Oleh:
Tanggal,........................2021
Mengetahui,
Dosen Penanggung Jawab Stase
NIDN : 0307039201
LEMBAR PENGESAHAN
SEMINAR KASUS
Oleh:
Tanggal,.............................2021
Menyetujui,
…………………………. …………………..
Agus Santi Br. G., S.ST, M.Kes. Fanni Hanifa, S.ST, M.Keb
NIDN NIDN
Mengesahkan,
Dosen Penanggung Jawab Stase
Segala puji bagi Allah SWT, karena atas kasih sayang dan kuasa-Nya
Pada Ny. S P1A0 Postpartum 3 Hari Dengan Bendungan ASI Di PMB Ny. Yuni
pada waktunya.
berbagai pihak, oleh karena itu, penulis mengucapkan terima kasih yang setinggi-
tingginya kepada :
1. Drs. H. Jacub Chatib, selaku Ketua Yayasan Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan
Indonesia Maju.
3. Astrid Novita, SKM., MKM, selaku Ketua Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan
4. Susaldi, S.ST., M.Biomed selaku Wakil Ketua I Bid. Akademik & Inovasi
5. Dr. Rindu, SKM., M.Kes selaku Wakil Ketua II Bid. Sumber Daya &
6. Nur Rizky Ramadhani, SKM., M.Epid selaku Wakil Ketua III Bid.
iv
8. Retno Sugesti, S.ST., M.Kes, selaku Koordinator Program Studi Kebidanan
9. Ernita Prima Noviyani, S.ST, M.Kes selaku penguji yang telah memberikan
10. Gina Farida Hidayat, S.Tr.Keb selaku CI lapangan yang telah memberikan
11. Shinta Mona Lisca, S.ST., MKM, selaku dosen pembimbing kelompok yang
12. Seluruh Dosen dan Staf Pengajar Program Studi Sarjana Terapan Kebidanan
untuk itu penulis mengharapkan kritikan dan saran untuk perbaikan ke depannya.
Penulis
v
DAFTAR ISI
Halaman
LEMBAR PERSETUJUAN........................................................................... ii
LEMBAR PENGESAHAN............................................................................ iii
KATA PENGANTAR.................................................................................... iv
DAFTAR ISI................................................................................................... vi
DAFTAR TABEL .......................................................................................... vii
DAFTAR GAMBAR ..................................................................................... viii
BAB I PENDAHULUAN........................................................................... 1
1.1 Latar Belakang.......................................................................... 1
..............................................................................................
1.2 Tujuan....................................................................................... 4
..............................................................................................
1.3 Manfaat..................................................................................... 5
BAB V PENUTUP
A. Simpulan...................................................................................... 40
vi
B. Saran............................................................................................ 41
.....................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
vii
DAFTAR TABEL
Halaman
vii
DAFTAR GAMBAR
Halaman
viii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Masa nifas atau masa puerperium adalah masa setelah persalinan
selesai sampai 6 minggu atau 42 hari. Selama masa nifas, organ reproduksi
secara perlahan akan mengalami perubahan seperti keadaan sebelum hamil.
Perubahan organ reproduksi ini disebut involusi. Menyusui merupakan suatu
cara yang tidak ada duanya dalam memberikan makanan yang ideal bagi
pertumbuhan dan perkembangan bayi yang sehat. Selain itu, mempunyai
pengaruh biologis serta kejiwaan yang unik terhadap kesehatan ibu dan bayi.
