Anda di halaman 1dari 39

LAPORAN KASUS

ASUHAN KEBIDANAN PADA BALITA A USIA 18 BULAN


DENGAN DIARE DEHIDRASI RINGAN
DI UPT PUSKESMAS DTP SAKETI
TAHUN 2022

Disusun Oleh:

WIWIN PURWINI
220705275

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI BIDAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
ABDI NUSANTARA JAKARTA
2022
LEMBAR PERSETUJUAN

LAPORAN KASUS

ASUHAN KEBIDANAN PADA BALITA A USIA 18 BULAN


DENGAN DIARE DEHIDRASI RINGAN
DI UPT PUSKESMAS DTP SAKETI
TAHUN 2022

Telah disetujui, diperiksa, dan siap diujikan dihadapan

Tim Penguji

Pembimbing I

(Nur Anita,M.Keb
NIDN. 0312079005

i
LEMBAR PENGESAHAN

LAPORAN KASUS
ASUHAN KEBIDANAN PADA BALITA A USIA 18 BULAN
DENGAN DIARE DEHIDRASI RINGAN
DI UPT PUSKESMAS DTP SAKETI
TAHUN 2022

Studi Kasus ini telah diperiksa dan disahkan oleh Tim Penguji Studi Kasus
Stikes Abdi Nusantara Jakarta.

Penguji

…………………………………………….

MENYETUJUI

Ka. Prodi Studi Profesi Kebidanan


Stikes Abdi Nusantara Jakarta

Lia Idealistiana, SKM, M.Pd, MARS

ii
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan Kehadirat Allah SWT, yang telah melimpahkan rahmat dan
karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan Laporan Kasus yang berjudul “Asuhan
Kebidanan Pada Balita A Usia 18 Bulan Dengan Diare Dehidrasi Ringan Di UPT Puskesmas DTP
Saketi Tahun 2022”.

Dalam penyusunan Laporan ini, penulis banyak mendapatkan dukungan dari berbagai pihak,
baik secara moril maupun materil. Untuk itu penulis menguncapkan banyak terima kasih kepada :

1. Bapak Khairil Walid, SKM,MPd selaku ketua Yayasan Abadi Nusantara Jakarta.
2. Ibu Lia Idealistiana, SKM, SST, MARS, selaku Ketua Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Abdi
Nusantara Jakarta.
3. Ibu Nur Anita,M.Keb selaku Pembimbing yang telah banyak memberikan masukan, pengarahan,
dan bantuan kepada penulis dalam melakukan perbaikan-perbaikan untuk ke sempurnaan
laporan ini.
4. Ibu/Bapak , selaku Penguji yang telah banyak
memberikan masukan, pengarahan, dan bantuan kepada penulis dalam melakukan perbaikan-
perbaikan untuk kesempurnaan laporan penulis.
5. Kedua orang tua tercinta, suami dan anak tersayang serta keluarga besar yang selalu mendoakan,
memotivasi dan membantu dengan tulus dan kasih sayang serta selalu memberi semangat
kepada penulis.

Dalam penulisan laporan, penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun
untuk perbaikan di masa yang akan datang. Penulis berharap semoga laporan kasus ini dapat berguna
bagi pembaca umumnya dan profesi kebidanan khususnya. Semoga Allah SWT senantiasa
memberikan rahmat dan hidayahnya kepada kita semua.

Pandeglang, 12 Desember 2022

Penulis

Wiwin Purwini

iii
DAFTAR RIWAYAT HIDUP

A. DATA PRIBADI
Nama : Wiwin Purwini
Agama : Islam
Jenis Kelamin : Perempuan
Alamat : Kp.Saketi Pasir Desa. Saketi Kecamatan. Saketi
Kabupaten. Pandeglang - Banten

B. RIWAYAT PENDIDIKAN
1. Sekolah Dasar : SDN SAKETI 3
2. Sekolah Menengah Pertama : SMPN SAKETI 1
3. Sekolah Menengah Keatas : SPK RANGKASBITUNG
4. Perguruan tinggi : DI PPB RANGKASBITUNG
DIII Kebidanan STIKes Faletehan
SI Kebidanan STIKes Abdi Nusantara Jakarta

Tanda Tangan

(Wiwin Purwini)

iv
DAFTAR ISI

LEMBAR PERSETUJUAN ........................................................................................... i

LEMBAR PENGESAHAN ........................................................................................... ii

KATA PENGANTAR ........................................................................................... iii

DAFTAR RIWAYAT HIDUP ........................................................................................... iv

DAFTAR ISI ........................................................................................... v

BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ................................................................................................ 1
B. Tujuan ………................................................................................................ 2

BAB II TINJAUAN TEORI


A. Definisi Balita ..……………….……………………….…………... 4
B. Konsep MTBS ..……………………………………………………………. 4
C. Konsep DIARE …………………………………………………………….. 5

BAB III TINJAUAN KASUS / SITUASI


Laporan Kasus dengan Formulir MTBS dan SOAP .......................................................... 13
Laporan Kasus dengan Metode Pathway …………………………………................... 22

BAB IV PEMBAHASAN …………………….……………………………………...... 23


BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan ........................................................................................................... 25
B. Saran ……………………………………………………...……………................ 25

DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................ 27

v
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Menurut World Helath Organization (WHO) diare adalah kejadian buang air
besar dengan konsistensi lebih cair dari biasanya, dengan frekuensi tiga kali atau lebih
dalam periode 24 jam. Diare merupakan penyakit berbasis lingkungan yang disebabkan
oleh infeksi mikroorganisme meliputi bakteri, virus, parasit, protozoa, dan
penularannya secara fekal-oral. Diare dapat mengenai semua kelompok umur baik
balita, anak-anak dan orang dewasa dengan berbagai golongan sosial. Diare merupakan
penyebab utama morbiditas dan mortalitas di kalangan anak-anak kurang dari 5 tahun.
Secara global terjadi peningkatan kejadian diare dan kematian akibat diare pada balita.
Pada tahun 2017, diare menyebabkan sekitar 688 juta orang sakit dan 499.000
kematian di seluruh dunia tejadi pada anak-anak dibawah 5 tahun. Data WHO (2017)
menyatakan, hampir 1,7 miliar kasus diare terjadi pada anak dengan angka kematian
sekitar 525.000 pada anak balita tiap tahunnya
Data Kementrian Kesehatan Indonesia (2017) menyatakan, jumlah kasus diare
yang ditangani instansi kesehatan di Indonesia menurun tiap tahunnya. Pada tahun
2017 penderita diare di Indonesia yang ditangani sebanyak 46,4% dari jumlah
penderita diare keseluruhan yang tercatat berjumlah 6.897.463 orang.
Diare dapat menyebabkan dehidrasi yang akan mempengaruhi jumlah air dalam
tubuh, aktivitas otot, dan fungsi penting lainnya. Dehidrasi sangat berbahaya pada
anak-anak, orang dewasa, dan pada orang yang dengan sistem imun tubuh lemah
sehingga diobati untuk menghindari permasalahan kesehatan yang lebih serius, seperti
kerusakan organ, syok, atau koma. Dehidrasi adalah gagguan keseimbangan cairan atau
air dalam tubuh. Hal ini terjadi karena pengeluaran air lebih banyak daripada
pemasukannya. Gangguan kehilangan cairan tubuh ini juga disertai dengan gangguan
keseimbangan zat elektrolit tubuh. Volume cair yang hilang melalui tinja dalam 24 jam
dapat bervariasi dari 5ml/kg (mendekati normal) sampai 200 ml/kg atau lebih.
Konsentrasi dan jumlah elektrolit yang hilang juga bervariasi. Total deficit natrium
tubuh pada anak-anak dengan dehidrasi berat karena diare biasanya sekitar 70-110
milimol per liter air. Kalium dan klorida hilang dalam retan dalam jumlah yang sama.
Penyebab dehidrasi yang paling umum adalah rotavirus enterotoxigenic Escherichia

