Anda di halaman 1dari 38

LAPORAN KASUS

ASUHAN KEBIDANAN MASA REMAJA


PADA Nn. S DENGAN ANEMIA
DI UPT PUSKESMAS KOPO TAHUN 2023

OLEH :
DESY PRATIWI
NIM : 22070545

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI BIDAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
ABDI NUSANTARA
JAKARTA 2023
LEMBAR PERSETUJUAN

LAPORAN KASUS
ASUHAN KEBIDANAN MASA REMAJA
PADA Nn. S DENGAN ANEMIA
DI UPT PUSKESMAS KOPO
TAHUN 2023

Telah disetujui, diperiksa dan siap diajukan dihadapan Tim Penguji

Pembimbing I

(Nofa Anggraini, SST., M. Kes)


NIDN. 0306118305

i
KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah
melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya kepada kita semua. Shalawat serta
salam semoga tercurah kepada Rasulullah SAW beserta keluarganya, sehingga
penulis dapat menyelesaikan laporan kasus para usia remaja yang berjudul
“Asuhan Kebidanan Masa Remaja pada Nn. S dengan Anemia di UPT
Puskesmas Kopo Tahun 2023”.
Penulisan laporan kasus ini tidak dapat terselesaikan tanpa dukungan dari
berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis ingin menyampaikan ucapan terima
kasih kepada :
1. Ibu DR. Maryati Sutarno, S.Pd, S.ST, Bd, MARS, MH selaku Ketua
Yayasan Abadi Nusantara Jakarta.
2. Ibu Lia Idealistiana, SKM, SST, MARS, selaku Ketua Sekolah Tinggi Ilmu
Kesehatan Abdi Nusantara Jakarta.
3. Ibu Mariyani, M. Keb selaku Ketua Program Studi Pendidikan Profesi Bidan.
4. Ibu Nofa Anggraini, SST., M. Kes selaku dosen pembimbing yang telah
banyak memberikan waktu, ilmu dan motivasi kepada penulis.
5. Kedua Orang Tua dan Keluarga besar yang selalu mendo’akan dan
mensupport saya dalam menempuh pendidikan profesi bidan.
Dalam laporan ini, penulis menyadari masih banyak kekurangan baik
pada tehnik penulisan maupun materi. Untuk itu, masukan dan saran dari
semua pihak sangat penulis harapkan demi penyempurnaan laporan ini.

Serang, 24 Maret 2023

Desy Pratiwi

ii
DAFTAR ISI

Lembar Persetujuan...................................................................................................i
Kata pengantar......................................................................................................... ii
Daftar Isi................................................................................................................. iii
BAB 1 PENDAHULUAN...................................................................................... 1
A. LATAR BELAKANG....................................................................................1
B. TUJUAN PENULISAN................................................................................. 3
1. Tujuan Umum............................................................................................ 3
2. Tujuan Khusus........................................................................................... 3
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA.............................................................................4
A. KONSEP REMAJA........................................................................................4
1. Definisi..................................................................................................... 4
2. Klasifikasi Remaja....................................................................................4
3. Perubahan Fisik pada Remaja...................................................................4
4. Tahap Perkembangan Masa Remaja.........................................................6
B. KONSEP ANEMIA........................................................................................7
1. Definisi..................................................................................................... 7
2. Jenis – Jenis Anemia.................................................................................9
3. Gejala Anemia.......................................................................................... 9
4. Penyebab Anemia pada Remaja Putri.................................................... 10
5. Faktor –Faktor Pendorong Anemia pada Remaja Putri..........................11
6. Dampak Anemia..................................................................................... 12
7. Pencegahan Anemia............................................................................... 12
8. Pengobatan Anemia................................................................................14
BAB 3 STUDI KASUS ASUHAN KEBIDANAN MASA REMAJA...............15
A. ASUHAN KEBIDANAN PADA REMAJA DENGAN ANEMIA.............15
B. PATHWAY ASUHAN KEBIDANAN PADA REMAJA DENGAN ANEMIA19
BAB 4 PEMBAHASAN....................................................................................... 20
A. ASUHAN KEBIDANAN PADA REMAJA DENGAN ANEMIA............20
BAB 5 PENUTUP.................................................................................................23
A. KESIMPULAN............................................................................................ 23

iii
B. SARAN.........................................................................................................23

iv
PERSETUJUAN TINDAKAN MEDIS

Saya yang bertanda tangan dibawah ini :

Nama : Siti Nuraida


Tempat/ Tanggal Lahir : Serang, 31 Desember 2008
Alamat : Kp. Konar Pasir RT/RW 008/002 Desa Rancasumur

Bersama ini menyatakan kesediannya untuk dilakukan Tindakan dan prosedur pengobatan pada anak saya,
persetujuan ini saya berikan setelah mendapat penjelasan dari operator/ tenaga Kesehatan yang berwenang atas fasilitas
tersebut di atas.
Demikian surat persetujan ini saya buat tanpa paksaan dari pihak manapun dan agar dapat dipergunakan
sebagaimana mestinya.

Serang, 20 Maret 2023


Pemeriksa Pembuat Pernyataan

Desy Pratiwi Siti Nuraida

v
BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Anemia merupakan masalah gizi yang banyak terjadi di seluruh dunia


yang tidak hanya terjadi di negara berkembang melainkan terjadi di negara
maju. Menurut WHO anemia banyak terjadi di negara berkembang, Indonesia
merupakan negara berkembang kejadian anemia merupakan masalah yang
paling banyak pada remaja, remaja putri merupakan salah satu kelompok yang
rentan terjadi anemia.

Kesehatan dan status gizi para remaja harus dipersiapkan sejak dini,
sehingga prediksi Indonesia mendapatkan bonus demografi pada 2030
mendatang dapat menghasilkan generasi penerus bangsa yang produktif, kreatif
dan berdaya saing. Salah satu masalah kesehatan yang menjadi fokus
pemerintah adalah penanggulangan anemia pada remaja putri (Kemenkes RI,
2021).