Zat-zat anti infeksi yang terkandung dalam ASI membantu melindungi bayi
terhadap penyakit. (Maritalia, 2014) (1)
Akan tetapi, menyusui tidak selamanya dapat berjalan dengan normal,
tidak sedikit ibu-ibu mengeluh seperti adanya pembengkakan payudara akibat
penumpukan ASI, karena pengeluaran ASI tidak lancar atau pengisapan oleh
bayi . Pembengkakan ini akan mengakibatkan rasa nyeri pada ibu bahkan
tidak jarang ibu merasa demam, oleh karena itu para ibu dianjurkan untuk
melakukan perawatan payudara agar tidak terjadi komplikasi seperti
bendungan ASI. Kejadian bendungan ASI yang disebabkan oleh pengeluaran
air susu yang tidak lancar, karena bayi tidak cukup sering menyusu pada ibu
nya. Gangguan ini dapat menjadi lebih parah apabila ibu jarang menyusukan
bayinya, akibatnya bayi tidak mendapatkan ASI secara eksklusif dan apabila
tidak segera di tangani maka akan menyebabkan bendungan ASI pada
Payudara. Bendungan ASI dapat terjadi karena penyempitan duktus laktoferi
atau oleh kelenjar-kelenjar tidak dikosongkan dengan sempurna atau karena
kelainan pada puting susu sehingga terjadinya pembengkakan pada payudara
karena peningkatan aliran vena dan limfe sehingga menyebabkan bendungan
ASI dan rasa nyeri disertai kenaikan suhu badan. (Heryani, 2012)(2)
Pada tahun 2014 di Amerika Serikat persentase perempuan menyusui
yang mengalami bendungan ASI rata-rata sebanyak 8242 (87,05%) dari
12.765 ibu nifas, pada tahun 2015 ibu yang mengalami bendungan ASI
1
sebanyak 7198 (66,87%) dari 10.764 ibu nifas dan pada tahun 2016 terdapat
ibu yang mengalami bendungan ASI sebanyak 6543 (66,34%) dari 9.862 ibu
nifas.(WHO, 2017) (3) Menurut data Association of Southeast Asian Nations
(ASEAN) pada tahun 2014 disimpulkan bahwa presentase cakupan kasus
bendungan ASI pada ibu nifas di 10 negara yaitu Indonesia, Thailand,
Malaysia, Singapura, Filipina, Brunei Darussalam, Vietnam, Laos, Myanmar
dan Kamboja tercatat 107.654 ibu nifas, pada tahun 2015 terdapat ibu nifas
yang mengalami bendungan ASI sebanyak 95.698 (66,87%) ibu nifas, serta
pada tahun 2016 ibu yang mengalami bendungan ASI sebanyak 76.543
(71,10%) dengan angka tertinggi terjadi di Indonesia (37, 12 %).(Depkes RI,
2017)(4)
Menurut Data Survey Demografi dan Kesehatan Indonesia tahun 2015
menyebutkan bahwa terdapat ibu nifas yang mengalami Bendungan ASI
sebanyak 77.231 atau (37, 12 %) ibu nifas. (Depkes R, 2012). (5)
Menurut
penelitian Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan RI pada tahun
2018 kejadian bendungan ASI di Indonesia terbanyak terjadi pada ibu-ibu
bekerja sebanyak 16% dari ibu menyusui (Kemenkes, 2019).(6) Survei Sosial
Ekonomi Daerah (Suseda) Provinsi Jawa Barat tahun 2009 kejadian
bendungan ASI pada ibu menyusui di Jawa Barat yaitu, 1-3% (1-3 kejadian
dari 100 ibu menyusui) terjadi diperkotaan dan 2-13% (2-13 kejadian dari
100 ibu menyususi) terjadi di pedesaan. Sedangkan pada tahun 2016 hampir
52% ibu menyusui mengalami kejadian bendungan ASI (Dinkes Jawa Barat,
2016).(7) Angka Kejadian Bendungan ASI di Kabupaten Cianjur pada masa
nifas sebanyak 7.375 (17.44%) dari 42.272 ibu nifas. (Dinkes Cianjur, 2019)
(8)
Berdasarkan data yang didapat di PMB Bidan Yuni dari bulan April-Mei
2021 didapatkan 25 ibu nifas. Dari 25 orang tersebut sebanyak 5 orang
(20%) mengalami bendungan ASI. (PMB Yuni, 2021)(9)
Penyebab terjadi bendungan ASI karena beberapa faktor diantaranya
yaitu teknik yang salah dalam menyusui, putting susu tenggelam, bayi tidak
dapat menghisap puting dan areola, ibu yang tidak menyusukan bayinya
