Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH

STRUKTUR ORGANISASI IBI TINGKAT PUSAT

Disusun untuk memenuhi tugas


Mata Kuliah : Organisasi Manajemen dalam Pelayanan Kebidanan
Dosen Pengampu : Dr. Nurul Husnul Lail, SST. M. Kes

Disusun Oleh :
1. Intan Nur Sholikah (215401446121)
2. Fitri Sintiya (215401446124)
3. Novrida Pertiwi (215401446126)
4. Novi Azzia Bunga (215401446127)

Jurusan Kebidanan Fakultas Ilmu Kesehatan


Universitas Nasional
Tahun 2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan
hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah yang
berjudul “Struktur Organisasi IBI Tingkat Pusat” ini tepat pada waktunya.
Adapun tujuan dari penulisan dari makalah ini adalah untuk memenuhi
tugas dosen pada mata kuliah Organisasi Manajemen dalam Pelayanan
Kebidanan. Selain itu, makalah ini juga bertujuan untuk menambah wawasan
tentang Struktur Organisasi bagi para pembaca dan juga bagi penyusun.
Kami mengucapkan terima kasih kepada ibu Dr. Nurul Husnul Lail, SST.
M. Kes, selaku dosen mata kuliah Organisasi Manajemen dalam Pelayanan
Kebidanan yang telah memberikan tugas ini sehingga kami dapat menambah
pengetahuan dan wawasan sesuai dengan bidang studi yang kami tekuni.
Kami juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah
membagi sebagian pengetahuannya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah
ini.
Kami menyadari, makalah yang kami tulis ini masih jauh dari kata
sempurna. Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun akan kami nantikan
demi kesempurnaan makalah ini.

Jakarta, 5 Oktober 2021


Penyusun
DAFTAR ISI

JUDUL..........................................................................................................................................
KATA PENGANTAR..................................................................................................................
DAFTAR ISI.................................................................................................................................
BAB I PENDAHULUAN.............................................................................................................
A. LATAR BELAKANG......................................................................................................
B. RUMUSAN MASALAH..................................................................................................
C. TUJUAN...........................................................................................................................
BAB II PEMBAHASAN..............................................................................................................
A. SEJARAH PENDIRIAN IBI............................................................................................
B. VISI MISI IBI...................................................................................................................
C. TUJUAN DIBENTUKNYA IBI.......................................................................................
D. SYARAT-SYARAT MENJADI ANGGOTA IBI............................................................
E. STRUKTUR ORGANISASI IBI......................................................................................
BAB III PENUTUP......................................................................................................................
A. KESIMPULAN.................................................................................................................
B. SARAN.............................................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA...................................................................................................................
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Keadaan sehat merupakan hak asasi manusia yang dijamin oleh


Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945. Sehat menjadi salah satu aspek
penting untuk melihat derajat kesejahteraan seluruh rakyat yang berkualitas
baik secara fisik maupun mental dimana merupakan tujuan dari pembangunan
kesehatan. Pemerintah mempunyai tanggung jawab untuk mewujudkan
keadaan sehat yang salah satunya melalui penyelengaraan pelayanan
kesehatan. Penyelenggaraan pelayanan kesehatan tersebut tidak lepas dari
keterlibatan antara fasilitas kesehatan, tenaga kesehatan dan pasien.
Tenaga kesehatan adalah pelaksana pelayanan kesehatan yang
merupakan kunci utama untuk mencapai tujuan pembangunan kesehatan.
Tenaga kesehatan sebagai pemberi jasa layanan kesehatan kepada pasien
dengan mutu sebaik-baiknya sesuai dengan keilmuan masing-masing. Tenaga
kesehatan sendiri terbagi menjadi tenaga medis dan non medis. Bidan
merupakan salah satu tenaga kesehatan non medis yang kompetensinya
memberikan pelayanan kebidanan yang merupakan bagian integral dari 2
pelayanan kesehatan. Pelayanan kebidanan diarahkan untuk mewujudkan
kesehatan keluarga utamanya ibu dan anak.
Bidan adalah tenaga professional yang bertanggung jawab dan
akuntabel, yang bekerja sebagai mitra perempuan untuk memberikan
dukungan, asuhan dan nasehat selama masa hamil, masa persalinan dan masa
nifas, memfasilitasi persalinan atastanggung jawab sendiri dan memberikan
asuhan kepada bayi baru lahir, dan bayi. Asuhan ini mencakup upaya
pencegahan, promosi persalinan normal, deteksi komplikasi pada ibu dan
anak, dan akses bantuan

