i
KATA PENGANTAR
Apabila ada beberapa kesalahan pada makalah ini, baik itu dari segi penulisan,
penyusunan, tata bahasa, maupun materi yang dipaparkan, kami selaku penulis
menghaturkan permohonan maaf. Sebab, makalah ini masih belum sempurna dan
masih memiliki banyak kelemahan. Penulis juga berharap pembaca makalah ini
terkhusus Ibu Hosnu Inayati, S.Kep., Ns., M.Kep dapat memberikan kritik dan
sarannya kepada kami selaku penulis.
Semoga makalah ini bermanfaat bagi pembaca untuk menambah wawasan dan
ilmu pengetahuan.
Kelompok 1
ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.................................................................................................................................
BAB I PENDAHULUAN........................................................................................................................
1.1 Latar Belakang....................................................................1
1.2 Rumusan Masalah...............................................................2
1.3 Tujuan.................................................................................3
1.4 Manfaat.............................................................................3
BAB II TINJAUAN PUSTAKA..............................................................................................................
2.1 Definisi Penyakit Anemia...................................................4
2.2 Etiologi Penyakit Anemia...................................................4
2.3 Manifestasi Klinis Penyakit Anemia...................................7
2.4 Patofisiologi dan WOC Penyakit Anemia...........................8
2.5 Pemeriksaan Diagnostik Penyakit Anemia......................11
2.6 Komplikasi Penyakit Anemia...........................................12
2.7 Penatalaksanaan Penyakit Anemia....................................12
2.8 Asuhan Keperawatan Teoretis Penyakit Anemia..............13
BAB III TINJAUAN KASUS...................................................................................................................
3.1 Study Kasus.......................................................................35
3.2 Asuhan Keperawatan Kasus..............................................35
BAB IV PENUTUP...................................................................................................................................
4.1 Kesimpulan.......................................................................49
4.2 Saran..................................................................................49
DAFTAR PUSTAKA..................................................................................................................................
iii
BAB I
PENDAHULUAN
1
tahun keatas prevalensinya lebih rendah yaitu 9,4% (Riskesdas, 2017). Usia
anak sekolah merupakan golongan yang rentan terhadap masalah gizi karena
anak berada dalam masa pertumbuhan dan aktivitas yang tinggi sehingga
memerlukan asupan gizi yang tinggi pula Umumnya anemia asemtomatoid
pada kadar hemoglobin diatas 10 g/dL, tetapi sudah dapat menyebabkan
gangguan penampilan fisik dan mental. Bahaya anemia yang sangat parah bisa
mengakibatkan kerusakan jantung, otak dan juga organ tubuh lainnya bahkan
dapat menyebabkan kematian (Riskesdas, 2017)
Masyarakat Indonesia masih belum sepenuhnya menyadari pentingnya zat
gizi karena itu prevalensi anemia di Indonesia sekarang ini masih cukup tinggi.
Dampak anemia pada anak balita dan anak sekolah adalah meningkatnya angka
kesakitan dan kematian, terhambatnya pertumbuhan fisik dan otak,
terhambatnya perkembangan motorik, mental dan kecerdasan. Anakanak yang
menderita anemia terlihat lebih penakut dan menarik diri dari pergaulan sosial,
tidak bereaksi terhadap stimulus dan lebih pendiam. Kondisi ini dapat
menurunkan prestasi belajar anak disekolah. Asuhan keperawatan pada anak
dengan masalah anemia dilakukan agar terpenuhinya kebutuhan cairan dan
nutrisi pada anak dengan anemia. Di harapkan agar perawat mampu
memberikan asuhan keperawatan yang tepat pada anak dengan anemia dengan
memperhatikan aspek preventif, promotif, kuratif maupun rehabilitatif yaitu
dengan memberikan pendidikan kesehatan tentang bahaya dan pencegahan
anemia kepada anak dan juga orang tua, pemberian sayur dan buah hijau dan
juga pemberian suplemen penambah darah agar dapat menurunkan angka
kesakitan dan kematian yang diakibatkan dari penyakit anemia
(Kusumawati,20015).
2
4. Apa patofisiologi dan WOC/Pathway anemia?
5. Bagaimana pemeriksaan diagnostik anemia?
6. Bagaimana komplikasi penyakit anemia?
7. Bagaimana penatalaksanaan anemia?
8. Bagaimana asuhan keperawatan pada pasien anemia?
3
4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
5
2.2. Etiologi Anemia
Menurut Wong (2018) anemia dapat diklasifikasikan menurut:
1. Etiologi atau fisiologi yang dimanifestasikan dengan penurunan jumlah
eritrosit atau hemoglobin dan tidak dapat kembali, seperti:
Kehilangan darah yang berlebihan. Kehilangan darah yang berlebihan
dapat diakibatkan karena perdarahan (internal atau eksternal) yang
bersifat akut ataupun kronis. Biasanya akan terjadi anemia normostatik
(ukuran normal), normokromik (warna normal) dengan syarat simpanan
zat besi untuk sintesis hemoglobin (Hb) mencukupi.
