Anda di halaman 1dari 42

PRESENTASI KASUS NON PSIKOTIK

SEORANG PEREMPUAN USIA 35


TAHUN DENGAN
REAKSI STRESS AKUT (F43.0)
Identitas Pasien
• Nama : Saudari D
• Umur : 35 tahun
• Jenis Kelamin : Perempuan
• Agama : Islam
• Status : Belum menikah
• Pekerjaan : Sedang tidak bekerja
• Alamat : Magelang, Jawa Tengah
Identitas Pengantar
• Nama : Ny. T
• Usia : 39 tahun
• Jenis Kelamin : Perempuan
• Alamat : Magelang, Jawa Tengah
• Pekerjaan : Pedagang
• Hubungan : Kakak
Keluhan Utama

Pasien merasa ketakutan


sejak 6 jam yang lalu
Riwayat Penyakit Sekarang
(Alloanamnesis)
• Menurut kakak pasien, 3 bulan yang lalu pasien berhenti bekerja sebagai honorer
Satpol PP, yang dimana seharusnya pasien sudah berhenti bekerja sejak 2 tahun
yang lalu namun dikarenakan pasien dekat dengan bos pasien, pasien masih tetap
bekerja. Bos pasien suka dengan pasien, namun pasien menolak. Setelah bos
pasien pensiun, pasien berhenti bekerja juga dan pasien tidak mau kontak lagi
dengan bos pasien. Menurut kakak pasien, bos pasien masih tetap menghubungi
pasien dan meminta pasien mengembalikan uang yang selama ini diberikan. Tujuh
jam SMRS pasien diantar kakak ke rumah bos pasien untuk mengambil STNK
Mobil yang diambil dan disita bos agar pasien mau mengembalikan uang. Saat
kakak pasien pergi, pasien ikut bos dimobil, lalu kakak pasien di telepon pasien
kalua pasien sudah berada di jalan tol dan pasien menangis ketakutan karena
pasien dipukuli oleh bosnya.
Riwayat Penyakit Sekarang
(Autoanamnesis)
• Pada saat dianamnesis pasien tampak ketakutan, pasien mengeluh sulit tidur
karena merasa cemas dan gelisah. Pasien mengatakan pasien baru saja dipukuli
oleh bos pasien. Pasien mengaku diancam oleh bos pasien untuk mengembalikan
uang yang pasien merasa tidak pernah pinjam. Pasien dipukuli dan diturunkan
ditengah tol sehingga pasien berlindung ke rumah warga. Awalnya pasien
memang berhenti bekerja sebagai Honorer Satpol PP 2 tahun yang lalu, namun
merasa menyesal pasien ingin kembali bekerja sehingga pasien bicara dengan bos
pasien. Bos pasien yang dirasa memiliki perasaan terhadap pasien mengijinkan
pasien untuk tetap bekerja selama lebih dari 1,5 tahun secara illegal.
Riwayat Penyakit Sekarang
(Autoanamnesis)
• Tiga bulan yang lalu bos pasien pension sehingga pasien diharuskan untuk berhenti
bekerja juga. Pasien mengatakan sejak itu tidak pernah mau berhubungan dengan bos
pasien lagi, namun sejak 1 bulan yang lalu bos pasien mulai menghubungi pasien kembali
dengan alas an ingin meminta uang yang sudah diberikan kepada pasien. Sekitar 3 minggu
yang lalu bos pasien mendatangi rumah pasien untuk menyita STNK dan BPKB pasien.
Pasien mulai kebingungan tidak tahu apa yang harus dilakukan. Hari ini pasien dan kakak
pasien berusaha untuk negosiasi dengan bos pasien, pasien dan kakaknya pergi kerumah
bos nya untuk mengambil STNK dan BPKB mobil pasien. Kakak pasien hanya
mengantarkan saja, lalu pasien masuk mobil bos pasien. Pasien mengatakan disitu pasien
dipukuli dan diancam akan dibunuh dan pasien diturunkan ditengah jalan tol. Saat ini
pasien masih terbayang bayang ingat kejadian tersebut dan sesaat pasien berteriak teriak
jika teringat. Pasien tidak pernah merasa mendengar atau melihat sesuatu yang tidak
dilihat oleh orang lain. Pasien sempat terfikir untuk bunuh diri namun masih takut.
Riwayat Gangguan Sebelumnya
Riwayat Gangguan Psikiatri
Pasien tidak pernah dirawat di RS Jiwa ataupun memiliki gangguan
Psikiatri sebelumnya

