Anda di halaman 1dari 142

ASUHAN KEBIDANAN KOMPREHENSIF PADA NY.

L
USIA 19 TAHUN DENGAN ATONIA UTERI DI PMB
WULAN SUKMAWATI, Amd. Keb.
TAHUN 2022

KOMPREHENSIF

Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh


Gelar Ahli Madya Kebidanan

NOVITA WIDIYA LESTARI


2119081

PROGRAM STUDI DIII KEBIDANAN


FAKULTAS KEBIDANAN
INSTITUT KESEHATAN RAJAWALI
BANDUNG
2022
KATA PENGANTAR

Puji serta syukur dipanjatkan ke Hadirat Allah SWT yang telah


memberikan
Rahmat Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan Laporan Komprehensif ini
yang berjudul “Asuhan Kebidanan Komprehensif Pada Ny. L dengan Atonia Uteri
di PMB Wulan Sukmawati, Amd. Keb.” Penulisan laporan kasus ini dilakukan
bertujuan agar mahasiswa dapat mengetahui dan mengkaji suatu kasus yang biasa
terjadi di lingkungan masyarakat dan mampu melakukan penatalaksanaan asuhan
kebidanan yang sesuai dengan kasus yang terjadi secara menyeluruh atau
komprehensif.
Dalam penulisan ini, penulis banyak mendapat motivasi, bimbingan dan
saran dari berbagai pihak. Tanpa bantuan dari semua pihak, tidak mungkin
laporan
kasus ini dapat diselesaikan tepat waktu. Oleh karena itu, terselesaikannya laporan
ini tentu saja bukan karena kemampuan penulis semata-mata. Namun karena
adanya dukungan dan bantuan dari pihak-pihak yang terkait.
Sehubung dengan hal tersebut, perlu kiranya penulis dengan ketulusan hati
mengucapkan terimakasih kepada :
1. Tonika Tohri, S.Kep., M.Kes. Selaku Rektor Institut Kesehatan Rajawali
Bandung.
2. Erni Hernawati, S.S.T., Bd., M.M., M.Keb. Selaku Dekan Fakultas Kebidanan
Institut Kesehatan Rajawali Bandung dan Selaku Pembimbing Utama Asuhan
Komprehensif.
3. Fathia Rizki, S.S.T., M.Tr.Keb. Selaku Penanggung Jawab Prodi DIII
Kebidanan Institut Kesehatan Rajawali Bandung.
4. Fitri Puspita Sari, S.S.T., M.Kes. Selaku Pembimbing Pendamping Asuhan
Komprehensif.
5. Wulan Sukmawati, Amd. Keb. Selaku Pembimbing Lahan.
6. Ny. L dan keluarga yang telah bersedia menjadi klien asuhan komprehensif dan
memberikan informasi dan data-data yang sangat penulis perlukan untuk
penyelesaian laporan ini.
7. Keluarga besar yang telah memberikan dukungan dan motivasi hingga selesai
pencapaian ini.
Penulis menyadari tulisan ini masih jauh dari sempurna dan banyak
kekurangan, sehingga saran dan kritik pembaca yang bersifat membangun sangat
penulis harapkan untuk kesempurnaan tulisan ini. Semoga dapat bermanfaat bagi
pembaca.

Bandung, Juli 2022

Penulis
LEMBAR PERSETUJUAN

Judul : Asuhan Kebidanan Komprehensif Pada Ny. L Dengan Atonia


Uteri
di PMB Wulan Sukmawati, Amd. Keb.
Nama : Novita Widiya Lestari
NPM : 2119081
Program Studi : DIII Kebidanan

Menyetujui :

Pembimbing Utama Pembimbing Pendamping

Erni Hernawati, S.S.T., Bd., M.M., M.Keb. Fitri Puspita Sari, S.S.T., M.Kes.
307.301.005 307.111.003
PENGESAHAN

Laporan asuhan komprehensif ini telah dipertahankan di hadapan Dewan Penguji


Tugas Akhir Program Studi DIII Kebidanan Fakultas Kebidanan Institut
Kesehatan Rajawali dan diterima sebagai persyaratan untuk memperoleh gelar
Ahli Madya Kebidanan pada bulan Agustus.

Judul : Asuhan Kebidanan Komprehensif Pada Ny. L Dengan


Atonia Uteri di PMB Wulan Sukmawati, Amd. Keb.
Nama : Novita Widiya Lestari
NPM : 2119081

Dewan Penguji :

Penguji ( )
Pembimbing Utama ( Erni Hernawati, S.S.T., Bd., M.M., M.Keb.)
Pembimbing Pendamping ( Fitri Puspita Sari, S.S.T., M.Kes. )

Mengetahui :

Dekan Fakultas Kebidanan


Institut Kesehatan Rajawali,
Erni Hernawati, S.S.T., Bd., M.M., M.Keb.
307.301.005

PERNYATAAN

Yang bertanda tangan di bawah ini :


Nama : Novita Widiya Lestari
NPM : 2119081
Program Studi : DIII Kebidanan

Menyatakan bahwa saya tidak melakukan tindakan plagiat dalam penyusunan


Laporan asuhan komprehensif saya yang berjudul Asuhan Kebidanan
Komprehensif Pada Ny. L Dengan Atonia Uteri di PMB Wulan Sukmawati, Amd.
Keb.

Apabila di kemudian hari terbukti terdapat plagiat dalam tugas akhir saya tersebut,
maka saya bersedia menerima sanksi sesuai ketentuan peraturan perundang-
undangan yang berlaku.

Bandung, Juli 2022


Materai 10rb

Novita Widiya Lestari


DAFTAR ISI

HALAMAN
JUDUL.................................................................................................
HALAMAN PERSETUJUAN.................................................................................
HALAMAN PENGESAHAN..................................................................................
KATA PENGANTAR..............................................................................................
DAFTAR ISI.............................................................................................................
DAFTAR TABEL.....................................................................................................
DAFTAR GAMBAR................................................................................................
DAFTAR LAMPIRAN............................................................................................
BAB I PENDAHULUAN.........................................................................................
1.1 Latar
Belakang...............................................................................................
1.2 Rumusan
Masalah..........................................................................................
1.3
Tujuan............................................................................................................
1.4 Manfaat.........................................................................................................
BAB II TINJAUAN PUSTAKA..............................................................................
2.1 Konsep Dasar
Kasus......................................................................................
2.2 Standar Asuhan Kebidanan...........................................................................
2.3 Wewenang
Bidan...........................................................................................
2.4 Kerangka
Teori..............................................................................................
BAB III TINJAUAN KASUS..................................................................................
3.1 Asuhan Kebidanan Kehamilan......................................................................
3.2 Asuhan Kebidanan
Persalinan.......................................................................
3.3 Asuhan Kebidanan Masa
Nifas......................................................................
3.4 Asuhan Kebidanan Bayi Baru
Lahir..............................................................
3.5 Asuhan Kebidanan Keluarga
Berencana........................................................
BAB IV PEMBAHASAN.........................................................................................
BAB V SIMPULAN DAN
SARAN..........................................................................
DAFTAR PUSTAKA

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Kunjungan Pemeriksaan


Kehamilan...........................................................
Tabel 2.2 Tinggi Fundus
Uterus..................................................................................
Tabel 2.3 Pemberian Imunisasi TT Ibu Hamil...........................................................
Tabel 2.4 Kunjungan Masa Nifas...............................................................................
Tabel 2.5 Involusi Uterus...........................................................................................
Tabel 2.6 Penyebab, Tanda Dan Gejala Early HPP...................................................
Tabel 2.7 Nilai APGAR Score...................................................................................
Tabel 2.8 Waktu Pemebrian Imunisasi dasar.............................................................
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Dokumentasi
Partograf............................................................................
Lampiran 2 Dokumentasi Asuhan..............................................................................
Lampiran 3 Kegiatan Bimbingan Asuhan Komprehensif..........................................
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Di Indonesia jumlah kematian ibu per kabupaten/ kota Provinsi Jawa
Barat periode bulan januari-juli tahun 2020 sebesar 416 kasus, jumlah kasus
kematian ini hampir sama dengan tahun 2019 (417), namun pada tahun 2020
ini masih cenderung ada kenaikan karena belum semua kab/kota melaporkan
kematian ibu. Tahun 2019-2020, kasus kematian ibu tertinggi dikabupaten
bogor. Penyebab kematian ibu masih didominasi oleh perdarahan 28% dan
hipertensi 29%, meskipun penyebab lain-lain juga masih tinggi yaitu 24%
(Dinkes Jabar, 2020)
Penyebab langsung kematian ibu adalah pendarahan 28%, eklamsi
24%, infeksi 11%, partus lama 5%, abortus 5%, dan lain-lain. Penyebab tidak
langsung kematian ibu karena kondisi masyarakat seperti pendidikan, sosial
ekonomi dan budaya. Kondisi geografi serta keadaan sarana pelayanan yang
kurang siap ikut memperberat permasalahan ini. Kondisi tersebut meng-
akibatkan 3 terlambat (terlambat mengambil keputusan, terlambat sampai di
tempat pelayanan dan terlambat mendapatkan pertolongan yang adekuat) dan
4 terlalu (terlalu tua, terlalu muda, terlalu banyak, terlalu rapat jarak
kelahiran). (Casnuri, 2021)
Resiko yang mengancam kesehatan reproduksi wanita ketika hamil
diusia yang belum seharusnya antara lain aborsi, anemia, intra uteri fetal
death, premature, kekerasan seksual, atonia uteri, kanker serviks. Ibu hamil
pertama pada umur ≤ 20 tahun, rahim dan panggul belum tumbuh mencapai
ukuran dewasa. Akibatnya diragukan keselamatan dan kesehatan janin dalam
kandungan. Selain itu mental ibu belum cukup dewasa. Bahaya yang
mungkin terjadi antara lain: bayi lahir belum cukup umur dan perdarahan bisa
terjadi sebelum atau sesudah bayi lahir. (Wulanuari, 2020).
Upaya untuk menurunkan AKI pada asuhan kehamilan yaitu dengan
memenuhi standar asuhan kehamilan (10T), standar waktu pelayanan (K1 dan
K4), berorientasi dalam Program Perencanaan Persalinan dan Pencegahan
Komplikasi (P4K), pelayanan imunisasi Tetanus Toxoid Difteri pada ibu
hamil. Pada asuhan ibu bersalin yaitu mendorong agar setiap persalinan
ditolong oleh tenaga kesehatan terlatih yaitu dokter spesialis kebidanan dan
kandungan (SpOG), dokter umum, dan bidan, serta diupayakan dilakukan di
fasilitas pelayanan kesehatan. Untuk asuhan pada masa nifas yaitu sesuai
standar waktu asuhan yang dilakukan minimal 3 kali yaitu pada waktu 6 jam-
3 hari, hari ke 4-28 hari, hari ke 29-42 hari. Pada Keluarga Berencana
memberikan pelayanan KB meliputi penyediaan informasi, pendidikan, dan
cara-cara bagi keluarga untuk dapat merencanakan kapan akan mempunyai
anak, berapa jumlah anak, berapa tahun jarak usia antara anak, serta kapan
akan berhenti mempunyai anak (Kemenkes, 2018).
Asuhan kebidanan komprehensif adalah pemeriksaan yang dilakukan
secara lengkap dengan adanya pemeriksaan laboratorium sederhana dan
konseling asuhan kebidanan yang mencakup pemeriksaan berkesinambungan
diantaranya asuhan kehamilan, persalinan, bayi baru lahir, nifas dan KB
(Varney, 2010). Selain penyebab langsung dan penyebab tidak langsung ibu
dengan kehamilan fisiologis juga mempunyai resiko mengalami komplikasi
baik di kehamilan lanjut, proses persalinan, dan juga masa nifas. Sehingga
diperlukan asuhan komprehensif pada ibu dengan kehamilan fisiologis.
Berdasarkan uraian diatas, menarik perhatian penulis untuk
melakukan asuhan komprehensif pada ibu hamil dengan usia muda. Sehingga
penulis mengambil kasus dengan judul “Asuhan Kebidanan Komprehensif
Pada Ny. L dengan Atonia Uteri” di PMB Wulan Sukmawati, Amd. Keb.
Desa Pasirpogor Kecamatan Sindangkerta Kabupaten Bandung Barat Tahun
2022.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan masalahnya
adalah “ Bagaimana Asuhan Kebidanan Komprehensif pada Ny. L dengan
Atonia Uteri di PMB Wulan Sukmawati, Amd. Keb.”

1.3 Tujuan
1.3.1 Tujuan Umum
Penulis mampu melakukan asuhan kebidanan komprehensif pada
Ny. L dengan Atonia Uteri di PMB Wulan Sukmawati, Amd. Keb.
1.3.2 Tujuan Khusus
1. Mampu melakukan asuhan kehamilan pada Ny. L G1P0A0 di PMB Wulan
Sukmawati, Amd. Keb
2. Mampu melakukan asuhan persalinan pada Ny. L G1P0A0 di PMB Wulan
Sukmawati, Amd. Keb
3. Mampu melakukan asuhan masa nifas pada Ny. L P1A0 di PMB Wulan
Sukmawati, Amd. Keb
4. Mampu melakukan asuhan bayi baru lahir pada bayi Ny. L di PMB Wulan
Sukmawati, Amd. Keb
5. Mampu melakukan asuhan KB pada Ny. L P1A0 di Praktik Mandiri Bidan
Wulan Sukmawati, Amd. Keb
1.4 Manfaat
1.4.1 Manfaat Praktis
Asuhan kebidanan secara komprehensif dapat menjadi gambaran
nyata tentang penerapan proses asuhan kebidanan, mengoptimalkan evaluasi
dan mengaplikasikan teori, serta deteksi dini komplikasi.
1.4.2 Manfaat Teoritis
1. Bagi Penulis
Dapat mengembangkan ilmu pengetahuan dan keterampilan yang
telah didapat selama masa perkuliahan, serta mampu menerapkan ilmu
pengetahuan dan keterampilan dalam kehidupan. Terutama mengenai
asuhan kehamilan, persalinan, nifas, bayi baru lahir dan keluarga
berencana.
2. Bagi Institusi Pendidikan
Dapat mengetahui sejauh mana mahasiswa memahami mengenai
pembelajaran yang telah diberikan, juga memberikan kesempatan kepada
mahasiswa memiliki pengalaman belajar dalam memberikan asuhan
komprehensif secara nyata.
3. Bagi PMB
Mengembangkan pengabdian kepada masyarakat sehingga dapat
meningkatkan derajat kesehatan masyarakat. Meningkatkan kinerja Bidan
dalam pengetahuan dan keterampilan, meningkatkan kepatuhan penggu-
naan standar pelayanan kebidanan, meningkatkan mutu asuhan kebidanan
dan meningkatkan kepuasan pasien terhadap pelayanan kebidanan.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Konsep Dasar Kasus
2.1.1 Kehamilan
1. Definisi Kehamilan
Kehamilan merupakan proses normal yang menghasilkan
serangkaian perubahan fisiologis dan psikologis pada wanita hamil.
Kehamilan menyebabkan perubahan yang besar dalam tubuh seorang
perempuan. Perubahan tersebut dimulai segera setelah pembuahan dan
berlanjut selama kehamilan, dan sebagian besar terjadi sebagai respon
terhadap rangsangan fisiologis yang ditimbulkan oleh janin dan plasenta
(Cuningham dkk, 2014).
Kehamilan merupakan proses yang alamiah. Perubahan-perubahan
yang terjadi pada wanita selama kehamilan normal adalah bersifat fisiologis,
bukan patologis. Oleh karena itu asuhan yang diberikan pun adalah asuhan
yang meminimalkan intervensi atau campur tangan. Bidan harus
memfasilitasi proses alamiah dari kehamilan dan menghindari tindakan-
tindakan yang bersifat medis yang tidak terbukti manfaatnya, seperti
memberikan multivitamin pada semua ibu tanpa mempertimbangkan apakah
kebutuhan nutrisi ibu sudah tercukupi atau memang belum tercukupi
sehingga memerlukan suplemen mikronutrien (Widatiningsih, 2017).
2. Tujuan Asuhan Kehamilan
Menurut Widatiningsih (2017), tujuan utama asuhan kehamilan
adalah menurunkan/ mencegah kesakitan dan kematian maternal dan
perinatal. Adapun tujuan khususnya adalah:
1. Memonitor kemajuan kehamilan guna memastikan kesehatan ibu dan
perkembangan bayi yang normal.
2. Deteksi dini penyimpangan dari normal yang memberikan penata-
laksanaan yang diperlukan.
3. Membina hubungan saling percaya ibu-bidan dalam rangka memper-
siapkan ibu dan keluarga secara fisik, emosional dan logis untuk meng-
hadapi persalinan serta kemungkinan adanya komplikasi.
4. Menyiapkan ibu untuk menyusui, nifas dengan baik.
5. Menyiapkan ibu agar dapat membesarkan anaknya dengan baik secara
fisik, psikis dan sosial.
3. Standar Asuhan Kehamilan
Standar asuhan kehamilan mencakup (10T) menurut Barus (2018)
diantaranya:
1. Timbang berat badan dan ukur tinggi badan
Penimbangan berat badan dilakukan setiap dilakukan kunjungan
antenatal. Hal ini dilakukan untuk mendeteksi adanya gangguan
pertumbuhan janin. Penimbangan berat badan selama kehamilan
didasarkan pada IMT ibu hamil. Apabila penimbangan berat badan
kurang dari 9 kg selama kehamilan atau kurang dari 1 kg per bulan maka
menunjukan adanya gangguan pertumbuhan janin. Pengukuran tinggi
badan dilakukan saat kunjungan yang pertama, apabila tinggi badan ibu
kurang dari 145 cm, ibu termasuk dalam kategori mempunyai faktor
resiko tinggi.
2. Ukur lingkar lengan atas/nilai status gizi.
Pengukuran lingkar lengan atas hanya dilakukan pada kontak
pertama antenatal. Hal ini dilakukan untuk skrining ibu hamil beresiko
kurang energi kronis (KEK). Seorang ibu hamil dinyatakan KEK apablia
ukuran lingkar lengan atas <23,5 cm yang menunjukan terjadinnya
kekurangan gizi yang telah berlangsung lama. Keadaan ini dapat menjadi
beresiko bayi lahir dengan berat badan rendah (BBLR). Pengukuran
lingkar lengan atas dilakukan pada lengan bagian atas dilakukan pada
lengan yang jarang digunakan untuk aktivitas dan biasanya dilakukan
pada lengan bagian kiri. Dengan lengan ditekuk, tentukan titik tengah
antara pangkal bahu dan siku, selanjutnya tentukan ukuran lingkar kelas
atas dengan posisi lengan lurus dan santai.
3. Ukur tekanan darah
Pengukuran tekanan darah dilakukan setiap kali kunjungan
kehamilan. Hal ini dilakukan untuk mendeteksi adanya hipertensi pada
kehamilan. Hipertensi adalah tekanan darah sekurang kurangnya 140/90
mmHg pada dua kali pemeriksaan berjarak 4-6 jam pada wanita yang
sebelumnya normotensi. Jika ditemukan tekanan darah tinnggi (>140/90
mmHg) pada ibu hamil dilanjutkan dengan pemeriksaan kadar protein
urine dengan tes celup urin untuk menentukan diagnosis. Tekanan darah
normal berkisar antara 100/60 sampai 140/90 mmHg, rata-rata tekanan
darah normal biasanya 120/80.
4. Ukur tinggi fundus uterus
Pengukuran TFU (Tinggi Fundus Uterus) harus dilakukan setiap
kali kunjungan kehamilan. Hal ini dilakukan untuk memantau
pertumbuhan janin dibandingkan dengan usia kehamian. Selain itu
pengukuran TFU juga digunakan untuk menentukan usia kehamilan.
Pengukuran TFU dilakukan setelah usia kehamilan 24 minggu, dan
berkelanjutan setiap kali kunjungan untuk mendeteksi secara dini apabila
terdapat gangguan pertumbuhan janin.
Pengukuran dilakukan dengan posisi ibu hamil posisi terlentang
dan pastikan bahwa kandung kemih kosong.Bentangkan pita pengukur
yang tidak elastis dengan titik 0 berada diatas simfisis, melalui pusar
sampai ke fundus. Upayakan pita pengukur dalam posisi terbalik agar
dapat mengurangi bias pengukuran. Hasil pengukuran TFU dikatakan
normal apabila sesuai dengan usia kehamilan dalam setiap minggunya
mencapai kenaikan ±2cm. Apabila tidak terdapat ketidaksesuaian tinggi
fundus uteri dengan usia kehamilan, bidan harus melakuakan kolobrasi
atau rujukan.
Tabel 2.2 Tinggi Fundus Uterus
Usia Kehamilan Tinggi Fundus Uterus
(Minggu) Raba Pita Ukur (cm)
12 1-2 jari diatas pusat -
16 Pertengahan sympisis-pusat -
20 3 jari dibawah pusat -
24 Setinggi pusat 24-25 cm
28 3 jari diatas pusat 26,7 cm
32 Pertengahan px-pusat 29,5-30 cm
36 3 jari dibawah px 32 cm
40 Pertengahan px-pusat 37,7 cm
Sumber: Barus, 2018
5. Tentukan presentasi janin dan hitung denyut jantung (DJJ)
Presentasi janin merupakan bagian terendah janin yang terdapat
dibagian bawah uterus. Pemeriksaan ini dilakuakan sejak trimester 2
kehamilan, dan dilanjutkan setiap kali kunjungan kehamilan. Jika pada
trimester 3 presentasi janin bukan kepala atau bagain terendah belum
masuk pintu atas panggul (PAP) kemungkinan terdapat kelainan letak
atau panggul sempit, sehingga harus dilakukan pemeriksaan lebih lanjut
Salah satu untuk menilai kesejahteraan janin adalah dengan
menghitung denyut jantung janin. Denyut jantung janin dapat didengar
pertama kali pada usia kehamilan 12 minggu apabila menggunakan
doppler dan pada usia kehamilan 16-20 minggu jika menggunakan
monoaural. Pemeriksaan DJJ dilakukan dipunktum maksimum, yaitu
tempat denyut jantung janin terdengar paling keras. DJJ normal pada
bayi adalah 120-160 x/menit. Apabila DJJ kurang atau lebih dari nilai
tersebut perlu dilakukan pemantauan lebih lanjut terhadap kesejahteraan
janin
6. Skrining status imunisasi TT dan pemberian imunisasi TT
Pemberian imunisasi TT (tetanus toksoid) dilakukan untuk
memberikan kekebalan terhadap tetanus baik ibu maupun bayi (tetanus
neonatorum). Tetanus neonatorum dapat terjadi pada bayi apabila proses
persalinan dilakukan ditempat yang tidak bersih atau tidak steril, atau
perawatan tali pusar yang tidak steril. Tetanus neonatorum dapat
menyebabkan kematian pada bayi. Dengan pemberian imunisasi TT pada
ibu, bayi akan mendapatkan kekebalan pasif yang didapat dari ibu,
karenanya penting untuk mencegah hal tersebut melalui pemberian
imunisasi TT pada wanita yang dimulai dari masa kanak-kanak sampai
masa kehamilan.
Pemberian imunisasi TT pada ibu hamil didahului dengan
skrining untuk mengetahui jumlah dosis (dan status) imunisai TT yang
telah diperoleh selama hidupnya. Pemberian imunisasi TT tidak memiliki
selang waktu maksimal, hanya terdapat selang waktu minimal antar dosis
TT. Apabila ibu belum pernah mendapatkan imunisasi TT atau status
imunisasi TT tidak diketahui maka pemberian imunisasi TT sesuai
dengan berikut:
Tabel 2.3 Pemberian Imunisasi TT Ibu Hamil
Pemberian Selang Waktu Minimal Lama
Perlindungan
TT1 Saat kunjungan pertama Belum ada
(sedini mungkin saat perlindungan
kehamilan)
TT2 4 minggu setelah TT1 3 tahun
(pada kehamilan)
TT3 6 bulan setelah TT2 5 tahun
(pada kehamilan, jika
selang waktu minimal
terpenuhi)
TT4 1 tahun setelah TT3 10 tahun
TT 5 1 tahun setelah TT4 25 tahun
Sumber: Barus, 2018
7. Beri tablet tambah darah (zat besi)
Pemberian tablet tambah darah merupakan asuhan rutin yang
harus dilakukan dalam asuhan kehamlan. Suplementasi ini berisi
senyawa zat besi yang setara dengan 60 mg zat besi elemental dan 400
mg asam folat. Hal ini dilakukan untuk pencegahan terjadinya anemia
dalam kehamilan. Dosis yang digunakan pada terapi pencegahan adalah 1
tablet tambah darah selama kehamilan minimal 90 tablet dimulai sedini
mungkin dan dilanjutkan hingga masa nifas. Sedangkan untuk dosis
pengobatan pada penderita anemia pada kehamilan adalah 2 tablet setiap
hari sampai kadar
Hb mencapai normal, kemudian dilanjutkan dengan dosis pemeliharaan.
WHO merekomendasikan pemberian suplementasi zat besi dan asam
folat harian untuk mengurangi resiko bayi berat lahir rendah, anemia, dan
defisiensi zat besi. Efek samping yang umum dari zat besi yaitu
gangguan saluran cerna (mual, muntah, diare, konstipasi). Tablet zat besi
sebaiknya tidak diminum bersama dengan teh atau kopi karena
mengganggu penyerapan. Jika memungkinkan sebaiknya asam folat
diberikan sejak 2 bulan sebelum hamil (saat perencanaan kehamilan).
8. Pemeriksaan laboratorium
Pemeriksaan laboratorium dilakukan sebagai pemeriksan rutin
dan pemeriksaan atas indikasi. Pemeriksaan tersebut meliputi :
a. Pemeriksaan golongan darah: Pemeriksaan golongan darah ditunjukan
untuk menyiapkan apabila terdapat kondisi darurat pada ibu hamil,
keluarga maupun masyarakat telah dapat mempersiapkan calon
pendonor yang sesuai dengan golongan darah ibu hamil tersebut
b. Pemeriksaan kadar hemoglobin: Pemeriksaan kadar hemoglobin
dilakukan pada trimester 1 dan trimester 3. Hal ini dilakukan untuk
mengetahui status anemia pada ibu hamil sehingga dapat dilakukan
penatalaksanaan lebih lanjut
c. Pemeriksaan protein urin: pemeriksaan ini berguna untuk mengetahui
adanya proteinuria pada ibu hamil, yang merupakan salah satu
indikator terjadinya preeklampsi pada ibu hamil. Pemeriksaan ini
dilakukan atas indikasi
d. Pemeriksaan glukosa: Pemeriksaan ini dilakukan jika ibu dicurigai
mengidap Diabetes Melitus, tiap trimester dilakukan pemeriksaan 1
kali (Astuti, 2017).
e. Pemeriksaan HIV, sifilis, dan Hbsag: menurut Kermenkes no 52 tahun
2017, pemeriksaan ini bertujuan untuk memutus penularan HIV,
Sifilis, dan Hepatitis B dari ibu ke anak, menurunkan angka kesakitan,
kecacatan, dan kematian akibat HIV, Sifilis, dan Hepatitis B pada ibu
dan anak, dan memberikan acuan bagi Pemerintah Pusat, Pemerintah
Daerah, tenaga kesehatan, dan pemangku kepentingan lain dalam
penyelenggaraan Eliminasi Penularan (Kemenkes, 2017).
9. Tata laksana/ penanganan khusus.
Penetapan diagnosa dilakukan setelah seluruh pengkaji maupun
pemeriksa dilakukan secara lengkap. Setiap kelainan yang dtemukan dari
hasil pemeriksaan harus ditata laksanakan sesuai dengan standar dan
kewenangan bidan. Apabila terdapat kasus kegawatdaruratan atau kasus
patologis harus dilakukan tujukan ke fasilitas yang lebih lengkap sesuai
alur rujukan
10. Temu wicara/ konseling
Setiap kunjungan kehamilan bidan harus melakukan konseling
sesuai dengan diagnosis dan masalah yang ditemui.
Standar kunjungan Asuhan Kehamilan menurut World Health
Organisation (WHO) tahun 2016, merekomendasikan untuk Kunjungan
Kehamilan minimal 8 kali. Kunjungan pertama pada trimester I: 1 kali di
umur kehamilan 0-12 minggu, kunjungan pada trimester II: 2 kali di umur
kehamilan 20 dan 26 minggu, kunjungan pada trimester III: 5 kali di umur
kehamilan 30, 34, 36, 38, 40 minggu. (WHO, 2016)
Jadwal kunjungan kehamilan untuk TM I ibu hamil melakukan
kunjungan tiap 1 bulan sekali, TM II tiap 1 bulan sekali, TM III UK >28-36
minggu tiap 2 minggu dan UK > 36 minggu tiap 1 minggu (Nahak, 2017).
Dalam kebijakan Kemenkes RI (2020) merekomendasikan pada
kehamilan normal kunjungan kehamilan minimal 6 kali dengan rincian
berikut :
Tabel 2.1 Kunjungan Pemeriksaan Kehamilan
Trimester Jumlah minimal Waktu kunjungan yang
kunjungan dianjurkan
I 2x Sebelum minggu ke 12
II 1x Antara minggu ke 24-28
III 3x Antara minggu 30-38
Sumber: Kementrian Kesehatan Republik Indonesia Tahun 2020

