Anda di halaman 1dari 53

ASUHAN KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH PADA NY.

A
DENGAN MASALAH DIABETES MELITUS DI RUANGAN
RAWAT INAP KELAS II RUMAH SAKIT KHUSUS DAERAH
PROVINSI MALUKU

OLEH:

ANISA
NIM. P2012004

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN PASAPUA AMBON


PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN
AMBON
2024

1
LEMBARAN PENGESAHAN

Askep :

Disusun Oleh : Anisa

Nim : P2012004

Program : Strata satu (S1)

Program Studi : Ilmu Keperawatan

Ambon, 0 Februari 2024

Menyetujui

CI Institusi CI Lahan

Harianti Fajar,S.Kep.,Ns.,M.Kes Yohana Sarira,S.Kep.,Ns

NIDN : 1225079001 NIP : 197406072000032007

Mengetahui,
Ketua Prodi Ilmu Keperawatan
Stikes Pasapua Ambon

Harianti Fajar,S.Kep.,Ns.,M.Kes
NIDN : 1225079001
KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa, atas segala rahmat dan

karunia-Nya, sehingga mulai dari kegiatan praktik Keperawatan Medikal Bedah

(KMB) sampai dengan penyusunan laporan semuanya dapat berjalan dengan baik

dan tepat waktu tanpa adanya hambatan.

Kegiatan praktik Keperawatan Medikal Bedah (KMB) merupakan suatu

rangkaian tugas dalam perkuliahan yang wajib bagi semua mahasiswa yang akan

menempuh pendidikan S1 Keperawatan untuk dilaksanakan. Bentuk praktik ini

merupakan bekal ilmu bagi setiap mahasiswa dalam memberikan pelayanan

kesehatan bagi Masyarakat untuk suatu ketika bekerja di lapangan. Praktik

Keperawatan Medikal Bedah ini merupakan suatu pengalaman belajar yang

terarah dan terpadu kepada mahasiswa agar tidak hanya mengaplikasikan ilmunya

di Puskesmas dan Rumah Sakit, melainkan juga di masyarakat.

Namun tidak terlepas dari hal itu, sebagai mahasiswa praktik kami di

tuntut pula untuk melaporkan segala bentuk kegiatan dilapangan secara baik dan

benar. Oleh karena itu, laporan individu ini disusun sebagai bukti dalam

mempertanggung jawabkan kegiatan praktik KMB di lapangan maupun untuk

memenuhi tugas perkuliahan.

Sementara terlaksananya laporan ini tentunya tidak terlepas dari dukungan

berbagai pihak. Sehingga pada kesempatan ini, penulis tidak lupa mengucapkan

terima kasih serta penghargaan yang setinggi-tingginya kepada:


1. Rikanita Primarhayu Ake,S.Kom, selaku Ketua Yayasan Bangun

Persada Ambon yang telah mensuport mahasiswa dalam tugas dan

tanggung jawab.

2. Dewi Arwini Bugis, S.Kep.,Ns.,M.Kep selaku Ketua Stikes Pasapua

Ambon yang selalu memberikan arahan dan motivasi bagi penulis.

3. Harianti Fajar, S.Kep.,Ns.,M.Kes selaku Ketua Program Studi Ilmu

Keperawatan Stikes Pasapua Ambon sekaligus menjadi pembimbing

penulis dalam penyusunan Laporan Keperawatan Medikal Bedah yang

senantiasa meluangkan waktu, tenaga dan pikiran dalam memberikan

bimbingan dan mengarahkan penulis dalam menyusun Laporan

Individu ini.

4. Seluruh Staf, Kepala Ruangan, Pembimbing ASKEP RSKD Provinsi

Maluku yang telah membimbing penulis dalam penyusunan Laporan

Keperawatan Medikal Bedah.

5. Seluruh Staf Dosen Stikes Pasapua Ambon yang telah banyak

memberikan nasehat dan bimbingan selama penulis mengikuti

pendidikan di Stikes Pasapua Ambon.

Akhirnya penulis mengharapkan semoga Praktik Kerja Lapangan ini dapat

bermanfaat bagi kita semua. Amin.

Ambon, 03 Februari 2024

Penulis
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL
LEMBAR PENGESAHAN ........................................................................... ii
KATA PENGANTAR ................................................................................... iii
DAFTAR ISI .................................................................................................. v
BAB I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ..................................................................................... 1
B. Tujuan .................................................................................................. 3
C. Manfaat ................................................................................................ 3
BAB II TINJAUAN TEORI
A. Pengertian Hipertensi ........................................................................... 5
B. Klasifikasi ............................................................................................ 5
C. Etiologi................................................................................................. 7
D. Patofisiologi ......................................................................................... 8
E. Tanda Dan Gejala ................................................................................ 9
F. Pemeriksaan Penunjang ....................................................................... 10
G. Komplikasi ........................................................................................... 12
H. Penatalaksanaan ................................................................................... 12
I. Cara Pencegahan .................................................................................. 13
J. Diet Hipertensi ..................................................................................... 14
K. Pengkajian ............................................................................................ 15
L. Diagnosa Yang Mungkin Muncul ....................................................... 17
BAB III. ASUHAN KEPERAWATAN
I. Identifikasi ....................................................................................... 18
A. Klien ........................................................................................ 18
B. Penanggung Jawab ................................................................... 18
II. Data Medik .......................................................................................... 18
III. Keadaan Umum .................................................................................. 19
A. Keluhan Utama .................................................................................... 19
B. Keadaan Sakit ...................................................................................... 19
C. Tanda-Tanda Vital ............................................................................... 19
D. Pengukuran .......................................................................................... 19
E. Genogram ............................................................................................ 19
IV. Pengkajian Pola Kesehatan .................................................................. 19
A. Kajian Pola Persepsi Kesehatan Pemeliharaan Kesehatan ............ 21
B. Kajian Nutrisi Metabolic ............................................................... 22
C. Kajian Pola Eliminasi .................................................................... 24
D. Kajian Pola Aktifitas Dan Latihan ................................................. 26
E. Kajian Pola Tidur Dan Istirahat ..................................................... 28
F. Kajian Pola Persepsi Dan Kognitif ................................................ 28
G. Kajian Pola Persepsi Dan Konsep Diri .......................................... 29
H. Kajian Pola Peran Dan Hubungan Sesame .................................... 30
I. Pola Reproduksi Seksualitas .......................................................... 30
J. Analisa Data ................................................................................... 32
K. Diagnosa Keperawatan .................................................................. 33
L. Rencana Asuhan Keperawatan ...................................................... 34
M. Implementasi Dan Evaluasi ........................................................... 37
BAB IV PENUTUP
A. Kesimpula ............................................................................................ 47
B. Saran .................................................................................................... 47
DAFTARPUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Hipertensi merupakan masalah kesehatan global dan telah diakui
sebagai contributor utama terhadap beban penyakit kardiovaskular. Hipertensi
merupakan keadaan meningkatnya tekanan darah sistolik lebih dari 140
mmHg dan diastolic lebih dari 90 mmHg (Efendi dan Larasati, 2017).
Prevalensi hipertensiyang terus meningkat sejalan dengan perubahan gaya
hidup seperti merokok, obesitas, dan stress psikologis. Hampir disetiap
Negara, hipertensi mwnduduki peringkat pertama sebagai penyakit yang
paling sering dijumpai diseluruh dunia (Hanifa, 2016) Hipertensi di dunia
mencapai sekitar 1,13 miliar individu, diambil dari data prevalensi hipertensi
Dunia Kesehatan Organisasi (WHO), artinya 1 dari 3 orang Dewasa di dunia
terdiagnosis hipertensi. Pada Tahun 2025 jumlah penderita hipertensi
diperkirakan akan terus meningkat 1,5 miliar individu, dengan kematian
mencapai 9,4 juta individu (Joshua 2020). 333 juta dari 972 juta pengidap
hipertensi berada di Negara maju dan sisanya berada di negara berkembang
termasuk Indonesia (Pratama 2016). Riset Kesehatan Dasar (RIKESDES)
2018 menytakan 63 juta lebih penduduk Indonesia menyandang Hipertensi.
Prevalensi hipertensi berdsarkan hasil pengukuran pada penduduk isia ≥18
tahun sebesar 34,1%. Estimasi jumlah kasus hipertensi di Indonesia sebesar
63.309.620 orang, sedangkan angka kematian di Indonesia akibat hipertensi
sebesar 427,218 kematian. Dari prevalensi hipertensi sebesar 34,1% diketahui
bahwa sebesar 8,8% terdiaknosis hiperyensi 2 dan 13,3% orang yang
terdiaknosis hipertensi tidak minum obat. Hal ini menujukan bahwa sebagian
besar penderita tidak mengetahui bahwa dirinya hipertensi sehingga tidak
mendapatkan pengobatan. (Kementrian Kesehatan Republik Indonesia. 2019)
2

Hipertensi atau tekanan darah tinggi adalah penyakit kronik akibat


desakan darah yang berlebihan dan hampir tidak konstan pada arteri.
Hipertensi adalah peningkatan tekanan darah sistolik 140 mmHg dan tekanan
darah diastolik 90mmHg. Prevalensi hipertensi pada lansia menurut hasil
Riset Kesehatan Dasar pada tahun 2018 mulai dari lansia berturut-turut
adalah pada kelompok umur 55-64 sebesar 45% pada kelompok umur 65-74
sebanayak 58,9% dan pada kelompok umur > 75 tahun sebesar 62,6%.
Hipertensi merupakan kondisi medis yang serius dan dapat meningkatkan
risiko penyakit jantung, otak, ginjal serta penyakit lainnya. Hipertensi penyebab
utama kematian dini di seluruh dunia dengan lebih dari 1 dari 4 pria dan 1 dari 5
wanita serta lebih dari satu miliar orang mengalami kondisi tersebut (WHO,
2020).
Data World Health Organization(WHO) menunjukan sekitar 1,13 orang di
dunia mengalami hipertensi 1 dari 3 orang di dunia. Kejadian hipertensi kian
meningkat setiap tahunnya pada tahun 2025 diperkirakan akan ada 1,5 milyar
orang yang terkena hipertensi dan 9,5 juta meninggal akibat hipertensi dan juga
komplikasihnya (WHO, 2015). Riskesdas tahun 2022 prevalensi hipertensi di
Indonesia sebesar 22 %, estimasi jumlah kasus hipertensi di Indonesia sebesar
63.309.620 orang sedangkan angka kematian di Indonesia akibat hipertensi
sebesar 427.218 kematian.
Berdasarkan Riset Kesehatan Dasar (Riskedes 2018) prevelensi
hipertensi di indonesia sebesar 34,1%. Ini mengalami peningkatan dibandingkan
prevalensi hipertensi pada Riskedas tahun 2013 sebesar 25%. Diperkirakan hanya
1/3 kasus hipertensi di indonesia yang terdiagnosis,sisanya tidak terdiagnosis.
Hipertensi merupakan kondisi medis yang serius dan dapat
meningkatkan risiko penyakit jantung, otak, ginjal serta penyakit lainnya.
Hipertensi penyebab utama kematian dini di seluruh dunia dengan lebih dari 1
dari 4 pria dan 1 dari 5 wanita serta lebih dari satu miliar orang mengalami
kondisi tersebut (WHO, 2020).