1
coli (ETEC), dan selama epidemic vibrio cholera (WHO, 2022).
Dehidrasi pada bayi dan anak kecil ditandai oleh mulut dan lidah kering, tidak
keluar air mata saat menangis, popok tidak basah selama 3 jam atau lebih, mata dan
pipi cekung, bintik halus pada tengkorak, demam yang tinggi, dan gelisah serta lekas
menangis. Derajat dehidrasi dapat dinilai jalan yang sesuai dengan tanda dan gejala
yang mencerminkan jumlah cairan yang hilang. Biasanya ditandai dengan rasa haus,
gelisah atau perilaku mudah marah, turgo kulit menurun, mata cekung, dan fontanel
cekung (pada bayi). Derajat dehidrasi pada anak dapat diklasifikasikan sebagai berikut:
dehidrasi berat, kehilangan cairan > 10% berat badan. Tanda dan gejala kondisi umum
lemah, latergis, ubun-ubun besar, mata cekung, malas minum, cubitan perut kembali
lambat. Dehidrasi ringan – sedang kehilangan cairan 5-10% berat badan. Tanda dan
gejala rewel, gelisah, cengeng, ubun-ubun besar, mata sedikit cekung, tampak
kehausan, minum lahap, cubitan perut kembali lambat. Tanpa dehidrasi tidak ada tanda
untuk diklasifikasikan kedua criteria diatas.
Pada dasarnya penyakit diare tidak begitu membahayakan apabila di tangani
dengan tepat. Namun meskipun demikian penyakit ini dapat menimbulkan rasa tidak
nyaman pada penderita.
Tindakan mandiri bidan sesuai tatalaksana penanganan diare pada MTBS,
adalah pemenuhan kebutuhan cairan dengan memberikan ASI terus menerus, jika anak
tidak memperoleh ASI eksklusif, maka berikan cairan oralit, cairan makanan, seperti
kuah sayur, air tajin atau air matang. Berikan tablet zink selama 10 hari, dan berikan
makan dengan pola sedikit tapi sering.
Berdasarkan kasus diatas maka penulis tertarik untuk membuat laporan kasus
“Asuhan Kebidanan Pada Balita A Usia 18 Bulan Dengan Diare Dehidrasi Ringan Di
UPT Puskesmas DTP Saketi Tahun 2022”.

1.2 Tujuan
1. Tujuan Umum
Mampu memberikan Asuhan Kebidanan Pada Balita A Usia 18 Bulan Dengan
Diare Dehidrasi Ringan Di UPT Puskesmas DTP Saketi Tahun 2022 dengan
menggunakan pendekatan manajemen kebidanan, pendokumentasian metode SOAP dan
Pathway.

2
2. Tujuan Khusus
a. Mampu melakukan pengkajian dan analisa data dasar Pada Balita A Usia 18 Bulan
Dengan Diare Dehidrasi Ringan Di UPT Puskesmas DTP Saketi Tahun 2022.
b. Mampu merumuskan diagnosa Asuhan Kebidanan Pada Balita A Usia 18 Bulan
Dengan Diare Dehidrasi Ringan Di UPT Puskesmas DTP Saketi Tahun 2022.
c. Mampu merencanakan Asuhan Kebidanan Pada Balita A Usia 18 Bulan Dengan
Diare Dehidrasi Ringan Di UPT Puskesmas DTP Saketi Tahun 2022.
d. Mampu melakukan penatalaksanaan Asuhan Kebidanan Pada Balita A Usia 18 Bulan
Dengan Diare Dehidrasi Ringan Di UPT Puskesmas DTP Saketi Tahun 2022.
e. Mampu melakukan evaluasi Asuhan Kebidanan Pada Balita A Usia 18 Bulan
Dengan Diare Dehidrasi Ringan Di UPT Puskesmas DTP Saketi Tahun 2022.
f. Mampu melakukan pendokumentasikan evaluasi Asuhan Kebidanan Pada Balita A
Usia 18 Bulan Dengan Diare Dehidrasi Ringan Di UPT Puskesmas DTP Saketi
Tahun 2022.

3
BAB II

TINJAUAN TEORI

2.1 Definisi Balita


Balita adalah anak yang berumur 0-59 bulan, pada masa ini ditandai dengan proses
pertumbuhan dan perkembangan yang sangat pesat dan disertai dengan perubahan yang
memerlukan zat-zat gizi yang jumlahnya lebih banyak dengan kualitas yang tinggi. Akan
tetapi, balita termasuk kelompok yang rawan gizi serta mudah menderita kelainan gizi
karena kekurangan makanan yang dibutuhkan. Konsumsi makanan memegang peranan
penting dalam pertumbuhan fisik dan kecerdasan anak sehingga konsumsi makanan
berpengaruh besar terhadap status gizi anak untuk mencapai pertumbuhan fisik dan
kecerdasan anak (Ariani, 2017).

2.2 Konsep MTBS


2.2.1 Definisi MTBS
Suatu Pendekatan keterpaduan dalam tatalaksana balita sakit di fasilitas
kesehatan tingkat dasar (Kemenkes, 2022)
2.2.2 Tujuan MTBS
1. Menurunkan angka kesakitan dan kematian terkait penyebab utama penyakit
balita.
2. Memberikan kontribusi terhadap pertumbuhan dan perkembangan kesehatan
anak.
2.2.3 Sasaran Pelayanan MTBS
1. Balita sakit umur 2 bulan – 5 tahun
2. Bayi sakit dan sehat umur kurang dari 2 bulan (bayi muda)
2.2.4 Pelaksana MTBS
1. Perawat dan Bidan
Di fasilitas rawat jalan tingkat dasar (Puskesmas, Pustu, Polindes)
2. Dokter
Penerima rujukan, motivator, supervisor.

