Disusun Oleh :
Noni Novatiana ( 2281A0249)
Nova Ratna Ningrum ( 2281A0250)
Irawati ( 2281A0234)
Media Taxuli ( 2281A0244)
Munafiah (2281A0245)
Natalia Ningsi Katupu (2281A0246)
Nilamsari Dwimastuti (2281A0247)
Malinda Sri Rahayu (2281A0243)
i
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami ucapkan atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah
melimpahkan rahmat dan karunia-Nya serta taufik dan hidayah-Nya sehingga
kelompok dapat menyelesaikan modul yang berjudul “Asuhan
Kebidanan Komplementer Pada Bayi Dan Balita Dengan Colic
Abdomen” ini dapat menyelesaikan penyusunan memenuhi tugas mata kuliah
Komplementer Kebidanan.
Kelompok
I
DAFTAR ISI
I. PENDAHULUAN ............................................................. 1
A. Latar Belakang .......................................................... 1
B. Tujuan....................................................................... 2
I
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
I
B.TUJUAN
Penulisan modul ini bertujuan untuk mengetahui
deskripsi tentang colik abdomen sehingga dapat dijadikan
sebagai referensi tambahan ilmu kesehatan anak khususnya di
bidang neonatologi.
I
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. DEFINISI
Colic Abdomen adalah rasa nyeri pada perut yang sifatnya
hilang timbul dan bersumber dari organ yang terdapat dalam
abdomen. Colic abdomen adalah gangguan pada aliran normal
isi usus sepanjang traktus intestinal, obstruksi terjadi ketika
ada gangguan yang menyebabkan terhambatnya aliran isi
usus ke depan tetapi peristaltik normal (Reeves, 2011).
B. ETIOLOGI
I
terhadap zat lain dalam makanan ibu, produksi gas yang
berlebihan, intoleransi laktosa, teknik pemberian makan yang
buruk, dan disbiosis (Mai dkk, 2018).
1) Alergi protein susu sapi
Hubungan antara kolik dan alergi protein susu sapi masih
samar-samar. Studi sebelumnya menunjukkan bahwa kolik
infantil tidak terkait dengan intoleransi protein susu sapi,
berdasarkan prevalensi kolik yang serupa pada bayi yang
diberi susu formula versus bayi yang diberi ASI, serta
kurangnya kerusakan usus (seperti yang ditentukan oleh
alpha-1-antitrypsin tinja. dan hemoglobin tinja) pada bayi
kolik. Sebaliknya, penelitian lain menyajikan bukti
peradangan usus, dengan peningkatan calprotectin tinja dan
mikroflora tinja yang kurang beragam pada bayi dengan
kolik; akan tetapi, perbedaan tersebut tidak dapat dikaitkan
dengan susu formula versus pemberian ASI. Beberapa
tinjauan sistematis dari uji klinis atau uji coba terkontrol
secara acak pada bayi dengan kolik telah menunjukkan
bahwa penggunaan formula protein hidrolisat mengurangi
waktu menangis pada bayi tersebut. Keterbatasan sebagian
besar studi ini adalah metode pengacakan yang tidak jelas
dan / atau penyamaran yang tidak memadai.
2) Dehidrasi
Kondisi ketika cairan tubuh lebih banyak yang keluar
dibanding yang dikonsumsi juga dapat menyebabkan nyeri
pada perut. Hal ini lantaran otot membutuhkan partikel
cairan seperti kalsium, magnesium, dan potasium untuk
bekerja secara normal dan tidak tegang.
3) Produksi gas
Bayi kolik dikemukakan memiliki lebih banyak gas usus
yang dihasilkan sebagai hasil fermentasi bakteri usus besar.
Tiga puluh tahun yang lalu, sebuah penelitian Australia oleh
I
Moore menyatakan produksi gas merupakan masalah paling
banyak pada bayi dengan kolik, mendukung pertumbuhan
berlebih bakteri atau sekadar ketidakmampuan untuk
mengeluarkan gas kolon efektif pada usia ini. Jadi, literatur
masih tidak meyakinkan bahwa gas yang berlebihan
menyebabkan kolik, meskipun mungkin merupakan faktor
penyebabnya.
4) Intoleransi laktosa
Temuan menunjukkan bahwa malabsorpsi laktosa bisa
menjadi penting dalam kondisi ini. Namun, kelompok kami
tidak menemukan perbedaan yang signifikan antara kadar
hidrogen napas postprandial ketika kami membandingkan
bayi sehat dan kolik dengan menggunakan protokol serupa.
Uji klinis acak dari pemberian laktase oral untuk
memfasilitasi hidrolisis laktosa telah menunjukkan hasil
yang bertentangan dalam pengobatan kolik infantil. Oleh
karena itu, hubungan antara malabsorpsi laktosa dan kolik
tidak jelas. Interpretasi kami adalah bahwa ada tingkat
tinggi fermentasi bakteri kolon pada kebanyakan bayi pada
usia ini, tetapi intoleransi laktosa dengan sendirinya tidak
mungkin menyebabkan kolik.
