KOMPREHENSIF
Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh Gelar Ahli Madya
DESI SARIPUDIN
2119083
i
HALAMAN PENGESAHAN
Dewan Penguji :
Penguji :
Mengetahui :
ii
PERNYATAAN
Apabila di kemudian hari terbukti terdapat plagiat dalam tugas akhir saya tersebut,
maka saya bersedia menerima sanksi sesuai ketentuan peraturan perundang-
undangan yang berlaku.
Desi Saripudin
iii
KATA PENGANTAR
iv
7. Ny. T dan keluarga yang telah bersedia menjadi klien asuhan komprehensif dan
memberikan informasi dan data-data yang sangat penulis perlukan untuk
penyelesaian laporan ini.
8. Keluarga besar terutama orangtua yang selalu memberikan dukungan dan
motivasi baik moril maupun materil selama saya menempuh pendidikan
kebidanan hingga selesai dan berada pada titik pencapaian ini.
9. Raihan ibnu yang sudah mendukung dan selalu membantu saya dalam
mengerjakan asuhan komprehensif sejak awal pembuatan sampai saya dapat
menyelesaikan asuhan komprehensif
10. Teman teman seperjuangan saya yang selalu mendukung dan menemani
selama saya menempuh pendidikan kebidanan di Institut Kesehatan Rajawali
Penulis menyadari tulisan ini masih jauh dari sempurna dan banyak
kekurangan, sehingga saran dan kritik pembaca yang bersifat membangun sangat
penulis harapkan untuk kesempurnaan tulisan ini. Semoga dapat bermanfaat bagi
pembaca.
Penulis
v
DAFTAR ISI
vi
2.2.6 Inisiasi Menyusui Dini .................................................................33
2.2.7 Partograf .......................................................................................34
2.2.8 Asuhan Persalinan Normal ...........................................................39
2.3 Nifas ......................................................................................................47
2.3.1 Definisi Nifas ...............................................................................47
2.3.2 Peran Bidan pada Masa Nifas ......................................................48
2.3.3 Program Masa Nifas .....................................................................49
2.3.4 Perubahan Fisiologis dan Psikologis Masa Nifas ........................53
2.3.5 Perawatan Payudara .....................................................................56
2.3.6 Tanda Bahaya Masa Nifas ...........................................................59
2.4 Bayi Baru Lahir .....................................................................................61
2.4.1 Definisi Bayi Baru Lahir ..............................................................61
2.4.2 Tanda Bahaya Bayi Baru Lahir ....................................................62
2.4.3 Asuhan Bayi Baru Lahir...............................................................63
2.5 Keluarga Berencana ...............................................................................77
2.5.1 Definisi Keluarga Berencana .......................................................77
2.5.2 Pemilihan Jenis-Jenis Alat Kontrasepsi .......................................78
2.5.3 Asuhan Keluarga Berencana ........................................................84
2.5.4 KB Untuk Ibu Usia >35 Tahun ....................................................87
BAB III TINJAUAN KASUS ............................................................................. 89
3.1 Asuhan Kebidanan Kehamilan ..............................................................89
3.2 Asuhan Kebidanan Kehamilan ..............................................................96
3.3 Asuhan Kebidanan Persalinan .............................................................101
3.4 Asuhan Kebidanan Nifas 6 Jam...........................................................113
3.5 Asuhan Kebidanan Nifas 6 Hari ..........................................................117
3.6 Asuhan Kebidanan Nifas 2 Minggu ....................................................120
3.7 Asuhan Kebidanan Nifas 6 Minggu ....................................................123
3.8 Asuhan Kebidanan Bayi Baru Lahir 6 Jam .........................................127
3.9 Asuhan Kebidanan Bayi Baru Lahir 6 Hari ........................................131
3.10 Asuhan Kebidanan Bayi Baru Lahir 2 Minggu ...................................134
vii
BAB IV PEMBAHASAN.................................................................................. 136
4.1 Asuhan Kehamilan ..............................................................................136
4.1.1 Kunjungan Kehamilan ...............................................................136
4.1.2 Standar Pelayanan ANC .............................................................137
4.2 Asuhan Persalinan ...............................................................................142
4.2.1 Kala I ........................................................................................142
4.2.2 Kala II ........................................................................................143
4.2.3 Kala III .......................................................................................145
4.2.4 Kala IV .......................................................................................146
4.3 Asuhan Masa Nifas ..............................................................................146
4.3.1 Kunjungan Nifas 1 .....................................................................146
4.3.2 Kunjungan Nifas 2 .....................................................................147
4.3.3 Kunjungan Nifas 3 .....................................................................149
4.3.4 Kunjungan Nifas 4 .....................................................................149
4.4 Asuhan Neonatus .................................................................................150
4.4.1 Kunjungan Neonatus 1 ...............................................................150
4.4.2 Kunjungan Neonatus 1I..............................................................152
4.4.3 Kunjungan Neonatus III .............................................................153
BAB V PENUTUP ............................................................................................. 155
5.1 Simpulan ..............................................................................................155
5.2 Saran ....................................................................................................155
5.2.1 Untuk Institusi Pendidikan .........................................................155
5.2.2 Untuk Praktek Mandiri Bidan ....................................................155
5.2.3 Untuk Pasien ..............................................................................156
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................ 157
LAMPIRAN ....................................................................................................... 161
viii
BAB I
PENDAHULUAN
1
WHO merekomendasikan pelaksanaan ANC minimal 8 kali bagi setiap ibu
hamil untuk mengurangi angka kematian ibu. (WHO, 2016). Pemeriksaan standar
ANC 10T untuk mendeteksi adanya penyulit atau komplikasi kehamilan kepada
tenaga kesehatan, seperti pemberian tablet Fe sebanyak 90 tablet yang bertujuan
untuk menurunkan terjadinya anemia pada ibu hamil. Melakukan pemeriksaan
ANC rutin dapat mencegah berlanjutnya komplikasi. pada ibu, jika ibu mengalami
tanda-tanda infeksi maka dapat diberikan penanganan segera dan kejadian ketuban
pecah dini dapat dicegah. Sedangkan pelayanan masa nifas diberikan sebanyak 4
kali dengan distribusi pemberian pada 6-8 jam setelah persalinan, 6 hari setelah
persalinan, 2 minggu setelah persalinan dan 6 minggu setelah persalinan, dan
kunjungan KB dilakukan bersamaan dengan kunjungan terakhir nifas maka
diharapkan AKI dapat menurun. (KIA, 2016) Upaya yang dapat dilakukan untuk
menurunkan AKB adalah meningkatkan mutu pelayanan kesehatan ibu dan bayi
salah satunya adalah pentingnya memberikan asuhan secara berkelanjutan
(Continuity of Care), upaya yang digunakan untuk menangani kesehatan bayi
meliputi: pelayanan kesehatan neonatus yang diberikan sebanyak 3 kali yaitu
pertama pada 6 jam– 48 jam setelah lahir, kedua pada hari ke 3 – 7 setelah lahir,
ketiga pada hari ke 8-28 setelah lahir, neonatal dengan resti/komplikasi yang
ditangani, dan kunjungan bayi. Dengan begitu diharapkan kedepannya AKB dapat
menurun. (Dewi, 2014). Pada saat ini pelayanan bidan di Indonesia mengacu pada
Tugas dan Wewenang Bidan menurut UU Kebidanan No 4 Tahun 2019 Pasal 46
ayat 1 dalam menyelenggarakan Praktik Kebidanan, yaitu : Bidan dalam
menjalankan praktik, berwenang untuk memberikan pelayanan yang meliputi
pelayanan kesehatan ibu, pelayanan kesehatan anak, dan pelayanan kesehatan
reproduksi perempuan dan keluarga berencana, pelaksanaan tugas berdasarkan
pelimpahan wewenang (secara mandat dan delegatif), dan pelaksanaan tugas
dalam keadaan keterbatasan tertentu. (Kemenkes RI, 2019).
Usia adalah bagian yang sangat penting dari status reproduksi. Menurut
direktur kesehatan keluarga Kemenkes Eni Agustina, penyebab utama kematian
ibu yaitu tekanan darah tinggi (Hipertensi) dalam kehamilan mencapai (32%)
serta perdarahan setelah persalinan mencapai (20%), kematian ibu dibawah usia
2
20 tahun mencapai (6%), dan kehamilan diatas usia 35 tahun mencapai (25%).
(Astuti, 2016). Usia ini dikaitkan pada peningkatan atau penurunan fungsi tubuh,
sehingga sangat mempengaruhi status kesehatan bagi seseorang. Penyebab
kematian maternal yaitu salah satunya adalah usia ibu, usia ibu yang aman untuk
kehamilan dan persalinan yaitu pada usia 20 sampai 30 tahun. Salah satu factor
penyebab hipertensi pada kehamilan yaitu ibu hamil yang berusia kurang dari 20
tahun atau ibu hamil yang berusia lebih dari 35 tahun lebih berisiko tinggi
mengalami hipertensi pada kehamilan dibandingkan ibu hamil yang berusia
normal sekitar 20-30 tahun (Sriwahyuni, 2020). Usia ibu merupakan salah satu
factor risiko yang berhubungan dengan kualitas kehamilan atau berkaitan dengan
kesiapan ibu dalam reproduksi. Pada ibu dengan usia kurang dari 20 tahun,
perkembangan alat–alat reproduksi belum matang sehingga sering timbul
komplikasi persalinan, sedangkan pada ibu dengan usia lebih dari 35 tahun, mulai
terjadi regresi sel–sel tubuh. (Wiknjosastro 2012)
Pada usia ≥ 35 tahun organ kandungan menua jalan lahir tambah kaku, ada
kemungkinan besar ibu hamil mendapat anak cacat, terjadi persalinan macet dan
perdarahan. Umur ibu juga mempengaruhi kapasitas tropiknya, sehingga pada ibu
dengan umur lebih tua cenderung mempunyai bayi yang berat badannya lebih
rendah. Selain itu hal yang paling dikhawatirkan jika usia ibu diatas 35 tahun ialah
kualitas sel telur yang di hasilkan juga tidak baik. Ibu yang hamil pada usia ini
punya resiko 4 kali lipat di banding sebelum usia 35 tahun. Kehamilan pada usia >
35 tahun dapat juga terjadi hipertensi. Insiden hipertensi yang makin meningkat
dengan bertambahnya usia. Arteri akan kehilangan elastisitas atau kelenturan
sehingga pembuluh darah akan berangsur-angsur menyempit dan menjadi kaku.
Terjadinya preeklamsi pada kehamilan dengan usia terlalu tua karena kesehatan
ibu sudah menurun, banyaknya penyakit, system imun sudah menurun, asupan
makanan tidak dijaga. Pada usia >35 tahun, otot-otot dasar panggul tidak elastis
lagi sehingga mudah terjadi komplikasi baik saat hamil maupun persalinan seperti
pre-eklampsi,hipertensi, diabetes mellitus, anemia yang juga dapat mengakibatkan
kelahiran prematur atau BBLR. (Wiknjosastro 2012).
3
Kehamilan risiko tinggi dapat dicegah dengan pemeriksaan dan
pengawasan kehamilan yaitu deteksi dini ibu hamil risiko tinggi yang lebih
difokuskan pada keadaan yang menyebabkan kematian ibu dan bayi. Pengawasan
antenatal menyertai kehamilan secara dini, sehingga dapat diperhitungkan dan
dipersiapkan langkah-langkah dan persiapan persalinan. Anjurkan setiap ibu
hamil untuk melakukan kunjungan antenatal komprehensif yang berkualitas
minimal 4 kali dengan 1 kali pada trimester 1, 1 kali pada trimester II dan 2 kali
pada trimester III, termasuk minimal 1 kali kunjungan diantar suami/pasangan
atau anggota keluarga. (Koehtae,2015)
1.3 Tujuan
1.3.1 Tujuan Umum
Mampu menerapkan asuhan kebidanan secara komprehensif pada ibu
hamil dengan kehamilan trimester III, persalinan, nifas dan bayi baru lahir.
4
1.4 Manfaat
1.4.1 Manfaat Teoritis
Menambah pengetahuan dan pengalaman, dapat membandingkan antara
teori dan praktik yang ada dilapangan dan mengaplikasikan ilmu yang telah
didapat selama perkuliahan serta dapat bermanfaat untuk menambah
wawasan dan mengaplikasikan ilmu yang telah di peroleh selama perkuliahan
dalam melaksanakan asuhan kebidanan sesuai dengan standar pelayanan serta
asuhan antenatal, intranatal, postnatal dan neonatal serta KB
5
BAB II
TINJAUAN TEORI
2.1 Kehamilan
2.1.1 Definisi Kehamilan
Kehamilan merupakan proses normal yang menghasilkan serangkaian
perubahan fisiologis dan psikologis pada wanita hamil. Kehamilan menyebabkan
perubahan yang besar dalam tubuh seorang perempuan. Perubahan tersebut
dimulai segera setelah pembuahan dan berlanjut selama kehamilan, dan sebagian
besar terjadi sebagai respon terhadap rangsangan fisiologis yang ditimbulkan
oleh janin dan plasenta (Cunningham, 2014).
Kehamilan didefinisikan sebagai fertilisasi atau penyatuan dari
spermatozoa dan ovum dan dilanjutkan dengan nidasi atau implantasi. Bila
dihitung dari saat fertilisasi hingga lahirnya bayi, kehamilan normal akan
berlangsung dalam waktu 40 minggu atau 10 bulan atau 9 bulan menurut
kalender internasional. Jadi, dapat disimpulkan bahwa kehamilan adalah
bertemunya sel telur dan sperma di dalam atau diluar Rahim dan berakhir
dengan keluarnya bayi dan plasenta melalui jalan lahir (Fatimah, 2017)
Kehamilan merupakan proses yang alamiah. Perubahan-perubahan yang
terjadi pada wanita selama kehamilan normal adalah bersifat fisiologis, bukan
patologis. Oleh karena itu asuhan yang diberikan pun adalah asuhan yang
meminimalkan intervensi atau campur tangan. Bidan harus memfasilitasi proses
alamiah dari kehamilan dan menghindari tindakan-tindakan yang bersifat medis
yang tidak terbukti manfaatnya, seperti memberikan multivitamin pada semua
ibu tanpa mempertimbangkan apakah kebutuhan nutrisi ibu sudah tercukupi atau
memang belum tercukupi sehingga memerlukan suplemen mikronutrien
(Widatiningsih, 2017).
6
2.1.2 Perubahan Fisiologi dan Psikologis Trimester III
Menurut Cunningham (2014) ibu hamil akan mengalami perubahan
fisiologi, diantaranya yaitu :
1. Sistem Reproduksi
Uterus akan membesar pada bulan-bulan pertama dibawah pengaruh
estrogen dan progesteron yang kadarnya meningkat. Berat uterus itu
normal lebih kurang 70 gram.Pada akhir kehamilan (40 minggu), berat
uterus itu menjadi 1.100 gram. Pembesaran uterus paling mencolok terjadi
di fundus pada bula bulan awal kehamilan, tuba uterine serta ligamentum
ovarii proprium dan ligamentum teres yang melekat sedikit di bawah apeks
fundus. Pada bulan-bulan selanjutnya, struktur-struktur tersebut terletak
sedikit di atas bagian tengah uterus. Posisi plaseta juga mempengaruhi
tingkat hipertrofi uterus, karena bagian uterus yang mengelilingi tempat
plasenta melekat, membesar lebih cepat daripada bagian uterus lainnya.
2 . Kulit
Meningkatnya aliran darah kulit selama kehamilan berfungsi untuk
mengeluarkan kelebihan panas yang terbentuk karena meningkatnya
metabolisme. Sejak setelah pertengahan kehamilan sering terbentuk alur
alur kemerahan yang sedikit cekung di kulit abdomen dan kadang di kulit
payudara dan paha. Ini disebut stria gravidarum acau stretch marks. Garis
tengah kulit abdomen linea alba mengalami pigmentasi sehingga warnanya
berubah menjadi hitam kecoklatan (linea migra)
3. Payudara
Pada minggu-minggu awal kehamilan, wanita sering merasakan
parestesia dan nyeri payudara. Setelah bulan kedua, payudara membesar
dan memperlihatkan vena-vena halus di bawah kulit. Puting menjadi jauh
lebih besar, berwarna lebih gelap, dan lebih tegak. Selama bulan-bulan
tersebut, areola menjadi lebih lebar dan lebih gelap. Di areola tersebar
sejumlah tonjolan kecil., kelenjar Montgomery, yaitu keleniar sebasea
hipertrofit.
7
4. Perubahan Metabolik
Sebagai respons terhadap peningkatan kebutuhan janin dan plasenta
yang tumbuh pesat, wanita hamil mengalami perubahan-perubahan
metabolik yang bear dan intens. Jelaslah tidak ada proses fisiologis lain
selama kehidupan pascanatal yang dapat memicu perubahan metabolik
sebesar itu. Pada trimester ketiga, laju metabolik basal ibu meningkat 10
sampai 20 persen dibandingkan dengan keadaan tak hamil. tambahan
kebutuhan total energi selamahamilan diperkirakan mencapai 80.000 kkal
atau sekitar kkal/hari
5. Perubahan Hematologis
Volume darah ibu mulai meningkat selama trimester pertama. Pada
minggu ke-12, volume plasma bertambah sebesar 15 persen dibandingkan
dengan keadaan sebelum hamil. Volume darah bu bertambah sangat cepat
selama trimester kedua. Kemudian peningkatanin jauh melambat selama
trimester ketiga lalu mendatar selama beberapa minggu terakhir
kehamilan. Ekspansi volume darah terjadi karena peningkatan plasma dan
erittosit. Meskipun jumlah plasma yang ditambahkan ke dalam sirkulasi
ibu biasanya lebih banyak daripada jumlah eritrosit namun peningkatan
volume eritrosit cukup mencolok, rerata sekitar 450 ml. Perubahan-
perubahan ini hampir pasti berkaitan dengan meningkatnya kadar
eritropoietin plasma, yang memuncak selama trimester ketiga dan
berakibat produksi maksimal eritrosit.
6. Sistem Kardiovaskular
Selama kehamilan dan masa nifas, jantung dan sirkulasi mengalami
adaptasi fisiologis yang besar. Perubahan pada fungsi jantung mulai
tampak selama 8 minggu pertama kehamilan. Curah jantung meningkat
bahkan sejak minggu kelima dan mencerminkan berkurangnya resistensi
vaskular sistemik dan meningkatnya kecepatan jantung. Kecepatan nadi
istirahat meningkat sekitar 10 denyut/menit selama kehamilan. Antara
minggu 10 dan 20, volume plasma mulai bertambah dan preload
meningkat. Kinerja ventrikel selama kehamilan dipengaruhi oleh
8
penurunan resistensi vaskular sistemikdan perubahan aliran denyut darah
arteri.
7. Saluran Pernafasan
Diafragma terangkat sekitar 4 cm selama kehamilan. Sudut subkosta
melebar secara bermakna karena diameter melintang sangkar toraks
meningkat sekitar 2 cm. Lingkar toraks: meningkat sekitar 6 cm,tetapi
tidak cukup untuk mencegah pengurangan volume par residual yang
terjadi akibat naiknya diafragma. Pergerakan diafragma pada wanita hamil
sebenarnya lebih bear daripada wanita tak hamil.
8. Sistem Kemih
Pada sistem kemih ditemukan sejumlah perubahan nyata akibat
kehamilan. Ukuran ginjal sedikit meningkat. Dengan menggunakan
radiografi, Bailey dan Rolleston melaporkan bahwa ginjal 1,5 in lebih
panjang pada awal masa nifas dibandingkan dengan 6 bulan kemudian.
Laju filtrasi glomerulus (LFG, glomerular filtration rate) dan aliran plasma
ginjal meningkat pada awal kchamilan. LFG meningkat hingga 25 persen
pada minggu kedua setelah konsepsi dan 50 persen pada awal trimester
kedua.
9. Saluran Pencernaan
Seiring dengan kemajuan kehamilan, lambung dan usus tergeser oleh
uterus yang terus membesar. Karena itu, temuan-temuan fisik pada
penyakit tertentu mengalami perubahan. Apendiks, misalnya, biasanya
tergeser ke atas dan agak lateral akibat uterus yang membesar. Kadang-
kadang apendiks dapat mencapai pinggang kanan.
Menurut Fatimah (2017) selain mengalami perubahan fisiologi, ibu hamil
juga mengalami perubahan secara psikologis. Trimester ketiga seringkali disebut
periode menunggu dan waspada sebab pada saat itu ibu merasa tidak sabar
menunggu kelahiran bayinya. Gerakan bayi dan membesarnya perut merupakan
2 hal yang mengingatkan ibu akan bayinya. Kadang kadang ibu merasa khawatir
bahwa bayinya akan lahir sewaktu waktu. Ini menyebabkan ibu meningkatkan
kewaspadaannya akan timbulnya tanda dan gejala akan terjadinya persalinan.
9
Ibu seringkali merasa khawatir atau takut kalau-kalau bayi yang akan
dilahirkannya tidak normal. Kebanyakan ibu juga akan bersikap melindungi
bayinya dan akan menghindari orang atau benda apa saja yang dianggapnya
membahayakan bayinya. Seorang ibu mungkin mulai merasa takut akan rasa
sakit dan bahaya fisik yang akan timbul pada waktu melahirkan. Rasa tidak
nyaman akibat kehamilan pada trimester ketiga dan banyak ibu yang merasa
dirinya aneh dan jelek .Disamping itu ibu mulai merasa sedih karena akan
berpisah dari bayinya dan kehilangan perhatian khusus yang diterima selama
hamil.Pada trimester inilah ibu memerlukan keterangan dan dukungan dari
suami keluarga dan bidan. (Fatimah, 2017)
10
3. Gatal dan Kaku pada Jari
Adanya perubahan gaya berat oleh karena pembesaran rahim membuat
berubahnya postur wanita dimana posisi bahu dan kepala lebih
kebelakang. Hal ini untuk menyeimbangkan lengkungan punggung dan
berat tubuh yang cenderung condong ke depan. Hal ini dapat menekan
syaraf di lengan sehingga mengakibatkan rasa gatal dan kaku pada jari.
4. Gusi Berdarah
Pada ibu hamil sering terjadi gusi bengkak yang disebut epulis
kehamilan. Gusi yang hiperemik dan lunak cenderung menimbulkan gusi
menjadi mudah berdarah terutama pada saat menyikat gigi. Gusi berdarah
disebabkan oleh peningkatan hormon estrogen yang berpengaruh terhadap
peningkatan aliran darah ke rongga mulut dan pergantian sel–sel pelapis
ephitel gusi lebih cepat.
5. Hemorroid
Haemorroid dapat terjadi oleh karena adanya konstipasi. Hal ini
berhubungan dengan meningkatnya progesteron yang menyebabkan
peristaltik usus lambat dan juga oleh vena haemorroid tertekan karena
pembesaran uterus.
6. Insomnia
Insomnia dapat disebabkan oleh perubahan fisik yaitu pembesaran
uterus.Di samping itu insomnia dapat juga disebabkan perubahan
psikologis misalnya perasaan takut, gelisah atau khawatir karena
menghadapi kelahiran. Sering BAK dimalam hari/nochturia, dapat juga
menjadi penyebab terjadinya insomniapada ibu hamil.
7. Keputihan
Hal ini disebabkan oleh karena terjadi peningkatan kadar hormon
estrogen, hyperplasia pada mukosa vagina, pada ibu hamil.
8. Keringat Bertambah
Keringat yang banyak menyebabkan rasa tidak nyaman, kadang –
kadang mengganggu tidur sehingga ibu hamil merasa lelah karena kurang
istirahat. Semakin bertambahnya umur kehamilan maka semakin
11
bertambah banyak produksi keringat. Keringat yang bertambah
terjadikarena perubahan hormon pada kehamilan, yang berakibat pada
peningkatan aktifitas kelenjar keringat, aktifitas kelenjar sebasea ( kelenjar
minyak) dan folikel rambut meningkat. Keringat yang bertambah dapat
dipengaruhi oleh penambahan berat badan dan meningkatnya metabolism
pada ibu hamil.
9. Konstipasi
Penyebabnya adalah gerakan peristaltik usus lambat oleh karena
meningkatnya hormon progesterone.
10. Kram pada Kaki
Faktor penyebab belum pasti, namun ada beberapa kemungkinan
diantaranya adalah kadar kalsium dalam darah rendah, uterus membesar
sehingga menekan pembuluh darah pelvic, keletihan dan sirkulasi darah ke
tungkai bagian bawah kurang.
11. Mati Rasa pada Jari Kaki dan Tangan
Faktor penyebab baal antar lain,pembesaran uterus membuat
sikap/postur ibu hamil mengalami perubahan pada titik pusat gaya berat
sehingga karena postur tersebut dapat menekan syaraf ulna.
12. Sesak Nafas
Keadaan ini disebabkan oleh pembesaran uterus dan pergeseran
organ–organ abdomen, pembesaran uterus membuat pergeseran diafragma
naik sekitar 4 cm. Peningkatan hormon progesterone membuat
hyperventilasi.
Menurut Tyastuti (2016), selain mengalami ketidaknyamanan karena
perubahan fisiologi,ibu hamil juga mengalami ketidaknyamanan perubahan
psikologis. Seorang ibu mungkin mulai merasa takut akan rasa sakit dan bahaya
fisik yang akan timbul pada waktu melahirkan. Rasa tidak nyaman akibat
kehamilan timbul kembali pada trimester ketiga banyak ibu yang merasa dirinya
aneh dan jelek. Disamping itu, ibu mulai merasa sedih karena akan berpisah dari
bayinya dan kehilangan perhatian khusus yang diterima selama hamil. Pada
trimester inilah ibu sangat memerlukan keterangan dan dukungan dari suami,
12
keluarga dan bidan. Trimester ketiga adalah saat persiapan aktif untuk kelahiran
bayi dan menjadi orang tua. Periode ini juga disebut periode menunggu dan
waspada sebab merasa tidak sabar menunggu kelahiran bayinya. Gerakan bayi
dan membesarnya perut merupakan 2 hal yang mengingatkan ibu pada bayi yang
akan dilahirkan nanti. Disamping hal tersebut ibu sering mempunyai perasaan :
1. Kadang – kadang merasa kuatir bahwa bayinya akan lahir sewaktu–
waktu
2. Meningkatnya kewaspadaan akan timbulnya tanda dan gejala persalinan
3. Khawatir bayinya lahir dalam keadaan tidak normal
4. Takut akan rasa sakit yang timbul pada saat persalinan
5. Rasa tidak nyaman
6. Kehilangan perhatian khusus yang diterima selama kehamilan sehingga
memerlukan dukungan baik dari suami, keluarga maupun tenaga
kesehatan
7. Persiapan aktif untuk bayi dan menjadi orang tua
13
Antenatal Care (ANC) minimal 8 kali. Kunjungan pertama pada trimester I: 1
kali di umur kehamilan 0-12 minggu, kunjungan pada trimester II: 2 kali di umur
kehamilan 20 dan 26 minggu, kunjungan pada trimester III: 5 kali di umur
kehamilan 30, 34, 36, 38, 40 minggu. (WHO, 2016)
Dalam kebijakan Kemkes RI (2019) merekomendasikan pada kehamilan
normal Kunjungan Antenatal Care (ANC) minimal 6 kali dengan rincian berikut:
Tabel 2.1 Kunjungan Pemeriksaan Antenatal
Trimester Jumlah minimal Waktu kunjungan yang
kunjungan dianjurkan
I 2x Sebelum minggu ke 12
II 1x Antara minggu ke 24-28
III 3x Antara minggu 30-38
14
Gambar 2.1 Skala Koma Glasgow
(Sumber : Tyas, 2016)
Skala dihitung dengan cara penjumlahan dari semua respon. Nilai
maksimal GCS adalah 15. Sedangkan nilai minimal GCS adalah 3. Penjumlahan
nilai respon merupakan asesmen tingkat kategori ketidaksadaran pasien, yang
sudah terbagi menjadi;
- Ringan: 13 sampai 15 poin.
- Moderat: 9 sampai 12 poin.
- Berat: 3 sampai 8 poin.
- Koma: Nilai < 8 poin
Kekurangan GCS salah satunya adalah kegagalan dalam mengukur nilai
batang otak, walaupun banyak kekurangannya, GCS masih tetap digunakan
untuk mengukur ketidaksadaran pasien.
Berikut macam-macam tingkat kesadaran:
a. Kompos mentis
Keadaan pasien sadar penuh, baik terhadap lingkungan maupun
terhadap dirinya sendiri. GCS: 15-14
15
b. Apatis
Keadaan pasien dimana tampak acuh tak acuh dan segan terhadap
lingkungannya GCS: 13-12
c. Delirium
Keadaan pasien mengalami penurunan kesadaran disertai kekacauan
motorik serta siklus tidur bangun yang terganggu GCS: 11-10
d. Somnolen
Keadaan pasien mengantuk yang dapat pulih jika dirangsang, tapi jika
rangsangan itu berhenti pasien akan tidur kembali GCS: 9-7
e. Sopor (stupor)
Keadaan pasien mengantuk yang dalam GCS: 6-5
f. Semi-koma (koma ringan)
Keadaan pasien mengalami penurunan kesadaran yang tidak
memberikan respons rangsang terhadap rangsang verbal, serta tidak
mampu untuk di bangunkan sama sekali, tapi respons terhadap nyeri
tidak adekuat serta reflek (pupil & kornea) masih baik GCS: 4
g. Koma
Keadaan pasien mengalami penurunan kesadaran yang sangat dalam,
tidak terdapat respons pada rangsang nyeri serta tidak ada gerakan
spontan. GCS: 3
(Tyas, 2016)
16
2. Pusing
Pusing biasa muncul pada kehamilan muda. Apabila pusing sampai
mengganggu aktivitas sehari-hari maka perlu diwaspadai.
3. Sakit kepala
Sakit kepala yang hebat atau yang menetap timbul pada ibu hamil
mungkin dapat membahayakan kesehatan ibu dan janin.
4. Perdarahan
Perdarahan waktu hamil, walaupun hanya sedikit sudah merupakan
tanda bahaya sehingga ibu hamil harus waspada.