Destruksi (hemolisis) eritrosit. Sebagai akibat dari defek intrakorpuskular
didalam sel darah merah (misalnya anemia sel sabit) atau faktor
ekstrakorpuskular 5 (misalnya, agen infeksius, zat kimia, mekanisme
imun) yang menyebabkan destruksi dengan kecepatan yang melebihi
kecepatan produksi eritrosit.
Penurunan atau gangguan pada produksi eritrosit atau komponennya.
Sebagai akibat dari kegagalan sumsum tulang (yang disebabkan oleh
faktor-faktor seperti neoplastik, radiasi, zat-zat kimia atau penyakit) atau
defisiensi nutrien esensial (misalnya zat besi).
2. Morfologi, yaitu perubahan khas dalam ukuran, bentuk dan warna sel darah
merah.
Ukuran sel darah merah: normosit (normal), mikrosit (lebih kecil dari
ukuran normal) atau makrosit (lebih besar dari ukuran normal)
Bentuk sel darah merah: tidak teratur, misalnya: poikilosit (sel darah
merah yang bentuknya tidak teratur), sferosit (sel darah merah yang
bentuk nya globular) dan depranosit (sel darah merah yang bentuk nya
sabit/sel sabit).
Warna/sifatnya terhadap pewarnaan: mecerminkan konsentrasi
hemoglobin; misalnya normokromik (jumlah hemoglobin cukup atau
normal), hipokromik (jumlah hemoglobin berkurang). Adapun berikut ini
adalah macam-macam anemia yaitu:
6
1. Anemia defisiensi besi
Anemia defisiensi zat besi dapat disebabkan oleh sejumlah faktor yang
mengurangi pasokan zat besi, mengganggu absorbsinya, meningkatkan
kebutuhan tubuh akan zat besi atau yang memenuhi sintesis Hb atau
anemia defisiensi besi terjai karena kandungan zat besi yang tidak
memadai dalam makanan (Wong,2018)
2. Anemia Hemolitik
Anemia hemolitik merupakan anemia yang disebabkan karena
terjadinya penghancuran sel darah merah dalam pembuluh darah
sehingga umur eritrosit pendek. Penyebab hemolisis dapat karena 6
kongenital (faktor eritrosit sendiri, gangguan enzim, hemoglobinopati)
atau didapat (Ngastiyah, 2012)
3. Anemia sel sabit
Anemia sel sabit merupakan salah satu kelompok penyakit yang secara
kolektif disebut hemoglobinopati, yaitu hemoglobin A (HbA) yang
normal digantikan sebagian atau seluruhnya dengan hemoglobbin sabit
(HbS) yang abnormal. Gambaran klinis anemia sel sabit terutama
karena obstruksi yang disebabkan oleh sel darah merah yang menjadi
sel sabit dan peningkatan destruksi sel darah merah. Keadaan sel-sel
yang berbentuk sabit yang kaku yang saling terjalin dan terjaring akan
menimbulkan obstruksi intermiten dalam mikrosirkulasi sehingga
terjadi vaso-oklusi. Tidak adanya aliran darah pada jaringan
disekitarnya mengakibatkan hipoksia lokal yang selanjutnya diikuti
dengan iskemia dan infark jaringan (kematian sel). Sebagian besar
komplikasi yang terlihat pada anemia sel sabit dapat ditelusuri hingga
proses ini dan dampaknya pada berbagai organ tubuh. Manifestasi
klinis anemia sel sabit memiliki intensitas dan frekuensi yang sangat
bervariasi, seperti adanya retardasi pertumbuhan, anemia kronis (Hb 6-
9 g/dL), kerentanan yang mencolok terhadap sepsis, nyeri,
hepatomegali dan splenomegali (Wong, 2018)
7
4. Anemia aplastic
Anemia aplastik merupakan gangguan akibat kegagalan sumsum
tulang yang menyebabkan penipisan semua unsur sumsum. Produksi
selsel darah menurun atau terhenti. Timbul pansitopenia dan
hiposelularitas sumsum. Manifestasi gejala tergantung beratnya
trombositopenia (gejala perdarahan), neutropenia (infeksi bakteri,
demam), dan anemia (pucat, lelah, gagal jantung kongesti, takikardia).
(Betz Cecily & Linda Sowden, 2012) Anemia aplastik terbagi menjadi
primer (kongenital, atau yang telah ada saat lahir) atau sekunder
(didapat). Kelainan anemia yang paling dikenal dengan anemia
aplastik sebagai gambaran yang mencolok 7 adalah syndrom fanconi
yang merupakan kelainan herediter yang langka dengan ditandai oleh
pansitopenia, hipoplasia sumsum tulang dan pembentukan bercak-
bercak cokelat pada kulit yang disebabkan oleh penimbunan melanin
dengan disertai anomali kongenital multipel pada sistem
muskuloskeletal dan genitourinarius.
