Anda di halaman 1dari 13

LAPORAN PENDAHULUAN DAN ASUHAN KEPERAWATAN

ANEMIA

Dosen Pembimbing :
- Kiki Deniyati,S.Kep.,Ners.,M.Kep
- Dinda Nur Fajri Hidayati Bunga,S.Kep.,Ners.,M.Kep

DISUSUN OLEH :
ROHAYATI
HALAMAN JUDUL

S1 ILMU KEPERAWATAN TAHUN AJARAN 2020/2021


STIKes MEDISTRA INDONESIA
JL.Cut Mutia No.88A Sepanjang Jaya,Bekasi
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan
karunia-Nya kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah yang
berjudul “Laporan Pendahuluan Asuhan Keperawatan Anemia” tepat pada
waktunya.
Laporan ini telah kami susun berkat bantuan dan partisipasi dari berbagai
pihak sehingga dapat terselesaikan. Untuk itu dalam kesempatan ini kami
mengucapkan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu
selama penyusunan makalah ini.
Kami menyadari bahwa makalah ini masih banyak kekurangan karena
keterbatasan kemampuan penulis, sehingga masih jauh dari kata sempurna. Oleh
karena itu, kami membutuhkan kritik dan saran dari semua pihak yang membaca,
sehingga kami dapat menyempurnakan makalah ini untuk memperbaiki
kekurangan-kekurangan agar bisa lebih baik lagi.

Bekasi, 12 November 2021

Penulis

i
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL.................................................................................................
KATA PENGANTAR..............................................................................................i
DAFTAR ISI...........................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN........................................................................................1
A. Latar Belakang..........................................................................................1
B. Tujuan Penulisan.......................................................................................2
C. Tujuan Penulisan.......................................................................................2
BAB II KONSEP TEORI........................................................................................3
A. Definisi Anemia........................................................................................3
B. Etiologi......................................................................................................3
C. Manifestasi Klinis.....................................................................................4
D. Patofisiologi..............................................................................................4
E. Pathway.....................................................................................................6
F. Pemeriksaan Panjang....................................................................................7
G. Penatalaksanaan........................................................................................8
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................10

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Seperti yang kita ketahui anemia merupakan penyakit kurang darah
yangditandai dengan kadar hemoglobin (Hb) dan sel darah merah (eritrosit)
lebihrendah dibandingkan normal (Soebroto, 2010). Anemia pada umumnya terjadidi
seluruh dunia, terutama di Negara berkembang (Developing countries) dan pada
kelompok sosio-ekonomi rendah (Departemen Gizi dan KesehatanMasyarakat, 2008).
Di Indonesia, anemia gizi masih merupakan salah satu masalah kesehatandi
samping masalah-masalah gizi yang lainnya, yaitu: kurang kalori protein,defisiensi
vitamin A, dan gondok endemik (Arisman, 2007). Anemia padawanita masa nifas
(pasca persalinan) juga umum terjadi, sekitar 10% dan 22%terjadi pada wanita post
partum dari keluarga miskin (Departemen Gizi dan Kesehatan Masyarakat, 2008).
Anemia gizi disebabkan oleh defisiensi zat besi, asam folat, dan / atau vitamin B12,
yang kesemuanya berakar padaasupan yang tidak adekuat, ketersediaan hayati rendah
(buruk), dankecacingan yang masih tinggi (Arisman, 2007).
Penyebab anemia gizi besi, selain karena adanya pantangan terhadapmakanan
hewani faktor ekonomi merupakan penyebab pola konsumsimasyarakat kurang baik,
tidak semua masyarakat dapat mengkonsumsi laukhewani dalam sekali makan.
Padahal pangan hewani merupakan sumber zat besi yang tinggi absorbsinya
(Waryana, 2010). Data Profil KesehatanIndonesia tahun 2008 menunjukkan bahwa
prevalensi anemia pada ibu hamildi Indonesia adalah 70% mengalami anemia
sedangkan di Sumatera Barat jumlah ibu hamil yang mengalami anemia sebesar 69%
(Dinkes Sumbar,2008). Dari hasil laporan Dinas Kesehatan Pasaman Barat tahun
2008 kejadiananemia pada ibu hamil adalah 19,7%, tahun 2009 sebanyak 12,5% dan
tahun2010 sebanyak 9,2%.
Sebagian besar anemia di Indonesia selama ini dinyatakan sebagai
akibatkekurangan besi dan perhatian yang kurang terdapat ibu hamil merupakan
perdisposis anemia divisiensi di Indonesia (Saifuddin, 2006 : 281).
Tablet besi sangat diperlukan pada ibu hamil untuk pembentukanhemoglobin,
sehingga pemerintah Indonesia mengatasinya denganmengadakan pemberian
suplemen besi untuk ibu hamil mulai tahun 1974,namun hasilnya belum memuaskan
(Depkes, 2003). Karena Anemia gizi besimerupakan masalah gizi utama bagi semua

