Disusun Oleh
VIKTA AYU PUSPITASARI
P1337424618042
Puji syukur saya ucapkan kehadiran Allah SWT, atas limpahan rahmat, taufik serta
hidayahnya sehingga saya dapat menyelesaikan laporan ilmiah ini dengan dengan judul “Asuhan
Kebidanan pada Ibu Nifas Patologis pada Ny.A umur 23 Tahun P1A0 3 hari Post Partum dengan
Infeksi Luka Perineum UPTD Puskesmas Kunduran, Blora” tanpa halangan suatu apapun
terselesaikan laporan ilmiah ini tidak terlepas dari bimbingan dan dukungan berbagai pihak.
Dalam kesempatan ini saya mengucapkan terimakasih kepada :
1. Ibu Krisdiana Wijayanti, S.ST, M. Kes selaku Ketua Program Studi D III Kebidanan
Blora Polteknik Kemenkes Kementrian Kesehatan Semarang.
2. Ibu Murtiani, S.ST.MKes selaku Pembimbing Institusi yang telah menyediakan
waktu, tenaga dan pikiran untuk membimbing kami dalam penyusunan laporan lmiah
ini.
3. Ibu Siti Sulistyowati, S.ST.Keb selaku Pembimbing Klinik yang telah memberikan
pengarahan serta masukan dalam menyelesaikan laporan ini.
4. Orang tua yang telah membantu dalam memberikan dukungan baik moral maupun
material.
5. Serta teman-teman dan pihak lain yang tidak bisa disebutkan satu persatu atas
bantuan secara langsung maupun tidak langsung sehingga laporan ini dapat
terselesaikan dengan lancar.
6. Serta pihak lain yang tidak bisa disebutkan satu persatu atas bantuan secara langsung
maupun tidak langsung sehingga laporan ilmiah ini dapat terselesaikan dengan lancar.
Saya menyadari bahwa dalam penyusunan laporan ilmiah ini masih belum sempurna baik
dari segi penyusunan, bahasa, ataupun penulisannya. Oleh karena itu saya mengharapkan kritik
dan saran yang sifatnya membangun, guna menjadi acuan dan bekal pengalaman bagi saya untuk
menjadi lebih baik dimasa yang akan datang. Semoga laporan ilmiah yang saya buat ini dapat
bermanfaat sebagai ilmu pengetahuan bagi para pembaca khususnya dalam bidang kesehatan.
Blora, 2021
Penulis
Laporan Ilmiah Asuhan Kebidanan pada Ibu Nifas Patologis Pada Ny. A umur 23 tahun P1A0 3
Hari post Partum dengan Infeksi Luka perineum di Puskesmas Kunduran. Telah diperiksa dan
disahkan pada :
Hari :
Tanggal :
Blora,………………2018
Mengetahui,
Pembimbing Institusi
Murti Ani, S.ST.MKes
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kebijakan program nasional pada masa nifas yaitu paling sedikit empat kali
melakukan kunjungan pada masa nifas dengan tujuan untuk, menilai kondisi kesehatan
ibu dan bayi, melakukan pencegahan terhadap kemungkinan-kemungkinan
adanya gangguan kesehatan ibu nifas dan bayinya, mendeteksi adanya komplikasi atau
masalah yang terjadi pada masa nifas, menangani komplikasi atau masalah yang timbul dan
mengganggu kesehatan ibu nifas maupun bayinya.
Menurut data WHO, sebanyak 99 % kematian ibu akibat masalah persalinan atau
kelahiran terjadi di negara-negara berkembang. Rasio kematian ibu di negara-negara
berkembang merupakan yang tertinggi dengan 450 kematian ibu per 100 ribu kelahiran bayi
hidup jika dibandingkan dengan rasio kematian ibu di sembilan negara maju dan 51 negara
persemakmuran. Menurut WHO, 25% selama masa post partum (WHO, 2016).
