Anda di halaman 1dari 23

TUTORIAL 1

UNTUK MEMENUHI SALAH SATU TUGAS TEMA 10

Dosen Pembimbing : Rani Sumarni, M.Keb

Disusun Oleh :

Nita Puspita Nur Hadiati 314118003

PROGRAM STUDI SARJANA DAN PROFESI BIDAN

STIKes JENDERAL ACHMAD YANI CIMAHI

TAHUN 2020
Kasus I

Seorang perempuan hamil usia 31 tahun, datang ke Praktik Mandiri Bidan pada
tanggal 4 Maret 2020 pada pukul 05.00 bersama suaminya. Ibu mengatakan merasa
hamil 9 bulan, ini adalah kehamilannya yang kedua, pernah keguguran 1 kali pada
tahun 2017. Ibu mengeluh keluar lendir campur darah 2 jam yang lalu, mengalami
mules setiap 10 menit sekali, dan keluar air ketuban disangkal ibu. Ibu cemas atas
kondisinya.

Kasus II

Hasil anamnesis: HPHT : 29 Juni 2020, haid teratur, ibu mengaku gerakan bayi aktif,
namun ibu tidak pernah memperkirakan gerakan janin setiap harinya. Gerakan janin
dirasakan 5 menit yang lalu. Ibu mengatakan tidak mengalami tanda bahaya selama
kehamilan. Memiliki riwayat keluarga hipertensi yaitu ibunya. Makan terakhir pada
pukul 21.00, Minum terakhir pukul 04.00, BAK terakhir pukul 04.30 dan BAB
terakhir pukul 22.00. Selama ini melakukan pemeriksaan rutin ke puskesmas. Buku
pemeriksaan kehamilan dibawa dan ibu mengaku belum mempersiapkan
kegawatdaruratan. Bidan melakukan penapisan persalinan.

Hasil pemeriksaan kehamilan terakhir tanggal 1 Maret 2020:

TD : 100/70 mmHg, S: 37°C, R: 22 x/m, N: 85 x/m. BB : 60 kg. TB : 157 cm. TFU :


30 cm, letak janin normal, DDJ : 120 x/m, kaki tidak bengkak. Hasil Lab Normal :
Pemberian tablet Fe oleh bidan.

Kasus III

KU baik, ibu terlihat sedikit gelisah ketika kontraksi muncul. TD: 120/90 mmHg, S:
38°C, R: 28 x/m, N: 88 x/m. IMT : normal. Muka tidak odema, mata : konjungtiva
merah muda, sklera putih, dada batas normal. Abdomen: inspeksi tidak ada kelainan,
palpasi: TFU : 30 cm, L1: TFU di 3 jari dibawah PX, teraba bundar lunak, L2: teraba
keras datar memanjang di kanan ibu, L3: teraba keras, bundar, tidak bisa
digoyangkan, bagian janin sudah masuk PAP, L4: divergen, perlimaan: 2/5, DJJ: 138
x/m, cek kontraksi : 2x dalam 10 menit dengan durasi 25 detik, genital: inspeksi:
terlihat lendir campur darah, vulva dan vagina tidak ada kelainan.

Pukul 05.30: Atas indikasi tanda-tanda persalinan dilakukan pemeriksaan dalam


dengan hasil : vulva/vagina tidak ada kelainan, portio: tipis lunak, pembukaan: 3 cm,
ketuban: positif, presentasi kepala, posisi belum teraba, penurunan station -1 / Hodge
2, tidak ada bagian menumbung. Tidak ada oedema pada kaki, tidak ada varises,
pemeriksaan punggung dalam keadaan normal.

Bidan mencatat hasil pemeriksaan didalam format, mempersiapkan partograf,


melakukan analisa (diagnosa dan masalah) dan memberikan asuhan pada ibu.

More Info

1. Perbedaan presentasi dan posisi


Presentasi ditentukan oleh bagian presentasi, yang merupakan bagian
pertama janin yang memasuki pintu atas panggul. Ada 3 kemungkinan
presentasi janin :
 Presentasi safelik, dapat berupa puncak kepala (verteks), sinsiput,
kening atau wajah
 Presentasi bokong, dapat berupa bokong nyata, bokong penuh/komplet
(paha fleksi dan tungkai ekstensi pada permukaan anterior tubuh) atau
kaki yang membubung (satu atau keduanya)
 Presentasi bahu
Posisi adalah titik yang dipilih secara acak pada janin untuk setiap presentasi,
yang dihubungkan dengan sisi kiri atau kanan panggul ibu. Posisi umunya
digunakan dengan menggunakan sebutan ubun-ubun kecil kiri depan (LOA,
left occipital anterior) sakrum kanan lintang (RST, right sacral transverse)
dan selanjutnya.
2. Penapisan
Penapisan adalah proses.

