasil Skrining Pasien Posyandu Lansia ………………………………3
DAFTAR GAMBAR
vi
7
BAB I
PENDAHULUAN
Asi ekslusif didefinisikan sebagai bayi usia 0-6 bulan yang hanya
menerima air susu ibu dan tidak ada cairan atau padatan lain bahkan air, kecuali
larutan rehidrasi oral atau tetes/sirup vitamin, mineral, atau obat-obatan. World
Health Organization (WHO) memberikan rekomendasi ASI eksklusif diberikan
dengan sedikitnya selama 6 bulan pertama kehidupan kemudian selanjutnya dapat
ditambahkan makanan pendamping hingga usia 2 tahun. Tidak hanya WHO,
namun American Academy of Pediatrics (AAP), Academy of Breastfeeding
Medicine (ABM) dan Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) juga
merekomendasikan pemberian ASI eksklusif sekurang-kurangnya 6 bulan.
Pemberian ASI eksklusif ini penting karena pemberian ASI sejak dini dan
secara eksklusif bermanfaat bagi kelangsungan hidup seorang anak, dan untuk
melindungi mereka dari berbagai penyakit yang rentan mereka alami serta yang
dapat berakibat fatal, seperti salah satunya yaitu masalah gizi buruk pada anak
yang dapat menyebabkan stunting.
8
Pada periode setelah lahir yang harus diutamakan adalah pemantauan
pertumbuhan yang dilakukan setiap bulan secara rutin. Dengan demikian dapat
diketahui sejak dini apabila anak mengalami gangguan pertumbuhan. Berdasarkan
Hasil Survei Status Gizi Indonesia (SSGI) Kementerian Kesehatan menunjukkan,
terdapat empat permasalahan gizi balita di Indonesia yaitu stunting, wasting,
underweight, dan overweight. Dari beberapa permasalahan gizi tersebut terjadi
peningkatan prevalensi balita wasting dan underweight. Menurut SSGI 2022,
prevalensi balita wasting di Indonesia naik 0,6 poin dari 7,1% menjadi 7,7% pada
tahun lalu. Kemudian, prevalensi balita underweight atau gizi kurang sebesar
17,1% pada 2022 atau naik 0,1 poin dari tahun sebelumnya.
9
Beberapa alasan para ibu tidak menyusui bayinya yaitu ibu merasa tidak
dapat menghasilkan ASI yang cukup untuk bayinya, bayi tidak mau menghisap
puting susu ibu, puting susu ibu yang lecet, serta anggapan bahwa bayi menangis
adalah karena rasa lapar sehingga perlu diberi makanan tambahan. Kurangnya
kesadaran serta minimnya pemahaman ibu tentang urgensi ASI eksklusif bagi
bayi juga berpengaruh terhadap rendahnya upaya ibu dalam memberikan ASI
eksklusif. Didukung oleh penelitian dari Vony Nurul Khasanah terdapat beberapa
faktor yang mempengaruhi pemberian asi eksklusif yakni faktor pencetus (umur,
jenjang pendidikan, pengetahuan, dan sikap), faktor pemungkin (ketersediaan
fasilitas), dan faktor penguat (dukungan suami dan dukungan tenaga kesehatan).
Dalam penelitian tersebut didapatkan hasil faktor yang mempengaruhi pemberian
asi pada ibu bekerja yaitu apabila ibu memiliki pengetahuan yang baik maka akan
ada peluang yang besar dalam memberikan ASI secara eksklusif kepada bayinya,
dan pada sikap ibu pekerja yang mempunyai bayi juga lebih dominan bersikap
secara positif maka kemungkinan besar dapat memberikan ASI secara eksklusif.
Selain itu tersedianya fasilitas yang memadai untuk memerah ASI di tempat
bekerja maka ibu menyusui akan semakin nyaman dan semangat untuk
memberikan serta keberhasilan pengaruh dukungan suami yang selalu
memberikan bantuan, pertolongan dan semangat kepada istrinya.