Masalah kesehatan pada ibu pasca persalinan menimbulkan dampak yang dapat
meluas keberbagai aspek kehidupan dan menjadi salah satu parameter kemajuan bangsa
dalam penyelenggaraan pelayanan kesehatan. Infeksi masih menyumbangkan angka
kematian ibu pada masa nifas jika infeksi tidak tertangani akan menimbulkan komplikasi
seperti infeksi pada kandung kemih maupun infeksi pada jalan lahir, infeksi ini tidak bisa
dibiarkan karena menyebabkan kematian pada ibu nifas.
Masa Nifas (puerpurium) adalah masa dimulai setelah plasenta keluar dan berakhir
ketika alat-alat kandungan kembali seperti keadaan semula (sebelum hamil). Masa nifas
berlangsung selama kira-kira 6 minggu. Salah satu infeksi yang terjadi pada masa nifas
adalah infeksi pada luka jahitan, perawatan luka bekas jahitan penting dilakukan karena luka
bekas jahitan jalan lahir ini bila tidak dirawat dapat menjadi pintu masuk kuman dan
menimbulkan infeksi, ibu menjadi panas, luka basah dan jahitan terbuka, bahkan ada yang
mengeluarkan bau busuk dari jalan lahir (vagina). Karenanya penting dilakukan perawatan
luka perineum agar tidak terjadi infeksi, komplikasi bahkan kematian ibu post partum.
Oleh karena itu penulis membuat askeb yang berjudul “Asuhan Kebidanan Nifas
Patologi pada Ny. E umur 20 tahun P1A0 3 hari dengan infeksi luka perineum''. Agar dapat
mengetahui cara perawatan luka perineum sehingga dapat memberikan asuhan yang tepat
pada ibu nifas agar tidak terjadi infeksi, komplikasi bahkan kematian ibu post partum.
B. Rumusan Masalah
Bagaimana Asuhan Kebidanan post partum pada Ny A umur 23 tahun P1A0 3 hari dengan
infeksi luka perineum ?
C. Tujuan Penulisan
1. Tujuan Umum
Mendapatkan gambaran nyata dalam melaksanakan asuhan pada ibu post partum
dengan infeksi perineum pada Ny. A umur 23 tahun P1A0 3 hari post partum dengan
infeksi perineum.
2. Tujuan khusus
a. Melakukan pengkajian data subyektif secara komprehensif pada klien Ny. A
dengan infeksi perineum
b. Melakukan pengkajian data obyektif secara komprehensif pada klien Ny. A dengan
infeksi perineum
c. Dapat menentukan dan mengidentifikasi masalah (analisa) yang muncul pada klien
Ny. A dengan infeksi perineum.
d. Dapat menentukan perencanaan intervensi dalam asuhan pada Ny. A dengan infeksi
perineum.
D. Manfaat Penulisan.
1. Bagi Nakes
Hasil penulisan dapat memberikan masukan terhadap tenaga kesehatan untuk
lebih meningkatkan pelayanan kesehatan bagi masyarakat dan selalu menjaga
mutu pelayanan.
2. Bagi Institusi Pendidikan
Sebagai tambahan sumber kepustakaan dan perbandingan pada asuhan
kebidanan pada ibu post partum dengan infeksi perineum.
3. Bagi Klien dan Keluarga
Agar klien mengetahui dan memahami tentang perawatan infeksi perineum.
4. Bagi Penulis
Dapat menerapkan ilmu yang telah diperoleh serta mendapatkan pengalaman
dalam melaksanakan asuhan kebidanan secara langsung pada ibu post partum
dengan infeksi perineum sehingga dapat digunakan sebagai berkas penulis
didalam melaksanakan tugas sebagai bidan.
BAB II
TINJAUAN TORI
A. Pengertian
Rupture adalah luka pada perineum yang diakibatkan oleh rusaknya jaringan
secara alamiah karena proses desakan kepala janin atau bahu pada saat proses
persalinan. Bentuk rupture biasanya tidak teratur sehingga jaringan yang robek sulit
dilakukan penjahitan. (Rukiyah,2018)
Laserasi spontan pada vagina atau perineum dapat terjadi saat kepala dan bahu di
lahirkan kejadian laserasi akan meningkat jika bayi di lahirakan terlalu cepat dan
tidak terkendali. Jalin kerjasama dengan ibu dan gunakan perasat manual yang tepat
dapat mengatur kecepatan kelahiran bayi dan mencegah terjadinya laserasi.