3. Menumbung
Tali pusat menumbung ialah dimana tali pusat keluar duluan atau bersamaan
dengan bagian terbawah bayi di jalan lahir. Kondisi ini bersifat mengancam
bayi, karena tali pusat yang membawa oksigen ke bayi tersebut bisa saja atau
kemungkinan besar akan terjepit diantara bagian terendah janin dan jalan
lahir.

4. Penurunan station
Station merupakan hubungan antara bagian paling bawah bagian presentasi
dan garis imajiner yang ditarik diantara spina ischiadika pelvis wanita. Bagian
paling bawah pada bagian presentasi janin yang terletak sejajar dengan spina
ischiadika disebut station 0. Station diukur diatas atau dibawah tingkat spina
ischiadika (dalam sentimeter); jika diatas ditulis station -1, -2, -3, -4, -5 dan
jika dibawah ditulis station +1, +2, +3, +4, +5. Station -5 menunjukkan bahwa
kepala dalam posisi mangapung dan station +5 berarti bahwa kepala berada
pada orifisium vagina.

5. Hodge
Bidang khayal untuk menentukan seberapa jauh bagian depan anak turun ke
dalam rongga panggul
 Hodge I : Bidang yang setinggi Pintu Atas Panggul (PAP) yang
dibentuk oleh promontorium, artikulasio sacro-iliaka, sayap sacrum,
linea iniminata, ramus superior os.pubis, tepi atas simfisis pubis.
 Hodge II : Bidang setinggi pinggir bawah simfisis pubis berhimpit
dengan PAP (Hodge I)
 Hodge III : Bidang setinggi spina ischiadika berhimpit dengan PAP
(Hodge I)
 Hodge IV : Bidang setinggi ujung os.coccygis berhimpit dengan PAP
(Hodge I)
Learning Objective

1. Apa saja tanda-tanda persalinan dan jelaskan


 Kontraksi
Adalah tidak biasa suatu persalinan diawali dengan kontraksi
yang kuat. Mulanya, kontraksi tersasa seperti sakit pada punggung
bawah, yang berangsur-angsur bergeser ke bagian bawah perut.
Beberapa menggambarkannya mirip dengan mulas saat haid. Saat
mulas bergerak kebagian perut dengan tangan dapat dirasakan bagian
perut tersebut mengeras. Kejangnya mirip kontraksi Braxton Hicks
(kontraksi palsu), namun terasa teratur, semakin seiring dengan
kemajuan proses persalinan. Rahim tersusun oleh otot-otot
longitudinal involuntary, yaitu otot-otot yang tak dapat anda kontrol
sesuka hati. Selama proses melahirkan, otot-otot tersebut semakin
menebal dan memendek seiring dengan setiap kontraksi, dan saat itu
juga otot-otot itu berangsur-angsur berhenti menipis, atau menghapus
servix. Proses ini berlanjut hingga pembukaan servix menjadi penuh,
ukuran lebarnya antara 8-10 cm. Dewasa ini besarnya bukaan tidak
lagi diukur dengan jari. Lima jari berarti bukaan penuh. Tahap awal
dilatasi dari 1-4 cm berlangsung paling lama. Kontraksi perlahan dan
muncul setiap 15-20 menit, lalu berangsur menguat dan semakin
sering sehingga menjadi setiap 3-5 menit, yang membuat anda merasa
tak nyaman. Bila air ketuban belum pecah, lebih baik mendatangi
rumah sakit begitu kontraksi terasa setiap 10 menit. Begitu dilatasi
servix mencapai 4-5 cm, kontraksi akan terasa semakin cepat hingga
seperti muncul bergelombang. Untuk mengatasinya ambillah napas
pendek-pendek namun cepat, dan waktu untuk menarik napas
diantaranya akan terasa sangat singkat. Bisa dikatakan inilah masa
terberat melahirkan, yang bisa membuat anda ingin memperoleh obat
penghilang nyeri.
 Keluarnya lendir kental bercampur darah
Selama kehamilan bayi tersumbat dalam rahim oleh mucus
(gumpalan lendir yang lengket pada leher rahim). Saat persalinan
dimulai dan servix mulai membuka, gumpalan mucus tadi terhalau.
Pada saat bersamaan, membran yang mengelilingi bayi dan cairan
amniotik agak memisah dari dinding rahim. Penampakan dari darah
dan mucus yang keluar tampak bagai cairan lengket berwarna merah
muda ini merupakan tanda anda segera akan menjalani proses
persalinan.
 Pecahnya air ketuban
Pada beberapa kasus, membran masih utuh hingga akhir tahap
pertama persalinan. Kemudian, desakan kontraksi dan tekanan kepala
bayi pada mulut servix menyebabkan pecahnya air ketuban. Saat air
ketuban mulai bocor, anda akan merasakan semburan air atau hanya
rembesan, namun persitiwa sebenarnya pecahnya air ketuban tidak
terasa, karena membran tidak memiliki syaraf. Tugasnya adalah
menampung dua liter air amniotik steril, yang saat keluar sekaligus
juga membersihkan jalur persalinan. Seiring dengan pecahnya
membran, proses melahirkan akan berlangsung cepat. Kepala bayi
akan berusaha keras menekan servix, untuk membukanya dan
merangsang pelepasalan prostaglandin untuk memacu kontraksi.

