DOSEN PEMBIMBING
Dr. Rika Nurhasanah, SST., M.Keb
PEMBIMBING LAHAN
Oneng Setia Asti Amd. Keb
DISUSUN OLEH
Destiara Azzahra 2260351013
PROFESI KEBIDANAN
FAKULTAS ILMU DAN TEKNOLOGI KESEHATAN
UNIVERSITAS JENDERAL ACHMAD YANI
CIMAHI 2023
KATA PENGANTAR
Puji syukur saya panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan
rahmat-Nya sehingga saya dapat menyelesaikan tugas laporan ini tepat pada waktunya.
Adapun tujuan dari penulisan laporan ini adalah untuk memenuhi tugas stase
Kehamilan. Selain itu, laporan ini juga bertujuan untuk menambah wawasan bagi para
pembaca dan juga bagi penulis.
Saya juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membagi
sebagian pengetahuannya sehingga saya dapat menyelesaikan laporan ini.
Dalam penyusunan tugas laporan ini, penulis menyadari bahwa laporan ini masih
jauh dari kata sempurna. Sehingga penulis selaku penyusun sangat mengharapkan
kritik dan saran yang membangun dari pembaca sekalian demi kesempurnaan laporan
ini.
Destiara Azzahra
2
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ............................................................................................................. 2
BAB I
PENDAHULUAN ................................................................................................................... 4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA .......................................................................................................... 7
2.1 Definisi........................................................................................................ 7
2.2 Etiologi.........................................................................................................7
2.3 Patofisiologi................................................................................................. 9
2.4 Tanda dan Gejala..........................................................................................
9
2.5 Faktor Penyebab........................................................................................ 10
2.6 Penatalaksanaan dan Pencegahan KEK......................................................14
BAB III
TINJAUAN KASUS PRAKONSEPSI
ASUHAN KEBIDANAN KEKURANGAN ENERGI KRONIK PADA NN. O DI
PUSKESMAS RANCAEKEK DTP .................................................................................... 21
BAB IV PEMBAHASAN .................................................................................................... 28
A. Pengkajian Data 28
B. Penegakkan Diagnosa dan Masalah, Menegakkan diagnosa dan Masalah Potensial
dan Tindakan Segera Jika di butuhkan 30
C. Asuhan Kebidanan yang Diberikan 31
BAB V PENUTUP................................................................................................................. 33
A. Kesimpulan 33
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................... 34
3
BAB I
PENDAHULUAN
4
menjadi perhatian pemerintah dan tenaga kesehatan, karena seorang wanitas
usia subur (WUS) yang mengalami KEK memiliki risiko tinggi untuk
melahirkan anak yang juga akan mengalami KEK di kemudian hari. Disamping
hal tersebut, kekurangan gizi menimbulkan masalah kesehatan morbiditas,
mortalitas, dan disabilitas, juga menurunkan kualitas sumber daya manusia
(SDM) suatu bangsa. Dalam skala yang lebih luas, kekurangan gizi dapat
menjadi ancaman bagi ketahanan dan kelangsungan hidup suatu bangsa
(Paramata, et al., 2019)
Kekurangan Energi Kronik (KEK) sering diderita oleh wanita usia
subur (WUS). Wanita Usia Subur (WUS) adalah wanita yang berada pada masa
kematangan organ reproduksi dan organ reproduksi tersebut telah berfungsi
dengan baik, yaitu pada rentang usia 15 – 49 tahun termasuk wanita hamil,
wanita tidak hamil, ibu nifas, calon pengantin, remaja putri, dan pekerja wanita.
KEK menggambarkan asupan energi dan protein yang tidak adekuat. Salah satu
indikator untuk mendeteksi risiko KEK dan status gizi WUS adalah dengan
melakukan pengukuran antropometri yaitu pengukuran lingkar lengan atas
(LILA) pada lengan tangan yang tidak sering melakukan aktivitas gerakan yang
berat. Nilai ambang batas yang digunakan di Indonesia adalah nilai rerata LILA
< 23,5 cm yang menggambarkan terdapat risiko kekurangan energi kronik pada
kelompok wanita usia subur (Anggraini, 2018)
Remaja putri dengan KEK berisiko tinggi mengalami KEK pada masa
kehamilan ( (Kemenkes RI, 2020)). Prevalensi kurang energi kronik (KEK)
pada wanita usia subur (WUS) di Indonesia pada umur 15-19 tahun yang hamil
sebanyak 33.5% dan tidak hamil sebanyak 36.3%, sedangkan pada umur 45-49
tahun yang hamil sebanyak 11.1% dan tidak hamil sebanyak 6%.% (Riset
Kesehatan Dasar, 2018).
Tingkat pendidikan menjadi salah satu faktor risiko terjadinya
kehamilan pada usia remaja. Kehamilan pada remaja di USA dihubungkan
dengan status sosial ekonomi yang rendah, tingkat pendidikan rendah, tinggal
5
dengan keluarga tunggal serta rendahnya pengawasan orang tua pada anak.
Faktor-faktor yang terkait dengan kehamilan usia remaja di negara-negara Uni
Eropa adalah sosial ekonomi, struktur keluarga yang bermasalah dan
pendidikan yang terbatas. Hal yang relative sama juga ditemukan di negara-
negara Kepulauan Selatan seperti Bangladesh, India dan Nepal, dimana faktor
risiko yang terjadinya kehamilan pada remaja adalah sosial-ekonomi yang
rendah, pencapaian pendidikan yang rendah, struktur keluarga yang terganggu
dan praktik kesehatan seksual yang buruk. Rendahnya tingkat pendidikan
remaja juga mencangkup pengetahuan remaja tentang kesehatan prekonsepsi,
dimana dilaporkan masih rendah berkisar antara 26,8-38,4% (Ayelew, et al.,
2017).