sesering mungkin atau bayi yang tidak aktif menghisap. Diantara beberapa
6
penyebab faktor penyebab diatas jika tidak segera ditangani akan berakibat ke
mastitis. Pelekatan yang benar merupakan salah satu kunci keberhasilan bayi
menyusu pada payudara ibu. Bila payudara lecet, bisa jadi pertanda pelekatan
bayi saat menyusu tidak baik. Umumnya ibu akan memperbaiki posisi
pelekatan dengan melepaskan mulut bayi saat menyusu dan memnempelkan
kembali. Bendungan ASI juga dapat terjadi dikarenakan faktor frekuensi
pemberian ASI yang tida teratur. Novalita (2019) dalam penelitiannya
mengatakan bahwa faktor frekuensi, kondisi putting, perlekatan menyusui,
posisi menyusui dan perawatan payudara ASI mempunyai hubungan dengan
terjadinya bendungan ASI pada ibu nifas. (Novalita, 2019) (10)
Dampak bendungan ASI yaitu statis pada pembuluh darah limfe akan
mengakibatkan tekanan intraduktal yang mempengaruhi berbagai segmen
pada payudara, sehingga tekanan seluruh payudara meningkat, akibatnya
payudara sering terasa penuh, tegang, dan nyeri walaupun tidak disertai
dengan demam. Terlihat kadang payudara lebih lebar sehingga sukar dihisap
oleh bayi. Akibatnya bayi akan kurang minum atau dehidrasi yang
menyebabkan kulit atau bibir kering, jarang buang air kecil, mata cekung,
nafas cepat, lesu dan mengantuk. Bendungan ASI yang tidak disusukan
secara adekuat akhirnya terjadi mastitis (Manuaba, 2010)(11)
Upaya dalam mengantisipasi terjadinya bendungan ASI dengan
perawatan payudara dan menyusukan segera setelah persalinan karena apabila
tidak disusukan dengan baik atau tidak dikosongkan dengan sempurna maka
akan terjadi bendungan ASI. (Dewi, dkk, 2013) (12) Dalam hal ini tentunya
bidan memiliki peranan yang penting dalam pemberian asuhan postpartum.
Adapun peran dan tanggung jawab bidan dalam masa nifas yaitu mendorong
ibu untuk menyusui bayinya secara on demand selama kurang lebih dua tahun
agar meningkatkan rasa nyaman serta tali kasih dan mencegah terjadinya
bendungan asi yang bisa menimbulkan bahaya bagi ibu.(Marni, 2011)(13)
Bidan harus melakukan asuhan sedini mungkin sebagai wujud deteksi dini
terhadap komplikasi-komplikasi yang mungkin terjadi. Oleh sebab itu penulis
tertarik mengambil studi kasus Kebidanan dengan judul “Asuhan Kebidanan
7
Pada Ny.S P1A0 Postpartum 3 Hari Dengan Bendungan ASI Di PMB Ny.
Yuni Desa Sukataris Kec. Karangtengah Kabupaten Cianjur Tahun 2021.”
1.2 Tujuan
1.2.1 Tujuan Umum
Diharapkan mahasiswa memperoleh pengalaman nyata dan
mampu melaksanakan asuhan kebidanan masa nifas pada Ny. S P 1A0
Postpartum 3 Hari Dengan Bendungan ASI di PMB Ny. Yuni Desa
Sukataris Kecamatan Karangtengah Kabupaten Cianjur Tahun 2021.
1.2.2 Tujuan Khusus
a. Mahasiswa mampu mengumpulkan data subjektif melalui
anamnesa pada Ny. S P1A0 Postpartum 3 Hari Dengan Bendungan
ASI di PMB Ny. Yuni Desa Sukataris Kecamatan Karangtengah
Kabupaten Cianjur Tahun 2021.
b. Mampu mengumpulkan data objektif melalui pemeriksaan fisik dan
penunjang pada Ny. S P1A0 Postpartum 3 Hari Dengan Bendungan
ASI di PMB Ny. Yuni Desa Sukataris Kecamatan Karangtengah
Kabupaten Cianjur Tahun 2021.
c. Mahasiswa mampu menegakkan analisis data berdasarkan data
subjektif dan objektif pada Ny. S P1A0 Postpartum 3 Hari Dengan
Bendungan ASI di PMB Ny. Yuni Desa Sukataris Kecamatan
Karangtengah Kabupaten Cianjur Tahun 2021.
d. Mahasiswa mampu melakukan perencanaan, penatalaksanaan serta
evaluasi kasus pada Ny. S P1A0 Postpartum 3 Hari Dengan
Bendungan ASI di PMB Ny. Yuni Desa Sukataris Kecamatan
Karangtengah Kabupaten Cianjur Tahun 2021.
