Disusun oleh :
Pembimbing :
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS TRISAKTI
JAKARTA 2019
HALAMAN PENGESAHAN
Nama : Laras Hanum I
NIM : 030.12.147
Fakultas : Kedokteran
Pembimbing
Nama : By. A
Umur : 9 Bulan
Jenis kelamin : Laki laki
Agama : Islam
Suku : Jawa
Alamat : Semarang
Bangsal : PICU
No CM : 473xxx
Tanggal masuk RS : 14-07-2019
1 Anamnesis (Alloanamnesis)
a. Keluhan utama
Kejang
b. Keluhan tambahan
- Benjolan
- Demam
c. Riwyat penyakit sekarang
Pasien datang dengan keluhan kejang 2 jam SMRS. Kejang dirasakan baru
pertama kali. Pada saat kejang pasien kaku seluruh telubuh dan mata mendelik ke
atas dan tangan kelojotan. Durasi kejang 5 detik dan frekuensinya hanya terjadi 2
kali dan diantara kejang terdapat perbaikan kesadaran. Riwayat tertusuk beling dan
tergigit binatang disangkal. Ibu pasien menagku pasien baru pertama kali mengalami
kejadian seperti ini
Dua hari SMRS pasien mengalami demam tinggi. Demam dirasakan terus
menerus dan tidak membaik dengan konsumsi obat penurun panas. Selama pasien
demam tidak pernah suhunya mencapai dibawah normal. Demam juga disertai
dengan muntah. Muntah dirasakan ketika pasien setelah makan. BAB cair, warna
kemerahan pada kelamin, BAK berdarah, keluarnya cairan dari telinga, batuk, pilek,
sesak nafas, warna kekuningan dan kebiruan disangkal. Selain itu pasien juga
terdapat benjolan pada kedua lipatan paha sejak 3 bulan SMRS.
d. Riwayat penyakit dahulu
Pasien tidak pernah memiliki keluhan serupa sebelumnya. Riwayat penyakit
paru, asma, liver, penyakit jantung bawaan, dan penyakit bawaan lahir disangkal
e. Riwayat penyakit keluarga
Ibu pasien mengatakan di keluarga tidak ada yang mengalami hal serupa.
Ibu pasien menyangkal adanya riwayat darah hiprtensi, diabetes, penyakit jantung,
paru dan kelianan bawaan.
f. Riwayat kehamilan dan persalinan
Saat hamil ibu pasien rutin memeriksakan kehamilannya ke bidan dekat rumah
pasien, pasien merupakan anak perempuan yang lahir dari ibu G2P1A0 usia 25
tahun, hamil 38 minggu lahir secara sectio cesaria atas indikasi panggul sempit. BBL
3400 gram, panjang badan 48 cm, APGAR score 9-9-10, dan warna ketuban jernih
g. Riwayat prenatal
Setelah dilahirkan dialkukan resusitasi dan perawatan. Bayi sudah diberikan
suntik viamin K 1 mg, salap mata kloramfenikol, dan O2 nasal kanul 2 liter permenit.
h. Riwayat tumbuh kembang
Berat badan lahir : 3400 gram
Berat badan saat ini: 9 kg
Panjang badan lahir : 48 cm
Panjang badan saat ini: 74 cm
i. Riwayat imunisasi
Hep B 0: saat lahir
BCG: 1 Bulan
Penta bio: 2, 4, 6 Bulan
j. Riwayat makan dan minum
Bayi saat ini mengkonsumsi ASI dan MPASI berupa bubur susu dan pisang
2 Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik dilakukan pada tanggal 22 Juli 2019 di ruang perawatan NICU.