8
4. Aktivitas kurang
5. Rasa mengantuk
6. Susah berkonsentrasi
7. Cepat lelah
8. Prestasi kerja fisik atau pikiran menurun
9. Konjungtiva pucat
10. Telapak tangan pucat
11. Iritabilitas dan anoreksia
12. Takikardia murmur sistolik
13. Letargi kebutuhan tidur meningkat
14. Purpura
15. Perdarahan
Gejala khas anemia masing-masing
1. Perdarahan berulang atau kronik pada anemia pasca perdarahan anemia
defisiensi besi
2. ikterus urine berwarna kuning tua atau coklat perut mrongkol atau makin
buncit pada anemia hemolitik.
3. Mudah infeksi pada anemia aplastik dan anemia karena keganasan.
9
mengakibatkan ikterik pada sclera). Apabila sel darah merah mengalami
penghancuran dalam sirkulasi, (pada kelainan hemplitik) maka hemoglobin
akan muncul dalam plasma (hemoglobinemia).
Apabila konsentrasi plasmanya melebihi kapasitas haptoglobin plasma
(protein pengikat untuk hemoglobin bebas) untuk mengikat semuanya,
hemoglobin akan berdifusi dalam glomerulus ginjal dan kedalamurin
(hemoglobinuria). Kesimpulan mengenai apakah suatu anemia pada pasien
disebabkan oleh penghancuran sel darah merah atau produksi sel darah merah
yang tidak mencukupi biasanya dapat diperoleh dengan dasar: 1) hitung
retikulosit dalam sirkulasi darah; 2) derajat proliferasi sel darah merah muda
dalam sumsum tulang dan cara pematangannya, seperti yang 8 terlihat dalam
biopsy, dan ada tidaknya hiperbilirubinemia dan hemoglobinemia.
Berdasarkan proses patofisiologi terjadinya anemia dapat digolongkan
kepada tiga kelompok:
1. Anemia akibat produksi sel darah merah yang berkurang atau gagal
Pada anemia tipe ini tubuh memproduksi sel darah yang terlalu sedikit
atau sel darah merah yang diproduksi tidak berfungsi dengan baik. Hal ini
terjadi akibat adanya abnormalitas sel darah merah atau kekurangan mineral
dan vitamin yang dibutuhkan agar produksi dan kerja dari eritrosit berjalan
normal. Kondisi kondisi yang mengakibatkan anemia ini antara lain sickle
cell anemia, gangguan Sumsung tulang dan stem cell, anemia difisiensi sat
besi, vitamin B12, dan folat, serta Gangguan kesehatan lain yang
mengakibatkan penurunan hormon yang diperlukan untuk proses
eritropoiesis
2. Anemia akibat penghancuran sel darah merah
Bila sel darah merah yang beredar terlalu rapuh dan tidak mampu
bertahan terhadap tekanan sirkulasi maka sel darah merah akan hancur lebih
cepat sehingga menimbulkan anemia hemolitik penyebab anemia hemolitik
yang di ketahui antara lain:
keturunan seperti sickle Cell anemia dan thalasemia
10
adanya stressor seperti infeksi obat-obatan bisa hewan atau beberapa jenis
makanan
toksin dari penyakit liver dan ginjal kronis
autoimun
pemasangan grab pemasangan kartu buatan tumor luka bakar paparan
kimiawi hipertensi berat dan gangguan trombosis
pada kasus yang jarang pembesaran lilin dapat menyebabkan sel darah
merah dan menghancurkannya sebelum sempat bersirkulasi
3. Anemia akibat kehilangan darah
Anemia ini dapat terjadi pada perdarahan akut yang hebat ataupun
pada perdarahan yang berlangsung perlahan-lahan Mun kronis pedaran
kronis umumnya muncul akibat gangguan gastrointestinal misal ulkus
hemoroid gastritis atau kanker saluran pencernaan penggunaan obat-obatan
yang mengakibatkan ulkus atau gastritis misal oains menstruasi dan proses
kelahiran
11
WOC/Pathway anemia
MK:
Penurunan
curah jantung
12
c) Jumlah retikulosit : bervariasi, misal : menurun (AP), meningkat (respons
sumsum tulang terhadap kehilangan darah/hemolisis).
d) Pewarna sel darah merah : mendeteksi perubahan warna dan bentuk (dapat
mengindikasikan tipe khusus anemia).
e) LED : Peningkatan menunjukkan adanya reaksi inflamasi, misal :
peningkatan kerusakan sel darah merah : atau penyakit malignasi
f) Masa hidup sel darah merah : berguna dalam membedakan diagnose anemia,
misal : pada tipe anemia tertentu, sel darah merah mempunyai waktu hidup
lebih pendek.
