Anda di halaman 1dari 34

LAPORAN ILMIAH

ASUHAN KEBIDANAN BAYI BARU LAHIR FISIOLOGIS


PADA BAYI NY. P UMUR 1 JAM
DI PUSKESMAS PURWODADI 1

Disusun Oleh:
Fany Bela Pratiwi
P1337424418024
Sarjana Terapan Kebidanan Semarang Semester VI

PROGRAM STUDI SARJANA TERAPAN KEBIDANAN


DAN PROFESI BIDAN SEMARANG
JURUSAN KEBIDANAN
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES SEMARANG
TAHUN 2021
HALAMAN PENGESAHAN

Laporan ilmiah ini disusun oleh:


Nama : Fany Bela Pratiwi
NIM : P1337424418024
Prodi : Sarjana Terapan Kebidanan dan Profesi Bidan
Semarang Semester VI

Laporan Ilmiah berjudul “Asuhan Kebidanan Bayi Baru Lahir Fisiologis


Pada Bayi Ny. P Usia 1 Jam di Puskesmas Purwodadi 1.”
Telah disahkan dan disetujui untuk memenuhi Laporan Praktik Klinik
Asuhan Kebidanan Persalinan di Puskesmas Purwodadi 1.

Purwodadi, 8 Mei 2021

Pembimbing Klinik, Praktikan

Sudarni, S. Tr. Keb Fany Bela Pratiwi


NIP.19840817 201704 004 NIM. P1337424418024

Mengetahui
Pembimbing Akademik,

Suparmi, SPd, S.Tr. Keb, M. Kes.


NIP. 19640323 198603 2 004
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, atas rahmat-
Nya maka penulis dapat menyelesaikan penulisan Asuhan Kebidanan Bayi Baru
Lahir Fisiologis Pada Bayi Ny. P Usia 1 Jam di Puskesmas Purwodadi 1.
Penulisan makalah ini merupakan salah satu persyaratan untuk
menyelesaikan tugas mata kuliah Praktik Klinik Mata Kuliah Asuhan Kebidanan
Persalinan Program Studi Sarjana Terapan Kebidanan dan Profesi Bidan
Semarang Politeknik Kesehatan Kemenkes Semarang.
Dalam penulisan makalah ini, tidak lepas dari adanya bantuan dari
berbagai pihak, untuk itu penulis menyampaikan terima kasih kepada :
1. Ibu Sudarni, S.Tr. Keb selaku Bidan pembimbing klinik pada Praktik
Klinik.
2. Suparmi, SPd, S.Tr. Keb, M. Kes selaku dosen pembimbing institusi.
3. Rekan-rekan yang mengikuti Mata Kuliah Praktik Klinik Kebidanan.
4. Keluarga yang selalu mendukung penulis.
5. Semua pihak yang ikut membantu penulisan makalah yang tidak dapat
penulis sebutkan satu persatu.
Dalam penulisan makalah ini penulis merasa masih banyak kekurangan
baik pada teknis penulisan maupun materi, mengingat akan kemampuan yang
dimiliki penulis. Untuk itu kritik dan saran dari semua pihak sangat penulis
harapkan demi penyempurnaan pembuatan makalah ini.

Purwodadi, 8 Mei 2021

Penulis
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Kesehatan merupakan masalah yang penting dalam sebuah
keluarga, terutama yang berhubungan dengan bayi dan anak. Mereka
merupakan harta yang paling berharga sebagai titipan Tuhan Yang Maha
Esa, juga dikarenakan kondisinya yang mudah sekali terkena penyakit.
Oleh karena itu, bayi dan anak menjadi prioritas utama,yang harus dijaga
kesehatannya. Karena anak merupakan generasi penerus bangsa (Wijaya,
2012).
Angka kematian bagi bayi khususnya neonatus merupakan
indikator dalam menilai status kesehatan masyarakat suatu bangsa dan
kini digunakan juga sebagai ukuran untuk menilai kualitas pengawasan
antenatal.
Asuhan kebidanan pada neonatus, bayi, balita, dan anak pra
sekolah adalah asuhan yang diberikan kepada neonatus, bayi, balita, dan
anak pra sekolah yang memiliki kebutuhan atau masalah tentang
kesehatannya. Asuhan yang diberikan bertujuan untuk memantau
perkembangan anak serta deteksi dini apabila ada gangguan pertumbuhan
maupun perkembangan, serta untuk menurunkan angka kematian bayi dan
balita.
Target MDGs untuk menurunkan Angka Kematian Bayi (AKB) di
Indonesia adalah sebesar 23 per 1.000 Kelahiran Hidup (KH) pada tahun
2012 yaitu 34per 1.000 KH,hampir 75% dari semua kematian bayi
disebabkan oleh: neonatal, pneumonia, diare, malaria, campak, dan HIV /
AIDS, tujuannya adalah untuk lebih memotong angka kematian anak
sebanyak dua pertiga pada tahun 2015. Penyebab meningkatan AKB di
Kabupaten Semarang diantaranya kurangnya pemerataan pelayanan
kesehatan berikut fasilitasnya. Hal ini disebabkan kematian bayi sangat
dipengaruhi oleh pelayanan kesehatan, khususnya bayi baru lahir dengan
kelainan kongenital. Penatalaksanaan bayi baru lahir dengan kelainan
kongenital harus ditangani secara cepat dan tepat dengan pelayanan
kesehatan yang baik dan fasilitas kesehatan yang memadai. Namun,
apabila pelayanan kesehatan dan fasilitas kesehatan kurang merata akan
berdampak pada kegagalan dalam penanganan bayi baru lahir dengan
kelainan kongenital yang dapat menyebabkan cacat seumur hidup bahkan
kematian (Dinkes Kabupaten Semarang, 2011).
Cakupan kunjungan Neonatal Pertama atau KN 1 merupakan
indikator yang menggambarkan upaya kesehatan yang dilakukan untuk
mengurangi risiko kematian pada periode neonatal yaitu 6–48 jam.
Setelah lahir yang meliputi antara lain kunjungan menggunakan
pendekatan Manajemen Terpadu Bayi Muda (MTBM) (Kemenkes RI,
2017).
Capaian KN 1 di Indonesia pada tahun 2017 sebesar 92,62% lebih
tinggi dari tahun 2016 yaitu sebesar 91,12%. Capaian ini sudah memenuhi
target Renstra Tahun 2017 yang sebesar 81%. Sejumlah 23 provinsi
(67,6%) yang telah memenuhi target tersebut (Kemenkes RI, 2017).
Capaian KN 1 di Puskesmas Purwodadi 1pada tahun 2018 sebesar 72,3%
kemudian mengalami peningkatan pada tahun 2019 yaitu sebesar 94,8%
dan terus mengalami peningkatan pada tahun 2020 yaitu sebanyak 98,1
%. Kunjungan neonatal perlu dikaji untuk meningkatkan akses neonatus
terhadap pelayanan kesehatan dasar, mengetahui sedini mungkin bila
terdapat kelainan pada bayi atau mengalami masalah.
Dalam 30 tahun terakhir ini angka kematian bayi turun dengan
mencolok, tapi angka kematian perinatal dalam 10 tahun terakhir kurang
lebih menetap. Misi MPS (Making Pregnancy Safer) di Indonesia tahun
2001-2010 antara lain adalah menurunkan angka kematian neonatal
menjadi 16 per 1000 kelahiran hidup dari 77,3-137,7 per 1000 (referrai
hospital) untuk mencapai sasaran tersebut. Intervensi yang sangat kritis
adalah tersedianya tenaga penolong persalinan yang terampil dan dapat
memberikan pelayanan medik. Dengan adanya standart pelayanan medik.
Dengan adanya standar tersebut para petugas kesehatan mengetahui
kinerja apa yang diharapkan dari mereka apa yang harus mereka lakukan
pada setiap tingkat pelayanan, serta kompetensiapa yang diperlukan.
Berdasarkan latar belakang diatas, mengingat masa neonata/bayi
baru lahir adalah masa penentu. Perkembangan dan pertumbuhan
bayi/anak selanjutnya serta diperlukan perhatian dan penanganan yang
terpadu dan berkesinambungan, maka penulis tertarik untuk membuat dan
melakukan “Asuhan Kebidanan Bayi Baru Lahir Fisiologis Pada Bayi Ny.
P Usia 1 Jam di Puskesmas Purwodadi 1.”
B. Rumusan Masalah
Bagaimana Asuhan Kebidanan Bayi Baru Lahir Fisiologis pada Bayi
Ny. P Umur 1 Jam di Puskesmas Purwodadi I?