2
Prevalensi hipertensi di wilaya provinsi maluku sebesar 25,2%, tertinggi
berada di kabupaten maluku tenggara sebesar 13,9% dan terendah di kabupaten
seram bagian barat sebesar 0,8% dari 168,134 jiwa.

B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui Asuhan Keperawatan terhadap pasien dengan
Hipertensi di Rumah Sakit Khusus Daerah Ambon
2. Tujuan Khusus
a. Untuk memenuhi tugas laporan akhir praktik KMB dengan masalah
Hipertensi di Rumah Sakit Khusus Daerah Ambon
b. Untuk mengetahui tentang Tinjauan Teori tentang diagnosa
keperawatan dengan pasien Hipertensi di Rumah Sakit Khusus
Daerah Ambon
c. Untuk mengetahui Asuhan Keperawatan pada pasien Hipertensi di
Rumah Sakit Khusus Daerah Ambon
d. Untuk mengetahui hubungan kesenjangan abtara teori dan praktik
yang di lapang

C. Manfaat
1. Bagi Penulis
2. Untuk menambah pengetahuan penulis khususnya dalam pelaksanaan
Asuhan Keperawatan pada pasien dengan kasus Hipertensi.
3. Bagi Pasien dan Keluarga Pasein
4. Agar pasien dan keluarga mengetahui tentang penyakit dan perawatan
Hipertensi.
5. Bagi Rumah Sakit
6. Sebagai bahan masukan bagi Rumah Sakit Khusus Daerah Provinsi
Maluku untuk menambah pengetahuan perawat dalam penatalaksanaan
pada pasien Hipertensi.
7. Bagi Institusi
Dapat menghasilkan lulusan berwawasan global dan menambah keluasan
ilmu bidang keperawatan dan dapat menjadi masukan bagi yang berminat
membaca.
BAB II
TINJAUAN TEORI

A. Konsep Dasar Kebutuhan Nutrisi


1. Pengertian Kebutuan Nutrisi
Tubuh memerlukan makanan untuk mempertahankan kelangsungan fungsinya.
Kebutuhan nutrisi ini diperlukan sepanjang kehidupan manusia. Namun jumlah nutrisi
yang diperlukan setiap orang berbeda sesuai dengan karakteristiknya, seperti jenis
kelamin, usia, aktivitas dan lain-lain. Kebutuhan nutrisi merupakan kebutuhan terhadap
proses pemasukan dan pengolahan zat makanan oleh tubuh yang bertujuan menghasilkan
energi dan digunakan dalam aktivitas tubuh (Hidayat, 2012). Nutrisi berasal dari kata
nutrients artinya bahan gizi.
Nutrisi adalah proses tersedianya energi dan bahan kimia dari makanan yang penting
untuk pembentukan, pemeliharaan dan penggantian sel tubuh. Nutrient adalah zat organik
dan anorganik dalam makanan yang diperlukan tubuh agar dapat berfungsi untuk
pertumbuhan dan perkembangan, aktivitas, mencegah defisiensi, memeliharan kesehatan
dan mencegah penyakit, memelihara fungsi tubuh, kesehatan jaringan, dan suhu tubuh,
meningkatkan kesembuhan, dan membentuk kekebalan. Untuk itu maka intake nutrisi ke
dalam tubuh harus adekuat. Pemenuhan kebutuhan nutrisi bukan hanya memperhatikan
jumlah yang dikonsumsi, melainkan juga perlu memperhatikan zat gizi yang mesti
dipenuhi. Oleh karena itu makanan yang dikonsumsi harus mengandung nutrien esensial
yang baik untuk tubuh. Pemenuhan nutrisi merupakan hasil kerja sistem pencernaan yang
tak terlepas dari sistem lainya sebagai suatu proses yang saling berkaitan, sistem yang
yang dimaksud diantaranya Kardiovaskuler, pernafasan, persyarafan, endokrin dll
(Atoilah & Kusnadi, 2013).

2. Faktor yang Mempengaruhi Kebutuhan Nutrisi


Menurut Atoilah dan Kusnadi (2013), faktor yang mempengaruhi kebutuhan nutrisi
pada manusia adalah umur, jenis kelamin, jenis pekerjaan, iklim, tinggi dan berat badan.
a. Umur

Asuhan Keperawatan Ruang Inap Kelas II


PRODI ILMU KEPERAWATAN
Kebutuhan nutrisi anak-anak lebih tinggi bila dibandingkan dengan ukuran
tubuhnya dari pada orang dewasa. Hal ini dapat dimengerti karena pada usia
tersebut sangat dibutuhkan untuk pertumbuhan dan perkembangan. Kebutuhan
nutrisi pada seseorang akan semakin naik sesuai umur sampai saat kematangan,
lalu akan menurun lagi.
Umur Satuan
1-3 Tahun 1.200 kal
4-6 Tahun 1.600 kal
7-9 Tahun 1.900 kal
10-12 Tahun 2.300 kal
Dewasa 2.800 kal

b. Jenis Kelamin
Pada laki-laki membutuhkan kalori lebih banyak dari pada perempuan. Hal ini
disebabkan laki-laki mempunyai lebih banyak otot-otot dan aktivitas sehingga
BMR nyapun lebih tinggi.
Jenis Kelamin Umur Satuan
Laki-laki remaja 13-15 Tahun 2.800 kal
Laki-laki remaja 16-19 Tahun 3.000 kal
Wanita remaja 13-16 Tahun 2.400 kal
Wanita remaja 16-19 Tahun 2.500 kal

c. Jenis Pekerjaan
Kebutuhan nutrisi dipengaruhi juga oleh tingkat aktivitas, terutama penggunaan
otot untuk memproduksi energi. Wanita hamil dan menyusui membutuhkan
tambahan nutrisi untuk pertumbuhan janin dan produksi ASI. Kebutuhan kalori
Juru tulis (L) 1.700 kal, perawat (L) 2.000 kal, pembantu rumah tangga 2.400
kal, wanita hamil 2.300 kal, menyusui 2.600 kal, petani 3.000 kal.
d. Iklim

Asuhan Keperawatan Ruang Inap Kelas II


PRODI ILMU KEPERAWATAN
Pada lingkungan (negara) yang beriklim panas kebutuhan kalorinya lebih rendah
dibandingkan dengan negara dengan iklim dingin, ini disebabkan pada ligkungan
dingin lebih banyak kebutuhan prosuksi panas untuk keseimbangan tubuh.
Sedangkan pada iklim panas dibantu dengan suhu lingkungan.
e. Tinggi dan Berat Badan
Seseorang dengan BB dan TB yang besar lebih dari yang lainnya akan
membutuhkan energi yang lebih pula untuk menjalankan aktivitasnya.
f. Status Kesehatan
Nafsu makan yang baik adalah tanda yang sehat. Anoreksia (kurag nafsu makan)
biasanya gejala penyakit atau karena efek samping obat.Sedangkan menurut
Hidayat (2009), faktor yang mempengaruhi kebutuhan nutrisi pada manusia
adalah pengetahuan, prasangka, kebiasaan, kesukaan, dan ekonomi.
a) Pengetahuan
Pengetahuan yang kurang tentang manfaat makanan bergizi dapat
mempengaruhi pola konsumsi makan.Hal tersebut dapat disebabkan oleh
kurangnya informasi sehingga dapat terjadi kesalahan dalam memahami
kebutuhan gizi

b) Prasangka
Prasangka buruk terhadap beberapa jenis bahan makanan bergizi tinggi
dapat mempengaruhi status gizi seseorang. Misalnya, di beberapa daerah,
tempe yang merupakan sumber protein yang paling murah, tidak
dijadikan bahan makanan yang layak untuk dimakan karena masyarakat
menganggap bahwa mengonsumsi makanan tersebut dapat merendahkan
derajat mereka.
c) Kebiasaan
Adanya kebiasaan yang merugikan atau pantangan terhadap makanan
tertentu juga dapat memengaruhi status gizi.Misalnya, di beberapa
daerah, terdapat larangan makan pisang dan pepaya bagi para gadis
remaja.Padahal, makanan tersebut merupakan sumber vitamin yang
sangat baik.Ada pula larangan makan ikan bagi anak-anak karena ikan
dianggap dapat menyebabkan cacingan, padahal ikan merupakan sumber
protein yang sangat baik bagi anak-anak.

Asuhan Keperawatan Ruang Inap Kelas II


PRODI ILMU KEPERAWATAN
d) Kesukaan
Kesukaan yang berlebihan dapat terhadap suatu jenis makanan dapat
mengakibatkan kurangnya variasi makanan, sehingga tubuh tidak
memperoleh zat-zat yang dibutuhkan secara cukup.Kesukaan dapat
mengakibatkan merosotnya gizi pada remaja bila nilai gizinya tidak
sesuai dengan yang diharapkan. Saat ini, para remaja di kota- kota besar
di negara kita memiliki kecenderungan menyenangi makanan tertentu
secara berlebihan, seperti makanan cepat saji( junkfood), bakso, dll.
Makanan- makan ini tentu saja berdampak buruk bagi kesehatan mereka
jika dikonsumsi terlalu sering dan berlebihan karena tidak memiliki
asupan gizi yang baik.
e) Ekonomi
Status ekonomi dapat mempengaruhi perubahan status gizi karena
penyediaan makanan bergizi membutuhkan pendanaan yang tidak
sedikit.Oleh karena itu, masyarakat dengan kondisi perekonomian yang
tinggi biasanya mampu mencukupi kebutuhan gizi keluarganya
dibandingkan masyarakat dengan kondisi perekonomian rendah.
3. Komponen Nutrisi
Makanan yang kita makan pada dasarnya harus mengandung protein, karbohidrat,
lemak, mineral, vitamin dan air (Asmadi, 2008).
a. Karbohidrat
Karbohidrat merupakan sumber energi utama tubuh. Karbohidrat akan terurai dalam
bentuk glukosa yang kemudian dimamfaatkan tubuh dan kelebihan glukosa akan
disimpan di hati dan jaringan otot dalam bentuk glokogen.
1) Fungsi karbohidrat
a) Sumber energi yang murah.
b) Sumber energi utama pada otak dan saraf.
c) Cadangan untuk tenaga tubuh.
d) Cadangan untuk tenaga tubuh.
e) Efisiensi penggunaan protein.
f) Memberikan rasa kenyang.
2) Sumber Karbohidrat