5. Sakit perut hebat
Nyeri perut yang hebat dapat membahayakan kesehatan ibu dan
janinnya.
6. Demam
Demam tinggi lebih dari 2 hari atau keluarnya cairan berlebihan dari
bang rahim dan kadang-kadang berbau merupakan salah satu tanda bahaya
pada kehamilan.
7. Batuk lama
Batuk lama lebih dari 2 minggu, perlu ada pemeriksaan lanjut dan dapat
dicurigai ibu hamil menderita TB.
8. Berdebar-debar
Jantung berdebar-debar pada ibu hamil merupakan salah satu masalah
pada kehamilan yang harus diwaspadai.
9. Cepat lelah
Dalam dua atau tiga bulan pertama kehamilan, biasanya timbul rasa
lelah, mengantuk yang berlebihan dan pusing, yang biasanya terjadi pada
sore hari. Kemungkinan ibu menderita kurang darah.
10. Sesak nafas atau sukar bernafas
Pada akhir bulan ke delapan ibu hamil sering merasa sedikit sesak bila
bernafas karena bayi menekan paru-paru ibu. Namun apabila hal ini terjadi
berlebihan maka perlu diwaspadai.
17
11. Keputihan yang berbau
Keputihan yang berbau merupakan salah satu tanda bahaya pada ibu
hamil.
12. Gerakan janin
Gerakan bayi mulai dirasakan ibu pada kehamilan akhir bulan
keempat. Apabila gerakan janin belum muncul pada usia kehamilan ini,
gerakan yang semakin berkurang atau tidak ada gerakan maka ibu hamil
harus waspada.
13. Perilaku berubah selama hamil,
Seperti gaduh gelisah, menarik diri, bicara sendiri, tidak mandi, dsb.
Selama kehamilan, ibu bisa mengalami perubahan perilaku. Hal ini
disebabkan karena perubahan hormonal. Pada kondisi yang mengganggu
kesehatan ibu dan janinnya maka akan dikonsulkan ke psikiater.
18
nyeri pada saat his sehingga ibu tidak menyadari adanya proses-proses
persalinan yang sangat kuat itu. (Doenges, 2012). Perdarahan pascasalin dapat
disebabkan karena elastisitas dari otot-otot panggul dan fungsi alat-alat
reproduksi pada umumnya mengalami penurunan. (Rochjati, 2011).
Umur ibu juga mempengaruhi kapasitas tropiknya, sehingga pada ibu
dengan umur lebih tua cenderung mempunyai bayi yang berat badannya lebih
rendah. Selain itu hal yang paling dikhawatirkan jika usia ibu diatas 35 tahun
ialah kualitas sel telur yang di hasilkan juga tidak baik. Ibu yang hamil pada usia
ini punya resiko 4 kali lipat di banding sebelum usia 35 tahun. Kehamilan pada
usia >35 tahun dapat juga terjadi hipertensi. Insiden hipertensi yang makin
meningkat dengan bertambahnya usia. Arteri akan kehilangan elastisitas atau
kelenturan sehingga pembuluh darah akan berangsur-angsur menyempit dan
menjadi kaku. Terjadinya preeklamsi pada kehamilan dengan usia terlalu tua
karena kesehatan ibu sudah menurun, banyaknya penyakit, system imun sudah
menurun, asupan makanan tidak dijaga. Pada usia >35 tahun, otot-otot dasar
panggul tidak elastis lagi sehingga mudah terjadi komplikasi baik saat hamil
maupun persalinan seperti pre-eklampsi,hipertensi, diabetes mellitus, anemia
yang juga dapat mengakibatkan kelahiran prematur atau BBLR. (Wiknjosastro
2012).
2.2 Persalinan
2.2.1 Definisi Persalinan
Persalinan bayi adalah periode dari awal kontraksi uterus yang regular
sampai ekspulsi plasenta. Proses terjadinya hal ini secara normal disebut
persalinan (labor) suatu istilah yang pada konteks obstetric mengambil beberapa
konotasi dari bahasa inggris. Menurut New Shorter Oxford English Dictionary,
toil, trouble, suffering, bodily exertion, especially when painful, and an outcome
of work merupakan karakteristik persalinan dan terlihat dalam proses persalinan.
Konotasi tersebut, seluruhnya, tampaknya sesuai dan menekankan perlunya
tenaga medis untuk mendukung kebutuhan perempuan yang sedang bersalin,
terutama dalam peredaan nyeri secara efektif. (Cuningham, 2014).
19
Dalam pengertian sehari-hari persalinan sering diartikan serangkaian
kejadian pengeluaran bayi yang sudah cukup bulan, disusul dengan pengeluaran
plasenta dan selaput janin dari tubuh ibu melalui jalan lahir atau melalui jalan
lain, berlangsung dengan bantuan atau tanpa bantuan (kekuatan ibu sendiri).
(Kurniarun, 2016)
Persalinan adalah proses pengeluaran hasil konsepsi (janin dan uri) yang
telah cukup bulan atau dapat di luar kandungan melalui jalan lahir atau melalui
jalan lain, dengan bantuan atau tanpa bantuan (kekuatan sendiri). (Amelia, 2019)
20
membentuk leak oblik, yang tidak stabil dan selalu menjadi letak
memanjang atau melintang saat persalinan. Letak memanjang terjadi pada
lebil dari 99 persen persalinan aterm. Faktor predisposisi letak melintang
meliputi multiparitas, plasenta previa, hidramnios, dan anomali utcrus.
Bagian terpresentasi adalah hagian tubuh janin yang terendah di dalam
maupun di bagian terdekat jalan lair. Bagian tersebut dapat dirasakan
melalui serviks pada pemeriksaan vagina. Pada letak memanjang, bagian
yang terpresentasi adalah kepala atau bokong janin, schingga disebut
(secara berurutan) presentasi kepala dan bokong. Ketika letak janin pada
aksis panjangnya adalah transversal, bahu merupakan bagian yang
terpresentasi dan dirasakan melalui serviks pada pemeriksaan vagina.
Pada beberapa bulan terakhir kchamilan, janin membentuk postur
khusus yang disebut sebagai sikap atau habitus. Normalnya, janin
membentuk-massa ovoid yang secara kasar sesuai dengan bentuk rongga
rahim. Janin menjadi terlipat atau membungkuk ke arah dirinya sendiri
sedemikian rupa shingga bagian punggung menjadi berbentuk cembung;
kepala mengalami fleksi maksimal sehingga dagu hampir menyentuh dada;
paha terfleksi di depan abdomen; dan tungkai tertekuk pada lutut. Pada
semua presentasi kepala, lengan biasanya menyilang di depan dada atau
sejajar pada masing-masing sis. Umbilikus terletak pada celah di antaranya
dan ekstremitas bawah. Postur yang khas ini disehabkan oleh car
pertumbuhan janin dan penyesuaian dirinva terhadap rongga rahim.
Posisi mengacu pada hubungan antara bagian yang dianggap sebagai
hagian presentasi janin terhadap sisi kanan atau kiri jalan lahir. Dengan
demikian, masing-masing presentasi dapat memiliki dua posisi kanan atau
kiri. Oksiput, dagu (mentum), dan sakrum janin masing-masing acalah
ritik penentu pada presentasi verteks, wajah, atau bokong. Karena bagian
presentasi janin dapat berada baik di posisi kanan ataupun kiri, terdapat
presentasi oksipital kanan dam kiri, presentasi dagu kanan dan kiri,
presentasi sacrum kana dan kiri, yang masing-masing disingkat menjadi
21
LO dan RO (left dan right occiput), LM dan RM (left dan right mental),
serta LS dan RS (left dan right sacral).
2. Diagnosis Presentasi dan Posisi Janin
Beberapa metode dapat digunakan untuk mendiagnosis presentasi dan
posisi janin. Metode tersebut meliputi palpasi abdomen, peeriksaan vagina,
auskultasi, dan pada beberapa kasus yang meragukan dilakukan sonografi.
Kadang-kadang radiografi polos, computed tomography, atau magnetic
resonance imaging dapat digunakan.
Pemeriksaan abdomen dapat dilakukan secara sistematis dengan
menggunakan empat manuver yang diperkenalkan aleh Leopold pada
tahun 1894. Ibu berada pada posisi supinasi dan dalam posisi yang nyaman
serta bagian perut terbuka. Manuver ini sulit atau bahkan tidak dapat
dilakukan dan diinterpretasi jika pasien obesitas, jika cairan amnion
berlebihan, atau jika plasenta terletak di bagian anterior. Manuver pertama
memungkinkan identifikasi polus janin yaitu, sefalik atau podalik yang
menempati fundus uterus. Bokong memberikan sensasi massa bear
nodular, sedangkan kepala terasa keras dan bulat serta lebih mudah
bergerak dan dapat diayun. Manuver kedua dilakukan setelah penentuan
letak janin, dengan meletakkan telapak tangan di salah satu sisi abdomen
ibu, dan dengan memberikan tekanan lembut tetapi dalam. Pada satu sisi,
dirasakan scruktur yang kerasdan resisten-punggung. Pada sisi lain,
dirasakan bagian kecil iregular yang mudah digerakkan- ekstremitas janin.
Dengan memperhatikan apakah punggung terarah ke anterior, transversal,
atau posterior, dapat ditentukan orientasi janin. Manuver kcriga dilakukan
dengan cara ibu jari dan jari-jari satu tangan menggenggam bagian
terbawah abdomen ibu, tepat di atas simfisis pubis. Jika bagian terendah
janin tidak engaged, akan terasa massa yang dapat digerakkan, biasanya
kepala. Perbedaan antara kepala dan bokong ditentukan seperti pada
manuver pertama. Namun, jika bagian terendah janin telah masuk jalan
lahir (engaged), hasil manuver ini hanya menunjukkan bahwa bagian
terbawah polus janin berada di dalam pelvis, dari rinciannva ditentukan
22
melalui manuver keempat. Untuk melakukan manuver keempat, pemeriksa
menghadap ke arah kaki ibu dan, dengan ujung tiga jari pertama masing-
masing tangan, memberikan tekanan yang dalam searah aksis apertura
pelvis superior. Pada berbagai keadaan, ketika kepala telah berjalan turun
ke dalam pelvis, bagian anterior bahu mudah dibedakan melalui manuver
ketiga.
23
jari dengan sonografi transvaginal dan transabdominal untuk menentukan
posisi kepala janin pada persalinan kala dua dan melaporkan bahwa
sonografi transvaginal lebih superior.
3. Mekanisme Persalinan dengan Presentasi Oksiput Anterior
Janin memasuki pelvis dalam posisi oksiput transversal kiri (left occiput
transverse-LOT) pada 40 persen persalinan dan dalam posisi okesipue
transversal kanan (right occiput transverse-ROTI pada 20 persen. Pada
posisi oksiput anterior LOA atau ROA-kepala memasuki pelvis baik
melalui rotasi oksiput sebanyak 45 derajat anterior dari posisi transversal,
atau baru melakukan rotasi sesudahnya. Mekanisme persalinan pada
semua presentasi ini biasanya sama. Perubahan posisi bagian terendah
janin yang diperlukan untuk inclalui kanal pelvis disebut mekanisme
persalinan. Gerakan utama persalinan adalah engagement, desensus, fleksi,
rotasi internal, ekstensi, rotasi eksternal, dan ekspulsi.
Engagement adalah mekanisme ketika diameter biparietal diameter
transversal terbesar pada presentasi oksiput--melewati apertura pelvis
superior disebut engagement. Kepala berukuran normal biasanya tidak
mengalami engange dengan sutura sagitalis yang mengarah ke
anteroposterior. Namun kepala jani biasaya memasuki aperture pelvis
superior baik secara transversal maupun oblik.
Sutura sagitalis umumnya mengalami defleksi baik ke arah posterior
menuju promontorium atau ke arah anterior menuju simfisis. Defleksi
lateral ke arah posisi anterior atau posterior pelvis disebut asinklitisme.
Jika sutura sagitalis mendekati promontorium ossis sacri, sebagian besar os
parietalis anterior dapat teraba saat pemcriksaan dengan jari, dan kondisi
ini disebut asinklitismus anterior. Namun, jika sutura sagitalis terletak di
dekat simfisis, sebagian besar os parietalis posterior yang akan
terpresentasi, dan kondisi in disebut asinklitismus posterior.
Desensus adalah gerakan yang merupakan persyaratan pertama
pelahiran neonatus. Desensus ditimbulkan oleh satu atau beberapa dari
empat kckuatan: tekanan cairn amnion, tekanan langsung fundus pada
24
bokong sat kontraksi, tekanan ke bawah otot-otot abdomen maternal, dan
ekstensi dan pelurusan rubuh janin.
Segera setelah kepala yang sedang desensus mengalami hambatan, baik
dari serviks, dinding pelvis, atau dasar pelvis, normalnya kemudian terjadi
fleksi kcpala. Pada gerakan ini, dagu mengalami kontak lebih dekat
dengan dada janin, dan diameter suboksipitobregmatikum yang lebih
pendek menggantikan diameter oksipitofrontalis yang lebih panjang,
Rotasi Internal adalah Gerakan yang terdiri dari perputaran kepala
sedemikian rupa sehingga oksiput secara bertahap bergerak ke arah
simfisis pubis di bagian anterior dari posisi awal atau yang lebih jarang, ke
arah posterior menuju lengkung sacrum.
Secelah rotasi internal, kepala yang berada pada positi fleksi maksimal
mencapai vulva dan mengalami ekstensi. Ketika kepala menekan dasar
pelvis, terdapat dua kekuatan. Kekuatan pertama, ditimbulkan oleh uterus,
bekerja lebih ke arah posterior, dan kekuatan kedua, ditimbulkan oleh daya
resistensi dasar pelvis dan simfisis, bekerja lebih ke arah anterior. Vektor
resultan terarah pada pembukaan vulva, sehingga menimbulkan ekstensi
kepala. Keadaan ini menyebabkan dasar oksiput berkontak langsung
dengan batas inferior simfisis pubis.
Serelah kepala lahir, terjadi rotasi eksternal atau putaran paksi luar. Jika
pada awalnya terarah ke kiri, oksiput berorasi menuju tuber iskiadikum
kiri. Jika awalnya terarah ke kanan, oksiput berotasi ke kanan. Sehingsa,
salah satu bahu terletak anterior di belakang simfisis pubis, sedangkan
bahu lainnya terletak di posterior. Gerakan ini tampaknya ditimbulkan oleh
faktor pelvis yang sama dengan terjadinya rotasi internal kepala.
Ekspulsi adalah segera setelah rotasi eksternal, bahu anterior terlihat di
bawah simfisis pubis, dan perioneum segera terdistensi oleh bahu
posterior. Setelah pelahiran bahu, bagian tubuh lainnya lahir dengan cepat.
25
Gambar 2.3 Gerakan Utama Persalinan
( Sumber : Cunningham, 2014)
26
2.2.4 Sebab-Sebab Mulainya Persalinan
Menurut Kurniarun (2016) sebab mulainya persalinan belum diketahui
dengan jelas. Agaknya banyak faktor yang memegang peranan dan bekerjasama
sehingga terjadi persalinan. Beberapa teori yang dikemukakan adalah:
penurunan kadar progesteron, teori oxitosin, keregangan otot-otot, pengaruh
janin, dan teori prostaglandin. Beberapa teori yang menyebabkan mulainya
persalinan adalah sebagai berikut :
1. Penurunan Kadar Progesteron
Progesterone menimbulkan relaxasi otot-otot rahim, sebaliknya estrogen
meninggikan kerentanan otot rahim. Selama kehamilan terdapat keseimbangan
antara kadar progesterone dan estrogen dalam darah, tetapi pada akhir kehamilan
kadar progesteron menurun sehingga timbul his.
Proses penuaan plasenta terjadi mulai umur kehamilan 28 minggu, dimana
terjadi penimbunan jaringan ikat, dan pembuluh darah mengalami penyempitan
dan buntu. Produksi progesterone mengalami penurunan, sehingga otot rahim
lebih sensitive terhadap oxitosin. Akibatnya otot rahim mulai berkontraksi
setelah tercapai tingkat penurunan progesterone tertentu.
2. Teori Oksitosin
Oksitosin dikeluarkan oleh kelenjar hipofisis parst posterior. Perubahan
keseimbangan estrogen dan progesterone dapat mengubah sensitivitas otot
rahim, sehingga sering terjadi kontraksi Braxton Hicks. Di akhir kehamilan
kadar progesteron menurun sehingga oxytocin bertambah dan meningkatkan
aktivitas otot-otot rahim yang memicu terjadinya kontraksi sehingga terdapat
tanda-tanda persalinan.
3. Keregangan Otot-otot.
Otot rahim mempunyai kemampuan meregang dalam batas tertentu. Setelah
melewati batas tertentu terjadi kontraksi sehingga persalinan dapat dimulai.
Seperti halnya dengan Bladder dan Lambung, bila dindingnya teregang oleh isi
yang bertambah maka timbul kontraksi untuk mengeluarkan isinya. Demikian
pula dengan rahim, maka dengan majunya kehamilan makin teregang otot-otot
27
dan otot-otot rahim makin rentan. Contoh, pada kehamilan ganda sering terjadi
kontraksi setelah keregangan tertentu sehingga menimbulkan proses persalinan.
4. Pengaruh Janin
Hipofise dan kelenjar suprarenal janin rupa-rupanya juga memegang peranan
karena pada anencephalus kehamilan sering lebih lama dari biasa, karena tidak
terbentuk hipotalamus. Pemberian kortikosteroid dapat menyebabkan maturasi
janin, dan induksi (mulainya) persalinan.
5. Teori Prostaglandin
Konsentrasi prostaglandin meningkat sejak umur kehamilan 15 minggu yang
dikeluarkan oleh desidua. Prostaglandin yang dihasilkan oleh desidua diduga
menjadi salah satu sebab permulaan persalinan. Hasil dari percobaan
menunjukkan bahwa prostaglandin F2 atau E2 yang diberikan secara intravena,
intra dan extra amnial menimbulkan kontraksi miometrium pada setiap umur
kehamilan. Pemberian prostaglandin saat hamil dapat menimbulkan kontraksi
otot rahim sehingga hasil konsepsi dapat keluar. Prostaglandin dapat dianggap
sebagai pemicu terjadinya persalinan. Hal ini juga didukung dengan adanya
kadar prostaglandin yang tinggi baik dalam air ketuban maupun daerah perifer
pada ibu hamil, sebelum melahirkan atau selama persalinan.
28
multigravida 2 cm/jam. (Manuaba, 2012). Berikut adalah tatalaksana
persalinan kala satu:
1) Pemantauan Kesejahteraan Janin : detak jantung janin harus
dipcriksa setiap 30 menit dan kemudian setiap 15 menit selama
kala dua. Jika digunakan monitor elektronik kontinu, rekaman
diperiksa setidaknya setiap 30 menit pada persaliman kala satu
dan setidaknya setiap 15 menit pada persalinan kala dua. Untuk
perempuan dengan kehamilan berisiko, auskultasi jantung janin
dilakukan setidaknya setiap 15 menit pada persalinan kala satu
dan setiap 5 menit pada kala dua. Monitor elektronik kontinu
dapat digunakan dengan mengevaluasi rekaman setiap 15 menit
pada persalinan kala sat, dan setiap 5 menit selama kala dua.
2) Kontraksi Uterus: dapat dievaluasi sccara manual. Dengan
meletakkan telapak tangan di uterus, dapat ditentukan waktu
kontraksi. Pada saat kontraksi efektif, perut ibu akan terasa
kencang. Kemudian memperhatikan waktu menghilangnya
kontraksi. Penghitungan kontraksi diulang untuk mengevaluasi
frekuensi, durasi, dan intensitas kontraksi utcrus. Menurut
Purwoastuti (2019) metode untuk mengurangi rasa nyeri dapat
dilakukan dengan cara menghadirkan seseorang yang dapat
memberikan dukungan selama persalinan (suami, orang tua),
pengaturan posisi duduk atau setengah duduk, posisi
merangkak, berjongkok atau berdiri, berbaring miring kiri,
relaksasi dan pernafasan, istirahat, sentuhan dan pijatan, serta
penjelasan mengenai proses, kemajuan dan prosedur yang akan
dilakukan.. Lamanya kala I untuk primigravida berlangsung 12
jam dan multigravida 8 jam. Berdasarkan kurva Friedman,
diperhitungkan pembukaan primigravida 1 cm/jam dan
pembukaan multigravida 2 cm/jam. (Manuaba, 2012).
3) Tanda Tanda Vital Maternal : Suhu, denyut nadi, dan tekanan
darah dievaluasi setidaknya setiap 4 jam
29
4) Pemeriksaan Dalam Selanjutnya : pemeriksaan dalam secara
periodik biasanya dilakukan dengan interval 2 sampai 3 jam
untuk mengevaluasi kemajuan persalinan
5) Asupan Per Oral : Makanan tidak bolch diberikan selama
persalinan aktif dan pelahiran. Waktu pengosongan lambung
sangat panjang begitu terjadi persalinan dan pemberian
analgetik. Akibatnya, makanan dan sebagian bear obat tetap
berada di lambung dan tidak terabsorbsi. Bahkan, dapat terjadi
muntah atau aspirasi
6) Cairan Intravena : Sistem infus intravena berguna dilakukan
segera pada masa puerperium untuk membenkan oksitosin
sebagai profilaksis dan sebagai terapi saat terjadi atonia uterus.
Selain itu, pada persalinan yang memanjang, pemberian
glukosa, natrium, dan air pada perempuan yang berpuasa dengan
kecepatan 60 sampai 120 mL/jam mencegah dehidrasi dan
asidosis.
7) Posisi Ibu : Di tempat tidur, perempuan yang sedang bersalin
sebaiknya di izinkan mencari posisi yang dianggapnya paling
nyaman umumnya berbaring lateral.
8) Analgesia : Secara umum, pereda nyeri diberikan sesuai
kebutuhan dan keinginan pasien
9) Amniotomi: Tindakan ini dianggap dapat mempercepat
persalinan, dan mendeteksi dini cairan amnion yang berwarna
meconium
10) Fungsi Kandung Kemih : Distensi kandung kemil, harus
dihindari karena dapat menghambat proses desensus bagian
terendah janin dan dapat menimbulkan hipotoni dan infeksi
kandung kemih. Apabila ibu masih dapat berjalan anjurkan ke
toilet dan berkemih secara spontan, ataupun dapat berkemih di
tempat tidur dengan bantuan pispot. Jika kandung kemih
30
terdistensi dan ibu tidak dapat berkemih, kateterisasi
dindikasikan.
2. Persalinan Kala Dua
Fase ini dimulai ketika dilatasi serviks lengkap dan berakhir dengan
pelahiran janin. Dengan menurunnya bagian teredah janin ibu akan
merasakan keinginan untuk BAB. Durasi rata rata kala dua 50 menit untuk
nulipara dan 20 menit untuk multipara.
1) Pelahiran Kepala : pada setiap kontraksi, perineum semakin
menonjol. Pembukaan vulva vagina terdilatasi oleh kepala janin.
ketika kepala mendorong vulva dan perineum cukup kuat untuk
membuka introitus vagina hingga mencapai 5 cm atau lebih
maka handuk dan tangan yang telah dilapisi sarung tangan
digunakan untuk menahan perineum. Tangan lainnya menahan
tekanan ke arah superiormelawan oksiput.
2) Pelahiran Bahu : Setelah lahir, kepala janin jatuh ke arah
posterior, sehingga wajah hampir menyentuh anus maternal.
oksiput berputar ke arah salah satu paha ibu, dan kepala berada
pada posisi transversal (putaran paksi luar). Umumnya, bahu
muncul di vulva tepat setelah rotasi eksternal dan lahir secara
spontan.
3) Membersihkan Nasofaring : Begitu bayi lahir hidung seta mulut
diaspirasi. Tindakan ini meminimalisasi terjadinya aspirasi
cairan union, partikel maternal, dan darah pada janin.
4) Lilitan Tali Pusat di Leher : Setelah pelahiran bahu anterior,
sebuah jari harus diselipkan ke bagian leher janin untuk
menentukan apakah leher dikelilingi oleh satu atau lebih lilitan
tali pusat
5) Penjepitan Tali Pusat : Tali pusat dipotong di antara dua buah
klem yang diletakkan 4 sampai 5 cm dari abdomen janin, dan
kemudian klem tali pusat diletakkan 2 atau 3 cm dari abdomen
janin
31
3. Persalinan Kala Tiga
Kala III adalah waktu untuk pelepasan dan pengeluaran plasenta.
Disebut juga dengan kala uri (kala pengeluaran plasenta dan selaput
ketuban). Tanda tanda pelepasan plasenta : uterus globuler dan lebih kaku,
keluar darah dalam jumlah yang banyak secara tiba-tiba, uterus naik
didalam abdomen karena plasenta saat terlepas berjalan turun menuju
segmen uterus bagian bawah dan vagina, serta tali pusat memanjang
keluar. Tanda tanda tersebut kadang kadang muncul 1-5 menit setelah
kelahiran bayi.
Pelahiran plasenta sebaiknya tidak boleh dipaksa sebelum pelepasan
plasenta karena dapat menyebabkan inversi uterus. Traksi tali pusat tidak
boleh digunakan untuk menarik plasenta keluar dari uterus. Ketika tekanan
ke bawah kearah vagina diberikan pada korpus uteri, tali pusat dijaga agar
tetap tegang. Urerus kemudian diangkat ke arah kepala dengan tangan
yang ada di atas abdomen. Manuver ini diulang hingga plasenta mencapai
introitus vagina. Kerika plasenta keluar melewati introitus, tekanan pada
uterus dihentikan. Plasenta kemudian diangkat secara perlahan menjauhi
introitus. Ketika plasenta lepas, harus di pastikan uterus dapat berkontraksi
dengan baik.
4. Persalinan Kala Empat
Plasenta, membran, dan tali pusat harus diperiksa kelengkapannya dan
ada/tidaknya anomaly. Beberapa jam segera setelah pelahiran adalah masa
kritis, dan oleh sejumlah orang disebut sebagai persalinan kala empat.
Meskipun oksitosin telah diberikan, perdarahan pascapartum sebagai
akibat atoni uterus lebih mungkin terjadi pada saat ini. Akibatnya, uterus
dan perineum harus sering dievaluasi. American College of Obstetricians
and Gynecologists merekomendasikan bahwa tekanan darah dan denyut
nadi ibu dicatat segera setelah pelahiran dan setiap 15 menit selama satu
jam pertama.
Laserasi vagina dan perineum diklasifikasikan menjadi laserasi atau
robekan perineum derajat satu sampai derajat empat. Laserasi derajat satu
32
mengenai fourchete, kulit perineal, dan membran mukosa vagina tetapi
tidak mengenai fasia dan otot di bawahnya. Laserasi derajat dua
melibatkan, sebagai tambahan, fasia dan otot korpus perineum tetapi tidak
mengenai stingter ani. Laserasi derajat tiga meluas lebih jauh hingga
melibatkan sfingter ani. Laserasi derujat empat meluas sampai ke mukosa
rektum sehingga lumen rektum dapat terlihat.
33
4) Vernix (zat lemak putih) yang melekat di tubuh bayi sebaiknya tidak
dibersikan karena zat ini membuat nyaman kulit bayi.
5) Tanpa dibendong bayi langsung ditengkurapkan di dada atau perut ibu
dengan kontak kulit bayi dan kulit ibu. Ibu dan bayi diselimuti bersama-
sama, jika perlu bayi diberi topi untuk menurangi pengeluaran panas
dari kepalanya
Teknik menyusui yang baik dan bener menurut Astuti (2015), langkah-
langkahnya yaitu : Cuci tangan menggunakan sabun, lalu sebelum menyusui
keluarkan asi sedikit dan oleskan pada puting susu dan aerola, cara ini berguna
untuk menjaga kelembapan putting susu. Bayi diletakan menghadap perut ibu,
kepala bayi pada lengkung ibu dan bokong disangga oleh telapak tangan, tidak
ada celah antara ketiak dengan lengan. Pegang payudara dengan ibu jari diatas
dan jari lain menopang dibawah, dan beri bayi rangasangan dengan cara
menyentuhkan puting ibu ke pipi dan bibir bayi. Setelah mulut terbuka lebar,
dekatkan payudara dengan mulut bayi. Pastikan mulut bayi terbuka lebar, mulut
bayi menutupi aerola, dagu menempel pada payudara dan bibir bayi
melengkung. Cara melepaskan isapan bayi yaitu jari kelingking ibu dimasukan
kemulut bayi atau tekan dagu bayi kebawah. Setelah menyusui jangan lupa
sendawakan bayi dengan bayi digendong tegak pada bahu ibu lalu tepuk-tepuk
punggung bayi secara perlahan sampai bayi bersendawa.
2.2.7 Partograf
Partograf adalah alat untuk memantau kemajuan persalinan dan membantu
petugas kesehatan dalam menentukan keputusan dalam penatalaksanaan.
Partograf adalah alat bantu yang di gunakan selama fase aktif persalinan. Tujuan
utama dari penggunaan partograf adalah untuk mencatat hasil observasi dan
kemajuan persalinan dengan menilai serviks melalui pemeriksaan dalam. Dan
mendeteksi apakah proses persalinan berjalan dengan normal. Dengan demikian,
juga dapat melakukan deteksi secara dini setiap kemungkinan terjadinya partus
lama. (Rosyati, 2017)
34
Menurut Rosyati (2017) Partograf harus digunakan :
1. Untuk semua ibu dalam fase aktif kala I persalinan sebagai elmen
penting asuhan persalinan. partograf harus di gunakan, baik ataupun
adanya penyulit.
2. Partograf akan membantu penolong persalinan dalam memantau,
mengevaluasi dan membuat keputusan klinik baik persalinan normal
maupun yang disertai dengan penyulit.
3. Selama persalinan dan kelahiran di semua tempat (rumah,
puskesmas,klinik bidan swasta, rumah sakit,dan lainnya)
4. Secara rutin oleh semua penolong persalinan yang memberikan asuhan
kepada ibu selama pesalinan dan kelahiran (dr. spesialis obstetric
ginekologi, bidan, dokter umum, residen dan mahasiswa kedokteran).