Kerjasama akan sangat bermanfaat saat kepala bayi pada diameter 5- 6 cm tengah
membuka vulva (crowning) karena pengendalian kecepatan dan pengaturan diameter
kepala saat melewati introitus dan perineum dapat mengurangi terjadinya robekan.
Bimbingan ibu untuk meneran dan istirahat atau bernafas dengan cepat pada
waktunya.(Winkdjosastro,2018)
B. Penyebab laserasi perineum
Penyebab maternal laserasi perineum yaitu partus presipitatus yang tidak di
kendalikan dan tidak di tolong (sebab paling sering), pasien tidak mampu berhenti
mengejan, partus di selesaikan secara tergesa-gesa dengan dorongan fundus yang
berlebiha, edema dan kerapuhan perineum Varikositas vulva yang melemahkan
jaringan perineum, Arcus pubis sempit dengan pintu bawah panggul yang sempit pula
sehingga menekan kepala bayi ke arah posterior, Perluasan episiotomy.
Faktor-faktor janin yang bisa menyebabkan laserasi perineum yaitu bayi yang
besar, posisi kepala yang abnormal, kelahiran bokong. ekstrasi forceps yang sukar,
distosia bahu, anomali kongenital seperti hidrosepalus (Oxorn,2016)
C. Tingkatan Robekan Perineum
a. Tingkat I
Robekan hanya terjadi pada selaput lendir vagina dengan atau tanpa atau
mengenai kulit perineum sedikit.
b. Tingkat II
Robekan yang terjadi lebih dalam yaitu selain mengenai selaput lendir vagina
juga mengenai muskulus perinei transversalis, tapi tidak mengenai sfingter ani
c. Tingkat III
Robekan yang terjadi mengenai seluruh perineum sampai mengenai otot –otot
sfingter ani.
d. Tingkat IV
Mukosa vagina, komisura posterior, Kulit perineum, otot perineum, otot sfingter
ani, dinding depan rectum. (Sulistyawati,2016)
D. Luka perineum
Luka perinium setelah melahirkan ada 2 macam, yaitu :
a. Ruptur adalah luka pada perinium yang diakibatkan oleh rusaknya jaringan
secara almiah karena proses desakan kepala janin atau bahu pada saat proses
persalinan. Biasanya ruptur bentuknya tidak teratur sehingga jarinagn yang robek
sulit dilakukan jahitan.(Rukiyah,2018)
b. Episiotomi adalah sebuah irisan bedah pada perinium untuk memperbesar muara
vagina yang dilakukan tepat sebelum kepala bayi lahir. (Rukiyah, 2018)
E. Perawatan Luka Perineum
Perawatan adalah proses pemenuhan kebutuhan dasar manusia (biologis,
psikologis, sosial dan spiritual) dalam rentang sakit sampai dengan sehat. Perineum
adalah daerah antara kedua belah paha yang dibatasi oleh vulva dan anus. Perawatan
yang di lakukan pada daerah perineum yang terdapat laserasi luka jalan lahir/
episiotomi.
Tujuan perawatan perineum adalah mencegah terjadinya infeksi sehubungan
dengan penyembuhan jaringan. Untuk mencegah terjadinya infeksi, menjaga
kebersihan perineum dan memberikan rasa nyaman pada pasien. (Maryuni,2016)
Lingkup perawatan perineum ditujukan untuk pencegahan infeksi organ-organ
reproduksi yang disebabkan oleh masuknya mikroorganisme yang masuk melalui
vulva yang terbuka atau akibat dari perkembangbiakan bakteri pada peralatan
penampung lochea (pembalut).
