Anda di halaman 1dari 55

PERILAKU PEMBERIAN ASI DALAM

UPAYA PENINGKATAN CAKUPAN ASI EKSKLUSIF DAN STATUS


GIZI PADA BAYI USIA 0 SAMPAI 6 BULAN
DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS KELURAHAN ULUJAMI

Diajukan Untuk Memenuhi Tugas dan Melengkapi Persyaratan Dalam Menempuh


Kepaniteraan Klinik Ilmu Kesehatan Masyarakat

Disusun oleh:
Anindya Citra Prameswari 030.17.010
Dea Desmonda 030.17.029
Tifani Amalia Isma 030.17.116

Pembimbing:
dr. Gita Handayani Tarigan, M.PH., M.M.
dr. Wendy Damar Aprilano

KEPANITERAAN KLINIK ILMU KESEHATAN MASYARAKAT


PUSKESMAS KECAMATAN PESANGGRAHAN
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS TRISAKTI
PERIODE 27 FEBRUARI – 06 MEI 2023
LEMBAR PENGESAHAN

PERILAKU PEMBERIAN ASI DALAM


UPAYA PENINGKATAN CAKUPAN ASI EKSKLUSIF DAN STATUS
GIZI PADA BAYI USIA 0 SAMPAI 6 BULAN
DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS KELURAHAN ULUJAMI

Diajukan untuk memenuhi tugas


Kepaniteraan Klinik Bagian Ilmu Kesehatan Masyarakat
Universitas Trisakti Periode 27 Februari – 06 Mei 2023
di Puskesmas Kecamatan Pesanggrahan, Jakarta Selatan

Disusun Oleh:
Anindya Citra Prameswari 030.14.029
Dea Desmonda 030.17.029
Tifani Amalia Isma 030.17.116

Telah diterima dan disetujui oleh pembimbing


Jakarta, Maret 2023
Kepala Puskesmas Kecamatan Pesanggrahan

drg. Etrina Eriawati, M.Epid

ii
Pembimbing Fakultas, Pembimbing Puskesmas,

dr. Gita Handayani Tarigan, M.PH. dr. Wendy Damar Aprilano

KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa
karena atas rahmat-Nya, kami dapat menyelesaikan penyusunan Diagnosis
Komunitas “Perilaku Pemberian Asi Eksklusif Dalam Upaya Peningkatan
Cakupan ASI Eksklusif dan Status Gizi Pada Bayi Usia 0 Sampai 59 Bulan di
Wilayah Kerja Puskesmas Kelurahan Ulujami”.
Diagnosis Komunitas ini dibuat guna memenuhi syarat tugas kepaniteraan
klinik di bagian Ilmu Kesehatan Masyarakat di Puskesmas Kecamatan
Pesanggrahan dalam periode 27 Februari – 06 Mei 2023. Dalam usaha
penyelesaian diagnosis komunitas ini, kami banyak memperoleh bimbingan dan
dorongan dari berbagai pihak. Untuk itu, kami menyampaikan terimakasih
kepada:
1. dr. Gita Handayani Tarigan, M.PH, selaku pembimbing kami dan telah
meluangkan waktunya untuk memberi bimbingan, masukan, arahan dan
motivasi kepada kami,
2. drg. Etrina Eriawati, M.Epid, selaku Kepala Puskesmas Kecamatan
Pesanggrahan,
3. dr. Wendy Damar Aprilano selaku pembimbing kami di Puskesmas
Kecamatan Pesanggrahan,
4. Agita Eka Kusumastuti selaku pemegang program Pelayanan Kesehatan
Gizi di Puskesmas Kecamatan Pesanggrahan.
Kami menyadari bahwa di dalam penulisan ini masih banyak kekurangan
dalam penulisan Diagnosis Komunitas, oleh karena itu dengan segala kerendahan

iii
hati kami menerima semua saran dan kritikan yang membangun guna
penyempurnaan tugas ini.

Jakarta, Maret 2023

Tim Penyusun
DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN.....................................................................................ii
KATA PENGANTAR............................................................................................iii
DAFTAR TABEL....................................................................................................v
DAFTAR GAMBAR.............................................................................................vii
BAB I PENDAHULUAN........................................................................................1
1.1 Latar Belakang...............................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah..........................................................................................8
1.3 Tujuan Diagnosis Komunitas.........................................................................8
1.3.1 Tujuan Umum..........................................................................................8
1.3.2 Tujuan Khusus.........................................................................................8
1.4 Manfaat Diagnosis Komunitas.......................................................................9
1.4.1 Manfaat Bagi Dokter Muda.....................................................................9
1.4.2 Manfaat Bagi Puskesmas.........................................................................9
1.4.3 Manfaat Bagi Komunitas.........................................................................9
BAB II METODE DIAGNOSIS KOMUNITAS...................................................10
2.1 Desain Diagnosis Komunitas.......................................................................10
2.2 Populasi dan Sampel Diagnosis Komunitas.................................................10
2.2.1 Populasi..................................................................................................10
2.2.2 Sampel Gizi..........................................................................................10
2.2.3 Sampel PHBS.......................................................................................11
2.2.4 Alur Kegiatan Diagnosis Komunitas.....................................................13
2.3 Pengumpulan Data Diagnosis Komunitas...................................................14

iv
2.3.1 Data Primer...........................................................................................14
2.3.2 Data Sekunder........................................................................................14
2.4 Identifikasi Masalah.....................................................................................14
2.5 Penentuan Prioritas Masalah........................................................................14
2.6 Identifikasi Penyebab Masalah.....................................................................15
2.7 Alternatif Aksi Pemecahan Masalah............................................................17

DAFTAR TABEL

Tabel 1. Laporan Capaian Program UKM Esensial dan Non Esensial di


Puskesmas Kecamatan Pesanggrahan Tahun 2022 ………………….....………....3
Tabel 2. Penentuan Prioritas Masalah ………………….………………………..12
Tabel 3. Identifikasi penyebab masalah ………………….......………………….13
Tabel 4. Faktor risiko yang mempengaruhi belum tercapainya cakupan skrining
kesehatan lansia ……………………………………………....………………….15
Tabel 5. Intervensi faktor kunci analisis SWOT................................................…16
Tabel 6. Plan of action ……………………………………………………..……17
Tabel 7. Data Luas Wilayah dan Jumlah RT/RW di Kec Pesanggrahan ..........…20
Tabel 8. Data Penduduk Per Kelurahan Kec. Pesanggrahan Tahun 2022 ........…21
Tabel 9. Jumlah Penduduk Menurut Jenis Kelamin dan Kelompok Umur Kec.
Pesanggrahan Tahun 2022 ……………………..................……………………..22
Tabel 10. Jumlah Lansia per Kelurahan di Kec. Pesanggrahan Tahun 2022 .......24
Tabel 11. Daftar Posyandu Lansia di Kec. Pesanggrahan Tahun 2023 ……........25
Tabel 12. Laporan Persentase Warga Negara Indonesia Usia 60 tahun Keatas yang
Mendapatkan Skrining Kesehatan Sesuai Standar di Kec. Pesanggrahan Tahun
2022 ……………………………………………………...........…………………26
Tabel 13. Hasil Wawancara Dengan Pemegang Program Pelayanan Kesehatan
Usia Lanjut ……………………………………...................................………….27
Tabel 14. Realisasi Diagnosis Komunitas ……………………………………….28
Tabel 15. Rekapitulasi nilai pretest dan posttest kader posyandu lansia ……......31
Tabel 16. Rekapitulasi Nilai Pretest dan Postest Kader Baru RW 13 ………...…32

v
Tabel 17. Rekapitulasi Nilai Pretest Posttest Kader Lama Kelurahan Bintaro..... 33
Tabel 18. Hasil Uji T Dependent …………………………………..……………33
Tabel 19. Perbandingan Nilai Pretest Kader Baru dan Lama ……………..…….34
Tabel 20. Perbandingan Nilai Posttest Kader Baru dan Lama ………………….34
Tabel 21. Perbandingan Capaian Skrining Lansia Sebelum Sesudah Intervensi...36
Tabel 22. Karakteristik Sosio-demografi lansia yg dilakukan skrining ……..…..37
Tabel 23. Hasil Skrining Pasien Posyandu Lansia ………………………………3
DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Bagan Pemilihan Lokasi Pengambilan Sampel …….......……………10


Gambar 2. Alur Kegiatan Diagnosis Komunitas ………………………….......…11
Gambar 3. Diagram Fish Bone …………………………………………………..14
Gambar 4. Peta Wilayah Kecamatan Pesanggrahan ………….......…………….20
Gambar 5. Piramida Penduduk Kecamatan Pesanggrahan Tahun 2022 ……….23

vi
7
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Promosi kesehatan yang dilakukan di masyarakat masih belum banyak
merubah perilaku masyarakat menjadi Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS).
Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) yaitu tindakan seseorang, keluarga,
sekelompok orang maupun masyarakat yang dilakukan karena kesadaran setelah
mendapatkan pengetahuan baru yang membuat mereka mampu menyelamatkan
dirinya secara mandiri dalam hal kesehatan serta berpartisipasi dalam
menciptakan masyarakat yang sehat. Salah satu parameter pelaksanaan PHBS di
rumah Tangga yaitu pemberian ASI eksklusif untuk bayi.

Asi ekslusif didefinisikan sebagai bayi usia 0-6 bulan yang hanya
menerima air susu ibu dan tidak ada cairan atau padatan lain bahkan air, kecuali
larutan rehidrasi oral atau tetes/sirup vitamin, mineral, atau obat-obatan. World
Health Organization (WHO) memberikan rekomendasi ASI eksklusif diberikan
dengan sedikitnya selama 6 bulan pertama kehidupan kemudian selanjutnya dapat
ditambahkan makanan pendamping hingga usia 2 tahun. Tidak hanya WHO,
namun American Academy of Pediatrics (AAP), Academy of Breastfeeding
Medicine (ABM) dan Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) juga
merekomendasikan pemberian ASI eksklusif sekurang-kurangnya 6 bulan.