4. Ketidaknyaman Kehamilan Trimester III


Menurut Irianti (2015) ketidaknyamanan kehamilan meliputi :
1. Sering Berkemih
Mekanisme terjadinya keluhan sering berkemih selama kehamilan
akibat dari meningkatnya laju Filtrasi Glomerolus. Keluhan sering
berkemih karena tertekannya kandung kemih oleh uterus yang semakin
membesar dan menyebabkan kapasitas kandung kemih berkurang serta
frekuensi berkemih meningkat.
Menjelang akhir kehamilan, pada nulipara presentasi terendah
sering ditemukan ja kan dasar kandung kemih ter dorong ke depan dan ke
atas, mengubah permukaan yang semula konveks menjadi konkaf akibat
tekanan.
Dalam menangani keluhan ini, bidan dapat menjelaskan pada ibu
bahwa sering berkemih merupakan hal normal akibat dari perubahan
yang terjadi selama kehamilan, menganjurkan ibu mengurangi asupan
cairan 2 jam sebelum tidur agar istirahat ibu tidak akan terganggu.
2. Gangguan Tidur dan Mudah Lelah
Pada trimester III, hampir semua wanita mengalami gangguan
tidur. Cepat lelah pada kehamilan disebabkan oleh nokturia (sering
berkemih di malam hari), terbangun di malam hari dan mengganggu tidur
yang nyenyak. Dari beberapa penelitian menyatakan bahwa cepat lelah
pada ibu hamil dikarenakan tidur malam yang tidak nyenyak karena
terbangun tengah malam untuk berkemih.
Wanita hamil yang mengalami insomnia disebabkan ketidak-
nyamanan akibat uterus yang membesar, ketidaknyamanan lain selama
kehamilan dan pergerakan janin, terutama jika janin aktif. Asuhan yang
dianjurkan yaitu mandi air hangat, minum air hangat, contohnya susu
sebelum tidur, lakukan aktivitas yang tidak menimbulkan stimulus
sebelum tidur
3. Nyeri Perut Bawah
Nyeri perut bawah dikeluhkan oleh sebagian besar ibu hamil.
Keluhan ini dapat bersifat fisiologis dan beberapa lainnya merupakan
tanda adanya bahaya dalam kehamilan. Secara normal, nyeri perut bawah
dapat disebabkan oleh muntah yang berlebihan dan konstipasi yang
dialami oleh sebagian besar ibu dalam kehamilannya. Nyeri ligamentum,
torsi uterus yang parah dan adanya kontraksi Braxton-Hicks juga
mempengaruhi keluhan ibu terkait dengan nyeri pada perut bagian
bawah.
Torsi uterus yang parah biasanya dapat diatasi dengan tirah baring,
mengubah posisi ibu agar uterus yang mengalami torsi dapat kembali ke
keadaannya semula tanpa harus diberikan manipulasi. Pemberian
analgesik dalam hal ini harus mendapatkan pemantauan dari bidan atau
dokter.
5. Tanda Bahaya Kehamilan Trimester III
Secara umum tanda-tanda bahaya pada kehamilan menurut (Sutanto,
2018) dirangkum dalam tabel berikut :
1. Bengkak/ Oedema pada muka atau tangan
Sebagian ibu hamil mengalami bengkak/oedema yang normal pada
kaki, biasanya muncul pada sore hari dan hilang setelah istirahat atau
menaikkan kaki lebih tinggi. Bengkak bisa menunjukkan adanya masalah
serius jika muncul pada muka dan tangan, tidak hilang setelah
beristirahat dan diikuti dengan keluhan fisik lainnya. Hal ini bisa
merupakan gejala anemia, gagal jantung atau preeklamsia.
2. Nyeri abdomen yang hebat
Nyeri abdomen yang tidak berhubungan dengan persalinan adalah
tidak normal. Nyeri abdomen yang dapat mengancam jiwa adalah nyeri
yang hebat, menetap, dan tidak hilang setelah istirahat. Hal ini bisa
disebabkan karena appendicitis, kehamilan ektopik, aborsi, radang pelvic,
persalinan pre-term, gastritis, penyakit kandung empedu, iritasi uterus,
abrupsi plasenta, infeksi saluran kemih atau infeksi lain
3. Berkurangnya gerakan janin
Ibu mulai merasakan gerakan bayinya mulai bulan ke-5 atau ke-6,
kadang lebih awal. Pada saat bayi tidur, gerakannya akan melemah. Bayi
harus bergerak paling sedikit 3 kali dalam 3 jam. Gerakan bayi akan lebih
mudah terasa bila ibu berbaring atau beristirahat dan jika ibu makan atau
minum dengan baik
4. Perdarahan pervaginan
Perdarahan pervaginam dalam kehamilan cukup normal. Pada
masa awal kehamilan, ibu mungkin akan mengalami perdarahan atau
spotting. Perdarahan semacam ini bisa normal atau mungkin suatu tanda
adanya infeksi. Pada awal kehamilan, perdarahan yang tidak normal
adalah yang merah. perdarahan yang banyak, atau perdarahan yang
sangat menyakitkan, Perdarahan ini bisa karena aborsi, kehamilan molar,
atau kehamilan ektopik. Pada akhir kehamilan. peradarahan yang tidak
normal adalah merah, jumlahnya banyak dan kadang-kadang tetapi tidak
selalu, disertai dengan rasa nyeri. Perdarahan semacam ini bisa
disebabkan karena plasenta previa atau abrupsi plasenta
5. Sakit kepala hebat
Sakit kepala selama kehamilan merupakan hal yang umum,
seringkali merupakan keluhan yang normal dalam kehamilan. Sakit
kepala yang menunjukkan suatu masalah yang serius adalah sakit kepala
hebat yang menetap dan tidak hilang dengan beristirahat. Kadang-kadang
dengan sakit kepala yang hebat tersebut, ibu dapat menemukan
penglihatannya menjadi kabur atau kepala berbayangan. Sakit kepala
hebat dalam kehamilan merupakan gejala dan preeklamsia.
6. Penglihatan kabur
Karena pengaruh hormonal. ketajaman penglihatan ibu dapat
berubah dalam kehamilan. Perubahan yang kecil adalah normal. Masalah
penglihatan yang menunjukkan keadaan yang mengancam jiwa adalah
perubahan penglihatan mendadak, misalnya pandangan kabur atau
berbayang/berbintik-bintik Perubahan penglihatan ini mungkin disertai
dengan sakit kepala yang hebat. Perubahan penglihatan mendadak
mungkin merupakan suatau tanda preeklamsia
6. Pelayanan Kehamilan Terintegrasi
1. Pelayanan kehamilan terintegrasi menurut (Haslan,2020) merupakan
pelayanan kesehatan komprehensif dan berkualitas yang dilakukan
melalui
a. Deteksi dini masalah, penyakit dan penyulit/komplikasi kehamilan
b. Pemberian pelayanan dan konseling kesehatan termasuk:
c. Persiapan persalinan yang bersih dan aman
2. Integrasi pelayanan kehamilan dengan beberapa program, menurut
(Haslan, 2020) antara lain:
a. Maternal Neonatal Tetanus Elimination (MNTE)
Pada kunjungan pertama kehamilan, dilakukan skrining status
imunisasi TT ibu hamil apabila diperlukan, diberikan imunisasi pada
saat pelayanan antenatal.
b. Kurang Energi Kronik (KEK) pada kehamilan
1) Pengukuran LILA pada kunjungan kehamilan K1 untuk menemukan
adanya Bumil KEK
2) Pemberian makanan tambahan (PMT) ibu hamil KEK
c. Pencegahan Malaria dalam Kehamilan
Untuk daerah endemis malaria, pada kunjungan 1 ANC, semua
ibu hamil dilakukan:
1) Pemberian kelambu berinsektisida
2) Skrining darah malaria (RDT/mikroskopis)
3) Pemberian terapi pada ibu hamil positif malaria
d. Triple Elimination
Pemeriksaan HIV, sifilis, dan Hbsag: menurut Kermenkes no 52
tahun 2017, pemeriksaan ini bertujuan untuk memutus penularan HIV,
Sifilis, dan Hepatitis B dari ibu ke anak, menurunkan angka kesakitan,
kecacatan, dan kematian akibat HIV, Sifilis, dan Hepatitis B pada ibu
dan anak, dan memberikan acuan bagi Pemerintah Pusat, Pemerintah
Daerah, tenaga kesehatan, dan pemangku kepentingan lain dalam
penyele-nggaraan Eliminasi Penularan (Kemenkes, 2017).
7. Kehamilan Dengan Faktor Risiko
Kriteria kehamilan risiko tinggi (KRT) menurut (Widatiningsih, 2017)
sebagai berikut:
1. Risiko
Risiko adalah suatu ukuran statistik dari peluang atau kemungkinan
untuk terjadinya suatu keadaan gawat-darurat yang tidak diinginkan pada
masa mendatang, seperti kematian, kesakitan, kecacatan, ketidaknyaman-
an, atau ketidak puasan (5K) pada ibu dan bayi. Ukuran risiko dapat
dituangkan dalam bentuk angka disebut SKOR. Digunakan angka bulat,
sebagai angka dasar yaitu 2, 4 dan 8 pada tiap faktor untuk membedakan
risiko yang rendah, risiko menengah, risiko tinggi. Berdasarkan jumlah
skor kehamilan dibagi tiga kelompok, yaitu:
a. Kehamilan Risiko Rendah (KRR) dengan jumlah skor 2, yaitu
kehamilan tanpa masalah/faktor risiko, fisiologis dan kemungkinan
besar diikuti oleh persalinan normal dengan ibu dan bayi hidup. sehat.
b. Kehamilan Risiko Tinggi (KRT) dengan jumlah skor 6-10, yaitu:
kehamilan dengan satu atau lebih faktor risiko, baik dari pihak ibu
maupun janinnya yang memberi dampak kurang menguntungkan baik
bagi ibu maupun janinnya, memiliki risiko kegawatan tetapi tidak
darurat.
c. Kehamilan Risiko Sangat Tinggi (KRST) dengan jumlah skor ≥ 12,
yaitu kehamilan dengan faktor risiko:
1) Perdarahan sebelum bayi lahir, memberi dampak gawat dan
darurat bagi jiwa ibu dan atau bayinya, membutuhkan di rujuk
tepat waktu dan tindakan segera untuk penanganan adekuat dalam
upaya menyelamatkan nyawa ibu dan bayinya.
2) Ibu dengan faktor risiko dua atau lebih, tingkat risiko kegawat-
annya meningkat, yang membutuhkan pertolongan persalinan di
rumah sakit oleh dokter Spesialis.
Data statistik memperlihatkan kenyataan bahwa kehamilan yang
sehat mencapai persentase 85%. Selebihnya merupakan porsi kehamilan
berisiko dimana 10% kehamilan berisiko tinggi dan 5% kehamilan dengan
risiko sangat tinggi (Widatiningsih, 2017).
2. Batasan Faktor Risiko/Masalah
a. Ada Potensi Gawat Obstetri/APGO (kehamilan yang perlu diwaspadai)
menurut Widatiningsih (2017) sebagai berikut :

1) Primi muda
Ibu hamil pertama pada umur ≤ 20 tahun, rahim dan panggul belum
tumbuh mencapai ukuran dewasa. Akibatnya diragukan
keselamatan dan kesehatan janin dalam kandungan. Selain itu
mental ibu belum cukup dewasa. Bahaya yang mungkin terjadi
antara lain: bayi lahir belum cukup umur dan perdarahan bisa
terjadi sebelum atau sesudah bayi lahir.
2) Primi tua
Seorang wanita yang telah mencapai usia 35 tahun atau lebih pada
saat hamil pertama. Pada usia tersebut mudah terjadi penyakit pada
ibu dan organ kandungan yang menua, jalan lahir juga tambah
kaku. Ada kemungkinan lebih besar ibu hamil mendapatkan anak
cacat, terjadi persalinan macet dan perdarahan.
3) Anak terkecil < 2 tahun
Ibu hamil yang jarak kelahiran dengan anak terkecil kurang dari 2
tahun. Kesehatan fisik dan rahim ibu masih butuh cukup istirahat
sehingga dapat menyebabkan terjadinya penyulit seperti
keguguran, anemia, gangguan kekuatan kontraksi, kelainan letak
dan posisi janin. Ada kemungkinan ibu masih menyusui. Selain itu
anak masih butuh asuhan dan perhatian orang tuanya.
4) Primi tua sekunder
Ibu hamil dengan persalinan terakhir ≥ 10 tahun yang lalu. Ibu
dalam kehamilan dan persalinan ini seolah-olah menghadapi
persalinan yang pertama lagi. Bahaya yang dapat terjadi seperti
persalinan dapat berjalan tidak lancar dan perdarahan pasca
persalinan.
5) Grandemultipara
Ibu pernah hamil/melahirkan 4 kali atau lebih. Karena ibu sering
melahirkan maka kemungkinan akan banyak ditemui keadaan:
kesehatan terganggu, kekendoran pada dinding perut, perut
menggantung, kekendoran dinding rahim. Bahaya yang dapat
terjadi:
(a) Kelainan letak, persalinan letak lintang
(b) Robekan rahim pada kelainan letak lintang
(c) Persalinan lama
(d) Perdarahan pasca persalinan
Grandemultipara juga bisa menyebabkan: solusio plasenta dan
plasenta previa.
6) Umur 35 tahun atau lebih
Ibu hamil berumur 35 tahun atau lebih, di mana pada usia tersebut
terjadi perubahan pada jaringan alat-alat kandungan dan jalan lahir
tidak lentur lagi. Selain itu ada kece nderungan didapatkan penyakit
lain dalam tubuh ibu. Bahaya yang dapat terjadi:
(1) Tekanan darah tinggi dan preeklamsia
(2) Ketuban pecah dini
(3) Persalinan tidak lancar/macet
(4) Perdarahan setelah bayi lahir
2.1.2 Persalinan
1. Definisi Persalinan
Pelahiran bayi adalah periode dari awitan kontraksi uterus yang
regular sampai ekspulsi plasenta. Proses terjadinya hal ini secara normal
disebut persalinan (labor) suatu istilah yang pada konteks obstetric
mengambil beberapa konotasi dari bahasa inggris. Menurut New Shorter
Oxford English Dictionary (1993), toil, trouble, suffering, bodily exertion,
especially when painful, and an outcome of work merupakan karakteristik
persalinan dan terlihat dalam proses persalinan. Konotasi tersebut,
seluruhnya, tampaknya sesuai dan menekankan perlunya tenaga medis
untuk mendukung kebutuhan perempuan yang sedang bersalin, terutama
dalam peredaan nyeri secara efektif. (Cuningham dkk, 2014).
Dalam pengertian sehari-hari persalinan sering diartikan serangkaian
kejadian pengeluaran bayi yang sudah cukup bulan, disusul dengan
pengeluaran plasenta dan selaput janin dari tubuh ibu melalui jalan lahir
atau melalui jalan lain, berlangsung dengan bantuan atau tanpa bantuan
(kekuatan ibu sendiri) (Kurniarun, 2016)
2. Tanda Persalinan
Menurut (Kurniarun,2016) untuk mendukung deskripsi tentang tanda
persalinan yaitu sebagai berikut :
a. Timbulnya kontraksi uterus
Biasa juga disebut dengan his persalinan yaitu his pembukaan
yang mempunyai sifat sebagai berikut :
1) Nyeri melingkar dari punggung memancar ke perut bagian depan.
2) Pinggang terasa sakit dan menjalar kedepan
3) Sifatnya teratur, inerval makin lama makin pendek dan
kekuatannya makin besar
4) Mempunyai pengaruh pada pendataran dan atau pembukaan cervix.
5) Makin beraktifitas ibu akan menambah kekuatan kontraksi.
Kontraksi uterus yang mengakibatkan perubahan pada servix
(frekuensi minimal 2 kali dalam 10 menit). Kontraksi yang terjadi
dapat menyebabkan pendataran, penipisan dan pembukaan serviks.
b. Penipisan dan pembukaan servik
Penipisan dan pembukaan servik ditandai dengan adanya
pengeluaran lendir dan darah sebagai tanda pemula.
c. Bloody Show (lendir disertai darah dari jalan lahir)
Dengan pendataran dan pembukaan, lendir dari canalis
cervicalis keluar disertai dengan sedikit darah. Perdarahan yang sedikit
ini disebabkan karena lepasnya selaput janin pada bagian bawah
segmen bawah rahim hingga beberapa capillair darah terputus.
d. Premature Rupture of Membrane
Adalah keluarnya cairan banyak dengan sekonyong-konyong
dari jalan lahir. Hal ini terjadi akibat ketuban pecah atau selaput janin
robek. Ketuban biasanya pecah kalau pembukaan lengkap atau hampir
lengkap dan dalam hal ini keluarnya cairan merupakan tanda yang
lambat sekali. Tetapi kadang-kadang ketuban pecah pada pembukaan
kecil, malahan kadang-kadang selaput janin robek sebelum persalinan.
Walaupun demikian persalinan diharapkan akan mulai dalam 24 jam
setelah air ketuban keluar.
3. Tahapan Persalinan
Menurut Amelia (2019) tahapan dari persalinan terdiri atas kala I
(kala pembukaan), kala II (kala pengeluaran janin), kala III (pelepasan
plasenta), dan kala IV (kala pengawasan/ observasi/ pemulihan). Tahapan
persalinan dibagi menjadi 4 kala yaitu :
a. Kala I (Kala Pembukaan).
Pasien dikatakan dalam tahap persalinan kala I, jika sudah terjadi
pembukaan servik dan kontraksi terjadi teratur minimal 2 kali dalam
10 menit selama 40 detik. Proses membukanya serviks sebagai akibat
his dibagi dalam 2 fase :
1) Fase laten : berlangsung selama 8 jam sampai pembukaan 3 cm his
masih lemah dengan frekuensi jarang, pembukaan terjadi sangat
lambat.
2) Fase aktif : berlangsung selama 7 jam, dibagi menjadi 3, yaitu :
a) Fase akselerasi lamanya 2 jam pembukaan 3 cm tadi menjadi 4
cm.
b) Fase dilatasi maksimal, dalam waktu 2 jam pembukaan
berlangsung sangat cepat, dari 4 menjadi 9 cm.
c) Fase deselerasi, pembukaan menjadi lambat sekali. Dalam waktu
2 jam pembukaan dari 9 cm menjadi 10 cm.
b. Kala II (Kala Pengeluaran Janin).
Kala II adalah kala pengeluaran bayi. Kala atau fase yang dimulai
dari pembukaan lengkap (10 cm) sampai dengan pengeluaran bayi.
Setelah serviks membuka lengkap, janin akan segera keluar. Diagnosis
persalinan kala II ditegakkan dengan melakukan pemeriksaan dalam
untuk memastikan pembukaan sudah lengkap dan kepala janin sudah
tampak di vulva dengan diameter 5-6 cm.

Gejala utama kala II adalah sebagai berikut :


1) His semakin kuat, dengan interval 2 sampai 3 menit, dengan durasi
50 sampai 100 detik.
2) Menjelang akhir kala I, ketuban pecah yang ditandai dengan
pengeluaran cairan secara mendadak.
3) Ketuban pecah pada pembukaan mendekati lengkap diikuti
keinginan mengejan akibat tertekannya pleksus frankenhauser.
4) Kedua kekuatan his dan mengejan lebih mendorong kepala bayi
sehingga terjadi :
 Kepala membuka pintu.
 Subocciput bertindak sebagai hipomoklion, kemudian secara
berturut-turut lahir ubun-ubun besar, dahi, hidung dan muka,
serta kepala seluruhnya.
5) Kepala lahir seluruhnya dan diikuti oleh putar paksi luar, yaitu
penyesuaian kepala pada punggung.
6) Setelah putar paksi kuar berlangsung, maka persalinan bayi ditolong
dengan cara :
 Kepala dipegang pada os occiput dan di bawah dagu,
kemudian ditarik dengan menggunakan cunam ke bawah untuk
melahirkan bahu depan dan ke atas untuk melahirkan bahu
belakang
 Setelah kedua bahu lahir, melahirkan sisa badan bayi.
 Bayi lahir diikuti oleh sisa air ketuban.
7) Lamanya kala II untuk primigravida 1,5-2 jam dan multigravida
1,5-1 jam.
c. Kala III (Pelepasan Plasenta).
Kala III adalah waktu untuk pelepasan dan pengeluaran plasenta.
Disebut juga dengan kala uri (kala pengeluaran plasenta dan selaput
ketuban). Setelah kala II yang berlangsung tidak lebih dari 30 menit,
kontraksi uterus berhenti sekitar 5-10 menit. Setelah bayi lahir dan proses
retraksi uterus, uterus teraba keras dengan fundus uteri sedikit di atas
pusat. Beberapa menit kemudian uterus berkontraksi lagi untuk
melepaskan plasenta dari dindingnya. Biasanya plasenta lepas dalam 6
sampai 15 menit setelah bayi lahir dan keluar spontan atau dengan
tekanan pada fundus uteri. Pengeluaran plasenta disertai dengan
pengeluaran darah.
Proses lepasnya plasenta dapat diperkirakan dengan mempertahan-
kan tanda-tanda di bawah ini :
a. Uterus menjadi bundar.
b. Uterus terdorong ke atas karena plasenta dilepas ke segmen bawah
rahim.
c. Tali pusat bertambah panjang.
d. Terjadi semburan darah tiba-tiba.
4. Kala IV
Kala IV dimulai dari lahirnya plasenta selama 1-2 jam atau
kala/fase setelah plasenta dan selaput ketuban dilahirkan sampai dengan
2 jam post partum. Kala ini terutama bertujuan untuk melakukan
observasi karena perdarahan postpartum paling sering terjadi pada 2 jam
pertama. Darah yang keluar selama perdarahan harus ditakar sebaik-
baiknya. Kehilangan darah pada persalinan biasanya disebabkan oleh
luka pada saat pelepasanplasenta dan robekan pada serviks dan perineum.
Rata-rata jumlah perdarahan yang dikatakan normal adalah 250 cc,
biasanya 100-300 cc. jika perdarahan lebih dari 500 cc, maka sudah
dianggap abnormal, dengan demikian harus dicari penyebabnya. Penting
untuk diingat : Jangan meninggalkan wanita bersalin 1 jam sesudah bayi
dan plasenta lahir. Sebelum pergi meninggalkan ibu yang baru
melahirkan, periksa ulang terlebih dulu dan perhatikan 7 pokok penting
berikut :
a. Kontraksi rahim : baik atau tidaknya diketahui dengan pemeriksaan
palpasi. Jika perlu dilakukan massase dan berikan uterotonika,
seperti methergin, atau ermetrin dan oksitosin.
b. Perdarahan : ada atau tidak, banyak atau biasa.
c. Kandung kemih : harus kosong, jika penuh, ibu dianjurkan
berkemih dan kalau tidak bisa, lakukan kateter.
d. Luka – luka : jahitannya baik atau tidak, ada perdarahan atau tidak.
e. Plasenta atau selaput ketuban harus lengkap.
f. Keadaan umum ibu, tekanan darah, nadi, pernapasan, dan masalah
lain.
g. Bayi dalam keadaan baik
4. Penyulit Masa Persalinan
1. Komplikasi pada persalinan kala III dan kala IV adalah perdarahan.
Perdarahan pasca persalinan adalah kehilangan darah lebih dari 500 ml
melalui jalan lahir yang terjadi selama atau setelah persalinan kala III.
Perdarahan pasca persalinan primer terjadi dalam 24 jam pertama. Ada
beberapa kemungkinan penyebab yaitu :
a. Perlukaan jalan lahir
b. Retensio plasenta
c. Kelainan proses pembekuan darah akibat hipofibrinogenemia
d. Penatalaksanaan kala III yang salah
e. Tertinggalnya sebagian plasenta di dalam uterus
f. Atonia uteri
1) Definisi
Atonia ueteri merupakan penyebab terbanyak perdarahan
post partum dini (50%), dan merupakan alasan paling sering
untuk melakukan histerektomi post partum. Kontraksi uterus
merupakan mekanisme utama untuk mengontrol perdarahan
setelah melahirkan. Atonia terjadi karena kegagalan mekanisme
ini.
Atonia uteri adalah keadaan lemahnya tonus/kontraksi
rahim yang menyebabkan uterus tidak mampu menutup
perdarahan terbuka dari tempat implantasi plasenta setelah bayi
dan plasenta lahir.
2) Etiologi
Atonia uteri dapat terjadi pada ibu hamil dan melahirkan
dengan faktor predisposisi (penunjang), seperti
a) Regangan rahim berlebihan, seperti: Gemelli makrosomia,
polihidramnion atau paritas tinggi.
b) Umur yang terlalu muda atau terlalu tua
c) Multipara dengan jarak kelahiran yang pendek.
d) Partus lama/partus terlantar.
e) Malnutrisi.
f) Penanganan yang salah dalam usaha melahirkan plasenta,
misalnya: Plasenta belum terlepas dari dinding uterus.
g) Adanya miorna uteri yang mengganggu kontraksi ra him.
3) Penatalaksanaan
a) Masase fundus uteri segera setelah lahirnya plasenta
(maksimal 15 detik).
b) Pastikan bahwa kantong kemih kosong.
c) Lakukan kompresi bimanual interna selama 5 menit.
Kompresi uterus ini akan memberikan tekanan langsung pada
pembuluh terbuka di dinding dalam uterus dan merangsang
miometrium untuk berkontraksi.
d) Anjurkan keluarga untuk melakukan kompresi bimanual
eksterna.
e) Keluarkan tangan perlahan-lahan.
f) Berikan ergometrin 0.2 mg IM (jangan diberikan bila
hipertensi).
g) Ergometrin akan bekerja selama 5-7 menit dan menyebabkan
kontraksi uterus. 8) Pasang Infus menggunakan jarum ukuran
16 atau 18 dan berikan 500 cc ringer laktat -20 unit oksitosin.
h) Ulangi kompresi bimanual interna (KBI) yang digunakan
ergometrin dan oksitosin akan membantu ute rus
berkontraksi.
i) Dampingi ibu ketempat rujukan. Teruskan melakukan KBI.
Kompresi uterus ini memberikan tekanan langsung pada
pembuluh terbuka dinding uterus dan merangsang
miometrium untuk berkontraksi.
j) Lanjutkan infus ringer laktat +20 unit oksitosin dalam 500 ml
larutan dengan laju 500 ml/jam hingga tiba di tempat rujukan.
Ringer laktat akan membantu memulih kan volume cairan
yang hilang selama perdarahan.
Bagan Penatalaksanaan Atonia Uteri

Massase fundus uteri segera setelah


plasenta lahir (maksimal 15 detik)

Ya
Uterus kontraksi ? - Evaluasi

Tidak
- Evaluasi/ bersihkan bekuan darah/
selaput ketuban
- Pastikan kandung kemih kosong
- KBI maksimal 5 menit

- Pertahankan KBI selama 2 menit


Ya
Uterus kontraksi ? - Keluarkan tangan secara hati-hati
- Lakukan pengawasan Kala IV
Tidak

- Ajarkan keluarga melakukan KBE


- Keluarkan tangan secara hati-hati
- Suntikkan ergometrin 0,2 mg, IM
- Pasang infus RL + 20 IU oksitosin
diguyur
- Ulangi KBI

Uterus kontraksi ?
Ya
- Pengawasan Kala IV

Tidak
- Rujuk
- Lakukan pemberian infus + 20 IU oksitosin minimal 500 cc/jam hingga mencapai tempat tujuan
- Selama rujukan dapat dilakukan pemasangan kondom kateter atau kompresi aorta abdominalis

CATATAN
- Jangan berikan lebih dari 3 liter larutan intravena yang mengandung oksitosin
- Jangan berikan ergometrin pada ibu dengan hipertensi berat/ tidak terkontrol, penderita sakit
jantung, dan penyakit pembuluh darah tepi.
Sumber : Setyarini, 2016
2. Faktor Predisposisi Perdarahan Pasca Persalinan Primer
a. Faktor predisposisi yang bisa terjadi selama kehamilan menurut
(Wahyuningsih, 2022), seperti:
1) Usia
Pada usia ibu hamil ≥ 35 tahun akan berpotensi mengalami
perdarahan sebesar 1,5 kali kemudian meningkat menjadi 1,9 kali
akan mengalami perdarahan pada usia ibu ≤ 20 tahun.
2) Paritas
Pada klien primigravida (anak pertama) dan grandemultipara
(anak lebih dari 4) akan berpotensi 1,6 kali akan terjadi
perdarahan.
3) Jarak anak terkecil dengan kehamilan sekarang
Pada ibu yang mempunyai anak terkecil kurang 2 tahun dan lebih
dari 10 tahun 3,5 kali akan berpotensi mengalami perdarahan.
4) Post date
Usia kehamilan lewat waktu (UK 42 minggu) akan berpotensi
1,37 kali akan terjadi perdarahan.
b. Faktor pencetus dimasa persalinan ini terdiri atas :
1) Tindakan memperlebar perineum (episiotomi) berpotensi 2,18
kali akan terjadi early HPP, sehingga jika tidak ada indikasi bagi
bayi atau ibu maka tindakan episiotomi perlu dipertimbangkan
kembali.
2) Pada ibu yang anemia, ibu dengan kekurangan energi kronis
(KEK), pre eklampsia berat/eklampsia, sepsis, dan gagal ginjal.
3) Gangguan koagulasi (kelainan pembekuan darah).
4) Pada atonia uteri disebabkan oleh:
Uterus overdistensi (makrosomia, gemelli, hidramnion dan oligo-
hidramnion), Induksi persalinan dengan penggunaan anastesi
(anastesia dengan hipotensi). Proses persalinan yang lama,
Chorioamnionitis atau sepsis. Proses persalinan yang cepat (partus
presipitatus) adanya riwayat atonia uteri pada persalinan terdahulu
(Wahyuningsih, 2022)