Waktu Perawatan yaitu
a. Saat mandi
Pada saat mandi, ibu post partum pasti melepas pembalut, setelah terbuka
maka ada kemungkinan terjadi kontaminasi bakteri pada cairan yang
tertampung pada pembalut, untuk itu maka perlu dilakukan penggantian
pembalut, demikian pula pada perineum ibu, untuk itu diperlukan
pembersihan perineum.
b. Setelah buang air kecil
Pada saat buang air kecil, pada saat buang air kecil kemungkinan besar terjadi
kontaminasi air seni pada rektu akibatnya dapat memicu pertumbuhan bakteri
pada perineum untuk itu diperlukan pembersihan perineum
c. Setelah buang air besar.
Pada saat buang air besar, diperlukan pembersihan sisa-sisa kotoran disekitar
anus, untuk mencegah terjadinya kontaminasi bakteri dari anus ke perineum
yang letaknya bersebelahan maka diperlukan proses pembersihan anus dan
perineum secara keseluruhan.
d. Perawatan perinium dengan laserasi selama 10 hari, yaitu Ganti pembalut
yang bersih setiap 4-6 jam. Posisikan pembalutdengan baik sehinga tidak
bergeser. Lepaskan pembalut dari depan kebelakang sehingga menghindari
penyebaran infeks dari anus ke vagina. Aliran atau bilas dengan air
hangat/cairan antiseptik pada area perineum setelah defekasi. Keringkan
dengan air pembalut atau ditepuk-tepuk, dari arah vagina ke anal. Jangan
dipegang samapi area tersebut pulih Raasa gatal pada area sekitar jaahitan
adalah normal dan merupakan tanda penyembuhan. Namun, untuk meredakan
rasa tidak nyaman, atasi dengan mandi berendam air hangat atau kompres
dingin dengan kain pembalut yang telah diinginkan. Berbaring miring, hindari
berdiri atau duduk lama untuk mengurangi tekanan pada daerah tersebut.
Lakukan latihan kegel sesering mungkin guna merangsang peredaran darah
disekitar perinium. Dengan demikian, akan mempercepat penyembuhan dan
memperbaiki fungsi otot-otot. Tidak perlu terkejut bila tidak merasakan apa
pun saat pertama kali berlatih karena area tersebut akan kebal setelah
persalinan dan pulih secara bertahap dalam beberapa minggu.
F. Faktor Yang Mempengaruhi Perawatan Perineum
a. Gizi
Faktor gizi terutama protein akan sangat mempengaruhi terhadap proses
penyembuhan luka pada perineum karena penggantian jaringan sangat
membutuhkan protein.
b. Keturunan
Sifat genetik seseorang akan mempengaruhi terhadap proses penyembuhan
luka.Salah satu sifat genetic yang mempengaruhi adalah kemampuan dalam
sekresi insulin dapat di hambat, sehingga dapat menyebabkan glukosa darah
meningkat. Dapat terjadi penipisan protein-kalori.
c. Sarana Prasarana
Kemampuan ibu dalam menyediakan sarana dan prasarana dalam perawatan
perineum akan sangat mempengaruhi penyembuhan perineum, misalnya
kemampuan ibu dalam menyediakan antiseptic.
d. Budaya dan Keyakinan.
Budaya dan keyakinan akan mempengaruhi penyembuhan perineum, misalnya
kebiasaan kerak telur, ikan dan daging ayam, akan mempengaruhi asupan gizi
ibu yang akan sangat mempengaruhi penyembuhan luka. ikan protein-kalori.
(Rukiyah,2010; h.361-362)
G. Dampak Dari Perawatan Luka Perineum
Perawatan perineum yang dilakukan dengan baik dapat menghindarkan hal berikut ini
:
1. Infeksi
Kondisi perineum yang terkena lokia dan lembab akan sangat menunjang
perkembang biakan bakteri yang dapat menyebabkan timbulnya infeksi pada
perineum.
2. Komplikasi
Munculnya infeksi pada perineum dapat merambat pada saluran kandung kemih
ataupun pada jalan lahir yang dapat berakibat pada munculnya komplikasi infeksi
kandung kemih maupun infeksi pada jalan lahir.