a. Keadaan umum
Commpos mentis, tanpak sakit sedang, kurang aktif
b. Tanda vital
Frakuensi Jantung : 153 kali/menit
Pernapasan : 51 kali/menit
SpO2 : 96 %
c. Riwayat antopometri
Berat badan : 9 kg
Panajang badan : 74 cm
Lingkar kepala : 36 cm
Lingkar dada : tidak ada data
d. Status internus
Kepala Normochepal,
Kulit Tidak sianosis, ikterik (-)
Mata Pupil bulat, isokor
Hidung Bentuk normal, nafas cuping hidung (-)
Bibir Sianosis (-), mukosa kering (-)
Thorax
Inspeksi : bentuk simetris, pergerakan simetris, retraksi (-)
Paru-paru Palpasi : sulit dinilai
Perkusi : sonor di kedua lapangan paru
Auskultasi : vesikuler (+) normal, ronkhi (-), wheezing (-)
Kepala
Bentuk : Normocepali
Nyeri tekan : (-)
Pulsasi : (-)
Simetri : (+)
Leher
Sikap : Tegak
Pergerakan : Aktif
Afasia
Afasia motorik : (-)
Afasia sensorik : (-)
Disartria : (-)
N. I (Olfactorius)
Subjektif Tidak dilakukan Tidak dilakukan
Dengan beban Tidak dilakukan Tidak dilakukan
N. II (Optikus)
Tajam penglihatan Tidak dilakukan Tidak dilakukan
Lapang penglihatan
Melihat Warna Tidak dilakukan Tidak dilakukan
Fundus okuli Tidak dilakukan Tidak dilakukan
N. III (Oculomotorius)
Sela mata Tidak dilakukan Tidak dilakukan
Pergerakan bulbus (+) (+)
Strabismus (-) (-)
Nistagmus Sulit Dinilai Sulit Dinilai
Eksoftalmus (-) (-)
Pupil
- Besar 3mm 3mm
- Bentuk Bulat isokor Bulat isokor
Refleks Cahaya langsung (+) (+)
Refleks Cahaya tidak langsung (+) (+)
N. IV (Trokhlearis)
Pergerakan mata Sulit Dinilai Sulit Dinilai
Sikap bulbus Sulit Dinilai Sulit Dinilai
N. V (Trigeminus)
Membuka mulut (+) (+)
Mengunyah Sulit Dinilai Sulit Dinilai
Menggigit Sulit Dinilai Sulit Dinilai
Refleks kornea (+) (+)
Sensibilitas muka Sulit Dinilai Sulit Dinilai
N. VI (Abducen)
Pergerakan mata (ke lateral) Sulit Dinilai Sulit Dinilai
Sikap Bulbus Baik Baik
N. VII (Fascialis)
Motorik
N. VIII (Vestibulokokhlearis)
Detik Arloji Tidak dilakukan Tidak dilakukan
Suara berbisik Tidak dilakukan Tidak dilakukan
Tes Swabach Tidak dilakukanTidak dilakukan
Tes Rinne Tidak dilakukan Tidak dilakukan
Perasaan lidah (1/3 belakang) Tidak dilakukan Tidak dilakukan
Sensibilitas faring Tidak dilakukan Tidak dilakukan
Tes Weber Tidak dilakukan Tidak dilakukan
N. IX (Glossofaringeus)
Perasaan lidah (1/3 belakang) Tidak dilakukan Tidak dilakukan
Sensibilitas faring Tidak dilakukan Tidak dilakukan
N. X (Vagus)
Arkus faring : Simetris kanan dengan kiri
Berbicara : Sulit Dinilai
Menelan : Sulit Dinilai
Refleks Okulokardiak : Tidak dilakukan
N. XI (Accecorisus)
Mengangkat bahu Sulit Dinilai Sulit Dinilai
Memalingkan kepala Sulit Dinilai Sulit Dinilai
N. XII (Hipoglossus)
Pergerakan lidah Sulit Dinilai Sulit Dinilai
Motorik
Pergerakan Aktif Aktif
Kekuatan Kesan Hemiparesis Dextra
Trofi Normotrofi Normotrofi
Tonus Normotonus Normotonus
Refleks Fisiologis
- Biceps +2 +2
- Triceps +2 +2
Refleks Patologis
Sensibilitas
Refleks Fisiologis
- Patella +2 +2
- Achilles +2 +2
Refleks Patologis
Klonus
Sensibilitas
- Raba Tidak dilakukan Tidak dilakukan
- Suhu Tidak dilakukan Tidak dilakukan
- Nyeri Tidak dilakukan Tidak dilakukan
- Diskriminasi 2 titik Tidak dilakukan Tidak dilakukan
Gerak abnormal
Tremor : (-)
Athetose : (-)
Mioklonik : (-)
Chorea : (-)
3. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriaksaan radiologi
CT Scan Kepala dengan Kontras (19 Juli 2019, 12.00 wib)
2.3 Resume
Pasien datang dengan keluhan kejang 2 jam SMRS. Kejang dirasakan baru
pertama kali. Pada saat kejang pasien kaku seluruh telubuh dan mata mendelik ke atas
dan tangan kelojotan. Durasi kejang 5 detik dan frekuensinya hanya terjadi 2 kali dan
diantara kejang terdapat perbaikan kesadaran. Ibu pasien menagku pasien baru pertama
kali mengalami kejadian seperti ini. Dua hari SMRS pasien mengalami demam tinggi.