Riwayat Gangguan Klinis


Rriwayat penyakit Hipertensi, DM, Riwayat trauma kepala, riwayat
kejang dan riwayat penyakit sistemik lainnya disangkal.

Riwayat Penggunaan Zat Psikoaktif ( NAPZA )


Riwayat konsumsi Rokok, Alkohol dan Obat obatan terlarang
disangkat
Riwayat Kehidupan Pribadi
Riwayat Prenatal dan Perinatal
Pasien merupakan anak kedua dari dua bersaudara
Pasien merupakan anak yang diinginkan, lahir normal dan cukup bulan

Riwayat Masa Anak Awal (0-3 tahun)


Pasien diasuh oleh kedua orang tuanya
Pertumbuhan dan perkembangan pasien normal sesuai anak seusianya]

Riwayat Masa Anak Pertengahan (4-11 tahun)


Tidak didapatkan data valid mengenai kemampuan sosialisasai disekolah pada pasien

Riwayat Masa Anak Akhir (pubertas sampai remaja)


Tidak didapatkan data yang valid mengenai hubungan sosial dengan teman sebaya pasien.
Riwayat Kehidupan Pribadi

Riwayat Masa Dewasa

Riwayat pekerjaan
Pasien sebelumnya bekerja sebagai Honorer Satpol PP
Riwayat perkawinan
Pasien belum pernah menikah
Riwayat agama
Pasien adalah seorang pemeluk agama Islam.
Riwayat Kehidupan Pribadi
Riwayat aktivitas sosial
Aktivitas pasien bersifat normal selama di rumah dan
dilingkungan
Situasi hidup sekarang
Pasien tinggal bersama kedua orangtuanya dan kakak
pasien
Riwayat psikoseksual
Pasien berpakaian dan bertingkah laku selayaknya
perempuan
Riwayat Penyakit Keluarga
• Gangguan psikiatri
• Dalam keluarga pasien tidak ada riwayat
kelainan psikiatri

• Gangguan medis
• Riwayat asma : disangkal
• Riwayat jatuh : disangkal
• Riwayat hipertensi :
disangkal
• Riwayat diabetes melitus : disangkal
• Riwayat kejang :
disangkal
This Photo by Unknown Author is licensed under CC BY-SA
Pohon Keluarga
PEMERIKSAAN FISIK
Status Internus
• Keadaan Umum: baik, kesan status gizi normoweight.
• Tanda vital :
• Tekanan Darah : 140/70 mmHg
• Frekuensi Nadi : 106 x/menit
• Frekuensi Pernapasan : 25 x/menit
• Suhu : 36,5 oC
• BB : 52 kg
• TB : 164 cm
Status Internus
• Kepala : normocephali
• Mata : conjungtiva anemis (-/-), sklera ikterik (-/-)
• Thoraks :
• Pulmo : suara napas vesikuler (+/+), wheezing (-/-), ronkhi (-/-)
• Cor : bunyi jantung I & II normal, reguler, bising (-)
• Abdomen : supel, bising usus (+)
• Ekstremitas : Terdapat luka memar dan luka lecet pada ekstremitas atas dan bawah
pasien
• Kesan : Terdapat peningkatan tekanan darah, takikardi, dan takipneu. Terdapat
luka memar dan luka lecet pada ekstremitas atas dan bawah pasien diduga akibat
kekerasan
Status Neurologi
• Fungsi kesadaran : GCS = 15 (E4V5M6)

