Disusun oleh:
Iqbal Raka Aditya Chandra (030.14.099)
Penguji:
dr. Amienuddin Saad, Sp. KJ
Pembimbing:
dr. W.D. Wulandari, Sp. KJ
Disusun oleh:
Iqbal Raka Aditya Chandra
030.14.099
Puji syukur kehadirat Allah SWT karena berkat rahmat-Nya yang begitu besar
sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan naskah ujian ilmu kesehatan
jiwa pada kepaniteraan klinik Ilmu Kesehatan Jiwa di Rumah Sakit dr. H. Marzoeki
Mahdi.
Dalam kesempatan ini penulis mengucapkan terimakasih kepada berbagai
pihak yang telah membantu dalam penyusunan dan penyelesaian naskah ujian ini,
terutama kepada dr. Amienuddin Saad, Sp. KJ selaku penguji yang telah
memberikan waktu dan bimbingannya sehingga naskah ujian ini dapat
terselesaikan.
Penulis berharap naskah ujian ini dapat menambah pengetahuan dan
memahami lebih lanjut mengenai ilmu kesehatan jiwa serta salah satunya untuk
memenuhi tugas yang diberikan pada kepaniteraan klinik Ilmu Kesehatan Jiwa di
Rumah Sakit dr. H. Marzoeki Mahdi.
Penulis menyadari bahwa dalam pembuatan naskah ujian ini masih banyak
kekurangan, oleh karena itu, penulis sangat mengharapkan segala kritik dan saran
dari semua pihak yang membangun guna menyempurnakan naskah ujian ini.
Demikian yang penulis dapat sampaikan, semoga naskah ujian ini dapat bermanfaat
bagi berbagai pihak.
Penulis
3
STATUS PASIEN PSIKIATRI
I. IDENTITAS
Nama : Tn. AH
Umur : 44 Tahun
Tanggal lahir : 14 September 1975
Agama : Islam
Suku bangsa / Negara : Sunda, Indonesia
Status pernikahan : Belum menikah
Pendidikan terakhir : STM
Pekerjaan : Tidak bekerja
Alamat : Kp. Setu RT 02 RW 01, desa Situ Udik, Kec.
Cibungbulang, Bogor, Jawa Barat
No. RM : 370916
Tanggal masuk IGD Jiwa : 26 Juli 2019
a. Keluhan utama
Pasien dibawa ke UGD RS dr. H. Marzoeki Mahdi Bogor tanggal 7
Oktober 2019 oleh keluarga dan polisi dengan keluhan pasien mengamuk
sejak 7 hari sebelum masuk rumah sakit.
b. Keluhan tambahan
2 bulan sebelum masuk rumah sakit pasien membakar rumahnya
sendiri hingga ibu pasien meninggal dan pasien juga melakukan percobaan
4
bunuh diri dengan meminum cairan Hit. Pasien suka mendengar suara
laki-laki dan perempuan dan juga melihat sosok hitam besar yang suka
menyuruh dia untuk mengakhiri hidup.
5
dimasak oleh keluarga pasien karena pasien curiga akan diracun sehingga
pasien memasak makanannya sendiri. Ketika pasien sedang berada di area
dapur ataupun kamar mandi pasien selalu mengunci area tersebut agar
orang lain tidak ada yang masuk ke area tersebut. Kebutuhan ekonomi
pasien pun ditanggung oleh kakak dan adik pasien. Jika keinginan atau
kebutuhannya tidak terpenuhi pasien langsung marah-marah, jika diminta
oleh keluarga untuk mencari kerja dan mulai bekerja lagi pasien selalu
menjawab dengan nada marah dan mengatakan bahwa mencari kerja tidak
mudah namun pasien sama sekali tidak ada usaha untuk mencari pekerjaan.
Sejak remaja pasien memang dikenal oleh keluarga sebagai pribadi yang
mudah marah, selama mengalami perubahan sikap ini pasien tidak pernah
tertawa-tawa sendiri atau terluhat berbicara sendiri.