Asuhan Keperawatan Ruang Inap Kelas II


PRODI ILMU KEPERAWATAN
Sumber karbohidrat berasal dari makan pokok, umumnya berasal dari tumbuh-
tumbuhan seperti beras, jagung, kacang, sagu, singkong dan lain–lain. Sedangkan
karbohidrat pada hewani berbentuk glikogen
b. Protein
Protein merupakan unsur zat gizi yang sangat berperan dalam penyusunan senyawa-
senyawa penting seperti enzim, hormon dan antibodi.
1) Fungsi Protein
a) Dalam bentuk albumin berperan dalam keseimbangan cairan yaitu dengan
meningkatkan tekanan osmotok koloid serta keseimbanganasam basa.
b) Pertumbuhan dan pemeliharaan jaringan tubuh.
c) Pengaturan metabolisme dalam bentuk enzim dan hormon.
d) Sumber energi disamping karbohidrat dan lemak.
e) Dalam bentuk kromosom, protein berperan sebagai tempat menyimpan dan
meneruskan sifat–sifat keturunan.
2) Sumber protein
a) Protein hewani, yang berasal dari hewan seperti susu, daging, telur, hati,
udang, kerang, ayam dan sebainya.
b) Protein nabati, yang berasal dari tumbuhan seperti jagung, kedelai, kacang
hijau, tepung terigu dan sebagainya.
c. Lemak
Lemak atau lipid merupakan sumber energi yang menghasilkan jumlah kalori lebih
besar dari pada karbohidrat dan protein.
1) Fungsi lemak
a) Sebagai sumber energi, memberi kalori dimana dalam 1 gram lemak pada
peristiwa oksidasi akan menghasilkan kalori sebanyak 9 kkal.
b) Melarutkan vitamin sehingga dapat diserap oleh usus.
c) Untuk aktivasi enzim seperti fosfolipid.
d) Penyusun hormon seperti biosintesis hormon steroid.
2) Sumber Lemak
Sumber lemak berasal dari nabati dan hewani, lemak nabati mengandung lebih
banyak asam lemak tak jenuh seperti pada kacang-kacangan kelapa dan lainnya.
Sedangkan lemak hewani banyak mengandung asam lemak jenuh dengan rantai
panjang seperti pada daging sapi, kambing dan lain sebagainya.
d. Vitamin
Vitamin adalah zat organik yang penting bagi tubuh untuk pertumbuhan,
perkembangan, pemeliharaan, dan reproduksi, serta membantu dalam penggunaan

Asuhan Keperawatan Ruang Inap Kelas II


PRODI ILMU KEPERAWATAN
energi nutrient. Vitamin diklasifikasikan sebagai vitamin larut lemak dan vitamin larut
air.
1) Vitamin larut lemak
Vitamin larut lemak disimpan di hati atau jaringan adiposa, sehingga intake
vitamin berlebihan dapat menyebabkan keracunan.
a) Vitamin A
Vitamin A berfungsi untuk memelihara penglihatan, memelihara jaringan
epitel, meningkatkan perkembangan tulang dan gigi, meningkatkan proliferasi
sel. Kekurangan vitamin A ditandai dengan buta senja atau buta total,
degenerasi sel keratin yang menyebabkan infeksi mata, telinga, dan rongga
hidung. Kulit menjadi kasar, kering, dan bersisik, mata kering, perkembangan
gigi dan tulang tidak adekuat. Vitamin A disimpan di hati dan intake
berlebihan menyebabkan keracunan.
b) Vitamin D
Vitamin D berfungsi untuk mineralisasi tulang, kartilago, dan gigi, memelihara
calcium cairan ekstra selular, dan untuk kontraksi otot. Kekurangan vitamin D
menyebabkan riketsia, kesehatan gigi kurang, otot kaku dan kejang,
osteomalasia (tulang lunak dan mudah fraktur spontan).
c) Vitamin E
Vitamin E berperan sebagai antioksidan yang membantu memelihara integritas
membran sel dan melindungi vitamin A dan C dari oksidasi. Kekurangan
vitamin E ditandai dengan meningkatnya hemolisis eritrosit, refleks kurang,
kerusakan fungsi neuromuskular, dan anemia.
d) Vitamin K
Vitamin K berfungsi untuk pembentukan protrombin dan faktor pembekuan
lain untuk pembekuan darah. Kekurangan vitamin K dimanifestasikan dengan
perdarahan, dan penyakit perdarahan pada bayi baru lahir.

2) Vitamin larut air


Vitamin larut air disimpan dalam tubuh. Intake berlebihan diabsorbsi oleh
jaringan, dan diekskresikan dalam urine.
a) Vitamin B komplek

Asuhan Keperawatan Ruang Inap Kelas II


PRODI ILMU KEPERAWATAN
 Vitamin B1 (thiamine) berfungsi dalam metabolisme karbohidrat,
memelihara fungsi syaraf, nafsu makan dan pencernaan. Gejala
kekurangan vitamin B1 adalah nafsu makan menurun, apatis, depresi
mental, fatigue, konstipasi, edema, gagal jantung, dan neuritis.
 Vitamin B2 (riboflavin) berfungsi dalam metabolisme protein dan
karbohidrat, memelihara kulit dan penglihatan. Gajala kekurangan vitamin
B2 adalah sudut mulut pecah-pecah, dermatitis, dan peningkatan
vaskularisasi kornea dan penglihatan tidak teratur.
 Vitamin B3 (niacin) berfungsi dalam metabolisme glikogen, regenerasi
jaringan, dan sintesis lemak. Kekurangan vitamin B3 menyebabkan
pellagra, ditandai dengan fatigue, sakit kepala, anoreksi, penurunan berat
badan, nyeri abdomen, diare, dermatitis, gangguan syaraf.
 Vitamin B12 (cyanocobalamin) berfungsi dalam membentuk eritrosit
matang, dan sintesis DNA dan RNA, absorbsi vitamin A. Kekurangan
vitamin B12 menyebabkan anemi pernisiosa, dan kerusakan syaraf.
 Asam folat berfungsi sebagai ko enzim metabolisme protein dan
pertumbuhan sel, membentuk eritrosit, perkembangan tulang dan sumsum
tulang belakang janin. Tanda kekurangan asam folat adalah glositis, diare,
anemi makrositik, defek kelahiran (spina bifida)

b) Vitamin C
Vitamin C penting untuk absorbsi Fe, melawan infeksi, penyembuhan luka,
pembentukan kolagen, metabolisme beberapa asam amino. Vitamin C adalah
antioksidan, dan melindungi vitamin A dan E dari oksidasi berlebihan.
Kekurangan vitamin C ditandai dengan penyembuhan luka kurang, rentan
infeksi, retardasi pertumbuhan dan perkembangan, nyeri sendi, anemi, gusi
berdarah.
e. Mineral
Mineral membantu membentuk jaringan tubuh dan regulasi metabolisme
 Calcium
Calcium berfungsi untuk membentuk dan memelihara tulang dan gigi, pembekuan
darah, tansmisi syaraf, kontraksi dan relaksasi otot, permeabilitas membran sel. Tanda
dan gejala kekurangan calcium adalah pertumbuhan pendek, ricketsia, osteoporosis,
tetani.
 Magnesium
Magnesium berfungsi untuk pembentukan tulang, relaksasi otot, sintesis protein.
Tanda dan gejala kekurangan magnesium adalah penyakit ginjal, tremor
mengakibatkan kejang.
 Sodium

Asuhan Keperawatan Ruang Inap Kelas II


PRODI ILMU KEPERAWATAN
Sodium berfungsi untuk membantu memelihara keseimbangan cairan tubuh dan asam
basa. Makanan rendah sodium penting bagi orang dengan penyakit jantung,
hipertensi, edema, gangguan ginjal, penyakit liver.
 Potasium/kalium
Fungsi potasium untuk sintesis protein, keseimbangan cairan, dan regulasi kontraksi
otot. Pembatasan potasium dilakukan pada klien dengan kerusakan/gagal ginjal
 Fosfor
Fosfor berfungsi untuk pembentukan dan pemeliharaan tulang dan gigi, keseimbangan
asam basa, metabolisme energi, struktur membran sel, regulasi hormon dan ko enzim.
Tanda dan gejala kekurangan fosfor adalah pertumbuhan pendek, riketsia.
 Besi (Fe)
Besi berfungsi untuk membawa oksigen melalui hemoglobin dan myoglobin, unsur
pokok sistem enzim. Kekurangan besi ditandai dengan deplesi simpanan besi, anemi,
pucat.
 Iodine
Fungsi iodine adalah unsur pokok hormon tiroid yang meregulasi basal metabolisme
rate. Kekurangan iodine menyebabkan goiter.
 Zinc
Fungsi zinc untuk pertumbuhan jaringan, perkembangan dan penyembuhan,
kematangan seksual dan reproduksi, unsur utama beberapa enzim dalam energi dan
metabolime asam nukleat. Kekurangan zinc menyebabkan kerusakan pertumbuhan,
kematangan seksual, dan fungsi sistem imun, lesi kulit, akrodermatitis, penurunan
sensasi rasa dan penghidu
 Air
Air diperlukan untuk memelihara fungsi sel. Air diperoleh dari minum cairan dan
makan makanan tinggi air, dan dengan oksidasi makanan. Haus menandakan butuh air
dan mendorong seseorang untuk minum

4. Masalah Kebutuhan Nutrisi


Secara umum, gangguan kebutuhan nutrisi terdiri atas kekurangan dan kelebihan nutrisi,
obesitas, malnutrisi, diabetes melitus, hipertensi, jantung koroner, kanker, dan anoreksia
nervosa (Hidayat, 2009).
a) Kekurangan nutrisi
Kekurangan nutrisi merupakan keadaan yang dialami seseorang dalam keadaan tidak
berpuasa (normal) atau risiko penurunan berat badan akibat ketidakcukupan asupan
nutrisi untuk kebutuhan metabolisme.
Tanda klinis:
1) Berat badan 10-20% dibawah normal
2) Tinggi badan dibawah ideal
3) Lingkar kulit trisep lengan tengah kurang dari 60% ukuran standar

Asuhan Keperawatan Ruang Inap Kelas II


PRODI ILMU KEPERAWATAN
4) Adanya kelemahan dan nyeri tekan pada otot
5) Adanya penurunan transferin
Kemungkinan penyebab:
1) Meningkatkan kebutuhan kalori dan kesulitan dalam mencerna kalori akibat
penyakit infeksi atau kanker.
2) Disfagia karena adanya kelainan persarafan
3) Penurunan absorbsi nutrisi akibat penyakit cronik atau intoleransi laktosa
4) Nafsu makan menurun
b) Kelebihan nutrisi
Kelebihan nutrisi merupakan suatu keadaan yang dialami seseorang yang mempunyai
resiko peningkatan berat badan akibat asupan kebutuhan metabolisme secara berlebih.
Tanda klinis:
1) Berat badan lebih dari 10% berat ideal
2) Obesitas (lebih dari 20% berat ideal)
3) Lipatan kulit trisep lebih dari 15 mm pada pria dan 25 mm pada wanita
4) Adanya jumlah asupan yang berlebihan
5) Aktivitas menurun atau monoton
6) Perubahan pola makan
7) Penurunan fungsi pengecapan dan penciuman
c) Obesitas
Obesitas merupakan masalah peningkatan berat badan yang mencapai lebih dari 20%
berat badan normal.Status nutrisinya adalah melebihi kebutuhan metabolisme karena
kelebihan asupan kalori dan penurunan dalam penggunaan kalori.
d) Malnutrisi
Malnutrisi merupakan masalah yang berhubungan dengan kekurangan zat gizi pada
tingkat seluler atau dapat dikatakan sebagai masalah asupan zat gizi yang tidak sesuai
dengan kebutuhan tubuh.Gejala umumnya adalah berat badan rendah dengan asupan
makanan yang cukup atau asupan kurang dari kebutuhan tubuh, adanya kelemahan otot
dan penurunan energi, pucat pada kulit, membran mukosa, konjungtiva, dan lain-lain.
e) Hipertensi
Hipertensi merupakan gangguan nutrisi yang juga disebabkan oleh berbagai masalah
pemenuhan kebutuhan nutrisi seperti penyebab dari adanya obesitas, serta asupan
kalsium, natrium, dan gaya hidup yang berlebihan.