5. 60 Langkah Asuhan Persalinan Normal


Mengenali gejala dan tanda kala II
1. Mendengar, melihat dan memeriksa
 Ada dorongan ingin meneran
 Ada tekanan pada anus
 Perineum sudah menonjol
 Vulva sudah membuka
Menyiapkan pertolongan persalinan
2. Pastikan kelengkapan alat
3. Pakai celemek
4. Melepaskan dan menyimpan perhiasan yang dipakai, cuci tangan
dengan sabun dan air mengalir
5. Pakai sarung tangan DTT
6. Masukan oksitosin ke dalam tabung suntik
Memastikan pembukaan lengkap dan keadaan janin baik
7. Membersihkan vulva dan perineum dengan menggunakan kapas atau
kassa yang dibasahi air DTT
8. Lakukan periksa dalam untuk memastikan pembukaan lengkap. Bila
selaput ketuban utuh saat pembukaan lengkap maka lakukan
amniotomi.
9. Dekontaminasi sarung tangan
10. Periksan denyut jantung janin (DJJ) setelah kontraksi/ saat relaksasi
uterus untuk memastikan bahwa DJJ dalam batas normal
Menyiapkan ibu dan keluarga untuk membantu proses bimbingan
meneran
11. Beritahu bahwa pembukaan sudah lengkap dan keadaan janin baik dan
bantu ibu dalam menemukan posisi yang nyaman dan sesuai dengan
keinginannya
12. Minta keluarga membantu menyiapkan posisi meneran
13. Laksanakan bimbingan meneran pada saat ibu merasa ada dorongan
kuat untuk meneran
14. Anjurkan ibu untuk berjalan, berjongkok dan mengambil posisi
yang nyama
Persiapan pertolongan kelahiran bayi
15. Letakkan handuk bersih (untuk mengeringkan bayi) di perut ibu, jika
kepala bayi telah membuka vulva dengan diameter 5-6 cm
16. Letakkan kain bersih yang dilipat 1/3 bagian di bawah bokong ibu
17. Buka tutup partus set dan perhatikan kembali kelengkapan alat dan
bahan
18. Pakai sarung tangan DTT/steril pada kedua tangan
Pertolongan untuk melahirkan bayi
19. Setelah tampak kepala bayi membuka dengan diameter 5-6 cm
membuka vulva maka lindungi perineum dengan satu tangan yang
dilapisi dengan kain bersih dan kering. Tangan yang lain menahan
kepala bayi untuk menahan posisi defleksi dan membantu lahirnya
kepala
20. Periksa kemungkinan adanya lilitan tali pusat dan ambil tindakan yang
sesuai jika hal itu terjadi, dan segera lanjutkan proses kelahiran bayi.
21. Setelah kepala lahir, tunggu kepala bayi melakukan putaran paksi luar
secara spontan

Lahirnya bahu
22. Setelah kepala melakukan putaran paksi luar, pegang secara biparietal.
Anjurkan ibu meneran saat kontraksi. Dengan lembut gerakkan kepala
kearah bawah dan distal hingga bahu depan muncul di bawah arkus
pubis dan kemudian gerakan arah atas dan distal untuk melahirkan bahu
belakang
Lahirnya badan dan tungkai
23. Setelah kedua bahu lahir, satu tangan menyangga kepala dan bahu
belakang, tangan yang lain menelusuri lengan dan siku anterior bayi
serta menjaga bayi terpegang baik
24. Setelah tubuh dan lengan lahir, penelusuran tangan atas berlanjut ke
punggung, bokong, tungkai dan kaki. Pegang kedua mata kaki
(masukkan telunjuk diantara kedua kaki dan pegang kedua kaki dengan
melingkarkan ibu jari pada satu sisi dan jari-jari lainnya pada sisi yang
lain agar bertemu dengan jari telunjuk

Asuhan bayi baru lahir


25. Lakukan penilaian selintas
a. Apakah bayi cukup bulan
b. Apakah bayi menangis kuat dan/atau bernafas tanpa
kesulitan
c. Apakai bayi bergerak dengan aktif
26. Keringkan dan posisikan tubuh bayi diatas perut ibu
 Keringkan bayi mulai dari muka, kepala dan bagian tubuh
lainnya (tanpa membersihkan verniks) kecuali bagian tangan
 Ganti handuk basah dengan handuk/kain yang kering
 Pastikan bayi dalam kondisi mantap di atas perut ibu
27. Periksa kembali uterus untuk memastikan hanya satu bayi yang
lahir dan bukan kehamilan ganda (gemelli)
28. Beritahu pada ibu bahwa penolong akan menyuntikan oksitosin
29. Dalam waktu 1 menit setelah bayi lahir, suntikan oksitosin 10 IU
(intramuscular) di 1/3 distal lateral paha
30. Setelah dua menit sejak bayi lahir, jepit tali pusat dengan klem
kira-kira 2-3 cm dari pusat bayi
31. Pemotongan dan pengikatan tali pusat
32. Letakkan bayi dengan posisi tengkurap di dada ibu. Luruskan bahu bayi
sehingga bayi menempel dengan baik di dinding dada perut ibu
Manajemen aktif kala III
33. Pindahkan klem pada tali pusat hingga berjarak 5-10 cm dari vulva
34. Letakkan satu tangan di atas kain pada perut bawah ibu (di atas
simfisis), untuk mendeteksi kontraksi. Tangan lain memegang klem
untuk menegangkan tali pusat
35. Pada saat uterus berkontraksi, tegangkan tali pusat ke arah
bawah sambil tangan yang lain mendorong uterus ke arah
belakang-atas (dorso-kranial) secara hati-hati (untuk mencegah
inversion uteri). Jika plasenta tidak lahir setelah 30-40 detik, hentikan
penegangan tali pusat dan tunggu hingga timbul kontraksi berikutnya
dan ulangi prosedur di atas
Mengeluarkan plasenta
36. Bila pada penekanan bagian bawah dinding depan uterus kearah dorsal
ternyata diikuti dengan pergeseran tali pusat kearah distal maka
lanjutkan dorongan ke arah cranial hingga plaasenta dapat dilahirkan
37. Saat plasenta muncul di introitus vagina, lahirkan plasenta dengan
kedua tangan. Pegang dan putar plasenta hingga selaput ketuban terpilin
kemudian lahirkan dan tempatkan plasenta pada wadah yang telah
disediakan
Tangsangan taktil (masase) uterus
38. Segera setelah plasenta dan selaput ketuban lahir, lakukan masase
uterus, letakkan telapak tangan di fundus dan lakukan masase dengan
gerakan melingkar dengan lembut hingga uterus berkontraksi (fundus
teraba keras)

Menilai pendarahan
39. Evaluasi kemungkinan perdarahan dan laserasi pada vagina dan
perineum
40. Periksa kedua sisi plasenta (maternal-fetal) pastikan plasenta telah
dilahirkan lengkap. Masukkan plasenta kedalam kantung plastik atau
tempat khusus
Asuhan pasca persalinan
41. Pastikan uterus berkontraksi dengan baik dan tidak tejadi pendarahan
pervaginam
42. Pastikan kandung kemih kosong dan uterus berkontraksi. Jika penuh,
lakukan kateterisasi

Evaluasi
43. Celupkan kedua tangan yang memakai sarung tangan kedalam larutan
klorin 0,5%, bilas kedua tangan tersebut dengan air DTT dan keringkan
dengan kain yang bersih dan kerin
44. Ajarkan ibu/keluarga cara melakukan masase uterus dan menilai
kontraksi
45. Memeriksa nadi ibu dan pastikan keadaan umum ibu baik
46. Evaluasi dan estimasi jumlah kehilangan darah
47. Pantau keadaan bayi dan pastikan baha bayi bernafas dengan baik (40-
60 kali/menit)
Kebersihan dan keamanan
48. Bersihkan ibu dari paparan darah dan cairan tubuh dengan
menggunakan air DTT. Bersihkan cairan ketuban, lender dan darah
diranjang atau disekitar ibu berbaring. Bantu ibu memakai pakaian yang
bersih dan kering
49. Pastikan ibu merasa nyaman. Bantu ibu berikan ASI. Anjurkan keluarga
untuk memberi ibu minuman dan makanan yang diinginkannya
50. Tempatkan semua peralatan bekas pakai dalam larutan klorin 0,5%
untuk dekontaminasi (10 menit). Cuci dan bilas peralatan setelah
didekontaminasi
51. Buang bahan-bahan yang terkontaminasi ke tempat sampah yang sesuai
52. Dekontaminasi tempat bersalin dengan larutan klorin 0,5%
53. Celupkan sarung tangan kotor kedalam larutan klorin 0,5%, balikkan
bagian dalam keluar dan rendam dalam larutan klorin 0,5% selama 10
menit
54. Cuci kedua tangan dengan sabun di air mengalir, kemudian keringkan
tangan dengan tissue atau handuk pribadi yang bersih dan kering
55. Pakai sarung tangan bersih/DTT untuk memberikan vitamin K1 (1mg)
intramuskuler di paha kiri bawah lateral dan salep mata profilaksi
sinfeksi dalam 1 jam pertama kelahiran
56. Lakukan pemeriksaan fisik lanjutan (setelah 1 jam kelahiran bayi).
Pastikan kondisi bayi tetap baik. (pernafasan normal 40-60 kali/menit
dan temperature tubuh normal 36,5-37,5℃) setiap 15 menit
57. Setelah 1 jam pemberian vitamin K1 berikan suntikan imunisasi
Hepatitis B di paha kanan bawah lateral. Letakkan bayi di dalam
jangkauan ibu agar sewaktu-waktu dapat disusukan
58. Lepaskan sarung tangan dalam keadaan terbalik dan rendam di
dalam larutan klorin 0,5% selama 10 menit
59. Cuci kedua tangan dengan sabun dan air mengalir kemudian keringkan
dengan tissue atau handuk pribadi yang bersih dan kering
Dokumentasi
60. Lengkapi partograf (halaman depan dan belakang). Periksa tanda vital
dan asuhan kala IV persalinan
6. Panduan pelayanan pertolongan persalinan oleh bidan pada masa
pandemi covid-19 :
a. Jika sudah ada tanda-tanda persalinan, ibu hamil segera menghubungi
bidan melalui telepon WA. Lakukan skrining terhadap faktor resiko
infeksi covid-19, apabila ditemukan factor resiko segera dirujuk ke
PKM/RS terdekat sesuai standar.
b. Lakukan pengkajian komprehensif sesuai standar, termasuk informasi
berkaitan dengan kewaspadaan covid-19. Jika diperlukan bidan
berkoordinasi dengan RT/RW/Kades/Lurah setempat untuk informasi
tentang status ibu apakah sedang isolasi mandiri (ODP/PDP, Covid-19)
c. Bidan melakukan pertolongan persalinan sesuai standar APN dengan
menggunakan APD level 2, dan menerapkan prosedur pencegahan
penularan covid-19 (pasien dengan maksimal 1 orang pendamping
selalu menggunakan APD).
d. Jika bidan tidak memungkinkan melakukan pertolongan persalinan,
segera berkolaborasi dan merujuk ke PKM/RS sesuai standar
e. Keluarga/pendamping dan semua tim kesehatan yang bertugas
menggunakan masker dan menerapkan prinsip pencegahan penularan
covid-19.
f. Melaksanakan rujukan persalinan terencana untuk ibu bersalin dengan
resiko, termasuk ibu bersalin yang dicurigai ODP/PDP sesuai standar
(IBI, 2020)
2.1.3 Nifas
1. Definisi Masa Nifas
Masa nifas adalah masa setelah lahirnya plasenta hingga organ
reproduksi khususnya alat alat kandungan kembali pulih seperti keadaa
sebelum hamil. Masa nifas atau disebut perperium simulai sejak jam setelah
lahirnya olasenta sampai dengan 6 minggu hari setelah itu. Bila diartikan
dalam bahsa lati, puerperium yaitu waktu mulai tertetntu setelah melahirkan
anak ini disebut puer yang artinya bayi dan parous melahhirkan. Sehingga
diartikan sebagai “setelah melahirkan bayi”. Postpartum adalah masa setlah
melahirkan hingga pulihnya rahim dan organ kewanitaan yag umumnya di
iringi dengan keluarnya darah nifas.lamanya periode postpartum yaitu
sekitar 6 minggu. Selain terjadinya perubahan perubahan tubuh, pada
periode postpartum juga akan mengakibatkan terjadinya perubahan kondisi
psikologis (Hernawati & Lia, 2017)
2. Tujuan Asuhan Masa Nifas
Tujuan asuhan kebidanan nifas dan menyusui adalah sebagai berikut:
1. Menjaga kesehatan ibu dan bayinya baik fisik maupun pisikologis
dimana dalam asuhan pada masa ini peranan keluarga sangat penting,
dengan pemberian nutrisi, dukungan psikologi maka kesehatan ibu
dan bayi selalu terjaga.
2. Melaksanakan skrining yang komprehensif (menyeluruh) dimana
bidan harus melakukan manajemen asuhan kebidanan pada ibu masa
nifas secara sistematis yaitu mulai pengkajian, interpretasi data dan
analisa masalah, perencanaan, penatalaksanaan dan evaluasi. Sehingga
dengan asuhan kebidanan masa nifas dan menyusui dapat mendeteksi
secara dini penyulit maupun komplikasi yang terjadi pada ibu dan
bayi.
3. Melakukan rujukan secara aman dan tepat waktu bila terjadi penyulit
atau komplikasi pada ibu dan bayinya, ke fasilitas pelayanan rujukan.
4. Memberikan pendidikan kesehatan tentang perawatan kesehatan nifas
dan menyusui, kebutuhan nutrisi, perencanaan pengaturan jarak
kelahiran, menyusui, pemberian imunisasi kepada bayinya, perawatan
bayi sehat serta memberikan pelayanan keluarga berencana, sesuai
dengan pilihan ibu (Wahyuningsih, 2018)
3. Asuhan Kebidanan Pada Masa Nifas
Beberapa komponen esensial dalam asuhan kebidanan pada ibu
selama masa nifas menurut Wahyuningsih (2018) adalah sebagai berikut.
1. Anjurkan ibu untuk melakukan kontrol/kunjungan masa nifas
setidaknya 4 kali, yaitu:
1) 6 jam-2 hari setelah persalinan
2) 3-7 hari setelah persalinan
3) 8-28 hari setelah persalinan
4) 29-42 hari setelah persalinan
Tabel 2.4 Kunjungan Masa Nifas
KF Waktu Tujuan
1 6 jam - 2 hari 1. Mencegah perdarahan masa nifas oleh
setelah karena atonia uteri.
persalinan 2. Mendeteksi dan perawatan penyebab lain
perdarahan serta
melakukan rujukan bila perdarahan
berlanjut.
3. Memberikan konseling pada ibu dan
keluarga tentang cara mencegah perdarahan
yang disebab-kan atonia uteri.
4. Pemberian ASI awal.
5. Mengajarkan cara mempererat hubungan
antara ibu dan bayi baru lahir.
6. Menjaga bayi tetap sehat melalui
pencegahan hipotermi.
7. Setelah bidan melakukan pertolongan
persalinan,
maka bidan harus menjaga ibu dan bayi
untuk 2 jam pertama setelah kelahiran atau
sampai keadaan ibu dan bayi baru lahir
dalam keadaan baik.
2 3 hari - 7 hari 1. Memastikan involusi uterus barjalan dengan
setelah normal, uterus berkontraksi dengan baik,
persalinan tinggi fundus
2. uterus di bawah umbilikus, tidak ada
perdarahan abnormal.
3. Menilai adanya tanda-tanda demam, infeksi
dan perdarahan.
4. Memastikan ibu mendapat istirahat yang
cukup.
5. Memastikan ibu mendapat makanan yang
bergizi dan cukup cairan.
6. Memastikan ibu menyusui dengan baik dan
benar serta tidak ada tanda-tanda kesulitan
menyusui.
7. Memberikan konseling tentang perawatan
bayi baru lahir.
3 8 hari - 28 hari 1. Asuhan pada KF3 post partum sama dengan
Setelah asuhan yang diberikan pada kunjungan KF2
persalinan post partum.
2. Memberikan konseling untuk KB secara
dini.
4 29 hari - 42 hari 1. Menanyakan pada ibu tentang penyulit-
setelah penyulit yang ia atau bayi alami.
persalinan 2. Pelayanan KB
Sumber : Wahyuningsih, 2018)
2. Periksa tekanan darah, perdarahan pervaginam, kondisi perineum,
tanda infeksi, kontraksi uterus, tinggi fundus, dan temperatur secara
rutin.
3. Nilai fungsi berkemih, fungsi cerna, penyembuhan luka, sakit kepala,
rasa lelah dan nyeri punggung.
4. Tanyakan ibu mengenai suasana emosinya, bagaimana dukungan yang
didapatkannya dari keluarga, pasangan, dan masyarakat untuk
perawatan bayinya.
5. Tatalaksana atau rujuk ibu bila ditemukan masalah.
6. Lengkapi vaksinasi tetanus toksoid bila diperlukan.
7. Minta ibu segera menghubungi tenaga kesehatan bila ibu menemukan
salah satu tanda berikut:
a. Perdarahan berlebihan
b. Sekret vagina berbau
c. Demam
d. Nyeri perut berat
e. Kelelahan atau sesak nafas
f. Bengkak di tangan, wajah, tungkai atau sakit kepala atau
pandangan kabur.
g. Nyeri payudara, pembengkakan payudara, luka atau perdarahan
putting
8. Berikan informasi tentang perlunya melakukan hal-hal berikut.
a. Kebersihan diri
1) Membersihkan daerah vulva dari depan ke belakang setelah
buang air kecil atau besar dengan sabun dan air.
2) Mengganti pembalut minimal dua kali sehari, atau sewaktu-
waktu terasa basah atau kotor dan tidak nyaman.
3) Mencuci tangan dengan sabun dan air sebelum dan sesudah
membersihkan daerah kelamin.
4) Menghindari menyentuh daerah luka episiotomi atau laserasi.
b. Istirahat
1) Beristirahat yang cukup, mengatur waktu istirahat pada saat
bayi tidur, karena terdapat kemungkinan ibu harus sering
terbangun pada malam hari karena menyusui.
2) Kembali melakukan rutinitas rumah tangga secara bertahap.
c. Latihan (exercise)
1) Menjelaskan pentingnya otot perut dan panggul.
2) Mengajarkan latihan untuk otot perut dan panggul: Menarik
otot perut bagian bawah selagi menarik napas dalam posisi
tidur terlentang dengan lengan disamping, tahan napas
sampai hitungan 5,angkat dagu ke dada, ulangi sebanyak 10
kali. Kemudian berdiri dengan kedua tungkai dirapatkan.
Tahan dan kencangkan otot pantat, pinggul sampai hitungan
5, ulangi sebanyak 5 kali.
d. Gizi
1) Mengkonsumsi tambahan 500 kalori/hari
2) Diet seimbang (cukup protein, mineral dan vitamin)
3) Minum minimal 3 liter/hari
4) Suplemen besi diminum setidaknya selama 3 bulan
pascasalin, terutama di daerah dengan prevalensi anemia
tinggi.
5) Suplemen vitamin A sebanyak 1 kapsul 200.000 IU diminum
segera setelah persalinan dan 1 kapsul 200.000 IU diminum
24 jam kemudian.
e. Menyusui dan merawat payudara
1) Jelaskan kepada ibu mengenai cara menyusui dan merawat
payudara.
2) Jelaskan kepada ibu mengenai pentingnya ASI eksklusif.
3) Jelaskan kepada ibu mengenai tanda-tanda kecukupan ASI
dan tentang manajemen laktasi.
Dalam menyusui bayi dengan posisi duduk sebaiknya
menggunakan kursi, ibu dapat bersandar ke kursi dan kaki tidak
menggantung. Langkah- langkahnya yaitu:
1) Cuci tangan menggunakan sabun, lalu sebelum menyusui
keluarkan asi sedikit dan oleskan pada puting susu dan
aerola, cara ini berguna untuk menjaga kelembapan putting
susu.
2) Bayi diletakan menghadap perut ibu, kepala bayi pada
lengkung ibu dan bokong disangga oleh telapak tangan, tidak
ada celah antara ketiak dengan lengan.
3) Pegang payudara dengan ibu jari diatas dan jari lain
menopang dibawah, dan beri bayi rangasangan dengan cara
menyen-tuhkan puting ibu ke pipi dan bibir bayi.
4) Setelah mulut terbuka lebar, dekatkan payudara dengan mulut
bayi.
5) Pastikan mulut bayi terbuka lebar, mulut bayi menutupi
aerola, dagu menempel pada payudara dan bibir bayi
melengkung.
6) Cara melepaskan isapan bayi yaitu jari kelingking ibu
dimasukan kemulut bayi atau tekan dagu bayi kebawah.
7) Setelah menyusui jangan lupa sendawakan bayi dengan bayi
digendong tegak pada bahu ibu lalu tepuk-tepuk punggung
bayi secara perlahan samoai bayi bersendawa (Astuti, 2015).
f. Senggama
1) Senggama aman dilakukan setelah darah tidak keluar dan ibu
tidak merasa nyeri ketika memasukkan jari ke dalam vagina.
2) Keputusan tentang senggama bergantung pada pasangan yang
bersangkutan.
g. Kontrasepsi dan KB
Jelaskan kepada ibu mengenai pentingnya kontrasepsi dan keluarga
berencana setelah bersalin.
4. Perubahan Masa Nifas
Perubahan Selama masa nifas alat alat internal maupun eksternal
berangsur-angsur kembali keadaan sebelum hamil. Perubahan keseluruhan
alat genetalia ini disebut involusi.pada masa ini terjadi juga perubahan
penting lainnya, perubahan-perubahan yang terjadi antara lain sebagai
berikut:
1. Uterus
Involusi uterus atau pegerutan uterus merupakan suatu proses
dimana uterus kembali ke kondisi sebelum hamil.
Tabel 2.5 Involusi Uterus
Waktu TFU Berat Uterus
Bayi lahir Setinggi pusat 1000 gram
Plasenta lahir 2 jari bawah pusat 750 gram
1 minggu Pertengahan pusat-sympisis 500 gram
2 minggu Tidak teraba diatas sympisis 350 gram
6 minggu Bertambah kecil 50 gram
8 minggu Sebesar normal 30 gram
Sumber : Aritonang, 2021
Proses involusi uterus sebagai berikut :
a. Iskemia Miometrium : hal ini disebabkan oleh kontraksi dan
retraksi yang terus menerus dari uterus setelah pengeluarann
plasenta sehingga membuat uterus menjadi relative anemi dan
menyebabkan otot atrofi
b. Atrofi jaringan : terjadi sebagai reaksi penghentian hormon
estrogen saat pelepasan plasenta
c. Autolysis : merupakan proses penghancuran diri sendiri yang
terjadi di dalam ototuterus. Enzim proteolitik akan memendekkan
jaringan otot yag telah mengedur hingga panjangnya kali panjang
sebelum hamil danlebarnya 5 kali lebar sebelum hamil yang trejadi
selama kehamilan. Hal ini disebabkan karena penurunan hormone
estrige dan progesterone
d. Efek oksitosin: meyebabkan terjadinya kontraksi dan retraksi otot
uterus sehingga akan menekan pembuluh darah yag mengakibatkan
berkurangnya suplai darah ke uterus. Proses ini membantu
mengurangi tempat implantasi plasenta serta mengurang serta
mengurangi perdarahan. Ukuran uterus pada masa nifas akan
megecil seperti sebelum hamil (Aritonang & Yunida, 2021)
2. Lokia
Akibat involusi uteri, lapisan luar desidua yang mengelilingi
situs plaseta akan menjadi nekotik. Desidua yang mati akan keluar
bersama dengan sisa cairan. Percampuran antara darah dan desidua
inilah yang dinamakan lokia. (Aritonang & Yunida, 2021)
Lokia adalah ekskresi cairan rahim selama masa nifas dan
mempunyai reaksi basa/alkalis yang membuat organisme berkembang
lebih cepat dari pada kondisi asam yang ada pada vagina ormal. Lokia
mempunyai bau yang amis meskipun tidak terlalu menyengat dan
volumenya berbeda pada setia wanita. Lokia mengalami perubahan
karena proses involusi. Pengeluaran lokia terbagi menjadi lokia rubra,
sanguilenta, serosa dan alba. Perbedaan masing-masing lokia dapat
dilihat sebagi berikut
a. Rubra (1-3 hari) : merah kehitaman yang terdiri dari sel dsesidua,
verniks caseosa, rambut lanugo, sisa meconium dan sisa darah
b. Sanguileta (3-7 hari) : berwarna putih bercampur merah, sisa darah
bercampur lendir
c. Serosa (7-14 hari) : kekuningan/coklat, lebih sedikit darah dan
lebih banyak serum, juga terdiri dari leukosit dan robekan laserasi
plasenta
d. Alba (>14 hari) : berwarnna putih mengandung leukosit, selaput
lendir serviks dan serabut jaringan yang mati (Aritonang, 2021)
3. Vagina dan perineum
Selama proses persalinan vulva dan vagina mengalami
penekanan serta peregangan, setelah beberapa hari persalinan, kedua
organ ini kembali dalam keadaan kendur. Rugae timbul kembali pada
minggu ketiga. Hymen tampak sebagai tonjola kecil dan dalamproses
pembentukan berubah menjadi karankulae mitiformis yang khas bagi
wanita multipara. Ukuran vagina akan selalu lebih besar dibandingkan
keadaan saat sebelum persalinan pertama. (Aritonang & Yunida, 2021)
Perubahan pada perineum pasca melahirkan terjadi pada saat
perineum mengalami robekan. Robekan jalan lahir dapat terjadi secara
spontan ataupun dilakukan episiotomy dengan indikasi tertentu.
meskipun demikian, latihan otot perineum dapat mengembalikan tonus
tersebut dan dapat mengencangkan vagina hingga tingkat tertentu. hal
ini dapat dilakukan pada akhir perperium dengan latihan harian.
(Aritonang, 2021)