10
aktivitas fisik). Untuk menjangkau semua lini masyarakat, digunakan metode
pendekatan keluarga melalui kegiatan yang bersifat promotif, preventif, dan
deteksi dini dalam Germas untuk mencapai indikator PHBS. Pemerintah sudah
mengeluarkan aturan guna mendukung program ASI eksklusif yaitu Peraturan
Pemerintah Nomor 33 Tahun 2012 tentang Pemberian ASI Eksklusif dan
Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 15 Tahun 2013 tentang Tata Cara
Penyediaan Fasilitas Khusus Menyusui dan atau Memerah.
REFERENSI
Wijaya FA. ASI Eksklusif: Nutrisi Ideal untuk Bayi 0-6 Bulan. CDK- 275/ vol. 46
no. 4 th. 2019
IDAI. Mengapa ASI Eksklusif Sangat DIanjurkan pada Usia di Bawah 6 bulan.
2013. https://www.idai.or.id/artikel/kli nik/asi/mengapa-asi-eksklusif- sangat-
dianjurkan-pada-usia-di- bawah 6-bulan
Suradi R. Spesifisitas Biologis Air Susu Ibu, Sari Pediatri. 2001; 125' 129.
Kemenkes RI. Pedoman Bagi Ibu Hamil, Ibu Nifas dan Bayi Baru Lahir.
Kemenkes. 2020: 1-21.
IDAI. Air Susu Ibu dan Menyusui. IDAI. 2016: 1-28.
Kemenkes RI.Peningkatan Kesehatan Ibu dan Anak Bagi Bidan dan Perawat.
Kemenkes RI. 2014
11
2. Setiap ibu bersalin mendapatkan 100,46% 100% Tercapai
pelayanan persalinan sesuai standard
10. Setiap orang dengan gangguan jiwa berat 100% 100% Tercapai
mendapatkan pelayanan kesehatan sesuai
standard
12. Setiap orang dengan risiko terinfeksi virus 90,37% 100% 9,63%
yang melemahkan daya tahan tubuh
12
manusia (Human Immunodeficiency
Virus) mendapatkan pemeriksaan HIV
sesuai standard
13
12. Presentase capaian KB aktif 85,90% 80% Tercapai
17. Cakupan deteksi dini Hepatitis B pada ibu 54,88% 65% 10,12%
hamil
14
Capaian Program Gizi dalam Pemberian Asi Eksklusif 2022
Tabel 2. Cakupan program Pemberian ASI eksklusif pada bayi 0-6 bulan (PROSES)
tahun 2022 di wilayah ker PKC Pesanggrahan
Tabel 3.. Cakupan program PHBS dalam Pemberian ASI eksklusif pada bayi tahun
2022 di wilayah ker PKC Pesanggrahan
15
Ulujami 294 100 74,61%
16
diagnosis komunitas ini diharapkan dapat meningkatkan cakupan perilaku
pemberian Asi ekslusif pada bayi usia 0-6 bulan
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas, permasalahan
yang menjadi bahan laporan diagnosis komunitas adalah: “Perilaku Pemberian
ASI Eksklusif dalam Upaya Peningkatan Cakupan Pemberian ASI Eksklusif dan
Status Gizi pada Bayi Usia 0 Sampai 6 Bulan di Wilayah Kerja Puskesmas
Kelurahan Ulujami”.
17
● Meningkatkan kemampuan dokter muda dalam melakukan advokasi.
● Meningkatkan kemampuan dokter muda dalam menentukan upaya
intervensi sebagai tindak lanjut diagnosis komunitas.