Asuhan Keperawatan Ruang Inap Kelas II


PRODI ILMU KEPERAWATAN
f) Penyakit jantung koroner
Penyakit jantung koroner merupakan gangguan nutrisi yang sering disebabkan oleh
adanya peningkatan kolesterol darah dan merokok. Saat ini, gangguan ini sering
dialami karena adanya perilaku atau gaya hidup yang tidak sehat, obesitas, dan lain-
lain.

g) Kanker
Kanker merupakan gangguan kebutuhan nutrisi yang disebabkan oleh pengonsumsian
lemak secara berlebihan.
h) Anoreksia nervosa
Anoreksia nervosa merupakan penurunan berat badan secara mendadak dan
berkepanjangan, ditandai dengan adanya konstipasi, pembengkakan badan, nyeri
abdomen, kedinginan, letargi, dan kelebihan energi.
i) Diabetes melitus
Diabetes melitus merupakan gangguan kebutuhan nutrisi yang ditandai dengan adanya
gangguan metabolisme karbohidrat akibat kekurangan insulin atau penggunaan
karbohidrat secara berlebihan. (Hidayat, 2009)

B. Konsep Dasar Diabetes Melitus


1. Pengertian Diabetes Melitus
Diabetes melitus merupakan gangguan kebutuhan nutrisi yang ditandai dengan adanya
gangguan metabolisme karbohidrat akibat kekurangan insulin atau penggunaan
karbohidrat secara berlebihan (Hidayat, 2009).
Diabetes mellitus adalah suatu gangguan metabolisme dengan hiperglikemia yang tidak
semestinya sebagai akibat suatu defisiensi sekresi insulin atau berkurangnya efektifitas
biologis dari insulin atau keduanya (Rendy & Margareth, 2012).
Diabetes melitus atau penyakit gula atau kencing manis adalah penyakit yang ditandai
dengan kadar glukosa darah yang melebihi normal (hiperglikemia) akibat tubuh
kekurangan insulin baik absolut maupun relative (Hasdianah, 2012).
2. Etiologi Diabetes Melitus
Penyebab diabetes berdasarkan tipenya: (Rendy & Margareth, 2012).
a. DM tipe I (Diabetes Mellitus tergantung insulin/DMTI)

Asuhan Keperawatan Ruang Inap Kelas II


PRODI ILMU KEPERAWATAN
1) Faktor genetik/herediter
Penderita DM tidak mewarisi diabetes tipe I itu sendiri tetapi mewarisi suatu predisposisi
atau kecenderungan genetik kearah terjadinya diabetes I. Kecenderungan genetik ini
ditentukan pada individu yang memiliki tipe antigen HLA (Human Leucocyte Antigen)
tertentu.HLA merupakan kumpulan gen yang bertanggung jawab atas antigen
transplantasi dan proses imun lainnya.
2) Faktor lingkungan
Faktor eksternal yang dapat memicu destruksi sel b pancreas, sebagai contoh hasil
penyelidikan menyatakan bahwa virus atau toksin tertentu dapat memicu proses autoimun
yang dapat menimbulkan destuksi sel b pancreas.
3) Faktor imunologi
Pada DM tipe I terdapat bukti adanya suatu respon autoimun. Ini merupakan respon
abnormal dimana antibody terarah pada jaringan normal tubuh dengan cara bereaksi
terhadap jaringan tersebut yang dianggapnya seolah-olah sebagai jaringan asing.
b. DM tipe II (Diabetes Mellitus tak tergantung insulin/DMTTI)
Diabetes mellitus tipe II yaitu diabetes mellitus yang tidak tergantung pada insulin.
diabetes mellitus tipe II terjadi akibat penurunan sensitivitas terhadap insulin (resistensi
insulin) atau akibat penurunan produksi insulin. Faktor risiko yang berhubungan dengan
proses terjadinya diabetes tipe II adalah :
1) Usia: (resistensi insulin cenderung meningkat pada usia diatas 65 tahun)
2) Obesitas: obesitas menurunkan jumlah reseptor insulin dari sel target diseluruh
tubuh: insulin yang tersedia menjadi kurang efektif dalam meningkatkan efek
metabolik
3) Riwayat keluarga
4) Kelompok etnik
Karakteristik diabetes mellitus tipe 2 menurut Damayanti (2015) biasanya berusia
> 40 tahun.

3. Patofisiologi Diabetes Melitus dan Pathway


a. Diabetes Melitus tipe I

DM tipe 1 tidak berkembang pada semua orang yang mempunyai predisposisi genetik.
Pada mereka yang memiliki indikasi risiko penanda gen (DR3 dan DR4 HLA), DM
Asuhan Keperawatan Ruang Inap Kelas II
PRODI ILMU KEPERAWATAN
terjadi kurang dari 1%. Lingkungan telah lama dicurigai sebagai pemicu DM tipe 1.
Insiden meningkat, baik pada musim semi maupun gugur, dan onset sering bersamaan
dengan epidemik berbagai penyakit virus. Autoimun aktiv langsung menyerang sel
beta pankreas dan produknya. ICA dan antibodi insulin secara progresif menurunkan
keefektifan kadar sirkulasi insulin. Hal ini secara pelan-pelan terus menyerang sel beta
dan molekul insulin endogen sehingga menimbukan onset mendadak DM.
Hiperglikemi dapat timbul akibat dari penyakit akut atau stress, dimana meningkatkan
kebutuhan insulin melebihi cadangan dari kerusakan masa sel beta. Ketika penyakit
akut atau stres terobati, klien dapat kembali kepada status terkompensasi dengan
durasi yang berdeda-beda dimana pankreas kembali mengatur produksi sejumlah
insulin secara adekuat. Status kompensasi ini disebut sebagai periode honeymoon,
secara khas bertahan untuk 3-12 bulan. Proses berakhir ketika masa sel beta yang
berkurang tidak dapat memproduksi cukup insulin untuk meneruskan kehidupan.
Klien menjadi bergantung kepada pemberian insulin eksogen (diproduksi diluar tubuh)
untuk bertahan hidup.

b. Diabetes Melitus tipe II

Patogenesis DM tipe 2 berbeda signifikan dari DM tipe 1. Respon terbatas sel beta
terhadap hiperglikemia tampaknya menjadi faktor mayor dalam perkembangannya.
Sel beta terpapar secara kronis terhadap kadar glukosa darah tinggi menjadi secara
progresif kurang efisien ketika merespon peningkatan glukosa lebih lanjut. Fenomena
ini dinamai desensitiasi, dapat kembali dengan menormalkan kadar glukosa. Rasio
proinsulin (prekursor insulin) terhadap insulin tersekresi juga meningkat. Proses
patofisiologi kedua dalam DM tipe 2 adalah resistensi terhadap aktivitas insulin
biologis, baik dihati maupun jaringan perifer. Keadaan ini disebut sebagai resistensi
insulin. Orang dengan DM tipe 2 memiliki penuruan sensitivitas insulin terhadap
kadar glukosa yang mengakibatkan produksi glukosa hepatik berlanjut, bahkan sampai
dengan kadar glukosa darah tinggi. Hal ini bersamaan dengan ketidakmampuan otot
dan jaringan lemak untuk meningkatkan glukosa. Mekanisme penyebab resistensi
insulin perifer tidak jelas namun ini nampak terjadi setelah insulin berikatan terhadap
reseptor pada permukaan sel. Insulin adalah hormon pembangun (anabolik). Tanpa
insulin tiga masalah metabolik mayor terjadi: penurunan pemanfaatan glukosa,
peningkatan metabolisme lemak, dan peningkatan pemanfaatan protein.

Asuhan Keperawatan Ruang Inap Kelas II


PRODI ILMU KEPERAWATAN
4. Manifestasi Klinik Diabetes Melitus
Manifestasi DM dikaitkan dengan konsekuensi metabolic defisiensi insulin (Price &
Wilson).
a. Kadar glukosa puasa tidak normal.
b. Hiperglikemia berat berakibat glukosuria yang akan menjadi dieresis osmotic yang
meningkatkan pengeluaran urin dan timbul rasa haus.
c. Rasa lapar yang semakin besar, BB berkurang.
d. Lelah dan mengantuk.
e. Gejala lain yang dikeluhkan adalah kesemutan, gatal, mata kabur, impotensi,
peruritas vulva.
5. Komplikasi
Beberapa komplikasi dari diabetes mellitus adalah:
a. Akut
1) Hipoglikemia dan hiperglikemia
2) Penyakit makrovaskuler: mengenai pembuluh darah besar, penyakit jantung koroner,
(cerebrovaskuler, penyakit pembuluh darah kapiler).
3) Penyakit mikrovaskuler, mengenai pembuluh darah kecil, retinopati, nefropati.