Remaja putri memiliki resiko sepuluh kali lebih besar untuk menderita
anemia dibandingkan remaja putra. Hal ini dikarenakan remaja putri
mengalami menstruasi setiap bulannya dandalammasa pertumbuhansehingga
membutuhkan zat besi yang lebih banyak.selain itu, ketidakseimbanganasupan
zat gizi juga penyebab menjadi anemia pada remaja.
Anemia merupakan suatu kondisi kadar hemoglobin (Hb) dalam darah
lebih rendah dari nilai normal (World Health Organization, 2011). Konsentrasi
Hb adalah indikator yang paling dapat diandalkan dari anemia pada tingkat
populasi (WHO, 2005). Berdasarkan Surat Keputusan Menteri Kesehatan
Republik Indonesia nomor 736a/Menkes/XI/1989 batas kadar hemoglobin
normal untuk masing-masing kelompok umur dan jenis kelamin diantaranya
adalah 11 gram/dl untuk kelompok anak usia 6 bulan sampai dengan 6 tahun,
12 gram/dl untuk anak usia 6 sampai dengan 14 tahun, 13 gram/dl untuk
kelompok pria dewasa, 12 gram untuk kelompok wanita dewasa, 11 gram/dl
untuk kelompok ibu hamil, dan 12 gram untuk kelompok ibu menyusui lebih

6
dari 3 bulan (Depkes RI, 2006). Penyebab anemia paling umum terjadi adalah
defisiensi zat besi. Kehilangan darah yang menetap akibat penyakit infeksi akut
dan kronis (diare, malaria, HIV). Diet yang tidak terkontrol untuk menurunkan
berat badan, asupan zat gizi yang kurang /tidak mencukupi dan hambatan
absorb zat besi (Dodik Briawan, 2014). Pada remaja perempuan maupun laki-
laki mengalami pertumbuhan yang cepat pada masa pubertas, dan prevalensi
anemia setelah pubertas meningkat menjadi dua kali lipat pada remaja putri
(Chandyo et al., 2007).
Angka kejadian anemia di Indonesia terbilang masih cukup tinggi.
Berdasarkan data Riskesdas 2018, prevalensi anemia pada remaja sebesar 32
%, artinya 3-4 dari 10 remaja menderita anemia. Hal tersebut dipengaruhi oleh
kebiasaan asupan gizi yang tidak optimal dan kurangnya aktifitas fisik
(Kemenkes RI, 2021).
Remaja putri rentan terkena anemia, adanya siklus menstruasi setiap
bulan merupakan salah satu faktor penyebab remaja putri mudah terkena
anemia lebih- lebih didorong oleh pengetahuan mereka yang kurang tentang
anemia (Mularsih, 2017). Selain itu juga diperburuk oleh kurangnya asupan zat
besi, zat besi pada remaja putri sangat dibutuhkan tubuh untuk percepatan
pertumbuhan dan perkembangan. Kebutuhan remaja putri lebih tinggi
dibandingkan remaja laki- laki, karena dibutuhkan untuk mengganti zat besi
yang hilang pada saat mengalami menstruasi (Pramesih & Herman, 2015).
Hasil penelitian di Tangerang tahun 2014 menunjukkan bahwa asupan total zat
besi pada anak perempuan usia 10–12 tahun yang menderita anemia hanya
sebesar 5,4 mg/hari, lebih rendah dari pada kebutuhan perhari sebesar 20
mg/hari sesuai dengan Angka Kecukupan Gizi 2013, Angka ini menunjukkan
bahwa asupan total zat besi pada remaja tersebut hanya sekitar 25% dari AKG
(Kurniawan dan Muslimatun, 2015).
Beberapa dampak langsung yang terjadi pada remaja putri yang terkena
anemia adalah sering mengeluh pusing dan mata berkunang-kunang, kelopak
mata, bibir, lidah, kulit dan telapak tangan menjadi pucat, lesu, lemah, letih,
lelah, dan lunglai dan juga berdampak jangka panjang karena perempuan
nantinya akan hamil dan memiliki anak, pada masa hamil remaja yang sudah
menderita anemia akan lebih parah anemianya saat hamil karena masa hamil

7
membutuhkan gizi yang lebih banyak lagi, jika tidak ditanganinya maka akan
berdampak buruk pada ibu dan bayinya (Sandra, 2017).
Kementerian Kesehatan telah melakukan intervensi spesifik dengan
pemberian Tablet Tambah Darah (TTD) pada remaja puteri dan ibu hamil.
Selain itu, Kemenkes juga melakukan penanggulangan anemia melalui edukasi
dan promosi gizi seimbang, fortifikasi zat besi pada bahan makanan serta
penerapan hidup bersih dan sehat (Kemenkes RI, 2021).
Remaja putri banyak yang tidak mengetahui dan menyadari dirinya
terkena anemia bahkan meskipun mereka tahu terkena anemia masih
menganggap anemia adalah masalah yang sepele (Tarwoto, 2010). Remaja
putri merasa tidak perlu mengkonsumsi tablet tambah darah karena tidak
mengalami keluhan yang berat dan pada umumnya seseorang mulai curiga
akan adanya anemia bila keadaan sudah mulai parah sehingga gejalanya
kelihatan lebih jelas (Hapzah, 2012).

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas maka penulis tertarik untuk


mengetahui “Bagaimana Studi Kasus Asuhan Kebidanan pada Masa Remaja
pada Nn. S dengan Anemia di UPT Puskesmas Kopo Tahun 2023.

C. TUJUAN PENULISAN
1. Tujuan Umum
Mahasiswa mampu menganalisa kasus dari pengkajian, menegakkan
diagnosa, melakukan asuhan kebidanan yang benar, dan tepat suatu teori
yang berhubungan dengan Asuhan Kebidanan Masa Remaja pada Nn. S
dengan Anemia di UPT Puskesmas Kopo.
2. Tujuan Khusus

a) Mahasiswa mampu melakukan pengkajian sesuai fakta dibandingkan teori asuhan


kebidanan pada masa. remaja

b) Mahasiswa mampu menegakkan diagnosis dan menentukan masalah dan masalah


potensial

c) Mampu melakukan tindakan segera jika dibutuhkan pada asuhan kebidanan pada masa
remaja.
8
d) Mahasiswa mampu memberikan Asuhan kebidanan yang benar dan tepat sesuai dengan
diagnosis dan masalah pada pada masa remaja.

e) Mahasiswa mampu membuat rasionalisasi asuhan yang telah diberikan pada masa
remaja.

f) Mahasiswa mampu melakukan evaluasi asuhan kebidanan yang di berikan pada masa
remaja.

9
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. KONSEP REMAJA
1. Definisi

Remaja adalah masa peralihan dari anak-anak menuju dewasa. Pada


masa ini remaja akan mengalami perubahan baik fisik, psikis dan
kematangan fungsi seksual. Masa remaja (adolence) merupakan metode
transisiperkembangan antara masa kanak-kanakdengan masa dewasa, yang
melibatkan perubahan-perubahan biologis, kognitif, dan sosio emosional
(santrock 2007dan siahan 2017).
2. Klasifikasi Remaja
Menurut Santrock (2007) periode masa remaja dibagi beberapa
kelompok sebagai berikut :
a. Masa remaja awal (Early Adolescence)
Pada masa ini terjadi perubahan – perubahan, baik fisik maupun
emosional yang mengawali perubahan pubertas pada remaja. Fase ini
berlangsung saat masa sekolah pertama atau sekolah menengah akhir.
b. Masa remaja akhir (Late Adolescence)
Pada fase ini akan lebih menonjol pemikiran tentang pacaran,
eksplorasi identitas dan karir yang diminati dibandingkan dengan pola masa
remaja awal. Fase ini terjadi setelah sekolah menengah akhirsampai pada
masa kedewasaan.
Menurut Potts & Mandleco (2007), masa remaja terdiri atas tiga sub
fase sebagai berikut :
a. Masa remaja awal usia 11-14 tahun
b. Masa remaja pertengahan usia 15-17 tahun
c. Masa remaja akhir usia 18-20 tahun
3. Perubahan Fisik pada Remaja
Pada fase pubertas remaja mengalami perubahan fisik sehingga pada
pada akhirnya remaja akan memiliki kemampuan untuk berreproduksi.

