ANEMIA REMAJA Fix Suci
ANEMIA REMAJA Fix Suci
Disusun Oleh :
SUCI RAHAYU
07200200016
Mengetahui,
Dosen Penanggung Jawab Klinik, Dosen Koordinator,
ii
LEMBAR PENGESAHAN
24 Maret 2021
Mengetahui,
Koordinator Program Studi
iii
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan YME dengan segala rahmat,
kemurahan, kemudahan, yang telah diberikan sehingga penulis dapat
menyelesaikan Seminar kasus dengan judul ASUHAN KEBIDANAN
KESEHATAN REPRODUKSI REMAJA DENGAN ANEMIA SEDANG
PADA Nn.A USIA 16 TAHUN DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS
SURADE
Dalam menyelesaikan seminar kasus ini penulis banyak mendapatkan
bantuan dan dukungan dari berbagai pihak, baik institusi, tempat penelitian,
keluarga, dan teman-teman terdekat. Oleh karena itu, dalam kesempatan ini
penulis menyampaikan terima kasih kepada :
Pada kesempatan ini ucapan terima kasih tak lupa saya sampaikan kepada :
1. Drs. H. Jacub Chatib selaku Ketua Yayasan Indonesia Maju Jakarta
2. Dr. Dr. dr. H. M. Hafizurrachman, MPH sebagai Pembina Yayasan Indonesia
Maju Jakarta.
3. Astrid Novita, SKM,MKM, Selaku Ketua Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan
Indonesia Maju Jakarta.
4. Hidayani, Am.Keb, SKM, MKM selaku Kepala Departemen Kebidanan
Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Indonesia Maju Jakarta, dan sebagai
pembimbing praktek.
5. Nurwita Trisna Sumanti S.ST.M.Kes selaku dosen klinik pembimbing
lapangan
6. Semua pihak yang telah membantu saya dalam menyelesaikan laporan
seminar kasus yang tidak dapat saya sabutkan satu – satu.
iv
Penulis menyadari bahwa penyusun laporan ini masih banyak kekurangan,
untuk itu kritik dan saran dari pembaca semua sangat penulis harapkan demi
perbaikan laporan ini. Semoga dapat bermanfaat bagi kita semua.
Penulis
v
DAFTAR ISI
Contents
HALAMAN JUDUL...............................................................................................i
LEMBAR PERSETUJUAN.................................................................................vi
LEMBAR PENGESAHAN..................................................................................vi
KATA PENGANTAR...........................................................................................vi
DAFTAR ISI..........................................................................................................vi
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang.............................................................................................1
BAB II MATERI PENDUKUNG
2.1 Remaja Putri.................................................................................................4
2.2 Anemia dan Faktor Penyebabnya.................................................................5
2.3 Faktor Risiko Anemia..................................................................................7
2.4 Faktor Risiko Anemia Lainnya..................................................................16
2.5 Program Pencegahan dan Penanggulangan Anemia Gizi Besi..................17
BAB III PENGKAJIAN KASUS
3.1 Data Subjektif.............................................................................................19
3.2 Data Objektif..............................................................................................21
3.3 Analisis Data..............................................................................................22
3.4 Penatalaksanaan.........................................................................................22
BAB IV PEMBAHASAN
4.1 Anemia.......................................................................................................24
BAB V PENUTUP
5.1 Kesimpulan................................................................................................31
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
1. Dokumentasi
2. Satuan Acara Penyuluhan
3. Leaflet
vi
BAB I
PENDAHULUAN
1
50-80%.prevelensi anemia pada remaja putri (usia 15-19 tahun) sebesar 26,5
% dan wanita usia subur sebesar 26,9 %(kemenkes RI, 2015).
Pertumbuhan yang cepat pada remaja memberikan konsekuensi
terjadinya peningkatan kebutuhan zat gizi sebagai upaya mengimbangi
pertumbuhan tersebut. Namun data menunjukkan bahwa asupan makanan
para remaja putri tidak dapat menyediakan cukup zat gizi untuk memenuhi
kebutuhan mereka dan lebih dari lima puluh persen kasus anemia yang
tersebar di seluruh dunia secara langsung disebabkan oleh kurangnya
masukan (intake) zat besi (Wiseman 2016). Tidak semua zat besi yang
berada dalam makanan dapat diserap tubuh karena bioavailabilitasnya yang
rendah atau kurangnya asupan pangan hewani. Zat besi yang berasal dari
hewani, penyerapannya tidak banyak dipengaruhi oleh jenis kandungan
makanan lain dan lebih mudah diabsorpsi dibandingkan zat besi yang berasal
dari nabati. Makanan nabati misalnya sayuran hijau tua, walaupun kaya akan
zat besi namun hanya sedikit yang bisa diserap dengan baik oleh usus
(Wirakusumah 2018). Namun pangan
2
2
sumber zat besi terutama zat besi heme, yang bioavailabilitasnya tinggi,
sangat jarang dikonsumsi oleh masyarakat di negara berkembang.