Pemberian ASI eksklusif ini penting karena pemberian ASI sejak dini dan
secara eksklusif bermanfaat bagi kelangsungan hidup seorang anak, dan untuk
melindungi mereka dari berbagai penyakit yang rentan mereka alami serta yang
dapat berakibat fatal, seperti salah satunya yaitu masalah gizi buruk pada anak
yang dapat menyebabkan stunting.

8
Pada periode setelah lahir yang harus diutamakan adalah pemantauan
pertumbuhan yang dilakukan setiap bulan secara rutin. Dengan demikian dapat
diketahui sejak dini apabila anak mengalami gangguan pertumbuhan. Berdasarkan
Hasil Survei Status Gizi Indonesia (SSGI) Kementerian Kesehatan menunjukkan,
terdapat empat permasalahan gizi balita di Indonesia yaitu  stunting, wasting,
underweight, dan overweight. Dari beberapa permasalahan gizi tersebut terjadi
peningkatan prevalensi balita wasting dan underweight. Menurut SSGI 2022,
prevalensi balita wasting di Indonesia naik 0,6 poin dari 7,1% menjadi 7,7% pada
tahun lalu. Kemudian, prevalensi balita underweight atau gizi kurang sebesar
17,1% pada 2022 atau naik 0,1 poin dari tahun sebelumnya.

Menurut data Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS) tahun 2021 sekitar


52,5% atau hanya setengah dari 2,3 juta bayi berusia kurang dari enam bulan
yang mendapat ASI eksklusif di Indonesia, atau menurun 12% dari angka di tahun
2019. Angka inisiasi menyusui dini (IMD) juga turun dari 58,2 persen pada tahun
2019 menjadi 48,6 persen pada tahun 2021.

9
Beberapa alasan para ibu tidak menyusui bayinya yaitu ibu merasa tidak
dapat menghasilkan ASI yang cukup untuk bayinya, bayi tidak mau menghisap
puting susu ibu, puting susu ibu yang lecet, serta anggapan bahwa bayi menangis
adalah karena rasa lapar sehingga perlu diberi makanan tambahan. Kurangnya
kesadaran serta minimnya pemahaman ibu tentang urgensi ASI eksklusif bagi
bayi juga berpengaruh terhadap rendahnya upaya ibu dalam memberikan ASI
eksklusif. Didukung oleh penelitian dari Vony Nurul Khasanah terdapat beberapa
faktor yang mempengaruhi pemberian asi eksklusif yakni faktor pencetus (umur,
jenjang pendidikan, pengetahuan, dan sikap), faktor pemungkin (ketersediaan
fasilitas), dan faktor penguat (dukungan suami dan dukungan tenaga kesehatan).
Dalam penelitian tersebut didapatkan hasil faktor yang mempengaruhi pemberian
asi pada ibu bekerja yaitu apabila ibu memiliki pengetahuan yang baik maka akan
ada peluang yang besar dalam memberikan ASI secara eksklusif kepada bayinya,
dan pada sikap ibu pekerja yang mempunyai bayi juga lebih dominan bersikap
secara positif maka kemungkinan besar dapat memberikan ASI secara eksklusif.
Selain itu tersedianya fasilitas yang memadai untuk memerah ASI di tempat
bekerja maka ibu menyusui akan semakin nyaman dan semangat untuk
memberikan serta keberhasilan pengaruh dukungan suami yang selalu
memberikan bantuan, pertolongan dan semangat kepada istrinya.

Menurut Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 4 tahun 2019 tentang


Standar Teknis Pemenuhan Mutu Pelayanan Dasar pada Standar Pelayanan
Minimal (SPM) bidang kesehatan, ada 6 (enam) dari 12 (dua belas) indikator
SPM yang sekaligus menjadi indikator PHBS. Indikator tersebut meliputi
Pelayanan kesehatan ibu bersalin (persalinan dilakukan di fasilitas pelayanan
kesehatan); Pelayanan kesehatan bayi baru lahir (perawatan neonatal esensial
dengan memberikan ASI eksklusif); Pelayanan kesehatan balita (penimbangan
minimal 8 kali setahun); Pelayanan kesehatan usia lanjut (edukasi perilaku hidup
bersih dan sehat); Pelayanan kesehatan penderita hipertensi (edukasi perubahan
gaya hidup melalui diet seimbang dan aktivitas fisik), dan Pelayanan kesehatan
penderita diabetes melitus (edukasi perubahan gaya hidup melalui diet dan

10
aktivitas fisik). Untuk menjangkau semua lini masyarakat, digunakan metode
pendekatan keluarga melalui kegiatan yang bersifat promotif, preventif, dan
deteksi dini dalam Germas untuk mencapai indikator PHBS. Pemerintah sudah
mengeluarkan aturan guna mendukung program ASI eksklusif yaitu Peraturan
Pemerintah Nomor 33 Tahun 2012 tentang Pemberian ASI Eksklusif dan
Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 15 Tahun 2013 tentang Tata Cara
Penyediaan Fasilitas Khusus Menyusui dan atau Memerah.

REFERENSI
Wijaya FA. ASI Eksklusif: Nutrisi Ideal untuk Bayi 0-6 Bulan. CDK- 275/ vol. 46
no. 4 th. 2019
IDAI. Mengapa ASI Eksklusif Sangat DIanjurkan pada Usia di Bawah 6 bulan.
2013.    https://www.idai.or.id/artikel/kli nik/asi/mengapa-asi-eksklusif- sangat-
dianjurkan-pada-usia-di- bawah 6-bulan
Suradi R. Spesifisitas Biologis Air Susu Ibu, Sari Pediatri. 2001; 125' 129.

Kemenkes RI. Pedoman Bagi Ibu Hamil, Ibu Nifas dan Bayi Baru Lahir.
Kemenkes. 2020: 1-21.
IDAI. Air Susu Ibu dan Menyusui. IDAI. 2016: 1-28.
Kemenkes RI.Peningkatan Kesehatan Ibu dan Anak Bagi Bidan dan Perawat.
Kemenkes RI. 2014

Sumber gambar: promkes.kemkes.go.i

Tabel 1. Laporan Capaian Program UKM Esensial dan Non Esensial di


Puskesmas Kecamatan Pesanggrahan Tahun 2022

No. Indikator Capaian Target Kesenjangan

Upaya Kesehatan Masyarakat Esensial

1. Setiap ibu hamil mendapatkan pelayanan 100,17% 100% Tercapai


antenatal sesuai standard

11
2. Setiap ibu bersalin mendapatkan 100,46% 100% Tercapai
pelayanan persalinan sesuai standard

3. Setiap bayi baru lahir mendapatkan 101,10% 100% Tercapai


pelayanan kesehatan sesuai standard

4. Setiap balita mendapatkan pelayanan 118,94% 100% Tercapai


kesehatan sesuai standard

5. Setiap anak pada usia pendidikan dasar 133,80% 100% Tercapai


mendapatkan skrining kesehatan sesuai
standard

6. Setiap warga negara Indonesia usia 15 s.d 100% 100% Tercapai


59 tahun mendapatkan skrining kesehatan
sesuai standard

No. Indikator Capaian Targe Kesenjangan


t

7. Setiap warga negara Indonesia usia 60 98,85% 100% 1,15%


tahun keatas mendapatkan skrining
kesehatan sesuai standard

8. Setiap penderita hipertensi mendapatkan 100% 100% Tercapai


pelayanan kesehatan sesuai standard

9. Setiap penderita diabetes melitus 100% 100% Tercapai


mendapatkan pelayanan kesehatan sesuai
standard

10. Setiap orang dengan gangguan jiwa berat 100% 100% Tercapai
mendapatkan pelayanan kesehatan sesuai
standard

11. Setiap orang dengan terduga TB 99,73% 100% 0,27%


mendapatkan pelayanan kesehatan TB
sesuai standard

12. Setiap orang dengan risiko terinfeksi virus 90,37% 100% 9,63%
yang melemahkan daya tahan tubuh

12
manusia (Human Immunodeficiency
Virus) mendapatkan pemeriksaan HIV
sesuai standard

Upaya Kegiatan Masyarakat Non-esensial

1. Cakupan imunisasi lanjutan pada anak 97,10% 95% Tercapai


usia 12-23 bulan/booster DPT 95%

2. Universal Child Imunization (UCI) 98,30% 95% Tercapai


tercapai 95%

3. Penemuan kasus kusta dengan kecacatan 0% <5% Tercapai


tingkat 2 <5%

4. Presentase remaja putri mendapatkan 365,71% 54% Tercapai


tablet tambah darah 54%

5. Presentasi balita ditimbang naik berat 75,80% 84% 8,2%


badannya 84%

6. Presentase ibu hamil anemia 39% 4,5% <39% Tercapai

7. Presentasi ibu hamil KEK 13% 1,29% <13% Tercapai

8. Presentase bayi kurang dari 6 bulan 90,79% 60% Tercapai


mendapat ASI eksklusif 60%

9. Cakupan sekolah diberikan penyuluhan 97,91% 80% Tercapai


ABAT

No. Indikator Capaian Targe Kesenjangan


t

10. Proporsi keluarga dengan indeksi keluarga 80,40% 41% Tercapai


sehat (IKS) berkategori sehat

11. Presentase permasalahan kesehatan yang 46.55% 50%


diintervensi oleh tim ketuk pintu layani
dengan hati (KPLDH)