10
Terdapat lima perubahan khusus yang terjadi saat remaja mengalami masa
pubertas yaitu penambahan tinggi badan yang cepat (pacu tumbuh),
perkembangan seks sekunder, perkembangan organ-organ reproduksi,
perubahan komposisi tubuh serta perubahan sistem sirkulasi dan sistem
respirasi yang berhubungan dengan kekuatan dan stamina tubuh. Perubahan
fisik yang terjadi pada masa pubertas berlangsung dengan sangat cepat dan
berkelanjutan.
Tinggi badan anak laki-laki bertambah kira-kira 10 cm per tahun,
sedangkan pada perempuan kurang lebih 9 cm per tahun. Secara
keseluruhan pertambahan tinggi badan pada remaja sekitar 28 cm pada anak
laki-laki dan 25 cm pada anak perempuan. Pertambahan tinggi badan terjadi
2 tahun lebih awal pada anak perempuan dari pada laki-laki. Puncak
pertambahan tinggi badan (peak height velocity) pada anak perempuan
terjadi sekitar usia 12 tahun, sedangkan pada anak laki-laki pada usia 14
tahun. Pada anak perempuan pertumbuhan tinggi badan akan berakhir pada
umur 16 tahun sedangkan pada anak laki-laki pada usia 18 tahun. Setelah
usia tersebut pada umumnya pertumbuhan tinggi badan hampir selesai.
Hormon steroid seks juga berpengaruh terhadap maturasi tulang pada
lempeng epifisi. Pada akhir pubertas lempeng epifisis akan menutup dan
pertumbuhan tinggi badan akan berhenti.
Pertambahan berat badan terutama terjadi perubahan komposisi tubuh,
pada anak laki-laki terjadi akibat meningkatnya masa otot, sedangkan pada
anak perempuan terjadi karena masa lemak. Perubahan komposisi tubuh
terjadi karena pengaruh selama proses pubertas. Perubahan hormonal akan
menyebabkan terjadinya pertumbuhan rambut pubis dan menarche pada
anak perempuan, pertumbuhan penis, perubahan suara, pertumbuhan rambut
pada lengan dan muka pada anak laki-laki, serta terjadi peningkatan
produksi minyak tubuh, meningkatnya kelenjar keringat dan timbulnya
jerawat.
Pada anak perempuan awal pubertas ditandai dengan timbulnya breast
budding atau tunas payudara pada usia kira-kira 10 tahun, kemudian secara
bertahap payudara berkembang menjadi payudara dewasa pada usia 13-14
tahun. Rambut pubis mulai tumbuh pada usia 11-12 tahun dan mencapai
pertumbuhan lengkap pada usia 14 tahun. Menarche terjadi 2 tahun setelah

11
awitan pubertas, menarche pada fase akhir pubertas yaitu

12
sekitar usia 12,5 tahun. Setelah menstruasi, tinggi badan akan berhenti.
Masa lemak pada perempuan meningkat pada tahap akhir pubertas,
mencapai hampir 2 kali lipat masa lemak sebelumpubertas (Batubara, 2010)
4. Tahap Perkembangan Masa Remaja
Tiga tahap perubahan psikologis pada remaja yaitu :
a. Periode pertama disebut remaja awal atau early adolescence, terjadi pada
usia 12-14 tahun. Pada masa remaja awal anak-anak mengalami
perubahan tubuh yang cepat, adanya akselerasi pertumbuhan, dan
perubahan komposisi tubuh disertai awal pertumbuhan seks sekunder.
Karakteristik periode remaja awal ditandai oleh terjadinya perubahan-
perubahan psikologis seperti:
1) Krisis identitas
2) Jiwa yang labil
3) Meningkatnya kemampuan verbal untuk ekspresi diri
4) Pentingnya teman dekat atau sahabat
5) Berkurangnya hormat pada orang tua kadang-kadang berlaku kasar
6) Menunjukkan kesalahan orang tua
7) Mencari orang lain yang disayang selain orang tua
8) Kencenderungan untuk berlaku kekanak-kanakan
9) Terdapatnya pengaruh teman sebaya (peer group) terhadap hobi dan
cara berpakaian.
Pada fase remaja awal mereka hanya tertarik pada keadaan
sekarang, bukan masa depan. Peran peer group sangat dominan, mereka
berusaha membentuk kelompok, bertingka laku sama, berpenampilan
sama, mempunyai kode atau isyarat yang sama.
b. Periode middle adolescence
Periode middle adolescence terjadi antara usia 15-17 tahun, yang
ditandai dengan terjadinya perubahan-perubahan sebagai berikut:
1) Mengeluh orang tua terlalu ikut campur dalam kehidupannya
2) Sangat memperhatikan penampilan
3) Berusaha untuk mendapatkan teman baru
4) Tidak atau kurang menghargai pendapat orang tua
5) Sering merasa sedih atau moody
6) Mulai menulis buku harian

13
7) Sangat memperhatikan kelompok main secara selektif dan kompetitif
8) Mulai mengalami periode sedih karena ingin lepas dari orang tua.
Pada periode middle adolescence mulai tertarik pada intelektualitas
dan karir. Secara seksual sangat memperhatikan penampilan, mulai
mempunyai dan sering berganti-ganti pacar. Sangat perhatian terhadap
lawan jenis, sudah memiliki konsep role model dan mulai konsisten
terhadap cita-cita.
c. Late adolescence
Periode Late adolescence dimulai pada usia 18 tahun ditandai
olehtercapainya maturitas fisik secara sempurna. Perubahan psikososial
yang ditemui antara lain:
1) Identitas diri menjadi lebih kuat
2) Mampu memikirkan ide
3) Mampu mengekspresikan perasaan dengan kata-kata
4) Lebih menghargai orang lain
5) Lebih konsisten terhadap minatnya
6) Bangga dengan hasil yang dicapai
7) Selera humor lebih berkurang
8) Emosi lebih stabil
Pada fase remaja akhir lebih memperhatikan masa depan, termasuk
peran yang diinginkan nantinya. Mulai serius berhubungan dengan lawan
jenis, dan mulai dapat menerima tradisi dan kebiasaan lingkungan
(Batubara, 2010)

B. KONSEP ANEMIA
1. Definisi
Anemia yaitu suatu keadaan dimana kadar Hemoglobin (Hb) di dalam
darah lebih rendah dari nilai normal untuk kelompok orang menurut umur
dan jenis kelamin, pada wanita remaja hemoglobin normal adalah 12-15 g/dl
dan pria remaja 13-17 g/dl (Adriani, 2017). Menurut Nugraha (2017)
anemia ialah keadaan di mana massa eritrosit dan/atau massa hemoglobin
yang beredar tidak dapat memenuhi fungsinya untuk menyediakan oksigen
bagi jaringan tubuh.