Penelitian kualitatif terhadap wanita usia reproduktif di UK juga
mendapatkan bahwa kesadaran terhadap pentingnya kesehatan prekonsepsi
masih rendah (Mc Gowan, et al., 2020). Penelitian kualitatif juga dilakukan
terhadap remaja di Sidemen Kabupaten Karangasem tahun 2018 juga
mendapatkan bahwa pengetahuan remaja tentang kesehatan prekonsepsi juga
rendah (Jagannatha & Ngurah, 2020).
Salah satu layanan yang diperlukan oleh remaja adalah pemberian
informasi tentang kesehatan prekonsepsi itu sendiri. Remaja perlu memahami
bagaimana cara menjaga kesehatan mereka hingga masa hamil nanti sehingga
mampu melahirkan generasi yang sehat.
1.2 Tujuan
a. Untuk mengetahui gambaran Kekurangan Energi Kronis (KEK)
b. Untuk mengetahui Etiologi, Patofisiologi, Penatalaksanaan dan Dampak K
6
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
1. Definisi
Kurang Energi Kronis merupakan keadaan dimana ibu menderita
kekurangan makanan yang berlangsung menahun (kronis) yang mengakibatkan
timbulnya gangguan kesehatan pada ibu. KEK dapat terjadi pada wanita usia
subur (WUS) dan pada ibu hamil (bumil). Seseorang dikatakan menderita risiko
KEK bilamana LILA < 23,5 cm (Depkes RI, 2012).
Kekurangan Energi Kronik (KEK) adalah salah satu keadaan malnutrisi.
Dimana keadaan remaja menderita kekurangan makanan yang berlangsung
menahun (kronik) yang mengakibatkan timbulnya gangguan kesehatan pada
remaja secara relative atau absolut satu atau lebih zat gizi. Menurut Depkes RI
dalam Program Perbaikan Gizi Makro menyatakan bahwa Kurang Energi
Kronik merupakan keadaan dimana penderita kekurangan makanan yang
berlangsung menahun (kronik) yang mengakibatkan timbulnya gangguan
kesehatan. Kekurangan Energi Kronik (KEK) adalah kondisi ketika seseorang
mengalami kekurangan gizi yang berlangsung menahun (kronis) sehingga
menimbulkan gangguan kesehatan (Prawita, et al., 2017) seperti kekurangan
zat besi dengan dampak anemia, kekurangan kalsium dengan dampak
osteoporosis, dan kekurangan gizi dengan dampak terganggunya proses
pertumbuhan remaja (Muhamad & Liputo, 2017).
2. Etiologi
Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi kejadian kekurangan energi
kronis (KEK) diantaranya terdapat faktor penyebab langsung dan faktor
penyebab tidak langsung. Factor penyebab langsung yaitu tingkat konsumsi
energi, tingkat konsumsi protein, penyakit infeksi dan usia menarche.
7
Sedangkan penyebab tidak langsung adalah pengetahuan tentang gizi pra
konsepsi dan aktivitas fisik (Labuan, et al., 2019).
Kekurangan energi kronis terjadi melalui beberapa tahapan, yaitu pada
tahapan awal akan terjadi ketidak cukupan zat gizi, terutama energi dan protein.
Jika keadaan ini berlangsung dalam jangka waktu yang lama maka cadangan
jaringan akan digunakan, Tahap kedua adalah terjadinya kemerosotan jaringan
karena penggunaan cadangan nutrisi terus menerus yang ditandai dengan
penurunan berat badan, Ketiga terjadi perubahan biokimia dan dapat dideteksi
dengan pemeriksaan laboratorium (Dieny, et al., 2019)
Secara umum KEK pada remaja disebabkan karena makanan yang
terlalu sedikit. Penurunan berat badan yang secara drastis pada remaja seperti
takut gemuk seperti ibunya atau dipandang kurang seksi oleh lawan jenis
(DEPKES RI, 2012). Makanan-makanan yang bervariasi dan cukup
mengandung kalori dan protein termasuk makanan pokok seperti nasi, ubi dan
kentang setiap hari serta makanan yang mengandung protein seperti daging,
ikan telur, kacang-kacangan, atau susu perlu dikonsumsi oleh para remaja
tersebut sekurang-kurangnya sehari sekali (Dieny, et al., 2019).
Calon pengantin wanita tergolong wanita usia subur yang rentang
mengalami KEK. Faktor penyebab KEK, antara lain keadaan sosial ekonomi
yang menyebabkan rendahnya pendidikan yang akan mempengaruhi pekerjaan
dan penghasilan. Selain itu, rendahnya asupan baik secara kualitas dan
kuantitas juga mempengaruhi kejadian KEK.
Kualitas dan kuantitas diet merupakan salah satu faktor yang
menyebabkan terjadinya resiko terjadinya KEK. Kualitas diet merupakan
indeks yang penting untuk mengetahui asupan zat gizi makro, serta pola diet
yang mempengaruhi terjadinya resiko penyakit terkait dengan diet. Menurut
penelitian yang telah dilakukan di negara-negara berkembang seperti di
Indonesia dan India diketahui bahwa kualitas diet seorang akan mempengaruhi
status gizi pada wanita usia subur (WUS) termasuk CPW (Dieny, et al., 2019)
8
3. Patofisiologi
Patofisiologi penyakit gizi kurang terjadi melalui lima tahapan yaitu:
pertama, ketidakcukupan zat gizi. Apabila ketidak cukupan zat gizi ini
berlangsung lama maka persediaan/cadangan jaringan akan digunakan untuk
memenuhi ketidak cukupan itu. Kedua, apabila ini berlangsung lama, maka
akan terjadi kemerosotan jaringan, yang ditandai dengan penurunan berat
badan. Ketiga, terjadi perubahan biokimia yang dapat dideteksi dengan
pemeriksaan laboratorium. Keempat, terjadi perubahan fungsi yang ditandai
dengan tanda yang khas. Kelima, terjadi perubahan anatomi yang dapat dilihat
dari munculnya tanda klasik.