Semenjak ayah pasien meninggal dan ibu pasien jatuh sakit, pasien
hanya tinggal satu rumah berdua dengan ibu pasien. Kakak pasien tinggal
dirumahnya sendiri dengan keluarganya yang berjarak kurang lebih 5 menit
dari rumah pasien, sedangkan adik pasien tinggal dan bekerja di Jakarta.
Pasien tinggal dan merawat ibu pasien yang sedang sakit seperti
memandikan dan menyiapkan makan. Tetapi pasien menjadi sangat over-
protective kepada ibunya, ibu pasien tidak boleh berjalan-jalan ataupun
berjemur didepan rumah ketika pagi dengan alasan nanti bisa masuk angin.
Pasien juga merasa bahwa dialah yang banyak mengurus ibunya dan
menjadi tulang punggung padahal menurut saudara pasien, kakak dan adik
pasien bergantian datang kerumah pasien untuk mengurus ibunya yang
sedang sakit dan sesekali membersihkan rumah. Sekitar bulan April 2019
sempat terjadi pertengkaran antara pasien dengan keluarga dikarenakan
adik pasien yang merupakan salah satu yang menanggung perekonomian
pasien dan ibu pasien sudah berhenti kerja dan kembali ke bogor namun
tidak tinggal Bersama dirumah dan pasien merasa bahwa dia yang
mengerjakan urusan rumah sendirian. Adik pasien memilih mengontrak
rumah sendiri karena sudah berkeluarga tetapi adik pasien tetap masih
memberikan uang bulanan untuk keperluan pasien dan ibu pasien. Pasien
6
juga marah-marah dan meminta adik pasien untuk balik saja ke Jakarta
untuk bekerja lagi daripada balik ke Bogor namun tidak tinggal serumah,
pasien juga sempat mengancam akan meminum cairan pembersih lantai
kepada adik pasien jika besok pagi masih belum kembali ke Jakarta namun
setelah itu kedua pihak berdamai dan cairan pembersih lantai dibuang oleh
keluarga pasien karena takut jika diminum oleh pasien atau diminumkan
kepada ibu pasien. Pasien mengaku selama ini lebih memilih dirumah dan
tidak bersosialisasi dikarenakan minder dan sedih karena tidak bekerja lalu
belum menikah tidak seperti teman-teman sebayanya.
Pada tanggal 30 Mei 2019, pasien mulai berperilaku aneh kembali,
pasien sempat datang ke pengurus masjid setempat dan memberikan uang
zakat kepada pengurus masjid dan mengatakan bahwa itu uang dari ibu
pasien untuk zakat lalu pasien berpamitan juga kepada pengurus masjid.
Pada tanggal 30 Mei 2019 tengah malam terjadi kebakaran dirumah pasien,
pasien membakar rumahnya dengan cara menyiramkan bensin di area
dalam rumah. Sebelum kejadian pasien mengatakan bahwa ia mendengar
bisikan-bisikan suara laki-laki dan perempuan yang mengajaknya untuk
keluar dari penderitaan yang dialami oleh dia dengan cara bunuh diri
namun pasien menghiraukannya, hingga ketika tengah malam pasien
mengatakan bahwa ia didatangi oleh sesosok hitam besar dan juga
mendengar bisikan-bisikan yang mengatakan bahwa ibu pasien yang
sebelumnya pasien lihat sedang tidur dikamar itu telah meninggal jadi
bakar saja rumahnya lalu pasien membakar rumah dan menganai motor
yang ada diruang tengah sehingga api menjalar ke semua penjuru rumah,
setelah itu pasien meminum cairan Hit namun tidak beraksi apa-apa.