14
2. Gejala Anemia
Gejala anemia secara umum :
a. Cepat lelah
b. Pucat ( kulit, bibir, gusi, mata, kulit kuku, dan telapak tangan)
c. Jantung berdenyut kencang saat melakukan aktivitas ringan
d. Nyeri dada
e. Napas tersenggal/ pendek saat melakukan aktifitas ringan
f. Pusing dan mata berkunang
g. Cepat marah
h. Tangan dan kaki dingin atau mati rasa (Briawan, 2012).

15
3. Penyebab Anemia pada Remaja Putri
Pada penelitian (Novita, 2018) remaja putri mengalami anemia karena
kekurangan darah yang disebabkan oleh perdarahan menstruasi, kurangnya
zat besi dalam beberapa makanan yang di konsumsi, asupan gizi yang
teratur dan tidak teraturnya pola makan, aktifitas yang dilakukan dan pola
makan remaja berubah dari yang semula serba teratur menjadi kurang
teratur misalnya terlambat makan dan makan sehari dua kali. Kondisi ini
berhubungan dengan pola makan remaja putri. Perekonomian keluarga juga
dapat mempengaruhi jenis asupan makan yang dikonsumsi remaja, hal ini
berkaitan dalam pemenuhan zat gizi yang baik dan seimbang pada remaja
putri (Ambarwati and Pangesti, 2017).
Kekurangan zat besi telah lama dipahami sebagai akibat dari beberapa
faktor etiologi yang menyebabkan ketidakseimbangan antara kebutuhan zat
besi dan jumlah zat besi yang diserap. Faktor-faktor yang mempengaruhi
yang berkaitan dengan kekurangan zat besi antara lain :
a. Diet
1) Rendahnya kadar zat besi dalam makanan
2) Rendahnya bioavabiliti besi dalam makanan (karena tingginya zat
penghambat dan rendahnya zat pelancar zat besi)
3) Tidak memadainya zat besi dengan peningkatan kebutuhan selama
fase kehidupan tertentu (masa bayi, remaja dan kehamilan)
4) Kekurangan zat gizi yang terkait dengan metabolisme besi.
b. Siklus kehidupan
1) Kehamilan yang berulang
2) Perdarahan terkait penggunaan IUD untuk pengendalian kehamilan
3) Perdarahan yang berlebihan saat menstruasi
4) Peningkatan kebutuhan terkait dengan kehamilan dan pertumbuhan
yang cepat pada anak usia dini dan remaja (pubertas)
c. Penyakit
1) Cacing tambang, schistosmiasis, trihuris, m enyebabkan kehilangan
darah yang kronis
2) Patologis kehilangan darah seperti wasir, ulkus peptikum, dan
penyakit gastrointestinal dan maligna
3) Adanya gangguan pada proses penyerapan dan pemanfaatan zat

16
besi,sindrom malabsorbsi, diare yang kronis dan faktor genetik.

17
d. Akibat rendahnya faktor sosial ekonomi
1) Kerawanan pangan
2) Tidak memadai dan kurangnya akses ke pelayanan kesehatan
3) Rendahnya sanitasi lingkungan dan kebersihan perorangan
e. Genetik
1) Penyakit sel sabit
2) Thalassemia
Anemia juga lebih sering dialami oleh remaja putri dibandingkan
dengan pria, hal ini disebabkan karena wanita kehilangan darah secara
alamiah setiap bulannya. Selama periode menstruasi wanita kehilangan zat
besi sebesar 12,5-15 mg/bulan. Remaja putri kehilangan zat besi sebesar ±
1.3mg/hari selama sikluas menstruasinya (Tarwoto Dkk, 2010). Kehilangan
zat besi diatas rata-rata dapat terjadi pada remaja putri dengan pola
mentruasi yang lebih banyak dan waktunya lebih panjang (Proverawati,
2011)
Anemia defisiensi zat besi juga dipengaruhi oleh perilaku remaja
putri yang ingin tampil langsing sehingga membatasi asupan makanan.
Anemia bisa disebabkan oleh kuranganya pengetahuan gizi pada remaja
sehingga melakukan pembatasan makanan untuk menjaga bentuk tubuhnya
(Soediaoetomo, 2008). Remaja putri mudah terserang anemia karena pada
umumnya masyarakat Indonesia termasuk remaja putri lebih banyak
mengkonsumsi makanan nabati yang kandungan zat besinya rendah,
dibandingkan dengan makanan hewani yang memiliki nilai biologis lebih
tinggi.
4. Faktor-Faktor Pendorong Anemia pada Remaja Putri
Banyak faktor-faktor yang mendorong remaja putri dapat terkena
anemia antara lain adalah :
a. Adanya penyakit infeksi
Penyakit infeksi mempengaruhi metabolisme dan utilisasi zat besi yang
diperlukan dalam pembentukan hemoglobin dalam darah. Selain itu,
Penyakit infeksi tertentu dapat mengganggu pencernaan dan mengganggu
produksi sel darah merah.
b. Menstruasi yang berlebihan pada remaja putri
Menstruasi pada remaja putri biasanya mengakibatkan anemia, karena

18
setiap bulan remaja putri mengeluarkan darah haid. Remaja putri lebih

19
sering terkena anemia dibanding remaja putra
c. Perdarahan yang mendadak seperti kecelakaan
Perdarahan ini bisa saja akibat mimisan, luka karena jatuh atau
kecelakaan.
d. Jumlah makanan atau penyerapan diet yang buruk
Kekurangan zat besi adalah penyebab utama anemia. Apabila remaja
mendapatkan makanan bergizi yang cukup, sangat kecil kemungkinannya
mengalami kekurangan zat besi, namun banyak remaja dari kalangan
tidak mampu yang kurang mendapatkan makanan bergizi sehingga
mengalami anemia dan gejala kurang gizi lainnya. Remaja dari kalangan
mampu juga dapat terkena anemia bila memiliki gangguan pola makan
atau berpola makan tidak seimbang.
e. Penyakit cacingan pada remaja
Meskipun penyakit cacingan tidak mematikan, namun cacingan bisa
Menurunkan kualitas hidup penderitanya, bahkan mengakibatkan kurang
darah (anemia) dan dapat mengakibatkan kebodohan. Sekitar 40 hingga
60 persen penduduk Indonesia menderita cacingan dan data WHO
menyebutkan lebih dari satu miliar penduduk dunia juga menderita
cacingan.
5. Dampak Anemia
Anemia menimbulkan dampak yang merugikan bagi kesehatan anak
berupa gangguan tumbuh kembang, penurunan daya tahan tubuh dan daya
konsentrasi, serta penurunan kemampuan belajar, sehingga menurunkan
prestasi belajar. Anemia tidak menular tetapi tetap berbahaya. Remaja
beresiko tinggi menderita anemia khususnya kekurangan zat besi karena
remaja mengalami pertumbuhan yang sangat cepat. Dalam pertumbuhan,
tubuh membutuhkan nutrisi dalam jumlah yang banyak dan diantarnya
adalah zaat besi. Bila zat besi yang dipakai untuk pertumbuhan kurang dari
yang diproduksi tubuh maka terjadilah anemia.
6. Pencegahan Anemia
Berdasarkan peraturan Presiden Nomor 42 Tahun 2013 tentang
Gerakan Nasional Percepatan Gizi yang menitikberatkan pada penyelematan
pada 1000 HPK (Hari Pertama Kelahiran) dan peraturan Menteri Kesehatan
Nomon 88Tahuan 2014 tentang standart tablet tambah darah bagi wanita