Demam dirasakan terus menerus dan tidak membaik dengan konsumsi obat penurun
panas. Selama pasien demam tidak pernah suhunya mencapai dibawah normal. Demam
juga disertai dengan muntah. Muntah dirasakan ketika pasien setelah makan. Selain itu
pasien juga terdapat benjolan pada kedua lipatan paha sejak 3 bulan SMRS.
Pemeriksaan fisik di dapatan bayi commpos mentis terlihat sakit sedang dan kurang
aktif, tanda vital di dapatkan frakuensi jantung 153 kali/menit, pernapakasan 51
kali/menit suhu 36,7oc dan spo2 96 %. Pada pemeriksaan generalisata didapatkan adanya
benjolan yang terdapat pada regio inguinal bilateral, soliter, tidak mobile dan tidak ada
nyeri tekan. Pada pemeriksaan neurologis didapatkan adanya kaku kuduk. Pada
pemeriksaan laboratorim didapatkan leukositosis.
2.6 Terapi
IVFD Ringer Laktat 12 tpm
Inj Cefotaxime 3x500mg
Inj Dexamethasone 3x2mg
2.8 Prognosis
Ad vitam : dubia ad malam
Ad fungsionam : dubia ad bonam
Ad sanationam : dubia ad bonam
2.9 Follow up
Pemeriksaan Tanggal
1. Definisi
3. Etiologi
5. Manifestasi Klinis
Tanda dan manifestasi klinis meningoensefalitis bakterial begitu luas
sehingga sering juga didapatkan pada anak-anak baik yang terkena
meningoensefalitis maupun tidak. Tanda dan gambaran klinis sangat bervariasi
tergantung usia pasien, lama pasien dirumah sebelum diagnosis dibuat dan
respons tubuh terhadap infeksi
Meningoensefalitis pada bayi baru lahir dan prematur sangat sulit
didiagnosis, gambaran klinis sangat kabur dan tidak khas. Demam pada
meningoensefalitis bayi baru lahir hanya terjadi pada 1/2 dari jumlah kasus.
Biasanya pasien tampak lemah dan malas, tidak mau minum, muntah-muntah,
kesadaran menurun, ubun-ubun besar tegang dan membonjol, leher lemas,
respirasi tidak teratur, kadang-kadang disertai ikterus jika sudah terjadi sepsis.
Secara umum apabila didapatkannya sepsis pada bayi baru lahir maka kita harus
mencurigai adanya meningoensefalitis.
Bayi berumur 3 bulan-2 tahun jarang memberi gambaran klasik
meningoensefalitis. Biasanya manifestasi yang timbul hanya berupa demam,
muntah, gelisah, kejang berulang, kadang-kadang di dapatkan pula high pitched
cry (pada bayi). Tanda fisik yang tampak jelas adalah ubun-ubun tegang dan
membonjol, sedangkan tanda Brudzinski dan Kernig sulit dievaluasi. Oleh karena
insidens meningoensefalitis pada umur ini sangat tinggi, maka adanya infeksi
susunan saraf pusat perlu dicurigai pada anak dengan demam terus menerus yang
tidak dapat diterangkan penyebabnya.