g) Tes kerapuhan eritrosit : menurun (DB)
h) SDP : jumlah sel total sama dengan sel darah merah (diferensial) mungkin
meningkat (hemolitik) atau menurun (aplastik) Nilai normal Leokosit (per
mikro lt) : 6000 – 10.000 permokro liter
i) Jumlah trombosit : menurun caplastik; meningkat (DB); normal atau tinggi
(hemolitik) Nilai normal Trombosit (per mikro lt) : 200.000 – 400.000 per
mikro liter darah Hemoglobin elektroforesis : mengidentifikasi tipe struktur
hemoglobin. Nilai normal Hb (gr/dl) : Bilirubin serum (tak terkonjugasi):
meningkat (AP, hemolitik).
j) Folat serum dan vitamin B12 membantu mendiagnosa anemia sehubungan
dengan defisiensi masukan/absorps
k) Besi serum : tak ada (DB); tinggi (hemolitik)
l) TBC serum : meningkat (DB)
m)Feritin serum : meningkat (DB)
n) Masa perdarahan : memanjang (aplastik)
o) LDH serum : menurun (DB)
p) Tes schilling : penurunan eksresi vitamin B12 urine (AP)
q) Guaiak : mungkin positif untuk darah pada urine, feses, dan isi gaster,
menunjukkan perdarahan akut / kronis (DB).
r) Pemeriksaan andoskopik dan radiografik : memeriksa sisi perdarahan :
perdarahan GI
13
s) Analisa gaster : penurunan sekresi dengan peningkatan pH dan tak adanya
asam hidroklorik bebas (AP)
t) Aspirasi sumsum tulang/pemeriksaan/biopsi : sel mungkin tampak berubah
dalam jumlah, ukuran, dan bentuk, membentuk, membedakan tipe anemia,
misal: peningkatan megaloblas (AP), lemak sumsum dengan penurunan sel
darah (aplastik).
2.7. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan anemia ditujukan untuk mencari penyebab dan
mengganti darah yang hilang:
1. Anemia aplastic
a. Transplantasi sumsum tulang
b. Pemberian terapi imunosupresif dengan globolin antitimosit(ATG)
2. Anemia pada penyakit ginjal
a. Pada pasien dialisis harus ditangani dengan pemberian besi dan asam
folat
b. Ketersediaan eritropoetin rekombinan
3. Anemia pada penyakit kronis
14
Kebanyakan pasien tidak menunjukkan gejala dan tidak memerlukan
penanganan untuk aneminya, dengan keberhasilan penanganan kelainan
yang mendasarinya, besi sumsum tulang dipergunakan untuk membuat
darah, sehingga Hb meningkat.
4. Anemia pada defisiensi besi
a. Dicari penyebab defisiensi besi
b. Menggunakan preparat besi oral: sulfat feros, glukonat ferosus dan
fumarat ferosus.
5. Anemia megaloblastik
a. Defisiensi vitamin B12 ditangani dengan pemberian vitamin B12, bila
difisiensidisebabkan oleh defekabsorbsi atau tidak tersedianya faktor
intrinsik dapat diberikan vitamin B12 dengan injeksi IM.
b. Untuk mencegah kekambuhan anemia terapi vitamin B12 harus
diteruskan selamahidup pasien yang menderita anemia pernisiosa atau
malabsorbsi yang tidak dapat dikoreksi.
c. Anemia defisiensi asam folat penanganannya dengan diet dan
penambahan asam folat 1 mg/hari, secara IM pada pasien dengan
gangguan absorbsi.
15
Nama, Usia : yang sering terkena anemia yaitu orang dewasa.
Jenis Kelamin : yang sering dominan terkena Anemia adalah
perempuan.
Agama, Status perkawinan, Pendidikan, Pekerjaan, Tanggal
Masuk, No. RM, Diagnosa Medis.
Penanggung jawabmeliputi :
Nama, jenis kelamin, pendidikan, pekerjaan, hubungan dengan
pasien.
b. Alasan masuk
c. Riwayat kesehatan
16
1) Apakah dalam keluarga ada yang mengalami anemia
2. Genogram
3. Pemeriksaan Fisik
Kesadaran : composmentis
GCS : 15 ( E : 4 V: 5 M: 6 )
TTV :TD : Biasanya menurun
N : Biasanya meningkat
RR : biasanya cepat
S : biasanya meningkat
Pemeriksaan Fisik
a) Kepala: Bagaimana lesimetrisan, warna rambut, kebersihan kepala,
rambut kering, mudah pupus, menitip, sakit kepala, pusing.
b) Mata: Sclera tidak iklerik, konjungtiva anemis, pupil isokor
17
c) Telinga: Kesimetrisan telinga, dungsi pendengaran, kebersihan pada
telinga
d) Hidung: Kesimetrisan, fungsi penciuman, kebersihan, adanya
perdarahan pada hidung atau tidak.
e) Mulut: Keadaan mukosa mulut, bibir pucat, stomatitis
f) Leher: Kesimetrisan, adanya pembesaran kelenjar tyroid/tidak, adanya
pembesaran kelenjar getah bening.