medis atau bantuan lain yang sesuai, serta melaksanakan tindakan kegawat
daruratan.
Bidan mempunyai tugas penting dalam konseling dan pendidikan
kesehatan, tidak hanya kepada perempuan, tetapi juga kepada keluarga dan
masyarakat. Kegiatan ini mencakup pendidikan antenatal dan persiapan
menjadi orang tua serta dapat meluas pada kesehatan perempuan, kesehatan
seksual atau kesehatan reproduksi dan asuhan anak. Bidan dapat praktik
diberbagai tatanan pelayanan: termasuk di rumah, masyarakat, Rumah Sakit,
klinik atau unit kesehatan lainnya.
Bidan sebagai pekerja professional dalam menjalankan tugas dan
prakteknya, bekerja berdasarkan pandangan filosofi yang dianut, keilmuan,
metode kerja, standar praktik pelayanan serta kode etik profesi yang
dimilikinya. Profesi adalah pekerjaan yang membutuhkan pelatihan dan
penguasaan terhadap suatu pengetahuan khusus. Suatu profesi biasanya
memiliki asosiasi profesi, kode etik, serta proses sertifikasi dan lisesnsi yang
khusus untuk bidan profesi tersebut. Keberadaan bidan diakui memiliki
organisasi profesi yang bertugas meningkatkan mutu pelayanan kepada
masyarakat, anggotanya menerima jasa atas pelayanan yang dilakukan
dengan tetap memegang teguh kode etik profesi.
Ikatan Bidan Indonesia (IBI) merupakan organisasi profesi bidan di
Indonesia. Wadah Para bidan dalam mencapai tujuan melalui kebijakan
peningkatan profesionalisme anggota guna menjamin masyarakat
mendapatkan pelayanan berkualitas. IBI didirikan pada tanggal 24 Juni 1951,
menjadi anggota Kongres Wanita Indonesia (KOWANI)  pada tahun 1951
dan bergabung menjadi anggota ICM (International Confederation of
Midwives) pada tahun 1956. Kantor pusat berkedudukan di Jakarta, IBI
memiliki perwakilan di 34 Provinsi, 509 kota/kabupaten dan 3728 ranting
diseluruh indonesia.
Berdasarkan data diatas maka penulis tertarik untuk membahas
bagaimanakah struktur terbentuknya suatu organisasi dalam Ikatan Bidan
Indonesia.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas yang menjadi rumusan masalah dalam
penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Bagaimana sejarah singkat terbentuknya organisasi IBI ?
2. Apa saja visi misi yang terdapat dalam organisasi IBI ?
3. Apa tujuan di bentuknya IBI ?
4. Apa syarat-syarat untuk menjadi anggota IBI ?
5. Bagaimanakah susunan pengurus pusat IBI ?

C. Tujuan
Tujuan umum
Untuk mengetahui struktur organisasi pengurus IBI pusat
Tujuan khusus
1. Mengetahui sejarah di dirikannya IBI.
2. Mengetahui visi misi yang terdapat dalam IBI.
3. Mengetahui tujuan di bentuknya IBI.
4. Mengetahui syarat-syarat untuk menjadi anggota IBI.
5. Mengetahui susunan pengurus pusat IBI.
BAB II
PEMBAHASAN