C. Tujuan
1. Tujuan Umum
Mampu melakukan Asuhan Kebidanan Bayi Baru Lahir Fisiologis
pada Bayi Ny. P Umur 1 Jam di Puskesmas Purwodadi I menggunakan
pendekatan manajemen kebidanan 7 langkah Varney.
2. Tujuan Khusus
Diharapkan dapat melaksanakan pengkajian Asuhan Kebidanan
Bayi Baru Lahir Fisiologis pada Bayi Ny. P Umur 1 Jam di Puskesmas
Purwodadi I.
a. Diharapkan dapat melaksanakan identifikasi diagnosa atau masalah
aktual Asuhan Kebidanan Pada Bayi Baru Lahir Fisiologis Pada Bayi
Ny. P Umur 1 Jam Di Puskesmas Purwodadi 1.
b. Diharapkan dapat melaksanakan antisipasi masalah potensial Asuhan
Kebidanan Bayi Baru Lahir Fisiologis pada Bayi Ny. P Umur 1 Jam Di
Puskesmas Purwodadi 1.
c. Diharapkan dapat melaksanakan tindakan segera atau kolaborasi
Asuhan Kebidanan Bayi Baru Lahir Fisiologis pada Bayi Ny. P Umur
1 Jam Di Puskesmas Purwodadi 1.
d. Diharapkan dapat merencanakan tindakan Asuhan Kebidanan Bayi
Baru Lahir Fisiologis pada Bayi Ny. P Umur 1 Jam Di Puskesmas
Purwodadi 1.
D. Manfaat
1. Institusi
Menambah referensi dan panutan untuk membuat asuhan
kebidanan pada masa nifas.
2. Lahan Praktik
Menambah wawasan mengenai pengetahuan tentang masa nifas,
mampu melihat apa saja yang dapat dipengaruhi dari masa nifas dan
mampu membuat serta melaksanakan asuhan kebidanan pada masa nifas
yang fisiologis (SOP).
3. Mahasiswa
Sebagai bahan bacaan yang dapat mendukung pengetahuan
kebidanan tentang masa nifas dan mampu melakukan asuhan kebidanan
nifas fisiologis.
BAB II
TINJAUAN TEORI

A. Pengertian Bayi Baru Lahir


Bayi baru lahir normal adalah bayi yang lahir dengan presentasi
belakang kepala melalui vagina tanpa memakai alat, pada usia genap 37
minggu sampai dengan 42 minggu, dengan berat badan 2500-4000 gram, nilai
apgar >7 dan tanpa cacat bawaan (Ai Yeyeh dkk, 2010).
Neonatus adalah bayi yang baru mengalami proses kelahiran dan
harus menyesuaikan diri dari kehidupan intra uterin ke kehidupan ekstra
uterin (Ai Yeyeh dkk, 2010).
Bayi baru lahir adalah bayi berusia satu jam yang lahir pada usia
kehamilan 37-42 minggu dan berat badannya 2.500-4000 gram (Dewi, 2010).
Bayi baru lahir (neonatus) adalah bayi yang berusia 0-28 hari
(Kementerian Kesehatan RI, 2010).

B. Klasifikasi Bayi Baru Lahir


Bayi baru lahir atau neonatus di bagi dalam beberapa kasifikasi
menurut Marmi (2015) , yaitu :
1. Neonatus menurut masa gestasinya:
a. Kurang bulan (preterm infant) : < 259 hari (37 minggu)
b. Cukup bulan (term infant) : 259-294 hari (37-42 minggu)
c. Lebih bulan (postterm infant) : > 294 hari (42 minggu atau lebih)
2. Neonatus menurut berat badan lahir:
a. Berat lahir rendah : < 2500 gram
b. Berat lahir cukup : 2500-4000 gram
c. Berat lahir lebih : > 4000 gram
3. Neonatus menurut berat lahir terhadap masa gestasi (masa gestasi dan
ukuran berat lahir yang sesuai untuk masa kehamilan):
a. Nenonatus cukup/kurang/lebih bulan (NCB/NKB/NLB)
b. Sesuai/kecil/besar untuk masa kehamilan (SMK/KMK/BMK)
C. Tanda-tanda bayi baru lahir normal
Bayi baru lahir dikatakan normal jika mempunyai beberapa antara lain
Appearance color (warna kulit), seluruh tubuh ke merah-merahan, Pulse
(heart rate) atau frekuensi jantung > 100x/menit, Gremace (reaksi terhadap
rangsangan), menangis atau batur/bersin, Activity (tonus otot), gerak aktif,
Respiration (usaha napas), bayi terlalu ingin (kurang dari 36°C). Segera
setelah lahir, letakan bayi diatas kain yang bersih dan kering yang sudah
disiapkan diatas perut ibu.Apabila tali pusat pendek, maka letakan bayi
diantara kedua kaki ibu, pastikan bahwa tempat tersebut dalam keadaan
bersih dan kering. Segara lakukan penilaian awal pada bayi baru lahir antara
lain :
a. Apakah bayi bernafas atau menangis kuat tanpa kesulitan ?
b. Apakah bayi bergerak aktif ?
c. Bagiamana warna kulit, apakah berwarna kemerahan ataukah ada sianosis?