4
Penilaian MTBS

2.3 Konsep Diare


2.3.1. Definisi Diare
Secara klinis diare di defenisikan sebagai bertambahnya defekasi (buang air
besar) lebih dari biasanya/ lebih dari 3x sehari, di sertai dengan perubahan
konsisten tinja (menjadi cair) dengan atau tanpa darah. Secara klinik di bedakan 3
macam sindrom diare yaitu diare cair akut, disentri dan diare pesisten. Sedangkan
menurut depkes RI (2017), Diare adalah suatu penyakit dengan tanda-tanda
adanya perubahan bentuk konsitensi dari tinja, yang melembek sampai mencair
dan bertambahnya frekuensi buang air besar biasanya 3 kali atau lebih dalam
sehari (Kemenkes, 2022).
Diare adalah perubahan konsistensi tinja yang terjadi tiba-tiba akibat
kandungan air didalam tinja melebihi normal (10mL/KgBB/hari) dengan
peningkatan frekuensi defekasi lebih dari 3 kali dalam 24 jam dan berlangsung
kurang dari 14 hari. Pola defekasi >3 kali/hari dan konsistensinya cair atau

5
lembek masih dianggap normal selama tumbuh kembangnya baik.
Diare akut adalah buang air besar (defekasi) dengan tinja berbentuk cair atau
setengah cair (setengah padat), kandungan air tinja lebih banyak dari pada
biasanya lebih dari 200 gram atau 200 ml/24 jam. Defenisi lain memakai
frekuensi yaitu buang air besar encer lebih dari 3 kali perhari. Buang air besar
tersebut dapat/ tanpa disertai lendir dan darah. (Kemenkes, 2022)

2.3.2 Klasifikasi Diare


Berdasarkan teori Kemenkes (2022) diare diklasifikasikan sebagai berikut:
1. Dehidrasi
a. Diare dehidrasi berat apabila terdapat tanda sebagai berikut: letargi atau tidak
sadar, mata cekung, tidak bisa minum atau malas minum, cubitan kulit perut
kembali sangat lambat.
b. Diare dengan dehihidrasi ringan atau sedang apabila di temukan tanda seperti
rewel atau mudah marah, mata cekung, haus (minum dengan lahap), cubitan
kulit perut kembali lambat.
c. Diare tanpa dehidrasi apabila hanya ada salah satu tanda pada dehidrasi
berat atau ringan.
2. Diare 14 hari atau lebih
a. Diare persisten berat ditemukan tanda dengan dehidrasi.
b. Diare persisten ditemukan tanda tanpa dehidrasi.
3. Diare jika ada darah dalam tinja
a. Disentri apabila diare disertai darah pada tinja

Berdasarkan banyaknya kehilangan cairan dan elektrolit dari tubuh,


diare dapat menjadi :
1. Diare tanpa dehidrasi.
Pada tingkat diare ini penderita tidak mengalami dehidrasi karena
frekuensi masih dalam batas toleransi dan belum ada tanda-tanda dehidrasi.
2. Diare dengan dehidrasi ringan (3%-5%)
Pada tingkat diare ini penderita mengalami diare 3 kali atau lebih, kadang-
kadang muntah, terasa haus, kencing sudah mulai berkurang, nafsu makan,
aktifitas sudah mulai menurun, tekanan nadi masih normal atau takikarda yang
minimum dan pemeriksaan fisik dalam batas normal.

6
3. Diare dengan dehidrasi sedang (5%-10%)
Pada keadaan ini, penderita akan mengalami takikardi, kencing yang
kurang atau langsung tidak ada, iritabilitas atau lesu, mata dan ubun- ubun
besar menjadi cekung, turgor kulit berkurang, selaput lender bibir dan mulut
serta kulit tampak kering, air mata berkurang dan masa pengisian kapiler
memanjang (> 2 detik) dengan kulit yang dingin dan pucat.
4. Diare dengan dehidrasi berat (10%-15%)
Pada keadaan ini, penderita sudah banyak kehilangan cairan dari tubuh
dan biasanya pada keadaan ini penderita mengalami takikardia.

2.3.3 Etiologi
Penyebab diare berdasarkan teori Kemenkes (2022), dapat di bagi dalam
beberapa faktor yaitu:
1. Faktor infeksi
- Infeksi enteral; infeksi saluran pencernaan makanan yang merupakan
penyebab utama diare pada anak. Meliputi infeksi enteral sebagai berikut:
a. Infeksi bakteri : Vibrio, e.Coli, salmonella, shingella, campylobacter,
yersinia, areomonas, dan sebagainya.

b. Infeksi firus : Enterovirus, dan lain-lain.


c. Infeksi parasit : cacing (askaris, trichuis, oxyuris, stongyloides) protozoa
(entamoeba) histolytica, gradia lambia, trichomonas hominis) jamur
(candida albicans).
- Infeksi parenteral ialah infeksi di luar alat pencernaan makanan seperti: otitis
media akut (OMA), tonsilitis/tonsilofarintis, bronkopneumonia, ensefalitis,
dan sebagainya.
2. Faktor malabsorpsi
Merupakan kegagalan dalam melakukan absorpsi yang mengakibatkan
tekanan osmatik meningkat kemudian akan terjadi pergeseran air dan elektrolit ke
rongga usus yang dapat menigkatkan isi rongga usus sehingga terjadilah diare.
3. Faktor makanan
Dapat terjadi apabila toksin yang tidak mampu di serap dengan baik dan dapat
terjadi penigkatan peristalatik usus yang akhirnya menyebabkan penurunan

7
kesempatan untuk menyerap makanan.
4. Faktor psikologis
Dapat mempengaruhi terjadinya peningkatan peristalitik usus yang dapat
mempengaruhi proses penyerapan makanan.

Beberapa perilaku yang dapat menigkatkan resiko terjadinya diare. (Depkes


RI, 2017)

1. Menyimpan makanan masak pada suhu kamar, bila makanan di simpan beberapa
jam pada suhu kamar, maka akan tercemar dan kuman akan berkembang biak.
2. Menggunakan air minum yang tercemar
3. Tidak mencuci tangan setelah buang air besar dan sebelum makan
4. Tidak membuang tinja dengan benar, seringnya beranggapan bahwa tinja tidak
berbahaya, padahal sesunguhnya mengandung virus atau bakteri dalam jumlah
besar. Selain itu tinja binatang juga dapat menyebabkan infeksi pada manusia.

2.3.4 Patofisiologi
Berdasarkan teori (Kemenkes, 2022), Sebagai akibat diare baik akut maupun
kronik yaitu:
1. Kehilangan air dan elektrolit (terjadi dehidrasi) yang mengakibatkan ganguan
keseimbangan asam basah (asidosis metabolik, hipokalemia).
2. Gangguan gizi akibat kelaparan (masukan kurang, pengeluaran bertambah).
3. Hipoglikimia
Hipoglikemia terjadi pada 2-3% anak yang menderita diare, lebih sering pada
anak yang sebelumnya telah menderita KKP.Hal ini terjadi karena adanya
gangguan penyimpanan atau penyediaan glikogen dalam hati dan adanya
gangguan absorpsi glukosa. Gejala hipolekimia akanmuncul jika kadar glukosa
darah menurun hingga 40 mg% pada bayi dan 50% pada anak-anak.
4. Gangguan sirkulasi darah
Sebagai akibat diare dapat terjadi renjatan (shock) hipovolemik, akibatnya
prefusi jaringan berkurang dan terjadi hipoksia, asidosis bertambah berat, dapat
mengakibatkan perdarahan otak, kesadaran menurun dan bila tidak segera diatasi
klien akan meninggal.