13
12. Presentase capaian KB aktif 85,90% 80% Tercapai

13. Presentase calon pengantin yang 100% 70% Tercapai


melakukan skrining kesehatan

14. Presentase WUS 30-50 tahun yang 45,90% 80% 34,1%


dilakukan IVA-SADANIS 80%

15. Presentase follow up kasus apabila ada 100% 100% Tercapai


laporan kasus Resti

16. Pemantauan tumbuh kembang balita dan 31,6% 100% 68,4%


anak usia Pra sekolah di PAUD Negeri
sesuai jadwal

17. Cakupan deteksi dini Hepatitis B pada ibu 54,88% 65% 10,12%
hamil

18. Capaian kegiatan peningkatan wawasan 83,33% 100% 16,67%


anggota SBH ranting pesanggrahan

19. Presentase tempat-tempat umum (TTU) 100% 100% Tercapai


yang memenuhi syarat kesehatan
lingkungan

20. Pelaksanaan autopsi verbal 94,19% 30% Tercapai

21. Pelaksanaan kegiatan UKGM 100% 100% Tercapai

22. Presentase penyehat tradisional yang Belum 40% -


dilakukan pengawasan berjalan

23. Presentase pengobatan pneumonia sesuai 100% 95% Tercapai


standard

Capaian Program PHBS dalam Pemberian Asi Eksklusif 2022

Capaian kegiatan Promosi Kesehatan 57,48% 80% 22,52%


berkaitan dengan pemberian ASI Eksklusif

14
Capaian Program Gizi dalam Pemberian Asi Eksklusif 2022

Presentase ASI eksklusif pada bayi 0-6 84,57% 80% Tercapai


bulan (PROSES)

Tabel 2. Cakupan program Pemberian ASI eksklusif pada bayi 0-6 bulan (PROSES)
tahun 2022 di wilayah ker PKC Pesanggrahan

PKC PKL Memberikan Memberikan Capaian


ASI Eksklusif ASI
Eksklusif
0 – 6 bulan
(Proses) 0 – 6 bulan
(Proses)
(Jawab: YA)
(Jawab:
TIDAK)

Pesanggrahan Petukangan Utara 241 27 89,92%

Petukangan Selatan 148 17 89,69%

Ulujami 148 27 84,57%

Bintaro 259 28 90,02%

Pesanggrahan 200 2 99%

JUMLAH 996 101 90,07%

Tabel 3.. Cakupan program PHBS dalam Pemberian ASI eksklusif pada bayi tahun
2022 di wilayah ker PKC Pesanggrahan

PKC PKL Memberikan Memberikan Capaian


ASI Eksklusif ASI
Eksklusif
(Jawab: YA)
(Jawab:
TIDAK)

Pesanggrahan Petukangan Utara 616 266 69,84%

Petukangan Selatan 219 162 57,48%

15
Ulujami 294 100 74,61%

Bintaro 906 214 80,8%

Pesanggrahan 1.219 244 83,32%

JUMLAH 3.254 986 90,07%

Puskesmas Kecamatan Pesanggrahan memiliki program pelayanan


kesehatan Ibu dan anak serta perilaku hidup bersih dan sehat dalam upaya
meningkatkan cakupan pemberian asi eksklusif pada bayi kurang dari 6 bulan
untuk mendapatkan status gizi sesuai standar. Persentase pemberian asi eksklusif
pada program PHBS pada Kecamatan Pesanggrahan tahun 2022 mendapatkan
persentase sebesar 57,48% dari target 80%. Sedangkan untuk pemberian asi
eksklusif pada program Gizi Kecamatan Pesanggrahan tahun 2022 bulan Februari
dan Agustus sebesar 84,57% dari target 60%. Cakupan pemberian asi ekslusif
terendah berada di Wilayah Petukangan selatan untuk program PHBS dan
Ulujami untuk program Gizi.
Berdasarkan hasil diskusi dengan pemegang program pelayanan kesehatan
pada PHBS dan Gizi di Puskesmas Kecamatan Pesanggrahan bahwa wilayah yang
diambil adalah Ulujami dikarenakan data yang diambil berdasarkan subjek yang
dibutuhkan dan perhitungannya sesuai dengan surveilans gizi yang membagi
subjek berdasarkan ASI proses (ASI yang masih diberikan dari usia 0-6 bulan)
dan dan yang sudah lulus (sudah diberikan MPASI).
Berdasarkan hasil wawancara dengan pemegang program pelayanan
kesehatan pada PHBS dan Gizi di Puskesmas Kecamatan Pesanggrahan dan
Puskesmas Kelurahan Ulujami masalah yang dihadapi yaitu kurangnya
pengetahuan dan perilaku masyarakat mengenai pemberian asi eksklusif di
beberapa RW di kelurahan Ulujami. Dengan pengetahuan dan perilaku ibu yang
kurang dapat berdampak salah satunya pada status gizi anak. Itu sebabnya

16
diagnosis komunitas ini diharapkan dapat meningkatkan cakupan perilaku
pemberian Asi ekslusif pada bayi usia 0-6 bulan
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas, permasalahan
yang menjadi bahan laporan diagnosis komunitas adalah: “Perilaku Pemberian
ASI Eksklusif dalam Upaya Peningkatan Cakupan Pemberian ASI Eksklusif dan
Status Gizi pada Bayi Usia 0 Sampai 6 Bulan di Wilayah Kerja Puskesmas
Kelurahan Ulujami”.

1.3 Tujuan Diagnosis Komunitas


1.3.1 Tujuan Umum
● Meningkatkan cakupan perilaku dalam upaya pemberian ASI Eksklusif
dalam rangka mengurangi dampak terjadi pada bayi usia 0 sampai 6 bulan
di wilayah kerja Puskesmas Kelurahan Ulujami.

1.3.2 Tujuan Khusus


● Mengidentifikasi permasalahan program yang tidak mencapai standar di
wilayah kerja Puskesmas Kelurahan Ulujami.
● Mengidentifikasi penyebab masalah perilaku kurangnya pemberian ASI
Eksklusif serta dampak yang terjadi pada pada bayi usia 0 sampai 6 bulan
di wilayah kerja Puskesmas Kelurahan Ulujami.
● Merumuskan upaya intervensi yang dapat meningkatkan cakupan perilaku
pemberian asi eksklusif serta dampak yang terjadi pada bayi usia 0 sampai
6 bulan
● Menilai hasil intervensi mengenai perilaku pemberian asi eksklusif serta
dampak pada status gizi yang terjadi pada bayi usia 0 sampai 6 bulan

1.4 Manfaat Diagnosis Komunitas


1.4.1 Manfaat Bagi Dokter Muda
● Meningkatkan kemampuan dokter muda dalam melakukan diagnosis
komunitas.

17
● Meningkatkan kemampuan dokter muda dalam melakukan advokasi.
● Meningkatkan kemampuan dokter muda dalam menentukan upaya
intervensi sebagai tindak lanjut diagnosis komunitas.

1.4.2 Manfaat Bagi Puskesmas


● Puskesmas mendapat evaluasi dan inovasi mengenai pelaksanaan
peningkatan perilaku dalam pemberian asi ekslusif pada bayi usia 0
sampai 6 bulan
● Membantu puskesmas dalam memberikan alternatif penyelesaian terhadap
masalah yang didapat.

1.4.3 Manfaat Bagi Komunitas


● Meningkatkan cakupan perilaku ibu dalam pemberian asi ekslusif pada
bayi usia 0 sampai 6 bulan
● Meningkatkan pemahaman ibu terkait pemberian ASI sehingga
mengurangi dampak dari gizi yang terjadi pada bayi usia 0 sampai 6
bulan.

18
BAB II
METODE DIAGNOSIS KOMUNITAS

2.1 Desain Diagnosis Komunitas


Desain diagnosis komunitas ini adalah dengan metode problem solving
cycle yang diawali dengan identifikasi masalah. Intervensi diagnosis komunitas
dilakukan dengan pendekatan Convenience Sampling dengan metode
Observasional Deskriptif.

2.2 Populasi dan Sampel Diagnosis Komunitas


2.2.1 Populasi
Populasi pada diagnosis komunitas ini adalah ibu yang memiliki bayi usia
0 sampai 6 bulan di wilayah kerja Puskesmas Kelurahan Ulujami, Kecamatan
Pesanggrahan.

2.2.2 Sampel Gizi


Sampel diagnosis komunitas ini diambil dari ibu yang memiliki bayi usia 0
sampai 6 bulan di wilayah kerja Puskesmas Kelurahan Ulujami. Besar sampel
yang dibutuhkan dihitung menggunakan rumus:

Populasi infinit:
2
z x p xq
n 0=
d2
2
1,96 x 0,2 x 0,8
n 0= 2
0,05
n 0=19,59

Keterangan :
n0 : besar sampel optimal yang dibutuhkan
z : tingkat kemaknaan 95% besarnya 1,96

19
p : persentase cakupan asi eksklusif pada bayi usia 0 sampai 6 bulan sebesar
[30/148x100]
q : (1-p) → (1-0,2= 0,8)
d : Tingkat kepercayaan/ketepatan yang diinginkan (0,05)

Jumlah ini kemudian dimasukkan ke dalam rumus koreksi populasi finit sebagai
berikut:
n0
n 1=
n0
1+( )
N
244
n 1=
244
1+( )
30
n 1=26,71

Keterangan:
n : Besar sampel yang dibutuhkan untuk populasi yang finit
n0 : Besar sampel dari populasi infinit
N : Besar populasi finit

Untuk menghindari adanya data yang tidak lengkap/hilang (drop out) maka
ditambahkan 15% dari sampel. Sehingga sampel minimal yang akan diambil
adalah
n2 = n1 + 15%n1
= 26,71 + 15% (26,71)
= 30,17
= 30 orang

20
31 orang

26 orang /
30 orang
Gambar 1. Bagan Pemilihan Lokasi Pengambilan Sampel

21
2.2.4 Alur Kegiatan Diagnosis Komunitas

Gambar 2. Alur Kegiatan Diagnosis Komunitas

2.3 Pengumpulan Data Diagnosis Komunitas


2.3.1 Data Primer
Pengumpulan data primer dilakukan dengan cara melakukan indepth
interview kepada pemegang program pelayanan kesehatan pada PHBS dan Gizi di
Puskesmas Kecamatan Pesanggrahan.

