Anda di halaman 1dari 16

MODUL KOMPLEMENTER KEBIDANAN

ASUHAN KEBIDANAN KOMPLEMENTER

PADA BAYI DAN BALITA DENGAN COLIC ABDOMEN

Tanggal: 22 Januari 2022

Dosen Pembimbing: Bd. Retno Palupi Yonni Siwi, SST, S.Keb.,


M.Kes

Disusun Oleh :
Noni Novatiana ( 2281A0249)
Nova Ratna Ningrum ( 2281A0250)
Irawati ( 2281A0234)
Media Taxuli ( 2281A0244)
Munafiah (2281A0245)
Natalia Ningsi Katupu (2281A0246)
Nilamsari Dwimastuti (2281A0247)
Malinda Sri Rahayu (2281A0243)

INSTITUT ILMU KESEHATAN STRADA INDONESIA


PROGRAM STUDI S1 KEBIDANAN
TAHUN AJARAN 2022/2023

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami ucapkan atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah
melimpahkan rahmat dan karunia-Nya serta taufik dan hidayah-Nya sehingga
kelompok dapat menyelesaikan modul yang berjudul “Asuhan
Kebidanan Komplementer Pada Bayi Dan Balita Dengan Colic
Abdomen” ini dapat menyelesaikan penyusunan memenuhi tugas mata kuliah
Komplementer Kebidanan.

Terimakasih pula yang sebesar-besarnya penulis ucapkan


kepada Bd. Retno Palupi Yonni Siwi, SST, S.Keb., M.Kes, selaku
Dosen mata kuliah komplementer kebidanan sehingga modul ini
dapat tersusun paripurna. Demikian penulis mengharapkan agar
modul ini dapat bermanfaat bagi para mahasiswi kebidanan,
Bidan, ataupun para medis lainnnya.

Malang, 22 Januari 2022

Kelompok

I
DAFTAR ISI

I. PENDAHULUAN ............................................................. 1
A. Latar Belakang .......................................................... 1
B. Tujuan....................................................................... 2

II. TINJAUAN PUSTAKA ...................................................... 3


A. Definisi ......................................................................... 3
B. Etiologi ...................................................................... 4
C. Faktor Resiko............................................................. 5
D. Patofisiologi .............................................................. 5
E. Diagnosis................................................................... 8
F. Diagnosis Banding .................................................... 14
G. Tatalaksana .............................................................. 15
H. Pencegahan ............................................................... 17
I. Komplikasi ................................................................ 18
J. Prognosis ................................................................... 18

III. KESIMPULAN ................................................................. 19

DAFTAR PUSTAKA ............................................................... 20

I
BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Kolik pada bayi didefinisikan sebagai tangisan yang


berlangsung lebih dari 3 jam dalam sehari dan terjadi
setidaknya selama 3 hari dalam seminggu.

Colic Abdomen adalah rasa nyeri pada perut yang sifatnya


hilang timbul dan bersumber dari organ yang terdapat dalam
abdomen (perut). Hal yang mendasari hal ini adalah infeksi
pada organ di dalam perut (mencret, radang kandung empedu,
radang kandung kemih), sumbatan dari organ perut (batu
empedu, batu ginjal). Pengobatan yang diberikan adalah
penghilangan rasa sakit dan penyebab utama dari organ yang
terlibat. Bila infeksi dari kandung kemih atau kandung empedu
maka pemberian antibiotik, bila ada batu di kandung empedu
maka operasi untuk angkat kandung empedu.

Biasanya terjadi pada bayi dan anak bergantung pada


usia penderita. Pada usia bayi 0-3 bulan biasanya ditandai
dengan rewel dan muntah, sedangkan usia 3 bulan – 2 tahun
digambarkan dengan muntah, tibatiba menjerit dan menangis
tanpa penyebab. Anak usia di atas 5 tahun sudah dapat
menerangkan sifat dan lokalisasi nyeri pada perut (Wylie,
2008).
Perlu diketahui jika kolik abdomen merupakan sakit
perut yang hebat yang sifatnya bisa hilang maupun timbul
kapan saja. Gejala ini disebabkan karena kontraksi otot,
penyumbatan, ataupun peradangan pada lambung, ginjal,
hingga saluran kemih.

I
B.TUJUAN
Penulisan modul ini bertujuan untuk mengetahui
deskripsi tentang colik abdomen sehingga dapat dijadikan
sebagai referensi tambahan ilmu kesehatan anak khususnya di
bidang neonatologi.