8
2.3.5 Manisfestasi Klinis

Berdasarkan teori Syamsudin, (2016)


a) Diare akut
1. Akan hilang dalam waktu 72 jam dari onset
2. Onset yang takterduga dari buang air besar encer, gas-gas dalam perut, rasa
tidak enak, nyeri perut.
3. Nyeri pada kuadran kanan bawah disertai kram dan bunyi pada perut
4. Demam

b) Diare kronik
1. Serangan lebih sering selama 2-3 periode yang lebih panjang
2. Penurunan BB dan nafsu makan
3. Demam indikasi terjadi infeksi dehidrasi tanda-tandanya hipotensi takikardia,
denyut lemah.

2.3.6 Penatalaksanaan berdasarkan MTBS


Menurut Kemenkes 2022, prinsip tatalaksana diare pada balita adalah:
1. Terapi A: Penanganan di Rumah
Jelaskan kepada ibu :
1) Berikan cairan tambahan (sebanyak anak mau)
2) Beri ASI lebih sering dan lebih lama pada setiap kali pemberian.
3) Jika anak memperoleh ASI Eksklusif, berikan oralit atau air matang sebagai
tambahan.
4) Jika anak tidak memperoleh ASI eksklusif, berikan satu ayau lebih
cairan berikut ini: Oralit, cairan makanan (kuah sayur, air tajin), air matang.

Anak harus diberikan cairan oralit dirumah jika :


1) Anak telah diobati dengan rencana terapi B atau C dalam kunjungan.
2) Anak tidak dapat kembali ke klinik jika diarenya bertambah parah.
3) Ajari ibu cara mencampurkan dan memberikan oralit/ beri ibu 6 bungkus
oralit (200 ml) untuk digunakan dirumah.
4) Tunjukan kepada ibu berapa banyak oralit/ cara lain yang harus diberikan
setiap kali anak berak:

9
a) Sampai umur 1 tahun : 50 sampai 100 ml setiap kali berak
b) Umur 1 sampai 5 tahun : 100 sampai 200 ml setiap kali bab.

Katakan kepada ibu :


a) Agar meminumkan sedikit-sedikit tapi sering dari mangkuk / cangkir
/gelas.
b) Jika anak muntah, tunggu 10 menit. Kemudian lanjutkan lagi dengan
lebih lambat.
c) Lanjutkan pemberian cairan tambahan sampai diare berhenti.
d) Berikan tablet zinc selama 10 hari
e) Lanjutkan pemberian makan
f) Kapan harus kembali.

2. Terapi B
Penanganan dehidrasi ringan/sedang dengan oralit.
1) Berikan oralit diklinik sesuai anjuran selama periode 3 jam.
UMUR ≤4 bulan 4-<12 bulan 1-<2 tahun 2-<5 tahun
BERAT BADAN <6 Kg 6-<10 Kg 10-<12 kg 12-19 kg
JUMLAH (ml) 200-400 400-700 700-900 900-1400
2) Tentukan jumlah oralit untuk 3 jam pertama. Jumlah oralit yang diperlukan:
berat badan (dalam kg) X 75 kg ml. Digunakan umur hanya bila berat badan
anak tidak diketahui.
3) Jika anak menginginkan, boleh diberikan lebih banyak dari pedoman diatas.
4) Untuk anak berumur kurang dari 6 bulan yang tidak menyusu, berikan juga
100-200 ml air matang selam periode ini.
5) Tujukan cara pemberian larutan oralit
6) Minumkan sedikit-sedikit tapisering dari cangkir / mangkuk/gelas.
7) Jika anak muntah tunggu 10 menit kemudian berika lagi lebih lambat
8) Lanjutkan ASI selama anak mau
9) Berikan tablet zinc selama 10 hari
10) Setelah 3 jam
a. Ulangi penilaian dan klasifikasikan kembali derajat dehidrasinya.
b. Pilih rencana terapi yang sesuai untuk melanjutkan pengobatan

10
c. Mulailah memberi makan anak
d. Jika ibu memaksa pulang sebelum pengobatan selesai.
a. Tunjukan cara menyiapkan cairan oralit dirumah
b. Tunjukan beberapa banyak oralit yang harus diberikan dirumah untuk
menyelesaikan 3 jam pengobatan
c. Berikan oralit yang cukup untuk rehidrasi dengan menambahkan 6
bungkus lagi sesuai yang dianjurkan dalam terapi A.
d. Jelaskan 4 aturan perawatan diare dirumah, yaitu beri cairan tambahan,
lanjutkan pemberian tablet zinc sampai 10 hari, lanjutkan pemberian
makanan dan kunjungan ulang.

Berdasarkan kemenkes RI (2022), prinsip tatalaksana diare pada balita


adalah litas diare (lima langkah tuntaskan diare), yang didukung oleh ikatan
Dokter Anak Indonesia dengan rekomendasi WHO, rehidrasi bukan satu-satunya
cara untuk mengatasi diare tetapi memperbaiki kondisi usus serta mempercepat/
menghentikan diare dan mencegah anak kekurangan gizi akibat diare.

2.3.7 Tindakan atau Pengobatan

Berdasarkan Kemenkes, 2022 Tindakan atau Pengobatan yang diberikan


sesuai klasifikasi, diantaranya:

1. Dehidrasi
1) Diare dehidrasi berat
a. Jika tidak ada klasifikasi berat lain, beri cairan untuk dehidrasi berat
dan tablet zink sesuai Rencana Terapi C.
b. Jika anak juga mempunyai klasifikasi berat lain :
- Rujuk
- Jika masih bisa minum, berikan ASI dan larutan oralit selama
perjalanan.
c. Jika anak > 2 tahun dan ada wabah kolera di daerah tersebut, beri
antibiotik untuk kolera.