1
kelompok umur dengan prevalensi paling tinggi pada ibu hamil (70%), dan pekerja
yang berpenghasilan rendah(40%). Sedangkan prevalensi pada anak sekolah sekitar
30% serta pada balitasekitar 40% (Supariasa, 2002).
Berdasarkan data tersebut diatas, saya tertarik untuk mempelajari lebihlanjut
tentang asuhan keperawatan pasien dengan anemia.

B. Tujuan Penulisan

1. Tujuan Umum
Mendapat pengatahuan dan perjalanan penyakit tentang gangguan
systemkardivaskuler pada pasien dengan anemia di RSUD dr. Chasbullah
Abdulmadjid Kota Bekasi
2. Tujuan Khusus
a. Penulis mampu melakukan pengkajian keperawatan dengan gangguansystem
kardiovaskuler pada pasien anemia.
b. Penulis mampu merumuskan diagnosa keperawatan dengan gangguansystem
kardiovaskuler pada pasien anemia.
c. Penulis mampu merumuskan rencana tindakan keperawatan dengangangguan
system kardiovaskuler pada pasien anemia.
d. Penulis mampu melakukan tindakan/implementasi keperawatandengan
gangguan system kardiovaskuler pada pasien anemia.

C. Tujuan Penulisan

1. Manfaat Bagi Penulis


Mendapatkan pengalaman dan dapat menerapkan Asuhan Keperawatanyang tepat
pada pasien anemia.
2. Manfaat Bagi Intitusi
Dapat dijadikan sebagai acuan ataupun referensi dalam pembelajaaran dikampus.

2
BAB II
KONSEP TEORI
A. Definisi Anemia
Aniemia didefinisikan sebagai penurunan volume eritrosit atau kadarHb
sampai dibawah rentang nilai yang berlaku untuk orang sehat(Behrman E Richard,
IKA Nelson ; 1680). Anemia adalah berkurangnyahingga dibawah nilai normal
jumlah SDM, kualitas Hb, dan volume packed red blood cell (hematokrit) per 100
ml darah (Syilvia A. Price.2006). Anemia adalah istilah yang menunjukkan
rendahnya hitung seldarah dan kadar hematokrit dibawah normal. Anemia bukan
merupakan penyakit, melainkan merupakan pencerminan keadaan suatu
penyakit(gangguan) fungsi tubuh. Secara fisiologis anemia terjadi apabila
terdapatkekurangan Hb untuk mengangkut oksigen ke jaringan. Anemia
tidakmerupakan satu kesatuan tetapi merupakan akibat dari berbagai proses
patologik yang mendasari (Smeltzer C Suzane, Buku Ajar KeperawatanMedical
Bedah Brunner dan Suddarth ; 935).
B. Etiologi
Ada beberapa jenis anemia sesuai dengan penyebabnya :
a. Anemia Pasca Pendarahan
Terjadi sebagai akibat perdarahan yang massif seperti kecelakaan,operasi dan
persalinan dengan perdarahan atau yang menahun seperti pada penyakit
cacingan.
b. Anemia Defisiensi
Terjadi karena kekurangan bahan baku pembuat sel darah.
c. Anemia Hemolitik
Terjadi penghancuran (hemolisis) eritrosit yang berlebihan karena :
1) Factor Intrasel
Misalnya talasemia, hemoglobinopati (talasemia HbE, sickle cellanemia),
sferositas, defisiensi enzim eritrosit (G – 6PD, piruvatkinase, alutation
reduktase).
2) Factor Ekstrasel
Karena intoksikasi, infeksi (malaria), imunologis (inkompatibilitasgolongan
darah, reaksi hemolitik pada transfuse darah).