Pada anak besar dan dewasa meningoensefalitis kadang-kadang
memberikan gambaran klasik. Gejala biasanya dimulai dengan demam,
menggigil, muntah dan nyeri kepala. Kadang-kadang gejala pertama adalah
kejang, gelisah, gangguan tingkah laku. Penurunan kesadaran seperti delirium,
stupor dan koma dapat juga terjadi. Tanda klinis yang biasa didapatkan adalah
kaku kuduk, tanda Brudzinski dan Kernig. Nyeri kepala timbul akibat inflamasi
pembuluh darah meningen, sering disertai dengan fotofobi dan hiperestesi, kaku
kuduk disertai rigiditas spinal disebabkan karena iritasi meningen serta radiks
spinalis.
Kelainan saraf otak disebabkan oleh inflamasi lokal pada perineurium,
juga karena terganggunya suplai vaskular ke saraf. Saraf-saraf kranial VI, VII, dan
IV adalah yang paling sering terkena. Tanda serebri fokal biasanya sekunder
karena nekrosis kortikal atau vaskulitis oklusif, paling sering karena trombosis
fokal. Vaskulitis serebral dapat menyebabkan serebritis dan abses. Trombosis
vaskular dapat menycbabkan kejang dan hemiparesis.
6. Penegakan Diagnosis
Anamnesis
- Seringkali didahului infeksi pada saluran napas atas atau saluran cerna seperti
demam, batuk, pilek, diare, dan muntah.
- Gejala meningoensefalitis adalah demam, nyeri kepala, meningismus dengan atau
tanpa penurunan kesadaran, letargi, malaise, kejang, dan muntah merupakan hal
yang sangat sugestif meningoensefalitis tetapi tidak ada satu gejala pun yang khas.
- Banyak gejala meningoensefalitis yang berkaitan dengan usia, misalnya anak
kurang dari 3 tahun jarang mengeluh nyeri kepala. Pada bayi gejala hanya berupa
demam, iritabel, letargi, malas minum, dan high pitched-cry.
Pemeriksaan fisis
- Gangguan kesadaran dapat berupa penurunan kesadaran atau iritabilitas.
- Dapat juga ditemukan ubun-ubun besar yang membonjol, kaku kuduk, atau tanda
rangsang meningeal lain (Bruzinski dan Kernig), kejang, dan defisit neurologis
fokal. Tanda rangsang meningeal mungkin tidak ditemukan pada anak berusia
kurang dari 1 tahun.
- Dapat juga ditemukan tanda-tanda peningkatan tekanan intrakranial.
- Cari tanda infeksi di tempat lain (infeksi THT, sepsis, pneumonia)
Pemeriksaan penunjang
- Darah perifer lengkap dan kultur darah. Pemeriksaan gula darah dan elektrolit jika
ada indikasi.
- Pungsi lumbal sangat penting untuk menegakkan diagnosis dan menentukan etiologi:
- Didapatkan cairan keruh atau opalesence dengan Nonne (-)/(+) dan Pandy (+)/
(++).
- Jumlah sel 100-10.000/mm3 dengan hitung jenis predominan polimorfonuklear,
protein 200-500 mg/dl, glukosa < 40 mg/dl, pewarnaan gram, biakan dan uji
resistensi. Pada stadium dini jumlah sel dapat normal dengan predominan
limfosit.
- Apabila telah mendapat antibiotik sebelumnya, gambaran LCS dapat tidak
spesifik.
- Pada kasus berat, pungsi lumbal sebaiknya ditunda dan tetap dimulai pemberian
antibiotik empirik (penundaan 2-3 hari tidak mengubah nilai diagnostik kecuali
untuk identifikasi kuman, itu pun jika antibiotiknya sensitif)
- Jika memang kuat dugaan kearah meningoensefalitis, meskipun terdapat tanda-
tanda peningkatan tekanan intrakranial, pungsi lumbal masih dapat dilakukan asalkan
berhati- hati. Pemakaian jarum spinal dapat meminimalkan komplikasi terjadinya
herniasi.
- Kontraindikasi mutlak pungsi lumbal hanya jika ditemukan tanda dan gejala
peningkatan tekanan intrakranial oleh karena lesi desak ruang.