A. PENGERTIAN ORGANISASI

Kata organisasi berasal dari bahasa Yunani, yakni organon atau “alat”.
Secara konseptual terdapat dua pengertian yang berbeda untuk istilah
organisasi (organization) sebagai kata benda, yakni wadah sekelompok orang
untuk mencapai tujuan bersama dan pengorganisasian (organizing) sebagai
kata kerja, yakni suatu proses dan serangkaian aktivitas yang dilakukan secara
sistematis sebagai bagian dari upaya membangun dan mengembangkan
organisasi atau sebagai salah satu fondasi manajemen.
Definisi organisasi seringkali dirumuskan sesuai kepentingan dan
tujuan penelitian serta tergantung pada konteks dan perspektif keilmuan dari
seseorang yang merumuskannya. Dalam buku Erni Rernawan (2011: 15),
dikutip pengertian organisasi dari Mathis and Jackson sebagai berikut:
“Organisasi merupakan suatu kesatuan sosial dari sekelompok manusia yang
saling berinteraksi menurut suatu pola tertentu sehingga setiap anggota
organisasi memiliki fungsi dan tugasnya masing-masing, sebagai suatu
kesatuan yang memiliki tujuan tertentu dan mempunyai batas-batas yang jelas,
sehingga bisa dipisahkan”. Ralp Currier Davis: “Organisasi adalah sesuatu
kelompok orang-orang yang sedang bekerja kearah tujuan bersama dibawah
kepemimpinan”. Maka dapat disimpulkan bahwa Organisasi adalah kesatuan
dari seluruh kegiatan yang erat saling berkaitan antara setiap anggota yang ada
didalamnya secara terkoordinir dan memiliki tujuan tertentu.

B. SEJARAH PENDIRIAN IBI

Dalam sejarah Bidan Indonesia menyebutkan bahwa tanggal 24 Juni


1951 dipandang sebagai hari jadi IBI. Pengukuhan hari lahirnya IBI tersebut
didasarkan atas hasil konferensi bidan pertama yang diselenggarakan di
Jakarta 24 Juni 1951, yang merupakan prakarsa bidan-bidan senior yang
berdomisili di Jakarta. Konferensi bidan pertama tersebut telah berhasil
meletakkan landasan yang kuat serta arah yang benar bagi perjuangan bidan
selanjutnya, yaitu mendirikan sebuah organisasi profesi bernama Ikatan Bidan
Indonesia (IBI), berbentuk kesatuan, bersifat Nasional, berazaskan Pancasila
dan Undang-Undang Dasar 1945 (Ikatan Bidan Indonesia, 2018).
Dengan landasan dan arah tersebut, dari tahun ke tahun IBI terus
berkembang dengan hasil-hasil perjuangannya yang semakin nyata dan telah
dapat dirasakan manfaatnya baik oleh masyarakat maupun pemerintah sendiri.
Adapun tokoh-tokoh yang tercatat sebagai pemrakarsa konferensi tersebut
adalah: Ibu Selo Soemardjan, Ibu Fatimah, Ibu Sri Mulyani, Ibu Salikun, Ibu
Sukaesih, Ibu Ipah dan Ibu S. Margua, yang selanjutnya memproklamirkan
IBI sebagai satu-satunya organisasi resmi bagi para bidan Indonesia. Hasil-
hasil terpenting dari konferensi pertama bidan seluruh Indonesia tahun 1951
tersebut adalah:
a. Sepakat membentuk organisasi Ikatan Bidan Indonesia, sebagai satu-
satunya organisasi yang merupakan wadah persatuan & kesatuan Bidan
Indonesia.
b. Pengurus Besar IBI berkedudukan di Jakarta.
c. Di daerah-daerah dibentuk cabang dan ranting. Dengan demikian
organisasi/perkumpulan yang bersifat lokal yang ada sebelum konferensi
ini semuanya membaurkan diri dan selanjutnya bidan-bidan yang berada
di daerah-daerah menjadi anggota cabang-cabang dan ranting dari IBI.
d. Musyawarah menetapkan Pengurus Besar IBI dengan susunan sebagai
berikut:
Ketua I : Ibu Fatimah Muin
Ketua II : Ibu Sukarno
Penulis I : Ibu Selo Soemardjan
Penulis II : Ibu Rupingatun
Bendahara : Ibu Salikun