Bayi yang dikatakan lahir normal adalah bayi yang menangis kuat,
bergerak aktif, dan warna kulit kemerahan. Apabila salah satu penilaian tidak
ada pada bayi, bayi tidak dikatakan lahirnormal/fisiologis (Ai Yeyeh dkk,
2010). Pada saat diberi makanan hisapan kuat, tidak mengantuk berlebihan,
tidak muntah. Tidak terlihat tanda-tanda infeksi pada talipusat seperti, tali
pusat merah, bengkak, keluar cairan, bau busuk, berdarah, dapat berkemih
selama 24 jam, tinja lembek, hijau tua, tidak ada lendir atau darah pada tinja,
bayi tidak menggigil, tangisan kuat, tidak terdapat tanda : lemas, terlalu
mengantuk, lunglai, kejang-kejang halus tidak bisa tenang, menangis terus-
menerus (Ai Yeyeh dkk, 2010).
Tabel 2.1 Tanda APGAR

Nilai 0 1 2
Appearance color Seluruh badan Warna kulit tubuh Warna kulit tubuh,
(warna kulit) biru atau pucat normal merah tangan dan kaki normal
muda, tetapi merah muda, tidak ada
tangan dan kaki sianosis
kebiruan
Pulse (heart rate) Tidak ada < 100 x/menit >100 x/menit
Atau frekuensi
Jantung
Grimace Tidak ada Meringis atau Meringis atau bersin
(reaksi terhadap respon terhadap menangis lemah atau batuk saat
rangsangan) stimulasi ketika distimulasi stimukasi saluran nafas
Activity Lemah atau Sedikit gerakan Bergerak aktif
(tonus otot) tidak ada

Respiration Tidak ada Lemah atau tidak Menangis kuat,


(usaha nafas) teratur pernafasan baik dan
teratur
Sumber : (Ai Yeyeh dkk, 2010)

D. Ciri – Ciri Bayi Lahir Normal


Bayi lahir normal memiliki ciri sebagai berikut (Bidan dan Dosen
Kebidanan Indonesia, 2017).
1. Bayi lahir aterm antara 37 - 42 minggu.
2. Berat badan bayi 2500 – 4000 gram.
3. Panjang badan 48 – 52 cm.
4. Lingkar kepala 33 – 35 cm.
5. Lingkar dada 30 – 38 cm.
6. Frekuensi denyut jantung 120 – 160 kali per menit.
7. Frekuensi pernafasan 40 – 60 kali per menit.
8. Kulit kemerahan dan licin karena jaringan subkutan yang cukup
terbentuk dan dilapisi verniks kaseosa.
9. Rambut lanugo tidak terlihat dan rambut kepala biasanya telah sempurna.
10. Kuku agak panjang dan lemas.
11. Nilai APGAR >7 dan gerakannya aktif serta bayi lahir langsung
menangis kuat.
12. Genetalia : pada bayi perempuan labia mayora sudah menutupi labia
minora. Pada bayi laki-laki testis sudah turun, skrotum sudah ada.
13. Refleks rooting (mencari putting susu dengan rangsangan taktil pada pipi
dan daerah mulut), reflek sucking (isap dan menelan), reflek morro
(gerakan memeluk jika dikagetkan) dan reflek grasping (menggenggam)
sudah terbentuk dengan baik.
14. Eliminasi baik yang ditandai dengan keluarnya mekonium dalam 24 jam
pertama dan berwarna hitam kecoklatan.

E. Fisiologis Bayi Baru Lahir


Menurut Fraser (2009), transisi dari kehidupan di dalam
kandungan ke kehidupan di luar kandungan merupakan perubahan drastis,
dan menuntut perubahan fisiologis yang bermakna dan efektif oleh bayi,
guna memastikan kemampuan bertahan hidup. Bayi harus melakukan
penyesuaian mayor pada sistem pernapasan, sirkulasi, dan pengaturan
suhu tubuh. Adaptasi awal ini sangat penting bagi kesejahteraan bayi
selanjutnya.

a. Sistem Pernapasan
Frekuensi napas bayi yang normal adalah 40-60 kali/menit
yang cenderung dangkal menggunakan pernapasan diafragma dan
abdomen. Dua faktor yang berperan pada rangsangan napas pertama
bayi adalah sebagai berikut :
1) Hipoksia pada akhir persalinan dan rangsangan fisik lingkungan
luar rahim yang merangsang pusat pernapasan di otak.
2) Tekanan pada rongga dada yang tejadi karena kompresi paru-paru
selama persalinan, yang merangsang masuknya udara ke dalam
paru-paru secara mekanis.

Upaya pernapasan pertama seorang bayi berfungsi untuk


mengeluarkan cairan dalam paru-paru dan mengembangkan alveolus
paru untuk pertama kali. Produksi surfaktan mulai meningkat dimulai
dari usia kehamilan 20 minggu sampai paru-paru matang sekitar 30-40
minggu kehamilan. Surfaktan ini berfungsi mengurangi tekanan
permukaan paru-paru dan membantu menstabilkan dinding alveolus
sehingga tidak kolaps pada akhir pernapasan. Oksigenasi sangat
penting dalam mempertahankan kecukupan pertukaran udara. Jika
terjadi hipoksia, pembuluh darah paru akan mengalami vasokonstriksi
sehingga tidak ada pembuluh darah yang terbuka untuk menerima
oksigen sehingga terjadi penurunan oksigenasi jaringan. Peningkatan
aliran darah paru akan memperlancar pertukaran gas dalam alveolus
dan menghilangkan cairan paru-paru akan mendorong terjadinya
peningkatan sirkulasi limfe dan membantu menghilangkan cairan paru
serta merangsang perubahan sirkulasi janin menjadi sirkulasi luar
rahim (Rohani, 2011).

b. Sistem Kardiovaskular
Setelah lahir, darah bayi baru lahir harus melewati paru untuk
mengambil oksigen dan mengadakan sirkulasi melalui tubuh guna
mengantarkan oksigen ke jaringan. Untuk membuat sirkulasi yang
baik guna mendukung kehidupan luar rahim, harus terjadi dua
perubahan besar diantaranya :
1) Penutupan foramen ovale pada atrium jantung
2) Penutupan duktus arteriosus antara arteri paru-paru dan aorta
sebagai akibat meningkatnya tekanan oksigen pada alveolus.

Dengan pelepasan plasenta pada saat lahir, sistem sirkulasi


bayi harus melakukan penyesuaian mayor guna mengalihkan darah
yang tidak mengandung oksigen menuju paru untuk di reoksigenasi
(Fraser, 2009). Hal ini dipengaruhi saat pemotongan tali pusat yang
mengakibatkan aliran darah pada atrium kanan menurun sehingga
tekanan pada atrium kanan juga menurun sehingga darah dengan
kandungan oksigen sedikit bergerak mengalir menuju paru-paru.
Darah yang berisi oksigen yang kembali ke jantung dari paru-paru
meningkatkan tekanan pada atrium kanan dan penurunan pada atrium
kiri sehingga foramen ovale secara fugsional akan menutup (Rohani,
2011).

c. Sistem Termoregulasi
Bayi baru lahir belum dapat mengatur suhu tubuh mereka
sehingga akan mengalami stress dengan adanya perubahan-perubahan
lingkungan. Pada saat bayi meninggalkan lingkungan rahim ibu yang
hangat, bayi tersebut kemudian menyesuaikan lingkungan luar rahim
yang lebih dingin yang menyebabkan air ketuban menguap lewat kulit
sehingga mendinginkan darah bayi.
Pada lingkungan yang dingin, pembentukan suhu tanpa
mekanisme menggigil adalah usaha utama bayi untuk mendapatkan
kembali panas tubuhnya yang merupakan hasil penggunaan lemak
coklat yang terdapat di seluruh tubuh bayi. Timbunan lemak coklat ini
mampu meningkatkan panas tubuh bayi sampai 100%. Untuk
membakar lemak coklat ini seorang bayi harus menggunakan glukosa
guna mendapatkan energi yang akan mengubah lemak menjadi panas.