18
BAB II
METODE DIAGNOSIS KOMUNITAS
Populasi infinit:
2
z x p xq
n 0=
d2
2
1,96 x 0,2 x 0,8
n 0= 2
0,05
n 0=19,59
Keterangan :
n0 : besar sampel optimal yang dibutuhkan
z : tingkat kemaknaan 95% besarnya 1,96
19
p : persentase cakupan asi eksklusif pada bayi usia 0 sampai 6 bulan sebesar
[30/148x100]
q : (1-p) → (1-0,2= 0,8)
d : Tingkat kepercayaan/ketepatan yang diinginkan (0,05)
Jumlah ini kemudian dimasukkan ke dalam rumus koreksi populasi finit sebagai
berikut:
n0
n 1=
n0
1+( )
N
244
n 1=
244
1+( )
30
n 1=26,71
Keterangan:
n : Besar sampel yang dibutuhkan untuk populasi yang finit
n0 : Besar sampel dari populasi infinit
N : Besar populasi finit
Untuk menghindari adanya data yang tidak lengkap/hilang (drop out) maka
ditambahkan 15% dari sampel. Sehingga sampel minimal yang akan diambil
adalah
n2 = n1 + 15%n1
= 26,71 + 15% (26,71)
= 30,17
= 30 orang
20
31 orang
26 orang /
30 orang
Gambar 1. Bagan Pemilihan Lokasi Pengambilan Sampel
21
2.2.4 Alur Kegiatan Diagnosis Komunitas
22
2.4 Identifikasi Masalah
Menetapkan keadaan spesifik yang diharapkan dan yang ingin dicapai,
kemudian menetapkan indikator tertentu sebagai dasar pengukuran kinerja. Untuk
hal ini ditemukan bahwa terdapat kendala dalam kegiatan perilaku pemberian asi
ekslusif pada bayi usia 0 sampai 6 bulan. Kendala yang timbul berdasarkan hasil
wawancara terhadap pemegang program diantaranya:
● Persebaran pembuatan kelas asi yang belum tersedia
● Kurangnya pengetahuan dan kesadaran ibu mengenai perilaku pemberian
asi eksklusif pada bayi usia 0 sampai 6 bulan.
● Kurangnya pelatihan dan pembinaan pada kader di posyandu balita
23
Berdasarkan hasil perhitungan dengan metode USGP, didapatkan
penentuan prioritas masalah utama adalah “Persebaran pembuatan kelas asi yang
belum tersedia”.
INPUT
PROSES
P2 (Penggerakan) balita
24
Kurangnya pengetahuan dan kesadaran ibu mengenai
perilaku pemberian asi eksklusif pada bayi usia 0
sampai 6 bulan.
Lingkungan
Akses kelas asi pada posyandu balita yang belum
berjalan.
25
Gambar 3. Diagram Fish Bone
26
2.7 Alternatif Aksi Pemecahan Masalah
Identifikasi alternatif pemecahan masalah disini ditentukan dengan metode
analisis SWOT (Strength – Weakness – Opportunity – Threat). Analisis ini
menggunakan prinsip mengurangi atau mengeliminasi faktor risiko, perlu
dilakukannya intervensi terhadap faktor risiko kunci.
27
Opportunity
2. Strength Ekstensifikasi ● Pelatihan kader kelas Asi pada
posyandu balita
● Melakukan edukasi mengenai
Threat
perilaku pemberian ASI eksklusif
pada balita0-6 bulanw
● Penyediaan media promosi
kesehatan
3. Weakness Kemitraan Kerjasama antara pemegang program
PHBS dan gizi serta pihak kelurahan
untuk koordinasi pembentukan kelas
Opportunity ASI
28
2.8 Rencana Aksi Pemecahan Masalah
Tabel 6. Plan of action
Penanggung
Pelaksanaan
Indikator kerja/ Target jawab &
No Upaya Kegiatan Tujuan Dana
keluaran sasaran kebutuhan
SDM Waktu Tempat
1. Upaya jumlah kelas ASI ● Advokasi dan Penambahan Rp Pemegang Dokter muda 09.00 Di
pembentuk sosialisasi kepada jumlah kelas 200.000 kebijakan di s.d Kelurahan
Pemegang
an kelas pemegang program ASI Kelurahan selesai Ulujami