3
d. Anemia Aplastik
Disebabkan terhentinya pembuatan sel darah sum sum tulang(kerusakan
sumsum tulang).
C. Manifestasi Klinis
Karena system organ dapat terkena, maka pada anemia dapatmenimbulkan
manifestasi klinis yang luas tergantung pada kecepatantimbulnya anemia, usia,
mekanisme kompensasi, tingakat aktivitasnya,keadaan penyakit yang
mendasarinya dan beratnya anemia. Secara umumgejala anemia adalah :
a. Hb menurun (< 10 g/dL), thrombosis / trombositopenia, pansitopenia
b. Penurunan BB, kelemahan
c. Takikardi, TD menurun, penurunan kapiler lambat, ekstremitas dingin,
palpitasi, kulit pucat.
d. Mudah lelah, sering istirahat, nafas pendek, proses menghisap yang buruk
(bayi).
e. Sakit kepala, pusing, kunang – kunang, peka rangsang.
D. Patofisiologi
Timbulnya anemia mencerminkan adanya kegagalan sumsum
ataukehilangan sel darah merah secara berlebihan atau keduanya.
Kegagalansumsum dapat terjadi akibat kekurangan nutrisi, pajanan toksik,
invasitumor atau kebanyakan akibat penyebab yang tidak diketahui. Sel
darahmerah dapat hilang melalui perdarahan atau hemolisis (destruksi), hal ini
dapat akibat defek sel darah merah yang tidak sesuai dengan ketahanan seldarah
merah yang menyababkan destruksi sel darah merah.
Lisis sel darah merah (disolusi) terjadi terutama dalam sel fagositikatau
dalam system retikuloendotelial, terutama dalam hati dan limfa. Hasilsamping
proses ini adalah bilirubin yang akan memasuki aliran darah.Setiap kenaikan
destruksi sel darah merah (hemolisis) segera direfleksikan dengan peningkatan
bilirubin plasma (konsentrasi normal, ≤ 1 mg/dl, kadar diatas 1.5 mg/dl
mengakibatkan ikterik pada sclera). Apabila seldarah merah mengalami
penghancuran dalam sirkulasi, (pada kelainanhemplitik) maka hemoglobin akan
muncul dalam plasma(hemoglobinemia). Apabila konsentrasi plasmanya
melebihi kapasitashaptoglobin plasma (protein pengikat untuk hemoglobin bebas)

4
untukmengikat semuanya, hemoglobin akan berdifusi dalam glomerulus
ginjalkedalam urin (hemoglobinuria).
Kesimpulan menganai apakah suatu anemia pada pasien disebabkanoleh
penghancuran sel darah merah atau produksi sel darah merah yangtidak
mencukupi biasanya dapat diperoleh dengan dasar hitung retikulositdalam
sirkulasi darah, derajat proliferasi sel darah merah muda dalamsumsum tulang
dan cara pematangannya, seperti yang terlihat dalam biopsy, dan ada tidaknya
hiperbilirubinemia.
Anemia defisiensi zat besi adalah anemia yang paling seringmenyerang
anak – anak. Bayi cukup bulan yang lahir dan ibu nonanemikdan bergizi baik,
memiliki cukup persediaan zat besi sampai berat badanlahirnya menjadi dua kali
lipat umumnya saat berusia 4 – 6 bulan. Sesudahitu zat besi harus tersedia dalam
makanan untuk memenuhi kebutuhananak. Jika asupan zat besi beri makanan
tidak mencukupi terjadi anemiadefisiensi zat besi. Hal ini paling sering terjadi
pengenalan makanan padatyang terlalu dini (sebelum usia 4 – 6 bulan)
dihentikannya susu formula bayi yang mengandung zat besi atau ASI sebelum
usia 1 tahun dab minumsusu sapi berlebihan tanpa tambahan makanan padat kaya
besi. Bayi yangtidak cukup bulan, bayi dengan perdarahan perinatal berlebihan
atau bayi dari ibu yang kurang gizi dan kurang zat besi juga tidak
memilikicadangan zat besi yang adekuat. Bayi ini berisiko lebih tinggi
menderitaanemia defisiensi besi sebelum berusia 6 bulan.
Anemia defisiensi zat besi dapat juga terjadi karena kehilangan
banyakdarah yang kronik. Pada bayi hal ini terjadi karena perdarahan usus
kronikyang disebabkan oleh protein dalam susu sapi yang tidak tahan panas.Pada
anak sembarang umur kehilangan darah sebanyak 1 – 7 ml darisaluran cerna
setiap hari dapat menyebabkan anemia defisiensi zat besi.Pada remaja puteri
anemia defisiensi zat besi juga dapat terjadi karenamenstruasi.
Anemia aplastik diakibatkan oleh karena rusaknya sumsum
tulang.Gangguan berupa berkurangnya sel darah dalam darah tepi sebagai
akibatterhentinya pembentukan sel hemotopoetik dalam sumsum tulang.
Aplasiadapat terjadi hanya pada satu, dua atau ketiga system
hemotopoetik(eritropoetik, granulopoetik, dan trombopoetik).
Aplasia yang hanya mengenai system eritropoetik disebuteritroblastopenia
(anemia hipoplastik) yang mengenai systemtrombopoetik disebut agranulositosis
5
(penyakit Schultz), dan yangmengenai system trombopoetik disebut
amegakariositik trombositopenik purpura (ATP). Bila mengenai ketiga system
disebut panmieloptisis ataulazimnya disebut anemia aplastik.\
Kekurangan asam folat akan mengakibatkan anemia megaloblastik.Asam
folat merupakan bahan esensial untuk sintesis DNA dan RNA, yang paling
penting sekali untuk metabolisme inti sel dan pematangan sel.
E. Pathway