I
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. DEFINISI
Colic Abdomen adalah rasa nyeri pada perut yang sifatnya
hilang timbul dan bersumber dari organ yang terdapat dalam
abdomen. Colic abdomen adalah gangguan pada aliran normal
isi usus sepanjang traktus intestinal, obstruksi terjadi ketika
ada gangguan yang menyebabkan terhambatnya aliran isi
usus ke depan tetapi peristaltik normal (Reeves, 2011).

Nyeri kolik abdomen merupakan nyeri yang dapat


terlokalisasi dan dirasakan seperti perasaan tajam.
Mekanisme terjadinya nyeri ini adalah karena sumbatan
baik parsial ataupun total dari organ tubuh berongga atau
organ yang terlibat tersebut dipengaruhi peristaltik.
Beberapa yang menjadi penyebab kolik abdomen adalah
kolik bilier, kolik renal dan kolik karena sumbatan usus
halus (Gilroy,2009).
Biasanya terjadi pada bayi dan anak bergantung pada
usia penderita. Pada usia bayi 0-3 bulan biasanya ditandai
dengan rewel dan muntah, sedangkan usia 3 bulan – 2 tahun
digambarkan dengan muntah, tiba tiba menjerit dan menangis
tanpa penyebab. Anak usia di atas 5 tahun sudah dapat
menerangkan sifat dan lokalisasi nyeri pada perut (Wylie,
2008).

B. ETIOLOGI

Beberapa gangguan gastrointestinal diduga menyebabkan


kolik, karena bayi sering kali mengangkat kaki dan
mengeluarkan gas saat menangis. Faktor-faktor ini masih
kontroversial, yaitu: alergi protein susu sapi atau alergi

I
terhadap zat lain dalam makanan ibu, produksi gas yang
berlebihan, intoleransi laktosa, teknik pemberian makan yang
buruk, dan disbiosis (Mai dkk, 2018).
1) Alergi protein susu sapi
Hubungan antara kolik dan alergi protein susu sapi masih
samar-samar. Studi sebelumnya menunjukkan bahwa kolik
infantil tidak terkait dengan intoleransi protein susu sapi,
berdasarkan prevalensi kolik yang serupa pada bayi yang
diberi susu formula versus bayi yang diberi ASI, serta
kurangnya kerusakan usus (seperti yang ditentukan oleh
alpha-1-antitrypsin tinja. dan hemoglobin tinja) pada bayi
kolik. Sebaliknya, penelitian lain menyajikan bukti
peradangan usus, dengan peningkatan calprotectin tinja dan
mikroflora tinja yang kurang beragam pada bayi dengan
kolik; akan tetapi, perbedaan tersebut tidak dapat dikaitkan
dengan susu formula versus pemberian ASI. Beberapa
tinjauan sistematis dari uji klinis atau uji coba terkontrol
secara acak pada bayi dengan kolik telah menunjukkan
bahwa penggunaan formula protein hidrolisat mengurangi
waktu menangis pada bayi tersebut. Keterbatasan sebagian
besar studi ini adalah metode pengacakan yang tidak jelas
dan / atau penyamaran yang tidak memadai.
2) Dehidrasi
Kondisi ketika cairan tubuh lebih banyak yang keluar
dibanding yang dikonsumsi juga dapat menyebabkan nyeri
pada perut. Hal ini lantaran otot membutuhkan partikel
cairan seperti kalsium, magnesium, dan potasium untuk
bekerja secara normal dan tidak tegang.
3) Produksi gas
Bayi kolik dikemukakan memiliki lebih banyak gas usus
yang dihasilkan sebagai hasil fermentasi bakteri usus besar.
Tiga puluh tahun yang lalu, sebuah penelitian Australia oleh