Ketika seorang bayi mengalami stress akibat udara dingin,


konsumsi oksigen akan meningkat, terjadi vasokonstriksi perifer, dan
vasokontriksi pulmoner sehingga ambilan oksigen dan kadar oksigen
di jaringan menurun. Glikolisis anaerobik meningkat mengakibatkan
asidosis metabolik (Rohani, 2011). Suhu inti normal bayi sekitar
36°C-37°C.
Bayi baru lahir dapat kehilangan panas melalui empat mekanisme
(Rohani, 2011):
1) Konveksi
Kehilangan panas yang terjadi saat bayi terpapar dengan udara
sekitar yang lebih dingin.
2) Konduksi
Kehilangan panas melalui kontak langsung antara tubuh bayi
dengan permukaan yg dingin.
3) Radiasi
Kehilangan panas yang terjadi saat bayi ditempatkan dekat benda
yang mempunyai temperatur tubuh lebih rendah dari temperatur
tubuh bayi.
4) Evaporasi
Kehilangan panas yang terjadi ketika menguapnya cairan ketuban
pada permukaan tubuh karena tidak segera dikeringkan.

d. Sistem Gastrointestinal
Kemampuan bayi baru lahir cukup bulan untuk menelan dan
mencerna makanan (selain susu) masih terbatas. Kapasitas lambung
sendiri sangat terbatas, (15-30 ml) untuk seorang bayi baru lahir
cukup bulan. Kapasitas lambung ini akan meningkat secara lambat
bersamaan dengan tumbuhnya bayi baru lahir. Waktu pengosongan
lambung normalnya 2-3 jam. Terkait dengan ukuran tubuhnya, usus
bayi panjang yang berisi banyak kelenjar sekresi dan terdiri dari
permukaan absorbs yang luas. Enzim telah ada meskipun terjadi
defisiensi amilase dan lipase yang menurunkan kemampuan bayi
mencerna karbohidrat dan lemak. Mekonium yang telah ada di usus
besar sejak usia 16 minggu kehamilan, dikeluarkan dalam waktu 24
jam pertama dan dikeluarkan seluruhnya dalam waktu 48-72 jam.
Feses pertama ini bewarna hijau kehitaman, lengket serta mengandung
empedu, asam lemak, lendir dan sel epitel.
Sejak hari ke 3 hingga hari ke 5 kelahiran, feses mengalami
tahap transisi dan bewarna kuning kecoklatan. Setelah bayi diberi
makan, feses bewarna kuning. ASI mengakibatkan karakterisitik feses
lunak, kuning terang atau keemasan, dan tidak mengiritasi kulit bayi,
sedangkan pada pemberian susu formula feses lebih berbentuk tetapi
tetap lunak, bewarna kuning pucat, dan memiliki bau yang khas serta
cenderung mengiritasi kulit bayi.

Tingginya kadar pemecahan sel darah merah (umur sel darah


merah 40-90 hari) menyebabkan ikterus sementara yang muncul pada
hari ke-3 sampai ke-5. Sel darah merah yang mengalami
penghancuran ini menghasilkan bilirubin indirek. Pada bayi baru lahir,
hati masih belum sempurna dalam pengubahan bilirubin indirek
menjadi direk, sehingga masih terdapat bilirubin direk yang kembali
terserap oleh usus dan masuk kembali kedalam hati. Penyimpanan
glikogen lebih cepat berkurang sehingga dibutuhkan pemberian
makanan dini guna mempertahankan kadar glukosa darah tetap normal
(2,6-4,4 mmol/L) (Fraser, 2009).

e. Sistem Imun
Sistem imunitas bayi baru lahir belum matang sehingga
menyebabkan neonatus rentan terhadap berbagai infeksi dan alergi.
Terdapat imunoglobin utama, IgG, IgA, IgM dan hanya IgG yang
cukup kecil menembus sawar plasenta. Pada saat lahir IgG bayi sama
atau sedikit lebih tinggi dari ibu, ini memberikan kekebalan pasif
selama 3 bulan. IgA melindungi terhadap infeksi saluran pernapasan,
saluran pencernaan, dan mata. ASI dan terutama kolostrum
memberikan kekebalan pasif pada bayi dalam bentuk Lactobacillus
bifidus, lactoferin, lisozim, dan sekresi IgA (Fraser, 2009).

f. Sistem Ginjal
Beban kerja ginjal dimulai saat bayi baru lahir hingga masukan
cairan meningkat, urine akan tampak sedikit keruh karena kadar
ureum yang masih rendah.
Sebagian besar bayi baru lahir berkemih dalam 24 jam
pertama. Berkemih 6-10 kali dengan warna urine pucat menunjukan
masukan cairan yang cukup. Intake cairan sangat mempengaruhi
adaptasi fisiologis bayi pada sistem ginjal, hal ini dapat dimulai
dengan pemberian ASI sesering mungkin (Rohani, 2011).

g. Sistem Reproduksi
Pada anak laki-laki, testis turun ke skrotum dan pada anak
perempuan labia mayora menutupi labia minora. Spermatogenesis
pada anak laki-laki tidak turun hingga usia pubertas, tetapi anak
perempuan mempunyai ovum pada indung telurnya. Pada kedua jenis
kelamin, hilangnya estrogen maternal menyebabkan pembesaran
payudara, terkadang disertai sekresi air susu pada hari ke-4 atau ke-5
(Fraser, 2009).

h. Sistem Otot dan Rangka


Otot sudah dalam keadaan sempurna pada saat lahir, tetapi
tumbuh melalui proses hipertrofi. Tulang panjang belum mengalami
osifikasi secara sempurna untuk memfasilitasi pertumbuhan epifisis.
Tulang kepala juga belum mengalami osifikasi. Ini penting untuk
pertumbuhan otak dan memfasilitasi molase selama persalinan yang
hilang beberapa hari setelah persalinan. Ubun-ubun belakang menutup
pada minggu ke 6 sampai ke 8. Ubun-ubun besar menutup pada usia
18 bulan (Fraser, 2009).