Setelah api dipadamkan hanya ditemukan jasad ibu pasien sedang terbaring
di dalam kamar dengan luka bakar namun tidak ditemukan pasien didalam
rumah tersebut. Pasien ditemukan keesokan harinya di kebun belakang
rumah dengan beberapa luka bakar di lengan dan punggung dan langsung
diamankan ke Polsek Cibungbulang dan dipindahkan ke Polres Cibinong
selama 20 hari setelah itu ketika sedang dalam proses di kejaksaan pasien
7
dikembalikan oleh kejaksaan ke Polsek karena dalam keterangannya pasien
mengatakan bahwa ia melakukan pembakaran rumah itu karena mendengar
bisikan-bisikan. Setelah itu pasien dibawa ke RS Kramat Jati untuk
dilakukan visum psychiatrum dan observasi selama 22 hari, namun selama
di RS Kramat Jati pasien mengaku tidak mendapatkan terapi obat-obatan.
Setelah itu pasien dikembalikan ke Polsek Cibungbulang, 2 hari pasien
berada di Polsek Cibungbulang pasien sempat melakukan percobaan bunuh
diri dengan melilitkan elastic verband ke leher pasien, lalu oleh polisi dan
keluarga pasien berhasil dirujuk dan dibawa ke IGD RS Marzoeki Mahdi
pada Jum’at, 26 Juli 2019 pada pukul 21.35 WIB.
08 Agustus 2019 (pasien sudah dirawat di RSMM), pasien bercerita
bahwa pasien dibawa ke RSMM karena mencoba bunuh diri dengan elastic
verband dan digantungkan, lalu selama di rumah sakit pasien sudah lebih
tenang dan banyak kawan, pasien juga mengatakan bahwa dulu sering
mendengar suara-suara berbisik menyuruh dia untuk bunuh diri dan juga
suka melihat sosok-sosok, selama di rumah sakit pasien juga sempat
melihat sosok-sosok seperti nenek-nenek dan seorang pria berjenggot yang
menggunakan sorban namun sekarang pasien sudah tidak pernah melihat
ataupun mendengar bisikan-bisikan lagi, namun pasien sempat bertanya
untuk berhenti konsumsi obat karena menjadi tidak bisa melihat sosok-
sosok tersebut lagi. Pasien juga mengatakan bahwa dulu ia tinggal dirumah
bersama ibu dan sesekali bersama kakaknya.
8
Grafik Perjalanan Penyakit Pasien
April Juli
bo 2005 2019 2019
Keterangan :
9
30 mei-Juni 2019: di tahan di polsek cibungbulang lalu
dipindahkan ke polres Cibinong lalu di observasi dan dilakukan
visum psychiatrum di RS Kramat jati selama 1 bulan.
Juli 2019: dikembalikan ke Polsek Cibungbulang dan sempat
melakukan percobaan bunuh diri dengan melilitkan elastic verband
ke leher karena ia mendengar bisikan yang menyuruhnya untuk
bunuh diri.
26 Juli 2019: dibawa ke IGD Jiwa RSMM dan dilakukan perawatan
hingga sekarang, bisikan-bisikan dan melihat sosok-sosok sudah
hilang, pasien mengatakan lebih merasa tenang.
10
2. Riwayat masa kanak awal (0-3 tahun)
Pertumbuhan dan perkembangan pasien normal seperti
anak-anak seusianya.
3. Riwayat masa kanak pertengahan (3-11 tahun)
Pasien mulai masuk Sekolah Dasar pada usia 7 tahun dan
bersekolah sampai jenjang STM mengambil jurusan elektro. Selama
sekolah pasien merupakan murid yang berprestasi dan selalu
mendapatkan beasiswa hingga tamat STM.
11
5. Masa dewasa
Riwayat pekerjaan
Pada tahun 1997 pasien bekerja di perusahaan kapal keruk
selama 2 tahun, setelah itu pasien berpindah-pindah kerja menjadi
penjaga toko lalu satpam hingga pada tahun 2005 berhenti
bekerja hingga sekarang.
Riwayat pernikahan dan hubungan
Pasien belum menikah
Riwayat tindakan criminal
Membakar rumahnya hingga ibu pasien meninggal
didalam rumah.