2) Diare dehihidrasi ringan atau sedang


a. Berikan cairan, tablet zink dan makanan sesuai Rencana Terapi B.
b. Jika terdapat klasifikasi berat lain:

11
- Rujuk segera
- Jika masih bisa minum, berikan ASI dan larutan oralit selama
perjalanan.
c. Kunjungan ulang 2 hari jika tidak ada perbaikan
d. Nasihati kapan harus kembali segera

3) Diare tanpa dehidrasi


a. Berikan cairan, tablet zink dan makanan sesuai Rencana Terapi A.
b. Kunjungan ulang 2 hari jika tidak ada perbaikan
c. Nasihati kapan harus kembali segera

2. Diare 14 hari atau lebih


1) Diare persisten berat
a. Atasi dehidrasi sebelum rujuk, kecuali ada klasifikasi berat lain
b. Rujuk
2) Diare persisten
a. Berika oralit
b. Berikan tablet zinc selama 10 hari berturut-turut
c. Kunjungan ulang 2 hari
d. Nasihati kapan harus kembali segera

3. Diare jika ada darah dalam tinja


1) Disentri
a. Berika oralit
b. Berikan tablet zinc selama 10 hari berturut-turut
c. Nasihati pemberian makan
d. Beri antibiotik yang sesuai
e. Kunjungan ulang 2 hari
f. Nasihati kapan harus kembali segera

12
BAB III
FORMULIR PENCATATAN BALITA SAKIT UMUR 2 BULAN SAMPAI 5 TAHUN

Tanggal Kunjungan : 10 Desember 2022 Alamat : Kp. Babakan Kaju Ds.Kadudampit


Nama Anak : A JK : Laki-laki Umur : 18 Bulan Nama Ibu: Ny.T
BB: 11 kg PB/TB: 80 cm Suhu: 37 C
o

Anak sakit apa? Mencret lebih dari 6x sehari sejak kemarin Kunjungan Ulang : Ya
PENILAIAN TINDAKAN/
KLASIFI
(Lingkari semua gejala yang ditemukan) PENGOBATAN
KASI
MEMERIKSA TANDA BAHAYA UMUM DENGAN SEGITIGA ASESMEN GAWAT ANAK (SAGA) Tidak ada -
tanda
Apakah tidak bisa minum Penampilan, temtukan: Usaha Nafas, tentukan: Sirkulasi, tentukan: bahaya
atau menyusu?  Kejang  Tarika dinding dada  Pucat pada anak
Apakah memuntahkan  Tidak dapat kedalam  Tampak biru A
semua makanan atau berinteraksi dengan  Stridor (sianosis)
minuman? lingkungan atau tidak  Nafas Cuping hidung  Gambaran kutis
Apakah pernah kejang sadar  Mencari posisi paling marmorata (kulit
selama sakit?  Gelisah, rewel dan nyaman dan menolak seperti marmer)
tidak dapat berbaring.
ditenangkan
 Pandangan kosong
atau mata tidak
N

US

membuka
LA

AH

 Tidak bersuara atau


PI

A
M

justru menangis
NA
NA

melingking SAGA
PA
PE

SIRKULASI

Tidak ada -
APAKAH ANAK BATUK ATAU SUKAR BERNAPAS ? Tidak
batuk dan
• Berapa lama? hari • Hitung napas dalam 1 menit pernafasan
40x/ menit kali / menit. normal
Napas Cepat ?
• Ada tarikan dinding dada kedalam
• Ada wheezing
• Saturasi oksigen
Memberikan terapi B
APAKAH ANAK DIARE ? Ya
Diare 6x/ - Berikan terapi
• Berapa lama? 6x/ hari • Keadaan umum anak : Lemas tambahahn
hari,
• Adakah darah dalam tinja? Tidak - Letargis atau tidak sadar: Tidak konsisten Berikan zink syrup
-
- Gelisah atau rewel: Tidak Rewel 2x10 mg untuk 10
si cair,
• Mata cekung: Tidak hari
anak - Lanjutkan
• Beri anak minum : tampak pemberian makanan
- Tidak bisa minum atau malas minum lemas, - Pemberian oralit 50-
- Haus, minum dengan lahap mata 100 cc setiap kali
• Cubit kulit perut, apakah kembalinya : tidak buang air besar/jika
- Sangat lambat (lebih dari 2 detik) < 2 detik cekung, muntah
- Lacto B 2x1 sachet
- Lambat (masih sempat terlihat lipatan kulit) anak bisa
- Pemberiaan ASI
minum dilanjutkan sesuai
dan kebutuhan
kelihatan - Jika diare berlanjut

13
haus, sarankan ibu untuk
turgor control ke Rumah
kulit sakit.
normal.

Tidak
APAKAH ANAK DEMAM ? Ya Tidak
Suhu 37°C

14
Jika demam 2 hari sampai dengan 7 hari, tanya dan periksa :
• Apakah demam mendadak tinggi • Periksa tanda-tanda syok : Tidak

dan terus menerus? Ujung ekstremitas teraba dingin


• Apakah ada bintik merah di kulit DAN nadi sangat lemah atau tidak teraba Tidak
atau perdarahan hidung/gusi? • Lihat adanya perdarahan dari hidung/gusi
• Apakah anak sering muntah? atau bintik perdarahan di kulit (petekie) Tidak
• Apakah muntah dengan darah • Jika petekie sedikit DAN tidak ada tanda Tidak
lain atau seperti kopi? dari DBD, lakukan uji torniket, jika
mungkin Tidak
• Apakah berak berwarna hitam? Hasil uji torniket: positif negatif Tidak
• Apakah nyeri ulu hati atau gelisah? • Jika petekie sedikit TANPA tanda lain dari
DBD
DAN uji torniket tidak dapat dilakukan,
klasifikasikan sebagai DBD.

APAKAH ANAK MEMPUNYAI MASALAH TELINGA ? Ya


Tidak
Tidak
Tidak
• Apakah ada nyeri telinga? • Lihat adanya cairan atau nanah
Tidak
• Adakah rasa penuh di telinga? keluar dari telinga
• Adakah cairan/nanah keluar dari • Raba adanya pembengkakan yang nyeri
telinga? Jika ya, berapa hari? hari di belakang telinga
Tidak
MEMERIKSA STATUS GIZI
• Lihat dan raba adanya pembengkakan di kedua punggung kaki

• Tentukan berat badan (BB) menurut panjang badan (PB) atau tinggi badan (TB)

- BB menurut PB atau TB : < -3 SD Tidak


- BB menurut PB atau TB : -3 SD sampai -2 SD

- BB menurut PB atau TB : = -2 SD sampai dengan 2 SD Tidak

Tidak
• Tentukan lingkar lengan atas (LiLA)

- LiLA < 11,5 cm

- LiLA 11,5 cm - 12,5 cm


- LiLA = 12,5 cm

• Jika BB menurut PB atau TB < -3 SD ATAU Lingkar Lengan Atas < 11,5 cm,
periksa komplikasi medis :
Jika tidak ada komplikasi medis, nilai pemberian ASI pada anak umur < 6 bulan
- Apakah anak memiliki masalah pemberian ASI?