2.3.2 Data Sekunder


Data sekunder diperoleh melalui laporan penilaian kinerja puskesmas
(PKP) tahun 2022. Data yang diambil adalah cakupan dan target program serta
jumlah dari PHBS dan gizi pada bayi usia 0 sampai 6 bulan

22
2.4 Identifikasi Masalah
Menetapkan keadaan spesifik yang diharapkan dan yang ingin dicapai,
kemudian menetapkan indikator tertentu sebagai dasar pengukuran kinerja. Untuk
hal ini ditemukan bahwa terdapat kendala dalam kegiatan perilaku pemberian asi
ekslusif pada bayi usia 0 sampai 6 bulan. Kendala yang timbul berdasarkan hasil
wawancara terhadap pemegang program diantaranya:
● Persebaran pembuatan kelas asi yang belum tersedia
● Kurangnya pengetahuan dan kesadaran ibu mengenai perilaku pemberian
asi eksklusif pada bayi usia 0 sampai 6 bulan.
● Kurangnya pelatihan dan pembinaan pada kader di posyandu balita

2.5 Penentuan Prioritas Masalah


Menentukan prioritas masalah dapat dilakukan dengan berbagai cara
antara lain penelitian, mempelajari laporan, dan berdiskusi dengan ahli. Dalam
penentuan masalah ini, penentuan prioritas masalah dilakukan dengan scoring
technique (kuantitas) yaitu dengan USGP (Urgency – Seriousness – Growth –
Potency).
Tabel 2. Penentuan Prioritas Masalah
No Masalah U S G P Jumlah Urutan

Persebaran pembuatan kelas asi


1 4 3 4 4 15 I
yang belum tersedia

Kurangnya pengetahuan dan


kesadaran ibu mengenai perilaku

2 pemberian asi eksklusif pada bayi 4 3 3 4 14 II


usia 0 sampai 6 bulan.

Kurangnya pelatihan dan pembinaan


3 pada kader kelas asi di posyandu 4 4 2 3 13 III
balita

23
Berdasarkan hasil perhitungan dengan metode USGP, didapatkan
penentuan prioritas masalah utama adalah “Persebaran pembuatan kelas asi yang
belum tersedia”.

2.6 Identifikasi Penyebab Masalah


Setelah dilakukan konfirmasi kepada pemegang program Gizi dan PHBS,
kami melakukan pendekatan sistem Input-Proses-Output untuk melihat faktor
terjadinya masalah “Persebaran pembuatan kelas asi yang belum tersedia”, berikut
terlampir penyebab masalah yang paling mungkin yaitu:
Tabel 3. Identifikasi penyebab masalah
Aspek Penyebab Masalah

INPUT

MAN Kurangnya sumber daya tenaga kesehatan

MONEY Tidak ada masalah

METHOD Tidak ada masalah

MATERIAL Kurangnya media promosi kesehatan

PROSES

P1 (Perencanaan) Tidak ada masalah

● Kelurahan belum memiliki kelas ASI di posyandu

P2 (Penggerakan) balita

dan Pelaksanaan) ● Koordinasi puskesmas dengan kelurahan dan RW


untuk membuat kelas ASI di posyandu balita.

P3 (Penilaian, Pelaksanaan kelas ASI di posyandu Balita tanpa


Pengawasan dan monitoring dari petugas kesehatan kelurahan Ulujami.
Pengendalian)

24
 Kurangnya pengetahuan dan kesadaran ibu mengenai
perilaku pemberian asi eksklusif pada bayi usia 0
sampai 6 bulan.
Lingkungan
 Akses kelas asi pada posyandu balita yang belum
berjalan.

● Jumlah kader yang terlatih belum mencukupi.

25
Gambar 3. Diagram Fish Bone

26
2.7 Alternatif Aksi Pemecahan Masalah
Identifikasi alternatif pemecahan masalah disini ditentukan dengan metode
analisis SWOT (Strength – Weakness – Opportunity – Threat). Analisis ini
menggunakan prinsip mengurangi atau mengeliminasi faktor risiko, perlu
dilakukannya intervensi terhadap faktor risiko kunci.

Tabel 4. Faktor risiko yang mempengaruhi belum tercapainya perilaku


pemberian asi ekslusif pada bayi kurang dari 6 bulan
Parameter Positif Negatif
Strength Weakness
● Adanya program gizi ● Koordinasi dan mobilisasi
cakupan ASI Eksklusif, SDM Puskesmas untuk
Internal KIA dan posyandu yang memantau pelaksanaan
telah terjadwal, termasuk posyandu sulit dilakukan
di dalamnya konseling karena bersamaan dengan jam
kerja
gizi dan ASI.
Opportunity Threat
● Ketersediaan prasarana ● Koordinasi puskesmas
tempat pelaksanaan kelas dengan kelurahan dan RW
ASI pada posyandu balita. terkait kelas ASI pada
posyandu balita yang belum
tersedia.
Eksternal ● Kurangnya pengetahuan Ibu
balita yang memiliki bayi
usia 0-6 bulan mengenai
pentingnya perilaku
pemberian ASI Eksklusif
● Jumlah kader yang terlatih
belum mencukupi.

Tabel 5. Intervensi faktor kunci analisis SWOT pada permasalahan


No. Parameter Strategi Hasil Analisis
1. Strength Pengembangan Pembentukan kelas Asi pada Posyandu
Balita di Kelurahan Ulujami

27
Opportunity
2. Strength Ekstensifikasi ● Pelatihan kader kelas Asi pada
posyandu balita
● Melakukan edukasi mengenai
Threat
perilaku pemberian ASI eksklusif
pada balita0-6 bulanw
● Penyediaan media promosi
kesehatan
3. Weakness Kemitraan Kerjasama antara pemegang program
PHBS dan gizi serta pihak kelurahan
untuk koordinasi pembentukan kelas
Opportunity ASI

4. Weakness Intensifikasi Melakukan monitoring evaluasi setiap


minggunya untuk menilai peningkatan

Threat perilaku dan status gizi dalam


pemberian ASI eksklusif

Berdasarkan inventarisasi faktor risiko analisis SWOT pada permasalahan


yang terdapat di Puskesmas Kecamatan Pesanggrahan, maka didapatkan strategi
yang sesuai dengan prioritas masalah dan dapat direalisasikan untuk jangka
panjang adalah strategi pengembangan, ekstensifikasi, kemitraan dan intensifikasi.

28
2.8 Rencana Aksi Pemecahan Masalah
Tabel 6. Plan of action
Penanggung
Pelaksanaan
Indikator kerja/ Target jawab &
No Upaya Kegiatan Tujuan Dana
keluaran sasaran kebutuhan
SDM Waktu Tempat

1. Upaya jumlah kelas ASI ● Advokasi dan Penambahan Rp Pemegang Dokter muda 09.00 Di
pembentuk sosialisasi kepada jumlah kelas 200.000 kebijakan di s.d Kelurahan
Pemegang
an kelas pemegang program ASI Kelurahan selesai Ulujami
program
ASI pada PHBS dan Gizi Ulujami khususnya
PHBS dan
posyandu serta Kelurahan. RW 03
Pemegang Gizi di PKC
balita
● Pembentukan kelas program Pesanggrahan
asi pada posyandu PHBS dan dan PKL
balita di Kelurahan Gizi di PKC Ulujami
Ulujami Pesanggrahan
dan PKL
Ulujami

2. Upaya Jumlah kader Pelatihan kepada kader Meningkatkan - Kader Kelas Dokter muda 09.00 Di
peningkata kelas ASI yang Kelas ASI pada pengetahuan ASI s.d Kelurahan
Pemegang
n pelatihan terlatih posyandu balita dan selesai Ulujami
program
Kader bertambah keterampilan khususnya
PHBS dan
terkait kader dalam RW 03
Gizi di PKC

29
perilaku melakukan Pesanggrahan
dan pola dan dan PKL
pengetahua perilaku Ulujami
n pemberian
pemberian Asi Ekslusif
ASI yang benar
eksklusif

Penanggung
Pelaksanaan
Indikator kerja/ Target jawab &
No Upaya Kegiatan Tujuan Dana
keluaran sasaran kebutuhan
SDM Waktu Tempat

3. Upaya ● Peningkatan ● Sosialisasi dan Meningkatnya - Ibu yang Dokter muda 09.00 Di RW 03
peningkata kesadaran Ibu pelatihan kelas ASI kualitas tidak s.d Kelurahan
Pemegang
n cakupan dan keluarga pada posyandu perilaku ibu memberikan selesai Ulujami
program di
perilaku ibu mengenai balita dari rumah ke dalam Asi Ekslusif
Puskesmas
dalam perilaku rumah memberikan
Kelurahan
memberika pemberian Asi ekslusif
● Pembukaan Kelas Ulujami dan
n ASI ASI Ekslusif sehingga
Asi di RW 03 Puskesmas
ekslusif dan dapat
● Peningkatan Kelurahan Ulujami Kecamatan
status gizi meningkatkan
jumlah ibu Pesanggrahan
sesuai status gizi
yang datang
standar balita sesuai
ke Posyandu
standar
dan