Agama
Pasien beragama Islam, kedua orangtua juga beragama
Islam. Pasien tidak rajin melakukan ibadah di masjid
f. Riwayat keluarga
Pasien merupakan anak kelima dari delapan bersaudara. Sejak lahir
pasien diasuh oleh kedua orang tuanya yaitu ibu dan ayahnya. Menurut
keluarga, dikeluarga pasien tidak ada yang mengalami keluhan serupa.
Genogram keluarga pasien :
Keterangan:
Pasien
12
g. Situasi kehidupan terkini
Sebelum kejadian pembakaran pasien tinggal bersama ibu pasien,
pasien mengurus ibunya bersama kakak dan adiknya yang bergantian
datang ketika setelah bekerja. Ekonomi pasien ditanggung oleh kakak dan
adik pasien.
A. Deskripsi umum
1. Penampilan
Laki-laki berusia 44 tahun, penampilan sesuai dengan
usianya, Penampilan cukup rapih dan bersih, menggunakan kaos dan
celana panjang, rambut pendek berwarna hitam, perawakan tegap.
2. Kesadaran
Kesadaran neurologis : compos mentis
Kesadaran psikiatri : terganggu
Kesadaran sosial : terganggu
3. Perilaku dan aktivitas psikomotor
Sebelum wawancara : Pasien tampak tenang, menonton tv
di bangsal, cara berjalan tampak normal.
Selama wawancara : Pasien tampak tenang, kontak mata
adekuat, tidak ada gerakan involunter, cukup kooperatif
terhadap pemeriksa.
Setelah wawancara : Pasien langsung berdiri dan
melanjutkan kegiatan untuk rehabilitasi.
13
4. Pembicaraan
Pasien menjawab pertanyaan dengan spontan, pembicaraan
cukup, suara cukup, artikulasi baik, perbendaharaan kata banyak.
5. Sikap terhadap pemeriksa
Pasien kooperatif dimana pasien bercerita semua yang ada di
dalam pikirannya, bersikap terbuka, dan tidak menutup diri.
B. Alam perasaan
A. Mood : hipothym
B. Afek (ekspresi afektif)
- Skala diferensiasi : sempit
- Kestabilan : stabil
- Echt/unecht : echt
- Keserasian : kurang serasi
- Pengendalian impuls : terganggu
- Kedalaman : dangkal
- Empati : kurang dapat dirabarasakan
C. Fungsi intelektual
i. Fungsi kognitif : Sesuai dengan taraf pendidikan pasien
ii. Orientasi
2. Waktu : baik (pasien mengetauhi hari,bulan,tahun)
3. Tempat : baik (pasien mengetauhi bahwa sekarang berada
di RSMM Bogor )
4. Personal : baik (pasien mengetauhi siapa yang memeriksa
dan mengenal baik orang sekitarnya)
1. Daya ingat
a. Jangka panjang : baik, pasien dapat menyebutkan nama
saudara dan orang tua pasien bahkan menceritakan keadaan
anggota keluarganya sekarang.
b. Jangka pendek : baik, pasien dapat menceritakan kegiatan
pasien dari bangun tidur sampai waktu pemeriksaan.
14
c. Sesaat : baik, pasien dapat mengingat nama
pemeriksa ketika ditanya kembali sesaat setelah perkenalan
2. Konsentrasi dan perhatian
Baik, pasien dapat menjawab pertanyaan-pertanyaan dengan baik dan
pasien terfokus dengan pembicaraan dengan pemeriksa, tidak mudah
terdistraksi oleh keadaan sekitar
3. Pikiran abstrak
Tidak terganggu, pasien dapat menyebutkan persamaan antara 2 objek
seperti bola dan jeruk.
4. Kemampuan menolong diri sendiri
Baik; pasien mengatakan dapat makan, melakukan urusan kamar mandi
(BAK, BAB, mandi), dan mengenakan pakaian sendiri.