3. Kematian ibu post partum
Penanganan komplikasi yang lambat dapat menyebabkan terjadinya kematian
pada ibu post partum mengingat kondisi fisik ibu post partum masih lemah
BAB III
TINJAUAN KASUS
ASUHAN KEBIDANAN PADA NIFAS PATOLOGIS
NY. A UMUR 23 TAHUN P1A0 3 HARI POST PARTUM DENGAN INFEKSI LUKA
I. PENGKAJIAN
Identitas Pasien
A. DATA SUBYEKTI :
3. RIWAYAT KESEHATAN :
Sekarang :
Deficiency Syndrome).
Dahulu :
Syndrome).
Keluarga :
Ibu mengatakan dalam keluarga tidak ada yang menderita penyakit seperti
4. RIWAYAT PERNIKAHAN :
Ibu mengatakan ini pernikahan pertamnya, ibu menikah sah secara agama dan
5. RIWAYAT OBSTETRI
a. Riwayat Menstruasi
b. Menarche : 13 tahun
c. Lama : 6 hari
d. Siklus : 29 hari
e. Dismenorea : Tidak ada
pembalut 2x/hari.
P1A0
Jumlah perdarahan :
Kala I : 5 cc
Kala II : 80 cc
Kala IV : 70 cc
Total : 255 cc
Lama persalinan :
Kala I : 9 jam
Kala II : 25 menit
Kala IV : 1 jam
Keadaan bayi : Baik
6. Riwayat KB
a. Pola Nutrisi :
Ibu mengatakan makan sehari 3x/hari dengan nasi, sayur, lauk, minum air
b. Pola Eliminasi
c. Pola Istirahat
d. Pola Aktivitas
e. Pola sexsual
dengan suaminya.
f. Pola personal hygine
Ibu mengatakan selama nifas mandi 1x/hari, gosok gigi 2x/hari, keramas
terlarang.
h. Pola menyusui
i. Pola pengetahuan
Ibu merasa pusing, nyeri di luka jahitan, panas sejak 3 hari yang lalu.
d. Ketaatan beribadah
e. Koping
f. Pengambil keputusan
Pengambil keputusan dalam keluarga adalah suami dan dimusyawarkan
dengan istri.
g. Lingkungan berpengaruh
h. Ekonomi
keluarga.
B. Data Obyektif
Kesadaran : Composmentis
2. Tanda-tanda vital
TD : 100/70 mmHg
N : 90x/menit
RR : 22x/menit
S : 38oC
3. Pemeriksaan fisik
ada
Abdomen : Tidak ada bekas operasi, Tfu 3 jari bawah pusat, kandung kemih
kosong.
Ekstremitas Atas dan Bawah : Simetris, tidak sianosis, tidak odema, tugor
kulit
baik.
kemerahan
4. Pemeriksaan obstetri
a. Muka
b. Payudara
Ada hiperpigmentasi
c. Abdomen
d. Genetalia
PPV : Lockea sanguileta
Jumlah : 7 cc
e. Ekstremitas
III. ANALISA
Ny. A usia 23 tahun P1A0 3 hari post partum dengan infeksi perineum.
V. KEBUTUHAN SEGERA
Kolaborasi dengan dokter tentang pemberian terapi, inus RL 30 kali per menit,
VI. PERENCANAAN
2. Lakukan observasi KU dan tanda-tanda vital setiap 4 jam atau bila diperlukan.
3. Anjurkan ibu untuk banyak minum air hangat atau putih minum 8 gelas perhari
4. Anjurkan ibu untuk makan makanan bergizi seperti sayur hijau, tahu, tempe, telur
dan daging.
5. Anjurkan pada ibu banyak istirahat yakni tidur siang 1-2 am dan tidur malam 7-8
amhari.