 Terlalu lemah untuk menyusu


 Barat badan tidak naik atau turun.
Periksa tanda-tanda stunting

 Umur < 2 tahun _____ 15


 Umur ≥ 2 tahun _____
16
TINJUAN KASUS

A. Pendokumentasian Asuhan Kebidanan dalam bentuk SOAP


Nama Pengkaji : Wiwin Purwini
Hari/tanggal : Sabtu, 10 Desember 2022
Waktu Pengkajian : 09.00 WIB
Tempat Pengkajian : Puskesmas Saketi

I. DATA SUBJEKTIF

1. Biodata

Nama An. A Tn. T


Umur 18 Bulan 30 Tahun
Suku/Bangsa Sunda/ Indonesia Sunda/ Indonesia
Pendidikan - S1
Pekerjaan - PNS
Agama Islam Islam
Alamat Kp. Babakan Kaju Kp. Babakan Kaju

2. Keluhan Utama
Ibu mengatakan sejak kemarin anaknya BAB lebih dari 6x dengan konsistensi cair, saat
ini anak rewel.

3. Riwayat Kesehatan
a. Imunisasi
Ibu mengatakan anaknya sudah dilakukan imunisasi lengkap dan imunisasi lanjutan
campak.
b. Riwayat penyakit yang lalu
Ibu mengatakan sebelumnya, anaknya belum pernah menderita penyakit apapun
yang menyebabkan harus dibawa ke rumah sakit.
c. Riwayat penyakit sekarang
Ibu mengatakan sejak kemarin anaknya BAB lebih dari 6x dengan konsistensi cair
d. Riwayat penyakit keluarga/menurun
Ibu mengatakan dalam keluarganya maupun keluarga suaminya tidak ada yang
mempunyai riwayat penyakit menurun seperti DM, Jantung, Asma dan tidak ada
yang menderita penyakit menular seperti hepatitis, TBC.

4. Riwayat Sosial
a. Yang mengasuh : Ibu mengatakan mengasuh anaknya dengan suami.
b. Hubungan dengan anggota keluarga : Ibu mengatakan hubungan dengan anggota
keluarga baik dan harmonis.
c. Hubungan dengan teman sebaya : Ibu mengatakan anak senang bermain-main
dengan teman sebayanya.

17
d. Lingkungan rumah : Ibu mengatakan lingkungan rumah aman, rapi dan bersih, letak
rumah berdekatan dengan rumah yang lain, jumlah anggota keluarga 4 orang.

5. Pola kebiasaan sehari- hari :


a. Nutrisi
Sebelum sakit:
1) Makanan yang disukai
Ibu mengatakan makanan yang disukai anaknya antara lain nasi, sayur, lauk,
buah, ASI, roti/biskuit.
2) Makanan yang tidak disukai : tidak ada
a) Pola makan yang digunakan :
(1) Pagi : Ibu mengatakan anaknya makan pagi pukul 07.00 WIB, jenis
makanan : nasi, sayur, lauk, jenis minuman : air putih, ASI.

(b) Siang : Ibu mengatakan anaknya makan siang pukul 11.30 WIB, jenis
makanan : nasi, sayur, lauk, buah (pisang, pepaya), jenis minuman : air
putih, ASI.

(c) Malam : Ibu mengatakan anaknya makan malam pukul 18.00 WIB,
jenis makanan : nasi, sayur, lauk, jenis minuman : air putih, ASI.

Selama sakit:

1) Makanan yang disukai


Ibu mengatakan makanan yang disukai anaknya antara lain nasi, sayur, lauk,
buah, ASI, roti/biskuit.
2) Makanan yang tidak disukai : tidak ada
a) Pola makan yang digunakan :
(1) Pagi : Ibu mengatakan anaknya makan pagi pukul 07.00 WIB, jenis
makanan : nasi, sayur, lauk, jenis minuman : air putih, ASI.
(2) Siang : Ibu mengatakan anaknya makan siang pukul 11.30 WIB,
jenis makanan : nasi, sayur, lauk, buah (pisang, pepaya), jenis minuman :
air putih, ASI.
(3) Malam : Ibu mengatakan anaknya makan malam pukul 18.00 WIB,
jenis makanan : nasi, sayur, lauk, jenis minuman : air putih, ASI.
b. Istirahat / tidur
1) Tidur siang
a) Sebelum sakit : Ibu mengatakan setiap hari anaknya tidur siang mulai jam
11.30 WIB ± 2-3 jam /hari.
b) Selama sakit : Ibu mengatakan selama sakit pola istirahat anaknya
tidak ada perbedaan dengan sebelum sakit, anak tidur siang mulai jam 11.30
WIB ± 2-3 jam/hari.
2) Tidur malam
a) Sebelum sakit : Ibu mengatakan tidur lamanya ± 10-11 jam, kadang
terbangun untuk minum dan kadang ngompol.

18
b) Selama sakit: Ibu mengatakan tidur lamanya ± 10 jam sering terbangun
karena batuk.

3) Mandi
Sebelum sakit:
a) Pagi : Ibu mengatakan anak mandi pukul 07.00 WIB
b) Malam : Ibu mengatakan anak mandi pukul 16.00 WIB
Selama sakit:
a) Pagi : Ibu mengatakan anak mandi pukul 08.00 WIB
b) Malam : Ibu mengatakan anak mandi pukul 16.00 WIB
4) Aktivitas
Ibu mengatakan sehari-hari anak bermain dengan teman sebayanya dengan
pengawasan ibu/ayah. Eliminasi Sebelum sakit:
a) BAK : Ibu mengatakan ± 5 – 6 x/hari, warna kuning jernih.
b) BAB : Ibu mengatakan ± 1 – 2 x/hari, warna kuning, konsistensi
lunak.
Selama sakit:
a) BAK : Ibu mengatakan ± 5 – 6 x/hari, warna kuning jernih.
b) BAB : Ibu mengatakan ± 6 x/hari, warna kuning, konsistensi cair

II. DATA OBJEKTIF


1. Pemeriksaan Umum
a. KU : Lemas
b. Kesadaran : Composmentis
c. Suhu : 37 ℃
Pernafasan : 30x/menit

d. Nadi : 110 x/menit


e. BB/TB : 11 Kg/ 80 Cm
f. LK/LD : tidak dikaji
2. Pemeriksaan Fisik Secara sistematis
a. Kulit : Bersih, lembut, turgor baik.
b. Muka : Simetris kanan dan kiri, tidak ada oedema, tidak pucat.
c. Mata : Terlihat cekung
d. Telinga : Kanan dan kiri simetris, bersih, tidak ada kotoran dan tidak ada
cairan yang keluar.
e. Hidung : Hidung simetris, terdapat cairan/lendir berwarna jernih dan encer,
kulit hidung bagian luar tampak kemerahan.
f. Mulut : Bibir berwarna merah muda, lidah bersih, tidak ada stomatitis, gusi
tidak bengkak/berdarah, tenggorokan kemerahan, tumbuh gigi seri
sebanyak 4 buah bagian atas 2 buah bagian bawah.
g. Dada : Tidak ada tarikan dinding dada saat bernafas, tampak simetris, tidak