C. Gangguan persepsi
1. Halusinasi Auditorik : Ada
Halusinasi Taktil : Tidak ada
Halusinasi visual : Ada
Halusinasi Olfaktorik : Tidak ada
2. Ilusi : Tidak ada
3. Depersonalisasi : Tidak ada
4. Derealisasi : Tidak ada
D. Proses pikir
1. Arus pikir
a. Produktifitas : cukup ide
b. Kontinuitas : koheren, langsung menjawab,
terarah ke tujuan dan relevan
c. Hendaya berbahasa : tidak ditemukan.
2. Isi pikir
a. Preokupasi : tidak ada
b. Ide-ide mirip waham : tidak ada
15
c. Waham : tidak ada
E. Pengendalian impuls
Pasien terlihat tenang
F. Daya nilai
Daya nilai sosial : baik, pasien mengatakan mencuri tidak baik
Uji daya nilai : baik, pasien dapat menyebutkan hal yang
seharusnya dilakukan saat menemukan dompet orang lain
Penilaian realita : terganggu
G. Tilikan
Tilikan derajat 2. Pasien tau ada gangguan pada dirinya dan
sekaligus menyangkal
H. Taraf dapat dipercaya
dapat dipercaya
A. Status generalis
Keadaan umum : Baik
Kesadaran : Compos Mentis
Tekanan darah : 120/80 mmHg
Frekuensi napas : 20x/menit
Frekuensi nadi : 86x/menit
Suhu : 36,50 C
Kesan gizi : berat badan ideal
(TB=172cm, BB:80kg, BMI: 23,25kg/m2)
Kulit : sawo matang
Kepala : Tidak ada deformitas, normocephali
Rambut : Hitam, rambut pendek.
Mata : Konjungtiva tidak pucat, sklera tidak ikterik
Telinga : Normotia, sekret (-)
16
Gigi dan mulut : dalam batas normal
Leher : Pembesaran KGB (-)
Jantung : Bunyi jantung I-II normal, murmur(-), gallop(-)
Paru : Pergerakan dinding dada simetris, suara napas
vesikuler, ronkhi -/-, wheezing -/-
Abdomen : Datar, supel, bising usus normal, tidak ditemukan
pembesaran hepar dan lien.
Ekstremitas : Akral hangat (+), edema (-), clubbing finger (-)
B. Status Neurologis
GCS : 15 (E4,V5,M6)
Kaku kuduk : (-)
Pupil : Bulat, isokor
Parase nervus kranialis : (-)
Motorik : kekuatan (5), tonus baik, rigid (-), spasme (-
), hipotoni (-), eutrofi, tidak ada gangguan
keseimbangan dan koordinasi.
Sensorik : Tidak ada gangguan sensibilitas
Reflex fisiologis : Normal
Reflex patologis : (-)
Gejala ekstrapiramidal : (-)
Stabilitas postur tubuh : Normal
17
SGPT 27 10 – 36 U/L Normal
Ureum 19,5 10 – 50 mg/dL Normal
Creatinin 0.82 0,5 – 1,5 mg/dL Normal
GDS 106 70 – 200 mg/dL Normal
H. Follow-up Pasien
Tanggal Hasil
07/08/2019 S: pasien tenang, ikut berkegiatan dengan baik, mau
konsumsi obat, suara bisikan-bisikan atau melihat sesuatu
yang aneh sudah tidak ada
O : Pemeriksaan fisik dalam batas normal. Halusinasi
audiotorik (-), visual (-), ilusi (-), waham (-)
A: Gangguan depresif berat dengan gejala psikotik
P: Risperidon 2 x 2 mg
Fluoxetine 1 x 20mg
08/08/2019 S: pasien tenang, ikut berkegiatan dengan baik, mau
konsumsi obat, suara bisikan-bisikan atau melihat sesuatu
yang aneh sudah tidak ada, pasien mengatakan ingin pulang
dan terkadang rindu ibunya yang sudah meninggal
O : Pemeriksaan fisik dalam batas normal. Halusinasi
audiotorik (-), visual (-), ilusi (-), waham (-)
A: Gangguan depresif berat dengan gejala psikotik