Kebanyakan masyarakat memenuhi kebutuhan besi mereka dari produk
nabati (Backstrand et al 2016).
Kebutuhan zat besi juga akan meningkat pada remaja putri
sehubungan dengan terjadinya menstruasi. Remaja terutama yang telah
mengalami menstruasi, dibandingkan dengan yang belum menstruasi, lebih
rentan terhadap anemia, sehubungan dengan kehilangan darah yang dialami
sewaktu menstruasi (Wiseman 2016). Apabila darah yang keluar saat
menstruasi cukup banyak, berarti jumlah zat besi yang hilang dari tubuh juga
cukup besar dan kehilangan tersebut dapat memicu timbulnya anemia
(Wirakusumah 2016). Wanita pada umumnya cenderung mempunyai
simpanan zat besi yang lebih rendah dibandingkan pria dan hal itu membuat
wanita lebih rentan mengalami defisiensi zat besi saat intake zat besi kurang
atau kebutuhan meningkat seperti saat menstruasi (Gleason & Scrimshaw
2017).
Penyebab anemia lainnya adalah terjadinya kehilangan zat besi
karena penyakit infeksi seperti malaria dan cacing. Kehilangan darah akibat
infestasi cacing dan malaria karena hemolisis dapat menyebabkan defisiensi
zat besi dan anemia. Trauma dapat pula menyebabkan defisiensi zat besi.
Infeksi cacing tambang menyebabkan pendarahan pada dinding usus,
walaupun sedikit tetapi terjadi terus menerus dan hal itu dapat
mengakibatkan hilangnya darah atau zat besi. Kehilangan darah tersebut
mengakibatkan defisiensi zat besi (WHO 2018)
BAB II
MATERI PENDUKUNG
3
Fe/hari atau mungkin lebih saat menstruasi berat. Peningkatan kebutuhan ini
berhubungan
4
5
dengan waktu dan ukuran growth spurt sama seperti kematangan seksual dan
terjadinya menstruasi. Hal ini mengakibatkan wanita lebih rawan terhadap
anemia besi dibandingkan pria (Beard 2015).
Wanita cenderung mempunyai simpanan zat besi yang lebih rendah
dibandingkan pria, membuat wanita lebih rentan mengalami defisiensi zat
besi saat asupan zat besi kurang atau kebutuhan meningkat. Jika zat besi
yang dikonsumsi terlalu sedikit atau bioavailabilitasnya rendah atau makanan
berinteraksi dengan membatasi absorpsi yang dibutuhkan tubuh untuk
memenuhi kebutuhan zat besi, cadangan zat besi dalam tubuh akan
digunakan dan hal tersebut dalam menimbulkan defisiensi zat besi (Gleason
& Scrimshaw 2017).
Pada masa remaja, seseorang akan mengalami perubahan baik
kognitif, sosial-emosional, dan gaya hidup yang dapat menciptakan dampak
yang sangat besar dalam kebiasaan makan remaja. Survei yang dilakukan
Hurlock (2017) menunjukkan bahwa remaja suka sekali jajan makanan
ringan. Jenis makanan ringan yang dikonsumsi adalah kue-kue yang manis
dan golongan pastry serta permen sedangkan golongan sayur-sayuran dan
buah-buahan jarang dikonsumsi sehingga dalam diet mereka rendah akan zat
besi, vitamin, dan lain-lain. Selain itu hasil survei menunjukkan bahwa
remaja menyukai minuman ringan, teh, dan kopi yang frekuensinya lebih
sering dibandingkan konsumsi susu.
- Besi yang terikat phenolic (tannin); teh, kopi, coklat, beberapa bumbu
(seperti oregano)
- Kalsium, terutama dari susu dan produk susu
Sumber baik zat besi berasal dari pangan hewani seperti daging,
unggas, dan ikan karena mempunyai ketersediaan biologik yang tinggi
(Almatsier 2016). Pangan hewani seperti daging sapi, daging unggas,
dan ikan memiliki Meat, Fish, Poultry Factor (MFP Factor) yang dapat
meningkatkan penyerapan besi. Hasil pencernaan ketiga pangan tersebut
menghasilkan asam amino cysteine dalam jumlah besar. Selanjutnya
asam amino tersebut mengikat besi dan membantu penyerapannya
(Groff & Gropper 2015 diacu dalam Puri 2017).
Konsumsi pangan yang rendah kandungan zat besi dapat
menyebabkan ketidakseimbangan besi di dalam tubuh. Selain itu,
tingginya konsumsi pangan yang dapat menghambat penyerapan besi
dan rendahnya konsumsi pangan yang dapat membantu penyerapan besi
di dalam tubuh juga dapat menyebabkan ketidakseimbangan besi di
dalam tubuh. Jika hal tersebut berlangsung dalam jangka waktu yang
lama, maka dapat menyebabkan defisiensi besi (Almatsier 2016).