2. Perubahan fisiologis pada persalinan (TTV, uterus dan genital)


TTV
Tekanan Darah
1. Tekanan darah akan meningkat selama kontrkasi, disertai peningkatan
sistol rata-rata 15-20 mmHg dan diastole rata-rata 5-10 mmHg.
2. Pada waktu-waktu tertentu di antara kontraksi, tekanan darah kembali
ke tingkat sebelum persalinan. Untuk memastikan tekanan darah yang
sebenarnya, pastikan untuk melakukan cek tekanan darah selama
interval kontraksi.
3. Dengan mengubah posisi pasien dari telenteang ke posisi miring,
perubahan tekanan darah selama persalinan dapat dihindari.
4. Nyeri, rasa takut, dan kekhawatiran dapat semakin meningkatkan
tekanan darah.
5. Apabila pasien merasa sangat takut atau khawatir, pertimbangkan
kemungkinan bahwa rasa takutnya menyebabkan peningkatan tekanan
darah (bukan pre-eklampsia).
Cek parameter lain untuk menyingkirkan kemungkinan pre-eklamsi.
Berikan perawatan dan obat-obat penunjang yang dapat
merelaksasikan pasien sebelum menegakkan diagnosis akhir, jika pre-
eklampsi tidak terbukti.

Suhu tubuh
1. Suhu tubuh meningkat selama persalinan, tertinggi selama dan segera
setelah melahirkan.
2. Peningkatan suhu yang tidak lebih dari 0,5-1°C dianggap normal, nilai
tersebut mencerminkan peningkatan metabolisme persalinan.
3. Peningkatan suhu tubuh sedikit adalah normal dalam persalinan,
namun bila persalinan berlangsung lebih lama peningkatan suhu tubuh
dapat mengindikasikan dehidrasi, sehingga parameter lain harus di cek.
Begitu pula pada kasus ketuban pecah dini, peningkatan suhu dapat
mengindikasikan infeksi dan tidak dapat dianggap normal dalam
keadaan ini.

Detak jantung
1. Perubahan yang mencolok selama kontraksi disertai peningkatan
selama fase peningkatan, penurunan selama titik puncak sampai
frekuensi yang lebih rendah daripada frekuensi diantara kontraksi, dan
peningkatan selama fase penurunan hingga mencapai frekuensi lazim
diantara kontraksi.
2. Penurunan yang mencolok selama puncak kontraksi uterus tidak terjadi
jika wanita berada pada posisi miring bukan telentang.
3. Frekuensi denyut nadi diantara kontraksi sedikit lebih tinggi dibanding
selama periode menjelang persalinan. Hal ini
mencerminkan peningkatan metabolisme yang terjadi selama
persalinan.
4. Sedikit peningkatan denyut jantung dianggap normal, maka diperlukan
pengecekan parameter lain untuk menyingkirkan kemungkinan proses
infeksi.
 