g) Thorax:
Paru –paru
P : sonor
Jantung
P : pekak
h) Abdomen
18
P : terdapat bunyi timpani.
i) Genetalia : Normal/abnormal
j) Integumen : Mukosa pucat, kering dan kulit keriput
k) Ekstremitas
Kelemahan dalam beraktivitas,
terdapat pucat pada membrane mukosa dan dasar kuku,
kuku mudah patah
Punggung :Kesimetrisan punggung warna kulit dan kebersihan
punggung(Poerwati, 2011).dasar kuku, kuku mudah patah
4. Analisa Data
19
hiperventilasi 10. Posisi tubuh yang
kussmaul cheyne- menghambat ekspansi paru.
stokes). 11. Sindrom hipoventilasi.
12. Kerusakan inervasi
Minor
diafragma (kerusakan saraf
DS: CS ke atas).
13. Cedera pada medula
1. Ortopnea spinalis.
14. Efek agen farmakologis.
DO:
15. Kecemasan.
1. Pernapasan pursed lip.
2. Pernapasan cuping
hidung.
4. Ventilasi semenit
menurun
6. Tekanan ekspirasi
menurun
7. Tekanan inspirasi
menurun
20
DS:- gemoglobin Efektif
3. Peningkatan tekanan
DO: darah
4. Kekurangan volume
1. Pengisian kapiler >3
cairan
detik.
5. Penurunan aliran arteri
2. Nadi perifer menurun
dan / atau vena
atau tidak teraba.
6. Kurang terpapar
3. Akral teraba dingin.
informasi tentang faktor
4. Warga kulit pucat.
pemberat (mis. merokok,
5. Turgor kulit menurun.
gaya hidup monoton,
DO:
1. Edema.
2. Penyembuhan luka
lambat.
3. Indeks ankle-brachial <
0,90.
4. Bruit femoral.
21
3. Mayor 1. Perubahan irama jantung. Penurunan
2. Perubahan frekuensi curah jantung
DS:
jantung.
DO:
1. Perubahan irama
jantung :
Bradikardial / Takikardia
.
– Gambaran EKG aritmia
atau gangguan konduksi.
2. Perubahan preload :
– Edema,
– Distensi vena jugularis,
– Central venous
pressure (CVP)
meningkat/menurun,
– Hepatomegali.
3. Perubahan afterload.
22
– Tekanan darah
meningkat / menurun.
– Nadi perifer teraba
lemah.
– Capillary refill time > 3
detik
– Oliguria.
– Warna kulit pucat dan /
atau sianosis.
4. Perubahan kontraktilitas
– Terdengar suara
jantung S3 dan /atau S4.
– Ejection fraction (EF)
menurun.
23
2. Tampak lesu
Minor
DS:
DO:
1. Kebutuhan istirahat
meningkat
5. Diagnosa Keperawatan
24
c) Penurunan curah jantung berhubungan dengan perubahan preload
6. Intervensi Keperawatan
semenit napas)
Tekanan
Pertahankan
ekspirasi
kepatenan jalan
meningkat
25
Tekanan
napas dengan head-
inspirasi
tilt dan chin-lift
meningkat
(jaw-thrust jika
menurun cervical)
Posisikan semi-
Penggunaan Fowler atau Fowler
otot bantu Berikan minum
napas menurun hangat
Lakukan fisioterapi
Frekuensi
dada, jika perlu
napas membaik
Lakukan
Kedalama penghisapan lendir
napas membaik kurang dari 15 detik
Lakukan
hiperoksigenasi
sebelum
Penghisapan
endotrakeal
Keluarkan
sumbatan benda
padat dengan
forsepMcGill
Berikan
oksigen, jika perlu
3. Edukasi
Anjurkan asupan
26
cairan 2000 ml/hari,
jika tidak
kontraindikasi.
Ajarkan teknik
batuk efektif
4. Kolaborasi
Kolaborasi
pemberian
bronkodilator,
ekspektoran,
mukolitik, jika
perlu.
27
orang tua,
hipertensi dan kadar
kolesterol tinggi)
Monitor panas,
kemerahan, nyeri,
atau bengkak pada
ekstremitas
2. Terapeutik
Hindari
pemasangan infus
atau pengambilan
darah di area
keterbatasan perfusi
Hindari pengukuran
tekanan darah pada
ekstremitas pada
keterbatasan perfusi
Hindari penekanan
dan pemasangan
torniquet pada area
yang cidera
Lakukan
pencegahan infeksi
Lakukan perawatan
kaki dan kuku
Lakukan hidrasi
28
3. Edukasi
Anjurkan berhenti
merokok
Anjurkan berolahraga
rutin
Anjurkan mengecek air
mandi untuk menghindari
kulit terbakar
Anjurkan menggunakan
obat penurun tekanan
darah, antikoagulan, dan
penurun kolesterol, jika
perlu
Anjurkan minum obat
pengontrol tekakan darah
secara teratur
Anjurkan menghindari
penggunaan obat
penyekat beta
Ajurkan melahkukan
perawatan kulit yang
tepat(mis. Melembabkan
kulit kering pada kaki)
Anjurkan program
rehabilitasi vaskuler
Anjurkan program diet
untuk memperbaiki
sirkulasi( mis. Rendah
29
lemak jenuh, minyak
ikan, omega3)
Informasikan tanda dan
gejala darurat yang harus
dilaporkan( mis. Rasa
sakit yang tidak hilang
saat istirahat, luka tidak
sembuh, hilangnya rasa
30
Dispnea yang dapat
menurun meningkatkan
resiko aritmia( mis.