Salah satu metode yang dapat digunakan untuk mengetahui
konsumsi pangan adalah metode frekuensi pangan yang dalam
pelaksanaannya dilakukan pencatatan frekuensi atau banyak kali
penggunaan pangan yang biasanya dikonsumsi untuk suatu periode
waktu tertentu. Metode ini bertujuan untuk memperoleh data konsumsi
pangan secara kualitatif dan informasi deskriptif tentang pola konsumsi.
Dengan metode ini dapat dilakukan penilaian frekuensi penggunaan
pangan atau kelompok pangan tertentu (sumber lemak, sumber protein,
sumber zat besi, dan lain sebagainya) selama kurun waktu yang spesifik
(per hari, minggu, bulan, tahun) dan sekaligus mengestimasi konsumsi
zat gizinya. Kuisioner biasanya mempunyai dua komponen utama yaitu
daftar pangan dan frekuensi penggunaan pangan (Kusharto dan
Sa’diyyah 2016).
16
2017). Hal ini menggambarkan asupan pangan sumber zat besi yang rendah
terutama pangan hewani (Bartley et al 2015).
minggu dan 10 tablet pada waktu menstruasi sehingga total tablet yang
diminum selama 4 bulan kegiatan adalah 52 tablet.
Sekolah untuk pelaksanaan kegiatan dipilih dengan latar belakang
tingginya prevalensi anemia ibu hamil di daerah tersebut, adanya petugas
Puskesmas dengan latar belakang pendidikan gizi, kinerja puskesmas yang
cukup baik, tersedianya laboratorium dan tenaga lab untuk fasilitas
pengambilan dan pemeriksaan darah dengan metode Cya nmethemoglobin,
dan dukungan puskesmas terhadap pelaksanaan kegiatan, serta adanya
koordinasi dengan Dinas Pendidikan dan dinas terkait untuk memberikan
dukungan terhadap kegiatan dan dapat menindaklanjuti pemberian tablet
tambah darah secara mandiri pasca kegiatan.
BAB III
PENGKAJIAN KASUS
FORMAT DOKUMENTASI
ASUHAN KEBIDANAN PADA MASA REMAJA,
PRANIKAH DAN PRAKONSEPSI
20
21
d) Pola Nutrisi
Makan sehari 1 kali,minum lebih dari 4 gelas
e) Pola Personal Hygiene
Ganti celana dalam sehari 2kali,genti pembalut sehari 3 kali
f) Pola Kebiasaan
Olah raga,istirahat
3.4 Penatalaksanaan
1. Memberi tahu Nn. A tentang hasil pemeriksaannya
2. Menganjurkan Nn. A untuk istirahat siang 1 jam dan malam 7-8 jam
3. Memberitahu Nn. A untuk tidak diet dulu karena bisa membuat dia sakit
untuk itu Nn. A harus banyak makan atau Nutrisi di tingkatkan seperti
sayuran,kacang kacangan,ikan,daging,buah buahan.
4. Menganjurkan Nn.A untuk minum obat tambah darah /Fe minimal 1x 1
dalam seminggu tapi berhubung sekarang anemia sedang Nn. A
dianjurkan untuk minum Fe 1x1 setiap hari selama 10 hari. Dan Memberi
tahukan kepada Nn. A untuk hindari minum tablet tambah darah dengan
24
( Suci Rahayu )
25
BAB IV
PEMBAHASAN
4.1 Anemia
Anemia merupakan adanya kondisi dimana kondisi dimana jumlah
dan ukuran sel darah merah atau konsentrasi hemoglobin dibawah nilai batas
normal, akibatnya dapat mengganggu kapasitas darah untuk mengangkut
oksigen kesekitar tubuh. Anemia adalah indikator untuk gizi buruk serta
kesehatan yang buruk. Anemia adalah suatu masalah kesehatan yang terjadi
pada masyarakat dan serta tersebar pada seluruh dunia terutama pada
berbagai negara berkembang serta negara miskin. Kejadian anemia
banyak dialami terutama pada kelompok usia remaja baik laki laki maupun
perempuan.1
Kejadian anemia merupakan terjadinya kadar hemoglobin (Hb)
dalam darah lebih rendah dilihat dari nilai normal untuk pada orang yang
bersangkutan. Untuk menentukan terjadinya anemia dilakukan dengan
mengukur hematokrit (Ht). Nilai hematokrit rata-rata setara dengan tiga
kali kadar hemoglobin. Batasan Hb untuk menentukan apakah seseorang
terkena anemia gizi besi atau tidak sangat dipengaruhi oleh umur. Untuk
anak-anak umur 6 bulan-5 tahun, dapat dikatakan menderita anemia gizi
besi apabila kadar hemoglobinnya kurang dari 11 g/dl, umur 6-14 tahun
kurang dari 12 g/dl, dewasa laki-laki kurang dari 13 g/dl, dewasa
perempuan tidak hamil kurang dari 12 g/dl, dan dewasa perempuan
hamil kurang dari 11 g/dl.2
Anemia mempengaruhi 1/2 miliar perempuan usia reproduksi di
seluruh dunia. Pada tahun 2011, 29% (496 juta) dari wanita yang tidak
hamil dan 38% (32.400.000) dari ibu hamil yang berusia 15-49 tahun yang
menderita anemia. Prevalensi anemia tertinggi di Asia selatan dan tengah
1
Wibowo, dkk. Hubungan Status Gizi Dengan Anemia Pada. Remaja Putri di Sekolah Menengah
Pertama Muhammadiyah 3 Semarang. 2013.