Asuhan Keperawatan Ruang Inap Kelas II


PRODI ILMU KEPERAWATAN
4) Neuropati saraf sensorik (berpengaruh pada ekstremitas), saraf otonom
berpengaruh pada gastro intestinal, kardiovaskuler.
b. Komplikasi menahun diabetes mellitus
1) Neuropati diabetik
2) Retinopati diabetik
3) Nefropati diabetik
4) Proteinuria
5) Kelainan koroner
6) Ukus gangrene

6. Pemeriksaan Penunjang
Menurut Barbara C. Long (1995 : 9 ) pemeriksaan diagnostik untuk penyakit diabetes
millitus adalah
Pemeriksaan Prosedur dan persiapan Interpretasi
Gula darah puasa (GDP) : Puasa mulai tengah malam Kriteria diagnostik untuk
70 – 110 mg/dL diabetes millitue >
plasmavena 140mg/dL palni sedikit dal
m 2x pemeriksaan atau >
140 mg/dL disertai gejala
klasik hiperglikemia atau
CGT : 115 : 140 mg/dL
Gula darah 2 jam Gula darah diukur 2jam Digunakan untuk skrining
postprandial < 140 mg/dL setelah makan berat atau 2 atau evaluasi pengobatan,
jam setelah mendapat 100 bukan diagnostik
gr gula
Gula darah sewaktu : 140 Digunakan untuk skrining
mg/dL bukan diagnostik
Tes intoleransi glukosa oral Puasa mulai tengah malam, Kriteria diagnotik unuk
(TTGO).GD < 115mg/dL GDP diambil diberi 75 mg diabetes millitus , GDP :
glukosa, sampel darah (dan 140 mg/dL. Tapi gula darah
urine) ditampung pada ½ 1, 2 jam dan pemeriksaan
dan 2 jam kadangkadang lainya > 200 mg/dL dalam
pada2, 4, dan 5 jam 2x pemeriksaan untuk 165

Asuhan Keperawatan Ruang Inap Kelas II


PRODI ILMU KEPERAWATAN
berikut. GDP < 140 mg/dL 2 jam
natara 140-200 mg/dL dan
pemeriksaan untuk IGT :
GDP < 140 mg/dL . TTGO
dilakukan hanya pada
pasien yang bebas diit dan
beraktivitaas fisik 3 hari
sebelum tes, tidak
dianjurkan pad (1)
hiperglekimia yang sedang
puasa (2) orang yang
mendapat thiazide, dilantin
propanolol, lasix, tiroid,
estrogen, pil KB, steroid (3)
pasien yang dirawat
Tes toleransi glukosa Sama untuk TTGO Dilakukan jika TTGO
intravena (TTGI) merupakan kontra indikasi
kelainan gaastrointestinal
yang mempengaruhi
glukosa

7. Penatalaksanaan
a. Terapi Diabetes Melitus
Tujuan utama terapi DM adalah mencoba menormalkan aktivitas insulin dan kadar glukosa
darah dalam upaya mengurangi terjadinya komplikasi vaskuler serta neuropatik. Tujuan
terapeutik pada setiap tipe DM adalah mencapai kadar glukosa dalam darah normal
(euglikemia) tanpa terjadi hipoglikemia dan gangguan series pada pola aktivitas pasien(Rendi
dan Margareth, 2012).
b. Beck (2011) menjelaskan bahwa tujuan diet nutrisi ini antara lain:
1) Memulihkan dan mempertahankan kadar glukosa darah dalam kisaran nilai yang normal
sehingga mencegah terjadinya glikosuria beserta gejala-gejalanya.

Asuhan Keperawatan Ruang Inap Kelas II


PRODI ILMU KEPERAWATAN
2) Mengurangi besarnya perubahan kadar glukosa darah postprandial. tindakan ini bersama-
sama dengan normalisasi kadar glukosa darah, akan membantu mencegah terjadinya
komplikasi lanjut yang mencakup penyakit mikrovaskuler
3) Memberikan masukan semua jenis nutrien yang memadai sehingga memungkinkan
pertumbuhan normal dan perbaikan jaringan
4) Memulihkan dan mempertahankan berat badan yang normal. Penderita diabetes melitus
didalam melaksanakan diet harus memperhatikan (3 J), yaitu: jumlah kalori yang
dibutuhkan, jadwal makan yang harus diikuti, dan jenis makanan yang harus
diperhatikan.

 Tipe diet nutrisi pasien Diabetes Melitus (Beck,2011)


1) Diet Rendah Kalori
Diet rendah kalori untuk menurunkan berat badan yang kemudian diikuti dengan diet
untuk mempertahankan berat badan. Pasien DM yang menjalani diet rendah kalori harus
menyadari perlunya penurunan berat badan dan berat badan yang diturunkan tidak boleh
dibiarkan naik kembali.
2) Diet Bebas Gula
Tipe diet ini dignakan untuk pasien diabetes yang berusia lanjut dan tidak memerlukan
suntikaan insulin. Diet bebas gula diterapkan berdasarkan dua prinsip :
a. Tidak memakan gula dan makanan yang mengandung gula
b. Mengkonsumsi makanan sumber hidratarang sebagai bagian dari keseluruhan
hidangan secara teratur.

3) Sistem penukarang hidratang


Sistem penukarang hidratarang digunakan untuk pasien-pasien DM yang mendapatkan
suntikan insulin atau obat-obatan hipoglikemik oral dengan dosisi tinggi. Diet yang
berdasarkan sistem ini merupakan diet yang lebih rumit untuk diikuti oleh seseorang
pasien DM, tetapi mempunyai kelebihan, yaitu diet ini lebih fleksibel dan bervariasi
ketimbang diet tipe bebas gula.

 Syarat diet DM hendaknya dapat:


 Memperbaiki kesehatan umum penderita

Asuhan Keperawatan Ruang Inap Kelas II


PRODI ILMU KEPERAWATAN
 Mengarahkan pada berat badan normal
 Menormalkan pertumbuhan DM anak dan DM dewasa muda
 Mempertahankan kadar KGD normal
 Menekan dan menunda timbulnya penyakit angiopati diabetik
 Memberikan modifikasi diit sesuai dengan keadaan penderita
 Menarik dan mudah diberikan Jumlah sesuai kebutuhan
 Jadwal diet ketat
 Jenis: boleh dimakan/tidak
Diit DM sesuai dengan paket-paket yang telah disesuaikan dengan kandungan
kalorinya.
 Dii DM I : 1100 kalori
 Diit DM II : 1300 kalori
 Diit DM III : 1500 kalori
 Diit DM IV : 1700 kalori
 Diit DM V : 1900 kalori
 Diit DM VI : 2100 kalori
 Diit DM VII : 2300 kalori
 Diit DM VIII : 2500 kalori
Diit I s/d III : diberikan kepada penderita yang terlalu gemuk
Diit IV s/d V : diberikan kepada penderita dengan berat badan normal
Diit VI s/d VIII : diberikan kepada penderita kurus. Diabetes remaja, atau diabetes
komplikasi
Dalam melaksanakan diit diabetes sehari-hari hendaklah diikuti pedoman 3 J :
a) J I : jumlah kalori yang diberikan harus habis, jangan dikurangi atau
ditambahkan
b) J II : jadwal diit harus sesuai dengan intervalnya
c) J III : jenis makanan yang manis harus dihindari
Penentuan jumlah kalori diit diabetes mellitus harus disesuaikan oleh status gizi
penderita, penentuan gizi dilaksanakan dengan menghitung percentage of relative
body weight dengan rumus :
BBR = BB (Kg) x100%

TB (Cm)-100

Asuhan Keperawatan Ruang Inap Kelas II


PRODI ILMU KEPERAWATAN
Ket :
a. Kurus (underweight) : BBR < 90%
b. Normal (ideal) : BBR 90-110%
c. Gemuk (overweight) : BBR > 110%
d. Obesitas, apabila : BBR > 120%
- Obesitasringan : BBR 120-130%
- Obesitassedang : BBR 130-140%
- Obesitasberat : BBR 140-200%
- Morbid : BBR >200%
 Sebagai pedoman jumlah kalori yang diperlukan sehari-hari untuk penderita DM yang
bekerja biasa adalah:
- Kurus : BB x 40-60 kalorisehari
- Normal : BB x 30 kalorisehari
- Gemuk : BB x20 kalorisehari
- Obesitas : BBx10-15 kalorisehari

C. Konsep Asuhan Keperawatan


1. Pengkajian
a. Identitas Pasien
Berisikan data umum dari pasien. Yang terdiridarinama, tempat dan tanggal lahir,
jenis kelamin, status kawin, agama, pendidikan, pekerjaan, tanggal masuk, alamat,
tanggal pengkajian, dan diagnose medis.
b. Identitas penanggung jawab
Berisikan data umum dari penanggung jawab pasien yang bisa di hubungi selama
menjalani masa rawatan di rumah sakit
c. Riwayat Kesehatan
1) Keluhan Utama
Keluhan utama pada pasien diabetes mellitus adalah poliuria, polifagia,
polidipsia, polifagia, penurunan berat badan, dan ulkus yang lama sembuh.
Pasien yang mengalami ketoasidosis terdapat mual, muntah, dan nyeri abdomen.
pada pasien yang mengalami sindrom HHNK terdiri atas gejala hipotensi,
dehidrasi berat (membran mukosa kering, turgor kulit jelek), takikardi, dan
tanda-tanda neurologis yang bervariasi (perubahan sensori, kejang-kejang,

Asuhan Keperawatan Ruang Inap Kelas II


PRODI ILMU KEPERAWATAN
hemiparise). Gejala yang timbul pada pasien yang mengalami hipoglikemia
adalah badan gemetar, berkeringat, takikardia dan kecemasan (Price & Wilson,
2012).
2) Riwayat Kesehatan Sekarang
Pada pasien diabetes tipe I, mengalami poliuria, polidipsia, polifagia, penurunan
berat badan, dan ketoasidosis. semuanya terjadi akibat gangguan metabolik.
Pasien dengan diabetes tipe II juga dapat memperlihatkan gejala poliuria dan
polidipsia, tetapi umumnya asimtomatik.
3) Riwayat Kesehatan Dahulu
Adanya riwayat penyakit diabetes melitus, kegemukan, penyakit pangkreas,
penyakit hormonal, konsumsi obat-obatan (aloxan, streptozokin: sitotoksin
terhadap sel-sel beta, derivat thiazide) yang dapat menurunkan sekresi insulin,
malnutrisi (kekurangan protein kronik). Pengkajian riwayat ini dapat mendukung
pengkajian dari riwayat penyakit sekarang dan merupakan data dasar untuk
mengkaji lebih lanjut dan untuk memberikan tindakan selanjutnya.
4) Riwayat Kesehatan Keluarga
Biasanya ada riwayat keluarga yang menderita diabetes melitus atau adanya
riwayat obesitas dari generasi terdahulu.
d. Pola Aktivitas sehari-hari
1. Pola Nutrisi
- Anggaran makan, makanan kesukaan, waktu makan.
- Apakah ada diet yang dilakukan secara kusus?
- Adakah penurunan dan peningkatan berat badan dan berapa lama periode
waktunya?
- Adakah status fisik pasien yang dapat meningkatkan diet seperti luka bakar
atau demam.
- Adakah toleransi makan atau minum tertentu.