30
mendapatkan
status
antropometri
sesuai standar

4. Upaya Tersedianya Pembuatan media Meningkatkan Rp200.0 Seluruh Ibu Dokter muda 09.00 Di
penyediaan media promosi promosi kesehatan pengetahuan 00 yang akan s.d Kelurahan
media kelas Asi pada kelas Asi pada ibu mengenai dan sudah selesai Ulujami
promosi posyandu balita posyandu balita perilaku memiliki khususnya
pemberian asi bayi usia RW 03
ekslusif serta kurang dari 6
gizi pada bayi bulan yang
sesuai standar hadir di
posyandu
balita

31
BAB III
ANALISIS SITUASI MASALAH

3.1 Data Umum Puskesmas Kecamatan Pesanggrahan


3.1.1 Data Wilayah Kerja Puskesmas
Studi ini dilakukan di Puskesmas Kecamatan Pesanggrahan Jakarta Selatan.
Wilayah Puskesmas Kecamatan Pesanggrahan Jakarta Selatan sesuai dengan Surat
Keputusan Gubernur DKI Jakarta Nomor 171 Tahun 2007 maka luas wilayah
Kecamatan Pesanggrahan adalah 13,46 Km2, yang terdiri dari 8 RW, 85 RT.
Secara astronomis Kecamatan Pesanggrahan terletak pada 106°45’0” Bujur Timur
dan 06°15’21” Lintang Selatan.Kecamatan Pesanggrahan merupakan salah satu
kecamatan di wilayah Kota Administrasi Jakarta Selatan. Kecamatan Pesanggrahan
memiliki 5 kelurahan, diantaranya Kelurahan Petukangan Utara, Petukangan
Selatan, Ulujami, Pesanggrahan, dan Bintaro.
Topografi wilayah Pesanggrahan pada umumnya dapat dikategorikan
sebagai daerah perbukitan rendah dengan ketinggian tanah rata-rata mencapai 26,2
meter di atas permukaan laut. Wilayah Kecamatan Pesanggrahan beriklim panas
dengan suhu rata-rata 27,9°C dengan tingkat kelembaban udara rata-rata 77% dan
curah hujan rata-rata 10,65 mm.
Batas-batas Wilayah Kecamatan Pesanggrahan adalah sebagai berikut :
1. Sebelah Utara : Kecamatan Kembangan, Kota administrasi Jakarta Barat
2. Sebelah Selatan : Kecamatan Ciputat, Provinsi Banten
3. Sebelah Barat : Kecamatan Ciledug, dan Kecamatan Pondok Aren,
Provinsi Banten
4. Sebelah Timur : Kecamatan Kebayoran Lama,
Kota Administrasi Jakarta Selatan.

32
Gambar 4. Peta Wilayah Kecamatan Pesanggrahan

Tabel 7. Data Luas Wilayah dan Jumlah RT/RW se-Kecamatan Pesanggrahan


No Kelurahan Luas Jumlah RT Jumlah RW
Wilayah
(km2)
1 Petukangan 2.99 122 11
Utara
2 Petukangan 2.10 83 8
Selatan
3 Ulujami 1.70 94 9
4 Pesanggrahan 2.11 85 8
5 Bintaro 4.55 141 15
JUMLAH 13.45 525 51

Di lihat dari tabel diatas diketahui bahwa kelurahan dengan luas wilayah
yang paling luas adalah Kelurahan Bintaro dengan luas wilayah 4.55 Km 2 dengan
jumlah 15 RW dan 141 RT. Sedangkan Kelurahan Ulujami adalah kelurahan di

33
wilayah Kecamatan Pesanggrahan dengan luas wilayah yang paling kecil, yaitu
1.70 Km2 dengan jumlah 9 RW dan 94 RT.

Kecamatan Pesanggrahan terbagi atas 5 Kelurahan yang terdiri atas 51


RW dan 527 RT dengan luas masing - masing kelurahan sebagai berikut:

Tabel 8. Luas wilayah, jumlah RT & RW di Kecamatan Pesanggrahan Tahun


2022

NO Kelurahan Luas Wilayah (km2) Jumlah RT Jumlah RW

1 Petukangan Utara 2.99 122 11

2 Petukangan Selatan 2.11 83 8

3 Ulujami 1.70 94 9

4 Pesanggrahan 2.11 85 8

5 Bintaro 4.55 144 15

Kec. Pesanggrahan 13.46 527 51

Kecamatan Pesanggrahan terbagi atas 5 Kelurahan yang terdiri atas 51 RW dan


527 RT dengan luas masing - masing kelurahan sebagai berikut:

Tabel 9. Luas wilayah, jumlah RT & RW di Kecamatan Pesanggrahan Tahun


2022

NO Kelurahan Luas Wilayah (km2) Jumlah RT Jumlah RW

1 Petukangan Utara 2.99 122 11

2 Petukangan Selatan 2.11 83 8

3 Ulujami 1.70 94 9

4 Pesanggrahan 2.11 85 8

5 Bintaro 4.55 144 15

34
Kec. Pesanggrahan 13.46 527 51

Berdasarkan Data Penduduk Sasaran Program Pembangunan Kesehatan


Per Kab/Kota Tahun 2022 yang dikeluarkan oleh Pusdatin Kemkes RI, jumlah
penduduk di wilayah kecamatan Pesanggrahan adalah 264.702 jiwa terdiri dari
132.214 laki-laki dan 132.488 perempuan

Persebaran penduduk di Wilayah Kecamatan Pesanggrahan relatif tidak


merata. Kelurahan dengan jumlah penduduk tertinggi adalah Kelurahan
Petukangan Utara sebesar 67.106 jiwa, sedangkan kelurahan dengan jumlah
penduduk paling sedikit adalah Kelurahan Pesanggrahan dengan jumlah penduduk
34.374 jiwa. Tingkat kepadatan penduduk mencapai 19.666 orang/km2 dengan
kepadatan tertinggi di kelurahan Ulujami mencapai 30.388 orang/km2 dan
terendah di kelurahan Bintaro sebesar 14.408 orang/km2.

Proporsi jumlah penduduk di tiap kelurahan dapat dilihat pada tabel dan gambar
di bawah ini.

Tabel 1. Jumlah Penduduk (Proyeksi) Menurut Kelurahan di Kec. Pesanggrahan


Tahun 2022

Jumlah Penduduk Kepadatan Luas


No Kelurahan Penduduk Wilayah
Laki-laki Perempuan Jumlah (km2) (km2)

1 Petukangan 33.412 33.694 67.106 22.443 2,99


Utara

2 Petukangan 22.838 23.166 46.004 21.803 2,11


Selatan

3 Ulujami 26.007 25.653 51.660 30.388 1,70

4 Pesanggrahan 17.203 17.171 34.374 16.291 2,11

5 Bintaro 32.754 32.804 65.558 14.408 4,55

35
Kec. Pesanggrahan 132.214 132.488 264.702 19.666 13,46

Jumlah penduduk usia produktif (usia 15-64 tahun) sebesar 187.389 jiwa
atau sebesar 70,8% dari jumlah penduduk Kecamatan Pesanggrahan. Angka
Beban Tanggungan (Dependency Ratio) penduduk Kecamatan Pesanggrahan
sebesar 41%. Hal ini berarti setiap 10 orang penduduk Kecamatan Pesanggrahan
yang masih produktif harus menanggung 41 orang yang belum/sudah tidak
produktif lagi.

Tabel 2. Jumlah Penduduk Menurut Jenis Kelamin dan Kelompok Umur


JUMLAH PENDUDUK
KELOMPOK
NO
UMUR (TAHUN)
LAKI - LAKI PEREMPUAN TOTAL

1 0-4 9.767 9.285 19.052

2 5-9 11.795 11.176 22.971

3 10 - 14 11.211 10.873 22.084

4 15 - 19 10.691 9.931 20.622

5 20 - 24 9.879 9.750 19.629

6 25 - 29 9.607 10.302 19.909

7 30 - 34 10.113 10.782 20.895

8 35 - 39 11.857 12.303 24.160

9 40 - 44 11.643 11.915 23.558

10 45 - 49 10.248 9.795 20.043

11 50 - 54 8.313 7.742 16.055

12 55 - 59 5.737 5.839 11.576

13 60 - 64 4.228 4.795 9.023

14 65 - 69 2.956 3.126 6.082

36
15 70 - 74 1.700 1.808 3.508

16 75+ 1.427 1.584 3.011

JUMLAH 131.172 131.006 262.178

ANGKA BEBAN TANGGUNGAN (DEPENDENCY RATIO) 41%

3.2 Analisis Situasi


3.2.1 Data kuantitatif (data sekunder)
Jumlah penduduk usia 0-4 tahun sebanyak 19.052 dan jumlah penduduk
perempuan usia 15-49 tahun sebanyak 148.816 jiwa, hasil child woman ratio
didapatkan 128%, artinya terdapat 128 anak usia di bawah 5 tahun per 1000
wanita usia 15-49 tahun, tingkat fertilitas tergolong tinggi dimana 1 wanita
kemungkinan melahirkan 8 anak.
Tabel 10. Jumlah Posyandu di Kelurahan Ulujami
No Jumlah RW Jumlah Posyandu
1 RW 01 3 pos
2 RW 02 4 pos
3 RW 03 5 pos
4 RW 04 4 pos
5 RW 05 4 pos
6 RW 06 1 pos
7 RW 07 2 pos
8 RW 08 2 pos

Berdasarkan tabel diatas dapat jumlah sekolah di kelurahan Ulujami,


Kecamatan Pesanggrahan total sebanyak 25 posyandu.