8
1.3 Manfaat
1.3.1 Manfaat Teoritis
Memperluas dan memperkaya pengetahuan, pengalaman serta
keterampilan dalam melaksanakan asuhan kebidanan, menyusun dan
melakukan studi kasusyang menerapkan teori-teori secara utuh dan
menyeluruh.
1.3.2 Manfaat Praktis
a. Klien
Klien mendapatkan asuhan yang terencana, aman dan
nyaman serta terencana selama berlangsungnya asuhan kebidanan
b. Institusi Pendidikan
Laporan studi kasus ini dapat memberikan informasi bagi
pembaca, memperluas pengetahuan dan menunjang proses
pembelajaran sebagai referensi untuk pengembangan dan
kemajuan studi kasus selanjutnya
c. PMB
Sebagai acuan untuk senantiasa meningkatkan dan menjaga
kualitas mutu pelayanan kesehatan sesuai dengan standar yang
telah ditetapkan.
9
BAB II
TINJAUAN TEORI
10
7
2.2.1 Pengertian
Bendungan ASI adalah peningkatan aliran vena dan limfe pada
payudara dalam rangka mempersiapkan diri untuk laktasi. Hal ini bukan
disebabkan overdistensi dari Saluran Sistem laktasi. Bendungan terjadi
akibat bendungan berlebihan pada limfatik dan vena Sebelum laktasi.
ASI merupakan makanan terbaik untuk bayi. ASI memiliki kandungan
yang baik yang tidak terdapat dalam susu formula. Komposisi ASI
selalu berubah sesuai dengan kebutuhan bayi prematur maupun bayi
yang cukup bulan sehingga bayi yang diberi ASI akan memiliki status
gizi yang lebih baik jika dibandingkan dengan yang diberi susu formula
maupun makanan tambahan lain. ASI memberikan gizi yang paling
baik sesuai dengan kebutuhan bayi, melindungi dari berbagai infeksi,
memberikan hubungan kasih sayang yang mendukung semua aspek
perkembangan bayi, termasuk kesehatan dan kecerdasan bayi. (Saleha,
2013)(19)
Bendungan Air Susu Ibu adalah terjadinya pembengkakan pada
payudara karena peningkatan aliran vena dan limfe sehingga
menyebabkan bendungan ASI dan rasa nyeri di sertai kenaikan suhu
badan .(Rukiyah dan Yeyeh)(17) Cara paling aman agar payudara tidak
membengkak adalah dengan menyusukan bayi segera setelah lahir. Jika
payudara masih terasa berat, maka keluarkan ASI dengan cara manual
atau menggunakan pompa. Perlunya perawatan pasca melahirkan
sebelum menyusui agar payudara tidak lembek serta mudah ditangkap
oleh bayi.(Walyahi, 2015)(20)
2.2.2 Etiologi
Payudara bengkak disebabkan karena menyusui yang tidak
kontinyu, sehingga sisa ASI terkumpulan pada daerah duktus.Hal ini
dapat terjadi pada hari ke tiga setelah melahirkan. Selain itu,
penggunaan bra yang ketat serta keadaan puting susu yang tidak
bersih dapat menyebabkan sumbatan pada duktus. (Prawirohardjo,
2016)(13) Bendungan ASI biasanya terjadi pada payudara ibu yang
18
minyak tadi.
(3) Penonjolan puting susu yaitu:
(a)Puting susu cukup di tarik sebanyak 20 kali.
(b)Dirangsang dengan menggunakan ujung waslap
(c)Memakai pompa puting susu.
(4) Pengurutan payudara:
(a) Telapak tangan petugas diberi baby oil kemudian
diratakan.