20
usia subur dan ibu hamil. Pemberian tablet tambah darah

21
dengan komposisi terdiri dari 60 mg zat besi elemental (dalam bentuk
sediaan ferro sulfat, ferrro fumarat dan wau ferro glukonat) dan 0,400 mg
asam folat pada remaja putri usia 12-18 atau di institusi pendidikan (SMP
dan SMA atau sederajat) dan wanita usia subur (WUS) usia 15- 49 tahun di
institusi tenpat kerja. Dengan pelaksanaan sebagai sebagai berikut:
a. Cara pemberian tablet tambah darah dengan dosis 1 (satu)
tablet per minggu sepanjang tahun.
b. Pemberian tablet tambah darah dilakukan untuk remaja putri usia 12-18
tahun
c. Pemberian tablet tambah darah pada remaja melalui UKS di institusi
pendidikan (SMP dan SMA atau sederajat) dengan menentukan hari
minum tablet tambah darah bersama setiap minggunya sesuai
kesepakatan di wilayah masing-masing.
d. Pemberian tablet tambah darah pada wanita usia subur (WUS) di tempat
kerja menggunakan tablet tambah darah yang disediakan oleh institusi
tempatkerj atau mandiri.
Selain hal tersebut upaya yang dilakukan pemerintah dalam upaya
pencegahandan pengobatan anemia adalah
a. Suplemen tablet Fe
Dosis pencegahan diberikan kepada kelompok sasaran tanpa
pemeriksaan hemoglobin yaitu wanita usia subur dan remaja putri sehari
1 tablet (60 mg elemental iron dan 0,25 mg asam folat) selama 10 hari
selama menstruasi (Citrakesumasari, 2012). Efek samping dari
pemberian besi feroral adalah mual, ketidaknyamanan epigastrium,
kejang perut, konstipasi dan diare. Efek ini tergantung dosis yang
diberikan dan dapat diatasi dengan mengurangi dosisi dan meminum
tablet segera setelah makan dan bersamaan denganmakanan.
b. Fortifikasi makanan dengan besi
Fortifikasi adalah penambahan suatu jenis zat gizi kedalam bahan
pangan untuk meningkatkan kualitas pangan. Kesulitan untuk fortifikasi
zat besi adalah sifat zat besi yang reaktif dan cenderung mengubah
penampilan bahan yang difortifikasi. Sebaliknya fortifikasi zat besi tidak
mengubah rasa, warna, penampakan, dan daya simpan bahan pangan.
Selain itu pangan yang difortifikasi adalah yang banyak dikonsumsi

22
masyarakat seperti tepung gandum untuk pembuatan roti.

23
c. Mengubah kebiasaan pola makanan dengan menambahkan konsumsi
pangan yang memudahkan absorbsi zat besi seperti penambahan vitamin.

d. Peningkatan konsumsi vitamin C sebanyak 25, 50, 100 dan 250

mg dapat meningkatkan penyerapan zat besi sebesar 2, 3, 4, dan 5 kali.


Buah-buahan segar dan sayuran sumber vitamin C, namun dalam proses
pemasakan 50- 80% vitamin C rusak. Mengurangi konsumsi makanan
yang bisa menghambat penyerapan zat besi seperti: fitat, fosfat dan
tannin.
e. Meningkatkan konsumsi zat besi dari makanan seperti mengkonsumsi
makanan hewani dalam jumlah yang cukup.
Selain itu berdasarkan sumber lain penecegahan maupun
memperbaiki kekurangan zat besi yang dapat menyebabkan anemia
membutuhkan pendekatan berbagai penyebab potensial, yaitu dengan
pendekatan berbasis makanan, yaitu diversifikasi dan fortifikasi makanan
yang antara lain adalah fortifikasi makanan dengan zat besi, suplementasi
zat besi dan peningkatan layanan kesehatan dan sanitasi lingkungan
menurut (World Health Organization, Stoltzfus and Dreyfuss, 2013)
7. Pengobatan Anemia
Pengobatan dan penanggulangan anemia dapat dilakukan antara lain
: pada anemia defisiensi zat besi sejak tahun 1997 pemerintah telah merintis
langkahbaru dalam mencegah dan menanggulangi anemia, salah satu
pilihannya adalah mengkonsumsi tablet tambah darah. Telah terbukti dari
berbagai penelitian bahwa mengkonsumsi suplement zat besi dapat
meningkatkan hemoglobin. Selain itu penanggulangan penyakit infeksi dan
parasit juga merupakan salah satu penyebab anemia zat besi, dengan
menanggulangi penyakit infeksi dan memberantas parasit diharapkan bisa
meningkatkan status besi tubuh (Masrizal, 2007)

24
BAB III
STUDI KASUS ASUHAN KEBIDANAN MASA REMAJA

A. ASUHAN KEBIDANAN PADA REMAJA DENGAN ANEMIA

Nama Pengkaji : Bidan Desy Pratiwi


Hari / Tanggal : Senin / 20 Maret 2023
Waktu Pengkajian : 09.00 WIB

Tempat : Puskesmas Kopo


1. PENGKAJIAN DATA SUBYEKTIF
a. Identitas

Nama : Nn. Siti Nuraida


Umur : 15 tahun
Suku / Bangsa : Sunda/ Indonesia
Pendidikan : Kelas 2 SMP
Pekerjaan :-
Alamat : Kp. Konar Pasir Ds.Rancasumur Kec.
Kopo
No. Telp : 085319041007
b. Keluhan Saat Ini
Nn. S datang bersama ibunya, ibu mengatakan anaknya baru pulang
dari pondok. Selama dipondok sering pusing berkunang – kunang, mudah
lelah dan tanggannya berkeringat.
c. Riwayat Menstruasi :
Menarche : 13 tahun
Lama : 7 hari
Siklus : 28 hari
Keluhan : tidak ada
Keputihan : kadang – kadang, sedikit, tidak berbau, tidak gatal / panas
d. Riwayat Kesehatan
1) Penyakit masa kecil : sakit ringan seperti demam, batuk pilek
2) Dirawat di rumah sakit : tidak pernah
3) Obat – obatan yang digunakan : jika sakit berobat ke puskesmas
4) Tindakan operasi : tidak pernah