i. Sistem Neurologis
Jika dibandingkan dengan sistem tubuh lain, sistem saraf
belum matang secara anatomi dan fisiologi. Adanya beberapa reflek
yang terdapat pada bayi baru lahir menandakan adanya kerja sama
antara sistem saraf dan muskuloskeletal (Sondakh, 2013).
Tabel Refleks pada BBL

Refleks Respons normal Respons abnormal


Rooting dan Bayi menoleh ke arah benda Respons yang lemah atau
menghisap yang menyentuh pipi. Dapat tidak ada terjadi pada
dinilai dengan mengusap pipi prematuritas, penurunan
bayi dengan lembut, bayi akan atau cidera neurologis, atau
menolehkan kepalanya kearah depresi sistem saraf pusat
jari kira dan membuka (SSP)
mulutnya (rooting).
Sedangkan refleks menghisap
dimulai dengan memberi
tekanan pada mulut bayi di
langit bagian dalam gusi atas
yang akan menimbulkan
isapan yang kuat dan cepat.
Refleks ini juga dapat diliat
pada waktu bayi menyusui.
Menelan Bayi baru lahir menelan Muntah, batuk, atau
berkoordinasi dengan regurgitasi cairan dapat
menghisap bila cairan ditaruh terjadi, kemungkinan
dibelakang lidah berhubungan dengan
sianosis sekunder karena
prematuritas, deficit
neurologis
Ekstrusi Bayi menjulurkan lidah keluar Ekstrusi lidah secara
bila ujung lidah disentuh kontinu atau menjulurkan
dengan jari atau putting lidah yang berulang-ulang
terjadi pada kelainan SSP
dan kejang
Moro Ekstensi simetris bilateral dan Respons asimetris terlihat
abduksi seluruh ekstremitas, pada cedera saraf perifer
dengan ibu jari dan jari (pleksus brakialis) atau
telunjuk membentuk huruf “c”, fraktur klavikula atau
diikuti dengan adduksi fraktur tulang panjang
ekstremitas dan kembali ke lengan atau kaki
fleksi relaks jika posisi bayi
berubah tiba-tiba atau jika bayi
diletakkan telentang pada
permukaan yang datar
Melangkah Bayi akan melangkah dengan Respons asimetris terlihat
satu kaki dan kemudian kaki pada cedera saraf SSP atau
lainnya dengan gerakan perifer atau fraktur tulang
berjalan bila satu kaki disentuh panjang kaki
pada permukaan rata
Merangkak Bayi akan berusaha untuk Respons asimetris terlihat
merangkak kedepan dengan pada cedera saraf SSP dan
kedua tangan dan kaki bila gangguan neurologis
diletakkan telungkup pada
permukaan datar
Tonik leher Ekstremitas pada satu sisi Respons presisten setelah
atau fencing dimana saat kepala ditolehkan bulan keempat dapat
akan ekstensi, dan ekstremitas menandakan cedera
yang berlawanan akan fleksi neurologis. Respons
bila kepala bayi ditolehkan ke menetap tampak pada
satu sisi selagi beristirahat cedera SSP dan gangguan
neurologis
Terkejut Bayi melakukan abduksi dan Tidak adanya respons dapat
fleksi seluruh ekstremitas dan menandakan defisit
dapat mulai menangis bila neurologis atau cedera.
mendapat gerakan mendadak Tidak adanya respons
atau suara keras secara lengkap dan
konsisten terhadap bunyi
keras dapat menandakan
ketulian. Respons dapat
menjadi tidak ada atau
berkurang selama tidur
malam
Glabellar Bayi akan berkedip bila Terus berkedip dan gagal
“blink” dilakukan 4 atau 5 ketuk untuk berkedip menandakan
pertama pada batang hidung kemungkinan gangguan
saat mata terbuka neurologis
Palmar grap Jari bayi akan melekuk di Respon ini berkurang pada
sekeliling benda dan prematuritas. Asimetris
menggenggamnya seketika terjadi pada kerusakan saraf
bila jari diletakkan ditangan perifer (pleksus brakialis)
bayi atau fraktur humerus
Tanda Jari-jari kaki bayi akan Tidak ada respon yang
babinsky hiperekstensi dan terpisah terjadi pada defisit SSP
seperti kipas dari dorsofleksi
ibu jari kaki bila satu sisi kaki
digosok dari tumit keatas
melintasi bantalan kaki
Sumber : Jenny Sondakh, 2013.

j. Karakteristik Perilaku
Bayi baru lahir yang sehat harus mampu menjalani fungsi
biologis dan fungsi perilaku supaya dapat bertumbuh dengan normal.
Bayi baru lahir yang normal berbeda satu sama lain dalam hal
aktivitas, pola makan, pola tidur, dan kemampuan berespon sejak
mereka dilahirkan. Skala Perilaku Neonatus dari Brazelton digunakan
untuk menilai karakteristik bayi, yakni sebagian tergantung pada
keadaan tidur-terjaga bayi tersebut.

Karakteristik perilaku, misalnya karakter fisik berubah selama


periode transisi. Periode ini terdiri dari fase tidak stabil yang dilalui
bayi dalam 6-8 jam pertama.

Bayi baru lahir berada dalam keadaan waspada-tenang selama


periode pertama reaktivitas. Mata terbuka dan awas. Bayi baru lahir
dapat memfokuskan perhatian pada wajah orang tua dan menyimak
suara terutama suara ibu. Fase ini berlangsung sekitar 15 menit dan
kemudian diikuti fase kesadaran aktif. Selama periode awas yang aktif
ini, bayi baru lahir sering melakukan gerakan mendadak aktif dan
dapat menangis. Bayi memiliki reflek menghisap kuat sehingga ini
adalah waktu yang baik untuk memulai pemberian ASI.

Periode reaktivitas pertama ini memfasilitasi ikatan. Kontak


mata dengan mata dapat dilakukan dengan menunda pemberian obat
mata sehingga bayi dapat berinteraksi dengan orang tua.

Setelah 30 menit pertama, bayi akan mengantuk dan tertidur.


Periode tidak aktif ini bisa berlangsung dua sampai empat jam. Pada
usia 0-3 bulan, bayi akan tidur 16-20 jam sehari. Ia hanya terbangun di
saat lapar atau jika ada rangsangan tertentu, seperti buang air kecil,
buang air besar atau suara yang keras. Tangisan bayi mulai berkurang
setelah bayi berusia 2-3 bulan. Setelah usia 3 bulan, bayi mulai
mengenal konsep siang dan malam sehingga tidur malamnya mulai
memanjang atau hanya terbangun di saat ia ingin menyusu.

1) Menjelaskan kepada orang tua bahwa pola tidur seperti itu adalah
hal yang normal
2) Berikan suasana yang tenang dan kurangi gangguan atau
rangsangan
3) Meletakkan bayi berbaring miring untuk tidur atau tidurkan
kembali tanpa bantal
4) Jaga agar bayi tidak berguling atau jatuh ke lantai, hindarkan dari
jangkauan anak lain atau binatang peliharaan.