P: Risperidon 2 x 2 mg
Fluoxetine 1 x 20mg
09/08/2019 S: pasien tenang, ikut berkegiatan dengan baik, mau
konsumsi obat, suara bisikan-bisikan atau melihat sesuatu
yang aneh sudah tidak ada, pasien mengatakan ingin pulang
dan terkadang rindu ibunya yang sudah meninggal
18
O : Pemeriksaan fisik dalam batas normal. Halusinasi
audiotorik (-), visual (-), ilusi (-), waham (-)
A: Gangguan depresif berat dengan gejala psikotik
P: Risperidon 2 x 2 mg
Fluoxetine 1 x 20mg
19
mendengar bisikan-bisikan ini sejak 2 tahun terakhir, bisikan ini
mengajaknya ke tempat yang lebih nyaman dan tenang. Lalu pasien
sempat di periksa di RS Kramat Jati dilakukan visum psychiatrum
dan observasi selama 22 hari namun pasien mengaku tidak
mendapatkan obat-obatan apapun, setelah itu pasien dikembalikan
ke Polsek Cibungbulang, selang 2 hari di Polsek pasien melakukan
percobaan bunuh diri dengan melilitkan elastic-verband yang
didapatkannya dari RS Kramat Jati ke leher pasien, pasien mengaku
hal ini dilakukan karena ajakan dari suara-suara yang meberikan
bisikan-bisikan kepada dia. Pasien mengaku selama ini lebih
memilih dirumah dan tidak bersosialisasi dikarenakan minder dan
sedih karena tidak bekerja lalu belum menikah tidak seperti teman-
teman sebayanya.26 Juli 2019 pasien dibawa ke IGD RSMM dan
dilakukan perawatan hingga sekarang. Pasien tidak memiliki
riwayat trauma ataupun sakit medis umum lainnya dan minum
alkohol. Dalam keluarga pasien juga tidak didapatkan yang
menderita keluha serupa. Pasien memiliki riwayat menggunakan
inex pada tahun 1995 namun tidak lama berselang langsung berhenti
konsumsi hingga sekarang.
Berdasarkan pemeriksaan status mental diperoleh pasien
laki-laki, usia 44 tahun, pasien berpenampilan rapih dan bersih.
Kesadaran pasien compos mentis, sikap terhadap pemeriksa
kooperatif, bicara cukup dan spontan, mood euthym, skala
diferensiasi luas, cukup stabil, echt, afek serasi, pengendalian baik,
empati dapat diraba rasakan, dangkal. Fungsi intelektual sesuai
dengan taraf pendidikan, tidak terdapat gangguan orientasi, daya
ingat jangka panjang, pendek dan sesaat baik, konsentrasi dan
perhatian baik, pikiran abstrak dan kemampuan menolong diri
sendiri baik. Tidak ditemukan gangguan persepsi, ide-ide mirip
waham dan waham tidak ditemukan, daya nilai pasien cukup baik,
tilikan pasien 2 yaitu pasien menyadari dirinya sakit namun secara
20
bersamaan menyangkal bahwa dirinya sakit dan pasien dapat
dipercaya. Pada pemeriksaan fisik semua dalam batas normal namun
pada pemeriksaan lab pada tanggal 26 Juli 2019 didapatkan
leukositosis (leukosit: 11,36 x 103uL)
B. Formulasi diagnostik
- Aksis I
Berdasarkan autoanamnesis dan alloanamnesis, pasien tidak
memiliki riwayat cedera kepala dan kejang. Dari pemeriksaan fisik,
neurologis, penunjang juga tidak didapatkan adanya kondisi medis
umum yang dapat mempengaruhi fungsi otak. Oleh karena itu,
gangguan mental organik (F00-09) dapat disingkirkan.