2
Arisman. Gizi dalam Daur Kehidupan: Buku Ajar Ilmu Gizi. Buku. Kedokteran. Jakarta: EGC;
2004.
26
dan Afrika barat. Sedangkan penyebab anemia diperkirakan separuh dari
kasus
27
28
masalah gizi yang paling lazim di dunia dan diderita lebih dari 600 juta
orang. Anemia lebih banyak terjadi di negara sedang berkembang
dibandingkan negara yang sudah maju. Dari perkiraan populasi 3.800
juta orang (36% ) di negara sedang berkembang menderita anemia.6
Anemia adalah masalah gizi yang sering terjadi pada remaja
terutama remaja putri. Anemia ialah kelanjutan dampak dari kekurangan zat
gizi makro (karbohidrat, protein, lemak) dan zat gizi mikro (vitamin,
mineral).7 Pada remaja putri, kebutuhan besi meningkat karena mengalami
menstruasi/haid berkala yang mengeluarkan sejumlah zat besi setiap bulan.
Peningkatan kebutuhan jumlah total volume darah ini seringkali tidak diikuti
dengan konsumsi zat besi yang adekuat, apalagi saat menginjak usia remaja
putri cenderung ingin memiliki tubuh yang lebih langsing, sehingga sering
melakukan berbagai usaha, di antaranya adalah melakukan diet ketat.8
Penyebab anemia dikarenakan karena kurangnya asupan gizi dari
makanan yang mengandung gizi tinggi serta suplemen penambah darah,
serta adanya zat yang dapat menghambat penyerapan besi diantaranya dari
makanan, penyakit infeksi, malabsorbsi, dan pendarahan juga dipengaruhi
oleh faktor biologis seperti menstruasi, tiap bulan, kehamilan, melahirkan
dan masa nifas.9
Remaja merupakan siklus kedua dalam kehidupan setiap individu.
Pertumbuhan dan perkembangan pada masa ini ditandai oleh perubahan fisik
dan psikologis. Perubahan fisik dari anak-anak menuju remaja ditandai
dengan bertambahnya masa otot, bertambahnya jaringan lemak dalam tubuh
dan terjadinya perubahan hormonal10. Secara psikologis remaja
mengalami perubahan emosi, pikiran, perasaan, lingkungan pergaulan,
dan tanggung jawab yang dihadapinya. ini berarti masa remaja adalah
masa peralihan dari masa anak menuju ke masa dewasa. Dari segi
6
Arisman. 2010. Gizi Dalam Daur Kehidupan. Jakarta:Penerbit Buku Kedokteran. EGC.
7
Badriah, LD. 2011. Gizi Dalam Kesehatan Reproduksi. PT Refika Aditama : Bandung.
8
Almatsier, S.(2010).Prinsip Dasar Ilmu Gizi.Jakarta : Gramedia Pustaka Utama
9
Prayitno dan Fadhilah, 2012
10
Andriani, M. & Wirjatmadi, B. (2012a) Pengantar gizi masyarakat. Jakarta: Kencana prenada
media group.
30
11
Istiany, Ari dan Rusilanti. (2013). Gizi Terapan. Jakarta: Remaja Rosdakarya.
12
Andriani, M. & Wirjatmadi, B. (2012a) Pengantar gizi masyarakat. Jakarta: Kencana prenada
media group.