1. Penatalaksanaan Bayi Baru Lahir Normal


Semua bayi diperiksa segera setelah lahir untuk mengetahui apakah
transisi dari kehidupan intrauterine ke ekstrauterine berjalan dengan lancar
dan tidak ada kelainan. Pemeriksaan medis komprehensif dilakukan dalam 24
jam pertama kehidupan. Pemeriksaan rutin pada bayi baru lahir harus
dilakukan, tujuannya untuk mendeteksi kelainan atau anomali kongenital
yang muncul pada setiap kelahiran dalam 10-20 per 1000 kelahiran,
pengelolaan lebih lanjut dari setiap kelainan yang terdeteksi pada saat
antenatal, mempertimbangkan masalah potensial terkait riwayat kehamilan
ibu dan kelainan yang diturunkan, dan memberikan promosi kesehatan,
terutama pencegahan terhadap sudden infant death syndrome (SIDS)
(Lissauer, 2013).
Tujuan utama perawatan bayi segera sesudah lahir adalah untuk
membersihkan jalan napas, memotong dan merawat tali pusat,
mempertahankan suhu tubuh bayi, identifikasi, dan pencegahan infeksi
(Saifuddin, 2008).

Asuhan bayi baru lahir meliputi :

1. Pencegahan Infeksi (PI)


Bayi lahir sangat rentan terhadap infeksi yang disebabkan oleh
paparan atau kontaminasi mikroorganisme selama proses persalinan
berlangsung maupun beberapa saat setelah lahir. Sebelum menangani
bayi, pastikan penolong persalinan telah menerapkan upaya pencegahan
infeksi, antara lain:
a. Cuci tangan secara efektif sebelum bersentuhan dengan bayi.
b. Gunakan sarung tangan yang bersih pada saat menangani bayi yang
belum dimandikan.
c. Pastikan semua peralatan dan bahan yang digunakan, terutama klem,
gunting, penghisap lender Delee dan benang tali pusat telah
didesinfeksi tingkat tinggi atau steril. Gunakan bola karet yang baru
dan bersih jika akan melakukan penghisapan lendir dengan alat
tersebut (jangan bola karet penghisap yang sama untuk lebih dari
satu bayi)
d. Pastikan semua pakaian, handuk, selimut dan kain yang digunakan
untuk bayi sudah dalam keadaan bersih. Demikian pula halnya
timbangan, pita pengukur, thermometer, stetoskop, dan benda-benda
lain yang akanbersentuhan dengan bayi. Dokumentasi dan cuci
setiap kali setelah digunakan.

2. Penilaian awal untuk memutuskan resusitasi pada bayi


Untuk menilai apakah bayi mengalami asfiksia atau tidak
dilakukan penilaian sepintas setelah seluruh tubuh bayi lahir dengan tiga
pertanyaan :
a. Apakah kehamilan cukup bulan?
b. Apakah bayi menangis atau bernapas/tidak megap-megap?
c. Apakah tonus otot bayi baik/bayi bergerak aktif?

Jika ada jawaban “tidak” kemungkinan bayi mengalami asfiksia sehingga


harus segera dilakukan resusitasi. Penghisapan lendir pada jalan napas
bayi tidak dilakukan secara rutin (Kementerian Kesehatan RI, 2013)

3. Pemotongan dan perawatan tali pusat


Setelah penilaian sepintas dan tidak ada tanda asfiksia pada bayi,
dilakukan manajemen bayi baru lahir normal dengan mengeringkan bayi
mulai dari muka, kepala, dan bagian tubuh lainnya kecuali bagian tangan
tanpa membersihkan verniks, kemudian bayi diletakkan di atas dada atau
perut ibu. Setelah pemberian oksitosin pada ibu, lakukan pemotongan tali
pusat dengan satu tangan melindungi perut bayi. Perawatan tali pusat
adalah dengan tidak membungkus tali pusat atau mengoleskan
cairan/bahan apa pun pada tali pusat (Kementerian Kesehatan RI, 2013).
Perawatan rutin untuk tali pusat adalah selalu cuci tangan sebelum
memegangnya, menjaga tali pusat tetap kering dan terpapar udara,
membersihkan dengan air, menghindari dengan alkohol karena
menghambat pelepasan tali pusat, dan melipat popok di bawah umbilikus
(Lissauer, 2013).

4. Inisiasi Menyusu Dini (IMD)


Setelah bayi lahir dan tali pusat dipotong, segera letakkan bayi
tengkurap di dada ibu, kulit bayi kontak dengan kulit ibu untuk
melaksanakan proses IMD selama 1 jam. Biarkan bayi mencari,
menemukan puting, dan mulai menyusu. Sebagian besar bayi akan
berhasil melakukan IMD dalam waktu 60-90 menit, menyusu pertama
biasanya berlangsung pada menit ke- 45-60 dan berlangsung selama 10-
20 menit dan bayi cukup menyusu dari satu payudara (Kementerian
Kesehatan RI, 2013).
Jika bayi belum menemukan puting ibu dalam waktu 1 jam,
posisikan bayi lebih dekat dengan puting ibu dan biarkan kontak kulit
dengan kulit selama 30-60 menit berikutnya. Jika bayi masih belum
melakukan IMD dalam waktu 2 jam, lanjutkan asuhan perawatan
neonatal esensial lainnya (menimbang, pemberian vitamin K, salep mata,
serta pemberian gelang pengenal) kemudian dikembalikan lagi kepada
ibu untuk belajar menyusu (Kementerian Kesehatan RI, 2013).

5. Pencegahan kehilangan panas


Pencegahan kehilangan panas melalui tunda mandi selama 6 jam,
kontak kulit bayi dan ibu serta menyelimuti kepala dan tubuh bayi
(Kementerian Kesehatan RI, 2013).
6. Pemberian salep mata/tetes mata
Pemberian salep atau tetes mata diberikan untuk pencegahan
infeksi mata. Beri bayi salep atau tetes mata antibiotika profilaksis
(tetrasiklin 1%, oxytetrasiklin 1% atau antibiotika lain). Pemberian salep
atau tetes mata harus tepat 1 jam setelah kelahiran. Upaya pencegahan
infeksi mata tidak efektif jika diberikan lebih dari 1 jam setelah kelahiran
(Kementerian Kesehatan RI, 2013).

7. Pencegahan perdarahan melalui penyuntikan vitamin K1 dosis


tunggal di paha kiri
Semua bayi baru lahir harus diberi penyuntikan vitamin K1
(Phytomenadione) 1 mg intramuskuler di paha kiri, untuk mencegah
perdarahan BBL akibat defisiensi vitamin yang dapat dialami oleh
sebagian bayi baru lahir (Kementerian Kesehatan RI, 2010).
Pemberian vitamin K sebagai profilaksis melawan hemorragic
disease of the newborn dapat diberikan dalam suntikan yang memberikan
pencegahan lebih terpercaya, atau secara oral yang membutuhkan
beberapa dosis untuk mengatasi absorbsi yang bervariasi dan proteksi
yang kurang pasti pada bayi (Lissauer, 2013).