program
ASI pada PHBS dan Gizi Ulujami khususnya
PHBS dan
posyandu serta Kelurahan. RW 03
Pemegang Gizi di PKC
balita
● Pembentukan kelas program Pesanggrahan
asi pada posyandu PHBS dan dan PKL
balita di Kelurahan Gizi di PKC Ulujami
Ulujami Pesanggrahan
dan PKL
Ulujami
2. Upaya Jumlah kader Pelatihan kepada kader Meningkatkan - Kader Kelas Dokter muda 09.00 Di
peningkata kelas ASI yang Kelas ASI pada pengetahuan ASI s.d Kelurahan
Pemegang
n pelatihan terlatih posyandu balita dan selesai Ulujami
program
Kader bertambah keterampilan khususnya
PHBS dan
terkait kader dalam RW 03
Gizi di PKC
29
perilaku melakukan Pesanggrahan
dan pola dan dan PKL
pengetahua perilaku Ulujami
n pemberian
pemberian Asi Ekslusif
ASI yang benar
eksklusif
Penanggung
Pelaksanaan
Indikator kerja/ Target jawab &
No Upaya Kegiatan Tujuan Dana
keluaran sasaran kebutuhan
SDM Waktu Tempat
3. Upaya ● Peningkatan ● Sosialisasi dan Meningkatnya - Ibu yang Dokter muda 09.00 Di RW 03
peningkata kesadaran Ibu pelatihan kelas ASI kualitas tidak s.d Kelurahan
Pemegang
n cakupan dan keluarga pada posyandu perilaku ibu memberikan selesai Ulujami
program di
perilaku ibu mengenai balita dari rumah ke dalam Asi Ekslusif
Puskesmas
dalam perilaku rumah memberikan
Kelurahan
memberika pemberian Asi ekslusif
● Pembukaan Kelas Ulujami dan
n ASI ASI Ekslusif sehingga
Asi di RW 03 Puskesmas
ekslusif dan dapat
● Peningkatan Kelurahan Ulujami Kecamatan
status gizi meningkatkan
jumlah ibu Pesanggrahan
sesuai status gizi
yang datang
standar balita sesuai
ke Posyandu
standar
dan
30
mendapatkan
status
antropometri
sesuai standar
4. Upaya Tersedianya Pembuatan media Meningkatkan Rp200.0 Seluruh Ibu Dokter muda 09.00 Di
penyediaan media promosi promosi kesehatan pengetahuan 00 yang akan s.d Kelurahan
media kelas Asi pada kelas Asi pada ibu mengenai dan sudah selesai Ulujami
promosi posyandu balita posyandu balita perilaku memiliki khususnya
pemberian asi bayi usia RW 03
ekslusif serta kurang dari 6
gizi pada bayi bulan yang
sesuai standar hadir di
posyandu
balita
31
BAB III
ANALISIS SITUASI MASALAH
32
Gambar 4. Peta Wilayah Kecamatan Pesanggrahan
Di lihat dari tabel diatas diketahui bahwa kelurahan dengan luas wilayah
yang paling luas adalah Kelurahan Bintaro dengan luas wilayah 4.55 Km 2 dengan
jumlah 15 RW dan 141 RT. Sedangkan Kelurahan Ulujami adalah kelurahan di
33
wilayah Kecamatan Pesanggrahan dengan luas wilayah yang paling kecil, yaitu
1.70 Km2 dengan jumlah 9 RW dan 94 RT.
3 Ulujami 1.70 94 9
4 Pesanggrahan 2.11 85 8
3 Ulujami 1.70 94 9
4 Pesanggrahan 2.11 85 8
34
Kec. Pesanggrahan 13.46 527 51
Proporsi jumlah penduduk di tiap kelurahan dapat dilihat pada tabel dan gambar
di bawah ini.
35
Kec. Pesanggrahan 132.214 132.488 264.702 19.666 13,46
Jumlah penduduk usia produktif (usia 15-64 tahun) sebesar 187.389 jiwa
atau sebesar 70,8% dari jumlah penduduk Kecamatan Pesanggrahan. Angka
Beban Tanggungan (Dependency Ratio) penduduk Kecamatan Pesanggrahan
sebesar 41%. Hal ini berarti setiap 10 orang penduduk Kecamatan Pesanggrahan
yang masih produktif harus menanggung 41 orang yang belum/sudah tidak
produktif lagi.