Menurut Rosyati (2017) penggunaan partograf secara rutin akan
memastikan para ibu dan bayinnya mendapatkan asuhan yang aman dan tepat
waktu. Selain itu juga mecegah terjadinya penyulit yang dapat mengancam
keselamatan jiwa mereka. Mencatat temuan pada partograf :
1. Informasi tentang ibu
Lengkapi bagian awal ( atas ) partograf secara teliti pada saat mulai
asuhan persalinan. Waktu kedatangan (tertulis sebagai : “jam” pada
partograf) dan perhatikan kemungkinan ibu datang dalam fase laten
persalinan catat waktu terjadinya pecah ketuban.
2. Kesehatan dan kenyamanan janin
Kolom,lajur dan skala pada partograf adalah untuk pencatatan DJJ, air
ketuban dan penyusupan ( kepala janin ).
1) DJJ : Dengan menggunakan metode seperti yang di urauikan pada
bagian pemeriksaan fisik, nilai dan catat DJJ setiap 30 menit.
Kisaran normal DJJ terpapar pada partograf di antara garis tebal 180.
Tetapi,penolong harus sudah waspada bila DJJ di bawah 120 atau di
atas 160.
2) Warna dan adanya air ketuban : Nilai air ketuban setiap kali di
lakukan pemeriksaan dalam, dan nilai warna air ketuban pecah. Catat
35
temuan – temuan dalam kotak yang sesuai di bawah lajur DJJ.
Gunakan – gunakan lambing berikut ini :
U : ketuban utuh (belum pecah)
J : ketuban sudah pecah dan air ketuban jernih
M : ketuban sudah pecah dan air ketuban bercampur meconium
D : ketuban sudah pecah dan air ketuan bercampur darah
K :ketuban sudah pecah dan tidak ada air ketuban (“kering”)
3) Molase (penyusupan kepala janin) : Penyusupan adalah indicator
penting tentang seberapa jauh kepala bayi dapat menyesuaikan diri
dengan bagian keras panggul ibu. Tulang kepala yang saling
menyusup atau tumpang tindih, menunjujkan kemungkinan adanya
Chepalo Pelvic Disporportion(CPD). Ketidakmampuan akomodasi
akan benar – benar terjadi jika tulang kepala yang saling menyusup
tidak dapat di pisahkan. Apabila ada dugaan disproporsi tulang
panggul, penting sekali untuk tetap memantau kondisi janin dan
kemajuan persalinan. Lakukan tindakan pertolongan awal yang
sesuai dan rujuk ibu tangan tanda – tanda disproporsi tulang panggul
ke fasilitas kesehatan yang memadai. Gunakan lambing lambang
berikut :
0 : tulang – tulang kepala janin terpisah, sutura dengan mudah dapat
di palpasi.
1 : tulang – tulang kepala janin hanya saling bersentuhan.
2 : tulang – tulang kepala janin saling tumpang tindih, tapi masih
dapat di pisahkan.
3 : tulang – tulang kepala janin saling tumpang tindih da tidak dapat
dipisahkan
3. Kemajuan persalinan
Kolom dan lajur kedua pada partograf adalah untuk pencatatan
kemajuan persalinan.
1) Pembukaan serviks : Dengan menggunakan metode yang di jelaskan
di bagian pemeriksaan fisik dalam bab ini, nilai dan catat pembukaan
36
serviks setiap 4 jam (lebih sering di lakukan jika ada tanda – tanda
penyulit). Saat ibu berada dalam fase aktif persalinan, catat pada
partograf hasil temuan dari setiap pemeriksaan. Tanda“X” harus di
tulis digaris waktu yang sesuai dengan jalur besarnya pembukaan
serviks. Beri tanda untuk temuan – temuan dari pemeriksaan dalam
yang di lakukakn pertama kali selama fase aktif persalinan di garis
waspada. Hubungkan tanda “X” dari setiap pemeriksaan dengan
garis utuh (tidak terputus).
2) Penurunan bagian terbawah atau presentasi janin : Dengan
menggunakan metode yang di jelaskan di bagian fisik bab ini. Setiap
kali melakukan pemeriksaan dalam(setiap 4 jam), atau lebih sering
jika ada tanda – tanda penyulit, nilai dan catat turunnya bagian
terbawah atau presentasi janin. Pada persalinan normal, kemajuan
pembukaan serviks umumnya di ikuti dengan turunnya bagian
terbawah/presentasi janin baru terjadi setelah pembukaan serviks
sebesar & cm.
3) Garis waspada dan garis bertindak : Garis waspada di mulai pada
pembukaan serviks 4 jam cm dan berakhir pada titik dimana
pembukaan 1 cm per jam. Pencatatan selama fase aktif persalinan
harus di mulai di garis waspada. Jika pembukaan serviks mengarah
ke sebelah kanan garis waspada. Jika pembukaan serviks mengarah
ke sebelah kanan garis waspada (pembukaan kurang dari 1 cm per
jam), maka harus di pertimbangkan adanya penyulit (misalnya fase
aktif yang memanjang, macet,dll). Pertimbangkan pula adanya
tindakan intervensi yang di perlukan, misalnya persiapan rujukan ke
fasilitaskesehatan rujukan (rumah sakit atau puskesmas) yang
mampu menangani penyulit dan kegawat daruratan obsetetri. Garis
bertindak tertera sejajar dengan garis waspada, dipisahkan oleh 8
kotak atau 4 lajur ke sisi kanan. Jika pembukaan serviks berada di
sebelah kanan bertindak, maka tindakan untuk menyelesaikan
37
persalinan harus dilakukan. Ibu harus tiba di tempat rujukan sebelum
garis bertindak terlampui.
4. Jam dan waktu
1) Waktu mulainya fase aktif persalinan : Di bagian bawah partograf
(pembukaan serviks dan penurunan) tertera kotak- kotak yang di beri
angka 1-16. Setiap kotak menyatakan waktu satu jam sejak
dimulainnya fase aktif persalinan.
2) Waktu aktual saat pemeriksaan dilakukan : Di bawah lajur kotak
untuk waktu misalnya fase aktif, tertera kotak -kotak untuk mencatat
waktu aktual saat pemeriksaan dilakukan. Setiap kotak menyebabkan
satu jam penuh dan berkaitan dengan dua kotak waktu 30 menit pada
lajur kotak di atasnya atau lajur kontraksi di bawahnya. Saat ibu
masukdalam fase aktifpersalinan, catatkan waktu aktual pemeriksaan
ini di kotak waktu yang sesuai.
5. Kontraksi uterus
Di bawah lajur waktu partograf terdapat lima lajur kotak dengan tulisan
“kontraksi per 10 menit” di sebelah luar kolom paling kiri. Setiap kotak
menyatakan satu kontraksi. Setiap 30 menit, raba dan catat jumlah
kontraksi dalam 10 menit dengan mengisi angka pada kotak yang
sesuai.
6. Obat – obatan dan cairan yang di berikan
Di bawah lajur kotak observasi kontraksi uterus tertera lajur kotak
untuk mencatat oksitosin, obat – obat lainnya dan cairan IV.
1) Oksitosin : Jika tetesan (drip) oksitosin sudah di mulai,
dokumentasikan setiap 30 menit jumlah unit oksitosin yang di
berikan per volume cairan IV dan dalam satuan tetesan per menit.
2) Obat – obatan lain dan cairan IV : catat semua pemberian obat –
obatan tambahan dan atau cairan IV dalam kotak yang sesuai dengan
kolom waktunya.
38
7. Kesehatan dan kenyamanan ibu
Bagian terakhir pada lembar depan partograf berkaitan dengan keehatan
dan kenyamanan.
1) Nadi, tekanan darah, dan temperature tubuh : Angka di sebelah kiri
bagian partograf ini berkaitan dengan nadi dan tekanan darah ibu.
Nilai dan catat nadi ibu setiap 30 menit selama fase aktifpersalinan.
Nilai dan catat tekanan darah ibu setiap 4 jam selama fase aktif
persalinan. Nilai dan catat temperature tubuh ibu (lebih sering jika
meningkat, atau di anggap adanya infeksi) setiap 2 jam dan catat
temperature tubuh dalam kotak yang sesuai.
2) Volume urine, protein atau aseton : Ukur dan catat jumlah produksi
urine ibu sedikitnya setiap 2 jam ( setiap kali ibu berkemih).
8. Asuhan, pengamatan dan keputusan klinik lainnya
Catat semua asuhan lain, hasil pengamatan dan keputusan klinik disisi
luar kolom partograf, atau buat catatan terpisah tentang kemajuan
persalinan. Cantumkan juga tanggal dan waktu saat membuat catatan
persalinan. Asuhan, pengamatan dan keputusan klinik mencakup :
1) Jumlah cairan peroral yang di berikan.
2) Keluhan sakit kepala atau penglihatan (pandangan) kabur.
3) Konsultasi dengan penolong persalinan lainnya (dokter obsgyn,
bidan, dokter umum).
4) Persiapan sebelum melakukan rujukan.
5) Upaya rujukan
39
d. Vulva vagina dan sfingter ani membuka
2. Memastikan perlengkapan, bahan, dan obat-obatan esensial siap
digunakan. Mematahkan ampul oksitosin 10 unit dan menempatkan
tabung suntik steril sekali pakai di dalam partus set.
3. Mengenakan baju penutup atau celemek plastik yang bersih.
4. Melepaskan semua perhiasan yang dipakai di bawah siku, mencuci
kedua tangan dengan sabun dan air bersih yang mengalir dan
mengeringkan tangan dengan handuk satu kali pakai/ pribadi yang
bersih.
5. Memakai satu sarung tangan dengan DTT atau steril untuk semua
pemeriksaan dalam.
6. Mengisap oksitosin 10 unit ke dalam tabung suntik (dengan memakai
sarung tangan desinfeksi tingkat tinggi atau steril) dan meletakkan
kembali di partus set/ wadah desinfeksi tingkat tinggi atau steril tanpa
mengkontaminasi tabung suntik).
7. Membersihkan vulva dan perineum, menyekanya dengan hati-hati
dari depan ke belakang dengan menggunakan kapas atau kasa yang
sudah dibasahi air desinfeksi tingkat tinggi. Jika mulut vagina,
perineum, atau anus terkontaminasi oleh kotoran ibu,
membersihkannya dengan seksama dengan cara menyeka dari depan
ke belakang. Membuang kapas atau kasa yang terkontaminasi dalam
wadah yang benar. Mengganti sarung tangan jika terkontaminasi
(meletakkan kedua sarung tangan tersebut dengan benar di dalam
larutan terkontaminasi).
8. Dengan menggunakan teknik aseptik, melakukan pemeriksaan dalam
untuk memastikan bahwa pembukkan serviks sudah lengkap. Bila
selaput ketuban belum pecah, sedangkan pembukaan sudah lengkap,
lakukan amniotomi.
9. Mendekontaminasi sarung tangan dengan cara mencelupkan tangan
yang masih memakai sarung tangan yang kotor ke dalam larutan
klorin 0,5% dan kemudian melepaskannya dalam keadaan terbalik
40
serta merendamnya di dalam larutan klorin 0,5% selama 10 menit.
Mencuci kedua tangan.
10. Memeriksa Denyut Jantung Janin (DJJ) setelah kontraksi berakhir
untuk memastikan bahwa DJJ dalam batas normal (120-160 x/ menit).
11. Memberitahu ibu pembukaan sudah lengkap dan keadaan janin baik.
Membantu ibu berada dalam posisi yang nyaman sesuai dengan
keinginannya.
1) Menunggu hingga ibu mempunyai keinginan untuk meneran.
Melanjutkan pemantauan kesehatan dan kenyamanan ibu serta
janin sesuai dengan pedoman persalinan aktif dan
dekontaminasikan temuan-temuan.
2) Menjelaskan kepada anggota keluarga bagaimana mereka dapat
mendukung dan memberi semangat kepada ibu saat ibu mulai
meneran.
12. Meminta bantuan keluarga untuk menyiapkan posisi ibu untuk
meneran.
13. Melakukan pimpinan meneran saat ibu mempunyai dorongan yang
kuat untuk meneran.
1) Membimbing ibu untuk meneran saat ibu mempunyai keinginan
untuk meneran.
2) Mendukung dan memberi semangat atas usaha ibu untuk
meneran.
3) Membantu ibu mengambil posisi yang nyaman sesuai dengan
pilihannya.
4) Menganjurkan ibu untuk beristirahat di antara kontraksi.
5) Menganjurkan keluarga untuk mendukung dan memberi semangat
pada ibu.
6) Menilai DJJ setiap 5 menit.
7) Jika bayi belum lahir atau kelahiran bayi belum akan terjadi
segera dalam waktu 120 menit (2 jam) meneran untuk ibu
41
primipara atau 60 menit (1 jam) untuk ibu multipara, merujuk
segera. Jika ibu tidak mempunyai keinginan untuk meneran.
8) Menganjurkan ibu untuk berjalan, berjongkok, atau mengambil
posisi yang aman. Jika ibu belum ingin meneran dalam 60 menit,
anjurkan ibu untuk mulai meneran pada puncak kontraksi-
kontraksi tersebut dan beristirahat di antara kontraksi.
9) Jika bayi belum lahir atau kelahiran atau kelahiran bayi belum
akan terjadi segera setelah 60 menit meneran, merujuk ibu dengan
segera.
14. Jika kepala bayi telah membuka vulva dengan diameter 5-6 cm,
letakkan handuk bersih di atas perut ibu untuk mengeringkan bayi.
15. Meletakkan kain yang bersih yang dilipat 1/3 bagian, di bawah
bokong ibu.
16. Membuka partus set.
17. Memakai sarung tangan DTT atau steril pada kedua tangan.
18. Saat kepala bayi membuka vulva dengan diameter 5-6 cm, lindungi
perineum dengan satu tangan yang dilapisi kain tadi, letakkan tangan
yang lain di kepala bayi dan lakukan tekanan yang lembut dan tidak
menghambat pada kepala bayi, membiarkan kepala keluar perlahan-
lahan. Menganjurkan ibu untuk meneran perlahan-lahan atau bernapas
cepat saat kepala lahir.
19. Dengan lembut menyeka muka, mulut, dan hidung bayi dengan kain
atau kasa yang bersih.
20. Memeriksa lilitan tali pusat dan mengambil tindakan yang sesuai jika
hal itu terjadi, kemudian meneruskan segera proses kelahiran bayi.
a. Jika tali pusat melilit leher janin dengan longgar, lepaskan lewat
bagian atas kepala bayi.
b. Jika tali pusat melilit leher bayi dengan erat, mengklemnya di dua
tempat dan memotongnya.
21. Menunggu hingga kepala bayi melakukan putaran paksi luarsacara
spontan.
42
22. Setelah kepala melakukan putaran paksi luar, tempatkan kedua tangan
di masing-masing sisi muka bayi. Menganjurkan ibu untuk meneran
saat kontraksi berikutnya. Dengan lembut menariknya ke arah bawah
dan ke arah luar hingga bahu anterior muncul di bawah arcus pubis
dan kemudian dengan lembut menarik ke arah atas dan ke arah luar
untuk melahirkan bahu posterior.
23. Setelah kedua bahu dilahirkan, menelusurkan tangan mulai dari kepala
bayi yang berada di bagian bawah ke arah perineum, membiarkan
bahu dan lengan posterior lahir ke tangan tersebut. Mengendalikan
kelahiran siku dan tangan bayi saat melewati perineum, gunakan
lengan bagian bawah untuk menyangga tubuh bayi saat dilahirkan.
Menggunakan tangan anterior untuk mengendalikan siku dan tangan
anterior bayi saat keduanya lahir.
24. Setelah tubuh dari lengan lahir, menelusurkan tangan yang ada di atas
(anterior) dari punggung ke arah kaki bayi dengan hati-hati membantu
kelahiran kaki.
25. Menilai bayi dengan cepat (dalam 30 detik), kemudian meletakkan
bayi di atas perut ibu dengan posisi kepala bayi sedikit lebih rendah
dari tubuhnya (bila tali pusat terlalu pendek, meletakkan bayi di
tempat yang memungkinkan). Bila bayi mengalami asfiksia, lakukan
resusitasi.
26. Segera membungkus kepala dan badan bayi dengan handuk dan
biarkan kontak kulit ibu-bayi. Lakukan penyuntikkan oksitosin/im.
27. Menjepit tali pusat menggunakan klem kira-kira 3 cm dari pusat bayi.
Melakukan urutan pada tali pusat mulai dari klem ke arah ibu dan
memasang klem kedua 2 cm dari klem pertama.
28. Memegang tali pusat dengan satu tangan, melindungi bayi dari
gunting dan memotong tali pusat di antara kedua klem tersebut.
29. Mengeringkan bayi, mengganti handuk yang basah dan menyelimuti
bayi dengan kain atau selimut yang bersih dan kering, menutupi
43
bagian kepala, membiarkan tali pusat terbuka. Jika bayi mengalami
kesulitan bernapas, ambil tindakan yang sesuai.
30. Memberikan bayi kepada ibunya dan menganjurkan ibu untuk
memeluk bayinya dengan memulai memberikan ASI jika ibu
menghendakinya.
31. Meletakkan kain yang bersih dan kering. Melakukan palpasi abdomen
untuk menghilangkan kemungkinan adanya bayi kedua.
32. Memberitahu kepada ibu bahwa ia akan disuntik.
33. Dalam waktu 2 menit setelah kelahiran bayi, berikan suntikan
oksitosin 10 unit/ im di gluteusatau 1/3 atas paha kanan ibu bagian
luar, setelah mengaspirasinya terlebih dahulu.
34. Memindahkan klem pada tali pusat.
35. Meletakkan satu tangan di atas kain yang ada di perut ibu, tepat di atas
tulang pubis, dan menggunakan tangan ini untuk melakukan palpasi
kontraksi dan menstabilkan uterus. Memegang tali pusat dan klem
dengan tangan yang lain.
36. Menunggu uterus berkontraksi dan kemudian melakukan penegangan
ke arah bawah pada tali pusat dengan lembut. Lakukan tekanan yang
berlawanan arah pada bagian bawah uterus dengan cara menekan
uterus ke atas dan belakang (dorsokranial) dengan hati-hati untuk
membantu mencegah terjadinya inversion uteri. Jika plasenta tidak
lahir setelah 30-40 detik, hentikan penegangan tali pusat dan
menunggu hingga kontraksi berikut mulai. Jika uterus tidak
berkontraksi, meminta ibu atau seorang anggota keluarga untuk
melakukan rangsangan puting susu.
37. Setelah plasenta terlepas, meminta ibu untuk meneran sambil menarik
tali pusat ke arah bawah dan kemudian ke arah atas, mengikuti kurva
jalan lahir sambil meneruskan tekanan berlawanan arah pada uterus.
a) Jika tali pusat bertambah panjang, pindahkan klem hingga
berjarak sekitar 5-10 cm dari vulva.
44
b) Jika plasentanya tidak lepas setelah melakukan penegangan tali
pusat selama 15 menit: Mengulangi pemberian oksitosin 10 unit/
im, menilai kandung kemih dan dilakukan kateterisasi kandung
kemih dengan menggunakan teknik aseptik jika perlu, meminta
keluarga untuk menyiapkan rujukan, mengulangi penegangan tali
pusat selama 15 menit berikutnya, merujuk ibu jika plasenta tidak
lahir dalam waktu 30 menit sejak kelahiran bayi.
38. Jika plasenta terlihat di introitus vagina, melanjutkan kelahiran
plasenta dengan menggunakan kedua tangan. Memegang plasenta
dengan dua tangan dan dengan hati-hati memutar plasenta hingga
selaput ketuban terpilin. Dengan lembut perlahan melahirkan selaput
ketuban tersebut.
39. Segera setelah plasenta dan selaput ketuban lahir, lakukan masase
uterus, meletakkan telapak tangan di fundus dan melakukan masase
dengan gerakan melingkar dengan lembut hingga uterus berkontraksi.
40. Memeriksa kedua sisi plasenta baik yang menempel ke ibu maupun
janin dan selaput ketuban untuk memastikan bahwa plasenta dan
selaput ketuban lengkap dan utuh. Meletakkan plasenta di dalam
kantung plastik atau tempat khusus.
41. Mengevaluasi adanya laserasi pada vagina dan perineum dan segera
menjahit laserasi yang mengalami perdarahan aktif.
42. Menilai ulang uterus dan memastikannya berkontraksi dengan baik.
43. Mencelupkan kedua tangan yang memakai sarung tangan ke larutan
klorin 0,5% membilas kedua tangan yang masih bersarung tangan
tersebut dengan air desinfeksi tingkat tinggi dan mengeringkan dengan
kain yang bersih dan kering.
44. Menempatkan klem tali pusat DTT atau steril atau mengikatkan tali
DTT dengan simpul mati sekeliling tali pusat sekitar 1 cm dari pusat.
45. Mengikatkan satu lagi simpul mati di bagian pusat yang
bersebarangan dengan simpul mati yang pertama.
45
46. Melepaskan klem bedah dan meletakkannya ke dalam larutan klorin
0,5%.
47. Menyelimutikan kembali bayi dengan menutupi bagian kepalanya.
Memastikan handuk atau kainnya bersih dan kering.
48. Menganjurkan ibu untuk memulai pemberian ASI.
49. Melanjutkan pemantauan kontraksi uterus dan perdarahan
pervaginam.
a. 2-3 kali dalam 15 menit pertama pasca persalinan
b. Setiap 15 menit pada 1 jam pertama pasca persalinan
c. Setiap 20-30 menit pada jam kedua pasca persalinan
d. Jika uterus tidak berkontraksi dengan baik, laksanakan perawatan
yang sesuai untuk menatalaksana atonia uteri
e. Jika ditemukan laserasi yang memerlukan penjahitan, lakukan
penjahitan dengan anestesi lokal dan menggunakan teknik yang
sesuai
50. Mengajarkan pada ibu/ keluarga bagaimana melakukan masase uterus
dan memeriksa kontraksi uterus.
51. Mengevaluasi kehilangan darah
52. Memeriksa tekanan darah, nadi dan keadaan kandung kemih setiap 15
menit selama 1 jam pertama pasca persalinan dan setiap 30 menit
selama jam kedua pasca persalinan, memeriksa temperatur tubuh ibu
sekali setiap jam selama 2 jam pertama persalinan, melakukan
tindakan yang sesuai untuk temuan yang tidak normal.
53. Menempatkan semua peralatan di dalam larutan klorin 0,5% untuk
dekontaminasi selama 10 menit. Mencuci dan membilas peralatan
setelah dekontaminasi.
54. Membuang bahan-bahan yang terkontaminasi ke dalam tempat
sampah yang sesuai.
55. Membersihkan ibu dengan menggunakan air DTT. Membersihkan
cairan ketuban, lendir dan darah. Membantu ibu memakai pakaian
yang bersih dan kering.
46
56. Memastikan bahwa ibu nyaman, membantu ibu memberikan ASI,
menganjurkan kelurga untuk memberikan ibu minuman dan makanan
yang diinginkan.
57. Mendekontaminasi daerah yang digunakan untuk melahirkan dengan
larutan klorin 0,5% dan membilas dengan air bersih.
58. Mencelupkan sarung tangan kotor ke dalam larutan klorin 0,5%,
membalikkan bagian dalam ke luardan merendamnya dalam larutan
klorin 0,5% selama 10 menit.
59. Mencuci kedua tangan dengan sabun dan air mengalir.
60. Melengkapi partograf.
2.3 Nifas
2.3.1 Definisi Nifas
Masa nifas adalah suatu periode dalam minggu-minggu pertama setelah
kelahiran. Lamanya "periode" ini tidak pasti, sebagian bear menganggapnya
antara 4 sampai 6 minggu. Walaupun merupakan masa yang relatif tidak
kompleks dibandingkan dengan kehamilan, nifas ditandai oleh banyak
perubahan fisiologis. Beberapa dari perubahan tersebut mungkin hanya sedikit
mengganggu ibu baru, walaupun komplikasi serius juga dapat terjadi.
(Cunningham, 2014)
Masa nifas adalah masa setelah lahirnya plasenta hingga organ reproduksi
khususnya alat alat kandungan kembali pulih seperti keadaa sebelum hamil.
Masa nifas atau disebut perperium simulai sejak jam setelah lahirnya olasenta
sampai dengan 6 minggu hari setelah itu. Bila diartikan dalam bahsa lati,
puerperium yaitu waktu mulai tertetntu setelah melahirkan anak ini disebut puer
yang artinya bayi dan parous melahhirkan. Sehingga diartikan sebagai “setelah
melahirkan bayi”. (Wahyuningsih, 2018)
Postpartum adalah masa setlah melahirkan hingga pulihnya rahim dan
organ kewanitaan yag umumnya di iringi dengan keluarnya darah nifas.lamanya
periode postpartum yaitu sekitar 6- minggu. Selain terjadinya perubahan
47
perubahan tubuh, pada periode postpartum juga akan mengakibatkan terjadinya
perubahan kondisi psikologis (Hernawati & Lia, 2017)
48
7. Memberikan asuhan kebidanan nifas dan menyusui secara etis
profesional.
Menurut Sukma (2017), asuhan postpartum merupakan upaya kolaboratif
antara orangtua, keluarga, pemberi asuhan yang sudah terlatih atau tradisional,
profesi kesehatan dan lainnya, termasuk masyarakat, pembuat kebijakan,
perencana kesehatan dan administrator. Peran dan tanggung jawab bidan dalam
masa nifas adalah:
1. Menjaga kesehatan ibu dan bayinya baik fisik maupun psikologi
2. Melaksanakan skrining yg komprehensif, mendeteksi masalah,
mengobati atau merujuk bila terjadi komplikasi pada ibu maupun
bayinya.
3. Memberikan pendidikan kesehatan tentang perawatan kesehatan diri,
nutrisi, keluarga berencana, menyusui, pemberian imunisasi kepada
bayinya dan perawatan bayi sehat.
4. Memberikan pelayanan KB
49
setidaknya 4 kali, yaitu:
1) 6-8 jam setelah persalinan (sebelum pulang)
2) 6 hari setelah persalinan
3) 2 minggu setelah persalinan
4) 6 minggu setelah persalinan
2. Periksa tekanan darah, perdarahan pervaginam, kondisi perineum,
tanda infeksi, kontraksi uterus, tinggi fundus, dan temperatur secara
rutin.
3. Nilai fungsi berkemih, fungsi cerna, penyembuhan luka, sakit kepala,
rasa lelah dan nyeri punggung.
4. Tanyakan ibu mengenai suasana emosinya, bagaimana dukungan yang
didapatkannya dari keluarga, pasangan, dan masyarakat untuk
perawatan bayinya.
5. Tatalaksana atau rujuk ibu bila ditemukan masalah.
6. Lengkapi vaksinasi tetanus toksoid bila diperlukan.
7. Minta ibu segera menghubungi tenaga kesehatan bila ibu menemukan
salah satu tanda berikut:
1) Perdarahan berlebihan
2) Sekret vagina berbau
3) Demam
4) Nyeri perut berat
5) Kelelahan atau sesak nafas
6) Bengkak di tangan, wajah, tungkai atau sakit kepala atau
pandangan kabur.
7) Nyeri payudara, pembengkakan payudara, luka atau perdarahan
putting
8. Berikan informasi tentang perlunya melakukan hal-hal berikut.
1) Kebersihan diri
a. Membersihkan daerah vulva dari depan ke belakang setelah
buang air kecil atau besar dengan sabun dan air.
50
b. Mengganti pembalut minimal dua kali sehari, atau sewaktu-
waktu terasa basah atau kotor dan tidak nyaman.
c. Mencuci tangan dengan sabun dan air sebelum dan sesudah
membersihkan daerah kelamin.
d. Menghindari menyentuh daerah luka episiotomi atau laserasi.
2) Istirahat
a. Beristirahat yang cukup, mengatur waktu istirahat pada saat
bayi tidur, karena terdapat kemungkinan ibu harus sering
terbangun pada malam hari karena menyusui.
b. Kembali melakukan rutinitas rumah tangga secara bertahap.
3) Latihan (exercise)
a. Menjelaskan pentingnya otot perut dan panggul.
b. Mengajarkan latihan untuk otot perut dan panggul: Menarik
otot perut bagian bawah selagi menarik napas dalam posisi
tidur terlentang dengan lengan disamping, tahan napas
sampai hitungan 5,angkat dagu ke dada, ulangi sebanyak 10
kali. Kemudian berdiri dengan kedua tungkai dirapatkan.
Tahan dan kencangkan otot pantat, pinggul sampai hitungan
5, ulangi sebanyak 5 kali.
4) Gizi
a. Mengkonsumsi tambahan 500 kalori/hari
b. Diet seimbang (cukup protein, mineral dan vitamin)
c. Minum minimal 3 liter/hari
5) Menyusui dan merawat payudara
a. Jelaskan kepada ibu mengenai cara menyusui dan merawat
payudara.
b. Jelaskan kepada ibu mengenai pentingnya ASI eksklusif.
c. Jelaskan kepada ibu mengenai tanda-tanda kecukupan ASI
dan tentang manajemen laktasi.
51
6) Senggama
1) Senggama aman dilakukan setelah darah tidak keluar dan ibu
tidak merasa nyeri ketika memasukkan jari ke dalam vagina.
2) Keputusan tentang senggama bergantung pada pasangan yang
bersangkutan.
7) Kontrasepsi dan KB
Jelaskan kepada ibu mengenai pentingnya kontrasepsi dan keluarga
berencana setelah bersalin.
Asuhan yang diberikan oleh tenaga kesehatan sewaktu melakukan
kunjungan nifas memiliki tujuan yang berbeda :
1. Kunjungan I (6-8 jam setelah persalinan)
1) Mencegah perdarahan masa nifas.
2) Mendeteksi dan merawat penyebab perdarahan, rujuk bila
perdarahan berlanjut.
3) Pemberian ASI awal, 1 jam setelah Inisiasi Menyusu Dini (IMD)
berhasil dilakukan.
4) Melakukan hubungan antara ibu dan bayi.