• Fungsi luhur : baik

• Fungsi kognitif : baik

• Fungsi sensorik : baik

N N

N N

• Fungsi motorik : lemah anggota gerak kiri

• Kekuatan motorik Tonus otot

5 5 N N

5 5 N N

• Reflek fisiologis Reflek patologis

+2 +2 - -

+2 +2 - -

• Nervus cranialis : Tidak dilakukan


Status Mental
• Gambaran Umum
• Penampilan
• Seorang Perempuan, 35 tahun tampak
sesuai usianya, penampilan kurang
rapih, rambut berantakan
• Perilaku dan Aktivitas Psikomotor
• Hipoaktif, kontak mata ada namun
sulit dipertahankan
• Sikap Terhadap Pemeriksa
• Kurang Kooperatif. Saat ditanya,
pasien sedikit menjawab sesuai apa
yang ditanyakan pemeriksa
Status Mental
• Kesadaran
• Neurologis : Compos mentis, (GCS E4V5M6)
• Psikologis : Terganggu
• Sosial : Terganggu

• Pembicaraan
• Baik, Volume normal, artikulasi jelas dan dapat menjawab pertanyaan dokter., kualitas
cukup, kuantitas kurang

• Alam Perasaan
• Mood : Hypotim
• Afek : Tumpul, stabil, pengendalian cukup, ada empati, dalam, skala
diferensiasi sempit
Status Mental
• Gangguan Persepsi
• Halusinasi :.Tidak didapatkan
• Ilusi : Tidak didapatkan
• Depersonalisasi : Tidak didapatkan
• Derealisasi : Tidak didapatkan

• Proses Pikir
• Arus Pikir
• Kontinuitas : Inkoheren
• Produktivitas : Miskin ide
• Hendaya berbahasa : Tidak didapatkan
• Isi Pikir : Tidak didapatkan
• Bentuk : Realistik
Status Mental
• Kesadaran dan Kognisi
• Orientasi : Baik
• Daya Ingat : Baik
• Daya Konsentrasi dan Perhatian : Baik
• Kemampuan membaca dan menulis : Baik
• Kemampuan Menolong Diri Sendiri : Baik
• Tilikan
• Derajat V, pasien menyadari dirinya sakit tetapi tidak bisa menerapkan dalam mengatasinya.
• Taraf Dapat Dipercaya
• Pasien dapat dipercaya.
• Pengendalian Impuls : Baik
Status Mental
• Ikhtisar Penemuan Masalah
• Anamnesis :
• Pasien berhenti bekerja sejak 3 bulan yang
lalu
• Pasien dihubungi bos pasien untuk
mengembalikan uang yang sudah
diberikan dan bos pasien menyita STNK
dan BPKB pasien
• Pasien diancam dibunuh dan dipukuli bos
pasien
• Pasien langsung merasa sangat ketakutan,
cemas dan gelisah serta pasien juga masih
terbayang bayang atas kejadian tersebut
sehingga pasien merasa tidak aman
Status Mental
• Pemeriksaan Psikiatri :
• Perilaku dan aktivitas psikomotor : Hipoaktiff
• Kontak : Ada, Wajar, sulit dipertahakan
• Pembicaraan : inkoheren, kualitas cukup, kuantitas kurang
• Mood : Hipotim
• Ekspresi Afektif : Appropiate
• Gangguan persepsi : tidak ada
• Isi pikir : tidak ada
• Tilikan : V
• Taraf dapat dipercaya : dapat dipercaya
Status Mental
• Aksis I : Dari anamnesis dan pemeriksaan fisik diketahui Os mengalami gangguan sesaat
setelah pergi dengan bos pasien, pasien tidak pernah memiliki gangguan sebelumnya. Pasien
juga merasa gelisah, cemas ketakutan akibat pasien takut dengan ancaman bos pasien. Pada
pemeriksaan fisik status generalis ditemukan adanya peningkatan tekanan darah, takikardi dan
takipneu yang diduga oleh karena rasa takut pasien. Didapatkan juga luka memar dan luka
lecet pada ekstremitas.
• Aksis II : Berdasarkan anamnesis diketahui jika pasien tidak pernah putus sekolah dan bergaul
dengan teman sebayanya.
• Aksis III : Dari anamnesa, pemeriksaan fisik dan neurologis tidak ditemukan kelainan sehingga
aksis III tidak ada diagnosis
• Aksis IV : Dari anamnesa diketahui jika alasan utama Os tetap bekerja pada bos pasien adalah
agar dapat menghidupi pasien dan kedua orang tua pasien tersebut sehingga pasien memiliki
tuntutan untuk tetap bekerja
• Aksis V : Pada skala penilaian fungsi secara global, ditemukan hendaya sedang pada fungsi
sosial dan pekerjaan OS. GAF 60-51.
Daftar Masalah