Pernapasan
1. Sedikit peningkatan frekuensi pernapasan dianggap normal selama
persalinan, hal tersebut mencerminkan peningkatan metabolisme.
Meskipun sulit untuk memperoleh temuan yang akurat mengenai
frekuensi pernapasan, karena snagat dipengaruhi oleh rasa senang,
nyeri, rasa takut, dan pengggunan teknik pernapasan.
2. Hiperventilasi yang memanjang adalah temuan abnormal dan dapat
menyebabkan alkalosis. Amati pernapasan pasien dan bantu ia
mengendalikannya untuk menghindari hiperventilasi berkelanjutan,
yang ditandai oleh rasa kesemutan pada ekstremitas dan perasaan
pusing.

Uterus
Saat mulai persalinan, jaringan dari myometrium berkontraksi dan
berelaksasi seperti otot pada umumnya. Pada saat otot retraksi, ia tidak akan
kembali ke ukuran semula tapi berubah ke ukuran yang lebih pendek secara
progresif. Perhatikan gambar berikut ini.

Dengan perubahan bentuk otot uterus pada proses kontraksi, relaksasi,


dan retraksi maka cavum uteri lama kelamaan akan menjadi semakin
mengecil. Proses ini merupakan salah satu faktor yang menyebabkan janin
turun ke pelvis.
Selama persalinan, uterus berubah bentuk menjadi 2 bagian yang
berbeda. Segmen atas yang berkontraksi secara aktif menjadi lebih tebal
ketika persalinan berlangsung. Bagian bawah, relative pasif dibanding dengan
segmen atas dan bagian ini berkembang menjadi jalan lahir yang berdinding
jauh lebih tipis. Segmen bawah uterus analog dengan ismus uterus yang
melebar dan menipis pada perempuan yang belum hamil; Segmen bawah
secara bertahap terbentuk ketika kehamilan bertambah tua dan kemudian
menipis sekali pada saat persalinan (gambar 23-1 sampai 23-2). Dengan
palpasi abdomen kedua segmen dapat dibedakan ketika terjadi kontraksi,
sekali pun selaput ketuban belum pecah. Segmen atas uterus cukup kencang
atau keras, sedangkan konsistensi segmen bawah uterus jauh kurang kencang.
Segmen atas uterus merupakan bagian yang diregangkan, normalnya jauh
lebih pasif.

Genital
 Pendataran serviks
Obliterasi atau pendataran serviks adalah pemendekan saluran serviks
dari panjang sekitar 2 cm menjadi hanya berupa muara melingkar
dengan tepi hampir setipis kertas. Proses ini disebut sebagian
pendatarn (effacement) dan terjadi dari atas ke bawah. Serabut-serabut
otot setinggi os serviks internum ditarik ke atas atau dipendekkan
menuju segmen bawah uterus, sementara kondisi os eksternum untuk
sementara tetap tidak berubah. Seperti gambar, pinggiran os internum
ditarik ke atas beberapa sentimeter sampai menjadi bagian (baik secara
anatomi maupun fungsional) dari segmen bawah uterus. Pemendekan
dapat dibandingkan dengan suatu proses pembentukkan terowongan
yang mengubah seluruh panjang sebuah tabung yang sempit menjadi
corong yang sangat tumpul dan mengembang dengan lubang keluar
melingkar kecil. Sebagai hasil dari aktivitas myometrium yang
meningkat sepanjang persiapan uterus untuk persalinan, pendataran
sempurna pada serviks yang lunak kadangkala telah selesai sebelum
persalinan aktif dimulai. Pendataran menyebabkan ekspulsi sumbat
mucus ketika saluran serviks memendek.
 Dilatasi serviks
Jika dibandingkan dengan korpus uteri, segmen bawah uterus dan
serviks merupakan daerah yang resistensinya lebih kecil. Oleh karena
itu, selama terjadi kontraksi, struktur-struktur ini mengalami
peregangan, yang dalam prosesnya serviks mengalami tarikan
sentrifugal (Gambar 23-4 sampai 23-6). Ketika kontraksi uterus
menimbulkan tekanan pada selaput ketuban, tekanan hidrostatik
kantong amnion akan melebarkan saluran serviks. Bila selaput ketuban
sudah pecah, tekanan pada bagian terbawah janin terhadap serviks dan
segmen bawah uterus juga sama efektifnya. Selaput ketuban yang
pecah dini tidak mengurangi dilatasi serviks selama bagian terbawah
janin berada pada posisi meneruskan tekanan terhadap serviks dan
segmen bawah uterus. Proses pendataran dan dilatasi serviks ini
menyebabkan penbentukan kantong cairan amnion di depan kepala,
yang akan diuraikan secara rinci kemudian.