Faktor yang mempengaruhi diet:

 Status kesehatan.
 Kulture dan kesehatan.
 Status sosial ekonomi.
 Faktor psikologis.
 Informasi yang salah tentang makanan dan cara diet.
2. Pola Eliminasi
a) Buang Air Kecil

Asuhan Keperawatan Ruang Inap Kelas II


PRODI ILMU KEPERAWATAN
Intake dan output pasien selama 24 jam. Dibandingkan antara kondisi
pasien yang sehat dengan kondisi pasien yang sedang mengalami
perawatan dirumah sakit. Pasien mengeluh sering berkemih dalam sehari.

b) Buang Air Besar


Konsistensi buang air besar, jumlah, kepadatan, warna dan bau di
bandingkan saat kondisi pasien yang sehat dengan kondisi pasien yang
sedang mengalami perawatan dirumah sakit.
3. Pola istirahat dan tidur
Waktu istirahat perhari pasien di bandingkan saat keadaan sehat dengan
keadaan saat pasien dirawat dirumah sakit.
4. Pola aktivitas dan latihan
e. Pemeriksaan fisik
1) Status Kesehatan Umum
Meliputi keadaan penderita, kesadaran, suarabicara, tinggi badan, berat badan
dan tanda – tanda vital.
2) Ukuran antropometri
a) TB dan BB untukmenetukan status nutrisi
b) Lingkar kepala
c) Lingkar dada
d) Lingkar lengan atas (MAC):
Nilai normal Wanitausiasubur: 23,5 cm
e) Lipatan kulit pada otot trisep
Nilai normal Wanita : 16,5 - 18 cm
Nilai normal Pria : 12,5 – 16,5 cm
3) Pemeriksaan kepala
Mengetahui bentuk dan fungsi kepala. Mengetahui kelainan yang terdapat di
kepala.Pada rambut ditemukan rambut kusam, kering, pudar, kemerahan pecah
atau patah- patah.
4) Pemeriksaan wajah

Asuhan Keperawatan Ruang Inap Kelas II


PRODI ILMU KEPERAWATAN
Pada pemeriksaan di wajah ditemukan wajah pucat, bibir kering, pecah-pecah,
bengkak, adanya lesi stomatitis. Membran mukosa pucat.

5) Pemeriksaan mata
Pada pemeriksaan mata ditemukan konjungtiva pucat, kering, esofalmus,
tanda-tanda infeksi
6) Pemeriksaan mulut dan bibir
Pada pemeriksaan mulut dan bibir ditemukan bibir pecah-pecah, bibir kering,
ada lesi dan bengkak di bagian bibir dan mulut, stomatitis dan membran
mukosa mulut pucat. Pada gusi terjadi perdarahan dan peradangan. Terjadi
edema dan hiperemis pada lidah. Pada gigi terdapat karies, nyeri dan kotor.
7) Sistem integumen
Turgor kulit menurun, adanya luka atau warna kehitaman bekas luka,
kelembaban dan suhu kulit di daerah sekitar ulkus dan gangren, kemerahan
pada kulit sekitar luka, tekstur rambut dan kuku.
8) Sistem Pernafasan
Adakah sesak nafas, batuk, sputum, nyeri dada, pada penderita DM mudah
terjadi infeksi.
9) Sistem Kardiovaskuler
Perfusi jaringan menurun, nadi perifer lemah atau berkurang,takikardi/
bradikardi, hipertensi/ hipotensi, aritmia, kardiomegalis.
10) Sistem gastrointestinal
Terdapat polifagi, polidipsi, mual, muntah, diare, konstipasi, dehidrase,
perubahan berat badan, peningkatan lingkar abdomen, obesitas.
11) Sistem urinary
Poliuri, retensio urine, inkontinensia urine, rasa panas atau sakit saat
berkemih.
12) Sistem musculoskeletal
Penyebaran lemak, penyebaran masa otot, perubahan tinggi badan, cepatlelah,
lemah dan nyeri, adanya gangren di ekstrimitas.
13) Sistem neurologis
Terjadi penurunan sensoris, parasthesia, anastesia, letargi, mengantuk, reflek
lambat, kacau mental, disorientasi.

Asuhan Keperawatan Ruang Inap Kelas II


PRODI ILMU KEPERAWATAN
f. Data Psikologis
Adanya perubahan sikap dan psikologis pasien selama sakit yang dapat
mempengaruhi pola makanan pasien selama di rumah sakit.
g. Data Sosial
Status ekonomi atau sosial keluarga pasien dalam memilih dan membeli makanan
serta kemampuan keluarga pasien dalam pemenuhan kesehatan.
h. Data Spiritual
Kepercayaan yang diyakini dan dianut oleh pasien dan keluarga.
i. Data Penunjang Pemeriksaan Laboratorium

1) Albumin (N: 4–5,5mg/100ml)


2) Transferi (N: 170-25 mg/100ml
3) Hemoglobin (N: 12mg%)
4) BUN (N: 10–20 mg/100ml)
5) Pemeriksaan gula darah puasa

Nilai normal: Wholeblood : 60 – 100 mg/dl


Dewasa : 70 – 100 mg/dl
Bayi baru lahir : 30 – 80 mg/dl
Anak : 60 – 100 mg/dl
(Robbins dkk, 2007)
6) Pemeriksaan gula darah 2 jam setelah makan
Nilai normal : Dewasa : <140 ml/dl/2 jam
Wholeblood : <120 mg/dl/2 jam
(Robbins dkk, 2007)

7) Pemeriksaa gula darah sewaktu


Nilai normal : 200 mg / dl
8) Pemeriksaan HB AIC (Hemoglobin Glikosilasi)
Pemeriksaan dengan menggunakan bahan darah, untuk memperoleh informasi
kadar gula darah yang sesungguhnya, karena pasien tidak dapat mengontrol
hasil tes dalam kurun waktu 2 – 3 bulan. Tes ini berguna untuk mengukur
tingkat ikatan gula pada hemoglobin A (AIC) sepanjang umur sel darah merah
(120 hari).
9) Pemeriksaan fruktosamin
Asuhan Keperawatan Ruang Inap Kelas II
PRODI ILMU KEPERAWATAN
Pemeriksaan fruktosamin menggunakan metoda enzymatic seperti pada
pemeriksaan glukosa.

2. Diagnosa Keperawatan Yang Mungkin Muncul

Berdasarkan pengkajian diatas kemungkinan diagnosa keperawatan yang muncul


adalah:
a) Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
faktor biologis
b) Resiko ketidakstabilan kadar gula darah berhubungan dengan Kurangnya
pengetahuan tentang manajemen diabetes
c) Konstipasi berhubungan dengan kelemahan otot abdomen
d) Keletihan berhungan dengan peningkatan kelemahan fisik

3. Intervensi/Perencanaan Keperawatan

Diagnosa
Tujuan Intervensi
Keperawatan
Ketidakseimbangan Setelah dilakukan intervensi Manajemen Nutrisi
nutrisi kurang dari selama 3x24 jam, diharapkan Observasi :
kebutuhan tubuh kebutuhan nutrisi pasien dapat a) Identifikasi status nutrisi
berhubungan dengan terpenuhi, dengan kriteria b) Identifikasi alergi dan
faktor fisiologis hasil: intoleransi makanan
- Adanya peningkatan berat c) Identifikasi kebutuhan kalori
badan sesuai tujuan dan nutrisi
- berat badan ideal sesuai d) Monitor asupan makanan
dengan tinggi badan e) Monitor berat badan
- mampu mengidentifikasi f) Monitor hasil pemeriksaan
kebutuhan nutrisi laboratorium
- tidak ada tanda-tanda Terapeutik :

malnutrisi a) Lakukan oral hygiene

- tidak terjadi penurunan berat sebelum makan

badan yang berarti b) Berikan makanan yang tinggi


serat untuk mencegah

Asuhan Keperawatan Ruang Inap Kelas II


PRODI ILMU KEPERAWATAN
konstipasi
c) Berikan makanan yang tinggi
kalori dan tinggi protein
Edukasi
Ajarkan diet yang diprogramkan
Kolaborasi
Kolaborasi dengan ahli gizi
untuk menentukan jumlah kalori
dan jenis nutrisi yang
dibutuhkan pasien
Resiko Setelah dilakukan tindakan Manajemen Hiperglikemia
ketidakstabilan kadar selama 3x24 jam diharapkan Observasi:
gula darah Resiko ketidakstabilan kadar a) Identifikasi situasi yang
berhubungan dengan gula darah dapat teratasi, menyebabkan kebutuhan
Kurangnya dengan kriteria hasil: insulin meningkat (misalnya
pengetahuan tentang 1. Kadar glukosa darah Skala penyakit kambuhan
manajemen diabetes outcome tidak ada deviasa b) Monitor kadar glukosa darah
dari : jika perlu
a) Glukosa darah c) Monitor tanda dan gejala
b) Hemoglobin glikosilat hiperglekemia (mis. polyuria,
c) Fruktosamin polydipsia, kelemahan,
d) Urin glukosa malaise, pandangan kabur,
e) Urine Keton sakit kepala)
2. Keparahan hiperglikemia d) Monitor intake dan output
skala outcome tidak ada : cairan
a) Peningkatan urin output e) Monitor keton urin, kadar
b) Peningkatan haus analisa gas darah, elektrolit,
c) malaise tekanan darah ortostatik dan
d) Pandangan kabur frekuensi nadi
e) Kehilangan berat badan Terapeutik :
yang tidak bisa a) Berikan asupan cairan oral
dijelaskan b) Konsultasi dengan medis
f) Mual jika tanda dan gejala,

Asuhan Keperawatan Ruang Inap Kelas II


PRODI ILMU KEPERAWATAN
g) Perubahan status mental hiperglikemia tetap ada atau
h) Peningkatan glukosa memburuk
darah c) Fasilitasi ambulasi jika ada
i) Peningkatan AIC hipotensi ortostatik
(glycated hemoglobin) Edukasi
3. Keparahan hipoglikemia a) Anjurkan menghindari
skala outcome tidak ada ; olahraga saat kadar glukosa
a) Peningkatan urin output darah lebih dari 250 mg/dL
b) Kehausan b) Anjurkan monitor kadar
c) Dehidrasi glukosa darah secara
d) Lethargy mandiri
c) Anjurkan kepatuhan
terhadap diet dan olahraga
d) Ajarkan indikasi dan
pentingnya pengujian keton
urine, jika perlu
e) Ajarkan pengelolaan
diabetes (mis, Penggunaan
insulin, obat oral, monitor
asupan cairan, penggantian
karbohidrat, dan bantuan
professional kesehatan)
Kolaborasi :
a) Kolaborasi pemberian insulin
jika perlu
b) Kolaborasi pemberian cairan
jika perlu
c) Kolaborasi pemberian kalium
jika perlu

Konstipasi Setelah dilakukan tindakan Manajemen Konstipasi


berhubungan dengan selama 3x24 jam, diharapkan Obervasi
kelemahan otot konstipasi teratasi dengan a) Periksa tanda dan gejala

Asuhan Keperawatan Ruang Inap Kelas II


PRODI ILMU KEPERAWATAN
abdomen kriteria hasil: konstipasi
1. Mempertahankan bentuk b) Periksa pergerakan usus,
feses lunak setiap 1-3 hari karakteristik
2. Bebas dari feses(Konsistensi, bentuk,
ketidaknyamanan dan volume dan warna)
konstipasi c) Identifikasi faktor resiko
3. Mengidentifiasi indikator konstipasi (mis. obat-obatan,
untuk mencegah konstipasi tirah baring, dan diet rendah
4. Feses lunak dan berbentuk serat)
Terapeutik
a) Anjurkan diet tinggi serat
b) Lakukan masase abdomen
jika perlu
c) Lakukan evakuasi feses
secara manual jika perlu
Edukasi
a) Jelaskan etiologi masalah
dan alasan tindakan
b) Ajarkan cara mengatasi
konstipasi/impaksi
Kolaborasi
Kolaborasi penggunaan obat
pencahar, jika perlu
Keletihan berhungan Setelah dilakukan tindakan Manajemen Energi
dengan peningkatan selama 3x24 jam, diharapkan a. Identifikasi gangguan fungsi
kelemahan fisik kekuatan fisik meningkat tubuh yang mengakibatkan
dengan kriteria hasil : kelelahan
1) Memverbalisasikan b. Monitor pola dan jam tidur
peningkatan energy dan c. Monitor lokasi dan
merasa lebih baik ketidaknyamanan selama
2) Menjelaskan penggunaan melakukan aktivitas
energy untuk mengatasi d. Sediakan lingkungan nyaman
kelelahan dan rendah stimulus