5. Tanda Bahaya Masa Nifas


Menurut (Fitriani, 2021)Tanda-tanda bahaya masa nifas, yaitu :
1. Perdarahan hebat atau peningkatan perdarahan secara tiba tiba
(melebihi haid biasa atau jika perdarahan tersebut membasahi lebih
dari pembalut dalam waktu setengah jam)
2. Pengeluaran cairan vaginal dengan bau busuk yang menyengat
3. Rasa nyeri di perut bagian bawah atau punggung
4. Sakit kepala yang terus menerus, nyeriepigastric, atau terdapat
masalah/gangguan penglihatan
5. Pembengkakan pada wajah da tangan, demam, mutah, rasa sakit
sewaktu buang air seni, atau merasa tidak enak badan
6. Payudara yang berwarna kemerahan, panas dan atau sakit
7. Kehilangan selera makan untuk waktu yang berkepajangan
8. Rasa sakit, warna merah, kelembutan atau pembengkakan pada kaki
9. Merasa sangat sedih dan tidak mampu menngurus diri sendiri atau
mengurus bayi
10. Merasa sangat letih atau bernafas terengah-engah
6. Peran dan Tanggung Jawab Bidan dalam Masa Nifas
Peran dan tanggungjawab bidan secara komprehensif dalam asuhan
masa nifas sebagai berikut.
1. Memberikan dukungan secara berkesinambungan selama masa nifas
sesuai dengan kebutuhan ibu untuk mengurangi ketegangan fisik dan
psikologis selama masa nifas.
2. Sebagai promotor yang memfasilitasi hubungan antara ibu dan bayi
serta keluarga.
3. Mendorong ibu untuk menyusui serta meningkatkan rasa nyaman ibu
dan bayi.
4. Mendeteksi penyulit maupun komplikasi selama masa nifas dan
menyusui serta melaksanakan rujukan secara aman dan tepat waktu
sesuai dengan indikasi.
5. Memberikan konseling untuk ibu dan keluarganya mengenai cara
mencegah perdarahan, mengenali tanda-tanda bahaya pada masa nifas
dan menyusui, pemenuhan nutrisi yang baik, serta mempraktekkan
personal higiene yang baik.
6. Melakukan manajemen asuhan dengan langkah-langkah; pengkajian,
melakukan interpretasi data serta menetapkan diagnosa, antisipasi
tindakan segera terhadap permasalahan potensial, menyusun rencana
asuhan serta melakukan penatalaksanaan dan evaluasi untuk memper-
cepat proses pemulihan, mencegah komplikasi, serta untuk memenuhi
kebutuhan ibu dan bayi selama periode nifas
7. Memberikan asuhan kebidanan nifas dan menyusui secara etis
profesional (Wahyuningsih, 2018).
7. Mekanisme Produksi ASI
Salah satu hal yang cukup penting untuk mencapai kesuksesan
menyusui adalah dengan mengetahui mekanisme produksi ASI sejak
kehamilan. Produksi ASI terjadi dalam tiga tahap/fase, yaitu laktogenesis I,
laktogenesis Il, dan laktogenesis Ill. (Monika, 2016).
1. Laktogenesis I
Produksi ASI pada awalnya tidak langsung dimulai dengan
hukum persediaan versus permintaan. Sejak akhir trimester 2 atau
awal trimester 3 kehamilan, kolostrum sudah mulai diproduksi. Proses
produksi ASI selama kehamilan ini sepenuhnya diatur oleh hormon
endokrin dan sistem pengendalian itu disebut sistem kendali endokrin.
Pada fase ini, produksi ASI belum terlalu banyak karena
ditekan oleh kadar hormon progesteron yang tinggi. Ketika ibu
melahirkan, plasenta terlepas dari rahim sehingga menyebabkan kadar
hormon progesteron turun. Efek berikutnya, kadar hormon prolaktin
yang berperan dalam produksi ASI meningkat. Karena pengeluaran
kolostrum pasca kelahiran ini masih diatur oleh hormon, ibu tidak
perlu khawatir kolostrum tidak akan keluar (asalkan tidak ada hal-hal
yang menghambat pengeluarannya).
2. Laktogenesis II
Fase laktogenesis II terjadi pada hari ke-2 hingga ke-5 pasca
kelahiran. Pada fase ini, kolostrum sudah mulai berubah menjadi ASI
transisi. Aliran darah ke payudara meningkat sehingga payudara mulai
terasa lebih kencang dan berat. Kadar hormon progesteron terus
menurun. Akibatnya, hormon prolaktin terus meningkat sehingga ASI
mulai diproduksi lebih banyak yang umumnya sudah terjadi pada hari
ke-3 dan ke-4 pasca kelahiran.
3. Laktogenesis III
Laktogenesis III mulai terjadi antara hari ke-8 hingga hari ke-
10 pasca kelahiran. Da lam fase ini, bukan sistem kendali endokrin
lagi yang mengatur, melainkan sistem kendali autokrin/lokal. Makna
sistem kendali lokal adalah seberapa sering ASI dikeluarkan dan
seberapa baik payudara dikosongkan. Inilah yang merupakan
mekanisme kendali utama produksi ASI, atau sudah berlaku hukum
persediaan versus permintaan.
8. Pijat Oksitosin
Pijat oksitosin adalah pemijatan pada sepanjang kedua sisi tulang
belakang.. Pijat ini dilakukan untuk merangsang refleks oksitosin atau
refleks pengeluaran ASI. Ibu yang menerima pijat oksitosin akan merasa
lebih rileks. Berikut ini langkah-langkah melakukan pijat oksitosin.
(Monika, 2016).
1. Untuk ibu:
a. Duduklah dengn nyaman sambil bersandar ke depan, bisa dengan
cara melipat lengan di atas meja
b. Letakkan kepala di atas lengan
c. Lepas bra dan baju bagian atas. Biarkan payudara tergantung lepas
2. Untuk pemijat :
a. Lumuri kedua tangan dengan sedikit baby oil.
b. Kepalkan kedua tangan dengan ibu jari menunjuk ke depan dimulai
dari bagian tulang yang menonjol ditengkuk (lihat tanda panah
pada gambar). Turun sedikit ke bawah kira-kira dua ruas jari dan
geser ke kanan ke kiri, setiap kepalan tangan sekitar dua ruas jari.
c. Dengan menggunakan kedua ibu jari, mulailah memijat
membentuk gerakan melingkar kecil menuju tulang belikat atau
daerah di bagian batas bawab bra ibu
d. Lakukan pijat ini sekitar 3 menit dan dapat diulangi sebanyak 3
kali.
e. Setelah selesai memijat sambil membersihkan sisa baby oil,
kompres pundak-punggung ibu dengan handuk hangat.
2.1.4 Bayi Baru Lahir
1. Definisi Bayi Baru Lahir
Neonatus adalah bayi yang baru mengalami proses kelahiran dan
harus menyesuaikan diri dari kehidupan intra uterin ke kehidupan ekstra
uterin. Tiga faktor yang mempengaruhi perubahan fungsi dan peoses vital
neonatus yaitu maturasi, adaptasi dan toleransi. Empat aspek transisi pada
bayi baru lahir yang paling dramatik dan cepat berlangsung adalah pada
sisem pernafasan, sirkulasi, kemampuan menghasilkan glukosa. (Jamil,
2017)
Bayi baru lahir atau neonatus adalah masa kehidupan neonatus
pertama di luar rahim sampai dengan usia 28 hari dimana terjadi perubahan
yang sangat besar dari kehidupan di dalam rahim menjadi di luar rahim.
Pada masa ini terjadi pematangan organ hampir di semua sistem
(Cunningham, dkk. 2014).
2. Fisiologi Bayi Baru Lahir
Bayi baru lahir dikatakan normal jika usia kehamilan aterm antara
37- 42 minggu, BB 2500 gram – 4000 gram, panjang badan 48- 52 cm,
lingkar dada 30- 38 cm, lingkar kepala 33- 35 cm, lingkar lengan 11- 12 cm,
frekuensi DJ 120- 160 x permenit, pernafasan ± 40- 60 x permenit, kulit
kemerahan dan licin karena jaringan subkutan yang cukup, rambut lanugo
tidak terlihat dan rambut kepala biasanya telah sempurna, kuku agak
panjang dan lemas, nilai APGAR > 7, gerakan aktif, bayi langsung
menangis kuat, refleks rooting (mencari putting susu dengan rangsangan
taktil pada pipi dan daerah mulut) sudah terbentuk dengan baik, refleks
sucking (isap dan menelan) sudah terbentuk dengan baik, refleks morro
(gerakan memeluk bila dikagetkan) sudah terbentuk dengan baik, refleks
grasping (menggenggam) sudah baik, genetaliasudah terbentuk sempurna ,
pada laki- laki testis sudah turun ke skrotum dan penis berlubang, pada
perempuan: Vagina dan uretra yang berlubang, serta labia mayora sudah
menutupi labia minora, eliminasi baik, mekonium dalam 24 jam pertama,
berwarna hitam kecoklatan. (Jamil, 2017)
Tabel 2.7 Nilai APGAR
Tanda Nilai : 0 Nilai : 1 Nilai : 2
Appearance Pucat/Biru Tubuh merah, Seluruh tubuh
(Warna Kulit) seluruh badan eksternitas biru kemerahan
Pulse Tidak Ada <100 >100
(Denyut Jantung)
Grimace Tidak ada Eksternitas Gerakan aktif
(Tonus Otot) sedikit fleksi
Activity Tidak ada Sedikit gerak Langsung
(Aktifitas) menangis
Respiration Tidak ada Lemah/ tidak Menangis
(Pernafasan) teratur
Sumber : (Jamil, 2017)
3. Perawatan Bayi Baru Lahir
a. Penilaian
Setelah bayi lahir segera lakukan penilaian awal, yaitu: apakah bayi
bernafas dan menangis kuat tanpa kesulitan, apakah bergerak
aktif, nilai warna kulit. Apabila bayi sulit bernafas lakukan tindakan
resusitasi pada bayi (Indrayani, 2016).
b. Perlindungan termal
Upaya mencegah kehilangan panas tubuh pada BBL agar tidak
terjadi hipotermi. Pencegahan Kehilangan Panas. Mekanisme kehilangan
panas menurut Lusiana (2019) sebagai berikut :
1) Evaporasi
Penguapan cairan ketuban pada permukaan tubuh oleh panas
tubuh bayi sendiri karena setelah lahir, tubuh bayi tidak segera
dikeringkan.
2) Konduksi
Kehilangan panas tubuh melalui kontak langsung antara tubuh
bayi dengan permukaan yang dingin, seperti: meja, tempat tidur,
timbangan yang temperaturnya ebih rendah dari tubuh bayi akan
menyerap panas tubuh bayi bila bayi diletakkan di atas benda–benda
tersebut.·
3) Konveksi
Kehilangan panas tubuh terjadi saat bayi terpapar udara sekitar
yang lebih dingin, co/ruangan yang dingin, adanya aliran udara dari
kipas angin, hembusan udara melalui ventilasi, atau pendingin
ruangan. ·
4) Radiasi
Kehilangan panas yang terjadi karena bayi ditempatkan di
dekat benda–benda yang mempunyai suhu tubuh lebih rendah dari
suhu tubuh bayi, karena benda–benda tersebut menyerap radiasi
panas tubuh bayi (walaupun tidak bersentuhan secara langsung).
c. Memotong dan mengikat tali pusat
Raba tali pusat setelah berhenti berdenyut, klem dan potong tali
pusat 2 menit pasca salin, lalu lakukan pengikatan tali pusat dengan
benang DTT atau klem tali pusat. Setelah itu lakukan IMD (Indrayani,
2016).
Prinsip perawatan tali pusat yaitu menjaga agar tetap bersih,
tidak terkena air kencing, kotoran bayi atau tanah. Popok bayi diletakan
dibawah tali pusar. Cuci tali pusar dengan sabun dan air bersih, dilarang
membubuhkan apapun pada tali pusat karena dapat menyebabkan
infeksi yang ditandai dengan kulit disekitar tali pusat berwarna
kemerahan, ada pus/ nanah dan berbau busuk. Bawa ke fasilitas layanan
kesehatan jika bayi mengalami hal tersebut. Tali pusat akan lepas
sekitar 1-2 minggu (Heryani reni, 2019).
d. Inisiasi Menyusui Dini
IMD adalah bayi mulai menyusui sendiri segera setelah lahir.
Lakukan IMD selama 1 jam dan meminta ibu untuk memeluk bayinya.
Manfaat dari IMD dapat mengurangi kematian bayi 0-28 hari,
merangsang produksi ASI, memperkuat reflek menghisap. (Indrayani,
2016).
g. Pencegahan infeksi
1) Memberikan vitamin K
Semua BBL diberikan vitamin K injeksi 1 mg intramuskuler
setelah proses IMD, untuk mencegah perdarahan BBL akibat
defisiensi vitamin K.
2) Memberikan obat tetes atau salep mata
Diberikan tetes mata atau salep mata untuk mencegah infeksi
pada mata yang mengandung 1% tetrasiklin atau antibiotik lain.
Upaya ini kurang efektif jika diberikan >1 jam setelah kelahiran
Perawatan mata harus segera dikerjakan, tindakan ini dapat
dikerjakan setelah bayi selesai dengan perawatan tali pusat.
(Indrayani, 2016)
h. Tanda bahaya pada bayi
1) Tidak dapat menetek.
2) Kejang.
3) Bayi bergerak hanya jika dirangsang.
4) Kecepatan nafas >60 kali/menit.
5) Tarikan dinding dada bawah yang dalam.
6) Merintih.
7) Sianosis sentral

4. Imunisasi pada Bayi


Menurut Heryani, (2019) jenis imunisasi dasar sebagai berikut :
a. Imunisasi BCG (Bacillus Calmatte Guerin)
Imunisasi BCG merupakan imunisasi yang digunakan untuk
mencegah terjadinya penyakit TBC yang disebabkan oleh mycobac-
terium tuberculosis. Vaksin BCG dapat diberikan pada usia 3 bulan,
optimal 2 bulan, dapat juga pada usia 0-12 bulan, dosis yang diberikan
yaitu 0,5 ml. Apabila diberikan pasa usia >3 bulan, maka lakukan uji
tuberculin dahulu. Vaksin ini disimpan pasa suhu 2-8ºC, efek
proteksnya timbul 8-12 minggu setelah penyuntikan dan vaksin yang
sudah dilarutkan tidak bisa digunakan setelah 3 jam. Vaksin ini
dikatakan berhasil jika timbul benjolan seperti bisul.
b. Imunisasi Hepatitis B
Imunisasi ini digunakan untuk mencegah terjadinya penyakit
Hepatitis B (penyakit peradangan hati) salah satunya karena virus
hepatitis B. Dosis yang diberikan yaitu 0,5 mI, imunisasi ini dilakukan
secara IM (intra musvular) segera setelah bayi lahir dan kurang dari 12
jam setelah bayi lahir. Apabila diberikan HB kombinasi dengan DTP,
maka jadwal pemberiannya pada usia 2, 3, dan 4 bulan.
c. Imunisasi Polio
Imunisasi polio diberikan untuk memberi kekebalan terhadap
penyakit poliomielitis yang disebabkan virus polio yang menyerang
sususan saraf pusat. Jenis vaksin polio:
1) Oral Polio Vaccine (OPV)
Imunisasi ini diberika 4 kali, yaitu Polio 1 pada usia 0-1 bulan,
polio 2 usia 2 bulan, polio 3 usia 3 bulan, Polio 4 usia 4 bulan.
Pemberian diberikan secara oral sebanyak 2 tetes (0,1 ml).
Penyimpanan dilakukan pada suhu 2-8ºC (Heryani reni. 2019). ASI
dapat diberikan sebelum atau segera setelah bayi mendapatkan
imunisasi. Jika bayi muntah <10 menit maka imunisasi diulang,
jika >10 menit tidak diulang, jika muntah berulang maka imunisasi
diulang besoknya
2) Inactivated Polio Vaccine (IPV)
Imunisasi ini dilakukan ketika bayi usia 4 bulan dibarengi dengan
imunisasi DPT-HB-HIB 3 dan Polio oral 4. Biasanya imunisasi ini
dilakukan 1 minggu kemudian satelah imunisasi DPT-HB-HIV 3
(Heryani reni. 2019).
d. Imunisasi DPT (Difteri, Pertusis, Tetanus)
Imunisasi ini diberikan untuk mencegah bayi dari penyakit
difteri,
pertusis dan tetanus. Vaksin ini diberikan pada bayi usia 2, 3, dan 4
bulan. Vaksin ini diberikan pada otot lengan atau paha secara (IM)
dengan dosis 0,5 cc. Vaksin DPT disimpan pada suhu 2,8ºC (Heryani
reni, 2019).
e. Imunisasi Campak
Campak adalah penyakit menular yang disebabkan oleh virus
campak. Vaksin campak diberikan pada usia 9 bulan dengan dosis 0,5
ml, jika pada usia 12 bulan belum mendapatkan campak maka harus
diimunisasi MMR(Measles Munp Rubella). Namun bayi yang memiliki
alergi padatelur harus mengkonsultasikan terlebih dahulu kepada.
Tabel 2.8 Waktu Pemeberian Imunisasi Dasar
Usia Jenis imunisasi Kegunaan
0-7 hari Hb0 Mencegah penyakit, hepatitis B
1 bulan BCG + polio 1 Mencegah penyakit tuberkulosis
2 bulan DPT-Hb-Hib + Mencegah penyakit difteri, pertusis,
polio 2 tetanus, polio
3 bulan DPT-Hb-Hib 2 + Mencegah penyakit difteri, pertusis,
polio 3 tetanus, polio, hepatitis B
4 bulan DPT-Hb-Hib 3 + Mencegah penyakit difteri, pertusis,
polio 4 tetanus, polio, hepatitis B
9 bulan Campak Mencegah penyakit Campak
Sumber : Setiyani, 2016
2.1.5 Asuhan Keluarga Berencanan
1. Definisi Keluarga Berencana
Keluarga Berencana adalah upaya peningkatan kepedulian dan peran
serta masyarakat melalui pendewasaan usia perkawinan, pengaturan
kelahiran, pembinaan ketahanan keluarga, peningkatan kesejahteraan
keluarga untuk mewujudkan keluarga kecil, bahagia dan sejahtera (UU
Nomor 10 Tahun 1992) (Jitowiyono, 2018).
2. Jenis-Jenis Alat Kontrasepsi
1. Spermisida
Spermisida adalah alat kontrasepsi yang mengandung bahan kimia
(non oksinol-9) yang digunakan untuk membunuh sperma. Jenis
spermisida terbagi menjadi:
a. Aerosol (busa).
b. Tablet vagina, suppositoria atau dissolvable film.
c. Krim.
2. Cervical Cap
Merupakan kontrasepsi wanita, terbuat dari bahan latex, yang
dimasuk kan ke dalam liang kemaluan dan menutupi leher rahim (serviks).
Efek sedotan menyebabkan cap tetap nempel di leher rahim. Cervical cap
ber fungsi sebagai barier (penghalang) agar sperma tidak masuk ke dalam
rahim sehingga tidak terjadi kehamilan. Setelah berhubungan cap tidak
boleh dibuka minimal selama 8 jam. Agar efektif, cap biasanya di campur
pemakaiannya dengan jeli spermisidal (pembunuh sperma). (Purwoastuti,
2019).
3. Suntik
Suntikan kontrasepsi diberikan setiap 3 bulan sekali. Suntikan
kontrasepsi mengandung hormon progestogen yang menyerupai hormon
progesterone yang diproduksi oleh wanita selama 2 minggu pada setiap
awal siklus mens truasi. Hormon tersebut mencegah wanita untuk
melepaskan sel telur sehingga memberikan efek kontrasepsi. Banyak
klinik kesehatan yang menyarankan penggunaan kondom pada minggu
pertama saat suntik kontrasepsi. Sekitar 3 dari 100 orang yang
menggunakan kontrasepsi suntik dapat mengalami kehamilan pada tahun
pertama pemakaiannya. (Purwoastuti, 2019).
Penggunakan kontrasepsi ini tidak menekan proses laktasi
sehingga bisa digunakan pada wanita pascasalin. Meskipun progestin bisa
melewati air susu, namun tidak berpengaruh pada pertumbuhan bayi. Efek
samping yang mungkin terjadi adalah haid tidak teratur bahkan amenorea
(Fitri, imelda. 2018).
Kontrasepsi ini sangat efektif, aman, dapat dipakai semua wanita
reproduksi, kembalinya kesuburan lebih lambat rata-rata 4 bulan, cocok
untuk masa laktasi. Cara kerjanya mencegah ovulasi, mengentalkan lendir
serviks, menghambat transportasi gamet oleh tuba (Affandi brian, dkk.
2016)
4. Kontrasepsi Darurat IUD
Alat kontrasepsi intrauterine device (IUD) dinilai efektif 100%
untuk kontrasepsi darurat. Hal itu tergambar dalam sebuah studi yang
melibatkan sekitar 2.000 wanita China yang memakai alat ini 5 hari
setelah melakukan hubungan intim tanpa pelindung. Alat yang disebut
Copper T380A, atau Copper T bahkan terus efektif dalam mencegah
kehamilan setahun setelah alat ini ditanamkan dalam rahim. (Purwoastuti,
2019).
5. Implan
Implan atau susuk kontrasepsi merupakan alat kontrasepsi yang ber
bentuk batang dengan panjang sekitar 4 cm yang di dalamnya terdapat
hormon progestogen, implan ini kemudian dimasukkan ke dalam kulit di
bagian lengan atas. Hormon tersebut kemudian akan dilepaskan secara per
lahan dan implan ini dapat efektif sebagai alat kontrasepsi selama 3 tahun.
Sama seperti pada kontrasepsi suntik, maka disarankan penggunaan
kondom untuk minggu pertama sejak pemasangan implan kontrasepsi
tersebut. (Purwoastuti, 2019).
6. Metode Amenorea Laktasi (MAL)
Lactational Amenorrhea Method (LAM) adalah metode
kontrasepsi sementara yang mengandalkan pemberian Air Susu Ibu (ASI)
secara eksklusif, artinya hanya diberikan ASI saja tanpa tambahan
makanan dan minuman. lainnya. Metode Amenorea Laktasi (MAL) atau
Lactational Amenorrhea Method (LAM) dapat dikatakan sebagai metode
keluarga berencana alamiah (KBA) atau natural family planning, apabila
tidak dikombinasikan dengan metode kontrasepsi lain. (Purwoastuti,
2019).
7. IUD & IUS
IUD (intra uterine device) merupakan alat kecil berbentuk seperti
huruf T yang lentur dan diletakkan di dalam rahim untuk mencegah
kehamilan, efek kontrasepsi didapatkan dari lilitan tembaga yang ada di
badan IUD. IUD merupakan salah satu kontrasepsi yang paling banyak
digunakan di dunia. Efektivitas IUD sangat tinggi sekitar 99.2-99,9%,
tetapi IUD tidak mem berikan perlindungan bagi penularan penyakit
menular seksual (PMS). (Purwoastuti, 2019).
Saat ini, sudah ada modifikasi lain dari IUD yang disebut dengan
IUS (intra uterine system), bila pada IUD efek kontrasepsi berasal dari
lilitan tembaga dan dapat efektif selama 12 tahun maka pada IUS efek
kontrasepsi didapat melalui pelepasan hormon progestogen dan efektif
selama 5 tahun. Baik IUD dan IUS mempunyai benang plastik yang
menempel pada bagian bawah alat, benang tersebut dapat teraba oleh jari
didalam vagina tetapi tidak terlihat dari luar vagina. Disarankan untuk
memeriksa keberadaan benang tersebut setiap habis menstruasi supaya
posisi IUD dapat diketahui. (Purwoastuti, 2019).
8. Kontrasepsi Darurat Hormonal
Morning after pill adalah hormonal tingkat tinggi yang di minum
untuk mengontrol kehamilan sesaat setelah melakukan hubungan seks
yang berisiko. Pada prinsipnya pil tersebut bekerja dengan cara
menghalangi sperma berenang memasuki sel telur dan memperkecil
terjadinya pembuahan. (Purwoastuti, 2019).
9. Kontrasepsi Patch
Patch ini didesain untuk melepaskan 20ug ethinyl estradiol dan
150 µg norelgestromin. Mencegah kehamilan dengan cara yang sama
seperti kontrasepsi oral (pil). Digunakan selama 3 minggu, dan 1 minggu
bebas patch untuk siklus menstruasi. (Purwoastuti, 2019).
10. Pil Kontrasepsi
Pil kontrasepsi dapat berupa pil kombinasi (berisi hormon estrogen
& progestogen) ataupun hanya berisi progestogen saja. Pil kontrasepsi
bekerja dengan cara mencegah terjadinya ovulasi dan mencegah terjadinya
penebalan dinding rahim. Apabila pil kontrasepsi ini digunakan secara
tepat maka angka kejadian kehamilannya hanya 3 dari 1000 wanita.
Disarankan penggunaan kontrasepsi lain (kondom) pada minggu pertama
pemakaian pil kontrasepsi. (Purwoastuti, 2019).
11. Kontrasepsi Sterilisasi
Kontrasepsi mantap pada wanita atau MOW (Metoda Operasi
Wanita) atau tubektomi, yaitu tindakan pengikatan dan pemotongan
saluran telur agar sel telur tidak dapat dibuahi oleh sperma, Kontrasepsi
mantap pada pria atau MOP (Metode Operasi Pria) atau vasektomi, yaitu
tindakan pengikatan dan pemotongan saluran benih agar sperma tidak
keluar dari buah zakar. (Purwoastuti, 2019).
12. Kondom
Kondom merupakan jenis kontrasepsi penghalang mekanik.
Kondom mencegah kehamilan dan infeksi penyakit kelamin dengan cara
menghenti kan sperma untuk masuk ke dalam vagina. Kondom pria dapat
terbuat dari bahan latex (karet), polyurethane (plastik), sedangkan kondom
wanita ter buat dari polyurethane. Pasangan yang mempunyai alergi
terhadap latex dapat menggunakan kondom yang terbuat dari
polyurethane. Efektivitas kondom pria antara 85-98% sedangkan
efektivitas kondom wanita antara 79 95%. Harap diperhatikan bahwa
kondom pria dan wanita sebaiknya jangan digunakan secara bersamaan.
(Purwoastuti, 2019).
2.2 Standar Asuhan Kebidanan
Ruang lingkup standar pelayanan kebidanan menurut Nugraheni
(2018), meliputi 24 standar yang dikelompokkan sebagai berikut :
1. Standar pelayanan umum (2 standar)
Standar 1 Persiapan untuk kehidupan keluarga sehat
Standar 2 Pencatatan
2. Standar pelayanan antenatal (6 standar)
Standar 3 Identifikasi ibu hamil
Standar 4 Pemeriksaan dan pemantauan antenatal
Standar 5 Palpasi abdomen
Standar 6 Pengelolaan anemia pada kehamilan
Standar 7 Pengelolaan dini hipertensi pada kehamilan
Standar 8 Persiapan persalinan
3. Standar pertolongan persalinan (4 standar)
Standar 9 Asuhan saat persalinan
Standar 10 Persalinan yang aman
Standar 11 Pengeluaran plasenta dengan penegangan tali pusat
Standar 12 Penanganan kala II dengan gawat janin melalui episiotomi
4. Standar pelayanan nifas (3 standar)
Standar 13 Perawatan bayi baru lahir
Standar 14 Penanganan pada 2 jam pertama setelah persalinan
Standar 15 Pelayanan bagi ibu dan bayi pada masa nifas
5. Standar penanganan kegawatdaruratan obstetri-neonatal (9 standar)
Standar 16 Penanganan perdarahan pada kehamilan
Standar 17 Penanganan kegawatan pada eklamsia
Standar 18 Penanganan kegawatan pada partus lama/macet
Standar 19 Persalinan dengan penggunaan vakum ekstraktor
Standar 20 Penanganan retensio plasenta
Standar 21 Penanganan perdarahan pascapartum primer
Standar 22 Penanganan perdarahan pascapartum sekunder
Standar 23 Penanganan sepsis puerperalis
Standar 24 Penanganan asfiksia neonatarum
2.3 Wewenang Bidan
Wewenang Bidan menurut (Nugraheni, 2018) meliputi :
1. Permenkes Nomor 5380/IX/1963
Wewenang bidan terbatas pada pertolongan persalinan normal
secara mandiri, dengan didampingi tugas yang lain.
2. Permenkes Nomor 623 Tahun 1989
Wewenang bidan dibagi menjadi dua, yaitu wewenang umum dan
khusus. Pelaksanaan dari Permenkes ini, bidan di wajibkan melaksanakan
praktik perorangan di bawah penga wasan dokter.
3. Kepmenkes Nomor 369/Menkes/SK/III/2007Tentang Standar Profesi Bidan
a. Kompetensi ke 1, pengetahuan dan keterampilan dasar. Bidan
mempunyai persyaratan pengetahuan dan kete rampilan dari ilmu-ilmu
sosial, kesehatan masyarakat dan kode etik.
b. Kompetensi ke 2, pra konsepsi, KB dan ginekologi. Bidan memiliki
kewajiban memberikan asuhan yang bermutu tinggi. Pendidikan
kesehatan yang tinggi bertujuan untuk meningkatkan kehidupan keluarga
yang sehat, perencana an kehamilan dan kesiapan menjadi orang tua.
c. Kompetensi ke 3, asuhan dan konseling kehamilan. Bidan memberikan
asuhan antenatal yang bermutu tinggi. Asuhan kehamilan tersebut
meliputi deteksi dini, pengobatan atau rujukan dari komplikasi tertentu.
d. Kompetensi ke 4, asuhan selama persalinan dan kelahiran. Bidan
memberikan asuhan yang berumutu tinggi dengan memimpin proses
persalinan yang aman dan bersih. Bidan juga menangani situasi
kegawatdaruratan tertentu untuk mengoptimalkan kesehatan wanita dan
bayi baru lahir.
e. Kompetensi ke 5, asuhan pada ibu nifas dan menyusui.
f. Kompetensi ke 6, asuhan pada bayi baru. Bidan memberikan asuhan
kesehatan yang bermutu tinggi kepada bayi yang baru lahir sampai
dengan 1 bulan.
g. Kompentesi ke 7, asuhan pada bayi dan balita. Bidan memberikan asuhan
yang bermutu tinggi secara komprehensif pada bayi dan balita sehat (1
bulan-5 tahun)
h. Kompetensi ke 8, kebidanan komunitas. Bidan memberikan asuhan yang
bermutu tinggi secara komprehensif kepada keluarga, kelompok, dan
masyarakat sesuai dengan budaya setempat.
i. Kompetensi ke 9, asuhan pada ibu/wanita dengan gang guan reproduksi.
Bidan memberikan asuhan kebidanan wanita/ibu dengan gangguan
sistem reproduksi.
4. Permenkes Nomor HK 02.02/Menkes/149/2010Tentang Izin dan
Penyelenggaraan Pratik Bidan
Permenkes ini merupakan revisi dari Kepmenkes Nomor 900.
Terdiri dari VI bab dan 27 pasal.
a. Bab I Ketentuan Umum (Pasal 1)
b. Bab II Perizinan (Pasal 2-7)
c. Bab III Penyelenggaraan Praktik (Pasal 8-19)
d. Bab IV Pembinaan dan Pengawasan (Pasal 20-21)
e. Bab V Ketentuan Peralihan (Pasal 22) f. Bab VI Ketentuan Penutup
(Pasal 23-24)
Isi pada Kepmenkes Nomor 900 tersebut diantaranya:
a. Pasal 8
Bidan dalam menjalankan praktik berwenang untuk memberikan
pelayanan meliputi pelayanan kebidanan, pelayanan reproduksi
perempuan, dan pelayanan kese hatan masyarakat.
b. Pasal 9
1) Pelayanan kebidanan sebagaimana dimaksud dalam pasal 8 huruf a
ditujukan kepada ibu dan bayi
2) Pelayanan kebidanan kepada ibu sebagaimana dimak sud pada ayat 1
diberikan pada masa kehamilan, masa persalinan, masa nifas dan masa
menyusui
3) Pelayanan kebidanan pada bayi sebagaimana dimak sud pada ayat 1
diberikan pada bayi baru lahir normal sampai usia 28 (dua puluh
delapan) hari.
c. Pasal 10
1) Pelayanan kebidanan kepada ibu sebagaimana dimaksud dalam pasal
9 ayat (2) meliputi:
a) Penyuluhan dan konseling
b) Pemeriksaan fisik
c) Pelayanan antenatal pada kehamilan normal
d) Pertolongan persalinan normal
e) Pelayanan ibu nifas normal
2) Pelayanan kebidanan kepada bayi sebagaimana di commaksud dalam
pasal 9 ayat (3) meliputi:
a) Pemeriksaan bayi baru lahir
b) Perawatan tali pusar
c) Perawatan bayi
d) Resusitasi pada bayi baru lahir
e) Pemberian imunisasi bayi dalam rangka menja lankan tugas
pemerintah, dan
f) Pemberian penyuluhan
d. Pasal 11
Dalam memberikan pelayanan kebidanan sebagaima na dimaksud
dalam pasal 8 huruf a, bidan berwenang untuk:
1) Memberikan imunisasi dalam rangka menjalankan tugas pemerintah
2) Bimbingan senan hamil
3) Episiotomi
4) Penjahitan luka episiotomi
5) Kompresi bimanual dalam rangka kegawatdaruratan, dilanjutkan
dengan perujukan
6) Pencegahan anemi
7) Inisiasi menyusui dini dan promosi air susu ibu eksklusif
8) Resusitasi pada bayi baru lahir dengan asfiksia
9) Penanganan hipotermi pada bayi baru lahir dan segera merujuk
10) Pemberian minum dengan sonde/pipet
11) Pemberian obat bebas, uterotonika untuk postpartum dan manajemen
aktif kala III
12) Pemberian surat keterangan kelahiran
13) Pemberian surat keterangan hamil untuk keperluan cuti melahirkan
e. Pasal 12
Dalam memberikan pelayanan kesehatan reproduksi perempuan
sebagaimana dimaksud dalam pasal 8 huruf b, bidan berwenang untuk:
1) Memberikan alat kontrasepsi oral, suntikan dan alat kontrasepsi dalam
rahim dalam rangka menjalankan tugas pemerintah, dan kondom
2) Memasang alat kontrasepsi dalam rahim di fasilitas pelayanan
kesehatan pemerintah dengan supervisi dokter
3) Memberikan penyuluhan/konseling pemilihan kon trasepsi
4) Melakukan pencabutan alat kontrasepsi dalam rahim di fasilitas
pelayanan kesehatan pemerintah
5) Memberikan konseling dan tindakan pencegahan kepada perempuan
pada masa pranikah dan pra hamil
f. Pasal 13
Dalam memberikan pelayanan kesehatan masyarakat
sebagaimana dimaksud dalam pasal 8 huruf c, bidan berwenang untuk:
1) Melakukan pembinaan peran serta masyarakat dibi dang kesehatan ibu
dan bayi
2) Melaksanakan pelayanan kebidanan komunitas
3) Melaksanakan deteksi dini, merujuk dan memberikan penyuluhan
Infeksi Menular Seksual (IMS), penyalah now gunaan narkotika
psikotropika dan zak adiktif lainnya (NAPZA) serta penyakit lainnya
g. Pasal 14
1) Dalam keadaan darurat untuk penyelamatan nyawa seseorang/pasien
tidak ada dokter di tempat kejadian, bidan dapat melakukan pelayanan
kesehatan di luar kewenangan sebagaimana dimaksud dalam pasal 8.
2) Bagi bidan yang menjalankan praktik di daerah yang tidak memiliki
dokter, dalam rangka melaksanakan tugas pemerintah dapat
melakukan pelayanan kesehatan di luar kewenangan sebagaimana
dimaksud di dalam dalam pasal 8.
3) Daerah yang tidak memiliki dokter sebagaimana di maksud pada ayat
2 adalah kecamatan atau kelurahan/desa yang ditetapkan oleh Kepala
Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota
4) Dalam hal daerah sebagaimana dimaksud pada ayat 3 telah terdapat
dokter kewenangan bidan sebagaima na dimaksud pada ayat 2 tidak
berlaku
h. Pasal 15
1) Pemerintah daerah menyelenggarakan pelatihan bagi bidan yang
memberikan pelayanan di daerah yang ti dak memiliki dokter
2) Pelatihan sebagaimana dimaksud pada ayat 1 diselenggarakan sesuai
dengan model pelatihan yang ditetepkan oleh menteri
3) Bidan yang lulus pelatihan sebagaimana dimaksud pada ayat 2
memperoleh sertifikat
i. Pasal 16
Pada daerah yang tidak memiliki dokter, pemerintah daerah hanya
menempatkan Bidan dengan pendidikan Diploma III kebidanan atau
bidan dengan Pendidikan Diploma kebidanan yang telah mengikuti
pelatihan.
5. Permenkes Nomor 1464/Menkes/Per/X/2010
a. Pasal 9
Dalam menyelenggarakan pratik, bidan berwenang untuk
memberikan pelayanan yang meliputi:
1) Pelayanan kesehatan ibu
2) Pelayanan kesehatan anak, dan
3) Pelayanan kesehatan reproduksi perempuan dan keluarga berencana.
b. Pasal 10
1) Pelayanan kesehatan ibu sebagaimana dimaksud da lam pasal 9 huruf
a diberikan pada masa prahamil, kehamilan, masa persalinan, masa
nifas, masa menyusui dan masa antara dua kehamilan.
2) Pelayanan kesehatan ibu sebagaimana dimaksud pada ayat 1 meliputi:
a) Pelayanan konseling pada masa prahamil.
b) Pelayanan antenatal pada kehamilan normal.
c) Pelayanan persalinan normal.
d) Pelayanan ibu nifas normal.
e) Pelayanan ibu menyusui. whiscrum
f) Pelayanan konseling pada masa antara dua kehamilan.
3) Dalam memberikan pelayanan sebagaimana dimaksud pada ayat 2,
bidan berwenang untuk:
a) Episiotomi.
b) Penjahitan luka jalan lahir tingkat 1 dan 2.
c) Penanganan kegawatdaruratan, dilanjutkan dengan perujukan.
d) Pemberian tablet Fe kepada ibu hamil.
e) Pemberian Vitamin A dosis tinggi pada ibu nifas.
f) Fasilitas/bimbingan inisiasi menyusui dini dan promosi ASI
eksklusif.
g) Pemberian uterotonika pada manajemen aktif kala III dan post
patrum.
h) Penyuluhan dan konseling.
i) Bimbingan pada kelompok ibu hamil.
j) Pemberian surat keterangan kematian.
k) Pemberian surat keterangan cuti persalinan.
c. Pasal 11
1) Pelayanan kesehatan anak sebagaimana dimaksud pada pasa 9 huruf b
diberikan pada bayi baru lahir, bayi, anak balita, dan anak pra sekolah.
2) Dalam memberikan pelayanan kesehatan anak seba gaimana
dimaksud pada ayat 1, bidan berwenang untuk:
a) Melakukan asuhan bayi baru lahir normal ter masuk resusitasi,
pencegahan hipotermi, inisiasi menyusu dini, injeksi vitamin K1,
perawatan bayi baru lahir pada masa neonatal (0-28 hari) dan
perawatan tali pusar.
b) Penanganan hipotermi pada bayi baru lahir dan segera merujuk.
c) Penanganan kegawatdaruratan, dilanjutkan dengan perujukan.
d) Pemberian imunisasi rutin sesuai program pemerintah.
e) Pemantauan tumbuh kembang bayi, anak balita dan anak
prasekolah.
f) Pemberian konseling dan penyuluhan.
g) Pemberian surat keterangan kelahiran.
h) Pemberian surat kematian.
d. Pasal 12
Dalam memberikan pelayanan kesehatan reproduksi perempuan
dan keluarga berencana sebagaimana dimak sud dalam pasal 9 huruf c,
bidan berwenang untuk:
1) Memberikan penyuluhan dan konseling kesehatan reproduksi
perempuan dan keluarga berencana.
2) Memberikan alat konstrasepsi oral dan kondom.
e. Pasal 13
1) Selain kewenangan sebagaimana dimaksud dalam pa sal 10, pasal 11,
dan pasal 12, bidan yang menjalankan program pemerintah berwenang
pelayanan kesehat an meliputi:
a) Pemberian alat kontrasepsi suntikan, alat kontra sepsi dalam rahim
dan pemberian pelayanan alat kontrasepsi bawah kulit.
b) Asuhan antenatal terintegrasi dan interfensi khu sus penyakit kronis
tertentu dilakukan di bawah supervisi dokter.
c) Penanganan bayi dan anak balita sakit sesuai de ngan pedoman
yang ditetapkan
d) Melakukan pembinaan peran serta masyarakat di bidang kesehatan
ibu dan anak, anak usia sekolah dan remaja, dan penyehatan
lingkungan.
e) Pemantauan tumbuh kembang bayi, anak balita, anak prasekolah,
dan anak sekolah.
f) Melaksanakan pelayanan kebidanan komunitas. Melaksanakan
deteksi dini, merujuk dan mem berikan penyuluhan terhadap
infeksi menular seksual (IMS) termasuk pemberian kondom, dan
penyakit lainnya.
g) Pencegahan penyalahgunaan narkotika, psikotro pika dan zak
adiktif lainnya atau NAPZA melalui informasi dan edukasi.
h) Pelayanan kesehatan lain yang merupakan program pemerintah.
2) Pelayanan alat kontrasepsi bawah kulit, asuhan an dado tenatal
terintegrasi, penanganan bayi dan anak bali indita sakit, dan
pelaksanaan deteksi dini, merujuk, dan Jubaran memberikan
penyuluhan terhadap infeksi menular seksual dan penyakit lainnya,
serta pencegahan pe nyalahgunaan narkotika, psikotropika dan zak
adiktif lainnya (NAPZA) hanya dapat dilakukan oleh bidan yang
dilatih untuk itu.
f. Pasal 14
1) Bagi bidan yang menjalankan praktik di daerah yang tidak memiliki
dokter, dapat melakukan pelayanan kesehatan, di luar kewenangan
sebagaimana dimak sud dalam pasal 9.
2) Daerah yang tidak memiliki dokter sebagaimana di maksud dalam
ayat 1 adalah kecamatan atau kelurah an/desa yang ditetapkan oleh
kepala dinas kesehatan kabupaten/kota.
3) Dalam daerah bagaimana sebagai dimaksud pada ayat 2 telah terdapat
dokter, kewenangan bidan sebagai mana dimaksud pada ayat 1 tidak
berlaku.
g. Pasal 15
1) Pemerintah daerah provinsi/kabupaten/kota menu gaskan bidan
praktik mandiri untuk melaksanakan program pemerintah.
2) Bidan praktik mandiri yang ditugaskan sebagai pelak sana program
pemerintah berhak atas pelatihan dan pembinaan dan perintah dari
pemerintah daerah vinsi/kabupaten/kota.
h. Pasal 16
1) Pada daerah yang belum memiliki dokter, pemerintah kota dan
pemerintah daerah harus mempertahankan bidan dengan pendidikan
minimal Diploma III kebidanan.
2) Apabila tidak terdapat tenaga bidan sebagaimana di maksud pada ayat
1, pemerintah kota dan pemerintah daerah dapat menempatkan bidan
yang telah mengi kuti pelatihan.
3) Pemerintah daerah provinsi/kabupaten/kota bertanggung jawab
menyelenggarakan pelatihan bagi bidan yang memberikan pelayanan
di daerah yang tidak memiliki dokter.
2.4 Peran Bidan
BAB III
TINJAUAN KASUS
3.1 Asuhan Kebidanan Kehamilan
ASUHAN KEBIDANAN KEHAMILAN PADA NY. L USIA 19 TAHUN
DI PMB WULAN SUKMAWATI