3. Perubahan psikologis pada persalinan (cemas dan gelisah)


Ibu mengalami gangguan psikologi dalam perjalanan persalinan kala 1
yaitu kecemasan, dimana menurut Mc Nerney and Grenberg menyebutkan
kecemasan merupakan sebagai reaksi fisik, mental, kimiawi dari tubuh
terhadap situasi yang menakutkan, mengejutkan, membingungkan,
membahayakan dan merisaukan seseorang (Nolan, 2003).
Efek dari kecemasan dalam persalinan dapat mengakibatkan kadar
katekolamin yang berlebihan pada kala 1 menyebabkan turunnya aliran darah
ke rahim, turunnya kontraksi rahim, turunnya aliran darah ke plasenta,
turunnya oksigen yang tersedia untuk janin serta dapat meningkatkan lamanya
Persalinan kala 1 (Simkin, 2007).
Selain itu terdapat faktor-faktor yang berhubungan dengan kecemasan
kala 1 yang meliputi faktor pengetahuan yaitu hasil dari tahu dan terjadi
setelah seseorang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Dari
pengalaman dan penelitian ternyata perilaku didasari oleh pengetahuan di
mana seorang ibu mengalami kecemasan dengan tidak diketahuinya tentang
persalinan dan bagaimana prosesnya (Notoatmodjo, 2003).
Pengetahuan tentang keadaan sehat dan sakit adalah pengalaman
seseorang tentang keadaan sehat dan sakitnya seseorang tersebut bertindak
untuk mengatasi masalah sakitnya dan bertindak untuk mempertahankan
kesehatannya atau bahkan meningkatkan status kesehatannya. Rasa sakit akan
menyebabkan seseorang bertindak pasif atau aktif dengan tahapan-tahapannya
(Irmayanti, 2007).
Informasi tentang kesehatan mempengaruhi seseorang dalam hal
upaya mengatasi kecemasan dalam menghadapi persalinan kala I yang
disebabkan karena tidak atau kurangnya memperoleh informasi yang kuat.
Akibat yang dapat terjadi bila ibu tidak dapat mengetahui persalinan kala I
maka ibu akan merasa cemas dan gelisah, kalau ibu sudah punya pengetahuan
mengenai hal ini, biasanya ibu akan lebih percaya diri menghadapinya
(Hawari, 2006).
Rasa cemas selama persalinan kala I disebabkan oleh ketakutan
melahirkan. Takut akan peningkatan nyeri, takut akan kerusakan atau kelainan
bentuk tubuhnya seperti episiotomi, ruptur, jahitan ataupun seksio sesarea,
serta ibu takut akan melukai bayinya. Pendamping persalinan merupakan
faktor pendukung dalam lancarnya persalinan, karena efek perasaan wanita
terhadap persalinan yang berbeda berkaitan dengan persepsinya orang yang
mendukung, dari orang terdekat dapat mempengaruhi kecemasan ibu. Setelah
melalui banyak penelitian kehadiran suami memberi dukungan kepada istri
membantu proses persalinan karena membuat istri lebih tenang. Faktor psikis
dalam menghadapi persalinan merupakan faktor yang sangat mempengaruhi
lancar tidaknya proses persalinan (Musbikin, 2007).
Faktor selain dari psikologis, faktor fisiologis merupakan penyebab
kecemasan. Terjadinya perubahan fisik yang dialami ibu dengan terjadinya
perubahan kardiovaskuler, pernafasan, neuromuskular, Gastrointestinal,
saluran perkemihan dan kulit (Stuart, 1998). Adapun dalam hasil penelitian
Susiaty selain usia kehamilan penyebab kecemasan dapat dihubungkan
dengan usia ibu yang memberi dampak terhadap perasaan takut dan cemas
yaitu di bawah usia 20 tahun serta di atas 31 - 40 tahun karena usia ini
merupakan usia kategori kehamilan beresiko tinggi dan seorang ibu yang
berusia lebih lanjut akan menanggung resiko yang semakin tinggi untuk
melahirkan bayi cacat lahir dengan sindrom down (Susiaty, 2008). Penelitian
bertujuan membuktikan adakah hubungan pengetahuan ibu tentang persalinan
kala I dengan kecemasan persalinan kala I primipara pada ibu bersalin di
RSIA Bahagia Semarang.