Pasien ada riwayat penggunaan obat-obatan dan zat
psikoaktif sekitar 24 tahun yang lalu, namun dalam waktu dekat ini
pasien tidak menggunakan zat psikoatif yang dapat menyebabkan
kelainan pada fungsi otak. Oleh karena itu diagnosis gangguan
mental dan perilaku akibat penggunaan zat psikoaktif (F10-19)
dapat disingkirkan.
21
kegembiraan dan menurunnya aktivitas selain itu juga didapatkan
harga diri dan kepercayaan diri yang berkurang, pandangan masa
depan yang suran dan pesimistis dan juga percobaan bunuh diri
pada pasien. Semua gejala ini sudah dirasakan lebih dari 2 minggu
dan tidak ditemukan episode lain berupa pasien merasa sangat
gembira. Sehingga menurut PPDGJ – III pada pasien ini dapat
didiagnosis dengan gangguan depresif berat dengan gejala
psikotik (F32.3)
- Aksis II
Dari anamnesis, hasil pemeriksaan tidak didapatkan kelainan
- Aksis III
- Aksis IV
- Aksis V
GAF HLPY : 70 – 61
Fungsi psikologis : Terdapat halusinasi auditorik dan
visual, tidak ada ilusi, dan waham.
Fungsi sosial : jarang keluar rumah, lebih suka berdiam
dirumah dan mengurus ibu.
Fungsi rawatan diri : baik.
GAF Current : 90 – 81
22
Fungsi psikologis : halusinasi auditorik dan visual tidak
ada, waham dan ilusi tidak ada, terkadang masih ada pikiran
untuk menyusul ibunya yang sudah meninggal.
Fungsi sosial : baik.
Fungsi rawatan diri : baik.
C. Evaluasi multiaksial
Aksis I : gangguan depresif berat dengan gejala psikotik
(F32.3)
Aksis V :
E. Diagnosis banding
- Skizoafektif
- skizofrenia paranoid
23
F. Penatalaksanaan
Psikofarmaka
- Risperidon 2 x 2 mg
- Fluoxetine 1 x 20mg
Psikoterapi
- Memberi kesempatan kepada pasien untuk
menceritakan / mengungkapkan isi hatinya sehingga
pasien dapat merasa lebih tenang.
- Memberi psikoterapi suportif pada pasien sehingga
pasien dapat memahami kondisi dan penyakit pasien,
sehingga pasien dapat menjalani pengobatan atas
keinginannya sediri sehingga pengobatan lebih
optimal.
- Mengikutsertakan pasien dalam terapi seperti,
penentuan jenis obat atau dosis obat yang digunakan
sehingga pasien merasa nyaman dan diikut sertakan
dalam pengobatannya
- Memotivasi dan menjelaskan dengan baik tentang
pengobatan pasien sehingga pasien meminum obat
secara teratur.
- Sosioterapi
- Memberi nasehat kepada keluarga pasien agar
mengerti keadaan pasien dan lebih mencoba
mendekatkan diri kepada pasien sehingga pasien
merasa mendapatkan dukungan dan perhatian
keluarga.
- Memberikan nasehat kepada keluarga agar keluarga
lebih terlibat dalam pengobatan pasien dan
memberikan dukungan pada pasien untuk terus
menjalani pengobatan dan teratur minum obat.
24
- Menjelaskan kepada keluarga juga untuk mendukung
dan menikut sertakan pasien dalam aktivitas sehari-
sehari seperti pekerjaan, aktivitas keagamaan dan
sosial di lingkungan rumah pasien.
- Mengingatkan keluarga pasien untuk rajin membawa
pasien kontrol ke RS dan mengawasi pasien untuk
minum obat secara teratur.
- Rehabilitasi Psikososial
- Psikoedukasi
- Latihan keterampilan hidup (spiritual, olahraga)
- Latihan keterampilan sosial
G. Prognosis
Ad vitam : ad bonam
Ad fungtionam : ad bonam
Ad sanationam : Dubia ad bonam
25
LAMPIRAN
Home visit
26