Proses terjadinya KEK merupakan akibat dari faktor lingkungan dan
faktor manusia yang didukung oleh kekurangan asupan zat-zat gizi, maka
simpanan zat gizi pada tubuh digunakan untuk memenuhi kebutuhan. Apabila
keadaan ini berlangsung lama maka simpanan zat gizi akan habis dan akhirnya
terjadi kemerosotan jaringan.
9
Tujuan pengukuran LILA adalah mencakup masalah WUS baik pada
ibu hamil maupun calon ibu (remaja putri). Adapun tujuan lebih luas antara
lain:
a. Mengetahui resiko KEK pada WUS, baik ibu hamil maupun calon ibu,
untuk menapis wanita yang mempunyai resiko melahirkan bayi berat lahir
rendah.
b. Meningkatkan perhatian dan kesadaran masyarakat agar lebih berperan
dalam pencegahan dan penanggulangan KEK.
c. Mengembangkan gagasan baru di kalangan masyarakat dengan tujuan
meningkatkan kesejahteraan ibu dan anak.
d. Mengarahkan pelayanan kesehatan pada kelompok sasaran WUS yang
menderita KEK.
e. Meningkatkan peran dalam upaya perbaikan gizi WUS yang menderita
KEK.
10
5. Faktor Penyebab Terjadinya KEK
a. Pendidikan
Seseorangan dengan Pendidikan yang tinggi,maka tingkat pengetahuan
yang mereka dapat semakin tinggi pula dengan pendidikan tinggi maka
seseorang akan cenderung mendapatkan informasi baik dari orang lain
maupun media sebaliknya tingkat pendidikan yang kurang akan
menghambat perkembangan dan sikap seseorang. Hal ini kemungkinan
disebabkan karena seseorang yang berpendidikan rendah belum tentu tidak
kekurangan energi kronik karena sekalipun berpendidikan rendah kalau
orang tersebut banyak mendapatkan informasi tentang cara mencegah
kekurangan energi kronik maka pengetahuannya akan lebih baik (Syakur,
et al., 2020)
b. Pekerjaan Orang Tua
Seseorang yang bekerja dapat meningkatkan pengetahuan karena
pengalaman dan pergaulan serta dan interaksi sosial yang luas. Dampak
positif dari interaksi yang luas adalah dapat meningkatkan wawasan
termasuk wawasan tentang kesehatan. Perbahan pengetahuan akan
membawa perubahan pada sikap, perilaku, pendapatan, dan pola makan
sehingga dapat mempengaruhi jenis makanan yang dikonsumsi. Selain itu,
seseorang yang bekerja dapat meningkatkan status social ekonomi keluarga.
Seorang yang bekerja dapat memiliki penghasilan sendiri sehingga dapat
membantu memenuhi gizi keluarga. Pekerjaan berpengaruh terhadap sosial
ekonomi. Kebutuhan kesehatan seperti sarana kesehatan dan kebutuhan gizi
dapat terpenuhi ketika keluarga memiliki kemampuan secara ekonomi
(Ernawati, 2018).
c. Pendapatan Orang Tua
Orang tua dengan pendapatan tinggi akan memiliki anggota keluarga
dengan status gizi yang baik pula, sehingga akan berdampak pada
pertumbuhan dan perkembangan seksual yang berpengaruh pada usia
11
menarche. Walaupun demikian, tidak selalu pendapatan tinggi menjamin
terpenuhinya semua kebutuhan gizi. Sebagai contoh remaja yang menderita
anoreksia nervosa banyak yang berasal dari keluarga dengan orang tuanya
berpendapatan tinggi, sehingga pertumbuhan dan perkembangan remaja
tersebut terganggu (Asfahani, et al., 2019).
d. Pengetahuan
Pengetahuan dipengaruhi oleh faktor pendidikan formal dan non formal
sangat erat hubungannya. Diharapkan dengan pendidikan yang tinggi maka
akan semakin luas pengetahuannya. Orang yang berpendidikan rendah tidak
mutlak berpengetahuan rendah pula. Peningkatan pengetahuan tidak mutlak
diperoleh dari pendidikan formal saja, tetapi juga dapat diperoleh dari
pendidikan non formal. Pengetahuan akan suatu objek mengandung dua
aspek yaitu aspek positif dan aspek negatif. Kedua aspek ini akan
menentukan sikap seseorang. Semakin banyak aspek positif dan objek yang
diketahui, maka akan menimbulkan sikap semakin positif terhadap objek
tertentu (Nua & Adesta, 2018).
e. Sikap
Perilaku kesehatan dipengaruhi oleh factor Predisposing (predisposisi)
diantaranya adalah pengetahuan, factor enabling (pemungkin) dan factor
reinforcing (penguat) meliputi dukungan keluarga, petugas kesehatan.