Asuhan Keperawatan Ruang Inap Kelas II


PRODI ILMU KEPERAWATAN
3) Kecemasan menurun e. Anjurkan tirah baring
4) Glukosa darah adekuat f. Kolaborasi dengan ahli gizi
5) Kualitas hidup meningkat tentang cara meningkatkan
6) Istirahat cukup asupan makanan
7) Mempertahankan
kemampuan untuk
berkonsentrai

1. Implementasi/Penatalaksanaan Keperawatan
Implementasi keperawatan adalah tindakan yang sudah direncanakan dalam rencana
perawatan. Tindakan keperawatan mencangkup tindakan mandiri, dan tindakan
kolaborasi. Tindakan mandiri adalah aktivitas perawat yang didasarkan pada
kesimpulan atau keputusan sendiri dan bukan merupakan petunjuk atau perintah dari
petugas kesehatan lain. Tindakan kolaborasi adalah tindakan yang didasarkan hasil
keputusan bersama, seperti dokter dan petugas kesehatan lain. Agar lebih jelas dan
akurat dalam melakukan implementasi, diperlukan perencanaan keperawatan yang
spesifik dan operasional.
2. Evaluasi/Catatan Perkembangan
Evaluasi perkembangan kesehatan pasien dapat dilihat dari hasilnya. Tujuannya adalah
untuk mengetahui sejauh mana tujuan perawatan dapat dicapai dan memberikan umpan
balik terhadap asuhan keperawatan yang diberikan. Jika tujuan tidak tercapai, maka
perlu dikaji ulang letak kesalahannya, dicari jalan keluarnya, kemudian catat apa yang
ditemukan, serta apakah perlu dilakukan perubahan intervensi.

Asuhan Keperawatan Ruang Inap Kelas II


PRODI ILMU KEPERAWATAN
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN

Nama Mahasiswa yang Mengkaji: Anisa NIM: P2012004

Ruangan : Kelas II Tgl. Pengkajian : 08/02/2024


Kamar : Wanita Waktu Pengkajian : 10.00 WIT

Tgl. Masuk RS: 06-02-2024 Auto Anamnese : √

Allo Anamnese :
I. IDENTIFIKASI
A. KLIEN
Nama Initial : Ny. A
Tempat/tgl. Lahir (umur) : Ambon,21/01//1975
Jenis kelamin : Laki-laki √ Perempuan

Status perkawinan : Sudah menikah


Jumlah Anak : 2 orang
Agama/Suku : Islam
Warga negara : √ Indonesia Asing
Bahasa yang digunakan : √ Indonesia
Daerah ............................................
Asing ............................................
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : IRT
Alamat Rumah : Waiheru

B. PENANGGUNG JAWAB
Nama : Tn. S
Alamat : Waiheru
Hubungan dengan klien : Suami
Asuhan Keperawatan Ruang Inap Kelas II
PRODI ILMU KEPERAWATAN
II. DATA MEDIK
A. Dikirim oleh : √ IGD  Dokter
praktek
B. Diagnosa Medik :

 Saat masuk : Diabetes Melitus tipe II

 Saat Pengkajian : Diabetes Melitus tipe II

III. KEADAAN UMUM


A. KELUHAN UTAMA : Sesak nafas meningkat sejak 1 jam yang lalu,demam,
mual, dan pusing

B. KEADAAN SAKIT: Klien mengatakan mengeluh mual, masih pusing, lemah


dan tidak nafsu makan.
C. TANDA-TANDA VITAL:
1. Kesadaran:
 Kualitatif: √ Composmentis Somnolens Coma
 Apatis  Soporocomatous.

 Kuantitatif:
Skala Coma Glasgow: - Respon Motorik : 5
- Respon Bicara : 5
- Respon Membuka Mata: 4
+
Jumlah : 14
Kesimpulan:Pasien dalam kesadaran yang baik
 Flapping Tremor/asterixis: Positif √ Negatif
2. Tekanan darah : 100/70 mmHg
MAP : 80 mmHg
Kesimpulan : Walaupun tekanan sistolik berada dalam kisaran normal,
namun tekanan darah sistolik cenderung lebih rendah

Asuhan Keperawatan Ruang Inap Kelas II


PRODI ILMU KEPERAWATAN
3. Suhu: 36,5°C Oral √ Axilla Rectal
4. Nadi : 96 x/menit

5. Pernafasan: 24 x/menit

Irama: √ Teratur Kusmaull Cheynes-Stokes

Jenis : √ Dada Perut

D. PENGUKURAN:
1. Lingkar Lengan Atas: 23 cm 3. Tinggi Badan: 153 cm
2. Lipat Kulit Triceps : - cm 4. Berat badan: 62 kg
Indeks Massa Tubuh (IMT) : 26,49
Kesimpulan : IMT termasuk dalam kategori kelebihsn BB tingkat ringan

E. GENOGRAM:

X X
X X

X ↗

Keterangan :
: Laki-laki
: Perempuan
: Garis Keturunan
: Tinggal Serumah
: Klien
X : Meninggal

Asuhan Keperawatan Ruang Inap Kelas II


PRODI ILMU KEPERAWATAN
IV. PENGKAJIAN POLA KESEHATAN

A. KAJIAN PERSEPSI KESEHATAN – PEMELIHARAAN KESEHATAN

1. Data Subyektif
a. Keadaan sebelum sakit:

Klien mengatakan bahwa klien memiliki riwayat DM tipe II sejak 7 tahun yang
lalu dan tidak melakukan control secara rutin,klien juga memiliki riwayat TB 3
tahun yang,klien juga mengatakan pernah mengkonsumsi obat OAT selama 3
bulan,Klien mengatakan bahwa tidak ada anggota keluarganya yang menderita
penyakit keturunan yang sama dengan klien. Klien juga mengatakan tidak merasa
mual,muntah,pusing,tidak nadsu makan sebelumnya.
b. Keadaan sejak sakit:
Klien mengatakan sering merasa mual (+) muntah (+) pusing (+) dan tidak nafsu
makan (+)

2. Data Obyektif
Observasi:
 Kebersihan rambut : Rambut terlihat rontok dan kering
 Kulit kepala : Bersih
 Kebersihan kulit : Baik
 Higiene rongga mulut : Bersih
 Kebersihan genitalia : Tidak dikaji
 Kebersihan anus : Tidak dikaji
Tanda/Scar Vaksinasi : √ BCG Cacar

B. KAJIAN NUTRISI METABOLIK


1. Data Subyektif
a. Keadaan sebelum sakit:
Klien mengatakan makan dan minum normal saja 3 kali sehari dengan nasi, lauk
pauk, dan jarang memakan buah-buahan dan sayuran. Minum selama sehat sekitar
1600 ml setiap harinya.
b. Keadaan sejak sakit:
Klien mengatakan selama sakit nafsu makan menurun, diet ML DD 1700 kkal
yang diberikan tidak pernah habis hanya habis 3 sendok makan, minum sekitar
1500 ml setiap harinya.
b. Data Obyektif
a. Observasi
Tampak kien makan walaupun porsi makan yang dimakan hanya sedikit.

Asuhan Keperawatan Ruang Inap Kelas II


PRODI ILMU KEPERAWATAN
b. Pemeriksaan Fisik
 Keadaan rambut : Rambut terlihat rontok dan kering
 Hidrasi kulit : Baik
 Palpebrae/Conjungtiva : Anemis
 Sclera : Putih
 Hidung : Bentuk hidung simetris,tidak ada pernafasan
cuping hidung, penciuman baik bisa
membedakan bau
 Rongga mulut/ Gusi : Mukosa bibir kering dan pucat, mulut kurang
bersih, ada plak gigi, reflek mengunyah
baik, reflek menelan baik.
 Gigi Geligi : Masih bagus
 Gigi palsu : Tidak ada
 Kemampuan mengunyah keras : Masih bagus
 Lidah//Tonsil : Baik
 Pharing : Terlihat
 Kelenjar getah bening/leher : Tidak ada pembengkakan , reflek baik
 Abdomen

 Inspeksi : Bentuk : Simetris kiri dan kanan.


Bayangan vena : Tidak terlihat
Benjolan vena : Tidak ada

 Auskultasi : Bising usus normal.

 Palpasi : Tanda nyeri umum : Ada


Massa :-
Hidrasi kulit : Tidak ada
Nyeri tekan: √ R. Epigastrica Titik Mc.Burney
R. Suprapubica R. Illiaca
Hepar : Tidak ada

Lien : Tidak ada

 Perkusi : Tympani
Ascites : √ Negatif Positif
Lingkar perut : -

Asuhan Keperawatan Ruang Inap Kelas II


PRODI ILMU KEPERAWATAN
 Kelenjar limfe inguinal : Tidak ada
 Kulit:

o Spider naevi : √ Negatif Positif


o Uremic frost : √ Negatif Positif
o Edema : √ Negatif Positif, Lokasi: .......................
o Icteric : √ Negatif Positif
o Tanda radang : Tidak ada
o Nyeri tekan : ada
o Lesi : Tidak ada

c. Pemeriksaan diagnostik
 Laboratorium: - GDS 241 mg/dl (nr < 200)
- Ureum darah 97 mg/dl (nr 10,0-50,0 mg/dl)
- Kreatinin darah 0,8 mg/dl (nr 0,6-1,1 mg/dl)
- Total protein 7,1 g/dl (nr 6,6-8,7 g/dl)
- Albumin 2,9 g/dl (nr 3,8-5,0 g/dl)
- globulin 4,2 g/dl (nr 1,3-2,7 g/dl)
d. Terapi:
- IVFD Nacl 0,9 % 6 TPM
- Inj Ceftriaxone 2x1 gr/12 jam/iv
- Inj Nevorapid 3x6 unit 15 jam sebelum makan/sc
- Inj Ranitidine 2x1 amp/12 jam/iv
- Diet DD IV 1700 kkal
- KSR 2x1 tab (po)
- Dulcolax supost

C. KAJIAN POLA ELIMINASI


1. Data Subyektif
a. Keadaan sebelum sakit:
BAB
- Frekuensi : 1x sehari
- Konsistensi : Lembek
- Warna : Agak kekuning-kuningan
BAK
- Frekuensi : 5-6x sehari
Asuhan Keperawatan Ruang Inap Kelas II
PRODI ILMU KEPERAWATAN
- Warna : Jernih
b. Keadaan sejak sakit:
BAB

- Frekuensi : 2x sehari
- Konsistensi : Keras
- Warna : Agak kecoklatan

BAK

- Frekuensi : 3000 cc
- Terpasang kateter

2. Data Obyektif
a. Pemeriksaan Fisik
 Peristaltik usus : -
 Palpasi Suprapubica: kandung kemih: Penuh √ Kosong
 Nyeri ketuk ginjal: Kiri √ Negatif Positif
Kanan √ Negatif Positif
 Mulut urethra : Tidak dikaji
 Anus : Tidak dikaji

D. KAJIAN POLA AKTIVITAS DAN LATIHAN


1. Data Subyektif
a. Keadaan sebelum sakit:
Klien mengatakan sebelum sakit Sering beraktivitas di rumah saja untuk
melakukan pekerjaannya sebagai ibu rumah tangga.
b. Keadaan sejak sakit:
Klien mengatakan jarang melakukan olahraga selama sakit dan hanya bisa di atas
tempat tidur dan tidak bisa melakukan aktifitas seperti biasanya.