25
e. Pola Pemenuhan Kebutuhan Sehari – Hari
1) Pola makan dan minum
Makan : 3 kali sehari, tidak teratur. Porsi sedang, menu : nasi, lauk
jarang makan sayur dan buah. Mengkonsumsi mie instan 2 – 3 kali
dalam 1 minggu.
Minum : konsumsi air putih ± 5 gelas sedang, suka minum es teh
manis 1 – 2 kali sehari.
2) Pola aktivitas
Mengikuti kegiatan sekolah dan pondok dari jam 04.00 WIB sampai
06.00 di pondok jam 07.00-14.00 WIB di sekolah, kemudian lanjut
kegiatan dipondok jam 15.00 WIB sampai jam 21.30 WIB.
3) Pola istirahat
Tidur siang : 1/2jam sehari, tidak ada gangguan tidur
Tidur malam : ± 6 jam, tidak ada ganggguan tidur
4) Pola personal hygien
Mandi : 2 x/sehari, memakai sabun dan gosok gigi. Keramas setiap
pagi hari. Mengganti baju 2 kali sehari.
5) Pola eliminasi
BAB : 1 kali sehari tiap pagi / siang hari, konsistensi lunak, warna
normal, tidak ada keluhan
BAK : 5 – 6 kali sehari, jernih, tidak ada keluhan
f. Riwayat Imunisasi
1) Imunisasi TT : selama balita mendapat imunisasi lengkap, mendapat
imunisasi saat sekolah dasar 2 kali
2) Imunisasi HPV : tidak pernah
g. Kebiasaan yang Menggangu Kesehatan
Tidak pernah minum alkohol, merokok, napza maupun seks bebas.
h. Riwayat Psikososial
Pola pengasuhan demokratis, anak masih diberi kebebasan namun dalam
pengawasan dan bimbingan orang tua, anak mulai dipondokkan saat naik
SMP untuk menanamkan pendidikan agama dan melatih kedisiplinan
atas persetujuan anak.

26
2. PEMERIKSAAN DATA OBYEKTIF
a. Pemeriksaan Umum
1) Keadaan umum : baik,
2) Kesadaran : composmentis

27
3) Status emosional : stabil
4) Antopometri
BB : 41 kg, TB : 156cm, lila : 20 cm
5) Pemeriksaan TTV
TD : 100/70 mmHg, Nadi : 78 x/mnt, Suhu : 36 0C,
Pernafasan : 14 x/mnt
b. Pemeriksaan Fisik
1) Kepala
a) Rambut : hitam, tidak mudah rontok
b) Kepala : normal, bersih, tidak ada benjolan abnormal
2) Wajah : tidak pucat, tidak odema
3) Mata : simetris, konjungtiva nampak pucat, sklera putih
4) Hidung : bersih, tidak ada polip ataupun serumen
5) Telinga : simetris, bersih, tidak ada nyeri tekan
6) Mulut : bibir dan gusi tidak stomatitis, gigi bersih
7) Leher : tidak ada pembesaran kelenjar limfe, tiroid, ataupun vena
jogularis
8) Dada : tidak ada tarikan intercosta saat bernafas, tidak ada
benjolan abnormal pada payudara
9) Abdomen : tidak ada bekas luka,tidak ada pembesaran abnormal, tidak
ada nyeri tekan atas sympisis, kanan dan kiri, turgor baik
10) Genetalia : tidak ada pembesaran kelenjar batolin dan skene,
pengeluaran.
11) Ekstremitas : telapak tangan sedikit pucat, akral dingin, tidak odema
pada ekstremitas atas dan bawah, tidak ada varises, refleks patella
baik
c. Pemeriksaan laboratorium : Hb 10,6 mg/dL

3. ASSASMENT
Nn. S usia 15 tahun dengan Anemia.

4. PENATALAKSANAAN
1. Konseling secara lengkap mengenai hasil pemeriksaan bahwa keluhan
klien merupakan tanda dari anemia dan penyebabnya adalah asupan
nutrisi yang tidak sesuai dengan kebutuhan (klien mengerti)

28
2. Menjelaskan pentingnya asupan gizi seimbang beserta contohnya (klien
mengerti)
3. Menganjurkan untuk tidak minum teh, kopi atau susu saat makan (klien
mengerti)
4. Memberikan tablet tambah darah beserta menjelaskan cara
mengkonsumsinya (klien mengerti)

29
B. PATHWAY ASUHAN KEBIDANAN PADA REMAJA DENGAN ANEMIA

Nama : Nn. S
Usia : 17 tahun
Assasment : Nn. S usia 17 tahun dengan Anemia

Tanda / Gejala / Keluhan secara Patofisiologi : Tanda / Gejala / Keluhan Pasien


Teori : :
Remaja putri mengalami anemia
Ibu Nn. S mengatakan anaknya
karena kekurangan darah yang
Dampak langsung remaja putri yang baru pulang dari pondok. Selama
disebabkan oleh perdarahan
terkena anemia adalah sering dipondok sering pusing berkunang
menstruasi, kurangnya zat besi
mengeluh pusing dan mata – kunang, mudah lelah dan
dalam beberapa makanan yang di
berkunang-kunang, kelopak mata, tanggannya berkeringat.
konsumsi, tidak teraturnya pola
bibir, lidah, kulit dan telapak tangan
makan, aktifitas yang dilakukan
menjadi pucat, lesu, lemah, letih, Keadaan umum baik, TD : 100/70
menjadi kurang teratur
lelah, dan lunglai dan juga mmHg, Nadi : 78 x/mnt, S : 36 0C,
(Ambarwati and Pangesti, 2017).
berdampak jangka panjang karena konjungtiva pucat, Hb : 10,6
perempuan nantinya akan hamil dan mg/dL, BB :41kg, TB :156 CM,
memiliki anak, (Sandra, 2017). lila : 20cm

Asuhan yang diberikan : Rasionalisasi dari Asuhan yang Diberikan :

Konseling secara lengkap mengenai hasil Mendapat penjelasan secara lengkap adalah salah satu hak pasien yang
pemeriksaan bahwa keluhan klien diakui oleh undang- undang, sehingga pasien dapat menentukan sendiri
merupakan tanda dari anemia dan keputusannya sesuai dengan pilihan dia sendiri (informed decision).
penyebabnya adalah asupan nutrisi yang Pasien juga berhak untuk menolak tindakan medis yang dianjurkan
tidak sesuai dengan kebutuhan (klien (Busro, 2018).
mengerti) Apabila remaja mendapatkan makanan bergizi yang cukup, sangat kecil
Menjelaskan pentingnya asupan gizi kemungkinannya mengalami kekurangan zat besi (WHO, 2013)
seimbang beserta contohnya (klien Rendahnya bioavabiliti besi dalam makanan karena tingginya zat
mengerti) penghambat dan rendahnya zat pelancar zat besi
Menganjurkan untuk tidak minum teh, kopi Telah terbukti dari berbagai penelitian bahwa mengkonsumsi suplement
atau susu saat makan (klien mengerti) zat besi dapat meningkatkan hemoglobin (Masrizal, 2007)
Memberikan tablet tambah darah beserta
menjelaskan cara mengkonsumsinya (klien
mengerti)