Untuk factor predisposing (predisposisi) di pengaruhi oleh tingkat
pengetahuan, dengan tingkat pengetahuan yang kurang mengenai gizi
selama kehamilan mengakibatkan konsumsi makanan ibu selama hamil
kurang dari energi yang dibutuhkan (Novitasari, et al., 2019).
f. Indeks Massa Tubuh (IMT)
Kunci untuk menemukan kasus Kekurangan Energi Kronik (KEK) dan
malnutrisi adalah dengan melakukan skrining awal. Pemeriksaan KEK
dilakukan dengan mengukur lingkar tengah lengan atas (LILA) dan
menggunakan pengukuran Indeks Massa Tubuh (IMT). Hubungan antara
12
IMT dengan LILA adalah positif, artinya jika wanita dengan ukuran LILA
yang lebih besar akan memiliki IMT yang besar. Hasil ini berkaitan dengan
komposisi pada LILA yang terdiri dari, otot, lemak dan tulang, sehingga
wanita yang memiliki LILA yang lebih besar akan memiliki komposisi
lemak yang lebih banyak yang dapat mempengaruhi komposisi tubuh yang
mengakibatkan kenaikan berat badan. Kenaikan berat badan ini akan
menyebabkan nilai IMT menjadi naik karena perhitungan IMT yang
menggunakan berat badan dan tinggi badan. Hal ini dapat diartikan, IMT
akan bertambah bila ukuran LILA bertambah 1 cm (Hidayati, 2017).
Indeks Massa Tubuh (IMT) merupakan indeks antropometrik yang
paling banyak digunakan dalam studi epidemiologi maupun dalam praktik
klinis untuk mengklasifikasikan status berat badan seseorang. Namun
pengukuran IMT masih belum menjadi indicator utama 24 dalam skrining
Kekurangan Energi Kronik (KEK) di pelayanan kesehatan seperti
Puskesmas dan Pos Pelayanan Terpadu (ISP) karena prosesnya lebih rumit
dibandingkan mengukur Lingkar Lengan Atas (LILA). Kader atau bidan
harus menghitung secara manual. Maka pembuatan alat skrining pada
wanita sebelum hamil penting dilakukan, sehingga wanita usia subur perlu
menjaga IMT yang normal sebelum menikah. Gambar di bawah ini
merupakan rumus pengukuran Indeks Massa Tubuh (IMT) (Elisanti, et al.,
2021).
Adapun indikator IMT untuk orang Indonesia berjenis kelamin
perempuan menurut Kementerian Kesehatan Republik Indonesia,
menggunakan 4 kriteria utama yaitu (KEMENKES RI, 2021):
1. KEK dengan IMT < 17 kg/m
2. Normal IMT 18,5- 25 kg/m2
3. Kegemukan 25 – 27 kg/m
4. Obesitas dengan IMT > 27 kg/m
g. Asupan Zat Gizi
13
Asupan zat gizi yang penting meliputi zat gizi makro yaitu energi,
protein, lemak, dan karbohidrat, serta dua zat gizi mikro yang berkaitan
dengan KEK yaitu zat besi dan zinc. Protein adalah sumber energi kedua
setelah karbohidrat. Agar metabolisme energi tidak terganggu, maka
disamping glikogen, tubuh juga memerlukan protein sebagai cadangan
energi. Hasil studi terkini menunjukkan bahwa diet kaya protein secara
signifikans akan meningkatkan cadangan glikogen di hati. Efek bermanfaat
ini terjadi dikarenakan kemampuan protein dalam meningkatkan aktifitas
regulatori dan beragam enzim hepatis yang bertanggung jawab pada
metabolisme energi (Elisanti, et al., 2021).
5. Dampak
Kekurangan Energi Kronis (KEK) pada Wanita Usia Subur (WUS) dan ibu
hamil beresiko melahirkan Berat Bayi Lahir Rendah. Hal ini terjadi karena di
dalam masa awal kehamilan ibu hamil mengalami malnutrisi sehingga
mempengaruhi perkembangan dan kapasitas embrio. Nutrisi yang buruk pada
kehamilan lanjut akan mempengaruhi pertumbuhan janin sehingga pertumbuhan
janin tidak akan maksimal karena asupan nutrisi janin yang berasal dari ibu
kurang. Berat Bayi Lahir Rendah mempunyai resiko kematian, gizi kurang,
gangguan pertumbuhan dan gangguan perkembangan anak (Atika dan Siti,
2009).
Bila kelompok WUS dengan KEK hamil, berpotensi besar melahirkan bayi
dengan berat badan lahir rendah (BBLR), janin tidak berkembang, dan juga
beresiko menyebabkan kematian ibu saat melahirkan (Infodatin 2016). Hasil
penelitian Pujiastuti dan Iriani (2016) berhasil membuktikan adanya hubungan
antara status gizi berdasar LiLA dengan kejadian BBLR.
Wanita yang menderita malnutrisi sebelum hamil atau selama minggu pertama
kehamilan cenderung melahirkan bayi yang menderita kerusakan otak dan
sumsum tulang karena sistem saraf pusat sangat peka pada 2–5 minggu pertama.
14
Apabila hal tersebut diderita ibu hingga sepanjang minggu terakhir kehamilan,
maka ibu akan melahirkan bayi dengan berat badan lahir rendah (< 2500 gram)
(Arisman, 2009).
KEK pada ibu hamil dapat menyebabkan resiko dan komplikasi pada ibu antara
lain anemia, perdarahan, berat badan ibu tidak bertambah secara normal dan
terkena penyakit infeksi. KEK ibu hamil dapat mempengaruhi proses
pertumbuhan janin dan dapat menimbulkan keguguran, abortus, bayi lahir mati,
kematian neonatal, cacat bawaan, anemia pada bayi, asfiksia intra partum (mati
dalam kandungan), lahir dengan berat badan lahir rendah (BBLR). Pengaruh
KEK terhadap proses persalinan dapat mengakibatkan persalinan sulit dan lama,
persalinan sebelum waktunya (prematur), perdarahan setelah persalinan, serta
persalinan dengan operasi cenderung meningkat.