36
15 70 - 74 1.700 1.808 3.508
37
3.2.2 Data Kualitatif (Data Primer)
Data kualitatif didapatkan dengan wawancara terhadap pemegang program
KIA puskesmas kecamatan Pesanggrahan dan bagian PHBS serta Gizi puskesmas
kelurahan Ulujami yang dirangkum dalam tabel berikut:
Tabel 14. Hasil Wawancara Dengan Pemegang Program Gizi dan PHBS
Subjek Pelaksanaan Kendala
Wawancara
Pemegang Cakupan ASI SDM pada bagian Gizi juga
program Gizi Eksklusif menjalankan program lain sehingga
dan PHBS tidak fokus mengerjakan program
Puskesmas Belum ada rencana dana anggaran
Kecamatan terkait program ASI Eksklusif
Pesanggrahan
Tingkat pengetahuan Masih ada ibu hamil yang setelah
diberikan penyuluhan masih
mendapat nilai rendah
Kurangnya pengetahuan dan
kesadaran ibu mengenai perilaku
pemberian asi eksklusif pada bayi
usia 0 sampai 6 bulan.
Media penyuluhan Belum adanya kelas untuk ASI
Akses kelas ASI pada posyandu
balita yang belum berjalan.
Kader belum terlatih dan belum
terlalu mengerti terkait dengan ASI
sehingga perlu diberikan pelatihan
38
3.3 Realisasi Kegiatan
Tabel 15. Realisasi Diagnosis Komunitas
Masalah Penyebab masalah Pemecahan masalah Tanggal Pelaksanaan
Tempat Kegiatan
Belum tercapainya Kurangnya sumber ● Advokasi dan 13-14 RW 03 Advokasi
target ibu yang sosialisasi kepada dan
daya tenaga Kesehatan April kelurahan
pemegang sosialisasi
melakukan ASI Kelurahan belum program PHBS 2023 Ulujami kepada
ekslusif memiliki kelas ASI di dan Gizi serta pemegang
Kelurahan. program
posyandu balita ● Pembentukan kelas PHBS dan
asi pada posyandu Gizi serta
Koordinasi puskesmas balita di Kelurahan Kelurahan
dengan kelurahan dan Ulujami .
● Pelatihan kepada
RW untuk membuat Pembentu
kader Kelas ASI
kelas ASI di posyandu pada posyandu kan kelas
balita. balita
asi pada
● Pembukaan Kelas
Pelaksanaan kelas ASI Asi di RW 03 posyandu
di posyandu Balita Kelurahan balita di
Ulujami
tanpa monitoring dari Kelurahan
petugas kesehatan ● Pembuatan media
Ulujam
promosi
39
kelurahan Ulujami. kesehatan kelas Evaluasi
Asi pada
Kurangnya nilai
posyandu balita
pengetahuan dan pengetahu
kesadaran ibu an ibu
mengenai perilaku hamil
pemberian asi terkait
eksklusif pada bayi pengetahu
usia 0 sampai 6 bulan. an
Akses kelas ASI pada Pembentu
posyandu balita yang kan kelas
belum berjalan. ASI pada
posyandu
Jumlah kader yang
balita di
terlatih belum
Kelurahan
mencukupi.
Ulujami
Pelatihan
kepada
kader
kelas ASI
40
pada
posyandu
balita
Pada hasil
poretest
kader
didapatka
n rata rata
nilai 68,8
sedangkan
pada
posttest
didapatka
n nilai 90.