13
Muchtadi, 2009
31
14
Sharlin, Judith dan Sari Edelstein, Essentials of Life Cycle Nutrition.Canada
32
bahwa ada efek pemberian suplementasi tablet besi satu minggu sekali
selama 8 minggu terhadap kenaikan hemoglobin.15
Berdasarkan Depkes tahun 2008 menyatakan bahwa dosis
pemberian suplemen tablet besi adalah 65 mg satu kali per hari selama satu
bulan. Pemberian pada remaja suplementasi tablet besi dijalankan selama 2-
3 bulan untuk mengisi cadangan besi di dalam tubuh. Oleh karena itu
pemberian suplementasi tablet besi dan asam folat dapat digunakan untuk
memperbaiki status hemoglobin dalam waktu yang relatif singkat.16
Pemberian suplemen tablet zat besi dan asam folat mingguan
digunakan untuk meningkatkan kepatuhan konsumsi besi harian yang
dianggap kurang efektif karena eritrosit dapat bertahan selama 4-5 hari
yang mengakibatkan berkurangnya efek samping dari tablet besi yang tidak
enak dan kebutuhan besi pada subjek meningkat sedangkan pemberian
suplementasi tablet besi dua kali per minggu karena setiap hari sekitar 25 ml
eritrosit harus di ganti sehingga membutuhkan 25 mg besi tetapi hanya 1
mg/hari yang dapat diabsorpsi dari makanan sedangkan 24 mg diambil
dari daur ulang besi dan cadangan besi. Laju perubahan hemoglobin
dari awal sampai akhir intervensi ditemukan hasil pemberian suplemen
tablet besi dan asam folat dua kali per minggu relatif lebih meningkat
dibandingkan dengan satu kali per minggu.17
Timbulnya anemia dapat disebabkan oleh asupan pola makan yang
salah, tidak teratur dan tidak seimbang dengan kecukupan sumber gizi yang
dibutuhkan tubuh diantaranya adalah asupan energi, asupan protein, asupan
karbohidrat, asupan lemak, vitamin C dan yang terutama kurangnya sumber
makanan yang mengandung zat besi, dan asam folat. Upaya penanggulangan
masalah anemia pada remaja berkaitan dengan asupan makanan yang
mengandung zat besi. Kasus anemia sangat menonjol pada anak-anak
sekolah terutama remaja putri. Remaja putri berisiko tinggi menderita
15
Purwaningsih. 2006. Konsumsi Fast Food Sebagai Faktor Resiko.
16
Departemen Kesehatan RI. (2008). Sistem Kewaspadaan Dini (SKD) KLB-Gizi. Buruk.
Jakarta : Direktorat Bina Gizi Masyarakat.
17
Gupta I, Gupta R. Tell Tale Shades of Discolored. Teeth: A review. Indian Journal of Dental
Science 2014; 6(2): 95-9.
33
anemia, karena pada masa ini terjadi peningkatan kebutuhan zat besi akibat
adanya pertumbuhan dan menstruasi. Aktifitas sekolah, perkuliahan maupun
berbagai aktifitas organisasi dan ekstrakurikuler yang tinggi akan berdampak
pada pola makan yang tidak teratur, selain itu kebiasaan mengkonsumsi
minuman yang menghambat absorbsi zat besi akan mempengaruhi kadar
hemoglobin seseorang18. Berdasarkan penelitian Tiaki Nilai koefisien
korelasi 0,127 dengan signifikansi 0,026 < 0,05 pada pola makan. Hal ini
berarti mengidentifikasi Ha diterima dan Ho ditolak. Sehingga dapat
disimpulkan bahwa ada hubungan antara pola makan dengan kejadian
anemia pada remaja putri.19
Kurang istirahat atau Kurang tidur pada seseorang yang berdampak
buruk pikiran dan tubuh di setiap aktivitasnya, mulai dari anak usia dini
sampai dewasa matang. Tetapi pada remaja yang berada pada tahap kritis
perkembangan, melewatkan waktu tidur atau kurangnya waktu tidur bisa
sangat berbahaya. Seiring waktu, pola “tidur larut malam, bangun pagi buta”
ini dapat menyebabkan sejumlah risiko kesehatan. Berikut adalah beberapa
risiko kesehatan fisik dan mental yang terkait dengan kurang tidur selama
masa remaja yang harus diperhatikan baik oleh orang tua dan anak remaja itu
sendiri. Berdasarkan penelitian sebelumnya bahwa Kejadian anemia pada
remaja putri di Kabupaten Sukabumi yaitu sebesar 56,3%. Kecamatan
Surade merupakan bagian dari Kabupaten Sukabumi dimana hasil Survai
data di Wilayah Kecamatan Surade memiliki prevalansi angka anemia
penduduk sebesar 36 % diantaranya berdasarkan hasil observasi di SMPN #
Surade terdapat angka anemia sebesar 30 %.
Dan menurut hasil penelitian yang di dapat pada kasus remaja Nn. A
usia 16 tahun mendapatkan hasil anemia sedang dan terdapata hubungan
antara teoari dan hasil penelitian.
18
Dinkes DIY. (2012) Angka Prevalensi Anemia pada Remaja di Yogyakarta.
Yogyakarta.
19
Nur Khatim AH Tiaki. Hubungan Pola Makan Dengan Kejadian Anemia Pada Remaja
Putri Kelas Xi Di Smk N 2 Yogyakarta. Jurnal. Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas
Aisyiyah Yogyakarta
34
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Remaja merupakan bagian dari siklus hidup antara usia 10-19 tahun.