15
Khususnya bagi para wanita yang mengalami menstruasi setiap bulan akan
meningkatkan kebutuhan mineral zat besi. Defisiensi zat besi, secara prinsip
dapat diatasi antara lain dengan perubahan kebiasaan makan, karena anemia
pada dasarnya disebabkan oleh kurangnya intake zat besi dari makanan dan
rendahnya bioavailibitas zat besi yang dikonsumsi, maka peningkatan kualitas
menu makanan merupakan salah satu alternatif untuk program jangka panjang
(Telisa & Eliza, 2020).
c. Pemberian Makanan Tambahan (PMT)
Upaya penanggulangan masalah KEK dapat dilakukan dengan program
Pemberian Makanan Tambahan (PMT) dalam bentuk biskuit yang dibagikan
kepada seluruh WUS dan ibu hamil yang mengalami KEK, pemberian tablet
Fe atau penambah darah untuk mencegah terjadiya anemia pada ibu hamil,
serta melakukan program konseling kepada Wanita Usia Subur (WUS)
mengenai masalah kesehatan reproduksi, kesiapan sebelum hamil, persalinan,
nifas dan konseling pemilihan alat kontrasepsi KB. Selain program PMT, ada
juga program nasional yaitu program Pekan Seribu Hari Kehidupan (HPK)
yaitu program untuk menyelamatkan kehidupan ibu dan bayi yang dimulai dari
seribu HPK yaitu setiap sebulan sekali di setiap Puskesmas semua ibu hamil,
bersalin, nifas, bayi, dan balita harus dilayani ditimbang berat badan dan dilihat
status gizinya (Muhamad & Liputo, 2017).
Konsumsi biskuit ubi jalar ungu merupakan salah satu alternatif untuk
memperbaiki gizi masyarakat. Ubi jalan ungu merupakan ubi jalar yang
berwarna ungu pekat baik kulit maupun dagingnya serta memiliki
produktivitas yang tinggi, ubi jalar ungu varietas anitin-3 memiliki kandungan
zat antosianin relatif lebih tinggi dibanding varietas antin-1 dan antin-2.
Biskuit ubi jalar ungu merupakan salah satu produk diversifikasi pangan lokal
akan potensi sumber daya alam khususnya pemanfaatan ubi jalan ungu.
Terdapat banyak zat gizi yang ada pada biskuit ubi jalar ungu seperti
karbohidrat, protein, zat besi, dan vitamin C. Sangat banyak manfaat yang
16
dapat diperoleh dari biskuit ubi jalar ungu khususnya kandungan zat gizi yang
dapat digunakan sebagai makanan alternatif untuk segala usia termasuk WUS
sehingga tidak mengalami KEK (Sastrianegara & Alam, 2017).
Selain biskuit ubi jalar ungu, roti rumput laut lawi-lawi juga dapat
menjadi alternatif perbaikan gizi masyarakat. Roti rumput laut lawi-lawi
memiliki kandungan gizi yang cukup tinggi sebagai sumber protein nabati
maupun mineral. Untuk menambah kandungan gizi produk olahan berbahan
dasar rumput laut lawi-lawi dibutuhkan penambahan pangan lokal lain yang
dapat dioptimalkan keberadaannya dan merupakan sumber protein nabati serta
kaya akan Fe dan zat gizi lainnya. Kadar kandungan gizi makro dalam 100
gram roti rumput laut untuk karbohidrat sebanyak 56,10%, untuk protein
11,42%, untuk lemak 8,81%, dan zat besi (Fe) sebesar 20,9091 mg/kg. Hal
tersebut menunjukkan bahwa roti rumput laut lawi-lawi cocok digunakan
sebagai alternatif perbaikan gizi masyarakat substitusi dari tempe. Dengan
perbaikan gizi masyarakat dapat terhindar dari kejadian KEK, baik pada WUS
dan ibu hamil (Syarfaini et al., 2019).
d. Komunkasi, Informasi dan Edukasi (KIE) untuk menanggulangi KEK
Bentuk KIE salah satunya adalah penyuluhan. Untuk mempermudah
penerimaan pesan yang disampaikan dalam penyuluhan dapat digunakan
media. Pendekatan intervensi sangat baik dalam merubah perilaku konsumsi
pangan, seperti intervensi berbasis edukasi. Intervensi berbasis edukasi pangan
tersebut meliputi pelatihan pemanfaatan hasil untuk kebutuhan pangan
keluarga. Selain itu juga meliputi penyuluhan berupa pembelajaran tentang
penyuluhan Pola Hidup Bersih dan Sehat (PHBS), dan penyuluhan gizi
Bergizi, Beragam, dan Berimbang (3B). Penyuluhan dengan media audio
visual atau video ini dipilih karena media ini lebih mengutamakan upaya
preventif tanpa mengabaikan upaya kuratif dan rehabilitatif (Indah dkk, 2020).
Komunikasi, Informasi, dan Edukasi (KIE) bertujuan untuk
meningkatkan pengetahuan dalam hal ini remaja tentang Kekurangan Energi
17
Kronik (KEK). Pengetahuan adalah hasil tahu dari seseorang setelah ia
melakukan penginderaan terhadap suatu objek. Penginderaan yang dimaksud
yaitu melalui indera penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba.