5) Menjaga bayi tetap sehat dengan cara mencegah hipotermia.
2. Kunjungan II (6 hari setelah persalinan)
1) Memastikan involusi uteri berjalan normal, uterus berkontraksi
fundus dibawah umbilicus, tidak ada perdarahan abnormal dan
tidak ada bau menyengat.
2) Menilai adanya tanda demam, infeksi atau perdarahan abnormal.
3) Memastikan ibu menyusui dengan baik dan tidak ada tanda-tanda
penyulit dalam menyusui.
4) Memberikan konseling pada ibu mengenai asuhan pada bayi yaitu
perawatan tali pusat, menjaga bayi agar tetap hangat dan merawat
bayi sehari-hari.
52
3. Kunjungan III (2 minggu setelah persalinan)
1) Memastikan involusi uteri berjalan normal, uterus berkontraksi
fundus dibawah umbilicus, tidak ada perdarahan abnormal dan tidak
ada bau menyengat.
2) Menilai adanya tanda demam, infeksi atau perdarahan abnormal.
3) Memastikan ibu mendapatkan cukup makanan, cairan dan istirahat.
4) Memastikan ibu menyusui dengan baik dan tidak ada tanda-tanda
penyulit dalam menyusui.
5) Memberikan konseling pada ibu mengenai asuhan pada bayi yaitu
perawatan tali pusat, menjaga bayi agar tetap hangat dan merawat
bayi sehari-hari.
4. Kunjungan IV (6 minggu setelah persalinan)
1) Menanyakan pada ibu tentang keluhan dan penyulit yang
dialaminya.
2) Memberikan konseling untuk menggunakan KB secara
53
yaitu 100 g atau kurang. Jumlah sel otot mungkin tidak berkurang
cukup besar.
3. Lokia
Pada awal masa nifas, peluruhan jaringan desidua menyebabkan
timbulnya duh vagina dalam jumlah yang beragam. Duh tersebut
dinamakan lokia dan terdiri dari eritrosit, potongan jaringan desidua,
sel epitel, dan bakteri. Pada beberapa hari pertaina setelah pelahiran,
lokia tersebut berwarna merah karena adanya darah dalam jumlah
yang cukup banyak-lokia rubra. Setelah 3 atau + hari, lokia menjadi
semakin pucat lokia serosa. Setelah kira-kira pada hari ke-10, karena
campuran lcukosit dan penurunan kandungan cairan, lokia berwarna
putih atau putih kekuningan-lokia alba. Lokia bertahan selama 4
sampai 8 minggu setelah pelahiran.
4. Saluran Kemih
Pascapartum, kandung kemih mengalami peningkatan kapasitas dan
relatif tidak sensitif terhadap tekanan intravesika. Jadi, overdistensi,
pengosongan yang tidak sempurna, dan residu urin yang berlebihan
biasa terjadi.
5. Peritoneum dan Dining Abdomen
Ligamentum latum dan rotundum- memerlukan waktu yang cukup
lama untuk pulih dari peregangan dan pelonggaran yang terjadi
selama kehamilan. Sebagai akibat dari rupture serat elastik pada kulit
dan distensi lama karena uterus hamil, maka dining abdomen tetap
lunak dan flaksid. Beberapa minggu dibutuhkan oleh struktur-struktur
tersebut untuk kembali menjadi normal. Pemulihan dibantu oleh
latihan. Kecuali untuk stria putih, dining abdomen biasanya kembali
ke penampilan sebelum hamil.
6. Perubahan Komposisi Darah dan Cairan
Volume darah hampir kembali kc kcadaan sebelum hamil 1 minggu
setelal persalinan. Curah jantung biasanya tetap naik dalam 24 sampai
48 jam pascapartum dan menurun ke nilai sebelum hamil dalam 10
54
hari. Frekuensi jantung berubah mengikuti pola ini. Nilainya tetap di
kisaran terendah nilai pada masa kehamilan selama 2 hari pascapartum
dan kemudian mulai terus meningkat ke nilai normal sebelum hamil.
Perubahan faktor pembekuan darah yang disebabkan kchamilan
menetap dalam jangka waktu yang bervariasi selama nifas.
Peningkatan fibrinogen plasma dipertahankan minimal melewati
minggu pertama, demikian juga dengan laju endap darah.
7. Penurunan Berat Badan
Di samping kehilangan berat badan 5 sampai 6 kg karena pengeluaran
bayi dan kchilangan darah normal, biasanya terdapat penurunan lebih
lanjut 2 sampai 3 kg melalui diuresis.
Selain perubahan fisiologi, ibu mengalami perubahan psikologi pada masa
nifas. Menurut Aritonang (2021) , perubahan psikologis pada masa nifas adalah
sebagi berikut :
1) Perubahan Peran
Terjadinya perubahan peran, yaitu menjadi orang tua setelah kelahiran
anak. Sebenarnya suami dan istri sudah mengalami perubahan peran
mereka sejak masa kehamilan. Perubahan peran ini semakin meningkat
setelah kelahiran anak. Selanjutnya, dalam periode postpartum atau masa
nifas muncul tugas dan tanggung jawab baru, disertai dengan perubahan-
perubahan perilaku. Perubahan tingkah laku iniakan terus berekembang
dan selalu mengalami perubahan sejalan dengan perkembangan waktu
cenderung mengikuti suatu arah yang bisa diramalkan.
2) Peran Menjadi Orang Tua Setelah Melahirkan
Selama periode postpartum, tugas dan tanggung jawab baru muncul dan
kebiasaan lama perlu diubah atau ditambah dengan yang baru. Ibu dan
ayah, orang tua harus mengenali hubunga mereka dengan bayinya. Bayi
perlu perlindungan, perawatan dan sosialisasi. Periode ini ditandai oleh
masa pembelajaran yang intensif dan tuntutan untuk mengasuh. Lama
periode ini bervariasi, tetapi biasanya berlangsung selama kira kira 4
minggu.
55
3) Tugas dan Tanggung Jawab Orang Tua
Tugas pertama orangtua adalah mencoba menerima keadaan bila anak
yang dilahirkan tidak sesuai dengan yang diharapkan. Karena dampak dari
kekecewaan ini dapat mempengaruhi proses pengasuhan anak. Orangtua
perlu memiliki keterampilan dalam merawat bayi mereka, yang meliputi
kegiatan kegiatan pengasuhan, mengamati tanda-tanda komunikasi yang
diberikan bayi untuk memenuhi kebutuhannya serta bereaksi secara cepat
dan tepat terhadap tanda-tanda tersebut.
56
2. Gunakan BH/bra yang menyangga payudara dan jangan terlalu ketat
3. Bersihkan payudara dan puting susu dengan air bersih tanpa
menggunakan sabun
4. Bersihkan puting susu dengan menggunakan kapas dan minyak kelapa
sebelum mandi, hal ini bisa dilakukan sejak masa kehamilan
5. Bersihkan payudara sebelum dan sesudah menyusui dengan
menggunakan kapas dan air hangat
6. Oleskan ASI pada sekitar puting susu sebelum dan setelah menyusui
untuk melindungi bayi dari kuman
Untuk mencegah masalah-masalah yang mungkin timbul pada ibu
menyusui, menurut Sulfiyanti (2019), sebaiknya perawatan payudara dilakukan
secara rutin. Seperti dikemukakan bahwa salah satu usaha untuk memperbanyak
ASI adalah dengan member perawatan khusus, yaitu dengan pemberian
rangsangan pada otot-otot payudara. Perawatan payudara untuk memperbanyak
ASI ada dua cara, yang dapat dilakukan bersamarn. Cara tersebut ialah
pengurutan dan penyiraman payudara Pengurutan tau masase dilakukan untuk
memberikan rangsangan pada kelenjar air susu ibu untuk memproduksi air susu
ibu., Pengurutan ini dilakukan pada pagi dan sore, sebaiknya sebelum mandi,
dan diteruskan dengan penyiraman yang dilakukan bersamaan ketika mandi.
Alat-alat yang diperlukan untuk pengurutan dan penyiraman payudara:
1. Pelumas kulit, biasanya digunakan minyak kelapa, bedak /als, sabun
dapat dipilih yang disukai olch ibu.
2. Handuk kecil/ washp/kain yang bersih, lembut, cukup tebal, dan mudah
menyerapair, sebanyak dua lembar untuk menggosok payudara sesudah
diurut.
3. Handuk besar dua lembar, yang satu lembar untuk menutup punggung
dan satu lembar lagi untuk mengeringkan yang dapat dipakai juga untuk
mandi.
4. Kom besar dun bunh untuk menampung air panas dan dingin.
5. Bra bersih yang sesuai dengan ukuran payudara ibu dan perlengkapan
pakaian lainnya.
57
Cara mengerjakan: alat-alat disediakan di dekat ibu. Cuci tangan dan
lakukan pengurutan lebih dulu. Caranya:
1. Kedua telapak tangan diberi bedak (al atau dibasuh dengan minyak.
2. Payudara kiri diurut dengan tangan kiri dan yang kanan diurut dengan
tangan kanan (bila yang mengerjakan ibu sendiri). Bila dikerjakan bidan
atau perawat, payudara kiri diurut dengan tangan kanan, dan yang
kanan dengan tangan kiri
3. Pengurutan dari arah tengah memutar ke samping. lalu kebawah, dan
kerjakan bèrulang selama 10--15 menit-
4. Baginn samping payudara diurut dari pangkal ke arah putting 10-15
kali.
5. Pengurutan bagian bawah payudara ke arah puting 15-20 kali
Setelah pengurutan, teruskan dengan penyiraman.
1. Pasien duduk atau berdiri, pakaian bagian atas dibuka, punggung
ditutup dengan handuk.
2. Kom air panas dan dingin disediakan, sebaiknya di kamar mandi.
3. Pertama, siram payudara dengan air hangat.
4. Penyiraman dilakukan dengan cepat sampa; kurang lebih 10 kali
bergantian antara air dingin dan air hangat, sampai air hangat turun
suhunya.
5. Penyiraman atau pengguyuran terakhir ialah dengan air hangat.
Untuk menjaga keseimbangan besarnya kedun payudara, sebaiknya setiap
kali menyusui gunakan kedua payudara secara bergantian. Usahakan sampai
payudara terasa kosong agar produksi ASI tetap baik Setiap menyusui dimuli
dengan payudam yang terakhir disusukan. Selama masa menyusui, sebaiknya
ibu menggunakan bra yang dapat menyangga payudara dan tidak terlalu ketat
58
2.3.6 Tanda Bahaya Masa Nifas
Menurut (Wahyuningsih, 2018), tanda-tanda bahaya masa nifas, yaitu :
1. Perdarahan hebat atau peningkatan perdarahan secara tiba tiba
(melebihi haid biasa atau jika perdarahan tersebut membasahi lebih dari
pembalut dalam waktu setengah jam)
1) Perdarahan postpartum primer (Early Postpartum Hemorrhage)
adalah perdarahan lebih dari 500-600 ml dalam masa 24 jam setelah
anak lahir. Penyebab utama adalah atonia uteri, retensio placenta,
sisa placenta dan robekan jalan lahir. Terbanyak dalam 2 jam
pertama
2) Perdarahan postpartum sekunder (Late Postpartum Hemorrhage)
adalah perdarahan yang terjadi setelah 24 jam postpartum hingga
masa nifas selesai. Perdarahan postpartum sekunder yang terjadi
setelah 24 jam, biasanya terjadi antara hari ke 5 sampai 15
postpartum. Penyebab utama adalah robekan jalan lahir dan sisa
placenta
2. Pengeluaran cairan vaginal dengan bau busuk yang menyengat
Lochea adalah cairan yang dikeluarkan uterus melalui vagina dalam
masa nifas sifat lochea alkalis, jumlah lebih banyak dari pengeluaran
darah dan lendir waktu menstruasi dan berbau anyir (cairan ini berasal
dari bekas melekatnya atau implantasi placenta). Lochea dibagi dalam
beberapa jenis, antara lain sebagai berikut:
1) Lochea rubra (cruenta): berisi darah segar dan sisa-sisa selaput
ketuban, sel-sel desidua, verniks kaseosa, lanugo, dan mekoneum,
selama 2 hari pasca persalinan.
2) Lochea sanguinolenta: berwarna merah kuning berisi darah dan
lendir hari ke 3-7 pasca persalinan.
3) Lochea serosa: berwarna kuning, cairan tidak berdarah lagi, pada
hari ke 7-14 pasca persalinan.
4) Lochea alba: cairan putih, setelah 2 minggu.
59
5) Lochea purulenta: terjadi infeksi, keluar cairan seperti nanah
berbau busuk.
6) Lochiostasis: lochea tidak lancar keluarnya.
3. Rasa nyeri di perut bagian bawah atau punggung
Tanda-tanda nyeri perut dan pelvis dapat merupakan tanda dan gejala
komplikasi nifas seperti Peritonitis. Peritonitis adalah peradangan pada
peritonium, peritonitis umum dapat menyebabkan kematian 33% dari
seluruh kematian karena infeksi
4. Sub involusi uterus
Involusi adalah keadaan uterus mengecil oleh kontraksi rahim dimana
berat rahim dari 1000 gram saat setelah bersalin, menjadi 40-60 mg
pada 6 minggu kemudian. Bila pengecilan ini kurang baik atau
terganggu di sebut sub involusi. Faktor penyebab sub involusi, antara
lain: sisa plasenta dalam uterus, endometritis, adanya mioma uteri. Pada
keadaan sub involusi, pemeriksaan bimanual di temukan uterus lebih
besar dan lebih lembek dari seharusnya, fundus masih tinggi, lochea
banyak dan berbau, dan tidak jarang terdapat pula perdarahan
5. Pembengkakan pada wajah dan tangan, demam, mutah, rasa sakit
sewaktu buang air seni, atau merasa tidak enak badan
Pada masa nifas awal sensitifitas kandung kemih terhadap tegangan air
kemih di dalam vesika sering menurun akibat trauma persalinan serta
analgesia epidural atau spinal. Sensasi peregangan kandung kemih juga
mungkin berkurang akibat rasa tidak nyaman, yang ditimbulkan oleh
episiotomi yang lebar, laserasi, hematom dinding vagina
6. Payudara yang berwarna kemerahan, panas dan atau sakit
Keadaan ini dapat disebabkan oleh payudara yang tidak disusu secara
adekuat, putting susu yang lecet, BH yang terlalu ketat, ibu dengan diet
yang kurang baik, kurang istirahat, serta anemia. Keadaan ini juga dapat
merupakan tanda dan gejala adanya komplikasi dan penyulit pada
proses laktasi, misalnya pembengkakan payudara, bendungan ASI,
mastitis dan abses payudara
60
7. Kehilangan selera makan untuk waktu yang berkepajangan
Kelelahan yang amat berat setelah persalinan dapat mempengaruhi
nafsu makan,sehingga terkadang ibu tidak ingin makan sampai
kelelahan itu hilang. Hendaknya setelah bersalin berikan ibu minuman
hangat, susu, kopi atau teh yang bergula untuk mengembalikan tenaga
yang hilang. Berikanlah makanan yang sifatnya ringan, karena alat
pencernaan perlu proses guna memulihkan keadaanya kembali pada
masa postpartum.
8. Rasa sakit, warna merah, kelembutan atau pembengkakan pada kaki
Selama masa nifas dapat terbentuk thrombus sementara pada vena-vena
di pelvis maupun tungkai yang mengalami dilatasi. Keadaan ini secara
klinis dapat menyebabkan peradangan pada vena-vena pelvis maupun
tungkai yang disebut tromboplebitis pelvica (pada panggul) dan
tromboplebitis femoralis (pada tungkai).
9. Pusing dan lemas berlebihan, sakit kepala, nyeriepigastric, atau terdapat
masalah/gangguan penglihatan
Pusing merupakan tanda-tanda bahaya pada nifas. Pusing bisa
disebabkan oleh tekanan darah tinggi (Sistol ≥140 mmHg dan distolnya
≥90 mmHg). Pusing yang berlebihan juga perlu diwaspadai adanya
keadaan preeklampsi/eklampsi postpartum, atau keadaan hipertensi
esensial. Pusing dan lemas yang berlebihan dapat juga disebabkan oleh
anemia bila kadar haemoglobin <10 gr%. Lemas yang berlebihan juga
merupakan tanda-tanda bahaya, dimana keadaan lemas dapat
disebabkan oleh kurangnya istirahat dan kurangnya asupan kalori
sehingga ibu kelihatan pucat, tekanan darah rendah.
61
maturasi, adaptasi dan toleransi. Empat aspek transisi pada bayi baru lahir yang
paling dramatik dan cepat berlangsung adalah pada sisem pernafasan, sirkulasi,
kemampuan menghasilkan glukosa. (Jamil, 2017)
Bayi baru lahir atau neonatus adalah masa kehidupan neonatus
pertama di luar rahim sampai dengan usia 28 hari dimana terjadi perubahan
yang sangat besar dari kehidupan di dalam rahim menjadi di luar rahim.
Pada masa ini terjadi pematangan organ hampir di semua sistem
(Cunningham, 2012).
Bayi baru lahir normal adalah bayi yang lahir dengan umur kehamilan 37
minggu sampai 42 minggu dan berat lahir 2500 gram sampai 4000 gram
(Manuaba, 2014).
62
3. Syok (pucat, dingin saat disentuh, frekuensi jantung lebih dari 180 kali
per menit, sangat letargi atau tidak sadar)
63
1) Apakah menangis kuat dan/atau bernafas tanpa kesulitan?
2) Apakah bergerak dengan aktif atau lemas? jika bayi tidak bernafas
atau megap-megap atau lemah maka segera lakukan resusitasi bayi
baru lahir.
Nilai APGAR
Tanda Nilai : 0 Nilai : 1 Nilai : 2
Appearance Pucat/Biru Tubuh merah, Seluruh tubuh
(Warna Kulit) seluruh badan eksternitas biru kemerahan
Pulse Tidak Ada <100 >100
(Denyut
Jantung)
Grimace Tidak ada Eksternitas Gerakan aktif
(Tonus Otot) sedikit fleksi
Activity Tidak ada Sedikit gerak Langsung
(Aktifitas) menangis
Respiration Tidak ada Lemah/ tidak Menangis
(Pernafasan) teratur
64
3. Simetris, apakah secara keseluruhan badan seimbang; kepala: apakah
terlihat simetris, benjolan seperti tumor yang lunak dibelakang atas
yang menyebabkan kepala tampak lebih panjang ini disebabkan
akibat proses kelahiran, benjolan pada kepala tersebut hanya terdapat
dibelahan kiri atau kanan saja, atau di sisi kiri dan kanan tetapi tidak
melampaui garis tengah bujur kepala, pengukuran lingkar kepala
dapat ditunda sampai kondisi benjol (Capput sucsedenaum) dikepala
hilang dan jika terjadi moulase, tunggu hingga kepala bayi kembali
pada bentuknya semula.
4. Muka wajah: bayi tampak ekspresi;mata: perhatikan antara
kesimetrisan antara mata kanan dan mata kiri, perhatikan adanya
tanda-tanda perdarahan berupa bercak merah yang akan menghilang
dalam waktu 6 minggu;
5. Mulut: penampilannya harus simetris, mulut tidak mencucu seperti
mulut ikan, tidak ada tanda kebiruan pada mulut bayi, saliva tidak
terdapat pada bayi normal, bila terdapat secret yang berlebihan,
kemungkinan ada kelainan bawaan saluran cerna;
6. Leher, dada, abdomen: melihat adanya cedera akibat persalinan;
perhatikan ada tidaknya kelainan pada pernapasan bayi, karena bayi
biasanya bayi masih ada pernapasan perut;
7. Punggung: adanya benjolan atau tumor atau tulang punggung dengan
lekukan yang kurang sempurna; Bahu, tangan, sendi, tungkai: perlu
diperhatikan bentuk, gerakannya, faktur (bila ekstremitas
lunglai/kurang gerak), varices;
8. Kulit dan kuku: dalam keadaan normal kulit berwarna kemerahan,
kadang-kadang didapatkan kulit yang mengelupas ringan,
pengelupasan yang berlebihan harus dipikirkan kemungkinan adanya
kelainan, waspada timbulnya kulit dengan warna yang tak rata (“cuti
Marmorata”) ini dapat disebabkan karena temperature dingin,
telapak tangan, telapak kaki atau kuku yang menjadi biru, kulit
menjadi pucat dan kuning, bercak- bercak besar biru yang sering
65
terdapat disekitar bokong (Mongolian Spot) akan menghilang pada
umur 1 (satu) sampai 5 (lima) tahun;
9. Kelancaran menhisap dan pencernaan: harus diperhatikan: tinja dan
kemih: diharapkan keluar dalam 24 jam pertama. Waspada bila
terjadi perut yang tiba-tiba membesar, tanpa keluarnya tinja, disertai
muntah, dan mungkin dengan kulit kebiruan, harap segera konsultasi
untuk pemeriksaan lebih lanjut, untuk kemungkinsn
Hirschprung/Congenital Megacolon;
10. Refleks yaitu suatu gerakan yang terjadi secara otomatis dan
spontan tanpa disadari pada bayi normal, refleks pada bayi antara
lain Tonik neek refleks , yaitu gerakan spontan otot kuduk pada bayi
normal, bila ditengkurapkan akan secara spontan memiringkan
kepalanya, Rooting refleks yaitu bila jarinya menyentuh daerah
sekitar mulut bayi maka ia akan membuka mulutnya dan
memiringkan kepalanya ke arah datangnya jari , Grasping refleks
yaitu bila jari kita menyentuh telapak tangan bayi maka jari-jarinya
akan langsung menggenggam sangat kuat, Moro refleks yaitu reflek
yang timbul diluar kesadaran bayi misalnya bila bayi
diangkat/direnggut secara kasar dari gendongan kemudian seolah-
olah bayi melakukan gerakan yang mengangkat tubuhnya pada orang
yang mendekapnya, Stapping refleks yaitu reflek kaki secara spontan
apabila bayi diangkat tegak dan kakinya satu persatu disentuhkan
pada satu dasar maka bayi seolah-olah berjalan, Suckling refleks
(menghisap) yaitu areola putting susu tertekan gusi bayi, lidah, dan
langis-langit sehingga sinus laktiferus tertekan dan memancarkan
ASI, Swallowing refleks (menelan) dimana ASI dimulut bayi
mendesak otot didaerah mulut dan faring sehingga mengaktifkan
refleks menelan dan mendorong ASI ke dalam lambung.
11. Berat badan: sebaiknya tiap hari dipantau penurunan berat badan
lebih dari 5% berat badan waktu lahir, menunjukan kekurangan
cairan.
66
Fisiologi bayi baru lahir dikatakan normal jika usia kehamilan aterm
antara 37- 42 minggu, BB 2500 gram – 4000 gram, panjang badan 48- 52
cm, lingkar dada 30- 38 cm, lingkar kepala 33- 35 cm, lingkar lengan 11-
12 cm, frekuensi DJ 120- 160 x permenit, pernafasan ± 40- 60 x permenit,
kulit kemerahan dan licin karena jaringan subkutan yang cukup, rambut
lanugo tidak terlihat dan rambut kepala biasanya telah sempurna, kuku
agak panjang dan lemas, nilai APGAR > 7, gerakan aktif, bayi langsung
menangis kuat, refleks rooting (mencari putting susu dengan rangsangan
taktil pada pipi dan daerah mulut) sudah terbentuk dengan baik, refleks
sucking (isap dan menelan) sudah terbentuk dengan baik, refleks morro
(gerakan memeluk bila dikagetkan) sudah terbentuk dengan baik, refleks
grasping (menggenggam) sudah baik, genetalia sudah terbentuk sempurna
, pada laki- laki testis sudah turun ke skrotum dan penis berlubang, pada
perempuan: Vagina dan uretra yang berlubang, serta labia mayora sudah
menutupi labia minora, eliminasi baik, mekonium dalam 24 jam pertama,
berwarna hitam kecoklatan. (Jamil, 2017).
c. Pencegahan Kehilangan Panas
Mekanisme kehilangan panas :
1. Evaporasi
Penguapan cairan ketuban pada permukaan tubuh oleh panas tubuh
bayi sendiri karena setelah lahir, tubuh bayi tidak segera
dikeringkan.
2. Konduksi
Kehilangan panas tubuh melalui kontak langsung antara tubuh bayi
dengan permukaan yang dingin, seperti: meja, tempat tidur,
timbangan yang temperaturnya ebih rendah dari tubuh bayi akan
menyerap panas tubuh bayi bila bayi diletakkan di atas benda–benda
tersebut.·
3. Konveksi
67
Kehilangan panas tubuh terjadi saat bayi terpapar udara sekitar yang
lebih dingin, co/ruangan yang dingin, adanya aliran udara dari kipas
angin, hembusan udara melalui ventilasi, atau pendingin ruangan. ·
4. Radiasi
Kehilangan panas yang terjadi karena bayi ditempatkan di dekat
benda–benda yang mempunyai suhu tubuh lebih rendah dari suhu
tubuh bayi, karena benda–benda tersebut menyerap radiasi panas
tubuh bayi (walaupun tidak bersentuhan secara langsung)
Mencegah kehilangan panas melalui upaya berikut:
1. Keringkan bayi dengan seksama
Mengeringkan dengan cara menyeka tubuh bayi, juga merupakan
rangsangan taktil untuk membantu bayi memulai pernapasannya.
2. Selimuti bayi dengan selimut atau kain bersih dan hangat
Ganti handuk atau kain yang telah basah oleh cairan ketuban dengan
selimut atau kain yang baru (hanngat, bersih, dan kering)
3. Selimuti bagian kepala bayi
Bagian kepala bayi memiliki luas permukaan yg relative luas dan
bayi akan dengan cepat kehilangan panas jika bagian tersebut tidak
tertutup.
4. Anjurkan ibu untuk memeluk dan menyusui bayinya
Pelukan ibu pada tubuh bayi dapat menjaga kehangatan tubuh dan
mencegah kehilangan panas. Sebaiknya pemberian ASI harus
dimulai dalam waktu satu (1) jam pertama kelahiran
5. Jangan segera menimbang atau memandikan bayi baru lahir
Karena bayi baru lahir cepat dan mudah kehilangan panas tubuhnya,
sebelum melakukan penimbangan, terlebih dahulu selimuti bayi
dengan kain atau selimut bersih dan kering. Berat badan bayi dapat
dinilai dari selisih berat bayi pada saat berpakaian/diselimuti
dikurangi dengan berat pakaian/selimut. Bayi sebaiknya dimandikan
sedikitnya enam jam setelah lahir.
68
d. Membebaskan Jalan Nafas
Dengan cara sebagai berikut yaitu bayi normal akan menangis spontan
segera setelah lahir, apabila bayi tidak langsung menangis, penolong
segera membersihkan jalan nafas dengan cara sebagai berikut:
1. Letakkan bayi pada posisi terlentang di tempat yang keras dan
hangat. ·
2. Gulung sepotong kain dan letakkan di bawah bahu sehingga leher
bayi lebih lurus dan kepala tidak menekuk. Posisi kepala diatur lurus
sedikit tengadah kebelakang.
3. Bersihkan hidung, rongga mulut dan tenggorokkan bayi dengan jari
tangan yang dibungkus kassa steril.
4. Tepuk kedua telapak kaki bayi sebanyak 2-3 kali atau gosok kulit
bayi dengan kain kering dan kasar.
5. Alat penghisap lendir mulut (De Lee) atau alat penghisap lainnya
yang steril, tabung oksigen dengan selangnya harus sudah ditempat
6. Segera lakukan usaha menghisap mulut dan hidung
7. Memantau dan mencatat usaha bernapas yang pertama (Apgar
Score)
8. Warna kulit, adanya cairan atau mekonium dalam hidung atau mulut
harus diperhatikan.
e. Merawat Tali Pusat
1. Setelah plasenta dilahirkan dan kondisi ibu dianggap stabil, ikat atau
jepitkan klem plastik tali pusat pada puntung tali pusat.
2. Celupkan tangan yang masih menggunakan sarung tangan ke dalam
larutan klonin 0,5 % untuk membersihkan darah dan sekresi tubuh
lainnya.
3. Bilas tangan dengan air matang atau disinfeksi tingkat tinggi
4. Keringkan tangan (bersarung tangan) tersebut dengan handuk atau
kain bersih dan kering.
5. Ikat ujung tali pusat sekitar 1 cm dari pusat bayi dengan
menggunakan benang disinfeksi tingkat tinggi atau klem plastik tali
69
pusat (disinfeksi tingkat tinggi atau steril). Lakukan simpul kunci
atau jepitankan secara mantap klem tali pusat tertentu.
6. Jika menggunakan benang tali pusat, lingkarkan benang sekeliling
ujung tali pusat dan dilakukan pengikatan kedua dengan simpul
kunci dibagian tali pusat pada sisi yang berlawanan.
7. Lepaskan klem penjepit tali pusat dan letakkan di dalam larutan
klonin 0,5%
8. Selimuti ulang bayi dengan kain bersih dan kering, pastikan bahwa
bagian kepala bayi tertutup dengan baik.
f. Mempertahankan suhu tubuh bayi
Pada waktu lahir, bayi belum mampu mengatur tetap suhu badannya,
dan membutuhkan pengaturan dari luar untuk membuatnya tetap hangat.
Bayi baru lahir harus di bungkus hangat. Suhu tubuh bayi merupakan tolok
ukur kebutuhan akan tempat tidur yang hangat sampai suhu tubuhnya
sudah stabil. Suhu bayi harus dicatat (Prawiroharjo, 2002). Bayi baru lahir
tidak dapat mengatur temperatur tubuhnya secara memadaidan dapat
dengan cepat kedinginan jika kehilangan panas tidak segera dicegah. Bayi
yang mengalami kehilangan panas (hipotermi) beresiko tinggi untuk jatuh
sakit atau meninggal, jika bayi dalam keadaan basah atau tidak diselimuti
mungkin akan mengalami hipoterdak, meskipun berada dalam ruangan
yang relatif hangat. Bayi prematur atau berat lahir rendah sangat rentan
terhadap terjadinya hipotermia. Pencegah terjadinya kehilangan panas
yaitu dengan: ·
1. Keringkan bayi secara seksama
2. Selimuti bayi dengan selimut atau kain bersih, kering dan hangat
3. Tutup bagian kepala bayi
4. Anjurkan ibu untuk memeluk dan menyusukan bayinya
5. Lakukan penimbangan setelah bayi mengenakan pakaian
6. Tempatkan bayi di lingkungan yang hangat.
70
g. Pencegahan infeksi
Salep atau tetes mata untuk pencegahan infeksi mata diberikan segera
setelah IMD dan bayi setelah menyusu, sebaiknya 1 jam setelah lahir.