2. Data Obyektif
a. Observasi
 Aktivitas Harian:
o Makan 
o Mandi  0 : mandiri
o Berpakaian  1 : bantuan dengan alat

Asuhan Keperawatan Ruang Inap Kelas II


PRODI ILMU KEPERAWATAN
o Kerapian  2 : bantuan orang
o Buang air besar  3 : bantuan orang dan alat
o Buang air kecil  4 : bantuan penuh
o Mobilisasi di tempat tidur 

o Ambulasi: tempat tidur


 Postur tubuh : Normal
 Gaya jalan : Agak bongkok
 Anggota gerak yang cacat : Tidak ada
 Fiksasi : Tidak ada
 Tracheostomie : Tidak ada
b. Pemeriksaan fisik
 Perfusi pembuluh perifer kuku: Kembali dalam 3 detik
 Thorax dan Pernafasan
o Inspeksi: Bentuk thorax : Normal
Stridor: √ Negatif  Positif
Dyspnea d’ Effort: √ Negatif  Positif
Sianosis: √ Negatif Positif
o Palpasi: Vocal Fremitus (+)
o Perkusi: √ Sonor Redup Pekak
Kesimpulan: Bentuk torax normal
o Auskultasi: Suara Nafas : Vesikuler
Suara Ucapan : Terdengar jelas
Suara Tambahan : Tidak ada
 Jantung
o Inspeksi: Ictus cordis tampak pada ICS 5
Klien menggunakan alat pacu jantung √ Negatif
Positif
o Palpasi: Ictus cordis: Normal
Thrill: √ Negatif Positif
o Perkusi: Batas atas jantung: Tidak dikaji
Batas kanan jantung: Tidak dikaji

Asuhan Keperawatan Ruang Inap Kelas II


PRODI ILMU KEPERAWATAN
Batas kiri jantung: Tidak dikaji

 Lengan dan Tungkai


o Atrofi otot: √ Negatif  Positif, Tempat: -
o Rentang gerak: Latihan terbatas
- Mati sendi: Tidak terjadi mati sendi
- Kaku sendi: Tidak terjadi kaku sendi

o Uji kekuatan otot: Kiri 4

Kanan 4

o Reflex Fisiologi: Bagus


o Reflex Patologik: Babinski, Kiri √ Negatif Positif
Kanan √ Negatif Positif
o Clubing Jari-jari √ Negatif  Positif
o Varices Tungkai √ Negatif  Positif
c. Pemeriksaan Diagnostik
 Laboratorium

c. Terapi

E. KAJIAN POLA TIDUR DAN ISTIRAHAT


1. Data Subyektif
a. Keadaan sebelum sakit:
Klien mengatakan waktu untuk tidur siang ±1 jam sehari, tidur malam ± 6-7 jam
setiap harinya. Ny. A mengatakan tidurnya nyenyak.

b. Keadaan sejak sakit:


Klien mengatakan sejak sakit klien mengatakan tidur kurang lebih 1 jam sehari,
tidur malam kurang lebih 5 jam sehari. Klien juga mengatakan tidurnya tidak
nyenyak dan sering terbangun karena mual dan pusing
2. Data Obyektif
a. Observasi
Expresi wajah mengantuk :  Negatif √ Positif
Banyak menguap : Negatif √ Positif
Palpebrae inferior berwarna gelap : √ Negatif Positif

Asuhan Keperawatan Ruang Inap Kelas II


PRODI ILMU KEPERAWATAN
F. KAJIAN POLA PERSEPSI KOGNITIF
1. Data Subyektif
1. Keadaan sebelum sakit:
Klien mengatakan sudah merasa sesak,demam,mual dan pusing
2. Keadaan sejak sakit:
Klien mengatakan merasa mual,pusing,lemah dan tidak nafsu makan

2. Data Obyektif

a. Pemeriksaan Fisik
 Penglihatan
o Cornea : Baik
o Visus : Baik
o Pupil : Baik
o Lensa Mata : Baik
 Pendengaran
o Pina : Baik
o Canalis : Baik
o Membran Tympani : Baik
o Tes Pendengaran : Baik

G. KAJIAN POLA PERSEPSI DAN KONSEP DIRI


1. Data Subyektif
a. Keadaan sebelum sakit:
- Kecemasan : Klien merasa cemas dengan penyakitnya dan ingin cepat sembuh
- Konsep Diri : Klien tidak mengalami gangguan konsep diri dibuktikan dengan
klien dapat menerima dan menyadari keadaan yang dialaminya
adalah cobaan dari Allah SWT
b. Keadaan sejak sakit:
Klien mengatakan merasa mual,pusing,lemah dan tidak nafsu makan
1. Data Obyektif
a. Observasi
 Kontak mata : Baik
 Rentang perhatian : Baik
 Suara dan cara bicara : Baik
 Postur tubuh : Normal
b. Pemeriksaan Fisik
Kelainan bawaan yang nyata : Tidak ada
Asuhan Keperawatan Ruang Inap Kelas II
PRODI ILMU KEPERAWATAN
 Abdomen: Bentuk : Normal,simetris kiri dan kanan
Bayangan vena : Tidak terlihat
Bayangan massa : Tidak ada
 Kulit: Lesi kulit : Tidak ada
 Penggunaan protesa : Tidak ada

H. KAJIAN POLA PERAN DAN HUBUNGAN DENGAN SESAMA


1. Data Subyektif
a. Keadaan sebelum sakit:
Klien mengatakan dalam berkomunikasi baik dengan keluarganya,hubungan
dengan orang lain juga baik..
b. Keadaan sejak sakit:
Klien mengatakan tetap menjaga komunikasi yang baik dengan keluarganya,
maupun hubungan dengan orang lain pun tetap baik terlihat saat keluarga dan kerabat
datang menjenguk klien

2. Data Obyektif
a. Observasi
Klien tampak berbincang-bincang dengan kerabat yang menjenguk dan sering
berkomunikasi dengan anak-anaknya yang menajaga klien di ruangan

I. KAJIAN POLA REPRODUKSI - SEKSUALITAS


1. Data Subyektif : Tidak dikaji
2. Data Objekti : Tidak dikaji

J. KAJIAN MEKANISME KOPING DAN TOLERANSI


TERHADAP STRES

1. Data Subyektif
a. Keadaan sebelum sakit:
Klien mengatakan sering bercerita dengan anggota keluarganya baik itu anak
maupun suami klien
b. Keadaan sejak sakit:
Klien mengatakan dia hanya bisa berdo’a agar cepat sembuh dan tidak mau
menyalahkan situasi yang dia alami sekarang
2. Data Obyektif
a. Observasi :
Klien tampak menunjukkan pola koping yang cukup baik

Asuhan Keperawatan Ruang Inap Kelas II


PRODI ILMU KEPERAWATAN
K.KAJIAN POLA SISTEM NILAI KEPERCAYAAN

1. Data Subyektif
a. Keadaan sebelum sakit:
Klien mengatakan bahwa klien beraga Islam, sebelum sakit klien sering
melaksanakan sholat
b. Keadaan sejak sakit:
Klien mengatakan mengatakan bahwa klien sholat sambil duduk karena kesusahan
untuk melaksanakan sholat dalam keadaan berdiri
2. Data Obyektif
b. Observasi :
Klien tampak melaksanakan kewajibannya sebagai umat beragama pada saat waktu
sholat tiba.

No Analisa Data Etiologi Masalah

1. DS: Ketidakmampuan Ketidakseimbangan

- Klien mengatakan tidak nafsu makan mengabsorpsi Nutrisi Kurang Dari

- Klien mengatakan dietnya hanya makanan Kebutuhan Tubuh

habis 3 sendok makan


- Klien mengeluh mual
DO:
- Diet Klien tampak tidak habis
- Klien tampak mual
- LILA Klien dibawah normal yaitu 23
cm (nr 23,5)
- nilai IMT Klien termasuk dalam
kategori kelebihan BB tingkat ringan
yaitu 26,49 (nr>18,5-25,0)
- rambut klien tampak rontok dan
kusam
- membrane mukosa bibir Klien
tampak pucat
- Klien tampak lemah
- Konjungtiva Klien tampak anemis

2. DS : Kelemahan otot Konstipasi


Asuhan Keperawatan Ruang Inap Kelas II
PRODI ILMU KEPERAWATAN
abdomen

- Ny. A mengatakan BAB nya tidak


lancar
- BAB keras berwarna hitam
- Ny. A mengeluh perutnya terasa
tegang dan sakit
DO:
-Ny. A tampak mengeluh sambil
memegang perutnya
-Perut tampak teegang, tampk mual
- Diet Ny. A tidak habis
- Ny. A mendapat obaat pencahar
supositoria

3. DS : Peningkatan Keletihan

- Ny. A mengatakan merasa lelah, kelemahan fisik

- Ny. A mengeluh tidurnya tidak


nyenyak dan sering terbangun
- Ny. A mengatakan tidak mampu
beraktivitas seperti biasanya dan
selalu dibantu oleh keluarga ataupun
perawat
Do :
- Pasien tampak kelelahan
- pasien tampak lesu
- pasien tampak kurang berkonsentrasi,
kurang minat terhadap sekitar
- Pasien tampak mengantuk
- aktivitas pasien dibantu oleh keluarga
diet pasien tidak habis

Asuhan Keperawatan Ruang Inap Kelas II


PRODI ILMU KEPERAWATAN
Diagnosa Keperawatan
1. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d. Ketidakmampuan
mengabsorpsi makanan
2. Keletihan b.d. Peningkatan kelemahan fisik
3. Konstipasi b.d kelemahan otot abdomen

Asuhan Keperawatan Ruang Inap Kelas II


PRODI ILMU KEPERAWATAN
Asuhan Keperawatan Ruang Inap Kelas II
PRODI ILMU KEPERAWATAN

Anda mungkin juga menyukai