Oliguria kalium, magnesium
menurun serum)
Monitor enzim
Mumur jantung
jantung (mis. CK,
menurun
CK-MB, Troponin
Tekanan darah T, Troponin I)
membaik Monitor saturasi
oksigen
CPT membaik
Identifikasi
stratifikasi pada
sindrom koroner
akut(mis. Skor
TIMI, Killip,
Crusade)
2. Terapiutik
Pertahankan tirah
baring minimal 12
jam
Pasang akses
intravena
Puasakan hingga
bebas nyeri
Berikan terapi
relaksasi untuk
mengurangi
31
ansietas dan stres
Sediakan
lingkungan yang
kondusif untuk
beristirahat dan
pemulihan
Siapkan menjalani
intervensi koroner
perkutan, jika perlu
Berikan dukungan
spiritual dan
emosional
3. Edukasi
Anjurkan segera
melaporkan nyeri
dada
Anjurkan
menghindari
manuver Valsava
(mis. Mengedan sat
BAB atau batuk)
Jelaskan tindakan
yang dijalani pasien
Ajarkan teknik
menurunkan
kecemasan dan
ketakutan
32
4. Kolbaorasi
Kolaborasi
pemberian
antiplatelat, jika
perlu
Kolaborasi
pemberian
antiangina(mis.
Nitrogliserin, beta
blocker, calcium
channel bloker)
Kolaborasi
pemberian morfin,
jika perlu
Kolaborasi
pemberian
inotropik, jika perlu
Kolaborasi
pemberian obat
untuk mencegah
manuver Valsava
(mis., pelunak,
tinja, antiemetik)
Kolaborasi
pemberian trombus
dengan
antikoagulan, jika
perlu
33
Kolaborasi
pemeriksaan x-ray
dada , jika perlu
kepulihan mengakibatkan
energi kelelahan
Verbalisasi 2. Terapeutik
lelah menurun
Sediakan
34
Gelisa menurun Lakukan rentang
gerak pasif dan/atau
Frekuensi aktif
napas menurun Berikan aktivitas
distraksi yang
Selera makan
menyenangkan
membaik
Fasilitas duduk di
Pola napas sisi tempat tidur,
membaik jika tidak dapat
berpindah atau
Pola istirahat
berjalan
membaik
3. Edukasi
Libido
membaik Anjurkan tirah
baring
Anjurkan
melakukan aktivitas
secara bertahap
Anjurkan
menghubungi
perawat jika tanda
dan gejala
kelelahan tidak
berkurang
Ajarkan strategi
koping untuk
mengurangi
kelelahan
35
4. Kolaborasi
Kolaborasi dengan
ahli gizi tentang
cara meningkatkan
asupan makanan
7. Implementasi Keperawatan
Merupakan tahap dimana rencana keperawatan di laksanakan sesuai
dengan inervensi. Tujuan dari implementasi adalah membantu klien dalam
mencapai peningkatan kesehatan, baik yang dilakukan secara mandiri
maupun kalaborasi dan rujukan
8. Evaluasi Keperawatan
Merupakan tahap akhir yang bertujuan untuk mencapai kemampuan
klien dan tujuan dengan melihat perkembangan klien. Evaluasi klien
penderita Penyakit Jantung Koroner dilakukan berdasarkan kriteria yang
telah di tetapkan sebelumnya pada tujuan.
36
BAB III
TINJAUAN KASUS
1.1 Study Kasus
Ny. Asri , 39 Tahun dirawat di R. Tulip RS Merdeka, klien mengeluh
lemah, dan sesak ketika beraktivitas minimal, hasil pemeriksaan fisik TTV
pasien dalam batas normal, hanya saja pasien tampak pucat, konjungtiva anemis,
crt> 3 detik, hasil lab menunjukkan hemoglobin, 4.9 g/dL; mean corpuscular
volume (MCV), 94.4 fL; hematocrit, 13.4%; Leukosit 6.0 × 10 9/L; dan trombosit,
203 × 109/L. Klien menyangkal adanya riwayat mudah lebam, menoragi, atau
perdarahan di tubuhnya. Dan tidak ada perubahan warna urin dan tidak ada
jaundice. Tidak ada riwayat keluarga yang menderita anemia. Pasien terpasang
O2 masker 5 lpm. Dan direncanakan untuk tranfusi PRC.