8. Pemberian imunisasi Hepatitis B (HB 0) dosis tunggal di paha kanan


Imunisasi Hepatitis B diberikan 1-2 jam di paha kanan setelah
penyuntikan vitamin K1 yang bertujuan untuk mencegah penularan
Hepatitis B melalui jalur ibu ke bayi yang dapat menimbulkan kerusakan
hati (Kementerian Kesehatan RI, 2010).

9. Pemeriksaan Bayi Baru Lahir (BBL)


Pemeriksaan BBL bertujuan untuk mengetahui sedini mungkin
kelainan pada bayi. Bayi yang lahir di fasilitas kesehatan dianjurkan tetap
berada di fasilitas tersebut selama 24 jam karena risiko terbesar kematian
BBL terjadi pada 24 jam pertama kehidupan. saat kunjungan tindak
lanjut (KN) yaitu 1 kali pada umur 1-3 hari, 1 kali pada umur 4-7 hari
dan 1 kali pada umur 8-28 hari (Kementerian Kesehatan RI, 2010).

10. Pemberian ASI eksklusif


ASI eksklusif adalah pemberian ASI tanpa makanan dan minuman
tambahan lain pada bayi berusia 0-6 bulan dan jika memungkinkan
dilanjutkan dengan pemberian ASI dan makanan pendamping sampai
usia 2 tahun. Pemberian ASI ekslusif mempunyai dasar hukum yang
diatur dalam SK Menkes Nomor 450/Menkes/SK/IV/2004 tentang
pemberian ASI Eksklusif pada bayi 0-6 bulan. Setiap bayi mempunyai
hak untuk dipenuhi kebutuhan dasarnya seperti Inisiasi Menyusu Dini
(IMD), ASI Ekslusif, dan imunisasi serta pengamanan dan perlindungan
bayi baru lahir dari upaya penculikan dan perdagangan bayi.
BAB III
TINJAUAN KASUS

ASUHAN KEBIDANAN BAYI BARU LAHIR FISIOLOGIS


PADA BAYI NY. P UMUR 1 JAM
DI PUSKESMAS PURWODADI 1

I. PENGKAJIAN:
Tanggal : 18 April 2021 Jam : 22.20 WIB

IDENTITAS PASIEN:
a. Identitas bayi
Nama : Bayi Ny. P
Tanggal/Jam lahir : 18 April 2021/ 21.20 WIB
Jenis Kelamin : Perempuan
b. Identitas orang tua
1. Nama : Ny. P 1. Nama : Tn. E
2. Umur : 27 Tahun 2. Umur : 28 tahun
3. Agama : Islam 3. Agama : Islam
4. Pendidikan : SMU 4. Pendidikan : SMU
5. Pekerjaan : IRT 5. Pekerjaan : Swasta
6. Suku bangsa : Jawa 6. Suku Bangsa : Jawa
7. Alamat : Lingkungan Cebok 8. Alamat : Lingkungan Cebok
4/3 Purwodadi 4/3 Purwodadi
I. DATA SUBYEKTIF
1. Riwayat kehamilan ibu
a. Umur kehamilan : 38+3 minggu
b. Riwayat penyakit dalam hamil : Ibu mengatakan tidak menderita
suatu penyakit ketika hamil
c. Kebiasaan selama hamil :
 Merokok, frekuensi : tidak pernah
 Konsumsi alcohol, frekuensi : tidak pernah
 Jamu-jamuan, Frekuensi : tidak pernah
 Narkoba, frekuensi : tidak pernah
 Obat-obatan bebas : tidak pernah
2. Riwayat Natal :
a. Tanggal lahir : 18 April 2021
b. Jenis Kelamin : Perempuan
c. Tunggal/ Gemeli : Tunggal
d. Lama kala I : 4 jam
e. Lama kala II : 20 menit
f. Komplikasi persalinan : tidak ada
3. Pola kebiasaan sehari-hari
a. Pola Nutrisi : Bayi sudah dilakukan IMD, ASI sudah keluar
b. Pola eliminasi : Bayi belum mengeluarkan mekonium dan BAK
c. Pola Istirahat : Bayi masih aktif bergerak
d. Pola aktifitas : Bayi aktif bergerak

II. DATA OBYEKTIF:


1. PEMERIKSAAN FISIK:
a. Pemeriksaan Umum:
1) Keadaan umum : Baik Tensi : -
2) Kesadaran : Composmentis Nadi : 144x/menit
3) Suhu /T : 36,60C RR : 40x/menit
b. Pengukuran antropometri :
1) BB : 3400 gram
2) PB : 49 cm
3) Lingkar Kepala : 32 cm
4) Lingkar dada : 31 cm
5) Lingkar lengan : 11 cm
2. Status Present
Kepala : Simetris, tidak terdapat benjolan abnormal, tidak terdapat
caput Succedaneum, cepal hematoma dan masih terdapat
verniks dirambut
Mata : Simetris, skelera putih, kojungtiva merah muda
Hidung : Simetris, tidak terdapat kotoran, lubang hidung dua
Mulut : Bibir lembab warna kebiruan, tidak tampak labioskizis,
tidak tampak labiopalatoskizis, lidah bersih
Telinga : Simetris, tidak terlihat adanya serumen, tidak ada
kelainan
Leher : Tidak terlihat pembesaran kelenjar tyroid dan kelenjar
limfe maupun pembesaran vena jugularis
Dada : Simetris, tidak ada retraksi dada, tidak ada whezing atau
retraksi dada
Pulmo/jantung : Denyut jantung teratur,
Abdomen : Tidak tampak benjolan abnormal, tali pusat masih basah
Genetalia : Labia mayora menutupi labia minora. Ada lubang vagina
dan uretra
Punggung : Tidak ada spina bifida, simetris, tidak ada sianosis
Anus : Bersih, berlubang, tidak terdapat atresia ani dan rektum
Ekstremitas : Simetris, tidak terdapat polidaktil maupun sidikatil,
warna kemerahan, pergerakan normal
Kulit : Tidak ikterik, tidak ada hemangioma, masih terdapat
verniks kaseosa.
Reflek :

Rooting reflex : Baik, bayi menoleh ke arah benda yang


menyentuh pipi
Sucking reflek : Baik, bayi akan menghisap ketika puting, jari atau
benda lain diletakkan di mulut bayi
Grasp reflek : Baik, bayi menggenggam erat saat disodorkan bayi
telunjuk ke telapak bayi
Moro reflek : Baik, bayi melengkungkan punggungnya
melemparkan kepala ke belakang dan merentangkan
tangan an kaki saat terkejut
Tonic neck reflek : Baik, ketika kedua tangan bayi diangkat, bayi
berusaha mengangkat kepala
Babinski reflek : Baik, jari-jari kaki bayi mencengkeram ketika
bagian telapak bayi diusap