37
3.2.2 Data Kualitatif (Data Primer)
Data kualitatif didapatkan dengan wawancara terhadap pemegang program
KIA puskesmas kecamatan Pesanggrahan dan bagian PHBS serta Gizi puskesmas
kelurahan Ulujami yang dirangkum dalam tabel berikut:
Tabel 14. Hasil Wawancara Dengan Pemegang Program Gizi dan PHBS
Subjek Pelaksanaan Kendala
Wawancara
Pemegang Cakupan ASI  SDM pada bagian Gizi juga
program Gizi Eksklusif menjalankan program lain sehingga
dan PHBS tidak fokus mengerjakan program
Puskesmas  Belum ada rencana dana anggaran
Kecamatan terkait program ASI Eksklusif
Pesanggrahan
Tingkat pengetahuan  Masih ada ibu hamil yang setelah
diberikan penyuluhan masih
mendapat nilai rendah
 Kurangnya pengetahuan dan
kesadaran ibu mengenai perilaku
pemberian asi eksklusif pada bayi
usia 0 sampai 6 bulan.
Media penyuluhan  Belum adanya kelas untuk ASI
 Akses kelas ASI pada posyandu
balita yang belum berjalan.
 Kader belum terlatih dan belum
terlalu mengerti terkait dengan ASI
sehingga perlu diberikan pelatihan

38
3.3 Realisasi Kegiatan
Tabel 15. Realisasi Diagnosis Komunitas
Masalah Penyebab masalah Pemecahan masalah Tanggal Pelaksanaan
Tempat Kegiatan
Belum tercapainya  Kurangnya sumber ● Advokasi dan  13-14  RW 03  Advokasi
target ibu yang sosialisasi kepada dan
daya tenaga Kesehatan April kelurahan
pemegang sosialisasi
melakukan ASI  Kelurahan belum program PHBS 2023 Ulujami kepada
ekslusif memiliki kelas ASI di dan Gizi serta pemegang
Kelurahan. program
posyandu balita ● Pembentukan kelas PHBS dan
asi pada posyandu Gizi serta
 Koordinasi puskesmas balita di Kelurahan Kelurahan
dengan kelurahan dan Ulujami .
● Pelatihan kepada
RW untuk membuat  Pembentu
kader Kelas ASI
kelas ASI di posyandu pada posyandu kan kelas
balita. balita
asi pada
● Pembukaan Kelas
 Pelaksanaan kelas ASI Asi di RW 03 posyandu
di posyandu Balita Kelurahan balita di
Ulujami
tanpa monitoring dari Kelurahan
petugas kesehatan ● Pembuatan media
Ulujam
promosi

39
kelurahan Ulujami. kesehatan kelas  Evaluasi
Asi pada
 Kurangnya nilai
posyandu balita
pengetahuan dan pengetahu
kesadaran ibu an ibu
mengenai perilaku hamil
pemberian asi terkait
eksklusif pada bayi pengetahu
usia 0 sampai 6 bulan. an
 Akses kelas ASI pada  Pembentu
posyandu balita yang kan kelas
belum berjalan. ASI pada
posyandu
 Jumlah kader yang
balita di
terlatih belum
Kelurahan
mencukupi.
Ulujami
 Pelatihan
kepada
kader
kelas ASI

40
pada
posyandu
balita
 Pada hasil
poretest
kader
didapatka
n rata rata
nilai 68,8
sedangkan
pada
posttest
didapatka
n nilai 90.
Terdapat
kenaikan
pada nilai
posttest
kader

41
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

Penegakan diagnosis komunitas dilakukan dengan mengumpulkan data


primer dengan melakukan wawancara kepada pemegang program di bagian
promosi kesehatan, kemudian data sekunder diperoleh dari laporan program kerja
Puskesmas Kecamatan Pesanggrahan. Berdasarkan prioritas masalah “Persebaran
pembuatan kelas ASI yang belum tersedia” didapatkan alternatif pemecahan
masalah yang dilakukan adalah dengan dilakukannya pembukaan kelas ASI secara
tatap muka. Kegiatan intervensi diagnosis komunitasi dilakukan RW 03 kelurahan
Ulujami.
Analisis hasil intervensi diagnosis komunitasi dilakukan dengan cara
Observasional Deskriptif mengenai hasil capaian presentase program cakupaun
program ASI eksklusif melalui program promosi pembentukan kelas ASI setelah
dilakukan intervensi.

Tabel 16. Karakteristik Responden


NAMA IBU NAMA ANAK JENIS KELAMIN USIA BB TB
61.5
NY. USRIYAH VIOLIN CARISSA PUTRI PEREMPUAN 4 BULAN 6.5 KG CM
NY.AMELIA SUSANTI KANYA ADELIA PEREMPUAN 36 HARI 3,7 KG 51 CM
NY. NURUL FITRIA RADEN RIYU ALHARITH PEREMPUAN 4 BULAN 7,2 KG 63 CM
NY. PUTRI NURDIANI M. NURHASAN S LAKI-LAKI 1 BULAN 4 KG 56 CM
NY. HAMDALIYAH MUHAMMAD FAQIHUDDIN LAKI-LAKI 1 BULAN 3 MG 5.9 KG 58 CM
NY.ROSI RAFKA LAKI-LAKI 5 BULAN 6.7 KG 63 CM
NY. SITI PATIMAH PATHAN LAKI-LAKI 5 BULAN 7.9 KG 65 CM
NY. TUTI NAYA PEREMPUAN 4 BULAN 6,6 KG 63 CM
NY. HERA NAZIRA FARIATUN PEREMPUAN 6 BULAN 7 KG 63.5 CM
NY.SAFIRA DIKRI LAKI-LAKI 4 BULAN 7,1 KG 57 CM
NY. FAJAR DIRGA LAKI-LAKI 6 BULAN 7,5 KG 60 CM
1 BULAN 3
NY.PUPUT AZALEA LUBNA PEREMPUAN MINGGU 3.8 KG 52 CM
NY. HILDA SYANIN AGSHEEN.M PEREMPUAN 3 BULAN 6,5 KG 55 CM
NY. SITI ROHIMAH SUMAYYAH PEREMPUAN 3 BULAN 5,2 KG 52 CM
NY. MARIA ULFA SHAKA LAKI-LAKI 6 BULAN 8,8KG 65 CM
NY. SITI FATIMAH MUH. RISYAD ALIF LAKI-LAKI 25 HARI 3,5 KG 52 CM

42
NY. DEWI ASTUTY FATHAN AIDI WAFA LAKI-LAKI 3 MINGGU 3 KG 50 CM
58.5
NY. ANISA YASHA LAKI-LAKI 2 BULAN 6 KG CM
62.3
NY.PAULA M. ARSYIL KHASANA LAKI-LAKI 4 BULAN 7.5 KG CM
63.7
NY. UMI MIKHAYLA PEREMPUAN 6 BULAN 7.5 KG CM
65.4
NY. MIRA M SALMAN ALFARIZQI LAKI-LAKI 5 BULAN 7.5 KG CM
NY.KHALISA YUMNARABIATUL.E PEREMPUAN 4 BULAN 6,5 KG 58 CM
NY. GIMAN ABIL LAKI-LAKI 4 BULAN 5,7 KG 62 CM
NY. PURWANINGSIH RIFANO LAKI-LAKI 5 BULAN 7,4 KG 64 CM
NY. RISMAN JENNAIRA PEREMPUAN 6 BULAN 6 KG 57 CM
NY. CITRA FAAZ IBADURAHMAN LAKI - LAKI 5 BULAN 8,1 KG 51 CM
NY. RIVA ZAHIRSYAH ADIBA PUTRI AZZAHRA PEREMPUAN 5 BULAN 5,8 KG 57 CM
NY. ASWIDAH M. HAMZAH LAKI - LAKI 5 BULAN 8,2 KG 60 CM

Dari hasil intervensi diagnosis komunitas yang dilaksanakan, didapatkan


hasil intervensi dilakukan pada 28 responden. Dari 28 responden yang dilakukan
intervensi dilakukan identifikasi pengetahuan dan perilaku ibu terkait dengan
ASI Eksklusiif. Berdasarkan karakteristik responden diatas, didapatkan bahwa
mayoritas ibu memiliki anak berjenis kelamin Laki laki yaitu sebanyak 16
responden (57,14%). Mayoritas anak berusia kurang dari 6 bulan yaitu didapatkan
pada 24 responden (85,71%). Mayoritas anak memiliki berat badan saat ini >5kg
yaitu ditemukan pada 23 responden (82,14%).
Tabel 17. Karakteristik Status Gizi
NAMA IBU NAMA ANAK Z-Score Percentile Interpretasi
NY. USRIYAH VIOLIN CARISSA PUTRI 0,4 66,3 Normal
NY.AMELIA
KANYA ADELIA Normal
SUSANTI 0,4 65,9
NY. NURUL FITRIA RADEN RIYU ALHARITH 0,9 81,9 Normal
NY. PUTRI
M. NURHASAN S Kurus
NURDIANI -2,3 1,1
Risiko
NY. HAMDALIYAH MUHAMMAD FAQIHUDDIN
1 84,1 Gemuk
NY.ROSI RAFKA -0,1 44,4 Kurus
Risiko
NY. SITI PATIMAH PATHAN
1 84,1 Gemuk
NY. TUTI NAYA -0,3 37,4 Normal
NY. HERA NAZIRA FARIATUN 0,4 66,3 Normal