19
ada bunyi stridor dan tidak ada bunyi weezing.
h. Perut : Cubitan kulit perut kembali lambat.
i. Ekstremitas : Dapat bergerak aktif/bebas,simetris kanan dan kiri, jari-jari tangan
dan kaki lengkap, tidak ada kelainan.
3. Pemeriksaan Tingkat Perkembangan.
a. Perkembangan motorik kasar : Berjalan
b. perkembangan motorik halus : Mencoret-coret
c. Perkembangan bahasa :
1) Mengerti dan melakukan perintah sederhana atau larangan dari orang lain.
2) Mengulang bunyi yang didengarnya
3) Dapat mengatakan 5-10 kata
d. Perkembangan tingkah laku social
Memperlihatkan minat dan rasa ingin tahu yang besar terhadap hal-hal yang ada
disekitarnya
4. Pemeriksaan penunjang
a. Pemeriksaan laboratorium : tidak dilakukan
b. Pemeriksaan penunjang lain : tidak dilakukan

III. ANALISA
Diagnosa :
AN . A umur 18 bulan dengan Diare Dehidrasi Ringan

IV. PELAKSANAAN
1. Menyampaikan hasil pemeriksaan kepada ibu tentang keadaan anaknya saat ini (Ibu
mengerti dan mengetahui tentang keadaan anaknya saat ini)
2. Menjelaskan kepada ibu tentang penyakit diare pada anak, penyebab dan komplikasi dari
diare (Ibu mengerti dan memahami)
3. Berkolaborasi dengan Dokter untuk pemberian therpy dehidrasi :
a. Mengantikan kehilangan cairan dengan memberikan oralit 100cc/diare dan
50cc/muntah (jika ada muntah)
b. Zink Kidz Syrup 2x10 mg
c. Lacto-B 2x1 sachet sampai konsistensi faeces tidak lagi encer
(Therapi telah diberikan)
4. Memberikan edukasi kepada ibu untuk tetap memberikan ASI sesering mungkin (Ibu mau
melakukannya)
5. Menganjurkan ibu untuk memberikan makan yang bergizi pada anaknya (Ibu mengerti)
6. Menjelaskan kepada ibu tentang penyakit diare dan perawatan di rumah, kebersihan
lingkungan dan perorangan (Ibu memahami)
7. Menganjurkan ibu untuk kunjungan ulang 3 hari lagi atau jika masih diare (Ibu mengerti)

20
1. Dokumentasi dalam bentuk Pathway Asuhan Kebidanan

Hari dan Tanggal : Sabtu, 10 Desember 2022


Tempat Praktik : Puskesmas Saketi
Nama : Wiwin Purwini
Program Studi : Pendidikan Profesi Bidan

Pathway Kasus Kebidanan


Nama : Anak A
Usia : 18 Bulan
Tanda / Gejala / keluhan yang dialami
Dengan Diare Dehidrasi Ringan pasien

Subjektif:
Tanda / Gejala / keluhan secara Patofisiologi Diare Pada Balita:
Ibu mengatakan sejak kemarin anaknya
teori:
BAB lebih dari 6x dengan konsistensi
Kehilangan air dan elektrolit (terjadi dehidrasi) yang
cair, saat ini anak rewel.
Diare adalah suatu penyakit dengan mengakibatkan ganguan keseimbangan asam basah (asidosis
tanda-tanda adanya perubahan bentuk Objektif:
metabolik, hipokalemia), Gangguan gizi akibat kelaparan
konsitensi dari tinja, yang melembek
(masukan kurang, pengeluaran bertambah), Hipoglikimia dan Keadaan Umum Lemas, Kesadaran
sampai mencair dan bertambahnya
frekuensi buang air besar biasanya 3 gangguan sirkulasi darah (Kemenkes,2022) Comosmentis, suhu: 37 oC, pernafasan
kali atau lebih dalam sehari 30x/menit, BB:11 kg PB: 80 cm.
(kemenkes,2022) Mata anak tampak cekung, cubitan
perut kembali lambat dan haus (minum
dengan lahap)
Asuhan yang diberikan:

1. Menyampaikan hasil pemeriksaan kepada ibu Rasionalisasi:


2. Menjelaskan kepada ibu tentang penyakit diare pada anak,
1. Untuk mengetahui hasil keadaan anaknya saat ini.
penyebab dan komplikasi dari diare
2. Diare adalah buang air besar dengan konsistensi yang
3. Berkolaborasi dengan Dokter untuk pemberian therpy dehidrasi: lebih encer/cair dari biasanya sebanyak lebih dari 3 kali
a. Mengantikan kehilangan cairan dengan memberikan oralit perhari yang dapat/tidak disertai dengan lender atau
100cc/diare dan 50cc/muntah (jika ada muntah) darah yang timbul secara mendadak dan berlangsung
b. Zink Kidz Syrup 2x10 mg kurang dari 2 minggu.
c. Lacto-B 2x1 sachet sampai konsistensi faeces tidak lagi 3. Oralit merupakan cairan yang terbaik bagi penderita diare
encer untuk mengganti cairan yang hilang. Zink merupakan
salah satu mikronutrien yang penting dalam tubuh zink
4. Memberikan edukasi ibu untuk tetap memberikan ASI sesering
dapat menghambat (indicible nitric syntase), dimana
mungkin. ekskresi enzim ini meningkat saat diare terbukti mampu
5. Menganjurkan ibu untuk memberikan makan yang bergizi pada mengurangi lama dan tingkat keparahan diare,
anaknya mengurangi frekuensi buang air besar, mengurangi
volume tinja serta menurunkan kekambuhan kejadian
6. Memberikan pendidikan kesehatan tentang penyakit diare dan diare pada 3 bulan berikutnya. Lacto-B untuk mengatasi
perawatan di rumah, kebersihan lingkungan dan perorangan. diare.
7. Menganjurkan ibu untuk kunjungan ulang 3 hari lagi atau jika 4. ASI yang diberikan oleh ibu mampu membantu
meningkatkan daya tahan tubuh bayi terhadap penyakit
Evaluasi asuhan yang diberikan: karena kandungan zat antibodi di dalamnya.
5. untuk memberikan gizi pada anak terutama pada anak agar
Ibu mengerti bagaimana cara mengatasi diare dan tetap kuat tumbuh serta mencegah penurunan berat badan.
6. Agar ibu dapat mencegah terjadinya diare dan lebih
melaksakan anjuran yang diberikan Bidan dengan menjaga kebersihan lingkungan terutama kebersihan
memberikan Oralit, Zink dan Lacto B, serta dirumah
memberika ASI sesering mungkin 7. Untuk mengevaluasi apakah diare bisa teratasi atau tidak
dan menghindari kemungkinan terjadinya hal yang lebih
buruk.