(b) Sokong payudara kiri dengan tangan kiri,
lakukan gerakan kecil dengan dua atau tiga jari
dengan tangan kanan, mulai dari pangkal
payudara berakhir dengan gerakan spiral pada
daerah puting susu.
(c) Buatlah gerakan memutar sambil menekan dari
pangkal payudara dan berakhir pada puting susu
diseluruh bagian payudara (lakukan gerakan
seperti ini pada payudara kanan).
(d) Kedua telapak tangan diantara kedua payudara,
urutlah dari atas sambil mengangkat kedua
payudara dan lepaskan keduanya perlahan.
Lakukan gerakan ini kurang lebih 30 kali.
(e) Sangga payudara dengan satu tangan, sedangkan
tangan lainnya mengurut payudara dengan sisi
kelingking dari arah pangkal payudara ke arah
puting susu. Lakuakan gerakan ini sekitar 30 kali.
(f) Merangsang payudara dengan air hangat dan
dingin secara bergantian.
(g) Setelah itu usahakan menggunakan BH yang
longgar atau khusus, yang dapat menopang
payudara.
Gambar 2.1 Cara Perawatan Payudara
23
A. DATA SUBYEKTIF
BIODATA
Nama : Ny. S Nama Suami : Tn. I
Umur : 28 tahun Umur : 34
Suku/kebangsaan : Sunda Suku/kebangsaan : Sunda
Agama : Islam Agama : Islam
Pendidikan : SMA Pendidikan : SMA
Pekerjaan : IRT Pekerjaan : Buruh
Alamat rumah : Jl. Baros Kulon
Telp :-
1. Keluhan Utama : Ibu mengatakan payudara sebelah kanan bengkak
sedikit nyeri apabila ditekan menggunakan tangan
2. Riwayat Persalinan
a. Tempat melahirkan : PMB
b. Ditolong oleh : Bidan
c. Jenis persalinan : Spontan
d. Lama persalinan
- DipimpinMeneran : 23 menit
- Kala I : 3 jam 45 menit
- Kala II : 23 menit
- Kala III : 5 menit
e. Ketuban pecah pukul : 22.00 WIB
f. Amniotomi : Tidak (spontan)
g. Banyak air ketuban : 550 cc
h. Komplikasi dalam persalinan : Tidak ada
i. Plasenta
- Lahir spontan : Ya
- Dilahirkan dengan indikasi : Ya Lengkap, ukuran : Normal
- Kelainan : Tidak ada
- Panjang talipusat : Normal
25
26
B. DATA OBYEKTIF
1. Pemeriksaan Umum
a. Keadaan umum : Baik
b. Keadaan emosional : Stabil
2. PemeriksaanFisik
a. Payudara
- Pengeluaran : Ada ASI
- Puting susu : Tenggelam sebelah kanan
- Benjolan : Bengkak sebelah kanan
- Konsistensi : Cair
- Nyeri tekan : Ada sebelah kanan
b. Uterus
- TFU : Pertengahan pusat-sympisis
- Konsistensi uterus : Bulat dan keras
- Kontraksi uterus : Baik
- Posisi uterus : Normal
c. Pengeluaran lochea
- Warna : Rubra
- Bau : Khas
- Jumlah : Normal
- Konsistensi : Encer dan sedikit menggumpal
d. Perineum : Utuh
e. Kandung kemih : Kosong
f. Ekstremitas
- Oedema : Tidak ada
- Kemerahan : Tidak ada
- Tanda Homan : Tidak ada
3. PemeriksaanPenunjang
- HB : Tidak dilakukan
- Protein urin : Tidak dilakukan
- Glukosa urin : Tidak dilakukan
- Golongan darah : Tidak dilakukan
C. ANALISA
1. Diagnosa : P1A0 Postpartum 3 Hari Dengan Bendungan ASI
2. Diagnosa Potensial : Mastitis
3. Masalah : Putting tenggelam
4. Kebutuhan :
a. Penyuluhan tentang perawatan payudara dan teknik menyusui yang
baik
b. Breasct Care
28
D. PENATALAKSANAAN
1. Memberitahukan ibu dan keluarga hasil pemeriksaan yang didapatkan
bahwa kondisi umum ibu baik namun ada sedikit masalah dengan
payudara ibu sehingga ibu mengalami bendungan ASI.