43
NY.SAFIRA DIKRI 3,4 99,9 Obese
NY. FAJAR DIRGA 2,6 99,5 Gemuk
NY.PUPUT AZALEA LUBNA -2,7 0,3 Kurus
NY. HILDA SYANIN AGSHEEN.M 3,7 99,9 Obese
NY. SITI ROHIMAH SUMAYYAH 3,3 99,9 Obese
NY. MARIA ULFA SHAKA 2,3 98,9 Gemuk
NY. SITI FATIMAH MUH. RISYAD ALIF -0,9 18,7 Normal
NY. DEWI ASTUTY FATHAN AIDI WAFA -1,2 10,2 Kurus
Risiko
NY. ANISA YASHA
1,2 89,1 Gemuk
Risiko
NY.PAULA M. ARSYIL KHASANA
1,7 95,8 Gemuk
Risiko
NY. UMI MIKHAYLA
1,2 87,7 Gemuk
NY. MIRA M SALMAN ALFARIZQI 0,6 73,2 Normal
NY.KHALISA YUMNARABIATUL.E 2,1 98 Gemuk
NY. GIMAN ABIL -1,2 10,6 Kurus
NY.
RIFANO Normal
PURWANINGSIH 0,8 79,7
Risiko
NY. RISMAN JENNAIRA 1,8
96,1 Gemuk
NY. CITRA FAAZ IBADURAHMAN 7,8 99,9 Obese
NY. RIVA Risiko
ADIBA PUTRI AZZAHRA
ZAHIRSYAH 1,4 92,1 Gemuk

44
Status Gizi Anak

Kurus
18% 18% Normal
Risiko Gemuk
11% Gemuk
Obese
29%
25%

Gambar 4.1 Status gizi anak


Berdasarkan table dan diagram diatas, ditemukan bahwa mayoritas anak memiliki
status gizi normal, yaitu sebanyak 8 responden (28%). 7 Responden berisiko
gemuk (25%), 5 responden kurus (18%), 5 responden obese (18%), dan 3
responden gemuk (11%).

Tabel 17. Jumlah Siswa yang Mengikuti Penyuluhan


No. NAMA IBU PENGETAHUAN IBU
1 NY. USRIYAH 9(KURANG BAIK)
2 NY.AMELIA SUSANTI 9 (KURANG BAIK)
3 NY. NURUL FITRIA 19 (BAIK)
4 NY. PUTRI NURDIANI 8 (KURANG BAIK)
5 NY. HAMDALIYAH 17 (KURANG BAIK)
6 NY.ROSI 9 (KURANG BAIK)
7 NY. SITI PATIMAH 9 (KURANG BAIK)
8 NY. TUTI 12 (KURANG BAIK)
9 NY. HERA 14 (KURANG BAIK)
10 NY.SAFIRA 17 (KURANG BAIK)
11 NY. FAJAR 11(KURANG BAIK)
12 NY.PUPUT 19(BAIK)
13 NY. HILDA 18 (KURANG BAIK)
14 NY. SITI ROHIMAH 19(BAIK)
15 NY. MARIA ULFA 15 (KURANG BAIK)
16 NY. SITI FATIMAH 16 (KURANG BAIK)
17 NY. DEWI ASTUTY 15 (KURANG BAIK)

45
18 Ny ANISA 10 (KURANG BAIK)
19 Ny PAULA 18 (KURANG BAIK)
20 NY UMI 19 (BAIK)
21 NY MIRA 14 (KURANG BAIK)
22 NY.KHALISA 15 (KURANG BAIK)
23 NY. GIMAN 19 (BAIK)
24 NY. PURWANINGSIH 13 ( KURANG BAIK)
25 NY. RISMAN 18 (KURANG BAIK)
26 NY. CITRA 11 (KURANG BAIK
27 NY. RIVA ZAHIRSYAH 19 (BAIK)
28 NY. ASWIDAH 13 ( KURANG BAIK)

Jumlah seluruh ibu yang mengikuti penyuluhan berjumlah 28 responden


dengan persentase ibu yang mayoritas memiliki pengetahuan kurang baik adalah
22 responden atau 78,5%. Ibu yang memiliki pengetahuan baik adalah 21,5%

46
Tabel 18. Data Perilaku Responden
No. NAMA IBU PERILAKU IBU
1 NY. USRIYAH 18(PERILAKU NEGATIF)
2 NY.AMELIA SUSANTI 12 (NEGATIF)
3 NY. NURUL FITRIA 21(POSITIF)
4 NY. PUTRI NURDIANI 15 (NEGATIF)
5 NY. HAMDALIYAH 24 (POSITIF)
6 NY.ROSI 13 (NEGATIF)
7 NY. SITI PATIMAH 16 (NEGATIF)
8 NY. TUTI 14 (NEGATIF)
9 NY. HERA 16 (NEGATIF))
10 NY.SAFIRA 20 (POSITIF)
11 NY. FAJAR 13 (NEGATIF)
12 NY.PUPUT 20(POSITIF)
13 NY. HILDA 21(POSITIF)
14 NY. SITI ROHIMAH 23(POSITIF)
15 NY. MARIA ULFA 17(NEGATIF)
16 NY. SITI FATIMAH 19 (POSITIF)
17 NY. DEWI ASTUTY 18 (NEGATIF)
18 Ny ANISA 14 (NEGATIF)
19 Ny PAULA 20 (POSITIF)
20 NY UMI 21 (POSITIF)
21 NY MIRA 17 (NEGATIF)
22 NY.KHALISA 18 (NEGATIF)
23 NY. GIMAN 23 (POSITIF)
24 NY. PURWANINGSIH 14 (NEGATIF)
25 NY. RISMAN 15 (NEGATIF)
26 NY. CITRA 13 (NEGATIF)
27 NY. RIVA ZAHIRSYAH 20 (POSITIF)
28 NY. ASWIDAH 16 (NEGATIF)

Jumlah seluruh ibu yang mengikuti penyuluhan berjumlah 28 responden


dengan persentase ibu yang mayoritas memiliki perilaku negatif adalah 19
responden atau 68,8%. Ibu yang memiliki perilaku positif adalah 21,2%.

Crosstab

47
Status Gizi
Malnutrisi Normal Total
Jenis Kelamin Perempuan Count 7 5 12
% within Jenis Kelamin 58.3% 41.7% 100.0%
Laki - laki Count 13 3 16
% within Jenis Kelamin 81.3% 18.8% 100.0%
Total Count 20 8 28
% within Jenis Kelamin 71.4% 28.6% 100.0%

Chi-Square Tests
Asymptotic
Significance (2- Exact Sig. (2- Exact Sig. (1-
Value df sided) sided) sided)
Pearson Chi-Square 1.765a 1 .184
Continuity Correctionb .820 1 .365
Likelihood Ratio 1.760 1 .185
Fisher's Exact Test .231 .183
Linear-by-Linear Association 1.702 1 .192
N of Valid Cases 28
a. 2 cells (50.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 3.43.
b. Computed only for a 2x2 table

Berdasarkan analisis bivariat yang menilai hubungan antara jenis kelamin anak
dengan status gizi didapatkan pada uji fisher p=0,231 yang artinya tidak terdapat
hubungan antara jenis kelamin anak dengan pengetahuan ibu

Crosstab
Status Gizi
Malnutrisi Normal Total
Pendidikan Tidak Tamat SMA Count 6 6 12
% within Pendidikan 50.0% 50.0% 100.0%
Tamat SMA Count 14 2 16
% within Pendidikan 87.5% 12.5% 100.0%

48
Total Count 20 8 28
% within Pendidikan 71.4% 28.6% 100.0%

Chi-Square Tests
Asymptotic
Significance (2- Exact Sig. (2- Exact Sig. (1-
Value df sided) sided) sided)
Pearson Chi-Square 4.725a 1 .030
Continuity Correctionb 3.066 1 .080
Likelihood Ratio 4.811 1 .028
Fisher's Exact Test .044 .040
Linear-by-Linear Association 4.556 1 .033
N of Valid Cases 28
a. 2 cells (50.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 3.43.
b. Computed only for a 2x2 table

Berdasarkan analisis bivariat yang menilai hubungan antara Pendidikan ibu


dengan status gizi didapatkan pada uji fisher p=0,044 yang artinya terdapat
hubungan antara Pendidikan ibu dengan status gizi

Crosstab
Status Gizi
Malnutrisi Normal Total
Pengetahuan Kurang Baik Count 15 7 22
% within Pengetahuan 68.2% 31.8% 100.0%
Baik Count 5 1 6
% within Pengetahuan 83.3% 16.7% 100.0%
Total Count 20 8 28
% within Pengetahuan 71.4% 28.6% 100.0%

Chi-Square Tests

49
Asymptotic
Significance (2- Exact Sig. (2- Exact Sig. (1-
Value df sided) sided) sided)
Pearson Chi-Square .530a 1 .466
Continuity Correction b
.048 1 .827
Likelihood Ratio .575 1 .448
Fisher's Exact Test .640 .432
Linear-by-Linear Association .511 1 .475
N of Valid Cases 28
a. 2 cells (50.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 1.71.
b. Computed only for a 2x2 table

Berdasarkan analisis bivariat yang menilai hubungan antara pengetahuan ibu


dengan status gizi didapatkan pada uji fisher p=0,640 yang artinya terdapat
hubungan antara pengetahuan ibu dengan status gizi

Crosstab
Status Gizi
Malnutrisi Normal Total
Perilaku Negatif Count 11 6 17
% within Perilaku 64.7% 35.3% 100.0%
Positif Count 9 2 11
% within Perilaku 81.8% 18.2% 100.0%
Total Count 20 8 28
% within Perilaku 71.4% 28.6% 100.0%

Chi-Square Tests
Asymptotic
Significance (2- Exact Sig. (2- Exact Sig. (1-
Value df sided) sided) sided)
Pearson Chi-Square .958a 1 .328
Continuity Correction b
.303 1 .582
Likelihood Ratio .998 1 .318
Fisher's Exact Test .419 .2