I
Moore menyatakan produksi gas merupakan masalah paling
banyak pada bayi dengan kolik, mendukung pertumbuhan
berlebih bakteri atau sekadar ketidakmampuan untuk
mengeluarkan gas kolon efektif pada usia ini. Jadi, literatur
masih tidak meyakinkan bahwa gas yang berlebihan
menyebabkan kolik, meskipun mungkin merupakan faktor
penyebabnya.
4) Intoleransi laktosa
Temuan menunjukkan bahwa malabsorpsi laktosa bisa
menjadi penting dalam kondisi ini. Namun, kelompok kami
tidak menemukan perbedaan yang signifikan antara kadar
hidrogen napas postprandial ketika kami membandingkan
bayi sehat dan kolik dengan menggunakan protokol serupa.
Uji klinis acak dari pemberian laktase oral untuk
memfasilitasi hidrolisis laktosa telah menunjukkan hasil
yang bertentangan dalam pengobatan kolik infantil. Oleh
karena itu, hubungan antara malabsorpsi laktosa dan kolik
tidak jelas. Interpretasi kami adalah bahwa ada tingkat
tinggi fermentasi bakteri kolon pada kebanyakan bayi pada
usia ini, tetapi intoleransi laktosa dengan sendirinya tidak
mungkin menyebabkan kolik.
5) Teknik pemberian makan yang buruk
Teknik pemberian makan yang tidak tepat, seperti kurang
makan atau makan berlebihan, atau jarang bersendawa,
telah diduga menjadi penyebab kolik. Bayi pertama telah
dilaporkan memiliki peningkatan risiko kolik dalam 2
penelitian. Namun, baik dalam penelitian ini maupun dalam
pengalaman kami, bayi anak terakhir sering terjadi sakit
perut. Pelaporan berlebihan atau kewaspadaan berlebihan
oleh orang tua primipara (bukan ketidakmampuan orang
tua) dapat menjadi faktor.

I
Menurut Pediatri (2012) Adapun yang menjadi penyebab dari colic
abdomen yaitu :
a. Secara mekanis :
 Adhesi (pertumbuhan bersatu bagian-bagian tubuh yang
berdekatan karena radang)
 Karsinoma
 Volvulus (penyumbatan isi usus karena terbelitnya
sebagian usus di dalam usus
 Obstipasi (konstipasi yang tidak terobati)
 Polip (perubahan pada mukosa hidung)
b. Fungsional (non mekanik)
 Ileus paralitik (Keadaan abdomen akut berupa kembung
distensi usus tidak dapat bergerak)
 Lesi medula spinalis (Suatu kerusakan fungsi neurologis
yang disebabkan oleh kecelakaan lalu lintas)
 Enteritis regional
 Ketidak seimbangan elektrolit
 Uremia (Kondisi yang terkait dengan penumpukan urea
dalam darah karena ginjal tidak bekerja secara efektif).

C. PATOFISIOLOGI

Nyeri abdomen yang timbul tiba – tiba atau sudah


berlangsung lama. Nyeri yang dirasakan dapat ditentukan atau
tidak oleh bayi atau anak tergantung pada nyeri itu sendiri.
Nyeri abdomen dapat berasal dari organ dalam abdomen
termasuk nyeri viseral, dari otot, lapisan dari dinding perut
(nyeri somatic). Nyeri viseral biasanya nyeri yang ditimbulkan
terlokalisasi dan berbentuk khas, sehingga nyeri yang berasal
dari viseral dan berlangsung akut biasanya menyebabkan
tekanan darah dan denyut jantung berubah, pucat dan
berkeringat dan disertai fenomena viseral yaitu muntah dan

I
diare. Lokasi dari nyeri abdomen bisa mengarah pada lokasi
organ yang menjadi penyebab nyeri tersebut. Walaupun
sebagian nyeri yang dirasakan merupakan penjalaran dari
tempat lain. Oleh karena itu nyeri yang dirasakan bisa
merupakan lokasi dari nyeri tersebut atau sekunder dari
tempat lain.

D. DIAGNOSIS

Beberapa gangguan gastrointestinal diduga menyebabkan


kolik, karena bayi sering kali mengangkat kaki dan
mengeluarkan gas saat menangis. Meskipun semua bayi
menangis, yang membedakan bayi kolik adalah mereka lebih
sering menangis sering menangis tersedu-sedu. Biasanya ada
pola diurnal yang dapat diprediksi hingga tangisan kolik lebih
banyak daripada tangisan yang terjadi di malam hari. Puncak
tangis bayi normal pada lima hingga enam minggu kehidupan
(dikoreksi untuk usia kehamilan saat lahir) dan menurun tiga
sampai empat usia bulan. Definisi kolik bayi bermacam-
macam, tapi salah satu yang paling umum digunakan adalah
kriteria Wessel yaitu menangis minimal 3 jam sehari,
setidaknya 3 hari seminggu, setidaknya selama 3 minggu (Mai
dkk, 2018; Gelfand, 2016).
Sedangkan kriteria diagnosis kolik menurut IDAI (2016)
adalah:
1. Usia ≤ 3 bulan
2. Sering rewel, marah, atau menangis
3. Episode berlangsung > 3 jam perhari, > 3 hari perminggu
dan terjadi minimal dalam satu minggu
4. Tidak ada gangguan pertumbuhan
1) Pemeriksaan penunjang
a.    Pemeriksaan fisik :  Tanda - tanda vital