Pencegahan infeksi mata dianjurkan menggunakan salep mata antibiotik
tetrasiklin 1%. Pemberian Vitamin K sebagai pencegahan terjadinya
perdarahan karena defisiensi vitamin K pada bayi baru lahir diberikan
suntikan vitamin K1 (phytomenadion) sebanyak 1 mg dosis tunggal,
intramuskular pada antero lateral paha kiri 1 jam setelah IMD. Pemberian
Imunisasi 0 Imunisasi Hepatitis B pertama ( HB 0) diberikan 1-2 jam
setelah pemberian vitamin K1 secara intramuskuler. Imunisasi Hepatitis B
bermanfaat untuk mencegah infeksi Hepatitis B terhadap bayi, terutama
jalur penularan ibu bayi. Imunisasi Hepatitis B harus diberikan Pada bayi
umur 0-7 hari. (Kemenkes, 2012)
h. Identifikasi bayi
- Alat pengenal untuk memudahkan identifikasi bayi perlu di pasang
segera pasca persalinan. Alat pengenal yang efektif harus diberikan
kepada bayi setiap bayi baru lahir dan harus tetap ditempatnya
sampai waktu bayi dipulangkan.
- Peralatan identifikasi bayi baru lahir harus selalu tersedia di tempat
penerimaan pasien, di kamar bersalin dan di ruang rawat bayi
- Alat yang digunakan, hendaknya kebal air, dengan tepi yang halus
tidak mudah melukai, tidak mudah sobek dan tidak mudah lepas
- Pada alat atau gelang identifikasi harus tercantum nama (bayi,
nyonya), tanggal lahir, nomor bayi, jenis kelamin, unit, nama
lengkap ibu
- Di setiap tempat tidur harus diberi tanda dengan mencantumkan
nama, tanggal lahir, nomor identifikasi.
2.4.4 Imunisasi
Imunisasi merupakan salah satu upaya untuk mencegah terjadinya
penyakit menulardan juga salah satu upaya untuk menurunkan angka kematian
71
pada anak. Oleh karena itu upaya imunisasi perlu terus ditingkatkan untuk
mencapai tingkat kekebalan masyarakat yang tinggi sehingga Penyakit yang
Dapat Dicegah Dengan Imunisasi (PD3I) dapat dieradikasi, dieliminasi dan
direduksi melalui pelayanan imunisasi yang semakin efektif, efisien dan
berkualitas. (Setiyani, 2016)
Anak dapat tumbuh dan berkembang secara optimal membutuhkan
beberapa upaya untuk memenuhi kebutuhan dasarnya. Salah satu kebutuhan
penting dari anak adalah imunisasi, karena imunisasi dapat mencegah beberapa
penyakit yang berperan dalampenyebab kematian pada anak. Seperti
Tuberculosis, Difteri, Pertusis, Tetanus, Polio, Campak dan Hepatitis ini
merupakan (PD3I). Berikut adalah jenis imunisasi yang diselenggarakan di
Indonesia :
1. Imunisasi Wajib
Imunisasi wajib merupakan imunisasi yang diwajibkan oleh pemerintahuntuk
seseorang sesuai dengan kebutuhannya dalam rangka melindungi
yangbersangkutan dan masyarakat sekitarnya dari penyakit menular tertentu.
Imunisasiwajib terdiri atas (a) imunisasi rutin, (b) imunisasi tambahan, dan (c)
imunisasi khusus. (Setiyani, 2016)
a. Imunisasi Rutin
Imunisasi rutin merupakan kegiatan imunisasi yang dilaksanakan secara
terusmenerus sesuai jadwal. Imunisasi rutin terdiri atas imunisasi dasar
dan imunisasi lanjutan. Berikut macam vaksin imunisasi rutin meliputi
deskripsi, indikasi, carapemberian dan dosis, kontraindikasi, efek samping
serta penanganan efek samping imunisasi :
1) Vaksin BCG
Vaksin BCG merupakan vaksin beku kering yang mengandung
Mycrobacterium bovis hidup yang dilemahkan (Bacillus Calmette
Guerin), strain paris. Untuk pemberian kekebalan aktif terhadap
tuberculosis. Dosis pemberian: 0,05 ml, sebanyak 1 kali. Disuntikkan
secara intrakutan di daerah lengan kanan atas (insertio musculus
deltoideus). Efek samping: 2–6 minggu setelah imunisasi BCG daerah
72
bekas suntikan timbul bisul kecil (papula) yang semakin membesar
dan dapat terjadi ulserasi dalam waktu 2–4 bulan, kemudian
menyembuh perlahan dengan menimbulkan jaringan parut dengan
diameter 2–10 mm. Penanganan efek samping apabila ulkus
mengeluarkan cairan perlu dikompres dengan cairan antiseptic,
apabila cairan bertambah banyak atau koreng semakin membesar
anjurkan orangtua membawa bayi ke dokter.
2) Vaksin DPT-HB-HiB
Vaksin DTP-HB-Hib digunakan untuk pencegahan terhadap difteri,
tetanus, pertusis (batuk rejan), hepatitis B, dan infeksi Haemophilus
influenzae tipe b secara simultan. Vaksin harus disuntikkan secara
intramuskular pada anterolateral paha atas dengan dosis anak adalah
0,5 ml. Efek samping reaksi lokal sementara seperti bengkak, nyeri
dan kemerahan pada lokasi suntikan disertai demam dapat timbul
dalam sejumlah besar kasus. Kadang-kadang reaksi berat seperti
demamtinggi, irritabilitas (rewel), dan menangis dengan nada tinggi
dapat terjadi dalam 24 jam setelah pemberian. Penanganan efek
samping yaitu orang tua dianjurkan untuk memberikan minum lebih
banyak (ASI atau sari buah). jika demam pakaikan pakaian yang tipis,
bekas suntikan yang nyeri dapat dikompres air dingin, jika demam
berikan paracetamol 15 mg/kgBB setiap 3–4 jam (maksimal 6 kali
dalam 24 jam), bayi boleh mandi atau cukup diseka dengan air hangat.
3) Vaksin Hepatitis B
Adalah vaksin virus recombinan yang telah diinaktivasikan dan
bersifat non-infecious, berasal dari HBsAg.Dosis 0,5 ml diberikan
secara intra-muskuler, sebaiknya pada anterolateral paha. Pemberian
sebanyak 3 dosis. Dosis pertama usia 0–7 hari, dosis berikutnya
interval minimum 4 minggu (1 bulan). Reaksi lokal seperti rasa sakit,
kemerahan dan pembengkakan di sekitar tempat penyuntikan. Reaksi
yang terjadi bersifat ringan dan biasanya hilang setelah 2 hari.
Penanganan Efek samping yaitu orang tua dianjurkan untuk
73
memberikan minum lebih banyak (ASI atau sari buah), jika demam
pakaikan pakaian yang tipis, bekas suntikan yang nyeri dapat
dikompres air dingin, jika demam berikan paracetamol 15 mg/kgBB
setiap 3–4 jam (maksimal 6 kali dalam 24 jam), bayi boleh mandi atau
cukup diseka dengan air hangat
4) Vaksin Polio
Vaksin Polio Trivalent
Terdiri dari suspensi viruspoliomyelitis tipe 1,2, dan 3 (strain Sabin)
yang sudah dilemahkan. Cara pemberian secara oral (melalui mulut),
1 dosis (dua tetes) sebanyak 4 kali (dosis) pemberian, denganinterval
setiap dosis minimal 4 minggu. Efek Samping sangat jarang terjadi
reaksi sesudah imunisasi polio oral. Setelah mendapat vaksin polio
oral bayi boleh makan minum seperti bisa. Apabila muntah dalam 30
menit segera diberi dosis ulang.
Vaksin Polio Inactive Polio Vaccine (IPV)
Cara pemberian disuntikkan secara intra muskular atau subkutan
dalam, dengan dosis pemberian 0,5 ml. Dari usia 2 bulan, 3 suntikan
berturut-turut 0,5 ml harus diberikan pada interval satu atau dua bulan.
IPV dapat diberikan setelah usia bayi 6, 10, dan 14, sesuai dengan
rekomendasi dari WHO. Efek samping berupa reaksi lokal pada
tempat penyuntikan: nyeri, kemerahan, indurasi dan bengkak bisa
terjadi dalam waktu 48 jam setelah penyuntikan dan bisa bertahan
selama satu atau dua hari. Penanganan efek samping yaitu orangtua
dianjurkan untuk memberikan minum lebih banyak (ASI atau sari
buah), jika demam pakaikan pakaian yang tipis. bekas suntikan yang
nyeri dapat dikompres air dingin, jika demam berikan paracetamol 15
mg/kg BB setiap 3–4 jam (maksimal 6 kali dalam 24 jam), bayi boleh
mandi atau cukup diseka dengan air hangat.
5) Vaksin Campak
Vaksin campak dilakukan seemberian kekebalan aktif terhadap
penyakit campak. Cara pemberian dosis 0,5 ml disuntikkan secara
74
subkutan pada lengan kiri atas atau anterolateral paha, pada usia 9–11
bulan. Efek samping hingga 15% pasien dapat mengalami demam
ringan dan kemerahan selama 3 hari yang dapat terjadi 8–12 hari
setelah vaksinasi. Penanganan efek samping yaitu orangtua dianjurkan
untuk memberikan minum lebih banyak (ASI atau sari buah), jika
demam pakaikan pakaian yang tipis. bekas suntikan yang nyeri dapat
dikompres air dingin, jika demam berikan paracetamol 15 mg/kg BB
setiap 3–4 jam (maksimal 6 kali dalam 24 jam), bayi boleh mandi atau
cukup diseka dengan air hangat.
b. Imunisasi Lanjutan
Imunisasi lanjutan merupakan imunisasi ulangan untuk mempertahankan
tingkatkekebalan atau untuk memperpanjang masa perlindungan. Imunisasi
lanjutandiberikan kepada anak usia bawah tiga tahun (Batita), anak usia
sekolah dasar, danwanita usia subur. Vaksin yang diberikan adalah: vaksin
DT, vaksin TD. (Setiyani, 2016)
c. Imunisasi Tambahan
Menurut Setiyani,(2016), imunisasi tambahan diberikan kepada kelompok
umur tertentu yang paling berisiko terkena penyakit sesuai kajian
epidemiologis pada periode waktu tertentu.Yang termasuk dalam kegiatan
imunisasi tambahan adalah sebagai berikut :
1) Backlog Fighting
Backlog Fightingmerupakan upaya aktif yang dilakukan untuk
melengkapi imunisasi dasar kepada anak yang berumur 1–3 tahun.
Kegiatan Backlog fighting ini diprioritaskan pada desa yang selama 2
(dua)tahun berturut-turut tidak mencapai UCI (Universal Child
Immunization).
2) Crash Program
Crash program merupakan kegiatan yang ditujukan untuk wilayah
yang memerlukan intervensi secara cepat untuk mencegah terjadinya
KLB. Kriteria pemilihan daerah yang akan dilakukan crash program
adalah angkakematian bayi akibat PD3I tinggi, infrastruktur (tenaga,
75
sarana, dana) kurang. Desa yang selama 3 tahun berturut-turut tidak
mencapai UCI. Crash program bisadilakukan untuk satu atau lebih
jenis imunisasi, misalnya campak, atau campakterpadu dengan polio.
76
bersangkutan dari penyakit menular tertentu. Macam- macam vaksin imunisasi
pilihan yaitu ; vaksin MMR, Hib,Tifoid,Varisela, Hepatitis A, Influensa,
Pneumokokus, Rotavirus, Japanese Ensephalitis dan HPV. (Setiyani, 2016)
Berikut adalah jadwal imunisasi anakyang direkomendasikan Ikatan Dokter
Anak Indonesia (IDAI) tahun 2020
77
Keluarga Berencana adalah upaya mengatur kelahiran anak, jarak dan usia
ideal melahirkan, mengatur kehamilan, melalui promosi, perlindungan, dan
bantuan sesuai dengan hak reproduksi untuk mewujudkan keluarga yang
berkualitas. (Kemenkes, 2014)
Keluarga berencana adalah sarana bagi manusia untuk mencapai
kesejahteraan lahir dan batin, dan kesejahteraan adalah hak bagi semua
manusia. Kesejahteraan bukanlah persoalan personal, keluarga atau
kelompok, melainkan merupakan persoalan bersama pemerintah sebagai
penyelenggara negara yang berkewajiban memenuhi terwujudnya
kesejahteraan bagi rakyatnya. Antara individu, keluarga, kelompok, dan
negara tidak bisa terpisahkan satu dengan yang lainnya. Kesejahteraan
personal, satu orang saja dari masyarakat, akan berdampak dan
berpengaruh pada kesejahteraan sebuah negara. Begitupun sebaliknya,
kebijakan yang dibuat negara yang setuju kesejahteraan akan berdampak
bagi kesejahteraan rakyatnya, baik komunal maupun personal. (El-Qum, 2013)
78
KOK diminum seriap hari sclama periode waktu tertentu (21
sampai 81 hari) dan kemudian dihentikan selama periode waktu
tertentu pula ( 4 sampai 7 hari) yang disebut "interval bebas pil".
Keuntungan KOK adalah jika digunakan secara tepat, KOK
merupakan metode pencegahan kchamilan yang efektif dan dapat
kembali dengan cepat. Kekurangannya adalah sejumlah perubahan
metabolik, secara kualitatif sering menycrupai perubahan pada
kchamilan, telah tridentifikasi pada wanita yang inenggunakan
kontrasepsi oral.
2) Penggunaan Transdermal
Ortho Eva Patch (Ortho-McNeil Pharmaceutical, Raritan,N]
mempunyai lapisan dalam yang mengandung matriks perekat dan
hormon, serta sebuah lapisan luar yang tahan air. Sehingga, wanita
dapat menggunakan patch tersebut ketika berada di bathtub,
shower, kolam renang, sauna, dan whirlpool tapa menurunkan
manfaatnya. Patch tersebut dapat ditempelkan di bokong, lengan
atas bagian luar, abdomen bagian bawah, atau tubuh bagian atas,
namun jangan di payudara. Efek metabolik dan fisiologik lainnya
secara substantif sama dengan kontrasepsi oral dosis rendah,
walaupun pengalaman terjadinya akumulasi pada patch lebih kecil
dibandingkan dengan KOK.
3) Penggunaan Transvaginal
NuraRing (Organon US.A, Roseland, N]) merupakan cincin
kontrasepsi hormonal intravaginal yang fleksibel. Terbuat dari
ethiny| vinyl acetate, cincin tersebut berdiameter 54mm dan
mempunyai ketebalan + mm pada penampang melintang. Intinva
mengandung ethinyl estradiol dan progestin, etonogestrel. Masing-
masing dikeluarkan sehanyak 15 ug dan 120 ug per hari, dan
diserap oleh epitel vagina. Schelum kemasan dibuka, cincin
disimpan di lemari es, dan sekali kemasan dibuka, dapat bertahan 4
bulan. Cincin dipasang dalam 5 hari awitan menstruasi dan setelah
79
di gunakan selama 3 minggu, dilepaskan selama 1 minggu untuk
memunculkan withdrawal bleeding.
4) Kontrasepsi Progestasional
Progestin Oral
Disebut mini-pil, merupakan kontrasepsi yang hanya mengandung
progestin vang dikonsumsi seriap hari. Keuntungan. Pil yang hanya
menyandung progestin mempunyai efek minimal. Sediaan ini
mungkin ideal untuk beberapa wanita yang herisiko tinggi
mengalami komplikasi kardiovaskular. Selain itu, mini-pil sering
menjadi pilihan utama untuk ibu menyusui karena tidak
mengganggu produksi ASI. Kekurangannya adalah kontrasepsi ini
apabila di berikan pada waktu yang sama atau hampir sama seriap
hari. Jika pil yang hanya mengandung progestin terlambat
diberikan bahkan hanya 4 jam, maka kontrasepsi cadangan harus
digunakan selama 45 jam berikutnya.
Progestin Injeksi
Baik depot intramuskular medroxyprogesterone acetate (Depo-
Provera), 150 mg seriap 3 hulan, dan norethisteron enanthate
(Norigest), 200 my settap 2 bulan, merupakan kontrasepsi progestin
yang telah digunakan secara efektif. Depot medroxyprogesterone
(DMPA) dinjeksikan ke M. deltoideus atau gluteus tapa pemijatan.
Pada versi subkutan, depo-SubQ provera 104, dinjeksikan ke
jaringan subkutan di paha bagian anterior atau abdomen setiap 3
bulan. Mekanisme kerjanya bersifat multipel dan mencakup
inhibisi ovulasi, peningkatan viskositas mukus serviks, dan
menciptakan kondisi endometrium yang tidak mendukung untuk
implantasi ovum. Injeksi awal harus dimulai dalam 5 hari pertama
setelah awal menstruasi. Keuntungan. Progestin yang dinjeksikan
memberikan kenyamanan penjadwalan dosis per 3 bulan,
Kekurangannya adalah mencakup perdarahan menstrual ireguler
80
dan anovulasi yang mcmanjang setelah penghentian, yang
menyebabkan kesuburankembali yang terlambat.
5) Implan Progestin
Implan Levonorgestrel
Jadelle (Bayer Schering Pharma Oy, Turku, Finlandia), semula
bernama Norplant-2, merupakan sistem 2 batang yang mirip
dengan Norplant. Sediaan in memberikan kontrasepsi yang sama
selama 3 tahun
Implan Etonogestrel
Impianon (Organon, Roseland N]) merupakan sebuah implan
subdermal satu batang yang mengandung 68 mg progestin
etonogestrel (ENG), dan dilapisi kopolimer ethylene vinyl acetat.
Implan ditempatkan di permukaan medial lengan atas6 sampai 8
cm dari siku pada lekukan biseps dalam 5 hari setelah menstruasi.
Sediaan ini dapat digunakan sebagai kontrasepsi selama 3 tahun
6) Alat Kontrasepsi Dalam Rahim
Terganggunya keberhasilan implantasi ovum yang dibuahi
dipercaya sebagai cara kerja utama AKDR Jika ferrilisasi terjadi
pada kcadaan yang tidak mungkin tersebut, maka terjadi proses
inflamasi yang sama yang ditujukan terhadap blastokista, dan
endometrium diubah menjadi tempat yang tidak mendukung untuk
terjadinya implantasi. Dengan AKDR tembaga, kadar tembaga
meningkatkan mukus akseptornya dan menurunkan motilitas scrta
viabilitas sperma. Keuntungan kontrasepsi ini adalah penggunaan
AKDR yang lama membuat biaya-manfaat jangka panjangnya
kompetitif dibandingkan kontrasepsi lainnya, selain itu keseburuan
saat memakai kontrasepsi ini dapat kembali dengan cepat, dan
fertilitas tidak terganggu. Kekurangan kotrasepsi ini adalah
memiliki kemungkinan efek amping mencakup perdarahan uterus
abnormal, dismenorea, ekspulsi, atau perforasi uterus. Yang sering
81
terjadi pada bulan-bulan awal penggunaan AKDR namun hiasanya
sembuh secara spontan.
2. Metode Barrier
1) Kondom Pria
Produk vang tersedia sejak lama ini merupakan kontrasepsi yang
efektif, dan angka kegagalannya pada pasangan yang termotivasi
dengan cukup rendah. Keuntungannya adalah Jika digunakan
secara tepat, kondom sangat memberikan protcksi namun tidak
absolut, terhadap penyakit menular seksual spektrum luas. Ini
mencakup HIV, gonore, sifilis, herpes, klamidia, dan trikomoniasis.
Juga terdapat penurunan risiko terhadap vaginosis bakterialis.
Kekurangannya adalah terdapat orang orang yang sensitive
terhadap lateks
2) Kondom Wanita
Kondom tersebut merupakan selubung polyurethane dengan satu
cincin polyurethane fleksibel pada masing-masing ujungnya.
Cincin yang terbuka tetap berada di luar vagina, dan cincin internal
yang tertutup terletak tepat di bawah simfisis seperti sebuah
diafragma. Keuntungannya adalah Jika digunakan secara tepat,
kondom sangat memberikan protcksi namun tidak absolut, terhadap
penyakit menular seksual spektrum luas. Ini mencakup HIV,
gonore, sifilis, herpes, klamidia, dan trikomoniasis.
3) Spermisida
Kontrasepsi-kontrasepsi jenis in dipasarkan dalam berbagai bentuk
seperti krim, gel, supositoria, film, dan busa aerosol. Keuntungan
kontrasepsi ini adalah berguna terutama bagi wanita yang
memerlukan perlindungan sementara, misalnya selama minggu
pertama setelah memulai kontrasepsi oral atau ketika menyusui.
Kekurangannya adalah durasi efektivitas maksimal biasanya tidak
lebih dari 1 jam. Kemudian, harus dimasukkan kembali sebelum
mengulangi sanggama.
82
3. Metode Berdasarkan Masa Subur
1) Metode Kalender
Metode ini memerlukan penghitungan jumlah hari-hari siklus
menstruasi terpendek dan terpanjang selama jangka waktu 6 sampai
12 bulan. Dari siklus terpendek, dikurangi 18 hari untuk
menghitung hari subur pertama. Dari siklus terpanjang, dikurangi
11 hari untuk mengidentifikasi hari subur terakhir. Kekurangannya
adalah ini menjadi masalah karena ovulasi paling sering terjadi 14
hari sebelum awal menstruasi berikutnva.
2) Metode Suhu Tubuh
Metode in bergantung pada perubahan kecil-peningkatan sebesar
0,4 derajat Fahrenheit yang terus-menerus pada suhu tubuh basal
yang biasanya terjadi repat sebelum ovulasi. Metode in
kemungkinan bear berhasil jika, dalam tiap siklus menstruasi,
hubungan seksual dihindari sampai peningkatan suhu tubuh ovulasi
selesai. Supaya metode ini dapat sangat efektif, scorang wanita
harus menghindari hubungan seksual dari hari pertama menstruasi
sampai hari ketiga serelah peningkatan suhu tubuh.
3) Metode Mukus Serviks
Metode yang disebut metode Billings in bergantung pada kesadaran
akan "kekeringan" dan "kebasahan" vagina. Hal tersebut
merupakan konsekuensi dari perubahan jumlah dan kualicas mukus
serviks pada waktu yang berbeda dalam siklus menstruasi.
Abstinensia diperlukan dari awal menstruasi sampai 4 hari setelah
mukus yang licin teridentifikasi.
4. Kontrasepsi Darurat
Kontrasepsi Darurat Hormonal kombinasi Estrogen-Progestin
Minimal 100 pg ethinyl estradiol dan 0,5 mg levonorgestrel Dosis
pertama idealnya diberikan dalam 72 jam setelah hubungan seksual
namun dapat diberikan sampai 120 jam. Dosis kedua diberikan 12 jam
kemudian setelah dosis pertama. Keuntungannya adalah efektif
83
meurunkan resiko kehamilan sampai 94 persen.Kekurangannya adalah
Mual dan muntah merupakan masalah utama sehubungan dengan
estrogen dosis tinggi di dalam regimen ini
Kontrasepsi Darurat Hormonal Sediaan Progestin-Saja
Produk progestin-saja ini tersedia dalam dua tablet, masing, masing
mengandung 0,75 mg levonorgestrel. Secara optimal, dosis pertama
diberikan dalam 72 jam setelah koitus yang tidak terproteksi, namun
mash dapat diberikan sampai 120 jam. Dosis kedua diberikan 12 jam
kemudian.
5. Laktasi
Lactational Amenorrhea Method (LAM) adalah metode kontrasepsi
sementara yang mengandalkan pemberian Air Susu Ibu (ASI) secara
eksklusif, artinya hanya diberikan ASI saja tanpa tambahan makanan
dan minuman. lainnya. Metode Amenorea Laktasi (MAL) atau
Lactational Amenorrhea.
84
Beberapa hal yang harus diperhatikan saat melakukan konseling awal antara
lain bertanya kepada klien cara apa yang disukainya, dan apa yang dia ketahui
tentang cara tersebut. Saat melakukan konseling awal juga sebaiknya
memberikan pemahaman secara ringkas tentang cara kerja, kelebihan, dan
kekurangan dari masing-masing jenis KB.
2. Konseling Khusus
Pada tahap ini, klien juga akan mendapatkan informasi lebih jelas dan rinci
tentang cara KB yang tersedia yang ingin dipilihnya. Klien juga mendapatkan
bantuan untuk memilih metode KB yang cocok serta mendapat penjelasan lebih
jauh tentang bagaimana menggunakan metode tersebut dengan aman, efektif,
dan memuaskan. Konseling khusus mengenai metode KB diharapkan dapat
memberi kesempatan pada klien untuk bertanya tentang cara KB tertentu dan
membicarakan pengalamannya.
3. Konseling Tindak Lanjut
Konseling sebelumnya diperlukan jika ada klien yang datang kembali untuk
mendapatkan obat baru atau melakukan pemeriksaan ulang. Konseling
sebelumnya dapat dijadikan acuan atau pijakan. Saat melakukan kunjungan
ulang, klien akan mendapatkan konseling yang lebih dalam. Contohnya, tenaga
kesehatan harus memberi tahu tentang apa yang harus dikerjakan pada situasi
tertentu kepada klien. Tenaga kesehatan juga harus memberikan pemahaman
tentang perbedaan antara masalah serius yang harus segera ditangani dan
masalah ringan yang bisa diselesaikan di tempat oleh klien sendiri.
Langkah-Langkah Konseling KB SATU TUJU menurut (Jitowiyono, 2018):
SATU TUJU memuat enam langkah dan tidak harus dilakukan secara berurutan
karena tenaga kesehatan harus memutuskan langkah mana yang perlu dilakukan
terelebih dulu. Langkah langkah yang diambil ditentukan dari keadaan dan.
kebutuhan klien. Tidak menutup kemungkinan satu klien memiliki tindakan dan
langkah yang berbeda dari klien yang lain. Kata kunci atau pedoman SATU
TUJU adalah sebagai berikut.
85
1. SA: Sapa dan Salam
Sapa dan salam klien secara terbuka dan sopan. Tenaga kesehatan harus
memberikan perha tian sepenuhnya kepada mereka dan menjelaskan di
tempat yang nyaman dengan privasi yang terjamin. Klien diyakinkan
untuk membangun rasa percaya diri. Tenaga kesehatan juga perlu bertanya
kepada klien apa yang perlu dibantu dan menjelaskan pelayanan apa yang
dapat diperolehnya.
2. T: Tanya
Tanyakan kepada klien informasi tentang dirinya. Klien diarahkan untuk
berbicara tentang pengalaman keluarga berencana dan kesehatan
reproduksi, tujuan, kepentingan, harapan, serta keadaan kesehatan dan
kehidupan keluarganya. Tenaga kesehatan juga perlu bertanya kepada
klien jenis kontrasepsi apa yang diinginkan. Menciptakan situasi tertentu
agar klien yakin bahwa tenaga kesehatan sudah memahami perkataan
klien. Situasi ini bisa didukung dengan perkataan dan gerak isyarat.
Tenaga kesehatan juga harus memahami posisi klien sehingga bisa
memahami pengetahuan, kebutuhan, dan keinginan klien.
3. U: Uraikan
Uraikan kepada klien tentang pilihannya dan jelaskan juga tentang pilihan
reproduksi yang paling mungkin, termasuk pilihan jenis-jenis kontrasepsi.
Bantu klien memilih jenis kontrasepsi yang paling diinginkan, serta
jelaskan pula jenis-jenis kontrasepsi lain yang ada. Jelaskan juga tentang
risiko penularan HIV/AIDS dan pilihan metode ganda.
4. TU: Bantu
Bantulah klien memutuskanapa yang paling sesuai dengan keadaan dan
kebutuhannya. Arahkan klien. untuk menunjukkan keinginannya sehingga
bisa mengajukan pertanyaan. Tanggapilah pertanyaan tersebut secara
terbuka. Tenaga kesehatan atau petugas membantu klien
mempertimbangkan kriteria dan keinginan klien tentang setiap jenis
kontrasepsi. Tanyakan juga apakah pasangan dari klien tersebut akan
mendukung pilihannya. Jika memungkinkan, lakukan diskusi tentang
86
pilihan tersebut pada pasangannya. Setelah itu, yakinkan klien bahwa ia
telah membuat suatu keputusan yang tepat.
5. J: Jelaskan
Jelaskan secara lengkap langkah atau proses menggunakan kontrasepsi
pilihannya. Langkah ini dilakukan setelah klien memilih jenis
kontrasepsinya, danakan lebih baik lagi jika klien diperlihatkan obat atau
alat kontrasepsinya. Jelaskan cara atau prosedur penggunaan alat atau obat
kontrasepsi tersebut. Agar klien lebih jelas lagi, tenaga kesehatan perlu
memancing klien untuk bertanya dan petugas juga harus menjawab secara
jelas dan terbuka. Berikan pemahaman manfaat ganda metode kontrasepsi,
contohnya alat kontrasepsi jenis kondom yang tidak hanya mencegah
kehamilan tetapi juga dapat mencegah infeksi menular seksual (IMS).
Pastikan pengetahuan klien mengenai penggunaan kontrasepsi pilihannya
dan berikan pujian. kepada klien jika klien dapat menjawab dengan benar.
6. U: Kunjungan Ulang
Kunjungan ulang sangat perlu untuk dilakukan. Bicarakan dan buatlah
perjanjian, kapan klien akan kembali untuk melakukan pemeriksaan atau
permintaan kontrasepsi jika dibutuhkan. Petugas. juga perlu mengingatkan
klien untuk kembali apabila terjadi suatu masalah.