Tiga tahun setelah konferensi, tepatnya pada tanggal 15 Oktober 1954,


IBI diakui sah sebagai organisasi yang berbadan hukum dan terdaftar dalam
Lembaga Negara nomor: J.A.5/92/7 Tahun 1954 tanggal 15 Oktober 1954
(Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia), dan pada
tahun 1956 IBI diterima sebagai anggota ICM (International Confederation of
Midwives). Hingga saat ini IBI tetap mempertahankan keanggotaan ini,
dengan cara senantiasa berpartisipasi dalam kegiatan ICM yang dilaksanakan
di berbagai negara baik pertemuan-pertemuan, lokakarya, pertemuan regional
maupun kongres tingkat dunia dengan antara lain menyajikan pengalaman dan
kegiatan IBI. IBI yang seluruh anggotanya terdiri dari wanita telah tergabung
dengan Kongres Wanita Indonesia (KOWANI) pada tahun 1951 hingga saat
ini IBI tetap aktif mendukung program-program KOWANI bersama organisasi
wanita lainnya dalam meningkatkan derajat kaum wanita Indonesia. Selain itu
sesuai dengan Undang-Undang RI No.8 tahun 1985, tentang organisasi
kemasyarakatan maka IBI dengan nomor 133 terdaftar sebagai salah satu
Lembaga Sosial Masyarakat di Indonesia. Begitu juga dalam Komisi Nasional
Kedudukan Wanita di Indonesia (KNKWI) atau National Commission on the
Status of Women (NCSW). IBI merupakan salah satu anggota pendukungnya
(Ikatan Bidan Indonesia, 2018).
Pada kongres IBI yang kedelapan yang berlangsung di Bandung pada
tahun 1982, terjadi perubahan nama Pengurus Besar IBI diganti menjadi
Pengurus Pusat IBI, karena IBI telah memiliki 249 cabang yang tersebar di
seluruh propinsi di Indonesia. Selain itu kongres juga mengukuhkan anggota
pengurus Yayasan Buah Delima yang didirikan pada tanggal 27 Juli 1982.
Yayasan ini bertujuan meningkatkan kesejahteraan anggota IBI, melalui
pelaksanaan berbagai kegiatan (Ikatan Bidan Indonesia, 2018).
Pada tahun 1985, untuk pertama kalinya IBI melangsungkan Kongres
di luar pulau Jawa, yaitu di Kota Medan (Sumatera Utara) dan dalam kongres
ini juga didahului dengan pertemuan ICM Regional Meeting Western Pacific
yang dihadiri oleh anggota ICM dari Jepang, Australia, New Zealand,
Philiphina, Malaysia, Brunei Darussalam dan Indonesia. Bulan September
2000 dilaksanakan ICM Asia Pacific Regional Meeting di Denpasar Bali.
Pada tahun 1986 IBI secara organisatoris mendukung pelaksanaan pelayanan
Keluarga Berencana oleh Bidan Praktek Swasta melalui BKKBN (Ikatan
Bidan Indonesia, 2018).
Di tingkat internasional, sebagai anggota International Confederation
of Midwives (ICM) sejak 1956 IBI selalu aktif mengikuti kegiatan organisasi
tersebut terutama kongres ICM maupun kongres ICM Regional Asia Pasific
(Aspac). Pada Kongres ICM ke 30 di Praha, melalui bidding IBI berhasil
ditetapkan menjadi tempat penyelenggaraan kongres ICM ke-32 dan akan
diselenggarakan di Bali tahun 2020. Pada Kongres ICM ke-31 bulan Juni 2017
di Toronto Canada, Dr. Emi Nurjasmi, MKes Ketua Umum PPIBI 2013-2018
terpilih sebagai Koordinator ICM Asia Pasific (Ikatan Bidan Indonesia, 2018).
Selain itu, dalam menyikapi tantangan globalisasi, kemajuan dan 
kebutuhan masyarakat Indonesia  yang semakin berkembang, maka IBI