- Pemeriksaan computed tomography (CT scan) dengan kontras atau magnetic
resonance imaging (MRI) kepala (pada kasus berat atau curiga ada komplikasi
seperti empiema subdural, hidrosefalus, dan abses otak)
- Pada pemeriksaan elektroensefalografi dapat ditemukan perlambatan umum.
7. Tatalaksana
Medikamentosa
Diawali dengan terapi empiris, kemudian disesuikan dengan hasil biakan dan uji
resistensi.
Deksametason
Lama pengobatan
Tergantung dari kuman penyebab, umumnya 10-14 hari.
Bedah
Umumnya tidak diperlukan tindakan bedah, kecuali jika ada komplikasi seperti
empiema subdural, abses otak, atau hidrosefalus.
Suportif
- Periode kritis pengobatan meningoensefalitis bakterialis adalah hari ke-3 dan ke-
4.Tanda vital dan evaluasi neurologis harus dilakukan secara teratur. Guna
mencegah muntah dan aspirasi sebaiknya pasien dipuasakan lebih dahulu pada awal
sakit.
- Lingkar kepala harus dimonitor setiap hari pada anak dengan ubun-ubun besar
yang masih terbuka.
- Peningkaan tekanan intrakranial, Syndrome Inappropriate Antidiuretic Hormone
(SIADH), kejang dan demam harus dikontrol dengan baik. Restriksi cairan atau
posisi kepala lebih tinggi tidak selalu dikerjakan pada setiap anak dengan
meningoensefalitis bakterial.
- Perlu dipantau adanya komplikasi SIADH. Diagnosis SIADH ditegakkan jika
terdapat kadar natrium serum yang < 135 mEq/L (135 mmol/L), osmolaritas serum
< 270 mOsm/kg, osmolaritas urin > 2 kali osmolaritas serum, natrium urin > 30
mEq/L (30 mmol/L) tanpa adanya tanda-tanda dehidrasi atau hipovolemia.
Beberapa ahli merekomendasikan pembatasan jumlah cairan dengan memakai
cairan isotoni, terutama jika natrium serum < 130 mEq/L (130 mmol/L). Jumlah
cairan dapat dikembalikan ke cairan rumatan jika kadar natrium serum kembali
normal.
.
7. Komplikasi
Hernia inguinalis direk terjadi sekitar 15% dari semua hernia inguinalis.
Kantong hernia inguinalis direk menonjol langsung ke anterior melalui dinding
posterior kanalis inguinais medial terhadap arteria, dan vena epigastrika inferior,
karena adanya tendo conjunctivus (tendo gabungan insersio musculus obliquus
internus abdominis dan musculus transversus abdominis) yang kuat, hernia ini
biasanya hanya merupakan penonjolan biasa, oleh karena itu leher kantong hernia
lebar. Hernia inguinalis direk jarang pada perempuan, dan sebagian besar bersifat
bersifat bilateral
Tanda Klinis
Tanda klinis pada pemeriksaan fisik bergantung pada isi hernia. Pada saat
inspeksi, pasien diminta mengedan maka akan terlihat benjolan pada lipat paha,
bahkan benjolan bisa saja sudah nampak meskipun pasien tidak mengedan. Pada
saat melakukan palpasi, teraba benjolan yang kenyal, mungkin isinya berupa usus,
omentum atau ovarium, juga dapat ditentukan apakah hernia tersebut dapat
didorong masuk dengan jari / direposisi.Sewaktu aukultasi dapat terdengar bising
usus dengan menggunakan stetoskop pada isi hernia yang berupa usus
4. Tatalaksana
Pengobatan operatif merupakan satu-satunya pengobatan hernia inguinalis
yang rasional. Indikasi operasi sudah ada begitu diagnosis ditegakkan. Prinsip
pengobatan hernia adalah herniotomi. Pada herniotomi dilakukan pembebasan
kantong hernia sampai ke lehernya, kantong dibuka dan isi hernia dibebaskan
kalau ada perlengketan, kemudian direposisi, kantong hernia dijahit-ikat setinggi
mungkin lalu dipotong
REFERENSI