• ORGANOBIOLOGIK : -
• PSIKOLOGIK :
• Adanya keluhan gelisah, cemas, takut, bingung, perasaan terancam sesudah kejadian yang
membuat pasien menangis dan terkadang berteriak teriak karena hal tersebut. Pasien
merasa dirinya bermasalah namun tidak tahu apa yang harus dilakukan
• SOSIAL/KELUARGA :
• Pasien merupakan anak kedua dari dua bersaudara. Ayah dan ibu pasien sudah pension
sehingga pasien harus bekerja untuk membantu menghidupi kedua orang tuanya. Saat ini,
pasien cukup sering bersosialisasi dengan tetangga dan teman-temannya.
Diagnosis
• DIAGNOSIS BANDING
• F43.1 Post Traumatic Disorder
• F41 Gangguan Panik

• DIAGNOSIS MULTIAKSIAL
• Axis I : F43.0 Reaksi Stress Akut
• Axis II : Belum ada diagnosa
• Axis III : Tidak ditemukan adanya kelainan
• Axis IV : Masalah Psikososial
• Axis V : GAF scale 60 (Gejala sementara dan dapat diatasi, hendaya ringan dalam
sosial, pekerjaan, sekolah)
Rencana Terapi
• Medikamentosa
• Lorazepam 1x1 mg
• Pasien dirawat inap

• Psikoterapi : Support terhadap penderita dan keluarga, meminta pasien berbicara


pada orang terdekat apabila merasa gelisah dan terdapat masalah. Keluarga
diminta mendampingi dan menjaga pasien dalam menyelesaikan masalah dengan
bos pasien.
• Rehabilitasi : Sesuai bakat dan minat pasien
Prognosis
• Premorbid :
• Riwayat dalam keluarga (tidak ada ) : baik
• Dukungan keluarga : baik
• Status sosial ekonomi (cukup) : baik
• Stressor (masalah pekerjaan ): jelek
• Kepribadia premorbid : baik

• Morbid :
• Onset usia (35 tahun ) : baik
• Jenis penyakit (gangguan terkait stree) : jelek
• Perjalanan penyakit (akut) : jelek
• Penyakit organik (tidak ada): baik
• Regresi (+) : baik
• Respon terapi : baik

• Ad Vitam : dubia ad bonam


• Ad Functionam : dubia
• Ad Sanationam : dubia
TINJAUAN PUSTAKA
DEFINISI
Reaksi Stres Akut (Acute Stress Disorder/ASD) adalah sebuah kondisi
psikologis yang timbul sebagai tanggapan terhadap stress fisik ataupun
mental yang luar biasa dan yang biasanya menghilang dalam beberapa
jam atau hari.
Epidemiologi

• Prevalensi seumur hidup gangguan stress akut sebesar 8%


sementara 5-15% mengalami bentuk subklinis.
• Pada kelompok yang pernah mengalami trauma sebelumnya,
prevalensinya antara 5-75%.
• Wanita memiliki risiko yang lebih tinggi (10-12%)
dibandingkan pria (5-6%) pada kelompok usia dewasa muda.
Etiologi