Tgl/ jam pengkajian : 25-04-2022/ 11.30 WIB


Nama Pengkaji : Novita Widiya Lestari
A. IDENTITAS
Istri Suami
Nama : Ny. L Tn. C
Umur : 19 Tahun 24 Tahun
Suku : Sunda Sunda
Agama : Islam Islam
Pendidikan : SMP SMP
Pekerjaan : IRT Buruh
Alamat : Cibeber 02/08 Cibeber 02/08
No. Tlp : 08386633xxxx 08382673xxxx

B. DATA SUBJEKTIF
1. Alasan datang ke PMB:
Ibu mengatakan ingin melakukan pemeriksaan kehamilan rutin
2. Keluhan utama:
Ibu mengatakan mudah lelah
3. Riwayat Obstetri
a. Riwayat kehamilan sekarang : G1P0A0
b. HPHT : 05-08-2021
UK : 37 Minggu 4 Hari
TP : 12-05-2022
c. Gerakan Janin : Janin aktif bergerak
dirasakan ibu
d. Keluhan saat hamil muda : Tidak ada keluhan yang luar
biasa
e. Imunisasi TT : TT2 (TT1 tahun 2018, TT2
pada usia kehamilan 19
mgg)
f. Obat yang dikonsumsi : Ibu hanya meminum obat
yang diberikan Bidan
selama
kehamilan ini
4. Riwayat Haid
a. Menarche : Usia 15 tahun
b. Siklus : Teratur, 28 hari
c. Lamanya : 6 hari
d. Banyaknya : 3x ganti pembalut/ hari
e. Dismenorhoe : Hari ke 1-2
5. Riwayat Kehamilan, Nifas dan Persalinan yang lalu
Ini merupakan kehamilan pertama
6. Riwayat Ginekologi
a. Infertilitas : Tidak ada Operasi : Tidak ada
b. Massa : Tidak ada Lainya : Tidak ada
c. Penyakit : Tidak ada
7. Riwayat KB
a. Kontrasepsi yang lalu : KB suntik 3 bulan
b. Lamanya Pemakaian : 1 Tahun (tahun 2020-2021)
c. Alasan Berhenti : Ingin punya anak
8. Riwayat penyakit yang lalu
Ibu mengatakan tidak memiliki riwayat penyakit seperti hipertensi,
jantung, asma, DM, serta tidak ada riwayat alergi.
9. Pola sehari-hari
Ibu mengatakan memiliki perubahan pola makan dari mulai
frekuensi jenis dan porsi. Ketika usia kehamilan masih muda ibu mengaku
makan sedikit karena mual dan kebanyakan konsumsi buah-buahan yang
masam dan berat badanpun turun 2kg. Sedangkan pada usia kehamilan
lanjut ibu mengaku memiliki nafsu makan yang bagus, ibu makan 4x/hari
dengan lauk pauk yang beragam dan ibu mengalami kenaikkan berat
badan hingga 11 kg.
Mengenai pola eliminasi ibu mengaku tetap dalam frekuensi
1x/hari sebelum hamil dan saat hamil, hanya saja ketika di usia kehamilan
7-8 bulan ibu merasa agak susah BAB dan serat (konstipasi).
Dalam pola istirahat mengalami perubahan yaitu ibu tidak pernah
tidur siang dikarenakan dalam wilayah setempat ada pantangan bagi ibu
hamil jangan tidur siang agar bayi tidak lelegeuteun. Namun pada malam
hari ibu tetap tidur sesuai kebutuhan 6-7 jam hanya saja pada usia
kehamilan muda dan kehamilan tua sering terbangun karena ingin BAK.
Ibu mengatakan mengalami perubahan pola hubungan seksual
selama hamil dengan frekuensi seksual berkurang ketika usia kehamilan 8
bulan karena suami dan ibu merasa takut untuk berhubungan.
Ibu mengatakan saat hamil ini sudah melakukan persiapan laktasi
sejak usia kehamilan 8 bulan yaitu dengan membersihkan putting dan
areola ibu setiap kali mandi menggunakan baby oil.
10. Data sosial
a. Dukungan keluarga terdekat :
Suami selalu memberikan ibu informasi mengenai kehamilan
yang didapatkan dari internet. Suami mendampingi ibu ketika
melakukan pemeriksaan kehamilan rutin. Kaka ipar selalu memberi
motivasi untuk menjaga kehamilannya, dan Ibu mertua selalu
menanyakan bagaimana keadaan ibu dan janinnya
b. Masalah :
Ibu mengakatan belum mempunyai biaya untuk bersalin dan ibu
mengatakan mempunyai BPJS.
C. DATA OBJEKTIF
1. Keadaan Umum : Baik
2. Antropometri
BB sebelum hamil : 49 kg
BB saat hamil : 60 kg
Tinggi Badan : 160 cm
IMT : 19,1 (Normal)
Kenaikan BB selama hamil 11 kg
Kenaikan BB yang dianjurkan yaitu 11,5 – 16 kg
3. Tanda-tanda vital
a. TD : 110/70 mmHg
b. Nadi : 82 x/menit
c. Suhu : 36,6°c
d. Respirasi : 20 x/menit
4. Kepala
a. Rambut : Bersih, lurus panjang berwarna hitam
b. Mata : Konjungtiva : Merah muda, tidak anemis
Sklera : Putih, tidak ikterik
Penglihatan : Normal, tidak memakai alat bantu
c. Telinga : Simetris, tidak ada serumen, pendengaran
baik
d. Hidung : Simetris, tidak ada polip, tidak ada nyeri
tekan, penciuman baik
e. Mulut : Bibir lembab, keadaan mulut bersih, tidak
ada stomatitis, tidak ada karies tidak ada
gigi
berlubang
f. Leher : Simetris, tidak ada pembengkakan kelenjar
getah bening, tidak ada pembesaran
kelenjar
tiroid, tidak ada peningkatan vena jugularis
5. Mamae
a. Bentuk : Simetris
b. Putting susu : Menonjol
c. Benjolan : Tidak ada
d. Ekskresi : Belum ada pengeluaran
6. Abdomen
a. Inspeksi
- Bentuk : Simetris
- Striae : Tidak ada
- Luka operasi : Tidak ada
b. Palpasi
- TFU : 28 cm
- Posisi janin
 Leopold I : Teraba bagian bulat, besar dan tidak
melenting (bokong)
 Leopold II : Teraba bagian besar memanjang disebelah
kiri perut ibu (punggung) dan teraba
bagian-bagian kecil disebelah kanan perut
ibu (ekstremitas)
 Leopold III : Teraba bagian bulat keras melenting
(kepala), kepala sudah masuk PAP
 Leopold IV : Konvergen
c. Auskultasi
- DJJ : 146 x/menit reguler
7. Genitalia Luar
Tidak terdapat kelainan pada bentuk genitalia, tidak ada oedema, massa
dan tidak ada pengeluaran.
8. Ekstremitas (tangan & kaki)
Bentuk kedua tangan dan kaki simetris, keadaan kuku bersih, tidak ada
oedema, refleks patella positif +/+
9.Kulit
Warna kulit sawo matang dan turgor kulit baik, kembali dengan cepat.
10.Data penunjung
a. Sifilis : Negatif (25/10/2021)
b. HIV : Negatif (25/10/2021)
c. HB : 13,3 g/dl (23/12/2021)
d. HbsAg : Negatif (17/1/2022)

D. ANALISA
G1P0A0 hamil 37-38 minggu dengan ketidaknyamanan mudah lelah
E. PENATALAKSANAAN
1. Menjelaskan kepada ibu hasil pemeriksaan keadaan ibu dan janin baik.
Evaluasi: Usia kehamilan 37-38 minggu, TD 110/70 mmHg, DJJ 146
x/menit reguler
2. Menjelaskan kepada ibu mengenai keluhan yang ibu sampaikan
merupakan ketidaknyamanan kehamilan yang terjadi karena dengan
besarnya kehamilan maka metabolisme meingkat, kerja jantung dan paru
meningkat sehingga menyebabkan mudah lelah.
Evaluasi: Ibu dapat menjawab pertanyaan tentang ketidaknyamanan
3. Menjelaskan kepada ibu untuk mengurangi ketidaknyamanan ibu dapat
beristirahat setiap 30 menit, istirahat tidak melakukan pekerjaan yang
terlalu berat dan menganjurkan ibu membaca buku KIA hal 20 mengenai
aktivitas fisik yang harus dihindari ibu hamil
Evaluasi: Ibu merencanakan akan membaca buku KIA halaman 20 dan
melakukan istirahan setiap 30 menit
4. Menganjurkan ibu untuk menaikkan berat badannya sekitar ½-1 kg untuk
mencapai batasan ideal kenaikan berat badan ibu selama hamil, dapat
dibantu dengan mengkonsumsi buah alpukat
Evaluasi : Ibu berencana akan menaikan berat badan lagi dengan konsumsi
buah alpukat
5. Mengajarkan ibu untuk melakukan pemantauan gerakan janin, dengan
cara menyiapkan 2 mangkuk dengan 1 mangkuk yang berisi beberapa
kelereng, caranya ketika ibu merasakan gerakan janin maka lakukan
pemindahan 1 kelereng ke mangkuk yang kosong.
Evaluasi : Ibu akan mencoba mempraktikan yang telah bidan ajarkan
6. Menjelaskan kepada ibu mengenai tanda bahaya kehamilan dalam buku
KIA halaman 21, apabila dijumpai keluhan dan tanda-tanda tersebut maka
sesegera mungkin ibu datang ke fasilitas pelayanan kesehatan.
Evaluasi : Ibu dapat menjawab pertanyaan bidan seputar tanda bahaya
kehamilan
7. Menjelaskan kepada ibu mengenai persiapan nutrisi pada kehamilan
trimester III untuk membantu induksi alami seperti buah naga, kiwi, nanas
Evaluasi : Ibu merencanakan akan mengkonsumsi buah naga
8. Menjelaskan kepada ibu mengenai persiapan laktasi untuk membantu
keberhasilan proses pemberian ASI ekslusif dengan cara membersihkan
payudara setiap hari untuk melenturkan puting, mengajarkan posisi dan
teknik menyusui yang benar
Evaluasi : Ibu merencanakan membersihkan puting payudara setiap kali
mandi dan ibu dapat mempraktikkan posisi dan teknik menyusui yang
benar
9. Menjelaskan kepada ibu mengenai persiapan persalinan, ibu akan bersalin
dimana, mau ditolong siapa, biaya persalinan menggunakan tabungan atau
KIS, kendaraan apa yang akan digunakan, siapa yang akan menemani ibu
ketika bersalin dan mengantar ketika ada kegawatdaruratan dan ibu mau
dirujuk kemana.
Evaluasi: Ibu merencanakan bersalin di Bidan, menggunakan kartu KIS,
diantar dengan motor, ingin ditemani suami/kaka ipar ketika bersalin dan
apabila terjadi kegawatan mau di rujuk ke RSUD terdekat.
10. Memberikan terapi obat fe sebanyak 20 tablet 1x1 diminum secara rutin
setelah makan pada malam hari sebelum tidur dan dimonitor ceklis pada
buku KIA halaman 3.
Evaluasi: Ibu akan meminum obat secara teratur dan melakukan
penceklisan pada buku KIA setiap kali meminum obat fe.
11. Menganjurkan kepada ibu untuk melakukan kunjungan ulang 2 minggu
yang akan datang, akan tetapi ibu boleh segea datang ke fasilitas kesehatan
terdekat apabila ada keluhan.
Evaluasi: Ibu akan melakukan kunjungan ulang 2 minggu mendatang
12. Melakukan pendokumentasian
Evaluasi : Buku KIA dan buku register kehamilan terisi.
Tgl/ jam pengkajian : 06-05-2022/ 14.30 WIB
Tempat : PMB Bidan Wulan
Nama Pengkaji : Novita Widiya Lestari

A. DATA SUBJEKTIF
1. Alasan datang ke PMB:
Ibu mengatakan ingin melakukan pemeriksaan rutin kehamilannya
2. Keluhan utama:
Ibu mengeluh sering BAK dan mengaku BAK lebih dari 5 kali pada malam
dan siang hari.
3. Intervensi keluhan pada kunjungan sebelumnya:
Ibu mengatakan keluhan mudah lelah sebelumnya sudah teratasi dengan
pola istirahat yang dianjurkan dan ibu menghindari aktivitas fisik bagi ibu
hamil yang tertera dalam buku KIA halaman 20.
4. Gerakan janin 4 kali dalam 1 jam

B. DATA OBJEKTIF
1. Keadaan umum : Baik
2. Berat badan : 61 kg
3. Tanda-tanda vital
a. TD : 110/80 mmHg
b. Nadi : 80 x/menit
c. Suhu : 36,5°c
d. Respirasi : 21 x/menit
4. Mamae
Payudara sudah ada pengeluaran berupa kolostrum
5. Abdomen
a. Palpasi
- TFU : 29 cm
- Posisi janin
 Leopold I : Teraba bagian bulat, besar, tidak
melenting (bokong)
 Leopold II : Teraba bagian besar memanjang disebelah
kiri perut ibu (punggung) teraba bagian
bagian kecil disebelah kanan perut ibu
(ekstremitas)
 Leopold III : Teraba bagian bulat, keras, melenting
(kepala) bagian terendah kepala sudah
masuk PAP
 Leopold IV : Divergen
b. Auskultasi
- DJJ : 156 x/menit reguler

C. ANALISA
G1P0A0 hamil 39-40 minggu dengan ketidaknyamanan sering BAK

D. PENATALAKSANAAN
1. Memberitahu ibu hasil pemeriksaan bahwa keadaan ibu dan janin baik
Evaluasi: Usia kehamilan 39-40 minggu, TD 110/80 mmHg, DJJ 156
x/menit reguler
2. Menjelaskan kepada ibu mengenai keluhan yang ibu sampaikan
merupakan ketidaknyamanan kehamilan yang terjadi karena hormon
progesteron menyebabkan pembuluh darah melebar, otot-otot alami
peregangan, sehingga kandung kemih terisi sedikitpun akan timbul ingin
BAK.
Evaluasi: Ibu dapat menjawab pertanyaan tentang ketidaknyamanan
3. Menjelaskan kepada ibu untuk mengurangi ketidaknyamanan sering BAK
ibu dapat memperbanyak minum di siang hari tanpa mengurangi
kebutuhan minum minimal 8 gelas per hari, mengosongkan kandung
kemih sesaat sebelum tidur dengan minum terakhir 2-3 jam sebelum tidur.
Evaluasi: Ibu merencankan akan minum 2-3 jam sebelum tidur
4. Memberikan apresiasi kepada ibu karena mampu menaikan berat
badannya Evaluasi : Kenaikan berat badan ibu sebanyak 1 kg selama 2
minggu.
5. Menjelaskan kepada ibu mengenai tanda awal persalinan seperti mulas-
mulas yang teratur, timbul semakin sering dan semakin lama, keluar lendir
bercampur darah dari jalan lahir atau keluar cairan ketuban dari jalan lahir,
yang dapat ibu lihat dalam buku KIA halaman 23, jika muncul salah satu
tanda tersebut sesegera mungking ibu datang ke fasilitas kesehatan.
Evaluasi : Ibu dapat menjawab pertanyaan seputar tanda awal persalinan
6. Memberitahu ibu untuk melanjutkan konsumsi obat fe 1x1 apabila obat
belum habis
Evaluasi: Ibu akan melanjutkan meninum obat secara teratur
7. Memastikan kembali kepada ibu mengenai persiapan persalinan, ibu akan
bersalin dimana, mau ditolong siapa, biaya persalinan menggunakan
tabungan atau KIS, kendaraan apa yang akan digunakan, siapa yang akan
menemani ibu ketika bersalin dan mengantar ketika ada kegawatdaruratan
dan ibu mau dirujuk kemana.
Evaluasi: Ibu mengatakan akan bersalin di Bidan, menggunakan kartu
KIS, diantar dengan motor, ingin ditemani suami/kaka ipar ketika bersalin
dan apabila terjadi kegawatan mau di rujuk ke RSUD terdekat.
8. Menganjurkan ibu untuk melakukan kunjungan ulang 1 minggu
mendatang, akan tetapi apabila ibu ada keluhan ibu boleh segera datang ke
fasilitas kesehatan tedekat.
Evaluasi: Ibu akan melakukan kunjungan ulang 1 minggu yang akan
datang
9. Melakukan pendokumentasian
Evaluasi : Buku KIA dan register kehamilan sudah terisi.

4.2 Asuhan Kebidanan Persalinan


ASUHAN KEBIDANAN PERSALINAN PADA NY. L USIA 19 TAHUN
DI PMB WULAN SUKMAWATI

Tgl/ jam pengkajian : 08-05-2022/ 08.00 WIB


Nama Pengkaji : Novita Widiya Lestari

A. DATA SUBJEKTIF
Ibu mengatakan merasa mulas-mulas terasa sejak pagi hari ini, sekitar pukul
07.00 dan ibu merasa khawatir karena ada pengeluaran lendir bercampur darah
dari kemaluan.

B. DATA OBJEKTIF
1. Keadaan umum : Baik
2. Tanda-tanda vital
a. TD : 110/70 mmHg
b. Nadi : 82 x/menit
c. Suhu : 36,8 °c
d. Respirasi : 19 x/menit
6. Abdomen
a. Palpasi
- TFU : 29 cm
- Posisi janin
 Leopold I : Teraba bagian bulat, besar, tidak
melenting (bokong)
 Leopold II : Teraba bagian besar memanjang disebelah
kiri perut ibu (punggung) teraba bagian
bagian kecil disebelah kanan perut ibu
(ekstremitas)
 Leopold III : Teraba bagian bulat, keras melenting
(kepala) bagian terendah kepala sudah
masuk PAP
 Leopold IV : Divergen 3/5
b. Auskultasi
- DJJ : 140 x/menit reguler
- His : 2x 10’ 30”
7. Genitalia Luar
Tidak terdapat kelainan pada bentuk genitalia, tidak ada oedema, massa
dan terdapat pengeluaran berupa lendir bercampur darah.
8. Pemeriksaan dalam
a. Vulva/vagina : Tidak ada kelainan
b. Portio : Tipis lunak
c. Pembukaan : 1 cm
d. Ketuban : Utuh
e. Presentasi : Kepala
f. Penurunan kepala : Station -1

C. ANALISA
G1P0A0 inpartu 39-40 minggu kala I fase laten

D. PENATALAKSANAAN
1. Menjelaskan kepada ibu tindakan yang akan dilakukan yaitu melakukan
pemeriksaan dalam dan memberitahu ibu dan keluarga mengenai hasil
pemeriksaan bahwa ibu sedang berada dalam tahap persalinan
Evaluasi : Pemeriksaan dalam tidak ada kelainan, ketuban utuh,
pembukaan 1 cm, penurunan kepala station -1, his 2x10’30”, DJJ 140x/m.
2. Menjelaskan kepada ibu rasa mulas yang ibu alami saat ini dan keluar
lendir bercampur darah dari kemaluan merupakan tanda gejala dari
persalinan yang normal terjadi
Evaluasi : Ibu merasa tenang dan tidak khawatir lagi setelah mengetahui
bahwa keluar lendir bercampur darah merupakan tanda gejala persalinan
yang normal terjadi
3. Memberikan dukungan emosional kepada ibu bahwa ibu harus kuat,
semangat, bangga dan mensyukuri anugerah yang telah Tuhan beri.
4. Menganjurkan keluarga terdekat untuk memberikan dukungan berupa
dorongan, motivasi, serta dukungan psikologis minimal berupa sentuhan
dan kata-kata pujian yang membuat ibu nyaman.
Evaluasi : Keluarga memberikan ibu dukungan berupa pujian dan
mengusap-ngusap ibu
5. Menganjurkan keluarga terdekat memberikan dukungan terhadap ibu
seperti menemani dan membimbing ibu jalan-jalan
Evaluasi : Suami akan membimbing ibu jalan-jalan di sekitaran rumah
6. Membimbing ibu untuk rileks ketika ada his, ibu diminta menarik napas
panjang, tahan napas sebentar, kemudian dihembuskan dengan cara
meniup sewaktu ada his.
Evaluasi : Ibu menarik nafas panjang dan menghembuskannya perlahan
7. Menganjurkan ibu untuk penuhi kebutuhan nutrisi dan hidrasi agar tidak
lemas selama proses persalinan dan mencegah dehidrasi.
Evaluasi : Ibu mengatakan akan makan nasi dan memperbanyak minum
8. Menganjurkan ibu dan keluarga pulang terlebih dahulu serta Bidan akan
melakukan pemantauan melalui Whatsapp dan ibu dianjurkan kembali ke
PMB ketika ibu merasa mulas semakin kuat, sering, frekuensinya lama dan
teratur 4 kali dalam 10 menit.
Evaluasi : Ibu memutuskan untuk pulang terlebih dahulu dan memantau
mulasnya
9. Melakukan pendokumentasian
Evaluasi : Buku register persalinan terisi
Tgl/ jam pengkajian : 08-05-2022/ 14.00 WIB
Nama Pengkaji : Novita Widiya Lestari

A. DATA SUBJEKTIF
1. Alasan datang ke PMB:
Ibu mengatakan rasa mulas tearsa semakin sering dan kuat dan menjalar ke
bagian perut dan pinggang
2. Pola Nutrisi
Ibu mengatakan makan terakhir pukul 12.30 wib dengan komponen
makanan nasi putih dan ayam dalam porsi sedang dan tidak habis karena
merasa tidak nyaman dengan adanya mulas. Ibu mengatakan minum
terakhir 15 menit yang lalu dengan ½ botol air mineral.
3. Pola Eliminasi
Ibu mengaku BAB terakhir pada saat sore hari kemarin dengan konsistensi
serat dan untuk BAK terakhir ibu 5 menit yang lalu, ibu mengaku sering
BAK pada hari ini dan hari-hari sebelumnya. Frekuensi BAK ibu pada hari
ini sudah lebih dari 5 kali dan mengaku air seni yang keluar tidak terlalu
banyak.
4. Pola Tidur
Ibu mengaku pada malam kemarin tidur tidak terlalu nyenyak karena sudah
ada sedikit mulas yang hilang timbul (jarang) dan ibu mengaku sering
terbangun karena ingin BAK. Pada siang hari ini ibu tidak tidur samasekali
karena mulas-mulas yang semakin sering dan kuat.