87
implan. Untuk usia 30 tahun ke atas disarankan menggunakan kontrasepsi
mantap (MOW, MOP), AKDR, implan, suntik dan pil. (Kemenkes, 2016)
Umur berpengaruh terhadap pemilihan alat kontrasepsi, semakin
bertambah umur istri maka pemilihan alat kontrasepsi yang memiliki efektifitas
lebih tinggi yaitu menggunakan metode kontrasepsi jangka panjang. Jenis
kontrasepsi harus mempertimbangkan umur akseptor, bila umur lebih dari 35
tahun maka lebih efektif menggunakan metode kontrasepsi jangka panjang.
Salah satu alat konntrasepsi jangka panjang adalah IUD. IUD lebih aman
digunakan untuk wanita usia <35 tahun karena cara kerja kontrasepsi ini adalah
menempatkan sebuah alat yang mengandung tembaga pada rongga uterus dan
tuba uterine sehingga menyebabkan menurunnya viabilitas sperma dan sel telur.
Tidak seperti alat kontrasepsi pil dan suntik kombinasi yang dapat meningkatkan
risiko kardiovaskular seperti tromboemboli, infarkomikardial dan stroke pada
usia >35 tahun karena mengandung hormone estrogen. (Cunningham,2014)
88
BAB III
TINJAUAN KASUS
89
d. Gerakan Janin : Aktif
e. Keluhan saat hamil muda : Mual dan muntah
f. Imunisasi TT : 3x
g. Obat yang dikonsumsi : Folamil Genio
4. Riwayat Menstruasi
a. Menarche : 13 Tahun
b. Siklus : 28 hari
c. Lamanya : 6 hari
d. Banyaknya : 2x Ganti pembalut
e. Diemenorea : Di hari pertama kadang kadang
sakit perut bagian bawah
5. Riwayat kehamilan, persalinan, nifas yang lalu
Penyulit Anak Nifas
Tahun Jenis
Hamil Penolon kehamila
persalina UK Persalina Penyuli
ke g n dan JK BB PB ASI Kuretase
n n t
persalinan
40 Tidak Tidak Tidak
1 2019 Spontan Bidan L 3,0kg 40cm Normal
mg Ada Ada Ada
6. Riwayat KB
a. Kontrasepsi yang dipakai : Tidak ada
b. Keluhan : Tidak ada
c. Kontrasepsi yang lalu : Pil KB
d. Lamanya pemakaian : 1 tahun
e. Alasan Berhenti : Ibu mengatakan ingin mempunyai
anak kembali
7. Riwayat penyakit yang lalu : Ibu mengatakan tidak memiliki
riwayat penyakit berat seperti hipertensi, diabetes, asma, ginjal,
jantung
8. Pola Nutrisi
a. Makan : 3 X/hari (teratur)
b. Pantang makan : Tidak ada
90
c. Minum : 7-8 gelas / hari
9. Pola eliminasi
a. BAB : 1X/hari
b. BAK : 5-6X/hari
c. Masalah : tidak ada
10. Pola tidur
a. Malam : 8 jam
b. Siang : 2 jam
c. Masalah : Tidak ada
11. Data sosial
a. Dukungan suami : Suami sangat mendukung pada
kehamilan ini
b. Dukungan keluarga : Keluarga sangat mendukung pada
kehamilan ini
c. Masalah : Tidak ada
91
6. Pemeriksaan fisik
1. Kepala
a. Rambut : Bersih, tebal, tidak ada benjolan
b. Wajah : Simetris , tidak ada oedema
c. Mata : Sklera tidak ikterik , konjungtiva merah
muda (normal)
d. Hidung : Simeteris , tidak ada pengeluaran , tidak
ada polip
e. Telinga : Simetris , tidak ada pengeluaran
f. Mulut : Simetris , tidak ada lesi dan tidak ada
stomatitis
g. Gigi : Simetris , tidak ada karies dan bersih
2. Leher
a. Kelenjar getah bening : Tidak ada pembesaran
b. Kelenjar tiroid : Tidak ada pembesaran
c. Vena jugularis : Tidak ada pembengkakan
3. Dada
a. Jantung : Bunyi reguler
b. Paru – paru : Tidak ada wheezing
c. Mamae : Simetris , puting susu menonjol,
hiperpigmentasi, tidak ada benjolan dan
tidak ada pengeluaran
4. Abdomen
a. Inspeksi
- Bentuk : Simetris
- Striae : Tidak ada
- Luka Operasi : Tidak ada
b. Palpasi
- TFU : 27 cm
- TBBJ : 2.325 gr
92
- Posisi Janin
- Leopold I : Teraba bulat, lunak, tidak ada lentingan
yaitu bokong
- Leopold II
- Kanan : Teraba bagian terkecil janin yaitu
ekstermitas
- Kiri : Teraba keras, memanjang yaitu
punggung (PUKI)
- Leopold III : Teraba bulat, keras yaitu kepala belum
masuk PAP
- Leopold IV : Divergen
c. Auskultasi
- DJJ : 142 X/menit, bunyi regular
5. Ekstremitas Atas dan Bawah
a. Atas
- Bentuk kuku : Simetris, pendek, dan bersih
- Refleks Patela : (+) Positif
- Oedema : Tidak ada
b. Bawah
- Bentuk kuku : Simetris pendek, dan bersih
- Refleks Patela : (+) Positif
- Oedema : Tidak ada
6. Kulit
a. Warna : Kuning langsat
b. Turgor : Normal
8. Data penunjang (Laboratorium)
a. Pemeriksaan Urine
- Protein : Tidak dikaji
- Reduksi : Tidak dikaji
- Urobilin : Tidak dikaji
- Bilirubin : Tidak dikaji
93
b. Pemeriksaan darah
- HB : 11,9 g/dL
- Golongan Darah :A
- VDRL : Tidak dikaji
c. Pemeriksaan pap smear : Tidak dikaji
III. Analisa
Diagnosa : G2P1A0 gravida 37-38 minggu janin hidup tunggal
intrauterine dalam keadaan normal
Masalah : Tidak ada
Kebutuhan : Pendidikan kesehatan kehamilan pada trimester III
IV. Penatalaksanaan
1. Memberitahu ibu hasil pemeriksaan bahwa ibu dalam keadaan sehat
dengan TD: 120/70 mmHg, N: 80X/menit, S: 36.5C, P: 20X/menit, BB:
57 kg, TB: 163 cm, TFU : 27 cm dan janin dalam keadaan sehat yaitu
DJJ: 142x/menit dengan usia kehamilan 37 minggu.
Evaluasi : Ibu mengerti tentang hasil pemeriksaan
2. Menganjurkan pada ibu untuk mengkonsumsi makanan yang bergizi
seperti sayuran, kacang kacangan, buah buahan agar kebutuhan nutrisi
ibu terpenuhi.
Evaluasi : Ibu mengerti dan bersedia mengkonsumsi makanan yang
bergizi
3. Menganjurkan ibu untuk tetap mengatur pola istirahat dan beristirahat
ketika lelah, tidak bekerja terlalu berat, tidak lama berdiri, tidur siang 1-2
jam dan malam 7-8 jam
Evaluasi : Ibu mengerti dan bersedia beristirahat yang cukup
4. Memberitahu ibu tentang bahaya kehamilan trimester III yaitu:
a. Pecah ketuban sebelum waktunya
b. Terjadi perdarahan
94
c. Demam yang tinggi
d. Gerakan janin yang berkurang
e. Anemia Berat
f. Nyeri kepala yang hebat
Evaluasi : Ibu mengerti tentang tanda bahaya trimester III dan bersedia
periksa ke tenaga kesehatan bila mengalami salah satu tanda tersebut.
5. Menganjurkan ibu untuk mengonsumsi obat folamil genio 1x1 setiap hari
setelah makan untuk membantu proses pertumbuhan dan perkembangan
janin, mendukung kesehatan ibu, memberi nutrisi pada otak janin dan
mencegah kecacatan dalam kehamilan
Evaluasi : Ibu bersedia minum folamil secara teratur.
6. Memberitahu ibu tentang persiapan persalinan seperti kelengkapan bayi
dan ibu, pengambilan keputusan tempat bersalin, dan kendaraan serta
jaminan kesehatan yang dimiliki ibu.
Evaluasi : Ibu mengerti dengan penjelasan yang disampaikan.
Memberitahu ibu tanda tanda persalinan seperti ibu merasa ingin
meneran, perineum menonjol, vulva vagina membuka, adanya tekanan
pada spinghter anus.
Evaluasi : Ibu mengerti tentang tanda tanda persalunan
7. Menganjurkan ibu untuk datang kembali memeriksakan kehamilannya 1
minggu kemudian pada tanggal 2 Mei 2022 atau bila ada keluhan.
Evaluasi : Ibu bersedia untuk datang kembali sesuai dengan tanggal yang
telah ditentukan dan apabila ada keluhan.
95
3.2 Asuhan Kebidanan Kehamilan
Asuhan Kebidanan Kehamilan Pada Ny. T G2P1A0 38 Minggu 2 Hari Di
PMB D Kota Cimahi Tahun 2022
I. Data Subjektif
A. Status Kesehatan
1. Alasan Kunjungan : Ibu mengatakan ingin melakukan
pemeriksaan kehamilan sesuai jadwal
kunjungan ulang
2. Keluhan : Ibu mengatakan tidak ada keluhan
3. Pola Nutrisi
a. Makan : 3 X/hari (teratur)
b. Pantang makan : Tidak ada
c. Minum : 7-8 gelas / hari
4. Pola eliminasi
a. BAB : 1X/hari
b. BAK : 5-6X/hari
c. Masalah : tidak ada
5. Pola tidur
a. Malam : 8 jam
b. Siang : 2 jam
c. Masalah : Tidak ada
6. Data sosial
a. Dukungan suami : Suami sangat mendukung pada kehamilan
ini
b. Dukungan keluarga : Keluarga sangat mendukung pada
96
kehamilan ini
c. Masalah : Tidak ada
97
4. Abdomen
a. Inspeksi
- Bentuk : Simetris
- Striae : Tidak ada
- Luka Operasi : Tidak ada
b. Palpasi
- TFU : 28 cm
- TBBJ : 2.480 gram
- Posisi Janin
- Leopold I : Teraba bulat, lunak, tidak ada lentingan
yaitu bokong
- Leopold II
- Kanan : Teraba bagian terkecil janin yaitu
ekstermitas
- Kiri : Teraba keras seperti ada tahanan yaitu
punggung (PUKI)
- Leopold III : Teraba bulat, keras yaitu kepala, belum
masuk PAP
- Leopold IV : Divergen
c. Auskultasi
- DJJ : 142 X/menit, bunyi regular
5. Ekstremitas Atas dan Bawah
a. Atas
- Bentuk kuku : Simetris, pendek, dan bersih
- Refleks Patela : (+) Positif kanan dan kiri
- Oedema : Tidak ada
b. Bawah
- Bentuk kuku : Simetris pendek, dan bersih
- Refleks Patela : (+) Positif kanan dan kiri
- Oedema : Tidak ada
98
6. Kulit
a. Warna : Kuning langsat
b. Turgor : Normal
8. Data penunjang (Laboratorium)
a. Pemeriksaan darah
- HB : 12,2 gr/dl
- Golongan Darah :A
III. Analisa
Diagnosa : G2P1A0 gravida 38-39 minggu janin hidup tunggal
intrauterine dalam keadaan normal
Masalah : Tidak ada
Kebutuhan : Persiapan persalinan
IV. Penatalaksanaan
1. Memberitahu ibu hasil pemeriksaan bahwa ibu dalam keadaan sehat
dengan TD: 110/70 mmHg, N: 80X/menit, S: 36.5C, P: 22X/menit, BB:
57kg, TB: 163 cm, TFU : 28 cm dan janin dalam keadaan sehat yaitu DJJ:
142x/menit dengan usia kehamilan 38 minggu.
Evaluasi : Ibu mengerti tentang hasil pemeriksaan
2. Menganjurkan pada ibu untuk mengkonsumsi makanan yang bergizi
seperti sayuran, kacang kacangan, buah buahan agar kebutuhan nutrisi ibu
terpenuhi.
Evaluasi : Ibu mengerti dan bersedia melakukannya
3. Menganjurkan ibu untuk tetap mengatur pola istirahat dan beristirahat
ketika lelah, tidak bekerja terlalu berat, tidak lama berdiri, tidur siang 1-2
jam dan malam 7-8 jam
Evaluasi : Ibu mengerti dan bersedia beristirahat yang cukup
4. Memberitahu ibu tentang bahaya kehamilan trimester III yaitu:
a. Pecah ketuban sebelum waktunya
b. Terjadi perdarahan
c. Demam yang tinggi
99
d. Gerakan janin yang berkurang
e. Anemia Berat
f. Nyeri kepala yang hebat
Evaluasi : Ibu mengerti tentang tanda bahaya trimester III dan bersedia
periksa ke tenaga kesehatan bila mengalami salah satu tanda tersebut.
5. Menganjurkan ibu untuk mengonsumsi obat folamil genio 1x1 setiap hari
setelah makan untuk membantu proses oertumbuhan dan perkembangan
janin, mendukung kesehatan ibu, memberi nutrisi pada otak janin dan
mencegah kecacatan dalam kehamilan
Evaluasi : Ibu mengatakan selalu minum folamil genio secara teratur.
6. Memberitahu ibu tentang persiapan persalinan seperti kelengkapan bayi
dan ibu, pengambilan keputusan tempat bersalin, dan kendaraan serta
jaminan kesehatan yang dimiliki ibu.
Evaluasi : Ibu mengerti yang disampaikan.
7. Memberitahu ibu tanda tanda persalinan seperti ibu merasa ingin meneran,
perineum menonjol, vulva vagina membuka, adanya tekanan pada
spinghter anus.
Evaluasi : Ibu mengerti tentang tanda tanda persalinan
8. Menganjurkan ibu untuk datang kembali memeriksakan kehamilannya 1
minggu kemudian pada tanggal 11 Mei 2022 atau bila ada keluhan.
Evaluasi : Ibu bersedia untuk datang kembali sesuai dengan tanggal yang
telah ditentukan dan apabila ada keluhan.
100
3.3 Asuhan Kebidanan Persalinan
Asuhan Kebidanan Persalinan Kala I Pada Ny. T G2P1A0 39 Minggu 1 Hari
Di PMB D Kota Cimahi Tahun 2022
I. DATA SUBJEKTIF
1. Keluhan Utama
Ibu datang pukul 19.30 WIB, mengatakan mengeluh mules-mules yang mulai
terlalu sering dan teratur, keluar lendir-lendir yang tidak disertai dengan darah
dan belum keluar air-air dari jalan lahir, ibu juga mengatakan pergerakan
janin masih dirasakan oleh ibu.
2. Riwayat Obstetri
a. Riwayat Kehamilan Sekarang
G2P1A0 HPHT: 11-08-2021, TP: 17-05-2022
3. Pola Aktivitas sehari-hari
a) Nutrisi dan Hidrasi
Ibu mengatakan biasa makan 3x /hari porsi 1 piring dengan nasi, sayur,
dan lauk pauk. Ibu biasa minum 8-9 gelas air putih dan teh. Terakhir
makan jam 16.00 WIB jenis makanan nasi dan terakhir minum 19.00 WIB
jenis minuman air putih.
b) Istirahat dan Tidur
Ibu mengatakan biasa tidur malam selama ±6-7 jam dan tidur siang ±1jam
c) Personal Hygiene
Ibu biasa mandi 2 kali /hari dan gosok gigi 2 kali /hari.
d) Eliminasi
Ibu biasa BAK 5-6 x/hari, BAB 1-2x/hari, ibu mengatakan baru saja BAK
dan terakhir BAB tadi pagi jam 07.00 WIB tidak ada keluhan.
101
II. DATA OBJEKTIF
1. Kesadaran : Composmentis
2. Nilai GCS : Total nilai 15 (E4,V5,M6)
3. Tanda-Tanda Vital
TD : 120/80 mmHg R : 20 x/Menit
N : 80 x/Menit S : 36,8°C
4. Anthopometry
TB : 163 cm
BB : Sebelum hamil : 47 Kg Setelah hamil : 57 Kg
Kenaikan berat badan 10,0 kg
5. Mata
a. Konjungtiva merah muda tidak terdapat tanda-tanda anemis
b. Sklera putih, tidak terdapat tanda ikterik
c. Penglihatan normal, tidak terdapat minus/silinder/plus
6. Dada
a. Mamae
a) Bentuk : Simetris
b) Putting susu : Menonjol
c) Benjolan : Tidak ada
d) Ekskresi : Terdapat pengeluaran kolostrum, sedikit, warna kekuningan
7. Abdomen
a. Inspeksi
a) Bentuk : Simetris
b) Striae : Tidak ada
c) Luka Operasi : Tidak ada
b. Palpasi
a) Tinggi Fundus Uteri : 29 cm
b) Posisi Janin
- Leopold I : Pada fundus teraba bagian janin berbentuk bulat,
konsistensi lunak dan tidak melenting, yaitu bokong
- Leopold II : Teraba bagian memanjang disebelah kiri (PUKI)
102
dan teraba bagian kecil janin di sebelah kanan
- Leopold III : Pada bagian terbawah janin konsistensi keras, bulat
dan melenting, tidak dapat digerakkan, yaitu kepala
sudah masuk PAP
- Leopold IV : Divergen
- Perlimaan : 3/5
- His : 4x10’40”
c) Auskultasi
- DJJ : 147x/menit
8. Ekstremitas (tangan & kaki)
a. Bentuk : Kaki : Simetris Tangan : Simetris
Kuku : Kaki : Bersih, Tangan : Bersih
b. Refleks patella : +, positif
c. Oedema : Tidak ada
9. Kulit
a. Warna : Sawo matang, normal
b. Turgor : Baik
10. Genitalia
Vulva bersih, tidak ada varices, tidak ada oedema, tidak ada kelainan.
a. Pemeriksaan Dalam
a) Vulva/vagina : Tidak ada kelainan
b) Portio : Tebal lunak
c) Pembukaan servik : 5 cm (19.30 WIB)
d) Ketban : Utuh
e) Presentasi : Kepala
f) Penurunan : Station 0,
g) Posisi : Ubun-Ubun Kecil kiri depan
h) Molage : Tidak ada
i) Menumbung : Tidak ada
103
III. ANALISA
Diagnosa : G2P1A0 parturient aterm kala I fase aktif janin hidup
tunggal intrauterine dengan keadaan normal
Masalah : Tidak ada masalah
Kebutuhan : Pemenuhan kebutuhan nutrisi, dukungan keluarga dan
mengajarkan teknik relaksasi
IV. PENATALAKSANAAN
1. Memberitahu ibu hasil pemeriksaan bahwa ibu dalam keadaan normal
dengan hasil : TD = 120/70 mmhg, N=80x/menit, S=36,8, R=20x/menit
TFU= 26cm, DJJ= 143x/menit, Pembukaan 5
Evaluasi : ibu mengetahui hasil pemeriksaan
2. Memberi dukungan kepada ibu
Evaluasi : ibu merasa tenang
3. Memberikan ibu asupan cairan dan nutrisi serta menganjurkan eliminasi,
mobilisasi
Evaluasi : ibu telah meminum teh manis dan memilih gerakan mobilisasi
yaitu dengan berjalan
4. Memberikan KIE miring ke kiri kepada ibu
Evaluasi : ibu bersedia dan melakukannya
5. Memberikan KIE teknik relaksasi ketika kontraksi yaitu dengan ibu tetap
tenang, tarik nafas dari hidung pelan-pelan dan keluarkan dari mulut
secara perlahan agar rasa nyeri berkurang dan oksigenisasi ke janin baik.
Evaluasi : ibu mengerti dan melakukannya
6. Menganjurkan ibu posisi yang nyaman
Evaluasi : ibu mengerti dan melakukannya
7. Memberitahu ibu untuk tidak menahan BAK maupun BAB.
Evaluasi : Ibu mengerti dan tidak akan menahannya.
8. Memijat punggung ibu agar rasa nyeri berkurang
Evaluasi : ibu merasa senang karena nyeri terasa berkurang
9. Menyiapkan alat partus set dalam keadaan steril.
104
Evaluasi : Partus set sudah disiapkan.
10. Menyiapkan perlengkapan bayi dan ibu seperti kain bersih, popok,
pakaian untuk bayi, dan pakaian untuk ibu.
Evaluasi : Perlengkapan bayi dan ibu sudah disiapkan.
11. Memantau kemajuan persalinan
Evaluasi : melakukan pendokumentasian menggunakan lembar observasi
dan partograf
105
KALA II
Tanggal/jam pengkaji : 11 Mei 2022/20.40 WIB
Tempat pengkajian : Ruang bersalin
I. DATA SUBJEKTIF
Ibu mengatakan sudah merasa mulas yang semakin sering dan sudah ada
keinginan untuk meneran.
III. ANALISA
Diagnosa : G2P1A0 parturient aterm kala II janin hidup tunggal
intrauterine
Masalah : Tidak ada masalah
Kebutuhan : Penatalaksanaan kala II
106
IV. PENATALAKSANAAN
1. Memberitahu ibu dan keluarga hasil pemeriksaan bahwa ibu akan segera
melahirkan
Evaluasi : ibu dan keluarga mengetahui hasil pemeriksaan
2. Memastikan adanya tanda gejala kala II
Evaluasi : sudah ada tanda-tanda gejala kala II
3. Menggunakan alat perlindungan diri
Evaluasi : APD sudah dipakai dan sudah mencuci tangan
4. Menggunakan sarung tangan DTT untuk periksa dalam
Evaluasi :sarung tangan DTT telah digunakan
5. Mendekontaminasi sarung tangan yang telah digunakan untuk periksa
dalam
Evaluasi : sarung tangan telah didekontaminasikan
6. Memeriksa DJJ saat uterus tidak berkontraksi
Evaluasi : DJJ dalam batas normal
7. Membantu ibu mengambil posisi yang nyaman saat mengedan
Evaluasi : ibu mengambil posisi setengah duduk
8. Mengingatkan kembali kepada ibu untuk mengedan yang baik dan benar
saat ada kontraksi yaitu meneran seperti BAB dan tidak mengeluarkan
suara
Evaluasi : ibu dapat mempraktekannya dengan baik
10. Menyiapkan kain untuk disimpan diatas perut ibu untuk mengeringkan
bayi dan memasang underpad dibawah bokong ibu
Evaluasi : selesai dilakukan
11. Membuka set partus dan perhatikan kelengkapan
Evaluasi : set partus telah terbuka
12. Memakai sarung tangan DTT dikedua tangan
Evaluasi : sarung tangan telah dipakai
13. Melakukan pertolongan persalinan sesuai dengan langkah APN,
melindungi perineum ibu saat kepala bayi sudah tampak 5-6 cm didepan
vulva dengan satu tangan yang dilapisi dengan kain bersih dan kering,
107
tangan satunya menahan kepala bayi untuk menahan defleksi dan
membantu lahirnya kepala sambil menganjurkan ibu untuk meneran.
Evaluasi : kepala bayi tampak 5-6 cm didepan vulva dan biparietal
dilakukan
14. Memeriksa kemungkinan adanya lilitan tali pusat
Evaluasi : tidak ada lilitan tali pusat
15. Melakukan sanggah susur untuk melahirkan seluruh tubuh bayi.
Evaluasi : bayi lahir spontan 20.50 WIB, jenis kelamin laki-laki, langsung
menangis, tonus otot kuat, warna kulit kemerahan
16. Mengeringkan bayi dan memotong tali pusat
Evaluasi : bayi telah dikeringkan dan tali pusat sudah dipotong
17. Melakukan inisiasi menyusui dini
Evaluasi : IMD dilakukan
108
KALA III
Tanggal / jam pengkaji : 11 Mei 2022 /20.50 WIB
Tempat : Ruang bersalin
I. DATA SUBJEKTIF
Keluhan : Ibu merasa merasa sedikit lelah dan mengatakan masih merasa
mules, ibu tidak merasa pusing.
III. ANALISA
Diagnosa : P2A0 kala III
Masalah : Tidak ada
Kebutuhan : Manajemen aktif kala III
IV. PENATALAKSANAAN .
1. Melakukan palpasi abdominal untuk memastikan tidak ada janin kedua.
Evaluasi : Tidak ada janin kedua.
2. Memberitahu ibu bahwa akan di sutikan oksitosin secara IM di paha
sebelah kanan 1/3 paha luar.
Evaluasi : oksitosin telah diberikan pukul 20.50
109
3. Memindahkan klem 5 cm di depan depan vulva dan mengidentifikasi
tanda-tanda pelepasan plasenta yaitu uterus mulai membulat, tali pusat
memanjang
Evaluasi : klem telah dipindahkan 5 cm di depan vulva dan terdapat tanda-
tanda pelepasan plasenta
4. Melakukan penanganan tali pusat terkendali dan dilakukan dorso karnial
dan melahirkan plasenta, kemudian kedua tangan memegang plasenta
dengan perlahan memutar plasenta, searah jarum jam bertujuan agar
plasenta tidak tertinggal.
Evaluasi : plasenta lahir pada pukul 21.00 WIB
5. Melakukan masase fundus uteri 15 kali selama 15 detik
Evaluasi : uterus keras
6. Mengecek laserasi, observasi keaadan umum dan perdarahan.
Evaluasi : Tidak ada laserasi,keadaan umum baik dengan perdarahan ±150
cc
110
KALA IV
Tanggal/jam pengkajian : 11 Mei 2022 / 21.15 WIB
Tempat : Ruang bersalin
I. DATA SUBJEKTIF
Keluhan : Ibu mengatakan masih merasakan mules, namun lega atas
kelahiran bayinya.
III. ANALISA
Diagnosa : P2A0 kala IV
Masalah : Tidak ada
Kebutuhan : Pemantauan kala IV
IV. PENATALAKSANAAN
111
1. Menilai ulang kontraksi
Evaluasi : kontraksi uterus keras
2. Mengajarkan keluarga masase uterus dan diberikan pengertian jika uterus
lembek segara beri tahu bidan dan jika bagian perut keras berarti kontraksi
baik
Evaluasi : ibu dan keluarga mengerti atas pejelasan yang diberikan
3. Membersihkan badan ibu menggunakan air bersih pasca persalinan dan
membantu ibu memakai pakaian
Evaluasi : ibu tampak bersih dan nyaman
4. Melakukan IMD selama 1 jam
Evaluasi : bayi berhasil melakukan IMD
5. Mengajurkan ibu untuk makan dan minum agar tenaga ibu cepat pulih
Evaluasi : ibu mengerti, serta ibu mau makan dan minum
6. Memberikan vit K kepada bayi dan salep mata satu jam setelah lahir.
Evaluasi : vit K dan salep mata telah diberikan.
7. Menganjurkan ibu untuk mobilisasi setiap 2 jam sekali, seperti duduk,
berjalan ke kamar mandi, dan berjalan keluar.
Evaluasi : Ibu mengerti dan akan melakukannya.
8. Melakukan pemantauan kala IV yaitu observasi TD, His, Nadi, TFU,
Kotraksi kandung kemih dan pendarahan setiap 15 menit pada 1 jam
pertama dan setiap 30 menit pada jam ke 2 serta observasi suhu setiap 1
jam.
Evaluasi : pemantauan telah dilakukan
9. Melakukan pendokumentasian.
Evaluasi : Pendokumentasian telah dilakukan.
112
3.4 Asuhan Kebidanan Nifas 6 Jam
Asuhan Kebidanan Nifas 6 Jam Pada Ny. T P2A0 Di PMB D Kota Cimahi
Tahun 2022
I. DATA SUBJEKTIF
A. Status kesehatan
1. Keluhan utama : ibu mengatakan masih merasa mulas
2. Riwayat persalinan sekarang
a. Usia Kehamilan : 39 minggu
b. Tempat melahirkan : Bidan Praktek Mandiri
c. Penolong : Bidan
d. Jenis Persalinan : Spontan, normal
e. Lama Persalinan : ± 1 jam
f. Komplikasi dalam persalinan : tidak ada.
3. Riwayat mobilisasi
Ibu mengatakan sudah dapat miring kanan/kiri, duduk, turun dari tempat
tidur dan pergi ke kamar mandi untuk ganti pembalut dan BAK tidak
dibantu/ sendiri.
4. Riwayat Sosial Ekonomi
Ibu dan keluarga merasa bahagia akan kelahiran bayinya. Ibu mengatakan
suami dapat membantu ibu untuk melakukan pekerjaan rumah.
5. Pola Nutrisi
Ibu mengatakan sudah makan roti dan minum air teh
6. Pola Eliminasi
Ibu mengatakan sudan 1x BAK dalam 6 jam terakhir tetapi belum BAB.
7. Pola Tidur
Ibu mengatakan bisa istirahat setelah melahirkan.
113
II. DATA OBJEKTIF
1. Keadaan umum : Baik
2. Nilai GCS : Total nilai 15 (E4,V5,M6)
3. Kesadaran : Composmentis
4. Tanda-tanda vital :
TD : 120/80 mmHg
N : 76 x/menit
R : 20 x/menit
S : 36,5 C
4. Pemeriksaan Fisik
a. Payudara : Payudara simetris, tidak ada benjolan, puting susu
menonjol, keadaan bersih dan adanya pengeluaran
kolostrum
b. Abdomen : TFU : 2 jari dibawah pusat
Kontraksi : baik, keras
Kandung kemih : kosong
c. Genetalia : Vulva dan vagina tidak ada kelainan, tidak ada oedema,
pengeluaran darah berwarna merah (lochea rubra),
konsistensi cair, banyaknya ± 2-3 ganti pembalut
sebanyak total +/- 100 cc.
d. Ekstermitas : Tidak ada oedema , tidak ada varices, reflek patella (+)
kanan dan kiri, tungkai simetris.