berkewajiban untuk menyusun Rancangan Undang Undang Kebidanan dan
mengajukannya kepada lembaga yang berwenang. UU Kebidanan merupakan
payung hukum profesi bidan, yang saat ini dalam tahap akhir pengesahan.
Dalam pelaksanaan praktik kebidanan, bidan didukung oleh Peraturan Menteri
Kesehatan yang telah mengalami perubahan dari Permenkes No 1464 tahun
2010 menjadi Permenkes 28 tahun 2017 tentang Izin dan Penyelenggaraan
Praktik Bidan. Dengan dinamika yang terjadi sampai tahun 2015 RUU
Kebidanan belum dapat disahkan menjadi Undang-Undang dan pada akhirnya
usulan rancangan Undang-Undang Kebidanan diambil alih oleh DPR menjadi
RUU Kebidanan Inisiatif DPR (Ikatan Bidan Indonesia, 2018).
Tahun 2016 Komisi IX telah membentuk Panitia Kerja (Panja) RUU
Kebidanan dan telah aktif melakukan kegiatan seperti mengundang pakar,
organisasi profesi terkait (POGI, IDAI, IDI); instansi pemerintah
(Kementerian Kesehatan, Kemristekdikti, Kementerian Hukum dan HAM,
Kementerian Menpan-RB, Kementerian Dalam Negeri); serta kalangan
Akademisi (Universitas Airlangga, Universitas Brawijaya dan Universitas
Padjadjaran). Pengurus Pusat IBI juga telah melakukan berbagai kegiatan
dalam rangka mensosialisasikan dan menjaring aspirasi dari: 1) Pengurus
Pusat dengan sesepuh; 2) Pengurus Pusat dengan seluruh ketua PD, PC dan
anggota; 3) Pengurus Pusat dengan jurusan kebidanan dari seluruh poltekkes
di Indonesia, perwakilan dari AIPKIND, HPTKes, dan Forum Komunikasi
Jurusan Kebidanan Poltekkes Kemkes; 4) Melalui kegiatan seminar dan HUT
IBI di berbagai daerah bersama dengan Panja RUU Kebidanan Komisi IX
DPR RI; 5) Rakernas, PIT Bidan, serta website IBI; 6) IBI juga mengundang
pakar dalam rangka penguatan konsep RUU Kebidanan (Prof. Budi
Sampurno, Prof. Adang Bachtiar, Sundoyo, SH, MH, Della Sherratt). Pada
Tahun 2018 Surpres untuk membahas RUU Kebidanan diterbitkan. Panja
RUU Kebidanan Komisi IX DPR RI secara lebih intensif melakukan rapat
kerja dengan Pemerintah (Kemenkes, Kemenristekdikti, Kemenaker,
Kemendagri, KemenPAN-RB, dan KemenkumHAM) (Ikatan Bidan
Indonesia, 2018).
Seiring berjalan waktu terdapat beberapa perubahan kebijakan, antara lain:
1. Undang-Undang Nomor 04 Tahun 2019 Tentang Kebidanan
2. Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2014 Tentang Tenaga Kesehatan
3. Permenkes Nomor 28 Tahun 2017 Tentang Izin dan Penyelenggaraan
Praktik Bidan
4. Permenkes Nomor 11 Tahun 2017 Tentang Tentang Keselamatan Pasien
5. Permenkes Nomor 52 Tahun 2017 Tentang Eliminasi Penularan Human
Immunodeficiency Virus, Sifilis, Dan Hepatitis B Dari Ibu Ke Anak
6. Permenkes Nomor 12 Tahun 2017 Tentang Penyelenggaraan Imunisasi
7. Permenkes Nomor 27 Tahun 2017 Tentang Pedoman Pencegahan dan
Pengendalian Infeksi di Fasilitas Pelayanan Kesehatan
8. Permenkes Nomor 17 Tahun 2017 Tentang Rencana Aksi Pengembangan
Industri Farmasi Dan Alat Kesehatan
9. Permenkes Nomor 97 Tahun 2014 Tentang Pelayanan Kesehatan Masa
Sebelum Hamil, Masa Hamil, Persalinan, Dan Masa Sesudah Melahirkan,
Penyelenggaraan Pelayanan Kontrasepsi, Serta Pelayanan Kesehatan
Seksual
10. Permenkes Nomor 25 Tahun 2014 Tentang Upaya Kesehatan Anak