B. DATA OBJEKTIF
1. Keadaan Umum : Baik
2. Tanda-tanda vital
a. TD : 110/70 mmHg
b. Nadi : 84 x/menit
c. Suhu : 36,8 °c
d. Respirasi : 19 x/menit
3. Abdomen
a. Palpasi
Perlimaan : Divergen 2/5
His : 4x10’40”
b. Auskultasi
DJJ : 142 x/menit reguler
4. Genitalia Luar
a. Bentuk : Tidak ada kelainan
b. Varices : Tidak ada
c. Oedema : Tidak ada
d. Massa/Kista : Tidak ada
e. Pengeluaran : Lendir bercampur darah
5. Pemeriksaan dalam
g. Vulva/vagina : Tidak ada kelainan
h. Portio : Tipis lunak
i. Pembukaan : 6 cm
j. Ketuban : Utuh
k. Presentasi : Kepala
l. Penurunan kepala : Station 0

C. ANALISA
G1P0A0 parturien aterm 39-40 minggu kala I fase aktif

D. PENATALAKSANAAN
1. Menjelaskan kepada ibu dan keluarga mengenai kemajuan persalinan,
perubahan yang terjadi, prosedur yang akan dilakukan serta memberitahu
hasil pemeriksaan
Evaluasi : Ibu dan keluarga mengetahui tindakan yang akan diberikan
yaitu pemantauan setiap 30 menit sekali untuk memeriksa DJJ dan
mengukur His, pemeriksaan dalam dilakukan setiap 4 jam sekali. Hasil
pemeriksaan pembukaan 6 cm, ketuban utuh, his 4x10’40”, DJJ 142x/m.
2. Menghadirkan orang terdekat yang dapat memberikan dukungan terhadap
ibu seperti menemani dan membimbing ibu jalan-jalan (mobilisasi),
memberikan minum, merubah posisi, mengusap keringat, memijat atau
menggosok pinggang ibu.
Evaluasi : Suami membimbing ibu jalan-jalan di sekitar ruang tunggu, ibu
klien membantu merubah posisi dan memijat pinggang
3. Melakukan pengaturan aktivitas dan posisi ibu, ibu diperbolehkan
melakukan aktivitas sesuai dengan kesanggupannya. Posisi sesuai dengan
keinginan ibu, namun tidak dianjurkan tidur dalam posisi terlentang
Evaluasi : Ibu tidur miring ke kiri, sesekali dengan posisi menungging dan
dilakukan pemijatan pinggul
4. Membimbing ibu untuk rileks ketika ada his, ibu diminta menarik napas
panjang, tahan napas sebentar, kemudian dihembuskan dengan cara
meniup sewaktu ada his.
Evaluasi : Ibu menarik nafas panjang dan menghembuskannya perlahan
5. Menganjurkan keluarga melakukan pemberian cukup minum untuk
memenuhi energi dan mencegah dehidrasi
Evaluasi : Ibu meminum 1 gelas air putih dan 1 gelas air teh manis hangat.
6. Menyarankan kepada ibu untuk BAK dan mempertahankan kandung
kemih tetap kosong
Evaluasi : Ibu BAK 2 kali ke kamar mandi
7. Melakukan pemantauan kemajuan persalinan
Evaluasi : Pemantaun tercatat dalam partograf
PEMANTAUAN KEMAJUAN PERSALINAN
Tanggal/jam His DJJ Pembukaan Ketuban Penurunan TD N S
kepala

08/05/2022 4x10’40” 142x/m 6 cm Utuh Perlimaan : 0/5 110/80 84x/m 36,8C


14.00 WIB PD : Station +0 mmhg
08/05/2022 4x10’40” 137x/m 85x/m
14.30 WIB
08/05/2022 4x10’40” 140x/m 85x/m
15.00 WIB
08/05/2022 4x10’40” 142x/m 86x/m
15.30 WIB
08/05/2022 4x10’40” 138x/m 86x/m
16.00 WIB
08/05/2022 5x10’50” 148x/m 86x/m
16.30 WIB
08/05/2022 5x10’50” 146x/m 9 cm Utuh Perlimaan : 1/5 85x/m
17.00 WIB PD : Station +1
08/05/2022 5x10’50” 140x/m 10 cm Pecah Perlimaan : 0/5 85x/m
17.30 WIB spontan PD : Station +2
jernih
KALA II
Tgl/ jam pengkajian : 08-05-2022/ 17.30 WIB
Nama Pengkaji : Novita Widiya Lestari

A. DATA SUBJEKTIF
Ibu mengatakan sudah tidak kuat ingin meneran dan terasa seperti ingin BAB

B. DATA OBJEKTIF
1. Abdomen
a. Palpasi
Perlimaan : Divergen 0/5
His : 5x 10’ 50”
b. Auskultasi
DJJ : 140 x/menit reguler
2. Pemeriksaan dalam
a. Vulva/vagina : Tidak ada kelainan
b. Portio : Tidak teraba
c. Pembukaan : 10 cm
d. Ketuban : Pecah spontan jernih pukul 17.30
e. Presentasi : Kepala
f. Penurunan kepala : Station +2

C. ANALISA
G1P0A0 parturien aterm 39-40 minggu kala II

D. PENATALAKSANAAN
1. Menilai adanya tanda gejala kala II
Evaluasi : Terlihat adanya dorongan meneran, tekanan anus, perineum
menonjol dan vulva membuka
2. Memberitahu ibu dan keluarga hasil pemeriksaan dan ibu diperbolehkan
untuk meneran
Evaluasi : Pembukaan lengkap
3. Membantu ibu menggunakan posisi yang nyaman untuk meneran
Evaluasi : Posisi ibu litotomi
4. Memimpin ibu untuk meneran ketika ada his dan puji, menganjurkan ibu
istirahat dan minum ketika tidak ada his
Evaluasi : Ibu minum ½ gelas air putih
5. Meletakkan handuk/kain di atas perut ibu
Evaluasi : Telah diletakkan 1 kain sarung di atas perut ibu
6. Melindungi perineum dengan kain dilipat 1/3 (steneng) dan melindungi
kepala bayi agar tidak terjadi defleksi
Evaluasi : Kepala bayi telah keluar
7. Mengecek lilitan tali pusat
Evaluasi : Tidak ada lilitan tali pusat
8. Menunggu kepala bayi melakukan putaran paksi luar kemudian gerakkan
secara biparietal
Evaluasi : Meletakkan tangan kanan di atas kepala bayi dan tangan kiri di
bawah kepala bayi kemudian digerakkan ke bawah dan ke atas untuk
membantu pengeluaran bahu
9. Melakukan sangga susur
Evaluasi : Bayi lahir spontan pukul 18.21 WIB jenis kelamin laki-laki.
10. Menilai keadaan bayi
Evaluasi : Bayi segera menangis, tonus otot kuat, warna kulit kemerahan.
11. Meletakkan bayi di atas perut ibu, keringkan dan ganti dengan kain bersih
Evaluasi : Bayi telah dikeringkan dan diganti dengan kain bersih
12. Melakukan klem tali pusat, memotong tali pusat dan menjepit tali pusat
dengan umbilical cord
Evaluasi : Pengkleman dan pemotongan tali pusat telah dilakukan dan
terpasang umbilical cord 3 cm dari pusat bayi
13. Melakukan IMD dan menjaga kehangatan bayi
Evaluasi : Bayi diletakkan diatas dada ibu dan terpasang selimut di badan
bayi.
KALA III
Tgl/ jam pengkajian : 08-05-2022/ 18.35 WIB
Nama Pengkaji : Novita Widiya Lestari

A. DATA SUBJEKTIF
Keluhan utama : Ibu mengatakan masih merasa mulas

B. DATA OBJEKTIF
Palpasi abdomen TFU sepusat, kontraksi uterus keras

C. ANALISA
P1A0 kala III
D. PENATALAKSANAAN
1. Melakukan pengecekan fundus
Evaluasi : Tidak ada janin kedua
2. Memberitahu ibu akan dilakukannya penyuntikkan oksitosin di paha untuk
membantu pengeluaran plasenta
Evaluasi : Ibu menyetujui dilakukannya penyuntikkan oksitosin
3. Melakukan penyuntikkan oksitosin
Evaluasi : Telah dilakukan penyuntikkan oksitosin di 1/3 paha luar sebelah
kanan ibu secara IM
4. Melakukan penilaian tanda pelepasan plasenta
Evaluasi: Terdapat semburan darah, uterus globuler dan tali pusat
memanjang
5. Melakukan PTT : memindahkan klem 5 cm mendekati vulva, tangan kanan
meregangkan tali pusat ke arah bawah dan atas, tangan kiri diposisikan
secara dorso kranial.
Evaluasi : Plasenta lahir spontan pukul 18.35 wib
6. Melakukan massase fundus uterus selama 15 detik
Evaluasi : Uterus tidak teraba dan perdarahan aktif
7. Menilai kelengkapan plasenta
Evaluasi : Plasenta lahir lengkap
KALA IV
Tgl/ jam pengkajian : 08-05-2022/ 18.40 WIB
Nama Pengkaji : Novita Widiya Lestari

A. DATA SUBJEKTIF
Keluhan utama : Ibu mengatakan mulas hanya terasa sedikit

B. DATA OBJEKTIF
Palpasi abdomen TFU tidak teraba, kontraksi uterus lembek

C. ANALISA
P1A0 kala IV dengan atonia uteri

D. PENATALAKSANAAN
1. Memberitahu ibu dan keluarga tindakan yang akan dilakukan yaitu untuk
membantu perdarahan berhenti dengan cara memasukkan tangan kanan ke
dalam vagina
Evaluasi : Ibu dan keluarga menyutujui tindakan yang akan dilakukan
2. Mengganti sarung tangan kanan dengan sarung tangan panjang dan
melumuri tangan dengan betadin.
Evaluasi : Terpasang sarung tangan panjang steril
3. Melakukan evaluasi pembersihan bekuan darah atau selaput ketuban dari
vagina dan lubang seviks
Evaluasi : Vagina dan lubang serviks telah bersih
4. Memastikan kandung kemih kosong
Evaluasi : kandung kemih kosong
5. Memasukkan tangan kanan secara obstetrik ke dalam lumen vagina
Evaluasi : Setelah sampai portio, posisi tangan kanan mengepal dan
diletakkan di fornix anterior (di atas portio)
6. Meletakkan tangan kiri diatas perut ibu dan memegang bagian belakang
uterus seluas mungkin untuk memfiksasi uterus dari luar
Evaluasi : Tangan kiri berada di atas perut ibu untuk memfiksasi
7. Melakukan KBI (Kompresi Bimanual Interna) selama 5 menit
Evaluasi : Uterus berkontraksi dan perdarahan berhenti
8. Mempertahankan posisi KBI selama 2 menit
Evaluasi : KBI dipertahankan selama 2 menit
9. Mengeluarkan tangan secara hati-hati dan melakukan penanganan kala IV
Evaluasi : Tangan kanan keluar dengan hati-hati dan melanjutkan
penanganan kala IV
10. Melakukan pengecekan laserasi
Evaluasi : Terdapat laserasi pada mukosa vagina, komisura posterior dan
kulit perineum tanpa perdarahan aktif sehingga tidak dilakukan hecting
11. Melepaskan sarung tangan panjang dan dimasukkan ke dalam larutan klorin
0,5%
12. Mengajarkan ibu dan keluarga bagaimana melakukan masase uterus dan
memeriksa kontraksi uterus
Evaluasi : Keluarga dapat melakukan masase sesuai dengan yang diajarkan
13. Mengevaluasi kehilangan darah
Evaluasi : pengeluaran darah ± 500 ml
14. Memeriksa tekanan darah, nadi dan keadaan kandung kemih setiap 15 menit
selama satu jam pertama dan setiap 30 menit selama jam kedua pasca
persalinan
Evaluasi : TD 100/70 mmHg, N 88, S 37,0 C, TFU 2 jari dibawah pusat,
kontraksi uterus keras, kandung kemih kosong, perdarahan dalam batas
normal
15. Melakukan evaluasi keberhasilan IMD
Evaluasi : IMD berhasil, bayi dapat mencapai puting susu ibu
16. Menempatkan semua peralatan didalam larutan klorin 0,5% untuk
dekontaminasi selama 10 menit dan mencuci serta membilas peralatan
Evaluasi : Peralatan telah selesai dicuci dan dibilas serta dikeringkan
17. Membuang bahan-bahan yang terkontaminasi kedalam tempat sampah yang
sesuai
Evaluasi : Membuang spuit ke safety box, membuang bahan-bahan yang
terkontaminasi ke plastik kuning.
18. Membersihkan ibu dengan menggunakan air DTT (desinfeksi tingkat
tinggi), membersihkan air ketuban, lendir dan darah dan membantu ibu
memakai pakaian bersih dan kering
Evaluasi : Keadaan ibu telah bersih dan menggunakan pakaian yang kering
dan ibu merasa nyaman
19. Melakukan dekontaminasi tempat persalinan dan celemek dengan larutan
klorin 0,5% dan membilas dengan air bersih
Evaluasi : Tempat persalinan telah didekontaminasi, dan celemek telah
dibilas
20. Melakukan dekontaminasi sarung tangan dicelupkan ke dalam larutan klorin
0,5% dan lepaskan dalam keadaan terbalik diamkan selama 10 menit
21. Mencuci kedua tangan dengan sabun dan air mengalir
Evaluasi : Telah dilakukan cuci tangan 6 langkah
22. Melakukan pemantauan kala IV selama 2 jam
Evaluasi :
Jam Waktu TD Nadi Suhu TFU Kontraksi Kandung Perdarahan
ke uterus kemih
1 18.40 100/70 88 x/m 37 C 2 jari ↓ pusat Keras Kosong Normal
mmHg
18.55 100/70 87 x/m 2 jari ↓ pusat Keras Kosong Normal
mmHg
19.10 100/80 87 x/m 2 jari ↓ pusat Keras Kosong Normal
mmHg
19.25 110/80 86 x/m 2 jari ↓ pusat Keras Kosong Normal
mmHg
2 19.55 110/80 86 x/m 37,1C 1 jari ↓ pusat Keras Penuh Normal
mmHg
20.25 110/80 86 x/m 2 jari ↓ pusat Keras Kosong Normal
mmHg

23. Melakukan pendokumentasian


Evaluasi : Partograf terisi, buku persalinan terisi, buku KIA terisi.

24. Membantu ibu memberikan ASI dengan mengajarkan teknik menyusui yang
baik dan benar, dan menganjurkan keluarga untuk memberikan ibu minum
dan makan
Evaluasi : Pengeluaran kolostrum, ibu dapat menyusui bayinya sesuai yang
diajarkan, dan ibu memakan makanan lengkap nasi dan sayur ikan 1 porsi
habis, dan ibu minum 1 gelas air putih.
25. Menjelaskan kepada ibu dan keluarga rasa mulas yang ibu alami saat ini
terjadi karena rahim berkontraksi. Rahim yang berkontraksi akan membantu
rahim mengecil berangsur-angsur dan kembali ke keadaan normal seperti
sebelum hamil.
Evaluasi : Ibu dapat meraba uterus yang sedang berkontraksi (keras)
26. Menganjurkan ibu untuk mobilisasi
Evaluasi : Ibu sudah bisa miring kiri miring kanan dan jalan perlahan
27. Menganjurkan ibu untuk BAK dan jangan menahannya
Evaluasi : Ibu sudah BAK dan berjalan ke kamar mandi untuk BAK
28. Memberikan terapi obat vit A 1x1, cefadroxil 1x1, asam mefenamat 1x1 dan
fe 1x1
Evaluasi : Ibu telah meminumnya
1.3 Asuhan Kebidanan Masa Nifas
3.3.1 KF I
ASUHAN KEBIDANAN MASA NIFAS PADA NY. L USIA 19 TAHUN
P1A0 POSTPARTUM 12 JAM

Tgl/ jam pengkajian : 09-05-2022/ 06.00 WIB


Nama Pengkaji : Novita Widiya Lestari

A. DATA SUBJEKTIF
1. Keluhan utama:
Ibu mengatakan masih merasa sedikt lelah setelah melahirkan dan ibu
mengatakan sudah BAK
2. Riwayat Persalinan
a. Usia kehamilan : 39-40 minggu
b. Tempat melahirkan : Praktik Mandiri Bidan
c. Penolong : Bidan
d. Jenis persalinan : Spontan
e. Lama persalinan : ±13 jam
f. Komplikasi dalam persalinan : Tidak ada
3. Riwayat Kehamilan, Nifas dan Persalinan yang Lalu

Hamil Tahun UK Jenis Penolong Penyulit Anak Nifas


ke persalinan Persalinan kehamilan &
JK BB PB ASI Penyulit
Persalinan
1 2022 39 Spontan Bidan Tidak ada L 3.000 49 Ekslusif Tidak ada
penyulit penyulit
selama pada masa
kehamilan & nifas
persalinan

4. Pola Nutrisi
Ibu mengatakan makan terakhir pukul 30 menit yang lalu dengan
komponen makanan nasi putih dan ikan gabus berkuah dalam porsi sedang
dan habis. Ibu mengatakan minum terakhir 15 menit yang lalu dengan 1
gelas air putih.
5. Pola Eliminasi
Ibu BAB terakhir 12 jam yang lalu saat dalam tahap proses bersalin. Ibu
mengatakan BAK terakhir 1 jam yang lalu. Tidak ada masalah dalam
BAK, ibu dapat berjalan perlahan ke kamar mandi.
6. Pola Tidur
Ibu mengaku tidur malam ini selama 4 jam dan sering terbangun karena
bayi menangis dan ibu menyusui bayinya.

B. DATA OBJEKTIF
1. Tanda-tanda vital
a. TD : 110/80 mmHg
b. Nadi : 86 x/menit
c. Suhu : 36,8°c
d. Respirasi : 21 x/menit
2. Kepala
a. Mata : Konjungtiva : Merah muda, tidak anemis
Sklera : Putih, tidak ikterik
3. Mamae
a. Bentuk : Simetris
b. Putting susu : Menonjol
c. Benjolan : Tidak ada
d. Ekresi : Kolostrum
4. Palpasi abdomen
a. TFU : 2 jari ↓ pusat
b. Kontraksi uterus : Keras
5. Genitalia Luar
Pengeluaran : Lochea rubra

C. ANALISA
P1A0 Postpartum 12 jam

D. PENATALAKSANAAN
1. Menjelaskan kepada ibu dan keluarga hasil pemeriksaan bahwa keadaan
ibu baik
Evaluasi : TD 110/80 mmHg, kontraksi uterus keras, TFU 2 jari ↓ pusat,
lokhia rubra dan tidak ada tanda-tanda perdarahan abnormal
2. Menilai adanya tanda-tanda demam dan infeksi
Evaluasi : Suhu 36,8 °c tidak ada tanda demam dan infeksi
3. Menganjurkan ibu untuk istirahat yang cukup
Evaluasi : Ibu tidur selama 4 jam
4. Memastikan ibu mendapat makanan yang bergizi dan cukup cairan.
Memberitahu ibu untuk terus menjaga pola nutrisi dengan memakan
makanan yang beragam seperti sayuran, protein hewani, buah-buahan dan
mengnjurkan ibu untuk minum 14 gelas/hari.
Evaluasi : Ibu makan pukul 05.30 dan minum terakhir pukul 05.45 WIB
5. Melakukan konseling kepada ibu dan keluarga tentang cara mencegah
perdarahan karena atonia uteri yaitu dengan IMD, mobilisasi, dan massase
uterus.
Evaluasi : Keluarga dapat melakukan massase uterus
6. Memberikan terapi obat vit A 1x1, asam mefenamat 3x1, cefadroxil 2x1,
Fe 1x1.
Evaluasi : Ibu akan meminumnya dengan teratur
7. Menganjurkan ibu untuk melakukan kunjungan ulang 3 hari yang akan
datang
Evaluasi : Ibu akan datang 3 hari kemudian untuk kunjungan ulang
8. Melakukan pendokumentasian
Evaluasi : Dilakukan

3.3.2 KF II
ASUHAN KEBIDANAN MASA NIFAS PADA NY. L USIA 19 TAHUN
P1A0 POSTPARTUM 4 HARI

Tanggal/ Jam Pengkajian : 12-05-2022 / 12.00 WIB


Nama Pengkaji : Novita Widiya Lestari

A. DATA SUBJEKTIF
Keluhan utama : Ibu mengatakan ASI yang keluar masih sedikit, ibu khawatir
asinya tidak akan mencukupi kebutuhan bayinya dan ibu merasa sedikit pusing

B. DATA OBJEKTIF
1. Tanda-Tanda Vital
a. TD : 90/80 mmHg
b. Nadi : 86 x/menit
c. Suhu : 36,6 °c
d. Pernafasan : 20 x/menit
2. Mamae
a. Bentuk : Simetris
b. Puting : Menonjol
c. Benjolan : Tidak ada
d. Ekskresi : Asi
3. Palpasi abdomen
a. TFU : Pertengahan pusat sympisis
b. Kontraksi : Keras
4. Genitalia
a. Pengeluaran : Lochea sanguilenta
b. Luka jahitan : Tidak ada luka jahitan

C. ANALISA
P1A0 Postpartum 4 hari
D. PENATALAKSANAAN
1. Menjelaskan kepada ibu hasil pemeriksaan bahwa keadaan ibu baik.
Evaluasi : TD 90/80 mmHg, kontraksi uterus keras, TFU pertengahan pusat
sympisis (involusi uterus berjalan dengan baik), tidak ada tanda-tanda
perdarahan abnormal.
2. Menjelaskan kepada ibu rasa pusing yang ibu alami saat ini kemungkinan
terjadi kaarena tekanan darah ibu rendah dan menganjurkan ibu rutin
mengkonsumsi obat Tablet Tambah Darah (TTD). Selain dengan obat ibu
dapat mengkonsumsi makanan yang mengandung zat besi seperti sayuran
hijau, daging merah dan ati.
Evaluasi : Ibu mengaku tidak meminum obat TTD yang bidan berikan dan ibu
berencana akan rutin meminum obat setiap malam sebelum tidur dan akan
memakan sayuran hijau.
3. Memeriksa pengeluaran ASI dan keadaan payudara
Evaluasi : Keadaan payudara baik, tidak ada benjolan, tidak ada bendungan,
puting susu tidak lecet, pengeluaran ASI berwarna putih bening.
4. Menjelaskan kepada ibu mengenai macam-macam ASI seperti kolostrum
berwarna kekuningan yang mempunyai kadar gizi tinggi mengandung IgA
berfungsi melapisi usus bayi, mencegah kuman dan alergi makanan. ASI
transisi berwarna putih bening disekresi dari hari ke 2-5 pasca persalinan
dengan kandungan kadar protein rendah sedangkan karbohidrat dan lemak
tinggi. ASI matur adalah ASI yang diproduksi dari hari ke 8-10 sampai
seterusnya dengan pengeluaran ASI penuh sesuai dengan perkembangan.
Evaluasi : Ibu dapat menjawab pertanyaan tentang ASI dan tidak merasa
khawatir lagi
5. Melakukan pijak oksitosin untuk membantu merangsang refleks oksitosin
(pengeluaran)
Evaluasi : Dilakukan pemijatan di area punggung bagian atas ibu
6. Memberitahu ibu untuk terus menjaga pola nutrisi dengan memakan makanan
yang beragam seperti sayuran, protein hewani, buah-buahan dan mengnjurkan
ibu untuk minum 14 gelas/hari.
Evaluasi : Ibu minum 14 gelas air putih setiap hari
7. Menjelaskan kepada ibu mengenai jenis-jenis Kontrasepsi yang aman bagi ibu
menyusui kurang dari 6 bulan beserta efek samping yang mungkin terjadi pada
ibu sebagai pengguna kontrasepsi tersebut
Evaluasi : Ibu memilih KB suntik 3 bulan
8. Menganjurkan kepada ibu idealnya ibu ber KB pada 42 hari postpartum
Evaluasi : Ibu akan kembali ke fasilitas kesehatan untuk ber KB
9. Pendokumentasian
Evaluasi : Dilakukan
3.3.3 KF III
ASUHAN KEBIDANAN MASA NIFAS PADA NY. L USIA 19 TAHUN
P1A0 POSTPARTUM 14 HARI

Tanggal/ Jam Pengkajian : 12-05-2022 / 12.00 WIB


Nama Pengkaji : Novita Widiya Lestari

A. DATA SUBJEKTIF
Ibu mengatakan keadaannya baik sudah tidak merasa pusing lagi dan ibu rutin
meminum obat tablet tambah darah. Dan ibu mengatakan Asinya sudah banyak
dan terlihat putih kental.

B. DATA OBJEKTIF
1. Tanda-Tanda Vital
a. TD : 110/80 mmHg
b. Nadi : 86 x/menit
c. Suhu : 36,6 °c
d. Pernafasan : 20 x/menit
5. Mamae
a. Bentuk : Simetris
b. Puting : Menonjol
c. Benjolan : Tidak ada
d. Ekskresi : Asi
6. Palpasi abdomen
TFU : Tidak teraba diatas sympisis
7. Genitalia
Pengeluaran : Lochea Alba

C. ANALISA
P1A0 Postpartum 14 hari

D. PENATALAKSANAAN
1. Menjelaskan kepada ibu hasil pemeriksaan bahwa keadaan ibu baik.
Evaluasi : TD 110/80 mmHg, TFU tidak teraba diatas sympisis (involusi
uterus berjalan dengan baik), tidak ada tanda-tanda perdarahan abnormal
dan tidak ada tanda demam dan infeksi.
2. Melakukan pengkajian keluhan ibu sebelumnya yaitu pusing dan pengelu-
aran Asi sedikit
Evaluasi : Tekanan darah normal, pengeluaran Asi banyak dan warna Asi
putih lekat.
3. Memberitahu ibu untuk terus menjaga pola nutrisi dengan memakan
makanan yang beragam seperti sayuran, protein hewani, buah-buahan dan
mengnjurkan ibu untuk minum 14 gelas/hari.
Evaluasi : Ibu minum 14 gelas air putih setiap hari
4. Menjelaskan kembali kepada ibu mengenai jenis-jenis kontrasepsi yang
aman bagi ibu menyusui kurang dari 6 bulan beserta efek samping yang
mungkin terjadi pada ibu sebagai pengguna kontrasepsi tersebut
Evaluasi : Ibu tetap memilih KB suntik 3 bulan
5. Mengingatkan kepada ibu idealnya ibu ber KB pada 42 hari postpartum
Evaluasi : Ibu akan kembali ke fasilitas kesehatan untuk ber KB
6. Pendokumentasian
Evaluasi : Dilakukan
3.3.4 KF IV
ASUHAN KEBIDANAN MASA NIFAS PADA NY. L USIA 19 TAHUN
P1A0 POSTPARTUM 42 HARI

Tanggal/ Jam Pengkajian : 19-06-2022 / 11.00 WIB


Nama Pengkaji : Novita Widiya Lestari

A. DATA SUBJEKTIF
Keluhan utama : Ibu mengatakan ingin memeriksakan kunjungan terakhir masa
nifasnya dan ibu ingin ber KB

B. DATA OBJEKTIF
2. Tanda-Tanda Vital
a. TD : 110/80 mmHg
b. Nadi : 76 x/menit
c. Suhu : 36,6 °c
d. Pernafasan : 20 x/menit
3. Mamae
a. Bentuk : Simetris
b. Puting : Menonjol
c. Benjolan : Tidak ada
d. Ekskresi : Asi matur
4. Palpasi abdomen
a. TFU : Tidak teraba
5. Genitalia
a. Pengeluaran : Tidak ada
b. Luka jahitan : Tidak ada luka jahitan
6. Ekstremitas
a. Atas : Bersih, kuku tidak pucat.
b. Bawah : Bersih, tidak ada varices dan oedema
c. Homan sign : Negatif
C. ANALISA
P1A0 Postpartum 42 hari

D. PENATALAKSANAAN
1. Menjelaskan kepada ibu hasil pemeriksaan bahwa keadaan ibu baik.
Evaluasi : TD 110/80 mmHg, TFU tidak teraba (involusi uterus berjalan
dengan baik)
2. Memberitahu ibu untuk terus menjaga pola nutrisi dengan memakan
makanan yang beragam seperti sayuran, protein hewani, buah-buahan dan
mengnjurkan ibu untuk minum 14 gelas/hari.
Evaluasi : Ibu minum 14 gelas air putih setiap hari
3. Memberikan pelayanan kontrasepsi
Evaluasi : Ibu ingin menggunakan KB suntik 3 bulan
1. Menyiapkan peralatan dan menyuntikan KB suntik 3 bulan pada 1/3 bokong
kanan luar ibu secara intamuskular.
Evaluasi : KB suntik 3 bulan sudah disuntikan.
2. Memberitahu ibu kembali mengenai efek samping dari KB suntik 3 bulan
yaitu tidak menstruasi, bercak darah, peningkatan berat badan.
Evaluasi : Ibu dapat menjelaskan kembali mengenai efek samping KB
suntik 3 bulan.
3. Memberitahu ibu mengenai masalah yang diwaspadai seperti bila tidak haid
selama 2 bulan, nyeri perut bawah, perdarahan di tempat penyuntikan, sakit
kepala yang hebat, nyeri tungkai yang hebat, segera datang ke fasilitas
layanan kesehatan jika ibu mengalami tanda-tanda tersebut.
Evaluasi : Ibu akan datang ke layanan kesehatan jika mengalami tanda
tersebut.
4. Menjadwalkan kunjungan ulang KB pada tanggal 11 September 2022 atau
jika ibu mengalami keluhan segera datang ke fasilitas layanan kesehatan.
Ibu mengerti dan bersedia datang sesuai jadwal.