Stressor dapat berupa pengalaman traumatik yang luar biasa


yang meliputi ancaman serius terhadap keamanan atau
integritas fisik dari individu atau orang orang yang dicintai (
misalnya bencana alam katastrofik, kecelakaan, peperangan,
serangan tindakan kriminnal, perkosaan), atau perubahan
mendadak yang tidak biasa dan perubahan yang mengancam
kedudukan sosial dan/atau jaringan relasi yang bersangkutan
seperti kedukaan yang bertubi tubi atau kebakaran.
Faktor Risiko
• Adanya trauma masa anak-anak
• Sifat gangguan kepribadian ambang, paranoid, dependen, atau anti sosial
• Sistem pendukung yang tidak adekuat
• Kerentanan konstitusional genetika pada penyakit psikiatrik
• Perubahan hidup penuh stress yang baru terjadi
• Persepsi lokus kontrol eksternal
• Penggunaan alkohol, walaupun belum sampai taraf ketergantungan
Manifestasi Klinis
• Gejala menunjukkan variasi yang besar, tetapi biasanya mereka menyertakan
sebuah keadaan awal dari "linglung", dengan beberapa penyempitan bidang
kesadaran dan penyempitan perhatian, ketidakmampuan untuk memahami
rangsangan, dan disorientasi.
• Keadaan ini dapat diikuti baik oleh penarikan lebih lanjut dari situasi sekitarnya,
atau dengan agitasi dan overeaktifitas.
• Tanda-tanda panik otonom kecemasan (takikardia, berkeringat, kemerahan) yang
umumnya hadir. Gejala biasanya muncul dalam beberapa menit dari dampak dari
stres rangsangan atau aktivitas, dan menghilang dalam waktu 2-3 hari (seringkali
dalam beberapa jam).
• Amnesia sebagian atau lengkap untuk episode mungkin ada.
DIAGNOSIS
PPDGJ III
• Harus ada kaitan waktu kejadian yang jelas antara terjadinya pengalaman stresor luar
biasa (fisik atau mental) dengan onset dari gejala, biasanya setelah beberapa menit atau
segera setelah kejadian.
• Selain itu ditemukan gejala-gejala :
• Terdapat gambaran gejala campuran yang biasanya berubah-ubah; selain gejala permulaan berupa
keadaan terpaku (daze), semua hal berikut dapat terlihat : depresi, ansietas, kemarahan, kecewa,
overaktif, dan penarikan diri. Akan tetapi tidak satupun dari gejala tersebut yang mendominasi
gambaran klinisnya untuk waktu yang lama.
• Pada kasus-kasus yang dapat dialihkan dari lingkup stresornya, gejala dapat menghilang dengan
cepat (dalam beberapa jam); dalam hal di mana stres menjadi berkelanjutan atau tidak dapat
dialihkan, gejala-gejala biasanya baru mereda setelah 24-48 jam dan biasanya hampir menghilang
setelah 3 hari.
• Diagnosis ini tidak boleh digunakan untuk keadaan kambuhan mendadak dari gejala-
gejala pada individu yang sudah menunjukkan gangguan psikiatrik lainnya.
• Kerentanan individual dan kemampuan menyesuaikan diri memegang peranan dalam
terjadinya atau beratnya suatu gangguan stres akut.
DSM IV
• Orang telah terpapar dengan suatu kejadian traumatik dimana kedua dari berikut ini ditemukan:
• Orang mengalami, menyaksikan, atau dihadapkan dengan suatu kejadian atau kejadian-kejadian yang berupa ancaman
kematian atau kematian yang sesungguhnya atau cedera yang serius, atau ancaman kepada integritas diri atau orang lain.
• Respon orang tersebut berupa rasa takut yang kuat, rasa tidak berdaya atau horor.

• Salah satu selama mengalami atau setelah mengalami kejadian yang menakutkan, individu tiga (atau
lebih) gejala disosiatif berikut :
• perasaan subyektif kaku, terlepas, atau tidak ada responsivitas emosi.
• penurunan kesadaran terhadap sekelilingnya (misalnya, berada dalam keadaan tidak sadar)
• derealisasi
• depersonalisasi
• amnesia disosiatif (yaitu, ketidakmampuan untuk mengingat aspek penting dari trauma)