6. Anjurkan pada ibu untuk menjaga kebersihan diri yakni dengan mandi 2x/hari,
gosok gigi 2x/hari, keramas 2 atau 3 hari sekali, ganti pakaian dalam sesering atau
menghindari penyebaran infeks dari anus ke vagina, ganti pembalut setiap 4-6 jam
sekali. Aliran atau bilas dengan air hangat/cairan antiseptik pada area perineum
9. Lakukan perawatan luka perineum setiap pagi dan sore dan ajarkan ibu cara
10. Ajarkan ibu teknik menyusui yang baik dan benar dan ajurkan ibu untuk
VII. IMPLEMENTASI
1. Memberitahu dan menjelaskan pada keluarga tentang kondisi yang dialami ibu
2. Melakukan observasi KU dan tanda-tanda vital setiap 4 jam atau bila diperlukan
4. Menganurkan ibu untuk makan makananan bergizi seperti sayur hijau, tahu,
5. Menganjurkan pada ibu untuk banyak istirahat yakni tidur siang 1-2 jam/hari, dan
6. Menganjurkan ibu untuk menjaga kebersihan diri yakni dengan mandi 2x/hari,
gosok gigi 2x/hari, keramas 2 atau 3 hari sekali, ganti pakaian dalam sesering
mungkin atau jika sudah lembab dan lepaskan pembalut dari depan kebelakang
setiap 4-6 am sekali. Aliran atau bilas dengan air hangat/cairan antiseptik pada
area perineum setelah BAB kemudian keringkan dari arah vagina ke anus.
8. Memberikan terapi ibu sesuai anjuran dokter yaitu Paracetamil 3x1 500 mg,
Cefotaxime 2x1 gram harus diberikan pada ibu selama 12 am, Metronidazole
9. Melakukan skin tes cefotaxime pada ibu mempunyai alergi pada obat dan
11. Melakukan perawatan luka jahitan setiap pagi dan sore dan mengajarkan ibu cara
12. Mengajarkan teknik menyusui yang baik dan benar dan menganjurkan ibu untuk
VIII. EVALUASI
Tanggal : 21 Februari 2021
1. Kelurga sudah mengetahui kondisi ibu, dan keluarga sudah mendukung ibu
3. Ibu sudah melakukan anjuran yang diberikan yakni dengan minum 2 gelas air
hangat.
4. Ibu sudah mengkonsumsi makanan yang bergizi yakni sayuran hajau, tahu, tempe
dan telur.
9. Skin tes cefotaxime telah dilakukan dan hasilnya ibu tidak alergi terhadap obat.
Pada BAB ini penulis akan membahas teori dengan kasus yang telah diteliti bahwa
dalam teori dan kasus tidak terdapat kesenjangan. Pembahasan ini dimaksudkan agar
dapat diambil kesimpulan sehingga dapat digunakan sebagai tindak lanjut dalam
penerapan asuhan kebidanan yang efektif dan efisien.
Pada pengkajian data subjektif yang telah dilakukan diperoleh masalah pada pola
hygiene ibu dan pola aktivitas, yaitu ibu takut untuk membersihkan daerah genitalnya
karena merasa nyeri sehingga jarang dibersihkan serta ibu jarang beraktivitas karena
nyeri jahitan.
Berdasarkan data obyektif yang ditemukan adalah TD: 100/70 mmHg, Nadi:
90x/menit, RR: 22x/menit, S: 38oC. Pada pemeriksaaan fisik ditemukan tanda-tanda
infeksi pada perineum ibu, pemeriksaan obstetrik didapatkan genetalianya mengeluarkan
lochea yang disertai pus dan berbau busuk. Munculnya infeksi pada perineum dapat
merambat pada saluran kandung kemih ataupun pada jalan lahir yang dapat berakibat
pada munculnya komplikasi infeksi kandung kemih maupun infeksi pada jalan lahir.
Penatalaksanaan yang diberikan penulis dalam penanganan kasus infeksi perineum
yaitu menganjurkan ibu untuk melakukan mobilisasi dini dan juga melakukan perawatan
perineum dengan tepat selama 10 hari, yaitu ganti pembalut yang bersih setiap 4-6 jam.
Posisikan pembalut dengan baik sehinga tidak bergeser. Lepaskan pembalut dari depan
kebelakang sehingga menghindari penyebaran infeks dari anus ke vagina. Aliran atau
bilas dengan air hangat/cairan antiseptik pada area perineum setelah BAB kemudian
keringkan dari arah vagina ke anus.