I
b.   Pemeriksaan abdomen : lokasi nyeri
c.   Pemeriksaan rectal
d.   Laboratorium : leokosit, HB
e.   Sinar X abdomen menunjukkan gas atau cairan di
dalam usus.
f.   Barium enema menunjukkan kolon yang terdistensi,
berisi udara atau lipatan sigmoid yang tertutup.
g.   Penurunan kadar serium natrium, kalium dan klorida
akibat muntah, peningkatan hitung SDP dengan
nekrosis, strangulasi atau peritonitis dan peningkatan
kadar serum amilase karena iritasi pannkreas oleh
lipatan khusus.
h.   Arteri gas darah dapat mengindikasikan asidosis atau
alkalosis metabolik

E. TANDA BAHAYA

Menurut IDAI (2016) sekitar 5% kolik infantil


disebabkan oleh gangguan organik dan selebihnya akan
mengalami resolusi bertahap setelah melewati usia 3-4
bulan. Jika tidak ditemukan tanda bahaya perlu dievaluasi
cara pemberian makan bayi
1. Penyakit Refluks Gastroeosfagus Penyakit GER dikaitkan
dengan kolik infantil, bila memperlihatkan gejala klinis
sebagai berikut:
 Bayi sering memperlihatkan posisi tubuh sandifer,
 Hematemesis,
 Gagal Tumbuh, atau
 Kesulitan dan penolakan makan.

2. Alergi Kolik infantil dikaitkan dengan kondisi alergi


terutama terhadap protein susu sapi, bila didapatkan
riwayat atopi pada bayi maupun dalam keluarga.

I
Menyingkirkan alergi protein susu sapi sebagai penyebab
kolik merupakan tahapan penting dalam menangani bayi
dengan kolik infantil. Walaupun demikian, kolik infantil
belum dapat diangap secara pasti sebagai akibat alergi
protein susu sapi.

3. Intoleransi laktosa
Kolik infantil dikaitkan dengan intoleransi laktosa akibat
fermentasi laktosa yang tidak terhidrolisis di dalam usus
halus oleh bakteri di dalam usus besar. Fermentasi
menghasilkan asam laktat, gas hidrogen, dan peningkatan
tekanan osmosis intralumen yang menyebabkan distensi
usus dan nyeri. Gejala intoleransi laktosa mencakup:
 Kolik,
 flatus berlebihan,
 diare cair,
 distensi abdomen,
 ruam perianal.

4. Psikologi
Kolik infantil tidak hanya menyebabkan kecemasan
pada orangtua, tetapi juga berdampak terhadap interaksi
orangtua dan anak. Menangis yang tidak dapat ditenangkan
menyebabkan ibu stress. Ibu yang mengalami depresi dapat
berpengaruh terhadap perkembangan mental, sosial emosi,
dan kognitif bayi selanjutnya. Kolik infantil dapat
menyebabkan penghentian perawatan bayi, pengenalan
makanan padat lebih dini karena orang tua/pengasuh
menganggap bayi masih lapar sehingga terus menangis,
pemberian ASI terganggu, berganti-ganti susu formula (IDAI,
2016).

I
F. TATALAKSANA
Karena kolik adalah bagian yang normal dari kehidupan
bayi dan tidak berbahaya. Biasanya tidak dianjurkan
memberikan obat apapun untuk meredakan atau
menghilangkan gejalanya.

Tatalaksana yang sesuai dengan asuhan kebidanan


komplementer adalah beberapa teknik pijatan bayi yang
disarankan oleh fisioterapis bayi, Denise Watson, dari Chelsea
dan rumah sakit Westminster di London.