21
BAB IV
PEMBAHASAN

Dari hasil pengkajian data subjektif diperoleh data Anak A usia 18 bulan, ibunya
mengatakan BAB lebih dari 6X konsistensi encer sejak 12 jam yang lalu, dan hal ini sesuai
dengan definisi Diare.
Diare adalah suatu penyakit dengan tanda-tanda adanya perubahan bentuk konsitensi
dari tinja, yang melembek sampai mencair dan bertambahnya frekuensi buang air besar
biasanya 3 kali atau lebih dalam sehari (Kemennkes, 2022).
Dari hasil pengkajian data objektif diperoleh data Anak A usia 18 bulan, Keadaan
Umum Baik, Kesadaran Comosmentis, suhu: 37°C, pernafasan 30x/menit, BB:11 kg PB: 80
cm. Anak tampak haus saat diberikan minum air putih, turgor kulit masih baik. Dalam hal ini
Anak A mengalami dehidrasi ringan. Dehidrasi adalah gangguan keseimbangan cairan atau
air dalam tubuh. Hal ini terjadi karena pengeluaran air lebih banyak daripada pemasukannya.
Gangguan kehilangan cairan tubuh ini juga disertai dengan gangguan keseimbangan zat
elektrolit tubuh ( Syamsudin, 2016 ).
Dari hasil diagnose Anak A usia 18 bulan dengan Diare Dehidrasi Ringan penanganan
yang diberikan sudah tepat berdasarkan protap MTBS diberikan Oralit 100cc/BAB dan
50cc/muntah untuk pemehuhan kebutuhan cairan, diberikan Zink syrup 2x10 mg (1 sendok
teh setara dengan 15ml) serta kolaborasi dengan dokter pemberian Lacto-B 3x1 sachet
diberikan sampai konsistensi faeces tidak lagi encer.Untuk pemenuhan nutrisi, Ibu dianjurkan
untuk tetap memberikan ASI sesering mungkin dan menghidari makan makanan yang
memperlambat penyerapan zat gizi dalam makanan seperti susu dan lemak.
Berdasarkan kemenkes (2022) prinsip tatalaksana diare pada balita adalah litas diare
(lima langkah tuntaskan diare), yang didukung oleh ikatan Dokter Anak Indonesia dengan
rekomendasi WHO, rehidrasi bukan satu-satunya cara untuk mengatasi diare tetapi
memperbaiki kondisi usus serta mempercepat/ menghentikan diare dan mencegah anak
kekurangan gizi akibat diare. Berikan oralit merupakan cairan yang terbaik bagi penderita
diare untuk mengganti cairan yang hilang. Berikan obat zinc merupakan salah satu
mikronutrien yang penting dalam tubuh zink dapat menghambat (indicible nitric syntase),
dimana ekskresi enzim ini meningkat saat diare terbukti mampu mengurangi lama dan tingkat
keparahan diare, mengurangi frekuensi buang air besar, mengurangi volume tinja serta
menurunkan kekambuhan kejadian diare pada 3 bulan diantaranya, pemberian ASI/makanan.
Pemberian makanan selama diare bertujuan untuk memberikan gizi pada anak terutama pada

22
anak agar tetap kuat tumbuh serta mencegah penurunan berat badan. Dan memberikan
pendidikan kesehatan tentang penyakit diare dan perawatan di rumah, kebersihan lingkungan
dan perorangan.
Uraian tersebut tampak adanya persamaan antara teori dengan rencana tindakan yang
dilakukan pada kasus Anak “A”.

23
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

A. KESIMPULAN
Asuhan Kebidanan Pada Balita A Usia 18 Bulan Dengan Diare Dehidrasi Ringan Di
UPT Puskesmas DTP Saketi Tahun 2022. Dengan manajemen SOAP dan pathway,
disimpulkan.
1. Telah dilakukan pengkajian dan analisa data dasar Pada Balita. A dengan hasil tidak ada
kesenjangan antara teori dan dengan kasus.
2. Pada intervensi didapatkan diagnose kebidanan Pada Balita A Usia 18 Bulan Dengan
Diare Dehidrasi Ringan.
3. Melakukan perencanaan asuhan kebidanan pada Balita A dengan menyampaikan hasil
pemeriksaan kepada ibu, menjelaskan kepada ibu tentang penyakit diare pada anak,
penyebab dan komplikasi dari diare, memberikan terapi rehidrasi, berkolaborasi dengan
dokter, memberikan edukasi ibu untuk tetap memberikan ASI sesering mungkin,
menganjurkan ibu untuk memberikan makan yang bergizi pada anaknya, memberikan
pendidikan kesehatan tentang penyakit diare dan perawatan di rumah, kebersihan
lingkungan dan perorangan serta menganjurkan ibu untuk kunjungan ulang 3 hari lagi
atau jika masih diare.
4. Pelaksanan yang diberikan pada Balita A sesuai dengan perencanaan dengan
perencanaan asuhan yang telah diberikan.
5. Pendokumentasian Pada kasus Balita A sudah sesuai dengan standar pelayanan dan tidak
terdapat kesenjangan antara teori dengan penerapan di tempat praktik berdasarkan
metode SOAP dan Pathway.

B. Saran
1. Bagi Penulis
Agar mahasiswa mendapatkan pengalaman secara utuh dalam mempelajari Asuhan
Kebidanan Komprehensif dan kasus-kasus pada saat praktik dalam bentuk manajemen
SOAP serta menerapkan asuhan sesuai standar pelayanan kebidanan yang telah di
tetapkan sesuai dengan kewenangan bidan yang telah diberikan kepada profesi bidan.
Serta diharapkan dapat meningkatkan pengetahuan dan keterampilan dalam melakukan
asuhan kebidanan secara komprehensif terhadap klien.

24
2. Bagi Institusi Pendidikan
Diharapkan dapat meningkatkan kualitas pendidikan bagi mahasiswa dengan
penyediaan fasilitas sarana dan prasarana yang mendukung peningkatan kompetensi
mahasiswa sehingga dapat menghasilkan bidan yang berkualitas. Mampu melakukan
pendokumentasian secara baik dan benar.
3. Bagi Pelayanan Kesehatan
Hendaknya lebih meningkatkan mutu pelayanan agar dapat memberikan asuhan yang
lebih baik sesuai dengan standar asuhan kebidanan serta dapat mengikuti perkembangan
ilmu pengetahuan kesehatan agar dapat menerapkan setiap asuhan kebidanan.
4. Bagi Ibu
Diharapkan pada ibu yang memiliki bayi atau balita lebih memahami tentang
perawatan atau penanganan diare pada anak. Hal ini bertujuan untuk mengurangi risiko
yang kemungkinan terjadi.

25
DAFTAR PUSTAKA

Deby Utami Siska Ariani. (2017). Analisis Perilaku Ibu Terhadap Pencegahan Penyakit
Diare Pada Balita Berdasarkan Pengetahuan. Babul Ilmi_Jurnal Ilmiah Multi Science
Kesehatan, 12(1)
DepKes.R.I. 2017. Buku saku petugas kesehatan Lintas diare. Jakarta: Ditjen PP dan PL.
Kemenkes. R.I. 2022. Panduan Sosialisasi Tatalaksana Diare pada Balita. Jakarta: Ditjen PP
& PL: 9.
Kemenkes. R.I. 2022. Konsep Dasar MTBS. Jakarta: Ditjen PP & PL: 9.
Syamsudin. 2016. Farmakologi Gangguan. Saluran Pencernaan. Jakarta:
Penerbit Buku Kedokteran EGC.

26

Anda mungkin juga menyukai