3.2 Asuhan Keperawatan Kasus
A. Identitas Pasien
Nama Pasien : Ny. Asri
No. RM : ruang tulip
Tempat Tanggal Lahir : Sumenep, 01 Januari 1983
Umur : 39 tahun
Agama : islam
Status Perkawinan : menikah
Pendidikan :-
Alamat : jln. Adi rasa no. 1A
Pekerjaan : Ibu rumah tangga
Jenis Kelamin : perempuan
Suku : jawa
Diagnosa Medis : anemia
Tanggal Masuk RS : 01 Desember 2022
Tanggal Pengkajian : 01 Desember 2022
Sumber Informasi : suami pasien dan pasien
37
B. Penanggung Jawab
Nama : Tn. S
Tempat Tanggal Lahir : Sumenep, 13 Januari 1980
Umur : 42 tahun
Agama : islam
Alamat : jln. Adi rasa no. IA
Pekerjaan : wiraswasta
Jenis Kelamin : laki-laki
Hubungan dengan Pasien : suami
C. Riwayat Kesehatan
1. Keluhan Utama : sesak napas dan lemah ketika beraktivitas
2. Riwayat Penyakit Sekarang : klien mengeluh lemah, dan sesak ketika
beraktivitas minimal, hasil pemeriksaan fisik TTV pasien dalam batas normal,
hanya saja pasien tampak pucat, konjungtiva anemis, crt> 3 detik, hasil lab
menunjukkan hemoglobin, 4.9 g/dL; mean corpuscular volume (MCV), 94.4
fL; hematocrit, 13.4%; Leukosit 6.0 × 109/L; dan trombosit, 203 × 109/L.
Klien menyangkal adanya riwayat mudah lebam, menoragi, atau perdarahan
di tubuhnya. Dan tidak ada perubahan warna urin dan tidak ada jaundice.
Tidak ada riwayat keluarga yang menderita anemia. Pasien terpasang O2
masker 5 lpm. Dan direncanakan untuk tranfusi PRC.
3. Riwayat Penyakit Dahulu :-
4. Riwayat Penyakit Keluarga :-
5. Genogram
38
D. Pengkajian Pemenuhan Kebutuhan Dasar Manusia Menurut Gordon (11
Pola)
1. Pola Persepsi dan Pemeliharaan Kesehatan
Pasien mengatakan bila sakit sering periksa ke rumah sakit
2. Pola Nutrisi
Sebelum sakit : napsu makan normal
Selama sakit : napsu makan berkurang karena merasa lemah untuk
beraktivitas
3. Pola Eliminasi
Sebelum sakit : normal tidak ada peubahan warna urine
Selama sakit : normal tidak ada peubahan warna urine
4. Aktivitas dan Latihan
Kemampuan Perawatan Diri 0 1 2 3 4
Kemampuan makan/minum √
Kemampuan toileting √
Kemampuan Mandi √
Kemampuan berpindah √
Kemampuan berpakaian √
Ket. : 0 = Mandiri
1 = Menggunakan alat bantu
2 = Dibantu orang lain
3 = Dibantu orang lain dan alat
4 = Tergantung Total
39
40
5. Tidur dan Istirahat
Sebelum sakit : terpenuhi 6 sd 8 jam perhari
Selama sakit : tidak terpenuhi akibat sesak napas yang dialami
6. Sensori, Persepsi dan Kognitif: tidak terkaji
7. Konsep diri
a. Identitas Diri : pasien seorang penderita anemia
b. Gambaran Diri : pasien berusia 39 tahun
c. Ideal Diri : pasien ingin segera kembali bisa beraktivitas
d. Harga Diri : pasien bersifat terbuka
e. Peran Diri : sebagai ibu rumah tangga
8. Sexual dan Reproduksi
Sebelum sakit : tidak terkaji
Selama sakit : tidak terkaji
9. Pola Peran Hubungan
Sebelum sakit : tidak terkaji
Selama sakit : tidak terkaji
10. Manajemen Koping Stress
Sebelum Sakit : pasien mampu mengatasi masalahnya sendiri
Selama sakit : membutuhkan bantuan orang lain selama menyelesaikan
masalahnya dan aktivitasnya
11. Sistem Nilai dan Keyakinan
Sebelum sakit : tidak terkaji
Selama sakit : tidak terkaji
E. Pemeriksaan Fisik
1 Tingkat Kesadaran : compos mentis
2 TTV : N: 90x/menit, TD: 120/80 mmHg, S: 36,40 C
(normal)
3 Kepala : bentukkepala simetris
4 Mata, Telinga, Hidung
41
Mata : pergerakan bola mata normal, konjungtiva
anemis, reflek pupil normal
Hidung : simetris, terpasang O2, tidak ada nyeri tekanan
Telinga : simetris, bersih, tidak ada secret, tidak ada nyeri
42
ketika perubahan kontraktilitas
beraktivitas minimal
penurunan curah jantung
DO:
1.CTR > 3 detik (tinggi,
normal= kurang dari 2
detik)
2.warna kulit pucat