Gerak dan langkah Ikatan Bidan Indonesia di semua tingkatan dapat


dikatakan semakin maju dan berkembang dengan baik. Sampai dengan tahun
2018, IBI telah memiliki 34 Pengurus Daerah, 509 Pengurus Cabang (di
tingkat Kabupaten/Kota) dan 3.728 Pengurus Ranting IBI (di tingkat
Kecamatan/unit Pendidikan/Unit Pelayanan). Jumlah anggota yang telah
memiliki Kartu Tanda Anggota (KTA) 338.864 (Desember 2019), sedangkan
jumlah bidan yang terdaftar di Majelis Tenaga Kesehatan Indonesia (MTKI)
ada 658.510 (MTKI, Agustus 2018).

C. VISI MISI IBI


a. Visi
Menjadikan organisasi profesi yang handal dalam Mewujudkan
bidan profesional berstandar global (Ikatan Bidan Indonesia, 2018).
b. Misi
Misi IBI adalah meningkatkan kekuatan organisasi, meningkatkan
peran IBI dalam meningkatkan mutu pendidikan bidan serta pelayanan,
meningkatkan kesejahteraan anggota dan mewujudkan kerjasama dengan
jejaring kerja. Nilai – nilai yang dimiliki IBI adalah mengutamakan
kebersamaan, mempersatukan diri dalam satu wadah, pengayoman
terhadap anggota, pengembangan diri, peran serta komunitas,
mempertahankan citra Bidan dan pelayanan berkualitas kepada Ibu dan
Anak

D. TUJUAN DIBENTUKNYA IBI


Pada konferensi IBI pada tanggal 24 Juni 1951 merumuskan tujuan
IBI, yaitu:
a. Menggalang persatuan dan persaudaraan antar sesama bidan serta kaum
wanita pada umumnya, dalam rangka memperkokoh persatuan bangsa.
b. Membina pengetahuan dan keterampilan anggota dalam profesi kebidanan,
khususnya dalam pelayanan Kesehatan Ibu dan Anak (KIA) serta
kesejahteraan keluarga.
c. Membantu pemerintah dalam pembangunan nasional, terutama dalam
meningkatkan derajat kesehatan masyarakat.
d. Meningkatkan martabat dan kedudukan bidan dalam masyarakat (Ikatan
Bidan Indonesia, 2018).
E. SYARAT-SYARAT MENJADI ANGGOTA IBI
a. Memiliki ijazah bidan/lulus bidan
b. Mengisi Formulir Pendaftaran dengan melampirkan:
1. Foto Copy Ijazah Bidan (2 lembar)
2. Foto Copy Sertifikat Kompetensi (bagi lulusan Bidan setelah 1
Agustus 2013) (2 lembar)
3. Foto Copy Surat Tanda Registrasi (STR) (2 lembar) 
4. Foto Copy KTP (2 lembar)
5. Pas Foto 4x6 (2 lembar)

F. STRUKTUR ORGANISASI IBI


PENGURUS HARIAN
  Ketua Umum  : Dr. Emi Nurjasmi, M.Kes
  Sekretaris Jenderal : Dr. Ade Jubaedah, SSiT, MM, MKM
  Ketua I : Nunik Endang Sunarsih, SST, SH, MSc
  Ketua II : Yetty Leoni Irawan, MSc
  Bendahara : Heru Herdiawati, SST, SH, MH
       
BIDANG-BIDANG
Tata Usaha dan Rumah
  : Sri Setiyati
Tangga
  Humas : Ida Ayu Citarasmi, SSiT, MKM
Advokasi dan Hub. Luar
  : Laurensia Lawintono, MSc
Negeri
       
  Organisasi : Sri Poerwaningsih, SST, SKM, M.Kes
  Hukum : Herlyssa, SST, MKM
Penelitian dan
  : Dra. Maryanah, AmKeb, M.Kes 
Pengembangan
       
  Pendidikan : Dr. Indra Supradewi, MKM
  Pelatihan : Tuti Sukaeti, SPd, SST, M. Kes
  Pelayanan : Siti Romlah, MKM
       
  Administrasi Keuangan : Sri Martini
  Fund Rising : Ratna Chairani, SST, M. Kes
       
Ketua Yayasan Buah Delima : Asniah, SST, M. Kes
       
Majelis Pertimbangan
: Nur Ainy Madjid, SKM
Organisasi 
      Tuminah Wiratnoko, SIP, MM
      