Evaluasi Asuhan yang Diberikan :

Klien akan melakukan anjuran bidan


Klien bersedia kontrol kembali bila keluhan berlanjut

30
BAB IV
PEMBAHASAN

A. ASUHAN KEBIDANAN PADA REMAJA DENGAN ANEMIA


Nn. S datang bersama ibunya, mengeluhkan selama dipondok sering pusing
berkunang – kunang, mudah lelah dan tangannya berkeringat. Pada pemeriksaan
inspeksi terlihat wajah sedikit pucat, konjungitva tampak anemia, telapak tangan
teraba dingin. Karena keluhan yang dirasakan dan hasil pemeriksaan fisik mengarah
pada gejala anemia, maka dilakukan pemeriksaan Hb dengan hasil 10,6 mg/dL.
Pemeriksaan fisik merupakan proses pemeriksaan tubuh pasien untuk
mengidentifikasi, menganalisis dan menyusun informasi yang terkumpul menjadi
suatu penilaian komprehensif. Hasil dari pemeriksaan yang dilakukan, Nn. S
mengalami anemia.
Gejala anemia secara umum menurut Briawan (2021) adalah cepat lelah, pucat
(kulit, bibir, gusi, mata, kulit kuku, dan telapak tangan), jantung berdenyut kencang
saat melakukan aktivitas ringan, nyeri dada, napas tersenggal/ pendek saat melakukan
aktifitas ringan, pusing dan mata berunang ,cepat marah, tangan dan kaki dingin atau
mati rasa. Anemia adalah suatu keadaan dimana kadar Hemoglobin (Hb) di dalam
darah lebih rendah dari nilai normal untuk kelompok orang menurut umur dan jenis
kelamin, pada wanita remaja hemoglobin normal adalah 12-15 g/dl dan pria remaja
13-17 g/dl (Adriani, 2017).
Langkah pertama dalam pemberian asuhan kebidanan adalah konseling
mengenai hasil pemeriksaan bahwa klien mengalami anemia dan penyebabnya adalah
pengeluaran darah menstruasi dan asupan nutrisi yang tidak sesuai dengan kebutuhan.
Nn. S memiliki riwayat menstruasi perdarahan dan siklus yang normal, namun untuk
pola makan kurang baik dengan aktivitas yang cukup padat, klien tidak memiliki
riwayat penyakit berat sehingga anemia yang dialami termasuk dalam anemia gizi
karena kurangnya zat besi. Anemia gizi besi merupakan anemia dimana tubuh
kekurangan pasokan zat gizi besi (Fe) yang merupakan inti molekul hemoglobin
sebagai unsur utama sel darah merah. Akibat anemia gizi besi terjadi pengecilan
ukuran hemoglobin,

31
kandungan hemoglobin rendah, serta kekurangan sel darah merah. Anemia zat besi
biasanya ditandai dengan menurunnya kadar hemoglobin total dibawah nilai normal.
Tanda-tanda ini biasanya akan menganggu metabolisme energi yang dapat
menurunkan produktivitas (Citrakesumasari, 2012).
Nn. S mengalami menarch usia 13 tahun, memiliki siklus dan jumlah
perdarahan yang normal, tidak pernah dismenorhea. Kadang mengalami keputihan
sedikit, tidak berbau, tidak gatal / panas. Kehilangan darah pada saat menstruasi secara
fisiologis membuat remaja putri mudah mengalami anemia. Menurut Tarwoto dkk
(2010) selama periode menstruasi wanita kehilangan zat besi sebesar 12,5-15
mg/bulan. Remaja putri kehilangan zat besi sebesar ± 1.3 mg/hari selama siklus
menstruasinya. Kehilangan zat besi diatas rata-rata dapat terjadi pada remaja putri
dengan pola mentruasi yang lebih banyak dan waktunya lebih panjang (Proverawati,
2011)
Nn. S memiliki kebiasaan makan yang kurang baik, dimana dalam sehari makan
2 – 3 kali sehari, tidak teratur, porsi sedang dengan menu nasi, lauk jarang makan
sayur dan buah. Karena tinggal di pondok kadang Nn. S kadang malas untuk makan
jika menu yang disajikan tidak sesuai dengan seleranya. Dan apabila terlambat dalam
mengambil makanan maka harus makan dengan lauk seadanya. Nn. S juga
mengkonsumsi mie instan 2 – 3 kali dalam 1 minggu, minum air putih ± 5 gelas
sedang, suka minum es teh manis 1 – 2 kali sehari pada saat makan.
Kurangnya pengetahuan remaja mengenai pentingnya protein dan serat dalam
satu kali porsi makanan serta kurangnya pengetahuan tentang anemia menjadi salah
satu penyebab remaja putri mengalami anemia. Remaja cenderung mengkonsumsi
makanan seadanya tanpa mengetahui kebutuhan akan berbagai zat gizi dan dampak
tidak dipenuhinya kebutuhan zat gizi tersebut terhadap kesehatan mereka. Nn. S
berada pada usia pertumbuhan, setiap bulannya mengalami menstruasi, dan memiliki
aktivitas yang padat, sehingga membutuhkan lebih banyak asupan nutrisi yang baik
dan seimbang.
Konseling mengenai kebutuhan nutrisi yang diberikan mencakup bagaimana
komposisi dalam satu piringnya, tidak hanya karbohidrat dari nasi tapi juga kebutuhan
serat, vitamin dan protein dari sayuran dan lauk - pauk. Kebutuhan protein tidak hanya
dalam produk hewani namun juga nabati seperti tahu dan tempe serta pentingnya
untuk mengkonsumsi sayuran dan buah setiap hari. Hal ini dikarenakan kejadian
anemia dapat disebabkan oleh