1. Massage

 Letakan tangan hangat pada perut bayi


 Tidurkan bayi dengan posisi terlentang. Lalu letakan
tangan yang telah dibaluri dengan minyak secara
lembut pada perut bayi.
 Pijat perut bayi searah jarum jam. Ini searah dengan
saluran pencernaan bayi mengalir.
 Pijat mulai dari pinggul kanannya, bergerak ke atas, ke
kanan, dan ke kiri. Gerakan ini dapat membantu
mengurangi rasa ketidaknyamannya dan
mengeluarkan gas yang terperangkap dalam saluran
pencernaannya.
 Juga bisa mengusap perut bayi dengan lembut, mulai
dari bawah tulang rusuk ke bagian atas pinggulnya.
Lakukan dengan tangan kanan kemudian dengan
tangan kiri

2. Tekuk lutut bayi

Pegang dengan lembut pergelangan kaki bayi dan bawa


lututnya ke arah perutnya. Tahan posisi ini selama beberapa

I
detik. Setelah itu, putar lutut bayi secara perlahan kea rah
jarum jam dan melingkari perutnya. Ini akan meredakan rasa
sakit pada perutnya.

3. Baringkan bayi di atas paha

Posisi lain yang bisa coba adalah dengan meletakan bayi


di atas paha. Caranya, duduk di lantai dan luruskan kaki ke
depan. Lalu letakan bayi pada paha. Hanya dengan tekanan
paha terhadap perut bayi bisa meredakan rasa sakit perut
mereka.

Kemudian letakan tangan pada punggung mereka dan


gulingkan mereka ke sisi kanan dan kiri secara bergiliran
dengan lembut.

Adapun Diet susu sapi. Bisa coba berhenti memberikan


protein susu sapi terlebih dahulu pada bayi. Beberapa ahli
percaya, kolik pada bayi terjadi karena masalah intoleransi protein
susu sapi atau susu lain. Sebagai gantinya, bisa beralih ke susu
berlabel hipoalergenik dengan kadar protein yang rendah.
Diet susu sapi ini tidak hanya untuk bayi tetapi juga untuk
yang menyusui. Coba lakukan hal ini selama satu minggu. Bila
berhasil, maka lanjutkan. Namun bila tidak berhasil, bisa berhenti
melakukannya dan berkonsultasi pada dokter.

I
BAB III
KESIMPULAN

1. Colic Abdomen adalah rasa nyeri pada perut yang sifatnya


hilang timbul dan bersumber dari organ yang terdapat dalam
abdomen. Colic abdomen adalah gangguan pada aliran normal
isi usus sepanjang traktus intestinal, obstruksi terjadi ketika
ada gangguan yang menyebabkan terhambatnya aliran isi usus
ke depan tetapi peristaltik normal.

2. Gangguan gastrointestinal diduga menyebabkan kolik, karena


bayi sering kali mengangkat kaki dan mengeluarkan gas saat
menangis. Faktor-faktor ini masih kontroversial, yaitu: alergi
protein susu sapi atau alergi terhadap zat lain dalam makanan
ibu, produksi gas yang berlebihan, intoleransi laktosa, teknik
pemberian makan yang buruk, dan disbiosis.

3. Tatalaksana yang sesuai dengan asuhan kebidanan


komplementer adalah beberapa teknik pijatan bayi yang
disarankan oleh fisioterapis bayi, Denise Watson, dari Chelsea
dan rumah sakit Westminster di London.

4. Adapun Diet susu sapi. Bisa coba berhenti memberikan protein


susu sapi terlebih dahulu pada bayi. Beberapa ahli percaya,
kolik pada bayi terjadi karena masalah intoleransi protein susu
sapi atau susu lain.

I
DAFTAR PUSTAKA

Pratiwi,.S.S, Tursina,. Helen.,S.P. 2018. Case Based Reasoning


Diagnosis Gangguan Pencernaan pada Anak menggunakan
Metode Similarity Cosine Coefficien. Fakultas Teknik.
Universitas Tanjungpura. Vol. 6, No. 4.

Pediatri, S. 2012. Manifestasi dan Komplikasi Gastrointestinal


pada Purpura Henoch Schonlein. Rumah Sakit Anak dan
Bunda Harapan Kita Jakarta. Vol. 13, No. 5, Februari 2012.

Rani AA, Jacobus A. 2011. Buku Ajar Gastroenterologi. Jakarta


Pusat: Interna Publishing.

Anurogo, Dito. 2019. Manajemen Menangis Pada Bayi. CDK Edisi


Suplemen-1/ Vol. 46 th. 2019

El Sinta dkk. 2019. Buku Ajar Asuhan kebidanan Pada Neonatus


Bayi dan Balita. Sidoarjo: Indomedia Pustaka

Anda mungkin juga menyukai