Selama masa remaja, seseorang dapat mencapai 15 persen dari tinggi badan
dan 50 persen dari berat badan saat dewasa.
Anemia terjadi apabila kepekatan hemoglobin dalam darah di bawah
batas normal. Menurut WHO (2016), batas ambang anemia untuk wanita usia
11 tahun keatas adalah apabila konsentrasi atau kadar hemoglobin dalah darah
kurang dari 12 g/dl.
Faktor risiko anemia diantaranya menstruasi, status gizi, riwayat
penyakit, aktivitas fisik, konsumsi pangan serta perilaku hidup bersih dan
sehat. Secara umum, status anemia dipengaruhi oleh empat variabel utama
yaitu infeksi, konsumsi pangan, keadaan fisiologi, dan pengeluaran zat besi
oleh tubuh. Selain itu, terdapat faktor-faktor lain yang berpengaruh terhadap
kejadian anemia antara lain pendidikan, jenis kelamin, wilayah, kebiasaan
sarapan, status kesehatan, dan keadaan IMT (Indeks Massa Tubuh) dalam
kategori kurus. Hasil penelitian Maharani (2017) menunjukkan bahwa faktor
risiko yang secara signifikan mempengaruhi kecenderungan status anemia
mahasiswa baru yaitu faktor jenis kelamin, umur, pendapatan orangtua, dan
status proteinuria.
5.2 Saran
mengalami anemia
35
c. Memberikan arahan kepada siswi yang mengalami anemia
3. Penelitian Selanjutnya
36
DAFTAR PUSTAKA
Affandi B. 2015. Gangguan Haid pada Remaja dan Dewasa. Jakarta : FKUI
Almatsier S. 2016. Prinsip Dasar Ilmu Gizi. Jakarta : PT. Gramedia Pustaka
Utama
Arisman. 2016. Gizi dalam Daur Kehidupan: Buku Ajar Ilmu Gizi. Jakarta : Buku
Kedokteran EGC
Irawati A, et al. 2015. Faktor Determinan Status Gizi dan Anemia Murid SD di
Desa IDT Penerima PMT-AS di Indonesia. Laporan Penelitian Rutin
37
Kemenkes RI. 2017. Pusat Penelitian dan Pengembangan Gizi. Jakarta : Badan
Penelitian dan Pengembangan Kesehatan, Kemenkes RI
38
39
Kemenkes RI. 2018. Pedoman Penanggulangan Anemia Gizi untuk Remaja Putri
dan Wanita Usia Subur. Jakarta : Kemenkes RI
Maharani II. 2017. Faktor risiko yang mempengaruhi status anemia mahasiswa
USMI IPB 2016-2017 [skripsi]. Bogor : Fakultas Matematika dan
Ilmu Pengetahuan Alam, Institut Pertanian Bogor
Puri DK. 2017. Faktor-faktor yang berhubungan dengan status anemia mahasiswi
peserta program pemberian makanan tambahan di IPB, Bogor
[skripsi]. Bogor: Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor
Shulman ST, JP Phair, HM Sommers. 2017. The Biologic & Clinical Basis of
Infectious Diseases, Fourth Edition, penerjemah Samik Wahab.
Jogjakarta : Fakultas Kedokteran Universitas Gajah Mada
Supariasa IDN, I Fajar, B Bakri. 2016. Penilaian Status Gizi. Jakarta : Buku
Kedokteran EGC
Wirakusumah ES. 2018. Perencanaan Menu Anemia Gizi Besi. Jakarta : Trubus
Agriwidya
Wiseman G. 2016. Nutrition & Health. London : Taylor & Francis Inc.
LAMPIRAN
SATUAN ACARA PENYULUHAN ANEMIA
A. Pengantar
Mata Kuliyah/ Praktikum : Praktek Pkk4
Kode Mata Kuliah/ Sks :-
Semester : Tujuh (Tujuh )
Sasaran : Remaja
Materi Pokok : Anemia Pada Remaja
Waktu/ Pertemuan : 09.00 Sd Selesai
Program Studi : Sarjana Terapan Kebidanan Universitas
Kebidanan Indonesia Maju (STIKIM)
D. Materi
Terlampir
E. Media
1. SAP
2. Leaflet
3. Power Point
F. Metode
1. Penyuluhan
2. Peragaan/simulasi
3. Tanya jawab, diskusi
G. Kegiatan Pembelajaran
No Waktu Kegiatan Penyuluhan Kegiatan Peserta
1. 5 menit Pembukaan : Menjawab salam
a. Memberi salam Mendengarkan dan
b. Memperkenalkan diri memperhatikan
c. Menjelaskan tujuan
penyuluhaan
d. Menyebut materi/pokok
bahasan yang ingin
disampaikan
2. 15 menit Pelaksanaan : Menyimak dan
Menjelaskan materi penyuluhan memperhatikan
secara berurutan dan teratur materi yang
Materi : disampaikan
a. Pengertian anemia
b. Penyebab anemia
c. Klasifikasi anemia
d. Tanda dan akibat anemia
pada remaja
e. Kriteria anemia
f. Penanggulangan anemia
g. Pengobatan anemia
3. 5 menit Evaluasi :
1. Memberikan kesempatan Merespon dan
kepada responden untuk bertanya
bertanya.