Penginderaan dipengaruhi oleh intensitas perhatian dan persepsi terhadap
objek tersebut. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui
pendengaran dan penglihatan. Pengetahuan merupakan domain yang sangat
penting dalam membentuk tindakan seseorang. Pengetahuan dapat diperoleh
dari pengalaman, melalui proses belajar terhadap suatu informasi yang
diperoleh seseorang, dan proses pendidikan atau edukasi (Padmiari, 2019).
e. Pengembangan dan pemberdayaan masyarakat
Upaya dasar yang dapat dilakukan untuk mengembangan dan
memberdayakan masyarakat adalah dengan memberikan pengetahuan terkait
masalah yang sedang dihadapi. Dalam konteks ini diperlukan adanya
pengetahuan terkait KEK pada WUS dan ibu hamil. Program yang dapat
disarankan adalah adanya penyuluhan terkait KEK kepada WUS dan ibu
hamil. Penyuluhan tersebut berisi tentang KEK, seperti definisi KEK,
penyebab KEK, tanda dan gejala KEK, sampai dengan cara pencegahan dan
penanggulangan. Jika penyuluhan tersebut tidak dapat dilakukan kepada
semua WUS dan ibu hamil karena cakupannya cukup luas, penyuluhan dapat
dilakukan kepada kader kesehatan terlebih dahulu, sehingga nantinya kader
kesehatan dapat menyampaikan informasi tersebut kepada WUS dan ibu
hamil. Kader kesehatan mempunyai bekal pengetahuan dan keterampilan
untuk menyampaikan informasi. Selain memberikan informasi, kader juga
memberikan motivasi untuk menarik minat WUS dan ibu hamil untuk
memeriksakan kesehatannya maupun pemeriksaan kehamilan. Sebuah
penelitian menemukan bahwa program pemberdayaan kader sebagai
penghubung fasilitas kesehatan dengan masyarakat akan meningkatkan
pemanfaatan pelayanan kesehatan dasar(Sulistyorini, 2018).
18
Program yang dapat dilaksanakan berikutnya adalah pemberian contoh
menu dengan gizi seimbang yang dapat memulihkan keadaan WUS dan ibu
hamil dari KEK. Jika memungkinkan dapat juga dilakukan demo masak atau
pelatihan pengolahan makanan untuk menyajikan makanan dengan gizi
seimbang. Program ini bertujuan untuk meningkatkan pola konsumsi pangan
WUS dan ibu hamil menjadi beragam, bergizi, berimbang, dan aman(Utami et
al., 2015). Program ini juga dapat disertai dengan pemberian resep-resep menu
seimbang agar WUS dan ibu hamil dapat mempraktikkannya di rumah masing-
masing.
Program lain yang dapat dilakukan adalah pemberian makanan
tambahan (PMT). PMT adalag upaya pemberian tambahan makanan dan untuk
menambah asupan gizi untuk mencukupi kebutuhan gizi agar tercapainya
status gizi yang baik. Program penyuluhan gizi bagi keluarga tidak mampu
akan lebih efektif jika disertai dengan bantuan pangan berupa makanan
tambahan. Pemberian makanan tambahan merupakan suatu program dalam
rangka mencegah semakin memburuknya status kesehatan dan gizi masyarakat
terutama bagi keluarga yang kurang mampu yang diakibatkan adanya krisis
ekonomi. Tujuan dari PMT adalam mempertahankan dan meningkatkan status
gizi WUS dan ibu hamil terutama dari keluarga miskin , meringankan beban
masyarakat, serta memotivasi WUS dan ibu hamil untuk datang ke pelayanan
kesehatan. Untuk mencapai keberhasilan program PMT sangat diperlukan
peran serta masyarakat, berhubung terbatsanya dana yang disediakan
pemerintah. Sejalan dengan program PMT, petugas gizi yang ada di puskesmas
tetap perlu melakukan pemantauan perkembangan kondisi WUS dan ibu
hamil. Program PMT perlu berjalan terus menerus hingga kelompok sasaran
dinyatakan berstatus gizi yang baik sesuai dengan aturan kesehatan
(Sulistyorini, 2018).
19
20
BAB III
A. DATA SUBYEKTIF
1. Identitas/Biodata
Nama : Nn. O
Umur : 23 tahun
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : Pegawai Swasta
Agama : Islam
Suku : Sunda/Indonesia
Alamat :Kp. Sukamanah RT xx RW xx Ds. Xx Kec. Rancaekek
Kab.Bandung
No.Hp : 0812xxxxxxx
2. Status Kesehatan
a. Datang pada tanggal : 16 Juni 2023 pukul: 09.55
b. Alasan kunjungan ini:
1) Pertama : Pemeriksaan catin
2) Rutin :
21
3) Ada keluhan : Tidak ada
3. Riwayat Penyakit Sekarang
a. Riwayat Menstruasi
1) Haid pertama : umur: 13 tahun
2) Siklus : Teratur
3) Banyaknya : 2-3x ganti pembalut
4) Dismenorrhea : Jarang
5) Lamanya : 7-8 hari
b. Kebiasaan/lifestyle
1) Merokok Tidak
22
4) Konsumsi makanan Hampir 4x dalam sehari
berlemak (Baso, seblak, ayam goreng tepung instan, gorengan)
7) NAPZA Tidak
23
Pekerjaan : Klien bekerja sehari-hari menjadi karyawan
minimarket
Ekonomi : Tidak di kaji
8. Riwayat Aktifitas sexual : klien mengatakan tidak pernah berhubungan sexual
sebelumnya
B. DATA OBYEKTIF
1. Pemeriksaan Fisik
a. Keadaan Umum
Kesadaran : Compos Mentis
Tanda Tanda Vital :