1.4 Asuhan Kebidanan Bayi Baru Lahir


ASUHAN KEBIDANAN BAYI BARU LAHIR PADA BAYI NY. L
USIA 1 JAM

Tanggal/ Jam Pengkajian : 08-05-2022 / 19.30 WIB


Nama Pengkaji : Novita Widiya Lestari

A. IDENTITAS
1. Identitas Bayi
Nama : Bayi Ny L
Umur : 1 jam
Tanggal/ jam lahir : 08-05-2022/ 18.21 WIB
Jenis kelamin : Laki-laki
BB lahir : 3.000 gram
PB lahir : 49 cm
2. Identitas Orang Tua
Nama : Ny. L Tn. C
Umur : 19 Tahun 24 Tahun
Suku : Sunda Sunda
Agama : Islam Islam
Pendidikan : SMP SMP
Pekerjaan : IRT Buruh
Alamat : Cibeber 02/08 Cibeber 02/08

B. ANAMNESA
1. Riwayat kesehatan ibu
Riwayat penyakit yang pernah diderita ibu : Tidak ada
2. Riwayat penyakit keluarga
Riwayat penyakit yang diderita dalam keluarga : Tidak ada
3. Riwayat persalinan sekarang
P1 A0 UK : 39 minggu 3 hari
Tanggal/ jam persalinan : 08-05-2022/ 18.21 WIB
Tempat persalinan : Praktik Mandiri Bidan
Penolong persalinan : Bidan
Jenis persalinan : Spontan
Komplikasi persalinan pada ibu : Tidak ada
Komplikasi persalinan pada bayi : Tidak ada
Ketuban pecah pada : Pecah spontan pukul 18.15 WIB
Keadaan plasenta : Lengkap
Tali pusat : Normal
Lama persalinan : Kala I : 9 jam (pukul 08.00-17.30
WIB)
: Kala II : 50 menit (pukul 17.30-18.21 WIB)
: Kala III : 14 menit (pukul 18.21-18.35 WIB)
: Kala IV : 2 jam (18.40-20.25 WIB)
Jumlah perdarahan : ±500 ml

4. Riwayat kehamilan
Riwayat komplikasi kehamilan : Tidak ada
Kebiasaan ibu waktu hamil : Tidak ada

C. DATA OBJEKTIF
1. Antopometri
Berat badan : 3.000 gram
Panjang badan : 49 cm
Lingkar kepala : 32 cm
Lingkar dada : 33 cm
Lingkar perut : 32 cm
2. Pemeriksaan umum
Jenis kelamin : Laki-laki
Apgar score : 9/10
KU bayi : Baik
Suhu : 37,0
Pernafasan : 48 x/menit
Frekuensi : 130 x/menit
3. Pemeriksaan fisik
a. Kepala
Simetris, warna rambut hitam, ubun-ubun teraba datar, tidak ada molase,
tidak ada capput succedaneum, tidak ada cephal hematoma.
b. Mata
Simetris, sklera putih, tidak ada kelainan antara jarak mata dan telinga
c. Hidung
Simetris, bersih, tidak ada pernafasan cuping hidung, tidak ada polip,
tidak ada pengeluaran
d. Mulut
Simetris, tidak ada labioskizis, palatoskizis, dan labiopalatoskizis
e. Telinga
Simetris, tidak ada kelainan, keadaan bersih tidak ada pengeluaran
f. Leher
Simetris, tidak ada kelainan, pergerakan normal
g. Dada
Simetris, tidak ada retraksi dinding dada, bunyi jantung reguler
h. Abdomen
Simetris, tampak tali pusat dengan keadaan bersih
i. Punggung
Bentuk lurus, tidak ada kelainan
j. Ekstermitas atas dan bawah
Simetris, jumlah jari lengkap, pergerakan aktif
k. Refleks
Moro : Positif
Tonick neck : Positif
Rooting : Positif
Sucking : Positif
Swallowing : Positif
Grasping : Positif
Babinski : Positif

D. ANALISA
Neonatal cukup bulan sesuai masa kehamilan usia 1 jam

E. PENATALAKSANAAN
1. Melakukan observasi Tanda-Tanda Vital
Evaluasi : Keadaan umum bayi baik
S : 37,0
N : 130 x/menit
R : 48 x/menit
2. Memberikan salep mata
Evalusi : Telah diberikan di kedua mata bayi
3. Memberitahu ibu bahwa bayinya akan diberikan salep mata untuk mencegah
infeksi dan vitamin K untuk mencegah terjadinya pendarahan pada 1 jam
setelah bayi lahir dengan dosis 1 mg secara intramuscular pada paha kiri
bayi
Evaluasi : Telah diberikan salep mata di kedua mata bayi dan vit k 1/3 di
paha kiri bayi.
4. Membersihkan seluruh badan bayi kecuali tangan menggunakan baby oil
dan pertahankan kehangatan bayi
Evaluasi : Telah terpasang popok, baju, bedong dan selimut pada bayi
5. Melakukan pendokumentasian.
Evaluasi : Dilakukan

3.4.1 KN I (6-48 Jam)


ASUHAN KEBIDANAN BAYI BARU LAHIR PADA BAYI NY. L
USIA 12 Jam

Tanggal/ Jam Pengkajian : 12-05-2022 / 06.00 WIB


Nama Pengkaji : Novita Widiya Lestari

A. DATA SUBJEKTIF
Ibu mengatakan bayinya menyusu kuat, bayi sudah BAK 2x, sudah BAB 1x

B. DATA OBJEKTIF
KU : Baik, tidak ikterik, tidak diare.
Tanda-Tanda Vital :
a. S : 37,0
b. N : 132 x/menit
c. R : 53 x/menit

C. ANALISA
Neonatal cukup bulan sesuai masa kehamilan usia 12 jam
D. PENATALAKSANAAN
1. Malakukan observasi keadaan umum dan Tanda-Tanda Vital
Evaluasi : keadaan umum bayi baik
S : 36,6
N : 128 x/menit
R : 46 x/menit
2. Memberitahu ibu bahwa bayi akan diberikan imunisasi HB0 untuk mencegah
penyakit hepatitis B, penyuntikan dilakukan pada paha bagian kanan dengan
dosisi 0,5 ml secara intramuscular.
Evaluasi : Telah diberikan imunisasi HB 0 di 1/3 paha kanan
3. Memastikan ibu menyusui bayinya dengan baik dan benar serta tidak ada
tanda-tanda kesulitan menyusui.
Evaluasi : Ibu menyusui bayinya dengan posisi side lying perletakan areola
masuk ke mulut bayi.
4. Menganjurkan ibu untuk memberikan ASI ekslusif selama 6 bulan tanpa
selingan apapun
Evaluasi : Ibu menyusui bayinya secara on demand 1-2 jam dan berencana
akan memberika asi ekslusif selama 6 bulan
5. Menjelaskan kepada ibu tanda bahaya pada bayi baru lahir yang tertera dalam
buku KIA hal 37 yaitu tidak dapat menetek, kejang, bayi bergerak hanya jika
dirangsang, sesak nafas, muntah-muntah, tali pusat kemerahan dan bau atau
bernanah, demam/panas tinggi, diare, kulit dan mata bayi kuning segera bawa
ke fasilitas kesehatan jika bayi mengalami tanda-tanda berikut.
Evaluasi : Ibu dapat menjawab pertanyaan
6. Menjelaskan kepada ibu cara perawatan tali pusat dengan cara selalu cuci
tangan sebelum dan sesudah memegang bayi, cuci tali pusat dengan
menggunakan sabun mandi dan air bersih, jangan memberikan apapun pada tali
pusat, talikan popok bayi pada bawah tali pusat, pastikan tali pusat kering dan
bersih,
perhatikan tanda infeksi yaitu warna kemerahan pada area tali pusat, berbau
dan bernanah, jika ada tanda tersebut maka segera bawa bayi ke fasilitas
layanan kesehatan, atau ibu dapat melihat perawatan tali pusat pada buku KIA
halaman 34.
Evaluasi : Ibu akan melakukan perawatan tali pusat sesuai yang dianjurkan.
7. Menjelaskan dan mengajarkan ibu mengenai teknik menyusui dengan mencuci
tangan terlebih dahulu, minum 1 gelas air putih, duduk menyandar apabila di
kursi dan kasih bantal, keluarkan sedikit ASI kemudian oleskan pada puting
dan sekitar areola untuk desinfektan, masukkan puting dan sebagian areola
pada mulut bayi, apabila telah selesai menyusui keluarkan ASI lalu oleskan
kembali pada puting dan sekitar areola, minum 1 gelas air putih dan cuci
tangan.
Evaluasi : Ibu dapat melakukan cara pemberian ASI yang dianjurkan
8. Memberitahu ibu untuk menjaga kehangatan bayinya dengan cara mengganti
popok dan baju jika basah, jangan tidurkan bayi ditempat yang dingin, jaga
kehangatan dengan menggunakan topi pada bayi.
Evaluasi : Terpasang popok, baju bayi dan dibedong
9. Menjadwalkan kunjungan ulang 3 hari berikutnya pada tanggal 12 Juni 2022
atau jika terjadi keluhan segera datang ke fasilitas layanan kesehatan. Ibu
mengerti dan akan datang sesuai jadwal atau terjadi keluhan
Evaluasi : Ibu akan datang kembali pada hari yang telah ditetapkan
10. Melakukan pendokumentasian
Evaluasi : Dilakukan
3.4.2 KN II (3-7 Hari)
ASUHAN KEBIDANAN BAYI BARU LAHIR PADA BAYI NY. L
USIA 4 HARI

Tanggal/ Jam Pengkajian : 12-05-2022 / 12.10 WIB


Nama Pengkaji : Novita Widiya Lestari

A. DATA SUBJEKTIF
Ibu mengatakan keadaan bayinya baik, menyusu dengan kuat, BAK 6x/ hari,
BAB 3x/ hari. Tali pusat sedah kering namun belum terlepas.

B. DATA OBJEKTIF
KU : Baik. Tanda-Tanda Vital
a. S : 36,6
b. N : 128 x/menit
c. R : 46 x/menit

C. ANALISA
Neonatal cukup bulan sesuai masa kehamilan usia 4 hari
D. PENATALAKSANAAN
1. Melakukan observasi keadaan umum dan Tanda-Tanda Vital
Evaluasi : keadaan umum bayi baik
S : 36,6
N : 128 x/menit
R : 46 x/menit
2. Menganjurkan ibu untuk tetap menjaga kehangatan suhu bayi
Evaluasi : Ibu menyelimuti bayinya
3. Menganjurkan ibu untuk tetap memberikan ASI ekslusif selama 6 bulan tanpa
selingan apapun
Evaluasi : Ibu menyusui bayinya secara on demand dan bayi menyusu kuat, ibu
berencana akan memberikan asi ekslusif pada bayinya
4. Menganjurkan ibu merawat tali pusat bayi agar tetap bersih dan kering
Evaluasi : Tali pusat sudah kering namun belum terlepas
5. Melakukan perawatan bayi sehari-hari dan menilai adanya tanda bahaya pada
bayi
Evaluasi : Tidak terdapat tanda bahaya pada bayi
6. Melakukan pendokumentasian
Evaluasi : Dilakukan
3.4.3 KN III (8-28 Hari)
ASUHAN KEBIDANAN BAYI BARU LAHIR PADA BAYI NY. L
USIA 14 HARI