4. Apa saja indikator persalinan normal (identifikasi data subjektif dan objektif)
Kriteria persalinan normal :
 Ketuban pecah
Pecah ketuban secara normal paling sering terjadi sewaktu-waktu pada
persalinan aktif. Pecah ketuban secara khas tampak jelas sebagai
semburan cairan yang normalnya jernih atau sedikit keruh, hampir
tidak berwarna dengan jumlah yang bervariasi.
 Perubahan pada vagina dan dasar vulva
Terjadi peregangan serabut-serabut m. levator ani dan penipisan
bagian tengah perineum, yang berubah bentuk dari massa jaringan
berbentuk baji setebal 5 cm menjadi (kalau tidak dilakukan episiotomi)
struktur membran tipis yang hampir transparan dengan tebal kurang
dari 1 cm. Ketika perineum teregang maksimal, anus menjadi jelas
membuka dan terlihat sebagai lubang berdiameter 2-3 cm dan disini
dinding anterior rectum menonjol.
 Pelepasan plasenta
 Pemisahan amniokorion
Pengurangan besar-basaran luas permukaan rongga uterus secara
bersamaan menyebabkan membran janin (amniokorion) dan desidua
parietalis terlepas menjadi lipatan yang banyak sekali dan menambah
ketebalan lapisan tersebut kurang dari 1 mm menjadi 3-4 mm.

Kontraindikasi Melahirkan Normal :


 Prolaps tali pusat. Kondisi di mana tali pusat menutupi jalan lahir, baik
mendahului bagian tubuh janin, maupun bersamaan dengan keluarnya
janin. Kondisi ini berisiko menimbulkan penekanan pada tali pusat dan
mengakibatkan kematian janin.
 Kelainan posisi janin. Pada umumya, posisi janin yang normal saat
akan dilahirkan adalah puncak kepala berhadapan dengan bukaan leher
rahim (serviks), dengan posisi wajah menghadap ke depan atau ke
belakang (presentasi kepala). Beberapa kelainan posisi janin yang
tidak dianjurkan untuk melahirkan secara normal, antara lain:
 Presentasi wajah, ketika kepala janin sangat dengak dan wajah janin
yang berhadapan langsung dengan bukaan serviks.
 Presentasi alis, yaitu ketika posisi kepala janin sedikit mendongak
sehingga alis janin berhadapan langsung dengan bukaan serviks.
Keadaan ini dapat berubah menjadi presentasi kepala atau presentasi
wajah.
 Presentasi bokong, yaitu ketika bokong berhadapan langsung dengan
bukaan serviks, terlebih bila kaki yang berhadapan langsung dengan
bukaan serviks.
 Letak lintang.
 Kehamilan kembar. Kehamilan kembar yang tidak boleh melahirkan
normal adalah ketika keduanya berada dalam presentasi bokong,
kembar siam, terdapat dalam 1 selaput air ketuban, atau kehamilan
kembar lebih dari 2 janin.
 Pernah melakukan operasi caesar. Walaupun tergolong aman untuk
kebanyakan kasus, tetapi hal ini masih menjadi kontroversi. Namun
yang pasti, ibu yang pernah melakukan operasi caesar lebih dari 2 kali,
atau memiliki bekas luka membujur atau membentuk huruf T pada
rahim akibat operasi caesar sebelumnya, tidak boleh melahirkan secara
normal, karena berisiko menimbulkan robeknya rahim (ruptur uteri).
 Denyut jantung janin tidak stabil. Hal ini dapat menjadi tanda janin
mengalami hipoksia. Beberapa hal yang dapat mengakibatkan hipoksia
pada janin antara lain solusio plasenta atau lilitan tali pusat.
 Kelainan plasenta. Seperti letak plasenta yang menutupi jalan lahir
(plasenta previa), atau placenta yang menempel sampai ke dalam otot
rahim (plasenta akreta).
 Makrosomia. Kondisi di mana berat badan bayi melebihi 4-4,5 kg,
karena berisiko bahu janin terjepit saat proses persalinan (distosia
bahu).
 Ibu yang terinfeksi herpes genital atau HIV. Ibu tidak diperkenankan
untuk melahirkan normal bila mengalami infeksi herpes genital yang
aktif atau terinfeksi HIV tanpa pengobatan