TD: 120/80mmHg N: 80x/m R: 20x/m S: 36,5oC
Tinggi Badan : 158 cm
Berat Badan : 47 kg
IMT : 18,82
LILA : 19 cm
b. Kepala
Muka : Sismetris, Oedem: Tidak ada
Mata : Konjungtiva: Anemis Sklera mata: Sedikit pucat
Mulut : Bibir kering, terdapat karies gigi
Hidung : Tidak ada nyeri tekan
c. Leher
JVP : Tidak ada pembesaran
Kelenjar getah bening : Tidak ada pembengkakan
Kelenjar tiroid : Tidak ada pembengkakan
d. Dada dan Payudara
1. Dada
Jantung : Reguler
Paru-paru : Vesikuler
e. Ekstremitas Bawah
24
Reflek patella : Positif
2. Pemeriksaan Penunjang
a. Laboratorium
Hb : 10,3 mg/dl
Gol darah : B Rhesus : Positif
HIV : Non Reaktif
Sifylis : Non Reaktif
HbsAg : Non Reaktif
C. ANALISA
Wanita usia subur usia 23 tahun dalam masa pranikah, prakonsepsi dengan KEK
D. PENATALAKSANAAN
1. Memberitahukan hasil pemeriksaan. Klien mengerti apa yang disampaikan.
2. Memberitahu dan menjelaskan pada klien hasil pemeriksaan lab : 3 Eliminasi
Non reaktif, Hb klien mengarah kepada Anemia sedang karena kurang dari 12.
3. Memberitahu pengertian anemia, penyebab, tanda gejala anemia, factor resiko
anemia, dan cara mengatasi anemia.
4. Memberitahu pengertian KEK, penyebab KEK, Faktor resiko terkena KEK
untuk jangka Panjang
5. Memberikan konseling mengenai gizi seimbang dan masalah gizi Anemia dan
KEK karena klien memiliki Hb kurang dari 12 dan LILA kurang dari batas
normal (<23cm) dan IMT yang berada pada batas normal, risiko KEK terhadap
kehamilan, serta asupan gizi yang seharusnya dikonsumsi sesuai dengan IMT
klien, menyarankan klien untuk menggunakan aplikasi fat secret untuk
mempermudah klien mengatur asupan gizi nya sendiri serta menyarankan klien
untuk menambah 500kkal dari asupan kalori harian yang bertujuan menambah
BB klien hingga mencapai berat badan ideal (+- 50kg). Dan menyarankan klien
25
untuk mengikuti anjuran isi piringku untuk mempermudah klien menemukan
menu makanan gizi seimbang bagi dirinya. Klien mengerti mengenai gizi
seimbang dan KEK.
6. Memberikan KIE sesuai pedoman lembar balik. Klien mengerti mengenai
pernikahan, perhitungan masa subur, tanda-tanda masa subur dan persiapan
kehamilan sehat.
7. Memberikan konseling mengenai kesiapan dalam kehamilan. Klien mengerti
dan siap dalam menghadapi kehamilan yang sehat.
8. Melakukan skrining TT dan menjelaskan kepada calon pengantin untuk
imunisasi TT. klien mengerti dengan penjelasan yang diberikan dan bersedia
untuk disuntik TT. Suntik TT telah diberikan
9. Memberitahukan untuk kunjungan ulang 1 bulan kemudian untuk diberikan
imunisasi TT ke-2 dan memberikan tablet Fe. Klien megerti dan bersedia
melakukan kunjungan ulang.
26
PATHWAY ASUHAN
Mengidentifikasi
diagnosis
27
BAB IV
PEMBAHASAN
A. Pengkajian Data
Pada pengkajian data, data subyektif yang dibutuhkan diperoleh dari
anamnesa dengan menanyakan kepada pasien, sedangkan untuk mendapatkan data
obyektif dilakukan pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang. Pada tanggal
16 Juni pukul 09.55 WIB bertempat di Poli KIA PKM Rancaekek DTP didapatkan
data subyektif dengan identitas Nn. O berumur 23 tahun, beragama islam,
kebangsaan sunda/Indonesia, tinggal di desa Sukamanah. Mengatakan akan
melakukan pemeriksaan catin. Dan setelah dikaji, pasien mengatakan tidak akan
menunda kehamilan.
28
Perhitungan kebutuhan gizi di hitung berdasarkan rumus Harris Banadict :
= 1282,5 kkal
29
Sedangkan menurut PERMENKES RI NO.28 TAHUN 2019 asupan gizi
wanita dewasa dengan rentang usia 19-29 tahun di sajikan pada gambar berikut:
= 20% x 2,700/9
= 540/9
= 60 gr
= 10% x 2,700/4
= 270/4
= 67.4 gr
30
Anjuran menu makan menurut isi piringku :
31
kurang pengetahuan mengenai asupana gizi seimbang, kurang pengetahuan
tentang kesiapan prakonsepsi
32
• Layanan holistik : melihat masalah perempuan yang datang ke Praktik
Mandiri Bidan bukan hanya dari segi medis saja namun juga latar belakang
sosial budaya, psikologis dan pengalaman sebelumnya.
Contoh : Membangun komunikasi atau hubungan senyaman mungkin,
Menghormati kerahasiaan berarti tim penanganan kasus harus melindungi
informasi yang dikumpulkan dari pasien/klien serta memastikan informasi
hanya dapat diakses dengan izin secara tertulis dan langsung dari
pasien/klien. Menggali factor lain penyebab timbulnya masalah tanpa
menyinggung. Konsultasi online yang dapat diakses 24 jam, khususnya di
saat perempuan mengalami tanda bahaya
• Hubungan kolaboratif klien-bidan-profesi kesehatan lainnya : hubungan
antara klien/ perempuan sebagai Bidan, dengan Bidan sebagai penyedia
layanan kesehatan dan Bidan dengan profesi kesehatan lainnya.
Contoh : memberikan informasi terbaru untuk penyelesaian masalah.
pemberian informasi menekankan pada prinsip kerahasiaan dan kepentingan
terbaik bagi pasien/ klien
33
informasi terkini kepada klien, menggunakan alat bantu yang sesuai,
memberdayakan klien untuk membuat keputusan, emansipatoris, tidak otoriter,
holistik, perlu adanya Informed choice dan Informed consent serta
mempraktekkan komunikasi interpersonal yaitu : komunikasi 2 arah, pertanyaan
tertutup dan terbuka, bahasa verbal dan nonverbal serta mendengar efektif.