Sumber : Amin Huda Nurarif (Aplikasi Nanda Nic Noc).

6
F. Pemeriksaan Panjang
Pemeriksaan Diagnostic :
a. Jumlah darah lengkap Hb dan Ht menurun
1) Jumlah eritrosit : menurun (AP), menurun berat (Aplastik), MCVdan
MCH menurun dan mikrositik dengan eritrosit hipokromik(DB),
peningkatan (AP), pansitopenia (aplastik).
2) Jumlah retikulosit bervariasi : menurun (AP), meningkat(hemolisis).
3) Penurunan SDM : mendeteksi perubahan warna dan bentuk
(dapatmengidentifikasikan tipe khusus anemia).
4) LED : peningkatan menunjukkan adanya reaksi inflamasi.
5) Massa hidup SDM : untuk membedakan diagnose anemia.
6) Tes kerapuhan eritrosit : menurun (DB).
7) SDP : jumlah sel total sama dengan SDM (diferensial) mungkinmeningkat
(hemolitik) atau menurun (aplastik).
b. Jumlah trombosit : menurun (aplastik), meningkat (DB), normal /tinggi
(hemolitik)
c. Hb elektroforesis : mengidentifikasi tipe struktur Hb.
d. Bilirubin serum (tidak terkonjugasi) : meningkat (AP, hemolitik)
e. Folat serum dan vit. B12 : membantu mendiagnosa anemia.
f. Besi serum : tidak ada (DB), tinggi (hemolitik).
g. TIBC serum : menurun (DB).
h. Masa perdarahan : memejang (aplastik).
i. LDH serum : mungkin meningkat (AP).
j. Tes Schilling : penurunan eksresi vit B12 urin (AP)
k. Guaiac : mungkin positif untuk darah pada urin, feses, dan isi
gaster,menunjukan perdarahan akut / kronis (DB).
l. Analisa gaster : penurunan sekresi dengan peningkatan pH dan takadanya
asam hidroklorotik bebas (AP).
m. Aspirasi sumsum tulang / pemeriksaan biopsy : sel mungkin tampak berubah
dalam jumlah, ukuran, bentuk, membedakan tipe anemia.
n. Pemeriksaan endoskopi dan radiografik : memeriksa sisi perdarahan,
perdarahan GI.