50
Linear-by-Linear Association .924 1 .336
N of Valid Cases 28
a. 2 cells (50.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 3.14.
b. Computed only for a 2x2 table

Berdasarkan analisis bivariat yang menilai hubungan antara perilaku ibu dengan
status gizi didapatkan pada uji fisher p=0,419 yang artinya terdapat hubungan
antara perilaku ibu dengan status gizi

Dilakukan pretest dan posttest pada kader mengenai pelatihan untuk kelas
ASI dan didapatkan hasil sebagai berikut

Tabel 19. Hasil pretest dan posttest kader


PENDIDIKA Posttes
NO NAMA USIA N Pretest t
1 NY. IDA HAMID 53 TAHUN SMA 55 95
2 NY.FADLUN FAZRIAH 43 TAHUN SMA 45 80
3 NY. EVA N 40 TAHUN SMA 55 90
4 NY. FADLAH 43 TAHUN SMA 85 95
5 NY. SRI HANDAYANI 47 TAHUN SD 65 85
6 NY. PURWANTINI 52 TAHUN SMP 75 95
7 NY. MULYATI 48 TAHUN SMA 85 95
8 NY. ROHIMAH 49 TAHUN SMP 70 80
9 NY WIDITIYASTUTI 44 TAHUN SMA 85 95
Berdasarkan karakteristik responden kader didapatkan mayoritas kader
adalah lulusan SMA yaitu didapatkan pada 6 kader (66,6%). Pada pretest
didapatkan 3 kader yang memiliki pengetahuan kurang yaitu <60 yang ditemukan
pada 3 responden (33,3%). Pada posttest semua responden memiliki pengetahuan
baik (100%).

N Mean SD Minimum Maksimum

Pre-Test 9 68,8 1.415 45 85

Post-Test 9 90 1.140 80 95

Tabel 17. Frekuensi Distribusi

51
Berdasarkan tabel di atas didapati pada 9 responden, rerata nilai pre-test
adalah 68,8, dimana untuk nilai terendah adalah 68,8 dan nilai tertinggi adalah 90
dengan standar deviasi 1.41. Setelah dilakukan penyuluhan kepada kader, didapati
peningkatan rerata post-test yaitu 90, dimana untuk nilai terendah adalah 80 dan
nilai tertinggi adalah 95 dengan standar deviasi 1.14.

Tests of Normality
Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk

Statisti Statisti
c df Sig. c df Sig.

Pengetahuan Kader .172 9 .000 .949 9 .001


Sebelum Penyuluhan

Pengetahuan Kader .269 9 .000 .875 9 .000


Setelah Penyuluhan

a. Lilliefors Significance Correction

Tabel 18. Uji Normalitas


Berdasarkan tabel di atas, dari 9 responden didapati nilai p uji normalitas
pre-test .000 dan post-test .000 yang artinya distribusi data tidak normal, sehingga
perlu dilakukan pengujian sampel menggunakan uji Wilcoxon.

Uji Wilcoxon
Mean
N Rank Sum of Ranks

Pengetahuan Kader Negative Ranks 0a 35.13 281.00


Setelah Penyuluhan -
Positive Ranks 9b 45.44 3635.00
Pengetahuan Kader
Sebelum Penyuluhan Ties 0c

Total 9

52
a. Pengetahuan Kader Setelah Penyuluhan < Pengetahuan Kader Sebelum Penyuluhan

b. Pengetahuan Kader Setelah Penyuluhan > Pengetahuan Kader Sebelum Penyuluhan

c. Pengetahuan Kader Setelah Penyuluhan = Pengetahuan Kader Sebelum Penyuluhan

Tabel 19. Uji Wilcoxon


Berdasarkan tabel di atas, didapati dari 9 responden terdapat tidak ada
responden yang mendapatkan nilai post-test lebih rendah dibandingkan pre-test,
semua responden mengalami kenaikan nilai,

Test Statisticsa
Pengetahuan Kader Setelah
Penyuluhan - Pengetahuan
Kader Sebelum Penyuluhan

Z -7.052b

Asymp. Sig. (2-tailed) .000

a. Wilcoxon Signed Ranks Test

b. Based on negative ranks.

Hasil uji berpasangan didapati nilai p=.000 yang artinya terdapat


perbedaan yang bermakna antara hasil pre-test dan post-test, sehingga dapat
disimpulkan terdapat pengaruh penyuluhan terhadap pengetahuan kader.

Terlihat kecenderungan penggunaan ASI Eksklusif yang semakin


menurun. Penurunan ini disebabkan berbagai hal yaitu meningkatnya promosi
susu botol yang menyebabkan ibu – ibu cenderung memberikan susu botol untuk
bayinya. Selain promosi, hal ini dipengaruhi pula oleh keadaan sosial ekonomi
yang kurang baik, sehingga ibu – ibu bekerja diluar dan meninggalkan anaknya.
Disamping itu adanya perubahan nilai – nilai tradisional kearah nilai – nilai
modern. Untuk dianggap modern, maka susu ibu diganti dengan susu botol,
sehingga susu botol merupakan sumber modernisasi bagi kelompok masyarakat

53
Analisis situasi dan kondisi ibu dan anak yang menyangkut upaya
peningkatan pemberian air susu ibu (PP-ASI) hingga kini masih belum
menunjukkan kondisi yang menggembirakan. Hasil penelitian oleh para pakar
menunjukkan bahwa, gangguan pertumbuhan pada awal masa kehidupan balita,
antara lain disebabkan karena : kekurangan gizi sejak bayi dalam kandungan,
pemberian makanan pendamping ASI (MPASI) terlalu dini atau terlalu lambat,
MP-ASI tidak cukup mengandung energi dan zat gizi mikro terutama mineral besi
dan seng, perawatan bayi yang kurang memadai, dan yang tidak kalah pentingnya
adalah ibu tidak berhasil memberi ASI Ekslusif kepada bayinya

Beberapa faktor lain yang terkait dengan pemberian ASI Eksklusif adalah
pengetahuan. Pengetahuan masyarakat tentang pentingnya ASI juga akan
mempengaruhi pemberian ASI Eksklusif. Masyarakat yang tidak tahu menahu
tentang pentingnya serta manfaat yang diberikan oleh ASI tidak akan
memperdulikan hal tersebut. Adanya persepsi yang salah tentang menyusui bayi
akan membuat daya tarik seorang wanita akan menurun, serta faktor dorongan
petugas kesehatan juga menjadi indikator dalam pemberian ASI Eksklusif

Salah satu faktor yang mempengaruhi pengetahuan seseorang adalah


pengalaman. Faktor pengalaman pribadi seorang ibu pada masa lampau terhadap
perilaku pemberian ASI ekslusif oleh orang lain yang dipercayanya membentuk
sikap mereka terhadap penatalaksanaan tersebut. Ibu yang telah memiliki
pengalaman sebelumnya cenderung lebih memahami tentang manfaat dari
penatalaksanaan yang dilaksanakan, sehingga ia cenderung memiliki sikap yang
lebih baik. Pada ibu yang tidak memiliki pengalaman sebelumnya, meski
memiliki pengetahuan tentang ASI ekslusif yang baik, namun tentunya masih ada
keraguan-keraguan tentang manfaat pemberian ASI yang dilaksanakan, sehingga
ia cenderung bersikap defensif atau banyak bertanya tentang penatalaksanaan
tersebut, sehingga hal ini dirasakan sebagai sikap yang kurang baik dalam
penatalaksanaan ASI eksklusif pada ibu menyusu.

Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Munadi (2017) yang


menyatakan bahwa hubungan antara pengetahuan ibu tentang kesehatan balita

54
khususnya pada gizi balita sangat erat kaitannya dengan pola pemberian makan
pada balita. Pengetahuan dan pemahaman ibu yang terbatas akan mempengaruhi
pola pemenuhan gizi balita. Ibu tidak paham pentingnya gizi bagi pertumbuhan
dan perkembangan balita, sehingga penerapan pola konsumsi makan belum sehat
dan seimbang. Gizi harus dipenuhi sejak anak-anak karena selain penting untuk
pertumbuhan badan juga penting untuk perkembangan otak. Untuk itu ibu harus
mengerti dengan baik kebutuhan gizi anaknya agar anak tidak mengalami kurang
gizi. Dengan demikian ibu memiliki peranan yang sangat penting dalam
menentukan status gizi balita.

Rendahnya pemberian ASI Eksklusif ini dapat dipengaruhi oleh tingkat


pengetahuan ibu yang masih kurang terkait status gizi anak, hal ini dapat dilihat
pada tabel 7 bahwa sebagian besar ibu masih memiliki pengetahuan yang kurang
dengan jenjang pendidikan terakhir SD/sederajat sebanyak 45 orang. Upaya
mencapai status gizi anak usia 6-24 bulan yang baik tidak terlepas dari peran
orang tua khususnya ibu sebagai pengasuh karena ibu sebagai seorang yang
bertanggung jawab dalam peningkatan status gizi anak. Sebagian besar ibu yang
tidak memberikan ASI Eksklusif disebabkan oleh pengetahuan ibu yang sebagian
besar masih kurang. Pendidikan pada satu sisi mempunyai dampak positif yaitu
ibu mengerti akan pentingnya pemeliharaan kesehatan termasuk pemberian ASI
Eksklusif. Menurut Parti, 2019 bahwa Rendahnya pengetahuan ibu tentang ASI
menyebabkan ibu tidak memberikan ASI Eksklusif kepada bayinya. Akan tetapi
Tidak selalu bayi yang tidak ASI Eksklusif mempunyai status gizi yang lebih
buruk atau kurang dibandingkan dengan bayi dengan yang ASI Eksklusif.

55

Anda mungkin juga menyukai