32
kurangannya asupan vitamin (E, B6, B12), asam folat dan zat besi. Semakin tinggi
asupan zat gizi, maka semakin tinggi pula kadar hemoglobin dalam eritrosit, sehingga
kemungkinan seseorang terkena anemia akan lebih kecil apabila asupan zat gizinya
baik.
Keadaan yang dialami Nn. S sesuai dengan penelitian Novita (2018) mana
remaja putri mengalami anemia karena kekurangan darah yang disebabkan oleh
perdarahan menstruasi, kurangnya zat besi dalam beberapa makanan yang di
konsumsi, asupan gizi dan tidak teraturnya pola makan, aktifitas yang dilakukan dan
pola makan remaja berubah dari yang semula serba teratur menjadi kurang teratur
misalnya terlambat makan dan makan sehari dua kali. Kondisi ini berhubungan
dengan pola makan remaja putri (Ambarwati and Pangesti, 2017).
Hal lain yang perlu disampaikan adalah saat makan tidak mengkonsumsi bahan
makanan / minuman yang dapat menggaggu penyerapan zat besi seperti zat fitat
(dedak, katul, jagung, protein kedelai, susu coklat dan kacang- kacangan), polifenol
(termasuk tannin) pada teh, kopi, bayam, kacangkacangan, zat kapur / kalsium (susu,
keju) dan phospat (susu, keju). Menambah konsumsi air putih ± 2 liter setiap hari.
Nn. S sudah terbiasa dengan aktivitas dipondok, bangun jam 04.30 WIB untuk
sholat subuh dilanjutkan kegiatan pondok sampai jam 05.30 WIB. Kemudian pada jam
07.00 WIB – 12.30 WIB kegiatan sekolah. Istrahat disiang hari ± 2 jam untuk tidur
dan makan. Kegiatan berlanjut dari jam 15.00 WIB –
21.30 WIB, hari Sabtu dan Minggu kegiatan sekolah libur. Untuk kebutuhan istirahat
tidak ada gangguan dan sudah cukup.
Setelah klien mengerti mengenai gejala dan penanganan anemia, klien diberikan
terapi tablet tambah darah untuk diminum 1 x sehari. Klien dingatkan kembali
mengenai cara minum tablet tambah darah tidak bersamaan dengan zat penghambat
penyerapan zat besi dan dianjurkan minum vitamin C secara rutin untuk membantu
penyerapan zat besi dan membantu meningkatkan daya tahan tubuh. Menurut WHO
(2013), peningkatan konsumsi vitamin C sebanyak 25, 50, 100 dan 250 mg dapat
meningkatkan penyerapan zat besi sebesar 2, 3, 4, dan 5 kali. Buah-buahan segar dan
sayuran sumber vitamin C, namun dalam proses pemasakan 50- 80% vitamin C rusak.
Mengurangi konsumsi makanan yang bisa menghambat penyerapan zat besi seperti:
fitat, fosfat dan tanin.

33
BAB V

PENUTUP

A. KESIMPULAN

Berdasarkan hasil pengkajian pada tanggal 20 Maret 2023 bahwa


Nn. S mengalami Anemia, Asuhan Kebidanan pada Nn. S adalah
konseling mengenai anemia mulai dari gejala, penyebab, penanganan,
kebutuhan nutrisi pada masa remaja diberikan tablet tambah darah sesuai
peraturan Presiden Nomor 42 Tahun 2013 tentang Gerakan Nasional
Percepatan Gizi yang menitikberatkan pada penyelematan pada 1000
HPK (Hari Pertama Kelahiran) dan peraturan Menteri Kesehatan Nomon
88Tahuan 2014 tentang standart tablet tambah pemberian tablet tambah
darah.

B. SARAN

1. Bagi Puskesmas Kopo


Agar dapat lebih aktif mengkaji dan menstamulasi pada masa remaja
sehingga klien dapat mengetahui bahwa mengalami anemia, sehingga rutin
melakukan promosi kesehatan dan konseling kepada remaja putri mengenai
penyakit anemia dan bahayanya pada usia reproduksi sehingga
meningkatkan pengetahuan remaja putri tentang anemia.
2. Bagi Penulis Selanjutnya
Sebagai bahanpembelajaran supaya terpapar asuhan kebidanan pada
masa remaja dan dapat menerapkannya sesuai dengan masalah-masalah
yang dialaminya.

34
DAFTAR PUSTAKA

Adriana, M dan Wirjadmadi, B. 2012. Pengantar Gizi Masyarakat. Jakarta : Kencana


Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 2011. Kajian Profil Penduduk Remaja di
Indonesia. Jakarta
World Health Organization. 2011. Haemoglobin Concentrations for The Diagnosis of
Anaemia and Assessment of Severity. Available at:
http://www.who.int/vmnis/indicators/haemoglobin.pdf. Akses tanggal 4 Juli 2021
Briawan D. 2014. Anemia : Masalah Gizi pada Remaja Wanita. Jakarta : EGC.

Chandyo, R. K. et al. 2007. Prevalence of iron deficiency and anemia among healthy
women of reproductive age in Bhaktapur , Nepal’.
Mularsih, S. 2017. Hubungan Pengetahuan Remaja Putri Tentang Anemia Dengan
Prilaku Pencegahan Anemia pada Saat Menstruasi di SMK Nusa Bhakti Kota
Semarang. Jurnal Kebidanan, 6 (2)
WHO. 2005. Worldwide Prevalence of Anemia. Available from :
http://apps.who.int/iris/bitstream/10665/43894/1/9789241596657_eng.pdf. Akses
tanggal 3 Juli 2021
Depkes RI. 2006. Data & informasi kesehatan. Available from:
http://www.depkes.go.id/resources/download/pusdatin/lainlain/glosarium-
2006.pdf. Akses tanggal 5 Juli 2021
Riskesdas. 2013. Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan. Jakarta : Riset
Kesehatan Dasar Kementrian kesehatan republik indonesia.
Santrock. 2007. Perkembangan Anak Jilid 2. Jakarta : Erlangga
Proverawati, A. 2011. Anemia dan Anemia Kehamilan. Yogyakarta : Nuha Medika.
Kementerian Kesehatan RI, 2021.

https://www.kemkes.go.id/article/view/21012600002/remaja-sehat- komponen-
utama-pembangunan-sdm-indonesia.html. Post tanggal 25
Januari 2021. Akses tol 4 Juli 2021.

Balitbangkes RI. 2013. Laporan Hasil Riset Kesehatan Dasar Tahun 2013. Jakarta
: Balitbangkes.

Hapzah, R. Y. 2012. Hubungan Tingkat Pengetahuan dan Status Gizi Terhadap Kejadian
Anemia Remaja Putri Pada Siswi Kelas III Di SMAN Tinambung

35
Kabupaten Polewali Mandar, Media Gizi Pangan, XIII. doi:
10.16182/j.cnki.joss.2007.21.002. akses tanggal 4 Juli 2021
Batubara, J. R. 2010. Adolescent Development (Perkembangan Remaja). Jakarta. Sari
Pediatri. Vol 12, No 1. Departemen Ilmu Kesehatan Anak RS Dr Cipto
Mangunkusumo.
Adriani. 2017. Faktor-Faktor Anemia pada Remaja Putri. Surakarta. Diakses pada 4 Juli
2021
Citrakesumasari. 2012. Anemia Gizi Masalah dan Pencegahannya. Yogyakarta : Kalika.
World Health Organization, Stoltzfus, R. J. and Dreyfuss, M. L. 2013. Prevention of Iron
Deficiency Anaemia in Adolescents Role of Weekly Iron Acid Supplementation.
Pediatrics.

36
37

Anda mungkin juga menyukai