7
G. Penatalaksanaan
a. Anemia karena Pendarahan
Pengobatan terbaik adalah transfuse darah. Pada perdarahan kronikdiberikan
transfuse packed cell. Mengatasi rejatan dan penyebab perdarahan. Dalam
keadaan darurat pemberian cairan intravena dengancairan infuse apa saja
yang tersedia (Keperawatan Medikal Bedah 2).
b. Anemia Defesiensi
Anemia defisiensi besi (DB). Respon regular DB terhadap sejumlah besi
cukup mempunyai arti diagnostic, pemberian oral garam ferrosederhana
(sulfat, glukanat, fumarat). Merupakan terapi yang murahdan memuaskan.
Preparat besi parenteral (dektram besi) adalah bentukyang efektif dan aman
digunakan bila diperhitungkan dosis tepat,sementara itu keluarga harus diberi
edukasi tentang diet penerita, dankonsumsi susu harus dibatasi lebih baik 500
ml/24 jam. Jumlahmakanan ini mempunyai pengaruh ganda yakni jumlah
makanan yangkaya akan besi bertambah dan kehilangan darah karena
intolerasni protein susu sapi tercegah (Behrman E Richard, IKA Nelson ;
1692). Anemia defesiensi asam folat, meliputi pengobatan terhadap
penyebabnya dan dapa dilakukan pula dengan pemberian /suplementasi asam
folat oral 1 mg/hari (Mansjoer Arif, Kapita SelektaKedokteran ; 553)
c. Anemia Hemolitik
Anemia hemolitik autoimun. Terapi inisial dengan menggunakan prednisone
1 -2 mg/kg/BB/hari. Jika anemia mengancam hidup,transfuse harus diberikan
dengan hati – hati. Apabila prednisone tidakefektif dalam menanggulangi
kelainan itu, atau penyakit mengalamikekambuhan dalam periode
tapperingoff dari prednisone makadianjurkan untuk dilakukan splektomi.
Apabila keduanya tidak menolong, maka dilakukan terapi dengan
menggunakan berbagai jenisobat imunosupresif. Immunoglobulin dosis tinggi
intravena (500mg/kg/BB/hari selama 1 – 4 hari ) mungkin mempunyai
efektifitastinggi daam mengontrol hemolisis. Namun efek pengobatan ini
hanyasebentar (1 – 3 minggu) dan sangat mahal harganya. Dengan demikian
pengobatan ini hanya digunakan dalam situasi gawat darurat dan bila
pengobatan ini hanya digunakan prednisone merupakan kontra
indikasi(Manjoer Arif, kapita Selekta Kedokteran ; 552). Anemia
8
hemolitikkarena kekurangan enzim. Pencegahan hemolisis adalah cara
terapiyang paling penting. Transfuse tukar mungkin terindikasi
untukhiperbillirubenemia pada neonates. Transfuse eritrosit
terpapardiperlukan untuk anemia berat atau kritis aplastik. Jika anemia
terusmenerus berat atau jika diperlukan transfuse yang sering, splektomiharus
dikerjakan setelah umur 5 – 6 tahun ( Behrman E Richard, IKA Nelson ;
1713). Sferositosis herediter. Anemia dan hiperbilirubenemiayang cukup
berat memerlukan fototerapi atau transfuse tukar, karenasferosit pada SH
dihancurkan hampir seluruhnya oleh limfa, makasplektomi melenyapkan
hampir seluruh hemolisis pada kelainan ini.Setelah splenektomi sferosis
mungkin lebih banyak, meningkatkanfragilitas osmotic, tetapi anemia
retikalositosis dan hiperbilirubinemiamembaik (Behrman E Richard, IKA
Nelson ; 1700). Thalasemia.Hingga sekarang tidak ada obat yang dapat
menyembuhkannya.Transfuse darah diberikan bila kadar Hb telah rendah
(kurang dari 6%)atau bila anak mengeluh tidak mau makan atau lemah.
Untukmengeluarkan besi dari jaringan tubuh diberikan ion chelating
agent,yaitu Desferal secara intramuscular atau intravena.
Splenektomidilakukan pada anak lebih dari 2 tahun sebelum didapatkan
tandahiperplenome atau hemosiderosis. Bila kedua tanda itu telah
tampak,maka splenektomi tidak banyak gunanya lagi. Sesudah splenektomi
biasanya frekuensi transfuse darah menjadi jarang. Diberikan pula bermacam
– macam vitamin, tetapi preparat yang mengandung besimerupakan indikasi
kontra (Keperawatan Medikal Bedah 2).

9
DAFTAR PUSTAKA

Mansjoer, Arif (2001) Kapita selekta kedokteran Jilid 1, Jakarta, MediaAesculapius.


FKUI
Price, Sylvia A (1994) Patofisiologi : konsep klinis proses – proses penyakit, Jakarta,
EGC.
Perry , A.G dan Potter, P.A. (1993) fundamental of nursing : consept, process, and
practice.
Mansjoer. 2003. Kapita Selekta Kedokteran, edisi III jilid 2, Jakarta : FKUI
Smeltzer. 2005. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Alih bahasa AgungWaluyo,
dkk. Editor Monika Ester, dkk edisi 8. Jakarta : EGC
Andrea Saferi Wijaya, dkk. 2013. KMB 2. Yogyakarta : Nuha Medika
Nurarif, Huda Amin. 2013. Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa
Medis & Nanda Nic Noc. Yogyakarta : Mediaction Publishing
Wijaya Andra Saferi, Yessi Mariza Putri. 2013. KMB 2 Keperawatan MedikalBedah
(Keperawatan Dewasa). Yogyakarta : Medical Book
Soebroto, Ikhsan. 2010.Cara Mudah Mengatasi Problem Anemia. Yogyakart: Bangkit
Arisman . 2007. Gizi Dalam Daur Kehidupan. Jakarta: EGC
DepKes RI., 2003. Program Penanggulangan Anemia Gizi Pada Wanita UsiaSubur
(WUS). Direktorat Gizi Masyarakat dan Binkesmas. Jakarta
Saifuddin. 2002. Ilmu Kebidanan Perkata Edisi Ke-3. Jakarta : EGC

10

Anda mungkin juga menyukai