Evaluasi : Ibu mengerti dengan kondisinya saat ini
2. Memberitahu ibu bahwa penyebab bendungan ASI yang ibu rasakan saat
ini disebabkan karena ibu tidak menyusukan bayinya dengan payudara
sebelah kanan sehingga terjadi bendungan ASI. Selain itu faktor
penyebab lain disebabkan karena frekeunsi pemberian ASI, kondisi
putting, perlekatan menyusui, dan posisi menyusui
Evaluasi : Ibu mengerti dengan apa yang disampaikan petugas dan
mengatakan bahwa ibu kesulitan menyusui bayinya
sebelah kanan karena kondisi puttingnya tenggelam jadi
ibu memberikan ASInya hanya di sebelah kiri.
3. Menjelaskan kepada ibu bahwa dampak dari bendungan ASI apabila
dibiarakan akan membuat ibu tidak nyaman karena tegang dan nyeri.
Apabila dibiarkan tentunya bisa menyebabkan peradangan atau mastitis.
Evaluasi : Ibu mengerti dengan apa yang dijelaskan petugas dan
bersedia dilakukan tindakan untuk menangani
masalahnya
4. Menjelaskan kepada ibu bahwa ibu tidak perlu khawatir dengan kondisi
saat ini, karena hal ini bisa ditangani dengan cara ibu mengosongkan
payudara yang bengkak terlebih dahulu. Kemudian menjelaskan kepada
ibu cara perawatan payudara sehingga rasa nyeri yang ibu rasakan bisa
hilang.
Evaluasi : Ibu mengerti dengan apa yang disampaikan petugas dan
mau melakukan payudara dibantu oleh petugas
5. Memberitahu ibu terlebih dahulu langkah-langkah perawatan payudara
dan informed consent untuk dilakukannya tindakan perawatan payudara.
Evaluasi : Ibu mengerti dengan apa yang disampaikan petugas dan
bersedia dilakukan perawatan payudara
6. Menyiapkan alat dan melakukan tindakan payudara dengan
memperhatikan lingkungan dan ruangan agar ibu nyaman.
Evaluasi : Payudara ibu sebelah kanan sudah dikosongkan, dan ibu
merasa nyaman setelah dilakukan perawatan payudara
7. Membereskan alat yang sudah dipakai dan membantu ibu kembali untuk
mengenakan pakaiannya kembali.
Evaluasi : Alat sudah dibereskan dan ibu sudah menggunakan
pakaian
29
(Yuni Cahyani)
31
Kunjungan Ke-2
No. Registrasi : 0018/06-2021
Tanggal Pengkajian : 01 Juni 2021
Waktu Pengkajian : 07.00 WIB
TempatPengkajian : Rumah Ny. S
Pengkaji : Yuni Cahyani
A. DATA SUBYEKTIF
1. Keluhan Utama : Ibu mengatakan payudaranya masih sedikit bengak
tetapi tidak sesakit sebelumnya. Ibu mengatakan
tidak khawatir dengan kondisinya saat ini karena
sudah bisa menangani dengan baik
B. DATA OBYEKTIF
1. Pemeriksaan Umum
a. Keadaan umum : Baik
b. Keadaan emosional : Stabil
c. Tanda – tanda vital :
- Tekanandarah : 110/70 mmHg
- Nadi : 80 x/i
- Suhu tubuh : 36.6 oC
- Pernapasan : 22 x/i
2. PemeriksaanFisik
a. Payudara
- Pengeluaran : Ada ASI
- Puting susu : Tenggelam sebelah kanan
- Benjolan : Bengkak sebelah kanan
- Konsistensi : Cair
b. Uterus
- TFU : 3 jari diatas sympisis
- Konsistensi uterus : Bulat dan keras
- Kontraksi uterus : Baik
- Posisi uterus : Normal
c. Pengeluaran lochea
- Warna : Sanguinolenta
- Bau : Khas
32
- Jumlah : Normal
- Konsistensi : Encer dan sedikit menggumpal
d. Perineum : Utuh
e. Kandung kemih : Kosong
f. Ekstremitas
- Oedema : Tidak ada
- Kemerahan : Tidak ada
- Tanda Homan : Tidak ada
3. Pemeriksaan Penunjang
- HB : Tidak dilakukan
- Protein urin : Tidak dilakukan
- Glukosa urin : Tidak dilakukan
- Golongan darah : Tidak dilakukan
C. ANALISA
1. Diagnosa : P1A0 Postpartum 6 Hari Dengan Bendungan ASI
2. Diagnosa Potensial : Mastitis
3. Masalah : Tidak ada
4. Kebutuhan :
a. Penyuluhan kembali terkait Breasct Care
D. PENATALAKSANAAN
1. Memberitahukan ibu dan keluarga hasil pemeriksaan yang didapatkan
bahwa kondisi umum ibu baik dan kondisi payudara mulai membaik
walaupun masih sedikit bengkak disebabkan karena ibu belum menyusui
bayinya kembali.