III. ANALISA
Diagnosa : P2A0 postpartum 6 jam
Masalah : Tidak ada
Kebutuhan : Istirahat dan pendidikan kesehatan masa nifas
114
IV. PENATALAKSANAAN
1. Memberitahu ibu dan keluaga hasil pemeriksaan fisik bahwa ibu dalam
keadaan baik dengan hasil : TD = 110/80 mmhg, N = 80x/menit,
R=20x/menit, S=36,5
Evaluasi : ibu dan keluarga mengetahui hasil pemeriksaan
2. Mengajarkan ibu cara menyusui yang baik dan benar dengan melumasi
aerola dengan ASI sebelum menyusui kemudian putting susu hingga
aerola masuk kedalam mulut bayi serta memastikan tidak ada penyulit
pada ibu dalam menyusui.
Evaluasi : Ibu mengerti dan akan mempraktekkannya.
3. Menganjurkan ibu untuk menyusui bayinya secara adekuat minimal setiap
2 jam sekali atau secara on demand dan memberitahu ibu untuk
memberikan ASI ekslusif 6 bulan tanpa tambahan/ makanan apapun
Evaluasi : ibu mengerti dan mau melakukannya
4. Mengajari ibu untuk melakukan perawatan payudara dirumah agar
produksi ASI lebih banyak dan tidak ada bendungan ASI dengan cara
menyusui sendiri
Evaluasi : ibu mau diajari dan melakukannya
5. Memberitahu untuk konsumsi makanan yang bergizi dan mengandung
protein yang tinggi serta tinggi serat utuk mempercepat proses
peyembuhan ibu seperti daging dan ikan
Evaluasi : ibu mengerti dan bersedia melakukannya
6. Memberitahu ibu tentang tanda bahaya nifas seperti pengeluaran cairan
berbau busuk dari jalan lahir, terjadi pendarahan pada jalan lahir, ibu
merasa demam, pusing, pandangan kabur, kejang dan tanda bahaya pada
bayi seperti tali pusat mengeluarkan nanah dan berbau, bayi tidak mau
menyusu, badan bayi berwarna kuning segera beritahu ibu untuk
membawa bayi kepetugas kesehatan terdekat.
Evaluasi : ibu dapat mengerti dan mampu menjelaskan kembali tanda
bahaya nifas dan bayi
115
7. Menganjurkan ibu untuk melakukan kunjungan ulang pada tanggal 18 Mei
2022
Evaluasi : ibu mengerti dan akan datang pada kunjungan ulang
8. Melakukan pendokumentasian asuhan yang telah diberikan
Evaluasi : pendokumentasian telah dilakukan
116
3.5 Asuhan Kebidanan Nifas 6 Hari
Asuhan Kebidanan Nifas 6 Hari Pada Ny. T P2A0 Di PMB D Kota Cimahi
Tahun 2022
I. DATA SUBJEKTIF
Ibu mengatakan pengeluaran ASI banyak, dan sering menyusui bayinya. BAB
dan BAK sudah lancar. Ibu juga mengatakan merasa sedikit lelah karena
bayinya suka terbangun di malam hari dan harus menyusui bayinya. Ibu tidak
merasakan keluhan lain
Pola pemenuhan kebutuhan sehari-hari
a. Nutrisi
a) Makan
Frekuensi : 3x/hari
Jenis makanan : nasi, sayur, dan lauk-pauk
b) Minum
Frekuensi : 8 gelas/hari
Jenis minuman : air putih, teh, susu
b. Eliminasi
a) BAB
Frekuensi : 1x/hari
Konsistensi : padat
Warna : kuning
b) BAK
Frekuensi : 3x/hari
Warna : jernih
Konsistensi : cair
117
c. Istirahat
a) Tidur siang : 2 jam/ketika bayi tidur ibu pun istirahat
b) Tidur malam : ±6 jam/hari
118
III. ANALISA
Diagnosa : P2A0 post partum 6 hari dengan keadaan baik
Masalah : Ibu mengatakan sedikit lelah karena bayi terkadang
bangun di malam hari
Kebutuhan : Menganjurkan ibu untuk tidur di siang hari ketika bayi
tidur
IV. PENATALAKSANAAN
1. Memberitahu ibu hasil pemeriksaan bahwa ibu dalam kondisi normal.
Evaluasi : Ibu mengetahui hasil pemeriksaan
2. Menganjurkan ibu untuk beristirahat atau tidur siang pada saat bayi
tertidur dan mengurangi pekerjaan rumahnya.
Evaluasi : Ibu mengerti dan akan melaksanakannya
3. Memotivasi agar ibu memberikan ASI setiap 2 jam sekali atau on demand
(sesuai keinginan bayi), sehingga pemberian ASI menjadi optimal
Evaluasi : ibu mengerti dengan hal yang telah dijelaskan.
4. Menganjurkan ibu untuk mengganti pembalut apabila dalam 4 jam
pembalut sudah penuh atau maksimal 6 jam ibu harus mengganti pembalut
walaupun pembalut belum penuh.
Evaluasi : Ibu mengerti dan paham serta dapat menyebutkan kembali
konseling yang telah diberikan.
5. Menjelaskan mengenai tanda bahaya post partum seperti demam, keluar
darah banyak dari vagina, payudara bengkak atau mengeluarkan nanah.
Evaluasi : Ibu mengerti mengenai tanda bahaya post partum.
6. Menganjurkan ibu untuk melakukan kunjungan ulang pada tanggal 25 Mei
2022
Evaluasi : ibu mengerti dan akan melakukan kunjungan ulang
7. Melakukan pendokumentasian hasil pemeriksaan
Evaluasi : hasil pemeriksaan telah didokumentasikan.
119
3.6 Asuhan Kebidanan Nifas 2 Minggu
Asuhan Kebidanan Nifas 2 Minggu Pada Ny. T P2A0 Di PMB D Kota
Cimahi Tahun 2022
I. DATA SUBJEKTIF
Ibu mengatakan tidak terdapat keluhan, makan 3x sehari, minum 8-9 gelas
sehari. Tidur malam 7 jam dan kadang-kadang tidur siang 1 jam atau ketika
bayi tertidur, BAB dan BAK lancar.
120
ada nya pengeluaran.
d. Abdomen : Involusi uterus tidak teraba
e. Ekstermitas : Simetris, tidak ada oedema, dan varices, reflex
patella (+) baik, tungkai simetris, tidak ada
siarnosis, tugor baik
f. Genetalia : Tidak ada bekas luka jahitan, masih sedikit basah,
lochea serosa
III. ANALISA
Diagnosa : P2A0 post partum 2 minggu dengan keadaan baik
Masalah : Ibu mengatakan sedikit lelah karena bayi terkadang
bangun di malam hari
Kebutuhan : Menganjurkan ibu tidur di siang hari ketika bayi tidur
IV. PENATALAKSANAAN
1. Memberitahu ibu hasil pemeriksaan bahwa keadaan ibu baik dan sehat
Evaluasi: ibu sudah mengetahui keadaan nya dan memahami hasil
pemeriksaan
2. Menilai ada atau tidaknya tanda bahaya selama masa nifas, seperti
perdarahan abnormal, demam, pengeluaran cairan vagina yang berbau
busuk.
Evaluasi : Tidak ada tanda bahaya nifas pada ibu.
3. Memberi tahu ibu pola istirahat agar ibu tidak mudah lelah dengan cara
tidur siang ketika bayi sudah tidur
Evaluasi : ibu dapat memahami apa yang di anjurkan dan ibu sudah bisa
mengatur waktu istirahat dengan cukup
4. Memastikan proses menyusui berjalan dengan baik dan menilai ada atau
tidak ada tanda-tanda penyulit seperti nyeri, bengkak, kemerahan pada
payudara atau puting susu lecet.
Evaluasi : Proses menyusui berjalan normal, ibu mampu menyusui
bayinya dan tidak ada penyulit.
121
5. Memberitahu kepada ibu tentang konsumsi makanan yang bergizi seperti
sayuran, daging, buah buahan
Evaluasi : ibu dapat memahami tentang penting nya mengkonsumsi makan
bergizi dan sudah melakukan nya
6. Memberikan konseling jenis-jenis kontrasepsi KB beserta efek sampingnya
Evaluasi : ibu mengatakan ingin menggunakan kontrasepsi IUD
7. Memberitahu ibu bahwa akan dilakukan kunjungan ulang selanjutnya pada
tanggal 22 Juni 2022.
Evaluasi : Ibu bersedia datang untuk kunjungan ulang
8. Melakukan pendokumentasian SOAP
Evaluasi : SOAP sudah didokumentasikan
122
3.7 Asuhan Kebidanan Nifas 6 Minggu
Asuhan Kebidanan Nifas 6 Minggu Pada Ny. T P2A0 Di PMB D Kota
Cimahi Tahun 2022
I. DATA SUBJEKTIF
1. Keluhan Utama
Ibu mengatakan tidak merasakan keluhan, dapat beraktifitas seperti biasa
2. Pola sehari-hari
a. Nutrisi
a) Makan
Frekuensi : 3x/hari
Jenis makanan : nasi, sayur, dan lauk-pauk
b) Minum
Frekuensi : 8 gelas/hari
Jenis minuman : air putih, teh, susu
b. Eliminasi
a) BAB
Frekuensi : 1x/hari
Konsistensi : padat
Warna : kuning
b) BAK
Frekuensi : 5-6x/hari
Warna : jernih
Konsistensi : cair
c. Istirahat
a) Tidur siang : 2 jam/ketika bayi tidur ibu pun istirahat
123
b) Tidur malam : ±7-8 jam/hari
d. Pola aktivitas (terkait kegiatan fisik, perawatan bayi dan diri)
Jalan-jalan, melakukan pekerjaan rumah yang ringan dan merawat
bayinya
124
III. ANALISA
Diagnosa : P2a0 post partum 6 minggu dengan keadaan normal
Masalah : Tidak ada
Kebutuhan : Pendidikan kesehatan masa nifas dan konseling efek
samping KB
IV. PENATALAKSANAAN
1. Memberitahu ibu hasil pemeriksaan bahwa keadaan ibu baik dan normal
Evaluasi: ibu sudah mengetahui hasil pemeriksaan
2. Memberitahu atau mengingatkan pada ibu mengenai tanda-tanda bahaya
pada masa nifas seperti demam, payudara bengkak, nyeri saat buang air
kecil, sembelit, cairan vagina berbau busuk, dan lain-lain. Jika ibu
mengalami salah satu tanda tersebut segera periksa ke fasilitas kesehatan
terdekat.
Evaluasi : Ibu mengerti penjelasan yang diberikan
3. Memastikan proses menyusui berjalan dengan baik dan menilai ada atau
tidak ada tanda-tanda penyulit seperti nyeri, bengkak, kemerahan pada
payudara atau puting susu lecet.
Evaluasi : Proses menyusui berjalan normal, ibu mampu menyusui
bayinya dan tidak ada penyulit.
4. Menganjurkan ibu untuk menjadi akseptor KB dan memberikan konseling
macam-macam alat kontrasepsi yang sesuai pada kondisi ibu yaitu IUD,
dan AKBK. Kemudian menjelaskan tentang keuntungan dan efek samping
dari tiap-tiap efek samping dari tiap-tiap alat kontrasepsi tersebut.
Evaluasi : Ibu mengerti dengan penjelasan macam-macam KB tersebut
dan mengatakan ingin memilih KB IUD
5. Memberi konseling mengenai alat kontrasepsi yang akan digunakan ibu
untuk menjarangkan anak.
Evaluasi : ibu memilih alat kontrasepsi IUD
6. Melakukan informed consent dan penjelasan efek samping mengenai KB
IUD yang di pilih oleh ibu,
125
Evaluasi : Ibu mengerti efek samping kb yang dipilih
6. Melakukan pemasangan kontrasepsi IUD
Evaluasi : Kontrasepsi sudah dipasangkan
7. Melakukan pendokumentasian SOAP
Evaluasi : SOAP sudah didokumentasikan
126
3.8 Asuhan Kebidanan Bayi Baru Lahir 6 Jam
Asuhan Kebidanan Bayi Baru Lahir 6 Jam Pada Bayi Ny. T P2A0 Di PMB D
Kota Cimahi Tahun 2022
I. DATA SUBJEKTIF
1. Identitas Bayi
a. Nama bayi : By. Ny. T
b. Umur bayi : 6 jam
c. Tanggal/Jam lahir : 11 Mei 2022/ 20:50 WIB
d. Jenis Kelamin : Laki Laki
e. BB Lahir : 2800 gram
f. PB Lahir : 50 cm
2. Riwayat kesehatan Ibu
a. Riwayat penyakit yang pernah di derita : Tidak ada
b. Riwayat penyakit di keluarga : Tidak ada
3. Riwayat Persalinan Sekarang
a. G2P1A0 Usia Kehamilan 39 Minggu
b. Tanggal/Jam Persalinan : 11 Mei 2022/ 20:50 WIB
c. Penolong Persalinan : Bidan
d. Tempat Persalinan : PMB D
e. Jenis Persalinan : Spontan, normal
f. Komplikasi persalinan : Tidak ada
g. Ketuban pecah / warna : Spontan 20.40 WIB/ jernih
h. Tali Pusat : Normal, tidak ada lilitan
4. Keadaan Bayi Saat Lahir
a. Penilaian selama 2 detik : Bayi langsung menangis, warna kulit
kemerahan dan bergerak aktif.
127
b. Obat-obatan
1) Vitamin K
Diberikan pada pukul 21.50 WIB pada. 1/3 paha kiri anterolateral 1 mg
atau 0,5 ml.
2) Salep mata
Diberikan pada pukul 21.50 WIB pada pelipis mata kanan-kiri
128
i. Ekstremitas atas dan bawah
1) Bentuk : Simetris
2) Jumlah jari : Lengkap, 10 jari tangan, 10 jari kaki
3) Gerakan : +, aktif
4) Warna Kulit : Normal, kemerahan
j. Refleks
1) Refleks Moro : +, positif
2) Refleks Tonickneck : +, positif
3) Refleks Rooting : +, positif
4) Refleks Sucking : +, positif
5) Refleks Swallowing : +, positif
6) Refleks Grasping : +, positif
7) Refleks Babinski : +, positif
III. ANALISA
Diagnosa : Neonatus cukup bulan sesuai masa kehamilan usia 6 jam
dalam keadaan baik
Masalah : Tidak ada
Kebutuhan : Menjaga kehangatan bayi
IV. PENATALAKSANAAN
1. Memberitahu hasil pemeriksaan kepada orang tua bayi bahwa kondisi bayi
dalam keadaan baik- baik saja
Evaluasi : orang tua telah mengetahui hasil pemeriksaan
2. Mengganti pakaian bayi dengan pakaian bersih dan kering
Evaluasi : bayi sudah dipakaikan pakaian bersih dan kering
3. Menjaga kehangatan bayi
Evaluasi : bayi telah memakai topi
4. Membantu ibu untuk menyusui bayinya
Evaluasi : ibu menyusui bayinya
129
5. Mengajarkan ibu mengenai teknik menyusui yang baik yaitu badan bayi
harus dekat dengan ibu, puting susu dan areola harus tercakup mulut bayi,
dan bayi tidak mengeluarkan bunyi saat menyusui.
Evaluasi : Ibu mengerti dan bisa melakukannya
6. Memberikan imunisasi Hb0 0,5 mg secara intramuskular di paha kanan
anterolateral.
Evaluasi : imunisasi Hb0 telah diberikan pada bayi jam 04:00 WIB
7. Memberitahu ibu tentang perawatan tali pusat yaitu sifatnya harus bersih
dan kering, tali popok berada dibawah tali pusat, jika tali pusat terkena
tinja bersihkan dengan sabun lalu bilas.
Evaluasi : ibu mengerti dan memahami tentang perawatan tali pusat
8. Memberitahukan tanda-tanda bahaya bayi pada ibu, seperti bayi sulit
bernafas, warna kulit bayi kuning, biru atau pucat, isapan lemah, tali pusat
basah dan berbau, tidak berkemih atau buang air besar dalam 24 jam,
disertai adanya demam atau kejang. Jika salah satu terjadi pada bayi,
anjurkan ibu untuk segera datang segera ke petugas kesehatan.
Evaluasi : Ibu mengerti penjelasan bidan dan akan segera datang ke
petugas kesehatan jika salah satu tanda bahaya terjadi pada bayinya.
9. Menganjurkan ibu untuk menyusui bayinya sesering mungkin minimal
setiap 2-3 jam sekali
Evaluasi : ibu mengerti dan akan melakukannya
10. Menjadwalkan kunjungan ulang pada tanggal 18 Mei 2022
Evaluasi : ibu bersedia melakukan kunjungan ulang
11. Melakukan pendokumentasian hasil pemeriksaan
Evaluasi : hasil pemeriksaan telah didokumentasikan
130
3.9 Asuhan Kebidanan Bayi Baru Lahir 6 Hari
Asuhan Kebidanan Bayi Baru Lahir 6 Hari Bayi Ny. T Di PMB D Kota
Cimahi Tahun 2022
I. DATA SUBJEKTIF
Ibu mengatakan bayinya tidak demam. Dalam sehari bayi BAK 9-10 kali dan
BAB 3 kali. Bayi hanya diberikan ASI 2-3 jam sekali atau ketika bayi
menangis, dan pola tidur bayi pada malam hari sering terbangun pada pukul
12.00 WIB, atau 02.00 WIB dini hari, dan pada siang hari bayi sering tertidur
131
III. ANALISA
Diagnosa : Neonatus cukup bulan sesuai masa kehamilan usia 6 hari
dengan keadaan normal
Masalah : Tidak ada masalah
Kebutuhan : Pendidikan kesehatan bayi baru lahir, ASI dan menjaga
kehangatan
IV. PETALAKSANAAN
1. Memberitahu ibu hasil pemeriksaan bahwa bayi dalam keadaan normal.
Evaluasi : Ibu mengetahui hasil pemeriksaan
2. Menjelaskan cara menjaga kehangatan bayi dengan cara memakaikan baju,
topi, kaos kaki dan membungkus atau membedong bayi dengan pernel
serta menyelimuti dengan kain bersih.
Evaluasi :Ibu mengerti cara kehangatan bayi
3. Memotivasi ibu untuk memberikan ASI Ekslusif selama 6 bulan tanpa
makanan tambahan lainnya.
Evaluasi : Ibu bersedia untuk memberikan ASI Eksklusif selama 6 bulan
4. Menganjurkan ibu untuk menyusui bayinya 2 jam sekali atau sesuai
dengan keinginan bayi.
Evaluasi : Ibu mengerti waktu untuk menyusui bayinya
5. Memberitahu ibu tanda bahaya pada bayi yaitu malas atau tidak mau
menyusu, kejang, nafas tidak normal, bayi kuning, merintih, tampak biru
pada ektremitas, demam, jika a da tanda bahaya jika ada tanda bahaya
pada bayi ibu harus segera memeriksakan bayinya ke petugas kesehatan.
Evaluasi : Ibu mengerti tanda bahaya pada bayi.
6. Menjelaskan mengenai personal hygiene seperti memandikan bayi 2 kali
sehari dengan air hangat dan dijemur setiap pagi selama 15 menit pada
pukul 08:00 WIB.
Evaluasi : Ibu mengetahui dan akan menerapkannya
132
7. Memberitahukan ibu untuk pemberian immunisasi BCG pada tanggal 11
Juni 2022.
Evaluasi : Ibu akan datang untuk immunisasi
8. Melakukan pencatatan hasil pemeriksaan pada buku KIA
Evaluasi : hasil pemeriksaan telah dicatat.
133
3.10Asuhan Kebidanan Bayi Baru Lahir 2 Minggu
Asuhan Kebidanan Bayi Baru Lahir 2 Minggu Di PMB D Kota Cimahi
Tahun 2022
I. DATA SUBJEKTIF
Ibu mengatakan bayi dalam keadaan sehat, tidak demam serta tidak ada
keluhan lainnya.
III. ANALISA
Diagnosa : Bayi baru lahir usia 2 minggu dengan keadaan normal
Masalah : Tidak ada
Kebutuhan : ASI dan Perawatan bayi
134
IV. PENATALAKSANAAN
1. Memberitahukan ibu bahwa hasil pemeriksaan bayinya dalam keadaan
normal.
Evaluasi : ibu sudah mengetahui hasil pemeriksaan bayinya dalam keadaan
normal
2. Memastikan ibu utuk masih menyusui bayinya dengan ASI eksklusif
selama 6 bulan penuh tanpa tambahan
Evaluasi : ibu masih memberikan ASI eksklusif tanpa tambahan apapun
3. Memberitahu ibu untuk menjemur bayinya agar kebutuhan vitamin D bayi
terpenuhi.
Evaluasi : ibu bersedia untuk menjemur bayi setiap pagi.
4. Memberitahu tanda bahaya pada bayi yaitu tidak mau menyusu, demam,
tidur terus-terusan, berwarna kuning , untuk segera mengujungi fasilitas
kesehatan untuk melakukan pemeriksaan.
Evaluasi : ibu mengerti tentang tanda bahaya pada bayi
5. Mengingatkan kembali kepada ibu tentang lima imunisasi dasar yang wajib
mencegah bayi tertular penyakit. Imunisasi yang wajib dilakukan antara
lain imunnisasi Hepatitis B, BCG, DPT, Polio dan Campak
Evaluasi : Ibu mengerti dan akan melakukan imunnisasi tersebut untuk
bayinya agar selalu sehat.
6. Mengingatkan kembali ibu agar datang ke PMB dengan membawa bayinya
untuk dilakukan imunisasi BCG dan polio 1 pada tanggal 11 Juni 2022
Evaluasi : Ibu bersedia untuk datang immunisasi
7. Melakukan pendokumentasian hasil pemeriksaan.
Evaluasi : hasil pemeriksaan telah didokumentasikan.
135
BAB IV
PEMBAHASAN
136
Terjadinya preeklamsi pada kehamilan dengan usia terlalu tua karena kesehatan
ibu sudah menurun, banyaknya penyakit, system imun sudah menurun, serta
asupan makanan yang tidak dijaga. Umur ibu juga mempengaruhi kapasitas
tropiknya, sehingga pada ibu dengan umur lebih tua cenderung mempunyai bayi
yang berat badannya lebih rendah (Wiknjosastro 2012)
Berdasarkan hasil pemeriksaan secara keseluruhan Ny.T berada dalam
kondisi yang normal. Namun, berdasarkan data kunjugan kehamilan, Ny. T
melakukan kunjungan kehamilan pada Trimester I dan Trimester II sebanyak 2
kali dan pada Trimester III sebanyak 3 kali hal ini tidak sesuai dengan standar
pemeriksaan kehamilan yang seharusnya kunjungan kehamilan dilakukan
sebanyak minimal 6 kali. Kehamilan Ny.T merupakan kehamilan yang beresiko
dikarenakan usia Ny.T >35 sehingga pemeriksaan pada setiap kunjungan
kehamilan sangat berguna untuk mendeteksi dan menghindari resiko kehamilan
yang tidak diinginkan.
137
Departemen Kesehatan RI (2013) menyebutkan bahwa kenaikan berat
badan ibu hamil Indonesia biasanya berkisar 9-12 kg dan tinggi badan ibu
hamil tidak boleh kurang dari 145 cm, karena tergolong resiko tinggi yaitu
dikhawatirkan panggul sempit.
Berdasarkan hasil pemeriksaan berat badan dan tinggi badan Ny. T sudah
sesuai dengan kenaikan berat badan yang normal sesuai masa kehamilan
serta tinggi badan yang normal.
2. Tekanan Darah
Hasil pemeriksaan tekanan darah Ny T, dalam keadaan normal dengan
hasil tekanan darah pada pemeriksaan yaitu 120/70 mmHg.
Tekanan darah merupakan kekuatan yang diperlukan supaya darah dapat
mengalir di dalam pembuluh darah dan beredar mencapai semua jaringan
tubuh manusia. Sesuai dengan teori yang dinyatakan oleh Sari pada tahun
2017, Tekanan darah normal adalah apabila tekanan darah sistolik kurang
dari 120 mmHg dan tekanan darah diastolik kurang dari 80 mmHg.
Berdasarkan hasil pemeriksaan, tekanan darah Ny. T dalam batas
normal karena sistolik tidak kurang dari 120 mmHg dan diastolik tidak lebih
dari 80 mmHg.
3. Nilai Status Gizi (Ukur Lingkar Lengan Atas)
Hasil pemeriksaan LILA (Lingkar Lengan Atas) pada Ny T didapatkan
hasil yaitu 25 cm.
Lingkar Lengan Atas (LILA) adalah pengukuran antropometri yang
dapat menggambarkan keadaan status gizi ibu hamil dan untuk mengetahui
risiko KEK atau gizi kurang. Menurut Paramita pada tahun 2019, lingkar
lengan atas pada ibu hamil minimal 23,5 cm. Ibu hamil yang memiliki
lingkar lengan atas kurang dari 23,5cm atau dibagian merah pita LILA dapat
dikategorikan KEK (Kekurangan Energi Kronik). (Supariasa, 2013)
Berdasarkan hasil pemeriksaan pada Ny T didapatkan LILA Ny. T tidak
kurang dari 23, 5 cm sehingga Ny. T tidak memiliki resiko KEK.
138
4. Pengukuran Tinggi Fundus Uteri (TFU)
Pada kunjungan ANC hasil pemeriksaan leopold I pengukuran TFU pada
Ny. T menggunakan metlin yaitu 27 cm dalam usia kehamilan 37 minggu
dan tafsiran berat janin adalah 2.325 gram.
Pengukuran tinggi fundus uteri (TFU) merupakan salah satu dari 10T
yaitu kebijakan program pemerintah untuk menurunkan angka kematian ibu,
dimana pengukuran TFU adalah indikator untuk melihat kesejahteraan ibu
dan janin. Tinggi fundus uteri (TFU) dapat digunakan untuk menentukan
usia kehamilan atau menentukan taksiran berat badan janin (TBJ). TFU
diukur dengan methelin dari fundus ke simfisis pubis. Cara pengukurannya
dengan menggunakan metlin, dengan titik nol diletakkan di atas simfisis
pubis, lalu ditarik setinggi fundus uteri ibu hamil (Kamariyah, 2013).
Menurut Wahyuningsih, TFU ibu hamil pada usia kehamilan diatas 36
minggu yaitu 36 cm (Wahyuningsih, 2016).
Berdasarkan hasil pemeriksaan pada Ny. T, tinggi fundus uteri Ny.T
tidak sesuai. Ukuran TFU Ny.T lebih kecil dari ukuran TFU normal sesuai
masa kehamilan pada teori karena TFU Ny T hanya 27 cm pada usia
kehamilan 37 minggu. Namun, bayi Ny. T lahir dengan berat badan normal
yaitu 2800 gram.
5. Menentukan Presentasi Janin dan Denyut Jantung Janin (DJJ)
Hasil dari pemeriksaan leopold yang dilakukan pada Ny. T, presentasi
janin normal yaitu kepala sebagai bagian terendah janin. Saat didengarkan
DJJ dalam keadaan normal, yaitu 142 x/menit.
Menentukan presentasi janin dilakukan pada akhir trimester II dan
selanjutnya setiap kali kunjungan antenatal. Pemeriksaan ini dimaksudkan
untuk mengetahui letak janin. Jika, pada trimester III bagian bawah janin
bukan kepala atau kepala janin belum masuk kepanggul berarti ada kelainan
letak, panggul sempit atau ada masalah lain. Sedangkan penilaian DJJ
dilakukan pada akhir trimester I dan selanjutnya setiap kali kunjungan
antenatal. DJJ kurang dari 120x/menit atau DJJ cepat lebih dari 160x/menit
menunjukkan adanya gawat janin. (Kemenkes, 2014).
139
Berdasarkan hasil pemeriksaan presentasi janin dan denyut jantung janin
Ny.T adalah normal karena presentasi janinnya adalah kepala dan denyut
jantung janin Ny.T tidak kurang dari 120x/menit dan tidak lebih dari
160x/menit.
6. Skrining Imunisasi TT
Hasil anamnesa mengenai imunisasi Tetanus Toksoid (TT), Ny. T
mengatakan baru mendapatkan imunisasi TT3.
Imunisasi Tetanus Toksoid (TT) adalah toksin kuman tetanus yang telah
dilemahkan dan dimurnikan yang diberikan pada bayi, anak dan ibu sebagai
usaha memberikan perlindungan terhadap penyakit tetanus. Imunisasi
Tetanus Toksoid ini juga diberikan pada ibu hamil dan wanita yang akan
menikah (calon pengantin). Tujuan imunisasi Tetanus Toksoid ini untuk
melindungi ibu dan bayi dari penyakit tetanus karena antibodi dihasilkan dan
diturunkan pada bayi melalui plasenta dan mengurangi resiko tetanus pada
neonatal (Wijayanti, 2013). Anjuran imunisasi TT menurut Kemenkes pada
tahun 2018 adalah menganjurkan imunisasi TT lengkap sampai dengan TT5.
(Kemenkes, 2018)
Imunisasi TT penting diberikan sebagai pencegahan terhadap penyakit
tetanus neonatorum saat persalinan nanti. Namun berdasarkan hasil
pemeriksaan pada Ny. T, imunisasi TT baru dilakukan sebanyak 3 kali, hal
ini tidak sesuai dengan teori yang seharusnya dilakukan imunisasi lengkap
sampai TT 5.
7. Pemberian tablet zat besi minimal 90 tablet selama kehamilan
Hasil anamnesa mengenai tablet zat besi atau tablet Fe pada Ny.T, Ny.T
mengatakan rutin mengkonsumsi tablet zat besi selama masa kehamilannya.
Pemberian tablet Fe sangat penting untuk menghindari terjadinya anemia
dalam kehamilan. Ny. T mengonsumsi tablet Fe secara rutin. Hal ini sesuai
dengan Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonsia Nomor 88 Tahun
2014 tentang standar tablet tambah darah bagi wanita usia subur dan ibu
hamil dikatakan bahwa tablet besi diberikan setiap hari selama kehamilan
atau minimal 90 tablet selama kehamilan.
140
Tablet zat besi sangat penting untuk dikonsumsi selama masa kehamila.
Berdasarkan hasil pemeriksaan Ny. T patuh dalam mengonsumsi tablet Fe
sehingga dapat mengurangi resiko anemia pada Ny. T saat masa kehamilan
dan persalinan.