Terdapat
kenaikan
pada nilai
posttest
kader
41
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
42
NY. DEWI ASTUTY FATHAN AIDI WAFA LAKI-LAKI 3 MINGGU 3 KG 50 CM
58.5
NY. ANISA YASHA LAKI-LAKI 2 BULAN 6 KG CM
62.3
NY.PAULA M. ARSYIL KHASANA LAKI-LAKI 4 BULAN 7.5 KG CM
63.7
NY. UMI MIKHAYLA PEREMPUAN 6 BULAN 7.5 KG CM
65.4
NY. MIRA M SALMAN ALFARIZQI LAKI-LAKI 5 BULAN 7.5 KG CM
NY.KHALISA YUMNARABIATUL.E PEREMPUAN 4 BULAN 6,5 KG 58 CM
NY. GIMAN ABIL LAKI-LAKI 4 BULAN 5,7 KG 62 CM
NY. PURWANINGSIH RIFANO LAKI-LAKI 5 BULAN 7,4 KG 64 CM
NY. RISMAN JENNAIRA PEREMPUAN 6 BULAN 6 KG 57 CM
NY. CITRA FAAZ IBADURAHMAN LAKI - LAKI 5 BULAN 8,1 KG 51 CM
NY. RIVA ZAHIRSYAH ADIBA PUTRI AZZAHRA PEREMPUAN 5 BULAN 5,8 KG 57 CM
NY. ASWIDAH M. HAMZAH LAKI - LAKI 5 BULAN 8,2 KG 60 CM
43
NY.SAFIRA DIKRI 3,4 99,9 Obese
NY. FAJAR DIRGA 2,6 99,5 Gemuk
NY.PUPUT AZALEA LUBNA -2,7 0,3 Kurus
NY. HILDA SYANIN AGSHEEN.M 3,7 99,9 Obese
NY. SITI ROHIMAH SUMAYYAH 3,3 99,9 Obese
NY. MARIA ULFA SHAKA 2,3 98,9 Gemuk
NY. SITI FATIMAH MUH. RISYAD ALIF -0,9 18,7 Normal
NY. DEWI ASTUTY FATHAN AIDI WAFA -1,2 10,2 Kurus
Risiko
NY. ANISA YASHA
1,2 89,1 Gemuk
Risiko
NY.PAULA M. ARSYIL KHASANA
1,7 95,8 Gemuk
Risiko
NY. UMI MIKHAYLA
1,2 87,7 Gemuk
NY. MIRA M SALMAN ALFARIZQI 0,6 73,2 Normal
NY.KHALISA YUMNARABIATUL.E 2,1 98 Gemuk
NY. GIMAN ABIL -1,2 10,6 Kurus
NY.
RIFANO Normal
PURWANINGSIH 0,8 79,7
Risiko
NY. RISMAN JENNAIRA 1,8
96,1 Gemuk
NY. CITRA FAAZ IBADURAHMAN 7,8 99,9 Obese
NY. RIVA Risiko
ADIBA PUTRI AZZAHRA
ZAHIRSYAH 1,4 92,1 Gemuk
44
Status Gizi Anak
Kurus
18% 18% Normal
Risiko Gemuk
11% Gemuk
Obese
29%
25%
45
18 Ny ANISA 10 (KURANG BAIK)
19 Ny PAULA 18 (KURANG BAIK)
20 NY UMI 19 (BAIK)
21 NY MIRA 14 (KURANG BAIK)
22 NY.KHALISA 15 (KURANG BAIK)
23 NY. GIMAN 19 (BAIK)
24 NY. PURWANINGSIH 13 ( KURANG BAIK)
25 NY. RISMAN 18 (KURANG BAIK)
26 NY. CITRA 11 (KURANG BAIK
27 NY. RIVA ZAHIRSYAH 19 (BAIK)
28 NY. ASWIDAH 13 ( KURANG BAIK)
46
Tabel 18. Data Perilaku Responden
No. NAMA IBU PERILAKU IBU
1 NY. USRIYAH 18(PERILAKU NEGATIF)
2 NY.AMELIA SUSANTI 12 (NEGATIF)
3 NY. NURUL FITRIA 21(POSITIF)
4 NY. PUTRI NURDIANI 15 (NEGATIF)
5 NY. HAMDALIYAH 24 (POSITIF)
6 NY.ROSI 13 (NEGATIF)
7 NY. SITI PATIMAH 16 (NEGATIF)
8 NY. TUTI 14 (NEGATIF)
9 NY. HERA 16 (NEGATIF))
10 NY.SAFIRA 20 (POSITIF)
11 NY. FAJAR 13 (NEGATIF)
12 NY.PUPUT 20(POSITIF)
13 NY. HILDA 21(POSITIF)
14 NY. SITI ROHIMAH 23(POSITIF)
15 NY. MARIA ULFA 17(NEGATIF)
16 NY. SITI FATIMAH 19 (POSITIF)