2. Memberikan pujian atas Merespon dan
keberhasilan ibu menjelaskan
menjelaskan pertanyaan dan
memperbaiki kesalahan.
4. 5 menit Penutup :
1. Menyimpulkan materi yang Menyimak
telah di sampaikan.
2. Mengucapkan terima kasih
atas perhatian dan waktu
yang telah diberikan kepada
responden.
3. Mengucapkan salam. Menjawab salam
H. Evaluasi
Metode evaluasi : Memberikan pertanyaan
Jenis pertanyaan : Lisan
LAMPIRAN MATERI
ANEMIA PADA REMAJA
A. Pengertian
Anemia (dalam bahasa Yunani: Tanpa darah) adalah keadaan saat jumlah
sel darah merah atau jumlah hemoglobin (protein pembawa oksigen) dalam
sel darah merah berada di bawah normal. Anemia adalah berkurangnya
hingga dibawah nilai normal eritrosit, kuantitas hemoglobin, dan volume
packed red blood cell (hematokrit) per 100 ml darah.
C. Klasifikasi Anemia
1. Berdasarkan Morfologinya
a. Anemia Defisiensi Zat besi
Adalah Anemia defisiensi besi adalah anemia yang disebabkan oleh
kurangnya persediaan besi untk eritropoiesis, karena cadangan besi
kosong (depleted iron store) sehngga pembentukan hemoglobin
berkurang.
b. Anemia Penyakit Kronik
Adalah anemia pada penyakit ini merupakan jenis anemia terbanyak
kedua setelah anemia defisiensi yang dapat ditemukan pada orang
dewasa di Amerika Serikat.
2. Anemia Makrositik
a. Defisiensi vitamin B12
Adalah Anemia yang diakibatkan oleh karena kekurangan vitamin
B12 dikenal dengan nama anemia pernisiosa.
b. Defisiensi Asam folat
Adalah bahan esensial untuk sintesis DNA dan RNA. Jumlah asam
folat dalam tubuh berkisar 6-10 mg, dengan kebutuhan perhari
50mg. Asam folat dapat diperoleh dari hati, ginjal, sayur hijau, ragi.
Asam folat sendiri diserap dalam duodenum dan yeyenum bagian
atas, terikat pada protein plasma secara lemah dan disimpan didalam
hati. Tanpa adanya asupan folat, persediaan folat biasanya akan
habis kira-kira dalam waktu 4 bulan.
E. Kriteria Anemia
Batasan yang umum dipengaruhi adalah kriteria WHO pada tahun
1968.Dinyatakan sebagai anemia bila tedapat nilai dengan kriteria sebagai
berikut:
Klasifikasi Anemia menurut kelompok umur
Non Anemia (g/dl)
Populasi Anemia
Ringan Sedang Berat
(g/dl)
Anak 6-59 bulan 11 10.0-10.9 7.0-9.9 <7.0
Anak 5-11 tahun 11.5 11.0-11.4 8.0-10.9 <8.0
Anak 12-14 tahun 12 11.0-11.9 8.0-10.9 <8.0
Perempuan tidak
12 11.0-11.9 8.0-10.9 <8.0
hamil (≥ 15 tahun)
Ibu hamil 11 10.0-10.9 7.0-9.9 <7.0
Laki-laki ≥ 15 tahun 13 11.0-12.9 8.0-10.9 <8.0
F. Penanggulangan Anemia
Tindakan penting yang dilakukan untuk mencegah kekurangan besi antara
lain:
1. Konseling untuk membantu memilih bahan makanan dengan kadar besi
yang cukup secara rutin pada usia remaja.
2. Meningkatkan konsumsi besi dari sumber hewani seperti daging, ikan,
unggas, makanan laut disertai minum sari buah yang mengandung
vitamin C (asam askorbat) untuk meningkatkan absorbsi besi dan
menghindari atau mengurangi minum kopi, teh, teh es, minuman ringan
yang mengandung karbonat dan minum susu pada saat makan.
3. Suplementasi besi. Merupakan cara untuk menanggulangi ADB di
daerah dengan prevalensi tinggi. Pemberian suplementasi besi pada
remaja dosis 1 mg/KgBB/hari.
4. Untuk meningkatkan absorbsi besi, sebaiknya suplementasi besi tidak
diberi bersama susu, kopi, teh, minuman ringan yang mengandung
karbonat, multivitamin yang mengandung phosphate dan kalsium.