5) Teknik pemberian makan yang buruk
Teknik pemberian makan yang tidak tepat, seperti kurang
makan atau makan berlebihan, atau jarang bersendawa,
telah diduga menjadi penyebab kolik. Bayi pertama telah
dilaporkan memiliki peningkatan risiko kolik dalam 2
penelitian. Namun, baik dalam penelitian ini maupun dalam
pengalaman kami, bayi anak terakhir sering terjadi sakit
perut. Pelaporan berlebihan atau kewaspadaan berlebihan
oleh orang tua primipara (bukan ketidakmampuan orang
tua) dapat menjadi faktor.
I
Menurut Pediatri (2012) Adapun yang menjadi penyebab dari colic
abdomen yaitu :
a. Secara mekanis :
Adhesi (pertumbuhan bersatu bagian-bagian tubuh yang
berdekatan karena radang)
Karsinoma
Volvulus (penyumbatan isi usus karena terbelitnya
sebagian usus di dalam usus
Obstipasi (konstipasi yang tidak terobati)
Polip (perubahan pada mukosa hidung)
b. Fungsional (non mekanik)
Ileus paralitik (Keadaan abdomen akut berupa kembung
distensi usus tidak dapat bergerak)
Lesi medula spinalis (Suatu kerusakan fungsi neurologis
yang disebabkan oleh kecelakaan lalu lintas)
Enteritis regional
Ketidak seimbangan elektrolit
Uremia (Kondisi yang terkait dengan penumpukan urea
dalam darah karena ginjal tidak bekerja secara efektif).
C. PATOFISIOLOGI
I
diare. Lokasi dari nyeri abdomen bisa mengarah pada lokasi
organ yang menjadi penyebab nyeri tersebut. Walaupun
sebagian nyeri yang dirasakan merupakan penjalaran dari
tempat lain. Oleh karena itu nyeri yang dirasakan bisa
merupakan lokasi dari nyeri tersebut atau sekunder dari
tempat lain.
D. DIAGNOSIS
I
b. Pemeriksaan abdomen : lokasi nyeri
c. Pemeriksaan rectal
d. Laboratorium : leokosit, HB
e. Sinar X abdomen menunjukkan gas atau cairan di
dalam usus.
f. Barium enema menunjukkan kolon yang terdistensi,
berisi udara atau lipatan sigmoid yang tertutup.
g. Penurunan kadar serium natrium, kalium dan klorida
akibat muntah, peningkatan hitung SDP dengan
nekrosis, strangulasi atau peritonitis dan peningkatan
kadar serum amilase karena iritasi pannkreas oleh
lipatan khusus.
h. Arteri gas darah dapat mengindikasikan asidosis atau
alkalosis metabolik
E. TANDA BAHAYA
I
Menyingkirkan alergi protein susu sapi sebagai penyebab
kolik merupakan tahapan penting dalam menangani bayi
dengan kolik infantil. Walaupun demikian, kolik infantil
belum dapat diangap secara pasti sebagai akibat alergi
protein susu sapi.
3. Intoleransi laktosa
Kolik infantil dikaitkan dengan intoleransi laktosa akibat
fermentasi laktosa yang tidak terhidrolisis di dalam usus
halus oleh bakteri di dalam usus besar. Fermentasi
menghasilkan asam laktat, gas hidrogen, dan peningkatan
tekanan osmosis intralumen yang menyebabkan distensi
usus dan nyeri. Gejala intoleransi laktosa mencakup:
Kolik,
flatus berlebihan,
diare cair,
distensi abdomen,
ruam perianal.
4. Psikologi
Kolik infantil tidak hanya menyebabkan kecemasan
pada orangtua, tetapi juga berdampak terhadap interaksi
orangtua dan anak. Menangis yang tidak dapat ditenangkan
menyebabkan ibu stress. Ibu yang mengalami depresi dapat
berpengaruh terhadap perkembangan mental, sosial emosi,
dan kognitif bayi selanjutnya. Kolik infantil dapat
menyebabkan penghentian perawatan bayi, pengenalan
makanan padat lebih dini karena orang tua/pengasuh
menganggap bayi masih lapar sehingga terus menangis,
pemberian ASI terganggu, berganti-ganti susu formula (IDAI,
2016).
I
F. TATALAKSANA
Karena kolik adalah bagian yang normal dari kehidupan
bayi dan tidak berbahaya. Biasanya tidak dianjurkan
memberikan obat apapun untuk meredakan atau
menghilangkan gejalanya.
1. Massage
I
detik. Setelah itu, putar lutut bayi secara perlahan kea rah
jarum jam dan melingkari perutnya. Ini akan meredakan rasa
sakit pada perutnya.
I
BAB III
KESIMPULAN
I
DAFTAR PUSTAKA