17 NY. DEWI ASTUTY 18 (NEGATIF)
18 Ny ANISA 14 (NEGATIF)
19 Ny PAULA 20 (POSITIF)
20 NY UMI 21 (POSITIF)
21 NY MIRA 17 (NEGATIF)
22 NY.KHALISA 18 (NEGATIF)
23 NY. GIMAN 23 (POSITIF)
24 NY. PURWANINGSIH 14 (NEGATIF)
25 NY. RISMAN 15 (NEGATIF)
26 NY. CITRA 13 (NEGATIF)
27 NY. RIVA ZAHIRSYAH 20 (POSITIF)
28 NY. ASWIDAH 16 (NEGATIF)
Crosstab
47
Status Gizi
Malnutrisi Normal Total
Jenis Kelamin Perempuan Count 7 5 12
% within Jenis Kelamin 58.3% 41.7% 100.0%
Laki - laki Count 13 3 16
% within Jenis Kelamin 81.3% 18.8% 100.0%
Total Count 20 8 28
% within Jenis Kelamin 71.4% 28.6% 100.0%
Chi-Square Tests
Asymptotic
Significance (2- Exact Sig. (2- Exact Sig. (1-
Value df sided) sided) sided)
Pearson Chi-Square 1.765a 1 .184
Continuity Correctionb .820 1 .365
Likelihood Ratio 1.760 1 .185
Fisher's Exact Test .231 .183
Linear-by-Linear Association 1.702 1 .192
N of Valid Cases 28
a. 2 cells (50.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 3.43.
b. Computed only for a 2x2 table
Berdasarkan analisis bivariat yang menilai hubungan antara jenis kelamin anak
dengan status gizi didapatkan pada uji fisher p=0,231 yang artinya tidak terdapat
hubungan antara jenis kelamin anak dengan pengetahuan ibu
Crosstab
Status Gizi
Malnutrisi Normal Total
Pendidikan Tidak Tamat SMA Count 6 6 12
% within Pendidikan 50.0% 50.0% 100.0%
Tamat SMA Count 14 2 16
% within Pendidikan 87.5% 12.5% 100.0%
48
Total Count 20 8 28
% within Pendidikan 71.4% 28.6% 100.0%
Chi-Square Tests
Asymptotic
Significance (2- Exact Sig. (2- Exact Sig. (1-
Value df sided) sided) sided)
Pearson Chi-Square 4.725a 1 .030
Continuity Correctionb 3.066 1 .080
Likelihood Ratio 4.811 1 .028
Fisher's Exact Test .044 .040
Linear-by-Linear Association 4.556 1 .033
N of Valid Cases 28
a. 2 cells (50.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 3.43.
b. Computed only for a 2x2 table
Crosstab
Status Gizi
Malnutrisi Normal Total
Pengetahuan Kurang Baik Count 15 7 22
% within Pengetahuan 68.2% 31.8% 100.0%
Baik Count 5 1 6
% within Pengetahuan 83.3% 16.7% 100.0%
Total Count 20 8 28
% within Pengetahuan 71.4% 28.6% 100.0%
Chi-Square Tests
49
Asymptotic
Significance (2- Exact Sig. (2- Exact Sig. (1-
Value df sided) sided) sided)
Pearson Chi-Square .530a 1 .466
Continuity Correction b
.048 1 .827
Likelihood Ratio .575 1 .448
Fisher's Exact Test .640 .432
Linear-by-Linear Association .511 1 .475
N of Valid Cases 28
a. 2 cells (50.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 1.71.