Tanggal/ Jam Pengkajian : 12-05-2022 / 12.15 WIB


Nama Pengkaji : Novita Widiya Lestari

A. DATA SUBJEKTIF
Ibu mengatakan bayinya menyusu dengan kuat dan sudah BAK 8x dan BAB
3x dalam 1 hari

B. DATA OBJEKTIF
KU : Baik. Tanda-Tanda Vital
a. S : 36,8
b. N : 138 x/menit
c. R : 49 x/menit

C. ANALISA
Neonatal cukup bulan sesuai masa kehamilan usia 14 hari
D. PENATALAKSANAAN
1. Melakukan observasi keadaan umum dan Tanda-Tanda Vital
Evaluasi : keadaan umum bayi baik
S : 36,8
N : 138 x/menit
R : 49 x/menit
2. Menganjurkan ibu untuk tetap menjaga kehangatan suhu bayi
Evaluasi : Ibu menyelimuti bayinya
3. Menganjurkan ibu untuk tetap memberikan ASI ekslusif selama 6 bulan
tanpa selingan apapun
Evaluasi : Ibu akan memberikan ASI ekslusif selama 6 bulan pada bayinya
4. Mengingatkan kembali kepada ibu mengenai tanda bahaya pada bayi dan
segera bawa bayi ke fasilitas terdekat apabila mengalami tanda tersebut.
5. Melakukan konseling mengenai imunisasi dasar bayi yang diberikan setiap
bulannya berupaya untuk mencegah penyakit seperti Hepatitis, TBC, Difteri
Pertusis Tetanus, Polio dan Campak. Dan menganjurkan ibu untuk
melakukan kunjungan imunisasi BCG ketika bayi berusia 1 bulan.
Evaluasi : Ibu akan datang ke rumah bidan atau posyandu untuk melakukan
imunisasi BCG
6. Pendokumentasian
Evaluasi : Dilakukan
BAB IV
PEMBAHASAN
4.1 Kehamilan
1. Kunjungan kehamilan
Hasil pengkajian menunjukkan bahwa berdasarkan data kunjungan
kehamilan Ny. L telah melakukan pemeriksaan kehamilan secara teratur
sebanyak 6 kali yaitu pada trimester I sebanyak 2 kali, trimester II
sebanyak 1 kali serta pada trimester III sebanyak 3 kali.
Hal ini sesuai dengan standar kunjungan kehamilan menurut
Kemenkes RI tahun 2020 yang menyebutkan bahwa kunjungan dilakukan
minimal 6 kali yaitu 2 kali pada trimester I, 1 kali pada trimester II, dan 3
kali pada trimester III dengan minimal kunjungan dokter 2 kali yaitu 1 kali
pada trimester I dan 1 kali pada trimester III. (Kemenkes RI, 2020)
Kunjungan kehamilan yang sesuai itu sangat bermanfaat bagi ibu
hamil, guna untuk melakukan deteksi dini kemungkinan adanya resiko
atau komplikasi selama masa kehamilan.
Hasil pengkajian didapatkan kunjungan kehamilan trimester III
pada Ny. L dengan usia kehamilan 37 minggu dilakukan 2 minggu
mendatang. Berdasarkan uarain tersebut terdapat ketidaksesuaian pada
kebijakan pemeriksaan kehamilan
Jadwal kunjungan kehamilan untuk trimester I ibu hamil
melakukan kunjungan tiap 1 bulan sekali, trimester II tiap 1 bulan sekali,
trimester III dengan usia kehamilan >28-36 minggu tiap 2 minggu dan usia
kehamilan > 36 minggu tiap 1 minggu (Nahak, 2017).
Sehubung dengan adanya pandemi covid-19 untuk meminimalisir
interaksi secara langsung Bidan membuka konsultasi via whatsapp untuk
melakukan pemantauan.
2. Status imunisasi TT
Hasil pengkajian status imunisasi TT pada Ny. L sudah dilakukan
imunisasi TT sebanyak 2 kali yaitu 1 kali dilakukan sebelum menikah dan
1 kali dilakukan ketika usia kehamilan 19 minggu.
Pemberian imunisasi TT dilakukan untuk memberikan kekebalan
terhadap tetanus baik ibu maupun bayi (tetanus neonaturum). Pemeberian
imunisasi TT pada ibu hamil untuk TT 1 diberikan pada saat kunjungan
pertama atau sedini mungkin saat kehamilan dan belum memiliki masa
perlindungan, TT 2 diberikan 4 minggu setelah TT 1 dengan lama
perlindungan 3 tahun, TT 3 diberikan 6 bulan setelah TT 2 dengan
perlindungan 5 tahun, TT 4 diberikan 1 tahun setelah TT 3 dengan masa
perlindungan 10 tahun, TT 5 diberikan 1 tahun setelah TT 4 dengan masa
perlindungan 25 tahun. (Barus, 2018)
Pada saat hamil paling sedikitnya harus mendapatkan 2 kali
suntikan imunisasi TT selama kehamilan guna memberikan perlindungan
saat proses persalinan seperti alat yang kurang bersih, luka saat persalinan
dan tali pusar bayi yang dipotong dapat menjadi jalan lain dari bakteri
tetanus.
3. Keluhan mudah lelah dan sering BAK
Hasil pengkajian didapatkan Ny. L mengalami keluhan mudah
lelah ketika melakukan aktivitas sehari-hari dan mengaku seing BAK pada
malam hari sehingga sering terbangun ketika tidur karena ingin BAK.
Mudah lelah pada kehamilan disebabkan oleh besarnya kehamilan
maka metabolisme meningkat, kerja jantung dan paru meningkat sehingga
menyebabkan mudah lelah, dapat pula terjadi karena nokturia (sering
berkemih di malam hari), terbangun di malam hari dan mengganggu tidur
yang nyenyak. Mudah lelah pada ibu hamil dikarenakan tidur malam yang
tidak nyenyak karena terbangun tengah malam untuk berkemih (Irianti,
2015).
Sering BAK disebabkan adanya peningkatan hormon progesteron
yang menyebabkan relaksasi otot polos yang ada di dalam pembuluh
darah, uterus dan usus. Mekasisme terjadinya keluhan sering berkemih
selama kehamilan akibat dari meningkatnya laju Filtrasi Glomerolus.
Keluhan sering berkemih karena tertekannya kandung kemih oleh uterus
yang semakin membesar dan menyebabkan kapasitas kandung kemih
berkurang serta frekuensi berkemih meningkat (Irianti, 2015).
Penulis menjelasakan kepada ibu mengenai keluhan mudah lelah
dan sering BAK merupakan salah satu ketidaknyamanan pada kehamilan
trimester III yang terjadi karena adanya perubahan fisiologis selama masa
kehamilan.
4. Tidak dilakukan pemeriksaan HB pada kehamilan trimester III
Hasil pengkajian didapatkan Ny. L tidak mendapatkan pelayanan
pemeriksaan HB (hemoglobin) pada kunjungan kehamilan trimester III.
Berdasarkan uraian tersebut terdapat ketidaksesuaian dengan asuhan yang
telah diberikan terhadap Ny. L. Hal ini menggambarkan asuhan yang
diberikan kepada Ny. L belum maksimal dilakukan sesuai dengan teori
yang ada.
Pemeriksaan HB merupakan salah satu jenis pemeriksaan dan
pemantauan yang dapat dilaksanakan oleh bidan terhadap ibu hamil.
Tujuannya adalah mendeteksi faktor risiko kehamilan. Pemeriksaan
dilakukan pada trimester I dan trimester III. Hal ini dilakukan untuk
mengetahui status anemia pada ibu hamil sehingga dapat dilakukan
penatalaksanaan lebih lanjut (Barus, 2018).
Pentingnya dilakukan pemeriksaan laboratorium sederhana seperti
pemeriksaan HB guna untuk mendeteksi dini adanya anemia dalam
kehamilan sehingga dapat dilakukan pencegahan komplikasi lain yang
timbul akibat anemia.
4.2 Persalinan
1. Kala I
Hasil pengkajian kala I didapatkan Ny. L mengeluh sakit perut
bagian bawah dan menjalar ke pinggang, adanya pengeluaran lendir
bercampur darah dan mulas yang semkin kuat, sering dan teratur dengan
frekuensi His 4x10’40”.
Tanda gejala persalinan yang dapat terjadi yaitu terdapat Bloody
show. Nyeri melingkar dari punggung memancar ke perut bagian depan.
Pinggang terasa sakit dan menjalar kedepan. Sifatnya teratur, inerval
makin lama makin pendek dan kekuatannya makin besar. Mempunyai
pengaruh pada pendataran dan atau pembukaan cervix. Makin beraktifitas
ibu akan menambah kekuatan kontraksi. Kontraksi uterus yang
mengakibatkan perubahan pada servix. Kontraksi yang terjadi dapat
menyebabkan pendataran, penipisan dan pembukaan serviks. (Kurniarun,
2016)
Asuhan yang diberikan pada proses persalinan kala I Ny. L yaitu
memberikan asuhan teknik relaksasi pernafasan, posisi berbaring miring
kiri, menghadirkan orang terdekat, pijatan pada panggul dan
menganjurkan Ny. L untuk memenuhi kebutuhan nutrisi dan hidrasi.
Metode untuk mengurangi rasa nyeri dapat dilakukan dengan cara
menghadirkan seseorang yang dapat memberikan dukungan selama
persalinan (suami, orang tua), pengaturan posisi duduk atau setengah
duduk, posisi merangkak, berjongkok atau berdiri, berbaring miring kiri,
relaksasi dan pernafasan, istirahat, sentuhan dan pijatan, serta penjelasan
mengenai proses, kemajuan dan prosedur yang akn dilakukan.
(Purwoastuti, 2019). Pemberian cairan dan nutrisi, berikan ibu asupan
makanan ringan dan minum air sesering mungkin agar tidak terjadi
dehidrasi. Dehidrasi dapat memperlambat kontraksi atau kontraksi
menjadi kurang efektif (Purwoastuti, 2019)
Pemberian dukungan fisik, emosional dan psikologis selama
persalinan dapat membantu mempercepat proses persalinan dan membantu
ibu memperoleh kepuasan dalam melalui proses persalinan normal.
Pemeriksaan yang dilakukan pada persalinan kala I Ny. L yaitu
dilakukan pemantauan His, DJJ, tekanan darah, nadi, suhu tubuh, output
urine, serta melakukan pemeriksaan dalam termasuk didalamnya
pemeriksaan pembukaan serviks, ketuban, penyusupan/molase dan
penurunan kepala.
Kemajuan persalinan dipantau dan dicatat dalam partograf
diantaranya pengukuran His dilakukan setiap 30 menit, DJJ setiap 30
menit, nadi setiap 30 menit, temperatur tubuh setiap 2 jam, pemeriksaan
yang dilakukan setiap kali melakukan pemeriksaan dalam yaitu
pembukaan serviks, warna dan adanya air ketuban, penyusupan tulang
kepala janin setiap 4 jam, volume urin, protein atau aseton dicatat setiap 2
jam apabila ibu berkemih. (Sarwono, 2016)
Penggunaan partograf untuk mencatat hasil observasi dan
kemajuan persalinan serta untuk mendeteksi secara dini setiap
kemungkinan yang terjadi adanya penyulit persalianan dan membuat
keputusan klinik yang sesuai dan tepat waktu.
2. Kala II
Hasil pengkajian pada persalinan kala II Ny. L didapatkan
pembukaan lengkap bersamaan dengan pecahnya ketuban secara spontan
jernih pukul 17.30 WIB. Ny L dipimpin mengejan dengan diposisikan
secara litotomi yaitu letak berbaring merangkul kedua pahanya dengan
kedua lengan sampai batas siku, kepala diangkat sedikit sehingga dagu
mengenai dan mulut dikatup ketika mengejan.
Hal ini sesuai dengan teori menurut Purwoastuti (2019), ada dua
cara ibu mengejan pada kala II yaitu dalam letak berbaring merangkul
kedua pahanya dengan kedua lengan sampai batas siku, kepala diangkat
sedikit sehingga dagu mengenai dada, mulut dikatup; dengan sikap seperti
diatas, tetapi badan miring kearah dimana punggung janin berada dan
hanya satu kaki yang dirangkul yaitu yang sebelah atas. (Purwoastuti,
2019)
Posisi persalinan memegang peran penting ketika seorang ibu
dinyatakan sudah siap untuk bersalinan. Pada posisi ini memudahkan
pemantauan pembukaan jalan lahir, kepala bayi untuk diarahkan dan
dipegang mengikuti putaran saat proses lahirnya kepala serta memudahkan
pembebasan bila terdapat lilitan tali pusat.
Hasil pengkajian persalinan kala II pada Ny. L didapatkan tidak
ada kelainan pada his, his adekuat dengan frekuensi 5x10’50” dan Ny. L
dapat mengejan dengan baik ketika kepala bayi sudah kroning.
Faktor yang mempengaruhi persalinan diantaranya passage (jalan
lahir), power (his dan mengejan), passanger (keadaan janin). His
pengeluaran atau his mengejan sangat kuat, teratur, simetris, terkoordinasi
dan lama. Berkoordinasi bersama his kontraksi otot perut, kontraksi
diafragma dan ligamentum. Dalam proses persalinan yang paling
menentukan dalam tahapan ini adalah proses mengejan ibu yang dilakukan
dengan benar baik dari segi kekuatan maupun keteraturan. Ibu harus
mengejan sekuat mungkin seirama dengan intruksi yang diberikan.
Biasanya ibu diminta menarik nafas panjang dalam beberapa kali saat
kontraksi terjadi lalu buang secara perlahan. Ketika kontaksi mencapai
puncaknya, doronglah janin dengan mengejan sekuat mungkin.
(Purwoastuti, 2019)
Agar proses persalinan berjalan dengan lancar, ketiga komponen
tersebut harus semata-mata dalam kondisi baik. Bayi yang ukurannya tidak
terlalu besar pasti lebih mudah melalui jalan lahir normal, jalan lahir yang
baik akan memudahkan bayi keluar, kekuatan ibu mengejan akan
mendorong bayi cepat keluar.
Hasil pengkajian didapatkan lama proses persalinan kala II Ny. L
berlangsung selama 50 menit. Hal ini sesuai dengan teori menurut
Purwoastuti (2019) yang menyatakan bahwa lama kala II pada primi dan
multipara berbeda yaitu pada primipara kala II berlangsung 1,5 jam - 2
jam dan pada multipara kala II berlangsung 0,5 jam - 1 jam.
3. Kala III
Hasil pengkajian pada persalinan kala III Ny. L dilakukan
pengecekan janin kedua, meyuntikkan oksitosin 10 iu secara IM di paha
luar ibu, didapatkan tanda-tanda pelepasan plasenta yaitu uterus globuler,
tali pusat memanjang dan adanya semburan darah. melakukan peregangan
tali pusat terkendali (PTT) memindahkan klem 5-10 cm depan vulva dan
tangan kiri secara dorso kranial berada di atas simpisis, plasenta lahir
spontan selama 14 menit, selanjutnya melakukan masase fundus uterus
selama 15 detik.
Asuhan pada manajemen aktif kala III yaitu pindahkan klem pada
tali pusat hingga berjarak 5-10 cm dari vulva. Letakkan satu tangan di atas
kain pada perut bawah ibu (di atas simfisis), untuk mendeteksi kontraksi.
Tangan lain memegang klem untuk menegangkan tali pusat. Pada saat
uterus berkontraksi, tegangkan tali pusat ke arah bawah sambil tangan
yang lain mendorong uterus ke arah belakang atas (dorso kranial) secara
hati-hati (untuk mencegah inversion uteri). Lama kala III atau kala
pengeluaran uri akan berlangsung selam 5-30 menit setelah bayi lahir.
(Nugraheni, 2018).
Hal ini menunjukkan tidak ada kesenjangan antara teori dengan
tindakan yang dilakukan dan persalinan kala III dimulai setelah bayi lahir
hingga plasenta lahir berlangsung selama 14 menit setelah disuntikannya
oksitosin.
4. Kala IV
Hasil pengkajian pada persalinan kala IV Ny. L setelah dilakukan
masase fundus uterus selama 15 detik didapatkan evaluasi kontraksi uterus
lembek dengan perdarahan aktif dengan jumlah perdarahan ±500 ml, hasil
pengecekan plasenta didapatkan plasenta lengkap. Tindakan yang
dilakukan yaitu membersihkan bekuan darah dan selaput ketuban dari
vagina dan lubang serviks, memastikan kandung kemih kosong,
selanjutnya melakukan KBI (kompresi bimanual interna) selama 5 menit
dengan evaluasi uterus berkontraksi, perdarahan berhenti dan
mempertahankan KBI selama 2 menit.
Atonia uteri adalah keadaan lemahnya tonus atau kontraksi uterus
yang menyebabkan uterus tidak mampu menutup perdarahan terbuka dari
tempat implantasi plasenta setelah bayi dan plasenta lahir. (Hernawati,
2017). Penatalaksanaan atonia uteri yaitu masase fundus uteri segera
setelah lahirnya plasenta (maksimal 15 detik). Bersihkan bekuan darah dan
sisa ketuban pada vagina dan lubang serviks. Pastikan bahwa kantong
kemih kosong. Lakukan kompresi bimanual interna selama 5 menit.
Kompresi uterus ini akan memberikan tekanan langsung pada pembuluh
terbuka di dinding dalam uterus dan merangsang miometrium untuk
berkontraksi. Evaluasi kontraksi uterus, apabila uterus berkontraksi
lanjutkan KBI selama 2 menit. Keluarkan tangan secara perlahan-lahan.
Lanjutkan pengawasan kala IV. (Setyarini, 2016)
Risiko yang berhubungan erat dengan terjadinya perdarahan akibat
atonia uteri pada proses persalinan Ny. L adalah usia terlalu muda < 20
tahun akan berpotensi mengalami perdarahan.
Penyebab perdarahan karena Atonia uteri (uterus lembek) tetap
berkaitan erat dengan usia ibu terlalu muda. Etiologi Atonia uteri dapat
terjadi pada ibu hamil dan melahirkan dengan faktor predisposisi
(penunjang), seperti: regangan rahim berlebihan (gemelli makrosomia,
polihidramnion atau paritas tinggi). Umur yang terlalu muda atau terlalu
tua. Multipara dengan jarak kelahiran yang pendek. Partus lama/partus
terlantar (Hernawati, 2017).
Hasil pengkajian jumlah perdarahan yang didapatkan yaitu ±500
ml. Menurut jumlah darah, perdarahan Ny. L dikategorikan kedalam
perdarahan minor. Tidak terdapat perubahan pada tanda vital dengan hasil
tekanan darah 110/80 mmHg, nadi 86x/menit.
Menurut Pulungan (2020), jumlah darah dapat di klasifikasikan
menjadi perdarahan minor dan mayor. Perdarahn minor yaitu 500-1000 ml
sedangkang perdarahan mayor jika perdarahan lebih dari 1000 ml.
Perdarahan mayor dibagai lagi menjadi perdarahan sedang jika
perdarahan 1000-2000 ml dan dikatakan perdarahan berat lebih dari 2000
ml.
Menurut Sarigih (2022), memeriksa dan memantau perdarahan
dengan estimasi sebagai berikut : Apabila perdarahan menyababkan
terjadinya perubahan tanda vital (hipotensi) maka jumlah darah yang
keluar telah mencapai 1000-1200 ml. Apabila terjadi syok hipovolemik
maka jumlah perdarahan telah mencapai 2000-2500 ml.
Hal ini menunjukkan kesesuain antara teori dan keadaan yang
terjadi pada ibu dengan jumlah perdarahan ±500 ml dengan tanda dan
gejala klinins minimal.
Hasil pengkajian didapatkan laserasi derajat I pada mukosa vagina,
komisura posterior dan kulit perineum tanpa perdarahan aktif, sehingga
tidak dilakukan penjahitan.
Klasifikasi luka perineum, derajat pertama laserasi mengenai
mukosa vagina dan kulit perineum, tidak perlu dijahit. Derajat dua laserasi
mengenai mukosa vagina, kulit dan jaringan perineum. Derajat tiga
laserasi mengenai mukosa vagina, kulit dan jaringan perineum dan
spinkter ani. Derajat empat laserasi mengenai mukosa vagina, kulit dan
jaringan perineum dan spinkter ani yang meluas hingga ke rektum. Bila
laserasi jalan lahir berada pada derajat tiga dan empat rujuk segera.
(Andini, 2022)
Hal ini menunjukkan tidak ada kesenjangan antara teori dan
tindakan yang telah diberikan yaitu tidak dilakukannya penjahitan pada
laserasi derajat I.
Hasil pengkajian kala IV pada Ny. L didapatkan tekanan darah
110/80 mmHg, nadi 86x/menit, suhu 37,0 C, TFU 2 jari dibawah pusat,
kontraksi uterus keras, kandung kemih kosong, perdarahan dalam batas
normal. Ny. L sudah dapat mobilisasi dan sudah dapat BAK.
Kala IV bertujuan untuk melakukan observasi karena perdarahan
postpartum paling sering terjadi pada 2 jam pertama. Jangan
meninggalkan wanita bersalin 1 jam sesudah bayi dan plasenta lahir.
Sebelum pergi meninggalkan ibu yang baru melahirkan, periksa ulang
terlebih dulu: Kontraksi rahim: baik atau tidaknya diketahui dengan
pemeriksaan palpasi. Jika perlu dilakukan massase dan berikan
uterotonika, seperti methergin, atau ermetrin dan oksitosin. Perdarahan :
ada atau tidak, banyak atau biasa. Kandung kemih: harus kosong, jika
penuh, ibu dianjurkan berkemih dan kalau tidak bisa, lakukan kateter.
Luka-luka: jahitannya baik atau tidak, ada perdarahan atau tidak. Plasenta
atau selaput ketuban harus lengkap. Keadaan umum ibu, tekanan darah,
nadi, pernapasan, dan masalah lain. (Amelia, 2019)
Hal ini menunjukkan tidak ada kesenjangan antara teori dan
tindakan yang diberikan yaitu melakukan observasi selama 2 jam pada
kala IV meliputi pantau tekanan darah, nadi, suhu, TFU, kontraksi uterus,
kandung kemih dan perdarahan.
4.3 Nifas
1. KF I
Hasil pengkajian pada nifas 12 jam Ny. L didapatkan tanda vital
dalam batas normal, TFU 2 jari dibawah pusat, kontraksi uterus keras,
pengeluaran lokhia rubra, ibu sudah BAK dan sudah dapat mobilisasi.
Diberikan asuhan mengajarkan ibu dan keluarga cara mencegah
perdarahan karena atonia uteri yaitu dengan IMD, mobilisasi dan masase
fundus uterus. Menganjurkan ibu melakukan pemberian asi awal, dan
menjaga bayi tetap sehat melalui pencegahan hipotermi.
Mencegah perdarahan masa nifas oleh karena atonia uteri dengan
memberikan konseling pada ibu dan keluarga tentang cara mencegah
perdarahan yang disebabkan atonia uteri. Pemberian ASI awal dan
mengajarkan cara mempererat hubungan antara ibu dan bayi baru lahir.
Menjaga bayi tetap sehat melalui pencegahan hipotermi. Ibu yang
melahirkan secara normal disarankan melakukan mobilisasi 6 jam setelah
melahirkan dan 8 jam bagi ibu yang menjalani operasi sesar
(Wahyuningsih 2018).
Hal ini menunjukkan tidak ada kesenjangan antara teori dan
tindakan yang dilakukan yaitu asuhan yang diberikan pada kunjungan
nifas pertama dengan mencegah perdarahan karena atonia uteri melalui
IMD, mobilisasi dan masase fundus uterus.
Hasil pengkajian Ny. L diberikan konseling untuk beristirahat yang
cukup penuhi kebutuhan nutrisi dan cairan yang cukup dan diberikan
terpai obat vitamin A sebanyak 400.000 iu dan dianjurkan meminum fe
setidaknya 3 selama 3 bulan pasca persalinan.
Menurut Wahyuningsih (2018), beristirahat yang cukup, mengatur
waktu istirahat pada saat bayi tidur, karena terdapat kemungkinan ibu
harus sering terbangun pada malam hari karena menyusui dan kembali
melakukan rutinitas rumah tangga secara bertahap. Asupan gizi yang
dianjurkan yaitu mengkonsumsi tambahan 500 kalori/hari. Diet seimbang
(cukup protein, mineral dan vitamin). Minum minimal 3 liter/hari.
Suplemen besi diminum setidaknya selama 3 bulan pascasalin, terutama di
daerah dengan prevalensi anemia tinggi. Suplemen vitamin A sebanyak 1
kapsul 200.000 IU diminum segera setelah persalinan dan 1 kapsul
200.000 IU diminum 24 jam kemudian.
Hal ini menunjukkan tidak ada kesenjangan antara teori dan
tindakan yang diberikan yaitu menganjurkan memenuhi kebutuahan
istirahat, nutrisi serta cairan.
2. KF II
Hasil pengkajian pada kunjungan kedua nifas Ny. L didapatkan
keluhan pusing dengan hasil evaluasi pemeriksaan tekanan darah 90/80
mmHg. Tidak terdapat tanda demam dan infeksi. TFU pertengahan pusat
sympisis. Kontraksi uterus keras, pengeluaran lokhia sanguilenta. Penulis
melakukan pengkajian dan didapatkan Ny. L tidak meminum obat Fe yang
telah diberikan. Ny. L dapat istirahat dengan cukup, makanan yang
dikonsumsi mengadung karbohidrat, protein hewani dan nabati, sayuran
dan buah-buahan. Ny. L memenuhi kebutuhan cairan dengan minum 14
gelas perhari, dan menjagan kebersihan diri termasuk mengganti pembalut
sesering mungkin, dalam hasil pengkajian Ny. L dapat menyusui bayinya
baik dan tidak terdapat tanda-tanda kesulitan menyusui. Ny. L dan
memberikan konseling tentang perawatan bayi baru lahir.
Menurut Wahyuningsih (2018), asuhan yang diberikan pada ibu
nifas dalam waktu kunjungan nifas kedua adalah memastikan involusi
uterus barjalan dengan normal, uterus berkontraksi dengan baik, tinggi
fundus uterus di bawah umbilikus, tidak ada perdarahan abnormal. Menilai
adanya tanda-tanda demam, infeksi dan perdarahan. Memastikan ibu
mendapat istirahat yang cukup. Memastikan ibu mendapat makanan yang
bergizi dan cukup cairan. Memastikan ibu menyusui dengan baik dan
benar serta tidak ada tanda-tanda kesulitan menyusui. Memberikan
konseling tentang perawatan bayi baru lahir.
Kebutuhan Gizi selama masa nifas yaitu : Mengkonsumsi
tambahan 500 kalori/hari. Diet seimbang (cukup protein, mineral dan
vitamin). Minum minimal 3 liter/hari. Suplemen besi diminum setidaknya
selama 3 bulan pascasalin (Wahyuningsih, 2018).
Involusi uterus atau pegerutan uterus merupakan suatu proses
dimana uterus kembali ke kondisi sebelum hamil. Uterus setelah bayi lahir
TFU setinggi pusat. Plasenta lahir TFU 2 jari dibawah pusat, 1 minggu
TFU pertengahan pusat sypmisis, 2 minggu TFU tidak teraba diatas
sympisis, 6 minggu TFU bertambah kecil. 8 minggu TFU sebesar normal.
(Aritonang, 2021)
Lokia adalah ekskresi cairan rahim selama masa nifas. Lokia
mengalami perubahan karena proses involusi. Pengeluaran lokia terbagi
menjadi lokia rubra (1-3 hari) : merah kehitaman yang terdiri dari sel
dsesidua, verniks caseosa, rambut lanugo, sisa meconium dan sisa darah.
Sanguileta (3-7 hari) : berwarna putih bercampur merah, sisa darah
bercampur lendir. Serosa (7-14 hari) : kekuningan/coklat, lebih sedikit
darah dan lebih banyak serum, juga terdiri dari leukosit dan robekan
laserasi plasenta. Alba (>14 hari) : berwarnna putih mengandung leukosit,
selaput lendir serviks dan serabut jaringan yang mati (Aritonang, 2021)
Hal ini menunjukkan keadaan ibu tidak terdapat subinvolusi dan
involusi uterus berjalan bengan baik, pengeluaran lokhia sesuai batas
waktunya, dan anjurkan ibu untuk mengkonsumsi makanan yang banyak
mengandung zat besi untuk membatu kekurangan zat besi pada tubuh ibu
selain dengan obat fe.
Hasil pengkajian kunjungan nifas kedua ini didapatkan kondisi Ny.
L merasa khawatir dengan keluhan ASI yang keluar masih sedikit dan
berwarna putih terang dan penulis membatu melakukan pijat oksitosin
untuk merangsang pengeluaran ASI.
Menurut Monika (2016), fase laktogenesis II terjadi pada hari ke-2
hingga ke-5 pasca kelahiran. Pada fase ini, kolostrum sudah mulai berubah
menjadi ASI transisi. Aliran darah ke payudara meningkat sehingga
payudara mulai terasa lebih kencang dan berat. Kadar hormon progesteron
terus menurun. Akibatnya, hormon prolaktin terus meningkat sehingga
ASI mulai diproduksi lebih banyak yang umumnya sudah terjadi pada hari
ke-3 dan ke-4 pasca kelahiran.
Pijat oksitosin adalah pemijatan pada sepanjang kedua sisi tulang
belakang. Pijat ini dilakukan untuk merangsang refleks oksitosin atau
refleks pengeluaran ASI. Ibu yang menerima pijat oksitosin akan merasa
lebih rileks. (Monika, 2016).
Hal ini menunjukan tidak terdapat kesenjangan antara teori dan
tindakan yang diberikan yaitu melakukan tepai pijat oksitosin guna
membantu merangsang refleks pengeluaran ASI
3. KF III
Hasil pengkajian pada kunjungan nifas ketiga Ny. L didapatkan
tanda-tanda vital Ny. L berada dalam batas normal. TFU tidak teraba
diatas simpisis, lokhia alba, tidak terdapat tanda infeksi, frukuensi ASI
banyak. Ibu mendapatkan asupan nutrisi dan cairan yang cukup dan
memberikan konseling mengenai KB
Menurut Wahyuningsih (2018), asuhan pada kunjungan nifas
ketiga sama dengan asuhan yang diberikan pada kunjungan nifas kedua
yaitu memastikan involusi berjalan normal, uterus berkontraksi dengan
baik, fundus berada dibawah umbilikus, tidak ada perdarahan abnormal,
memastikan ibu cukup mendapt nutrisi cairan dan istirahat dan diberikan
tambahan konseling KB secara dini.
Pada kunjungan ini diberikan asuhan nifas sama dengan kunjungan
sebelumnya dan ini menunjukkan bahwa tidak terdapat kesenjangan dalam
teori dan tindakan yang diberikan, dan ibu telah mendapatkan konseling
KB secara dini.
4. KF IV
Hasil pengkajian didapatkan Ny. L ingin ber-KB dengan
menggunakan jenis kontrasepsi suntik 3 bulan, hasil pemeriksaan tekanan
darah 110/80 mmHg, TFU sudah tidak teraba, pengeluaran pervaginan
sudah tidak.
Suntik kontrasepsi yang diberikan setiap 3 bulan sekali
mengandung hormon progestogen yang menyerupai hormon progesteron
yang diproduksi oleh wanita selama 2 minggu pada setiap awal siklus
menstruasi. Hormon tersebut mencegah wanita untuk melepaskan sel telur
sehingga memberikan efek kontrasepsi. (Purwoastuti, 2019).
Penggunakan kontrasepsi ini tidak menekan proses laktasi
sehingga bisa digunakan pada wanita pascasalin. Meskipun progestin bisa
melewati air susu, namun tidak berpengaruh pada pertumbuhan bayi. Efek
samping yang mungkin terjadi adalah haid tidak teratur bahkan amenorea
(Fitri, imelda. 2018).
Kontrasepsi ini sangat efektif, aman, dapat dipakai semua wanita
reproduksi, kembalinya kesuburan lebih lambat rata-rata 4 bulan, cocok
untuk masa laktasi. Cara kerjanya mencegah ovulasi, mengentalkan lendir
serviks, menghambat transportasi gamet oleh tuba (Affandi, 2016)
Hal ini menunjukkan bahwa kontrasepsi suntik 3 bulan aman bagi
ibu menyusui secara ekslusif dan tidak akan mempengaruhi produksi ASI.
Pentingnya KB digunakan untuk menjarakkan kehamilan karena idealnya
ibu mempunyai anak kembali dengan jarak 2 tahun setelah persalinan ini.
4.4 Bayi Baru Lahir
1. KN I
Hasil pengkajian didapatkan hasil pemeriksaan fisik pada bayi Ny.
L berjenis kelamin laki-laki, warna kulit kemerahan, bayi bergerak aktif.
Panjang badan 49 cm, lingkar kepala 32 cm, lingkar dada 33 cm, lingkar
perut 32 cm, berat badan bayi 3000 gram. Pemeriksaan tanda vital
didapatkan suhu 37,0 C, pernafasan 48x/menit dan frekuensi jantung
130x/menit. Pada pemeriksaan lainnya tidak didapatkan kelainan dan
reflesks yang dikaji positif. Genitalia bayi sudah terbentuk sempurna testis
sudah turun ke skrotum dan penis berlubang. Bayi sudah BAK 2 kali dan
BAB 1 kali.
Fisiologi bayi baru lahir dikatakan normal jika usia kehamilan
aterm antara 37- 42 minggu, BB 2500 gram – 4000 gram, panjang badan
48- 52 cm, lingkar dada 30- 38 cm, lingkar kepala 33- 35 cm, lingkar
lengan 11- 12 cm, frekuensi DJ 120- 160 x permenit, pernafasan ± 40- 60
x permenit, kulit kemerahan dan licin karena jaringan subkutan yang
cukup, rambut lanugo tidak terlihat dan rambut kepala biasanya telah
sempurna, kuku agak panjang dan lemas, nilai APGAR > 7, gerakan aktif,
bayi langsung menangis kuat, refleks rooting (mencari putting susu dengan
rangsangan taktil pada pipi dan daerah mulut) sudah terbentuk dengan
baik, refleks sucking (isap dan menelan) sudah terbentuk dengan baik,
refleks morro (gerakan memeluk bila dikagetkan) sudah terbentuk dengan
baik, refleks grasping (menggenggam) sudah baik, genetalia sudah
terbentuk sempurna , pada laki- laki testis sudah turun ke skrotum dan
penis berlubang, pada perempuan: Vagina dan uretra yang berlubang, serta
labia mayora sudah menutupi labia minora, eliminasi baik, mekonium
dalam 24 jam pertama, berwarna hitam kecoklatan. (Jamil, 2017)
Hal ini menandakan bahwa dari hasil pemeriksaan yang didapatkan
pada bayi Ny. L dengan keadaan normal dan baik. Pentingnya
pemeriksaan fisik pada bayi baru lahir guna untuk mendeteksi adanya
masalah lain pada bayi.
Hasil pengkajian asuhan bayi baru lahir didapatkan bayi Ny. L
sudah mendapatkan injeksi vitamin K, salep mata, dan diberikan imunisasi
HB0 tepat pada 1 jam setelah injeksi vitamin K.
Menurut Indrayani (2016), pemberian Vitamin K dilakukan untuk
mencegah terjadinya perdarahan karena defisiensi vitamin K pada BBL,
semua BBL diberikan vitamin K injeksi 1 mg intramuskuler setelah proses
IMD, untuk mencegah perdarahan BBL akibat defisiensi vitamin K
Menurut Indrayani (2016), pemberian salep mata untuk
pencegahan penyakit mata karena klamidia (penyakit menular seksual)
perlu diberikan obat mata pada jam pertama persalinan. Diberikan salep
mata untuk mencegah infeksi pada mata yang mengandung 1% tetrasiklin
atau antibiotik lain. Upaya ini kurang efektif jika diberikan >1 jam setelah
kelahiran Perawatan mata harus segera dikerjakan, tindakan ini dapat
dikerjakan setelah bayi selesai dengan perawatan tali pusat (Indrayani,
2016)
Menurut Heryani (2019), pemberian imunisasi HB0 pada bayi Ny.
L untuk mencegah terjadinya penyakit Hepatitis B (penyakit peradangan
hati) salah satunya karena virus Hepatitis B. Dosis yang diberikan yaitu
0,5 mI, imunisasi ini dilakukan secara IM (intra musvular) segera setelah
bayi lahir dan kurang dari 12 jam setelah bayi lahir. (Heryani, 2019).
Hal ini menunjukkan kesesuaian antara teori dan tindakan yang
diberikan yaitu memberikan asuhan dasar atau perawatan pada bayi baru
lahir yaitu melakukan pencegahan infeksi dengan pemberian salep mata
dan injeksi vitamin K.
Hasil pengkajian didapatkan Ny. L tidak mengetahui tanda bahaya
pada bayi baru lahir, tidak mengetahui cara perawatan tali pusat dan teknik
menyusui yang benar. Menganjurkan Ny. L untuk melakukan pemberian
asi secara on demand dan pemberian ASI ekslusif selama 6 bulan tanpa
diberikan tambahan apapun.
Menurut Heryani (2019), tanda bahaya pada bayi baru lahir seperti
tidak dapat menetek, kejang, bergerak hanya ketika dirangsang, sesak
nafas, muntah-muntah, tali pusat kemerahan dan bau/bernanah,
demam/panas tinggi, diare, dan kulit dan mata bayi kuning.
Perawatan tali pusat prinsipnya bersih dan kering, melipat popok
dibawah tali pusat, dan tidak diperbolehkan untuk membubuhkan apapun
dikarnakan dapat menyebabkan infeksi pada tali pusat. (Heryani, 2019).
Teknik menyusui yang baik dan bener menurut Astuti (2015),
langkah- langkahnya yaitu : Cuci tangan menggunakan sabun, lalu
sebelum menyusui keluarkan asi sedikit dan oleskan pada puting susu dan
aerola, cara ini berguna untuk menjaga kelembapan putting susu. Bayi
diletakan menghadap perut ibu, kepala bayi pada lengkung ibu dan bokong
disangga oleh telapak tangan, tidak ada celah antara ketiak dengan lengan.
Pegang payudara dengan ibu jari diatas dan jari lain menopang dibawah,
dan beri bayi rangasangan dengan cara menyentuhkan puting ibu ke pipi
dan bibir bayi. Setelah mulut terbuka lebar, dekatkan payudara dengan
mulut bayi. Pastikan mulut bayi terbuka lebar, mulut bayi menutupi aerola,
dagu menempel pada payudara dan bibir bayi melengkung. Cara
melepaskan isapan bayi yaitu jari kelingking ibu dimasukan kemulut bayi
atau tekan dagu bayi kebawah. Setelah menyusui jangan lupa sendawakan
bayi dengan bayi digendong tegak pada bahu ibu lalu tepuk-tepuk
punggung bayi secara perlahan samoai bayi bersendawa.
Pentingnya peran ibu menyusui dapat menciptakan ikatan
emosional antara ibu dan bayi, dapat mencegah infeksi dan berbagai
penyakit, dan mencukupi kebutuhan nutrisi bayi.
2. KN II
Hasil pengkajian didapatkan tanda vital bayi dalam batas normal
yaitu suhu 36,6 C, pernafasan 46x/menit, frekuensi jantung 128x/menit.
Ny. L mengatakan bayinya menyusu dengan kuat, BAK 6x/hari, BAB
3x/hari. Tali pusat telah kering namun belum terlepas. Tidak terdapat
tanda bahaya pada bayi. Tetap menganjurkan Ny. L untuk memberikan
ASI secara ekslusif dan pemberian secara on demand.
Asuhan yang diberikan pada masa ini diantaranya menekankan
kepada ibu bahwa ASI Eksklusif sangat penting diberikan kepada
bayi sampai usia 6 bulan yang sesuai dengan teori menurut Astuti (2015).
Mengingatkan ibu mengenai perawatan tali pusat agar selalu diterapkan
menurut Heryani (2019), yaitu perawatan tali pusat prinsipnya bersih dan
kering, melipat popok dibawah tali pusat, dan tidak diperbolehkan untuk
membubuhkan apapun dikarnakan dapat menyebabkan infeksi pada tali
pusat. Menurut Ariyani (2020), dalam kondisi normal tali pusat akan
mengering dan terlepas dengan sendirinya kurang lebih tujuh hari setelah
kelahiran.
Hal ini menunjukan kondisi bayi Ny. L dalam keadaan baik dan
normal dilihat dari hasil pemeriksaan yang dilakukan dan tidak terdapat
tanda bahaya pada bayi dan tidak pula terdapat tanda bayi kesulitan
menyusu.
3. KN III
Hasil pengkajian didapatkan tanda vital bayi dalam batas normal
yaitu suhu 36,8 C, pernafasan 49x/menit, frekuensi jantung 138x/menit.
Ny. L mengatakan bayinya menyusu dengan kuat, BAK 8x/hari, BAB
3x/hari. Ibu mengatakan tali pusat telah terlepas pada hari ke 5 setelah
kelahiran. Tidak terdapat tanda bahaya pada bayi, serta memberikan
konseling mengenai pemberian imunisasi.
Pemberian imunisasi bagi bayi yaitu BCG dan polio 1 sebagai
pencegahan penyakit TBC dan imunisasi pilio untuk mencegah penyakit
polio diberikan pada usia bayi 1 bulan. Imunisasi DPT-Hb-Hib dan polio 2
untuk mencegah penyakit difteri, pertusis, tetanus, hepatitis b dan polio
diberikan pada usia bayi 2 bulan. Imunisasi DPT-Hb-Hib 2 dan polio 3
diberikan pada usia bayi 3 bulan. Imunisasi DPT-Hb-Hib 3 dan polio 4
dan IPV diberikan pada usia bayi 4 bulan. Imunisasi campak untuk
mencegah penyakit campak diberikan pada usia bayi 9 bulan. (Setiyani,
2016)
Hal ini menunjukkan pentingnya pemberian imunisasi pada bagi
guna sebagai perlindungan untuk mencegah bayi terkena penyakit hepatitis
b, TBC, difteri, pertusis, tetanus, polio dan campak.

4.5 KB
Tepat 42 hari pascasalin, Ny. L melakukan kunjungan untuk ber-KB.
Alat kontrasepsi yang Ny. L pilih adalah suntik progestin (KB suntik 3 bulan)
metode ini aman bagi ibu menyusui. Penggunakan kontrasepsi ini tidak
menekan proses laktasi sehingga bisa digunakan pada wanita pascasalin.
Meskipun progestin bisa melewati air susu, namun tidak berpengaruh pada
pertumbuhan bayi. Efek samping yang mungkin terjadi adalah haid tidak
teratur bahkan amenorea (Fitri, imelda. 2018).
Terdapat beberapa jenis KB yang aman bagi ibu menyusui seperti
suntik progestin, mini pil, AKDR. Selain itu ada pula KB alamiah seperti MAL
(metode amenor laktasi) khusus bagi ibu menyusui ekslusif. Metode ini hanya
metode kontrasepsi sementara yang mengandalkan pemberian Air Susu Ibu
(ASI) secara eksklusif, artinya hanya diberikan ASI saja tanpa tambahan
makanan dan minuman. Lainnya.
BAB V
SIMPULAN
5.1 Simpulan
Berdasarkan asuhan yang telah diberikan mulai dari pemeriksaan
kehamilan, persalinan, masa nifas, bayi baru lahir, dan pelayanan keluarga
berencana yang dilakukan dengan menerapkan kebijakan pelayanan di
masa pandemi covid-19 penulis dapat mengambil kesimpulan sebagai
berikut :
1. Asuhan kehamilan Ny. L dengan ketidaknyaman yang fisiologis. Asuhan
yang diberikan pada Ny. L belum maksimal dikarenakan Ny. L tidak
mendapatkan pemeriksaan HB yang seharusnya pada trimester 3 dan
kunjungan kehamilan setelah UK 37 minggu tidak dilakukan 1 minggu
sekali.
2. Asuhan persalinan Ny. L terdapat komplikasi pada kala III yaitu
terjadinya perdarahan yang disebabkan karena atonia uteri
(ketidakmampuan uterus berkontraksi).
3. Asuhan masa nifas Ny. L tidak terdapat masalah yang serius. Pusing
karena tekanan darah rendah telah teratasi dengan terapi obat Fe dan
makanan yang mengandung zat besi.
4. Asuhan bayi baru lahir pada bayi Ny. L dilakukan pemantauan dan
kunjungan sebanyak 3 kali. Tidak didapatkan keluhan dan
ketidaksesuaian selama penatalaksanaannya.
5. Asuhan pada masa keluarga berencana Ny. L memilih kontrasepsi yang
tidak mengganggu ASI yaitu KB suntik 3 bulan.
5.2 Saran
1. Bagi Institusi
Diharapkan dapat menjadi bahan evaluasi hasil pembelajaran nyata
yang selama ini diberikan pada saat perkuliahan serta memberikan
pendidikan, pengalaman, dan kesempatan bagi mahasiswanya dalam
melakukan asuhan kebidanan komprehensif secara nyata.
2. Bagi PMB
Diharapkan dapat mengembangkan pengabdian kepada masyarakat
sehingga dapat meningkatkan derajat kesehatan masyarakat dengan
meningkatkan kinerja Bidan dalam pengetahuan dan keterampilan,
meningkatkan kepatuhan penggunaan standar pelayanan kebidanan,
meningkatkan mutu asuhan kebidanan dan meningkatkan kepuasan pasien
terhadap pelayanan kebidanan.
DAFTAR PUSTAKA

Affandi B, dkk. Buku Panduan Praktis Pelayanan Kontrasepsi. Jakarta: PT Bina


Pustaka Sarwono Prawiroharjo. 2016

Aritonang, Y. Asuhan Kebidanan Masa Nifas. Sleman : CV Budi Utama. 2021.

Barus, AV, dkk. Kebidanan: Teori dan Asuhan. Jakarta: Penerbit Buku
Kedokteran EGC. 2018.

Cunningham. Obstetri Williams. Jakarta : EGC. 2014.

Dinkes Surakarta. Buku KIA Revisi 2020 Seri Kedua. 2021.

Fitri, I. Nifas, Kontrasepsi Terkini dan Keluarga Berencana. Yogyakarta: Gosyeng


Publishing. 2018.

Hernawati, E. Kamila, L. Buku Ajar Bidan Kegawatdaruratan Maternal dan


Neonatal .Jakarta: CV.Trans Info Media. 2017.

Heryani reni. Asuhan Kebidanan Neonatus, Bayi, Balita, dan Anak Pra
Sekolah. Jakarta: Trans Info Medika. 2019.

Haslan, Hasliana. Asuhan Kebidanan Kehamilan Terintegrasi. Sumatera: CV


Insan Cendikia Mandiri. 2020.

IBI. Situasi Pelayanan Kebidanan Pada Masa Pandemi Covid-19. 2020.

Irianti bayu, dkk. Asuhan Kehamilan Berbasis Bukti. Jakarta: Penerbit


Sagung Seto. 2015.

Irianti, Berliana. Konsep Kebidanan : Memahami Dasar-Dasar Konsep


Kebidanan. Yogyakarta: Pustaka Baru Press. 2019.

Jamil, S. N., Sukma, F., & Hamidah. Buku Ajar Asuhan Kebidanan Pada
Neonatus, Bayi, Balita dan Anak Pra Sekolah. Jakarta: Fakultas
Kedokteran dan Kesehatan Universitas Muhammadiyah Jakarta. 2017.

Jitowiyono, S. Masniah.. Keluarga Berencana (KB) Dalam Perspektif Bidan.


Yogyakarta: PT Pustaka Baru. 2018.

Kurniarum, A. Asuhan Kebidanan Persalinan Dan Bayi Baru Lahir. Jakarta:


Penerbit Pusdik SDM Kesehatan. 2016.
Lusiana E, Santi. Y. dkk. Asuhan kebidanan pada neonatus, bayi dan balita.
Sidoarjo: Indomedia Pustaka. 2019.
Monika, F. B. Buku Pintar Asi dan Menyusui. Jakarta: PT Mizan Publika. 2016.

Nugraheni, A. Pengantar Ilmu Kebidanan dan Standar Profesi Kebidanan.


Yogyakarta: Healthy. 2018

Nahak, K.A. Hubungan Dukungan Suami Dengan Kepatuhan Melakukan


Kunjungan ANC pada Ibu Hamil TM III di Puskesmas Sasi Kabupaten
Timor Tengah Tahun 2017.

Purwoastuti, E. Walyani, S. E. Panduan Materi Kesehatan Reproduksi & Keluarga


Berencana. Yogyakarta: Pustaka Baru Press. 2019.

Setiyani, A. dkk. Modul Bahan Ajar Asuhan Kebidanan Neonatus, Bayi, Balita,
dan Anak Pra Sekolah. Jakarta: Tim P2M2. 2016.

Sulfianti, dkk. Gawat Darurat Maternal Neonatal. Medan: Yayasan Kita Menulis.
2022

Sutanto, AV. Asuhan Kebidanan Nifas dan Menyusui : Teori dalam Praktik
Kebidanan Profesional. Yogyakarta: PT Pustaka Baru. 2019

Sutanto, AV. Asuhan pada Kehamilan. Yogyakarta: PT Pustaka Baru. 2018.

Wahyuningsih, S. Penyakit Akibat Kegawatdaruratan Obstetri. Sumatera: PT


Global Eksekutif Teknologi. 2022

Widatiningsih, S. Dewi, C.H.T. Praktik Terbaik Asuhan Kehamilan. Yogyakarta:


Trans Medika. 2017.

Anda mungkin juga menyukai