DS: - Perfusi perifer tidak Penurunan konsentrasi
DO: efektif hb
1.CRT >3 detik (tinggi,
normal= kurang dari 2 Tubuh kekurangan
detik) oksigen
2.warna kulit pucat
Warna kulit pucat
43
I. Diagnosa Keperawatan Sesuai Prioritas
1. Penurunan curah jantung berhubungan dengan perubahan preload ditandai
dengan CTR > 3 detik, pasien lemah, dan warna kulit pucat
2. Perfusi perifer tidak efektif berhubungan dengan penurunan konsentrasi HB
ditandai dengan CTR > 3 detik dan warna kulit pucat
3. Pola napas tidak efektif berhubungan dengan tubuh kekurangan O2 ditandai
dengan dyspnea dan penggunaan otot bantu napas
44
J. INTERVENSI KEPERAWATAN
45
220 mL
Perfusi perifer tidak efektif Setelah dilakukan tindakan Perawatan sirkulasi Untuk mengetahui
keperawatan selama 2x24 Observasi sirkulasi perifer
jam perfusi perifer - periksa sirkulasi pasien terutama
meningkat dengan kriteria perifer (pengisian pengisian kapiler
hasil : kapiler) pasien, apakah
- Warna kulit pucat Edukasi sudah normal atau
menurun - anjurkan belum
- Kelemahan otot berolahraga rutin Olahraga membantu
menurun - anjurkan program melancarkan
- Pengisian kapiler rehabilitasi sirkulasi darah
membaik vaskular pasien sehingga
diharapkan jika
sirkulasi darah
lancar maka perfusi
perifer normal
untuk mengontrol
kesehatan pasien
46
setalah keluar RS,
serta meningkatkan
kapasitas
fungsional,
mengontrol faktor
risiko, dan
mengurangi risiko
kematian mendadak
Pola napas tidak efektif setelah dilakukan tindakan Menejemen jalan untuk
keperawatan selama 2x24 napas mengetahuiapakah
jam pola napas membaik Observasi pola napas pasien
dengan kriteria hasil - monitor pola napas sudah normal atau
- Dispnea menurun (frekuensi, tidak
Penggunaan otot bantu napas kedalaman, usaha untuk membantu
menurun napas) pernapasan pasien
Terapeutik agar tidak terlalu
- Posisikan semi- sesak
fowler untuk membantu
- Memberikan pasien mencukupi
oksigen kebutuhan
47
Edukasi oksigen di dalam
- Anjurkan asupan tubuhnya
cairan untuk mencegah
2000ml/hari, jika pasien dehidrasi
tidak
kontraindikasi
48
4. Kolaborasi menurun
pemberian TTV normal
antiplatelet A:Masalah teratasi
sebagian
P: Intervensi
dilanjutkan
49
P: Intervensi
dilanjutkan
Pola napas tidak efektif 1. Memonitor pola S: Pasien mengatakan
napas (frekuensi, sudah tidak sesak
kedalama, usaha napas
napas) O:
2. Memposisikan Sudah tidak
semi fowler menggunakan
3. Memberikan otot bantu
oksigen napas lagi
4. Menganjurkan Ttv normal
asupan cairan A: Masalah teratasi
2000ml/hari, jika P: intervensi
tidak kontraindikasi dihentikan
50
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Anemia adalah penyakit darah dengan jumlah hemoglobin dalam sel darah
merah atau eritrosit kurang dari batas normal. Hal ini dapat disebabkan karena
pendarahan, hemolisis atau gangguan pada pusat produksi sel darah merah yaitu
fungsi sumsum tulang. Anemia biasanya ditandai dengan kulit, mukosa pucat,
mudah lelah, sakit kepala dan irama jantung tidak teratur. Anemia dapat
diklasifikasikan berdasarkan penyebab anemia atau morfologi sel darah merah.
Penanganan anemia dapat diperbaiki dengan perbaikan asupan makanan, obat-
obatan atau transfusi darah.
4.2 Saran
Para penderita anemia sangat dibutuhkan istirahat total dan minimalkan
pengeluaran energi, jadi hal yang paling utama yang dapat dilakukan pasien dan
keluarganya jika terjadi komplikasi adalah berupa istirahat total.
51
DAFTAR PUSTAKA
Kenanga Prof. Dr. WZ Johannes Kupang” tanggal 25-28 Juni 2018 (Doctoral
dissertation, Poltekkes Kemenkes Kupang).
52
Lampiran
PERTANYAAN
1. Moh. Furiyanto
3. Haniza Oktaviyani
4. Verawati
53