Evaluasi : Ibu sudah mengerti dengan kondisinya saat ini dan tidak
khawatir lagi
2. Mengingatkan kembali ibu untuk menyusukan payudara secara bergiliran
sehingga payudara yang lain tidak bengkak dan susukan bayinya sesering
mungkin.
Evaluasi : Ibu mengerti dengan apa yang disampaikan oleh petugas
dan sudah memberikan ASI nya sesering mungkin
3. Mengingatkan kembali ibu terkait perawatan payudara dan manfaatnya,
kemudian mengingatkan ibu teknik menyusui yang benar yaitu dengan
menyanggah payudara ibu dari pangkal payudara, mengeluarkan ASI dan
sedikit oleskan pada puting susu untuk melembabkan puting agar tidak
lecet, kemudian tempelkan puting susu pada pipi bayi, biarkan bayi
mencari puting dan masukan putting susu ibu kedalam mulut bayi
hingga daerah areola ibu tertutupi mulut bayi. Badan bayi harus
33
menghadap ke badan ibu agar bayi tidak sakit badan. Biarkan bayi
menyusu dengan puas.
Evaluasi : Ibu mengerti dengan apa yang disampaikan oleh petugas
dan sudah melakukan apa yang dianjurkan petugas
4. Menjelaskan kembali tanda-tanda bahaya post partum seperti demam
tinggi, perdarahan yang banyak, sakit kepala yang hebat, bendungan
pada ASI/bengkak pada payudara, bila ibu menemukan salah satu tanda
dan gejala yang sudah disebutkan, ibu atau suami harus segera
memberitahu atau menghubungi petugas kesehatan.
Evaluasi : Ibu mengerti dengan apa yang disampaikan oleh petugas
5. Memberitahu kembali ibu tentang makanan yang harus dikonsumsi, hal
ini penting untuk pemulihan ibu. Seperti sayuran, ikan, buah-buahan, dan
beritahu ibu agar jangan ada pantangan makanan.
Evaluasi : Setiap hari ibu suka mengkonsumsi sayuran yang
berbeda-beda tiap harinya seperti bayam, daun katuk dan
wortel dan ibu juga tidak memantang makanan yang
dikonsumsi.
6. Mengingatkan kembali ibu untuk mengkonsumsi tablet penambah darah
yang sudah diberikan setelah melahirkan.
Evaluasi : Ibu setiap hari mengkonsumi tablet penambah darah
setelah makan dengan menggunakan air putih dikonsumsi
saat malam hari.