• Kejadian traumatik secara menetap dialami kembali sekurangnya satu cara berikut: bayangan, pikiran,
mimpi, ilusi, episode kilas balik yang rekuren, atau suatu perasaan hidupnya kembali pengalaman atau
penderitaan saat terpapar dengna pengingat kejadian traumatik.
• Penghindaran jelas terhadap stimuli yang menyadarkan rekoleksi trauma (misalnya, pikiran, perasaan,
percakapan, aktivitas, tempat, orang).
DSM IV
• Gejala kecemasan yang nyata atau pengingat kesadaran (misalnya, sulit tidur, iritabilias,
konsentrasi buruk, kewaspadaan berlebihan, respon kejut yang berlebihan, dan
kegelisahan motorik).
• Gangguan menyebabkan penderitaan yang bermakna secara klinis atau gangguan dalam
fungsi sosial, pekerjaan atau fungsi penting lain, menganggu kemampuan individu untuk
mengerjakan tugas yang diperlukan, seperti meminta bantuan yang diperlukan atau
menggerakan kemampuan pribadi dengan menceritakan kepada anggota keluarga
tentang pengalaman traumatik.
• Gangguan berlangsung selama minimal 2 hari dan maksimal 4 minggu dan terjadi dalam 4
minggu setelah traumatik
• Gangguan tidak disebabkan karena efek fisiologis langsung dari suatu zat (misalnya, obat
yang disalahgunakan, medikasi) atau kondisi medis umum, tidak lebih baik diterangkan
oleh gangguan psikotik singkat dan tidak semata-mata suatu eksaserbasi gangguan Aksis I
atau Aksis II dan telah ada sebelumnya.
Diagnosis Banding
PTSD Gangguan Panik
• Pada PTSD, pasien harus mengalami suatu • Gangguan panik adalah ditandai dengan
stress emosional yang besar yang bersifat terjadinya serangan panik yang spontan dan
traumatik bagi setiap orang. tidak diperkirakan.
• PTSD terdiri dari pengalaman kembali trauma • Gangguan panik ini sering disertai dengan
melalui mimpi dan pikiran yang membangunkan adanya agoraphobia yaitu ketakutan berada
(waking through), penghindaran yang persisten sendirian di tempat-tempat publik.
oleh penderita terhadap trauma dan
penumpulan responsivitas pada penderita • Pasien ini dibawa berobat ke rumah sakit
tersebut, kesadaran berlebihan (hyperarousal) dengan keluhan berteriak-teriak ketakutan serta
yang persisten. berguling-guling di lantai tempat kerjanya
sehingga hal ini mendukung adanya suatu
• Menurut DSM-IV perbedaan antara gangguan serangan panic yang spontan. Selain itu, pasien
stress akut dengan PTSD adalah lamanya gejala juga menghindari tempat-tempat umum atau
berlangsung yaitu pada gangguan stress akut transportasi umum.
berlangsung 2 hari hingga 1 bulan sedangkan
pada PTSD berlangsung lebih dari 1 bulan.
Tatalaksana
• Gangguan ini dapat diatasi sendiri dengan waktu atau mungkin berkembang
menjadi gangguan yang lebih berat seperti PTSD. Obat dapat digunakan untuk
jangka waktu yang sangat singkat (sampai empat minggu) Obat yang diberikan
bisa berupa benzodiazepine untuk menenangkan seperti lorazepam dan diazepam
• Sejumlah penelitian telah dilakukan untuk menilai efektivitas konseling dan
psikoterapi bagi orang-orang dengan ASD. Terapi perilaku kognitif yang
mencakup eksposur dan restrukturisasi kognitif ternyata efektif dalam mencegah
PTSD pada pasien yang didiagnosis dengan klinis ASD dengan hasil yang
signifikan pada 6 bulan follow-up. Kombinasi relaksasi, restrukturisasi kognitif,
imaginal eksposur dan vivo eksposur lebih unggul untuk mendukung konseling.
Prognosis
• Prognosis untuk gangguan ini sangat baik. Jika berkembang ke gangguan lain
(biasanya PTSD), tingkat keberhasilan dapat bervariasi sesuai dengan spesifikasi
yang terjadi pada gangguan
TERIMAKASIH :)

Anda mungkin juga menyukai