b. Computed only for a 2x2 table
Crosstab
Status Gizi
Malnutrisi Normal Total
Perilaku Negatif Count 11 6 17
% within Perilaku 64.7% 35.3% 100.0%
Positif Count 9 2 11
% within Perilaku 81.8% 18.2% 100.0%
Total Count 20 8 28
% within Perilaku 71.4% 28.6% 100.0%
Chi-Square Tests
Asymptotic
Significance (2- Exact Sig. (2- Exact Sig. (1-
Value df sided) sided) sided)
Pearson Chi-Square .958a 1 .328
Continuity Correction b
.303 1 .582
Likelihood Ratio .998 1 .318
Fisher's Exact Test .419 .2
50
Linear-by-Linear Association .924 1 .336
N of Valid Cases 28
a. 2 cells (50.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 3.14.
b. Computed only for a 2x2 table
Berdasarkan analisis bivariat yang menilai hubungan antara perilaku ibu dengan
status gizi didapatkan pada uji fisher p=0,419 yang artinya terdapat hubungan
antara perilaku ibu dengan status gizi
Dilakukan pretest dan posttest pada kader mengenai pelatihan untuk kelas
ASI dan didapatkan hasil sebagai berikut
Post-Test 9 90 1.140 80 95
51
Berdasarkan tabel di atas didapati pada 9 responden, rerata nilai pre-test
adalah 68,8, dimana untuk nilai terendah adalah 68,8 dan nilai tertinggi adalah 90
dengan standar deviasi 1.41. Setelah dilakukan penyuluhan kepada kader, didapati
peningkatan rerata post-test yaitu 90, dimana untuk nilai terendah adalah 80 dan
nilai tertinggi adalah 95 dengan standar deviasi 1.14.
Tests of Normality
Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk
Statisti Statisti
c df Sig. c df Sig.
Uji Wilcoxon
Mean
N Rank Sum of Ranks
Total 9
52
a. Pengetahuan Kader Setelah Penyuluhan < Pengetahuan Kader Sebelum Penyuluhan
Test Statisticsa
Pengetahuan Kader Setelah
Penyuluhan - Pengetahuan
Kader Sebelum Penyuluhan
Z -7.052b
53
Analisis situasi dan kondisi ibu dan anak yang menyangkut upaya
peningkatan pemberian air susu ibu (PP-ASI) hingga kini masih belum
menunjukkan kondisi yang menggembirakan. Hasil penelitian oleh para pakar
menunjukkan bahwa, gangguan pertumbuhan pada awal masa kehidupan balita,
antara lain disebabkan karena : kekurangan gizi sejak bayi dalam kandungan,
pemberian makanan pendamping ASI (MPASI) terlalu dini atau terlalu lambat,
MP-ASI tidak cukup mengandung energi dan zat gizi mikro terutama mineral besi
dan seng, perawatan bayi yang kurang memadai, dan yang tidak kalah pentingnya
adalah ibu tidak berhasil memberi ASI Ekslusif kepada bayinya
Beberapa faktor lain yang terkait dengan pemberian ASI Eksklusif adalah
pengetahuan. Pengetahuan masyarakat tentang pentingnya ASI juga akan
mempengaruhi pemberian ASI Eksklusif. Masyarakat yang tidak tahu menahu
tentang pentingnya serta manfaat yang diberikan oleh ASI tidak akan
memperdulikan hal tersebut. Adanya persepsi yang salah tentang menyusui bayi
akan membuat daya tarik seorang wanita akan menurun, serta faktor dorongan
petugas kesehatan juga menjadi indikator dalam pemberian ASI Eksklusif
54
khususnya pada gizi balita sangat erat kaitannya dengan pola pemberian makan
pada balita. Pengetahuan dan pemahaman ibu yang terbatas akan mempengaruhi
pola pemenuhan gizi balita. Ibu tidak paham pentingnya gizi bagi pertumbuhan
dan perkembangan balita, sehingga penerapan pola konsumsi makan belum sehat
dan seimbang. Gizi harus dipenuhi sejak anak-anak karena selain penting untuk
pertumbuhan badan juga penting untuk perkembangan otak. Untuk itu ibu harus
mengerti dengan baik kebutuhan gizi anaknya agar anak tidak mengalami kurang
gizi. Dengan demikian ibu memiliki peranan yang sangat penting dalam
menentukan status gizi balita.
55