7. Menjadwalkan untuk pemeriksaan ulang ibu saat hari ke-14.
Evaluasi : Ibu bersedia dilakukan kunjungan ulang oleh bidan
8. Melakukan Pendokumentasian
Evaluasi : Pendokumentasian sudah dilakukan
(Yuni Cahyani)
BAB IV
PEMBAHASAN
36
37
dapat menghisap puting dan areola, ibu yang tidak menyusukan bayinya
sesering mungkin atau bayi yang tidak aktif menghisap. Diantara beberapa
penyebab faktor penyebab diatas jika tidak segera ditangani akan berakibat ke
mastitis. Pelekatan yang benar merupakan salah satu kunci keberhasilan bayi
menyusu pada payudara ibu. Bila payudara lecet, bisa jadi pertanda pelekatan
bayi saat menyusu tidak baik. Umumnya ibu akan memperbaiki posisi
pelekatan dengan melepaskan mulut bayi saat menyusu dan memnempelkan
kembali. Bendungan ASI juga dapat terjadi dikarenakan faktor frekuensi
pemberian ASI yang tida teratur. Hal ini sesuai dengan penelitian Novalita
(2019) mengatakan bahwa faktor frekuensi, kondisi putting, perlekatan
menyusui, posisi menyusui dan perawatan payudara ASI mempunyai
hubungan dengan terjadinya bendungan ASI pada ibu nifas. (Novalita, 2019)
(10)
5.1 Simpulan
5.1.1 Berdasarkan referensi maka untuk melakukan pendekatan manajemen
asuhan kebidanan yang dimulai dengan mendapatkan data subjktif dari
tanda dan gejala, faktor penyebab berbagai referensi tentang ibu nifas
dengan bendungan ASI.
5.1.2 Berdasarkan referensi maka untuk melakukan pendekatan manajemen
asuhan kebidanan yang dimulai dengan mendapatkan data objektif dari
tanda dan gejala, faktor penyebab berbagai referensi tentang ibu nifas
dengan bendungan ASI. Dari referensi didapatkan bendungan asi
ditandai dengan mamae yang panas serta keras pada perabaan nyeri,
putting susu tenggelam sehingga sulit menyusu, kemerahan, suhu tubuh
sampai 380C. faktor penyebab yang didapatkan yaitu faktor dari ibu
maupun faktor dari bayi itu sendiri.
5.1.3 Untuk mengetahui diganosi bendungan asi berdasarkan hasil referensi
yang didapatkan yaitu melakukan pemeriksaan fisik. Masalah potensial
yang bisa terjadi pada bendungan asi berdasarkan referensi yaitu
mastitis dan abses payudara. Komplikasi tersebut dapat terjadi jika
pasien tidak mendapatkan penanganan yang tepat.
5.1.4 Rencana tindakan pada kasus ibu nifas dengan bendungan ASI yaitu
melakukan penyuluhan dan melakukan tindakan perawatan payudara
dan mengajarkan ibu teknik menyusui dengan baik dan benar. Tindakan
yang dilakukan pada pasien ibu nifas dengan bendungan ASI sesuai
dengan intervensi yaitu pemeriksaan tanda-tanda vital, pemeriksaaan
fisik. Tindakan evaluasi pada kasus ini untuk mengetahui keadaan
pasien dengan maksimal serta komplikasi-komplikasi yang mungkin
40
41
5.1.5 Terjadi dapat teratasi. Kondisi pasien baik dan tidak mengalami
komplikasi serta kembali normal.
5.2 Saran
5.2.1 Klien
Klien mendapatkan asuhan kebidanan pada ibu nifas sesuai dengan
kebutuhan ibu padasaat masa nifas.
5.2.2 Institusi Pendidikan
Memberikan informasi bagi pembaca, memperluas pengetahuan
dan menunjang proses pembelajaran sebagai referensi untuk
pengembangan dan kemajuan studi kasus selanjutnya sehingga lebih
efektif dalam mendiagnosis, pemberian tindakan dan penatalaksanaan
untuk pasien tersebut.
5.2.3 PMB
a. Dalam melakukan tugas sebagai bidan untuk memberikan tindakan
perlu diketahui rasional setiap tindakan yang diberikan klien dan
harus dengan persetujuan klien
b. Sebagai bidan dalam melakukan tindakan perlu membina
hubungan yang baik antara klien ataupun keluarga sehingga
tercapai tujuan yang diinginkan.
c. Bidan harus mampu mengambil suatu keputusan klinik untuk
menghindari keterlambatan dalam merujuk sehingga dapat
mencegah terjadinya komplikasi yang mengancam jiwa.
DAFTAR PUSTAKA