• Tindakan: merupakan layanan medis yang langsung diberikan kepada klien.
Sikap yang diperlukan adalah tidak ada diskriminasi, menjaga kerahasiaan klien,
memastikan keselamatan klien (jadi bila ada tindakan diluar kewenangan dan
kemampuan Bidan maka perlu dilakukan rujukan), emansipatoris, kolaborasi
klien-Bidan.
• Konseling pasca tindakan adalah layanan yang diberikan setelah tindakan. Sikap
yang perlu dikembangkan yaitu emansipatoris, kemitraan, pemberdayaan. Bidan
juga perlu mengingatkan klien tentang jadwal kontrol, obat yang diminum,
waspada bila ada komplikasi.
1. Memberitahu hasil pemeriksaan
2. Memberitahu tanda bahaya jika ada komplikasi dari hasil
pemeriksaan
3. melakukan konseling sesuai dengan yang diutuhkan
4. menentukan kunjungan ulang
• Merujuk klien: bila ada layanan yang tidak bisa ditangani Bidan dan klien perlu
dirujuk, maka Bidan harus mempunyai jejaring/mitra rujukan. Perlu
dipertimbangkan menggunakan surat rujukan atau tidak. Bila diperlukan Bidan
dapat menghubungi mitra rujukan terlebih dahulu untuk respon yang lebih cepat.
Pastikan klien yang dirujuk ditindaklanjuti. Dalam hal merujuk klien ini, sikap
yang dikembangkan adalah menjaga kerahasiaan klien, memastikan keselamatan
klien dan hubungan kolaboratif klien-Bidan-profesional lainnya
- melakukan kolaborasi kepada ahli gizi mengenai gizi yang baik dan yang
tepat.
34
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Selama pelaksanaan asuhan kebidanan pada Nn. O usia 23 tahun maka dapat
ditentukan bahwa Nn.O dalam masa pranikah dan prakonsepsi. Dalam melaksanakan
asuhan kebidanan ini klien mengerti tatalaksana yang sudah diberikan, klien
memberikan kepercayaan kepada petugas, adanya pengertian dan kesadaran klien
dalam mempersiapkan pernikahannya dan dukungan keluarga serta pertugas.
35
DAFTAR PUSTAKA
Anggraini, D. I., 2018. hubungan Faktor Keluarga Dengan kejadian KEK Pada WUS
Asfahani, S., Lestari, R. & Adila, D., 2019. Hubungan Berhubungan Dengan Kejadian
Ayelew, Y., Mulat, A., Dile, M. & Simegn, A., 2017. Women’s knowledge and
Cuningham, K., Ruel, M., Ferguson, E. & Uauy, R., 2015. Women’s Empowerment
Dieny, F. F., Rahadiyanti, A. & K, D. M., 2019. Gizi Prakonsepso. Jakarta: Bumi
Medika.
Elisanti, A., Ayuninghemi, R. & Ardianto, E., 2021. Prototype Design of BMI
Pregnancy Based on Arduino. Proc First Int Conf Soc Sci Humanit Public
36
Fentie, M. et al., 2019. Chronic energy deficiency and associated factors among adults
Hidayati, R., 2017. Hubungan IMT dengan LILA pada Ibu Hamil TM 1 diPuskesmas
pp. 1-8.
H. & Sattu, M., 2023. Pengetahuan Dasar Gizi Ibu Hamil. Jambi: PT Sonpedia
Publishing Indonesia.
Mardalena, I., 2017. Dasar-Dasar Ilmu Gizi Dalam Keperawatan Konsep dan
Maryani, F., Budi, E. & Sumiyarsi, I., 2019. Correlation between Nutritional Status of
Pregnant Mothers and Low Birth Weight in the Surakarta Hospital. KnE Life
Childbirth, 20(41).
37
Muhamad, Z. & Liputo, S., 2017. PERAN KEBIJAKAN PEMERINTAH DAERAH
Novitasari, Y., Wahyudi, F. & Nugrahaeni, A., 2019. Fakto-faktor yang berhubungan
dengan KEK ibu hamil di wilayah kerja puskesmas Rowsari Semaranf. Jurnal
Nua, E. & Adesta, R., 2018. Manfaat Edukasi Gizi Menggunakan Booklet Dalam
pp. 59-71.
Padmiari, I., 2020. Penyuluhan Gizi dan Pemeriksaan Kadar Hb Serta KEK Pada
Paramata, Yeni & Sandalayuk, M., 2019. Kurang Energi Kronis Pada WUS di WIlayah
Prawita, A., Susanti, A. I. & Sari, P., 2017. Survei Intervensi Ibu Hamil Kurang Energi
Putri, M. C., Anggraini, D. I. & Hanriko, R., 2019. Hubungan Asupan Makan Dengan
38
Rah, J. H. et al., 2021. The TRiple Burden of Malnutrition Among Adolescents in
Riset Kesehatan Dasar, 2018. Prevalensi Kurang Energi Kronik (KEK) Pada Wanita
Sastrianegara, M. F. & Alam, S., 2017. Al - Sihah : Public Health Science Journal
Supariasa, I., Bakri, B. & Fajar, I., 2017. Penilaian Status Gizi. Jakarta: EGC.
Syakur, R., Usman, J. & Dewi, N., 2020. Faktor Yang Berhubungan Dengan Kejadian
Kekurangan Energi Kronik (KEK) Pada Ibu Hamil di Wilayah Kerja Puskesmas
51-59.
39