II. PEMERIKSAAN PENUNJANG : Tidak dilakukan

III. ANALISA

Bayi Baru Lahir Ny. P Umur 1 Jam, jenis kelamin perempuan, normal
Masalah : -
Kebutuhan:
1. Kebutuhan akan kehangatan
2. Kebutuhan salep mata tertrasiklin 1% di kedua mata
3. Kebutuhan vitamin K1 0,5 mg IM di paha kiri anterolateral bayi
4. Kebutuhan perawatan tali pusat
5. Kebutuhan ASI Eksklusif pada bayi selama 6 bulan pertama
6. Kebutuhan imunisasi HB 0 sebanyak 0,5 ml IM di paha kanan
anterolateral bayi

IV. IMPLEMENTASI

Tanggal : 18 April 2021 Jam : 22.20 WIB

1. Melakukan pencegahan infeksi dengan mencuci tangan sebelum


berinteraksi dengan bayi.
Hasil: Telah melakukan cuci tangan dengan teknik 6 langkah.
2. Menyiapkan tempat bayi, yaitu meja yang datar dan lingkungan yang
hangat untuk mencegah kehilangan panas pada bayi, kemudian tutup
kepala bayi menggunakan topi.
Hasil: Tempat telah disiapkan, kepala bayi telah ditutupi topi.
3. Melakukan pemeriksaan fisik pada bayi, meliputi pemeriksaan umum dan
pemeriksaan antropometri.
Hasil: Hasil pemeriksaan; KU= baik, Nadi= 144x/menit, RR= 40x/menit,
Suhu= 36,6oC, BB= 3400 gram, PB= 49 cm, LK= 32 cm, LD= 31 cm,
Lila= 11 cm.
4. Mengoleskan salep mata tetrasiklin 1% di kedua mata bayi.
Hasil: Telah dioleskan salep mata di kedua mata bayi.
5. Memberikan suntikan vitamin K1 0,5 mg IM, di paha kiri anterolateral
bayi
Hasil : Vitamin K1 telah diberikan, bayi menangis.
6. Melakukan perawatan tali pusat dengan memasang kassa steril di tali pusat
dan memberikan kehangatan pada bayi.
Hasil: Kassa pada tali pusat telah terpasang, tidak ada perdarahan, dan bayi
dipakaikan baju yang hangat dan dibedong.
7. Menganjurkan ibu untuk memberikan ASI Eksklusif pada bayi selama 6
bulan pertama tanpa memberi makanan dan minuman tambahan kecuali
obat dari tenaga kesehatan secraa terus menerus agar bayi mendapat nutrisi
dan membantu pembentukan antibody.
Hasil: Ibu mengerti dan bersedia memberikan ASI Eksklusif selama 6
bulan pertama.

Purwodadi, 8 Mei 2021

Pembimbing Klinik, Praktikan

Sudarni, S. Tr. Keb Fany Bela Pratiwi


NIP.19840817 201704 004 NIM. P1337424418024

Mengetahui
Pembimbing Akademik,
Suparmi, SPd, S.Tr. Keb, M. Kes.
NIP. 19640323 198603 2 004
BAB IV
PEMBAHASAN

Pada tahap tinjauan kasus pada Asuhan Kebidanan Bayi Baru Lahir
Fisiologis Bayi Ny. P umur 1 Jam normal di Puskesmas Purwodadi 1 sudah
terlaksana dengan baik sesuai dengan tinjauan teori dan tidak ada hambatan dalam
memberikan asuhan pada ibu bersalin tersebut.

Dalam pelaksanaan asuhan kebidanan sesuai dengan 7 langkah varney


dalam teori : pengkajian dapat dilakukan dengan cara anamnesa, pemeriksaan
fisik, pemeriksaan penunjang. Selain itu mengumpulkan semua informasi yang
akurat dan lengkap dari semua sumber yang berkaitan dengan kondisi klien.
Secara realita semua hal tersebut dilakukan sesuai dengan teori, tidak terdapat
perbedaaan antara teori dan kasus tentang pelaksanaan asuhan kebidanan.
BAB V
PENUTUP

A. Kesimpulan
Dapat mengambil suatu kesimpulan dari studi kasus yang berjudul
Asuhan Kebidanan Bayi Baru Lahir Fisiologis Bayi Ny. P umur 1 Jam
normal di Puskesmas Purwodadi 1, yaitu:
1. Pengkajian data terhadap Bayi Ny. P umur 1 Jam normal di Puskesmas
Purwodadi 1 diperoleh data subyektif ibu mengatakan selama
kehamilan tidak mengidap suatu penyakit, dan pola kebiasaan yang
dilakukan dalam batas normal. Sedangkan pada data obyektif
didapatkan hasil pemeriksaan fisik keadaan umum bayi baik, nadi
144x/menit, suhu 36,60C, RR: 40x/menit, BB: 3400 gram, PB: 49 cm,
LK: 32 cm, LD: 31 cm, LILA: 11 cm.
2. Interpretasi data dilakukan dengan mengumpulkan data secara teliti
dan akurat sehingga didapatkan diagnosa Bayi Ny. P umur 1 Jam
normal di Puskesmas Purwodadi 1. Diagnosa potensial pada kasus Bayi
Ny. P tidak muncul karena Bayi Ny. P tidak memiliki tanda dan
gejala yang menyimpang.
3. Pelaksanaan yang diberikan pada Bayi Ny. P yaitu memberitahu ibu
hasil pemeriksaan dan menjelaskan kepada ibu tentang keadaan
bayinya, memberikan Pendidikan kesehatan yaitu perawatan tali
pusat, menjaga personal hygiene, menyusui bayinya dengan ASI
eksklusif, dan memakan makanan yang bergizi.
4. Pelaksanaan tindakan pada Ny. P dilakukan sesuai dengan rencana
tindakan yang telah dibuat. Pada kasus Bayi Ny. P umur 1 jam normal
tidak ditemukan adanya perbedaan antara teori dan kasus yang ada
dilahan praktek.
DAFTAR PUSTAKA

Bidan dan Dosen Kebidanan Indonesia. 2017. Kebidanan: Teori dan Asuhan, Vol.
2. Jakarta: EGC

Dian Insana Fitri, Eva Chundrayetti, Rima Semiarty (2014). Hubungan Pemberian
ASI dengan Tumbuh Kembang Bayi Umur 6 Bulan di Puskesmas Nanggalo.
Jurnal Kesehatan Andalas. 3(2): 136-140.

Hotma Sauhur Hutagaol, Eryati Darwin, Eny Yantri. (2014). Pengaruh Inisiasi
Menyusu Dini (IMD) terhadap Suhu dan Kehilangan Panas pada Bayi Baru
Lahir. Jurnal Kesehatan Andalas. 3(3): 332-338.

Kemenkes RI. 2015. Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS). Jakarta : Kemenkes


RI

Marmi. 2015. Asuhan Kebidanan pada Ibu Nifas. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Tesy Mamonto. (2015). Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Pemberian Asi


Eksklusif pada Bayi di Wilayah Kerja Puskesmas Kotobangon Kecamatan
Kotamobagu Timur Kota Kotamobagu. Jurnal Kesehatan Masyarakat. 4(1):
56-63.

Anda mungkin juga menyukai