BAB V
PENUTUP
A Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan yang didapatkan mulai dari pengkajian, penegakkan diagnosa,
perencanaan, implementasi, serta evaluasi maka dapat di simpulkan yaitu :
1. Dari pengkajian data subyektif yang telah dilakukan, diperoleh masalah pada pola
hygiene ibu dan pola aktivitas, yaitu ibu takut untuk membersihkan daerah genitalnya
karena merasa nyeri sehingga jarang dibersihkan serta ibu jarang beraktivitas karena
nyeri jahitan.
2. Dari data Obyektif didapatkan keadaan umum ibu baik, kesadaran composmetis juga
baik hasil TTV pada suhu yatu 38oC yang menunjukkan ada tanda ke infeksi.
Pemeriksaan fisik tidak ada kelainan. Pemeriksaan obstetric didapatkan mammae
tegang ASI keluar sedikit. genetalianya masih mengeluarkan cairan kuning yang berisi
darah dan berbau. Munculnya infeksi pada perineum dapat merambat pada saluran
kandung kemih ataupun pada jalan lahir yang dapat berakibat pada munculnya
komplikasi infeksi kandung kemih maupun infeksi pada jalan lahir.
3. Berdasarkan hasil pengkajian yang telah dilakukan pada Ny. A dapat ditegakkan
diagnosa yaitu Ny. A usia 23 tahun P1A0 3 hari post partum fase taking hold.
4. Intervensi atau perencanaan yang diberikan penulis dalam penanganan kasus infeksi
perineum yaitu menganjurkan ibu untuk melakukan mobilisasi dini dan juga
melakukan perawatan perineum dengan tepat selama 10 hari, yaitu ganti pembalut
yang bersih setiap 4-6 jam. Posisikan pembalut dengan baik sehinga tidak bergeser.
Lepaskan pembalut dari depan kebelakang sehingga menghindari penyebaran infeks
dari anus ke vagina. Aliran atau bilas dengan air hangat/cairan antiseptik pada area
perineum setelah BAB kemudian keringkan dari arah vagina ke anus.
B Saran
Pengkajian terhadap studi kasus tentang pemenuhan kebutuhan ibu dengan akseptor baru
KB Implant, penulis mengemukakan saran yaitu:
1. Bagi tenaga kesehatan
Diharapkan selalu berkoordinasi dengan pasien dalam memberikan asuhan kebidanan
pada klien agar pasien tau apa saja yang harus diperhatikan, khususnya pada pasien
dengan infeksi perineum.
2. Bagi Institusi Pendidikan
Diharapkan dapat meningkatkan mutu pelayanan pendidikan yang lebih berkualitas
dan profesional, sehingga dapat tercipta tenaga kesehatan yang inovatif, terampil,
bermutu yang mampu memberikan asuhan secara menyeluruh berdasarkan kode etik.
3. Bagi Klien dan Keluarga
Diharapkan klien dapat mengetahui dan memahami tentang penyebab dan penanganan
dari infeksi perineum.
4. Bagi Penulis
Diharapkan penulis dapat menerapkan ilmu yang telah diperoleh serta mendapatkan
pengalaman dalam melaksanakan asuhan kebidanan secara langsung.
DAFTAR PUSTAKA
Ambarwati,Eny retna. 2016. Asuhan Kebidanan Nifas. Jogjakarta: Mitra
Cendikia offset
Manuaba, Ida Bagus Gde. 2016. Ilmu Kebidanan, untuk Pendidikan
Bidan. Jakarta: EGC.
Nanny,Vivian Lia Dewi., & Tri Sunarsih.2018.Asuhan Kebidanan pada
ibu Nifas.Jakarta: Salemba Medika
Rohani et. All.2018. Asuhan Pada Masa Persalinan. Jakarta : Salemba
Medika.
Rukiyah, Aiyeyeh.2018. Asuhan Kebidanan III (Nifas). Jakarta: Trans
Info Media