8. Tes laboratorium
Pemeriksaan Hb terhadap Ny. T dilakukan di rumah dengan
menggunakan alat Hb digital dengan hasil 11,9 gr/dl,
Hemoglobin adalah parameter yang digunakan secara luas untuk
menetapkan prevalensi anemia. Kadar Hb merupakan ukuran untuk
menentukan jumlah hemoglobin dalam satuan mg/dL. Kandungan
hemoglobin yang rendah mengindikasikan anemia (Supariasa et al., 2016).
Menurut teori yang dikemukakan oleh Dinas Kesehatan tahun 2018, kadar
Hb normal yaitu 11 gr/dl. (Dinkes Pakpakbharat, 2018)
Berdasarkan hasil pemeriksaan Hb pada Ny.T didapatkan hasil Hb Ny.T
adalah normal yaitu 11,9 gr/dl. Pemeriksaan laboratorium yang lain berupa
tes protein urine dan PMS tidak dilakukan pada Ny. T karena tidak ada
keluhan ataupun tanda gejala yang mengarah pada hal tersebut. Hal ini
didukung dengan teori yang dinyatakan oleh Depkes RI tahun 2014 bahwa
pemeriksaan urine untuk tes protein urine dan urine glukosa dapat dilakukan
apabila ada kriteria diagnostik. Bila ada kelainan pada klien maka akan
dilakukan rujukan. Sedangkan untuk pemeriksaan khusus seperti tes PMS
dapat dilakukan apabila ada indikasi pada organ reproduksi.
9. Tatalaksana Kasus
Dari hasil pemeriksaan yang telah dilakukan, tidak ditemukan adanya
masalah. Tetapi ada kemungkinan dapat terjadi masalah jika dilihat dari usia
Ny. T yang beresiko yaitu 38 tahun. Usia 38 tahun merupakan kehamilan
dengan resiko tinggi karena memiliki berbagai faktor resiko seperti kelahiran
BBLR, hipertensi, preeklampsi, persalinan cepat, ancaman perdarahan ante
partum dan post partum.
Menurut Dinas Kesehatan tahun 2015 hasil pemeriksaan antenatal yang
ditemukan kelainan harus ditangani sesuai standar dan kewenangan tenaga
141
kesehatan. kasus-kasus yang tidak dapat ditangani dirujuk sesuai dengan
sistem rujukan.
Berdasarkan hasil pemeriksaan tidak ditemukan masalah atau komplikasi
pada kehamilan Ny.T. Namun perencanaan penatalaksanaan
kegawatdaruratan untuk merujuk dapat dilakukan sewaktu-waktu apabila
terjadi masalah.
10. Temu wicara/konseling, termasuk Perencanaan Persalinan dan Pencegahan
Komplikasi (P4K) serta KB pasca persalinan
Ny. T dan keluarga sebagai pengambil keputusan telah mendapat
konseling mengenai hasil pemeriksaan pada setiap kunjungan, perencanaan
persalinan yang meliputi tempat bersalin, penolong persalinan, transportasi,
biaya, serta keperluan ibu dan bayi, konseling perawatan sesuai dengan usia
kehamilan, gizi ibu hamil, kesiapan mental, tanda bahaya kehamilan,
persalinan, dan nifas, persiapan persalinan, kontrasepsi paska persalinan,
perawatan bayi baru lahir.
Berdasarkan teori menurut kementrian kesehatan pada tahun 2020,
informasi yang disampaikan saat konseling minimal meliputi hasil
pemeriksaan, perawatan sesuai dengan usia kehamilan dan usia ibu, gizi ibu
hamil, kesiapan mental, tanda bahaya kehamilan, persalinan, dan nifas,
persiapan persalinan, kontrasepsi paska persalinan, perawatan bayi baru lahir
(Kementerian Kesehatan RI, 2020).
Berdasarkan hasil secara keseluruhan Ny.T sudah mendapatkan
konseling dan informasi yang sesuai pada setiap kunjungan serta tidak ada
kesulitan pada saat temu wicara dengan Ny. T
142
belum pecah, kepala sudah masuk PAP, divergen penurunan kepala 3/5, stasion
0, denyut jantung janin 143x/menit.
His kala I berlangsung cukup kuat sehingga ibu merasakan sakit. Metode
untuk mengurangi rasa nyeri dapat dilakukan dengan cara menghadirkan
seseorang yang dapat memberikan dukungan selama persalinan (suami, orang
tua), pengaturan posisi duduk atau setengah duduk, posisi merangkak,
berjongkok atau berdiri, berbaring miring kiri, relaksasi dan pernafasan,
istirahat, sentuhan dan pijatan, serta penjelasan mengenai proses, kemajuan dan
prosedur yang akan dilakukan. (Purwoastuti, 2019). Lamanya kala I untuk
primigravida berlangsung 12 jam dan multigravida 8 jam. Berdasarkan kurva
Friedman, diperhitungkan pembukaan primigravida 1 cm/jam dan pembukaan
multigravida 2 cm/jam. (Manuaba, 2012). Kemajuan persalinan dipantau dan
dicatat dalam partograf diantaranya pengukuran His dilakukan setiap 30 menit,
DJJ setiap 30 menit, nadi setiap 30 menit, temperatur tubuh setiap 2 jam,
pemeriksaan yang dilakukan setiap kali melakukan pemeriksaan dalam yaitu
pembukaan serviks, warna dan adanya air ketuban, penyusupan tulang kepala
janin setiap 4 jam, volume urin, protein atau aseton dicatat setiap 2 jam apabila
ibu berkemih. (Rosyati, 2017)
Pada persalinan kala I Ny.T pembukaan berlangsung cepat. Jarak dari
pembukaan 5 sampai pembukaan 10 berlangsung 1 jam, hal ini tidak sesuai
dengan teori friedman yang menyebutkan pembukaan untuk multigravida adalah
2cm/jam. Hal ini dapat disebabkan his yang kuat sehingga menyebabkan
persalinan lebih cepat.
4.2.2 Kala II
Pada kala II disebut kala pengeluaran bayi. Pada pukul 20.30 WIB His
semakin kuat 5x10’40”, pada pukul 23.40 terjadi pecah ketuban, tampak adanya
dorongan untuk mengejan, tampak lendir bercampur darah keluar dari vagina,
dilakukan pemeriksaan dalam vulva/uretra tidak ada kelainan, tampak
pengeluaran lendir dan darah, tidak ada luka parut dari vagina, portio tipis dan
lunak, pembukaan 10 cm, ketuban (-), penurunan kepala 0/5, molase 0
143
menumbung. DJJ 142 x/menit, irama teratur. Terjadi tanda tanda persalinan
yaitu tampak adanya tekanan pada anus, perineum menonjol, pengeluaran lendir
darah semakin meningkat,vulva membuka, kepala tampak 5-6 cm didepan vulva.
Pada pukul 23.50 WIB bayi Ny.T lahir dengan spontan dalam keadaan normal
langsung menangis, tonus otot kuat, kulit kemerahan
Proses inpartu ditandai dengan pembukaan serviks, lendir disertai darah dari
jalan lahir, pengeluaran air ketuban, serta kontraksi uterus. Lamanya kala II
untuk primigravida 2 jam dan multigravida 1 jam. Faktor yang mempengaruhi
persalinan diantaranya passage (jalan lahir), power (his dan mengejan),
passanger (keadaan janin). His pengeluaran atau his mengejan sangat kuat,
teratur, simetris, terkoordinasi dan lama. Berkoordinasi bersama his kontraksi
otot perut, kontraksi diafragma dan ligamentum. Dalam proses persalinan yang
paling menentukan dalam tahapan ini adalah proses mengejan ibu yang
dilakukan dengan benar baik dari segi kekuatan maupun keteraturan. Ibu harus
mengejan sekuat mungkin seirama dengan intruksi yang diberikan. Biasanya ibu
diminta menarik nafas panjang dalam beberapa kali saat kontraksi terjadi lalu
buang secara perlahan. Ketika kontaksi mencapai puncaknya, doronglah janin
dengan mengejan sekuat mungkin. (Purwoastuti, 2019). Selama persalinan,
kontraksi uterus dimulai terutama di puncak fundus uteri kemudian menyebar ke
seluruh korpus uteri. Setiap kontraksi uterus cenderung mendorong bayi ke arah
serviks karena kontraksi intensitasnya kuat pada puncak dan korpus uteri, namun
lemah di segmen bawah uterus kearah serviks. Saat awal persalinan, kontraksi
hanya terjadi sekali tiap 30 menit. Seiring majunya persalinan kontraksi timbul
sekali setiap 1 sampai 3 menit dan intensitasnya terus meningkat dengan periode
relaksasi yang singkat diantara kontraksi. (Guyton, 2014).
Persalinan Ny.T merupakan kehamilan yang memiliki resiko karena factor
usia tua yaitu >35 tahun. Risiko yang dapat terjadi pada ibu hamil yang berusia
lebih dari 35 tahun pada persalinannya adalah persalinan cepat dan perdarahan
pascasalin. Persalinan cepat dapat disebabkan oleh abnormalitas tahanan yang
rendah pada bagian jalan lahir, abnormalitas kontraksi uterus dan rahim yang
terlalu kuat, atau tidak adanya rasa nyeri pada saat his sehingga ibu tidak
144
menyadari adanya proses-proses persalinan yang sangat kuat itu. (Doenges,
2012). Perdarahan pascasalin dapat disebabkan karena elastisitas dari otot-otot
panggul dan fungsi alat-alat reproduksi pada umumnya mengalami penurunan.
(Rochjati, 2011).
Berdasarkan hasil pengkajian, proses persalinan kala II Ny.T terjadi tanda
tanda persalinan dan berlangsung sekitar 20 menit. Hal ini sesuai menurut teori
karena tidak lebih dari 1 jam. Persalinan Ny.T merupakan persalinan beresiko
karena usia Ny.T >35 tahun. Pada praktiknya persalinan Ny. T berlangsung
lancar, tidak terjadi perdarahan pascasalin. Namun terjadi persalinan yang cepat
karena jarak dari pembukaan 5 sampai pembukaan lengkap hanya 1 jam. Hal ini
dapat disebabkan karena kontraksi uterus yang kuat, maupun tahanan yang
rendah pada bagian jalan lahir karena faktor usia ibu.
145
perdarahan pervaginam ≤ 500 cc setelah kala II selesai atau setelah placenta
lahir.
Berdasarkan hasil pengkajian kala III telah dilakukan penatalaksanaan kala
III sesuai teori. Pelepasan plasenta pada Ny.T terjadi selama 10 menit setelah
bayi lahir dengan keadaan utuh dan perdarahan pervaginam setelah kala II pada
Ny. T yaitu tidak melebihi 500 cc yakni hanya berkisar 150 cc.
4.2.4 Kala IV
Pada kala IV, pukul 21.15 WIB placenta lahir Kemudian memastikan
kontraksi uterus baik dan pengecekan laserasi. Hasil pemeriksaan didapatkan
kontraksi uterus baik dan tidak ada laserasi perineum. Pemeriksaan pasca
persalinan didapatkan hasil TFU 1 jari dibawah pusat, kontraksi uterus baik,
kandung kemih kosong, tekanan darah 120/80 mmHg, nadi 80x/menit, respirasi
20x/menit, suhu 36,9oC, perdarahan ± 150 cc.
Menurut Amelia (2019) kala IV dimulai dari lahirnya plasenta selama 1-2
jam atau kala/fase setelah plasenta dan selaput ketuban dilahirkan sampai
dengan 2 jam post partum. Kala ini terutama bertujuan untuk melakukan
observasi karena perdarahan postpartum paling sering terjadi pada 2 jam
pertama. Kehilangan darah pada persalinan biasanya disebabkan oleh luka pada
saat pelepasan plasenta dan robekan pada serviks dan perineum. Rata-rata
jumlah perdarahan yang dikatakan normal adalah 250 cc, biasanya 100-300 cc.
Berdasarkan hasil pengkajian kala IV pada Ny.T tidak dilakukan
penjahitan karena luka laserasi hanya terdapat lecet pada mukosa vagina dan
tidak ditemukan perdarahan aktif. Jumlah perdarahan Ny.T dapat dikatakan
normal yaitu ± 150 cc. Observasi dilakukan setiap 15 menit pada 1 jam pertama
pasca persalinan dan setiap 30 menit pada jam ke-2 pasca persalinan.
146
6 minggu setelah persalinan. Pada kunjungan nifas pertama 6 jam postpartum,
hasil pemeriksaan kondisi Ny. T yaitu tekanan darah 110/80 mmHg, respirasi 80
x/menit. pernafasan 20 x/menit, dan suhu 36,5 C. Ny. T mengatakan ASI sudah
keluar, sudah bisa miring kiri dan kanan dan sudah BAK, saat dilakukan
pemeriksaaan kontraksi uterus baik, TFU 2 jari bawah pusat, lochea rubra,
perdarahan dalam batas normal.
Menurut (Wahyuningsih, 2018) tujuan kunjungan pertama nifas yaitu
waktu 6- 8 jam setelah postpartum adalah mencegah perdarahan masa nifas.
mendeteksi dan merawat penyebab perdarahan, rujuk bilaperdarahan berlanjut,
pemberian ASI awal, 1 jam setelah Inisiasi Menyusu Dini (IMD) berhasil
dilakukan, melakukan hubungan antara ibu dan bayi, menjaga bayi tetap sehat
dengan cara mencegah hipotermia.
Ibu yang bersalin normal dua jam postpartum sudah diperbolehkan
miring kiri/kanan, kemudian secara bertahap jika kondisi ibu baik, ibu
diperbolehkan duduk, berdiri, dan jalan-jalan di sekitar tempat tidur
(Sulistyawati, 2013). Lochea pada nifas 1-3 hari adalah lochea rubra (cruenta)
yang berisi darah segar dan sisa-sisa selaput ketuban, sel-sel desidua, verniks
kaseosa, lanugo, dan mekoneum. Pengukuran TFU pada masa nifas juga sangat
penting dilakukan untuk menilai involusi uterus. tinggi fundus uteri yang normal
setelah plasenta lahir adalah 2 jari dibawah pusat. (Wahyuningsih, 2012)
Berdasarkan hasil pengkajian kunjungan nifas pertama pada Ny.T hasil
pemeriksaan dalam keadaan normal, tidak terjadi keluhan ataupun
permasalahan.
147
baik, tinggi fundus uteri di bawah umbilikus, tidak ada perdarahan abnormal,
menilai adanya tanda-tanda demam, infeksi dan perdarahan, memastikan ibu
mendapat istirahat yang cukup. cukup cairan, memastikan ibu menyusui dengan
baik dan benar serta tidak ada tanda-tanda kesulitan menyusui, memberikan
konseling tentang perawatan bayi baru lahir. Menurut (Sukarni, 2013) lochea
pada hari ketiga sampai ketujuh yaitu lochea sanguelenta berwarna merah
kecoklatan dan berlendir.
Involusi uterus atau pegerutan uterus merupakan suatu proses dimana
uterus kembali ke kondisi sebelum hamil. Uterus setelah bayi lahir TFU setinggi
pusat. Plasenta lahir TFU 2 jari dibawah pusat, 1 minggu TFU pertengahan pusat
sypmisis, 2 minggu TFU tidak teraba diatas sympisis, 6 minggu TFU bertambah
kecil. 8 minggu TFU sebesar normal. (Aritonang, 2021)
Lokia adalah ekskresi cairan rahim selama masa nifas. Lokia mengalami
perubahan karena proses involusi. Pengeluaran lokia terbagi menjadi lokia rubra
(1-3 hari) : merah kehitaman yang terdiri dari sel dsesidua, verniks caseosa,
rambut lanugo, sisa meconium dan sisa darah. Sanguileta (3-7 hari) : berwarna
putih bercampur merah, sisa darah bercampur lendir. Serosa (7-14 hari) :
kekuningan/coklat, lebih sedikit darah dan lebih banyak serum, juga terdiri dari
leukosit dan robekan laserasi plasenta. Alba (>14 hari) : berwarnna putih
mengandung leukosit, selaput lendir serviks dan serabut jaringan yang mati
(Aritonang, 2021)
Hasil pemeriksaan kunjungan nifas Ny.T secara umum dalam kondisi yang
baik. Tidak terdapat perdarahan abnormal, tidak ada tanda tanda infeksi masa
nifas, pemberian ASI lancar, involusi uterus berjalan dengan normal, TFU
pertengahan simfisis dan pusat, dan pengeluaran lochea normal yaitu
sanguinolenta. Namun Ny.T mengatakan sedikit merasa lelah karena bayinya
terkadang suka terbangun di malam hari, untuk mengatasi kurangnya istirahat,
Ny.T melakukan tidur siang ketika bayinya tertidur.
148
4.3.3 Kunjungan Nifas 3
Hasil pengkajian kunjungan nifas yang ketiga yaitu asuhan 14 hari
postpasrtum. Ny. T mengatakan tidak ada keluhan. Dari hasil pemeriksaan
kondisi ibu secara keseluruhan baik, lochea alba. Berat badan 52kg, tekanan
darah 120/70 mmHg, nadi 82 x/menit. pernafasan 20 x/menit, dan suhu 36,5 C.
Menurut (Wahyuningsih, 2018) kunjungan ketiga 2 minggu postpartum
bertujuan untuk memastikan involusi uteri berjalan normal, uterus berkontraksi
fundus dibawah umbilicus, tidak ada perdarahan abnormal dan tidak ada bau
menyengat, menilai adanya tanda demam, infeksi atau perdarahan abnormal.
memastikan ibu mendapatkan cukup makanan, cairan dan istirahat, memastikan
ibu menyusui dengan baik dan tidak ada tanda-tanda penyulit dalam menyusui,
menjaga bayi agar tetap hangat dan merawat bayi sehari-hari. Menurut
Wahyuningsih (2012), pada hari ke 7-14 lochea normal adalah serosa yaitu
berwarna kuning dan tidak berdarah lagi.
Hasil pemeriksaan Ny.T secara keseluruhan adalah normal. Tidak ada
keluhan, tidak ada perdarahan abnormal, tidak ada penyulit ketika menyusui.
Involusi uterus berjalan normal hal ini ditandai dengan TFU Ny.T sudah tidak
teraba diatas simfisis. Pada kunjugan ini bidan mengajak Ny.T untuk mulai
memilih jenis kontrasepsi. Ibu berencana untuk menggunakan konrasepsi IUD
namun akan mendiskusikan dulu dengan suaminya.
149
keluar, pemeriksaan cairan yang keluar dari vagina, anjuran ASI Ekslusif enam
bulan serta memberikan konseling untuk menggunakan KB secara dini .
Hasil pemeriksaan Ny.T dalam kondisi yang baik, tidak ada keluhan,
mengatakan masih memberikan ASI ekslusif dan Ny.T mengatakan sudah
berdiskusi dengan suaminya untuk menggunakan kontrasepsi jangka panjang
yaitu IUD.
150
licin karena jaringan subkutan yang cukup, rambut lanugo tidak terlihat dan
rambut kepala biasanya telah sempurna, kuku agak panjang dan lemas, nilai
APGAR > 7, gerakan aktif, bayi langsung menangis kuat, refleks rooting
(mencari putting susu dengan rangsangan taktil pada pipi dan daerah mulut)
sudah terbentuk dengan baik, refleks sucking (isap dan menelan) sudah
terbentuk dengan baik, refleks morro (gerakan memeluk bila dikagetkan) sudah
terbentuk dengan baik, refleks grasping (menggenggam) sudah baik, genetalia
sudah terbentuk sempurna , pada laki- laki testis sudah turun ke skrotum dan
penis berlubang, pada perempuan: Vagina dan uretra yang berlubang, serta labia
mayora sudah menutupi labia minora, eliminasi baik, mekonium dalam 24 jam
pertama, berwarna hitam kecoklatan. (Jamil, 2017).
Salep atau tetes mata untuk pencegahan infeksi mata diberikan segera
setelah IMD dan bayi setelah menyusu, sebaiknya 1 jam setelah lahir.
Pencegahan infeksi mata dianjurkan menggunakan salep mata antibiotik
tetrasiklin 1%. Pemberian Vitamin K sebagai pencegahan terjadinya perdarahan
karena defisiensi vitamin K pada bayi baru lahir diberikan suntikan vitamin K1
(phytomenadion) sebanyak 1 mg dosis tunggal, intramuskular pada antero lateral
paha kiri 1 jam setelah IMD. Pemberian Imunisasi 0 Imunisasi Hepatitis B
pertama ( HB 0) diberikan 1-2 jam setelah pemberian vitamin K1 secara
intramuskuler. Imunisasi Hepatitis B bermanfaat untuk mencegah infeksi
Hepatitis B terhadap bayi, terutama jalur penularan ibu bayi. Imunisasi Hepatitis
B harus diberikan Pada bayi umur 0-7 hari. (Kemenkes, 2012)
Semua bayi baru lahir harus dinilai adanya tanda-tanda kegawatan atau
kelainan yang menujukan suatu penyakit. Bayi baru lahir dinyatakan sakit
apabila mempunyai salah satu atau beberapa tanda antra lain: Sesak nafas,
Frekuensi pernafasan 60 kali/menit, gerak retraksi didada, malas minum, panas
atau suhu badan bayi rendah, kurang aktif, berat lahir rendah (500- 2500gram)
dengan kesulitan minum. Tanda-tanda bayi sakit berat, apabila terdapat salah
satu atau lebih tanda seperti: sulit minum, sianosis setral (lidah biru), perut
kembung, priode apneu, kejang/priode kejang-kejang kecil, merintih,
perdarahan, sangat kuning, berat badan lahir <1500 gram. (Jamil, 2017).
151
Teknik menyusui yang baik dan bener menurut Astuti (2015), langkah-
langkahnya yaitu : Cuci tangan menggunakan sabun, lalu sebelum menyusui
keluarkan asi sedikit dan oleskan pada puting susu dan aerola, cara ini berguna
untuk menjaga kelembapan putting susu. Bayi diletakan menghadap perut ibu,
kepala bayi pada lengkung ibu dan bokong disangga oleh telapak tangan, tidak
ada celah antara ketiak dengan lengan. Pegang payudara dengan ibu jari diatas
dan jari lain menopang dibawah, dan beri bayi rangasangan dengan cara
menyentuhkan puting ibu ke pipi dan bibir bayi. Setelah mulut terbuka lebar,
dekatkan payudara dengan mulut bayi. Pastikan mulut bayi terbuka lebar, mulut
bayi menutupi aerola, dagu menempel pada payudara dan bibir bayi
melengkung. Cara melepaskan isapan bayi yaitu jari kelingking ibu dimasukan
kemulut bayi atau tekan dagu bayi kebawah. Setelah menyusui jangan lupa
sendawakan bayi dengan bayi digendong tegak pada bahu ibu lalu tepuk-tepuk
punggung bayi secara perlahan sampai bayi bersendawa.
Berdasarkan hasil pengkajian, bayi Ny.T dalam kondisi normal, berat badan
dan panjang badan Ny.T normal, tidak ada kesulitan ketika menyusui, tidak
ditemukan tanda kelainan refleks dan tanda bahaya neonatus. Ny. T sudah
mengetahui mengetahui tanda bahaya neonatus, cara perawatan tali pusat dan
teknik menyusui yang benar. Menganjurkan Ny. T untuk melakukan pemberian
asi secara on demand dan pemberian ASI ekslusif selama 6 bulan tanpa
diberikan tambahan apapun dan menganjurkan Ny.T untuk segera datang ke
fasilitas kesehatan apabila terdapat tanda-tanda bahaya neonatus.
152
Asuhan yang diberikan pada masa ini diantaranya menekankan
kepada ibu bahwa ASI Eksklusif sangat penting diberikan kepada
bayi sampai usia 6 bulan yang sesuai dengan teori menurut Astuti (2015).
Mengingatkan ibu mengenai perawatan tali pusat agar selalu diterapkan menurut
Heryani (2019), yaitu perawatan tali pusat prinsipnya bersih dan kering, melipat
popok dibawah tali pusat, dan tidak diperbolehkan untuk membubuhkan apapun
dikarnakan dapat menyebabkan infeksi pada tali pusat. Menurut Ariyani (2020),
dalam kondisi normal tali pusat akan mengering dan terlepas dengan sendirinya
kurang lebih tujuh hari setelah kelahiran.
Berdasarkan hasil pemeriksaan keadaan bayi Ny.T dalam keadaan normal,
tali pusat terlihat sudah lepas, tidak ada tanda infeksi dan terjadi kenaikan berat
badan 300 gram.
153
Berdasarkan hasil pemeriksaan keadaan bayi sedang sehat dan tidak ada
keluhan, serta tidak terdapat tanda bahaya pada bayi. Memastikan Ny. T untuk
tetap memberikan ASI kepada bayinya tanpa tambahan apapun dan menjaga
bayi agar tidak terpapar dari sumber penyakit.
154
BAB V
PENUTUP
5.1 Simpulan
Berdasarkan asuhan yang telah diberikan mulai dari pemeriksaan
kehamilan, persalinan, masa nifas, bayi baru lahir, dan pelayanan keluarga
berencana yang dilakukan dapat mengambil kesimpulan sebagai berikut :
1. Asuhan kehamilan Ny. T dengan resiko tua umur. Asuhan yang diberikan
pada Ny. T didapatkan tidak ada keluhan maupun masalah. Kunjungan
ulang setelah UK 37 minggu dilakukan 1 minggu sekali.
2. Asuhan persalinan Ny. T berlangsung cepat hal ini dapat disebabkan
karena kontraksi uterus yang kuat maupun tahanan yang rendah pada
bagian jalan lahir karena faktor usia ibu.
3. Asuhan masa nifas Ny. T tidak terdapat masalah yang serius. Lelah
karena bayi terkadang terbangun di malam hari dapat diatasi dengan cara
tidur di siang hari ketika bayi tertidur
4. Asuhan bayi baru lahir pada bayi Ny. T dilakukan pemantauan dan
kunjungan sebanyak 3 kali. Tidak didapatkan keluhan dan
ketidaksesuaian selama penatalaksanaannya.
5.2 Saran
5.2.1 Untuk Institusi Pendidikan
Diharapkan dapat meningkatkan kualitas pendidikan bagi mahasiswa
dengan penyediaan fasilitas sarana dan prasarana yang mendukung peningkatan
kompetensi mahasiswa sehingga dapat menghasilkan calon bidan yang
berkualitas.
155
mengikuti perkembangan ilmu pengetahuan kesehatan agar dapat menerapkan
setiap asuhan kebidanan sesuai dengan teori dari mulai kehamilan, persalinan,
nifas dan BBL.
156
DAFTAR PUSTAKA
Budhi, subekti, N. Buku Saku Manajemen Masalah Bayi Baru Lahir. Jakarta:
Buku Kedokteran EGC. 2019
Dewi, Vivian Nanny Lia. Asuhan Kebidanan Neonatus, Bayi, dan Anak Balita.
Jakarta: Salemba Medika. 2014
Dinas Kesehatan Kota Cimahi. Profil Kesehatan Kota Cimahi Tahun 2019.
Cimahi. 2019
157
Hernawati, E. Kamila, L. Buku Ajar Bidan Kegawatdaruratan Maternal dan
Neonatal .Jakarta: CV.Trans Info Media. 2017
Jamil, S. N., Sukma, F., & HamidahBuku Ajar Asuhan Kebidanan Pada Neonatus,
Bayi, Balita dan Anak Pra Sekolah. Jakarta: Fakultas Kedokteran dan
Kesehatan Universitas Muhammadiyah Jakarta. 2017
JNPK-KR. Asuhan Persalinan Normal & Inisiasi Menyusui Dini. Jakarta: Depkes
RI. 2017
Kamariyah, dkk. 2014. Buku Ajar Kehamilan untuk Mahasiswa & Praktisi
Keperawatan serta Kebidanan. Jakarta: Salemba Medika
158
Koehtae, A. S. Gambaran Tingkat Pengetahuan Ibu Hamil Tentang Kehamilan
Berisiko Di Puskesmas Ngesrep. Jurnal Ilmu Keperawatan. 2015
Kurniarum. Ari. Asuhan Kebidanan Persalinan Dan Bayi Baru Lahir. Jakarta:
Penerbit Pusdik SDM Kesehatan. 2016
Mukti Ali el-Qum. Roland Gunawan, Siapa bilang KB haram?. Bekasi: Yayasan
Rumah Kita Bersama, 2013
Setiyani, Astuti, dkk. Modul Bahan Ajar Asuhan Kebidanan Neonatus, Bayi,
Balita, dan Anak Pra Sekolah. Jakarta: Tim P2M2. 2016
Sukma, Febi. Asuhan Kebidanan Pada Masa Nifas. Jakarta: Fakultas Kedokteran
Dan Kesehatan Universitas Muhammadiah Jakarta. 2017
Sulfianti, dkk. Asuhan Kebidanan Masa Nifas. Jakarta: Yayasan Kita Menulis.
2019
159
Susi Sriwahyuni. Darmawan. Lili Eky Nursia N. Arif Iskandar. Khairunnas. The
Relationship among Age and Parity with the Incidence of Hypertension in
Pregnant Women in Grinting Village, Bulakamba Sub-District, Brebes
Regency. 2020
160
LAMPIRAN
161
162
163
INFORMED CONSENT PASIEN
SURAT PERNYATAAN KLIEN
Demikian surat penyataan ini saya buat dengan kesadaran sendiri tapa paksaan
dari pihak manapun juga.
( Tantri Fadilla )
164
165
166
167
Dokumentasi Asuhan
No Asuhan Dokumentasi
Asuhan
kebidanan
1 kehamilan 37
minggu
Asuhan
2 kebidanan
kehamilan 38
minggu
Asuhan
3 kebidanan
persalinan
168
Asuhan
4 kebidanan
nifas 6 jam
Asuhan
kebidanan
5 nifas 6 hari
169
Asuhan
6 kebidanan
nifas 6 minggu
Asuhan
kebidanan bayi
7 baru lahir 6
jam
170
Asuhan
8 kebidanan bayi
baru lahir 6
hari
Asuhan
kebidanan bayi
9 baru lahir 2
minggu
171