Majelis Pertimbangan Etik
: Aan Andanawaty, SST, MM. Kes
Bidan
      
Tim Teknis Pengurus Pusat Ikatan Bidan Indonesia
Nama-nama Tim Teknis PPIBI
1. Grietje U. Masyitha, SST, SKM, M. Kes
2. Wasnidar, M. Kes
3. Sugiyati, SKM, MSi
4. Endang Sundari, SST
5. Fitriani, SST, MHKes
6. Bintang Petralina, SST, M. Keb
7. Erika Yulita, SST, M. Keb
8. Juli Oktalia, MA
9. Zulvi Wiyanti, SSiT, M.Kes
10. Mitra Kadarsih, M. Keb
11. Kusuma Dini, AmKeb, SKM, MKM
12. Herlina Mansur, MKM
13. Marlynda Happy NS, S.ST, MKM

BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Ikatan Bidan Indonesia (IBI) merupakan organisasi profesi bidan di
Indonesia yang bertujuan peningkatan profesionalisme anggotanya untuk
menjamin masyarakat mendapatkan pelayanan berkualitas. Hal tersebut dicapai
melalui Visi “Menjadikan organisasi profesi yang handal dalam Mewujudkan
bidan profesional berstandar global” dan Misi “meningkatkan kekuatan
organisasi, meningkatkan peran IBI dalam meningkatkan mutu pendidikan bidan
serta pelayanan, meningkatkan kesejahteraan anggota dan mewujudkan kerjasama
dengan jejaring kerja.”
IBI didirikan pada tanggal 24 Juni 1951. Pada tanggal 15 Oktober 1954,
IBI diakui sah sebagai organisasi yang berbadan hukum dan terdaftar dalam
Lembaga Negara nomor: J.A.5/92/7 Tahun 1954 (Kementerian Hukum dan Hak
Asasi Manusia Republik Indonesia). IBI bergabung menjadi anggota ICM
(International Confederation of Midwives) pada tahun 1956.
Musyawarah menetapkan Pengurus Besar IBI merupakan salah satu hasil dari
konferensi pertama bidan seluruh Indonesia tahun 1951 yang terdiri dari atas
Ketua 1, Ketua 2, Penulis I, Penulis II dan Bendahara. Pada kongres IBI yang
kedelapan yang berlangsung di Bandung pada tahun 1982, terjadi perubahan nama
Pengurus Besar IBI diganti menjadi Pengurus Pusat IBI, karena IBI telah
memiliki 249 cabang yang tersebar di seluruh propinsi di Indonesia. Pengurus
Pusat IBI mempunyai struktur organisasi yaitu Pengurus Harian, Bidang-bidang,
dan Tim Teknis.
Menyikapi tantangan globalisasi, kemajuan dan  kebutuhan masyarakat
Indonesia  yang semakin berkembang, IBI berkewajiban untuk menyusun
Rancangan Undang Undang Kebidanan dan mengajukannya kepada lembaga yang
berwenang. UU Kebidanan merupakan payung hukum profesi bidan, yang saat ini
dalam tahap akhir pengesahan. Dalam pelaksanaan praktik kebidanan, bidan
didukung oleh Peraturan Menteri Kesehatan yang telah mengalami perubahan dari
Permenkes No 1464 tahun 2010 menjadi Permenkes 28 tahun 2017 tentang Izin
dan Penyelenggaraan Praktik Bidan. Dengan dinamika yang terjadi sampai tahun
2015 RUU Kebidanan belum dapat disahkan menjadi Undang-Undang dan pada
akhirnya usulan rancangan Undang-Undang Kebidanan diambil alih oleh DPR
menjadi RUU Kebidanan Inisiatif DPR.

B. Saran
DAFTAR PUSTAKA

Ikatan Bidan Indonesia. Susunan Pengurus Pusat Ikatan Bidan Indonesia; 2018.

Ikatan Bidan Indonesia. Keanggotaan; 2018.

Ikatan Bidan Indonesia. Sejarah Singkat Ikatan Bidan Indonesia; 2018.

MTKI. Jumlah Anggota Ikatan Bidan Indonesia; Agustus 2018.

Ikatan Bidan Indonesia. Visi dan Misi; 2018.


Asri Hidayat, dan Mufdlilah, 2009. Catatan Kuliah Konsep Kebidanan Plus
Materi Bidan Delima. Mitra Cendikia. Yogyakarta: 140

Effendhie.M. 2019. Organisasi Tata Laksana dan Lembaga Kearsipan (Edisi 2).
Universitas Terbuka. Tangerang Selatan: 1

Anda mungkin juga menyukai