5. Skrining anemia. Pemeriksaan hemoglobin dan hematokrit masih
merupakan pilihan untuk skrining anemia defisiensi besi.
G. Pengobatan Anemia
Pengobatan anemia tergantung pada penyebabnya:
1. Anemia kekurangan zat besi. Bentuk anemia ini diobati dengan
suplemen zat besi, yang mungkin Anda harus minum selama beberapa
bulan atau lebih. Jika penyebab kekurangan zat besi kehilangan darah -
selain dari haid - sumber perdarahan harus diketahui dan dihentikan. Hal
ini mungkin melibatkan operasi.
2. Anemia kekurangan vitamin. Anemia pernisiosa diobati dengan suntikan
- yang seringkali suntikan seumur hidup - vitamin B-12. Anemia karena
kekurangan asam folat diobati dengan suplemen asam folat.
3. Anemia penyakit kronis. Tidak ada pengobatan khusus untuk anemia
jenis ini. Suplemen zat besi dan vitamin umumnya tidak membantu jenis
anemia ini . Namun, jika gejala menjadi parah, transfusi darah atau
suntikan eritropoietin sintetis, hormon yang biasanya dihasilkan oleh
ginjal, dapat membantu merangsang produksi sel darah merah dan
mengurangi kelelahan.
4. Aplastic anemia. Pengobatan untuk anemia ini dapat mencakup transfusi
darah untuk meningkatkan kadar sel darah merah. Anda mungkin
memerlukan transplantasi sumsum tulang jika sumsum tulang Anda
berpenyakit dan tidak dapat membuat sel-sel darah sehat. Anda mungkin
perlu obat penekan kekebalan tubuh untuk mengurangi sistem kekebalan
tubuh Anda dan memberikan kesempatan sumsum tulang
ditransplantasikan berespon untuk mulai berfungsi lagi.
5. Anemia terkait dengan penyakit sumsum tulang. Pengobatan berbagai
penyakit dapat berkisar dari obat yang sederhana hingga kemoterapi
untuk transplantasi sumsum tulang.
6. Anemias hemolitik. Mengelola anemia hemolitik termasuk menghindari
obat-obatan tertentu, mengobati infeksi terkait dan menggunakan obat-
obatan yang menekan sistem kekebalan Anda, yang dapat menyerang
sel-sel darah merah. Pengobatan singkat dengan steroid, obat penekan
kekebalan atau gamma globulin dapat membantu menekan sistem
kekebalan tubuh menyerang sel-sel darah merah.
7. Sickle cell anemia. Pengobatan untuk anemia ini dapat mencakup
pemberian oksigen, obat menghilangkan rasa sakit, baik oral dan cairan
infus untuk mengurangi rasa sakit dan mencegah komplikasi. Dokter
juga biasanya menggunakan transfusi darah, suplemen asam folat dan
antibiotik. Sebuah obat kanker yang disebut hidroksiurea (Droxia,
Hydrea) juga digunakan untuk mengobati anemia sel sabit pada orang
dewasa.
F. Pencegahan Anemia....
ANEMIA pada
Mengkonsumsi makanan bergizi seimbang
REMAJA
Mengkonsumsi daging merah seperti
daging sapi
Suci Rahayu
07200200016
Mengkonsumsi sayur-sayuran
PROGRAM STUDI KEBIDANAN PROGRAM
SARJANA TERAPAN
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
INDONESIA MAJU
TERIMA
JAKARTA
2021
KASIH
C. Derajat
Pengertian E. Tanda dan Gejala...
Ringan sekali : Hb 11 g/dl- Batas
Kondisi dimana berkurangnya sel Cepat Lelah
Normal
darah merah (eritrosit) dalam Ringan : Hb 8 g/dl-9,9
sirkulasi darah atau massa hemoglobin g/dl Nyeri Kepala dan Pusing
Sedang : Hb 6 gr/dl-7,9
sehingga tidak mampu memenuhi
g/dl Kesulitan Bernafas
fungsinya sebagai pembawa oksigen
Berat : Hb < 6 g/dl.
keseluruh jaringan.
D. Penyebab
Kriteria
Kekurangan unsur penyusun sel
Kriteria anemia menurut WHO
darah merah
(1998) adalah:
Gangguan fungsi sumsum tulang
Laki-laki dewasa : Hemoglobin <13
Kandungan zat besi dari makanan
g/dl
yang dikonsumsi tidak mencukupi
Wanita dewasa tidak hamil :
kebutuhan.
Hemoglobin <12g/dl
Meningkatnya pengeluaran zat besi
Wanita hamil : Hemoglobin <11g/dl
dari tubuh, misalnya pendarahan
Anak umur 6-14 tahun :
yang hebat.
Hemoglobin <12g/dl