5. Bagaimana cara menentukan diagnosa persalinan


Setelah menganalisa data subjektif dan objektif maka dapat ditegakkan
diagnosa yang meliputi : G1P0A0 umur 24 tahun janin tunggal hidup
intrauterine letak bujur presentasi kepala puka inpartu Kala I fase aktif,
dimana diagnosa ini merupakan kesimpulan dari data subjektif dan objektif
bahwa ibu baru hamil yang pertama kali dan dari riwayat kehamilan ibu
belum pernah melahirkan dan belum pernah keguguran, dari identitas ibu
menyatakan umur 24 tahun, dari pemeriksaan DJJ didapatkan janin tunggal,
presentasi kepala dan letak membujur, dari hasil VT didapatkan pembukaan 5
cm.

6. Asuhan kebidanan apa saja yang bisa diberikan pada kasus tersebut
Asuhan Persalinan Kala I
 Memeriksa perempuan pada awal persalinan dan meyakinkan
perempuan dalam keadaan normal.
 Memberi dukungan non pharmakologikal dalam persalinan dengan
cara pijatan/masage, hypnotherapy, hydrotherapy.
 Lakukan Deteksi dini komplikasi.
 Lakukan pendampingan terhadap perempuan secara terus menerus
pada fase aktif.
 Tidak buru – buru pada saat ibu meneran, membuat rutin episiotomi,
Tidak segera memandikan bayi, dan memisahkan bayi dari ibunya.

Asuhan Persalinan Kala II


 Sebaiknya dibiarkan spontan tanpa struktur, lakukan sesuai dengan
instink ibu
 Sebaiknya tidak ada pembatasan waktu bila kesejahteraan ibu dan
janin baik
 Rutin Valsava atau meneran dengan cara menahan napas dapat
membahayakan ibu dan janin
 Ibu seharusnya didukung dan dianjurkan untuk meneran spontan
kadang sering diikuti dengan suara
 Pendekatan fleksibel terhadap keinginan meneran lebih awal,
tergantung pada pembukaan serviks dan tanda lain
 Perempuan sebaiknya dianjurkan untuk memilih posisi tegak pada kala
II persalinan.

Pada Persalinan Kala II

 Posisi Ibu dapat Berdiri, Jongkok, Duduk, Dalam Air, Supine –


Lateral, sesuai kenyamanan
 Ibu meneran sesuai dengan keinginannya
 Bidan mendampingi ibu selama proses kelahiran dan menolong
kelahiran bayi
Daftar Pustaka

Aprillia, Y. 2020. Tali Pusat Menumbung dalam Persalinan.


http://www.bidankita.com/tali-pusat-menumbung-dalam-persalinan/2/ (Diakses
Pada Tanggal 5 Maret 2020)

Prawirohardjo. S. 2012. Ilmu Kebidanan Sarwono Prawirohardjo, Ed. 4, Cet. 3.


Jakarta: PT Bina Pustaka

Wahidah, N, J. 2017. Modul Pengantar Asuhan Kebidanan Persalinan.


https://www.academia.edu/32411861/ADAPTASI_FISIOLOGI_PSIKOLOGI_PE
RSALINAN (Diakses Pada Tanggal 5 Maret 2020)

Widyastuti, C. Anggorowati. Apriana, R. 2012. HUBUNGAN PENGETAHUAN IBU


TENTANG PERSALINAN KALA I DENGAN KECEMASAN PERSALINAN KALA
I PADA IBU BERSALIN DI RSIA BAHAGIA SEMARANG.
https://jurnal.unimus.ac.id/index/php/psn12012010/article/download/1284/1337
(Diakses Pada Tanggal 5 Maret 2020)

Verney, H dkk. 2003. Buku Ajar Asuhan Kebidanan, Ed. 4, Vol. 2. Jakarta: Penerbit
Buku Kedokteran EGC

Yulistina, L. 2020. Tanda-Tanda Akan Melahirkan. https://bidanku.com/tanda-tanda-


akan-melahirkan (Diakses Pada Tanggal 5 Maret 2020)

Anda mungkin juga menyukai